pemikiran ibn taimiyah tentang metode · pdf filepemikiran ibn taimiyah ... filsafat, dan...

30
1 PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN A. Identifikasi Masalah Ibn Taimiyah adalah seorang pemikir Muslim yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia Islam. Dia ahli dalam hampir semua cabang pengetahuan Islam. Karya-karya dia meliputi bidang Aqidah, Fiqh, Hadits, Tafsir, Tasawuf, Filsafat, dan Politik. Berbekal segala kemampuan yang dimiliki, Ibn Taimiyah berupaya membangun kembali masyarakat Islam di atas sendi-sendi Islam yang pokok, yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Upaya yang dilakukannya berangkat dari asumsi dasar bahwa kaum Muslimin generasi pertama maju dengan pesat karena mereka berpegang kepada ajaran Islam dan menghormati Al-Qur’an. Sebaliknya kaum Muslimin pada masanya lemah dan kurang dihargai komunitas agama lain karena mereka telah meninggalkan sumber ajarannya. Ia berkesimpulan bahwa tugas utama yang harus dijalankannya adalah menyeru ummat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan dalam memahaminya menggunakan pemahaman kaum Muslimin generasi pertama untuk menguji madzhab-madzhab dan hasil pemikiran kaum Muslimin dari masa ke masa. Satu langkah strategis yang dilakukan oleh Ibn Taimiyah ke arah itu adalah merumuskan kerangka dasar atau prinsip-prinsip penafsiran Al-Qur’an dalam karyanya Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir. Syaikh Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn Qasim al-‘Asimi al-Najdi al-Hanbali menghimpun risalah tafsir Ibn Taimiyah dalam Juz 14-17.

Upload: trinhnga

Post on 01-Feb-2018

278 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

1

PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH

TENTANG METODE PENAFSIRAN AL-QUR’AN

A. Identifikasi Masalah

Ibn Taimiyah adalah seorang pemikir Muslim yang sangat besar

pengaruhnya terhadap dunia Islam. Dia ahli dalam hampir semua cabang

pengetahuan Islam. Karya-karya dia meliputi bidang Aqidah, Fiqh, Hadits, Tafsir,

Tasawuf, Filsafat, dan Politik. Berbekal segala kemampuan yang dimiliki, Ibn

Taimiyah berupaya membangun kembali masyarakat Islam di atas sendi-sendi

Islam yang pokok, yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Upaya yang dilakukannya

berangkat dari asumsi dasar bahwa kaum Muslimin generasi pertama maju dengan

pesat karena mereka berpegang kepada ajaran Islam dan menghormati Al-Qur’an.

Sebaliknya kaum Muslimin pada masanya lemah dan kurang dihargai komunitas

agama lain karena mereka telah meninggalkan sumber ajarannya. Ia

berkesimpulan bahwa tugas utama yang harus dijalankannya adalah menyeru

ummat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan dalam

memahaminya menggunakan pemahaman kaum Muslimin generasi pertama untuk

menguji madzhab-madzhab dan hasil pemikiran kaum Muslimin dari masa ke

masa.

Satu langkah strategis yang dilakukan oleh Ibn Taimiyah ke arah itu

adalah merumuskan kerangka dasar atau prinsip-prinsip penafsiran Al-Qur’an

dalam karyanya Muqaddimah fi Ushul al-Tafsir. Syaikh Abdurrahman Ibn

Muhammad Ibn Qasim al-‘Asimi al-Najdi al-Hanbali menghimpun risalah tafsir

Ibn Taimiyah dalam Juz 14-17.

Page 2: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

2

Ibn Taimiyah dinilai telah membuka jalan bagi lahirnya mufassir klasik

Ibn Katsir. Ibn Taimiyah memperoleh penghargaan dari Muhammad Rasyid

Ridha dalam Tafsir Al-Manar. Bahkan M. Quraish Shihab menyatakan bahwa Ibn

Taimiyah adalah salah seorang ulama yang paling banyak mempengaruhi jalan

fikiran Rasyid Ridha. Penelitian mendalam terhadap karya-karya Ibn Taimiyah

dalam bidang tafsir yang meliputi pandangan-pandangan teoretiknya tentang

prinsip-prinsip penafsiran al-Qur’an, hasil evaluasinya terhadap kitab-kitab tafsir

terdahulu, metode dan karakteristik penafsirannya, diharapkan dapat ditemukan

kerangka penafsiran Al-Qur’an Ibn Taimiyah yang utuh dan menjadi sumbangan

metodologis dalam studi tafsir bagi masyarakat Muslim masa kini dan masa yang

akan datang.

Masalah utama yang diangkat dalam pelitian ini dituangkan dalam

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Ibn Taimiyah terhadap penafsiran para ulama pada

masanya atas Al-Qur’an?

2. Bagaimana prinsip-prinsip dan metode penafsiran Al-Qur’an yang terbaik

menurut Ibn Taimiyah?

3. Bagaimana ciri khas penafsiran Ibn Taimiyah?

B. Metodologi Penelitian

1. Penentuan Metode Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji tentang sistem penafsiran Ibn Taimiyyah

terhadap Al-Qur’an yuang mencakup penilaiannya terhadap penafsiran Al-Qur’an,

Page 3: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

3

pandangannya tentang metode penafsiran Al-Qur’an yang ideal dan karakteristik

penafsiran atas ayat-ayat Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatip. Ia menekankan pada penggalian nilai-nilai yang terkandung

dalam penafsiran Ibn Taimiyyah terhadap Al-Qur’an dengan cara melihat makna

yang terkandung dalam karyanya sebagaimana adanya dan membuat interpretasi

terhadap apa yang tersirat di baliknya.

Penggunaan metode penelitian kualitatif dalam penelitian didasarkan atas

pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, pemahaman dan pengamalan atas nilai-nilai agama sangat sulit

diukur secara kuantitatif. Bahkan pengkonversian pemahaman dan praktik

keagamaan ke dalam angka-angka yang dianalisis dan ditafsirkan secara pasti

dapat menjerumuskan peneliti ke dalam dikotomi benar-salah atau kuat-lemah

yang membahayakan karena ajaran agama terutama yang menyangkut kehidupan

manusia banyak yang sifatnya zhanni (uncertain) yang memungkinkan lahirnya

interpretasi dan pengamalan yang berbeda.

Kedua, data yang dikumpulkan sebagian besar berupa kata-kata yang

tertulis yang berhubungan dengan pemahaman serta pengamalan atas nilai-nilai

agama.

