pemicu 2 blok imunologi kelompok 3

60
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA

Upload: angeline-fanardy

Post on 02-Aug-2015

222 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA

Page 2: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Identitas Kelompok dan Tutor

Kelompok : 3Tutor : dr. Deliana Bastari, Sp.PAKetua : Divan. F (405080065)Sekretaris : Ferdy. E (405080066)Penulis : I Ketut Adi (405080071)Anggota : Toni Periyanto (405070018)

Kelvin Christian Halim (405080009)

Stevany Minsanita (405080070)Rolando (405080012)Renny Hartanti (405080033)M.Najla (405080181)Claudio Udjaja

(405070011)Wahidin Gotama (405080010)Ronni Untung (405080032)

Page 3: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

“Pagi yang Melelahkan”

Ibu Emma, berusia 43 tahun, datang ketempat praktek dokter dengan keluhan nyeri pada sendi-sendi jari kedua tangan. Nyeri disertai rasa kaku pada pagi hariyang menghilang setelah 1,5 jam. Rasa nyeri tersebut makin bertambah sejak 2 minggu terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rheumatoid nodule (+), Udem dan eritrema pada sendi metacarpophalageal I-V dextra dan sinistra. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan LED 14 mm/jam dan faktor rheumatoid (+) dengan titer 1/256.

Apa yang dapat anda pelajari dari kasus diatas?

Page 4: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

LO• Mengetahui,menjelaskan definisi Penyakit Autoimun. • Mengetahui, menjelaskan etiologi dari Penyakit

Autoimun.• Mengetahui, menjelaskan Klasifikasi Penyakit

Autoimun. • Mengetahui,menjelaskan Penyakit Artritis

Rheumatoid.• Mengetahui, menjelaskan Pemeriksaan Penyakit

Autoimun secara umum.• Mengetahui, menjelaskan penatalaksanaan Penyakit

Autoimun secara umum.

Page 5: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

AUTOIMUN

Page 6: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

AUTOIMUNITAS

-Autoimunitas adalah respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh hilangnya toleransi.

-Terjadi akibat gagalnya mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T, atau keduanya.

-Terjadi oleh karena dikenalnya self antigen yang menimbulkan aktivasi, proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan.

-Baik antibodi maupun sel T atau keduanya dapat berperan dalam patogenesis penyakit autoimun.

Page 7: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

PENYAKIT AUTOIMUN

Sistim imun kehilangan toleransi imunologik (self-nonself discrimination) gangguan self-tolerance autoreaktivitas antibodi penyakit autoimun

Mencakup spektrum yang luas : tiroiditis (spesifik) SLE (sistemik)

Kerusakan jaringan terjadi :–destruksi sel–pembentukan imun kompleks–reaksi imunologik sekunder

Page 8: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Klasifikasi Penyakit Autoimun

Page 9: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

autoimunitas

spesifik

melalui antibodi

sistemik

kompleks antigen antibodi

mekanisme

menurut organ

Melalui komplemen

Melalui humoral dan seluler

Melalui sel T

Page 10: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Klasifikasi Pembagian penyakit autoimun menurut organ• Penyakit autoimun organ spesifik

– Contoh alat tubuh yang menjadi sasaran penyakit autoimun adalah kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, lambung, dan pankreas

– Pada penyakit2 tersebut dibentuk antibodi terhadap antigen jaringan sel alat tubuh sendiri.

• Penyakit autoimun non-organ spesifik/sistemik– Terjadi karena dibentuknya antibodi terhadap autoantigen

yang tersebar luas didalam tubuh, misalnya DNA– Dapat ditemukan pada penyakit reumatoid seperti artritis

reumatoid dan lupus eritematosus sistemik

Page 11: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Penyakit autoimun organ spesifikPenyakit Antigen

Penyakit addison Protein mikrosom sel adrenal

Anemia autoimun hemolitik Membran sel darah merah

Anemia pernisiosa Antigen sel parietal gaster

Faktor intrinsik

Sindrom Gullain-Bare Saraf perifer

Ensefalomielitis diseminasi akut Basic Protein Myelin

IDDM Antigen sel Langerhans pankreas

Sindrom Goodpasture Kolagen membran basalis (tipe IV)

