pemetaan persebaran hotel berbintang di daerah istimewa yogyakarta

Upload: nuraisyahputri

Post on 07-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    1/18

    1

    PROPOSAL

    RISET DAN STRATEGI PEMASARAN

    ANALISIS DESKRIPTIF DAN PEMETAAN PADA HOTEL

    BERBINTANG DI PROVINSI D. I. YOGYAKARTA

    DisusunOleh :

    NUR AISYAH PUTRI S (12611014)

    ANNE MUDYA YOLANDA (12611016)

    IHDINA SAUMIATUL FITRIA (12611019)

    JURUSAN STATISTIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    2/18

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 

    LATAR BELAKANG

    Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu destinasi wisata

     paling ramai di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal dengan

    keragaman budaya dan beraneka objek wisata yang menarik minat wisataman

     baik dalam maupun luar negeri. Kepala Dinas Pariwisata, Aris Riyanta,

    mengatakan bahwa hingga September 2014 lalu, angka kunjungan mencapai 2,4

     juta wisatawan domestik dari target 2,2 juta orang dan 1,8 juta wisatawan manca

    negara (Tribun Jogja, 26 Januari 2015).

    Setiap tahun pemerintah menargetkan kenaikan jumlah wisatawan yang

    datang ke DIY. Hala ini tentunya perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang

     baik demi menunjang betahnya wisatawan selama berada di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY). Kuliner, transportasi, tempat menginap adalah beberapa hal

     penting yang menjadi catatan para wisatawan sebelum melakukan perjalanan.

    Kuliner Yogyakarta sudah tidak diragukan lagi. Aneka makanan, modern

    maupun tradisional tersedia di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY) juga menyediakan berbagai mode transportasi untuk

    mencapat tempat wisata, mulai dari transportasi publik hingga penyewaan

    kendaraan. Tempat menginap seperti wisma, losmen dan hotel adalah poin

     penting terakhir. Tempat menginap tersebar diberbagai titik di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY).

    Berita Resmi BPS Provinsi DIY 1 April 2015 mencatat jumlah wisatawan

    yang menginap di hotel selama bulan Februari 2015 tercatat sebanyak 274.242orang yang terdiri dari 261.901 orang wisatawan nusantara dan 12.341 orang

    wisatawan mancanegara. Dari jumlah tersebut menginap di hotel bintang

    sebanyak 104.220 orang dan 170.022 orang menginap di hotel non

     bintang/akomodasi lain dengan Rata-rata lama menginap wisatawan di hotel

     bintang di D.I. Yogyakarta pada bulan Februari 2015 menunjuk besaran angka

    1,69 malam.

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    3/18

    3

    Sayangnya belum ada pemetaan persebaran tempat menginap di di Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dapat memudahkan wisatawan dalam memilih

    lokasi menginap yang dekat dengan tujuan objek wisata, setidaknya untuk Hotel

    yang memiliki izin operasi dan tercatat di Pemerintah Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY).

    Pemetaan hotel ini dapat menjadi salah satu strategi pemasaran sebagai

    nilai tambah bagi promosi wisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Kemudahan dalam menemukan hotel selama berlibur dapat menjadi salah satu

    alasan wisatawan betah dan akan kembali ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Strategi ini diharapkan mampu mendongkrak jumlah wisatawan yang hadir ke

    Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Pemerintah sudah tidak lagi memberikan izin bagi pembangunan hotel di

    Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, msih ada peluang bagi para pelaku

    industri yang ingin mendirikan akomodasi selain hotel, seperti wisma, kondotel,

    dan lain-lain. Pemetaan penyebaran hotel dibutuhkan sebagai salah satu bahan

    riset pasar sebelum mendirikan akomodasi selain hotel mengingat banyaknya

     jumlah pembangunan akomodasi sejenis di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Pemetaan ini juga diperlukan untuk melihat tata ruang daerah dan acuan riset

     pasar sebelum pendirian berbagai industri lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta

    (DIY).

