penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra...

79
Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra- Sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TK IT) Az- Zahra Sragen (TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) s k r i p s i Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata 1 Dalam Ilmu Dakwah jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam AGUNG SETYOKO NIM : 1199069 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2004

Upload: lytruc

Post on 10-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-

Sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TK IT) Az-

Zahra Sragen

(TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)

s k r i p s i

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam Program Strata 1

Dalam Ilmu Dakwah jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

AGUNG SETYOKO

NIM : 1199069

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2004

Page 2: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

2

Nota Pembimbing

Lamp. : 5 (lima) eksemplar

Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada.

Yth. Bapak Dekan Fakultas Da’wah

IAIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami

menyatakan bahwa skripsi saudari :

Nama :

NIM :

Fak/Jur :

Judul Skripsi :

Agung Setyoko

1198086

Dakwah/BPI

“Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-

Sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TK IT) Az-

Zahra Sragen (Tinjauan Bimbingan dan Konseling Islam)

Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas

perhatiannya diucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, Maret 2004

Pembimbing,

Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis

Drs. H. A. Ghofier Romas Abdul Sattar, M.Ag.

Page 3: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

3

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Anak sebagai salah satu sasaran dakwah merupakan aset besar dalam

pembentukan generasi yang berkualitas. Hal yang paling mendasar pada masa

kanak-kanak adalah masa yang rawan dan sensitif. Alam bawah sadarnya

terbuka dan sangat responsif. Daya menghafal dan memorinya mencapai

intensitas paling besar dan kuat.1 Apa yang ditangkap masa kanak-kanak akan

mudah terserap oleh mereka, apalagi cara memberikannya sesuai dengan

kebutuhan jiwa anak. Oleh karena itu prosentase kegiatan dakwah pada anak

seharusnya menempati urutan teratas.

Religiusitas berkembang semenjak usia dini melalui proses perpaduan

antara potensi bawaan keagamaan dengan pengaruh yang datang dari luar diri

manusia. Perkembangan religiusitas anak, mempunyai peran yang sangat

penting, baik bagi perkembangan anak pada usia itu maupun pada usia

selanjutnya.2 Penanaman nilai-nilai keagamaan menyangkut konsep tentang

ketuhanan, ibadah dan moral yang berlangsung semenjak usia dini mampu

membentuk religiusitas anak mengakar secara kuat dan mempunyai pengaruh

sepanjang hidup.3

1 Kartini Kartono, Psikologi Anak, Bandung, Alumni, 1979, hlm. 141. 2 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1970, hlm. 59. 3 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Alih Bahasa dr. Med. Meilasari Tjanana,

Jilid 2, Jakarta, Erlangga, 1989, hlm. 113.

Page 4: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

4

Perkembangan religiusitas tidak dapat dilepaskan dari lingkungan yang

membentuk anak tersebut, baik keluarga, masyarakat maupun sekolah yang

membinanya. Peranan terbesar dalam pengembangan religiusitas ada pada

keluarga karena interaksi pertama dan utama yang dialami oleh anak adalah

keluarga. Pada perkembangan selanjutnya banyak diwarnai oleh masyarakat

dan sekolah yang membinanya.

Mula-mula dari ibu-bapak yang membimbing anak sejak lahir ke

dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan,

semuanya itu akan menjadikan dasar-dasar pembentukan kepribadiannya.4

Inti pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama adalah penjiwaan

dalam pribadi si terbimbing atau si tersuluh sehubungan dengan usaha

pemecahan problema dalam hidupnya. Ia di bimbing sesuai tingkat dan situasi

psikologinya.

Bimbingan dan penyuluhan harus bisa diterapkan pada semua bidang

dan bisa bertempat pada sekolah, masjid, instansi maupun yayasan. Dari sudut

pandangan ini, maka nampak jelas bahwa keberadaan bimbingan dan

penyuluhan agama sangat dibutuhkan sebagai psikoterapi dalam upaya

pemecahan masalah.

Tulisan ini akan mencoba melihat peran sebuah lembaga pendidikan

sekolah terhadap penanaman nilai religius bagi anak-anak pra-sekolah yang

mana untuk penelitian ini mengambil lokasi di Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu ( TKIT ) Az-Zahra Sragen.

4 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, Jakarta, CV. Haji Mas Agung, hlm. 127.

Page 5: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

5

Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen adalah

suatu taman kanak-kanak Islam yang di luar pendidikan ilmu pengetahuan

umum, juga memberikan pendidikan agama Islam sebagai pondasi atau dasar

dalam pembentukan kepribadiannya. Dari kedua ilmu tersebut anak didik

diharapkan mempunyai kepribadian yang Islami serta memiliki pengetahuan

yang luas dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “PENANAMAN NILAI-NILAI

RELIGIUS PADA ANAK-ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TAMAN

KANAK-KANAK ISLAM TERPADU (TKIT) AZ-ZAHRA SRAGEN

(TINJAUAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM).“

B. Pengertian dan Penegasan Judul

Untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan pandangan dan

sekaligus pijakan dalam pembahasan selanjutnya, maka dipandang perlu untuk

memberikan batasan istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi

ini. Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Nilai-nilai Religius

Nilai-nilai religius berarti : suatu batasan akan sikap dan perilaku ritual

(ibadah) serta aktifitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.5

2. Anak Pra-Sekolah

Anak pra-sekolah berarti : anak yang berusia antara 3-6 tahun, dan pada

umumnya mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan- 5 tahun)

5 Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi Islam Atas Problem-

Problem Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. II, 1995, hlm. 76.

Page 6: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

6

dan kelmpok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun

mengikuti program Taman Kanak-Kanak.6

3. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan Islam berarti : bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk dapat hidup sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah, agar seseorang tersebut dapat mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat.7 Konseling Islam berarti : suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada al-Qur'an dan as-Sunnah Rasulullah saw.8

Jadi pembahasan skripsi ini adalah tentang proses pembinaan atau

pendidikan dalam rangka mentransfer hal-hal yang penting atau berguna yang

berhubungan dengan agama bagi anak-anak yang belum memasuki jenjang

usia sekolah serta untuk membantu anak yang mempunyai permasalahan guna

mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada pokok

permasalahan yang ingin penulis angkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-

sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen

ditinjau dari Bimbingan dan Konseling Islam ?

6 Sumiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, hlm.

19. 7 Musnamar, Op. Cit., hlm. 5.

Page 7: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

7

2. Bagaimana pengamalan nilai-nilai regius pada anak-anak usia pra-sekolah

di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen ?

3. Apa saja faktor penghambat dan penunjang dalam penanaman nilai-nilai

religius pada anak di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-

Zahra Sragen ?

D. Alasan Pemilihan Judul

Ada beberapa pertimbangan atau alasan yang menjadi dasar dipilihnya

judul “PENANAMAN NILAI-NILAI RELIGIUS PADA ANAK-ANAK

USIA PRA-SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU

(TKIT) AZ-ZAHRA SRAGEN (TINJAUAN BIMBINGAN KONSELING

ISLAM)”, antara lain :

1. Mengingat pentingnya penanaman nilai-nilai religius atau agama pada

anak sejak dini sebagai dasar atau pondasi bagi perkembangan mereka

selanjutnya. Dengan demikian mereka diharapkan mampu

mempergunakan pengetahuan tersebut secara efektif di dalam menghadapi

dan mengatasi berbagai permasalahan hidupnya secara bertanggung jawab.

2. Melihat adanya keistimewaan dan daya tarik Taman Kanak-kanak Islam

Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen sebagai lembaga pendidikan yang

memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan beragama anak-anak

didiknya.

8 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta, Fajar

Pustaka Baru, 2001, hlm. 137.

Page 8: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penanaman nilai-nilai regius pada anak-

anak usia pra-sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-

Zahra Sragen di tinjau dari Bimbingan dan Konseling Islam

2. Untuk mengetahui pengamalan religius pada anak-anak usia pra-sekolah di

Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan penunjang dalam penanaman

nilai-nilai religius pada nak-anak usia pra-sekolah di Taman Kanak-Kanak

Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen.

F. Signifikansi Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :

1. Secara teori, bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan dakwah dan khasanah keilmuan dibidang dakwah.

2. Bahwa penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran atau saran

dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak.

G. Telaah Pustaka

Sebelum tulisan ini, ada beberapa karya yang nampaknya memiliki

fokus kajian yang hampir serupa, antara lain :

Dalam karya yang berjudul : ”Bimbingan dan Penyululuhan Agama

Islam terhadap Kehidupan Keagamaan Anak (Study Kasus di Panti Asuhan

Nurussa’adah Desa Wringinjajar Mranggen)”, Mahmudun menyatakan bahwa

Page 9: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

9

Bimbingan Penyuluhan Agama Islam sangat penting dalam menumbuhkan

keberagamaan anak dan membiasakan anak dalam berperilaku sehari-hari

mengedepankan nilai-nilai agama serta memberikan kecerahan dalam

kehidupan anak baik masa sekarang terutama dimasa yang akan datang.9

Kemudian ada lagi karya yang berjudul “ Pembinaan Keagamaan Anak

dalam Keluarga di Kecamatan Tegowano Kabupaten Grobogan”.karya yang di

tulis Dhuka tahun 1993 ini menegaskan bahwa keluarga merupakan faktor

utama dalam pembinaan keagamaan anak sehingga anak-anak mampu

menerima dan mengamalkan ajaran agama yang akhirnya anak merasakan

nyaman, tenang dan bahagia serta matang pengetahuan agamanya.10

Selanjutnya karya yang ditulis oleh Sri Pujiati tahun 2002 dengan judul

“Pengaruh Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam terhadap Perkembangan

Jiwa Anak-Anak di Panti Asuhan Aisyiyah Semarang”. Karya ini bertujuan

untuk dapat menciptakan generasi muda yang mampu memahami, meyakini

dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Perkembangan

jiwa anak adalah merupakan hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan

bimbingan dan penyuluhan agama.11

Karya lain adalah tulisan Inni Hikmatin Dwi Muryadewi tahun 1997,

dengan judul “Perencanaan dan Pengembangan Strategi Dakwah pada Taman

Kanak-Kanak Al-Qur’an di Kodia Semarang”. Karya ini bertujuan untuk

9 Mahmudun, Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam terhadap Kehidupan Keagamaan

Anak (Study Kasus di Panti Asuhan Nurussa’adah desa Wringinjajar Mranggen), Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 1999.

10 Dhuka, Pembinaan Keagamaan Anak dalam Keluarga di Kecamatan Tegowano Kabupaten Grobogan”. Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 1993.

Page 10: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

10

dapat memberikan gagasan atau ide-ide dalam perencanaan dan strategi

dakwah yang baik dan menyasar di Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an dalam

rangka penyebaran dakwah Islam.12

Dari beberapa karya tersebut, ternyata memiliki obyek serta tempat

yang berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Tidak satupun dari

karya-karya itu yang membahas tentang penanaman nilai-nilai religius pada

anak pra-sekolah.

H. Metodologi Penelitian

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.13 Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak didik yang ada

di TKIT Az-Zahra Sragen yang berjumlah 130 anak.

Untuk memudahkan generalisasi penelitian, maka penulis

mengambil sebagian dari populasi. Inilah yang kemudian disebut dengan

sampel. Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti.14

Dalam skripsi ini penulis mengambil sampel sebesar 50% dari

jumlah tersebut yaitu sebanyak 65 anak, yang pengambilannya dilakukan

secara acak (random sampling).

Cara pengambilan seperti ini sesuai dengan pendapat Dr.

Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa apabila subyeknya kurang

11 Sri Pujiati, Pengaruh Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam terhadap

Perkembangan Jiwa Anak-Anak di Panti Asuhan Aisyiyah Semarang, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, 2002.

12 Inni Hikmatin Dwi Muryadewi, Perencanaan dan Pengembangan Strategi Dakwah pada Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an di Kodia Semarang, Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang,1997.

Page 11: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

11

dari 100 maka lebih baik diambil semua, dan jika jumlah subyeknya lebih

besar dapat diambil antara 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau

lebih besar dari itu.15

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode

penelitian lapangan atau field research.

Metode field research ialah suatu pengumpulan data yang

dilakukan dengan terjun langsung ke kancah penelitian untuk

mendapatkan data yang kongkrit, dengan menggunakan metode :

a. Wawancara

Penulis akan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada

responden. Agar pemahaman arti di atas jelas, penulis kutipkan dari

pendapat Kartini Kartono tentang wawancara. Wawancara adalah

metode yang dilakukan secara langsung yang berupa percakapan yang

dengan sengaja dicurahkan kepada permasalahan tertentu.16

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data

tentang proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius anak dengan

jalan mewawancarai kepala sekolah, pendidik, orang tua dan anak.

b. Metode Observasi

Dalam metode observasi penulis akan mengadakan

pengamatan terhadap obyek penelitian melalui pemusatan perhatian.

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 1993, hlm. 102. 14 Ibid, hlm. 104. 15 Ibid, hlm. 107.

Page 12: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

12

Sedangkan menurut H. Muhammad Ali dikatakan bahwa metode

observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak

langsung.17

Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang

proses penanaman nilai-nilai religius secara langsung dan untuk

mengetahui hasil penanamannya dengan cara ikut berkecimpung

dalam dunia anak-anak.

c. Metode Angket

Penulis akan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertentu

kepada responden. Jadi metode angket adalah suatu metode yang

digunakan dalam upaya memperoleh informasi melalui daftar

pertanyaan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek baik

individual maupun kelompok.18

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil

penanaman nilai-nilai religius pada anak melalui pernyataan dari orang

tua dan juga anak.

d. Metode Dokumentasi

Untuk melengkapi data, selanjutnya penulis mencari dokumen

penting dari Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra

16 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset dan Sosial, Bandung, Mandar Maju,

1990, hlm. 187. 17 Muhammad Ali, Srategi Penelitian pendidikan, Bandung, Angkasa, 1993, hlm. 72. 18 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta, Raja

Grafindo Persada, 1996, hlm. 181.

Page 13: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

13

Sragen. Dokumentasi yang penulis maksud adalah metode kumpulan

data verbal yang berbentuk tulisan.19

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui sejarah

berdirinya TKIT Az-Zahra, letak geografis, sarana dan prasarana

keadaan guru serta anak didik.

3. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisa

data. Dalam menganalisa data dipergunakan analisis kualitatif diskriptif,

teknik analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status

fenomena secara sistematis dan rasional atau logis.20

Metode ini digunakan untuk menggambarkan proses penanaman

nilai-nilai religius di TKIT Az-Zahra Sragen, dengan cara mengemukakan

data-data yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai religius yang

dilakukan di lingkungan TKIT, kemudian dianalisa kekurangan dan

kelebihannya agar hasil dari penelitian dapat menjadi sumbangsih yang

positif bagi TKIT pada khususnya dan bagi lembaga-lembaga pendidikan

yang lain pada umumnya. Dalam proses ini, cara berfikir induktif dan

deduktif dapat diterapkan sekaligus.