Ketiga, metode ini dapat digunakan untuk memahami berbagai keadaan,

pemahaman, dan sifat individu secara holistik.

Keempat, metode kualitatip memungkinkan kita untuk memahami tokoh

secara personal dan memandang dia sebagaimana dia sendiri mengungkapkan

pandangan dunianya serta memungkinkan kita untuk menangkap pengalamannya

Page 4: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

4

dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungannya. Dengan demikian dapat

dirumuskan konsep-konsep yang hakiki tentang sisi-sisi kehidupan dia yang

relepan dengan topik penelitian.

Kelima, metode kualitatip memungkinkan peneliti untuk melakukan

verifikasi dan eksplanasi secara mendalam serta mencatatnya ketika menemukan

masalah-masalah baru dari objek penelitian yang secara teoritik dinilai

menyimpang dari apa yang seharusnya.

Keenam, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang

berhubungan dengan teori tertentu. Teori-teori yang dianggap sudah mapan dalam

bidang ini hanya dijadikan sebagai kerangka dalam melakukan penelitian ini.

2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Pada saat

studi kepustakaan dilakukan pencatatan mengenai segala hal yang ditemukan dari

kepustakaan yang dianggap relevan dengan topik penelitian. Catatan penelitian itu

disamping medokumentasikan persoalan-persoalan yang dijumpai juga dilengkapi

dengan catatan peneliti tentang persoalan yang dianggap perlu diberikan catatan.

3. Sumber Data

Sumber data terbagi dua bagian: (1) sumber data primer dan (2) sumber

data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah karya-karya Ibn

Taimiyyah yang berhubungan masalah tafsir. Seangkan sumber data sekunder

penelitian ini adalah karya-karya para ulama lain tentang penafsiran Al-Qur’an

khusus yang membahas tentang biografi dan pemikiran-pemikiran Ibn Taimiyyah

Page 5: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

5

tentang tafsir.

4. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian di lapangan, secara garis besarnya adalah

sebagai berikut:

Pertama, menemukan berbagai literatur yang berhubungan dengan objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan secara tertutup yakni di perpustakaan, oleh

karena itu tidak memerlukan dari pemerintah.

Kedua, menemukan key source data (referensi yang dijadikan sumber data

kunci/utama). Setelah sejumlah kitab/buku diperoleh, kemudian peneliti

menyeleksi referensi tersebut guna menemukan yang paling utama.

Ketiga, pegumpulan data. Pada awal proses pengumpulan data, peneliti

mereview daftar isi seluruh referensi yang sudah terkumpul guna menemukan

bagian-bagian tertentu dari buku yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

Setelah sumber-sumber itu difahami dengan baik pada waktu itu juga beberapa

persoalan yang menonjol baik secara substantif maupun teoritik telah dicatat oleh

peneliti yang kemudian dikembangkan pada proses pengumpulan data berikutnya.

Kemudian, peneliti mencurahkan seluruh waktu dan perhatiannya untuk

mempelajari secara mendalam segala sesuatu yang berhubungan dengan

persoalan-persolan yang dijadikan perhatian utama dalam penelitian. Pada waktu

pengumpulan data ini, segala sesuatu yang berkenaan dengan proses pengumpulan

data dicatat secara global dan sistematis yang detailnya dimasukkan setiap hari

setelah selesai pencarian data pada hari itu.

Page 6: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

6

Keempat, mengerjakan atau menganalisis dan menafsirkan data. Tahap ini

dilakukan peneliti secara komprehensip setelah selesai melakukan kegiatan

pengumpulan data. Dikatakan secara komprehensip, karena sesungguhnya proses

analisis data berlangsung secara terus menerus sejak peneliti mengumpulkan data

pada tahap pertama. Yang dimaksud dengan analisis data di sini adalah sebuah

proses untuk mengidentifikasi tema-tema secara formal dan membentuk

generalisasi yang dapat diangkat dari data.

Kelima, pengecekan data. Setelah proses analisis data tuntas, temuan-

temuan penelitian dituangkan ke dalam drap laporan dan hasilnya didiskusikan

dengan dengan teman-teman anggota Team Teaching Tafsir untuk dilakukan

pengecekan an menampung masukkan. Mereka akan diberikan kesempatan untuk

mengomentari seluruh temuan penelitian serta segala kekurangan atau

penyimpangan dari yang sebenarnya dilengkapi atau dikoreksi.

5. Validitas Data

Tingkat keabsahan (trustworthiness) seluruh data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini telah diupayakan untuk memenuhi empat kriteria: (1) tingkat

kepercayaan (credibility --internal validity dalam penelitian kuantitatip), (2)

keteralihan (transferability --external validity dalam penelitian kuantitatip), (3)

kebergantungan (dependability --reliability dalam penelitian kuantitatip) dan (4)

tingkat kepastian (confirmability –objectivity dalam penelitian kuantitatip).

Teknik yang diterapkan peneliti untuk menjaga keabsahan data yang

disajikan dalam disertasi ini adalah sebagai berikut.

Page 7: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

7

Pertama, untuk memenuhi kriteria tingkat kepercayaan data yang dapat

dibuktikan kebenarannya dengan cara membandingkan temuan-temuan penelitian

dengan kenyataan-kenyataan lain yang berbeda yang ditemukan pada obyek

penelitian, peneliti menerapkan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Penelitian di perpustakaan dilakukan dalam waktu yang cukup lama, yaitu satu

tahun dan dilakukan secara langsung, yaitu peneliti menjadi instrumen

penelitian, sehingga berbagai aspek dapat difahami dengan baik. Dengan

demikian kemungkinan salah tafsir terhadap obyek penelitian sangat kecil.

2. Penelitian dilakukan dengan penuh ketekunan sehingga datanya mendalam.

Berbagai ciri dan unsur yang relevan dengan masalah yang diteliti dapat

ditemukan dan peneliti memusatkan diri pada msalah-masalah tersebut secara

detail.

3. Melakukan pengecekkan data dengan cara membandingkan data yang

dikumpulkan dengan data yang diperoleh dari sumber, metode, peneliti dan

teori yang berbeda (triangulasi).

4. Memeriksakan data yang dikumpulkan kepada peneliti lain dengan cara

mempresentasikannya dalam suatu diskusi analitik. Teknik ini dapat membuat

peneliti tetap jujur dan terbuka, serta terjadi proses pengujian awal terhadap

generalisasi yang akan dirumuskan.

