penampungan semen segar dengan elektroejakulator kambing

10
PENAMPUNGAN SEMEN SEGAR DENGAN ELEKTROEJAKULATOR KAMBING Tujuan Tujuan penampungan semen adalahuntuk menampung semen pada kambing jantan menggunakan alat bantu elektroejakulator yang kemudian sem di IB kan pada kambing betina. Prekuensi Praktikum dilakukan pada tanggal 3 November 201 di laborato reproduksi. Prinsip Penampungan semen dengan elektroejakulator dilakukan perangsang listrik melalui alat yang dimasukan ke dalam rektum he!an jantan. Langkah Kerja "lat dan Bahan "lat yang digunakanadalah elektroejakulator# tabung penampung# alumenium $oil# kapas dan gunting. Bahan yang digunakan adalah alkohol dan pelumas. Prosedur %erja 1. &iapkan alat penampungan semen dengan baik 2. 'ukur bulu dibagian propetium dan (u(i dengan alkohol 3. )ektum dikosongkan dan masukan rektal probe yang telah dioles bahan peli(in bi bagian ujung sejauh 30*+ (m . ,asukan perlahan*lahan alat dan kemudian tambah volt sampai menunjunkan angka +# lakukan sampai penis keluar dan penis mengejakulasikan sperma +. &etelah nampak sperma akan keluar siapkan penampung -. &etelahpenis mengejakulasikan seperma dan sperma tertampung# kemudian sperma dien(erkan dengan pengen(er yang sudah dibuat. Hasi Kegia!an"

Upload: andi-rosman-arfan

Post on 05-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kedokteran hewan

TRANSCRIPT

PENAMPUNGAN SEMEN SEGAR DENGAN ELEKTROEJAKULATOR KAMBING

Tujuan Tujuan penampungan semen adalah untuk menampung semen pada kambing jantan menggunakan alat bantu elektroejakulator yang kemudian semen di IB kan pada kambing betina.Prekuensi Praktikum dilakukan pada tanggal 3 November 2014 di laboratorium reproduksi.Prinsip Penampungan semen dengan elektroejakulator dilakukan perangsangan listrik melalui alat yang dimasukan ke dalam rektum hewan jantan.Langkah KerjaAlat dan BahanAlat yang digunakan adalah elektroejakulator, tabung penampung, alumenium foil, kapas dan gunting.Bahan yang digunakan adalah alkohol dan pelumas.Prosedur Kerja1. Siapkan alat penampungan semen dengan baik2. Cukur bulu dibagian propetium dan cuci dengan alkohol3. Rektum dikosongkan dan masukan rektal probe yang telah dioles bahan pelicin bi bagian ujung sejauh 30-45 cm4. Masukan perlahan-lahan alat dan kemudian tambah volt sampai menunjunkan angka 5, lakukan sampai penis keluar dan penis mengejakulasikan sperma5. Setelah nampak sperma akan keluar siapkan penampung6. Setelah penis mengejakulasikan seperma dan sperma tertampung, kemudian sperma diencerkan dengan pengencer yang sudah dibuat.

Hasil Kegiatan:1. Pengenceran semen

Gambar 1. Prosedur pembuatan pengenceran semen menggunakan sitrat-kuning telur

2. Koleksi dan evaluasi semen dari kambingPemeriksaan secara makroskopis didapatkan hasil sebagai berikut: Volume 0,5 ml, Volume sisa 0,2 ml, Konsistensi cair, Bau khas kambing, Warna putih, pH 8. Secara mikroskopis dapat dilihat bahwa gerakan massa sangat baik (+++), dan gerakan individu progresif.

Gambar . Hasil Pergerakan Sperma pada Kambing

Gambar . Pewarnaan Sperma

3. Pengenceran yang dibutuhkanPengenceran yang dibutuhkan = 0,2 = = 3,2 mlJadi pengencer yang dibutuhkan= 3,2 0,5 = 2,7 ml

