pemupukan tanah

87
IV. PENGELOLAAN AIR TANAMAN PADI Tujuan pembelajaran khusus: setelah berlatih peserta dapat menjelaskan : 1. Konsep hemat air dalam budidaya padi 2. Pemahaman kebutuhan air actual pada padi sawah 3. Teknik drainase permukaan 4. Sistem dan teknik pengukuran kebutuhan air padi sawah A. Konsep Hemat Air dalam Budidaya Padi Sawah Teknologi hemat air dapat diartikan sebagai upaya pemanfaatan air dari berbagai sumber terutama air gravitasi pada petak usahatani padi sawah agar terjamin produktivitas, efisien dan produksi yang meningkat secara berkelanjutan. Teknik hemat air dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh pada tahapan persiapan lahan dan selama pertumbuhan tanaman bahkan fase menjelang panen. Teknik hemat air dapat dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi sumber daya air setempat dan melalui inovasi cara pemberian air. Prinsip dari konsep hemat air dalam budidaya padi sawah penting atas dasar pertimbangan bahwa : a) ketersediaan air semakin terbatas, b) kemarau panjang akibat El-Nino (anomali iklim), d) intensifikasi tanam masih rendah, e)efisiensi pemanfaatan air masih rendah, f) pendistribusian air antara wilayah hulu dan hilir bahkan antar golongan air masih 1

Upload: donny-dhonanto

Post on 10-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Teknik pemupukan dan pupuk yang digunakan untuk lahan pertanian

TRANSCRIPT

LAPORAN EVAPASLAT

IV. PENGELOLAAN AIR TANAMAN PADITujuan pembelajaran khusus: setelah berlatih peserta dapat menjelaskan : 1. Konsep hemat air dalam budidaya padi

2. Pemahaman kebutuhan air actual pada padi sawah

3. Teknik drainase permukaan

4. Sistem dan teknik pengukuran kebutuhan air padi sawah

A. Konsep Hemat Air dalam Budidaya Padi Sawah

Teknologi hemat air dapat diartikan sebagai upaya pemanfaatan air dari berbagai sumber terutama air gravitasi pada petak usahatani padi sawah agar terjamin produktivitas, efisien dan produksi yang meningkat secara berkelanjutan. Teknik hemat air dalam budidaya padi sawah dapat ditempuh pada tahapan persiapan lahan dan selama pertumbuhan tanaman bahkan fase menjelang panen. Teknik hemat air dapat dilakukan dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan cara perbaikan atau penyesuaian teknik budidaya dengan potensi sumber daya air setempat dan melalui inovasi cara pemberian air.

Prinsip dari konsep hemat air dalam budidaya padi sawah penting atas dasar pertimbangan bahwa : a) ketersediaan air semakin terbatas, b) kemarau panjang akibat El-Nino (anomali iklim), d) intensifikasi tanam masih rendah, e)efisiensi pemanfaatan air masih rendah, f) pendistribusian air antara wilayah hulu dan hilir bahkan antar golongan air masih terdapat kesenjangan yang tinggi dan g) efisiensi masukan (input) produksi sangat ditentukan oleh cara pengelolaan air yang tepat.

Di dalam prakteknya teknik hemat air yang mudah dilaksanakan : a) pemilihan varitas yang berumur genjah, b) kalender tanam dalam suatu hamparan tersiar seragam, c) waktu dan cara pengolahan tanah yang sesuai dengan jadwal pemberian air, d) pengaturan penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tingginya dan durasinya (kondisi pasokan air normal), e) penerapan pergiliran air (kondisi pasokan air di bawah normal), f) pemeliharaan pematangan termasuk kerapatan pematang dalam luasan tertentu dan g)drainase permukaan terutama pada musim hujan.

Teknik hemat air mempunyai sasaran utama yaitu produktivitas air (perbandingan antara hasil gabah dan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari pada produktivitas air dengan cara pemberian kontiyu. Ada dua strategi dalam perbaikan produktivitas air : a)hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau b) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total berkurang. Peningkatan hasil dapat ditempuh melalui perbaikan komponen teknik budidaya selain input air dan penurunan konsumsi air total ditempuh melalui reduksi evaporasi, perkolasi dan rembesan di petakan usahatani.

Selang 4 hari pemberian merupakan batas kritis waktu pemberian air untuk varitas padi sawah dan batas jenuh lapangan selama fase vegetatif dan pematangan tidak menurunkan hasil. Selama fase reproduktif (primordia bunga sampai pembungaan) perlu pemberian air dengan genangan air dangkal 3 5 cm. dalam kondisi kekurangan air, pemberian air perlu diprioritaskan selama fase reprodutif (fase sensitif kekurangan air).

Penggenangan air terutama ditujukan untuk mengurangi tekanan investasi gulma (weed pressure) dan pengendalian beberapa hama tertentu, namun sebenarnya tanaman padi sawah tidak genangan air untuk seluruh fase pertumbuhannya. Penggenangan air yang dalam (di atas 15 cm) dan dalam jangka waktu yang lama dapat menciptakan kondisi tanah semakin masam, ekstrim reduktif, ketersediaan hara mikro semakin berkurang, infeksi penyakit dan infestasi hama meningkat, kerebahan batang, laju perkolasi dan rembesan (pergerakan air lateral) di petakan sawah meningkat dan sistem perakaran tanaman cepat rusak sehingga kapasitas penyerapan hara berkurang. Selain ini potensi kehilangan hara melalui pencucian dan aliran permukaan meningkat. Kondisi tanpa penggenangan air selama periode tertentu diperlukan terutama untuk memperbaiki kondisi aerasi di daerah perakaran, merangsang pembentukan anakan, aktivitas perakaran meningkat, mengurangi populasi hama wereng, menekan laju perlokasi, rembesan, aliran permukaan dan pencucian hara.

Fase pertumbuhan tanaman padi sawah yang memerlukan draenase permukaan (tanpa genangan air) : awal tanam, fase anakan aktif (20 HST), (45 55 HST) dan 10 hari menjelang panen. Pada saat penyiangan dan pemupukan biasanya tidak membutuhkan penggenangan air masing-masing sekitar 4 hari. Draenase permukaan juga penting untuk menekan emisi gas metan (rumah kaca) dan juga mengurangi keracunan di daerah perakaran.

Tahapan dalam menyusun rekomendasi teknik pengelolaan air untuk suatu lokasi

a. Karateristik debet air di saluran sekunder untuk layanan air untuk beberapa petak tersier.

b. Jadwal alokasi air pada tiap petak tersier dan kalender tanam dan tiap petak tersier atau kelompok tani.

c. Rencana mulai pengolahan tanah, tanam dan permintaan air (usulan) dari lembaga pengelolaan air ke dinas pengairan setempat.

d. Pilih sekitar 10 orang petani mewakili wilayah hulu dan 10 petani untuk wilayah hilir terutama yang melakukan budidaya padi sawah model PTT.

e. Pada tiap-tiap petani kooperator tersebut dipasang satu silinder alas terbuka untuk memantau penggenangan air dan penentuan waktu pemberian air. Catat perubahan tinggi air setiap hari sejak tanam sampai panen.

f. Koordinasi dengan lembaga pengelolaan air dari dinas pengairan untuk menyesuaikan alokasi air pada tingkat tersier untuk memperluas teknologi hemat air secara berkelanjutan.

B. Memahami Kebutuhan Air AktualKebutuhan air aktual padi sawah merupakan air yang digunakan untuk evapotranspirasi (ET).Manfaat dari hasil pengukuran kebutuhan air aktual yaitu dapat ditentukan besarnya kebutuhan air irigasi pada berbagai fase pertumbuhan tanaman ataupun berbasis periode waktu tertentu setelah dikurangi curah hujan efektif.

Kebutuhan air irigasi (I) : ET + S & P Che curah hujan efektif diasumsikan sama seperti curah hujan total pada musim kemarau sedangkan pada musim hujan besarnya curah hujan efektif yaitu 80 % dari curah hujan total. Kebutuhan air irigasi berbasis kedalaman air dengan satuan mm/hari dapat dinyatakan dengan basis aliran air dalam satu saluran (debet air) yaitu : bahwa 10 mm/hari = 0,116 lt/dt/ha atau 1 mm/hari = 0,0116 lt/dt/ha. Rata-rata kebutuhan air tanaman pada kebutuhan air tanaman bervariasi menurut lokasi, jenis dan sifat fisik tanah dan klas drainase lahan atau kondisi hidrologi setempat. Kebutuhan air aktual padi sawah secara sederhana dapat diukur dengan menggunakan skala miring pada petakan lisimeter seperti pada gambar lampiran 1. Skala miring dapat dibuat dari bahan kayu (Reng) dan mistar plastik dengan skala 1 : 10 artinya 10 cm pada mistar skala miring sama dengan ketinggian genangan air 1 cm. Pada petakan lisimeter selalu ada genangan air (sekitar 5 cm) agar pengamatan tiap hari dapat dilakukan yaitu dengan membaca perubahan air pada mistar pada setiap pagi hari. Untuk mencegah keretakan tanah pada pematang, maka pematang dilapis dengan plastik. Pada kondisi tanah yang datar, diperlukan sebuat petakan lisimeter untuk luasan 500 m2 dan pada tanah dengan kemiringan sekitar 5 % dibutuhkan 5 petakan lisimeter. ET aktual dapat diperoleh dari rumus : ET (potensial) x Koefisien Tanaman (kc). Nilai kc bervariasi dari 0,5 0,8. ET potensial dapat diduga dari : E x fp dimana E : Evaporasi panci dan fp adalah faktor panci besarnya : 0,4 0,6. Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran penakar hujan dari stasiun klimatologi.

