pencandraan tumbuhan · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. bahan ajar ini...

74

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

i

Page 2: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas
Page 3: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

PENCANDRAAN TUMBUHAN berbasis

Prototype Hutan Pembelajaran

Page 4: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

ii

Hak Cipta pada penulis

Hak Penerbitan pada penerbit

dilarang memperbanyak/memproduksi sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis dari pengarang dan/atau penerbit.

Kutipan pasal 72:

Sanksi pelanggaran Undang-undang Hak Cipta (UU No. 10 Tahun 2012)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)

atau Pasal (49) ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/(atau) denda

paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau dendan

paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan

atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana paling

lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Page 5: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

iii

MUHFAHROYIN

PENCANDRAAN TUMBUHAN berbasis

Prototype Hutan Pembelajaran

Page 6: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

iv

PENCANDRAAN TUMBUHAN berbasis Prototype Hutan Pembelajaran

Penulis Muhfahroyin

Desain Cover Laduny Creative Team

Lay Out Laduny Creative Team

ISBN. 978-602-6539-67-0 Viii + 59 hal; 15x23

Dicetak dan diterbitkan oleh: CV. LADUNY ALIFATAMA (Penerbit Laduny) Anggota IKAPI

- Perum JSP Blok V 6 No. 11 Tejoagung, Metro – Lampung.

- Jl. Ki Hajar Dewantara No. 49 Iringmulyo, Metro – Lampung.

Telp. : 085269012121– 085769001000 Email : [email protected]

Page 7: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisanbahan ajar pemanfaatan

inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun

sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas Ditjen Dikti Kemendikbud, sekaligus sebagai sumber informasi dan pedoman/petunjuk operasional kegiatan lapang.

Penulis merasa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

bahan ajar pemanfaatan inisiasi prototype hutan pembelajaran ini, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan, guna kesempurnaan bahan ajar ini.

Tersusunnya penelitian dan tersusunnya bahan ajar

pemanfaatan inisiasi prototype hutan pembelajaran ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik moral maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Direktur Riset dan Pengabdian pada Masyarakat Ditjen Dikti

Kemenristekdikti yang telah membantu penulis dalam hal bantuan dana penelitian produk terapan tahun 2017.

2. Koordinator Kopertis Wilayah II Palembang yang telah memfasilitasi sistem seleksi dan administrasi pelaksanaan penelitian ini.

3. Rektor Universitas Muhammadiyah Metro, atas dukungan moral, motivasi, dan ijin penggunaan lahan yang diberikan kepada penulis.

4. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Muhammadiyah Metro, yang telah berkenan mengarahkan dan memantau penelitian ini.

5. Semua tim peneliti, para observer, tenaga teknisi, dosen, dan para mahasiswa asisten yang terlibat dalam penelitian dan penulisan bahan ajar ini.

6. Pihak-pihak lain yang turut membantu penelitian dan penulisan bahan ajar ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu dalam kesempatan ini.

Page 8: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

6

Akhirnya penulis berharap semoga bahan ajar pencandraan tumbuhan berbasi prototype hutan pembelajaran yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi dosen dan mahasiswa yang

akan melaksanakan pemanfaatan prototype hutan pembelajaran. Terima kasih.

Metro, Agustus 2017

Penulis

Page 9: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................ v

DAFTAR ISI..........................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. viii

BAB I. PENCANDRAAN TUMBUHAN ...................................... 1

BAB II. INISIASI PROTOTYPE HUTAN PEMBELAJARAN ........... 13

BAB III. PEMANFAATAN PROTOTYPE HUTAN

PEMBELAJARAN ...................................................... 29

BAB IV. PENUTUP............................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 39

LAMPIRAN .......................................................................... 41

GLOSARIUM ........................................................................ 57

Page 10: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran...................... 41

2. Contoh Petunjuk Kegiatan Lapang Penanaman

dan Pencandraan Tumbuhan Matakuliah

Pengetahuan Lingkungan ................................................ 43

3. Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi

Prototype Hutan Pembelajaran Matakuliah

Pengetahuan Lingkungan .............................................. 45

4. Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi

Prototype Hutan Pembelajaran Matakuliah

Morfologi Tumbuhan ...................................................... 47

5. Contoh Petunjuk Kegiatan Lapang Media Berbasis

Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran Matakuliah

Media Pembelajaran Biologi............................................. 49

6. Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi Prototype

Hutan Pembelajaran Matakuliah Media Pembelajaran Biologi

...................................................... 51

7. Contoh Petunjuk Kegiatan Lapang Pengembangan

Bahan Ajar Biologi SMA Berbasis Inisiasi Prototype

Hutan Pembelajaran Matakuliah Telaah Biologi SMA .......... 53

8. Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi

Prototype Hutan Pembelajaran Matakuliah

Telaah Biologi SMA ........................................................ 55

Page 11: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

BAB I

PENCANDRAAN TUMBUHAN

Capaian pembelajaran:

Setelah mempelajari BAB I, mahasiswa diharapkan:

1. Mampu memahami manfaat pencandraan tumbuhan.

2. Mampu menginventarisasi karakteristik organ morfologis

tumbuhan untuk keperluan pencandraan.

3. Mampu melaksanakan pencandraan tumbuhan.

Page 12: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas
Page 13: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

PENCANDRAAN TUMBUHAN

Pada bab ini dibahas mengenai keanekaragaman tumbuhan,

pencandraan tumbuhan, manfaat pencandraan tumbuhan,

karakteristik morfologis tumbuhan, dan tatalaksanan pencandraan

tumbuhan

A. Keaneakaragaman Tumbuhan

Keanekaragaman tumbuhan menjadi dasar para ahli biologi, khususnya ahli morfologi dan taksonomi mengenali unit dan kelompok tumbuhan dengan persamaan dan perbedaan sifat serta karakteristik yang ada. Dengan adanya persamaan dan perbedaan karakteristik inilah dapat ditentukan jenjang takson suatu tumbuhan tertentu. Suatu takson yang berbeda jenjangnya akan menentukan perbedaan tata aturan dengan pola hierartki tertentu pula. Takson yang terdiri dari banyak individu dengan sifat yang sama berada pada suatu daerah yang sama, serta memiliki kesamaan sifat dengan semua keturunannya dinamakan jenis. Dilihat dari kromosomnya, umumnya setiap individu tersebut memiliki kromosom yang sama pula. Takson inilah yang dijadikan sebagai unit dasar. Bila di dunia ini terdapat lebih dari 500 jenis tumbuhan, maka sebenarnya kita harus menyebut nama tumbuhan setiap jenis tersebut, meskipun yang sering kita jumpai hanya disebut sebagai tumbuhan saja.

Jenis tumbuhan tertentu dengan persamaan sifat tertentu pula membentuk suatu takson yang menurut hierarki ditempatkan pada kedudukan dan jejang yang lebih tinggi yang disebut dengan istilah marga (genus). Setiap marga diberi nama sebagaimana pada jenis. Berturut-turut sejumlah

marga dijadikan satu suku (familia), yang masing-masing diberi nama yang berbeda-beda pula. Beberapa suku dijadikan satu ordo, beberapa bangsa menjadi satu kelas dan seterusnya. Dalam taksonomi tumbuhan, menurut hierarkinya

dari bawah ke atas di sebut dengan istilah: jenis (species), marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas (classis), dan divisi (divisio).

Mengenai jumlah urutan hierarki takson dan istilah- istilah yang digunakan untuk menyebutnya, demikian pula

Muhfahroyin | 1

Page 14: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

mengenai nama yang diberikan kepada setiap takson tumbuhan, kita kenal istilah dan nama biasa serta istilah dan nama ilmiah. Nama tumbuhan biasanya diberikan dalam bahasa yang digunakan dalam komunikasi antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang dipakai adalah bahasa sehari-hari di suatu daerah atau kelompok lokal masyarakat. Sedangkan untuk memberikan nama tumbuhan pada kalangan ilmuan, digunakan nama ilmiah yang bersifat universal dan berlaku serta dapat dimengerti oleh siapa saja yang menekuni dunia ilmu pengetahuan.

Nama ilmiah yang menyangkut takson-takson tumbuhan diatur dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan

(International Code Nomenclature) sebagai kesepakatan ahli ilmu tumbuhan dunia. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan ini berisi ketentuan pemberian nama tumbuhan menurut jenjang takson masing-masing dan memuat ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan nama tumbuhan, yaitu mengenai berubahan nama akibat perubahan status takson tumbuhan, ketentuan yang menyangkut publikasi nama dan berbagai hal lainya yang mempunyai kaitan dengan taksonomi tumbuhan. Ketentuan dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan itu ada yang bersifat sebagai perarturan, ada yang hanya berupa anjuran atau rekomendasi (bila terjadi pelanggaran tidak ada sanksinya).

