penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan...

15
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DENGAN MODALITAS INFRA RED, TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD Ir. SOEKARNO SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: SATRIO BAYU KURNIANSYAH J100150017 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

18 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

TRIGGER FINGER DENGAN MODALITAS INFRA RED,

TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD Ir. SOEKARNO

SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III

pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

SATRIO BAYU KURNIANSYAH

J100150017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

TRIGGER FINGER DENGAN MODALITAS INFRA RED,

TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD Ir. SOEKARNO

SUKOHARJO

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

SATRIO BAYU KURNIANSYAH

J100150017

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Arin Supriyadi, SSt.FT., M.Fis

NIP/NIK: 400.1804

Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

TRIGGER FINGER DENGAN MODALITAS INFRA RED,

TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD Ir. SOEKARNO

SUKOHARJO

Oleh

SATRIO BAYU KURNIANSYAH

J100150017

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 07 Juli 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Arin Supriyadi, SSt.FT., M.Fis ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Wijianto S.St., M.Or ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Farid Rahman, SSt.FT.,M.Or ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr.Mutalazimah.SKM.,M.Kes

NIK/NIDN: 786/06-1711-7301

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

iii

PERNYATAAN

Dengan ini sayamenyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah untuk mendapatkan gelar di suatu perguruan tinggi

dan sepajang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sercara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelah terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di

atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 11 Juli 2018

Penulis

SATRIO BAYU KURNIANSYAH

J100150017

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER

DENGAN MODALITAS INFRA RED, TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL

NERVE STIMULATION DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD Ir.

SOEKARNO SUKOHARJO

Abstrak

Trigger finger terjadi karena ada peradangan pada tendon di tangan menyebabkan

nyeri tekan dan kelainan bentuk. Kondisi ini membatasi gerak jari dan tidak bisa

meluruskan kembali. Karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui manfaat pemberian

infra red, transcutaneous electrical nerve stimulation dan terapi latihan. Setelah

mendapatkan tindakan terapi sebanyak 6 kali, adanya penurunan nyeri tekan T1 :

1 menjadi T6 : 0, nyeri gerak T1 : 4 menjadi T6 : 1, adanya peningkatan lingkup

gerak sendi MCP T1 : 20 - 0- 30 menjadi T6 : 35 - 0 - 42, PIP T1 : 0 – 0 - 20

menjadi T6 : 0 - 0 - 38, DIP T1: 0 - 0 - 20 menjadi T6: 0 - 0 – 40, adanya

peningkatan kekutan otot otot fleksor phalang T1 : 4 menjadi T6 : 5, otot

ekstensor phalang T1 : 2 menjadi T6 : 3. Adanya penurunan nyeri tekan dan

gerak, adanya peningkatan lingkup gerak sendi pada gerakan fleksi dan ekstensi,

adanya peningkatan kekuatan otot fleksor phalang dan ekstensor phalang.

Kata kunci: Trigger finger, infra red (IR), transcutaneous electrical nerve

stimulation (TENS), terapi latihan (TL).

Abstract

Trigger finger accurs because there is inflammation of the tendon in the hands

causing tenderness and deformity. This condition limits the motion of the finger

and can not straighten again. This scrientific paper to know the benefits of infra

red, transcutaneous electrical nerve stimulation and exercise therapy. After getting

therapy in 6 times, T1 : 1 to T6 : 0, T1 : 4 to T6 : 1, incrased MCP T1 : 20 - 0 - 30

to T6 : 35 - 0 - 42, PIP T1 : 0 - 0 - 20 to T6 : 0 - 0 - 38, DIP T1 : 0 - 0 - 20 to T6 :

0 - 0 - 40, there is increase in muscle strength of fleksor muscle phalang T1 : 4 to

T6 : 5, extensor phalang T1 : 2 to T6 : 3. There is decrase of tenderness and

motion, increasing of joint motion in flexion and extension movement, also

incrase of flexor strength of phalang and phalang extensor.

Keywords: Trigger finger, infra red (IR), transcutaneous electrical nerve

stimulation TENS and exercise therapy.

