pemodelan sistem - repository.ipb.ac.id · bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3...

18
76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri kecil penyulingan/usaha lepas panen, dan (3) industri penyuling/eksportir. Disamping itu ada juga pedagang/ pengumpul nilam dan pedagang/pengumpul minyak nilam. Usahatani nilam terdiri dari petani nilam dan pedagang/ pengumpul nilam; industri kecil penyulingan terdiri dari petani-penyuling minyak nilam kasar dan pedagang/ pengumpul minyak nilam kasar. Pedagang/ pengumpul nilam terdiri dari pedagang/ pengumpul tingkat dusun dan tingkat desa. Pedagang/ pengumpul minyak nilam terdiri dari pedagang / pengumpul tingkat kecamatan dan pedagang/ pengumpul besar. Sedangkan dalam industri penyulingan minyak nilam besar termasuk juga eksportir besar. Berdasarkan penelitian lapang, jumlah total petani nilam 41 orang yang terbagi menjadi enam kelompok usahatani, pedagang/pengumpul 20 orang dan industri kecil penyulingan 4 pengusaha. Seluruh kegiatan mata rantai tersebut saling terkait erat satu sama lain dan saling mempengaruhi. Dalam seluruh aktivitasnya terdapat interaksi yang sangat kuat dari masing-masing pemangku kepentingan (stakeholder), baik yang terkait secara langsung maupun dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari usaha berbasis nilam. Gambar 18 menunjukkan rantai pasok usaha minyak nilam. Usahatani Nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai tinggi. Menurut Guenther E. (2006), nilam dapat ditanam sampai pada ketinggian 1 200 m dpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 50 400 m dpl. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2 000 2 500 mm/tahun, suhu optimum 24 28 o C dengan kelembaban lebih dari 75 %.

Upload: truongmien

Post on 27-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

76

PEMODELAN SISTEM

Pendekatan Sistem

Analisis Sistem

Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari

3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri kecil

penyulingan/usaha lepas panen, dan (3) industri penyuling/eksportir. Disamping itu

ada juga pedagang/ pengumpul nilam dan pedagang/pengumpul minyak nilam.

Usahatani nilam terdiri dari petani nilam dan pedagang/ pengumpul nilam; industri

kecil penyulingan terdiri dari petani-penyuling minyak nilam kasar dan pedagang/

pengumpul minyak nilam kasar. Pedagang/ pengumpul nilam terdiri dari pedagang/

pengumpul tingkat dusun dan tingkat desa. Pedagang/ pengumpul minyak nilam

terdiri dari pedagang / pengumpul tingkat kecamatan dan pedagang/ pengumpul besar.

Sedangkan dalam industri penyulingan minyak nilam besar termasuk juga eksportir

besar. Berdasarkan penelitian lapang, jumlah total petani nilam 41 orang yang terbagi

menjadi enam kelompok usahatani, pedagang/pengumpul 20 orang dan industri kecil

penyulingan 4 pengusaha. Seluruh kegiatan mata rantai tersebut saling terkait erat satu

sama lain dan saling mempengaruhi. Dalam seluruh aktivitasnya terdapat interaksi

yang sangat kuat dari masing-masing pemangku kepentingan (stakeholder), baik yang

terkait secara langsung maupun dari aktivitas-aktivitas yang berasal dari usaha

berbasis nilam. Gambar 18 menunjukkan rantai pasok usaha minyak nilam.

Usahatani Nilam

Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dapat tumbuh dan berkembang di

dataran rendah sampai tinggi. Menurut Guenther E. (2006), nilam dapat ditanam

sampai pada ketinggian 1 200 m dpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik

pada ketinggian antara 50 – 400 m dpl. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas

dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah

hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 2 000 – 2 500

mm/tahun, suhu optimum 24 – 28oC dengan kelembaban lebih dari 75 %.