Penyakit Graves Thyroid Stimulating Hormone Receptors

Tiroiditis Hashimoto Tiroglobulin

Miastenia Gravis Reseptor asetilkolin

Sindrom Sjogren Sel epitel saluran kelenjar saliva

Polimiosistis otot

Page 12: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Penyakit autoimun non-organ spesifik/sistemik

Penyakit Antigen

Ankylosing spondilytis Vertebral

Hepatitis kronik aktif Nuklei, DNA

Sklerosis multipel Otak/ myelin basic protein

Artritis reumatoid IgG (rheumatoid factor) jaringan ikat

Skleroderma Nuklei, sentromer, topoisomerase 1

Sindrom Sjogren Kelenjar eksokrin, ginjal, hati, tiroid

LES dsDNA, antigen nukleir

Page 13: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Perbedaan Penyakit autoimun organ spesifik dengan non organ spesifik

Organ Spesifik Perbedaan Non-Organ spesifik

Terdapat di dalam alat tubuh tertentu

Antigen Tersebar di seluruh tubuh

Antigen di dalam tubuh Kerusakan Penimbunan kompleks terutama dallam ginjal, sendi, dan kulit.

Dengan Antibodi organ Tumpang tindih Dengan antibodi non-organ spesifik dan penyakit spesifik dan penyakit lainnya

Page 14: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Klasifikasi menurut mekanisme1. Penyakit autoimun

melalui antibodiKeterangan

Anemia Hemolitik autoimun (AHA)

•AHA dengan Ab panas •Menunjukkan reaktivitas optimum pada suhu 37oC

•Terutama terdiri dari IgG

•Dapat ditemukan pada sel darah merah

•Fagositosis sel darah merah yang dilapisi Ab/opsinisasi terutama terjadi di limpa

•AHA dengan antibodi dingin

•Hemolise biasanya ringan dan gejala terjadi pada pajanan ektremitas dengan dingin

•Antibodi dingin hanya diikat pada suhu di bwh 37oC

•Yang berperan terutama adalah IgM

•Hemoglobinuria dingin paroksima (HDP)

•Antibodi jenis bersifat bifasik (biasanya dibwh 15oC) dan menghacurkannya bila suhu meningkat sampai 37oC.

•Gejalanya dapat berupa panas, sakit di ekstremitas, ikterik, hemaglobinuria setelah terpajan dengan dingin

Page 15: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Myasthenia Gravis •Merupakan penyakit kronis akibat adanya gangguan dalam transmisi neuromuskuler•Sekitar 60-80% pasien menunjukkan antibodi thd reseptor asetilkolin.

Penyakit Grave, hipertiroidism •Ditimbulkan oleh produksi hormon tiroid (tiroxin)•Gejalanya dapat berupa panas, sakit di ekstremitas, ikterik, hemaglobinuria stlh terpajan dengan dingin

2. Penyakit autoimun melalui KomplemenDefisiensi komplemen dapat menimbulkan penyakit autoimun seperti LES, namun sebabnya belum diketahui.

Page 16: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

3. Penyakit autoimun melalui kompleks imunLupus Eritematosus Sistemik (LES)

Artritis reumatoid

Sicca complex

Sindrom Goodpasture

Anemia pernisiosa

Rheumatik fever atau demam reuma

Sindrom paska perikardiotomi dan sindrom paska infark miokard

Skleroderma

ITP (trombositopenia idiopatik)

Penyakit bulosa

Page 17: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

4. Penyakit autoimun melalui sel T

Keterangan

Sklerosis multipel Penyakit neuromuskuler yang sering menunjukkan relaps dengan periode eksaserbasi dan remisi yang terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan pria

Ensefalopati diseminasi akut (EMDA)

•Dapat terjadi setelah pemberian vaksin yang dilemahkan•Gejalanya berupa sakit kepala, demam, leher kaku, dan lemas