1. PENDAHULUAN

Jari-jari tangan merupakan bagian organ tubuh manusia yang penting untuk

melakukan aktifitas sehari-hari. Region ini paling aktif dan rawan mengalami

cedera. Banyak kasus yang mengenai pada pergelangan tangan seperti trigger

finger,de quervain syndrome, carpal tunel syndrome, rheumatoid arthritis,

dupuytren contracture.

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

2

Disini penulis akan membahas kasus tentang trigger finger. Pada

kasus trigger finger apabila jari tangan ditekuk akan mengalami kesulitan

saat akan diluruskan kembali dan akan berbunyi klik pada saat diluruskan.

Menurut (Sondang, 2011) biasanya trigger finger terjadi dikarenakan

proses penuaan pada manusia. Dengan jumlah manula di indonesia sekitar

20 persen dari jumlah penduduk keseluruhan, 10 persenya mengalami

trigger finger. Resiko terken sekitar 2% sampai 3%, dengan wanita lebih

sering terkena dari pada pria. Resiko tertinggi 10% diantaranya penderita

diabetes melitus. Jari manis dan ibu jari yang sering terganggu (Ballard &

Kozlow, 2016). Gejala yang dirasakan rasa sakit (nyeri), berbuyi klik dan

hilangnya gerakan jari. Fungsional limitation dapat mencakup

keterbatasan gerak jari tangan, seperti memasak, mencuci, menjahit,

memotong dan dapat menyebabkan jari tangan terkunci pada posisi fleksi

(Valdes, 2012).

Dalam kasus Trigger Finger, fisioterapi berperan dalam

mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan aktifitas fungsional yang di

dapatkan pada kasus Trigger Finger dengan modalitas : Infra Red (IR),

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan.

Modalitas tersebut diharap dapat mengurangi keluhan pada pasien Trigger

Finger. Tujuan pemberian modalitas diatas adalah mengurangi nyeri,

meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot agar

pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasanya. Berdasarkan

latar belakang tersebut dan ingin mengetahui seberapa efektifnya

modalitas yang di berikan pada kasus trigger finger sehingga penulis

tertarik mengambil kasus tersebut sebagai bahan penelitian dengan judul

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Trigger Finger dengan modalitas

Infra Red (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan

Terapi Latihan.

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

3

2. METODE

2.1 Teknologi Intervensi Fisioterapi

2.1.1 Infra Red

Infra red bentuk energi elektromagnetik yang tak terlihat. Radiasi infra

red dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang

gelombang, yaitu infra red dekat (NIR, 0.8–1.5 µm), infra red tengah

(NIR, 1.5–5.6 µm), dan infra red jauh (NIR, 5.6–1000 µm). Radiasi

infra red dapat memungkinkan beberapa bentuk energi untuk

dihantarkan ke jaringan subkutan sekitar 2-3 cm tanpa pemanasan yang

berlebih. Mekanisme infra red sinar yang di hasilkan oleh infra red

dapat memberikan efek menurunya ketegangan otot, kekakuan sendi,

meningkatkan aliran darah dan merileksasikan sistem saraf. Penurunan

nyeri dipengaruhi oleh keluarnya endorphin, peningkatan serotonim

dan efek anti inflamasi (Widowati et al, 2017).

2.1.2 Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation adalah intervensi

nonfarmakologi dengan mengaktifkan jaringan saraf komplek untuk

menghambat sistem saraf pusat untuk mengurangi hiperalgesia dan rasa

nyeri. Pada frekuensi dan intensitas tertentu TENS mengaktifkan serat

afferent ke sistem saraf pusat untuk mengaktifkan sistem inhibitory

untuk mengurangi hiperalgesia. Blokade aktivitas neuro di

periaqueductal gray (PAG), rostral ventromedial mendulla (RVM) dan

sumsum belakang menghambat efek analgesic (Vance et al, 2014).

Mekanisme TENS aliran listrik yang dihasilkan menutup gerbang

transmisi nyeri ke serabut saraf kecil dan menstimulasi serabut saraf

besar, kemudian serabut saraf besar akan menutup informasi nyeri

menuju otak dan meningkatkan aliran darah ke tempat yang nyeri dan

TENS menstimulasi menghasilkan anti nyeri alamiah tubuh yaitu

endorfin (Nuach et al, 2010).