5. Melakukan analisis terhadap kasus negatif, yaitu mengumpulkan contoh dan

kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan umum dari data yang

telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.

Page 8: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

8

6. Menelaah referensi lain yang berhubungan dengan topik penelitian sebanyak-

banyaknya untuk menampung teori-teori yang relevan dan kritik-kritik tertulis

sebagai bahan evaluasi.

7. Melakukan pengecekkan terhadap sumber-sumber yang digunakan sebagai

sumber dalam pengumpulan data; dalam masalah data itu sendiri, kategori

analitis, penafsiran data, dan kesimpulan. Cara ini memungkinkan beberapa.

Kedua, untuk memenuhi kriteria keteralihan, yaitu bahwa generalisasi

yang ditemukan dalam penelitian dapat berlaku atau diaplikasikan pada semua

bidang yang sama berdasarkan temuan yang diperoleh ini dilakukan penguraian

yang rinci terhadap data. Peneliti menguraikan konteks penelitian dilakukan

seteliti dan secermat mungkin dan berbagai argumen dikemukakan secukupnya

yang dapat memperkuat generalisasi yang dikemukakan dan memancing peneliti

lain untuk ikut merenungkannya secara mendalam.

Ketiga, untuk memenuhi kriteria kebergantungan yaitu bahwa hasil yang

sama ditemukan dalam replikasi studi yang dilakukan dalam kondisi yang serupa

dilakukan audit kebergantungan. Audit merupakan konsep fiskal yang

dimanfaatkan untuk mengecek tingkat kebergantungan dan kepastian data baik

dari segi proses maupun hasil. Bidang-bidang yang diaudit adalah data mentah,

data yang telah direduksi dan hasil kajian, rekonstruksi data dan hasil sintesis,

catatan tentang proses penyelenggaraan penelitian, bahan yang berhubungan

dengan maksud dan tujuan penelitian dan informasi tentang pengembangan

instrumen. Proses audit dilaksanakan melalui tahap-tahap: praentri, penetapan

Page 9: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

9

bidang-bidang yang dapat diaudit, kesepakan antara auditor dan auditi, penentuan

keabsahan dan menutup proses audit.

Keempat, untuk memenuhi kriteria kepastian dilakukan audit kepastian

yang bidang dan proses auditnya sama dengan pada audit kebergantungan, tapi

proses audit lebih difokuskan pada tingkat kepastian data dengan cara

memperhatikan secara lebih mendalam tentang apa dan bagaimana data

dikumpulkan serta kondisi yang mengitari proses pengumpulan data yang

mempengaruhi data.

6. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dianalisis secara induktif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data dilakukan sejak penulis

mengumpulkan data sampai setelah selesai mengumpulkan data yang dilakukan

behind the table. Prosedur analisis data kualitatif ini dilakukan sebagai berikut:

1. Membaca dan merenungkan secara mendalam seluruh catatan penelitian yang

telah disusun peneliti ketika mengumpulkan data;

2. Menyaring informasi sehingga informasi yang tidak sesuai dengan

pengalaman atau tujuan penelitian dibuang;

3. Menyusun data bedasarkan klasifikasi dan dimasukkan ke dalam maf-maf

yang terpisah berdasarkan topik-topik yang telah diberi kode untuk

memudahkan dalam penemuan tema atau generalisiasi;

4. Memeriksa ulang data yang telah dikelompokkan berdasarkan topik untuk

mendapatkan pola;

5. Mencatat topik-topik penting. Kegiatan ini sesungguhnya telah dilakukan

Page 10: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

10

sejak kegiatan pengumpulan data dilakukan;

6. Memperjelas topik-topik yang dinilai masih kabur;

7. Memberikan kode dengan angka dan huruf atas topik-topik yang penting

untuk memudahkan dalam penemuan pola;

8. Menyusun generalisasi; dan

9. Menyeleksi generalisasi-generalisasi dengan ketat dengan cara merujukkan

generalisasi-generalisasi itu kepada kepustakaan yang relevan dan yang tidak

sesuai serta tidak berguna bagi pengembangan teori dibuang.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Sistematika Penafsirannya

Tafsir Ibnu Taimiyyah yang menjadi bahan kajian ini dihimpun oleh

Abdurrahman Muhammad ibn Qasim al-Ashimi an-Najdi al-Hambali bersama

anaknya, Muhammad, dalam empat jilid. Tafsir tersebut dimuat dalam Majmu

Fatawa Syaihul Islam Ahmad Ibnu Taimiyyah jilid 14-17. diterbitkan pertama kali

pada tahun 1382 H. kurang lebih tahun 1961 M. maliputi 64 surat dari 114 surat

dalam al-Qur'an. Ayat-ayat dalam surat tersebut tidak seluruhnya ditafsirkan satu-

demi satu.1

Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

ayat, karena ia berpendapat bahwa sebagian dari ayat-ayat al-Qur'an sudah jelas

dengan sendirinya dan sebagiannya telah ditafsirkan ulama dalam sejumlah kitab.

Ia membatasi penafsiran pada ayat-ayat yang dipandangnya masih membutuhkan

1 Ibnu Taimiyyah, “Majmu fatawa, Ibnu Taimiyyah”, juz 14-17 (Madinah al-Rriyadh,

1382 H).

Page 11: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

11

penjelasan lebih lanjut. Dengan demikian, sekalipun surat itu demikian pendek,

jika tidak diperlukan tambahan penjelasan, maka ia tidak lakukan.2

Sejalan dengan pandangannya diatas, Ibnu Taimiyyah menafsirkan ayat-

ayat dan surat-surat dalam al-Qur'an menurut kebutuhan. Ia mengawali tafsirnya

dengan menjelaskan nama-nama al-Qur'an berdasarkan sebutan-sebutan yang

tertera dalam al-Qur'an itu sendiri. Nama-nama itu, antara lain, al-Furqon, al-

Kitab, al-Huda, al-Nur, al-Syifa, al-Bayan, al-Mauijhah, al-Rohmah, Bashair,

aBalagh, al-Karim, al-Majid, al-Aziz, al-Mubarak, al-Tanjil, al-Munajjal, al-

Shirat, al-Mustaqim, Hablullah, Al-Zikr, al-Dikra, Tadzkirah, al-Matsani, al-

Hakim, al-Muhkam, al-Hakim, al-Mufashol, al-Burhan, al-I’lm,. Al-Qayyim.3

Langkah selanjutnya menafsirkan ayat-ayat yang dipandang perlu

penjelasan lebih lanjut dari tafsir-tafsir yang telah ada. Setiap surat yang

ditafsirkan tidak tentu meliputi keseluruhan ayatnya, baik pada surat-surat yang

terhitung panjang maupun pada surat-surat yang relative pendek.