Menurut Sutrisno Hadi, cara berfikir induktif ialah menarik suatu

kesimpulan yang berangkat dari fakta-fakta khusus dalam peristiwa-

19 Koentjaranngrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia, 1983,

hlm. 46. 20 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 126.

Page 14: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

14

peristiwa kongkrit kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat

umum.21

Cara berfikir ini penulis gunakan dalam memberikan pernyataan

tentang yang dialami oleh beberapa anak yang dipilih sebagai sampel

dalam penelitian ini dengan melalui observasi, yang kemudian dijadikan

suatu pijakan dalam memberikan pernyataan akhir yang mencakup secara

keseluruhan yakni anak di lingkungan TKIT.

Sedangkan cara berfikir deduktif adalah proses pendekatan yang

berangkat dari kebenaran umum untuk mengetahui suatu fenomena dan

menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa yang berciri

sama dengan fenomena yang bersangkutan.22

Cara berfikir ini digunakan dalam memberikan pernyataan yang

bersifat umum yang kemudian diambil suatu simpulan akhir yang bersifat

khusus. Misalkan pernyataan tentang

I. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah dalam memahami dan mengetahui pokok

bahasan skripsi ini, maka penulis susun sesuai dengan urutan bab I sampai bab

V yaitu :

Bab I : Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, penegasan

judul, perumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan

penelitian, signifikansi penelitian, telaah pustaka, metodologi

21 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta, Yayasan Penerbit Fak. Psikologi

UGM, 1986, hlm. 42. 22 Saifudin Azwar, Op.Cit., hlm. 40.

Page 15: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

15

penelitian, sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Berupa landasan teori tentang Bimbingan dan Konseling Islam

dan Religiusitas Anak.

Pertama : Tinjauan tentang Bimbingan dan Konseling Islam,

yang mencakup masalah pengertian bimbingan dan

konseling Islam, dasar-dasar pelaksanaan, prinsip-

prinsip, macam –macam bimbingan serta fungsi dan

tujuan bimbingan dan konseling Islam.

Kedua : Religiusitas anak yang meliputi, pengertian

religiusitas dan pengamalan religius anak.

Bab III : Penyajian data tentang eksistensi Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu (TKIT) Az-Zahra Sragen dan pelaksanaan nilai-nilai

religius. Bab ini meliputi dua pembahasan, yaitu :

Pertama : Gambaran umum Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu

(TKIT) Az-Zahra Sragen yang meliputi tinjauan

historis, letak geografis, struktur organisasi dan

keadaan TKIT dan anak didik.

Kedua : Pelaksanaan dan hasil penanaman serta faktor

penunjang dan penghambat penanaman nilai-nilai

religius.

Bab IV : Bab ini berisi analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan

kerangka landasan teori yang mencakup analisa terhadap

pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius, pengamalan nilai-

Page 16: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

16

nilai religius serta faktor penghambat dan penunjang

Bab V : Bab terakhir penulis isi dengan kesimpulan dan saran-saran.

Page 17: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

17

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DAN

PENGAMALAN AGAMA ANAK

A. Bimbingan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Di pandang dari segi terminologi, ada dua macam istilah yaitu bimbingan dan

konseling. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”, dan

istilah konseling dari kata bahasa Inggris “counseling” yang dalam bahasa Indonesianya

berarti penyuluhan.

a. Bimbingan Islami

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris yaitu

“guidance” yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti menunjukkan, memberi

jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih bermanfaat bagi hidupnya

di masa kini dan akan datang.23

Dalam kamus Arab-Indonesia, bimbingan diungkapkan dengan kata الرشد

yang artinya pengarahan, bimbingan dan juga bisa berarti menunjukkan atau

membimbing.24

Hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah surat Al-Kahfi: 10, yang

berbunyi:

إذ أوى الفتية إلى الكهف فقالوا ربنا آتنا من لدنك رحمة

)١٠:الكهف (نا رشداوهيئ لنا من أمر

Artinya :“Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a: “Wahai Tuhan kami

23 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta, PT

Golden Terayon, Press, 1994, hlm. 1. 24 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta, Unit

pengadaan buku-buku ilmiah keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984, hlm. 535.

Page 18: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

18

berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (al-Kahfi: 10)25

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli

tentang definisi bimbingan secara umum:

1) Menurut Bimo Walgito

“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.”26

2) Rumusan yang diberikan oleh Priyatno dan Erman Anti.

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.”27

3) Bruce Shretzer and Shelly C. Stone mengemukakan guidance adalah

“Guidance is the process of helping individuals to understand themselves and their world.” 28

Artinya: “Bimbingan adalah sebuah proses menolong individu untuk

memahami dirinya dan dunianya ”

Dari beberapa pengertian bimbingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, agar mampu mengembangkan

potensi (bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri,

mengatasi persoalan-persoalan sehinggga mereka dapat menentukan sendiri jalan

hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain).

25 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, CV. Toha Putra, 1989, hlm. 444. 26 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta, Andi Offset, 1995,

hlm. 4. 27 Priyatno, Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, PT. Bineka

Cipta, 1999, hlm. 99. 28 Bruce Shretzer and Shelly C. Stone, Fundamental of Guidance, Chichago, Purdue

University, 1966, hlm. 40.

Page 19: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

19

Setelah mengetahui pengertian bimbingan dari sudut pandang umum,

maka perlu dikemukakan juga pengertian bimbingan dari sudut pandang Islam yang

dirumuskan oleh Thohari Musnamar sebagai berikut :

“Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.”29

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

dalam proses pemberian bantuan terhadap individu, namun dalam bimbingan Islam

konsepnya bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadist.

b. Konseling Islami

Konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu counseling. Sedangkan kata

counseling dari kata to counsel yang artinya memberikan nasehat atau memberi

anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain) dan

juga bisa diartikan advice, yang artinya nasehat atau petuah.30

Sebagaimana pengertian bimbingan (guidance), maka di dalam pengertian

konseling secara umum dan Islami juga terdapat beberapa pendapat, antara lain:

1) Hasan Langgulung, mengatakan

“Konseling adalah proses yang bertujuan menolong seseorang yang mengidap kegoncangan emosi sosial yang belum sampai pada tingkat kegoncangan psikologis atau kegoncangan akal, agar ia dapat menghindari diri dari padanya.”31

2) Menurut Priyatno dan Erman Anti.

“Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien), yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.”32

29 Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,

Yogyakarta, UII Press, 1992, hlm. 5. 30 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia,

1992, hlm. 150. 31 Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1986,

hlm. 452. 32 Priyatno, Erman Anti, Op. Cit. hlm. 105.

Page 20: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

20

3) Menurut Bruce Shretzer and Shelly C. Stone

“Counseling is an interaction process which facilitate meaningful understanding of self and environment and result in the establishment, and/or clarification of goals and values for future behavior.”33

Artinya: “Konseling adalah suatu proses interaksi yang memudahkan pengertian

diri dan lingkungan serta hasil-hasil pembentukan dan atau klarifikasi tujuan-

tujuan dan nilai-nilai yang berguna bagi tingkah laku yang akan datang.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa konseling adalah

suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu

yang sedang mengalami masalah, agar individu dapat mengatasi permasalahan yang

dihadapinya.

Setelah mengetahui pengertian konseling dari sudut pandang umum, maka

perlu dikemukakan juga pengertian konseling dari sudut pandang Islam yang

dirumuskan oleh M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky dalam bukunya “Psikoterapi dan

Konseling Islam”

“Konseling Islam berarti: suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah saw.”34

Sama seperti bimbingan, dalam konseling dilihat dari sudut pandang

umum dan Islam, tidak ada perbedaan dalam proses pemberian bantuan terhadap

individu, namun dalam konseling Islam konsepnya bersumber pada Al-Qur'an dan

Hadist.

Secara prinsip, antara bimbingan dengan konseling memiliki perbedaan

kajiannya yakni bimbingan diberikan kepada individu yang telah atau belum memiliki

problem, dapat diberikan secara individu maupun kelompok, dengan lisan maupun

33 Bruce Shretzer and Shelly C. Stone, Fundamental of Counseling, Chichago, Purdue

University, 1968, hlm. 26. 34 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta, Fajar

Pustaka Baru, 2001, hlm. 137.

Page 21: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

21

tulisan, meliputi kegiatan preventive, preservative, corrective, curative dan development

serta bimbingan bersifat luas. Sedangkan konseling diberikan kepada individu yang telah

memiliki problem, dapat secara individu maupun kelompok, dengan wawancara tatap

muka, diberikan sebagai usaha corrective, curative dan bersifat sempit (merupakan

bagian dari bimbingan)35.

Dengan demikian, istilah bimbingan dan konseling merupakan dua rangkaian

kata yang saling berhubungan erat dalam melaksanakan kegiatannya. Demikian besarnya

peran konseling diantara keseluruhan bentuk-bentuk pelayanan bimbingan, sampai-

sampai konseling dianggap sebagai jantung hatinya bimbingan.

2. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam

Dasar utama bimbingan dan konseling Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah

Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat

Islam.36 Al-Qur'an dan Sunnah Rasul adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan

dan konseling Islami. Dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan

konsep-konsep bimbingan dan konseling Islami bersumber.

a. Dasar Bimbingan Islami

Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi petunjuk

(bimbingan) kepada orang lain dapat dilihat dalam surat Al-An’am ayat 154 yang

berbunyi:

ثم آتينا موسى الكتاب تماما على الذي أحسن وتفصيال لكل شيء

)١٥٤:األنعام (وهدى ورحمة لعلهم بلقاء ربهم يؤمنون

Artinya :“Kemudian kami telah memberikan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa untuk

menyempurnakan (nikmat kami) kepada orang yang berbuat kebaikan,

dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan

35 Sayekti Pujosuwarno, Bimbingan dan Konseling Keluarga, Yogyakarta, Menara Mas

Offset, 1994, hlm. 83-84. 36 Thohari Musnamar, Op.Cit, hlm. 5.

Page 22: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

22

rahmat agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan

mereka”. (QS. Al-An’am : 154)37

b. Dasar Konseling Islami

Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat

(konseling) kepada orang lain dapat dilihat dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

Sebagaimana firman Allah surat Al-Ashr yaitu :

)١ (والعصر )٢ (إن الأنسان لفي خسر لا الذين آمنوا وعملوا إ

)٣ (الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر

Artinya :“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan

nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-

menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS. Al-Ashr: 1-3) 38

Sedangkan hadits Nabi SAW sebagai berikut :

)رواه حاآم(سنتى ترآت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما آتاب اهللا و 39

Artinya : “Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu

berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah

salah langkah tersesat jalan; sesuatu itu yakni Kitabullah dan sunnah

Rasulnya”. (H.R. Hakim).

3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

a. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi bimbingan dan konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau

manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan

tersebut, dapat dikelompokkan menjadi empat :

37 Soenarjo, Op, Cit., hlm. 215. 38 Ibid, hlm. 1099. 39 Imam Jalaluddin Abdul Rahman, Jami’ Al-Shaghir, Bandung, Syarikah Ma’arif, t.th.

hlm. 130.

Page 23: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

23

1) Fungsi preventif : yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya

masalah bagi dirinya.

2) Fungsi kuratif atau korektif : yakni membantu individu memecahkan masalah

yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3) Fungsi preservatif : yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi

yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik

(terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali).

4) Fungsi developmental atau pengembangan ; yakni membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap

baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab

munculnya masalah baginya.40

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan umum bimbingan dan konseling Islami secara implisit sudah ada

dalam batasan atau definisi bimbingan dan konseling Islam, yakni yang ingin dicapai

dengan bimbingan dan konseling ialah mewujudkan individu menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Tujuan bimbingan dan konseling Islam yang dikemukakan oleh M.

Hamdani Bakran Adz-Dzaky adalah sebagai berikut : 41

1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan serta kebersihan

jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak, damai (muthmainnah), bersikap

lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik hidayah Tuhannya

(mardhiyah).

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesopanan tingkah laku yang

dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,

lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

40 Thohari Musnamar, Op.Cit., hlm. 34. 41 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Op. Cit, hlm. 167-168.

Page 24: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

24

3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul

dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih

sayang.

4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul

dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan

mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.

Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran

tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang

dialami oleh individu yang bersangkutan sesuai kompleksitas permasalah itu.42

Dengan demikian tujuan bimbingan dan konseling Islam dapat dibagi

menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum seperti

yang tersirat dalam definisi bimbingan dan konseling sedangkan tujuan secara khusus

merupakan penjabaran dari tujuan umum yang berkaitan dengan permasalahan yang

berhubungan langsung dengan masalah yang dihadapi individu.

Salah satu tujuan dari bimbingan dan konseling Islam adalah mengarahkan

kepada individu untuk mempunyai mental atau jiwa yang sehat.43 Untuk mencapai

tujuan bimbingan dan konseling Islam, maka dibutuhkan sebuah langkah operasional

untuk mengarahkan individu untuk mempunyai mental atau jiwa yang sehat.

4. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Yang dimaksud dengan prinsip adalah patokan atau landasan praktis yang

harus dilaksanakan atau diikuti dalam pelaksanaan bimbingan dan pelaksanaan

agama, prinsip-prinsip bimbingan dan penyuluhan disini menurut Prof. Dr. Bimo

Walgito meliputi :

1. Bimbingan dan penyuluhan dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa dan

orang-orang yang sudah tua.

42 Priyatno, Erman Anti, Op. Cit, hlm. 115. 43 Ibid, hlm. 109.

Page 25: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

25

2. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh kesemua orang

karena semua orang tentu mempunyai masalah-masalah yang butuh

pertolongan.

3. Supaya bimbingan dapat berhasil baik, maka dibutuhkanlah pengertian yang

mendalam mengenai orang yang dibimbing. Oleh karena itu perlu diadakan

evaluasi atau penilaian dan penyelidikan-penyelidikan individual.

4. Fungsi dari bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikul

tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesulitannya, sehingga hasilnya dapat

berupa kemajuan dari pada keseluruhan pribadi yang bersangkutan.44

Sedangkan menurut Drs. H.M. Arifin M. Ed. Prinsip-prinsip bimbingan

dan penyuluhan agama meliputi :

1. Setiap individu adalah makhluk yang dinamis dengan kelainan-kelainan

kepribadian yang bersifat individual serta masing-masing memiliki

kemungkinan-kemungkinan berkembang dam penyesuaian diri dengan situasi

sekitar.

2. Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbentuk dari dua faktor

pengaruh yakni pengaruh dari dalam yang berupa bakat dan ciri-ciri keturunan

baik jasmaniah maupun rohaniah, dan faktor pengaruh yang diperoleh dari

lingkungan, baik lingkungan masa sekarang maupun lingkungan masa lampau.

3. Setiap individu adalah organisasi yang berkembang dan bertumbuh. Dalam

keadaan yang senantiasa berubah, perkembangannya dapat dibimbing kearah

pola hidup yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat

sekitar.