Hal penting yang dimuat dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan terkait dengan penerapan morfologi dan terminologi. Ketentuan itu merupakan persyaratan yang dituntut dalam mempublikasikan suatau takson baru. yang mengatakan bahwa nama yang diberikan kepada suatu takson baru (misalnya suatu jenis tumbuhan baru yang ditemukan di suatu daerah yang belum dikenal sebelumnya) selain harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pemberian nama yang berlaku, nama itu harus dipublikasikan secara valid. Publikasi yang valid harus berupa barang cetakan yang didistribusikan kepada khalayak ramai melalui jual beli, tukar menukar, atau pemberian gratis, minimal diberikan kepada perpustakaan- perpustakaan, sehingga dapat dibaca oleh ahli-ahli ilmu tumbuhan. Dalam publikasi yang valid nama takson baru yang diperkenalkan kepada publik itu harus disertai beberapa hal,

2 | Pencandraan Tumbuhan

Page 15: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

yaitu: disertai dengan deskripsi atau sekurang-kurangnya diagnosinya yang ditulis dalam bahasa Latin.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dengan mudah dipahami, karena bagi siapapun nama saja tanpa deskripsi tidak membahas apapun. Orang yang mendengar atau

membaca nama itu tidak dapat menggambarkan apa dan bagaimana wujud dan sifat-sifat objek yang diberi nama tersebut. Di sinilah letak pentingnya mengkaji morfologi tumbuhan sehingga dengan itu dapat digambarkan wujud atau bentuk tumbuhan yang diberi nama itu. Seperti kita ketahui dalam memberikan gambaran mengenai wujud atau bentuk suatu objek, tidak terkecuali tumbuhan digunakan istilah yang berupa kata-kata atau rangkaian kata-kata tertentu untuk mengungkapkan makna yang tertentu pula.

Mempublikasikan nama suatu takson baru sampai saat ini masih dipersyaratkan deskripsi atau sekurang-kurangnya diagonisnya dalam bahasa Latin. Oleh karena itu, masih sangat diperlukan pengetahuan mengenai morfologi tumbuhan dalam bahasa Latin. Selain untuk dapat memahami deskripsi-deskripsi asli takson-takson baru yang ditulis dalam bahasa Latin, bila diperlukan dapat pula pengetahuan peristilahan morfologi dalam bahasa Latin itu digunakan untuk menyusun deskripsi atau diagonis dalam publikasi suatu nama takson tumbuhan baru yang ditemukan.

Untuk mempelajari taksonomi tumbuhan sangat dibutuhkan kajian morfologi dan terminologi. Hal ini menyangkut dalam mengenal atau identifikasi pada awalah atau pertama kali dipublikasikan hasil temuan tumbuhan species yang benar-benar baru maupun untuk pengulangan identifikasi, misalnya identifikasi morfologis tumbuhan oleh mahasiswa yang belum mengenal tumbuhan tertentu, tetapi para ahli mmorfologi dan taksonomi telah mengenal tumbuhan tersebut. Tumbuhan tersebut sebenarnya telah diberi nama dan pencandraannya, dan telah dipublikasikan dalam forum ilmiah atau publikasi ilmiah berupa jurnal.

Di dunia ini jumlah dan jenis tumbuhan yang kita kenal

sebenarnya sangat banyak, meskipun kita mengenalnya hanya

didasarkan pengamatan visual dan terbatas pada daya ingat

kita saja. Kita cukup mengenal jenis tumbuhan yang tumbuh

Muhfahroyin | 3

Page 16: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

di lingkungan sekitar kita, itupun tidak mengenal secara detail

karakteristiknya. Ahli- taksonomi pun tidak akan mampu

mengenali semua jenis tumbuhan di bumi ini, mengingat

jumlahnya yang terlalu banyaik, sehingga belum semuanya

diidentifikasik dan dideskripsikan. Di Indonesia, yang kekayaan

tumbuhannya diperkirakan mencapai 10-15% kekayaan dunia

yaitu antara 30-40 ribu jenis tumbuhan-tumbuhan pun belum

semuanya diketahui dan diidentifikasi.

Tumbuhan yang sudah dikenal oleh para ahli termuat

dalam karya-karya ilmiah yang berupa flora atau monografi.

Flora merupakan sebuah buku yang memuat berbagai

informasi mengenai semua jenis tumbuhan yang ada di

wilayah itu, sedangkan monografi merupakan suatu karya

ilmiah yang memuat informasi mengenai jenis-jenis tumbuhan

yang termasuk dalam suatu unit (takson) tertentu. Baik flora

maupun monografi sering dijadikan suatu sarana identifikasi

yang berupa kunci atau tabel untuk dapat mengenali jenis-

jenis tumbuhan yang nama dan berbagai informasi lainya.

Kunci atau tabel itu memuat serentetan pertanyaan-

pertanyaan yang bila sudah terjawab akan memberitahukan

nama jenis tumbuhan yang ditanyakan. Oleh karena itu kunci

atau tabel itu disebut pula kunci deteriminasi atau kunci

identifikasi. Pertanyaan-pertanyaan yang tersusun sebagai

tabel deteriminasi itu merupakan pertanyaan yang sebagai

besar mengenai hal-hal lain seperti misalnya mengenai habitat

dan sebagainya. Tumbuhan yang belum kita kenal, tetapi oleh

ahli tumbuhan sudah dikenal dan termuat dalam sebuah flora

dan monografi dapat kita kenali dengan menggunakan kunci

determinasi yang ada di dalam buku tersebut. Untuk dapat

menggunakan kunci determinasi itu, diperlukan penguasaan

morfologi dan terminologi tumbuhan, di samping ketajaman

obsevasi dan ketelitian pengamatan untuk mendeskripsikan

suatu jenis tumbuhan.

Dalam rangka mendeskripsikan suatu jenis tumbuhan

serta dalam penyusunan kunci determinasi, tidak boleh

4 | Pencandraan Tumbuhan

Page 17: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

dilakukan secara sembarang, tetapi harus menggunakan cara

sehingga deskripsi atau diagonis dan kunci determinasi itu

tertata secara sistematis, sehingga memudahkan pembaca dan

penggunanya suatu saat di masa depan.

Untuk memberikan panduan dan memudahkan proses

pencandraan tumbuhan, berikut ini diberikan petunjuk

menyusun pencandraan suatu tumbuhan berdasarkan organ-

organ tumbuhan yang dapat diamati secara morfologis.

B. Perawakan Tumbuhan (Habitus)

Apabila kita ingin mencandra tumbuhan, faktor penting

sebagai awal mencandra adalah menentukan perawakan

(habitus) tumbuhan tersebut. Habitus tersebut meliputi pohon,

semak, atau herba. Setelah itudilanjutkan dengan panjang

umurnya, misalnya setahun, dua tahun, atau tumbuhan

menahun. Selanjutnya apakah ada bagian-bagian lain selain akar

yang ada dalam tanah (yang spesifik untuk tanaman ini),

misalnya adanya umbi, rimpang dan lainnya.

Mengenai tempat yang dapat bersesuaian dengan

tumbuhan tersebut juga dapat dijadikan bahan deskripsi,

sebagai aspek ekologi, misalnya hidup di rawa, tepi kali,

sepanjang pantai, tanah pasir, atau tanah kapur, tingginya

tempat hidup dari permukaan air laut, iklim yang cocokdan

lainnya.

C. Mencandra Akar Tumbuhan

Untuk mencandra akar, dapat diamati dari susunan akar,

yaitu akar tanggung atau akar serabut. Akar tunggang dapat

diamati ada tau tidak akar pokoknya, percabangan akarnya,

bentuk dan sifat-sifatnya lain, misalnya warna, bau, dan rasanya.

Akar cabang dapat diamati jumlahnya, susunannya, besarnya

sudut dengan akar induk. Selanjutnya seperti akar tanggung.

Demikian pula akar serabut dapat dideskripsi jumlah

susunannya, ukuran dan lainnya seperti akar tunggang di atas.

Muhfahroyin | 5

Page 18: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

D. Mencandra Batang Tumbuhan

Mencandra batang tumbuhan dapat dimulai dengan

mengamati ada tidaknya batang pokok, jauh atau dekatnya

mulai ada percabangan, adanya akar banir, cara

percabanaganya, dan lainnya. Arah tumbuh tegak batang,

misalnya berbaring, merayap, memanjat, membelit, atau

lainnya. Bentuk dan sifat-sifat lainnya, misalnya bulat, persegi,

segi tiga, lunak, bekayu, atau berair. Lalu ukuranya dan ruas-

ruas yang ada pada batang tersebut. Permukaanya. Adanya alat-

alat lain misalnya duri, rambut, sayap, rigi-rigi, kelenjar, lentisel,

bergetah atau tidak, dan lainnya. Untuk cabang dari batang

dapat dideskripsikan seperti pada desjripsi batang tumbuhan.

E. Mencandra Daun Tumbuhan

Dilihat dari susunannya, daun tumbuhan dapat

terdeskripsi menjadi beberapa sifat, yaitu daun tunggal atau

majemuk. Bila tumbuhan tersebut memiliki sifat daun

majemuk, maka selanjutnya dapat diamati lagi tipe

majemuknya misalnya menjari, menyirip ganda atau tunggal,

bertipe genap atau gasal, sempurna atau tidak sempurna.

Apabila diamati dari tata letaknya, posisi daun dapat

beseling, tersebar, berkarang. Selanjutnya apabila tersebar

mengikuti rumus berapa per berapa. Sehubungan dengan alat

tambahan, dapat dideskripsi dari adanya alat-alat tambahan

tersebut, yaitu daun penumpu, selaput bumbung, dan lidah-

lidah. semua diuraikan bentuknya, dan lainnnya.

Khusus untuk daun tunggal dapat diberikan deskripsi

berdasarkan bagian-bagiannya, yaitu: 1) Upih daun, meliputi:

bentuk, ukuran, terbuka, memeluk batang, dan lainnya.

