pemerintah provinsi jawa timur tentang dengan …€¦ · dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak...

162
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang: a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab; b. bahwa dengan diundangkannya Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka terhadap Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Retribusi perlu disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang–Undang dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah; Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950); 3. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); 4. Undang

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

    PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

    NOMOR 1 TAHUN 2012

    TENTANG

    RETRIBUSI DAERAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    GUBERNUR JAWA TIMUR,

    Menimbang: a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber

    pendapatan daerah yang penting guna membiayai

    penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

    untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata

    dan bertanggung jawab;

    b. bahwa dengan diundangkannya Undang–Undang Nomor

    28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

    Daerah, maka terhadap Peraturan Daerah Provinsi Jawa

    Timur tentang Retribusi perlu disesuaikan dengan

    ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang–Undang

    dimaksud;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk

    Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah;

    Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang

    Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan

    Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah

    dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang

    Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950

    (Himpunan Peraturan Peraturan Negara Tahun 1950);

    3. Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang

    Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104);

    4. Undang

  • - 2 -

    4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana

    telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

    Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    6. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5038);

    7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

    8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

    Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    5234);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2005 Nomor 40, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

    Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4609);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

    Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

    Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

    Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4737);

    12. Peraturan

  • - 3 -

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata

    Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan

    Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2010, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

    13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

    tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

    sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

    tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

    Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

    Pengelolaan Keuangan Daerah;

    14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

    tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

    Daerah;

    15. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

    Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri

    Sipil di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I

    Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I

    Jawa Timur Tahun 1987 Nomor 3 Seri D);

    16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun

    2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Provinsi Jawa

    Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun

    2009 Nomor 4 Seri E);

    17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun

    2011 tentang Pembentukan Peraturan DaerahProvinsi

    Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur

    Tahun 2011 Nomor 2 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah

    Provinsi Jawa Timur Nomor 2);

    18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun

    2011 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah

    Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Nomor 7 Seri D,

    Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor

    8);

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

    PROVINSI JAWA TIMUR

    dan

    GUBERNUR JAWA TIMUR

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI DAERAH.

    BAB I

  • - 4 -

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

    1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa

    Timur.

    2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

    3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang

    selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur.

    4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di

    bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    5. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT

    adalah unsur pelaksana teknis Dinas/Badan di lapangan

    untuk melaksanakan sebagian urusan Dinas/Badan

    Provinsi yang ada di Kabupaten/Kota.

    6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

    merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha

    maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

    perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

    lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan

    usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk

    apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

    persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

    organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga

    dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

    kolektif dan bentuk usaha tetap.

    7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,

    adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

    atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

    dan/atau diberikan oleh Pemerintah Provinsi untuk

    kepentingan orang pribadi atau Badan.

    8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Provinsi berupa usaha

    dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau

    kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang

    pribadi atau Badan.

    9. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan

    oleh Pemerintah Provinsi untuk tujuan kepentingan dan

    kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

    pribadi atau Badan.

    10. Jasa

  • - 5 -

    10. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah

    Provinsi dengan menganut prinsip–prinsip komersial

    karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor

    swasta.

    11. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah

    Provinsi dalam rangka pemberian izin kepada orang

    pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,

    pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,

    pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam,

    barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna

    melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

    lingkungan.

    12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang

    menurut peraturan perundang-undangan retribusi

    diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,

    termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang

    merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk

    memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari

    Pemerintah Provinsi.

    14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya

    disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran

    retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan

    formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas

    daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh

    Gubernur.

    15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya

    disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang

    menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang

    terutang.

    16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang

    selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan

    retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

    retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar

    daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak

    terutang.

    17. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya

    disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan

    retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga

    dan/atau denda.

    18. Pemeriksaan

  • - 6 -

    18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun

    dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang

    dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

    suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

    pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau tujuan lain

    dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

    perundang–undangan retribusi daerah.

    19. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi adalah

    serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk

    mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

    membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang

    terjadi serta menemukan tersangkanya.

    BAB II

    OBJEK, GOLONGAN DAN JENIS RETRIBUSI

    Bagian Kesatu

    Objek dan GolonganRetribusi

    Pasal 2

    (1) Objek Retribusi adalah:

    a. Jasa Umum;

    b. Jasa Usaha; dan

    c. Perizinan Tertentu.

    (2) Retribusi yang dikenakan atas jasa umum sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan sebagai

    Retribusi Jasa Umum.

    (3) Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf b digolongkan sebagai

    Retribusi Jasa Usaha.

    (4) Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digolongkan

    sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.

    Bagian Kedua

    Jenis Retribusi

    Pasal 3

    (1) Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang

    disediakan atau diberikan Pemerintah Provinsi untuk

    tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

    dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

    (2) Jenis

  • - 7 -

    (2) Jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) adalah:

    a. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

    b. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; dan

    c. Retribusi Pelayanan Pendidikan.

    Pasal 4

    (1) Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang

    disediakan oleh Pemerintah Provinsi dengan menganut

    prinsip komersial yang meliputi:

    a. pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan

    kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara

    optimal; dan/atau

    b. pelayanan oleh Pemerintah Provinsi sepanjang belum

    disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

    (2) Jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) adalah:

    a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

    b. Retribusi Tempat Pelelangan;

    c. Retribusi Tempat Penginapan / Pesanggrahan / Villa;

    d. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

    e. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; dan

    f. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

    Pasal 5

    (1) Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan

    perizinan tertentu oleh Pemerintah Provinsi kepada orang

    pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan

    dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

    penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

    sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

    kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

    (2) Jenis Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) adalah:

    a. Retribusi Izin Trayek; dan

    b. Retribusi Izin Usaha Perikanan.

    BAB III

  • - 8 -

    BAB III

    RETRIBUSI JASA UMUM

    Bagian Kesatu

    Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 6

    Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

    dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penyediaan peta

    yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi.

    Pasal 7

    Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 6 adalah penyediaan peta yang dibuat

    oleh Pemerintah Provinsi pada Dinas Energi dan Sumber

    Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.

    Pasal 8

    (1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah

    orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan

    penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi.

    (2) Wajib Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah

    orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

    peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan

    untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk

    pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 9

    Tingkat penggunaan jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak

    Peta diukur berdasarkan jumlah penyediaan dan ukuran

    peta.

    Paragraf 3

  • - 9 -

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 10

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta ditetapkan

    hanya dengan memperhitungkan biaya pencetakan dan

    pengadministrasian.

    Bagian Kedua

    Retribusi Pelayanan Tera /Tera Ulang

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 11

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang,

    dipungut retribusi atas pelayanan pengujian alat-alat ukur,

    takar, timbang dan perlengkapannya serta Pengujian Barang

    Dalam Keadaan Terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 12

    Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang yang berada pada

    UPT Kemetrologian dan Laboratorium Kalibrasi

    Kemetrologian di lingkungan Dinas Perindustrian dan

    Perdagangan Provinsi Jawa Timur, meliputi:

    a. Tera Sah dan Tera Batal;

    b. Tera Ulang Sah dan Tera Ulang Batal;

    c. Pengujian;

    d. Penelitian;

    e. Sertifikasi dan Tabel;

    f. Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT);

    dan

    g. Kalibrasi.

