pemodelan sistem - repository.ipb.ac.id · bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3...
TRANSCRIPT
76
PEMODELAN SISTEM
Pendekatan Sistem
Analisis Sistem
Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari
3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri kecil
penyulingan/usaha lepas panen, dan (3) industri penyuling/eksportir. Disamping itu
ada juga pedagang/ pengumpul nilam dan pedagang/pengumpul minyak nilam.
Usahatani nilam terdiri dari petani nilam dan pedagang/ pengumpul nilam; industri
kecil penyulingan terdiri dari petani-penyuling minyak nilam kasar dan pedagang/
pengumpul minyak nilam kasar. Pedagang/ pengumpul nilam terdiri dari pedagang/
pengumpul tingkat dusun dan tingkat desa. Pedagang/ pengumpul minyak nilam
terdiri dari pedagang / pengumpul tingkat kecamatan dan pedagang/ pengumpul besar.
Sedangkan dalam industri penyulingan minyak nilam besar termasuk juga eksportir
besar. Berdasarkan penelitian lapang, jumlah total petani nilam 41 orang yang terbagi
menjadi enam kelompok usahatani, pedagang/pengumpul 20 orang dan industri kecil
penyulingan 4 pengusaha. Seluruh kegiatan mata rantai tersebut saling terkait erat satu
sama lain dan saling mempengaruhi. Dalam seluruh aktivitasnya terdapat interaksi
yang sangat kuat dari masing-masing pemangku kepentingan (stakeholder), baik yang
terkait secara langsung maupun dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari usaha
berbasis nilam. Gambar 18 menunjukkan rantai pasok usaha minyak nilam.
Usahatani Nilam
Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dapat tumbuh dan berkembang di
dataran rendah sampai tinggi. Menurut Guenther E. (2006), nilam dapat ditanam
sampai pada ketinggian 1 200 m dpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik
pada ketinggian antara 50 – 400 m dpl. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas
dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah
hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2 000 – 2 500
mm/tahun, suhu optimum 24 – 28oC dengan kelembaban lebih dari 75 %.
77
Alat
Peralatan
Pupuk
Benih
Pemasok USAHA TANI
PetaniIndustri Kecil
Penyulingan
Petani
Penyuling
USAHA LEPAS PANEN
PEDESAAN
Pedagang/
Pengumpul Tingkat
Dusun
Pedagang/
Pengumpul Tingkat
Desa
Industri
Penyulingan/
Eksportir
Besar
End
User
Pedagang/
Pengumpul Tingkat
Kecamatan
PEDAGANG / PENGUMPUL NILAM KERING PEDAGANG / PENGUMPUL MINYAK NILAM
Pedagang/
Pengumpul Besar
Gambar 18 Rantai pasok agroindustri minyak nilam
Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga,
karena minyak nilam yang baik berasal dari daun. Daun nilam dari jenis tanaman
nilam (Pogostemon cablin, Benth) ini agak membulat seperti jantung, di bagian bawah
daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya nampak pucat. Nilam jenis ini
tidak atau jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya tinggi sekitar 2.5 – 5 % dan
komposisi minyaknya bagus. Nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam
tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi
minyaknya juga jelek.
Pada dasarnya, seluruh bagian tanaman nilam seperti akar, batang, tangkai atau
cabang maupun daunnya mengandung minyak nilam, namun kualitas kandungannya
berlainan (Gambar 19). Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik,
tetapi kandungan minyaknya hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak
terdapat pada daun nilam. Waktu, umur dan cara pemanenan daun nilam sangat
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan.