Sindrom Gullian-Bare •Terjadi setelah infeksi (campak, influensa, vaksinasi influenza)•Dapat mengenai semua gol umur

Goiter •Merupakan penyakit pada kelenjar tiroid yang dapat ditemukan pada wanita dewasa tua•Terjadi pembesaran kelenjar tiroid sehingga dapat menimbulkan kerusakan

Page 18: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

5. Penyakit autoimun melalui faktor humoral dan seluler

Keterangan

Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent DM/IDDM)

•Terjadi akibat destruksi imunologik sel beta dari sel Langerhans pankreas yang memproduksi insulin •Gambaran klinis dan patologis memperlihatkan adanya ketidakmampuan tubuh memproduksi insulin sehinggag pasien rentan terhadap fluktuasi kadar gula darah

Tiroiditis kronis (tiroiditis Hashimoto)

•Penyakit tiroid yang terutama mengenai wanita antara usia 30-50 tahun •Gambaran klinis dan patologis menunjukkan kelenjar tiroid yang dapat membesar (goiter) dengan konsistensi yang kenyal atau keras.

Polimiositis-dermatomiositis Merupakan penyakit inflamasi akut dan kronis dari otot2 (polimiositis) yang sering mengenai kulit (dermatomiositis)

Page 19: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Etiologi Penyakit Autoimun

Page 20: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Etiologi :

– Faktor Lingkungan

• Infeksi

• Hormon

• Agen fisik lain

• Obat

– Faktor Genetik

Page 21: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Infeksi

– Sering dihubungkan dengan virus (EBV, virus hepatitis, CMV, retrovirus, dll)

– Infeksi meningkatkan reaksi autoimun dengan berbagai jalan: aktivasi poliklonal limfosit, pelepasan organel subselular setelah destruksi sel, fenomena asosiasi pengenalan, serta gangguan fungsi sel Ts akibat infeksi virus

• Hormon

– Faktor pencetus: Estrogen (wanita > pria)

– Contoh: LES

Page 22: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Agen fisik lain

– Pajanan terhadap radiasi ultraviolet (biasanya dalam bentuk sinar matahari) merupakan pemicu yang jelas terhadap inflamasi kulit dan kadang keterlibatan sistemik pada SLE, namun radiasi ini lebih bersifat menyebabkan flare dalam respons autoimun yang sudah ada dibandingkan sebagai penyebab

• Obat (penisiliamin)

– Proses autoimun progresif dan memerlukan pengobatan imunosupresif

– Mekanisme autoimun yang diinduksi obat -> mekanisme molecular mimicry (molekul obat yang mempunyai struktur yang serupa dengan molekul diri, sehingga dapat melewati toleransi perifer)

• Pemicu lain : stres psikologis dan faktor diet

Page 23: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Faktor Imun yang Berperan Pada Autoimunitas

A. Sequested AntigenSequested Antigen adalah antigen sendiri yang karena letak anatominya tidak terpajan dengan sel B atau sel T dari sistem Imun. Pada keadaan normal, sequested antigen dilindungi dan tidak ditemukan untuk dikenal sistem imun

B. Gangguan PresentasiGangguan dapat terjadi pada presentasi antigen, infeksi meningkatkan respons MHC, kadar sitokin rendah dan gangguan respons terhadap IL-2

Page 24: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Penyakit Artritis Rheumatoid

Page 25: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Definisi Artritis Reumatoid• Adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik

dengan manifestasi utama poliarteritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

• Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Reumatoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya. Pasien juga dapat memperlihatkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lainnya

Page 26: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Kriteria Definisi

Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal

Artritis pada 3 daerah persendian / lebih Pembengkakan jaringan lunak / persendian / lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi oleh seorang dokter

Artritis pada persendian tangan Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan 1 persendian tangan seperti yang tertera di atas

Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama seperti yang tertera pada kriteria 2 di ke 2 belah sisi (keterlibatan PIP, MCP, atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat simetris)

Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang / permukaan ekstensor / daerah juksta artikuler yang diobservasi oleh seorang dokter