    Pasal 13

  • - 10 -

    Pasal 13

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang

    pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati

    pelayanan tera sah dan tera batal, tera ulang sah dan tera

    ulang batal, pengujian, penelitian, kalibrasi alat-alat ukur,

    takar, timbang, dan perlengkapannya serta pengujian

    barang dalam keadaan terbungkus.

    (2) Wajib Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang

    pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk

    melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

    atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 14

    Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Tera/Tera

    Ulang diukur berdasarkan tingkat kesulitan, karakteristik,

    jenis, kapasitas, tempat pelayanan dan peralatan pengujian

    yang digunakan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 15

    (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan

    besarnya tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

    ditetapkan dengan memperhatikan biaya operasional,

    jarak tempuh, biaya pemeliharaan, kemampuan

    masyarakat, aspek keadilan dan kepastian hukum.

    (2) Sarana dan prasarana untuk proses tera sah, tera batal,

    tera ulang sah, tera ulang batal dan kalibrasi di tempat

    pakai dipersiapkan oleh pemohon/pemakai/pemilik alat

    Ukur, Takar, Timbangan, dan Perlengkapannya (UTTP).

    Bagian

  • - 11 -

    Bagian Ketiga

    Retribusi Pelayanan Pendidikan

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 16

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Pendidikan dipungut

    retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan

    penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh

    Pemerintah Provinsi.

    Pasal 17

    Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 16 adalah pelayanan penyelenggaraan

    pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Provinsi

    yang berada pada:

    a. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Timur;

    b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

    Timur; dan

    c. Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Timur.

    Pasal 18

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang

    pribadi atau badan yang menikmati pelayanan

    penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis.

    (2) Wajib Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang

    pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk

    melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

    atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 19

    Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan Pendidikan

    diukur berdasarkan jangka waktu, jenis dan kelas

    pendidikan serta jumlah peserta pelatihan.

    Paragraf 3

  • - 12 -

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 20

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Pelayanan Pendidikan ditetapkan dengan

    memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan

    masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas

    pelayanan.

    BAB IV

    RETRIBUSI JASA USAHA

    Bagian Kesatu

    Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 21

    Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian

    kekayaan daerah.

    Pasal 22

    Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah

    pemakaian kekayaan daerah yang berada pada:

    a. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur;

    b. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

    c. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur;

    d. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur;

    e. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

    Provinsi Jawa Timur;

    f. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa

    Timur;

    g. Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur;

    h. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur;

    i. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur;

    j. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

    k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

    Timur;

    l. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

    Provinsi Jawa Timur;

    m. Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur;

    n. Dinas

  • - 13 -

    n. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur;

    o. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    Provinsi Jawa Timur;

    p. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur;

    q. Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan

    Provinsi Jawa Timur;

    r. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur;

    s. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur;

    t. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan

    Pembangunan Bojonegoro;

    u. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan

    Pembangunan Malang;

    v. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan

    Pembangunan Pamekasan; dan

    w. Biro Administrasi Kemasyarakatan Sekretariat Daerah

    Provinsi Jawa Timur.

    Pasal 23

    (1) Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah

    orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati

    pemakaian kekayaan Daerah.

    (2) Wajib Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah

    orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

    peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan

    untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk

    pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 24

    Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pemakaian Kekayaan

    Daerah diukur berdasarkan jangka waktu, jumlah, luas,

    fungsi dan keahlian serta jenis usaha pada pemakaian

    kekayaan daerah.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 25

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah didasarkan pada

    tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

    Bagian

  • - 14 -

    Bagian Kedua

    Retribusi Tempat Pelelangan

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 26

    Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut

    retribusi atas pembayaran penyediaan tempat pelelangan

    yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Provinsi.

    Pasal 27

    (1) Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 26 adalah penyediaan tempat

    pelelangan yang secara khusus disediakan oleh

    Pemerintah Provinsi pada Dinas Pendapatan Provinsi Jawa

    Timur untuk melakukan pelelangan hasil hutan termasuk

    jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di

    tempat pelelangan.

    (2) Termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah

    Provinsi dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat

    pelelangan.

    Pasal 28

    (1) Subjek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi

    atau badan yang memakai tempat pelelangan yang secara

    khusus disediakan oleh Pemerintah Provinsi untuk

    melakukan pelelangan hasil hutan termasuk jasa

    pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di

    tempat pelelangan.

    (2) Wajib Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi

    atau badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

    melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

    atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 29

    Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Pelelangan diukur

    berdasarkan nilai transaksi lelang.

    Paragraf 3

  • - 15 -

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 30

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Tempat Pelelangan didasarkan pada tujuan

    untuk memperoleh keuntungan yang layak.

    Bagian Ketiga

    Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 31

    Dengan nama Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/

    Villa dipungut retribusi sebagai pembayaran atas

    penggunaan Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa.

    Pasal 32

    Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 adalah pelayanan

    tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa yang disediakan,

    dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Provinsi yang

    berada pada:

    a. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur;

    b. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur;

    c. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

    d. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur;

    e. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; dan

    f. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

    Pasal 33

    (1) Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

    adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan

    Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa.

    (2) Wajib

  • - 16 -

    (2) Wajib Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

    adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

    ketentuan perundang-undangan Retribusi diwajibkan

    untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk

    pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 34

    Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Penginapan/

    Pesanggrahan/Villa diukur berdasarkan jangka waktu dan

    jenis/kelas kamar.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 35

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

    didasarkan pada tujuan memperoleh keuntungan yang layak.

    Bagian Keempat

    Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 36

    Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut

    Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan jasa

    kepelabuhanan.

    Pasal 37

    (1) Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 36 adalah pelayanan jasa

    kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan

    kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki dan/atau

    dikelola oleh Pemerintah Provinsi pada Dinas

    Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur.

    (2) Tidak

  • - 17 -

    (2) Tidak termasuk objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

    adalah pelabuhan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

    Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD dan swasta.

    Pasal 38

    (1) Subjek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang

    pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati

    pelayanan jasa kepelabuhanan.

    (2) Wajib Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang

    pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

    melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

    atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 39

    Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pelayanan

    Kepelabuhanan diukur berdasarkan Jenis Pelayanan

    Pelabuhan.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan

    Besarnya Tarif

    Pasal 40

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan didasarkan pada

    tujuan memperoleh keuntungan yang layak.

    Bagian Kelima

    Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 41

    Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

    dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan

    tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.

    Pasal 42

  • - 18 -

    Pasal 42

    Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah

    pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang

    disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah

    Provinsi yang berada pada:

    a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

    b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur;

    c. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; dan

    d. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

    Pasal 43

    (1) Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah

    orang pribadi atau badan yang memanfaatkan pelayanan

    tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.

    (2) Wajib Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah

    orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

    peraturan perundang–undangan Retribusi diwajibkan

    untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk

    pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 44

    Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Tempat Rekreasi dan

    Olahraga diukur berdasarkan frekuensi, jumlah dan jenis

    pelayanan pada tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 45

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga didasarkan

    pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

    Bagian

  • - 19 -

    Bagian Keenam

    Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 46

    Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

    dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penjualan hasil

    produksi usaha Daerah.