Ketika menafsirkan surat al-Fatihah, mula-mula ia menjelaskan gambaran

umum surat-surat tersebut dengan mengutip hadits nabi saw. Riwayat muslim,

bahwa Allah SWT Membagi al-fatihah untuk dirinya dan untuk hambanya. Ayat:

“Alhamdulillahirobbilalamin” dan dua ayat sesudahnya adalah untuk Allah SWT

Ayat: “Iyyakana’budu waiyyaka nastain”, sebagian yang pertama yakni

“Iyyakana’budu”, untuk dia dan sebagian yang kedua, yakni “iyyakanastain”,

2 Ibnu Taimiyyah, “Muqaddimah Fiushuli Tafsir” (Quait: Dasrul-Quran al-Karim,t.th.),

hlm. 11. 3 Ibnu Taimiyyah, “Majmu”, Op. Cit., hlm. 14: 1-2.

Page 12: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

12

untuk hambanya. Ayat: “Ihdinashirotolmustaqim dan shirotol-ladzina an’amta

alaihim” hingga akhir surat tersebut adalah untuk hambanya.4

Pembahasan selanjutnya dibagi-bagi dalam beberapa pasal, dengan mula-

mula dipokuskan pada ayat yang dipandang sentral dalam surat itu, yakni,

“Iyyakana’budu waiyyaka nasta’in”, kamudian kembali ke ayat yang permulaan,

yakni “Alhamdulillahirobbilalamiin”, diikuti dengan fasal tauhid Rububiyyah dan

tauhid Uluhiyyah. Disitu dibahas hakikat manusia, keterbatasan manusia dan

kehendak Allah SWT Kepada hamba-hambanya.5

Ibnu Taimiyyah menerapkan langkah-langkah yang serupa ketika

menafsirkan surat kedua dalam al-Qur'an, yakni al-Baqarah, surat ketiga al-Imran

dan seterusnya.

2. Corak Penafsirannya

Berdasarkan kategorisasi corak tafsir yang ada, sejak dahulu hingga

sekarang tafsir Ibnu Taimiyyah dapat dimasukkan dalam kelompok tafsir yang

bercorak sastra budaya kemasyarakatan. Ciri penafsiran bercorak demikian,

sebgaimana diuraikan pada bagian terdahulu, ialah menjelaskan petunjuk-

petunjuk ayat al-Qur'an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat

serta usaha-usaha untuk menanggulangi masalah-masalah mereka berdasarkan

petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakannya dalam bahasa yang mudah

dimengerti lagi indah dan lancar.

4 Ibid., hlm. 14: 7-8. 5 Ibid., hlm. 14: 40.

Page 13: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

13

Selaku mufassir, Ibnu Taimiyyah tidak disibukan dengan pelik-pelik I’rab

dan persoalan kebahasaan pada umumnya, kecuali untuk menegaskan maknanya,

atau untuk mentarjihkan makna yang sesuai dengan maksud ayat. Sebaliknya ia

mencurahkan perhatian pada “Ihtiyar” menemukan solusi atau cara pemacahan

masalah dalam al-Qur'an terhadap problema jamannya dan persoalan

kamasyarakatan yang dihadapi di lingkungan dimana ia hidup. Untuk itu

terkadang ia menghimpun berbagai ayat yang tersebar dalam al-Quran mengenai

suatu persoalan tertentu lalu menghadirkan sejumlah hadits yang menjelaskan

persoalan tersebut, mengutip nash-nash dari ulama salaf, kalangan shabat,dan

tabi’in yang diperlukan untuk mengupas tuntas persoalan tersebut. Corak tafsir

yang demikian, seperti disebut Muhammad al-Julainid, mendekati apa yang

dewasa ini dikenal dengan tafsir al-Qur'an al-Maudhu’i (tematik).

3. Ciri-ciri Penafsirannya

Diantra ciri pokok penafsiran Ibnu Taimiyyah adalah sebagai berikut.

Pertama, memandang Satu Surat Sebagai Satu Kesatuan yang Serasi dan

Utuh Ketika menafsirkan surat al-fatihah, misalnya, ia lebih dahulu mehnjelaskan

kedudukan surat tersebut sebagai “Umul Kitab” (induk kitab), “Fatihatul Kiltab”

(pendahuluan, pembukaan kitab), “al-Sab’u Minal Matsani” (tujuh yang diulang-

ulang), “al-Syafiyah” (penyembuh) “al-Wajibah fi al-Shalawat” (yang wajib

dalam shalat), “al-Kafiyah” (yang mencukupi). Kemuidian menjelaskan

keutamaan al-Fatihah sebagai surt yang paling utma dalam al-Qur'an. Seterusnya

menjelaskan pokok-pokok kandungannya dan memfokuskan perhatian pada

Page 14: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

14

bagian-bagian ayat-ayat yang dipandang memerlukan tafsiran lebih lanjut dan

menjelaskan kaitan ayat yang satu denga yang lain.6

Ketika menafsirkan surat al-Ikhlas Ibnu Taimiyyah menjelaskan perbedaan

penggunaan lafal “Ahad” (Esa) dan lafad “Shamad” (Tuhan yang sempurna

kemulyaanya) dalam masing-masing ayatnya. Lafal “Ahad” tidak didahului

dengan alif dan lam (lam ta’rif), sedangkan lafal “Shamad” didahului dengan lam

ta’rif. Maksudnya, lafal “Ahad” itu tidak patut digunakan untuk menyipati

sesuatu kecuali Allah SWT Jika digunakan untuk menyebut sesuatu selain Allah

maka dalam susuna kalimat bahasa arab harus dalam bentuk nafi’ (negativ),

misalnya “Laa ahada fi al-Dar”; atau dalam bentuk idhofah, seperti dalam firman

Allah : “Faba’atsu Ahadakum Biwariqikum Hadzihi” (QS. 18 : 19) adapun kata

“Shamad” kadang digunakan oleh ahli bahasa untuk menyebut seseorang atau

suatu mahluk. Maka untuk menghususkan apa yang dimaksud ayat digunakanlah

alif dan menjadi “al-Shomad”, yang mengandung arti dialah Allah yang berhak

untuk menyandang gelar “Samad”. Adapun mahluk, jika ia “Shamad” dalam

beberapa segi, namun hakikat ke-Shamadan-nya relative.7

Kedua, menekankan Kandungan Al-Quran sebagai Sumber Aqidah. Ketika

menafsirkan ayat: “Alhamdulillahirobilalamin”, Ibnu Taimiyyah menegaskan

bahwa Allah adalah tuhan yang disembah. Lafal Allah adalah lebih tepat

digunakan dalam rangka beribadah. Maka dikatakan: “Allahu Akbar”,

“Alhamdulillah”, “Subhana Allah”, “Laailaaha illa Allah” dan seterusnya.