78
Gambar 19 Tanaman nilam
Daun nilam yang berkualitas baik adalah jika daun-daun nilam bagian bawah
telah menguning. Panen pertama dilakukan 7–9 bulan setelah tanam, dan panen
beikutnya dapat dilakukan pada setiap 3-4 bulan sekali, hingga umur produktif selama
3 tahun. Waktu pemanenan nilam harus dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk
menghindari berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan. Dengan bertambahnya
umur tanaman nilam, daun nilam yang dihasilkan juga akan semakin berkurang,
sehingga produksinyapun akan berkurang. Produksi tertinggi dicapai setelah tanaman
berumur satu tahun, yakni 7-10 ton daun kering/ha/tahun, dan selanjutnya cenderung
lebih rendah. Produksi nilam sangat tergantung pada musim.
Pemanenan daun nilam diawali dengan memotong daun nilam menggunakan
ani-ani atau sabit. Pemanenan dengan menggunakan ani-ani dapat memakan waktu
79
lama dan memerlukan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan
sabit. Namun kelebihannya, kadar minyak yang dihasilkan tinggi, karena tiga pasang
daun termuda akan menghasilkan minyak lebih tinggi. Kemudian daun nilam yang
telah dipanen dipotong-potong / dirajang sepanjang 2-3 cm sebelum dikeringkan.
Hasil panen daun nilam dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian
dijemur di bawah sinar matahari. Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun
menjadi layu. Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di
atas rak-rak bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam
seharinya. Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas
dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4
hari.
Hasil panen daun nilam kering ini diangkut ke pedagang/pengumpul nilam
kering dengan dipikul. Harga jual daun nilam kering dari petani berkisar Rp.4.500/kg
tergantung dari banyaknya suplai. Harga daun nilam kering ditetapkan berdasarkan
mekanisme pasar, dalam hal ini ditentukan oleh pedagang/pengumpul daun nilam
kering. Pedagang / pengumpul daun nilam kering akan membayar uang muka sebelum
daun nilam dipanen karena petani membutuhkan uang muka tersebut untuk biaya
operasionalnya, sehingga harga jual telah ditetapkan sebelum panen. Tetapi ada juga
yang dibayar pada saat penyerahan hasil panen, hal tersebut tergantung pada
kecukupan modal. Petani tidak berada pada posisi tawar yang kuat. Penawaran harga
dibuka oleh pembeli dan biasanya pembeli mendatangi lokasi panen. Apabila harga
daun nilam kering tidak sebanding dengan biaya budidaya, maka petani akan
mengalami kerugian.
Setelah daun nilam nampak kering, segera dilakukan penyulingan atau
disimpan sementara waktu dengan diletakkan di atas para-para, atau di lantai
beralaskan papan berkaki. Gudang penyimpanan tidak boleh lembab dan sirkulasi
udara harus baik. Bila waktu penyimpanan terlalu lama dapat menyebabkan
penyusutan jumlah daun nilam kering dan sekaligus menurunkan jumlah minyak yang
dihasilkan.
Prakiraan jumlah produksi nilam didasarkan pada luas lahan dikalikan dengan
produktivitas. Luas lahan 1 ha menghasilkan 8750 kg nilam, luas lahan 0.42 ha
80
menghasilkan 4500 kg nilam dan luas lahan 0.56 ha menghasilkan 6200 kg nilam.
Rata-rata produktivitas nilam sebesar 10 ton/ha. Rendahnya produktivitas nilam
sebagai akibat dari minimnya teknologi budidaya. Populasi tanaman nilam per hektar
rata-rata 15.000 tanaman. Dilihat dari kepemilikan usahanya, kegiatan usaha tani
nilam merupakan usaha milik sendiri atau sebagai tanaman tumpangsari di kebun
milik Perhutani.
Usaha Lepas Panen Perdesaan
Pada Usaha Lepas Panen Perdesaan, petani-penyuling minyak nilam kasar
maupun industri kecil penyulingan minyak nilam kasar mendapatkan daun nilam
basah maupun kering dari petani atau dari pedagang / pengumpul tingkat dusun dan
desa. Bila bahan baku adalah daun nilam basah maka harus dilakukan perajangan dan
pengeringan terlebih dahulu. Bahan baku daun nilam basah dirajang 2-3 cm sebelum
dijemur. Hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
Tempat perajangan dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Tempat perajangan
Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun menjadi layu.
Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di atas rak-rak
bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam seharinya.
Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas
dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4
hari. Gambar 21 menunjukkan tempat penjemuran dan Gambar 22 menunjukkan rak
pengeringan..
81
Gambar 21. Tempat penjemuran daun nilam
Gambar 22 Rak pengeringan daun nilam
Penyulingan dapat dilakukan oleh petani-penyuling atau industri kecil
penyulingan. Cara penyulingan yang terbaik adalah penyulingan dengan uap langsung
dan peralatan penyulingan terbuat dari bahan SS dan MS. Tekanan uap harus diatur
sebaik-baiknya, mula-mula bertekanan rendah 1 atmosfir kemudian dinaikkan sekitar
2,5-3 atmosfir.
Daun nilam yang akan disuling harus kering dan mempunyai kadar air sekitar
12-15%. Penyulingan dilakukan dengan cara mendidihkan daun nilam kering yang
dimasukkan ke dalam ketel dan dialiri uap. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan
zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap Adanya panas air
dan uap akan mempengaruhi bahan tersebut, sehingga di dalam ketel terdapat dua
82
cairan, yaitu air panas dan minyak nilam. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahan-
lahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak.
Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin, dan terjadilah proses
pengembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut
dialirkan ke alat pemisah, yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan
berat jenisnya. Gambar 23 menunjukkan diagram alir proses pengolahan minyak
nilam kasar.
Nilam
Pembersihan
Perajangan
Pengeringan
Nilam Kering
Destilasi
Evaporasi
Separasi
MinyakNilam
Kasar
Ampas
Air
Gambar 23 Diagram alir proses pengolahan minyak nilam
Penyulingan dilakukan selama 8 jam dengan sistem uap air pada tekanan
sekitar 2.5 – 3 atmosfir. Rendemen minyak nilam kasar yang diperoleh rata-rata
sebesar 1.2% dari bobot terna bahan baku nilam kering. Dengan demikian setiap kali
suling dengan bobot terna nilam kering seberat 300 kg maka akan diperoleh sekitar
3.6 kg minyak nilam kasar. Minyak nilam kasar yang ditampung dipisahkan secara
manual dari air uap penyulingan. Sedangkan nilam sisa penyulingan hanya dibakar
dan dibuang. Gambar 24 menunjukkan alat penyulingan yang digunakan industri kecil
penyulingan.
83
Berdasarkan penelitian di Kabupaten Kuningan dan Brebes, jumlah pekerja
penyulingan rata-rata sebanyak 3 orang yang terdiri dari satu orang tenaga tetap
sebagai teknisi dan digaji per bulan sebesar Rp 1 500 000 per bulan dan satu orang
tenaga tidak tetap yang dibayar sebesar Rp 75 000 per orang per kali suling. Biaya
operasional lain yang cukup besar adalah biaya bahan baku nilam kering dan biaya
bahan bakar minyak untuk pembakaran. Dengan harga bahan baku sekitar Rp 4 500
per kg nilam kering maka dengan kapasitas per satu kali suling seberat 300 kg
diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp 1 350 000. Sedangkan untuk pembakaran
diperlukan sekitar 3 m3 kayu bakar per kali suling, sehingga jika harga kayu bakar per
m3 sebesar Rp 70 000 maka diperlukan sekitar Rp 210 000 untuk biaya bahan bakar
per satu kali suling.
Gambar 24 Alat penyulingan kapasitas 600 kg nilam kering
Pendapatan usaha minyak nilam sangat ditentukan oleh penerimaan usahanya
dan biaya operasional yang dikeluarkan. Besarnya penerimaan ditentukan oleh
kapasitas berjalan usaha, tingkat rendemen yang didapat dan harga minyak nilam.