    Pasal 47

    Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 adalah penjualan

    hasil produksi usaha Pemerintah Provinsi yang berada pada:

    a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

    b. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

    c. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur;

    d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

    Timur;

    e. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; dan

    f. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

    Pasal 48

    (1) Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

    adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/

    memanfaatkan hasil produksi usaha daerah pada:

    a. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur;

    b. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur;

    c. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur;

    d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

    Timur;

    e. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; dan

    f. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur.

    (2) Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah

    orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

    peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan

    untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk

    pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

  • - 20 -

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 49

    Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Penjualan Produksi

    Usaha Daerah diukur berdasarkan berat, volume, jumlah,

    jenis, mutu dan ukuran hasil produksi yang dijual.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 50

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya

    tarif Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah didasarkan

    pada tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang layak.

    BAB V

    RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

    Bagian Kesatu

    Retribusi Izin Trayek

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 51

    Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi

    sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek.

    Pasal 52

    Objek Retribusi Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 51 adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau

    badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang

    umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu yang

    meliputi:

    a. Pelayanan angkutan pada trayek tetap dan teratur;

    b. Pelayanan angkutan tidak dalam trayek; dan

    c. Pelayanan angkutan yang menyimpang dari trayeknya

    karena keperluan tertentu.

    Pasal 53

  • - 21 -

    Pasal 53

    (1) Subjek Retribusi Izin Trayek adalah orang pribadi atau

    badan yang memperoleh izin trayek dari Pemerintah

    Provinsi.

    (2) Wajib Retribusi Izin Trayek adalah orang pribadi atau

    badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-

    undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

    pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

    retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 54

    Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Izin trayek diukur

    berdasarkan jenis kendaraan, tempat duduk dan masa

    berlaku izin trayek.

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 55

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Izin

    Trayek didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian

    atau seluruh biaya penyelenggaran pemberian izin meliputi

    penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,

    penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak

    negatif dari pemberian izin tersebut.

    Pasal 56

    (1) Masa berlaku izin trayek selama 5 (lima) tahun dan

    dikenakan retribusi setiap kendaraan.

    (2) Untuk pengawasan dan pengendalian izin trayek

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterbitkan kartu

    pengawasan yang berlaku selama 1 (satu) tahun.

    Bagian

  • - 22 -

    Bagian Kedua

    Retribusi Izin Usaha Perikanan

    Paragraf 1

    Nama, Objek dan Subjek Retribusi

    Pasal 57

    Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut

    retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin usaha

    perikanan.

    Pasal 58

    Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 57 adalah pemberian izin kepada orang pribadi

    atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan

    dan pembudidayaan ikan oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa

    Timur, yang berupa:

    a. Izin Pemasangan Rumpon; dan

    b. Izin Pembudidayaan Ikan.

    Pasal 59

    (1) Subjek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah setiap

    orang pribadi atau badan yang mendapat izin untuk

    melakukan kegiatan usaha penangkapan dan

    pembudidayaan ikan.

    (2) Wajib Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi

    atau badan yang menurut ketentuan peraturan

    perundang–undangan Retribusi diwajibkan untuk

    melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

    atau pemotong retribusi tertentu.

    Paragraf 2

    Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

    Pasal 60

    Tingkat penggunaan jasa Retribusi Izin Usaha Perikanan

    diukur berdasarkan atas jangka waktu, luas dan jenis usaha

    perikanan.

    Paragraf 3

  • - 23 -

    Paragraf 3

    Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur

    dan Besarnya Tarif

    Pasal 61

    Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi Izin Usaha

    Perikanan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian

    atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang

    meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,

    penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak

    negatif dari pemberian izin tersebut.

    BAB VI

    STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

    Pasal 62

    Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Jasa Umum, Retribusi

    Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), tercantum dalam lampiran

    yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

    Daerah ini.

    BAB VII

    WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN

    Pasal 63

    Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Provinsi.

    Pasal 64

    (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau

    dokumen lain yang dipersamakan.

    (2) Dokumen lain yang dipersamakansebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu

    langganan.

    (3) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) disetor ke Kas Umum Daerah secara bruto.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan

    pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur.

    BAB VIII

  • - 24 -

    BAB VIII

    TATA CARA PEMBAYARAN

    Bagian Kesatu

    Ketentuan Pembayaran

    Pasal 65

    (1) Pembayaran Retribusi oleh Wajib Retribusi dilakukan

    secara tunai dan sekaligus.

    (2) Retribusi terutang yang ditetapkan dengan SKRD dibayar

    selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak

    diterbitkannya SKRD.

    (3) Pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran.

    Bagian Kedua

    Tempat Pembayaran

    Pasal 66

    (1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah

    atau tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang

    ditentukan.

    (2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang

    ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor

    ke Kas Umum Daerah secara bruto selambat-lambatnya

    1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh

    Gubernur.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan

    dan tempat pembayaran diatur dengan Peraturan

    Gubernur.

    BAB IX

    MASA RETRIBUSI, SAAT RETRIBUSI TERUTANG DAN

    PENAGIHAN

    Pasal 67

    Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang

    merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk

    memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah

    Provinsi.

    Pasal 68

    Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi sejak

    diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

    Pasal 69

  • - 25 -

    Pasal 69

    (1) Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar

    ditagih dengan menggunakan STRD.

    (2) Penagihan retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan

    diatur dengan Peraturan Gubernur.

    BAB X

    SANKSI ADMINISTRATIF

    Pasal 70

    Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada

    waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi

    administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap

    bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan

    ditagih dengan menggunakan STRD.

    BAB XI

    KEBERATAN

    Pasal 71

    (1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya

    kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD

    atau dokumen lain yang dipersamakan.

    (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa

    Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

    (3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling

    lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan,

    kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan

    bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena

    keadaan di luar kekuasaannya.

    (4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud

    pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar

    kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

    (5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar

    retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

    Pasal 72

    (1) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan

    sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi

    keputusan atas keberatan yang diajukan dengan

    menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

    (2) Ketentuan

  • - 26 -

    (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

    untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib

    Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi

    keputusan oleh Gubernur.

    (3) Keputusan Gubernur atas keberatan dapat berupa

    menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau

    menambah besarnya retribusi yang terutang.

    (4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) telah lewat dan Gubernur tidak memberi suatu

    keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap

    dikabulkan.

    Pasal 73

    (1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau

    seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan

    dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)

    sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

    (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan

    diterbitkannya SKRDLB.

    BAB XII

    PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

    Pasal 74

    (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi

    dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada

    Gubernur.

    (2) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)

    bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian

    kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

    (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat

    (2) telah dilampaui dan Gubernur tidak memberikan suatu

    keputusan, permohonan pengembalian pembayaran

    retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus

    diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)

    bulan.

    (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi

    lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk

    melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

    (5) Pengembalian

  • - 27 -

    (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam

    jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak

    diterbitkannya SKRDLB.

    (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

    dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Gubernur

    memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)

    sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan

    pembayaran retribusi.

    (7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

    Peraturan Gubernur.