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

4

2.1.3 Active Exercise

Active Exercise suatu gerakan yang dihasilkan oleh diri sendiri tanpa

bantuan dari luar. Gerakan yang terjadi karena adanya kontraksi otot

dan mampu melawan gravitasi. Dengan gerakan aktif maupun pasif

akan merangsang propiceptif dengan adanya perubahan panjang otot,

darah bergerak ke jaringan sehingga terjadinya penambahan nutrisi.

Perlengketan jaringan dapat dicegah dan LGS bertambah (Kurniasari,

2010).

2.1.4 Hold Relax Exercise

Hold Relax Exercise gerakan yang dihasilkan dari gerakan diri sendiri

da nada tahanan dari orang lain tetapi di pertengahan gerakan diberikan

kontraksi. Pengulangan berulang- ualang dari hold relax terdapat

jaringan lunak yang memendek sehingga menyebabkan jaringan

kontraktil yang memendek akan terulur secara progresif. Dengan

adanya kontraksi isometric kelompok otot antagonis yang kuat diselingi

rileksasi tiba-tiba otot antagonis memfasilitasi serabut saraf afferent

pada otot antagonis dan menyebabkan relaksasi pada komponen otot

agonis dan antagonis dan menghambat aktifitas noxe sehingga spasme

otot menurun, tetapi mekanisme otot dan absorbs “p” substance

semakin membaik, lingkup gerak sendi bertambah (Hendrik, 2012).

2.1.5 Active resisted exercise

Active resisted exercise suatu gerakan yang dihasilkan dari diri sendiri

dan melawan tahan, baik tahanan dari kekuatan alat ataupun dari

pemberian tahanan dengan gerakan aktif. Pemberian tahan dapat

diberikan oleh terapis, keluarga, orang sekitar. Gerakan melawan tahan

juga dapat dari diri sendiri. Latihan isotonik, latihan memendeknya otot

agar menghasilkan kontraksi otot dengan pengerakan aktif. Latihan

isotonik menghasilkan kontraksi otot, terjadinya perubahan panjang

otot dan merangsang osteoblastik (sel pembentuk otot). Latihan ini

untuk meningkatkan tonus otot, dan kekuatan otot (Mudrikhah, 2012).

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

5

2.2 Proses Fisioterapi

2.2.1 Pengkajian Fisioterapi

1) Anamesis

2) Pemeriksaan Obyektif

2.2.2 Problematika Fisioterapi

Problematika atau diagnosa fisioterap pada kasus Trigger Finger

akan ditemukan masalah antara lain :

1) Impairment

a) Body Structure: Kerusakan pada tenosynovitis tendon fleksor,

Nyeri pada sendi MCP, Penyempitan saluran tendon.

b) Body Function: Kerterbatasan mobilitas gerak pada tendon

fleksor. Penurunan kekuatan tendon fleksor.

2) Functional Limitions

Pasien mengalami kerterbatasan pada saat aktifitas sehari-hari

seperti: mengengam benda, berkendara, menulis, memotong.

3) Disability

Terdapat permasalahan yang berhubungan sebagai ibu rumah tangga

seperti: memasak, mencuci, menjahit.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Setelah dilakukan terapi sebanyak 6x terapi hasil peningkatan dapat dilihat

dari hasil pemeriksaan sebagai berikut:

3.1 Evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS (visual descriptive scale)

Gambar 1. Grafik hasil pemeriksaan nyeri dengan menggunakan VDS

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

T1

T3

T5

Chart Title

Gerak Tekan Diam

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

6

Setelah melaksanakan terapi sebanyak 6 kali dan dilakukan elavuasi.

Terapi menggunakan Infra Red (IR) dan Transcutaneous Electrical

Nerve Stimulation (TENS) dapat dilihat bahwa terdapat penurunan nyeri

dari T1 sampai T6 yang dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan

hasil pemeriksaan nyeri terdapat penurunan nyeri terutama pada nyeri

tekan awalnya T1 : 1 menjadi T6 : 0 dan nyeri gerak awalnya T1 : 4

menjadi T6 : 1.