77

Alat

Peralatan

Pupuk

Benih

Pemasok USAHA TANI

PetaniIndustri Kecil

Penyulingan

Petani

Penyuling

USAHA LEPAS PANEN

PEDESAAN

Pedagang/

Pengumpul Tingkat

Dusun

Pedagang/

Pengumpul Tingkat

Desa

Industri

Penyulingan/

Eksportir

Besar

End

User

Pedagang/

Pengumpul Tingkat

Kecamatan

PEDAGANG / PENGUMPUL NILAM KERING PEDAGANG / PENGUMPUL MINYAK NILAM

Pedagang/

Pengumpul Besar

Gambar 18 Rantai pasok agroindustri minyak nilam

Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga,

karena minyak nilam yang baik berasal dari daun. Daun nilam dari jenis tanaman

nilam (Pogostemon cablin, Benth) ini agak membulat seperti jantung, di bagian bawah

daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya nampak pucat. Nilam jenis ini

tidak atau jarang sekali berbunga. Kadar minyaknya tinggi sekitar 2.5 – 5 % dan

komposisi minyaknya bagus. Nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam

tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi

minyaknya juga jelek.

Pada dasarnya, seluruh bagian tanaman nilam seperti akar, batang, tangkai atau

cabang maupun daunnya mengandung minyak nilam, namun kualitas kandungannya

berlainan (Gambar 19). Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik,

tetapi kandungan minyaknya hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak

terdapat pada daun nilam. Waktu, umur dan cara pemanenan daun nilam sangat

berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan.

78

Gambar 19 Tanaman nilam

Daun nilam yang berkualitas baik adalah jika daun-daun nilam bagian bawah

telah menguning. Panen pertama dilakukan 7–9 bulan setelah tanam, dan panen

beikutnya dapat dilakukan pada setiap 3-4 bulan sekali, hingga umur produktif selama

3 tahun. Waktu pemanenan nilam harus dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk

menghindari berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan. Dengan bertambahnya

umur tanaman nilam, daun nilam yang dihasilkan juga akan semakin berkurang,

sehingga produksinyapun akan berkurang. Produksi tertinggi dicapai setelah tanaman

berumur satu tahun, yakni 7-10 ton daun kering/ha/tahun, dan selanjutnya cenderung

lebih rendah. Produksi nilam sangat tergantung pada musim.

Pemanenan daun nilam diawali dengan memotong daun nilam menggunakan

ani-ani atau sabit. Pemanenan dengan menggunakan ani-ani dapat memakan waktu

79

lama dan memerlukan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan

sabit. Namun kelebihannya, kadar minyak yang dihasilkan tinggi, karena tiga pasang

daun termuda akan menghasilkan minyak lebih tinggi. Kemudian daun nilam yang

telah dipanen dipotong-potong / dirajang sepanjang 2-3 cm sebelum dikeringkan.

Hasil panen daun nilam dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian

dijemur di bawah sinar matahari. Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun

menjadi layu. Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di

atas rak-rak bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam

seharinya. Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas

dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4

hari.

Hasil panen daun nilam kering ini diangkut ke pedagang/pengumpul nilam

kering dengan dipikul. Harga jual daun nilam kering dari petani berkisar Rp.4.500/kg

tergantung dari banyaknya suplai. Harga daun nilam kering ditetapkan berdasarkan

mekanisme pasar, dalam hal ini ditentukan oleh pedagang/pengumpul daun nilam

kering. Pedagang / pengumpul daun nilam kering akan membayar uang muka sebelum

daun nilam dipanen karena petani membutuhkan uang muka tersebut untuk biaya

operasionalnya, sehingga harga jual telah ditetapkan sebelum panen. Tetapi ada juga

yang dibayar pada saat penyerahan hasil panen, hal tersebut tergantung pada

kecukupan modal. Petani tidak berada pada posisi tawar yang kuat. Penawaran harga

dibuka oleh pembeli dan biasanya pembeli mendatangi lokasi panen. Apabila harga

daun nilam kering tidak sebanding dengan biaya budidaya, maka petani akan

mengalami kerugian.

Setelah daun nilam nampak kering, segera dilakukan penyulingan atau

disimpan sementara waktu dengan diletakkan di atas para-para, atau di lantai

beralaskan papan berkaki. Gudang penyimpanan tidak boleh lembab dan sirkulasi

udara harus baik. Bila waktu penyimpanan terlalu lama dapat menyebabkan

penyusutan jumlah daun nilam kering dan sekaligus menurunkan jumlah minyak yang

dihasilkan.