    BAB XIII

    PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN

    RETRIBUSI

    Pasal 75

    (1) Gubernur dapat memberikan pengurangan, keringanan

    dan pembebasan retribusi kepada Wajib Retribusi.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian

    keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

    dengan Peraturan Gubernur.

    BAB XIV

    KEDALUWARSA PENAGIHAN

    Pasal 76

    (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi

    kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun

    terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika

    Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di Bidang

    Retribusi.

    (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) tertangguh jika:

    a. diterbitkan Surat Teguran; atau

    b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi,

    baik langsung maupun tidak langsung.

    (3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan

    dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran

    tersebut.

    (4) Pengakuan

  • - 28 -

    (4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi

    dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai

    utang retribusi dan belum melunasinya kepada

    Pemerintah Provinsi.

    (5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat

    diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau

    penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh

    Wajib Retribusi.

    Pasal 77

    (1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena

    hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa

    dapat dihapuskan.

    (2) Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang

    Retribusi Provinsi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana

    dimaksud pada ayat(1).

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan

    Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan

    Peraturan Gubernur.

    BAB XV

    PEMERIKSAAN

    Pasal 78

    (1) Gubernur berwenang melakukan pemeriksaan untuk

    menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi

    dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-

    undangan Retribusi.

    (2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:

    a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau

    catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan

    dokumen lain yang berhubungan dengan objek

    retribusi yang terutang;

    b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat

    atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan

    bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

    c. memberikan keterangan yang diperlukan.

    (3) Ketentuan

  • - 29 -

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan

    retribusi diatur dengan Peraturan Gubernur.

    BAB XVI

    INSENTIF PEMUNGUTAN

    Pasal 79

    (1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi

    diberikan insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

    (2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan melalui APBD.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan

    pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

    BAB XVII

    BAGI HASIL RETRIBUSI

    Pasal 80

    (1) Beberapa pungutan retribusi yang diterima oleh

    Pemerintah Provinsi dilakukan Bagi Hasil dengan

    Pemerintah Kabupaten/Kota.

    (2) Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. Hasil Pemungutan Retribusi Jasa Umum untuk

    Pelayanan Tera/Tera Ulang pada Dinas Perindustrian

    dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur:

    1. sebesar 70% (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah

    Provinsi; dan

    2. sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk Pemerintah

    Kabupaten/Kota.

    b. Hasil Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan

    Daerah untuk Pelayanan Jasa Keahlian Pemeriksaan

    Hewan pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur:

    1. sebesar 40 % (empat puluh persen) untuk

    Pemerintah Provinsi; dan

    2. sebesar 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah

    Kabupaten/Kota.

    c. Hasil

  • - 30 -

    c. Hasil Pemungutan Retribusi pada Dinas Kehutanan

    Provinsi Jawa Timur meliputi:

    1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk

    Pengujian atau Pemeriksaan Lapangan dalam

    rangka pengukuran dan pengujian kayu:

    a) apabila dilakukan oleh Pemerintah Provinsi:

    1) sebesar 70 % (tujuh puluh persen) untuk

    Pemerintah Provinsi; dan

    2) sebesar 30 % (tiga puluh persen) untuk

    Pemerintah Kabupaten/Kota.

    b) apabila dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/

    Kota:

    1) sebesar 70 % (tujuh puluh persen) untuk

    Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

    2) sebesar 30 % (tiga puluh persen) untuk

    Pemerintah Provinsi.

    2. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi

    Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa, dan

    Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga pada

    Tahura R. Soerjo:

    a) sebesar 70 % (tujuh puluh persen) untuk

    Pemerintah Provinsi; dan

    b) sebesar 30 % (tiga puluh persen) untuk

    Pemerintah Kabupaten/Kota.

    BAB XVIII

    PENYIDIKAN

    Pasal 81

    (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan

    Pemerintah Provinsi diberi wewenang khusus

    sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak

    pidana di Bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam

    Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

    (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

    pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan

    Pemerintah Provinsi yang diangkat oleh pejabat yang

    berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    (3) Wewenang

  • - 31 -

    (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    adalah:

    a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti

    keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak

    pidana di Bidang Retribusi agar keterangan atau

    laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

    b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan

    mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran

    perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak

    Pidana Retribusi;

    c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang

    pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana

    di Bidang Retribusi;

    d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain

    berkenaan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi;

    e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan

    bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain,

    serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti

    tersebut;

    f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka

    pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di Bidang

    Retribusi;

    g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang

    meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

    pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

    identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang

    dibawa;

    h. memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak

    Pidana Retribusi;

    i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan

    diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

    j. menghentikan penyidikan; dan/atau

    k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

    penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    memberitahukan dimulainya penyidikan dan

    menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut

    Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

    Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

    Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

    BAB XIX

  • - 32 -

    BAB XIX

    KETENTUAN PIDANA

    Pasal 82

    (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya

    sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana

    kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda

    paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang

    tidak atau kurang dibayar.

    (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

    penerimaan negara.

    BAB XX

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 83

    Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang

    masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah tentang

    Retribusi mengenai jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi

    Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu sepanjang tidak

    diatur dalam Peraturan Daerah ini masih dapat ditagih

    selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat

    terutang.

    Pasal 84

    (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini

    sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih

    lanjut dalam Peraturan Gubernur.

    (2) Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak

    diundangkannya Peraturan Daerah ini.

    BAB XXI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 85

    Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka

    terhadap:

    a. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

    Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengaturan Pramuwisata di

    Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur (Lembaran Daerah

    Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1994 Nomor

    3 Seri B);

    b. Peraturan

  • - 33 -

    b. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun

    2002 tentang Ijin Kerja Perpanjangan, Sementara dan

    Mendesak bagi Tenaga Kerja Warga Negara Asing

    Pendatang (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun

    2002 Nomor 1 Seri C);

    c. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun

    2002 tentang Pengelolaan Pertambangan Bahan Galian

    Strategis dan Vital di Propinsi Jawa Timur (Lembaran

    Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 1 Seri E);

    d. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun

    2002 tentang Pengelolaan Tahura R. Soerjo (Lembaran

    Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 Nomor 4 Seri C);

    e. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun

    2003 tentang Perizinan Angkutan Penumpang Umum

    (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2003

    Nomor 4 Seri C);

    f. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun

    2004 tentang Pelayanan Penempatan dan Perlindungan

    Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri (Lembaran Daerah

    Propinsi Jawa Timur Tahun 2004 Nomor 1 Seri E);

    g. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun

    2005 tentang Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan

    Galian Golongan C Pada Wilayah Sungai Di Propinsi Jawa

    Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun

    2005 Nomor 1 Seri C);

    h. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun

    2005 tentang Usaha Perikanan dan Kelautan Provinsi

    Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur

    Tahun 2005 Nomor 3 Seri C);

    i. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun

    2005 tentang Pengendalian Pemakaian Tanah di

    Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Lembaran

    Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 4 Seri C);

    dan

    j. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun

    2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 11

    Tahun 2003 tentang Pengujian Tipe, Sertifikasi Spesifikasi

    Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan dan Kereta

    Tempelan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun

    2008 Nomor 1 Seri C),

    sepanjang yang mengatur mengenai retribusi dicabut dan

    dinyatakan tidak berlaku.

