penawaran studi pengembangan agribisnis dan industri hilir komoditas jagung 2015.doc

8
PENAWARAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN INDUSTRI HILIR KOMODITAS JAGUNG DI INDONESIA Mei 2015 Sejak tahun 2000-an, pola penggunaan jagung di Indonesia mulai mengalami pergeseran dari mayoritas sebagai bahan makanan yang dikonsumsi langsung masyarakat menjadi bahan baku industri, seperti industri pakan ternak, tepung maizena, corn noodle (bihun jagung), minyak jagung, dan lain-lain. Saat ini, 51 persen bahan baku pakan ternak unggas di Indonesia menggunakan jagung. Akibatnya, kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan industri pakan. Pada 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi jagung Indonesia sebanyak 19,13 juta ton. Sementara kebutuhan jagung di dalam negeri mencapai 19,93 juta ton untuk mencukupi permintaan bahan baku pakan ternak sebanyak 12,24 juta ton, industri pengolahan 7,22 juta ton, konsumsi langsung masyarakat 416 ribu ton, dan kebutuhan benih sekitar 57 ribu ton. Dengan demikian, pada 2014 terjadi defisit jagung sekitar 806 ribu ton. Untuk menutup defisit jagung tersebut, seharusnya Indonesia melakukan impor paling banyak 1 juta ton. Namun, kenyataannya impor jagung Indonesia pada 2014 mencapai 3,26 juta ton yang menghabiskan devisa sekitar Rp10 triliun. Impor jagung tersebut dilakukan oleh industri pakan dan industri pengolahan dengan alasan produk jagung dari petani lokal tidak bisa diperoleh secara kontinyu baik dalam jumlah maupun ketepatan waktu pasoknya. Memang, kenyataan di lapangan keberadaan jagung tersebut tersebar luas di berbagai pelosok daerah, sehingga sulit diakses langsung oleh pabrik pakan dan industri pengolahan. Kepemilikan lahan petani jagung di Indonesia umumnya sekitar 0,5 ha – 1 ha dengan rata-rata produksinya sekitar 4 ton - 4,5 ton jagung pipilan kering per hektare. Padahal, sebuah pabrik pakan ternak biasanya membeli jagung satu kapal besar bermuatan jagung sekitar 20.000 ton atau kapal kecil bermuatan jagung 5.000 ton hingga 8.000 ton. Dengan demikian, untuk memperoleh pasokan jagung 5.000 ton saja harus terkumpul dari sekitar 1.100 hingga 1.250 petani lokal. Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan jagung untuk pabrik pakan ternak diprediksi akan meningkat dua kali lipat. Untuk meningkatkan produksi jagung perlu ditempuh berbagai upaya seperti intensifikasi, perluasan areal tanam, pemanfaatan lahan non produktif, penerapan teknologi modern dalam berbudidaya, serta penggunaan benih unggul. Kemudian perlu dikembangkan pola kemitraan untuk bisa menjamin pasokan jagung dari petani. Selain itu, perlu adanya jaminan pasar sehingga petani tidak kesulitan menjual hasilnya. Untuk memperkecil volume impor jagung ke depan, Pemerintah Indonesia dituntut mampu meningkatkan produksi jagung nasional hingga 9 persen per tahun. Dengan kondisi yang ada saat ini, untuk menutup gap antara produksi dan kebutuhan jagung dalam negeri dibutuhkan lahan baru sekitar 400 ribu hektar serta petani lebih kurang 800 ribu orang untuk menanam jagung. Tambahan lahan dan jumlah petani sebesar itu dengan asumsi rata-rata

Upload: m-suherman

Post on 18-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Prospek Industri Gula

dan Pemasarannya di Indonesia, 2007

PENAWARANPENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN INDUSTRI HILIR KOMODITAS JAGUNG

DI INDONESIA

Mei 2015Sejak tahun 2000-an, pola penggunaan jagung di Indonesia mulai mengalami pergeseran dari mayoritas sebagai bahan makanan yang dikonsumsi langsung masyarakat menjadi bahan baku industri, seperti industri pakan ternak, tepung maizena, corn noodle (bihun jagung), minyak jagung, dan lain-lain. Saat ini, 51 persen bahan baku pakan ternak unggas di Indonesia menggunakan jagung. Akibatnya, kebutuhan jagung terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan industri pakan.