Prakiraan jumlah produksi nilam didasarkan pada luas lahan dikalikan dengan

produktivitas. Luas lahan 1 ha menghasilkan 8750 kg nilam, luas lahan 0.42 ha

80

menghasilkan 4500 kg nilam dan luas lahan 0.56 ha menghasilkan 6200 kg nilam.

Rata-rata produktivitas nilam sebesar 10 ton/ha. Rendahnya produktivitas nilam

sebagai akibat dari minimnya teknologi budidaya. Populasi tanaman nilam per hektar

rata-rata 15.000 tanaman. Dilihat dari kepemilikan usahanya, kegiatan usaha tani

nilam merupakan usaha milik sendiri atau sebagai tanaman tumpangsari di kebun

milik Perhutani.

Usaha Lepas Panen Perdesaan

Pada Usaha Lepas Panen Perdesaan, petani-penyuling minyak nilam kasar

maupun industri kecil penyulingan minyak nilam kasar mendapatkan daun nilam

basah maupun kering dari petani atau dari pedagang / pengumpul tingkat dusun dan

desa. Bila bahan baku adalah daun nilam basah maka harus dilakukan perajangan dan

pengeringan terlebih dahulu. Bahan baku daun nilam basah dirajang 2-3 cm sebelum

dijemur. Hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur di bawah sinar matahari.

Tempat perajangan dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20 Tempat perajangan

Lama penjemuran kira-kira 5 jam, atau sampai daun menjadi layu.

Selanjutnya, daun-daun yang telah layu tersebut diangin-anginkan di atas rak-rak

bambu di tempat teduh dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali dalam seharinya.

Pengeringan dapat dihentikan setelah timbul bau nilam yang keras dan khas

dibandingkan dengan daun segarnya. Lama pengeringan membutuhkan waktu 3-4

hari. Gambar 21 menunjukkan tempat penjemuran dan Gambar 22 menunjukkan rak

pengeringan..

81

Gambar 21. Tempat penjemuran daun nilam

Gambar 22 Rak pengeringan daun nilam

Penyulingan dapat dilakukan oleh petani-penyuling atau industri kecil

penyulingan. Cara penyulingan yang terbaik adalah penyulingan dengan uap langsung

dan peralatan penyulingan terbuat dari bahan SS dan MS. Tekanan uap harus diatur

sebaik-baiknya, mula-mula bertekanan rendah 1 atmosfir kemudian dinaikkan sekitar

2,5-3 atmosfir.

Daun nilam yang akan disuling harus kering dan mempunyai kadar air sekitar

12-15%. Penyulingan dilakukan dengan cara mendidihkan daun nilam kering yang

dimasukkan ke dalam ketel dan dialiri uap. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan

zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap Adanya panas air

dan uap akan mempengaruhi bahan tersebut, sehingga di dalam ketel terdapat dua

82

cairan, yaitu air panas dan minyak nilam. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahan-

lahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak.

Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin, dan terjadilah proses

pengembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut

dialirkan ke alat pemisah, yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan

berat jenisnya. Gambar 23 menunjukkan diagram alir proses pengolahan minyak

nilam kasar.

Nilam

Pembersihan

Perajangan

Pengeringan

Nilam Kering

Destilasi

Evaporasi

Separasi

MinyakNilam

Kasar

Ampas

Air

Gambar 23 Diagram alir proses pengolahan minyak nilam

Penyulingan dilakukan selama 8 jam dengan sistem uap air pada tekanan

sekitar 2.5 – 3 atmosfir. Rendemen minyak nilam kasar yang diperoleh rata-rata

sebesar 1.2% dari bobot terna bahan baku nilam kering. Dengan demikian setiap kali

suling dengan bobot terna nilam kering seberat 300 kg maka akan diperoleh sekitar

3.6 kg minyak nilam kasar. Minyak nilam kasar yang ditampung dipisahkan secara

manual dari air uap penyulingan. Sedangkan nilam sisa penyulingan hanya dibakar

dan dibuang. Gambar 24 menunjukkan alat penyulingan yang digunakan industri kecil

penyulingan.

