penatalaksanaan fraktur femur

Upload: kartika-wihdatus-syafaah

Post on 13-Jul-2015

1.397 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAAN FRAKTUR FEMUR Penanganan Fraktur Kolum dan Fraktur Intertrokanter Femur Tipe Cedera dan Kelompok Pasien y Fraktur nondisplaced kolum femur Terapi y Internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew y Emergent, Open reduksi dan internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew, simultan dengan kapsulotomi y Urgent, Open reduksi dan internal fiksasi dengan multiple pins atau skrew, simultan dengan kapsulotomi

y Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia muda dengan tulang normal y Fraktur displaced kolum femur pada pasien usia tua dengan densitas tulang baik dan butuh pengembalian fungsi y Fraktur displaced kolum femur pada y Hemiartroplasti unipolar vs pasien usia tua dengan densitas hemiartroplasti bipolar tulang yang buruk y Fraktur displaced kolum femur pada y Terapinonoperatif pasien yang tidak bisa bergerak denganmempertimbangkan dilakukan hemiartroplasti unipolar jika belum mendapatkan kenyamanan setelah beberapa hari perawatan rutin y Fraktur intertrokanter stabil dan y Reduksi terbuka atau tertutup dan tak stabil fiksasi dengan sliding hip screw y Fraktur intertrokanter oblik y Intramedular hip screw atau reduksi terbuka dan fiksasi dengan membentuk sudut 95 derajat Konservatif Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.o

Gips Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah : Immobilisasi dan penyangga fraktur Istirahatkan dan stabilisasi Koreksi deformitas Mengurangi aktifitas Membuat cetakan tubuh orthotik Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah : Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan Gips patah tidak bisa digunakan Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien Jangan merusak / menekan gips Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

o

Traksi (mengangkat/menarik) Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain : Traksi manual Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency Traksi mekanik, ada 2 macam : Traksi kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg. Traksi skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki & mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi) Mengencangkan pada perlekatannya Prinsip pemasangan traksi : Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman Cara operatif/pembedaha Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini

dipertahankan dengan pen,sekrup,pelat,danpaku.

alat-alat

ortopedik

berupa

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain : Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu: 1. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips. 2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja. 3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. 4. Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi. y Rokogsisi : menyangkut diagnosis fratur pada tempat kecelakaan dgn tujuan untuk mengetahui dan memberikan pertolongan pertama saatkecelakaan terjadi Reduksi fraktur (mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis) 1. Reduksi terbuka, dengan pembedahan, memasang alat fiksasi intena (misalnya : pen, kawat, sakrup, plat, paku,dan batang logam)

y

y

y

2. Reduksi tertutup, ekstremitas dipertahankan dengan gips, traksi, brace, bidai, dan fiksator eksternal. Mobilisasi, setelah direduksi, fragmen tulang harus di immobilisasi atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan. Metode immobilisasi dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna. Mempertahankan reduksi dan mengembalikan fungsi I. Mempertahankan reduksi dan immobilisasi II. Meninggikan daerah fraktur untuk meminimalkan pembengkakan III. Memantau status neuromuskular IV. Mengontrol kecemasan dan nyeri V. Latihan isometrik dan setting otot VI. Kembali ke Aktivitas seula secara bertahap.

KOMPLIKASI Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik. Kompikasi Umum : Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT). Komplikasi Lokal : Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :y y y y y y y y y y

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu aliran darah.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Biodata Pasien Nama : Tn. K Umur : 25 tahun Pekerjaan : Mahasiswa Jenis Kelamin : Laki-laki Fokus pengkajian pada klien yang mengalami amputasi menurut Doenges, (2000: 786) adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas / istirahat. Gejala : Keterbatasan aktual atau antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi / amputasi. 2. Integritas ego. Gejala : Masalah tentang antisipasi pola hidup, situasi finansial, reaksi orang lain. Perasaan putus asa, tidak berdaya. Tanda : Ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu. 3. Seksualitas. Gejala : Masalah tentang keintiman hubungan. 4. Interaksi sosial. Gejala : Masalah sehubungan dengan penyakit atau kondisi. Masalah tentang peran fungsi, reaksi orang lain. 5. Penyuluhan / pembelajaran. Memerlukan bantuan dalam perawatan luka atau bahan, adapatasi terhadap alat bantu ambulatori, transportasi, pemeliharaan rumah, kemungkinan aktivitas perawatan diri dan latihan kejuruan.

Pemeriksaan fisik a. Mengidentifikasi tipe fraktur b. Inspeksi daerah mana yang terkena

- Deformitas yang nampak jelas - Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera - Laserasi - Perubahan warna kulit - Kehilangan fungsi daerah yang cidera c. Palpasi Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran Krepitasi Nadi, dingin Diagnosa Keperawatan