Pada 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi jagung Indonesia sebanyak 19,13 juta ton. Sementara kebutuhan jagung di dalam negeri mencapai 19,93 juta ton untuk mencukupi permintaan bahan baku pakan ternak sebanyak 12,24 juta ton, industri pengolahan 7,22 juta ton, konsumsi langsung masyarakat 416 ribu ton, dan kebutuhan benih sekitar 57 ribu ton. Dengan demikian, pada 2014 terjadi defisit jagung sekitar 806 ribu ton.

Untuk menutup defisit jagung tersebut, seharusnya Indonesia melakukan impor paling banyak 1 juta ton. Namun, kenyataannya impor jagung Indonesia pada 2014 mencapai 3,26 juta ton yang menghabiskan devisa sekitar Rp10 triliun. Impor jagung tersebut dilakukan oleh industri pakan dan industri pengolahan dengan alasan produk jagung dari petani lokal tidak bisa diperoleh secara kontinyu baik dalam jumlah maupun ketepatan waktu pasoknya.

Memang, kenyataan di lapangan keberadaan jagung tersebut tersebar luas di berbagai pelosok daerah, sehingga sulit diakses langsung oleh pabrik pakan dan industri pengolahan. Kepemilikan lahan petani jagung di Indonesia umumnya sekitar 0,5 ha 1 ha dengan rata-rata produksinya sekitar 4 ton - 4,5 ton jagung pipilan kering per hektare. Padahal, sebuah pabrik pakan ternak biasanya membeli jagung satu kapal besar bermuatan jagung sekitar 20.000 ton atau kapal kecil bermuatan jagung 5.000 ton hingga 8.000 ton. Dengan demikian, untuk memperoleh pasokan jagung 5.000 ton saja harus terkumpul dari sekitar 1.100 hingga 1.250 petani lokal.

Dalam lima tahun ke depan, kebutuhan jagung untuk pabrik pakan ternak diprediksi akan meningkat dua kali lipat. Untuk meningkatkan produksi jagung perlu ditempuh berbagai upaya seperti intensifikasi, perluasan areal tanam, pemanfaatan lahan non produktif, penerapan teknologi modern dalam berbudidaya, serta penggunaan benih unggul. Kemudian perlu dikembangkan pola kemitraan untuk bisa menjamin pasokan jagung dari petani. Selain itu, perlu adanya jaminan pasar sehingga petani tidak kesulitan menjual hasilnya.

Untuk memperkecil volume impor jagung ke depan, Pemerintah Indonesia dituntut mampu meningkatkan produksi jagung nasional hingga 9 persen per tahun. Dengan kondisi yang ada saat ini, untuk menutup gap antara produksi dan kebutuhan jagung dalam negeri dibutuhkan lahan baru sekitar 400 ribu hektar serta petani lebih kurang 800 ribu orang untuk menanam jagung. Tambahan lahan dan jumlah petani sebesar itu dengan asumsi rata-rata produktivitas lahan 4,8 ton/ha, serta kepemilikan lahan rata-rata 0,5 ha per orang.

Saat ini, industri hilir pengolahan jagung di Indonesia semakin variatif, baik industri Corn Dry-Milling (snack, sereal, biskuit, mie, pakan ternak dan lain-lain) maupun industri Corn Wet-Milling (minyak goreng, industri pemanis, industri fermentasi, industri polimerisasi, industri pati termodifikasi, bihun jagung, glutein dan corn gluten feed). Perkembangan industri hilir tersebut merupakan peluang dan tantangan bagi kalangan petani, pengusaha dan pemerintah Indonesia untuk bersama-sama meningkatkan agribisnis dan agroindustri jagung.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai kondisi eksisting agribisnis dan industri hilir komoditas jagung, PT Indodata Development Center (PT Indec) telah melakukan kajian sejak Desember 2014 hingga Maret 2015.Hasil kajian disusun dalam buku laporan ini setebal 470 halamandan kami tawarkan seharga Rp 5.600.000 (Lima juta enam ratus ribu rupiah) per-copy dalam versi Bahasa Indonesia. Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut dapat menghubungi PT Indodata Development Center (PT INDEC) melalui Phone: (0251) 863-0903, Fax: (0251) 863-4972 atau email: [email protected], Mobile (SMS): 0821 2364 2224.Formulir pemesanan kami lampirkan bersama penawaran ini.