83

Berdasarkan penelitian di Kabupaten Kuningan dan Brebes, jumlah pekerja

penyulingan rata-rata sebanyak 3 orang yang terdiri dari satu orang tenaga tetap

sebagai teknisi dan digaji per bulan sebesar Rp 1 500 000 per bulan dan satu orang

tenaga tidak tetap yang dibayar sebesar Rp 75 000 per orang per kali suling. Biaya

operasional lain yang cukup besar adalah biaya bahan baku nilam kering dan biaya

bahan bakar minyak untuk pembakaran. Dengan harga bahan baku sekitar Rp 4 500

per kg nilam kering maka dengan kapasitas per satu kali suling seberat 300 kg

diperlukan biaya bahan baku sebesar Rp 1 350 000. Sedangkan untuk pembakaran

diperlukan sekitar 3 m3 kayu bakar per kali suling, sehingga jika harga kayu bakar per

m3 sebesar Rp 70 000 maka diperlukan sekitar Rp 210 000 untuk biaya bahan bakar

per satu kali suling.

Gambar 24 Alat penyulingan kapasitas 600 kg nilam kering

Pendapatan usaha minyak nilam sangat ditentukan oleh penerimaan usahanya

dan biaya operasional yang dikeluarkan. Besarnya penerimaan ditentukan oleh

kapasitas berjalan usaha, tingkat rendemen yang didapat dan harga minyak nilam.

Sedangkan biaya operasional yang terbesar adalah biaya bahan baku nilam kering

dengan kontribusi terhadap total biaya sekitar 67.5%, dan biaya bahan bakar dengan

kontribusi sekitar 10.5%, kontribusi biaya tenaga kerja sekitar 7.5% dan biaya lainnya

sekitar 14.5%.

84

Pada umumnya pengusaha minyak nilam kasar menjual hasil minyaknya ke

pedagang / pengumpul di Ibukota Kabupaten atau pedagang / pengumpul besar, dan

bias juga langsung dijual ke beberapa industri penyulingan besar atau eksportir besar.

Harga bahan baku nilam kering selalu fluktuatif setiap tahun. Harga ini selain

dipengaruhi oleh ketersediaan nilam juga dipengaruhi oleh harga minyak nilam yang

terjadi. Rata-rata harga bahan baku nilam kering dalam lima tahun terakhir sekitar Rp

4.500,- per kg. Demikian pula harga minyak nilam kasar selalu fluktuatif setiap tahun.

Harga minyak nilam kasar ini dipengaruhi oleh harga minyak nilam murni. Rata-rata

harga minyak nilam kasar dalam lima tahun terakhir sekitar Rp 420 000 per kg.

Industri Penyulingan Minyak Nilam Murni/ Eksportir

Pada industri penyulingan minyak nilam murni, bahan baku minyak nilam

kasar diperoleh dari Usaha Lepas Panen maupun dari pedagang / pengumpul Tingkat

Kecamatan / Kabupaten. Minyak nilam kasar yang diperoleh akan diekstraksi dengan

pelarut sehingga menghasilkan resin dan oleoresin minyak nilam. Selanjutnya disuling

/ dimurnikan dan akan menghasilkan essence flavor / parfum. Dengan pencampuran

dan atau peracikan akan menghasilkan campuran flavor dan fragran yang dapat

digunakan antara lain pada industri pangan dan kosmetika. Harga bahan baku minyak

nilam kasar selalu fluktuatif karena mengikuti harga minyak nilam di pasar

internasional.

Pada situasi perdagangan seperti ini, usahatani tidak memiliki posisi tawar

harga yang kuat. Ketidakberdayaan terhadap kebijakan harga minyak nilam kasar

membuat usahatani harus kehilangan kemampuan untuk menjalankan budidaya

nilamnya. Begitu pula pada usaha lepas panen juga tidak memiliki posisi tawar harga

minyak nilam kasar yang kuat terhadap kebijakan harga minyak nilam murni. Harga

minyak nilam murni sangat fluktuatif tergantung pada harga minyak nilam murni di

pasar internasional.

Analisis Kebutuhan

Kebutuhan konsumen atau industri pengguna akan minyak nilam murni di

pasaran lokal maupun internasional sangat mempengaruhi harga minyak nilam pada

beberapa level / tingkatan.