    Sedangkan

  • - 34 -

    Sedangkan terhadap:

    a. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

    Nomor 14 Tahun 1998 tentang Retribusi Pasar Grosir

    Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di Jawa Timur

    (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

    Tahun 1999 Nomor 4 Seri B);

    b. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun

    2002 tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

    (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2002

    Nomor 2 Seri C);

    c. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun

    2002 tentang Retribusi Biaya Tera/Tera Ulang dan

    Kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar Timbang dan

    Perlengkapannya serta Pengujian Barang dalam Keadaan

    Terbungkus (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur

    Tahun 2002 Nomor 3 Seri C);

    d. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun

    2003 tentang Retribusi Pemeriksaan, Pengukuran dan

    Pengujian Hasil Hutan (Lembaran Daerah Propinsi Jawa

    Timur Tahun 2003 Nomor 1 Seri C);

    e. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun

    2003 tentang Pengendalian Pemanfaatan Flora dan Fauna

    yang tidak dilindungi Lintas Kabupaten/Kota di Propinsi

    Jawa Timur (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur

    Tahun 2003 Nomor 2 Seri C);

    f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun

    2009 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Unit

    Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

    (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009

    Nomor 1 Seri C); dan

    g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun

    2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009

    Nomor 2 Seri C),

    dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 86

  • - 35 -

    Pasal 86

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

    diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

    pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

    dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur.

    Ditetapkan di Surabaya

    pada tanggal 29 Pebruari 2012

    GUBERNUR JAWA TIMUR

    ttd.

    Dr. H. SOEKARWO

    PENJELASAN

  • - 36 -

    Diundangkan di Surabaya

    Pada tanggal 29 Pebruari 2012

    SEKRETARIS DAERAH

    PROVINSI JAWA

    TIMUR

    ttd.

    Dr. H. RASIYO, M.Si

    LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

    TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI B.

    Sesuai dengan aslinya

    a.n. SEKRETARIS DAERAH

    PROVINSI JAWA TIMUR

    Kepala Biro Hukum

    ttd.

    SUPRIANTO, SH, MH

    Pembina Utama Muda

    NIP 19590501 198003 1 010

  • PENJELASAN

    ATAS

    PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

    NOMOR 1 TAHUN 2012

    TENTANG

    RETRIBUSI DAERAH

    I. UMUM

    Bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah yang nyata,

    luas dan bertanggung jawab, pemerintah daerah diberikan hak dan

    kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri

    guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan

    dan pelayanan kepada masyarakat.

    Untuk menyelenggarakan otonomi daerah dimaksud diperlukan

    pembiayaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan

    Pemerintah Daerah berhak untuk melakukan pungutan kepada

    masyarakat sebagai manifestasi dari kebijakan keuangan daerah yang

    dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan pemerintahan

    yang salah satunya bersumber pada retribusi daerah.

    Banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk

    meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, antara lain dengan memungut

    berbagai macam jenis pajak dan retribusi daerah, yang berdasarkan

    Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

    Nomor 34 Tahun 2000 memang dimungkinkan, karena undang-undang

    tersebut hanya mengatur prinsip-prinsip dalam menetapkan jenis pajak

    dan retribusi yang dapat dipungut daerah, sehingga pemerintah daerah

    diberi kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi selain yang telah

    ditetapkan.

    Pemberian peluang untuk menetapkan jenis retribusi baru yang

    semula diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah, pada

    kenyataannya tidak cukup untuk menutupi kekurangan pembiayaan,

    tetapi justru mengakibatkan ekonomi biaya tinggi karena banyak terdapat

    tumpang tindih (overlappping) dengan pungutan yang dilakukan oleh

    pemerintah pusat dan angka ketergantungan pembiayaan pada dana

    alokasi dari pemerintah pusat masih tetap tinggi.

    Dengan

  • - 2 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

    tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang sekaligus mencabut

    Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah beserta perubahannya, memberikan ketentuan baru

    bahwa jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanyalah yang

    sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun (close list)

    meskipun masih dibuka kemungkinan untuk ditetapkannya jenis retribusi

    baru dengan peraturan pemerintah sepanjang memenuhi kriteria yang

    ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Pemberian peluang tersebut

    selain untuk mengantisipasi penyerahan fungsi pelayanan dan perizinan

    dari pemerintah kepada daerah yang juga diatur dalam peraturan

    pemerintah, juga untuk menampung potensi yang dimiliki daerah guna

    memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28

    Tahun 2009 tetapi belum diatur dalam undang-undang dimaksud.

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 juga melakukan perubahan

    mekanisme pengawasan terhadap peraturan daerah tentang retribusi

    daerah, bahwa untuk meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap

    retribusi yang dipungut daerah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

    menerapkan sistem pengawasan preventif yaitu dengan cara bahwa setiap

    Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi sebelum dilaksanakan harus

    mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah. Selain itu terhadap

    daerah yang menetapkan kebijakan di bidang pajak daerah dan retribusi

    daerah yang melanggar ketentuan yang lebih tinggi dikenakan sanksi

    berupa penundaan dana alokasi umum dan/atau dana bagi hasil atau

    restitusi.

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 juga mengamanatkan

    bahwa dalam waktu 2 (dua) tahun setelah undang-undang tersebut

    ditetapkan maka peraturan daerah tentang retribusi daerah harus sudah

    disesuaikan. Oleh karena itu, pembentukan Peraturan Daerah tentang

    Retribusi Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan retribusi yang

    dipungut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan ketentuan dalam

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, sehingga dalam peraturan daerah

    ini terdapat ketentuan tentang pencabutan terhadap sebagian ketentuan

    dalam peraturan daerah yang mengatur masalah retribusi yang tidak lagi

    diatur dalam undang-undang tetapi pada prakteknya masih

    menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat serta pencabutan

    terhadap seluruh peraturan daerah tentang retribusi yang sudah ada.

    Dengan

  • - 3 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Dengan pertimbangan efektivitas dan efisiensi, retribusi yang

    dipungut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur diatur dalam 1 (satu)

    Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah, yang didalamnya sekaligus

    mengatur mengenai 3 (tiga) objek retribusi yang diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 28 Tahun 2009, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa

    Usaha dan Retribusi PerizinanTertentu yang masing-masing dibagi dalam

    jenis-jenis retribusi yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur

    dengan struktur dan besaran tarif dicantumkan dalam lampiran yang

    dikelompokkan menurut obyek retribusi dan dikelompok masing-masing

    pemungut.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1

    Cukup jelas.

    Pasal 2

    Cukup jelas.

    Pasal 3

    Cukup jelas.

    Pasal 4

    Cukup jelas.

    Pasal 5

    Cukup jelas.

    Pasal 6

    Cukup jelas.

    Pasal 7

    Cukup jelas.

    Pasal 8

    Cukup jelas.

    Pasal 9

    Cukup jelas.

    Pasal 10

    Cukup jelas.

    Pasal 11

  • - 4 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Pasal 11

    Cukup jelas.

    Pasal 12

    Cukup jelas.

    Pasal 13

    Cukup jelas.

    Pasal 14

    Cukup jelas.

    Pasal 15

    Cukup jelas.

