pemerintah kota bandung rumah sakit …ppid.bandung.go.id/wp-content/uploads/lkip-rskia.pdf ·...
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KOTA BANDUNGRUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
RSKIA Kota Bandung merupakan lembaga teknis daerah yang
mempunyai tugas, pokok dan fungsi serta kewenangan dalam bidang
pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kota Bandung. Sebagai SKPD
yang berada di bawah pemerintahan daerah wajib menyusun
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) yang merupakan wujud
pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah.
SKPD harus mempertanggung jawabkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan secara periodik.
RSKIA Kota Bandung menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU)
dan Renstra RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 – 2018 hasil reviu
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja sasaran,
strategi, arah kebijakan dan program/kegiatan serta
penganggarannya. RSKIA Kota Bandung juga telah menyusun
perjanjian kinerja yang berisikan janji dari kepala SKPD kepada
Walikota Bandung sebagai Kepala Daerah mengenai capaian kinerja
yang akan dicapai dalam satu periode beserta penganggarannya,
pada tahun 2014 RSKIA Kota Bandung telah menetapkan 4 (empat)
sasaran dan 12 (duabelas) indikator kinerja. Dengan terbitnya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah, maka dilakukan penyelarasan yang menetapkan
2 (dua) sasaran strategis dan 13 (tigabelas) indikator kinerja sasaran.
ii
Setelah menetapkan IKU dan perjanjian kinerja, maka hal
selanjutnya yaitu menilai capaian kinerja beserta analisis dari
capaian tersebut. Penilaian capaian kinerja harus transparan dan
akuntabel untuk mewujudkan instansi pemerintah yang
berdayaguna dan berhasilguna. Pada tahun 2014 capaian indikator
kinerja hasil penyelarasan adalah dari 13 indikator yang diukur,
sebanyak 8 indikator (61.54%) mencapai atau melebihi target,
sebanyak 4 indikator (30.77%) mencapai sesuai target dan 1
indikator (7.69) kurang mencapai target. Berikut diagram pencapaian
Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 :
062%
031%
008%
Pencapaian Keberhasilan Indikator Sasaran
RSKIA Kota Bandung
Tercapai Melebihi Target
Tercapai Sesuai Target
Tercapai Kurang/Tidak Mencapai Target
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji serta syukur ke
hadirat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014 dapat tersusun sebagai
mana mestinya. Secara subtantive LKIP
merupakan laporan kinerja yang transparan dan
akuntabel terhadap pelaksanaan visi, misi, sasaran, program dan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra RSKIA Kota Bandung
Tahun 2013-2018, sehingga diharapkan dapat mencerminkan
pemerintah yang Clean Governance untuk mencapai Good
Governance.
Namun demikian kami menyadari masih terdapat kekurangan
dalam penyusunan LKIP RSKIA Kota Bandung tahun 2014 ini dan
sangat membutuhkan saran serta dukungan yang nyata dari seluruh
stakeholders yang ada di lingkungan RSKIA Kota Bandung untuk
menuju ke arah yang lebih baik dalam upaya peningkatan kinerja
rumah sakit yang dapat dipertanggung jawabkan.
Demikian LKIP RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 ini di susun
sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan, penataan dan
peningkatan kinerja pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
berkualitas.
Bandung, Agustus 2015
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR DIAGRAM viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
1.3 Landasan Hukum
1.4 Issue Strategis
1.5 Sistematika
1
1
3
4
5
7
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Perencanaan Strategis Sebelum dan Setelah Reviu
9
9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama
3.2 Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
3.3 Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan Dengan
Rumah Sakit Sejenis Lainya
3.4 Akuntabilitas Keuangan
3.5 Prestasi / Penghargaan
21
20
26
72
74
77
BAB VII PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
78
78
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
Tabel 2.1 Target SPM RSKIA Kota Bandung 14
Tabel 2.2 Indikator Kinerja Utama (IKU) RSKIA Kota
Bandung Sebelum dan Setelah Reviu 15
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung
Setelah Reviu Tahun 2014 19
Tabel 2.4 Anggaran Program dan Kegiatan Dalam
Perjanjian Kinerja Per Sasaran Tahun 2014 20
Tabel 3.1 Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014 22
Tabel 3.2
Analisis Pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit terstandarisasi kelas dunia
27