    Hal inilah yang menyebabkan peneliti ingin melakukan pemetaan

    sekaligus melakukan analisis terhada perkembangan hotel bintang dan akomodasi

    lainnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    1.2 

    RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam

     penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1)  Bagaimana pemetaan hotel bintang yang ada di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) berdasar jenis kelasnya?

    2)  Bagaimana gambaran perkembangan hotel bintang di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) dengan harga sewa kamar?

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    4/18

    4

    1.3  BATASAN MASALAH

    Hotel yang dibahas dalam analisis ini adalah hotel yang tercatat dalam

     publikasi Badan Pusat Statistika provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang

    Direktori Hotel dan Akomodasi Lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta 2015.

    1.4  TUJUAN PENELITIAN 

    Tujuan penelitian ini adalah sebagaiberikut :

    1)  Adanya pemetaan hotel bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

     berdasar jenis kelasnya.

    2) 

    Mengetahui gambaran perkembangan hotel bintang di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY).

    1.5  MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para wisatawan dalam mencari

    hotel yang dekat dengan objek wisata yang akan dikunjungi. Bagi pelaku usaha

    yang ingin mendirikan akomodasi selain hotel bintang dan industri lain yang erat

    kaitannya dengan pariwisata, maka peta ini dapat dijadikan gambaran daerah

    mana saja industri tersebut sebaiknya didirikan.

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    5/18

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pemasaran

    Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu atau

    kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

     penciptaan, penawaran, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai dengan orang

    atau kelompok lain (Tjiptono, 2002). Sedangkan Assuari (1999:4) mendefinisikan

     pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa

    yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang

    tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat”.

    Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

    kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

    menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

     bernilai dengan pihak lain. ( Kotler, 2002 ).

    2.2. Manajemen Pemasaran

    Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan

    konsepsi penentuan harga, promosi dan distribusi barang, jasa dan gagasan untuk

    menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi tujuan

     pelanggan dan organisasi (Tjiptono, 2002). Rismiati (2001:33) menjelaskan

     bahwa manajemen pemasaran sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan

     pengendalian atas program-program yang dirancang untuk menciptakan,

    membangun dan menjaga pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli

    sasaran untuk mencapai tujuan organisasional.

    2.3 Hotel

    Pengertian hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

     No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011:6), adalah "Suatu jenis

    akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk

    menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang

    lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Peraturan Menteri Pariwisata

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    6/18

    6

    Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor Pm.53/Hm.001/Mpek/2013

    Tentang Standar Usaha Hotel mengamanatkan usaha hotel adalah usaha

     penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat

    dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau

    fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan.

    Hotel memilih domisilinya di tempat-tempat atau di lingkungan daerah

    yangmemiliki potensi untuk dikunjungi, seperti panorama, adat istiadat

    masyarakat, sosial, budaya, sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan,

    keagamaan dan pusat kegiatan spiritual dan lain-lain.

    2.4 Pengertian Pemetaan

    Dalam kamus bahasa Indonesia pemetaan atau visualisasi adalah

     pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan gambar, tulisan,

     peta, dan grafik. Sementara itu Spasser (1997:78), mengatakan bahwa “peta

    adalah alat relasi (relational tools) yang menyediakan informasi antar hubungan

    entitas yang dipetakan.” Definisi pemetaan yang dirumuskan dalam kamus bahasa

    Indonesia menekankan ungkapan perasaan dalam bentuk gambar, tulisan, peta,

    dan grafik. Definisi ini menekankan produk atau output dari peta. Sedangkan

    Spasser lebih menekankan proses kegiatan pemetaan. Kedua pendapat ini tidak

     berbeda melainkan saling melengkapi, karena sebuah produk atau output

     pemetaan dihasilkan melalui proses.

    Pemetaan adalah pengelompokkan suatu kumpulan wilayah yang

     berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi,

     pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap

    sosial kultural yang memilki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat.(Soekidjo,1994). Pengertian lain tentang pemetaan yaitu sebuah tahapan yang

    harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam

     pembuatan data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk

     peta (Juhadi dan Liesnoor, 2001).