Kriteria ARA untuk Artritis Reumatoid, Revisi tahun ‘ 87

Page 27: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Kriteria Definisi

Faktor reumatoid serum + Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil + < 5% kelompok kontrol yang diperiksa

Perubahan gambaran radiologis Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi Artritis Reumatoid pada pemeriksaan sinar x tangan posterior / pergelangan tangan yang harus menunjukkan adanya erosi / dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi / daerah yang berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan)

Kriteria ARA untuk Artritis Reumatoid, Revisi tahun ‘ 87

PIP = Proximal Interphalangeal; MCP = Metacarpophalangeal; MTP = Metatarsophalangeal

Page 28: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Etiologi Artritis Reumatoid

• Kompleks Histokompatibilitas Utama Kelas II– Pasien yang mengemban HLA-DR 4 punya risiko relatif 4:1

untuk menderita penyakit ini.• Hubungan Hormon Seks dengan Artritis Reumatoid

– Prevalensi Artritis Reumatoid 3 x lebih banyak diderita kaum wanita dibanding kaum pria. Rasio mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur. Remisi sering dijumpai pada pasien Artritis Reumatoid yang sedang hamil.

– Penggunaan kontrasepsi oral atau preparat estrogen eksternal bagi wanita yang telah mengalami menopause menimbulkan kesan terjadi penurunan insidens penyakit ini.

Page 29: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Faktor Infeksi sebagai Penyebab Artritis Reumatoid– Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab

Artritis Reumatoid : bakteri, mycoplasma, virus.– Ada kemungkinan bahwa terdapat komponen

peptidoglikan / endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya Artritis Reumatoid.

Page 30: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

– Ada dugaan kuat bahwa EBV merupakan salah 1 faktor penyebab Artritis Reumatoid dilihat dari titer Ab terhadap EBV yang lebih tinggi secara bermakna dibanding dari kelompok kontrol pada penelitian dan secara in vitro, transformasi limfosit terjadi lebih cepat setelah dilakukan pemaparan terhadap EBV. Jadi EBV bukan penyebab langsung timbulnya AR tapi mungkin menyebabkan terjadinya perubahan respon imun terhadap Ag eksogen / endogen lain.

Page 31: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Imunopatogenesis

Page 32: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Patogenesis Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara

Cara Pertama

Produksi protease, kolagenase, dan enzim2 hidrolitik lainnya

Memecah Kartilago, ligamen, tendon dan tulang pada sendi

Proses ini diduga adalah bagian dari respon autoimun

Page 33: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Cara kedua M

elal

ui k

erja

pan

us

reum

atoi

d

Panus adalah jaringan granulasi vaskular

Sinovium yang meradang

Meluas ke sendi

Produksi enzim

Sepanjang pinggir panus terjadi destruksi kolagen dan

proteoglikan

Page 34: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Gambaran klinis• Gejala – gejala konstitusional

misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan demam

• Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi– sendi di tangan.

• Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata terutama menyerang sendi-sendi.

• Artritis erosif: peradangan sendi yang kronik yang dapat mengakibatkan erosi di tepi tulang.

• Deformitas: kerusakan struktur penunjang sendi yang dapat meningkat seiring perjalanan penyakit. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.

Page 35: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Nodul-nodul reumatoid yang biasanya terdapat pada sendi siku.

• Manifestasi ekstra-artikular (juga menyerang organ-organ lain di luar sendi), seperti jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, pembuluh darah dapat rusak, Sistem gastrointestinal, Ginjal, Sistem syaraf, Sistem hematologis, kulit.

Page 36: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 37: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 38: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 39: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 40: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Rheumatoid Nodules

• Permukaan extensor siku• Sangat Spesifik• Hanya terjadi pada ~ 30%• Penyakit terlambat

Page 41: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 42: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Rheumatoid Arthritis

X-ray

Page 43: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 44: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 45: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Pemeriksaan Penunjang• Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75

% pasien AR terutama bila masih aktif• Protein C-Reaktif biasanya positif• LED meningkat• Leukosit normal atau meningkat sedikit• Anemia normositik normokrom• Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi

yang kronik• Trombosit meningkat• Kadar albumin serum turun dan globulin naik.