Tabel 3.3 Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung 27
Tabel 3.4 Kepuasan Pelanggan Berdasarkan Kriteria Versi
Parasuraman 30
Tabel 3.5 Hasil Survey IKM RSKIA Kota Bandung Tahun
2014 29
Tabel 3.6 Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena
Perdarahan 36
Tabel 3.7 Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre
Eklamsi 39
Tabel 3.8 Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Sepsis 41
Tabel 3.9 Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio
cesaria yang direncanakan 43
Tabel 3.10 Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000
gram-2500 gram 46
Tabel 3.11 Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap 49
Tabel 3.12
Perbandingan Kematian pasien > 48 jam di
Rawat Inap/1000 Penderita Keluar (NDR) di RS
sejenis Milik Pemerintah di Indonesia
50
Tabel 3.13 Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga Miskin 53
vi
Tabel 3.14 Cakupan pelayanan pasien peserta JKN 56
Tabel 3.15 Nilai Standar Kepatuhan Pelayanan Publik Versi
Ombudsman RI di RSKIA Kota Bandung 58
Tabel 3.16
Pencapaian Nilai Kepatuhan Berdasarkan
Komponen Indikator Versi Ombudsman di
RSKIA Kota Bandung
59
Tabel 3.17 Persentase keluhan pelayanan terhadap rumah
sakit yang ditindaklanjuti 63
Tabel 3.18 Pencapaian Indikator Sasaran 1 dibandingkan
Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung 66
Tabel 3.19
Analisis Pencapaian Sasaran 2
Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Rumah
Sakit
68
Tabel 3.20 Nilai LAKIP RSKIA Kota Bandung 69
Tabel 3.21 Persentase Temuan BPK/Inspektorat Yang
ditindaklanjuti 71
Tabel 3.22 Pencapaian Indikator Sasaran 2 Dibandingkan
Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung 71
Tabel 3.23 Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan
Dengan Rumah Sakit Sejenis Lainnya 72
Tabel 3.24 Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014
74
Tabel 3.25 Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan
RSKIA Kota Bandung selaku SKPD Tahun 2014 75
Tabel 3.26 Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan
RSKIA Kota Bandung selaku BLUD Tahun 2014 76
Tabel 3.27 Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota
Bandung Berdasarkan Sasaran Tahun 2014 77
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Keterangan Hal
Grafik 3.1 Cakupan keberhasilan dalam menurunkan
Kejadian kematian ibu bersalin karena
perdarahan ≤ 0.1% (dalam persen )
36
Grafik 3.2
Perbandingan Jumlah Kasus Perdarahan Pada
Tahun 2013 dan Tahun 2014 37
Grafik 3.3
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre
Eklamsi ≤ 0.3% (dalam persen)
39
Grafik 3.4
Perbandingan Jumlah Kasus Pre Eklamsi
dengan Jumlah Kematian Karena Pre Eklamsi di
RSKIA Kota Bandung
40
Grafik 3.5
Perbandingan Jumlah Kasus Infeksi di RSKIA
Kota Bandung 42
Grafik 3.6
Cakupan Keberhasilan dalam Pertolongan
Persalinan Sectio Yang di Rencanakan ≤ 10%
(dalam persen
44
Grafik 3.7
Perbandingan Jumlah Persalinan dan Sectio
Cecaria RSKIA Kota Bandung 45
Grafik 3.8
Cakupan Keberhasilan dalam Menangani BBLR
1000 gr - 2500 gr (dalam persen) 44
Grafik 3.9
Perbandingan Jumlah Total BBLR dengan BBLR
Yang Tidak Tertangani di RSKIA Kota Bandung 48
Grafik 3.10
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Pasien > 48 Jam ≤ 2.5%
(dalam persen)
50
Grafik 3.11
Perbandingan Rata-rata NDR RSKIA Kota
Bandung dengan Rumah Sakit Sejenis Lainnya 51
Grafik 3.12
Perbandingan Jumlah Pelayanan Masyarakat
Miskin yang Dilayani di RSKIA Kota Bandung 54
Grafik 3.13
Perbandingan Jumlah Pelayanan JKN dan
Umum di Rawat Inap RSKIA Kota Bandung 57
Grafik 3.14
Pencapaian Nilai Kepatuhan Pelayanan Publik
di 3 Rumah Sakit Pemerintah Kota Bandung 61
Grafik 3.15
Pencapaian Nilai LAKIP di 3 Rumah Sakit
Pemerintah Kota Bandung 69
viii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Keterangan Hal
Diagram 3.1 Pencapaian Indikator Kinerja Utama RSKIA
Kota Bandung Tahun 2014 28
Diagram 3.2 Pencapaian Sasaran 1 RSKIA Kota Bandung 27
Diagram 3.3
Jumlah Keluhan Pelanggan RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014 64
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
Gambar 1.1 Salah Satu Tugas Pokok dan Fungsi RSKIA
dibidang. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ibu dan anak
3
Gambar 1.2 Struktur Organisasi RSKIA Kota Bandung 4
Gambar 1.3 Kondisi bayi baru lahir di ruang Perinatologi
RSKIA Kota Bandung 8
3.1 Kegiatan di Laboraturium RSKIA 30
Gambar 3.2 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan 36
Gambar 3.3 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan di Ruang ICU 38
Gambar 3.4 Konseling dan pemeriksaan ibu hamil 42
Gambar 3.5 Kegiatan Operasi seksio cesaria 43
Gambar 3.6 Perawatan BBLR 47