85

Terkait dengan fluktuasi harga minyak nilam, setiap pihak yang terkait dalam

agroindustri nilam mempunyai kebutuhan masing-masing. Analisis kebutuhan sangat

diperlukan untuk merancang suatu model yang mampu mengakomodir semua

kebutuhan pihak-pihak yang terkait. melibatkan beberapa pihak yang saling terkait

dan saling berkepentingan. Langkah awal dari analisis kebutuhan ini adalah

mengidentifikasi pihak yang berkepentingan dan kebutuhannya.

Agroindustri minyak nilam melibatkan (1) usahatani (petani), pedagang /

pengumpul nilam kering, pedagang/ pengumpul tingkat dusun/ desa; (2) usaha lepas

panen yang terdiri dari petani penyuling dan industri kecil

penyulingan,pedagang/pengumpul minyak nilam tingkat kecamatan/ kabupaten serta

(3) industri penyulingan dan atau eksportir. Peran lembaga keuangan dan pemerintah

sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan dalam pengembangan agroindustri

nilam ini. Usaha tani melakukan budidaya nilam secara tradisional di atas lahan yang

dimiliki atau di kebun milik Perhutani dengan sistem bagi hasil. Optimasi

produktivitas nilam kering dan harga jual nilam kering dapat meningkatkan

pendapatan yang menjadi tujuan kelangsungan kegiatan pertanian nilam.

Keuntungan bisnis dari usaha lepas panen dapat diperoleh apabila mampu

melakukan kontinuitas dan efisiensi produksi serta meningkatkan kualitas produk

minyak kasar. Kontinuitas pasokan nilam kering dan pengembangan teknologi sangat

mendukung tercapainya tujuan tersebut. Kelangsungan industri kecil penyulingan

bergantung pada perencanaan produksi pada kapasitas optimal, kestabilan dan

kesesuain harga.

Pemerintah memiliki kepentingan dalam pengembangan agroindustri nilam

khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan perbaikan ekonomi makro. Tabel 1

menunjukkan analisis kebutuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan

agroindustri nilam.

86

Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam

No Pelaku Kebutuhan Pelaku

1 Usaha tani (Petani) a. Harga jual nilam kering yang tinggi

b. Peningkatan teknologi budidaya nilam

c. Permintaan nilam kering yang tinggi

d. Peningkatan nilai tambah

e. Biaya usaha tani rendah

f. Nilam kering yang berkualitas tinggi

g. Pasokan bibit yang berkualitas

h. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai

i. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko

rendah

2 Pedagang/Pengumpul

Nilam Kering

a. Harga jual nilam kering yang tinggi

b. Permintaan nilam kering yang tinggi

c. Margin keuntungan tinggi

d. Nilam kering yang berkualitas tinggi

e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai

f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko

rendah

3 Usaha Lepas Panen

(Petani-penyuling,

Industri Kecil

Penyulingan)

a. Ketersediaan bahan baku nilam kering terjamin

b. Harga bahan baku nilam kering rendah

c. Rendemen minyak nilam kasar tinggi

d. Peningkatan teknologi proses

e. Permintaan minyak nilam kasar tinggi

f. Mutu minyak nilam kasar tinggi

g. Biaya produksi rendah

h. Margin keuntungan tinggi

i. Sumberdaya manusia yang terampil

j. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko

rendah

4 Pedagang/Pengumpul

minyak nilam

a. Harga jual minyak nilam yang tinggi

b. Permintaan minyak nilam yang tinggi

c. Margin keuntungan tinggi

d. Minyak nilam yang berkualitas

e. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai

f. Tersedianya kredit modal kerja dengan resiko

rendah

5

Industri

Penyulingan/Eksportir

a. Harga jual minyak nilam kasar rendah

b. Ketersediaan minyak nilam kasar terjamin

c. Permintaan minyak nilam murni tinggi

d. Peningkatan teknologi proses

e. Minyak nilam murni berkualitas tinggi

f. Harga minyak nilam murni tinggi

g. Margin keuntungan tinggi

h. Iklim usaha yang kondusif

i. Kepastian pasar yang tinggi

87

Tabel 2 Daftar kebutuhan pemangku kepentingan industri nilam (lanjutan)

