pen gen alan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi

14
PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Oleh: Nama : Aroh NIM : B1J010125 Rombongan : I Kelompok : 3 Asisten : Rido Junalian LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

Upload: ardian

Post on 21-Jul-2015

702 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

Oleh: Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : : : : : Aroh B1J010125 I 3 Rido Junalian

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hewan menempati hampir semua lingkungan di bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemungkinan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell et. al., 2004). Hewan yang tidak memiliki tulang belakang digolongkan ke dalam hewan avertebrata. Di dalam dunia hewan diketahui bahwa hewan avertebrata dibedakan atas dua golongan yaitu hewan yang bersel tunggal dan hewan yang bersel banyak. Kecuali hewan yang termasuk Filum Protozoa, maka sisanya adalah hewan bersel banyak (Suhardi, 1983). Menurut Lutz (1985) dalam (Indarmawan, dkk, 2010), di dunia ini terdapat 40 phylla hewan avertebrata. Terdapat berbagai parameter untuk mengelompokkan hewan-hewan avertebrata diantaranya dikelompokkan atas dasar banyaknya sel penyusun tubuh, hewan avertebrata dibagi atas 2 kelompok yaitu avertebrata bersel satu (uniseluler, Protozoa) yang dpt hidup secara soliter atau berkoloni dan avertebrata bersel banyak (Metazoa) yang dapat

berkonstruksi seluler, jaringan atau organ. Berdasarkan konstruksi tubuh, struktur tubuh hewan avertebarata dapat berupa kontruksi seluler (pada Porifera),

berkontruksi jaringan (Cnidaria dan Ctenophora) dan berkonstruksi organ (Metazoa).

B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali ciri-ciri yang tampak pada hewan avertebrata dan vertebrata serta mengelompokkan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan rangka internal, tengkorak, mata, kuping, simetri radial, simetri bilateral, metamerisme dan tagmatisasi.

II. MATERI DAN METODE

A.

Materi

Materi yang diamati dalam praktikum pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi adalah Bulu Babi (Diadema sp.), Ikan Nilem (Osteochillus hasselti), Belalang (Valanga sp.), Ular Cincin Emas (Boiga dendrophyla), Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii), Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Kelinci (Brachylagus sp.) dan Cacing tanah (Pheretima sp.). Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan ciri-ciri morfologi untuk pengelompokan hewan avertebrata dan vertebrata antara lain bak preparat, pinset, buku gambar dan alat tulis. B. Metode

Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan karakter morfologi adalah sebagai berikut: 1. Hewan avertebrata dan vertebrata ditaruh di atas baki. 2. Masing-masing preparat dari hewan avertebrata dan vertebrata dilihat bentuk morfologinya dan digambar. 3. Penggambaran dilakukan di atas buku gambar. 4. Setelah semua preparat digambar, kemudian diberi keterangan dan bagianbagian dari masing-masing preparat tersebut.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengelompokkan Hewan Avertebrata dan Vertebrata : No Dasar Pengelompokkan 1 Rangka internal 1. Kelinci 2. Ikan nilem 3. Burung kutilang 4. Ular cincin mas 1. Kelinci 2. Burung kutilang 3. Ikan nilem 4. Ular cincin mas 1. Kelinci 2. Burung kutilang 3. Ikan nilem 4. Ular cincin mas 5. Cacing 6. Belalang 7. Udang 1. Kelinci a. Bilateral simetri : 1. Burung kutilang 2. Kelinci 3. Ikan nilem 4. Ular cincin mas 5. Cacing 6. Belalang 7. Udang b. Radial simetri : 1. Bulu babi 1. Cacing 1. Belalang Nama Spesies Keterangan (Avertebrata/vetebrata) Vertebrata

2

Tengkorak

Vertebrata

3

Mata

4

Kuping

Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Avertebrata Avertebrata Avertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Vertebrata Avertebrata Avertebrata Avertebrata Avertebrata Avertebrata Avertebrata

5

Kesimetrian tubuh

5 7

Metamerisme Tagmatisasi

Gambar-gambar preparat yang digunakan :

Gambar 1. Cacing tanah ((Lumbricus terrestris)

Gambar 4. Burung kutilang (Pycnonotus aurigaster)

Gambar 7. Bulu babi (Diadema sp.)

Gambar 2. Ikan nilem (Osteochilus hasselti)

Gambar 5. Kelinci (Brachylagus sp.)