3.2 Evaluasi kekuatan otot dengan menggunakan MMT (manual muscle

testing)

Gambar 2. Grafik hasil pemeriksaan kekuatan otot dengan

menggunakan MMT

Setelah melaksanakan terapi selama 6 kali dan dilakukan evaluasi.

Terapi mengunakan terapi latihan Active Exercise, Active Resisted

Exercise dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan kekuatan otot dari

T1 sampai T6 yang dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan hasil

pemeriksaan kekuatan otot terdapat peningkatan kekuatan otot fleksor

dari T1 : 4 menjadi T6 : 5 dan ekstensor T1 : 2 menjadi T6 : 3.

3.3 Evaluasi lingkup gerak sendi dengan menggunakan goniometer

Tabel 1. hasil pemeriksaan lingkup gerak sendi dengan

menggunakan goniometer

TAHAPAN

TERAPI

SENDI

MCP PIP DIP

T1 S : 20 - 0 – 30 S : 0 - 0 - 20 S : 0 - 0 – 20

T2 S : 20 - 0 – 30 S : 0 - 0 - 20 S : 0 - 0 – 20

T3 S : 23 - 0 – 30 S : 0 - 0 - 26 S : 0 - 0 – 33

T4 S : 23 - 0 – 34 S : 0 - 0 - 28 S : 0 - 0 – 35

T5 S : 28 - 0 – 37 S : 0 - 0 - 33 S : 0 - 0 – 38

T6 S : 35 - 0 – 42 S : 0 - 0 - 38 S : 0 - 0 – 40

0

2

4

6

T1 T2 T3 T4 T5 T6

AX

IS T

ITLE

AXIS TITLE

Chart Title

Fleksor Phalang 1

Ekstensor Phalang 1

Fleksor Phalang 2

Ekstensor Phalang 2

Fleksor Phalang 3

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

7

Setelah melaksanakan terapi selama 6 kali dan dilakukan evaluasi.

Terapi menggunakan Hold Relax Exercise dapat dilihat bahwa terdapat

peningkatan lingkup gerak sendi dari T1 sampai T6 yang dapat dilihat

di tabel diatas. Berdasarkan hasil pemeriksaan lingkup gerak sendi

terdapat peningkatan dari MCP T1 : S : 20 - 0 - 30 menjadi T6 : S : 35 -

0 - 42, PIP T1 : S : 0 - 0 - 20 menjadi T6 : S : 0 - 0 - 38, DIP T1 : S : 0

- 0 - 20 menjadi T6 : S : 0 - 0 – 40.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Infra Red

Suatu jenis modalitas terapi yang menggunakan gelombang

elektromagnetik dengan kriteria panjang gelombang 770nm-106nm

yang berapa pada spectrum gelombang cahaya yang hanya dapat dilihat

dengan gelombang microwave, dengan tujuan sebagai pemanas struktur

musculoskeletal yang terdapat di superfisial dengan daya penetrasi 0,8-

1mm (Ii, Pustaka, & Dasar, 2015). Paparan sinar infra red

menghasilkan strimulus termoreseptor pada area nyeri sehingga

mengakibatkan vasomotor dilatator kapiler teraktivasi dan diikuti oleh

vasodilatasi pembuluh darah kapirel. Vasodilatasi kapiler akan

memberikan respon ke kapiler regional pada otot, sehingga

meningkatnya vaskularisasi otot. Termoreseptor akan memberikan efek

sedative pada sensor nerve ending di kulit bermanfaat untuk

meningkatkan rileksasi otot sehingga rasa nyeri berkurang (Ayu &

Yuspita, 2016).

3.2.2 Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

TENS merupakan modalitas fisioterapi yang sering digunakan untuk

mengurangi nyeri, seperti pada kasus-kasus trauma, inflamasi, cidera.

TENS menghasilkan arus listrik yang akan disampaikan ke permukaan

kulit melalui elektroda (Ayu & Yuspita, 2016). TENS merupakan

teknik analgesic non invansif yang sederhana. TENS akan

mengaktifkan serat raba berdiameter besar (A ) tanpa mengaktifkan

serat nociceptive berdiameter kecil (A dan C), sehingga akan

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

8

menghasilkan subtansi analgesic segmental yang dikeluarkan otak dan

terlokasilir pada dermatom pada system saraf pusat ke saraf perifer

untuk mengurangi nyeri (Yulifah et al, 2009).