Gambar 3.7 Pelayanan pasien keluarga miskin 53
Gambar 3.8 Loket khusus pelayanan informasi seputar
JKN 56
Gambar 3.9 Layar Anjungan Informasi RSKIA Kota
Bandung 62
Gambar 3.10 Loket Pelayanan Informasi dan Pengaduan 64
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Hal
Lampiran 1.1 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota
Bandung Sebelum Reviu Tahun 2014 81
Lampiran 1.2 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota
Bandung Setelah Reviu Tahun 2014 82
Lampiran 1.3
Program dan anggaran RSKIA Kota Bandung
Tahun 2014 83
Lampiran 1.4 Formulasi Indikator Kinerja Utama RSKIA
Kota Bandung Sebelum Reviu Tahun 2014
85
Lampiran 1.5 Formulasi Indikator Kinerja Utama RSKIA
Kota Bandung Setelah Reviu Tahun 2014 88
1
1.1 Gambaran Umum
Terwujudnya suatu tata
pemerintahan yang baik dan
akuntabel merupakan harapan
semua pihak. Berkenaan harapan
tersebut diperlukan pengembangan
dan penerapan sistem pertanggung
jawaban yang tepat, jelas, terukur
dan “legitimate” sehingga
penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dapat berlangsung
secara berdayaguna, berhasilguna,
bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka di terbitkan
Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan diperbaharui dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Bab 3 pasal 3 (tiga) undang-
undang tersebut menyatakan bahwa azas-azas umum
penyelenggaraan negara meliputi kepastian hukum, azas tertib
2
penyelenggaraan negara, azas kepentingan umum, azas
keterbukaan, azas proporsionalitas dan profesionalitas serta
akuntabilitas. Azas akuntabilitas adalah kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggara negara yang harus dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah dalam mempertanggung
jawabkan tingkat keberhasilan pelaksanaan visi dan misi organisasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
alat pertanggung jawaban secara periodik. RSKIA Kota Bandung
selaku SKPD berbentuk lembaga teknis daerah, dituntut selalu
melakukan pembenahan kinerja untuk meningkatkan peran serta
dan fungsi sebagai sub-sistem dari sistem Pemerintah Daerah dalam
memenuhi aspirasi masyarakat. Dalam perencanaan pembangunan
kesehatan daerah Kota Bandung, capaian tujuan dan sasaran
pembangunan yang dilakukan tidak hanya mempertimbangkan visi
dan misi daerah, melainkan harus diselaraskan dengan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai pada lingkup Pemerintah Provinsi,
Nasional dan Global.
Sehubungan dengan hal tersebut RSKIA Kota Bandung
diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LKIP). Penyusunan LKIP RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
dimaksudkan sebagai perwujudan akuntabilitas penyelenggaraan
kegiatan yang dicerminkan dari pencapaian visi, misi, indikator
kinerja utama, sasaran dan target yang telah ditetapkan.
3
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 14
Tahun 2009 Tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Rumah
Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, disebutkan bahwa RSKIA
Kota Bandung mempunyai tugas dan kewajiban membantu Walikota
dalam melaksanakan upaya kesehatan di bidang kesehatan ibu dan
anak, upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta
pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan. Dalam
menyelenggarakan tugas dan kewajiban tersebut RSKIA Kota
Bandung mempunyai fungsi :
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Pelaksanaan tugas teknis operasional bidang pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan dan
penunjang medik, keperawatan serta sarana dan prasarana
3. Pelaksanaan teknis administrasi rumah sakit
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya
Gambar 1.1 Salah Satu Tugas Pokok dan Fungsi RSKIA dibidang.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak
4
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban RSKIA Kota
Bandung dipimpin oleh seorang Direktur, yang dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan para
Kepala Seksi yang masing-masing mengkoordinasikan instalasi
sesuai tupoksinya. Adapun struktur organisasi RSKIA Kota Bandung
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.2 Struktur Organisasi RSKIA Kota Bandung
1.3 Landasan Hukum
LKIP RSKIA Kota Bandung ini disusun berdasarkan beberapa
landasan hukum sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih, Bebas Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
5
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
8. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 14 Tahun 2009
tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Rumah Sakit
Khusus Ibu Dan Anak Kota Bandung.