    Jadi, dari dua definisi diatas dan disesuaikan dengan penelitian ini maka

     pemetaan merupakan proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah

    awal dalam pembuatan peta, dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    7/18

    7

    tertentu secara meruang, memindahkan keadaan sesungguhnya kedalam peta

    dasar, yang dinyatakan dengan penggunaan skala peta.

    2.5 Data Spasial

    Pengertian Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan

    memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya (Nuarsa IW. 2005.).

    Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu

    sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu

    sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya

     berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif

    (atribut) yang dijelaskan berikut ini(Yousman. 2004):

    1.  Informasi lokasi (spasial) merupakan informasi yang berkaitan dengan

    suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) maupun

    koordinat Cartesian XYZ (absis, ordinat dan ketinggian), termasuk

    diantaranya sistem proyeksi.

    2.  Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non-spasial merupakan

    informasi suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan

    dengan lokasi tersebut, contohnya jenis vegetasi, populasi, luasan, kode

     pos, dan sebagainya. Informasi atribut seringkali digunakan pula untuk

    menyatakan kualitas dari lokasi.

    Data spasial adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian

    (georeference) dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial.

    Sekarang ini data spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan

    dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah

    continental, nasional, regional maupun lokal. Pemanfaatan data spasial semakinmeningkat setelah adanya teknologi pemetaan digital dan pemanfaatannya pada

    Sistem Informasi Geografis (SIG). Format data spasial dapat berupa vector

    (polygon, line, points) maupun raster.

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    8/18

    8

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1  Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data sekunder mengenai

     persebaran hotel yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data diambil dari

    Publikasi Badan Pusat Statistika povinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu

    Direktori Hotel dan Akomodasi Lain Daerah Istimewa Yogyakarta 2015.

    3.2 Metode Analisis Data

    Data yang ada terdiri atas variabel lokasi hotel di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY). Peta persebaran hotel bintang dibuat dengan menggunakan

    Google Earth. Metode analisis data yang digunakan adalah analis deskriptif.

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    9/18

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    10/18

    10

    Jumlah hotel bintang di kabupaten Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul,

    Sleman, dan Yogyakarta masing-masing adalah 1, 0, 1, 26, dan 57. Persebaran

    Hotel Bintang di Yogyakarta tampak pada peta berikut.

    Gambar 4.2 Peta Persebaran Hotel Berbintang Yogyakarta (1)

    Gambar 4.3 Peta Persebaran Hotel Berbintang Yogyakarta (2)

    Peta Persebaran Hotel Bintang di Yogyakarta dibuat dengan menggunakan

    aplikasi Google Earth. Peta yang ada dapat diakses secara luas oleh khalayak

    umum karena menggunakan media online. Perbedaan tingkatan bintang hotel

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    11/18

    11

    ditunjukkan dengan warna simbol yang ada, warna biru untuk hotel bintang lima,

    merah untuk bintang empat, kuning untuk bintang tiga, hijau untuk bintang dua,

    dan putih untuk bintang satu. Peta dalam aplikasi Google Earth  memberikan

    kemudahan kepada penggunanya untuk dapat mengkases arah dari lokasinya

     berada menuju hotel atau dari hotel menuju lokasi lain.

    Peta ini dapat membantu wisatawan sebagai referensi lokasi menginap

    yang dekat dengan berbagai objek wisata. Pengguna peta ini dapat mengetahui

    lokasi objek wisata di dekat hotel, sehingga dapat memilih hotel mana yang dekat

    dengan objek wisata yang ingin dikunjungi.

    Peta tersebut menggambarkan bahwa persebaran hotel bintang memusat di

    daerah Sleman dan Yogyakarta. Daerah ini sangat strategis karena dekat dengan

     pusat kota dan pusat oleh-oleh. Daerah kota Yogyakarta memiliki banyak

    alternatif transportasi, seperti busway,  becak, bis, andong, ojek, bahkan sewa

    motor dan mobil. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta menawarkan cukup

     banyak daerah tujuan wisata.

    Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman pun memiliki banyak objek

    wisata, seperti Keraton Yogyakarta, Malioboro, Berbagai Macam Museum,

    Wisata Merapi, Wisata Budaya seperti Candi, Taman Sari, Aneka Kuliner, bahkan

     Mall .