4. Inseminasi buatan pada kambing

Diskusi Semakin pesatnya perkembangan dunia teknologi di berbagai bidang mempermudah manusia untuk melakukan pekerjaannya, salah satunya di bidang instrumentasi dan elektronika. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan maupun memenuhi kebutuhan manusia yang ada dengan menggunakan instrumentasi ini mulai dari analog hingga digital. Bidang instrumentasi dapat di gunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya sebagai alat pengukuran, alat analisa dan alat kendali. Keadaan tersebut membuat banyak hal dapat dilakukan dengan mudah dan efisien (Dradjat., 2001).Dalam bidang peternakan perkembangan instrumentasi ini sangat membantu dalam inseminasi buatan yaitu adanya alat elektroejekulator yang digunakan untuk menampung semen. Penggunaaan alat elektroejakulator untuk penampungan semen dikhususkan untuk pejantan unggul, namun tubuhnya cacat. Pada kondisi tersebut semen dari pejantan yang cacat masih tetap dapat ditampung meskipun tidak dapat menunggangi betina (Dradjat., 2001)Alat elektroejakulator untuk hewan domba terdiri atas beberapa komponen. Komponenkomponen tersebut adalah sebuah transformator yang dihubungkan dengan suatu batang yang disebut rectal probe atau batang rektal. Transformator berfungsi untuk merubah tenaga listrik 110 Volt, 60 cycle, menjadi 30 Volt. Rectal probe terdiri dari sebatang karet padat yang berdiameter kira-kira 2 cm dan mengandung satu seri cincin-cincin elektroda yang berjarak 2,5 cm antara yang satu dengan yang lain (Tolihere,1985).Suatu bentuk gelombang dilewatkan melalui batang rektal yang dimasukkan ke dalam rektum pejantan. Tegangan dinaikkan dan diturunkan secara ritmik ke nol setiap 3 sampai 5 detik. Peningkatan tegangan dilakukan setiap 2 volt dan setiap tegangan ditahan selama 3 sampai 5 detik (Tolihere,1985). Hal ini akan merangsang organ reproduksi yang terletak persis di bawah dinding ventral rektum dan menyebabkan timbulnya ejakulasi (Blakely,dkk. 1992).

Evaluasi Semen secara Makroskopis1. Warna Warna semen kambing yang normal adalah krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan tergantung atas konsentrasi sprmatozoa yang dikandung. Adanya ketidaknormalan dari warna semen yang diakibatkan karena kandungan bakteri tertentu seperti Pseudomonas aeruginosa sehingga menyebabkan warna semen kambing menjadi hijau kekuningan. Selain itu, warna kecoklatan karena adanya darah yang telah mengalami dekomposisi.2. VolumeVolume semen hewan tergantung pada spesies hewan tersebut. Pada kambing, domba, dan sapi mempunyai volume semen ejakulat yang rendah. Pada babi, kuda dan sapi umumnya memiliki ejakulat yang lebih tinggi. Volume semen hewan dipengaruhi oleh bangsa, umur, ukuran badan, pakan, dan frekuensi penampungan.3. KonsistensiKonsistensi atau kekentalan merupakan salah satu sifat semen yang erat kaitannya dengan kepadatan atau konsentrasi sperma di dalamnya. Semakin kental semen maka dapat diartikan semakin tinggi konsentrasi sperma. 4. pHKeasaman atau pH semen perlu diukur untuk memastikan bahwa cairan semen hasil penampungan memiliki karakteristik yang normal.5. BauSemen yang normal memiliki bau khas disertai bau dari hewan itu sendiri.Evaluasi Semen secara Mikroskopis1. Gerakan MassaGerakan massa merupakan aktivitas gelombang massa spermatozoa keseluruhan. Gerakan massa spermatozoa merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak sperma dan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat sperma hidup dan aktif dalam semen serta dapat dilihat di mikroskop dengan pembesaran 10x10. Ada beberapa katagori penilaian terhadap pergerakan sperma yaitu :SkorKelasKeterangan

3Sangat bagus(+++)Padat gelombang yang terbentuk besar-besar dan pergerakan sangat cepat. Tidak tampak sacara individual. Contoh semen tersebut mengandung 90% atau lebih spermatozoa.

2Bagus(++)Gelombang yang terbentuk berukuran kecil-kecil yang bergerak atau berpindah tempat dengan lambat. Contoh semen tersebut diperkirakan mengandung 45-65% atau lebih spermatozoa aktif.

1Sedang(+)Tidak ditemukan adanya gelombang tetapi terlihat gerakan spermatozoa secara individual. Contoh semen tersebut diperkirakan akan mengandung 20-40% atau lebih spermatozoa aktif.

0Buruk(0)Seluruh spermatzoa mati, tidak terlihat adanya spermatozoa yang bergerak.