9. Peraturan Walikota Bandung Nomor 493 Tahun 2013
tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota
Bandung Tahun 2014
10. Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung Nomor: 050/374-
RSKIA Tahun 2014 tentang Rencana Strategis RSKIA Kota
Bandung Tahun 2013 – 2018.
1.4 Issue Strategis
RSKIA Kota Bandung dapat
mengidentifikasi issue-issue strategis yang
harus dihadapi dalam pelaksanaan
pengembangan RSKIA Kota Bandung
dalam lima tahun kedepan yang
bernuansakan terwujudnya Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak yang memberikan
6
pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dan terjangkau.
Adapun issue-issue tersebut adalah meliputi :
1. Pembangunan Rumah Sakit Berstandar Internasional
Dalam RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 rumah sakit
kelas dunia merupakan salah satu janji kampanye dan
dijadikan arah kebijakan dari Walikota Bandung terpilih,
yang tercantum dalam Misi ke-3 untuk peningkatan taraf
kesehatan yang berkelanjutan. Pada saat ini bagaimana
upaya Kota Bandung dapat mewujudkan RS kelas dunia
yang berstandar internasional, sehingga pelayanan
kesehatan bagi masyarakat baik secara kualitas dan
kuantitas dapat terjamin.
2. Sumber Daya Manusia
Pemenuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia agar dapat memenuhi kualitas dan kuantitas serta
memiliki kompetensi yang direfleksikan melalui sikap,
perilaku, pola pikir serta tindakan yang didasari
intelektualitas dan spiritualitas sehingga terbentuk
integritas yang didukung oleh pola disiplin yang baik dan
amanah sehingga memenuhi persyaratan rumah sakit kelas
dunia. Pola rekruitmen sumber daya manusia sehingga
memenuhi kualitas dan kuantitas serta kualifikasi dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
paripurna untuk masyarakat luas.
3. Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 40 Tahun 2014
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Kesehatan (SJSN)
7
yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yag bersifat wajib (mandatory),
dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar premi atau premi yang dibayarkan
pemerintah. RSKIA Kota Bandung telah memberikan
pelayanan kesehatan telah melakukan implementasi SJSN
sejak tertanggal 1 Januari 2014.
1.5 Sistematika
Sistematika Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LKIP) Penyelarasan RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
adalah :
1. Pendahuluan
Dalam bab ini membahas gambaran umum, tugas dan fungsi
RSKIA Kota Bandung, issue strategis, landasan hukum dan
sistematika penyusunan.
2. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Pada bab ini membahas Indikator Kinerja Utama (IKU),
Renstra RSKIA Kota Bandung yang meliputi visi, misi,
tujuan, sasaran strategis, strategi arah kebijakan rencana
kinerja tahunan dan perjanjian kinerja sebelum reviu dan
setelah reviu yang merupakan penyelerasan di lingkungan
RSKIA Kota Bandung Tahun 2014.
3. Akuntabilitas Kinerja
Pada bab ini membahas capaian kinerja yang terdiri dari
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), pengukuran,
8
evaluasi, analisis capaian kinerja, akuntabilitas keuangan
dan prestasi atau penghargaan RSKIA Kota Bandung Tahun
2014.
4. Penutup
Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan saran.
Gambar 1.3
Kondisi bayi baru lahir di ruang Perinatologi RSKIA Kota Bandung
9
2.1 Perencanaan Strategis Sebelum Reviu dan Setelah
Reviu
Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung adalah merupakan
dokumen yang disusun melalui proses sistematis dan berkelanjutan
serta merupakan penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah
terpilih dan terintegrasi. Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung
ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung
Nomor : 050/374-RSKIA Tahun 2014 tentang Rencana Strategis
RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 – 2018, yang kemudian mengalami
perubahan sebagaimana hasil reviu dengan pihak Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
2.1.1 Visi dan Misi RSKIA Kota Bandung
Rencana Strategis RSKIA Kota
Bandung merupakan dokumen yang
disusun melalui proses sistematis dan
berkelanjutan serta merupakan
penjabaran dari pada Visi dan Misi
Kepala Daerah yang terpilih dan
terintegrasi dengan potensi sumber daya
alam yang dimiliki oleh Daerah yang
bersangkutan, dalam hal ini RSKIA Kota
Bandung.
10
Penyusunan Renstra RSKIA Kota Bandung telah melalui
tahapan-tahapan yang sistematis dengan proses penyusunan RPJMD
Kota Bandung Tahun 2013-2018 dengan melibatkan stakeholders
pada saat dilaksanakannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) RPJMD, Forum SKPD, sehingga Rencana Strategis
RSKIA Kota Bandung merupakan hasil kesepakatan bersama RSKIA
Kota Bandung dan stakeholders.