    Tabel 4.1 Jumlah Pengunjung Hotel Bintang dan Kunjungan Wisatan ke

    Yogyakarta

    Jumlah

    Pengunjung

    Hotel Bintang

    Jumlah

    Kunjungan

    Wisatawan

    Persentase

    (%)

    2010Mancanegara 124,060 415,204 29.879

     Nusantara 663,189 7,855,784 8.442

    2011

    Mancanegara 133,868 461,162 29.028

     Nusantara 667,792 8,839,624 7.555

    2012

    Mancanegara 154,979 499,515 31.026

     Nusantara 990,676 10,880,125 9.105

    2013

    Mancanegara 179,404 647,984 27.686

     Nusantara 1,026,745 12,194,311 8.420

    2014

    Mancanegara 199,864 572,617 34.904

     Nusantara 1,194,148 16,201,618 7.371

    Jumlah 5,334,725 58,567,944 9.109

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    12/18

    12

    Data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil wisatawan yang menginap

    di hotel bintang selama berkunjung ke Yogyakarta. Selama lima tahun terakhir,

     persentase pengunjung hotel bintang khususnya wisatawan nusantara selalu

    dibawah 10%. Posisi hotel yang strategis ternyata tidak didukung oleh banyaknya

     pengunjung hotel bintang. Hal ini diasumsikan dipengaruhi harga sewa hotel

     bintang yang cukup mahal. Sebenarnya, harga sewa hotel bintang yang mahal

    dikarenakan letaknya yang strategis dan dekat dengan pusat kota.