    Pasal 16

    Cukup jelas.

    Pasal 17

    Cukup jelas.

    Pasal 18

    Cukup jelas.

    Pasal 19

    Cukup jelas.

    Pasal 20

    Cukup jelas.

    Pasal 21

    Cukup jelas.

    Pasal 22

    Cukup jelas.

    Pasal 23

    Cukup jelas.

    Pasal 24

    Cukup jelas.

    Pasal 25

  • - 5 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Pasal 25

    Cukup jelas.

    Pasal 26

    Cukup jelas.

    Pasal 27

    Cukup jelas.

    Pasal 28

    Cukup jelas.

    Pasal 29

    Cukup jelas.

    Pasal 30

    Cukup jelas.

    Pasal 31

    Cukup jelas.

    Pasal 32

    Cukup jelas.

    Pasal 33

    Cukup jelas.

    Pasal 34

    Cukup jelas.

    Pasal 35

    Cukup jelas.

    Pasal 36

    Cukup jelas.

    Pasal 37

    Cukup jelas.

    Pasal 38

    Cukup jelas.

    Pasal 39

  • - 6 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Pasal 39

    Cukup jelas.

    Pasal 40

    Cukup jelas.

    Pasal 41

    Cukup jelas.

    Pasal 42

    Cukup jelas.

    Pasal 43

    Cukup jelas.

    Pasal 44

    Cukup jelas.

    Pasal 45

    Cukup jelas.

    Pasal 46

    Cukup jelas.

    Pasal 47

    Yang dimaksud hasil produksi usaha Pemerintah Provinsi, antara lain

    berupa bibit atau benih tanaman, bibit ternak, bibit atau benih ikan dan

    bahan baku keramik.

    Pasal 48

    Cukup jelas.

    Pasal 49

    Cukup jelas.

    Pasal 50

    Cukup jelas.

    Pasal 51

    Cukup jelas.

    Pasal 52

  • - 7 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Pasal 52

    Huruf a

    yang dimaksud dengan “pelayanan angkutan pada trayek tetap”

    adalah pelayanan jasa angkutan orang yang memiliki asal dan tujuan

    perjalanan tetap, lintasan tetap, baik berjadwal maupun tidak

    berjadwal.

    Huruf b

    yang dimaksud dengan “pelayanan angkutan tidak dalam trayek”

    adalah pelayanan jasa angkutan orang yang sifat pelayanannya tidak

    dibatasi oleh wilayah administratif serta tidak berjadwal.

    Huruf c

    Yang dimaksud dengan “pelayanan angkutan yang menyimpang dari

    trayeknya untuk keperluan tertentu” adalah pelayanan jasa angkutan

    orang oleh perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek

    untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang

    dari izin trayek yang dimiliki.

    Pasal 53

    Cukup jelas.

    Pasal 54

    Cukup jelas.

    Pasal 55

    Cukup jelas.

    Pasal 56

    Cukup jelas.

    Pasal 57

    Cukup jelas.

    Pasal 58

    Cukup jelas.

    Pasal 59

    Cukup jelas.

    Pasal 60

    Cukup jelas.

    Pasal 61

    Cukup jelas.

    Pasal 62

  • - 8 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Pasal 62

    Cukup jelas.

    Pasal 63

    Cukup jelas.

    Pasal 64

    Cukup jelas.

    Pasal 65

    Cukup jelas.

    Pasal 66

    Cukup jelas.

    Pasal 67

    Cukup jelas.

    Pasal 68

    Cukup jelas.

    Pasal 69

    Cukup jelas.

    Pasal 70

    Cukup jelas.

    Pasal 71

    Cukup jelas.

    Pasal 72

    Cukup jelas.

    Pasal 73

    Cukup jelas.

    Pasal 74

    Cukup jelas.

    Pasal 75

    Cukup jelas.

    Pasal 76

  • - 9 -

    TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11

    Pasal 76

    Cukup jelas.

    Pasal 77

    Cukup jelas.

    Pasal 78

    Cukup jelas.

    Pasal 79

    Ayat (1)

    Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan”

    adalah dinas/badan/lembaga yang melaksanakan pelayanan yang

    menjadi objek retribusi.

    Ayat (2)

    Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang

    dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dengan Komisi yang membidangi

    keuangan.

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Pasal 80

    Cukup jelas.

    Pasal 81

    Cukup jelas.

    Pasal 82

    Cukup jelas.

    Pasal 83

    Cukup jelas.

    Pasal 84

    Cukup jelas.

    Pasal 85

    Cukup jelas.

    Pasal 86

    Cukup jelas.

    LAMPIRAN

  • - 1 -

    LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

    NOMOR : 1 TAHUN 2012

    TANGGAL : 29 PEBRUARI 2012

    RETRIBUSI DAERAH

    I. RETRIBUSI JASA UMUM

    A. RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

    DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR

    Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta,struktur dan besarnya tarif meliputi:

    1. Peta Ukuran A0 sebesar Rp. 300.000,00 per cetak;

    2. Peta Ukuran A3 sebesar Rp. 75.000,00 per cetak; dan

    3. Peta Ukuran A4 sebesar Rp. 30.000,00 per cetak.

    B. RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG

    DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

    Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulangditetapkan sebagai berikut :

    1. Biaya Retribusi Tera sah, Tera Batal dan Tera ulang sah dan Tera ulang Batal

    di Kantor dan di Tempat Sidang Tera Ulang (per buah) :

    a. Ukuran Panjang (meter dengan pegangan; meter kayu; metermeja dari

    logam; tongkat duga; meter saku baja; ban ukur; depthtape) :

    1) Sampai dengan 2 m Rp. 4.000,00

    2) Lebih dari 2 m sd 10 m Rp. 8.000,00

    3) Lebih panjang dari 10 m dihitung sebagai berikut :

    a) 10 m pertama Rp. 8.000,00

    b) ditambah untuk tiap 10 m Rp. 4.000,00

    c) bagian-bagian dari 10 m dihitung 10 m :

    (1) Salib ukur Rp. 10.000,00

    (2) Balok ukur Rp. 10.000,00

    (3) Mikrometer Rp. 15.000,00

    (4) Alat ukur tinggi orang Rp. 15.000,00

    (5) Counter meter Rp. 25.000,00

    (6) Rol tester Rp. 15.000,00

    (7) Meter Taksi Rp. 25.000,00

    b. Alat Ukur Permukaan Cairan (Level Gauge) Rp. 100.000,00

    c. Takaran (basah/kering) :

    1) Sampai dengan 2 L Rp. 500,00

    2) 5 L s/d 25 L Rp. 1.000,00

    d. Alat Ukur dari Gelas :

    1) Labu ukur, buret , pipet , gelas ukur Rp. 10.000,00

    2) Alat suntik Rp. 100,00

    e. Bejana Ukur :

    1) Sampai dengan 50 L Rp. 50.000,00

    2) Lebih besar dari 50 L s/d 200 L Rp. 200.000,00

    3) Lebih besar dari 200 L s/d 500 L Rp. 500.000,00

    4) Lebih besar dari 500 L s/d 1000 L Rp. 750.000,00

    f. Tangki Ukur Mobil setiap kompartemen Rp. 75.000,00

    g. Timbangan

  • - 2 -

    g. Timbangan Penunjukan bukan otomatis :