2.1.1.1 Visi RSKIA Kota Bandung
Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada
masa mendatang oleh pimpinan dan seluruh staff RSKIA Kota
Bandung, visi juga berarti suatu pernyataan tentang gambaran
keadaan dan karakteristik yang ingin dicapai pada suatu lembaga
dimasa yang akan datang, pernyataan visi tersebut harus selalu
berlaku pada setiap kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi
sehingga suatu visi harus bersifat fleksible. Adapun visi RSKIA
Bandung Tahun 2013-2018 sebelum dan sesudah reviu adalah
sebagai berikut :
VISI SEBELUM REVIU
• Pemimpin dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia menuju rumah sakit kelas dunia
VISI SETELAH REVIU
• Menjadi rumah sakit rujukan ibu dan anak yang unggul, mudah dan nyaman
11
2.1.1.2 Misi RSKIA Kota Bandung
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan
oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Dalam upaya
tersebut maka RSKIA Kota Bandung menetapkan misi tahun 2013-
2018 sebelum dan sesudah reviu sebagai berikut :
2.1.2 Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan. Tujuan
• Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan bermutu kelas dunia bagi ibu dan anak melalui kolaborasi dengan berbagai pihak
• Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional, berakhlak mulia dan berdaya saing tinggi
MISI SEBELUM REVIU
• Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan bermutu kelas dunia
• Membangun kolaborasi dan jejaring dengan berbagai pihak
• Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional, berakhlak mulia dan berdaya saing tinggi
MISI SETELAH REVIU
12
ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta
didasarkan pada isu-isu dan analisa strategis.
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh
instansi Pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan, untuk
keberhasilan tersebut perlu ditetapkan tujuan Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung sebagai berikut:
Tabel 2.3
Tujuan RSKIA Kota Bandung Sebelum dan Setelah Reviu
TUJUAN SEBELUM REVIU
• Terselenggaranya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
• Meningkatkan promosi kesehatan rumah sakit yang komprehensif
• Terwujudnya kepuasan pelanggan dan para pemangku kepentingan
TUJUAN SETELAH REVIU
• Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak
13
Adapun sasaran RSKIA Kota Bandung adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4
Sasaran RSKIA Kota Bandung Sebelum dan Setelah Reviu
2.1.3 Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran
keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama instansi
pemerintah sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (core business)
yang diemban. IKU RSKIA Kota Bandung telah ditetapkan melalui
Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung Nomor : 050/138-RSKIA
tentang lndikator Kinerja Utama Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Kota Bandung.
SASARAN SEBELUM REVIU
Meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang terstandarisasi kelas
dunia
Meningkatkan promosi kesehatan
rumah sakit yang komprehensip
Meningkatkan kemitraan dalam bidang pelayanan
dan pendidikan
Meningkatkan Kompetensi SDM
melalui pendidikan dan Pelatihan
SASARAN SETELAH REVIU
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berhasil guna dan berdaya
guna menuju rumah sakit terstandarisasi
kelas dunia
Meningkatnya akuntabilitas kinerja
rumah sakit
14
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit
yang terdiri darI 161 indikator. Dari 161 indikator tersebut dipilih 7
indikator yang paling penting untuk ditetapkan sebagai bagian dari
IKU RSKIA Kota Bandung. Indikator tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Target SPM RSKIA Kota Bandung
No Nama Indikator Target SPM Kemenkes
Target RSKIA
Bandung
Juara
1 Kejadian Kematian Ibu Karena
Perdarahan (Definisi
Perdarahanadalah perdarahan yang
terjadi pada saat kehamilan semua
skala persalinan dan nifas)
≤ 1% ≤ 0.1%
2 Kejadian Kematian Ibu Karena
Preeklampsi (Definisi Kematian karena
Preeklampsi adalah kematian yang
disebabkan preeklampsi dan eklampsi
yang terjadi pada saat kehamilan
semua skala persalinan dan nifas)
≤ 30 % ≤ 0.3 %
3 Kejadian Kematian Ibu Karena Sepsis
(Definisi kematian karena sepsis
adalah kematian yang ditandai dengan
adanya gejala dan tanda sepsis yang
terjadi akibat penanganan aborsi,
persalinan dan nifas yang tidak
ditangani dengan tepat oleh pasien
dan penolong
≤ 0.2 % ≤ 0.2 %