    Tabel 4.2 Harga Sewa Kamar Hotel Bintang di Yogyakarta

    Nama HotelHarga Kamar

    Non Suite Suite

    Ros In 599.000 - 795.000 1.145.000 - 3.000.000

    The Queen of The

    South 381.000 - 650.000 900.000 - 1.250.000

    Cakra Kembang 400.000 - 400.000 670.000 - 670.000

    Cakra Kusuma 440.000 - 750.000 1.200.000 - 1.500.000

    Crystal Lotus 800.000 - 1.600.000 1.700.000 - 2.300.000

    Grand Cokro 350.000 - 500.000 1.000.000

    Griya Persada 300.000 - 1.200.000 1.500.000 - 2.500.000

    Hyatt Regency 888.000 - 1.388.000 2.388.000 - 6.388.000

    Jayakarta Yogyakarta

    Hotel & Spa 786.500 - 1.028.500 3.025.000 - 7.260.000

    Jogjakarta Plaza 500.000 - 500.000 1.000.000 - 2.000.000

    Kangen Boutiq 350.000 - 450.000 -

    LPP Convention 400.000 - 650.000 550.000 - 1.500.000

    Merapi Merbabu 1.356.000 - 1.695.000 2.756.000 - 5.945.000

    Paku Mas 305.000 - 325.000 340.000 - 385.000

    Poeri Devata Resort

    Hotel 500.000 - 726.000 -

    Puri Artha 709.000 - 869.000 1.049.000 - 2.354.000

    Quality Hotel

    Yogyakarta 580.000 - 850.000 950.000 - 8.000.000

    Quin Colombo 500.000 - 960.000 850.000 - 1.200.000

    Royal Ambarrukmo 860.000 - 1.450.000 2.600.000 - 6.050.000

    Sahid Raya Yogya 475.000 - 550.000 1.250.000 - 1.500.000

    Sejahtera Family - 650.000 - 1.750.000

    Seturan 150.000 - 175.000 -

    Sheraton Mustika 858.000 - 1.584.000 1.848.000 - 2.772.000

    Sri Wedari 575.000 - 700.000 800.000 - 1.150.000

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    13/18

    13

    UNY 400.000 - 600.000 750.000 - 1.500.000

    The Sahid Rich Jogja

    Hotel 850.000 - 850.000 1.500.000 - 2.500.000

    The Victoria 300.000 - 360.000 -

    MM UGM Wisma 375.000 - 525.000 -

    Home Platinum 480.000 - 800.000 730.000 - 1.000.000

    Abadi Hotel 500.000 - 750.000 1.500.000 - 1.500.000

    Airlangga 200.000 - 250.000 -

    Amaris 400.000 - 650.000 -

    Arjuna Plaza 525.000 - 800.000 1.300.000 - 1.600.000

     New Batik Palace 475.000 - 550.000 550.000 - 700.000

    Bintang Fajar 250.000 - 500.000 -

    Brongto 400.000 - 600.000 1.200.000 - 1.700.000

    Cavinton Hotel 400.000 - 650.000 1.400.000 - 2.000.000Dusun Jogja Village

    Inn 350.000 - 400.000 450.000 - 500.000

    Dafam Fortuna Hotel 665.000 - 1.300.000 1.700.000 - 1.700.000

    Eclipse 550.000 - 675.000 1.450.000 - 1.450.000

    Edelweiss 450.000 - 450.000 1.500.000

    Ekon 290.000 - 390.000 360.000 - 460.000

    Fave 390.000 - 1.013.980 650.000 - 1.376.980

    Gallerry Prawirotaman 480.000 - 850.000 1.000.000 - 1.500.000

    Gowongan Inn 575.000 - 937.750 1.125.000 - 1.361.250

    Grage Ramayana 400.000 - 500.000 -Grage Yogya 495.000 - 495.000 695.000 - 795.000

    Grand Aston 1.463.000 - 1.683.000 6.138.000 - 7.858.000

    Grand Zuri 1.300.000 - 1.800.000 2.800.000 - 2.800.000

    Grand Rosella 307.000 - 704.000 704.000 - 854.000

    Greenhost Boutique

    Hotel 550.000 - 550.000 -

    Harper 500.000 - 1.100.000 700.000 - 1.350.000

    Horison Ultima Riss 770.000 - 1.100.000 2.750.000 - 3.750.000

    Ibis Malioboro 726.000 - 822.800 1.026.000 - 1.122.000

    Istana Batik Ratna 350.000 - 525.000 550.000 - 750.000Ibis Styles 653.400 - 1.300.000 -

    Indah Palace 642.500 - 797.500 797.500 - 904.000

    Inna Garuda 750.000 - 1.500.000 1.500.000 - 5.000.000

    Jentra 578.000 - 636.000 -

    Jumbuluwuk

    Malioboro Boutique 1.200.000 - 1.850.000 1.700.000 - 3.500.000

    Matahari 260.000 - 450.000 500.000 - 750.000

    Malioboro Inn 300.000 - 500.000 500.000 - 600.000

    Mutiara 625.000 - 815.000 1.500.000 - 1.850.000

    Melia Purosani 800.000 - 1.300.000 2.200.000 - 9.000.000

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    14/18

    14

     Nueve Jogja 550.000 - 750.000 -

     New Saphir

    Yogyakarta 620.000 - 620.000 1.500.000 - 1.500.000

     Novotel 907.500 - 1.391.500 1.939.025 - 2.577.300

    Orlen 280.000 - 350.000 400.000 - 400.000

    Pop 348.000 - 418.000 -

    Pop! 368.000 - 468.000 -

    Pose In 200.000 - 400.000 -

    Rosalia Indah 300.000 - 475.000 600.000 - 650.000

    Santika 1.250.000 - 1.750.000 2.500.000 - 6.500.000

    Septia 350.000 - 350.000 650.000 - 650.000

    Tentrem 750.000 - 1.150.000

    1.850.000 -

    11.950.000

    The Cube Hotel 325.000 - 475.000 750.000 - 950.000

    The 101 Yogyakarta

    Tugu 1.400.000 - 1.400.101 1.700.000 - 1.725.101

    The Grand Palace

    Yogyakarta 450.000 - 1.000.000 1.200.000 - 1.950.000

    The Grove Express

    Hotel 388.000 - 600.000 508.000 - 700.000

    The Phoenix 867.645 - 1.390.000 1.676.455 - 1.936.000

    Tickle 550.000 - 750.000 900.000 - 1.100.000

    Whiz 300.000 - 650.000 -

    Wisanti 350.000 - 450.000 -

    Yogya Plaza/ OghDoni 325.000 - 400.000 400.000 - 500.000

    Zodiak 410.000 - 799.000 575.000 - 999.000

    Harga sewa yang mahal membuat wisatawan malas untuk menginap di

    hotel bintang sebab akomodasi lain yang sejenis seperti hotel melati, penginapan,