6 Lembaga Keuangan a. Tingkat resiko pembiayaan rendah

b. Tingkat keuntungan pembiayaan yang tinggi

c. Peningkatan jumlah nasabah

7 Pemerintah a. Meningkatnya lapangan pekerjaan

b. Meningkatnya pendapatan masyarakat

c. Meningkatnya pendapatan devisa

d. Meningkatnya pendapatan daerah

e. Meningkatkan perekonomian pedesaan

f. Terjaganya kelestarian lingkungan

Formulasi Permasalahan

Berdasarkan kebutuhan para pelaku di atas, permasalahan yang dihadapi

pelaku agroindustri minyak nilam dalam kaitannya dengan pemberdayaan agroindustri

minyak nilam di perdesaan adalah:

1. Harga minyak nilam yang selalu fluktuatif dan tidak pasti menyebabkan

keuntungan usaha agroindustri minyak nilam menjadi sangat tidak pasti.

Ketidakpastian pendapatan ini akan mengakibatkan ketidakpastian keuntungan

yang didapat oleh pelaku usaha agroindustri minyak nilam, terutama usahatani dan

industri kecil penyulingan

2. Harga bahan baku nilam kering yang selalu fluktuatif dan tidak pasti

menyebabkan biaya produksi minyak nilam menjadi tidak pasti sehingga

menambah ketidakpastian pendapatan para pelaku usaha agroindustri minyak

nilam

3. Budidaya tanaman nilam yang kurang baik mengakibatkan rendahnya rendemen

minyak nilam

4. Rentan terhadap ketidakseimbangan pasokan bahan baku dan permintaannya

5. Masih menggunakan teknologi yang sederhana

6. Keterbatasan sumberdaya finansial dan kemampuan SDM dari para pelaku usaha

7. Kualitas sumberdaya yang rendah dan lemahnya posisi tawar usaha tani (petani)

dan usaha lepas panen nilam mengakibatkan lemahnya dayasaing usaha tani dan

usaha lepas panen

8. Dukungan dari Lembaga dan Dinas terkait yang masih lemah / kurang

88

9. Kurangnya akses informasi, teknologi dan keterjangkauan akses permodalan

mengakibatkan rendahnya produktivitas produksi nilam dan minyak nilam kasar

10. Kelangkaan pasokan nilam kering sebagai bahan baku minyak nilam diakibatkan

oleh turunnya daya tarik petani untuk menanam nilam, semakin sempitnya lahan,

minimnya teknologi pertanian dan rendahnya produktivitas produksi nilam.

Dengan memperhatikan permasalahan utama dalam pengembangan industri

berbasis nilam, maka dibutuhkan suatu model pemberdayaan agroindustri minyak

nilam di perdesaan yang lebih baik dengan keberpihakan pada usahatani (petani).

Model yang dibangun ini untuk meningkatkan pemberdayaan agroindustri minyak

nilam di perdesaan melalui klaster agroindustri minyak nilam sehingga kehidupan

usahatani akan lebih meningkat lagi.

Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan hubungan antara kebutuhan dengan

permasalahan yang harus dipecahkan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Identifikasi sistem ini diperlukan untuk memfokuskan pemodelan tanpa mengurangi

kompleksitas yang ada. Pengetahuan ini diperlukan dalam perancangan model

pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam yang

akan dikembangkan. Agregasi atas kepentingan setiap pemangku kepentingan

teridentifikasi bahwa kesepakatan harga nilam kering dan minyak nilam kasar

merupakan optimalisasi dari sumberdaya agroindustri minyak nilam.

Sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dengan kesepakatan harga nilam

dan minyak nilam kasar yang akan dikembangkan ini dapat mengoptimalkan setiap

kepentingan dari para pemangku kepentingan yang terlibat pada klaster agroindustri

minyak nilam. Tujuan pengembangan sistem pemberdayaan agroindustri minyak

nilam di perdesaan ini adalah untuk menjamin kelangsungan usahatani yang berada

pada klaster agroindustri minyak nilam dan meningkatkan perekonomian perdesaan.