4. Tiap individu dapat memperoleh keuntungan dengan pemberian bantuan dalam

hal melakukan pilihan-pilihan, dalam hal memajukan kemampuan penyelesaian

diri serta dalam mengarahkan kepada kehidupan yang sukses.

44 Bimo Walgito, Op.Cit., hlm. 4.

Page 26: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

26

5. Setiap individu diberi hak yang sama serta kesempatan yang sama dalam

mengembangkan pribadinya masing-masing tanpa memandang perbedaan suku

bangsa, agama, ideologi dan sebagainya.45

Disamping itu Muhammad Hatta juga memberikan prinsip-prinsip layanan

bimbingan dan konseling agama yang meliputi:

1. Bimbingan dan Konseling dilakukan secara sistematis dan berhubungan dengan

perkembangan individu.

2. Bimbingan dan konseling berorientasi kepada bentuk kerja sama, bukan bentuk

paksaan.

3. Bimbingan dan konseling didasarkan pada penghargaan atas martabat dan nilai-

nilai individu.

4. Setiap individu harus diberi hak dan kesempatan yang sama dalam

mengembangakan pribadinya masing-masing tanpa memandang perbedaan suku,

bangsa dan lainnya.

5. Dalam memberikan bantuan si terbimbing diusahakan agar dapat berdiri sendiri

dan semakin mampu mengatasi masalah hidupnya.

6. Harus disadari bahwa setiap individu memiliki fitrah beragama, yang dapat

berkembang dengan baik bila diberi kesempatan dengan bimbingan yang baik.46

Dari beberapa prinsip diatas, diharapkan dapat membantu seorang

konselor dalam melaksanakan tugasnya dalam membimbing konseli, sehingga dapat

dengan sistematis mengerti apa yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu seorang

konselor harus mengetahui beberapa prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan

bimbingan dan konseling agama Islam.

5. Macam-Macam Bimbingan dan Konseling Islam

45 M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di

Sekolah dan diluar Sekolah, Jakarta, Bulan Bintang, 1976, hlm. 18. 46 Mohammad Hatta, Citra Dakwah di Abad Informasi, Medan, Pustaka Wijaya Sarana,

1995, hlm. 115.

Page 27: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

27

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu bimbingan yang bertujuan untuk

membantu memecahkan problem seseorang dengan melalui keimanan menurut

agamanya. Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam konseling tersebut, klien

dapat diberi kesadaran terhadap adanya hubungan sebab akibat dalam rangkaian

problema-problema yang dialami dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai

keimanannya.

Dalam kaitannya dengan ini, maka bimbingan dan konseling Islam menurut

Drs. H.M. Arifin M. Ed. dapat dibagi menjadi beberapa bidang yaitu:

a. Bidang Kependidikan

Bidang kependidikan yaitu pemberian bimbingan yang menyangkut

tentang pengambilan keputusan mengenai lapangan study yang akan dipilih. Dalam

hal ini ada hubungannya dengan kurikulum di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi

serta fasilitas lainnya.47

Dalam bidang kependidikan ini menyediakan kesempatan sebaik-baiknya

kepada anak didik untuk menemukan minat, bakat serta kecakapan-kecakapannya

dalam bidang study dan mendorong mereka agar suka meminta bimbingan dan

nasehat kepada guru atau pembimbing agama dalam saat tertentu dimana mereka

merasakan adanya problem. Usaha anak didik yang demikian ini memang

dikehendaki oleh Allah. Seperti dalam firman-Nya :

قل آل يعمل على شاآلته فربكم أعلم بمن هو أهدى سبيال

)٨٤:االسراء(

Artinya :“katakanlah, tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing.

Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang benar jalannya”. ( Q.S.

al-Isra: 84 )48

Arti kata keadaanya diatas adalah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya.49

47 M. Arifin, Teori-Teori Konseling Umum dan Agama, Jakarta, PT. Golden Terayon

Press, 1996, hlm. 18. 48 Soenarjo, Op.Cit., hlm. 437.

Page 28: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

28

Bidang kependidikan dapat dilakukan dengan cara memberikan

bimbingan dan penyuluhan agama terhadap masalah yang berkaitan dengan

pendidikan, hal ini dapat menumbuhkan minat dan dorongan anak untuk menjadi

orang yang berderajad tinggi disertai dengan keimanan yang tangguh kepada

Tuhannya. Sebagaiman firman Allah :

...يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات ...

)١١: المجادلة(

Artinya :“... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman

diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat...”.(Q. S. Al Mujadalah: 11)50

Pemilihan pendidikan tersebut didasarkan pada kemampuannya masing-

masing terbimbing, hal ini perlu mendapatkan perhatian agar dikemudian hari tidak

menimbulkan frustasi serta kegagalan dalam kehidupannya.

b. Bidang Kesehatan Jiwa

Yaitu suatu bimbingan atau penasehatan keagamaan yang bertujuan

untuk menghilangkan faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien, sehingga dia

memperoleh ketenangan hidup rohaniah yang sewajarnya sebagaimana yang

diharapkan.51 Sebagaimana firman Allah :

)١٠:الشمس( وقد خاب من دساها) ٩ (قد أفلح من زآاها

Artinya :“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya dan

merugilah orang-orang yang mengotorinya. (Q. S. As Syams: 9-10) 52

Dalam usaha memperoleh klarifikasi rohaniah, konselor kadang-kadang

memerlukan pendekatan-pendekatan psikoterapi atau penyembuhan jiwa,

49 M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran, Op.Cit., hlm. 98. 50 Soenarjo, Op.Cit., hlm. 910-911. 51 M. Arifin, Teori-Teori Konseling Umum dan Agama, Op.Cit., hlm. 18.

Page 29: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

29

psikoanalisis atau penganalisaan jiwa, klinis dan juga pendekatan yang berpusat pada

keadaan pribadi klien53.

c. Bidang Sikap dan Nilai-Nilai

Bidang ini menyediakan kesempatan bagi anak untuk dapat

mengembangkan sikap dan nilai-nilai sesuai dengan idealitas Pancasila, berjiwa

agama yang mendalam sehingga menjadi pola dasar hidup keagamaan yang dapat

diharapkan menjadi pengontrol segala aktivitas hidupnya dalam masyarakat.54

Maka dari itu sikap berhubungan dengan Tuhan dan sikap berhubungan

dengan masyarakat atau lingkungan hidup perlu dikembangkan melalui wibawa

seorang konselor dalam berbagai peristiwa dan lapangan hidup. Pendekatan

psikologis pada anak terutama saat menghadapi kesulitan hidup sangat berpengaruh

bagi perkembangan sikap dan nilai-nilai dalam pribadi mereka masing-masing.

B. Pengamalan Religiusitas Anak

1. Pengertian Religiusitas Anak

a. Religiusitas

Religiusitas berasal dari bahasa Inggris “religiusity” dari akar kata

“religion” yang berarti agama. Religiusity merupakan kata bentuk dari “religius”

yang berarti agama.55 Berdasarkan arti kata tersebut, dapat dipahami bahwa

religiusitas berkaitan dengan keberagamaan seseorang. Dalam khasanah psikologi,

istilah religiusitas mempunyai makna yang berbeda dengan religi atau agama. Religi

atau agama menunjuk pada aspek formal yang berkaitan dengan aturan-aturan atau

kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah

dihayati oleh individu didalam hati.

b. Dimensi-Dimensi Religiusitas

52 Soenarjo, Op.Cit., hlm. 1064. 53 M. Arifin, Teori-Teori Konseling Umum dan Agama, Loc.Cit. 54 M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran, Op.Cit., hlm. 103. 55 John M. Echols dan Hasan Sadily, Op.Cit., hlm. 476.

Page 30: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

30

Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai kehidupan

manusia. Bukan hanya sekedar melakukan ritual (peribadatan) saja, namun juga

segala aktivitas yang didorong oleh kekuatan supra natural. Oleh karena itu

keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi,

sebagaimana menurut Glock & Stark (dalam Robertson, 1988) yang dikutip oleh

Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, yaitu :

1) Dimensi Keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana religius

berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran

doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat

kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian

ruang lingkup dan isi keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-

agama, tetapi seringkali antara tradisi-tradisi dalam agama.

2) Dimensi Praktik Agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang

dilakukan untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

Dimensi ini dibagi menjadi dua, yakni ritual (mengacu pada seperangkat ritus,

tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan

para pemeluk melaksanakan, seperti perkawinan) dan ketaatan (hal ini terwujut

tatkala ritual dipenuhi).

3) Dimensi Pengalaman

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-

perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau

didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (suatu masyarakat) yang melihat

komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan,

kenyataan terakhir, dengan otoritas transcendental.

4) Dimensi Pengetahuan Agama

Page 31: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

31

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang

beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengensi dasar-

dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

5) Dimensi Pengalaman atau Konsekuensi

Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat keyakinan keagamaan,

praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari kehari.56

Dimensi-dimensi tersebut sejalan dengan ajaran Islam yang tentang dimensi

aqidah, syari’ah dan akhlak. Dimensi aqidah sejajar dengan dimensi keyakinan, dan

dimensi syari’ah sejajar dengan dimensi peribadatan, sedangkan dimensi pengalaman

sejajar dengan dimensi akhlak.57

c. Anak

Anak adalah masa dalam periode perkembangan dari berakhirnya masa bayi

hingga menjelang masa pubertas.58 Chaplin mengemukakan bahwa anak adalah

seorang individu di antara kelahiran dan masa pubertas atau seorang individu di

antara masa kanak-kanak (masa pertumbuhan, masa kecil) dan masa pubertas.59

Selain itu anak-anak disebut pula sebagai stadium perkembangan dari masa

bayi hingga masa dewasa muda.60 Anak juga dianggap manusia dewasa dengan

ukuran kecil.61

Adapun pengertian anak juga dapat di lihat dari segi perkembangannya,

yakni :

1) 0 – 7 tahun, disebut sebagai masa anak kecil, masa bermain

2) 7 – 14 tahun, masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah rendah.

56 Djamaludin Ancok, Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, Solusi Islam Atas Problem-

Problem Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. II, 1995, hlm. 76-78. 57 Ibid., hlm. 80. 58 M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Usaha Nasional, Surabaya,

1981, hlm. 23. 59 Chaplin J.P, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Rajawali Press, 1997, hlm. 83. 60 Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta, Renika Cipta, 1997, hlm. 9. 61 Sumadi Suryabrata, Psikologi Perkembangan, Edisi IV, Yogyakarta, Rekarsin, 1990,

hlm. 5.

Page 32: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

32

3) 14 – 21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari anak menjadi

orang dewasa.62

Aristoteles juga menyebutkan fase-fase perkembangan anak sebagaimana

yang di kutip oleh Agus Suyanto sebagai berikut :

1) Umur 0,0-7,0 tahun adalah masa kecil, masa bermain.

2) Umur 7,0-14,0 tahun adalah masa anak, masa belajar.

3) Umur 14,0-21,0 tahun adalah masa pubertas, yaitu menuju dewasa.63

Sedangkan Prof. Dr. Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa masa kanak-

kanak (±0-12 tahun), masa remaja (±13-21 tahun) dan masa dewasa di atas umur 21

tahun. 64

Dalam setiap perkembangannya, anak selalu terpengaruh oleh lingkungan

tempat ia hidup. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kartini Kartono, setiap

fenomena (gejala) perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dengan

pengaruh timbal balik di antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor

lingkungannya. 65

1) Ciri dan Sifat Anak

Anak pada masa sekolah dapat diperinci lagi menjadi dua fase dan

masing-masing fase memiliki ciri-ciri dan sifat, yaitu :

a) Sifat khas pada masa kelas rendah (6/7-9/10 tahun), yaitu sekolah dasar.

Beberapa sifat khas pada masa yang pertama ini antara lain:

(1) Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi

sekolah. Terbukti perlunya kebutuhan-kebutuhan biologik itu terpenuhi

secara layak.

(2) Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

(3) Adanya kecendrungan memuji diri sendiri.

62 Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung, CV. Mandar

Maju, 1995, hlm. 28. 63 Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Aksara Baru, 1982, hlm. 59. 64 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1979, hlm. 130.

Page 33: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

33

(4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dan ada kecenderungan

meremehkan anak lain.

(5) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal tidak di anggap

penting.

b) Sifat khas masa sekolah tinggi (9/10-13 tahun), beberapa sifat khusus pada

masa ini adalah :

(1) Adanya perhatian kepada kehidupan praktek sehari-hari yang kongkrit.

Hal ini membawa kecenderungan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan

praktis.

(2) Amat realistis, ingin tahu dan ingin belajar.

(3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus.

(4) Anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai

prestasi sekolah.

(5) Gemar membentuk kelompok-kelompok sebaya untuk dapat bermain

bersama-sama. Dalam permainan ini anak-anak kerap kali tidak terikat

pada peraturan tradisional, mereka membuat peraturan sendiri. 66

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agama Anak

Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek

rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang

direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat

hablumminallah maupun hablumminannas. Maka dari itu faktor yang

mempengaruhi perkembangan keberagamaan seseorang itu terbagi atas dua

bagian yaitu : faktor pembawaan (internal) dan faktor lingkungan (eksternal).67

a) Faktor pembawaan (internal)

65 Kartini Kartono, Op.Cit., hlm. 33. 66 Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 119-120. 67 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya, 1992, hlm. 136.

Page 34: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

34

Perbedaan hakiki antara manusia dengan hewan adalah manusia

mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homo religious).

Setiap anak yang lahir ke dunia, baik yang lahir di negara

komunis maupun kapitalis, baik yang lahir dari orang tua yang saleh

maupun jahat, sejak Nabi Adam sampai akhir zaman.

Menurut fitrah kejadiannya mempunyai potensi beragama atau

keimanan kepada Tuhan atau percaya adanya kekuatan di luar dirinya yang

mengatur hidup dan kehidupan alam semesta.

Dalam perkembangannya fitrah beragama ini ada yang berjalan

secara alamiah dan ada juga yang mendapat bimbingan dari para Rasul

Allah SWT. Keyakinan bahwa manusia mempunyai fitrah atau kepercayaan

kepada Tuhan didasarkan kepada firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat

127, Ar-Rum ayat 30 dan Asy-Syamsu ayat 8.

b) Faktor lingkungan (eksternal)

Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang

mempunyai kecenderungan untuk berkembang, namun perkembangan itu

tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor luar (eksternal) yang

memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah itu

berkembang dengan sebaik-baiknya, faktor eksternal itu tiada lain adalah

lingkungan dimana anak itu hidup. Lingkungan itu ialah keluarga, sekolah

dan masyarakat. 68

c) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak,

oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak

sangatlah dominan. Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan yang

sangat penting dalam menumbuhkan fitrah keberagamaan anak.