4 Cakupan pertolongan persalinan
melalui Sectio Cesarea yang
direncanakan
≤ 20 % ≤ 10 %
5 Cakupan Kemampuan Menangani
BBLR
1500 gr -
2500 gr
1000 gr -
2500 gr
6 Kematian Pasien > 48 jam di Rawat
Inap
≤ 2.5/1000 ≤ 2.5/1000
7 Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga
Miskin
100% 100%
15
Berikut adalah tabel lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota
Bandung tahun 2014 sebelum dan sesudah reviu sebagai berikut :
Tabel 2.2
Indikator Kinerja Utama (IKU)
RSKIA Kota Bandung Sebelum dan Setelah Reviu
IKU
(sebelum reviu)
IKU
(setelah reviu)
1. Pencapaian akreditasi rumah
sakit
2. Pencapaian SPM rumah sakit
3. Rata-rata indeks kepuasan
masyarakat
4. Nilai evaluasi Lakip
5. Pencapaian Sertifikasi ISO
(Rawat jalan, IGD, Rawat inap,
Farmasi, Penunjang diagnostik,
Keuangan)
6. Pencapaian Sistem Informasi
RS
7. Kewajaran Laporan Keuangan
SKPD dalam mendukung opini
BPK
8. Tindak lanjut hasil temuan
pemeriksaan
9. Jumlah pelayanan klinik
promkes rumah sakit
10. Terjalinnya kemitraan dengan
Puskesmas dan BPM
11. Terjalinnya kemitraan dengan
institusi pendidikan
12. Cakupan pegawai yang
mendapat pendidikan dan
pelatihan
1. Indeks kepuasan masyarakat
2. Kejadian kematian ibu karena
perdarahan ≤ 0.1%
3. Kejadian kematian ibu karena
preeklamsi ≤ 0.3%
4. Kejadian kematian ibu karena
sepsis ≤ 0.2%
5. Cakupan pertolongan
persalinan melalui sectio
cesaria yang direncanakan ≤
10%
6. Cakupan kemampuan
menangani BBLR 1000 gram –
2500 gram
7. Kematian pasien > 48 jam di
rawat Inap ≤ 2.5/1000
8. Cakupan Pelayanan Pasien
keluarga miskin
9. Cakupan Pelayanan Pasien
Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
16
2.1.4 Strategi RSKIA Kota Bandung
Untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai harus
dipilih strategi yang tepat, agar sasaran tersebut dapat tercapai.
Strategi RSKIA Kota Bandung mencakup penentuan kebijakan,
program dan kegiatan. Kebijakan pada dasarnya merupakan
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pihak-pihak terkait dan
ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan
atau petunjuk bagi setiap kegiatan agar tercapai kelancaran dan
keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi jangka menengah RSKIA Kota Bandung merupakan
perumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana rumah
sakit dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dengan efektif dan efisien. Strategi RSKIA Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
1. Pemenuhan akreditasi rumah sakit dengan versi terbaru
secara berkesinambungan
2. Penambahan pelayanan yang bersertifikat ISO
3. Pengembangan SIMRS
4. Peningkatan sarana prasarana untuk mencapai SPM RS
5. Pengembangan program preventif dan promotif kesehatan
rumah sakit
6. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak
7. Pengembangan kompetensi SDM, baik internal maupun
eksternal
17
2.1.5 Kebijakan RSKIA Kota Bandung
Kebijakan merupakan arahan dalam melakukan tindakan
untuk melaksanakan strategi yang dipilih agat lebih terarah dalam
mencapai tujuan dan sasaran, adapun kebijakan tersebut adalah :
1. Melaksanakan kegiatan akreditasi rumah sakit versi 2012
2. Melaksanakan kegiatan sertifikasi ISO
3. Mengembangkan Sistem Informasi dan Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS)
4. Relokasi rumah sakit dengan pemindahan lahan ke lokasi
yang lebih memadai dan pemenuhan SPM rumah sakit
5. Melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit
6. Melaksanakan kemitraan dengan berbagai pihak, baik
bidang pelayanan dan bidang pendidikan kesehatan
7. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai
Kegiatan merupakan aspek operasional/kegiatan nyata dari
suatu rencana kinerja yang berturut-turut diarahkan untuk
mencapai sasaran. Adapun penjelasan lebih rinci kebijakan dan
program untuk pencapaian sasaran adalah sebagai berikut:
1. Strategi meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang berhasil guna dan berdaya guna menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia, dilaksanakan dengan 10 program.
Kebijakan :
a) Relokasi rumah sakit dengan pemindahan lahan ke lokasi
yang lebih memadai
b) Melaksanakan kegiatan akreditasi rumah sakit dengan
versi 2012
c) Melaksanakan kegiatan sertifikasi ISO
18
d) Melaksanakan kegiatan promosi rumah sakit
e) Melaksanakan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dalam
bidang pelayanan dan bidang pendidikan kesehatan
2. Strategi meningkatnya akuntabilitas kinerja rumah sakit,
dilaksanakan dengan 2 program.