Bogor, Mei 2015

PT Indodata Development Center

M. Fadjar Rahardjo

Direktur Utama

DAFTAR ISI

Laporan Kajian:

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN INDUSTRI HILIR KOMODITAS JAGUNG DI INDONESIAMei 20151. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Isue Strategis

1.3. Ruang Lingkup Kajian

1.4. Sumber Data dan Informasi

2. DESKRIPSI JAGUNG DAN HASIL OLAHANNYA

2.1. Deskripsi Jagung

2.1.1. Sejarah Asal-Usul dan Klasifikasi Jagung

2.1.2. Aspek Botani Jagung

2.1.3. Varietas jagung

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

2.2.1. Syarat Iklim

2.2.2. Syarat Tanah

2.2.3. Sebaran Wilayah Pertanaman Jagung di Indonesia

2.3. Deskripsi Hasil Olahan Jagung

2.3.1. Pemanfaatan Jagung

2.3.2.Kandungan gizi

2.3.3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Jagung

2.3.3.1.SNI Jagung Pipilan

2.3.3.2. SNI Benih Jagung Hibrida

2.3.3.3. SNI Benih Jagung Bersari Bebas Kelas Benih Penjenis (BS)2.3.3.4. SNI Benih Jagung Bersari Bebas Kelas Benih Dasar (BS)2.3.3.5. SNI Benih Jagung Bersari Bebas Kelas Benih Pokok (BP)2.3.3.6. SNI Benih Jagung Bersari Bebas Kelas Benih Sebar (BR)2.3.3.7. SNI Tepung Jagung2.3.3.8. SNI Jagung Bahan Baku Pakan