68 Ibid. hlm. 138-139.

Page 35: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

35

Menurut Hurlock, keluarga merupakan “Training Centre” bagi

penanaman nilai-nilai. Perkembangan fitrah atau jiwa beragama anak,

seyogyanya bersamaan dengan perkembangan kepribadian anak, yaitu sejak

lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan. Pandangan ini

didasarkan pengamatan para ahli ilmu jiwa terhadap orang-orang yang

mengalami gangguan jiwa; ternyata mereka itu dipengaruhi oleh keadaan

emosi atau sikap orang tua (terutama ibu) pada masa mereka dalam

kandungan.

Oleh karena itu sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam

kandungan, orang tua (terutama ibu) seyogyanya lebih meningkatkan amal

ibadah kepada Allah, seperti melaksanakan sholat wajib dan sunnat,

berdo’a, berdzikir, membaca Al-Qur’an dan memberi sedekah.

Dalam mengembangkan fitrah beragama anak dalam lingkungan

keluarga, disamping upaya-upaya yang telah dilakukan di atas, maka dalam

beberapa hal lagi yang perlu menjadi kepedulian (perhatian) orang tua

yaitu sebagai berikut :

(1) Karena orang tua merupakan pembina yang pertama bagi anak, dan

tokoh yang ditiru anak, maka seyogyanya dia memiliki kepribadian

yang baik atau berakhlaqul karimah (akhlaq yang mulia)

(2) Orang tua hendaknya memperlakukan anaknya dengan baik.

(3) Orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis antar

anggota keluarga (ayah dengan ibu, orang tua dengan anak dan anak

dengan anak). Hubungan yang harmonis, penuh pengertian dan kasih

sayang akan menumbuhkan perkembangan perilaku anak yang baik.

(4) Orang tua hendaknya membimbing, mengajarkan atau melatihkan

ajaran agama terhadap anak, seperti sholat, wudlu, do’a-do’a, bacaan

Al-Qur’an, lafaz dzikir dan akhlaq terpuji.

Page 36: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

36

Pentingnya peranan orang tua dalam mengembangkan fitrah

beragama anak ini, dalam Al-Qur’an dan Hadits telah dinyatakan secara

jelas dalam surat At-Tahrim ayat 6 :

... يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا )٦:التحريم(

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah / jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.69

Dan sabda Nabi SAw bersabda :

رة ى الفط د عل د اال يول ن مول ا م ه او م واه يهودان واب

}رواه بخارى ومسلم{ ينصرانه او يمجسانه 70

Artinya : “Tidak ada seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah

(suci), kedua orang tuanyalah yang menjadikan orang Yahudi,

Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari dan Muslim).

d) Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai

program yang sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan

latihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan

potensinya.

Pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak

sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-

guru substitusi dari orang tua.

Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah beragama

para siswa (anak), maka sekolah terutama dalam hal ini guru agama

mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan

pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlaq yang mulia dan

sikap apresiatif terhadap ajaran agama.

69 Soenarjo, Op. Cit., hlm. 951. 70 Imam Abi Husain Muslim, Jamius Shohih, Juz. VII, Libanon, Beirut, t.th., hlm. 52.

Page 37: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

37

Agar dapat melaksanakan tugas tersebut di atas, maka guru

agama dituntut untuk memiliki karakteristik sebagai berikut :

(1) Kepribadian yang mantap (akhlaq mulia), seperti jujur, berkomitmen

terhadap tugas, kreatif, disiplin dalam segala hal, bertanggung jawab

dan respek terhadap siswa.

(2) Menguasai disiplin ilmu dalam bidang studi pendidikan agama Islam.

Guru agama memiliki pemahaman yang memadai tentang bidang studi

yang diajarkan, sesuai kurikulum.

(3) Memahami ilmu-ilmu yang lain yang relevan atau menunjang

kemampuannya dalam proses belajar mengajar.

e) Lingkungan masyarakat

Yang dimaksud lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau

kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh

terhadap perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu.

Dalam masyarakat, individu (terutama anak-anak dan remaja) akan

melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota

masyarakaat lainnya. Apabila teman sepergaulannya itu menampilkan

perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlaq mulia), maka anak

pun cenderung berakhlaq baik, namun apabila temannya menampilkan

perilaku yang kurang baik, amoral atau melanggar norma-norma agama,

maka akan cenderung terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh

perilaku tersebut. Hal ini akan terjadi apabila anak kurang mendapatkan

bimbingan agama dalam keluarga71.

2. Pengamalan Agama Anak

Pertumbuhan jiwa agama anak, diperlukan pengalaman-pengalaman keagamaan

yang didapat sejak lahir dari orang-orang terdekat dalam hidupnya, seperti ibu, bapak,

71 Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung,

2001, hlm. 59-60.

Page 38: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

38

saudara atau anggota keluarga lain bahkan masyarakat sekitar atau guru-guru agamanya

pada waktu itu. Pengalaman keagamaan tersebut merupakan unsur yang akan menjadi

bagian dari pribadinya dikemudian hari. Menurut perhitungan kedokteran bahwa ibu yang

sedang mengandung, gizi makanannya menentukan kecerdasan dan kemampuan anak

dalam bidang kecakapan dan ketrampilannya nanti. Karena pada bulan-bulan terakhir dari

janin tersebut, telah mulai terbentuk jaringan-jaringan otaknya, maka makanan ibu yang

cukup akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi janin dalam kandungan ibu.

Sehingga dapatlah tumbuh jaringan-jaringan otak secara wajar dan baik. Dengan

demikian anak yang akan lahir dapat diharapkan mempunyai kemampuan otak yang

wajar.72

Anak mulai mengenal tuhan melalui orang tua dan lingkungannya. Sikap,

tindakan dan perbuatan anak merupakan simbul kepercayaan pertama bagi anak dari ibu

bapak, atau pengasuh penting lainnya, yang memberikan pengertian tentang Tuhan.

Abin Syamsuddin Makmun, menjelaskan bahwa pada masa kanak-kanak, sikap

keagamaannya yang ditandai dengan sikap yang represif, meskipun banyak bertanya dan

bersifat anthropomorph (dipersonifikasi) serta pemahaman yang bersifat ideosincritic

(menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf kemampuan kognitifnya yang masih

bersifat egocentric (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya sendiri)73

Dengan kondisi psikologis yang sudah tumbuh pikiran logisnya, maka orang tua

berkewajiban untuk menyuruh anak-anaknya menjalankan kegiatan agama. Faktor

pembiasaan, ajakan dan himbauan sangat positif untuk mendukung perkembangan

keagamaannya. Akar penyebab perlunya pemberian motivasi adalah karena pertimbangan

kondisi kejiwaan anak yang masih membutuhkan bimbingan dan arahan orang tua atau

belum tumbuh kesadaran dan kemandirian dalam kreatifitas sesuai dengan ciri-ciri yang

72 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta, Bulan Bintang,

1998, hlm. 110-111. 73 Abin syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,

2002, hlm, hlm. 109.

Page 39: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

39

mereka miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas conceptan

authority (konsep keagamaan yang dipengaruhi dari luar).74

Apabila pengalaman diwaktu kecil itu, banyak didapat nilai-nilai agama, maka

kepribadiannya akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Demikian sebaliknya, jika

nilai-nilai yang diperoleh jauh dari agama, maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh

pula dari agama dan akan menjadi goncang, karena nilai-nilai agama akan sering

mengalami perubahan.

Karena itulah mental (kepribadian) yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan

moral yang mungkin berubah dan goncang itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa,

apabila perubahan kemudian terjadi.75

Berdasarkan pengalaman-pengalaman keagamaan pada anak tersebut, kemudian

akan dipraktekkan dalam kesehariannya seperti berdo’a setiap hari, membaca al-Qur’an,

jujur dan sebaginya. Akan tetapi, pengamalan anak tentang nilai-nilai religius yang

diperolehnya tidak akan mampu berkembang dan terwujud dalam pengamalan secara

nyata, apabila tanpa peran aktif orang tua dan lingkungan lainnya untuk membantu

mengamalknnya.

Berkaitan dengan peran orang tua tersebut terdapat hadits nabi yang

mengisyaratkan hal tersebut yakni :

انه ه او ينصرانه او يمجس واه يهودان ى الفطرة واب ما من مولد اال يولد عل

}رواه بخارى ومسلم{ 76 Artinya : “Tidak ada seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci), kedua

orang tuanyalah yang menjadikan orang Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR.

Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, dapat dipahami bahwa seorang anak akan menjadi kafir ataupun

muslim itu semua tergantung orang tuanya dalam mengasuh dan mendidik anaknya sewaktu kecil.

74 Jalaluddin, Op.Cit., hlm. 68. 75 Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta, CV. Hajimas

Agung, Cet. 16, 2001, hlm. 85.

Page 40: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

40

Lebih lanjut, hadits Nabi yang berbunyi :

بع الة لس روااوالدآم بالص ر , م م عليهالعش ربو ه د (واض رواه أحم

)وأبوداودوالحاآم 77 Artinya : “Peringatkanlah anak kalian untuk melakukan shalat jika mereka) berumur tujuh

tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat jika berumur

sepuluh tahun”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim).

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa anak haruslah diajarkan shalat pada usia tujuh

tahun, dan apabila usia sepuluh tahun anak belum mau mengerjakan shalat, maka orang tua boleh

memukulnya (“menghukumnya”).

Akan tetapi, hal ini akan menyulitkan bagi orang tua maupun anaknya, apabila pada usia sebelum

tujuh tahun anak belum pernah dikenalkan tentang agama (seperti shalat dan sebagainya). Oleh

karenanya penting bagi orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya sejak usia sebelum tujuh

tahun (pra-sekolah) kepada hal-hal yang berkaitan dengan agama (ibadah seperti shalat dan

sebagainya).

Oleh karena itu, pengamalan-pengamalan agama anak sangat ditentukan oleh orang tuanya, apakah

orang tua melatihnya untuk beribadah (shalat, puasa, zakat, dan ibadah dalam arti luas), atau justru

sebaliknya. Hal tersebut sangat menentukan pengamalan-pengamalan agama anak pada

perkembangannya di masa-masa yang akan datang.

76 Imam Abi Husain Muslim, Loc.Cit. 77 Muhammad Ali Quthb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, Pent. Bahrun

Abu Bakar Ihsan, Cet. II, Bandung, CV. Diponegoro, 1993. hlm. 88.

Page 41: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

41

BAB III

EKSISTENSI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TEPADU

AZ-ZAHRA SRAGEN

A. Situasi Umum Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Az-Zahra Sragen

1. Sejarah Berdirinya

Bermula dari wacana untuk mengembangkan dakwah Islam di lingkungan

masyarakat Sragen, maka beberapa pemuka agama setempat berkumpul mengadakan

pertemuan untuk membahas pengembangan dakwah Islam yang belum maksimal di

Sragen. Berdasarkan pertemuan tersebut diperoleh kesepakan untuk membentuk suatu

lembaga dakwah yang bernama Lembaga Bakti Muslim AL-FALAH dengan Akte

Notaris No. 38 tgl. 24 Dessember 1996 dan NPWP No. 1.915.306.3-526 yang beralamat

di Jl. Beringin No. 7-9 Kebun Asri Sragen. Awal mula lembaga ini bergerak dalam

bidang sosial dan dakwah, seperti pasar murah, penyembelihan hewan qurban,

pendistribusian zakat dan lain sebagainya.

Perkembangan selanjutnya, Lembaga Bakti Muslim Al-Falah ingin

mewujudkan insan-insan ulul albab yang antara lain di tempuh melalui jalur pendidikan

keluarga maupun formal yang berorientasi pada keterpaduan konsep tersebut dari tingkat

pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Peran keluarga sebagai media pembentukan insan ulul albab ini sangat dominan.

Namun pendidikan awal yang seharusnya menjadi tanggung jawab keluarga ini sering

tidak terwujud, sebagian besar karena kesibukan orang tua menjadi kendala dalam

mewujudkannya.

Anak-anak merupakan tumpuan harapan agama dan negara, yang keberadaannya

diharapkan menjadi penerus yang mempunyai nilai lebih pada keimanan dan

intelektualitasnya. Terdapat potensi jasmani, rohani dan akal budi dalam diri mereka yang

harus dikembangkan, agar mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin komplek

dan berat.

Page 42: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

42

Pada tahun 1999, Lembaga Bakti Muslim Al-Falah mulai tertarik kepada

pendidikan yang memadukan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan agama. Karena

tertarik terhadap perpaduan pendidikan tersebut, maka lembaga ini mengikuti berbagai

pertemuan yang diadakan oleh ALPIT (Asosiasi Lembaga Pendidikan Islam Terpadu) di

Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Tepatnya pada tanggal 28 Mei 2000, LBM (Lembaga

Bakti Muslim) mendirikan sebuah lembaga pendidikan yaitu Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu (TKIT) Az-Zahra dengan status terdaftar pada Departemen Agama No. WK/5-

6/RA/40/pgm/2000 dan tergabung juga dalam JSITI (Jaringan Sekolah Islam Terpadu

Indonesia).78

TKIT Az-Zahra ini merupakan alternatif untuk menumbuh kembangkan,

membina fitrah, potensi dan bakat anak sejak dini secara optimal. Kurikulum pada TKIT

Az-Zahra merupakan perpaduan dari kurikulum Departemen Pendidikan Nasional yang

menekankan pada unsur edukatif dan pengembangan intelektualitas dengan kurikulum

Departemen Agama yang menekankan unsur religiusitas (keagamaan). Dengan perpaduan

tersebut diharapkan terbentuk suatu universalitas keilmuan yang serasi antara ilmu dan

agama.

Untuk melihat lebih jauh tentang sejarah berdirinya Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu (TKIT) Az-Zahra, maka perlu penulis kemukakan tentang dasar dan tujuan

didirikannya. Adapun dasar dan tujuan tersebut adalah :

a) Meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan akhlak, pengetahuan, ketrampilan dan

daya cipta yang diperlukan anak untuk hidup di lingkungan masyarakat sehingga

dapat mengembangkan diri sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan serta

memberikan bekal kemampun dasar perkembangan anak secara utuh.

b) Memberikan bekal dasar bagi anak untuk menjadi generasi yang mencintai Al-

Qur’an sehingga Al-Qur’an menjadi bacaan dan pandangan hidup sehari-hari.

78 Wawancara dengan bapak Jumadi sebagai konsultan kependidikan TKIT Az-Zahra

Sragen, 14 oktober 2003.

Page 43: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

43

c) Membekali anak dengan nilai-nilai Qur’ani sedini mungkin agar terbentuk

kepribadian Islami yang memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang baik, berilmu

pengetahuan, kuat jasmani dan berakhlak mulia.

d) Menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan serta amal shaleh sesuai dengan

taraf perkembangan yang dilalui oleh anak.

e) Membantu perkembangan fisik, psikis, intelektual dan sosial yang optimal searah

dengan perkembangan anak dan selaras dengan syariat Islam.

2. Letak Geografis

Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-Zahra terletak di Jl. Beringin

No. 7-9 Kebun Asri Sragen. Adapun batas lokasi TKIT Az-Zahra (terlampir).

3. Sruktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU AZ-ZAHRA SRAGEN

Keterangan79

a. Yayasan LBM Al-Falah : Anggoro Sutrisno, SE.

b. Badan Pembina : Dedy Endriyatno

c. Komite PG dan TKIT : Sahal

d. Bag. Administrasi : Minarti

YAYASAN LEMBAGA BAKTI MUSLIM

BADAN PEMBINA

KEPALA PG DAN TKIT

Bag. ADMINISTRASI

KOMITE PG DAN TKIT

PLAY GROUP TK ISLAM TERPADU

Page 44: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

44

e. Kepala Sekolah : Yuni Nur Hidayati, S.Pd.

Ustadzah :

a. Dewi Susiati, Amd

b. Riyana Nawangsari

c. Mimin Wulandari

d. Siti Amanah

e. Minarti

f. Tri Handayani

g. Normawati

h. Endah Farhati A., S.Ag.

i. Wiwin Sugianti

j. Murniati

k. Tutik Dwi Lestari

l. Warsiti, S.Pd.

Klinik Sekolah dan Biro Konsultasi

a. Psikologi : Yuni Nur Hidayati, S.Pd.

b. Kesehatan : dr. Maryati

c. Pendidikan : Jumadi

4. Keadaan TK dan anak didik

a. Keadaan TKIT Az-Zahra

1) Sarana dan Prasarana

a) Gedung

Sebagai ruang tempat berlangsungnya proses penanaman nilai-nilai

religius pada anak-anak usia pra-sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam

Terpadu Az-Zahra Sragen di lengkapi dengan berbagai peralatan untuk

79 Wawancara dengan Ibu Yuni Nur Hidayati sebagai Kepala Sekolah TKIT Az-Zahra

Sragen, 23 Oktober 2003.

Page 45: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

45

menunjang kegiatan tersebut. Adapun ruang gedung ini terbagi menjadi

beberapa ruang sesuai dengan fungsinya antara lain :

(1) Ruang Kantor

Digunakan untuk aktifitas yang berhubungan dengan

keadministrasian dan juga untuk menerima tamu.

(2) Ruang Kelas

Di TKIT Az-Zahra terdapat 6 kelas untuk kegiatan penanaman

nilai-nilai religius pada anak-anak. Adapun setiap ruang terdapat alat-

alat seperti : meja kursi untuk anak, papan tulis dan rak buku untuk

menyimpan alat-alat pengajaran.

(3) Ruang serba guna

Ruang serba guna ini berisi seperangkat komputer yang

digunakan untuk keperluan yayasan atau TKIT sendiri, juga sebagai

tempat silaturahmi wali murid.

b) Dapur

Digunakan untuk memasak dalam penyediaan makan anak,

katering LBM dan kegiatan makan bersama.

c) Gudang

Gudang ini digunakan untuk menyimpan alat-alat permainan atau

perabot yang sudah tidak dapat digunakan.

d) Halaman

Halaman sekolah yang cukup luas memudahkan anak dapat

bermain dengan bebas.

e) Persediaan air

Untuk cuci tangan, berwudhu, mandi, memasak dan kegiatan-

kegiatan yang diatur oleh TKIT

f) Macam-macam perabotan

Page 46: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

46

Macam-macam perabotan yang tersedia antara lain : meja, kursi,

rak buku tas dan sepatu, rak obat-obatan, almari, tape recorder, kipas angin,

komputer, timbangan anak, dsb.

g) Alat permainan luar

Yakni meliputi : bola dunia, jungkit-jungkit, ayunan, papan luncur

(prosotan), bola sepak, busur lingkar, papan titian, jaring-jaring panjat, besi

gantung dan sebagainya.

h) Alat permainan di dalam

Alat kesenian (angklung), peralatan masak, puzzle, lesi, balok,

boneka tangan dan lain-lain.

2) Keadaan Guru

TKIT Az-Zahra saat ini mempunyai guru berjumlah 13 orang, yang

semuanya adalah wanita (ustadzah). Masing-masing bertanggung jawab penuh

atas satu kelas yang diasuhnya. Adapun jenjang pendidikan terakhir ustadzah di

TKIT Az-Zahra bermacam-macam, yaitu sarjana psikologi, D3, D2, D1 dan

SMA, paling tidak mempunyai dasar ke-TK-an.

b. Keadaan Anak Didik

1) Jumlah Anak didik

Anak didik TKIT Az-Zahra Sragen berjumlah 130 anak. Anak didik tersebut

bukan hanya berasal dari lingkungan sekitar, tetapi juga berasal dari dari berbagai

kecamatan yang ada di kabupaten Sragen.

2) Agama Anak-Anak

Para anak didik TKIT Az-Zahra semuanya beragama Islam, namun tingkat

agamanya tidak sama, karena mereka mempunyai latar belakang yang berbeda. Ada

yang sudah mengenal agama Islam dan ada pula yang belum mengenal, sehingga

kadar agamanya berbeda.

3) Proses Penerimaan Murid

Page 47: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

47

Dengan dasar dan tujuan tersebut di atas, maka ditentukan kriteria bagi anak-anak

agar bisa menjadi anak didik di TKIT Az-Zahra Sragen. Adapun syarat atau kriteria

tersebut adalah :

a) Berusia taman kanak-kanak

b) Lulus seleksi atau tes

(1) Psikologi

Tes ini bertujuan untuk mengetahui motorik halus dan kasar anak.

(2) Kesehatan

Untuk mengetahui kesehatan anak, apakah anak tersebut mempunyai

penyakit bawaan atau tidak.

(3) Kemampuan Dasar

Untuk mengetahui sejauh mana anak mengetahui atau mengenal angka,

huruf dan doa-doa yang dimiliki.

(4) Intervew Wali

Untuk mengetahui kesiapan dan kesanggupan orang tua atau wali murid

dalam pendidikan anak.

B. Pelaksanaan Penanaman Nilai-Nilai Religius

1. Penanaman nilai-nilai Religius Anak di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Az-

Zahra Sragen

Taman kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah merupakan bagian

penting dari serangkaian upaya mengantarkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan

dasar. Pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak potensi anak-anak yang berhubungan

dengan kecerdasan (intellegence), ketrampilan (skill), bahasa (language) maupun perilaku

dalam bersosialisasi (social behaviour) mulai tumbuh.

Bimbingan dan bantuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara

profesional mutlak diperlukan agar kemampuan dan ketrampilan anak-anak pada usia ini

dapat berkembang secara maksimal. Untuk mecapai maksud tersebut perlu didukung oleh

guru yang berkualitas, profesional, berwawasan ke-TK-an serta berwawasan ke-Islaman

Page 48: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

48

yang luas dalam menanamkan nilai-nilai Aqidah Islamiyah, Akhlaqul karimah, syari’ah,

ibadah dan muamalah.

Secara rinci kegiatan belajar mengajar di TKIT Az-Zahra adalah sebagai berikut

:

Senin-Kamis : Materi nasional, sesuai dengan GBPKB TK 1994 yang dipadukan

dengan kurikulum dari Depag maupun kurikulum dari TKIT itu

sendiri.

Jum’at : Keagamaan (siroh nabi dan khot)

Sabtu : Life skill dan ekstra kurikuler

Setiap hari selain hari Jum’at juga diselipkan atau disisipkan materi-materi

keagamaan seperti hafalan do’a, hafalan al-Qur’an, ibadah, akidah dan akhlak serta

qiro’ati yang diadakan disela-sela sebelum dan sesudah materi nasional. Sedangkan

kegiatan proses belajar mengajar di TKIT Az-Zahra dimulai pada pukul 07-30 WIB dan

selesai sampai pukul 13.30 WIB.

Adapun kegiatan harian yang dilaksanakan di TKIT AZ-Zahra adalah sebagai

berikut :

07.30-08.00 : Kegiatan awal

- Berbaris

- Pembacaan ikrar, syahadat dan kesegaran jasmani

08.00-09.00 :

Inti I

- Masuk kelas, berdo’a dan absensi

- Diisi kegiatan bahasa seperti bercerita, bercakap-cakap, Tanya

jawab dan menyanyi.

Inti II (±30 Menit)

- Diisi ketrampilan/daya fikir

09.00-09.45 : Istirahat I (±60 Menit)

- Diisi bermain, cuci tangan dan qiro’ati

Page 49: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

49

09.45-10.00 : Do’a makan, makan dan do’a sesudah makan

10.00-11.00 : Inti III (± 60 Menit)

Diisi dengan kegiatan ketrampilan dan daya piker

11.00-12.30 : Istirahat II (± 120 Menit)

- Shalat berjamaah

- Makan siang

- Bermain

- Membaca dan qiro’ati

12.30-13.15 : Materi tambahan (menulis dan berhitung)

13.15-13.30 : Penutup (± 15 Menit)

- Tanya jawab

- Mengulang materi

- Do’a penutup

- Pulang

Sebagai bentuk penilaian dari guru (ustadzah), setiap hari dinilai perkembangan

anak-anak melalui buku komunikasi yang diberikan kepada orang tua anak (wali).

Sedangkan unsur-unsur yang dinilai oleh ustadzah meliputi hasil pemberian tugas, hasil

pengamatan (observasi), tes perbuatan, sikap perilaku dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi kajian penulis adalah aspek keagamaan

yang diterapkan pada anak-anak di TKIT Az-Zahra. Oleh karenanya, akan dipaparkan

secara rinci penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di Taman

Kanak-Kanak Islam Terpadu Az-Zahra Sragen meliputi :80

a. Qiro’ati

80 Hasil Wawancara dengan Ibu Yuni Nur Hidayati sebagai Kepala Sekolah TKIT Az-

Zahra Sragen, 23 Oktober 2003.

Page 50: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

50

Qiro’ati merupakan panduan belajar dalam mengenalkan anak pada tulisan

arab (Al-Qur’an), dengan tujuan agar anak dapat membaca Al-Qur’an dengan baik

dan benar.

Langkah awal dalam pengenalan huruf hijaiyah ini merupakan langkah yang

sangat tepat, apabila didasarkan pada kondisi anak yang asal mulanya belum

pernah/kurang mengenal huruf-huruf hijaiyah (arab).

Metode yang diterapkan ini merupakan awal yang menentukan dalam proses

belajar mengajar dalam bidang al-Qur’an selanjutnya. Hal ini dikarenakan, dalam

belajar Qiro’ati di samping mengenalkan huruf-huruf hijaiyah, namun juga lebih

menekankan pada kefasihan dan kelancaran dalam membaca khususnya Qiro’ati dan

nantinya membaca Al-Qur’an.

b. Hafalan ayat-ayat pilihan (Al-Qur’an)

Hafalan ayat-ayat Al-Qur'an merupakan salah satu cara untuk

mengembangkan daya ingat anak akan kemampuan dan kecerdasan anak dalam hal

menghafal surat-surat pendek dan surat-surat pilihan dalam Al-Qur'an. Lebih dari itu,

salah satu tujuan dari program mata pelajaran hafalan ayat-ayat pilihan Al-Qur'an

tersebut adalah untuk melatih dan mendidik anak-anak memelihara ayat-ayat suci

dan mulia dalam ingatannya.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang diajarkan dalam TKIT Az-Zahra antara lain :

1) Surat Al-Fatihah sampai surat Al-Bayyinah

2) Surat Al-Baqoroh ayat 255 dan ayat 256 serta ayat 257.

c. Do’a sehari-hari

Penanaman nilai-nilai religius pada anak dengan cara mengajarkan pada

anak-anak do’a sehari-hari dengan disertai artinya yakni do’a yang berkaitan dengan

kegiatan sehari-hari, dengan tujuan agar anak dapat memahami dan menghayati serta

mengamalkan do’a-do’a tersebut.

Do’a sehari-hari yang diajarkan di TKIT Az-Zahra meliputi :

Page 51: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

51

1) Do’a sebelum dan sesudah belajar, do’a sebelum dan sesudah makan, do’a

sebelum dan sesudah tidur, do’a masuk dan keluar kamar kecil, do’a ketika

masuk dan keluar rumah.

2) Do’a memintakan ampun orang tua, do’a dunia akhirat dan do’a pembuka hati.

3) Do’a bercermin, ketika berpakaian dan melepas pakaian.

4) Do’a ketika turun hujan dan do’a ketika melihat petir.

5) Do’a ketika masuk dan keluar masjid, do’a berbuka puasa, sesudah adzan dan

sesudah wudhu.

6) Do’a ketika menjenguk orang sakit, ketika sakit, ditimpa musibah, dan ketika

ta’ziah.

7) Do’a melihat pagi dan sore

d. Siroh Nabawiyah

Siroh Nabawiyah merupakan mata pelajaran yang mengupas tentang sejarah

kehidupan para Nabi-Nabi utusan Allah, terutama Nabi Muhammad. Tujuan dari

pelajaran Siroh Nabawiyah tersebut adalah agar anak-anak mengetahui bagaimana

sejarah para nabi tersebut, lebih dari itu diharapkan dengan sejarah tersebut anak-

anak dapat mencontoh akan segala perilaku utusan-utusan Allah tersebut (menjadi

suri tauladan yang baik).

Siroh Nabawiyah yang diajarkan pada anak-anak antara lain :

1) Nabi Muhammad, meliputi : (kisah ababil, kelahiran, penyusuan, shiddiq atau

kejujuran saat berdagang, datangnya wahyu, al-Amin dan ceritanya termasuk

amanah dan fathonah serta cerita hajar aswad)

2) Nabi Sulaiman (yakni cerita tentang kekayaan, keahlian berbahasa dan sebagai

raja yang arif dan bijaksana).

3) Nabi Yusuf (tentang ketampanan dan ketika menjadi raja)

4) Nabi Ibrahim (tidak terbakar api)

5) Nabi Musa (tongkat menjadi ular)

Page 52: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

52

Selain itu juga diajarkan tentang sejarah sahabat-sahabat nabi deperti : Abu

Bakar (ketika mendapat gelar As-Shiddiq), Umar Bin Khottob (ketika masuk Islam),

Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib (menggantikan Nabi tidur) dan juga Khadijah

(isteri Nabi Muhammad), Fatimah Az-Zahra (pemurah), Hamzah Bin Abdul

Mutholib (singa padang pasir)

e. Ibadah

Ibadah memiliki cakupan yang luas, namun dalam TKIT Az-Zahra ini yang

menjadi kajian ibadah meliputi :

1) Wudhu (mengenal dan praktek)

2) Adzan dan Iqamah (mengenal dan praktek)

3) Shalat meliputi

a) Mengenal bacaan dan gerakan shalat

b) Mengenal tempat dan perlengkapan shalat

c) Mengenal waktu dan jumlah shalat

d) Mengenal dzikir sesudah shalat

e) Mempraktekkan atau menjalankan shalat

4) Shaum (puasa) yakni membahas tentang arti dan cara shaum, mengetahui shaum

ramadhan dan amalan-amalan ramadhan.

