pen ting

18
61 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Self Directed Learning 1. Pengertian Self Directed Learning Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self directed learning diperlukan karena dapat memberikan siswa kemampuan untuk mengerjakan tugas, untuk mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan perkembangan karakter dan mempersiapkan siswa untuk mempelajari seluruh kehidupan mereka. Self directed learning meliputi bagaimana siswa belajar setiap harinya, bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat berubah, dan bagaimana siswa dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu kesempatan tidak terjadi atau tidak muncul. Knowles (dalam Jennings, 1975) menambahkan bahwa self directed learning adalah sebuah proses dimana sebuah dimana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dan proses dalam self-directed learning ini dilakukan dengan menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar, mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan pada sumber dan strategi belajar dan menilai hasil. Menurut Long (dalam Bath & Kamath, 2005) self directed learning adalah proses mental yang biasanya disertai dan didukung dengan aktivitas perilaku yang

Upload: mohammad-ikrom-p

Post on 27-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pen Ting

61

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Self Directed Learning

1. Pengertian Self Directed Learning

Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu

menggunakan banyak metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self

directed learning diperlukan karena dapat memberikan siswa kemampuan untuk

mengerjakan tugas, untuk mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan

perkembangan karakter dan mempersiapkan siswa untuk mempelajari seluruh

kehidupan mereka. Self directed learning meliputi bagaimana siswa belajar setiap

harinya, bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat

berubah, dan bagaimana siswa dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu

kesempatan tidak terjadi atau tidak muncul.

Knowles (dalam Jennings, 1975) menambahkan bahwa self directed

learning adalah sebuah proses dimana sebuah dimana individu mengambil

inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dan proses dalam self-directed

learning ini dilakukan dengan menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar,

mengatur tujuan pribadi, membuat keputusan pada sumber dan strategi belajar dan

menilai hasil.

Menurut Long (dalam Bath & Kamath, 2005) self directed learning adalah

proses mental yang biasanya disertai dan didukung dengan aktivitas perilaku yang

Page 2: Pen Ting

62

meliputi identifikasi dan pencarian informasi. Dalam self directed learning,

pelajar secara sengaja menerima tanggung jawab untuk membuat keputusan

tentang tujuan dan usaha mereka sehingga mereka sendiri yang menjadi agen

perubahan dalam belajar.

Teori Guglielmino (dalam Shiong,dkk, 1977) mengemukakan bahwa self

directed learning dapat terjadi dalam banyak situasi yang bervariasi, mulai dari

ruangan kelas yang berfokus pada guru secara langsung (teacher directed)

menjadi belajar dengan perencanaan siswa sendiri (self planned) dan dilakukan

sendiri (self conducted). Guglielmino (1977) lebih lanjut menyatakan tentang

karakteristik yang dimiliki oleh pelajar, yakni sikap, nilai, kepercayaan, dan

kemampuan yang akhirnya menentukan apakah self directed learning terjadi pada

suatu situasi belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa self directed

learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan pengembangkan

diri individu yang diawali dengan inisiatif sendiri dengan belajar perencanaan

belajar sendiri (self planned) dan dilakukan sendiri (self conducted), menyadari

kebutuhan belajar, tujuan belajar, membuat strategi belajar, menilai hasil belajar,

serta memiliki tanggung jawab sendiri menjadi agen perubahan dalam belajar.

2. Aspek-aspek Self Directed Learning

Menurut Gibbons (2002) aktivitas dan program self directed learning

berdasarkan pada lima aspek dasar yang menjadi elemen penting dalam self

directed learning, yaitu :

Page 3: Pen Ting

63

a. Siswa mengontrol banyaknya pengalaman belajar yang terjadi

Perubahan utama dari teacher directed learning menjadi self directed

learning adalah sebuah perubahan pengaruh dari guru ke siswa. Untuk siswa, hal

ini menunjukkan sebuah perubahan kontrol dari luar menjadi kontrol dari dalam.