2)Tangkai daun, meliputi: ada atau tidak tangkai daun, bentuk,

ukuran, letaknya di pangkal atau ujung, ada atau tidaknya sayap,

alur, bersendi atau tidak, warnanya, permukaan, adanya

rambut, sisik, kelenjar, dan lainnya. 3) Helaian daun,

meliputi bangunnya (bulat, jorong, memanjang dan lainnya),

6 | Pencandraan Tumbuhan

Page 19: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

ukuran, susunan tulang tulang (menjari, menyirip, sejajar ,

melengkung), pangkal dan ujung daun (tumpul, berlekuk,

runcing, meruncing, rompang), tepi daun (rata, bergigi,

bergigi, berombak, berlekuk, bercangap, berbagi), sifat-sifat

lain (tipis seperti selaput, tebal berdaging, seperti berlulang, alat-

alat tambahan pada helaian daun, misalnya rambut- rambut,

duri, sisik-sisik dan lainnya.

F. Mencandra Bunga Tumbuhan

Keberadaan, tempat, dan susunan buah, buah tunggal

atau majemuk, letak di ujang batang atau di ketiak daun.

Perantara dan cara penyerbukan, meliputi anemofili,

entomofili, ornitofili, atau lainya. Untuk bunga tunggal dapat

dideskripsikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tangkai bunga: bentuk, ukuran, dan ciri-ciri lainnya,

2. Daun pelindung: bentuk, ukuran, warna, dan ciri-ciri

lainnya,

3. Daun-daun pembalut: susunan, jumlah, bentuk, warna dan

ciri-ciri lainnya,

4. Kelopak: jumlah dan kelopak, susunan, bentuk, dan ciri-ciri

lainnya,

5. Kelopak tambahan: ada atau tidak, ada atau tidak daun

pembalut, dan ciri-ciri lainnya,

6. Mahkota bunga: seperti pada kelopak, dimungkinkan

tentang warna, berlekatan dengan tangkai-tangkai sari

atau tidak, dan ciri-ciri lainnya,

7. Benang sari; jumlah, susunan, pelekatan dengan mahkota

(berseling atau berhadapan), tambahannya: heterostili,

protandri, dan ciri-ciri lainnya,

Khusus benang sari dapat dideskripsikan antara lain:

8. Perlekat tangkainya, bentuknya, dan ciri-ciri lainnya,

9. Deskripsi kepala sari: bentuk, jumlah ruang, posisi

duduknya pada tangkai sari, menghadap ke dalam atau

luar, cara membuka, dan ciri-ciri lainnya.

Muhfahroyin | 7

Page 20: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Khusus putik dapat dideskripsikan antara lain:

1. Jumlah, susunan, bentuk, ukuran, posisi duduknya, dan

ciri-ciri lainnya.

2. Bakal buah: terdiri atas beberapa helai daun buah, duduknya, jumlah ruang, berambut, bersisik, dan

3.

sebagainya.

Tangkai putik: bentuk, ukuran, dan ciri-ciri lainnya.

4. Kepala putik: jumlah, bentuk, dan ciri-ciri lainnya.

5. Diagram dan rumus bunga.

Untuk bunga majemuk dapat dideskripsikan apakah

termasuk bunga majemuk berbatas atau tidak berbatas, bentuk

bunga misalnya bunga bulir, tandan, payung atau lainya),

tempatnya, ukuran dan ciri-ciri lainnya.

G. Mencandra Buah

Deskripsi buah dapat diamati dari jenis buah, yaitu buah

sejati, buah semu, buah kering, buah berdaging, buah tunggal,

buah majemuk, buah berganda, warna buah pada saat waktu

muda dan setelah masak, termasuk buah yang dapat dikonsumsi

atau tidak, rasa buah menurut manusia, termasuk buah beracun

atau tidak.

H. Mencandra Biji

Perlu dihitung jumlah biji dalam buah. Jumlah biji dalam

setiap ruang. Bentuk biji, ukuran, warna, sifat lainnya. Inti biji

bentuk lembaga (tebal, tipis, bengkok, atau lurus,). Ada tidaknya

putih lembaga. Sifat putih lembaganya.

I. Mencandra Alat-alat Tumbuhan Lainnya

Untuk memberikan informasi tambahan tentang deskripsi

yang terdapat pada tumbuhan, selain yang sudah disebutkan,

dapat pula ditambahkan beberapa hal apabila ditemukan alat-

alat lainnya, misalnya:

8 | Pencandraan Tumbuhan

Page 21: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

1. Kuncup: tempatnya, jenisnya, keadaannya telanjang atau

tertutup, dan lainnya.

2. Alat-alat pembelit: cabang pembelit, daun pembelit, atau

akar pembelit.

3. Alat-alat memanjat lainnya: pengait, akar pelekat, duri.

4. Duri: duri tempel, duri sejati, tempatnya, dan lainnya,

5. Rambut gatal: bentuknya, tempatnya, dan lainnya.

6. Metamorfosis alat-alat mempunyai fungsi khusus: piala,

gelembung untuk menangkap serangga, alat-alat

pengapung dan lainnya.

Informasi deskriptif tambahan tersebut dapat

menjadikan pencandraan lebih spesifik sebagai pembeda

tumbuhan satu dengan lainnya. Pencandraan tersebut dapat

diterapkan dari segi morfologi dan termonologi dalam

kegiatan-kegiatan yang tercangkup pengamatan morfologi

tumbuhan.

Rangkuman

Di dunia ini terdapat beranekaragam tumbuhan. Para ahli

tumbuhan telah mengidentifikasi dan memberi nama terhadap

sebagian tumbuhan dan telah mencandra untuk kepentingan ilmu

pengetahuan. Untuk memudahkan pemanfaatan dalam dunia

pengetahuan, telah diidentifikasi secara morfologis pencandraan

tumbuhan. Pencandraan tumbuhan ini sangat bermanfaat untuk

penelitian dan pengembangan khasanah tumbuhan dam dunia

pembelajaran. Identifikasi karakteristik morfologis tumbuhan

tersebut meliputi pencandraan pada akar, batang, daun, bunga,

buah, dan biji. Hasil pencandraan menunjukkan bahwa setiap

jenius tumbuhan memiliki persamaan dan perbedaan karakteristik.

Bagi mahasiswa pendidikan biologi dapat memanfaatkan

lingkungan sekitar untuk belajar mengaplikasikan tatalaksana

pencandraan tumbuhan.

Muhfahroyin | 9

Page 22: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Tugas

1. Apakah manfaat pencandraan tumbuhan bagi mahasiswa

Pendidikan Biologi?

2. Coba Anda inventarisasi, karakteristik organ morfologis

tumbuhan untuk keperluan pencandraan!

3. Lakukan pencandraan tumbuhan yang ada pada prototype

hutan pembelajaran!

10 | Pencandraan Tumbuhan

Page 23: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

DAFTAR PUSTAKA Abdillah, M. 2001. Agama Ramah Lingkungan. Jakarta:

Paramadina.

Almadi, I. 2009. Strategi Pengembangan Hutan Kota sebagai

Sumber Belajar Biologi SMA di Kota Banjarbaru. Malang: PPS

Universitas Brawijaya.

Aunillah. N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Laksana

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Biologi. Jakarta: Ditjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas.

Hadiat. 1994. Pendidikan Sains, Teknologi, dan Masyarakat di Indonesia. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Isjoni. 2007. Paradigma Pembelajaran Bermakna. Bandung: Falah

Production.

Depdiknas. 2010. Rencana Induk Pengembangan Karakter Bangsa. Jakarta: Depdiknas.

Koesoema. A.D. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

Lickona, T. 1991. Educating for Character; How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Muhfahroyin. 2007. Pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai IMTAQ dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 5 Nomor 1 Maret 2007.

Muhfahroyin. 2009. Science Process Skills dalam Pembelajaran

Biologi Konstruktivistik. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 13 Nomor 2 Nopember 2009.

Muhfahroyin. 2010. Lingkungan Hidup: Wasiat masa Depan. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 14 Nomor 1 April 2009.

Muhfahroyin | 11

Page 24: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Sanaky, H.A.H. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dirgantara.

Salladien. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup senbagai Salah Satu Upaya Mengtasi Semakin Rapuhnya Sistem Lingkungan Kita di Era Milenium. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 20 Juni 2009. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soedarsono, S. 2002. Character Building; Membentuk Watak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono, T. 2010. Peningkatan Karakter Peserta Didik Peduli

Lingkungan pada Pembelajaran IPA Bervisi SETS (Science,

Evironment, Technology and Society). Semarang: SD Negeri

Sarirejo.

Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Online. http://www.suparlan. com/pages/posts/pendidikan-karakter- dankecerdasa-288.php.

Suryantini, S. 2011. Pentingnya Pendidikan Karakter. (Online).

Http://Skp. Unair. Ac.Id/Repository/Guru-

Indonesia/Pendidikankarakter_Hjsrisuryantinispd _92 75.Pdf.

Diakses 10 Maret 2012.

Thiagarajan, S. 1985. Development Research Model in Education.

Boston: Allyn and Bacon.

Utomo, P. 2011. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

untuk Anak Usia Dini. (Online).

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-

lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-dini/.

Diakses 10 Maret 2012.

Witoelar, R. 2008. Laporan Hasil-hasil Pelaksanaan COP 13.CMP 3 United Nation Conference on Climate Change. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

12 | Pencandraan Tumbuhan

Page 25: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

BAB II PENCANDRAAN

TUMBUHAN

Capaian pembelajaran: Setelah mempelajari BAB II, mahasiswa diharapkan:

1. Mampu memahami lingkungan sebagai wahana pembelajaran.

2. Mampu menginventarisasi potensi lingkungan untuk prototype

hutan pembelajaran.

3. Mampu mengembangkan prototype hutan pembelajaran

sebagai salah satu sumber belajar.