Kebijakan :
a) Mengembangkan SIMRS yang terintegrasi
2.1.6 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung
Untuk merealisasikan
tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dikembangkan cara
pencapaian tujuan dan sasaran
secara optimal. Cara
pencapaian tujuan dan sasaran
dalam aktivitas Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung masing-
masing dikembangkan kedalam kebijakan dan program. Program dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya pencapaian sasaran dan
tujuan dituangkan kedalam perencanaan dan rencana kinerja
tahunan untuk tahun 2014 (terlampir).
2.1.7 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung
Perjanjian Kinerja adalah
lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang
lebih tinggi kepada pimpinan instansi
yang lebih rendah untuk melaksanakan
RENCANA KINERJA
TAHUN 2015
19
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Berikut adalah tabel perjanjian kinerja RSKIA Kota Bandung
Tahun 2014 :
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Setelah Reviu Tahun
2014
I II III IV
Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 75 - 73 - 75
Kejadian kematian ibu karena
perdarahan ≤ 0.1%
% 100 - - - 100
Kejadian kematian ibu karena
Preeklamsi ≤ 0.3%
% 100 - - - 100
Kejadian kematian ibu karena
sepsis ≤ 0.2%
% 100 - - - 100
Cakupan pertolongan
persalinan melalui sectio
Cesaria yang direncanakan ≤
10%
% 100 - - - 100
Cakupan kemampuan
menangani BBLR 1000 gram -
2500 gram
% 95 - - - 95
Kematian pasien > 48 jam di
rawat inap ≤ 2.5/1000
% 95 - - - 95
Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin
% 100 100 100 100 100
Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
% 55 - - - 55
Nilai standar Kepatuhan
Pelayanan Publik versi
Ombudsman RI
Nilai 900 - - - 900
Persentase keluhan
pelayanan terhadap rumah
sakit yang ditindaklanjuti
% 100 100 100 100 100
Nilai evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)
Nilai 72 - - - 72
Persentase temuan
pemeriksaan
BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti
% 100 - - - 100
Meningkatnya
akuntabilitas
kinerja rumah sakit
TARGET TRIWULAN
Meningkatnya
kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan
anak yang berhasil
guna dan berdaya
guna menuju
rumah sakit
terstandarisasi
kelas dunia
SASARAN
STRATEGISINDIKATOR KINERJA SATUAN
TARGET
TAHUN 2014
20
Berikut adalah tabel penganggaran berdasarkan sasaran pada
Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 :
Tabel 2.4
Anggaran Program dan Kegiatan Dalam Perjanjian Kinerja Per
Sasaran Tahun 2014
NO SASARANJUMLAH
PROGRAMANGGARAN
1. Meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil
guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia
2. Meningkatnya akuntabilitas
kinerja rumah sakit
10 Program dan
14 Kegiatan Rp 38.106.117.000,00
21
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang
telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target
kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
pemerintah yang disusun
secara periodik.
Akuntabilitas kinerja
tersebut memberikan
gambaran penilaian
tingkat pecapaian target
masing-masing indikator
sasaran srategis yang
ditetapkan dalam dokumen Renstra Tahun 2013-2018, IKU dan
Perjanjian Kinerja Tahun 2014. Sesuai dengan ketentuan tersebut,
pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran
yang ditetapkan untuk mewujudkan misi dan visi pemerintah.
3.1 Capaian lndikator Kinerja Utama
Dalam upaya untuk meningkatkan akuntabilitas, RSKIA
Kota Bandung melakukan reviu terhadap lndikator Kinerja Utama
22
dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu-isu
strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi. Hasil
pengukuran atas indikator kinerja utama RSKIA Kota Bandung
tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
Tahun 2014
Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 75 76.01 101.33
Kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan ≤
0.1%
Persentase 100 146.00 146.00
Kejadian kematian ibu
bersalin karena preeklamsi ≤
0.3%
Persentase 100 167.40 167.40
Kejadian kematian ibu
bersalin karena sepsis ≤0.2%
Persentase 100 100.00 100.00
Pertolongan persalinan melalui
seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Persentase 100 130.17 130.17
Kemampuan menangani BBLR
1000 gr - 2500 gr
Persentase 95 95.77 100.81
Kematian pasien > 48 jam di
rawat inap ≤ 2.5/1000
Persentase 95 84.65 89.11
Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin
Persentase 100 100.00 100.00
Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Persentase 55 57.32 104.22
Meningkatnya
kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan
anak yang berhasil
guna dan berdaya
guna menuju rumah
sakit terstandarisasi
kelas dunia
REALISASI %SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET
Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat pencapaian IKU
RSKIA Kota Bandung adalah sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
RSKIA Kota Bandung melaksanakan penilaian IKM secara
mandiri dengan menggunakan beberapa metode, yaitu
metode sampling rutin setiap bulan dan metode semesteran
23
berdasarkan Kepmenpan Nomor : 25 Tahun 2004 tentang
Indeks Kepuasan Masyarakat. Secara umum hasil IKM pada
tahun 2014 di RSKIA Kota Bandung ada dalam kategori B
dengan rata-rata hasil 76.01% dari target 75% atau
pencapaian 101.33%.