2.3.3.9. SNI Dedak Jagung Sebagai Makanan Ternak

2.3.3.10. SNI Bungkil Jagung

2.3.3.11. SNI Jagung Muda Dalam Kaleng

2.3.3.12. SNI Jagung Marning

2.3.3.13. SNI Jipang Jagung

3. LUAS LAHAN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DI INDONESIA

3.1. Luas Lahan Panen Jagung

3.1.1. Luas Lahan Nasional

3.1.2. Luas Lahan Menurut Provinsi

3.2. Produksi Jagung

3.2.1. Produksi Jagung Nasional

3.2.2. Produksi Jagung Menurut Provinsi

3.2.3. Pola Panen Jagung

3.3. Produktivitas Jagung

3.3.1. Produktivitas Nasional

3.3.2. Produktivitas Menurut Provinsi

3.4. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produksi

3.4.1. Kebijakan Peningkatan Produksi

3.4.2. Strategi Peningkatan Produksi

3.5. Perluasan Areal Tanam

3.5.1. Perluasan Areal Tanam di Daerah Baru Lahan Kering

3.5.1.1. Ketersediaan Lahan Kering

3.5.1.2. Wilayah Prioritas Pengembangan Jagung

3.5.2.Perluasan Areal Tanam di Lahan Sawah

3.5.2.1. Ketersediaan Lahan Sawah

3.5.2.2. Prioritas Wilayah Pengembangan Jagung di Lahan Sawah

3.5.3.Perluasan Areal Tanam Melalui GP3K

3.5.4.Perluasan Areal Tanam Melalui Pemanfaatan Lahan Rawa

3.6. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

4. POLA KEMITRAAN SISTEM AGRIBISNIS JAGUNG

4.1. Sistem Agribisnis

4.1.1. Prospek Sistem Agribisnis di Indonesia

4.1.2. Konsepsi Sistem Agribisnis Jagung

4.1.3. Perubahan Paradigma Swasembada

4.2. Pola Kemitraan Usaha pada Agribisnis Jagung

4.2.1. Kemitraan sebagai Solusi Keterbatasan Petani

4.2.2. Model Kemitraan Agribisnis Jagung

4.2.3. Network Agribisnis Jagung

4.3. Struktur Biaya Usahatani Jagung4.4. Dukungan Perbenihan pada Agribisnis Jagung

4.5. Bio Cyclo Farming Agribisnis Jagung

4.5.1.Konsep dan Model Bio Cyclo Farming

4.5.2. Bio Cyclo Farming di Agro Techno Park (ATP)

4.6. Pengembangan Manajemen Logistik dalam Agribisnis Jagung

5. PERMINTAAN DAN PASOKAN JAGUNG

5.1. Permintaan Jagung

5.1.1. Konsumsi Langsung Bahan Makanan Jagung

5.1.2. Permintaan Jagung untuk Pakan Ternak

5.1.3.Permintaan Jagung untuk Bahan Baku Industri

5.1.4.Penggunaan Jagung untuk Benih

5.1.5.Jagung yang Tercecer

5.1.6. Total Konsumsi Jagung

5.2. Pasokan Jagung

5.2.1. Produksi Jagung Dalam Negeri

5.2.2.Jagung Impor

5.3. Neraca Jagung 2014-2015

5.4. Proyeksi Permintaan dan Pasokan5.4.1. Proyeksi Menurut Skenario Kementerian Pertanian

5.4.2. Proyeksi Menurut Skenario Bappenas

6. INDUSTRI PAKAN TERNAK DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU JAGUNG

6.1. Populasi Ternak di Indonesia

6.1.1. Perkembangan Populasi Ternak

6.1.2. Populasi Ternak Unggas Menurut Provinsi

6.2. Industri Pakan Ternak

6.2.1.Jumlah dan Sebaran Pabrik Pakan

6.2.2. Pemain Utama Industri Pakan

6.2.3. Pertumbuhan Industri Pakan Ternak Melambat

6.2.4. Bisnis Terintegrasi dan Kecenderungan Oligopoli 6.3. Jagung untuk Bahan Baku Pakan

6.3.1. Kebutuhan Jagung untuk Pakan Terus Meningkat

6.3.2. Proyeksi Kebutuhan Jagung Industri Pakan

6.3.3. Tantangan Industri Perunggasan Indonesia

7.INDUSTRI PENGOLAHAN JAGUNG

7.1. Produk Olahan Jagung

7.2. Industri Makanan Berbahan Baku Jagung

7.2.1. Industri Makanan Ringan (Snack)

7.2.2. Industri Sereal

7.2.2.1. PT Nestle Memimpin Pasar Makanan Sereal

7.2.2.2. Perusahaan Malaysia Akuisisi PT Simba

7.2.3. Industri Biskuit

7.2.3.1. Produsen Biskuit

7.2.3.2. Kapasitas dan Produksi Biskuit

7.2.3.3. Proyeksi Konsumsi Biskuit

7.2.4. Industri Bihun (Corn Noodle)

7.2.4.1. Bihun Jagung Produk Asli Indonesia

7.2.4.2. Mi Jagung

7.3. Industri Pengolahan Jagung Basah

7.3.1. Industri Minyak Jagung

7.3.2. Industri Pemanis

7.3.3. Industri Fermentasi

7.3.4. Industri Polimerisasi

7.3.5. Industri Pati Termodifikasi

7.4. Industri Baby Corn (Jagung Muda)

7.4.1.Prospek Pengembangan

7.4.2.Syarat Tumbuh7.4.3. Aspek Budidaya 7.4.4. Rantai Pasok Baby Corn7.5. Industri Popcorn8. IMPOR DAN EKSPOR JAGUNG