C. Teknik Drainase Permukaan

Drainase permukaan yaitu membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang berlebihan dengan tujuan agar tanaman lebih kuat (tidak rebah), kondisi airobik tanah terjaga dan mengatur pembentukan anakan. Drainase permukaan biasanya dilakukan pada musim hujan. Drainase permukaan biasanya diperlukan pada daerah dengan topografi datar, curah hujan tinggi, pembentukan akar intensif, mengurangi kerebahan batang, dan mineralisasi nitrogen tanah diperbaiki. Sebagaimana fase pertumbuhan tanaman padi sawah memerlukan tindakan drainase permukaan terutama menjelang tanaman panen. Drainase permukaan lebih efektif yaitu pembuatan parit tengah (ukuran lebar 30 cm dan dalam : 30 cm) dengan jarak 1,5 meter sampai 2,0 meter tergantung tektur tanah. Pada fase pematangan, tanah perlu didrainase yaitu dua minggu menjelang panen (batas waktu kritis), drainase permukaan yang dilakukan pada waktu seminggu menjelang panen mengakibatkan kerusakan tanaman dan menggangu proses panen. Selain itu tanaman padi sawah mempunyai masa kritis terhadap full submergence dari primordia bunga sampai pembuangan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi tanaman) selama fase tersebut akan mengurangi hasil sekitar 20 30 %

Drainase permukaan dapat dilakukan pada umur tanaman 30 40 hari setelah tanam (sebelum tercapai anakan maksimal) selama 5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan yang tidak produktif, sehingga tingkat produksi gabah per malai, bobot indiviidu gabah dan hasil meningkat. Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik ini dapat dilakukan pada musim hujan maupun kemarau.

D. Sistem Pengairan Tergenang dan Intermitten 1. Sistem Pengairan Tergenang Efisiensi penyaluran 80 % namun memerlukan air sebesar 12.000 m3/ha/musim (Setiobudi dan Kartaatmadja, 2002)

Penggenangan dan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang untuk menanam padi sawah dapat menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah. Perubahan tersebut meliputi sifat morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi, maupun sifat-sifat lain sehingga sifat tanah sawah dapat sangat berbeda dari sifat asalnya.

Penggenangan tanah dapat meningkatkan pasokan N. Hal itu terjadi karena meningkatnya fiksasi N biologi yang dapat terjadi dalam air permukaan dan dalam tanah tereduksi, serta terjadinya akumulasi yang lebih cepat dari N anorganik karena adanya mineralisasi sumber N organik (Hardjowigeno dan Luthfi, 2005).

Dapat terjadi pula ketersediaan N yang rendah dalam tanah sawah yang tergenang air permanen atau semi permanen. Hal itu terjadi karena di bawah kondisi tersebut mineralisasi N tanah terhambat sehingga defisiensi N dapat terjadi sekalipun kandungan N tanah cukup tinggi. Penggenangan menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya pasokan oksigen. Semakin tinggi air, semakin kecil oksigen terlarut. Dampaknya akar padi tak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran rusak. 2. IntermittenAdalah salah satu metode pengairan berselang yang dapat diukur secara praktis adalah pengairan basah-kering/Alternate Wetting and Drying (AWD, pengaturan air di lahan pada kondisi tergenang dan kering secara bergantianTujuan dilaksanakannya pengelolaan air system ini adalah :

Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas

Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam

Mencegah timbulnya keracunan besi

Mengurangi kerebahan

Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen

Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi oleh serangan hama tikus.

Cara Pengelolaan Air

Lakukan pergiliran air, selang 3 hari, tinggi genagan pada hari pertama diairi 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air, lahan sawah diairi lagi pada hari ke-4

Pada Fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenagi terus

Sekitar 10 15 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan.

AWD dipraktekkan mulai tanam sampai satu minggu sebelum tanaman berbunga. Sawah baru diairi apabila kedalaman muka air tanah mencapai + 15 cm, diukur dari permukaan tanah. Hal ini dapat diketahui dengan bantuan alat sederhana dari paralon belubang yang dibenamkan ke dalam tanah.

Keunggulan Penghematan konsumsi air

Tanaman lebih tahan rebah

Memberi kesempatan akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam

Mencegah penimbunan H2S dan asam organik yang dapat menghambat perkembangan akar

Mengaktifkan jasad renik mikroba karena temperatur tanah meningkat

Pengairan berselang atau intermitten efektif mengurangi emisi gas metan berkisar 17 - 66% daripada pengairan terus menerus karena metoda ini dapat memutus daur hidup bakteri methanogen (Baskoro, 2011)

Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas), dan penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun)

Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah.

3. Aplikasi AWD (Alternate Wetting and Drying) Salah satu teknik penghematan pemanfaatan air untuk budidaya padi sawah yang mudah diterapkan yaitu alternasi genangan air (flooded) non genangan air berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi sawah. Teknik ini dapat menhemat penggunaan air sekitar 15% sampai 30% di banding cara konvensional yaitu dengan penggenangan air secara kontiyu. Selain itu teknik ini meningkatkan produktivitas air mengurangi populasi wereng coklat, nematoda didaerah perakaran, mengurangi emisi gas metan dan memperbaiki kualitas hasil gabah.

Secara teknis untuk mengukur kebutuhan air padi sawah dapat dilakukan dengan memasang sebuah selinder atas terbuka dengan dinding berlubang pada jarak 50 75 cm dari pematang.

Selinder dapat terbuat dari paralon dengan tebal 2mm, panjang 30 cm dengan diameter atara 20cm atau terbuat dari bahan metal yang anti karat.

Untuk lahan datar dibutuhkan hanya satu alat untuk luas lahan 0,25 ha dan diperlukan dua alat untuk luas lahan yang sama dengan kemiringan 5 persen.

Dinding selinder perlu dibuatkan lubang ukuran 5 mm dan jarak antar lubang 2 cm sepanjang 15 cm sedangkan sisanya 15 cm tidak perlu dilubangi, selanjutnya bagian selinder yang telah dilubangi dibenamkan ke dalam tanah sedalam 15 cm dan 15 cm bagian bagain yang tidak dilubangi berada diatas permukaan tanah.

Tanah yang ada dalam selinder sedalam 15 cm dikeluarkan dan diratakan pada bagian dasarnya. Perlu diperhatikan bahwa pada saat pemasangan biasanya 2-3 hari setelah tanam kondisi tanah tidak boleh ada genangan air. Agar permukaan alat dalam posisi horizontal maka setelah selinder dipasang diperiksa dengan waterpas.

CaraPengamatan :

Waktu pengamatan yaitu pagi hari cukup 1 kali;

Mengamati perubahan tinggi air dalam selinder dibutuhkan mistar (30 cm) dan ajir bambu kacil;

Tempat pengukuran titak boleh rubah posisi;

Ajir bambu dimasukan kedalam selinder selanjutnya diangkat dan bagian yang basah diukur dengan mistar;

Dengan standar titik nol pada bagian atas selinder maka dapat dihitung besarnya perubahan air tiap hari dalam satuan sentimeter;

Bila posisi air diatas permukaan tanah bernilai positif dan negatif bila air berada di bawah permukaan tanah;

Waktu pemberian air dilakukan setelah air dalam selinder turun sampai 15 cm dari permukaan tanah ;

Bila terjadi hujan dan mengakibatkan tinggi air dalam selinder lebih dari 5 cm maka caranya dilakukan pembuangan air.

E. Rangkuman

1) Prinsip hemat air dalam budidaya padi sawah didasarkan atas:a. ketersediaan air semakin terbatas,

b. kemarau panjang akibat El-Nino (anomali iklim),

c. intensifikasi tanam masih rendah,

d. efisiensi pemanfaatan air masih rendah,

e. pendistribusian air antara wilayah hulu dan hilir bahkan antar golongan air masih terdapat kesenjangan yang tinggi

f. efisiensi masukan (input) produksi sangat ditentukan oleh cara pengelolaan air yang tepat.

2) Teknik hemat air mempunyai sasaran utama yaitu produktivitas air (perbandingan antara hasil gabah dan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari pada produktivitas air dengan cara pemberian kontiyu.

3) Terdapat dua strategi dalam perbaikan produktivitas air:

a. hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau

b. hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total berkurang.

4) Manfaat dari hasil pengukuran kebutuhan air aktual yaitu dapat ditentukan besarnya kebutuhan air irigasi pada berbagai fase pertumbuhan tanaman.

5) Rata-rata kebutuhan air tanaman pada kebutuhan air tanaman bervariasi menurut lokasi, jenis dan sifat fisik tanah dan klas drainase lahan atau kondisi hidrologi setempat.

6) Tujuan drainase permukaan yaitu membuang kelebihan air akibat curah hujan atau irigasi yang berlebihan agar tanaman lebih kuat (tidak rebah), kondisi aerobik tanah terjaga dan mengatur pembentukan anakan.7) Tanaman padi sawah tidak memerlukan genangan air untuk seluruh fase pertumbuhannya. Penggenangan air secara kontiyu mempunyai dampak yang merugikan baik pada tanah, tanaman dan lingkungan baik mikro maupun makro8) Air bagi pertanian padi tidak hanya menentukan produktivitas tanaman, tetapi juga mempengaruhi intensitas pertanaman (IP) dan luas tanam potensial 9) Potensi penurunan hasil merupakan akibat tidak tercukupinya kebutuhan air tanaman selama masa pertumbuhannya.10) Penggenangan dan pengolahan tanah dalam keadaan tergenang untuk menanam padi sawah dapat menyebabkan berbagai perubahan sifat tanah. Perubahan tersebut meliputi sifat morfologi, fisika, kimia, mikrobiologi, maupun sifat-sifat lain sehingga sifat tanah sawah dapat sangat berbeda dari sifat asalnya.

11) Pengairan berselang adalah salah satu metode pengairan yang dapat diukur secara praktis yang disebut juga pengairan basah-kering/Alternate Wetting and Drying (AWD yaitu pengaturan air di lahan pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian

12) AWD bertujuan untuk menghemat air irigasi, memberi kesempatan akar tanaman berkembang lebih dalam, mencegah timbulnya keracunan besi, mengurangi kerebahan, menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen serta memudahkan pengendalian hama.