Gambar 8. Udang (Macrobrachium rosenbergii)

Gambar 3. Belalang (Valanga sp.)

Gambar 6. Ular taliwangsa (Boiga dendrophyla)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil dan pengamatan praktikum, didapatkan bahwa perbedaan antara hewan avertebrata dan vertebrata antara lain adanya rangka internal dan tengkorak yang hanya terdapat pada hewan vertebrata, contohnya pada ikan nilem (Osteochillus hasselti), ular cincin emas (Boiga dendrophyla), kelinci (Brachylagus sp.) dan burung kutilang (Pycnonotus aurigaster). Yang Kesimetrian tubuh hewan vertebrata contohnya burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), kelinci (Brachylagus sp.) , ikan nilem (Osteochillus hasselti), dan ular cincin mas (Boiga dendrophyla) adalah simetri bilateral, sedangkan hewan avertebrata contohnya bulu babi (Diadema sp.), simetri tubuhnya adalah simetri radial. Macam-macam hewan yang digunakan dalam praktikum kali ini diantaranya sebagai berikut : 1. Udang (Macrobrachium rosenbergii) Klasifikasi Udang menurut Jasin (1989): Phylum Classis Ordo Supersectio Section Superfamili Familia Subfamili Genus Spesies : Arthropoda : Crustacea : Decapoda : Natantia : Caridea : Palaemonidae : Palaemonidae : Palaemoninae : Macrobrachium : Macrobrachium roseenbergii

Crustacea hidup di air, bernafas dengan insang, kepala dan dada tidak dapat dipisahkan sehingga disebut cephalothorax (kepala dada), rangka luar dari kitin, antenna 2 pasang, kaki 1 pasang pada setiap ruas tubuh dan pada udang atau kepiting terdapat 5 pasang kaki jalan. Umumnya telur menetas menjadi larva dan setelah mengalami pengelupasan kulit maka larva tubuh menjadi hewan dewasa. Contoh: o o o Cambarus sp. (udang air tawar) Panulirus sp. (udang laut) Pagurus sp. (rajungan)

o o o o

Cancer sp. (kepiting)

Peranan Crustacea dalam kehidupan manusia: Sebagai bahan makan untuk manusia Sebagai zoonplankton untuk makanan ikan di laut dan merupakan komponen penting dalam ekosistem Beberapa Crustacea bersifat merusak atau parasit, yaitu membuat lubang pada katu bagian luar kapal. Udang galah bersifat omnivora atau pemakan hewan dan tumbuhan.

Dihabitatnya udang ini menyukai cacing, udang kecil, larva serangga, siput, umbi-umbian, daun yang lunak, biji-bijian, plankton, dan detritus. Namun setelah dibudidayakan dapat di beri pakan buatan berupa pelet. Udang galah termasuk famili palamonidiae dengan spesies (Macrobrachilum rosenbengii). Badan udang terdiri dari 3 bagian kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen), serta ekor (uropoda). Cephalothorax dibungkus oleh kulit keras, dibagian kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah. Pada udang jantan pasangan kaki jalan kedua tumbuh panjang dan cukup besar dapat mencapai 1,5 kali panjang badan, sedangkan betina relatif kecil. Udang galah hidup pada dua habitat pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil dan dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30-35 hari. Udang galah bersifat omnivora, cenderung aktif pada malam hari (Ville et al., 1988). 2. Belalang (Valanga sp.) Klasifikasi Belalang (Valanga sp.) menurut Lilies (1991) : Phylum Classis Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insecta : Orthoptera : Acrididae : Valanga : Valanga sp.

Belalang adalah seragga herbivora dari ordo orthoptera. Tipe mulut pada belalang adalah tipe mulut penggigit. Femur belakangnya umumnya panjang, kuat dan cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Sayap depann lebih

tebal dan sempit disebut tegmina, sayap belakang tipis dan berupa selaput (Siwi, 1991). Belalang jantan mengeluarkan suara menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan untuk menarik betina atau mengusir saingannya. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari pada belalang jantan. Belalang betina mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur. Belalang termasuk simetri bilateral dan tagmatisasi (Siwi,1991). 3. Cacing tanah (Pheretima sp.) Klasifikasi ilmiah cacing tanah menurut Anonim (2010) yaitu: Kerajaan Filum Kelas Ordo Upaordo Genus Spesies : Animalia : Annelida : Clitellata : Haplotaxida : Lumbricina : Lumbricus : Pheretima sp

Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 2732. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Tubuh cacing tanah terbagi menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu anterior posterior. Bagian tubuh paling anterior disebut prostonium bukan suatu ruas sedang bagian posterior disebut piginium. Setelah dari ujung paling anterior merupakan prostonium yang ada kalanya memanjang seperti belalai. Segmentasi pada cacing tidak hanya membagi ootot dinding tubuh saja. Melainkan menyekat rongga tubuh atau coelum dengan sekatan yang disebut septum, samak septa. Tiap septum terdiri atas dua lapis peritoneum, masingmasing berasal dari ruas dimuka dan belakangnya (Suwignyo, 2005). 4. Bulu babi (Diadema sp.) Klasifikasi Bulu babi (Diadema sp.) menurut Darbohoesodo (1976) adalah: Phylum : Echinodermata

Sub-Phylum Classis Ordo Genus Spesies

: Eleutherozoa : Echinoidea : Diadematoida : Diadema : Diadema sp.

Bulu babi termasuk golongan hewan yang mempunyai simetri radial, yaitu suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radial mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Hewan ini berbentuk bulat dan mempunyai rangka luar yang terdiri dari lempeng-lempeng kapur. Makanannya terdiri dari ganggang yang digaruk dengan kelima giginya yang besar. Tubuh bulut babi sebagian agak mendatar. Bagian yang datar terdapat mulut dan daerah ini disebut daerah oral. Bagian yang bulat terdapat anus dan daerah ini disebut daerah aboral. Bagian oral pada keadaan hidup menghadap ke arah bawah, sedangkan bagian aboral menghadap ke atas. Di tengah-tengah daerah aboral terdapat periproet dengan anus. Periproet dikelilingi oleh lima lempeng berbentuk segi lilin. Lempeng ini disebut lempeng genital, karena masing-masing mempunyai satu lubang tempat bermuara gonoduktus. Empat dari lempeng tersebut berukuran sama, sedang yang satu lebih besar dan berubah bentuk menjadi madreporit (Darbohoesodo, 1976). 5. Burung kutilang (Pynonotus aurigaster) Menurut King and Dickinson (1975), klasifikasi burung kutilang adalah : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies : Animalia : Chordata : Aves : Passeriformes : Pycnonotidae : Pycnonotus : Pycnonotus aurigaster

Burung kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak berakar, dan hutan, sampai dengan ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan halamanhalaman rumah di perkotaan. Burung kutilang acap kali berkelompok, baik ketika mencarai makan maupun bertengger dengan jenis burung yang lain. Makanan burung kutilang ini umumnya adalah buah-buahan yang lunak (Coates, 2000). 6. Ikan nilem (Osteochilus hasselti)

Klasifikasi ikan Nilem (Osteochillus hasselti) menurut Jasin (1989) adalah sebagai berikut : Phylum Subphylum Classis Subclassis Ordo Sub Ordo Familia Sub familia Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Pisces : Teleostei : Ostariophysi : Cyprinoidae : Cyprinidae : Cyprininae : Ostechilus : Osteochilus hasselti

Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) termasuk ke dalam keluarga Cyprinidae dengan bentuk tubuhnya langsing sehingga dapat bergerak lincah walaupun di air deras. Ikan Nilem memiliki sirip punggung yang bentuknya memanjang dan terletak di bagian permukaan, sirip dubur bagian belakang juga memiliki jari-jari keras dengan bagian akhir berbentuk gerigi, sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran simetris. Gurat sisi (linea lateralis) pada ikan Nilem berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Jasin, 1989). Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) hidup di lingkungan perairan tawar. Ikan ini memiliki bentuk badan dan sirip punggungnya lebih memanjang daripada Ikan Mas. Mulutnya terletak di ujung terminal dan dapat ditarik ke depan. Ikan Nilem hidup di daerah yang bersuhu 18-20 C. 7. Ular cincin mas (Boiga dendrophyla) Klasifikasi ular Cincin Emas berdasarkan Anonim (2010) yaitu: Kerajaan Filum Kelas Ordo Upaordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Reptilia : Squamata : Serpentes : Elapidae : Bungarus : Boiga dendrophyla