Page 26: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas
Page 27: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

INISIASI PROTOTYPE HUTAN PEMBELAJARAN

Pada bab ini dibahas mengenai lingkungan sebagai wahana

pembelajaran. Tatacara menginventarisasi potensi lingkungan

untuk prototype hutan pembelajaran. Tahap-tahap pengembangan

prototype hutan pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar.

A. Deskripsi dan Pengembangan Protoptype Hutan

Pembelajaran

Protoptype Hutan Pembelajaran adalah sebuah

rancang bangun awal (inisiasi) sebuah sumber belajar

lingkungan berkarakter hutan yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber belajar dan pembelajaran. Inisiasi Protoptype

Hutan Pembelajaran ini dikembangkan menggunakan 4D

Models yang diadaptasi dari Thiagarajan (1985), dengan

langkah-langkah pengembangan sebagai berikut.

1. Define (Pendefinisian)

Tahap define (pendefinisian) ini dilakukan dengan

analisis konsep dan analisis kebutuhan mengenai karakter

peduli lingkungan dan wahana project-based learning

dalam prototype hutan pembelajaran yang akan diinisiasi.

2. Design (Perancangan)

Design (perancangan) dilakukan untuk

menghasilkan prototype hutan pembelajaran, sebelum

dilakukan tahap pengembangan. Tahap ini dilakukan

untuk merancang denah lokasi, pedoman kegiatan lapang

bagi mahasiswa, dan rencana pelaksanaan inisiasi

pengembangan hutan pembelajaran, serta instrumen

penelitian untuk mengukur terbentuknya karakter peduli

lingkungan.

3. Develop (Pengembangan)

Tahap develop (pengembangan) adalah pembuatan

peta lahan dan pelaksanaan pengembangan seluruh

Muhfahroyin | 13

Page 28: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

instrument inisiasi prototype hutan pembelajaran pada

matakuliah yang terlibat kegiatan. Pada tahap ini

dilakukan untuk pengembangan pedoman kegiatan lapang

bagi mahasiswa, dan rencana pelaksanaan inisiasi

pengembangan hutan pembelajaran, dan validasi

instrumen-instrumen penelitian pada matakuliah yang

memanfaatkan inisiasi prototype hutan pembelajaran.

Hasil proses design pada langkah sebelumnya

berupa peta lahan inisisasi prototype, direalisasikan pada

lahan sebenarnya, yaitu pengelolaan lahan dengan ukuran

kurang lebih lebar 50 m dan panjang 100 m (5000 m2) dibagi

menjadi 9 (sembilan) bagian dengan ukuran masing- masing

bagian kurang lebih 16 x 32 m. Setiap bagian dari lahan

tersebut dibatasi dengan pembatas tali dan di tengah bagian

diberi nomor urut peta lahan. Secara keseluruhan, setiap

bagian memiliki rute penghubung dengan pola spiral,

mulai dari gerbang sebelah selatan, berurutan ke nomor 1

sampai dengan nomor 9, kemudian kembali ke arah

gerbang melalui nomor 3. Dalam rancangan, rute tersebut

dibedakan dengan dua warna, yaitu warna merah untuk

masuk dan warna biru untuk keluar, tetapi dalam kenyataan

di lapangan rute ditandai dengan tali penghubung dan

pembatas antar bagian.

B. Potensi Protoype Hutan Pembelajaran sebagai Sumber

Belajar

Pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru/dosesn

atau guru hendaknya mengedepankan konsep pembelajaran

bermakna (meaningful learning) dan kontekstual (contexrual

teaching and learning). Dalam pembelajaran ini peserta didik

diberdayakan untuk menjadi pembelajar yang mampu

mengaitkan pengetahuan tekstual dengan realitas

kontekstual. Dalam perkuliahan, dosen sebagai fasilitator

pembelajaran harus mampu menciptakan suasana belajar

yang terhubung dengan dunia nyata.

14 | Pencandraan Tumbuhan

Page 29: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Pembelajaran mata kuliah sains biologi dapat

diselenggarakan dengan kreasi dan inovasi pembelajaran

berbasis lingkungan. Lingkungan dalam arti luas merupakan

sumber belajar yang sangat bermakna. Pemahaman

mahasiswa bahwa sebagai makhluk hidup, berinteraksi

dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda

mati di lingkungan, yaitu berbagai tumbuhan dan hewan,

sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan

tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam

lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan

jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut

(Utomo, 2011).

Pemahaman mengenai lingkungan hidup lebih

bermakna dan kontekstual bila dosen membawa mahasiswa

pada alam nyata untuk menciptakan pengalaman langsung

dan bertujuan mengenali sumber belajar secara konkret dan

memecahkan masalah yang ada di lingkungan tersebut (Sanaky,

2011). Hutan sebagai salah satu unsur lingkungan hidup

merupakan media dan sumber belajar yang sangat bermakna

bagi mahasiswa pendidikan sains dan biologi.

Gambar 1. Prototype Hutan Pembelajaran untuk Pembelajaran.

Muhfahroyin | 15

Page 30: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Dalam hal ini mahasiswa tidak harus selalu dibawa ke

hutan yang sebenarnya, tetapi dapat diberdayakan dengan

belajar pada hutan kota. Hutan kota merupakan lahan

tumbuhnya tumbuhan perkotaan yang memberikan manfaat

lingkungan. Hutan kota memiliki fungsi proteksi, estetika,

rekreasi dan pembelajaran. Dalam Peraturan Pemerintah No.

63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota disebutkan bahwa

fungsi hutan kota adalah: (1) memperbaiki dan menjaga

iklim mikro dan nilai estetika; (2) meresapkan air;

menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik

kota; (4) mendukung pelestarian keanekaragaman hayati

Indonesia. Selanjutnya Pada Pasal 27 ayat (1) menyatakan

bahwa hutan kota dapat dimanfaatkan antara lain untuk

keperluan pendidikan.

Untuk keperluan pendidikan tersebut, mahasiswa

dapat bersatu padu mendukung program hutan kota dengan

mengidentifikasi lahan kritis yang dapat diberdayakan untuk

diolah dan dikelola menjadi hutan pembelajaran. Dosen

dapat memfasilitasi mahasiswa melaksanakan project based

learning yang terencana, sehingga lahan kritis yang semula

tidak memberikan manfaat menjadi lahan yang bermanfaat

sebagai hutan pembelajaran.

C. Hakikat Pembelajaran Sains

Karakteristik pembelajaran sains adalah mempelajari

permasalahan yang berkait dengan fenomena alam, baik

secara kualitatif maupun kuantitatif dan berbagai

permasalahan yang berhubungan dengan penerapannya

untuk membangun teknologi guna mengatasi permasalahan

dalam kehidupan masyarakat (Depdiknas (2007). Oleh karena

itu, melalui pembelajaran sains diharapkan siswa akan

memperoleh bekal keilmuan untuk mengembangkan

keterampilan proses maupun prestasi akademik guna

mengatasi permasalahan kehidupan nyata (kontekstual).

16 | Pencandraan Tumbuhan

Page 31: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Pembelajaran sains dapat memfasilitasi siswa memiliki

kompetensi dan apabila dilaksanakan dengan pembelajaran

yang bermakna (meaningful). Pembelajaran bermakna

merupakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

kontekstual

Pembelajaran bermakna mengandung kebermaknaan

personal bagi seluruh peserta didik, mengkaitkan materi dengan

pengalaman siswa masa lalu, untuk mengantisipasi masa

depan. Dalam pembelajaran bermakna siswa melakukan

kegiatan secara aktif dan kreatif. Selain itu, pembelajaran

bermakna juga menuntut keterkaitan pembelajaran di kelas

dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini

pembelajaran kontekstual akan memberikan makna yang lebih

produktif bagi peserta didik. Depdiknas (2007b) dan Isjoni

(2007) mengungkapkan bahwa untuk mencapai pembelajaran

bermakna tidak harus mengubah kurikulum dan tatanan yang

ada, namun dari setiap aspek kompetensi dasar pembelajaran

dapat diintegrasikan keterkaitan antara dengan realitas

kehidupan.

Keterkaitan sains dengan permasalahan yang ada dalam

kehidupan sehari-hari, disamping mempermudah siswa untuk

mempelajari konsep-konsep atau prinsip-prinsip biologi, juga

berdampak positif karena siswa semakin memahami

permasalahan sains dalam kehidupan sehari-hari (Hadiat,

1994). Pemahaman sains yang memadai akan membantu

siswa mampu memecahkan permasalahannya yang berkaitan

dengan sains dalam kehidupan sehari-hari.

Muhfahroyin | 17

Page 32: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Gambar 2. Pencandraan Tumbuhan Dilakukan dalam Kelas.

Selain itu mahasiswa mampu melakukan langkah-

langkah pengembangan lebih lanjut berupa pemanfaatkan

konsep-konsep sains tersebut untuk kepentingan hidupnya yang

merupakan landasan berpikir bagi siswa dalam mengatasi

permasalahan yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-

hari. Bila bermaknanya pembelajaran sains telah sampai pada

aspek sikap, moral, dan kepedulian peserta didik, maka jiwa

yang berkarakter akan terbentuk seiring dengan pembelajaran

yang diselenggarakan.

D. Lingkungan sebagai Sumber Belajar

Pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen atau guru

hendaknya mengedepankan konsep pembelajaran bermakna

(meaningful leraning) dan kontekstual (contexrual teaching and

learning). Dalam perkuliahan, dosen sebagai fasilitator

pembelajaran harus mampu menciptakan suasana belajar yang

terhubung dengan dunia nyata (Muhfahroyin,

2007; 2013).