Sedangkan biaya operasional yang terbesar adalah biaya bahan baku nilam kering
dengan kontribusi terhadap total biaya sekitar 67.5%, dan biaya bahan bakar dengan
kontribusi sekitar 10.5%, kontribusi biaya tenaga kerja sekitar 7.5% dan biaya lainnya
sekitar 14.5%.
84
Pada umumnya pengusaha minyak nilam kasar menjual hasil minyaknya ke
pedagang / pengumpul di Ibukota Kabupaten atau pedagang / pengumpul besar, dan
bias juga langsung dijual ke beberapa industri penyulingan besar atau eksportir besar.
Harga bahan baku nilam kering selalu fluktuatif setiap tahun. Harga ini selain
dipengaruhi oleh ketersediaan nilam juga dipengaruhi oleh harga minyak nilam yang
terjadi. Rata-rata harga bahan baku nilam kering dalam lima tahun terakhir sekitar Rp
4.500,- per kg. Demikian pula harga minyak nilam kasar selalu fluktuatif setiap tahun.
Harga minyak nilam kasar ini dipengaruhi oleh harga minyak nilam murni. Rata-rata
harga minyak nilam kasar dalam lima tahun terakhir sekitar Rp 420 000 per kg.
Industri Penyulingan Minyak Nilam Murni/ Eksportir
Pada industri penyulingan minyak nilam murni, bahan baku minyak nilam
kasar diperoleh dari Usaha Lepas Panen maupun dari pedagang / pengumpul Tingkat
Kecamatan / Kabupaten. Minyak nilam kasar yang diperoleh akan diekstraksi dengan
pelarut sehingga menghasilkan resin dan oleoresin minyak nilam. Selanjutnya disuling
/ dimurnikan dan akan menghasilkan essence flavor / parfum. Dengan pencampuran
dan atau peracikan akan menghasilkan campuran flavor dan fragran yang dapat
digunakan antara lain pada industri pangan dan kosmetika. Harga bahan baku minyak
nilam kasar selalu fluktuatif karena mengikuti harga minyak nilam di pasar
internasional.
Pada situasi perdagangan seperti ini, usahatani tidak memiliki posisi tawar
harga yang kuat. Ketidakberdayaan terhadap kebijakan harga minyak nilam kasar
membuat usahatani harus kehilangan kemampuan untuk menjalankan budidaya
nilamnya. Begitu pula pada usaha lepas panen juga tidak memiliki posisi tawar harga
minyak nilam kasar yang kuat terhadap kebijakan harga minyak nilam murni. Harga
minyak nilam murni sangat fluktuatif tergantung pada harga minyak nilam murni di
pasar internasional.
Analisis Kebutuhan
Kebutuhan konsumen atau industri pengguna akan minyak nilam murni di
pasaran lokal maupun internasional sangat mempengaruhi harga minyak nilam pada
beberapa level / tingkatan.
85
Terkait dengan fluktuasi harga minyak nilam, setiap pihak yang terkait dalam
agroindustri nilam mempunyai kebutuhan masing-masing. Analisis kebutuhan sangat
diperlukan untuk merancang suatu model yang mampu mengakomodir semua
kebutuhan pihak-pihak yang terkait. melibatkan beberapa pihak yang saling terkait
dan saling berkepentingan. Langkah awal dari analisis kebutuhan ini adalah
mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dan kebutuhannya.
Agroindustri minyak nilam melibatkan (1) usahatani (petani), pedagang /
pengumpul nilam kering, pedagang/ pengumpul tingkat dusun/ desa; (2) usaha lepas
panen yang terdiri dari petani penyuling dan industri kecil
penyulingan,pedagang/pengumpul minyak nilam tingkat kecamatan/ kabupaten serta
(3) industri penyulingan dan atau eksportir. Peran lembaga keuangan dan pemerintah
sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan dalam pengembangan agroindustri
nilam ini. Usaha tani melakukan budidaya nilam secara tradisional di atas lahan yang
dimiliki atau di kebun milik Perhutani dengan sistem bagi hasil. Optimasi
produktivitas nilam kering dan harga jual nilam kering dapat meningkatkan
pendapatan yang menjadi tujuan kelangsungan kegiatan pertanian nilam.