Keterkaitan dan koordinasi antar pemangku kepentingan dibutuhkan agar sistem

pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak nilam ini

dapat berjalan baik (Gambar 25). Dengan demikian akurasi pendugaan dari variabel-

89

variabel yang mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan merupakan prasyarat bagi

keberhasilan sistem yang dibangun.

Alat

Peralatan

Pupuk

Benih

Pemasok

USAHA TANI

PetaniIndustri Kecil

Penyulingan

Petani

Penyuling

USAHA LEPAS PANEN

PEDESAAN

Pedagang/

Pengumpul

Tingkat Dusun

Pedagang/

Pengumpul

Tingkat Desa

Konsu

men

Pedagang/

Pengumpul Tingkat

Kecamatan

PEDAGANG / PENGUMPUL

NILAM KERING

PEDAGANG / PENGUMPUL

MINYAK NILAM

Pedagang/

Pengumpul

Besar

Industri Alat &

Peralatan

Supplier Pupuk

& Pestisida

Pemerintah

Pusat & Daerah

Lembaga

Keuangan

Perguruan

Tinggi

Asosiasi

Minyak Atsiri

Dewan Atsiri

Indonesia

Industri

Penyulingan

/Eksportir

Besar

Gambar 25 Klaster agroindustri minyak nilam

Tujuan tersebut merupakan gambaran output yang dikehendaki bahwa

keberlangsungan klaster agroindustri nilam akan memberikan kontribusi terhadap

pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui ketersediaan lapangan kerja,

pemberdayaan ekonomi petani di perdesaan, meningkatkan daya saing untuk

menjamin pemenuhan permintaan nilam dan minyak nilam regional dan ekspor.

Industri penyulingan minyak nilam yang memiliki daya saing ini diharapkan akan

menarik investor dan mengingkatkan devisa negara. Perancangan sistem yang

dibangun mencakup pengendalian variabel-variabel input yang terkait rantai

kebelakang dan kedepan (backward dan forward lingkage) dari sistem klaster

agroindustri minyak nilam sehingga dapat mengoptimalkan variabel-variabel output

sesuai yang diinginkan dan meminimalkan output yang tidak dikehendaki. Sektor

produksi industri penyulingan minyak nilam murni membentuk loop positif dari

faktor-faktor penyusunnya yaitu pasokan bahan baku minyak nilam kasar dan harga

90

minyak nilam kasar. Untuk meningkatkan keberlanjutan produksi industri

penyulingan minyak nilam murni dengan melakukan optimalisasi faktor pasokan

bahan baku minyak nilam kasar (backward linkage) dan harga minyak nilam kasar

(forward linkage). Begitu pula pada industri penyulingan minyak kasar yang

membentuk loop positif dari faktor –faktor pasokan bahan baku nilam kering dan

harga nilam kering. Untuk meningkatkan keberlanjutan produksi industri penyulingan

minyak nilam kasar dengan melakukan optimalisasi faktor pasokan bahan baku nilam

kering dan harga nilam kering.

Dari aspek penyediaan bahan baku, bahan baku minyak nilam kasar harus

selalu tersedia baik dari segi jumlah maupun mutu yang sesuai dengan kebutuhan

industri penyulingan minyak nilam murni. Jumlah produksi minyak nilam kasar

dipengaruhi oleh jumlah pasokan nilam kering, rendemen minyak nilam kasar, dan

teknologi prosesnya. Sedangkan bahan baku nilam kering juga harus selalu tersedia

sesuai dengan kebutuhan industri penyulingan minyak nilam kasar. Jumlah produksi

nilam kering dipengaruhi oleh produktivitas nilam, budidaya, luas lahan dan teknologi

budidayanya. Causal loop diagram pasokan bahan baku membentuk loop positif Oleh

karena itu optimalisasi rantai nilai level usahatani dan optimalisasi produksi nilam

kering akan mendukung kontinuitas pasokan bahan baku nilam kering. Begitu pula

optimalisasi rantai nilai level usaha lepas panen akan mendukung kontinuitas pasokan

bahan baku minyak nilam kasar. Variabel input terkendali yaitu sumberdaya yang

dibutuhkan dalam kegiatan memasok bahan baku pada sektor ini meliputi: teknologi

budidaya nilam, teknologi proses minyak nilam kasar, sistem tataniaga nilam, dan

kelembagaan keuangan. Gambar 27 menunjukkan diagram keterkaitan variabel-

variabel dalam klaster agroindustri nilam.