13) Teknik penghematan pemanfaatan air untuk budidaya padi sawah yang mudah diterapkan yaitu alternasi genangan air (flooded) non genangan air berdasarkan fase pertumbuhan tanaman padi sawah.14) Teknis untuk mengukur kebutuhan air padi sawah dapat dilakukan dengan memasang sebuah selinder atas terbuka dengan dinding berlubang pada jarak 50 75 cm dari pematang. Selinder dapat terbuat dari paralon dengan tebal 2mm, panjang 30 cm dengan diameter atara 20cm atau terbuat dari bahan metal yang anti karat.

F. Evaluasi

1. Jelaskan pengertian dan tujuan pengelolaan air pada tanaman padi?

2. Bagaimana strategi perapan kebutuhan air pada tanaman padi?

3. Sebutkan Sistem pengelolaan air pada tanaman padi sawah ?

4. Bagaimana langkah-langkah pembuatan alat ukur air (tabung AWD) ?Kunci Jawaban

1. Pengelolaan air irigasi adalah upaya memanfaatkan air irigasi secara optimal untuk meningkatkan produksi padi.

Tujuan pengelolaan air irigasi adalah:

a. untuk mencapai produktivitas air yang lebih tinggi dari pada produktivitas air dengan cara pemberian kontinyu.

b. untuk mempengaruhi intensitas pertanaman (IP) dan luas tanam potensial c. agar produktifitas padi tetap tinggi sesuai potensinya.2. Strategi penerapan kebutuhan air tanaman padi dilakukan dengan langkah:

a) pergiliran air, selang 3 hari, tinggi genangan pada hari pertama diairi 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air, lahan sawah diairi lagi pada hari ke-4

b) pada fase pembentukan malai sampai pengisian biji, petakan sawah digenangi terus

c) Sekitar 10 15 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan.

d) AWD dipraktekkan mulai tanam sampai satu minggu sebelum tanaman berbunga. Sawah baru diairi apabila kedalaman muka air tanah mencapai + 15 cm, diukur dari permukaan tanah.

e) kebutuhan air dapat diketahui dengan bantuan alat sederhana dari paralon belubang yang dibenamkan ke dalam tanah.

3. Pengairan tanaman padi dilakukan dengan pengairan berselang yaitu salah satu metode pengairan yang dapat diukur secara praktis yang disebut juga dengan pengairan basah-kering/Alternate Wetting and Drying (AWD yaitu pengaturan air di lahan pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian.

4. Silinder dapat terbuat dari paralon dengan tebal 2mm, panjang 30 cm dengan diameter antara 20cm atau terbuat dari bahan metal yang anti karat. Dinding selinder perlu dibuatkan lubang ukuran 5 mm dan jarak antar lubang 2 cm sepanjang 15 cm sedangkan sisanya 15 cm tidak perlu dilubangi, selanjutnya bagian selinder yang telah dilubangi dibenamkan ke dalam tanah sedalam 15 cm dan 15 cm bagian bagain yang tidak dilubangi berada di atas permukaan tanah.

V. PUPUK DAN PEMUPUKAN TANAMAN PADITujuan Pembelajaran Khusus : setelah berlatih peserta dapat menjelaskan Pengertian dan manfaat pupuk dan pemupukan, fungsi pupuk, jenis jenis pupuk, pembelajaran ekologi tanah dan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL)A. PENGERTIAN DAN MANFAAT PUPUK DAN PEMUPUKANPupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk organik. Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah,maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan antara pupuk an organik dengan pupuk organik. Keuntungan dari aplikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh pupuk an organik, sebaliknya kekurangan dari pupuk an organik dipenuhi oleh pupuk organik. Unsur hara yang diperlukan tanaman :

B. MANFAAT UNSUR HARA

Berdasarkan fungsi fisiologi / biokimia, unsur hara dikelompok-kan sebagai berikut

1. NITROGENa. Peranan/fungsi Bagian terpenting dari asam-asam amino, asam nucleat, dan chlorophyll Mempercepat pertumbuhan vegetatif (pembentukan anakan, tinggi tanaman, lebar daun), panjang malai, jumlah gabah dsb Meningkatkan kadar protein tanaman Nitrogen diambil tanaman dari larutan tanah dalan bentuk NO3- atau NH4+. Tanaman padi umumnya mengambil N dalam bentuk NH4+Dalam jaringan tanaman NH4+/NO3- diubah menjadi N- Organik ( asam amino ( protein. Kebutuhan N tertinggi saat pembentukan anakan sampai primordia bunga Kebutuhan N optimum : 14,7 kg N per ton gabah (40% berada di jerami). Tingkat efisiensi 68 kg gabah per kg Nb. Gejala defisiensi / kekurangan Nitrogen (N) tanaman kerdil, daun kekuningan (klorosis) terutama daun tua anakan sedikit dengan daun kecil-kecil jumlah gabah sedikit batas kritis kadar N dalam daun pada stadium anakan < 2,5% Dimana terjadi defisiensi Nitrogen (N) tanah alkalin (pH > 7.0) dengan potensi volatilisasi NH3 tinggi Gejala Defisiensi N Pada Tanaman Padi . 2. FOSFOR (P)a. Peranan / fungsi bagian terpenting dari ATP (adenosin phosphate) ( energi kimia berfungsi untuk menyimpan dan transfer energi dalam seluruh proses metabolisme tanaman bagian utama inti sel dan asam nucleat memperbanyak anakan dan pertumbuhan akar mempercepat pembungaan dan pemasakan P diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk ion H2PO4-, dan HPO42- Kebutuhan P optimum : 2,6 kg P per ton gabah (> 30% berada di jerami) Tingkat efisiensi 385 kg gabah per kg Pb. Gejala defisiensi/kekurangan fosfor (P) tanaman kerdil, hijau gelap akar dan anakan sedikit daun kecil, hijau gelap, pendek jumlah anakan, malai dan gabah per malai menurun sering timbul warna keunguan pada pelepah daun / batang pemasakan terlambat (terlebih pada pemupukan N tinggi) kehampaan gabah tinggi respon terhadap pemupukan N, rendah c. Sebab-sebab terjadinya defisiensi P kadar P tanah rendah pemupukan P rendah efisiensi pemupukan P rendah (fiksasi P oleh Al dan Fe pada lahan kering masam, atau fiksasi P oleh Ca pada lahan kering alkalin) sehingga P kurang tersedia pengapuran berlebihan pada lahan masam ( fiksasi P oleh Ca pemupukan N berlebihan, sedangkan pemupukan P rendah d. Dimana terjadi defisiensi atau kekurangan Fosfor (P) tanah berpasir dengan bahan organik dan cadangan P rendah tanah masam di lahan kering dimana fiksasi P tinggi seperti tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisols dan Oxisols) tanah sawah yang telah terdegradasi tanah gambut, tanah sulfat masam di daerah pasang surut tanah alkaline, saline dengan pH > 7,5Gejala defisiensi Fosfor (P) pada padi sawah

3. KALIUMa. Peranan/fungsi tranportasi hasil-hasil asimilasi/proses fotosintesa di daun kebagian-bagian tanaman lainnya (akar, tunas/anakan, biji/gabah) mengatur tekanan osmose/turgor, memperkuat dinding sel aktivator enzym pada seluruh proses metabolisme tanaman menunda penuaan/ senesence daun meningkatkan jumlah gabah bernas dan menurunkan kehampaan K diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk K+. Kebutuhan optimum K : 14,5 kg K per ton gabah (> 80% berada di jerami). Tingkat efisiensi : 69 kg gabah per kg Kb. Gejala-gejala defisiensi/kekurangan K pinggir daun berwarna kuning kecoklatan disertai bercak warna jingga terutama pada daun tua tanaman tumbuh kerdil dan daun-daun terkulai sering terjadi rebah karena N/K ratio tinggi penuaan daun lebih cepat (leaf senescence) kehampaan gabah tinggi dan pengisian gabah tidak sempurna (banyak butir hijau) pertumbuhan akar tidak sehat (banyak akar yang busuk karena kehilangan daya oksidasi, sehingga jerapan hara terganggu) tanaman mudah terserang penyakit seperti blast, sheath blight, bercak daun, terlebih bila dipupuk N berlebihan c. Sebab-sebab terjadinya defisiensi K Kadar K tanah rendah pemupukan K kurang setiap panen, jerami diangkut keluar bersama panen sumbangan K dari air irigasi rendah efisiensi pemupukan K rendah karena fiksasi K oleh mineral liat tipe 2:1 atau tanah berpasir sehingga K tercuci kelapisan bawah karena K sangat mobil keadaan lingkungan perakaran yang sangat reduktif ratio Ca/K atau Mg/K yang tinggi dalam larutan tanah, sehingga Ca atau Mg menekan serapan Kd. Dimana terjadi defisiensi Kalium (K) kadar K tanah rendah tanah berpasir dengan KTK rendah dan cadangan K rendah tanah- masam yang telah terdegradasi lanjut tanah dimana serapan K terhambat tanah sawah dengan jenis mineral liat 2: 1 (montmorilonit) ( fiksasi K oleh liat 2:1 tanah dengan (Ca + Mg)/K ratio dalam larutan tinggi e. tanah sawah yang drainasenya buruk, serapan K terhambat oleh adanya Fe 2+, asam-asam organik dan H2S. Gejala defisiensi Kalium (K) pada padi sawah

C. JENIS PUPUK1. Pupuk AnorganikPupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat di pabrik. Pupuk ini diproduksi melalui reaksi-reaksi kimia senyawa anorganik (anorganik di sini merujuk pada senyawa yang bukan berasal dari makhluk hidup) seperti gas alam, nitrogen, garam potasium dan senyawa posfat.Dari jenis campurannya, pupuk anorganik dibagi menjadi empat jenis:

1. Pupuk Tunggal: pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara. Contoh: pupuk urea dan pupuk ZA.

2. Pupuk Campuran: campuran dari beberapa pupuk tunggal yang diaduk secara manual.

3. Pupuk Majemuk: pupuk yang terdiri dari beberapa unsur hara utama sekaligus. Contoh: pupuk NPK.

4. Pupuk Majemuk Khusus: pupuk majemuk yang dibuat secara khusus dan dibentuk menjadi tablet atau pelet.

Kelebihan pupuk anorganik adalah dari segi kepraktisan dan kecepatan terserapnya unsur hara dari pupuk. Kemudian kebutuhan pupuk bisa disesuaikan dengan kebutuhan unsur hara bagi padi.Kekurangan pupuk anorganik adalah pupuk anorganik mudah menguap dan mudah larut dalam air sehingga bisa terbawa aliran air yang mengairi sawah. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat menggerus kekayaan unsur hara tanah dan meracuni tanah. Hal ini bisa menyebabkan ekosistem tanah yang penting bagi siklus unsur hara menjadi mati dan hilang.2. Pupuk Organika. Latar BelakangHasil survey dari Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Bogor menyatakan sebagian besar lahan sawah Indonesia kandungan C-Organiknya sangat rendah, kurang dari 2 %. Sedangkan tanah yang subur kandungan C-organik tanahnya adalah 5%. Dengan kandungan C-organik yang rendah itu respon tanah terhadap pupuk kimia semakin menurun . Kesuburan (fisik dan biologi) tanah pun anjlok.

Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati. Perombakan bahan organik oleh biota perombak (makro maupun mikro organisme) akan menghasilkan humus yang kaya akan bahan makanan bagi tanaman. Disamping itu bahan organik tanah juga dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan mengkelat beberapa unsur hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Pupuk organik juga dapat memperbaiki struktur tanah serta daya pegang air tanah.

Demikian pentingnya pupuk organik sehingga Menteri Pertanian mengeluarkan peraturan No. 02/Pert./HK.060/2/2006 yang menetapkan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

b. Fungsi bahan organik Sebagai sumber bahan makanan (nutrisi) untuk tanaman secara langsung.

Sebagai sumber nutrisi dan energi serangga perombak dan mikro-organisme pengurai. Pada tahap selanjutnya, biota mengurai tersebut akan menjadi sumber bahan makanan organisme lain termasuk tanaman.

Memperbaiki aerasi tanah.

Meningkatkan kapasitas menahan air dan kapasitas menahan nutrisi.

Membantu proses nutrisi yang tidak tersedia menjadi tersedia melalui proses fiksasi dan mengurangi keasaman tanah.

c. Pengomposan

Adalah untuk memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan limbah, mengurangi bau busuk, membunuh organisme patogen (penyebab penyakit), membunuh biji-biji gulma dan pada akhirnya menghasilkan pupuk organik/kompos yang sesuai dengan tanah. Pengomposan diyatakan selesai bila kompos dalam keadaan matang.

Hsieh (1990) mengelompokkan kematangan kompos dalam tiga kategori :

1.Kompos belum matang : dalam kategori ini bahan yang dikomposkan warna dan bentuk dari bahan asli mudah diidentifikasi.

2.Kompos matang sebagian : dalam kategori ini bahan yang dikomposkan berubah warna menjadi kecoklatan, tetapi masih kelihatan bentuk aslinya dan tidak mudah dihancurkan apabila digesek-gesek dengan jari/tangan.

3.Kompos matang : pada kompos matang sebagian besar bahan yang dikomposkan berstruktur crumbel berwarna coklat kehitaman.

Prinsip Pengomposan.

Untuk mendapatkan kompos yang mempunyai kualitas yang baik, maka dalam pembuatannya melalui beberapa langkah dan pemahaman yaitu :

a.Pengembangan MOL untuk mempercepat penghancuran bahan yang mau dikomposkan dipotong-potong dalam ukuran kecil untuk mempercepat bakteri masuk pada bahan yang dikomposkan.

b.Pengomposan harus terlindung dari sinar matahari langsung dan air hujan .

c.Memperhatikan perbandingan bahan yang dikomposkan disesuaikan dengan kondisi C/N ratio dari bahan organik.

d.Mempertahankan sirkulasi udara (aerasi) pada saat pengomposan harus terpelihara.

e.Menjaga suhu dalam proses Pengomposan agar terjaga dan tetap mendukung kerja mikro organisme.

f.Menjaga kelembaban agar tetap optimal.

g.Membunuh biji-biji gulma

h.Membunuh sumber penyakit terutama patogen / sumber penyakit cendawan

i.Meningkatkan kadar nutrisi bagi tanaman.

Proses Pembuatan Kompos

Proses pembuatan kompos yang dikembangkan adalah melalui 2 cara yaitu: 1. Kompos Dengan Cara Berlapis

Bahan :

Sisa tanaman, Hijauan,

Kotoran hewan,

Serbuk gergaji,

Kapur (CaCo3),

MOL.

Pembuatan/Penyusunan bahan :

Semua bahan yang besar-besar dan panjang-panjang di potong-potong/dicincang,

Letakan dan susun bahan-bahan diatas tempat/ tanah yang terhindar dari genangan air.

Lapisan ke 1 letakan/sebarkan sisa tanaman seperti jerami setebal maksimal 30 Cm,

Sirami dengan MOL hingga bahan dalam kondisi lembab (tidak terlalu basah dan tidak kering),

Letakkan bahan organik lain dilapisan ke2 serbuk gergaji, sirami dengan MOL,

Lapisan ke 3 kotoran hewan, sirami dengan MOL,

Lapisan ke 4 bahan lainnya dan terus diikuti dengan mol dan

Paling atas taburi kapur dengan rata, hingga mencapai ketinggian 1M,

Pada saat menyusun bahan letakan bambu dan pada ruas/bukunya dilubangi agar sirkulasi udara berjalan dengan baik dengan jarak antara bambu yang satu dengan bambu yang lain 50 cm.

Jika perlu tutup dengan terpal untuk menambah kelembaban agar cepat terjadi proses penghancuran oleh mikro organisme.

Biarkan selama 3 hari, dan lakukan pengontrolan terhadap kelembaban dan suhu udara jika terlalu panas atur suhu dengan membalikkan bahan tersebut, jika terlalu basah tambahkan dedak, dan jika terlalu kering tambahkan MOL.

Selanjutnya tinggal menunggu kompos matang/ jadi.2. Kompos Dengan Cara Campur

Bahan :

Semua bahan yang disediakan sama dengan cara berlapis, hanya cara yang berbeda.

Cara Pembuatan :

Semua bahan di campur/aduk hingga rata dan tambahkan MOL sampai benar-benar basah/lembab,

Simpan pada tempat yang tidak tergenang dan aman dari sinar matahari atau hujan,

Letakan bambu-bambu pengatur sirkulasi udara dengan jarak dari bambu ke bambu 50 cm,

Tutup dengan terpal untuk mempercepat penghancuran oleh mikro organisme.

Kontrol setelah 3 hari terhadap suhu, jika terlalu panas balikan bahan-bahan tersebut, jika terlalu basah tambahkan dedak dan bila terlalu kering tambahkan MOL.

Selanjutnya tunggu hingga kompos matang/jadi.c. Pupuk Organik CairMOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang tersedia sekitar kita.

Adapun bahan yang digunakan untuk mengembangkan (MOL) mikro organisme lokal tersebut :1. Limbah Hijauan Sayuran / Limbah DapurPeralatan :

Drum plastik ukuran 200 liter

Plastik transparan 1 m2

Bahan :

100 kg Limbah Sayuran Hijauan (Kol, Cesin, Vetsay, Mentimun, bayam, kangkung dll),

Garam : 5 % dari berat bahan ( 5 Kg),

Gula merah 2 % dari cairan setelah diproses selama 24 hari,

Air cucian beras 10 liter.

Cara Pembuatan :

Limbah sayuran hijauan diiris-iris hingga menjadi potongan-potongan kecil dan masukan kedalam drum plastik, setiap lapisan setebal 20 cm dan taburkan garam sampai rata, lanjutkan dengan berlapis-lapis seperti diatas sampai kedua bahan habis.

Tambahkan air cucian beras sebanyak 10 liter,

Tambahkan gula sebanyak 2 ons dan diaduk hingga rata.

Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga tampak plastik cekung terisi air.

Setelah 3-4 minggu baru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning kecoklatan, baunya segar dan jika diukur PH nya 3- 5 .

2.Rebung BambuBahan :

2 buah rebung bambu kurang lebih 3 kg,

Air beras 5 liter,

1 buah maja (Labu kaye/Aceh) yang sudah matang, jika tidak ada buah maja bisa diganti dengan gula merah 1,5 ons.

Cara Pembuatan :

Rebung bambu di tumbuk halus atau diiris-iris masukan pada ember/tong plastik,

Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan, atau tambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan aduk sampai rata,

Rendam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter.

Tutup rapat ember/tong dengan plastik, dan berikan slang plastik yang disambungkan dengan air yang berada pada botol. Biarkan selama 15 hari.

3. MOL Keong Mas ( Siput Murbey)Bahan : 5 kg keong mas yang masih hidup/segar,

2 Buah buah maja matang ( jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter atau gula merah 1kg)

Air kelapa 10 liter.

Cara Pembuatan :

Keong mas ditumbuk hingga halus masukan pada tong plastik,

Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau gula yang lebih dulu dihaluskan/cairan tebu,

Tambahkan 10 liter air kelapa dan aduk hingga rata.

Tutup rapat dengan plastik dan berikan selang plastik sambungkan pada botol yang telah berisi air.