Siswa memulai membentuk pendapat dan ide mereka, membuat keputusan mereka

sendiri, memilih aktivitas mereka sendiri, mengambil tanggungjawab untuk diri

mereka sendiri, dan dalam memasuki dunia kerja. Mengisi siswa dengan tugas

untuk mengembangkan pembelajaran mereka, mengembangkan mereka secara

individual, dan membantu mereka untuk berlatih menjadi peran yang lebih

dewasa. Self directed learning tidak hanya membuat siswa belajar secara efektif

tetapi juga membuat siswa lebih menjadi diri mereka sendiri.

b. Perkembangan keahlian

Kontrol yang berasal dari dalam tidak akan memiliki tujuan kecuali jika

siswa belajar untuk fokus dan menerapkan talenta dan kemampuan mereka. Self

directed learning menekankan pada perkembangan keahlian dan proses menuju

aktivitas produktif. Siswa belajar untuk mencapai hasil program, berpikir secara

mandiri, dan merencanakan dan melaksanakan aktivitas mereka sendiri. Siswa

mempersiapkan lalu berunding dengan guru mereka. Maksud ini untuk

menyediakan kerangka yang memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi minat

mereka dan membekali mereka untuk sukses.

Page 4: Pen Ting

64

c. Mengubah diri pada kinerja/performansi yang paling baik

Self directed learning dapat gagal tanpa tantangan yang diberikan kepada

siswa. Pertama, guru memberikan tantangan kepada siswa, lalu guru menantang

siswa untuk menantang diri mereka sendiri. Tantangan ini memerlukan

pencapaian sebuah level performansi yang baru dalam sebuah tempat yang

familiar atau mencoba pada sebuah tempat yang diminati. Menantang diri sendiri

berarti mengambil resiko untuk keluar dari sesuatu yang mudah dan familiar.

d. Manajemen diri siswa

Dalam self directed learning, pilihan dan kebebasan dihubungkan dengan

kontrol diri dan tanggungjawab. Siswa belajar untuk mengekspresikan kontrol

dirinya dengan mencari dan membuat komitmen, minat dan aspirasi diri. Self

directed learning memerlukan keyakinan, keberanian, dan menentukan untuk

usaha yang terlibat. Siswa mengembangkan atribut ini dan mereka menjadi ahli

untuk mengatur waktu dan usaha mereka dan sumber daya yang mereka butuhkan

untuk melakukannya. Dalam menghadapi hambatan, siswa belajar untuk

menghadapi kesulitan mereka, menemukan alternatif, dan memecahkan masalah

mereka dalam rangka untuk menjaga produktivitas yang efektif. Kombinasi dari

sumber yang berasal dari dalam diri dan keahlian dalam kinerja diperlukan untuk

dapat memanajemen diri dalam self directed learning.

e. Motivasi diri dan penilaian diri

Banyak prinsip dari motivasi yang dibangun untuk self directed learning,

seperti mencapai tujuan minat yang tinggi. Ketika siswa menggunakan prinsip ini,

siswa menjadi elemen utama dari motivasi diri siswa. Dengan mengatur tujuan

Page 5: Pen Ting

65

penting untuk diri mereka, menyusun feedback untuk pekerjaan mereka, dan

mencapai kesuksesan, mereka belajar untuk menginspirasikan usaha mereka

sendiri. Persamaannya, siswa belajar untuk mengevaluasi kemajuan diri mereka

sendiri, mereka menilai kualitas dari pekerjaan mereka dan proses yang didesign

untuk melakukannya. Dalam self directed learning, penilaian merupakan hal yang

penting dari belajar dan belajar bagaimana mempelajarinya. Siswa sering memulai

evaluasi diri dalam belajar yang mereka serahkan kepada guru meliputi sebuah

deskripsi standart yang akan mereka capai. Seperti motivasi diri yang

memampukan siswa untuk menghasilkan prestasi yang dapat dievaluasi, penilaian

diri juga memotivasi siswa untuk mencari prestasi terbaik yang mungkin terjadi.

3. Tahapan Self Directed Learning

a. Siswa berpikir secara mandiri

Pada tahap ini, ruangan kelas dengan metode belajar teacher directed

learning, dengan instruksi guru dan aktivitas siswa secara langsung, berubah

menjadi mengarahkan siswa yang sebelumnya tergantung pada pemikiran guru

menjadi tergantung pada pemikiran diri mereka sendiri. Guru berubah dari yang

sebelumnya menjelaskan menjadi menanyakan, dan dari yang sebelumnya

memberikan instruksi menjadi memberikan bimbingan, mengajarkan siswa untuk

berpikir dan menemukan diri mereka sendiri. Pada pendekatan ini hasil program

menjadi pertanyaan untuk diinvestigasi, dipikirkan dan dipertanyakan.