    1) Neraca Emas dan Obat Rp. 20.000,00

    2) Neraca Biasa Rp. 10.000,00

    3) Dacin Rp. 5.000,00

    4) Sentisimal Rp. 15.000,00

    5) Desimal Rp. 20.000,00

    6) Bobot Ingsut :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 15.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 50.000,00

    7) Meja beranger Rp. 5.000,00

    8) Pegas Rp. 10.000,00

    9) Cepat :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 15.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 50.000,00

    10) Elektronik ( Kelas III dan IV ) :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 25.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 75.000,00

    11) Elektronik ( Kelas II ) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 1 kg Rp. 100.000,00

    h. Anak Timbangan :

    1) Ketelitian biasa ( kelas M2 dan M3) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 300,00

    b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 600,00

    c) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Rp. 1.000,00

    2) Ketelitian khusus ( kelas F2 dan M1) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 1.500,00

    b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 5.000,00

    c) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Rp. 10.000,00

    i. Manometer :

    1) Sampai dengan 100 kg/cm2 Rp. 25.000,00

    2) Lebih dari 100 kg/cm2 s/d 1000 kg/cm2 Rp. 50.000,00

    3) Lebih dari 1000 kg/cm2 Rp. 100.000,00

    j. Tensimeter Rp. 10.000,00

    k. Meter Bahan Bakar Minyak :

    1) Meter arus Volumetrik, untuk setiap media uji :

    a) Meter induk :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 100.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 200.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 500.000,00

    b) Meter kerja :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 50.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 75.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 100.000,00

    2) Meter

  • - 3 -

    2) Meter arus turbin, untuk setiap media uji :

    a) Meter induk :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 200.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 500.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 1.000.000,00

    b) Meter kerja :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 100.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 150.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 200.000,00

    3) Meter air dingin :

    a) Meter induk :

    (1) Sampai dengan 15 m3/jam Rp. 50.000,00

    (2) Lebih dari 15 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 75.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 100.000,00

    b) Meter kerja :

    (1) Sampai dengan 15 m3/jam Rp. 25.000,00

    (2) Lebih dari 15 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 50.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 75.000,00

    c) Meter air rumah tangga Rp. 2.500,00

    l. Meter Gas Rotari piston dan turbin Rp. 5.000,00

    m. Meter Gas diaphraqma/basah Rp. 10.000,00

    n. Meter Gas orifice Rp. 150.000,00

    o. Meter Gas Vortex Rp. 500.000,00

    p. Gas Mass flow meter Rp. 500.000,00

    q. Magnetic Gas flow meter Rp. 500.000,00

    r. Hot wire Gas flow meter Rp. 500.000,00

    s. Ultrasonic Gas flow meter Rp. 1.000.000,00

    t. Meter kWh 1 fase Rp. 3.500,00

    u. Meter kWh 3 fase Rp. 4.000,00

    v. Pemaras Rp. 500,00

    w. Pencap kartu Rp. 5.000,00

    x. Automatic temperature gravity Rp. 100.000,00

    y. Automatic temperature compensator Rp. 100.000,00

    z. CMOS Temperature compensator Rp. 100.000,00

    aa. Plat orifice Rp. 100.000,00

    bb. Pembatas arus listrik Rp. 1.500,00

    cc. Pembatas arus air Rp. 10.000,00

    dd. Pressure recorder Rp. 10.000,00

    ee. Differential Pressure Recorder Rp. 10.000,00

    ff. Temperature Recorder Rp. 10.000,00

    gg. Pressure Transmitter Rp. 10.000,00

    hh. Defferential Pressure Transmitter Rp. 10.000,00

    ii. Temperature Transmitter Rp. 10.000,00

    jj. Alat

  • - 4 -

    jj. Alat ukur limbah industri Rp. 50.000,00

    kk. Alat ukur Polusi Udara Rp. 50.000,00

    ll. Meter Kadar air setiap komoditi Rp. 15.000,00

    2. Biaya Retribusi Tera Sah , Tera Batal , Tera Ulang Sah dan Tera Ulang Batal

    di Tempat pakai atas dasar permintaan pemilik/pemakai per buah:

    a. Ukuran Panjang: (meter dengan pegangan; meter kayu; metermeja dari

    logam; tongkat duga; meter saku baja; ban ukur; depthtape)

    1) Sampai dengan 2 m Rp. 10.000,00

    2) Lebih dari 2 m sd 10 m Rp. 20.000,00

    3) Lebih panjang dari 10 m :

    a) 10 meter pertama Rp. 20.000,00

    b) ditambah untuk tiap 10 m Rp. 10.000,00

    c) bagian-bagian dari 10 m dihitung 10 m :

    (1) Salib ukur Rp. 20.000,00

    (2) Balok ukur Rp. 20.000,00

    (3) Mikrometer Rp. 30.000,00

    (4) Jangka sorong Rp. 20.000,00

    (5) Alat ukur tinggi orang Rp. 30.000,00

    (6) Counter meter Rp. 50.000,00

    (7) Rol tester Rp. 50.000,00

    (8) Komparator Rp. 300.000,00

    (9) Dial indicator Rp. 300.000,00

    (10)Meter Taksi Rp. 50.000,00

    b. Alat Ukur Permukaan Cairan ( Level Gauge ) Rp. 1.000.000,00

    c. Takaran ( basah / kering ):

    1) Sampai dengan 2 L Rp. 500,00

    2) 5 L s/d 25 L Rp. 1.000,00

    3) Takaran pengisi Rp. 100.000,00

    d. Alat Ukur dari Gelas :

    1) Labu ukur, buret , pipet , gelas ukur Rp. 10.000,00

    2) Alat suntik Rp. 10.000,00

    e. Bejana Ukur :

    1) Sampai dengan 50 L Rp. 500.000,00

    2) Lebih besar dari 50 L s/d 200L Rp. 750.000,00

    3) Lebih besar dari 200 L s/d 500 L Rp. 1.000.000,00

    4) Lebih besar dari 500 L Rp. 1.500.000,00

    f. Tangki ukur mobil setiap kompartemen Rp. 500.000,00

    g. Tangki ukur tetap silinder tegak Rp. 7.000.000,00

    h. Tangki ukur tetap silinder datar Rp . 3.000.000,00

    i. Tangki ukur tetap bola Rp. 10.000.000,00

    j. Tangki ukur tetap speroidal Rp. 10.000.000,00

    k. Tangki ukur wagonsetiap kompartemen Rp. 500.000,00

    l. Tangki ukur tongkang setiap kompartemen Rp. 500.000,00

    m. Timbangan Penunjukan bukan otomatis :

    1) Neraca Emas dan Obat Rp. 50.000,00

    2) Neraca

  • - 5 -

    2) Neraca Biasa Rp. 40.000,00

    3) Dacin Rp. 20.000,00

    4) Sentisimal Rp. 50.000,00

    5) Desimal Rp. 50.000,00

    6) Bobot Ingsut :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 100.000,00

    7) Meja beranger Rp. 25.000,00

    8) Pegas Rp. 50.000,00

    9) Cepat :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 100.000,00

    10) Elektronik ( Kelas III dan IV ) :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 150.000,00