5) Zakat meliputi pengertian dan tujuan zakat.

6) Haji, yakni kewajiban bagi orang-orang yang mampu.

f. Aqidah dan Akhlak

Aqidah dan Akhlak merupakan rangkaian pelajaran yang diterapkan dalam

TKIT Az-Zahra meliputi : Syahadat, Asma’ul Husna, malaikat beserta tugasnya,

Nabi dan Rosul, Kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan keutamaan

membaca, nama surat dalam Al-Quran, surga dan neraka, Akhlaq terhadap sesama,

takbir, tahmid, tahlil dan istiqhfar.

g. Baca Tulis Al-Qur’an.

Page 53: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

53

Materi ini meliputi cara membaca yang benar, menulis yang benar ayat-ayat

Al-Qur’an (yakni mewarnai, menebalkan huruf dan menulis atau menyalin)

Tujuan yang diharapkan dari materi baca tulis Al-Qur’an ini yakni agar anak

dapat membaca dan menulis Al-Qur’an dengan baik, tartil dan benar.

h. Hadits

Materi ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan ucapan

dan perilaku serta ketetapan dari nabi. Materi hadits yang diterapkan pada TKIT Az-

Zahra meliputi salam, kebersihan, marah, menutup aurot, kasih sayang, keutamaan

belajar Al-Qur’an, meuntut ilmu, keindahan, senyum, berbuat baik, adab makan,

sesama muslim berasaudara, silaturrahmi, meninggalkan hal yang tidak berguna,

berkata baik, keharusan bersyukur, larangan memutus silaturrahmi, keutamaan

berdo’a, menjaga lisan, mengasihi sesama makhluk Allah, adab bersin, shalat, sabar,

adab bertetangga, membantu saudara dan menyayangi yang lebih kecil.

i. Pesantren Kilat

Di samping proses belajar mengajar atau penanaman nilai-nilai religius yang

bersifat harian, pada bulan Ramadhan diadakan pesantren kilat untuk

menyemarakkan bulan Ramadhan juga demi meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

pada diri anak.

j. Manasik Haji

Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam penanaman nilai-nilai religius pada

anak-anak usia pra-sekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Az-Zahra Sragen

adalah manasik haji. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan anak dalam pelaksanaan

ibadah haji.

Berdasarkan uraian materi-materi keagamaan yang diterapkan dalam TKIT Az-

Zahra Sragen tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal yakni : aqidah, syari’ah

Page 54: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

54

dan muamalah. Lebih dari itu, materi di atas diharapkan agar anak dapat mengamalkan

dalam kehidupan sehari-hari sebagai kebiasaan yang baik. 81

Materi-materi di atas disampaikan dengan menggunakan cara atau metode

sebagai berikut :

a. Metode Pemberian Tugas

Yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk

melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh

guru sehingga anak memahami secara nyata dan melaksanakan secara tuntas.

Contoh : pemberian tugas melipat kapal.

Tujuan metode pemberian tugas :

1) Guru dapat memberikan batasan tugas terhadap anak didik sesuai dengan

kemampuan yang diharapkan dicapai.

2) Anak dapat memahami tugas, menerapkan dan mengkomunikasikan isi tugas

tersebut dengan benar melalui perbuatan. Misalnya, daya pikir menyebut urutan

bilangan 1-10.

b. Metode Proyek

Yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

menggunakan alam sekitarnya.

Tujuan metode proyek

1) Membangun rasa keterikatan anak.

2) Agar anak dapat belajar dari sebuah kegiatan yang khusus.

3) Mengembangkan pengetahuan sehingga anak mampu mengamati dan

mengklasifikasikan (memperjelas).

4) Membuat anak tertarik dalam kegiatan belajar mengajar.

5) Mempunyai sikap yang baik

81 Wawancara dengan Ibu Yuni Nur Hidayati sebagai Kepala Sekolah TKIT Az-Zahra

Sragen, 23 Oktober 2003.

Page 55: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

55

Contoh : anak diajak mengamati salah satu tanaman.

c. Metode Bermain Peran

Yaitu metode yang dilakukan dengan cara memperagakan suatu kegiatan

secara singkat.

Tujuan metode bermain peran

1) Melatih anak berbicara lancar.

2) Membantu perkembangan intelegensi anak.

3) Menciptakan suasana yang menyenangkan.

Contoh : bermain peran, tugas dokter menolong orang sakit.

d. Metode Bercakap-Cakap

Yaitu suatu cara mengajar dengan menggunakan percakapan antara guru

dengan anak.

Tujuan metoda bercakap-cakap :

1) Menyampaikan kecepatan dan keberanian anak untuk menyampaikan pendapat

kepada orang lain.

2) Memperbaiki lafal dan ucapan anak.

3) Mengembangkan intelegensi anak.

4) Menambah perbendaharaan kosakata

Contoh : guru memperagakan gambar, kemudian anak dimintai pendapatnya.

e. Metode Karya Wisata

Yaitu suatu cara mengajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk

memperoleh pengalaman langsung sehingga mempertinggi minat belajar dan

membuktikan kebenaran pengertian yang diperoleh secara teori di dalam kelas.

Tujuan metode karya wisata

1) Anak dapat mengenal dan melihat secara langsung obyek yang dikunjungi.

2) Menambah perbendaharaan kata dan kecerdasan.

3) Memperoleh pengamatan secara langsung.

4) Menambah rasa cinta lingkungan.

Page 56: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

56

5) Memupuk kerja sama.

6) Menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

Contoh : mengunjungi suatu tempat

f. Metode Bercerita

Yaitu suatu cara atau teknik menuturkan atau menyampaikan cerita secara

lisan.

Tujuan metode bercerita :

1) Melatih daya tangkap, daya pikir dan daya kosentrasi anak.

2) Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi

3) Menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrab didalam kelas

g. Metode Sosiodrama atau Dramatisasi

Yaitu suatu cara memainkan peran dalam cerita tertentu yang menuntut

intelegensi antara pemerannya.

Tujuan metode sosiodrama atau dramatisasi :

1) Menyalurkan eksperimen ke dalam kegiatan yang menyenangkan.

2) Menghilangkan rasa malu, rendah diri, murung dan segan

3) Mengajarkan anak saling membantu dan bekerja sama.

h. Metode Demontrasi

Yaitu suatu teknik penyampaian pelajaran yang penyajiannya

mengutamakan penonjolan peragaan.

Tujuan metode demontrasi :

1) Melatih pendengaran, penglihatan dan intelektual yang terkonsep.

2) Melatih kemampuan anak melaksanakan tugas yang diberikan.

3) Merangsang anak untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori dengan

kenyataan.

i. Metode Eksperimen

Yaitu cara menyajikan pelajaran dimana anak melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

Page 57: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

57

Tujuan metode eksperimen :

1) Menjelaskan proses terjadinya sesuatu

2) Memberikan pengalaman kepada anak tentang terjadinya sesuatu.

3) Ingin membuktikan tentang keberadaan sesuatu,

Contoh : menanam kacang

j. Metode Tanya Jawab

Yaitu metode tanya jawab yang dilaksanakan dengan cara memberikan

pertanyan yang dapat memberi rangsangan agar anak aktif untuk berpikir.

Tujuan metode tanya jawab :

1) Ingin mengetahui pengalaman atau kemampuan yang telah dimiliki anak.

2) Untuk membangkitkan perhatian dan semangat belajar anak pada saat keadaan

lesu.

3) Untuk mendorong keberanian anak mengungkapkan pendapatnya.

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan metode tersebut disesuaikan

dengan materi yang diberikan dan juga melihat kebutuhan dari anak-anak didik.82

2. Hasil Penanaman Nilai-Nilai Religius Anak di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu

(TKIT) Az-Zahra Sragen

Untuk mengetahui gambaran tentang hasil pelaksanaan penanaman nilai-nilai

religus pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-Zahra, beberapa langkah yang

penulis lakukan :

a. Buku Komunikasi (penilaian ustadzah)

Berdasarkan buku komunikasi atau buku penilaian dari guru (ustadzah)

diperoleh data bahwa tingkat perkembangan atau pengamalan nilai-nilai yang di

terapkan oleh pihak TK dapat dikatakan berhasil dan baik. Hal ini didasarkan atas

grafik peningkatan terhadap perkembangan anak khususnya dibidang keagamaan

(nilai-nilai religius).

82 Wawancara dengan Ibu Yuni Nur Hidayati sebagai Kepala Sekolah TKIT Az-Zahra

Sragen, 23 Oktober 2003.

Page 58: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

58

b. Observasi

Melalui observasi yang peneliti lakukan beberapa hari di TKIT Az-Zahra,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengamalan nilai-nilai religius pada anak-anak

di TKIT Az-Zahra sangat baik.

Hal ini didasarkan pada perilaku anak kesehariannya di lingkungan TKIT

sangat mencerminkan pada nilai-nilai keagamaan. Suatu misal mengucapkan salam,

mendahulukan yang kanan dari yang kiri, membaca do’a dalam setiap mengawali

kegiatan, shalat berjamaah, membaca al-Qur’an (qiro’ati) dan lain sebagainya.

c. Angket

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket yang diperuntukkan

kepada anak. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh anak dengan pertanyaan

tentang kegiatan sehari-hari anak di luar lingkungan TKIT Az-Zahra dalam

melaksanakan apa yang mereka dapat di TKIT Az-Zahra adalah sebagai berikut :

TABEL

PENGAMALAN NILAI-NILAI RELIGIUS ANAK-ANAK PRA SEKOLAH DI TKIT AZ-ZAHRA SRAGEN

No Indikasi Frekuensi % 1 Suka mengamalkan 58 89,23 2 Kurang Suka mengamalkan 7 10,76 3 Tidak Suka mengamalkan 0 0

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dipahami bahwa tingkat pengamalan

nilai-nilai religius anak yang diperoleh dari TKIT Az-Zahra Sragen sangatlah

memuaskan. Terbukti dari 65 anak yang diteliti hanya 7 anak atau 10,76 % jarang/

kurang suka mengamalkan, sedangkan 58 anak atau 89,23 % sering mengamalkan

nilai-nilai religius yang didapat dari TKIT Az-Zahra Sragen. Akan tetapi hal ini tidak

luput dari peran serta orang tua dalam pengamalan nilai-nilai religius anak tersebut.

Lebih lanjut akan diuraikan peranan orang tua dalam membantu pengamalan

nilai-nilai religius anak melalui tabel berikut ini.

Page 59: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

59

TABEL MOTIVASI ORANG TUA DALAM PENGAMALAN NILAI-NILAI RELIGIUS

ANAK

No Indikasi Frekuensi % 1 Selalu memotivasi 46 70,76 2 Jarang Memotivasi 19 29,23 3 Tidak Memotivasi 0 0

Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dipahami bahwa tingkat pengamalan

nilai-nilai religius anak yang diperoleh dari TKIT Az-Zahra Sragen tidaklah terlepas

dari peran aktif orang tua dalam membantu dan mengarahkan serta memotivasi anak-

anaknya dalam menjalankan atau mengamalkan nilai-nilai religius yang didapatnya.

Hal ini terbukti bahwa 65 orang tua anak (wali) yang menjadi responden, hanya 19

orang tua atau 29,23 % yang kurang memotivasi dan 46 orang tua atau 70,76 %

selalu memotivasi dan membantu anak dalam pengamalan nilai-niali religius yang

diperolehnya dari TKIT Az-Zahra Sragen.

d. Wawancara

Sementara itu, dari hasil wawancara dengan orang tua wali, diperoleh data

bahwa beraneka ragam cara dan bentuk dalam mengarahkan dan membantu serta

memotivasi anak-anaknya dalam pengamalan nilai-nilai religius tersebut, antara lain :

dengan teladan (perilaku) orang tua sehari-hari, memberikan pendidikan tambahan

bagi anak-anaknya seperti mengaji setiap ba’da maghrib di masjid dan mendatangkan

guru privat ke rumah.

Lebih dari itu, guru atau ustadzah melakukan kunjungan ke rumah anak,

apabila terjadi penurunan prestasi anak dalam mengikuti program belajar mengajar.

Hal ini menjadi salah satu upaya yang yang dilakukan oleh pihak TKIT Az-Zahra

untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas anak didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengamalan nilai-nilai

religius anak dalam kesehariannya sangat baik, terlepas apakah dengan bantuan dan

pengarahan orang tua ataupun tidak sama sekali.

Page 60: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

60

C. Faktor Penghambat dan Penunjang dalam Pelaksanaan Nilai-nilai Religiusitas Pada

Anak-Anak Usia Pra-Sekolah di TKIT Az-Zahra.

Penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-Zahra

Sragen tentunya ada faktor-faktor yang dapat menunjang dan faktor-faktor yang menghambat

jalannya proses penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-

Zahra Sragen.83

1. Faktor Penunjang

Berkaitan dengan faktor penunjang penanaman nilai-nilai religius pada anak-

anak usia pra-sekolah di TKIT Az-Zahra Sragen di antaranya adalah :

1. Intelegensi anak

Faktor intelegensi anak merupakan faktor yang berasal dari anak itu sendiri.

Faktor ini sebagai salah satu penentu bagi mudah atau tidaknya anak dalam

menerima proses penanaman nilai-nilai religius dari TKIT Az-Zahra Sragen.

2. Faktor Guru (ustadzah)

Faktor penunjang yang sangat menentukan yang pertama adalah faktor guru.

Mengapa ? karena guru (ustadzah) merupakan subjek yang memiliki tujuan untuk

menyampaikan pesan (materi) kepada siswa (anak). Dalam proses penyampaian

pesan (materi) kepada anak haruslah didukung dengan kemampuan yang khusus,

terlebih lagi objeknya adalah seorang anak yang memiki keterbatasan dan dunia

sendiri. Oleh karena itu seorang guru haruslah mampu menyelami dunia anak-anak

agar tujuan dan harapan yang diinginkan akan tercapai. Selain itu seorang guru

haruslah memiliki sikap sabar, penyayang serta cinta kasih dalam memberikan

pengertian dan pelajaran kepada anak-anak.

3. Faktor Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TKIT Az-Zahra Sragen dapat

dikatakan cukup mendukung proses belajar mengajar, termasuk juga dalam

83 Hasil Wawancara dengan Ibu Yuni Nur Hidayati sebagai Kepala Sekolah TKIT Az-

Zahra Sragen, 23 Oktober 2003.

Page 61: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

61

penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-Zahra

Sragen. Hal inilah yang menjadikan salah satu faktor yang menunjang bagi

kesuksesan proses belajar mengajar di TKIT.

4. Suasana kerja

Suasana kerja yang terjalin di antara ustadzah dengan Kepala Sekolah,

hubungan ustadzah dengan lingkungan setempat (yakni orang tua atau wali, para

pejabat instansi/tokoh-tokoh masyarakat dan dengan yayasan/LBM) yang baik, akan

berpengaruh positif bagi tercapainya tujuan dalam penanaman nilai-nilai religius

pada anak-anak.