2. Gerakan Individual Gerakan individual atau persentase motilitas merupakan daya gerak spermatozoa yang dinilai setelah penampungan semen. Penilaian motilitas digunakan sebagai kesanggupan spermatozoa dalam membuahi sel telur. Motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh penurunan suhu yang mendadak atau peningkatan suhu yang berlebihan. 1. Konsentrasi spermatozoa (jumlah spermatozoa per ml semen)Penilaian konsentrasi spermatozoa bertujuan untuk menghitung jumlah spermatozoa per ml semen. Faktor ini menentukan kriteria kualitas semen dan menggambarkan sifat-sifat semen untuk menentukan junlah betina yang dapat diinseminasi menggunakan semen tersebut.Penentuan konsentrasi spermaozoa dapat dilakukan dalam 4 cara, yaitu:1. Menghitung jarak antara kepala spermatozoa.Dilakukan dengan meneteskan setetes tipis pada gelas objek dan mengamati di bawah mikroskop dengan pembersaran 10 x 40, dengan kriteria sebagai berikut: Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala sperma kurang dari panjang satu kepala sperma, dapat diperkirakan bahwa konsentrasi sekitar 1.000-2.000 juta sel sperma per ml semen. Semidensum (SD) atau sedang, jika jarak antara dua kepala sperma sama dengan panjang 1-1,5 kepala sperma, konsentrasi berkosentrasi antara 500-1.000 juta sel per ml semen. Rarum (R) atau jarang, jarak antara dua kepala sperma melebihi panjang satu kepala atau sama dengan panjang seluruh sperma, konsentrasi berkisar antara 200-500 juta sperma per ml semen. Oligospermia (OS) atau sedikit sperma, jika jarak antara dua kepala sperma memiliki panjang seluruh sperma dengan konsentrasi kurang dari 200 juta sperma per ml semen. Aspermi (A) atau tidak ada sperma, jika sama sekali tidak terdapat spermatozoa di dalam semen.2. Penghitungan dengan Haemositometer dan Kamar Hitung NeubauerMetode ini dilakukan dengan menggunakan alat Haemositometer. Cara penghitungan adalah sebagai berikut: Semen dihisap dengan pipet eritrosit yang belum diencerkan sampai tanda 0,5. Kemudian larutan NaCl 3% sampai tanda 101. Dihomogenkan dengan gerakan membentuk angka 8 selama 2-3 menit. Tetesan pertama dibuang dan dihomogenkan lagi. Kemudian siapkan kamar hitung Neubauer dan tutup dengan cover glass. Teteskan semen pada sisi cover glass. Hitunglah jumlah sel sperma dalam 5 kamar yang dihitung menurut arah diagonal. Setiap kamar memiliki 16 ruangan kecil, maka di dalam 5 kamar terdapat 80 ruangan kecil. Seluruh ruangan Haemositometer memiliki 400 ruangan kecil. Dengan volume setiap ruangan kecil adalah 0,1 mm3. Dan pengenceran 200x, maka dapat dihitung konsentrasi.3. Persentase Spermatozoa yang HidupSemen yang berkualitas baik adalah semen yang memiliki kandungan sperma hidup dan bergerak maju ke depan dalam jumlah yang banyak dengan konsentrasi spermatozoa total yang dikenal dengan istilah motilitas psermatozoa. Adapun cara penentuan motilitas spermatozoa dalam suatu contoh semen dapat dilakukan dengan 2 cara:1. Pewarnaan DifferensialPewarnaan ini bertujuan untuk menghitung jumlah sperma yang hidup dan mati, didasarkan pada prinsip perbedaan afinitas, zat warna, antara sel-sel sperma yang hidup dan yang mati. zat warna yang dipakai adalah eosin atau eosin negrosin. Sel-sel sperma yang hidup sedikit sekali atau tidak menghisap warna (warna putih) sedangkan sel-sel yang mati pada sperma akan menghisap warna merah karena permeabilitas dinding sel meningkat saat mati. 2. Penghitungan motilitas sperma dengan menggunakan pipet dan kamar hitung Neubauer.Penentuan konsentrasi sperma hidup dalam semen sama dengan prosedur pada penentuan konsentrasi sperma total. Perbedaannya terletak pada cairan pengencer yang digunakan, dimana pada penentuan konsentrasi sperma hidup digunakan larutan NaCl fisiologis bukan NaCl 3%. Dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis sebagai pengencer maka sperma yang masih hidup akan tetap hidup dan terus bergerak, begitu juga sebaliknya. Metode ini menggolongkan sperma yang bergerak ditempat, bergerak mundur, bergerak melingkar dan sperma yang tidak bergerak sama sekali.4. Morfologi Sperma (Persentse Spermatozoa Normal dan Abnormal) Abnormalitas sperma terdiri dari 2 kelompok yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi selama proses pembentukkan sperma di dalam testes sedangkan abnormalitas sekunder terjadi setelah pembentukkan sperma, setelah keluar dari tubuh ternak serta akibat pengolahan semen. Bentuk-bentuk abnormalitas primer meliputi:1. ukuran kepala lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal.2. kepala ganda atau ekor ganda.3. bentuk kepala tidak normal.Bentuk-bentuk abnormalitas sekunder meliputi:1. kepala pecah.2. ekor putus.3. ekor melipat, terpilin atau tertekuk.

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J., Bada. D.H., 1992, Ilmu Peternakan Edisi keempat, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.Dradjat, A.S., 2001, Tatalaksana inseminasi buatan pada sapi Bali dalam menghadapi millenium ke 3, Seminar Nasional Ruminansia, Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis, Special edition 2001 Semarang 10 April 2001.Toelihere, M.R., 1985, Inseminasi Buatan Pada Ternak, Angkasa, Bandung.