Page 46: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

• Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjadi hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama

• OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan :– Aspirin– Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak dan

sebagainya.

Page 47: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

Jenis-jenis yang digunakan adalah – Klorokuin– Sufasalazin– D-penisilamin– Garam emas– Obat imunosupresif atau imunoregulator– Kortikosteroid

• Rehabilitasi• Pembedahan

Page 48: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Komplikasi

• Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinfamasi (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada AR.

• Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan neuropati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vakulitis.

Page 49: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

DIAGNOSA BANDING

Page 50: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Diagnosa Banding

• 1. Osteoartritis• 2. Artritis kristal (gout dan pseudogout)• 3. Artritis psoriatik• 4. Spondilo – artropati seronegatif• 5. Sistemic Lupus Erithematosus (SLE)• 6. Artritis karena infeksi

Page 51: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Pemeriksaan Penyakit Autoimun secara umum

Page 52: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Antibodi dalam Serum

Menemukan auto-antibodi dalam serum, umumnya dilakukan 4 cara:

– RIA memerlukan reagens mahal

– ELISA menghindari penggunaan radioisotop

– Imunofluorensi cara yang paling kurang sensitif

– Elektroforesis countercurrent mudah dikerjakan, murah, tetapi relatif insensitif

Page 53: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Imunoflouresensi

– IFT untuk menemukan banyak autoantibodi dalam serum

– Spesimen biopsi diperiksa dengan cara imunohistokimia

– Terjadi endapan Ig karena reaksi dengan organ atau antigen spesifik untuk jaringan

– Cara ini penting untuk diagnosis antibodi basal membran glomerulus dan penyakit bulosa kulit

– Jaringan hewan dapat digunakan bila mengandung antigen sama dengan manusia tetapi beberapa autoantigen terbatas pada jaringan manusia atau cell line manusia

– Gambaran nuklear untuk ANAS berguna tetapi tidak diagnostik

Page 54: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

• Pemeriksaan komplemen

Meskipun kadar komplemen nomal, namun konsumsinya dapat diketahui dengan mengukur pecahan atau produk aktivasinya

Page 55: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

penatalaksanaan Penyakit Autoimun secara umum.

Page 56: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Penatalaksanaan

• Ada 2 strategi utama : – Menekan respon imun– Menggantikan fungsi organ yang terganggu/rusak

• Pada banyak penyakit organ spesifik, mengotrol metabolismenya sudah cukup misal : pemberian insulin pada DM juvenil, vit B12 pada anemia perniosa dan obat anti-tiroid pada penyakit Grave.

• LES, AR imunosupresan mungkin merupakan cara utama yang dapat mencegah cacat berat dan kematian.

Page 57: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3
Page 58: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Kesimpulan

• Ibu Emma menderita penyakit autoimmune yang diduga rheumatoid arthritis

Page 59: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Saran

• Melakukan pemeriksaan lebih lanjut mis: Rongent.

• Melakukan Rehab medis.

Page 60: Pemicu 2 Blok Imunologi Kelompok 3

Daftar pustaka • Nelson. Textbook of pediatrics, 18th ed. Philadelphia: Saundres,2007.• Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Celluler and Molleculer, 6th ed. Philadelphia:

Saundres,2007.• Nelson. Ilmu Kesehatan Anak, 15 ed. Jakarta: EGC, 2000.• Sacher, Ronald A. Dkk. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, 11

ed. Jakarta: EGC, 2004.• Robbins. Buku Ajar Patologi, 7 ed. Jakarta:EGC, 2007.• Price, Sylvia A.dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, 6 ed.

Jakarta: EGC, 2006.• Bratawidjaja, Karnen Garnan.Imunologi dasar.edisi7. Jakarta. Balai penerbit

FKUI 2006.• Sudoyo,W Aru. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi4.Jakarta.Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI 2006