2. Faktor Penghambat

Di samping memiliki faktor penunjang, ada pula faktor-faktor yang dapat

menghambat proses penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di

TKIT Az-Zahra Sragen yakni faktor motivasi orang tua.

Peran orang tua dalam mendidik dan mengarahkan anak menuju waladun

salihun tidak perlu diragukan lagi. Oleh karena itu lembaga pendidikan formal apapun

tidak akan dapat meraih kesuksesan dalam proses belajar mengajar tanpa dukungan dan

bantuan baik berupa material maupun nonmaterial yang berarti.

Penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-

Zahra Sragen, tidak seluruhnya orang tua (wali) memberikan dukungan, meski hanya 10

% dari keseluruhannya, namun hal tersebut bukannya tidak memberikan pengaruh yang

signifikan, sebab dari segelintir orang tua yang acuh akan anaknya tersebut dapat

menghambat proses secara keseluruhan.

Page 62: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

62

BAB IV

ANALISIS

PENANAMAN NIALI-NILAI RELIGIUS PADA ANAK-ANAK

USIA PRA-SEKOLAH DI TKIT AZ-ZAHRA SRAGEN dALAM PERSPEKTIF

BIMBINGAN DAN KONSELING Islam

Berdasarkan pemaparan tentang pelaksanaan penanaman dan hasil penanaman serta

faktor penghambat dan penunjang penanaman niali-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah

di TKIT Az-Zahra Sragen, maka dalam bab IV ini akan dianalisa dengan menggunakan sudut

pandang Bimbingan dan Konseling Islam.

A. Penanaman Nilai-Nilai Religius Pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah di TKIT Az-Zahra

Sragen.

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutannya, banyak keluarga atau orang

tua yang meremehkan tugas mulia yakni tidak menghiraukan akan kebutuhan anaknya, baik

kebutuhan akan perhatian maupun kasih sayang. Oleh karenanya jangan heran kalau di

lingkungan masyarakat sekitar, muncul berbagai insiden yang melibatkan anak, seperti anak

membunuh orang tua, anak nakal, anak mengkonsumsi narkoba dan sebagainya.

Salah satu cara yang efektif dalam menanggulangi problem tersebut adalah

menanamkan nilai-nilai religius kepada anak sebagai bekal untuk mengahadapi perkembangan

zaman.

Penanaman nilai-nilai religius yang diterapkan pada TKIT Az-Zahra Sragen sangat

membantu bagi orang tua ataupun keluarga dalam mencetak atau membentengi calon-calon

penerus bangsa dan negara ini dengan benteng yang kokoh, yakni agama.

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, TKIT Az-Zahra dalam proses belajar

mengajar menerapkan beberapa materi atau bahan yang mengandung nilai-nilai religius.

Materi tersebut meliputi : qiro’ati, hafalan ayat-ayat pilihan (yakni surat Al-Fatihah

sampai surat Al-Bayyinah dan surat Al-Baqoroh ayat 255 dan ayat 256 serta ayat 257), baca

Page 63: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

63

tulis Al-Qur’an dan hadits, do’a sehari’hari, cerita atau sejarah nabi, aqidah, akhlak, ibadah,

pesantren kilat pada bulan Ramadhan dan Manasik haji.

Berdasarkan materi atau bahan penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia

pra-sekolah di TKIT Az-Zahra Sragen, dapat dipahami bahwa keseluruhan materi tersebut

telah sesuai dengan esensi ajaran agama Islam yakni : aqidah, syari’ah dan akhlak.

Materi-materi tersebut diterapkan oleh pihak TKIT setiap hari, bahkan khusus pada

hari jum’at keseluruhannya diisi dengan materi keagamaan. Dengan setiap harinya anak

didoktrin sebagaimana di atas, secara tidak langsung itu merupakan pembiasaan atau latihan

bagi anak-anak.

Melalui penanaman nilai-nilai religius tersebut diharapkan anak-anak dapat

memahami pentingnya nilai-nilai agama, baik bagi individu maupun masyarakat, yang

bertujuan akhir mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai Allah SWT.

Anak-anak yang biasa mengikuti penanaman nilai-nilai religius di TKIT Az-Zahra

berbeda dengan anak-anak yang tidak mengikuti penanaman nilai-nilai religius, baik dari segi

tingka laku, sikap dan adat, hal tersebut sebagai pengaruh pada diri anak dalam mengikuti

penanaman tersebut.

Berkaitan dengan penanaman nilai-nilai religius pada anak usia dini (pra-sekolah),

al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin sebagaimana dikutip oleh Zainuddin, dkk.,

menjelaskan bahwa anak haruslah dibiasakan dengan melaksanakan ibadah kepada Allah

seperti shalat, berdo’a, berpuasa pada bulan Ramadhan, agar anak pada waktu dewasanya

menjadikan kebiasaannya diwaktu kecil tersebut sebagai kebutuhan yang tidak dapat

ditinggalkan. Hal ini relevan dengan pandangannya mengenai fitrah setiap manusia yang

dibawanya sejak dari kandungan yakni iman kepada Allah.84

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat al-A’raaf ayat 172 :

}١٧٢: االعراف {... قالوا بلى شهدناقلىالست بربكم ...

84 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Bumi Aksara, Bandung,

1991, hlm. 66.

Page 64: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

64

Artinya :”...Bukankah Aku ini Tuhanmu ? mereka menjawab Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi...”. (QS. Al-A’raaf : 172) 85

Sementara itu, Zakiyah Daradjat menegaskan bahwa latihan-latihan ibadah seperti

sembahyang, do’a, membaca al-Qur’an (menghafalkan ayat-ayat atau surat-surat pendek)

sembahyang berjamaah di sekolahan, masjid atau mushala, serta tidak kalah pentingnya

akhlak dan ibadah sosial agar anak-anak terbiasa melakukannya. Lebih dari itu anak haruslah

diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan seperti ikut aktif dalam sandiwara agama,

membagikan atau mengantarkan daging korban, zakat fitrah dan sebagainya. Hal ini karena

secara spikologi anak senang melakukan sesuatu secara bersama-sama.86

Muhammad Ali Quthb menegaskan bahwa lima tonggak yang harus ditanamkan

pada anak yakni aqidah dan agama, ketaatan, kejujuran, dan amanah serta qona’ah.87

Aspek yang harus diperhatikan dalam menanamkan nilai-nilai religius pada anak usia

dini yaitu: ibadah, pokok-pokok ajaran Islam, membaca al-Qur'an, akhlakul karimah dan

aqidah Islamiyah.88

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa materi atau bahan keagamaan yang

harus ditanamkan pada diri anak-anak usia pra-sekolah secara umum adalah meliputi aspek

aqidah, syari’ah dan akhlak. Hal ini sesuai dengan materi atau bahan nilai-nilai religius yang

diterapkan oleh TKIT Az-Zahra kepada anak-anak usia pra sekolah.

Di sisi lain, upaya untuk menciptakan anak-anak yang mampu menjadi harapan

semua pihak, bahkan mendapat kemuliaan dalam kehidupannya kelak yakni dengan jalan

menjauhkan anak-anak dari tempat yang buruk (baik buruk untuk jiwanya, moralnya,

mentalnya maupun buruk untuk fisiknya dalam artian membahayakan dirinya) dengan cara

memperhatikan dan menjaga lingkungan pergaulan anak (jauhkan dari pergaulan dengan

teman-teman yang berakhlak buruk, karena cepat ataupun lambat anak akan terseret

kedalamnya), serta jangan sekali-kali membebani anak-anak dengan pelajaran, tugas dan

85 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Toha Putra, semarang, 1989, hlm. 250. 86 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm. 63-64. 87 Muhammad Ali Quthb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, CV.

Diponegoro, Bandung, 1993. hlm. 79-83.

Page 65: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

65

tanggung jawab yang belum saatnya diberikan, walaupun anak tersebut menyatakan

sanggup.89

Sementara itu, bimbingan dan konseling Islam memandang bahwa sejak kecil,

seorang anak harus dibiasakan mengenal ajaran agama sebagai pedoman dasar bagi

kehidupannya kemudian. Ajaran agama yang bukan saja berisikan ubudiyah, melainkan juga

aspek hubungan kemanusiaan dan segi kehidupan yang lain.90

Lebih dari itu, dalam perspektif bimbingan dan konseling Islam materi atau bahan

penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah yang dilaksanakan di TKIT

Az-Zahra Sragen dapat berfungsi :

Pertama, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan

jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada

(rodhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik hidayah Tuhannya (mardiyah).

Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku

yang dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja

maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan pada rasa (emosi) individu sehingga muncul

dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spritual pada diri individu sehingga

muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan

mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya. 91

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa upaya penanaman nilai-nilai

religius pada anak usia pra-sekolah di TKIT Az-zahra Sragen, sesuai dengan prinsip dan

88 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

1996, hlm. 12. 89 Abdur Rozak Husain, Hak dan Pendidikan Anak dalam Islam, (Terj. Azwir Butun),

Cet. I, PT. Fikahati Aneska, Jakarta, 1992, hlm.96-97. 90 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, Yogyakarta, UII Press, 2001,

hlm. 76. 91 M. Hamdani Bakran adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam,Yogyakarta, Fajar

Pustaka Baru, 2001, hlm. 167-168.

Page 66: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

66

tujuan dari bimbingan dan konseling. Secara jelas dapat diperoleh bahwa dengan penanaman

nilai-nilai religius tersebut dapat dijadikan upaya preventif, kuratif, dan developmental.

Dengan demikian, jelaslah bahwa upaya pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius

pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Sragen relevan dengan konsep bimbingan dan

konseling Islam.

B. Pengamalan Nilai-Nilai Religius Pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah di TKIT Az-Zahra

Sragen

Secara psikologis, anak itu tidak hanya berusaha mempertahankan keseimbangan

dirinya secara lahir maupun batin saja, akan tetapi dia justru mencari ketidak-imbangan

(disequilibrium). Dia ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, bereksperimen dan

menjelajahi arena asing guna mencoba potensinya dan mengetest bakat barunya.92

Upaya pengembangan terhadap keagamaan anak, tidak dapat lepas dari peran aktif

lingkungan (baik orang tua, sekolah maupun lingkungan masyarakat). Segala pengalaman

anak diperolehnya dengan bertanya dan melihat serta mendengarkan apa yang ada di

sekelilingnya, begitu halnya dengan pengalamannya tentang agama.

Barkaitan dengan pengamalan anak tentang agama, Ramayulis menegaskan bahwa

konsep keagamaan pada diri anak dipengaruhi oleh unsur dari luar diri mereka dengan cara

melihat dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka akan melihat dan

akan mengikuti segala apa yang diajarkan dan dilakukan oleh orang dewasa (orang tua

maupun guru). Dengan demikian ketaatan terhadap agama atau pengamalan tentang nilai-nilai

agama yang mereka peroleh merupakan kebiasaan saja, walaupun apa yang mereka terima

belum sepenuhnya disadari.93

Berdasarkan pendapat Ramayulis di atas, dapat dipahami bahwa pengetahuan

keagamaan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, yakni lingkungan keluarga

maupun lingkungan sekolah. Salah satu alasannya yakni bahwa sifat dasar dari anak itu

sendiri adalah senang meniru dan mencontoh segala yang dia lihat, dengar dan diajarkan

92 Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Mandar Maju, Bandung,

1995, hlm. 22.

Page 67: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

67

kepadanya. Walupun tingkat pelaksanaannya masih sebatas meniru dan mencontoh tanpa

pemahaman arti yang sesungguhnya, akan tetapi lambat laun kebiasaan semacam ini akan

menjadi kesadaran yang akan muncul akibat dorongan kebutuhan dari dalam dirinya sendiri.

Keteladanan sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai religius pada anak

menjadi suatu cara yang efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak yang memiliki

moral, spiritual dan sosial yang matang. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam

pandangan anak, segala perilaku, tindak tanduknya, tata santunnya, yang disadari ataupun

tidak akan ditiru oleh anak-anaknya. Lebih dari itu, segala tingkah laku dan tindakan orang tua

akan meresap dan bahkan tercatat dalam jiwa dan perasaan anak, baik dalam ucapan atau

perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui.94

Dari sini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya anak,

karena bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan ke arah kebaikan anak dan

bagaimanapun suci beningnya potensi/fitrah anak, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-

prinsip kebaikan dan pokok pendidikan utama selama para pendidik dilihat tidak menjadi

teladan nilai-nilai moral yang tinggi. Artinya, apabila orang tua, guru pendidik atau pembina

anak berharap akan kesuksesan atas semua yang diusahakan, maka haruslah disertai dengan

sikap dan tindakan sehari-harinya yang baik.

Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat At-Tahrim ayat : 6 sebagai berikut

:

)٦:التحريم(... ا قوا أنفسكم وأهليكم نارا يا أيها الذين آمنو

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”.(Q.S. At-Tahrim :6)95

Ayat di atas dapat dipahami bahwa langkah awal seseorang dalam mengajak dan

membina akhlak siapa saja (termasuk anak-anak), maka haruslah dimulai dari dirinya sendiri

(yakni pendidik atau orang tua).

93 Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2002, hlm. 48. 94 Abdullah Nashih UIwan, Tarbiyah – Aulad Fil Islam, Penerj. Drs. Saifullah Karnadi,

Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, CV. Asy-syifa’, Semarang, 1993, hlm. 2. 95 Soenarjo, Op.Cit., hlm. 951.

Page 68: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

68

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengamalan nilai-nilai religius

anak tidak terlepas pada keteladan guru (ustdzah) TKIT Az-Zahra. Oleh karena itu sikap dan

perilaku guru (ustadzah) TKIT Az-Zahra yang baik menjadi kunci utama keberhasilan

penanaman nilai-nilai religius anak.

C. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Penanaman Nilai-Nilai Religius Pada

Anak-Anak Usia Pra-Sekolah di TKIT Az-Zahra Sragen

Keberhasilan dan tercapainya tujuan dalam proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai

religius pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-Zahra Sragen tentunya didukung

dengan berbagai faktor-faktor yang menunjang lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Di

sisi lain, kesuksesan memerlukan perjuangan yang berat unutk meraihnya, termasuk dalam

menanggulangi hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari.

Pada sub bab ini akan dianalisa faktor-faktor yang dapat menunjang dan juga dapat

menghambat proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak.

Faktor penunjang keberhasilan penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia

pra-sekolah di TKIT Az-Zahra Sragen, meliputi : faktor intelegensi, motivasi dari orang tua,

faktor guru, sarana dan prasarana serta faktor suasana kerja yang terjalin dalam proses belajar

mengajar.

Faktor intelegensi anak memiliki peran yang signifikan dalam proses pelaksanaan

belajar mengajar pada anak di TKIT Az-Zahra Sragen. Tingkat intelegensi yang berbeda

menuntut perhatian yang berbeda dan materi serta metode yang berbeda dan harus disesuaikan

dengan tingkat kemampuan anak.