8.1. Posisi Indonesia di Antara Negara Produsen dan Konsumen Jagung Dunia

8.1.1 Indonesia Negara Produsen Jagung Peringkat Kedelapan

8.1.2. Indonesia Negara Importir Jagung Peringkat Ke-17

8.2. HS Code Impor dan Ekspor Jagung

8.3. Impor Jagung

8.3.1. Impor Menurut HS Code

8.3.2. Impor Menurut Negara Asal

8.3.3. Nilai Impor Jagung

8.3.3.1.Perkembangan Nilai Impor

8.3.3.2.Nilai Impor Jagung Menurut HS COde

8.4. Ekspor Jagung

8.4.1. Ekspor Menurut HS Code

8.4.2. Ekspor Menurut Negara Tujuan

8.4.3. Nilai Ekspor Jagung

8.4.3.1.Perkembangan Nilai Ekspor

8.4.3.2.Nilai Ekspor Jagung Menurut HS COde

8.5. Bea Masuk Komoditas Impor Jagung

8.6. Perkembangan Neraca Jagung

9.RANTAI PASOK DAN DINAMIKA HARGA JAGUNG

9.1. Rantai Pasok Jagung

9.1.1. Gambaran Umum Rantai Pasok Jagung di Indonesia

9.1.2. Masalah dan Manajemen Rantai Pasok Jagung

9.2. Standar Produksi Jagung Pipil Kering dalam Perdagangan Umum9.3. Dinamika Harga Jagung

9.3.1. Harga Jagung di Pasar Global

9.3.1.1. Perkembangan Harga Jagung Dunia

9.3.1.2. Tinjauan Pasar Jagung Internasional

9.3.2.Harga Ekspor dan Impor Jagung

9.3.2.1. Harga Jagung Manis Beku

9.3.2.2. Harga Jagung Manis yang Diawetkan

9.3.2.3.Harga Benih Jagung

9.3.2.4.Harga Popcorn

9.3.2.5.Harga Jagung Pipilan Kering

9.3.2.6.Harga Tepung Jagung

9.3.2.7.Harga Menir Jagung

9.3.2.8.Harga Jagung Manis Tidak Beku dan Tidak Diawetkan

9.3.3. Harga Jagung di Pasar Domestik

9.3.3.1. Perkembangan Harga Jagung Domestik

9.3.3.2. Tinjauan Pasar Jagung Domestik

10. PELUANG INVESTASI PENGEMBANGAN KOMODITAS JAGUNG

10.1. Jagung sebagai Komoditas Dunia

10.2. Perkembangan Investasi Sektor Pertanian10.2.1.Nilai Investasi Meningkat10.2.2. Mengatasi Sumbatan Investasi

10.2.3. Sasaran Strategis Peningkatan Investasi10.3. Peluang Investasi Menurut Potensi Wilayah10.3.1. Potensi Wilayah Nasional

10.3.2. Potensi Daerah10.3.2.1. Potensi Investasi di Pulau Sumatera

10.3.2.2. Potensi Investasi di Pulau Jawa

10.3.2.3. Potensi Investasi di Pulau Bali, NTB dan NTT

10.3.2.4. Potensi Investasi di Pulau Kalimantan

10.3.2.5. Potensi Investasi di Pulau Sulawesi

10.3.2.6. Potensi Investasi di Maluku dan Papua 10.4. Peluang Investasi pada Industri Pakan Ternak10.5. Peluang Investasi pada Industri Pengolahan Jagung11. KESIMPULAN DAN PROSPEK

11.1. Kesimpulan

11.2. Prospek11.2.1. Prospek pada Level Agribisnis

11.2.2. Prospek pada Industri PakanLAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung

Lampiran 2.Peraturan Menteri Pertanian Nomor 134 Tahun 2014 tentang Pedoman Percepatan Optimasi Lahan.

Lampiran 3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03 Tahun 2015 tentang Pedoman Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya Tahun Anggaran 2015

Lampiran 4. Direktori Stakeholders Jagung

FORMULIR PEMESANAN

PT INDODATA DEVELOPMENT CENTER (PT INDEC)

Office: Bumi Panggugah, Jl. Teratai Raya No. 14, Ciomas - Bogor 16610

Phone: (0251) 863-0903, Fax: (0251) 863-4972, Mobile (SMS): 0821 2364 2224

Website: www.indec.co.id, Email: [email protected]

Laporan Kajian:

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN INDUSTRI HILIR KOMODITAS JAGUNG DI INDONESIAJanuari, 2015Nama (Bapak/Ibu):.......................................................................................

Posisi: .......................................................................................

Nama Perusahaan:.......................................................................................

No. NPWP Perusahaan:.......................................................................................

Alamat Perusahaan:.......................................................................................

.......................................................................................

.......................................................................................

Telepon:..................................... Fax : .......................................

Jumlah Pesanan: ............ copy

Tanggal:.....................................................

Cap dan Tanda Tangan

.....................................................

Keterangan :

HargaRp 5.600.000,- (Lima juta enam ratus ribu rupiah ) Harga belum termasuk pajak (10% PPn)

Di luar Bogor ditambah biaya pengiriman

Pembayaran ( X ) :

Tunai

Cek

Transfer Ke - PT. Indodata Development Center

AC. No. 0364 975 199

Bank BNI Cab. Bogor

1

_1493799799.unknown