    11) Elektronik ( Kelas II ) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 200.000,00

    b) Lebih Besar dari 1 kg Rp. 300.000,00

    12) Timbangan ban berjalan Rp. 2.000.000,00

    13) Timbangan Pengisian Rp 300.000,00

    14) Timbangan pengecek dan penyortir Rp. 250.000,00

    15) Timbangan semi otomatis Rp. 250.000,00

    16) Timbangan Jembatan Rp. 2.500.000,00

    n. Anak Timbangan :

    1) Ketelitian biasa ( kelas M2 dan M3) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 300,00

    b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 600,00

    c) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Rp. 1.000,00

    2) Ketelitian khusus ( kelas F2 dan M1) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 1.500,00

    b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 5.000,00

    c) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Rp. 10.000,00

    o. Manometer :

    1) Sampai dengan 100 kg/cm2 Rp. 100.000,00

    2) Lebih dari 100 kg/cm2 s/d 1000 kg/cm2 Rp. 200.000,00

    3) Lebih dari 1000 kg/cm2 Rp. 300.000,00

    p. Tensimeter Rp. 50.000,00

    q. Meter Bahan Bakar Minyak :

    1) Meter arus Volumetrik, untuk setiap media uji :

    a) Meter induk :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 500.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 750.000,00

    (3) Lebih dari 100m3/jam Rp. 1.000.000,00

    b) Meter

  • - 6 -

    b) Meter kerja :

    (a) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 250.000,00

    (b) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 500.000,00

    (c) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 1.000.000,00

    c) Pompa ukur bahan bakar minyak Rp. 200.000,00

    2) Meter arus Turbin, untuk setiap media uji :

    a) Meter induk :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 500.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 750.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 1.000.000,00

    b) Meter kerja :

    (1) Sampai dengan 25 m3/jam Rp. 250.000,00

    (2) Lebih dari 25 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 400.000,00

    (3) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 500.000,00

    r. Massa arus pengukur massa secara langsung Rp. 1.000.000,00

    s. Meter air dingin :

    1) Meter induk :

    a) Sampai dengan 15 m3/jam Rp. 150.000,00

    b) Lebih dari 15 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 200.000,00

    c) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 300.000,00

    2) Meter kerja :

    a) Sampai dengan 15 m3/jam Rp. 50.000,00

    b) Lebih dari 15 m3/jam s/d 100 m3/jam Rp. 100.000,00

    c) Lebih dari 100 m3/jam Rp. 150.000,00

    3) Meter air dingin rumah tangga Rp. 2.500,00

    4) Meter air panas rumah tangga Rp. 5.000,00

    t. Meter Prover Rp. 500.000,00

    u. Ultrasonic liquid flow meter Rp. 500.000,00

    v. Meter Gas Rotari piston dan turbin Rp. 20.000,00

    w. Meter Gas diaphraqma/basah Rp. 25.000,00

    x. Meter Gas orifice Rp. 350.000,00

    y. Meter Gas Vortex Rp. 500.000,00

    z. Gas Mass flow meter Rp. 500.000,00

    aa. Magnetic Gas flow meter Rp. 500.000,00

    bb. Hot wire Gas flow meter Rp. 500.000,00

    cc. Ultrasonic Gas flow meter Rp. 1.000.000,00

    dd. Pompa Ukur Bahan Bakar Gas Rp. 200.000,00

    ee. Pompa Ukur Elpiji Rp. 200.000,00

    ff. Meter kWh 1 fase Rp. 3.500,00

    gg. Meter kWh 3 fase Rp. 4.000,00

    hh. Pemaras Rp. 500,00

    ii. Pencap kartu Rp. 5.000,00

    jj. Automatic temperatur gravity Rp. 100.000,00

    kk. Automatic temperature compensator Rp. 100.000,00

    ll. CMOS Temperature compensator Rp. 100.000,00

    mm. Plat

  • - 7 -

    mm. Plat orifice Rp. 100.000,00

    nn. Pembatas arus listrik Rp. 1.500,00

    oo. Pembatas arus air Rp. 10.000,00

    pp. Pressure recorder Rp. 10.000,00

    qq. Differential Pressure Recorder Rp. 10.000,00

    rr. Temperature Recorder Rp. 10.000,00

    ss. Pressure Transmitter Rp. 10.000,00

    tt. Defferential Pressure Transmitter Rp. 10.000,00

    uu. Temperature Transmitter Rp. 10.000,00

    vv. Alat ukur limbah industri Rp. 50.000,00

    ww. Alat ukur Polusi Udara Rp. 50.000,00

    xx. Meter Kadar air setiap komoditi Rp. 15.000,00

    (setiap jenis item komoditi)

    3. Biaya Retribusi kalibrasi dan pengujian per buah :

    a. Gauge Blok Rp. 20.000,00

    b. Caliper cheker Rp. 50.000,00

    c. Salib ukur Rp. 50.000,00

    d. Balok ukur Rp. 50.000,00

    e. Mikrometer Rp. 50.000,00

    f. Jangka sorong Rp. 50.000,00

    g. Dial indikator, dial thickness Rp. 50.000,00

    h. Komparator Rp. 50.000,00

    i. Alat Ukur dari Gelas :

    1) Labu ukur, buret , pipet , gelas ukur Rp. 50.000,00

    2) Alat suntik Rp. 50.000,00

    j. Bejana Ukur :

    1) Sampai dengan 20 L Rp. 50.000,00

    2) Lebih besar dari 20 L s/d 100 L Rp. 150.000,00

    3) Lebih besar dari 100 L s/d 500 L Rp. 250.000,00

    4) Lebih besar dari 500 L s/d 1000 L Rp. 500.000,00

    k. Tangki ukur tetap silinder datar Rp. 3.000.000,00

    l. Tangki ukur tongkang setiap kompartemen Rp. 500.000,00

    m. Timbangan Penunjukan bukan otomatis :

    1) Neraca Emas dan Obat Rp. 50.000,00

    2) Neraca Biasa Rp. 40.000,00

    3) Sentisimal Rp. 50.000,00

    4) Bobot Ingsut :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 100.000,00

    5) Meja beranger Rp. 25.000,00

    6) Pegas Rp. 50.000,00

    7) Cepat :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 100.000,00

    8) Elektronik ( Kelas III dan IV ) :

    a) Sampai dengan 500 kg Rp. 50.000,00

    b) Lebih Besar dari 500 kg Rp. 150.000,00

    9) Elektronik

  • - 8 -

    9) Elektronik ( Kelas I dan II ) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 200.000,00

    b) Lebih Besar dari 1 kg Rp. 300.000,00

    10) Timbangan ban berjalan Rp. 2.000.000,00

    11) Timbangan Pengisian Rp 300.000,00

    12) Timbangan pengecek dan penyortir Rp. 250.000,00

    13) Timbangan semi otomatis Rp. 250.000,00

    14) Timbangan Jembatan Rp. 2.500.000,00

    n. Anak Timbangan :

    1) Ketelitian biasa ( kelas M2 dan M3) :

    a) Sampai dengan 1 kg Rp. 1.500,00

    b) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Rp. 3.000,00

    c) Lebih dari 5 kg