Beragamnya tingkat intelegensi anak, (yakni ada anak yang ediot, sub normal,

normal, super normal) menjadikan guru (ustadzah) sulit dalam memberikan pelajaran. Untuk

mengatasi hal yang tidak diinginkan ini, TK Az-Zahra memberikan kriteria-kriteria atau ujian

bagi anak yang akan masuk.

Faktor guru juga memberikan sumbangan penunjang bagi pelaksanaan penanaman

nilai-nilai religius anak. Menurut Zakiyah Daradjat, guru haruslah memiliki sikap ; Pertama,

pembina pribadi, sikap dan pandangan hidup anak. Oleh karena itu setiap guru agama

Page 69: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

69

(ustadzah) harus membekali dirinya dengan segala persyaratan sebagai guru, pendidik dan

pembina hari depan anak. Kedua, guru harus memahami betul-betul perkembangan jiwa anak

dengan cara yang cocok dan sesuai dengan umur anak. Ketiga, dalam memberikan atau

menanamkan nilai-nilai religius haruslah lebih banyak percontohan dan pembiasaan.

Keempat, guru harus memahami latar belakang anak yang menimbulkan sikap tertentu pada

anak.96

Berdasarkan gambaran Zakiah Daradjat di atas terkesan seorang guru memiliki

tanggung jawab yang luar biasa bagi lancar dan tidaknya proses pelaksanaan nilai-nilai

religius bagi anak. Kemampuan, kecakapan, keuletan dan kesabaran kasih sayang haruslah

menyatu pada diri seorang guru (ustadzah).

Selain itu, contoh yang diberikan oleh guru maupun orang tua akan menjadi lebih

penting daripada seribu kata yang mereka berikan. Oleh karena itu guru agama hendaknya

mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkannya

kepada anak-anak didiknya. Kemudian sikapnya dalam melatih anak tentang kebiasaan-

kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama itu, hendaknya menyenangkan dan tidak

kaku97.

Faktor pendukung selanjutnya adalah peran aktif orang tua atau keluarga dalam

memberikan dorongan, arahan, bimbingan dan dukungan bagi anak agar senantiasa dapat

menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai yang telah mereka dapatkan di TK Az-Zahra.

Zakiah Daradjat menegaskan bahwa orang tua adalah pembina pribadi yang pertama

dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup orang tua merupakan unsur-

unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi

anak yang sedang berkembang. Sikap anak terhadap guru dan pendidikan agama di sekolah

sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan guru agama terhadap agama yang diajarkannya.98

96 Zakiah Daradjat, Op.Cit., hlm. 68. 97 Ibid., hlm. 64. 98 Ibid., hlm. 56.

Page 70: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

70

Orang tua memiliki peran terhadap berhasil dan tidaknya pendidikan dan pembinaan

yang dilaksanakan baik di lingkungan sekolah maupun rumah. Orang tua merupakan pendidik

utama dan pertama bagi anak-anak mereka.

Faktor sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TKIT juga merupakan faktor yang

sangat penting. Tanpa adanya sarana dan prasarana (seperti gedung, alam sekitar, alat peraga

dan sebagainya), sudah barang tentu proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius pada

anak tidak akan lancar dan berhasil, oleh karena itu kebutuhan akan sarana dan prasarana

mutlak diperlukan. Sementara itu, sarana dan prasarana yang dimiliki TKIT Az-Zahra dapat

dikatakan memadai, sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar.

Faktor suasana kerja baik guru, anak, keluarga, kepala sekolah, masyarakat sekitar,

apabila memiliki hubungan timbal balik dan kerja sama yang baik akan menjadi kontribusi

yang baik bagi keberhasilan penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak pra-sekolah.

Sementara itu, secara keseluruhan Jalaluddin, mengklasifikasikan faktor pendukung

menjadi dua yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang dapat menjadi

penghambat dan penunjang proses pelaksanaan belajar mengajar meliputi konstitusi tubuh,

struktur dan bakat khusus, seperti intelegensi yang tinggi, hambatan mental, bakat khusus dan

emosionalitas. Sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah dan kebudayaan.99

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang dapat

menunjang proses pelaksanaan nilai-nilai religius anak ada dua yakni faktor intern dan

ekstern. Ternyata kedua faktor tersebut mencakup di dalamnya seluruh faktor-faktor seperti

yang telah diuraikan diatas.

Penanaman nilai-nilai religius pada anak akan berjalan dengan lancar dan sukses

mencapai tujuannya, jika suasana sekolah secara keseluruhan membantu. Guru-guru yang

lain, alat-alat pelajaran, peraturan yang berlaku dan perhatian kepala sekolah, hendaknya tidak

bertentangan dengan tujuan penanaman nilai-nilai religius yang ingin dicapai.100 Begitu

99 Jalaluddin, Psikologi Agama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 108. 100 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Kesehatan Mental, Bulang Bintang,

Jakarta, 1982, hlm. 120.

Page 71: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

71

sebaliknya, apabila salah satu unsur di atas tidak dapat terpenuhi, maka proses penanaman

nilai-nilai religius menjadi terhambat.

Haruslah disadari bahwa pendidikan yang diterima anak seharusnya sejalan antara

sekolah dan rumah. Oleh karena itu, apabila anak-anak bersekolah di tempat yang mempunyai

keyakinan agama berbeda dengan keyakinan orang tuanya, akan terjadilah kegoncangan pada

jiwa anak, terutama pada usia pertumbuhan.

Tatkala si anak mulai masuk ke lingkungan pendidikan, maka pengaruh masyarakat

dan lingkungan sekelilingnya mulai bekerja. Apa yang dilihatnya dalam masyarakat, baik

yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan, baik yang buruk maupun yang baik,

keseluruhannya akan ikut serta mempengaruhi pelaksanaan pembinaan nilai-nilai religius

yang dilaksanakan di rumah maupun di sekolah.

Dengan demikian, segala unsur-unsur yang bertentangan dengan agama, yang

terdapat dalam masyarakat, akan menghambat pertumbuhan moral bahkan mungkin

menghancurkannya sama sekali. Oleh karena, kalau ingin membina moral anak-anak sesuai

dengan kehendak agama, maka ketiga lembaga pendidikan/ pembinaan (rumah, sekolah dan

masyarakat) harus berfungsi dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, baik dari aspek penanaman nilai-nilai religius anak dan

pengamalan nilai-nilai religius anak serta faktor penghambat dan penunjang dalam

pelaksanaan nilai-nilai religius, dapat diketahui bahwa proses penanaman nilai-nilai religius

pada anak-anak usia pra-sekolah di TKIT Az-Zahra Sragen, dapat dinilai cukup berhasil.

Page 72: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

72

A. BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penanaman nilai-nilai religius pada anak-

anak pra-sekolah di TK IT Az-Zahra Sragen dalam perspektif bimbingan dan

konseling Islam, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia pra-sekolah di TK IT Az-

Zahra Sragen meliputi materi yang di dalamnya terkandung esensi ajaran agama Islam,

yakni aqidah, syari’ah dan mu’amalah. Sementara itu, dalam konteks bimbingan dan

konseling Islam, ternyata TK IT Az-Zahra telah berhasil menanamkan nilai-nilai religius

pada anak (aqidah, syari’ah dan mua’malah) yang secara efektif memiliki fungsi

mencegah (preventif) : yakni mencegah kerusakan moral yang lebih tinggi dan mengobati

(kuratif) yakni : mengobati kerusakan moral yang dialami oleh anak, serta dapat berfungsi

pengembangan (developmental) yakni : mengembangkan nilai-nilai yang telah tertanam

dalam diri anak supaya tetap tertanam dan bahkan lebih dapat mengembangkan nilai-nilai

yang tertanam pada diri anak.

2. Pengamalan nilai-nilai religius dapat dilihat dari aktivitas anak di lingkungan TK IT

maupun di luar lingkungan TK IT (keluarga masyarakat). Pengamalan nilai-nilai religius

anak meliputi : perilaku setiap hari seperti shalat, puasa, berdo’a, mengaji, adab

kesopanan, kejujuran dan lain sebagainya. Dari sudut ini, TK IT cukup berhasil

melakukan perannya sebagai lembaga pendidikan yang dapat diandalkan.

3. Faktor yang dapat menjadi penunjang penanaman nilai-nilai religius pada anak-anak usia

pra-sekolah di TK IT Az-Zahra Sragen adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal meliputi konstitusi tubuh, struktur dan bakat khusus, seperti intelegensi anak,

bakat khusus dan emosionalitas. Sedangkan faktor eksternalnya berasal dari unsur

kecakapan atau keahlian guru dalam menerapkan materi yang disajikan dan suasana kerja

dilingkungan TK IT Az-Zahra serta sarana dan prasarana yang memadai.

Page 73: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

73

Sebaliknya, faktor penghambatnya adalah adanya orang tua yang acuh akan

pendidikan anaknya, baik secara material maupun nonmaterial.

B. Saran-Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, ada beberapa catatan yang dapat

dikemukakan.

1. Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Az-Zahra Sragen

Agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai lebih maksimal, selayaknya pihak TK IT lebih

menambah dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari sarana dan prasarana agar lebih

dapat dirasakan manfaatnya bagi anak-anak. Lebih dari itu, tenaga pendidik (guru) diharapkan

benar-benar yang berkualitas dan berwawasan luas agar dapat menyelami dunia anak-anak,

sehingga kemungkinan keberhasilan sangat tinggi.

2. Orang Tua (wali) murid Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Az-Zahra Sragen.

Dalam upaya memberikan hasil yang terbaik kepada anak, sebaiknya orang tua tidak

begitu saja menyerahkan sepenuhnya kepada lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non

formal, akan tetapi harus pula secara langsung ikut serta mengarahkan dan mendidik anak-anaknya

dengan kasih sayang.

3. Untuk kedua belah pihak

Diharapkan kedua belah pihak (antara orang tua dan Taman Kanak-Kanak) harus saling

bekerja sama, saling mendukung baik material maupun imaterial. Dan harus pula dapat

menyelesaikan segala faktor penghambat bagi kesuksessan yang ingin dicapai secara bersama-

sama.

C. Penutup

Alhamdulillah, puji syukur yang tidak mampu terucapkan, penulis panjatkan pada

Allah SWT semata. Kasih sayang-Nya, keridhoan-Nya, hidayah-Nya dan segala macam

nikmat yang penulis tidak akan pernah bisa menghitungnya telah penulis rasakan baik sadar

maupun tidak selama penulisan skripsi ini sampai selesai.

Page 74: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

74

Skripsi ini adalah hasil maksimal yang dapat penulis sajikan. Untuk lebih

menyempurnakan skripsi ini, penulis berharap akan saran dan masukan yang konstruktif dari

semua pihak, sehingga lebih dapat dirasakan manfaatnya.

Page 75: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

75

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran ,Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2001.

Ahmad, Amrullah, ed., Dakwah Islam dan Sosial Budaya, Yogyakarta, PLPM UGM, 1982.

Ali, Muhammad, Srategi Penelitian pendidikan, Bandung, Angkasa, 1993.

Arifin, M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta, PT. Golden Terayon Press, 1994.

_____ , Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan diluar Sekolah, Jakarta, Bulan Bintang, 1976.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 1993.

Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan, Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta, UII Perss, 1985.

Daradjat, Zakiyah, Pendidikan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta, Bulang Bintang, 1982.

_____ , Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta, Bulan Bintang, 1998.

_____ ,Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1970.

_____ , Kesehatan Mental, Jakarta, CV. Haji Mas Agung, 1988.

_____ , Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta, CV. Hajimas Agung, Cet. 16, 2001.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 1999.

Dhuka, Pembinaan Keagamaan Anak dalam Keluarga di Kecamatan Tegowano Kabupaten Grobogan”. Skripsi, Semarang, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1993.

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan Konseling dalam Islam, Yogyakarta, UII Press, 2001.

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996.

Page 76: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

76

Hatta, Mohammad, Citra Dakwah di Abad Informasi, Medan, Pustaka Wijaya Sarana, 1995.

Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Alih Bahasa dr. Med. Meilasari Tjanana, Jilid 2, Jakarta, Erlangga, 1989.

Husain, Rozak Abdur, Hak dan Pendidikan Anak dalam Islam, (Terj. Azwir Butun), Cet. I, Jakarta, PT. Fikahati Aneska, 1992.

Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset dan Sosial, Bandung, Mandar Maju, 1990.

_____ , Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung, CV. Mandar Maju, 1995.

_____ , Psikologi Anak, Bandung, Alumni, 1979.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia, 1983.

Langgulung, Hasan, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1986.

Mahmudun, Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam terhadap Kehidupan Keagamaan Anak (Study Kasus di Panti Asuhan Nurussa’adah desa Wringinjajar Mranggen), Skripsi, Semarang, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1999.

Makmun, Syamsudin Abin, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir : Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta, Unit pengadaan buku-buku ilmiah keagamaan Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984.

Muryadewi, Inni Hikmatin Dwi, Perencanaan dan Pengembangan Strategi Dakwah pada Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an di Kodia Semarang, Skripsi, Semarang, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1997.

Muslim, Imam Abi Husain, Jamius Shohih, Juz. VII, Libanon, Beirut, t.th.

Musnamar, Thohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta, UII Press, 1992.

Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1982.

Page 77: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

77

Priyatno, Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, PT. Bineka Cipta, 1999.

Pujiati, Sri, Pengaruh Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam terhadap Perkembangan Jiwa Anak-Anak di Panti Asuhan Aisyiyah Semarang, Skripsi, Semarang, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2002.

Quthb, Muhammad Ali, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung, CV. Diponegoro, 1993.

Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 2002.

Shadily, Hasan dan Jhon M. Echols, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia, 1992.

Shelly C. Stone, Shelly, and Bruce Shretzer, Fundamental of Counseling, Chicago, Purdue University, 1966

_____ , Fundamental of Counseling, Chicago, Purdue University, 1968

Slim, Yenny dan Peter Salim, Kamus Umum Bahasa Indonesia Kontenporer, Jakarta, Modern English Press, 1991

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, CV. Toha Putra, 1989.

Sudarsono, Kamus Konseling, Jakarta, Renika Cipta, 1997.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Perkembangan, Edisi IV, Yogyakarta, Rake Sarasin, 1990.

Suyanto, Agus, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Aksara Baru, 1982.

Syah, Jdatinus, Kamus Enggris lengkap, Jakarta, Renika Cipta, 1993.

Thoha, Chabib Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1997.

UIwan, Nasih Abdullah, Tarbiyah – Aulad Fil Islam, Penerj. Drs. Saifullah Karnadi, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang, CV. Asy-syifa’, 1993.

Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta, Andi Offset, 1995.

Page 78: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

78

Yusuf LN, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1992.

Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Bandung, Bumi Aksara, 1991.

Page 79: Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/4/jtptiain-gdl-s1-2005...Penanaman Nilai-Nilai Religius pada Anak-Anak Usia Pra-Sekolah

79