6 Ibid., , hlm. 14:5-40 7 Ibnu Taimiyyah, “Tafsir surh al-Ikhlas” (Kairo: Darut-Tiba’ah al-Muhammadiyyah,

t.thlm.),hlm. 28-29

Page 15: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

15

Sedangkan “al-Rab” adalah Tuhan yang memelihara, pencipta, pemberi rizki,

penolong dan pemberi petunjuk. Maka lafal tersebut lebih pas digunakan ketika

seseorang memohon dan meminta kepada Allah, seperti: “Rabighfir lii

Waliwaalidayya” (QS. 71:28); “Robbana Dzalamnaa Anfusana” (QS 7 : 23);

“Robbi inni Dzalamtu Nafsi” (QS.28:16); “Robbana laa Tuakhidzna in Nasiina

au Akhto’naa” (QS. 2: 286).8 Ia menegaskan bahwa surat al-Fatihah juga

menekankan tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah. Ketika menafsirkan surat al-

Ikhlas, Ibnu Taimiyyah menjelaskannya secara panjang lebar dalam rangka

memperkokooh aqidash kaum muslimin pada umumnya.9

Ketiga, menafsirkan Ayat Al-Quran dengan Al-Quran . Ibnu Taimiyyah

konsisten dengan pandanganya bahwa sebaik-baik cara menafsirkan adalah

menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an. Ketika menafsirkan ayat: “Ihdina

Shirata al-Mustaqiim”, misalnya, ia mengutip sejumlah ayat al-Qur'an yang

memuat lafal “Hidayah” dan “Shirata al-Mmustaqim” berikut:10

153. “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku

yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan

8 Ibnu Taimiyyah, “Majmu”, op,cit hlm. 14:12-13 9 Ibid., hlm. 17; 214-504 10 Ibnu Taimiyyah, “Daqaiqu al-Tafsir” (Beirut: Masasaulamil Quran 1986), hlm. 218-

219

Page 16: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

16

(yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-

Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”.

117. “Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas”.

118. “Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus”.

1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang

nyata[1393],

2. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang

telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya

atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,

3. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat

(banyak).

“Asshirata al-Mustaqim”, dengan mengacu kepada ayat-ayat tersebut,

dapat ditafsirkan sebagai al-Qur'an agama Islam dan jalan ibadah kepada allah.11

Ayat lain yang ditafsirkan menurut Ibnu Taimiyyah dengan nash-nash al-

Qur'an misalnya:12

11 Ibnu Taimiyyah “Majmu”, Op. Cit., hlm. 14: 37-39. 12 Ibnu Taimiyyah “Daqaiqu”, Op. Cit., hlm. 240.

Page 17: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

17

221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Permulaan ayat tersebut yakni “Wala Tankkihul Musyrikat” mengundang

silang pendapat diantara ulama. Sebagian membolehkan laki-laki muslim

menikahi perempuan Nashrani maupun Yahudi. Lalu muncul pertnyaan apakan

orang-orang Yahudi atau Nashrani termasuk golongan musyrikin atau ntidak. Ibnu

Taimiyyah mula-nmula menjelaskan kebolehan laki-laki muslim menikahi ahli

kitab berdasarkan QS al-Maidah (5):5 berikut:

Page 18: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

18

5. Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.

Sementara terdapat riwayat dari Ibnu Umar bahwa beliau benci menikahi

ahli kitab dan berkata: “Aku tidak mengetahui kemusyrikan yang lebih besar

ketimbang wanita yang berkata bahwa Tuhan-nya Isa anak Maryam”.13 Lebih

lanjut Ibnu Taimiyyah menegaskan bahwa ahli kitab itu tidak termasuk orang-

orang musyrik berdasarkan firman Allah:

62. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,

orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka

yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,

mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran

kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

13 Ibid.

Page 19: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

19

Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa sementara orang memandang ahli

kitab sebagai musyrik berdasarkan firman Allah:14

31. “Mereka menjadikan orang-orang Alimnya dan Rahib-rahib

mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-

Masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan

yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci

Allah dari apa yang mereka persekutukan”.

Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa ahli kitab itu asal ushul agamanya

tidak menyekutukan tuhan, tetapi tauhid. Namun perjalanannya mereka

melakukan bid’ah kemusyrikan seperti diisyaratkan oleh ayat tersebut diatas. Ibnu

Taimiyyah menambahkan keterangan, bahwa manakala ditemukan al-Qur'an

menyebutkan bahwa mereka melakukan kemusyrikan, itu adalah bid’ah yang

telah diperintahkan Allah SWT Dan jika mereka dibedakan dari kaum musyrikin

lantaran asal usul agama mereka mengikuti ajaran kitab suci yang membawa

pesan tauhid, bukan syirik, dan Allah SWT Tidak menyebut ahli kitab sebagai

musyrik dengan menggunakan kata benda, tetapi al-qurean menyebutkan

kemusyrikannya dengan kata kerja “Yusyrikun”. Sedasngkan ayat dri surat al-

Baqarah menyebutkannya dengan bentuk kata benda (isim): musyrikin dan

musyrikat.15 Penggunaan isim lebih tegas ketimbang fi’il.

14 Ibid. 15 Ibid.

Page 20: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

20

Keempat, menafsirkan Ayat al-Quran dengan Hadits-hadits Nabi dan

Perkataan para Sahabat. Ketika menafsirkan ayat: “Ihdinashirata al-Mustaqim”,

Ibnu Taimiyyah mengutip hadits Nabi Saw. Dari Abdullah bin Mas’ud berikut.