Keuntungan bisnis dari usaha lepas panen dapat diperoleh apabila mampu
melakukan kontinuitas dan efisiensi produksi serta meningkatkan kualitas produk
minyak kasar. Kontinuitas pasokan nilam kering dan pengembangan teknologi sangat
mendukung tercapainya tujuan tersebut. Kelangsungan industri kecil penyulingan
bergantung pada perencanaan produksi pada kapasitas optimal, kestabilan dan
kesesuain harga.
Pemerintah memiliki kepentingan dalam pengembangan agroindustri nilam
khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan perbaikan ekonomi makro. Tabel 1
menunjukkan analisis kebutuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan
agroindustri nilam.
86
Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam
No Pelaku Kebutuhan Pelaku
1 Usaha tani (Petani) a. Harga jual nilam kering yang tinggi
b. Peningkatan teknologi budidaya nilam
c. Permintaan nilam kering yang tinggi
d. Peningkatan nilai tambah
e. Biaya usaha tani rendah
f. Nilam kering yang berkualitas tinggi
g. Pasokan bibit yang berkualitas
h. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai
i. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah
2 Pedagang/Pengumpul
Nilam Kering
a. Harga jual nilam kering yang tinggi
b. Permintaan nilam kering yang tinggi
c. Margin keuntungan tinggi
d. Nilam kering yang berkualitas tinggi
e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai
f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah
3 Usaha Lepas Panen
(Petani-penyuling,
Industri Kecil
Penyulingan)
a. Ketersediaan bahan baku nilam kering terjamin
b. Harga bahan baku nilam kering rendah
c. Rendemen minyak nilam kasar tinggi
d. Peningkatan teknologi proses
e. Permintaan minyak nilam kasar tinggi
f. Mutu minyak nilam kasar tinggi
g. Biaya produksi rendah
h. Margin keuntungan tinggi
i. Sumberdaya manusia yang terampil
j. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah
4 Pedagang/Pengumpul
minyak nilam
a. Harga jual minyak nilam yang tinggi
b. Permintaan minyak nilam yang tinggi
c. Margin keuntungan tinggi
d. Minyak nilam yang berkualitas
e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai
f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko
rendah
5
Industri
Penyulingan/Eksportir
a. Harga jual minyak nilam kasar rendah
b. Ketersediaan minyak nilam kasar terjamin
c. Permintaan minyak nilam murni tinggi
d. Peningkatan teknologi proses
e. Minyak nilam murni berkualitas tinggi
f. Harga minyak nilam murni tinggi
g. Margin keuntungan tinggi
h. Iklim usaha yang kondusif
i. Kepastian pasar yang tinggi
87
Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam (lanjutan)
6 Lembaga Keuangan a. Tingkat resiko pembiayaan rendah
b. Tingkat keuntungan pembiayaan yang tinggi
c. Peningkatan jumlah nasabah
7 Pemerintah a. Meningkatnya lapangan pekerjaan
b. Meningkatnya pendapatan masyarakat
c. Meningkatnya pendapatan devisa
d. Meningkatnya pendapatan daerah
e. Meningkatkan perekonomian pedesaan
f. Terjaganya kelestarian lingkungan
Formulasi Permasalahan
Berdasarkan kebutuhan para pelaku di atas, permasalahan yang dihadapi
pelaku agroindustri minyak nilam dalam kaitannya dengan pemberdayaan agroindustri
minyak nilam di perdesaan adalah:
1. Harga minyak nilam yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan
keuntungan usaha agroindustri minyak nilam menjadi sangat tidak pasti.