3.2.3 Active Exercise

Active Exercise merupakan salah satu dari beberapa terapi latihan yang

dapat digunakan sebagai modalitas fisioterapi untuk meningkatkan

kekuatan otot. Latihan aktif merupakan latihan isotonik yang

menyebabkan otot berkontraksi, pajang otot berubah, merangsang

aktifitas osteoblastik (sel pembentukan otot). Kontraksi isotonik

menyebabkan menigkatnya kekuatan otot pada lingkup gerak sendi.

Peningkatan kekuatan otot dipengaruhi oleh jumlah fibril otot, semakin

banyak fibril otot berkerja maka kekuatan otot semakin besar,

peningkatan kekuatan otot juga bisa disebabkan perubahan biokimia

otot yaitu meningkatnya kosentrasi kreatin, meningkatnya kosentrasi

keratin fosfat, meningkatnya glikogen dan ATP (M. Rasyid Ridha,

2015).

3.2.4 Hold Relax Exercise

Hold Relax Exercise merupakan salah satu dari beberapa terapi latihan

yang dapat digunakan untuk modalitas fisioterapi untuk meningkatkan

lingkup gerak sendi. Penguluran dengan adanya kontraksi isometrik

otot antagonis maka otot-otot menjadi rilek tidak terjadi perubahan

panjang otot, sehingga tidak menstimulus muscle spindle organs otot

antagonis. Gerakan kearah agonis menjadi lebih mudah dilakukan dan

dapat mengulur secara optimal untuk meningkatkan lingkup gerak sendi

(Yulianto Wahyono, 2016)

3.2.5 Active Resistes Exercise

Active Resisted Exercise merupakan salah satu dari beberapa terapi

latihan yang bisa digunakan untuk modalitas fisioterapi untuk

meningkatkan kekuatan otot. Pergerakan berulang-ulang dari gerakan

resisted exercise dapat mempengaruhi efisiensi kerja dari sistem

neuromuscular untuk meningkatkan motor unit. Motor unit bisa juga

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

9

disebut juga sebagai saraf motoric. Kekuatan kontraksi berkaitan

dengan serabut otot semakin besar jumah dari motor unit semakin besar

pula serabut otot yang dihasilkan dan semakin kuat kontraksi otot yang

dihasilkan. Peningkatan masa otot dikenal dengan hipertropi, hipertropi

terjadi karena meningkatnya ukuran dari serabut otot yang disebabkan

meningkatnya volume myofibrillar yang mempengaruhi terhadap

meningkatnya kekuatan otot, power dan endurance (Bagus Naibaho,

2014).

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Setelah melakukan terapi selama 6x terapi pada pasien Ny. S, umur 52

tahun dengan diagnosa medis trigger finger dengan modalitas Infra Red

(IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), Active

Exercise, Active Resisted Exercise, dan Hold Relax menunjukan hasil

sebagai berikut:

1) Infra Red (IR) dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

(TENS) dapat mengurangi nyeri pada kasus trigger finger.

2) Active Exercise dan Active Resisted Exercise dapat meningkatkan

kekuatan otot pada kasus trigger finger.

3) Hold Relax dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) pada

kasus trigger finger.

4.2 Saran

1) Kepada pasien

Pasien diharapkan melakukan secara rutin agar dalam proses

penyembuhan sesuai dengan apa yang diharapkan dan sering

melakukan latihan yang sudah diajarkan terapis seperti: (1) Berhenti

melakukan aktifitas berlebih pada jari tangan (2) Melakukan gerakan

mengengam dan membuka jari tangan (3) Melatih meremas dengan

media handuk (4) Mengompres jari tangan kanan dengan air hangat.