    wisma,  guest house, kondotel, dan lainnya menawarkan harga sewa yang lebih

    murah. Hotel bintang lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara

    karena menawarkan fasilitas yang lebih lengkap, ditambah lagi, wisataman

    mancanegara yang datang ke DIY dapat dengan mudah memesan kamar pada

    hotel bintang melalui website yang melayani pemesanan  flight dan hotel

     bersamaan. Hotel bintang bukanlah pilihan utama wisatawan domestik yang lebih

    sering merencanakan perjalanan sendiri dengan metode low budget agar dapat

    menghemat biaya selama masa liburan.

    Data pada Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar wisatawan menginap di

    hotel non bintang dan akomodasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa peluang

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    15/18

    15

    usaha bagi hotel non bintang dan akomodasi lainnya masih terbuka lebar, apalagi

    saat ini surat izin pendirian hotel di Yogyakarta sudah ditutup. Artinya pelaku

    usaha yang ingin membuka akomodasi lain, seperti kondotel masih memiliki

     pasar yang luas, terutama di daerah yang belum terjamah hotel bintang seperti

    Gunung Kidul, Kulonprogo, dan Bantul. Ketiga willayah tersebut saat ini

    mengalami perkembangan pariwisata yang cukup pesat beberapa tahun terakhir.

    Objek wisata yang ditawarkan juga berbeda dengan Sleman dan Yogyakarta.

    Kabupaten Gunung Kidul dan Bantul menawarkan wisata bahari dan aneka

    kuliner seafood. Objek wisata pantainya diantaranya adalah Pantai Baron, Pantai

    Drini, Indrayanti, Wediombo, Sadranan, Parangtritis, Goa Cemara, dan masih

     banyak lagi. Ada pula Goa Pindul dan Cave Tubbing Kali Suci. Begitu pula,

    kulonprogo, menyediakan pesona alam, seperti kebun teh, Waduk Sermo, Wisata

    alam Kali Biru, dan Pantai Glagah. Jumlah objek wisata yang cukup banyak

    membuat wisatawan butuh lebih dari satu hari untuk menjelaajah di Gunung

    Kidul, Kulonprogo, dan Bantul. Pembangunan hotel dan akomodasi lainnya tentu

    memiliki prospek yang besar dan dapat menyumbang lebih banyak bagi

     perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Tabel 4.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2014

    Daerah Wisata Mancanegara Nusantara Jumlah

    Kota

    Yogyakarta 226,197 5,025,155 5,251,352

    Kab. Sleman 340,599 3,883,359 4,223,958

    Kab. Bantul 502 2,708,314 2,708,816

    Kab.

    Kulonprogo - 904,972 904,972

    Kab. Gunung

    Kidul 5,319 3,679,818 3,685,137

    Jumlah 572,617 16,201,618 16,774,235

    Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tidak ada hotel bintang di Kab.

    Kulonprogo, sedangkan data jumlah kunjungan wisatawan 2014 pada tabel 4.3

    menunjukkan bahwa ada 904.972 wisatawan yang hadir di kulonprogo. Angka ini

    menunjukkan bahwa wisatawan yang mengunjungi objek wisata kulonprogo

    menginap diluar kulonprogo. Hal ini menambah alasan kenapa pembangunan

    akomodasi penginapan di kulonprogo.

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    16/18

    16

    Pembangunan industri lain, seperti usaha kuliner atau toko oleh-oleh

    sangat strategis didirikan di sekitar tempat menginap wisatawan sehingga dapat

    membeli sesaat sebelum pulang. Pelaku industri juga dapat merger dengan hotel,

    yakni membuka outlet di lingkungan hotel denga tetap memberikan harga yang

    terjangkau. Hal ini tentunya lebih mempermudah konsumen yang ingin membeli

    oleh-oleh. Kerjasama ini tentunya menguntungkan semua pihak, baik pelaku

    industri, pihak hotel, maupun wisatawan.