4. Buah Maja ( Labu Kaye/Aceh)

Buah Maja/Labu Kaye dan cara fermentasinya

Bahan :

5 buah Labu Kaye/Maja yang matang,

30 liter air beras,

20 liter urine sapi/ Kebau/Kambing atau Kelinci.

Cara Pembuatan :

Buah Maja dihaluskan dan masukan pada drum/tong plastik,

Campurkan dengan 30 liter air beras dan 20 liter urine sapi, diaduk hingga rata.

Tutup rapat dengan plastik,

Masukan selang plastik (diameter 0,5 cm) sambungkan ke dalam botol yang sudah berisi air.

Simpan selama 15 hari.Cara Penggunaan :

a. Campur MOL dan air dengan perbandingan 1 : 5 Liter (1 bagian MOL, 5 bagian air) tambahkan gula 1 ons. Siramkan pada bahan organik yang mau dikomposkan.

b. Penggunaan pada tanaman padi. Semprotkan pada tanaman dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur dengan air tawar sebanyak 14 liter, semprotkan pada umur tanaman akhir vegetatif (kurang lebih umur 55 hari - 60 hari).D. PEMBELAJARAN EKOLOGI TANAH1. Aerasi tanah

Udara dan air akan mengisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori dalam tanah kurang lebih 50 % dari volume tanah, sedangkan jumlah air dan udara dalam tanah berubah ubah.

Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air yang mudah hilang karena gaya gravitasi, sedang pori-pori halus berisi air kapiler dan udara. Tanah yang tergenang maka semua pori-porinya terisi air, sedang pada tanah lembab air mengisi pori-pori mikro tanah dan udara mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air.

Tujuan pengujian adalah ingin melihat kandungan aliran udara dalam tanah. Kita ketahui bersama bahwa padat kurang sekali memiliki sirkulasi udara, disisi lain tanaman memerlukan udara dalam tanah berkaitan dengan penyerapan nutrisi oleh akar dan metabolismenya.

Cara pengujian aerasi tanah tersebut dapat dilakukan dengan:

a. Sediakan beberapa macam tanah, misalkan tanah sawah, tanah darat, tanah berpasir, dan tanah yang banyak mengandung bahan organik,

b. Lalu masukan masing masing tanah tersebut kedalam botol bekas air kemasan.

c. Hubungkan balon yang berisi udara dengan mulut botol yang sudah berisi tanah masing masing, dan dalam waktu yang bersamaan. d. Balon yang lebih cepat kempes memperlihatkan bahwa tanah yang bersangkutan memiliki aerasi yang lebih baik. Tanah yang mengandung bahan organik dan tanah berpasir menunjukan aerasi yang baik.

Percobaan sederhana ke 2 untuk aerasi tanah dengan menggunakan paralon berlubang.

a) Sediakan beberapa macam tanah, misalkan tanah sawah, tanah darat, tanah berpasir, dan tanah yang banyak mengandung bahan organik, sediakan pula paralon dengan diameter 0,5 dm dan panjang 30 cm yang telah disumbat bawahnya dengan plastik dan dilubangi dengan solder pada sisi bawahnya.

b) Lalu masukan masing masing tanah tersebut kedalam paralon yang telah dilubangi tadi, serta masukkan air bagian dari botol air minum kemasan.

c) Masukkan paralon yang berisi macam macam tanah tadi kedalam botol yang berisi air, kemudian hubungkan balon yang berisi udara dengan mulut paralon yang sudah berisi tanah masing masing, dan dalam waktu yang bersamaan.

d) Balon yang lebih cepat kempes memperlihatkan bahwa tanah yang bersangkutan memiliki aerasi yang lebih baik. Tanah yang mengandung bahan organik dan tanah berpasir menunjukan aerasi yang baik.

2. Tekstur dan Struktur Tanah

Tekstur tanah terbangun atas komposisi bahan fisik/ partikel tanah seperti pasir, debu, lempung. Ukuran debu, pasir dan lempung bervariasi, yaitu pasir 0.05 2 mm, debu 0.05 0.002 mm dan liat < 0.002 mm.

Ukuran partikel berhubungan erat dengan sirkulasi udara dan air, kemampuan serapan air/ nutrisi/ unsur hara. Jumlah lempung pada tanah akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Tekstur tanah akan berubah dari waktu ke waktu, tergantung masukan atau perubahan partikel tanah. Sedangkan tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh pengolahan tanah yang dilakukan petani.

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir butir tanah, gumpalan struktur ini terjadi karena butir butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat. Gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, warna dan kemantapan/ ketahanan yang berbeda beda. Tanah dikatakan tidak berstruktur apabila butir butir tanah tidak melekat satu sama lain dan disebut lepas, misalnya tanah pasir. Tanah dikatakan memiliki struktur tanah yang baik apabila memiliki kemampuan mengikat dan menyerap air/ nutrisi.

Pengujian tekstur tanah bertujuan untuk mengetahui bagian bagian penyusun tanah mulai dari yang kasar sampai yang terhalus. Secara sederhana dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Sediakan bermacam tanah yang seperti tanah sawah, tanah darat, tanah berpasir dan tanah yang mengandung banyak bahan organik masing masing 500 gram.

b. Selanjutnya tanah diaduk dalam nampan lalu masukan dalam wadah plastic atau bekas air kemasan kemudian dikocok dengan air.

c. Biarkan selama kurang lebih 2 jam lalu amati bagian bagian seperti butiran butiran mulai dari yang kasar sampai yang halus, trampak akan tersusun mulai dari bawah pasir, liat debu atau bahan organic. Bagian bagian tersebut diukur dengan penggaris sehingga dapat diketahui berapa banyak masing masing bagian penyusun tanah tersebut. Selain itu dari kejernihan air yang terdapat pada masing masing wadah dapat diketahui tanah yang kekurangan bahan organik. Air yang terdapat pada tanah sawah memperlihatkan yang paling jernih, sedangkan tanah yang mengandung bahan organik memperlihatkan yang terkeruh, ini menandakan bahwa tanah sawah kekurangan bahan organik dan banyak mengandung liat.

3. Kemampuan Tanah Mengikat Air dan Nutrisi Kemampuan tanah mengikat dan menyerap air/ nutrisi adalah suatu ukuran dari jumlah air/nutrisi yang dapat diserap dan tidak hilang. Proses penghilangan air dan nutrisi dapat terjadi karena pengaruh penguapan atau proses pencucian. Kemampuan tanah menahan atau mengikat dan menyerap air tergantung pada struktur tanah dan kandungan bahan organik.

Pengujian tanah mengikat/menyerap air atau nutrisi bertujuan untuk mengetahui jenis tanah mana yang lebih kuat mengikat air dan nutrisi. Kita ketahui bahwa tanaman menghendaki tumbuh pada tanah yang mengandung cukup banyak mengandung air dan nutrisi.

Cara pengujian kemampuan tanah mengikat nutrisi adalah sebagai berikut :

a. Sediakan bermacam tanah yang seperti tanah sawah, tanah darat, tanah berpasir dan tanah yang mengandung banyak bahan organik masing masing 500 gram, dan sediakan pula air 3 gelas kecil atau + 150 cc .

b. Selanjutnya tanah tersebut dimasukan kedalam wadah plastik atau botol bekas air kemasan yang telah dibagi 2 dan diberi lubang kecil kecil dibagian bawahnya agar air dapat meresap dan menetes. Air yang menetes ditampung dalam wadah plastik.

c. Tuangkan air yang telah diberi larutan nutrisi dengan volume yang sama kedalam masing masing wadah yang telah berisi tanah.

d. Selanjutnya kita amati waktu dan banyaknya air yang tertampung. Tampak tanah yang mengandung bahan organik diperlukan waktu kurang lebih 30 menit dan air yang menetes kebawah relatif sedikit. Tanah sawah agak lambat tapi setelah cukup waktu sampai 2 jam air yang tertampung cukup banyak, sedangkan tanah yang berpasir sangat cepat dan air yang tertampung paling banyak. Semakin sedikit air yang tertampung memperlihatkan bahwa tanah tersebut memiliki kemampuan mengikat air dan nutrisi yang lebih baik, dan hal tersebut diperlihatkan oleh tanah yang banyak mengandung bahan organik.

Air yang dituangkan pada tanah yang mengandung bahan organik paling sedikit yang menetes kebawah

Air yang dituangkan pada tanah sawah biasa menetes cukup banyak

Air yang dituangkan pada tanah yang berpasir menetes paling banyak

4. Air Kapiler TanahAir kapiler terdapat dalam tanah terjadi karena air ditanah diserap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau keadaan drainase yang kurang baik. Air kapiler terjadi apabila gaya kohesi dan adhesi antara tanah dan air lebih kuat daripada gaya gravitasi bumi. Air ini dapat bergerak kesamping atau keatas dengan gaya gaya kapiler. Air kapiler yang tersedia diserap oleh tanaman.

Cara pengujian air kapiler tanah adalah sebagai berikut :

a. Sebagai mana pengujian yang dilakukan sebelumnya sediakan bermacam tanah yang seperti tanah sawah, tanah darat, tanah berpasir dan tanah yang mengandung banyak bahan organik masing masing 500 gram, sediakan pula air dengan volume yang sama pada piring kecil.

b. Masukan masing masing tanah kedalam botol bekas air kemasan yang telah diberi lubang kecil kecil dibawahnya agar tanah dapat menyerap air. Letakan botol botol berisi tanah tersebut pada wadah transparan yang berisi air dengan volume yang sama.

c. Biarkan dan amati selama 2 jam dan catat berapa kecepatan air mencapai permukaan tanah. Hasilnya menunjukan bahwa air yang tercepat mencapai permukaan tanah terjadi pada tanah berpasir. Hal ini mengindikasikan bahwa tanah berpasir akan lebih banyak kehilangan air melalui penguapan. Tanah sawah pada urutan kedua dan yang paling lambat adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tanah yang banyak mengandung bahan organik mempunyai kemampuan yang baik dalam hal menyimpan air utamanya dari segi penguapan.