18 | Pencandraan Tumbuhan

Page 33: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Pembelajaran mata kuliah sains biologi dapat

diselenggarakan dengan kreasi dan inovasi pembelajaran

berbasis lingkungan. Lingkungan dalam arti luas merupakan

sumber belajar yang sangat bermakna. Manusia merupakan

salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan

penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat

dalam sistem tersebut (Utomo, 2011).

Gambar 3. Belajar Peduli Lingkungan pada Prototype Hutan Pembelajaran

Pemahaman mengenai lingkungan hidup lebih

bermakna dan kontekstual bila dosen membawa mahasiswa

pada alam nyata untuk menciptakan pengalaman langsung

dan bertujuan mengenali sumber belajar secara konkrit dan

memecahkan masalah yang ada di lingkungan tersebut

(Muhfahroyin, 2010; Sanaky, 2011). Hutan sebagai salah satu

unsur lingkungan hidup merupakan media dan sumber belajar

yang sangat bermakna bagi mahasiswa pendidikan sains dan

biologi. Dalam hal ini mahasiswa tidak harus selalu dibawa ke

hutan yang sebenarnya, tetapi dapat diberdayakan dengan

belajar pada hutan kota. Hutan kota merupakan lahan

Muhfahroyin | 19

Page 34: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

tumbuhnya tumbuhan perkotaan yang memberikan manfaat

lingkungan (Almadi, 2009).

Gambar 4. Pencandraan Tumbuhan secara Kolaboratif di lokasi Prototype Hutan Pembelajaran.

Untuk keperluan pendidikan tersebut, model

pembelajaran berbasis prototype hutan pembelajaran untuk

meningkatkan aktivitas belajar sangat dibutuhkan, sehingga

mahasiswa mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Dosen dapat memfasilitasi

mahasiswa melaksanakan project-based learning yang

terencana, sehingga lahan kritis yang semula tidak

memberikan manfaat menjadi lahan yang bermanfaat sebagai

hutan pembelajaran.

E. Pembelajaran Kolaboratif Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang

menuntut peserta didik untuk dapat bertanggung jawab atas

belajar mereka sendiri dan berusaha menggali informasi yang

berhubungan dengan bekal kompetensi yang harus dipahami.

Dalam pembelajaran kolaboratif, guru berperan sebagai

20 | Pencandraan Tumbuhan

Page 35: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

fasilitator bagi semua siswa dalam kelompok belajar, sehingga

dipastikan semua siswa benar-benar belajar membentuk

learning community (Rockwell, 2012; Saito et al, 2015). Untuk

melihat hasil proses pembelajaran kolaboratif ini dilakukan

penilaian oleh sesama murid. Luzet (2013) menyatakan

bahwa pembelajaran kolaboratif mendasarkan pada teori Zone

of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding, ssiswa saling

membantu untuk mencapai keberhasilan meraih kompetensi

tertentu dalam kelompok belajar.

Pembelajaran kolaboratif bermula dari perpsektif

filosofis terhadap konsep belajar, bahwa dalam siswa dapat

belajar, harus memiliki pasangan atau teman. Menurut Moss

dan Beatty (2006) bahwa pembelajaran kolaboratif didasarkan

pada konsep Dewey dalam bukunya “Democracy and

Education”, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin

masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar

kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang

pendidikan adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by

doing, (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik, (3)

pengetahuan selalu berkembang, tidak bersifat tetap, (4)

pembelajaran hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat

siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar

dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati

satu sama lain, dalam hal ini prosedur demokratis sangat

diutamakan, (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan

dengan dunia nyata dan bertujuan mengembangkan dunia

tersebut.

Prinsip yang dibutuhkan agar kolaborasi berhasil, yaitu

saling ketergantungan positif, interaksi langsung antarsiswa,

pertanggungjawaban individu, keterampilan berkolaborasi,

efektivitas proses kelompok.

Muhfahroyin | 21

Page 36: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Gambar 5. Observer Mengobservasi Pembelajaran Kolaboratif di Lokasi Prototype Hutan Pembelajaran .

Karakteristik belajar kolaboratif yang terbentuk yaitu

siswa belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa

ketergantungan dalam proses belajar, penyelesaian tugas

kelompok mengharuskan semua anggota bekerja bersama,

interaksi tatap muka antar anggota kelompok, masing-masing

siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang telah

disepakati, siswa belajar keterampilan komunikasi

interpersonal, peran guru sebagai fasilitator, sharing

pengetahuan antar siswa, pengelompokkan secara heterogen

Brandt (2004). Selain itu menurut Olivares (2005) dengan

pembelajaran kolaboratif siswa terlatih berkomunikasi dan

berpikir kritis. Kebersamaan siswa dalam kelompok berpikir

kritis menghasilkan pemahaman tingkat tinggi yang dapat

dimiliki setiap anggota kelompok.

22 | Pencandraan Tumbuhan

Page 37: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

F. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan fisik

maupun psikis peserta didik yang saling berkaitan sehingga

tercipta kegiatan belajar. Paradigma pembelajaran yang

berpijak pada filosofi constructivism adalah pembelajaran

yang berpusat pada peserta didik (student centered learning)

(Trilling dan Hood, 1999). Dalam pembelajaran, guru

berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sebagian besar

waktu di kelas adalah milik siswa untuk menggali

pengetahuan dan mengembangkan ketrampilannya sendiri.

Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator yaitu

menyediakan fasilitas belajar, membimbing dan memotivasi

siswa menggunakan berbagai pembelajaran aktif (Silberman,

2009).

Dalam aktivitas belajar ini peserta didik sebaiknya aktif

lebih dominan dalam mengikuti pembelajaran. Menurut

Sardiman (2005), salah satu hal yang berpengaruh pada

proses pembelajaran adalah aktifitas belajar peserta didik.

Dengan kata lain dalam beraktivitas peserta didik tidak hanya

memberdayakan fisik, tetapi pembelajaran dikatakan efektif

bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam

pengorganisasian dan penemuan informasi, sehingga mereka

tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang

diberikan oleh guru. Selanjutnya menurut Nasution (2000),

aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani

ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas

tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir

selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak

berfikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka

peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau

beraktivitas. Dalam pembelajaran, tugas guru selain

mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peserta

didik dapat mengembangkan minds-on activities, juga

diharuskan mengembangkan potensi hands-on activities

(Haury dan Rillero, 1994).

Muhfahroyin | 23

Page 38: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan,

mendukung, dan menarik hati. Aktivitas yang dapat dilakukan

siswa di sekolah di ataranya: 1) visual activities (membaca,

memperhatikan), 2) oral activities (menyatakan, merumuskan,

bertanya, diskusi, wawancara), 3) listening activities

(mendengarkan petunjuk, mendengarkan pendapat orang

lain), 4) writing activities (menuliskan laporan, menyalin,

membuat rangkuman), 5) drawing activities (menggambar,

membuat table, membuat grafik), 6) motor activities

(melakukan percobaan, kontruksi, bermain), 7) mental

activities (menanggapi, mengingat, menganalisis,

memecahkan soal, mengambil keputusan), dan 8) emotional

activities (berminat, semangat, gembira, berani). Diskripsi ini

menunjukkan bahwa perilaku atau aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung sangatlah beragam. Jika aktivitas

belajar siswa dioptimalkan selama proses pembelajaran maka

hasil belajarnya dapat lebih baik (Sardiman, 2005).

Gambar 4. Kegiatan Refleksi Pembelajaran Kolaboratif

di Lokasi Prototype Hutan Pembelajaran.

24 | Pencandraan Tumbuhan

Page 39: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Dari aktivitas yang telah dirinci tersebut dapat

dipetakan aktivitas belajar yang dilakukan di luar kelas

dengan pendekatan kontekstual dan beorientasi hands-on

activities dengan memberdayakan belajar kolaboratif

berbasis prototype hutan pembelajaran.

Rangkuman

Mempelajari objek biologi, terutama tumbuhan, dapat

dilakukan langsung pada wahana lingkungan. Lingkungan yang

dikondisikan untuk pembelajaran dapat mengadaptasi fungsi

hutan alami yang pernah kita kunjungi. Untuk memperpendek

jaran pembelajar dengan kontekstual hutan, maka dapat

dikembangkan inisiasi prototype hutan pembelajaran. Tahapan

pengembangan nya dapat mengadopsi model pengembangan 4D

Models (Define, Design, Develop, Disseminate). Setelah terbentuk

prototype ihutan pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai

sumber belajar berbasis prototype hutan pembelajaran.

Mahasiswa dapat belajar berkolaborasi dengan mengatifkan

potensi diri melalui aktivitas belajar dqan keterampilan proses

sains.

Tugas

1. Coba Anda jelaskan mengenai lingkungan sebagai wahana

pembelajaran!

2. Bagaimanakah Anda menginventarisasi potensi lingkungan

untuk prototype hutan pembelajaran?

3. Coba Anda lakukan pengembangan prototype hutan

pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar.

Muhfahroyin | 25

Page 40: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

DAFTAR RUJUKAN Abdillah, M. 2001. Agama Ramah Lingkungan. Jakarta:

Paramadina.

Almadi, I. 2009. Strategi Pengembangan Hutan Kota sebagai

Sumber Belajar Biologi SMA di Kota Banjarbaru. Malang: PPS

Universitas Brawijaya.

Aunillah. N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Laksana

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Biologi. Jakarta: Ditjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas.

Hadiat. 1994. Pendidikan Sains, Teknologi, dan Masyarakat di Indonesia. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Isjoni. 2007. Paradigma Pembelajaran Bermakna. Bandung: Falah

Production.