Page 6: Pen Ting

66

b. Mengajarkan belajar memanejemen diri

Dalam belajar memanajemen diri, guru mengubah program menjadi paket

belajar dimana siswa dapat bekerja dengan cara mereka dengan langkah mereka

sendiri. Paket belajar dapat mengambil banyak bentuk tetapi semuanya

menjelaskan pada siswa tentang apa yg dipelajari, bagaimana mereka harus

belajar, dan apa yang harus mereka lakukan untuk membuktikan bahwa mereka

telah menyelesaikan satu paket dan siap untuk melangkah ke paket selanjutnya.

Paket dapat menggunakan media, menghubungkan siswa pada kesempatan

insruksional yang khusus. Dengan kesiapan paket, guru dapat merancang sebuah

program untuk mengajarkan siswa keahlian yang mereka butuhkan untuk

menyelesaikannya : mengatur tujuan, penjadwalan waktu, dan mengorganisasikan

usaha belajar mereka. Setiap paket harus meliputi sebuah arti dari penilaian, yang

dikelola diri sendiri atau peran guru dalam memonitor secara rutin. Pembelajaran

dilengkapi; aspek dari kemandirian belajar meliputi kemampuan siswa untuk

mengatur aktivitas belajar mereka secara efektif.

c. Belajar perencanaan diri

Dalam belajar perencanaan diri, siswa memutuskan sendiri bagaimana

mereka mencapai hasil program yang ditetapkan. Seolah-olah mereka menulis

panduan belajar sendiri dan mengikutinya. Setiap siswa merancang rencana

sendiri, sebagai rencana yang berbeda. Keanekaragaman ini memerlukan dua

perkembangan program yang utama : guru harus memperkenalkan berbagai cara

untuk belajar dan mengatur pilihan belajar untuk menempatkan cara-cara ini

untuk bekerja.

Page 7: Pen Ting

67

Dengan pemilihan program, guru berperan untuk mengembangkan sebuah

program yang mengajarkan siswa bagaimana menemukan kekuatan mereka,

merencanakan aktivitas belajar mereka, menyusun sumber mereka sendiri, dan

memberikan inisiatif sendiri. Ketika rencana belajar siswa terbuka, mereka sering

melibatkan pengalaman yang konkret sebagai investigasi, dan sering mengarahkan

siswa menyelesaikan aktivitas produktif mereka, kombinasi dari pengalaman,

belajar, dan tindakan.

d. Self directed learning

Dalam self directed learning, siswa memilih hasil belajar mereka sendiri,

mereka memutuskan apa yang akan mereka pelajari dan bagaimana mereka

mempelajarinya. Mereka mendesign aktivitas mereka sendiri dan menulis

proposal yang menjadi perjanjian dengan guru dan yang lain tentang apa yang

akan mereka capai, jadwal yang harus mereka ikuti, dan level keunggulan yang

akan mereka cari. Guru membuat kerangka untuk memutuskan, sebuah dukungan

untuk membimbing kemajuan siswa, dan prosedur untuk diikuti.

Siswa membutuhkan dukungan, feedback, dan bantuan untuk berhasil dalam

self directed learning. Itu diberikan lewat dukungan sosial dari teman sebaya,

ataupun pertemuan dengan guru. Dalam self directed learning, motivasi menjadi

kritis, siswa harus menemukan inti minat yang menjanjikan dan mengejar secara

antusias nilai-nilai dan janji mereka untuk masa depan.

4. Karakteristik Self Directed Learning

Self directed learning dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

Page 8: Pen Ting

68

a. Self Directed Learning dengan Kategori Rendah

Guglielmino&Guglielmino (1991) menyatakan bahwa individu dengan skor

self directed learning yang rendah memiliki karakteristik yaitu siswa yang

menyukai proses belajar yang terstruktur atau tradisional seperti peran guru dalam

ruangan kelas tradisional.

b. Self Directed Learning dengan Kategori Sedang

Guglielmino&Guglielmino (1991) menyatakan bahwa individu dengan

skor self directed learning pada kategori sedang memiliki karakteristik yaitu

berhasil dalam situasi yang mandiri, tetapi tidak sepenuhnya dapat

mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan belajar dan dalam melaksanakan

rencana belajar.

c. Self Directed Learning dengan Kategori Tinggi

Guglielmino&Guglielmino (1991) menyatakan bahwa individu dengan

skor self directed learning tinggi memiliki karakteristik yaitu siswa yang biasanya

mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka, mampu membuat

perencanaan belajar serta mampu melaksanakan rencana belajar tersebut.