Pada tanah sawah air hampir membasahi sebagian besar dari volume tanah yang ada

Pada tanah yang mengandung bahan organik air membasahi sebagian kecil dari volume tanah

Pada tanah berpasir air membasahi seluruh volume tanah5. Daya Hantar ListrikDaya hantar listrik dalam budidaya tanaman berhubungan dengan perjalanan nutrisi yang diserap tanaman karena salah satu cara tanaman menyerap unsur hara adalah dalam bentuk ion ion positif dan negatif. Untuk menghantarkan ion ion unsur hara tanaman dari tanah ke permukaan akar tanaman diperlukan daya hantar listrik. Tanah yang mengandung banyak bahan organik mempunyai daya hantar listrik yang lebih baik daripada yang tidak atau sedikit mengandung bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan daya hantar listrik karena dalam bahan organik yang terurai terkandung banyak sekali bahan yang bersifat logam diantaranya berbagai unsur mikro seperti Fe, Mn dan sebagainya. Dalam bahan organik tanah juga mengandung banyak mikro organisme yang merupakan jasad hidup, kita ketahui bersama bahwa jasad hidup juga menghantarkan listrik. Semakin banyak dan padat populasi mikroorganisme yang terdapat dalam tanah maka semakin baik pula daya hantar listrik dalam tanah itu sendiri.

Cara menguji daya hantar listrik adalah sebagai berikut :

a. Sediakanlah bola lampu 100 watt, pitingan listrik, reng kayu dengan panjang 50 cm dan kabel secukupnya.

b. Hubungkanlah bola lampu dengan pitingan dan kabel seperti cara biasa, kemudian salah satu elektrode diatur sedemikian rupa hingga mudah dimasukkan dalan cairan yang akan diuji daya hantar listriknya.

c. Setelah alat uji sederhana tersedia maka sediakanlah macam macam larutan seperti larutan urea, KCl, TSP, urine, pupuk kandang, jus buah, jus sayuran dan lain lain.

d. Celupkanlah elektrode yang diputus tadi dalam larutan setelah dihubungkan dengan listrik, apabila listrik menyala terang maka larutan tersebut mempunyai daya hantar listrik yang tinggi.

Larutan bahan organik akan mempunyai nyala yang terang dan makin lama larutan organik itu didiamkan maka akan semakin terang nyala lampu. Hal ini disebabkan karena semakin banyak unsur yang bersifat logam yang terurai dan semakin padatnya populasi mikroorganisme yang berkembang biak dalam larutan itu.

Bola lampu yang dihubungkan oleh larutan NPK mempunyai nyala yang terang karena kalium mempunyai daya hantar listrik tinggi

Bola lampu yang dihubungkan larutan urea hidup redup sampai mati karena hanya sedikit mengandung unsur mikro yang menghantarkan listrik.

Bola lampu yang dihubungkan oleh larutan tomat yang masih baru menyala agak terang dan apabila larutan semakin lama didiamkan maka nyala lampu semakin terang

Bola lampu yang dihubungkan oleh larutan pupuk kandang yang masih baru menyala agak terang dan apabila larutan semakin lama didiamkan maka nyala lampu semakin terang

Bola lampu yang dihubungkan urine terang

Bola lampu yang dihubungkan oleh larutan tanah berpasir yang miskin bahan organik tidak menyala

Bola lampu yang dihubungkan oleh larutan tanah sawah yang miskin bahan organik tidak menyala

Bola lampu yang dihubungkan oleh air biasa tidak menyalaE. PENGELOLAAN HARA SPESIFIK LOKASIKebutuhan hara tanaman dipengaruhi oleh :

1. Potensi hasil varietas

2. Iklim (musim hujan atau musim kemarau)

3. Ketinggian tempat diatas permukaan laut.

4. Ketersediaan hara dalam tanah

5. Pola tanam (monokultur, polikultur, rotasi tanaman)

Takaran pupuk untuk tanaman padi bergantung pada :

1. Status hara atau suplai hara tanah

2. Kebutuhan tanaman akan hara

3. Kandungan hara dalam pupuk.

Manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi.

1. Pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu, dan tepat jenis.Pupuk yang diperlukan sesuai, maka pemupukannya akan lebih effisien, hasil tinggi, dan pendapatan petani meningkat.

2. Pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi lestari.

3. Mengurangi biaya pembelian pupuk.

1. Bagan Warna Daun

Bagan Warna Daun atau BWD adalah alat bantu pengukuran dosis pemupukan yang terbuat dari plastik yang mempunyai 4 atau 6 skala warna yang dijadikan dasar penilaian kualitatif warna daun padi. Penggunaan BWD ada 2 cara yaitu :

1. Berdasarkan kebutuhan riil tanaman (real time)

Dengan membandingkan warna daun padi dengan skala BWD secara berkala, setiap 7-10 hari sejak 21-28 hari setelah tanam (HST) sampai fase masa primordial (pada padi hibrida dan padi tipe baru atau PTB dilanjutkan sampai 10% berbunga). Tanaman segera dipupuk N begitu warna daun berada dibawah skala 4 BWD. Dengan cara ini petani harus lebih sering ke sawah untuk membandingkan warna daun padi dengan BWD.

2. Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan, biasanya berdasarkan pertumbuhan tanaman yaitu pertumbuhan awal (0-14 HST), Pembentukan anakan aktif (21-28 HST) dan primordial (pada padi hibrida dan padi tipe baru atau PTB dilanjutkan pada fase 10% berbunga). Dengan cara ini petani hanya perlu melakukan 2-3 kali pengukuran warna daun.a. Langkah operasional pengukuran warna daun dengan BWD :

Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.

Taruh bagian tengah daun diatas BWD dan bandingkan warnanya. Jika warna daun berada diantara 2 skala, gunakan ilai rata ratanya, misal, nilai 3,5 untuk warna antara 3 dan 4.

Mengukur warna daun dengan BWD

Sewaktu mengukur dengan BWD jangan menghadap sinar matahari.

Lakukan pengukuran pada waktu yang sama dan oleh orang yang sama pula

Jika lebih 5 dari 10 warna daun yang diamati berada dalam batas kritis, yaitu dibawah skala 4, maka tanaman perlu segera diberi pupuk N susulan sesuai dengan target hasil yang ingin dicapai. Pada tingkat hasil yang ingin di capai sebesar 5 ton/ha (GKG), takaran pupuk urea susulan yang diperlukan adalah 50 kg/ha. Selanjutnya setiap peningkatan target hasil sebesar 1 ton/ha, diperlukan urea tambahan 25 kg urea /ha.

b. Langkah penggunaan BWD sesuai dengan kebutuhan riil tanaman :

Berikan 50-75 urea/ha sebagai pupuk dasar atau pemupukan N pertama, sebelum tanaman berumur 14 HST. Pada saat ini BWD tidak perlu digunakan.

Pengukuran warna daun padi dengan BWD dimulai 21-28 HST, dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali sampai 50 HST (pada PTB dan padi hibrida, BWD digunakan sampai fase 10% berbunga).

c. Penggunaan BWD berdasarkan waktu yang telah ditetapkan :

Berikan 50-75 kg urea/ha sebagai pemupukan dasar atau pemupukan N pertama, sebelum tanaman berumur 14 HST. Pada saat ini BWD belum diperlukan.

Pada saat pemupukan susulan 2 dan 3 bandingkan skala warna daun dengan BWD.

1. Bila warna daun berada pada skala 3 atau kurang, berikan 75 kg urea/ha, bila target hasil adalah 5 ton/ha GKG. Tambah 25 kg urea setiap kenaikan target hasil 1 ton/ha.

2. Bila warna daun mendekati skala 4, berikan 50 kg urea/ha pada target hasil 5 ton/ha GKG dan tambahkan urea 25 kg urea/ha untuk setiap kenaikan target hasil 1 ton/ha.

3. Bila warna daun pada skala 4 atau mendekati 5 tanaman tidak perlu dipupuk untuk target hasil 5-6 ton/ha. Tambahkan urea 50 kg/ha untuk target hasil diatas 6 ton/ha.

2. Petak Omisi

a. Pengertian

Petak omisi disebut pula uji pengurangan satu unsur hara, secara lengkap pengertian petak omisi adalah suatu metode untuk menentukan takaran pupuk P dan K dengan cara membandingkan hasil padi yang dipupuk lengkap (NPK) dengan hasil padi tanpa salah satu unsur hara tersebut.

b. Kriteria pemilihan lokasi petak omisi

Kesuburan tanah dalam hamparan harus seragam

Sistem tanam menyangkut pola dan tata tanam sebisa mungkin seragam, karena hal ini akan mempengaruhi perbedaan kandungan unsure hara yang ada dalam tanah apabila vegetasinya berbeda, ini disebabkan penyerapan unsure hara oleh tanaman yang satu berbeda dengan tanaman yang lain.

Kondisi sosial ekonomi dalam kepemilikan lahan

Kemudahan jangkauan untuk kunjungan lapang

Partisipasi petani, hal ini sangat dibutuhkan dalam petak omisi. Sehubungan dengan pertisipasi petani ini dibutuhkan koordinasi yang matang dengan petani atau kelompok tani yang lahannya akan digunakan sebagai lahan petak omisi.

c. Cara melakukan petak omisi1. Pilih 3-10 petani mewakili suatu wilayah dengan kriteria: Variasi kesuburan tanah di suatu wilayah, Variasi pola tanam, Tingkat kondisi sosial ekonomi berdasarkan luas pemilikan lahan dan tingkat kesejahteraan petani, Mudah dijangkau untuk kunjungan lapang, dan Kesediaan petani untuk melaksanakan pengkajian. 2. Buat 4 petak ukuran 5 m x 5 m, dengan perlakuan pupuk: Petak ke-1 diberi pupuk lengkap N, P, dan K Petak ke-2 diberi pupuk N dan P (tanpa K) Petak ke-3 diberi pupuk N dan K (tanpa P) Petak ke-4 diberi pupuk P dan K (tanpa N). 3. Gunakan benih bermutu, pengelolaan tanaman baik termasuk pengairan dan pengendalian hama penyakit. Air irigasi diatur agar air tidak masuk dari petak yang satu ke petak lainnya. 4. Tiap petak perlakuan dipisahkan dari perlakuan lainnya dengan pematang (tinggi minimal 15 cm dan lebar 20-30 cm).