Depdiknas. 2010. Rencana Induk Pengembangan Karakter Bangsa. Jakarta: Depdiknas.

Koesoema. A.D. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

Lickona, T. 1991. Educating for Character; How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Muhfahroyin. 2007. Pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai IMTAQ dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 5 Nomor 1 Maret 2007.

Muhfahroyin. 2009. Science Process Skills dalam Pembelajaran

Biologi Konstruktivistik. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 13 Nomor 2 Nopember 2009.

Muhfahroyin. 2010. Lingkungan Hidup: Wasiat masa Depan. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 14 Nomor 1 April 2009.

26 | Pencandraan Tumbuhan

Page 41: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Sanaky, H.A.H. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dirgantara.

Salladien. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup senbagai Salah Satu Upaya Mengtasi Semakin Rapuhnya Sistem Lingkungan Kita di Era Milenium. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 20 Juni 2009. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soedarsono, S. 2002. Character Building; Membentuk Watak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono, T. 2010. Peningkatan Karakter Peserta Didik Peduli

Lingkungan pada Pembelajaran IPA Bervisi SETS (Science,

Evironment, Technology and Society). Semarang: SD Negeri

Sarirejo.

Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Online. http://www.suparlan. com/pages/posts/pendidikan-karakter- dankecerdasa-288.php.

Suryantini, S. 2011. Pentingnya Pendidikan Karakter. (Online).

Http://Skp. Unair. Ac.Id/Repository/Guru-

Indonesia/Pendidikankarakter_Hjsrisuryantinispd _92 75.Pdf.

Diakses 10 Maret 2012.

Thiagarajan, S. 1985. Development Research Model in Education.

Boston: Allyn and Bacon.

Utomo, P. 2011. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

untuk Anak Usia Dini. (Online).

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-

lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-dini/.

Diakses 10 Maret 2012.

Witoelar, R. 2008. Laporan Hasil-hasil Pelaksanaan COP 13.CMP 3 United Nation Conference on Climate Change. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Muhfahroyin | 27

Page 42: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

28 | Pencandraan Tumbuhan

Page 43: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

BAB III

PEMANFAATAN PROTOTYPE

HUTAN PEMBELAJARAN

Capaian pembelajaran: Setelah mempelajari BAB III, mahasiswa diharapkan:

1. Mampu memahami manfaat prototype hutan pembelajaran

untuk wahana pencandraan.

2. Mampu menginventarisasi tumbuhan pada prototype hutan

pembelajaran dalam pencandraan.

3. Mampu memanfaatkan prototype hutan pembelajaran dalam

berbagai mata kuliah.

Page 44: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas
Page 45: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

PEMANFAATAN PROTOTYPE HUTAN PEMBELAJARAN

Pada bab ini dibahas mengenai manfaat prototype hutan pembelajaran untuk wahana pencandraan, inventarisasi tumbuhan

pada prototype hutan pembelajaran dalam pencandraan, dan

pemanfaatan prototype hutan pembelajaran dalam berbagai mata kuliah.

Pemanfaatan inisiasi prototype hutan pembelajaran dapat dilaksanakan melalui beberapa matakuliah. Kegiatan yang dilaksanakan berupa implementasi rancangan pembelajaran berbasis kepedulian lingkungan melalui kegiatan aktivitas mahasiswa yang berorientasi science process skill menggunakan scientific approach, dengan lingkungan integrasi minds on activity dan hands on activity. Berikut disajikan rancangan implementasi pembelajaran berbasis inisiasi prototype hutan pembelajaran pada beberapa matakuliah.

A. Matakuliah Pengetahuan Lingkungan Hidup

Dalam kegiatan ini mahasiswa dikenalkan pada inisiasi

prototype hutan pembelajaran dan dibiasakan melakukan kepedulian terhadap lingkungan yang aktivitasnya dapat diamati, yaitu usaha memperbaiki kerusakan lingkungan, reboisasi, menjaga dan merawat tumbuhan, bekerja sama (gotong royong), serta belajar dari lingkungan. Melalui kegiatan ini mahasiswa belajar untuk berpikir kritis, pembiasaan sikap peduli, dan terlatih terampil bekerja yang merepresentasi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Langkah kegiatan uji coba lapang yang telah dilakukan

adalah mengenalkan lahan inisisasi prototype hutan pembelajaran kepada mahasiswa, mengarahkan mahasiswa mengikuti kegiatan lapang, menggunakan petunjuk kegiatan lapang yang telah dibuat, membentuk kelompok mahasiswa

sesuai peta lahan inisiasi prototype, mahasiswa bekerja dan belajar pada bagian lahan yang telah ditentukan, dosen peneliti beserta tim teknis mengamati kegiatan lapang mahasiswa.

Pelaksanaan kegiatan lapang diikuti 58 mahasiswa,

terbagi dalam 8kelompok kecil, mengikuti rangkaian kegiatan

Muhfahroyin | 29

Page 46: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

pengembalian lahan kritis menjadi bermanfaat secara ekologis

kembali, meliputi: 1) penanaman tumbuhan, 2) pemupukan, 3)

pengairan, 4) penyiangan, dan 5) bekerja sama. Observer

melakukan observasi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran

ini.

B. Matakuliah Morfologi Tumbuhan

Pada matakuliah morfologi tumbuhan dikaji mengenai struktur morfologi tumbuhan, yang meliputi akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Pembelajaran mata kuliah morfologi tumbuhan sangat bermakna apabila mahasiswa dikenalkan pada objek-objek langsung tumbuhan di lingkungan alami.

Inisiasi prototype hutan pembelajaran dijadikan wahana kontekstual untuk memfasilitasi mahasiswa belajar pada mata kuliah morfologi tumbuhan. Setelah mahasiswa memperoleh kajian menyeluruh tentang akar batang, daun, bunga, dan buah, maka diadakan sosialisasi tentang adanya

inisiasi prototype hutan pembelajaran kepada mahasiswa. Pada

sosialisasi ini disampaikan menfaatat Inisiasi prototype hutan pembelajaran untuk pembelajaran morfologi tumbuhan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pencandraan tumbuhan yang ada di lokasi inisiasi prototype hutan pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya adalah turun lapang. Kegiatan ini diikuti oleh 53 mahasiswa yang mengambil matakuliah Morfologi Tumbuhan yang terbagi menjadi 8 kelompok. Kegiatan berupa pencandraan yang dilakukan secara berkelompok. Mahasiswa bekerja pada peta lahan yang telah ditentukan, dengan mengikuti panduan kegiatan yang telah dibuat. Aktivitas yang dilakukan berupa: 1) Melakukan

pengamatan di prototype, 2) Mencandra tumbuhan di

prototype, 3) Melakukan diskusi kelompok, 4) Menjaga kondisi

keutuhan prototype, 5) Bekerja sama. Observer melakukan observasi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran ini.

C. Matakuliah Media Pembelajaran Biologi

Pada matakuliah Media Pembelajaran Biologi, mahasiswa calon guru biologi dikenalkan pada media-media

30 | Pencandraan Tumbuhan

Page 47: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

yang dapat digunakan untuk mempermudah siswa memahami substansi materi biologi. Salah satu media pembelajaran biologi yang dapat diberdayakan adalah lingkungan alami yang bersifat kontekstual. Hal inilah yang menjadi pertimbangan

bahwa Inisiasi prototype hutan pembelajaran dapat

diberdayakan untuk menguatkan pembelajaran mata kuliah Media Pembelajaran Biologi.

Setelah mahasiswa memperoleh kajian menyeluruh tentang media pembelajaran biologi melalui pembelajaran klasikal, maka diadakan sosialisasi tentang adanya inisiasi

prototype hutan pembelajaran kepada mahasiswa. Pada

sosialisasi ini disampaikan menfaatat inisiasi prototype hutan pembelajaran untuk pembelajaran mata kuliah Media Pembelajaran Biologi. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengamati lingkungan hidup dan mengemas hasil pengamatan

dalam bentuk media ICT (power point dan video kondisi lingkungan).

Kegiatan selanjutnya adalah turun lapang. Kegiatan ini diikuti oleh 51 mahasiswa yang mengambil matakuliah Media Pembelajaran Biologi yang terbagi menjadi 12 kelompok. Aktivitas yang dilakukan berupa: 1) Melakukan pengamatan di prototype, 2) Merekam atau mencatat hasil pengamatan, 3) Melakukan diskusi kelompok, 4) Menjaga kondisi keutuhan prototype, 5) Bekerja sama. Kegiatan pengamatan yang dilakukan secara berkelompok. Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung, mengukur, mengambil foto, dan video. Mahasiswa bekerja pada peta lahan yang telah ditentukan,

dengan mengikuti panduan kegiatan yang telah dibuat. Observer melakukan observasi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran ini.

D. Matakuliah Telaah Biologi SMA

Matakuliah Telaah Biologi SMA mengkaji materi yang berhubungan dengan biologi di SMA yang berorientasi pada kurikulum yang berlaku saat ini. Kurikulum yang berlaku saat ini di SMA adalah Kurikulum 2013, yang berorientasi pada

pendekatan scientific approach. Mahasiswa yang mengambil matakuliah Telaah Biologi SMA 2 merupakan mahasiswa semester 6 (enam) yang harus siap turun mengabdikan diri

Muhfahroyin | 31

Page 48: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

sebagai guru biologi yang memahami dan mampu melaksanakan Kurikulum 2013. Untuk memperkuat pemahaman tentang materi biologi SMA dan penyampaian

scientific approach, mahasiswa perlu dibekali dengan pengemasan materi biologi dan cara memfasilitasi pembelajarannya. Salah satu instrumen pembelajaran yang

berorientasi scientific approach bagi siswa SMA adalah lembar

kegiatan siswa (LKS) yang berorientasi scientific approach.