B. Jenis Pendidikan

1. Pengertian Jenis Pendidikan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan

pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Page 9: Pen Ting

69

2. Jenis-jenis Pendidikan

Adapun jenis-jenis pendidikan berdasarkan pada Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional, meliputi :

a. Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan

pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan

pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat akhir masa pendidikan.

b. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

c. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan

untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.

d. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan

kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon

pegawai suatu Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah Non

Departemen.

e. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan

peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan

pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.

f. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama

pada penguasaan ilmu pengetahuan.

g. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama

pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.

Page 10: Pen Ting

70

3. Sekolah Menengah Atas

a. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas

Dalam Panduan Umum Pelayanan BK Berbasis Kompetensi (dalam

Caroline, 2002) diuraikan tugas-tugas perkembangan siswa SMA yakni:

1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa

2. Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta

kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita.

3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.

4. Mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan

program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi,

serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.

5. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.

6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri

secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.

7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta

apresiasi seni.

9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

Berdasarkan tugas-tugas perkembangan siswa Sekolah Menengah Atas di

atas, dapat disimpulkan bahwa diantara tugas siswa Sekolah Menengah Atas

Page 11: Pen Ting

71

adalah persiapan karir (mempersiapkan karir ekonomi) atau melanjutkan

pendidikan tinggi dan mencapai kematangan dalam pilihan karir (jabatan).

b. Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas

Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA dibagi ke dalam dua kelompok,

yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik,

dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan. (Sanjaya, 2008). Kurikulum

SMA mencakup dua jenis yaitu struktur kurikulum program studi dan struktur

kurikulum program pilihan. Struktur kurikulum program studi terdiri dari Ilmu

Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa. Program studi ilmu alam mengemangkan potensi

peserta didik untuk memiliki karakter, kompetensi, dan kecakapan hidup melalui

pemahaman prinsip-prinsip alam. Program studi ilmu sosial mengembangkan

potensi peserta didik untuk memiliki karakter, kompetensi, dan kecakapan hidup

melalui pemahaman prinsip-prinsip kemasyarakatan. Dan program studi bahasa

mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki karakter, kompetensi, dan

kecakapan hidup melalui pemahaman prinsip-prinsip multicultural dan

komunikasi bahasa (Sanjaya,2005).

Struktur kurikulum program pilihan adalah dimaksudkan untuk memberikan

kebebasan kepada peserta didik dalam memilih sejumlah mata pelajaran yang

sesuai potensi, bakat, dan minat peserta didik (Sanjaya,2005).

4. Sekolah Menengah Kejuruan

a. Karakteristik siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Page 12: Pen Ting

72

Sumeks (dalam Indriani, 2009) menyatakan bahwa Sekolah Menengah

Kejuruan merupakan lembaga pendidikan pada jenjang menengah yang lebih

menekankan lulusan memiliki bekal keterampilan dan dipersiapkan dalam

memasuki dunia kerja. Sekolah menengah kejuruan memiliki peluang yang sangat

jelas ketika sudah lulus. Selain itu siswa sekolah menengah kejuruan yang ingin

memperdalam ilmu dan keterampilannya bisa melanjutkan studinya ke perguruan

tinggi sesuai dengan jurusan dan keahliannya, sehingga keterampilan yang mereka

miliki akan semakin meningkat.

Menurut Evans (dalam, Djojonegoro, 1999) mendefinisikan bahwa

pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu

bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian

bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi

tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai

bekal memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, peran SMK sangat penting dalam

mempersiapkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman. Para

lulusan SMK nantinya selain mencari pekerjaan, mereka juga diharapkan dapat

membuka usaha sendiri. Dengan demikian, SMK juga diharapkan mampu

mengarahkan para siswanya untuk berwirausaha sesuai dengan minat mereka.