Nabi Saw. Membuat sebuah garis, lalu membuat beberapa garis lagi di kanan dan

kirinya. Kemudian berkata: “Ini sabilillah” dan yang ini jalan-jalan yang

diatasnya terdapat setan-setan yang menyeru kepadanya. Siapa memenuhi

panggilan setan ia dilempar kedalam neraka. Lalu beliau membaca, QS. 6: 153,

“Wa anna hadza shirathi mustaqiman” (dan bahwa ini adalah jalan-Ku yang

lurus).16

Ketika menafsirkan surat al-Ikhlas Ibnu Taimiyyah mengutip puluhan

hadits dan perkataan sahabat, baik yang menjelaskan sebab atau latar belakang

turunnya surat, tersebut maupun makna lafal-lafal yang terkandung didalamnya,

diantara riwayat-riwayat itu adalah sebagai berikut.17

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Amir bin Thufail berkata kepada

Nabi: “Kepada apa engkau menyeru kami hai Muhammad? Nabi menjawab:,

“Kepada Allah” Amir bin Thufail berkata kembali, “Terangkan kepadaku, apakah

ia dari emas atau dari perak, ataukah dari besi? Turunlah surat itu.”

Diriwayatkan dari Abu Zar’ah dari Ahmad bin Mani, dari Muhammad bin

Maisir yakni Abu Sa’id al-Saghani, dari Abu Ja’far al-Razi, dari Rabi’ bin Abbas,

dari Abul Aliyah dari Ubaid bin Ka’ab tentang lafal al-Shomad berkata; “al-

Shamadu aladzi lam Yalid Walam Yuulad Liannahu Laisa Syai’un Yalidu illa

Yamutu wala Syai’un Yamutu illa Yuratsu”, “Wainallaha la Yamutu wala Yaratsu

16 Ibid., hlm. 181-182. 17 Ibnu Taimiyyah, “Tafsir”, Op. Cit., hlm. 186 dan 17.

Page 21: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

21

Walam Yakun lahu Kufuwan Ahadun”, “Qala lam Yakun lahu Syibhun wala

Adlun lalisa Kamistlihi Syai’un”.

Ketika menafsirkan ayat do’a: “Rabbana la Tuakhidna Innasina au

Akht’ana dan seterusnya, Ibnu Taimiyyah mengemukakan keutamaan do’a itu

berdasarkan beberapa riwayat dari nabi saw serta mengemukakan falsafah do’a

dari beliau sebagai berikut:18

“Ma min ‘Abdin Yad’ullaha Bida’watin laisa fiha Itsmun wala Qathi’atu

Rahimin illa A’thaullahu biha Ihda Khishalin Tsalats”, “Imma an Yu’ajjila lahu

Da’watuhu Waimma an Yukafara ‘anhu Minadzdzunubi Mitsluha, wa Imam an

yudfa’a ‘Anhu minal bala’i Mitsluha…”(HR. al-Tirmidzi).

“Tak seorang mukmin pun yang memohon kepada Allah suatu permohonan yang tidak mengandung dosa dan tidak pula memutuskan tali silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan dengan permohonan itu salah satu dari antara tiga hal berikut: Pertama, Allah akan segera mengabulkan permintaannya; kedua, Allah menyediakan balasan baik sepadan dengan catatan kebaikan yang telah pernah ditempuh; ketiga; Allah akan mengampuni dosa-dosa yang sepadan dengan kebaikan yang dimohonkan”

Kelima, menggunakan Akal Secara Kritis dalam Menilai dan

Menyimpulkan Keberadaan Manusia Dihadapan al-Qur’an. Ketika menafsirkan

ayat: “Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in” (hanya kepada Engkaulah kami

menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (Q.S, 1:5)”,

Ibnu Taimiyyah menyimpulkan bahwa manusia dihadapan ayat tersebut terbagi

dalam empat golongan, pertama, manusia yang melaksanakan kedua kewajiban,

yakni ibadah dan isti’anah. Merekalah orang- orang yang beriman dan beramal

18 Ibnu Taimiyah, “Daqaiqu”, Op. Cit., hlm. 272.

Page 22: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

22

shaleh (Q.S. 49:7). Kedua, manusia hanya melaksanakan ibadah kepada Allah

tetapi tidak meminta pertolongan dan tidak bertawakal kepada-Nya. Ketiga,

manusia yang meminta pertolongan kepada Allah dan di tolongnya, tetapi tidak

beibadah kepada-Nya. Keempat, manusia yang tidak menyembah Allah dan tidak

meminta pertolongan kepada-Nya, padahal Allah telah menciptakan, memberi

rizqi dan melimpahkan karunia kesehatan kepadanya.19

Ketika menafsirkan ayat: “Waqala al-Rasulu ya Rabbi inna

Khamitthakhadzu Hadzal Qur’ana Mahjuran” (berklatalah Rasul: “Ya Tuhanku,

sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan (Q.S.

25: 30), Ibnu Taimiyyah menyatakan, seperti dikutip Ali Ash Shabuni, bahwa:

“Barangsiapa tidak membaca al-Quran ia telah meninggalkannya, barangsiapa

membaca al-Quran tanpa memahami isinya ia telah meninggalkannya”,

“Barangsiapa membaca al quran dan memahami isinya tetapi tidak

mengamalkannya, ia telah meninggalkan al-Qur’an”.

Keenam, sangat Teliti dalam Memahami Redaksi Ayat dan Lafal-lafalnya.

Ketika menafsirkan surat al-Ikhlash, Ibnu Taimiyyah menjelaskan perbedaan

penggunaan lafal “Ahad” tanpa alif lam dan “al-Shamad” yang menggunakan

alif lam, seperti telah disinggung dalam halaman terdahulu. Untuk memperoleh

makna yang komprehensif atas lafal “al-Shamad” Ibnu Taimiyyah meghadirkan

puluhan pemahaman ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi’in serta para ahli

bahasa. “al-Shamad” artinya sesuatu yang tak berongga, tak bercelah; Tuhan

yang kepadanya disandarkan kebutuhan- kebutuhan; Tuhan yang sempurna lagi

19 Ibid., hlm. 162.

Page 23: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

23

tinggi kedudukannya; yang dimintai pertolongan dalam bencana; Dzat yang tak

membutuhkan kepada seseorang tetapi tiap-tiap orang membutuhkannya.