Ular cincin mas memiliki ukuran yang sedang, dengan panjang maksimum yang terdapat 2125 mm, akan tetapi umumnya ular dewasa hanya sekitar 1,5m. Sekitar seperpuluh dari panjang itu adalah ekornya yang berujung tumpul. Bentuk tubuh segitiga dengan punggung yang membentuk sudut diatas. Berwarna mencolok, belang-belang hitam kuning, kurang lebih sama lebar antara kedua warna itu. Warna hitamnya terus menyambung hingga isi perut kecuali pada segitiga bagian muka tubuhnya. Kepala lebar dengan pola diatas seperti anak panah berwarna hitam dan bibir berwarna kekuningan atau keputihan kusam (Wikipedia indonesia, 2009). 8. Kelinci (Brachylagus sp.) Menurut (Wikipedia indonesia, 2009), klasifikasi kelinci adalah sebagai berikut : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies : Animalia : Vertebrata : Mamalia : Lagomorpha : Leporidae : Brachylagus :Brachylagus sp

Kelinci adalah hewan mamalia dari familia leporidae yang dapat ditemukan dibanyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup diafrika hingga kedataran eropa. Di indonesia banyak terdapat kelinci lokal yaitu jenis kelinci jawa dan kelinci sumatera. Kelinci jawa, diperkirakan masih ada di hutan-hutan sekitar wilayah jawa barat. Warna bulunya coklat perunggu kehitaman. Ekornya berwarna jingga dengan ujungnya yang hitam. Menurut Jasin (1989) hewan avertebrata dapat memiliki kesimetrian tubuh yang berbeda-beda, yaitu: a. Simetri radial adalah tipe simetri tubuh secara mendasar berbentuk silindris dan bagian-bagian tubuh secara radial mengelilingi satu sumbu pusat tunggal, yang mengarah ke kedua ujung. Jika satu irisan diarahkan ke setiap radius, maka irisan itu akan membagi tubuh menjadi dua tengahan yang serupa. Contoh hewan yang mempunyai simetri tubuh radial yaitu hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan Ctenophora. b. Simetri bilateral adalah tipe simetri tubuh yang jika dibagi dua menurut arah antero-posterior akan dihasilkan paruhan yang sama seperti suatu benda

dengan bayangannya di cermin. Contoh hewan yang mempunyai simetri tubuh bilateral yaitu classis Insecta dari phylum Arthtropoda. Hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung. Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya. Karakter taksonomi merupakan suatu sifat dari anggota suatu takson yang membedakan dari suatu anggota takson lainnya yaitu karakter kualitatif adalah karakter yang diekspresikan oleh gambar atau kata-kata dan karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat dihitung atau diukur. Hewan Invertebrata adalah yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata (Soedjono, 1996). Hewan avertebrata mengalami proses metamerisme dan tagmatisasi. Metamerisme adalah suatu gejala tubuh hewan avertebrata yang terdiri atas satu seri segmen atau metamer atau somit, yang tersusun secara linier sepanjang sumbu antero-posterior. Setiap metamer serupa konstruksi dan fungsinya. Contohnya pada Annelida. Tagmatisasi adalah suatu pola tubuh hewan avertebrata metamerik dimana segmennya berfusi menyusun beragam fungsi (disebut tagma). Setiap tagma secara struktural dan fisiologis berbeda, misalnya tagma kepala untuk makan, tagma thoraks untuk lokomosi, dan tagma abdomen berfungsi dalam reproduksi (Jasin, 1989).

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hewan avertebrata dan vertebrata dapat dikenali ciri-cirinya dengan mengamati morfologinya. 2. Hewan avertebrata dapat dikelompokkan berdasarkan kesimetrian tubuh dan metamer, yaitu simetri radial dan simetri bilateral, serta segmen-segmen yang ada pada tubuh. 3. Hewan vertebrata kesimetrian tubuh hewannya adalah simetri bilateral. 4. Perbedaan antara hewan avertebrata dan vertebrata antara lain adanya rangka internal dan tengkorak yang hanya terdapat pada hewan vertebrata.

A. Saran Praktikum pengenalan hewan vertebrata dan avertebrata berdasarkan karakter morfologinya sebaiknya hewan uji disediakan dari laboratoriumnya dan waktu untuk menggambar di tambahkan.

DAFTAR REFERENSI