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

10

2) Kepada fisioterapi

Selalu teliti dalam melakukan pemeriksaan agar tidak salah dalam

memberikan terapi, memberikan edukasi yang mudah dipahami pasien

agar proses penyembuhan sesuai dengan apa yang di harapkan, dan

meningkatkan ilmu pengetahuan dan dalam kasus ini modalitas yang

efisien adalah menggunakan utrasound.

3) Kepada masyarakat

Diharapkan bila merasakan nyeri pada jari tangan atau susah untuk di

tekuk maupun di luruskan segera untuk melakukan pemeriksaan

sebelum bertambah parah dan selalu berhati-hati dalam melakukan

aktifitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ah Lee, S., Hyun Kim, B., Kim, S.-J., Na Kim, J., Park, S.-Y., & Choi, K. (2016).

Current status of ultrasonography of the finger. Ultrasonography, 3535(22),

110–123. https://doi.org/10.14366/usg.15051

Ayu, S., & Yuspita, A. (2016). Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sebelas Maret, 6, 101–111.

Ballard, T. N. S., & Kozlow, J. H. (2016). Trigger finger in adults. Cmaj, 188(1),

61. https://doi.org/10.1503/cmaj.150225

Hendrik., M. Nurdin T., Ramba Y. (2012). Pengaruh Pemberian Interferensi dan

Ultrasound Pada Penerapan Hold RelaxTerhadap Perubahan Nyeri dan Jarak

Gerak Sendi Lutut Pasien Osteoarthritis di RSUD Prof. HM. Anwar

Makkatutu Bantaeng, 1-14.

Kurniasari, S. D. (2010). Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Paska

Operasi Pertrokanter Femur Dekstra. Pena, 19(1), 48–57.

Mudrikhah., Sudaryanto., A, Kartinah., A. (2012). Pengaruh Latihan Range Of

Motion Aktif Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Dan Kekuatan

Otot Kaki Pada Lansia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta, 1-15.

Naibaho, B., Wibawa, A., Indrayani , A., W. (2014). Kombinasi Resistance

Exercise Dan Stretching Lebih Meningkatkan Keseimbangan Statis

Dibandingkan Stretching Pada Lansia Di Desa Blimbingsari, Kecamatan

Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, 1-9.

Ridha, M. Rasyid., Miko, E. P. (2015). Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom)

Aktif Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Pada Lansia Dengan

Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Koni Kota Jambi, 45-52.

Nuach, B. M., Widyawati, I. Y., Hidayati, L., Program, M., Pendidikan, S.,

Keperawatan, F., … Airlangga, U. (2010). Pemberian Transcutaneous

Electrical Nerve Stimulation ( Tens ) Menurunkan Intensitas Nyeri Pada

Pasien Bedah Urologi di Ruang Rawat Inap Marwah RSU Haji Surabaya.

Sondang, 2012. Saat Rehat Untuk Jari. Diakses 18

Page 15: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER … · 2018. 8. 15. · i halaman persetujuan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus trigger finger dengan modalitas infra red, transcutaneous

11

Maret 2018 dari http:/tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/Saat-Rehat-

Untuk-Jari/

Valdes, K. (2012). A retrospective review to determine the long-term efficacy of

orthotic devices for trigger finger. Journal of Hand Therapy, 25(1), 89–96.

https://doi.org/10.1016/j.jht.2011.09.005

Wahyono., Y. Utomo., B. (2016). Efek Pemberian Latihan Hold Relax Dan

Penguluran Pasif Otot Kuadrisep Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak

Fleksi Sendi Lutut Dan Penurunan Nyeri Pada Pasien Pasca Orif Karena

Fraktur Femur 1/3 Bawah Dan Tibia 1/3 ATAS, 52-57.

Widowati, R., Murti, B., & Pamungkasari, E. P. (2017). Effectiveness of

acupuncture and infrared therapies for reducing musculoskeletal pain in the

elderly. Indonesian Journal of Medicine, 2(1), 41–51.

https://doi.org/10.26911/theijmed.2017.02.01.05

Yulifah, R., Moersintowarti, B. N., & Purnomo, W. (2009). Penggunaan Stimuli

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation ( Tens ) Dapat Menurunkan

Intensitas Nyeri dan Tingkat Kecemasan pada Persalinan Kala I. The

Indonesian Journal of Public Health, 5, 119–