5. Apabila petani biasanya menggunakan pupuk kandang, gunakanlah dosis yang sama pada petak omisi.

Pelaksanaan petak omisi di lapangan

Skema pengaturan aliran air pada petak omisi

d. Perhitungan petak omisi

Gunakan hasil panen petak omisi sebagai indikator potensi suplai hara tanah

Hitung rata-rata hasil panen petak omisi dari lahan yang terwakili untuk mendapatkan estimasi rekomendasi domain (wilayah)

Kebutuhan pupuk di tentukan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel dosis P yang diperlukan

Tabel Dosis K yang diperlukan apabila tanpa pengembalian jerami

Dosis K dengan pengembalian seluruh jerami

3. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

a. Fungsi PUTS

Alat untuk melakukan analisis tanah dengan cepat di lapang sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan N, P, dan K dalam rangka percepatan implementasi Program Pemupukan Berimbang.

b. Prinsip kerja PUTS

Pengukuran kadar hara dalam tanah ditetapkan dengan metode kolorimetri dan hasilnya bersifat kualitatif yang dapat digolongkan ke dalam kelas rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T). Bahan pereaksi di dalam PUTS :

1. Penetapan Nitrogen - Pereaksi N1 =100 ml, - Pereaksi N2 = 100 ml, - Pereaksi N-3 = 60ml, - Pereaksi N-4 = 2,5 g).

2. Penetapan Pospor - Pereaksi P-1 =250 ml, - Pereaksi P-2 = 2,5 g)

3. Penetapan Kalium - Pereaksi K-1 = 100 ml, - Pereaksi K-2 = 30 ml, - Pereaksi K-3 = 30 ml)

4. Penetapan pH - Pereaksi pH-1 = 250 ml, - Pereaksi pH-2 = 60 ml)

Air murni (Aquadest) = 250 ml

c. Pengambilan sampel tanah

Hal yang sangat penting diketahui sebelum melakukan pengujian tanah dengan PUTS adalah cara mengambil sampel tanah, karena tepat tidaknya hasil dosis rekomendasi sangat ditentukan tingkat kebenaran cara pengambilan sampel. Adapun cara pengambilan sampel tanah adalah sebagai berikut :

Pengambilan contoh tanah komposit dilakukan pada kondisi lahan yang sama (homogen) baik keadaan topografi, tekstur, warna tanah, kondisi tanaman, penggunaan tanah. Satu contoh tanah komposit dapat mewakili 3-5 Ha lahan sawah.

Jangan mengambil contoh tanah dari galengan/pematang, selokan, bibir teras, tanah sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/sisa tanaman/jerami, bekas timbunan pupuk, kapur, pinggir jalan dan bekas penggembalaan ternak

Pengambilan contoh tanah sebaiknya dilakukan pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu kondisi kira-kira cukup untuk pengolahan tanah).

Menentukan tempat pengambilan contoh tanah individu, terdapat dua cara yaitu (1) cara sistematik diagonal, zigzag dan (2) cara acak.

Cara pengambilan contoh tanah komposit

Permukaan tanah dibersihkan dari rumput, batu-batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik segar/serasah. Contoh tanah individu diambil menggunakan bor tanah atau cangkul dan sekop. Pengambilan contoh dengan bor tanah dilakukan pada kedalaman 20 cm atau lapisan olah. Sedangkan menggunakan cangkul dan sekop dilakukan sedalam lapisan olah (membentuk huruf V), kemudian tanah pada sisi yang tercangkul diambil setebal 1,5 cm. Contoh tanah individu dicampur dan diaduk merata dalam ember plastik, lalu dibersihkan dari sisa tanaman atau akar. Ambil kira-kira 1 kg contoh tanah komposit dan masukkan kedalam kantong plastik rangkap dua. Contoh tanah komposit tersebut diberi label (Keterangan) di bagian luar dan dalam. Label dibungkus dengan plastik dan dimasukkan diantara plastik pembungkus supaya tulisan tidak kotor atau basah. Label diberi keterangan mengenai kode pengambilan, nomor contoh tanah, asal (desa/kec/kab), tanggal pengambilan, nama dan alamat pemohon.Alat yang diperlukan dalam pengambilan sampel tanah : Bor Tanah, tabung, cangkul, sekop dan pisau.

Ember plastik untuk mengaduk contoh tanah

Kantong Plastik

Label (Kode pengambilan, nomor contoh tanah, Asal Desa/Kec/Kab, tanggal pengambilan, nama & alamat pemohon

d. Penentuan N tanah dengan PUTS :

sendok kecil contoh tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 2 ml Pereaksi N-1, diaduk sampai merata

Tambahkan 2 ml Pereaksi N-2, dikocok rata

Tambahkan 3 tetes pereaksi N-3, dikocok rata

Tambahkan 5- 10 butir Pereaksi N-4, dikocok sampai rata

Didiamkan 10 menit, warna yang timbul dalam larutan jernih dibandingkan dengan bagan warna N tanah dan baca status hara N tanah

Bagan warna penentuan dosis N

e. Penentuan P tanah dengan PUTS :

sendok kecil contoh tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 3 ml Pereaksi P-1, diaduk sampai merata

Tambahkan 5- 10 butir Pereaksi P-2, dikocok sampai rata

Didiamkan 10 menit, warna yang timbul dalam larutan jernih dibandingkan dengan bagan warna P tanah dan baca status hara P tanah

Bagan warna status hara P

f. Penentuan K tanah dengan PUTS :

sendok kecil contoh tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 2 ml Pereaksi K-1, dikocok sampai rata

Tambahkan 1 tetes Pereaksi K-2, dikocok selama 1 menit

Tambahkan 1 tetes pereaksi K-3, dikocok rata

Didiamkan 10 menit, warna yang timbul dalam larutan jernih dibandingkan dengan bagan warna K tanah dan baca status hara K tanah

Bagan warna status hara K tanah

g. Penentuan pH dengan PUTS :

sendok kecil contoh tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 2 ml Pereaksi pH-1, diaduk merata sampai jadi pasta

Tambahkan lagi 2 ml Pereaksi pH-1, sambil membilas dinding tabung reaksi

Kocok campuran sampai merata, dan biarkan sampai terbentuk cairan jernih diatas permukaan ( 3 menit)

Tambahkan indikator warna Pereaksi pH-2 sebanyak 1-2 tetes.

Didiamkan 10 menit, hingga suspensi mengendap dan terbentuk warna pada cairan jernih di bagian atas.

Bandingkan warna yang timbul dengan bagan warna pH tanah,

Jika warna yang timbul meragukan, tanah dikocok ulang secara perlahan sampai cairan jernih teraduk merata dan diamkan sampai mengendap kembali.

Bagan warna untuk pH tanah

4. Memanfaatan Peta Status Hara

a. Pengertian

Suatu gambar yang berisi petunjuk status hara P dan K di suatu wilayah dalam kondisi rendah, sedang atau tinggi.

Skala 1:50.000 berarti 1 contoh tanah yang digunakan dalam penyusunan peta minimum mewakili area sawah seluas 25 ha. Hal ini mendekati luasan satu kelompok tani hamparan yang diperkirakan pengelolaan lahan, pemupukan, dan kesuburan tanah yang relative sama.

Peta status hara P dan K skala 1:250.000 sudah tersedia untuk semua propinsi. Peta status hara 1:50.000 sudah tersedia dibeberapa kabupaten, meski masih ada kabupaten di satu propinsi yang belum memiliki peta tersebut.

b. Manfaat peta

Digunakan untuk menentukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi

Menyusun perencanaan kebutuhan pupuk SP-36 dan KCl tingkat kecamatan dan tingkat desa secara rasional untuk lahan sawah

Memberi informasi tentang lahan sawah yang berstatus hara rendah, sedang atau tinggi di masing masing kecamatan di kabupaten tersebut.

c. Cara menggunakan peta

Dalam peta, status hara P dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu status hara rendah, sedang dan tinggi masing-masing berkadar 40 mgP2O5/100gr tanah dalam peta diberi warna merah, kuning dan hijau.

Peta status hara K juga dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu lahan sawah berstatus hara k rendah, sedang dan tinggi, masing masing berkadar 20mgK2O/100 gram tanah, dan didalam peta diberi warna merah, kuning dan hijau.

Penyusunan rekomendasi pemupukan P dan K dilakukan berdasarkan status hara P dan K peta, dengan mencocokan warna dalam peta dengan table rekomendasi pemupukan SP-36 dan KCl.

5. Memanfaatkan Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 40/2007

a. Pengertian

Suatu peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian yang memberikan petunjuk takaran pupuk N, P dan K disetiap kecamatan.

b. Manfaat

Digunakan untuk menyusun rekomendasi pemupukan N, P dan K untuk tiap kecamatan.