Demikian uraian Ibnu Taimiyyah dalam tafsirnya.20

Ketujuh, keluasan Pembahasan Suatu Ayat dengan Menghadirkan

Beberapa Ayat yang Serupa. Ketika menafsirkan ayat: “Matsaluhum Kamatsalil

Ladzis Tauqada Naran…” (perumpamaan mereka adalah seperti orang yang

menyalakan api) (Q.S 2: 17), Ibnu Taimiyyah menyebutkan bahwa di dalam al-

Qur’an terdapat redaksi ayat yang menggunakan lafal “Matsal” serupa itu lebih

dari empat puluh tempat. Lalu ia mengutip beberpa ayat “Matsal” yang dimaksud

sebagai berikut:21

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih

yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah

melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah

Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”.

20 Ibnu Taimiyah, “Tafsir”, Op. Cit., hlm. 13-15. 21 Ibnu Taimiyah, “Majmu”’, Op. Cit., hlm. 14: 56-58.

Page 24: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

24

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”.

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan

hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai), dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya, dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat

Page 25: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

25

merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan Amat lemah (pulalah) yang disembah.

“Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al-Quran ini segala macam

perumpamaan untuk manusia. Dan Sesungguhnya jika kamu membawa kepada

mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Kamu tidak

lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka."

Penafsiran ayat al-Quran dengan menghimpun ayat- ayat yang serupa

demikian itu pada masa sekarang dikenal dengan tafsir tematik.

D. Kesimpulan

Dari uraian terdahulu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, Ibnu Taimiyyah adalah pemikir Islam dan mufassir yang

menjunjung tinggi keagungan al-Quran. Al-Quran dengan segala dalil-dalilnya

merupakan kekayaan, antara lain, untuk menuju kepada aqidah islamiyyah yang

sempurna. Ia memandang al-Quran dan as-Sunnah sebagai pembimbing seluruh

manusia, dan petunjuk jalan lurus dengan dalil-dalil yang terang. Sebagian dari al-

Quran diketahui maknanya oleh orang arab karena ia berbahasa mereka, sebagian

diketahui makananya oleh seseorang dengan keawamannya, sebagian hanya

dimengerti oleh para ulama dan sebagian lagi tidak diketahui hakikatnya kecuali

oleh Allah SWT.

Page 26: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

26

Kedua, metode penafsiran al-Quran yang terbaik secara berturut-turut,

menurut Ibnu Taimiyyah adalah penafsiran al-Quran dengan al-Quran, penafsiran

al-Quran dengan Sunnah, penafsiran al-Quran dengan perkataan para sahabat dan

penafsiran al-Quran dengan perkataan para Tabi’in. Contoh penafsiran terbaik

demikian terdapat dalam tafsir ath-Thabari. Sementara tafsir yang dinilai Ibnu

Taimiyyah mengandung penyimpangan adalah tafsir al-Kasysyaf karya az-

Zamakhsyari, karena memuat unsur-unsur pandangan madzhab kalam, dalam hal

ini mu’tazilah dalam kitab tersebut.

Ketiga, penafsiran Ibnu Taimiyyah terhadap ayat-ayat al-Quran dapat

dikatakan unik, karena ia tidak mengikuti sistematika penafsiran yang lazim, baik

yang terdapat pada tafsir-tafsir kamudian. Ia menyajikan tafsir atas ayat-ayat

untuk memberikan pemecahan masalah-masalah pada masa hidupnya. Ia

menafsirkan ayat sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Penafsirannya yang

demikian termasuk dalam kategori tafsir bercorak sastra budaya dan

kemasyarakatan. Ciri pokok penafsirannya, antara lain memandang suatu surat

sebagai satu kesatuan yang serasi dan utuh; menekankan kendungan al-Quran

sebagi sumber aqidah; menafsirkan al-Quran dengan ayat-ayat al-Quran, hadits-

hadits Nabi dan pendapat para sahabat serta ahli bahasa, sangat teliti dalam

memahami redaksi ayat dan lafal-lafalnya; menggunakan akal secara kritis untuk

menyimpulkan keberadaan manusia dihadapan ayat-ayat al-Quran. Cara

penafsirannya cukup relevan untuk diterapkan pada masa kini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

27

Abdurrahman al-Baghdady, Beberapa Pandangan Mengenai Penafsiran Al-Qur’an, Alih Bahasa Abu Laila (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1988).

Abdurrahman ibn Muhammad al-Asim al-Najdi al-Hambali. “Majmu’ Fatawa

ibnu Taimiyyah”. Juz IX. (Makkah (t. th.). Abu Dawud, Sunan Abi Dawud (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1952). Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari (Beirut: Darul

Fikr, 1978). Abu Luwis Ma’luf. Al Munjid fil Lughah wal ‘Alam (Beirut: Darul Misyiq, 1975). Abul ‘Abbas Taqiyuddin Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-Harrani al-

Dimasqi, Al-Furqan Baina Auliya'ir Rahman wa Auliyais Syaithan (Riasalah Idaratis Buhus al-Islamiyah wal Ifta’ wa al-Da’wah”, t. th.).

Abul ‘Abbas Taqiyuddin Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-Harrani al-

Dimasqi. Amar Ma’ruf Nahi Munkar, terjemah Bustanudin Agus dan Kamaludin Marzuki (Jakarta: Menteng Raya Enam Dua, 1968).

Abul ‘Abbas Taqiyuddin Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-Harrani al-

Dimasqi. al-Jawab Ash Shahih Liman Baddala Din al-Masih (Mesir: Matba’ah al-Madani, 1964).

Abul ‘Abbas Taqiyuddin Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-Harrani al-

Dimasqi, Muqaddimah fi Usulit Tafsir, (Kuwait: Darul Qur’an al-Karim, 1319 H).

Abul ‘Abbas Taqiyuddin Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-Harrani al-

Dimasqi, Syahrul ‘Aqidah al-Afahaniyah (Darul Kutub al-Hadirah, t. th.). Abul ‘Abbas Taqiyuddin Ahmad ibn Abdul Halim ibn Taimiyyah al-Harrani al-

Dimasqi. Tafsir Surah al-Ikhlash (Kairo: Darut Thiba’ah al-Muhammadiyah, t. th.).

Abul Husain ibn Hajjaj. Shahih Muslim (Mesir: Dar Ihyail Kutub al ‘Arabiyah; (t.

th.). Ahmad al-Syirbashi, Sejarah Tafsir Qur’an, Alih Bahasa oleh Tim Pustaka

firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985). Alami Zaddah Faidullah al-Hasini, Fathurrahman Litalib Ayat al Qur’an (Beirut:

al-Mathba’ah al-Ahliyah, 1323 H).