Ketidakpastian pendapatan ini akan mengakibatkan ketidakpastian keuntungan
yang didapat oleh pelaku usaha agroindustri minyak nilam, terutama usahatani dan
industri kecil penyulingan
2. Harga bahan baku nilam kering yang selalu fluktuatif dan tidak pasti
menyebabkan biaya produksi minyak nilam menjadi tidak pasti sehingga
menambah ketidakpastian pendapatan para pelaku usaha agroindustri minyak
nilam
3. Budidaya tanaman nilam yang kurang baik mengakibatkan rendahnya rendemen
minyak nilam
4. Rentan terhadap ketidakseimbangan pasokan bahan baku dan permintaannya
5. Masih menggunakan teknologi yang sederhana
6. Keterbatasan sumberdaya finansial dan kemampuan SDM dari para pelaku usaha
7. Kualitas sumberdaya yang rendah dan lemahnya posisi tawar usaha tani (petani)
dan usaha lepas panen nilam mengakibatkan lemahnya dayasaing usaha tani dan
usaha lepas panen
8. Dukungan dari Lembaga dan Dinas terkait yang masih lemah / kurang
88
9. Kurangnya akses informasi, teknologi dan keterjangkauan akses permodalan
mengakibatkan rendahnya produktivitas produksi nilam dan minyak nilam kasar
10. Kelangkaan pasokan nilam kering sebagai bahan baku minyak nilam diakibatkan
oleh turunnya daya tarik petani untuk menanam nilam, semakin sempitnya lahan,
minimnya teknologi pertanian dan rendahnya produktivitas produksi nilam.
Dengan memperhatikan permasalahan utama dalam pengembangan industri
berbasis nilam, maka dibutuhkan suatu model pemberdayaan agroindustri minyak
nilam di perdesaan yang lebih baik dengan keberpihakan pada usahatani (petani).
Model yang dibangun ini untuk meningkatkan pemberdayaan agroindustri minyak
nilam di perdesaan melalui klaster agroindustri minyak nilam sehingga kehidupan
usahatani akan lebih meningkat lagi.
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan hubungan antara kebutuhan dengan
permasalahan yang harus dipecahkan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Identifikasi sistem ini diperlukan untuk memfokuskan pemodelan tanpa mengurangi
kompleksitas yang ada. Pengetahuan ini diperlukan dalam perancangan model
pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam yang
akan dikembangkan. Agregasi atas kepentingan setiap pemangku kepentingan
teridentifikasi bahwa kesepakatan harga nilam kering dan minyak nilam kasar
merupakan optimalisasi dari sumberdaya agroindustri minyak nilam.
Sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dengan kesepakatan harga nilam
dan minyak nilam kasar yang akan dikembangkan ini dapat mengoptimalkan setiap
kepentingan dari para pemangku kepentingan yang terlibat pada klaster agroindustri
minyak nilam. Tujuan pengembangan sistem pemberdayaan agroindustri minyak
nilam di perdesaan ini adalah untuk menjamin kelangsungan usahatani yang berada
pada klaster agroindustri minyak nilam dan meningkatkan perekonomian perdesaan.
Keterkaitan dan koordinasi antar pemangku kepentingan dibutuhkan agar sistem
pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam ini
dapat berjalan baik (Gambar 25). Dengan demikian akurasi pendugaan dari variabel-
89
variabel yang mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan merupakan prasyarat bagi
keberhasilan sistem yang dibangun.