Untuk mengembangkan LKS yang berorientasi scientific approach, mahasiswa calon guru biologi dapat memanfaatkan lingkungan sebagai pencetus ide pengembangan LKS yang

berorientasi scientific approach. Dalam hal ini, inisiasi

prototype hutan pembelajaran dapat dimanfaatkan sebagai wahana menggali informasi yang dapat dilanjutkan sebagai bahan pengembangan LKS bagi siswa SMA.

Setelah mahasiswa memperoleh kajian menyeluruh tentang telaah biologi SMA melalui pembelajaran klasikal,

maka diadakan sosialisasi tentang adanya inisiasi prototype hutan pembelajaran kepada mahasiswa. Pada sosialisasi ini

disampaikan menfaatat inisiasi prototype hutan pembelajaran untuk pembelajaran mata kuliah Telaah Biologi SMA. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengamati lingkungan hidup dan

mengemas hasil pengamatan dalam bentuk media ICT (power point dan video kondisi lingkungan) yang selanjutnya menjadi acuan pengembangan LKS.

Kegiatan selanjutnya adalah turun lapang. Kegiatan ini diikuti oleh 75 mahasiswa yang mengambil matakuliah Telaah Biologi SMA 2 yang terbagi menjadi 9 kelompok. Aktivitas yang

dilakukan berupa: 1) Melakukan pengamatan di prototype, 2) Merekam atau mencatat hasil pengamatan, 3) Melakukan diskusi

kelompok, 4) Menjaga kondisi keutuhan prototype, 5) Bekerja

sama. Kegiatan pengamatan dilakukan secara berkelompok. Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung, mengukur, mengambil foto, dan video. Mahasiswa bekerja pada peta lahan yang telah ditentukan, dengan mengikuti panduan kegiatan yang telah dibuat. Observer melakukan observasi aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran ini.

32 | Pencandraan Tumbuhan

Page 49: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Rangkuman

Sebagai sumber belajar kontekstual, prototype hutan

pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi mahasiswa

dalam melakukan pencandraan tumbuhan. Selain itu, untuk

beberapa mata kuliah juga dapat memanfaatkan prototype hutan

pembelajaran sebagai sumber belajar, misalnya pada matakuliah

Pengetahuan Lingkungan, Media Pembelajaran, Telaah Biologi,

Botani Tumbuhan Tinggi, struktur Tumbuhan, dan lainnya.

Tugas

1. Dalam rangka pencandraan tumbuhan, coba Anda jelaskan

manfaat prototype hutan pembelajaran untuk wahana

pencandraan.

2. Coba Anda inventarisasi tumbuhan pada prototype hutan

pembelajaran untuk pelaksanaan pencandraan.

3. Coba Anda implementasikan manfaat prototype hutan

pembelajaran dalam beberapa mata kuliah yang relevan.

Muhfahroyin | 33

Page 50: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

DAFTAR PUSTAKA Abdillah, M. 2001. Agama Ramah Lingkungan. Jakarta:

Paramadina.

Almadi, I. 2009. Strategi Pengembangan Hutan Kota sebagai

Sumber Belajar Biologi SMA di Kota Banjarbaru. Malang: PPS

Universitas Brawijaya.

Aunillah. N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Laksana

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Biologi. Jakarta: Ditjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas.

Hadiat. 1994. Pendidikan Sains, Teknologi, dan Masyarakat di Indonesia. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Isjoni. 2007. Paradigma Pembelajaran Bermakna. Bandung: Falah

Production.

Depdiknas. 2010. Rencana Induk Pengembangan Karakter Bangsa. Jakarta: Depdiknas.

Koesoema. A.D. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

Lickona, T. 1991. Educating for Character; How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Muhfahroyin. 2007. Pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai IMTAQ dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 5 Nomor 1 Maret 2007.

Muhfahroyin. 2009. Science Process Skills dalam Pembelajaran

Biologi Konstruktivistik. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 13 Nomor 2 Nopember 2009.

Muhfahroyin. 2010. Lingkungan Hidup: Wasiat masa Depan. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 14 Nomor 1 April 2009.

34 | Pencandraan Tumbuhan

Page 51: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Sanaky, H.A.H. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dirgantara.

Salladien. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup senbagai Salah Satu Upaya Mengtasi Semakin Rapuhnya Sistem Lingkungan Kita di Era Milenium. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 20 Juni 2009. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soedarsono, S. 2002. Character Building; Membentuk Watak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono, T. 2010. Peningkatan Karakter Peserta Didik Peduli

Lingkungan pada Pembelajaran IPA Bervisi SETS (Science,

Evironment, Technology and Society). Semarang: SD Negeri

Sarirejo.

Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Online. http://www.suparlan. com/pages/posts/pendidikan-karakter- dankecerdasa-288.php.

Suryantini, S. 2011. Pentingnya Pendidikan Karakter. (Online).

Http://Skp. Unair. Ac.Id/Repository/Guru-

Indonesia/Pendidikankarakter_Hjsrisuryantinispd _92 75.Pdf.

Diakses 10 Maret 2012.

Thiagarajan, S. 1985. Development Research Model in Education.

Boston: Allyn and Bacon.

Utomo, P. 2011. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

untuk Anak Usia Dini. (Online).

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-

lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-dini/.

Diakses 10 Maret 2012.

Witoelar, R. 2008. Laporan Hasil-hasil Pelaksanaan COP 13.CMP 3 United Nation Conference on Climate Change. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Muhfahroyin | 35

Page 52: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

36 | Pencandraan Tumbuhan

Page 53: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

BAB IV

PENUTUP

Lahan kritis yang disebabkan oleh karena kesalahan

penggunaan lahan di masa lalu dan dibiarkan terbengkalai sampai

saat ini, memerlukan pemulihan dan pengembalian ke kondisi

alami dan ditumbuhi tanaman sebagai penopang kehidupan

lingkungan sekitarnya. Upaya yang dapat dilakukan berupa

pengolahan lahan, pemulihan kualitas tanah, reboisasi dan

kegiatan lain yang terkait dengan pemeliharaan kelestarian

lingkungan hidup.

Inisiasi lahan sebagai prototype hutan pembelajaran

sangat baik dilakukan agar lingkungan kritis yang akan dipulihkan

juga memberikan manfaat pembelajaran bagi mahasiswa. Manfaat

yang dapat diambil dari inisiasi prototype hutan pembelajaran

berupa sumber belajar kontekstual. Sumber belajar ini dapat

diberdayakan dan dimanfaatkan untuk membekali mahasiswa

memahami ilmu pengetahuan secara kognitif, afektif dan

psikomotor. Pemanfaatan sumber belajar nyata di alam

(kontekstual) mampu membekali mahasiswa dalam ranah tersebut

yang mendukung pembentukan karakter peduli lingkungan.

Muhfahroyin | 37

Page 54: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

38 | Pencandraan Tumbuhan

Page 55: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

DAFTAR RUJUKAN Abdillah, M. 2001. Agama Ramah Lingkungan. Jakarta:

Paramadina.

Almadi, I. 2009. Strategi Pengembangan Hutan Kota sebagai

Sumber Belajar Biologi SMA di Kota Banjarbaru. Malang: PPS

Universitas Brawijaya.

Aunillah. N.I. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Laksana

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Biologi. Jakarta: Ditjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas.

Hadiat. 1994. Pendidikan Sains, Teknologi, dan Masyarakat di Indonesia. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Isjoni. 2007. Paradigma Pembelajaran Bermakna. Bandung: Falah

Production.

Depdiknas. 2010. Rencana Induk Pengembangan Karakter Bangsa. Jakarta: Depdiknas.

Koesoema. A.D. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo

Lickona, T. 1991. Educating for Character; How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Muhfahroyin. 2007. Pendekatan Contextual Teaching and Learning untuk Mengintegrasikan Nilai-nilai IMTAQ dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah.

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 5 Nomor 1 Maret 2007.

Muhfahroyin. 2009. Science Process Skills dalam Pembelajaran

Biologi Konstruktivistik. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 13 Nomor 2 Nopember 2009.

Muhfahroyin. 2010. Lingkungan Hidup: Wasiat masa Depan. Majalah Ilmiah Mentari Lembayung. Volume 14 Nomor 1 April 2009.

Muhfahroyin | 39

Page 56: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Sanaky, H.A.H. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dirgantara.

Salladien. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup senbagai Salah Satu Upaya Mengtasi Semakin Rapuhnya Sistem Lingkungan Kita di Era Milenium. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup pada tanggal 20 Juni 2009. Malang: Universitas Negeri Malang.

Soedarsono, S. 2002. Character Building; Membentuk Watak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sugiyono, T. 2010. Peningkatan Karakter Peserta Didik Peduli

Lingkungan pada Pembelajaran IPA Bervisi SETS (Science,

Evironment, Technology and Society). Semarang: SD Negeri

Sarirejo.

Suparlan. 2010. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Online. http://www.suparlan. com/pages/posts/pendidikan-karakter- dankecerdasa-288.php.

Suryantini, S. 2011. Pentingnya Pendidikan Karakter. (Online).

Http://Skp. Unair. Ac.Id/Repository/Guru-

Indonesia/Pendidikankarakter_Hjsrisuryantinispd _92 75.Pdf.

Diakses 10 Maret 2012.