Dengan demikian pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap

pembangunan terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Sirojuzilam,

2008).

Page 13: Pen Ting

73

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Agar dapat bekerja secara

efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka

harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidag keahliannya dan dasar-dasar

ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu

berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya serta memiliki kemampuan

mengembangkan diri (Sanjaya,2008).

b. Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

MK memiliki struktur kurikulum yang dibagi menjadi komponen normatif,

adaptif, dan produktif. Komponen normatif berisi kompetensi yang bertujuan agar

peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga yang berperilaku sesuai nilai-

nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Komponen

adaptif berisi kompetensi yang bertujuan agar peserta didik mampu beradaptasi

dan mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat,

budaya, seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan perkembangan dunia

kerja sesuai keahlian. Dan yang terakhir komponen produktif berisi kompetensi

yang bertujuan agar peserta didik mampu melaksanakan tugas di dunia kerja

sesuai dengan program keahlian (Sanjaya,2005).

C. Hubungan Self Directed Learning dengan Jenis Pendidikan

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Page 14: Pen Ting

74

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,

2003). Dalam proses belajar diperlukan kemandirian dalam belajar. Mujiman

(dalam Dhesiana, 2005) menyatakan bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan

belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu

kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal

pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan

belajar, dan cara pencapaiannya, baik penetapan waktu belajar, tempat belajar,

irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar, dilakukan oleh

siswa sendiri. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk

melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu

kompetensi tertentu.

Kemandirian belajar dapat menghasilkan Self Directed Learning dalam

belajar, karena menurut Gibbons (2002), self directed learning dapat dibentuk

melalui empat tahap yaitu, siswa berpikir secara mandiri artinya siswa yang

sebelumnya tergantung pada pemikiran guru menjadi tergantung pada pemikiran

sendiri, tahap kedua adalah belajar memanejemen diri sendiri, lalu siswa belajar

perencanaan diri tentang bagaimana siswa akan mencapai program belajar yang

sudah ditetapkan, lalu tahap terakhir adalah terbentuknya self directed learning

dimana siswa memutuskan sendiri apa yang akan dipelajari, dan bagaimana cara

siswa mempelajarinya.

Menurut Knowles (1975) pentingnya self directed learning dalam proses

pembelajaran didasarkan pada dua hal yaitu orang-orang yang memiliki inisiatif

sendiri dalam belajar akan terus belajar dan akan lebih baik dalam belajar bila

Page 15: Pen Ting

75

dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki inisiatif dalam belajar, lalu

mereka juga akan secara belajar secara lebih mendalam dan menetap.

Gibbons (2002) menyatakan bahwa ketika siswa mulai untuk mengejar

hasil belajar secara individual, siswa memerlukan lingkungan belajar yang sesuai

dengan aktivitas belajar siswa seperti lingkungan yang menawarkan banyak

pilihan belajar, lingkungan yang sesuai dan lingkungan yang menawarkan aturan

baru. Untuk meningkatan hasil belajar, perlu adanya kesesuaian lingkungan

belajar dengan aktivitas self directed yang akan terjadi. Salah satu bentuk

lingkungan belajar adalah lingkungan pendidikan formal atau sekolah. Pendidikan

formal dengan jenjang pendidikan menengah atas terdiri dari sekolah menengah

atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) dimana dua jenis pendidikan

ini berbeda dalam struktur kurikulum, metode belajar dan lingkungan tempat

belajarnya.

Self directed learning bermanfaat bagi siswa SLTA yakni siswa SMA dan

SMK yaitu dalam melatih pengembangan self learning skills yang diperlukan

untuk melaksanakan lifelong learning selepas masa pendidikan formal. Selain itu

self directed juga bermanfaat dalam menggugah motivasi belajar siswa.

(Mudjiman, 2008). Tujuan self directed learning bagi siswa SMA maupun SMK

untuk membekali siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan agar termotivasi

untuk belajar hari ini dan seterusnya disepanjang hidupnya (life long learners)

(Bernadette, 2005).