Alat
Peralatan
Pupuk
Benih
Pemasok
USAHA TANI
PetaniIndustri Kecil
Penyulingan
Petani
Penyuling
USAHA LEPAS PANEN
PEDESAAN
Pedagang/
Pengumpul
Tingkat Dusun
Pedagang/
Pengumpul
Tingkat Desa
Konsu
men
Pedagang/
Pengumpul Tingkat
Kecamatan
PEDAGANG / PENGUMPUL
NILAM KERING
PEDAGANG / PENGUMPUL
MINYAK NILAM
Pedagang/
Pengumpul
Besar
Industri Alat &
Peralatan
Supplier Pupuk
& Pestisida
Pemerintah
Pusat & Daerah
Lembaga
Keuangan
Perguruan
Tinggi
Asosiasi
Minyak Atsiri
Dewan Atsiri
Indonesia
Industri
Penyulingan
/Eksportir
Besar
Gambar 25 Klaster agroindustri minyak nilam
Tujuan tersebut merupakan gambaran output yang dikehendaki bahwa
keberlangsungan klaster agroindustri nilam akan memberikan kontribusi terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui ketersediaan lapangan kerja,
pemberdayaan ekonomi petani di perdesaan, meningkatkan daya saing untuk
menjamin pemenuhan permintaan nilam dan minyak nilam regional dan ekspor.
Industri penyulingan minyak nilam yang memiliki daya saing ini diharapkan akan
menarik investor dan mengingkatkan devisa negara. Perancangan sistem yang
dibangun mencakup pengendalian variabel-variabel input yang terkait rantai
kebelakang dan kedepan (backward dan forward lingkage) dari sistem klaster
agroindustri minyak nilam sehingga dapat mengoptimalkan variabel-variabel output
sesuai yang diinginkan dan meminimalkan output yang tidak dikehendaki. Sektor
produksi industri penyulingan minyak nilam murni membentuk loop positif dari
faktor-faktor penyusunnya yaitu pasokan bahan baku minyak nilam kasar dan harga
90
minyak nilam kasar. Untuk meningkatkan keberlanjutan produksi industri
penyulingan minyak nilam murni dengan melakukan optimalisasi faktor pasokan
bahan baku minyak nilam kasar (backward linkage) dan harga minyak nilam kasar
(forward linkage). Begitu pula pada industri penyulingan minyak kasar yang
membentuk loop positif dari faktor –faktor pasokan bahan baku nilam kering dan
harga nilam kering. Untuk meningkatkan keberlanjutan produksi industri penyulingan
minyak nilam kasar dengan melakukan optimalisasi faktor pasokan bahan baku nilam
kering dan harga nilam kering.
Dari aspek penyediaan bahan baku, bahan baku minyak nilam kasar harus
selalu tersedia baik dari segi jumlah maupun mutu yang sesuai dengan kebutuhan
industri penyulingan minyak nilam murni. Jumlah produksi minyak nilam kasar
dipengaruhi oleh jumlah pasokan nilam kering, rendemen minyak nilam kasar, dan
teknologi prosesnya. Sedangkan bahan baku nilam kering juga harus selalu tersedia
sesuai dengan kebutuhan industri penyulingan minyak nilam kasar. Jumlah produksi
nilam kering dipengaruhi oleh produktivitas nilam, budidaya, luas lahan dan teknologi
budidayanya. Causal loop diagram pasokan bahan baku membentuk loop positif Oleh
karena itu optimalisasi rantai nilai level usahatani dan optimalisasi produksi nilam
kering akan mendukung kontinuitas pasokan bahan baku nilam kering. Begitu pula
optimalisasi rantai nilai level usaha lepas panen akan mendukung kontinuitas pasokan
bahan baku minyak nilam kasar. Variabel input terkendali yaitu sumberdaya yang
dibutuhkan dalam kegiatan memasok bahan baku pada sektor ini meliputi: teknologi
budidaya nilam, teknologi proses minyak nilam kasar, sistem tataniaga nilam, dan
kelembagaan keuangan. Gambar 27 menunjukkan diagram keterkaitan variabel-
variabel dalam klaster agroindustri nilam.