Dari aspek distribusi produk minyak nilam murni, bagaimana kestabilan harga

dapat dijamin sehingga mampu meningkatkan daya saing dan meningkatkan rantai

nilai. Harga minyak nilam murni yang ditentukan oleh mutu produknya, dipengaruhi

oleh pasar internasional sehingga harganya cenderung fluktuatif. Harga minyak nilam

yang fluktuatif di pasar internasional, menjadi kendala dalam menjamin kestabilan

harga minyak nilam kasar dan harga nilam kering.

91

Gam

bar

26 D

iagra

m s

ebab

-akib

at a

gro

indust

ri m

inyak

nil

am

Ket

eran

gan

:

DN

K :

Dau

n N

ilam

Ker

ing M

NK

:M

inyak

Nil

am K

asar

M

NM

:Min

yak

Nil

am M

urn

i

92

Pada Causal loop diagram harga bahan baku membentuk loop positif. Turun

naiknya harga bahan baku nilam kering maupun minyak kasar bergantung pada harga

nimyak nilam murni. Harga minyak nilam murni bergantung pada harga pasar

internasional Oleh karena itu peran pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga

kestabilan harga agar kontinuitas pasokan bahan baku dapat terjamin.

Variabel input terkendali pada sektor ini meliputi: teknologi budidaya atsiri,

teknologi proses minyak atsiri, sistem tataniaga atsiri, sistem tataniaga minyak atsiri,

kelembagaan keuangan, kebijakan sistem ekspor, dan kebijakan terhadap industri

hilir.

Input tak terkendali yaitu elemen dalam sistem yang mempengaruhi kinerja

sistem tetapi tidak dapat dikendalikan keberadaannya. Dalam sistem pemberdayaan

agroindustri minyak atsiri ini, input tak terkendali meliputi: harga minyak atsiri, harga

bahan baku, rendemen, dan persaingan industri.

Output yang dikehendaki adalah tujuan yang ingin dicapai yang meliputi:

tingkat keuntungan usaha yang tinggi, kestabilan harga, keberlanjutan produksi,

peningkatan daya saing, dan peningkatan devisa.

Output yang tidak dikehendaki adalah efek yang tidak diinginkan sehingga

perlu diminimumkan. Output yang tidak dikehendaki ini meliputi : penurunan

kemampuan produksi, penurunan mutu produk, fluktuasi harga, penurunan

pendapatan, penurunan pasokan bahan baku, dan penurunan devisa. Input lingkungan

merupakan kondisi lingkungan diluar sistem yang turut mempengaruhi kinerja sistem.

Input lingkungan sistem ini meliputi: iklim, kondisi ekonomi nasional, dan kondisi

pasar minyak atsiri internasional. Gambar 27 menunjukkan hubungan keterkaitan

variabel-variabel pada diagram black box.

93

Gambar 27 Diagram input-output model pemberdayaan masyarakat perdesaan

dalam klaster agroindustri minyak atsiri

Input Lingkungan

Iklim

Kondisi ekonomi

nasional

Kondisi pasar

minyak atsiri

internasional

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERDESAAN dalam KLASTER AGROINDUSTRI

MINYAK ATSIRI

Input Tak Terkendali

Harga minyak atsiri

Harga bahan baku

Rendemen

Persaingan industri

Output Yang Dikehendaki

Tingkat keuntungan usaha

yang tinggi

Kestabilan harga

Keberlanjutan produksi

Peningkatan daya saing

Peningkatan devisa

Input Terkendali

Teknologi budidaya atsiri

Teknologi proses minyak

atsiri

Sistem tataniaga atsiri

Sistem tataniaga minyak atsiri

Kelembagaan keuangan

Kebijakan ekspor

Kebijakan industri hilir

Output Tidak Dikehendaki

Lahan yang tidak

termanfaatkan

Terjadinya tanah longsor

Penggunaan tenaga kerja

berlebihan

Penggunaan pupuk berlebihan

Penggunaan energi berlebihan

Penurunan devisa

MANAJEMEN PENGENDALIAN