    Hotel bintang memang menjanjikan fasilitas yang lebih mapan

    dibandingkan akomodasi lain. Namun, posisi hotel bintang yang menumpuk di

    Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman membuat persaingan usaha yang tinggi.

    Setiap hotel saling berlomba untuk mencari pengunjung. Fasilitas yang lengkap

    dan harga sewa tentunya menjadi salah satu pertimbangan pengunjung untuk

    menginap. Pengelola hotel bintang patut berbenah diri dengan memperbarui

    manajemen hotel, misalnya menawarkan diskon harga sewa, promo paket wisata

     bekerjasama dengan tour travel, dan meningkatkan promosi di media sosial. Hotel

     bintang masih memiliki pasar yang strategis hanya saja perlu meningkatkan

    kualitas pelayanan agar semakin dilirik oleh wisatawan yang datang ke Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY).

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    17/18

    17

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Persebaran Hotel Bintang di DIY tidak merata. Peluang usaha akomodasi

    selain hotel bintang sangat besar didaerah Kulonprogo, Gunung Kidul, dan

    Bantul. Hal ini dikarenakan hotel berbintang di DIY banyak terdapat daerah

    Sleman dan Kota Yogyakarta itu sendiri. Bahkan, untuk daerah Kulonprogo

     belum ada hotel bintang sama sekali kemudian daerah Bantul dan Gunung

    Kidul masing- masing hanya mempunyai satu hotel bintang. Hotel bintang 1

    di DIY ada sebanyak 11 hotel, hotel bintang 2 sebanyak 21 hotel, hotel

     bintang 3 sebanyak 30 hotel, hotel bintang 4 sebanyak 16 hotel, dan hotel

     bintang 5 sebanyak 7 hotel. Wistawan enggan menginap di hotel bintang

    dikarenakan harga sewa kamar di hotel bintang terlampau mahal.

    5.2. Saran

    Hotel bintang perlu melancarkan berbagai strategi seperti diskon agar

    wisatawan tertarik untuk menginap di hotel bintang. Peluang usaha akomodasi

    selain hotel bintang sangat besar didaerah Kulonprogo, Gunung Kidul, dan

    Bantul. Bagi yang ingin membuka usaha baru selain usaha akomodasi,

     peluang industri baru seperti pusat oleh-oleh, kerajinan, dan kuliner sangat

     besar di daerah yang ramai ditinggali wisatawan.

  • 8/18/2019 pemetaan persebaran hotel berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta

    18/18

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik. 2015. “Berita Resmi Statistik No. 22/04/34/Th.XVII, 1

    April 2015”. http://yogyakarta.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-

    20150409081840.pdf (diakses Oktober 2015)

    Badan Pusat Statistik. 2015. Direktori Hotel dan Akomodasi Lain Daerah

    Istimewa Yogyakarta 2015. Yogyakarta.bps.go.id

    Bekti, Rokhana Dwi. 2011. “Analisis Data Spasial”.

    https://statisticsanalyst.files.wordpress.com/2011/08/analisis-data-

    spasial.ppt (diakses Oktober 2015)

    Lee, J. dan Wong, D. W. S. (2001), Statistical Analysis with Arcview GIS, John

    Wiley and Sons, New York.

    Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor

    Pm.53/Hm.001/Mpek/2013 Tentang Standar Usaha Hotel.

    http://www.ihrabadung.org/files/regulation/permen/permen_standar_usaha

     _hotel.pdf

    Rahmat, Reny Maulida. 2012. “Analisis Strategi Pemasaran Pada Pt. Koko Jaya

     Prima Makassar”. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

    Universitas Hasanuddin. Makassar.

    Tribun Jogja. 2015. “Tahun Ini, Jumlah Wisatawan ke DIY Ditarget Naik 15

    Persen”. http://jogja.tribunnews.com/2015/01/26/tahun-ini-jumlah-

    wisatawan-ke-diy-ditarget-naik-15-persen (diakses Oktober 2015)