Thiagarajan, S. 1985. Development Research Model in Education.

Boston: Allyn and Bacon.

Utomo, P. 2011. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar

untuk Anak Usia Dini. (Online).

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-

lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-dini/.

Diakses 10 Maret 2012.

Witoelar, R. 2008. Laporan Hasil-hasil Pelaksanaan COP 13.CMP 3 United Nation Conference on Climate Change. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

40 | Pencandraan Tumbuhan

Page 57: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Lampiran 1. Peta Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran

Muhfahroyin | 41

Page 58: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

42 | Pencandraan Tumbuhan

Page 59: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

Lampiran 2. Contoh Petunjuk Kegiatan Lapang Penanaman Dan Pencandraan Tumbuhan

MK: MORFOLOGI TUMBUHAN

A. Tujuan:

1. Mahasiswa dapat memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar.

2. Terbentuknya karakter peduli lingkungan melalui inisiasi

prototype hutan pembelajaran

B. Langkah-langkah Kegiatan:

1. Mahasiswa membentuk kelompok praktikum.

2. Kelompok menyiapkan tumbuhan arboreal dalam

polybagsebanyak anggota kelompok (usahakan tumbuhan

bervariasi), tinggi tumbuhan antara 0,5-1 meter.

3. Kelompok menyiapkan cangkul dan ember.

4. Setiap kelompok mencandra tumbuhan yang disiapkan

(karakteristik morfologi akar, batang, daun, bunga, buah,

biji, dan lainnya).

5. Kelompok bekerjasama memberi label tumbuhan yang

disiapkan.

6. Kelompok bekerjasama menanam tumbuhan yang

disiapkan pada peta lahan sesuai nomor kelompok.

Kegiatan diawali dengan menggali lubang, memasukkan

pupuk organik, memasukkan tumbuhan, menimbun

kembali, dan mengairi tumbuhan yang ditaman.

7. Kelompok bekerjasama menyiangi tumbuhan dari gulma

di sekitar tumbuhan.

8. Kelompok bekerjasama merawat tumbuhan pada peta

lahan masing-masing.

9. Kelompok bekerjasama mencandra salah satu tumbuhan,

selain yang ditanam, yang ada di lokasi lahan masing-

masing.

Muhfahroyin | 43

Page 60: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

10. Kelompok membuat laporan kegiatan lapang, mengacu

pada langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.

@SELAMAT BEKERJA@

44 | Pencandraan Tumbuhan

Page 61: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

LAMPIRAN 3 Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran

LEMBAR OBSERVASI PEMANFAATAN

INISIASI PROTOTYPE HUTAN PEMBELAJARAN

MK. PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Kelompok: ………

No

Nama

Indikator Ket.

A B C D E

1

2

3

4

5

Keterangan:

A Menanam Tumbuhan Observer,

B Memupuk Tumbuhan

C Mengairi Tumbuhan

Menyiangi Tumbuhan D

E Bekerja sama ……………………………….

Kriteria Pengisian:

1 : Sangat Kurang

2 : Kurang

3 : Cukup

4 : Baik

5 : Sangat Baik

Muhfahroyin | 45

Page 62: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

SELAMAT BEKERJA

46 | Pencandraan Tumbuhan

Page 63: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

LAMPIRAN 4. Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran

LEMBAR OBSERVASI PEMANFAATAN

INISIASI PROTOTYPE HUTAN PEMBELAJARAN

MK. MORFOLOGI TUMBUHAN

KELOMPOK:………….

NO.

Nama Indikator

Ket. A B C D E

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan: A. Melakukan pengamatan di prototype B. Mencandra tumbuhan di prototype C. Melakukan diskusi kelompok

D. Menjaga kondisi keutuhan prototype E. Bekerja sama

Kriteria Pengisian 1. Sangat kurang

2. Kurang 3. Cukup 4. Baik

Observer …………………………….

Muhfahroyin | 47

Page 64: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

SELAMAT BEKERJA

48 | Pencandraan Tumbuhan

Page 65: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

LAMPIRAN 5. Contoh petunjuk Kegiatan Lapang Media

Berbasis Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran

MK: MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

A. Tujuan:

1. Mahasiswa dapat mengembangkan media pembelajaran

biologi berbasis lingkungan pada prototype hutan

pembelajaran.

2. Terbentuknya karakter peduli lingkungan melalui

pemanfaatan inisiasipengembangan prototype hutan

pembelajaran

B. Langkah-langkah Kegiatan:

1. Mahasiswa membentuk kelompok sesuai peta lahan.

2. Secara berkelompok, mahasiswa menuju lahan sesuai

dengan bagian masing-masing kelompok.

3. Kelompok mahasiswa melakukan pengamatan bersama

pada bagian lahan masing-masing (foto, video, catatan

lapang, dan lainnya).

4. Dalam kelompok, mahasiswa bekerja bersama mencari

inspirasi dari bagian lahan untuk mengembangkan media

pembelajaran biologi berbasis lingkungan yang diamati.

5. Mahasiswa mendiskusikan hasil inspirasi yang diperoleh di

lokasi prototype untuk persiapan rancangan

pengembangan media pembelajaran.

6. Setiap kelompok mahasiswa menuliskan rancangan

pengembangan media pembelajaran biologi.

7. Setiap kelompok mengembangkan rancangan yang telah

dilakukan menjadi produk pengembangan media

pembelajaran.

8. Mengumpulkan produk pengembangan media

pembelajaran biologi ke dosen pengampu mata kuliah.

Muhfahroyin | 49

Page 66: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

SELAMAT BEKERJA

50 | Pencandraan Tumbuhan

Page 67: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

LAMPIRAN 6 Lembar Observasi Pemanfaatan Inisiasi

Prototype Hutan Pembelajaran

LEMBAR OBSERVASI PEMANFAATAN

INISIASI PROTOTYPE HUTAN PEMBELAJARAN

MK. MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

KELOMPOK:………….

NO.

Nama Indikator

Ket. A B C D E

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan: A. Melakukan pengamatan di prototype B. Mencandra tumbuhan di prototype C. Melakukan diskusi kelompok

D. Menjaga kondisi keutuhan prototype E. Bekerja sama

Kriteria Pengisian 1. Sangat kurang

2. Kurang

3. Cukup 4. Baik

Observer …………………………….

Muhfahroyin | 51

Page 68: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

SELAMAT BEKERJA

52 | Pencandraan Tumbuhan

Page 69: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

LAMPIRAN 7 Contoh Petunjuk Kegiatan Lapang Pengembangan Bahan Ajar Biologi Sma

Berbasis Inisiasi Prototypehutan Pembelajaran

MK: TELAAH BIOLOGI SMA

A. Tujuan:

1. Mahasiswa dapat memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajar.

2. Terbentuknya karakter peduli lingkungan melalui inisiasi

prototype hutan pembelajaran

B. Langkah-langkah Kegiatan:

1. Mahasiswa membentuk kelompok praktikum sesuai peta

lahan.

2. Secara berkelompok, mahasiswa menuju lahan dengan

bagian sesuai masing-masing kelompok.

3. Kelompok mahasiswa melakukan pengamatan bersama

pada bagian lahan masing-masing.

4. Dalam kelompok, mahasiswa bekerja mandiri mencari

inspirasi dari bagian lahan untuk mengembangkan LKS

berbasis lingkungan yang diamati.

5. Mahasiswa mendiskusikan dalam kelompok tentang hasil

inspirasi yang diperoleh dari lahan.

6. Masing-masing mahasiswa menuliskan rancangan

pengembangan LKS, dikumpulkan ke dosen per

kelompok.

Muhfahroyin | 53

Page 70: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

SELAMAT BEKERJA

54 | Pencandraan Tumbuhan

Page 71: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

LAMPIRAN 8. Contoh Lembar Observasi Pemanfaatan

Inisiasi Prototype Hutan Pembelajaran

LEMBAR OBSERVASI PEMANFAATAN INISIASI PROTOTYPE HUTAN

PEMBELAJARAN

MK. TELAAH BIOLOGI SMA KELOMPOK:………….

NO.

Nama Indikator

Ket. A B C D E

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan: F. Melakukan pengamatan di prototype G. Mencandra tumbuhan di prototype H. Melakukan diskusi kelompok

I. Menjaga kondisi keutuhan prototype J. Bekerja sama

Kriteria Pengisian

5. Sangat kurang 6. Kurang

7. Cukup 8. Baik

Observer …………………………….

Muhfahroyin | 55

Page 72: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

SELAMAT BEKERJA

56 | Pencandraan Tumbuhan

Page 73: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas

BAB I

PENCANDRAAN TUMBUHAN

GLOSARIUM

Habitus : Bentuk atau perawakan struktur tubuh suatu objek.

Inventarisasi : Suatu kegiatan mengumpulkan dan

mengelompokkan suatu objek untuk proses identifikasi selanjutnya.

Learning Comunity : Salah satu strategi pembelajaran

dengan menggunakan sistem kerja kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.

Meaningful learning : Pembelajaran bermakna, yaitu suatu

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan kontekstual dalam kelompok belajar.

Pencandraan : Pencandraan adalah proses

mengidentifikasi dan mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.

Scientific approach : Pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam kegiatan pembelajaran.

Takson : Klompok makhluk hidup yang

anggotanya memiliki banyak persamaan karakteristik.

Muhfahroyin | 57

Page 74: PENCANDRAAN TUMBUHAN · 2020. 6. 8. · inisiasi prototype hutan pembelajaran ini. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu kelengkapan penelitian yang dibiayai oleh Ditlitabmas