Dari aspek distribusi produk minyak nilam murni, bagaimana kestabilan harga
dapat dijamin sehingga mampu meningkatkan daya saing dan meningkatkan rantai
nilai. Harga minyak nilam murni yang ditentukan oleh mutu produknya, dipengaruhi
oleh pasar internasional sehingga harganya cenderung fluktuatif. Harga minyak nilam
yang fluktuatif di pasar internasional, menjadi kendala dalam menjamin kestabilan
harga minyak nilam kasar dan harga nilam kering.
91
Gam
bar
26 D
iagra
m s
ebab
-akib
at a
gro
indust
ri m
inyak
nil
am
Ket
eran
gan
:
DN
K :
Dau
n N
ilam
Ker
ing M
NK
:M
inyak
Nil
am K
asar
M
NM
:Min
yak
Nil
am M
urn
i
92
Pada Causal loop diagram harga bahan baku membentuk loop positif. Turun
naiknya harga bahan baku nilam kering maupun minyak kasar bergantung pada harga
nimyak nilam murni. Harga minyak nilam murni bergantung pada harga pasar
internasional Oleh karena itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga
kestabilan harga agar kontinuitas pasokan bahan baku dapat terjamin.
Variabel input terkendali pada sektor ini meliputi: teknologi budidaya atsiri,
teknologi proses minyak atsiri, sistem tataniaga atsiri, sistem tataniaga minyak atsiri,
kelembagaan keuangan, kebijakan sistem ekspor, dan kebijakan terhadap industri
hilir.
Input tak terkendali yaitu elemen dalam sistem yang mempengaruhi kinerja
sistem tetapi tidak dapat dikendalikan keberadaannya. Dalam sistem pemberdayaan
agroindustri minyak atsiri ini, input tak terkendali meliputi: harga minyak atsiri, harga
bahan baku, rendemen, dan persaingan industri.
Output yang dikehendaki adalah tujuan yang ingin dicapai yang meliputi:
tingkat keuntungan usaha yang tinggi, kestabilan harga, keberlanjutan produksi,
peningkatan daya saing, dan peningkatan devisa.
Output yang tidak dikehendaki adalah efek yang tidak diinginkan sehingga
perlu diminimumkan. Output yang tidak dikehendaki ini meliputi : penurunan
kemampuan produksi, penurunan mutu produk, fluktuasi harga, penurunan
pendapatan, penurunan pasokan bahan baku, dan penurunan devisa. Input lingkungan
merupakan kondisi lingkungan diluar sistem yang turut mempengaruhi kinerja sistem.
Input lingkungan sistem ini meliputi: iklim, kondisi ekonomi nasional, dan kondisi
pasar minyak atsiri internasional. Gambar 27 menunjukkan hubungan keterkaitan
variabel-variabel pada diagram black box.
93
Gambar 27 Diagram input-output model pemberdayaan masyarakat perdesaan
dalam klaster agroindustri minyak atsiri
Input Lingkungan
Iklim
Kondisi ekonomi
nasional
Kondisi pasar
minyak atsiri
internasional
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PERDESAAN dalam KLASTER AGROINDUSTRI
MINYAK ATSIRI
Input Tak Terkendali
Harga minyak atsiri
Harga bahan baku
Rendemen
Persaingan industri
Output Yang Dikehendaki
Tingkat keuntungan usaha
yang tinggi
Kestabilan harga
Keberlanjutan produksi
Peningkatan daya saing
Peningkatan devisa
Input Terkendali
Teknologi budidaya atsiri
Teknologi proses minyak
atsiri
Sistem tataniaga atsiri
Sistem tataniaga minyak atsiri
Kelembagaan keuangan
Kebijakan ekspor
Kebijakan industri hilir
Output Tidak Dikehendaki
Lahan yang tidak
termanfaatkan
Terjadinya tanah longsor
Penggunaan tenaga kerja
berlebihan
Penggunaan pupuk berlebihan
Penggunaan energi berlebihan
Penurunan devisa
MANAJEMEN PENGENDALIAN