Sebagai alternatif pilihan dari beberapa alat bantu menyusun rekomendasi pemupukan spesifik lokasi

Cara ini mudah diikuti, namun takaran pupuk yang direkomendasikan masih kurang spesifik lokasi dibanding cara-cara sebelumnya.6. Mengunakan Sofware Perangkata. Pengertian PuPS merupakan piranti lunak untuk menentukan dosis rekomendasi takaran pemupukan padi sawah disetiap lokasi. Program ini dikembangkan oleh tim peneliti IRRI bersama Tim Teknis Kelompok Kerja Pemupukan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Data diperoleh dari hasil hasil penelitihan pemupukan padi sawah yang saat ini sudah disebarluaskan dan sejalan dengan prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penggunaan PuPS ini membantu penyuluh pertanian lapangan bersama petani dalam menetapkan takaran pupuk padi di lahan sawah pada musim tanam yang akan dihadapi sesuai dengan kebutuhan hara dan pertumbuhan tanaman. Ketepatan saran rekomendasi pemupukan dengan piranti lunak sangat bergantung pada ketepatan informasi data yang diperoleh dari petani .

Input data

Isi daftar pertanyaan, sebagian dengan cara menge klik bulatan. Jika ditemui isian berupa kotak yang berwarna abu abu atau transparan, kotak kotak tersebut tidak perlu diisi.

Klik lanjut untuk proses selanjutnya.

Jika ingin mengulangi klik ulangi atau klik kembali untuk kembali ke proses awal.

Seluruh pertanyaan harus terisi dan bila tidak maka akan muncul petunjuk pastikan semua pertanyaan terisi. Program ini sudah mengantisipasi jika data yang masuk tidak lengkap.

Simpan data

Simpan data dan cetak gunanya untuk mengecek kembali data yang akan dimasukkan dan mempermudah PPL jika ingin mengumpulkan data kuesioner.

G.RANGKUMAN Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati. Pengomposan bertujuan untuk memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan limbah, mengurangi bau busuk, membunuh organisme patogen (penyebab penyakit), membunuh biji-biji gulma dan pada akhirnya menghasilkan pupuk organik/kompos yang sesuai dengan tanah Mikro Organisme Lokal adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang tersedia sekitar kita.

D. PERTANYAAN

1. Jelaskanlah apa yang dimaksudkan dengan bahan organik ?

2. Jelaskanlah beberapa langkah prinsip pengomposan!

3. Apakah yang dimaksud dengan Mikro Organisme Lokal?

4. Jelaskanlah cara pembuatan mol keong!E. JAWABAN1. Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati.2. Prinsip pengomposan adalah :a.Pengembangan MOLb.Pengomposan harus terlindung dari sinar matahari langsung dan air hujan .

c.Memperhatikan perbandingan bahan yang dikomposkan disesuaikan dengan kondisi C/N ratio dari bahan organik.

d.Mempertahankan sirkulasi udara (aerasi) e.Menjaga suhu dalam proses Pengomposan agar terjaga dan tetap mendukung kerja mikro organisme.

f.Menjaga kelembaban agar tetap optimal.

g.Membunuh biji-biji gulma

h.Membunuh sumber penyakit terutama patogen / sumber penyakit cendawan

i.Meningkatkan kadar nutrisi bagi tanaman.3. Mikro Organisme Lokal adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang tersedia sekitar kita.4. Proses pembuatan MOL Keong Mas(Siput Murbei)

Bahan :

5 kg keong mas yang masih hidup/segar,

2 Buah buah maja matang ( jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter atau gula merah 1kg)

Air kelapa 10 liter.

Cara Pembuatan :

Keong mas ditumbuk hingga halus masukan pada tong plastik,

Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau gula yang lebih dulu dihaluskan/cairan tebu,

Tambahkan 10 liter air kelapa dan aduk hingga rata.

Tutup rapat dengan plastik dan berikan selang plastik sambungkan pada botol yang telah berisi air.

DAFTAR PUSTAKA1. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan , Padi buku 2, tahun 1993.2. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (Sl-PTT) Padi Hibrida (2010) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . 3. Uphoff, Norman, 1999. How to Help Rice Plants Grow Better and Produce More ; Teach Yourself and Other4. Kumpulan Materi Pelatihan SRI Organik YAOSC.RANGKUMANPemupukan adalah menambah unsur hara di dalam tanah untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Tujuan pemupukan tanah adalah menyediakan unsur hara yang dapat diserap untuk pertumbuhan tanaman.

Pemupukan untuk tanaman padi menggunakan pupuk organik (pupuk kandang/bokhasi) dan anorganik (pupuk yang mengandung unsur Nitrogen, Fospor, dan Kalium.Dalam memupuk tanaman padi perlu diperhatikan kesesuaian takaran pupuk dengan lokasi dan musim :

Padi yang ditanam biasanya beragam varietas (inbrida, hibrida, dan type baru) pada lahan yang status haranya berbeda di setiap lokasiD. PERTANYAAN 1. Apa yang dimaksudkan dengan pupuk dan pemupukan ?

2. Sebutkanlah jenis hara esensial makro dan mikro !

3. Jelaskan gejala desisiensi N,P dan K dapa tanaman padi.E. JAWABAN

1. Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi

2.Hara makro : C,H,O,N,P,K,S,Mg, Ca, S

Hara mikro : Al,Fe,Mn,Zn,B,

3. Gejala defisiensi / kekurangan Nitrogen (N) tanaman kerdil, daun kekuningan (klorosis) terutama daun tua anakan sedikit dengan daun kecil-kecil jumlah gabah sedikit batas kritis kadar N dalam daun pada stadium anakan < 2,5% Gejala defisiensi/kekurangan fosfor (P) tanaman kerdil, hijau gelap akar dan anakan sedikit daun kecil, hijau gelap, pendek jumlah anakan, malai dan gabah per malai menurun sering timbul warna keunguan pada pelepah daun / batang pemasakan terlambat (terlebih pada pemupukan N tinggi) kehampaan gabah tinggi respon terhadap pemupukan N, rendah Gejala-gejala defisiensi/kekurangan K pinggir daun berwarna kuning kecoklatan disertai bercak warna jingga terutama pada daun tua tanaman tumbuh kerdil dan daun-daun terkulai sering terjadi rebah karena N/K ratio tinggi penuaan daun lebih cepat (leaf senescence) kehampaan gabah tinggi dan pengisian gabah tidak sempurna (banyak butir hijau) pertumbuhan akar tidak sehat (banyak akar yang busuk karena kehilangan daya oksidasi, sehingga jerapan hara terganggu) tanaman mudah terserang penyakit seperti blast, sheath blight, bercak daun, terlebih bila dipupuk N berlebihan D. DAFTAR PUSTAKA

5. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan , Padi buku 2, tahun 1993.

6. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (Sl-PTT) Padi Hibrida (2010) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian .

7. Pedoman gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (2007) , Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

PAGE 59

9

Pada saat pembungaan, pertahankan ketinggian air sekitar 3-5 cm. Pada saat pemupukan air dibuat macak-macak.

Dosis Pupuk P

Target Hasil (t/ha)

4

5

6

7

8

Hasil Plot tanpa P (t/ha)

Dosis SP 36 (kg/ha)

3

50

100

150

4

40

60

100

150

5

50

70

100

150

6

60

80

125

7

70

100

8

80

Dosis pupuk K seluruh jerami dikembalikan

Target Hasil (t/ha)

4

5

6

7

8

Hasil Plot tanpa K (t/ha)

Dosis KCl (kg/ha)

3

50

100

150

4

0

50

100

150

5

0

50

100

150

6

20

60

120

7

40

90

8

60

Rekomendasi Pemupukan P*

Target hasil

Rekomendasi SP36

Rendah

Sedang

Tinggi

5 ton/ha

100

75

50

6 ton/ha

125

100

75

* Diberikan 1 kali pada saat sebelum tanam

Dosis Pupuk K tanpa pengembalian jerami

Target Hasil (t/ha)

4

5

6

7

8

Hasil Plot tanpa K (t/ha)

Dosis KCl (kg/ha)

3

75

125

175

4

50

100

150

200

5

75

125

175

225

6

100

150

200

7

125

175

8

150

Cara Pemasangan dan Pengamatan

Push tube by hand vertically

Drive cylinderusing mallet

Check clearance from soil surface

Appearance of installed PW tube

Remove soil inside the tube

Check and level theTop of the tube

Berdasarkan fungsi fisiologi / biokimia, unsur hara dikelompok-kan sebagai berikut

Unsur hara

Bentukbentuk yang diserap

Fungsi / Peranan

Group I

C, H, O, N, S

CO2, HCO3-, H2O, O2, NO3-, NH4+, N2, SO42-, SO2-

CO2, O2 dan N2 diambil tanaman dari udara dalam bentuk gas. Ion-ion diambil tanaman dari larutan tanah

penyusunan karbohidrat, asam-asam amino, protein, asimilasi, dan proses enzymatic

Group II

P,B, Si

Diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk anion fosfat, borat, silikat

Transfer energi, pertumbuhan sel

Group III

K, Na, Mg, Ca, Mn, Cl

Diambil tanaman dari larutan tanah dalam bentuk ion

Fungsi tidak spesifik antara lain asimilasi, metabolisme karbo-hidrat dan protein, mengatasi tekanan osmose sel, aktivator enzym dan keseimbangan ion

Group IV

Fe, Cu Zn, Mo

Diambil tanaman dari larutan tanaman dalam bentuk ion

Aktivator enzym, asimilasi dan metabolisme

Intermitten

Tergenang

Tambahkan yang sesuai!

Pupuk buatan

N-P-K

Iklim

Kebutuhan hara tanaman

P Kdng

Hara alami

Air irigasi

S Tanaman

Tanah

Pendekatan PHSL

KarbonHidrogenOsigenNitrogen (N)Fosfor (P)Kalium (K)KalsiumMagnesiumSulfur (S)

makro

BesiManganBoronMolibdenumKopperZing (Zn)Khlor

mikro

Dari udara dan air

Pupuk(N, P, K, S, Zn)

Bahan organik(N, P, S)

Minaral tanah (P, K)

Dari tanah

Hara esensial (16)

Silicon