Page 28: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

28

Ali al-Usy, "Metodologi Penafsiran al-Qur’an: Sebuah Tinjauan Awal’, Jurnal Hikmah, No. 4.

Al-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Mesir: Al-Azhar, t.th.). Badruddin al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an (Mesir: Al-Halaby, 1957). D.A. de Vaus, Surveys in Social Research (Sydney: Allen & Unwin, 1990). Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-194 (Jakarta: LP3ESl,

1962). Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta, 1964). Didin Syafruddin, “The Principles of Ibn Taimiyya’s Quranic Interpretation”,

Thesis (Canada: Institut of Islamic Studies, Mc Gill University, 1994). F. Schoun, Memahami Islam, Alih Bahasa oleh Anas Mahyudin (Bandung:

Pustaka, 1983). Fazlul Rahman, Islam, Terjemah Anas Wahyudin (Bandung: Pustaka, 1984). Fazlur Rahman, Islam, Second Edition (Chicago: The University of Chicago

Press, 1979). Fritjof Schuon. Memaham Islam, Terjemah Anas Wahyudin (Bandung: Pustaka,

1983). G.C. Anawati, “Peninggalan Islam: Filsafat, Teologi dan Tasawuf,” dalam H. L.

Beck dan NJS. Kaptein (eds.), Pandangan Barat terhadap Literatur, Hukum, Filosofi, Teologi dan Mistik Tradisi Islam (Jakarta: INIS, 1989).

H.A.R. Gibb, Modern Trends in Islam (New York: Octagon Books, 1978);

Mohammedanism (London: Oxford University Press, 1969). H.L. Beck dan n.j.s. Kapein (ed.). Pandangan Barat terhadap Literature, Hukum

Filosofi, Teologi dan Mistik Tradisi Islam (Jakarta: INIS, 1989). Jalaludin Abdurrahman ibn Abi Bakr al-Suyuthi, Al-Jami’ as-Shaghir fil Haditsil

Basyir wan Nadzir (Bandung: Syirkah al-Ma’arif, t. th.). Joachim Wach, The Comparative Study of Religions (New York: Columbia

University Press, 1958). John J. Domohue dan John l. Esposito, Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi

Masalah-masalah, Terjemah Machnun Husein (Jakarta: Rajawali, 1984).

Page 29: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

29

Juhaya S. Paraja, “Epistemologi Ibn Taimiyah”, Jurnal ‘Ulumul Qur’an, No. 7.

Th. II, 1990. Kenneth D. Bailey, Methods of Social Research. Third Edition (New York: The

Free Press, 1987). M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992). M. Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir al-Manar (Bandung: Pustaka Hidayah,

1994). Mahmud Mahdi al-Istanbuli, Ibnu Taimiyyah Bathalul Ishlah al-Diniy

(Damaskus: Darul Ma’rifah, t. th.). Mahmud Syaltut, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Terjemah Hossein Bahreisj dan Heri

Noer Ali (Bandung: CV. Dipenogoro, 1989). Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy (New York: Columbia University

Press, 1983). Mar`i Ibn Yusuf al-Karmi al-Hanbali, Al-Syahadah al-Zakiyyah fi Tsana’I al-

A`immah ‘ala Ibn Taimiyyah (Beirut: Dar al-Furqan, 1963). Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim

(Beirut: Darul Fikr, t. th.). Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Juz 1 (Beirut: Dar al-Fikr,

t.th.). Muhammad Abu Zahrah, Ibn Taimiyyah: Hayatuhu wa ‘Asruhu, Ara`uhu wa

Fiqhuhu (Beirut: Dar al-Fikr, t.th). Muhammad al-Bahy, Alam Pemikiran Islam dan Perkembangannya, Alih Bahasa

Al-Yasa’ Abu Bakar (Jakarta: Bulan Bintang, 1987). Muhammad Ali ash-Shabuni, Ijazul Bayan fi Suwaril Qur’a. (Maktabah al-

Ghazali, t. th.). Muhammad Ali ash-Shabuni, Al-Tibyan fi Ulum al-Quran (T. k: tth.). Muhammad al-Sayyid al-Julainid (ed.), Daqaiq al-Tafsir al-Jami’ la Tafsir al-

Imam bn Taimiyyah (Damaskus: Mu`assasah ‘Ulum al-Qur’an, 1966).

Page 30: PEMIKIRAN IBN TAIMIYAH TENTANG METODE  · PDF filePEMIKIRAN IBN TAIMIYAH ... Filsafat, dan Politik. ... Ibnu Taimiyyah sengaja tidak menafsirkan seluruh isi al-Qur'an ayat demi

30

Muhammad al-Sayyid al-Julainid, Al-Imam Ibn Taimiyyah wa Mauqifuhu min Qadhiyyat al-Ta`wil (Kairo: Al-Hai`ah al-‘Ammah lisyu`un al-Mathabi’ al-Amirah, 1974).

Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fiqh (Jakarta: INIS,

1991). Muhammad Farid Wajdi, Dairah al-Ma’arif al-Islamiyyah, Juz 1 (t.t.., Dar al-

Ma’rifahli al-Tiba’ah, t.th.). Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’ajamul Mufahras li Alfazh al-Qur’an

(Kairo: Darul Fikr, 1981). Muhammad Husain al-Dzahabi, Al-Tafsir wa al-Mufassirun (t.t.: t.p., 1980). Muhammad Khalil Haras, Ba’itsun Nahdhah al-Islamiyyah Ibn Taimiyyah (Tanta:

Maktabah al-Shahabah, 1405 H.). Muhammad Mahdi al-Istanbuli, Ibn Taimiyyah, Bathal al-Ishlah al-Diniy

(Damaskus: Dar al-Ma’rifah, 1977). Muhammad Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992). Nurcholish Madjid (ed.), Khazanah Intelektual Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

1984). Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibn Taimiyah, Alih Bahasa Anas Mahyudin

(Bandung: Pustaka, 1983). S.H. Nasr, Islam dalam Cita dan Fakta, Terjemah Abdurrahman Wahid dan

Hashim Wahid (Jakarta: Leppenas). Saeful Anwar, "Tauhid menurut Ibn Taimiyyah", Tesis (Yogyakarta: Program

Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1992). Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, Alih Bahasa Tim Pustaka

Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990). Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:

Rineka Cipta, 1998).