Siswa SMK dengan metode belajar yang lebih menekankan praktek di

dalam maupun luar sekolah dibekali keterampilan yang nantinya setelah lulus,

Page 16: Pen Ting

76

keterampilan tersebut akan digunakan didalam dunia kerja (Siswoyo, 2010). Pada

SMK, siswa diberikan lebih banyak praktek daripada teori (Sirodjuddin, 2008).

Melalui metode belajar yang diterapkan, siswa SMK diharapkan mampu berpikir

secara mandiri dalam belajar dengan menerapkan teori yang dipelajari pada saat

praktek belajar. Siswa SMK juga dapat belajar memanajemen dirinya sendiri.

Pada saat praktek di luar ruangan kelas tanpa diawasi oleh guru, siswa dapat

mengatur diri sendiri tanpa tergantung dengan orang lain karena menurut Donelly

& Fitmaurice (dalam Nugraheni, 2005) praktek belajar cenderung menekankan

pada peran siswa secara langsung dibandingkan dengan guru sehingga

membutuhkan kemandirian belajar. Pada saat siswa dapat memanajemen diri

dalam belajar, maka siswa SMK dapat belajar membuat perencanaan diri. Dalam

hal ini siswa diharapkan mampu merencanakan dan memutuskan sendiri apa saja

hal yang akan dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Menurut

(Sirodjuddin, 2008), lingkungan belajar siswa SMK bukan hanya di sekolah

melainkan juga di dunia kerja, sehingga dibutuhkan perencanaan, penetapan

tujuan, serta evaluasi kemajuan diri oleh siswa sendiri dalam praktek belajar di

dunia kerja. Siswa SMK yang mampu berpikir secara mandiri, mampu belajar

memanajemen diri sendiri, mampu belajar perencanaan diri, akan memiliki self

directed learning dalam belajar. Self directed learning yang terbentuk pada siswa

SMK berguna dalam praktek belajar didalam maupun diluar sekolah untuk dapat

mengembangkan keahlian, pengetahuan, prestasi dan pengembangan diri sendiri.

Self directed learning pada siswa SMK dapat menciptakan siswa yang

mampu mengontrol banyaknya pengalaman belajar yang terjadi, mampu

Page 17: Pen Ting

77

mengembangkan keahlian, dapat mengubah diri pada kinerja yang paling baik,

dapat memanajemen diri, serta mampu memotivasi dan menilai diri sendiri.

Berbeda dengan SMK, metode belajar di SMA lebih menekankan pada

teori yang diberikan oleh guru, dan praktek yang tidak membutuhkan

keterampilan khusus. Siswa SMA diharapkan mampu berpikir secara mandiri

tentang teori yang dipelajari, mampu belajar memanajemen diri sendiri, mampu

belajar perencanaan diri sehingga terbentuk self directed learning pada siswa.

Siswa SMA ketika lulus dari pendidikannya diharapkan mampu mengembangkan

kemampuan belajar di pendidikan selanjutnya. Pengembangan kemampuan ini

dapat mempengaruhi self directed learning bagi siswa SMA.

Lulusan SMA diharapkan memiliki kompetensi yaitu menguasai konsep

dan cara berpikir tentang pelajaran, yang akan digunakan untuk jenjang

perkuliahan (Siswoyo, 2010). Sedangkan lulusan pendidikan kejuruan ini lebih

condong kepada ilmu-ilmu yang sifatnya terapan dan beberapa program keahlian

menekankan kepada aspek pengetahuan psikomotorik (Evans, dalam Suandi,

1978). Dari hal ini dapat diasumsikan bahwa siswa SMK memiliki self directed

learning yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMA, dilihat dari metode

belajar pada SMK yang menekankan pada keterampilan dan aktivitas

psikomotorik melalui praktek dengan keterampilan khusus yang dilakukan siswa

sehingga diperlukan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan keahlian dalam

belajar dibandingkan dengan siswa SMA yang lebih banyak mendapatkan teori

dalam belajar dan melakukan praktek dengan tidak memerlukan keterampilan

khusus seperti SMK. Harrison (dalam Song, 1978) menyatakan bahwa berbeda

Page 18: Pen Ting

78

sekolah dapat menciptakan lulusan yang berbeda dalam perspektif self directed

learning.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian sebelumnya, adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah : Terdapat perbedaan self directed learning pada siswa sekolah menengah

atas dan siswa sekolah menengah kejuruan.