2. Kejadian kematian ibu karena perdarahan ≤ 0.1%
RSKIA Kota Bandung merupakan salah satu rumah sakit
rujukan tingkat 2, banyak kasus perdarahan yang datang
sudah pada fase terminal sehingga tidak dapat
diselamatkan. Kejadian kematian pada ibu karena
perdarahan pada tahun 2014 sebanyak 1 (satu) orang dari
1.460 kasus perdarahan yang terjadi, sehingga pencapaian
untuk indikator ini adalah sebesar 146%.
3. Kejadian kematian ibu karena pre eklamsi ≤ 0.3%
Selama tahun 2014 terdapat kasus pre eklamsi sebanyak
558 dan kejadian kematian karena diagnosa preeklamsi
sebanyak 1 (satu) 0rang atau pencapaiannya adalah sebesar
167.40%.
4. Kejadian kematian ibu karena sepsis ≤ 0.2%
Tidak terdapat kejadian kematian pada ibu karena sepsis
pada tahun 2014 dari 1.536 kasus yang ditangani sehingga
pencapaiannya sebesar 100%.
5. Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan pada tahun 2014 adalah sebanyak 355 kasus
dari jumlah total persalinan sebanyak 4.621. Hasil dari
24
formulasi indikator ini adalah sebesar 7.68% atau kurang
dari target yang telah ditetapkan sebesar ≤ 20%, sehingga
pencapaiannya 130.17%.
6. Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram - 2500
gram
Selama tahun 2014 terdapat kelahiran dengan kasus Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 685 bayi, dari jumlah
tersebut BBLR yang tidak berhasil ditangani sebanyak 29
bayi. Sehingga cakupan kemampuan menangani BBLR 1000
gram - 2500 gram adalah sebesar 95.77% dari target 95%
atau 100.81%.
7. Kematian pasien > 48 jam di rawat inap ≤ 2.5/1000
Pada tahun 2014 jumlah pasien rawat inap sebanyak 11.513
pasien, dari jumlah tersebut pasien yang meninggal setelah
dirawat selama > 48 jam sebanyak 34 orang. Hasil formulasi
dari indikator ini adalah sebesar 2.95/1000 atau 84.65%,
sehingga pencapaianya sebesar 89.11%.
8. Cakupan pelayanan pasien keluarga miskin
Dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin maka RSKIA Kota Bandung berkomitmen
untuk melayani pasien dari keluarga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pada
tahun 2014 semua pasien miskin yang datang ke RSKIA Kota
Bandung mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhannya, sehingga pencapaian untuk indikator ini
adalah 100%.
25
9. Cakupan pelayanan pasien peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Tahun 2014 merupakan tahun pertama pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk seluruh
masyarakat indonesia, dengan banyaknya sosialisasi yang
dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Pada tahun 2014 peserta JKN yang mendapatkan
pelayanan rawat inap sebanyak 6.600 orang dari jumlah
total pasien 11.513 pasien rawat inap, sehingga cakupan
pelayanan peserta JKN yang dilayani adalah sebesar 57.32%.
Dari 9 (sembilan) indikator yang dijadikan IKU, kinerja yang
dicapai menunjukan bahwa 6 (enam) indikator atau 66.67% telah
mencapai melebihi target, 2 (dua) indikator atau 22.22% mencapai
sesuai target dan 1 (satu) indikator atau 11.11% tidak/kurang
mencapai target. Secara keseluruhan, RSKIA Kota Bandung telah
berhasil dalam pencapaian IKU pada tahun 2014.
Untuk 5 (lima) IKU yang mencapai melebihi target adalah
sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
2. Kejadian kematian ibu karena perdarahan ≤ 0.1%
3. Kejadian kematian ibu karena pre eklamsi ≤ 0.3%
66,67%
22,22%
11,11%
Diagram 3.1
Pencapaian Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
Mencapai Melebihi Target
Mencapai Sesuai Target
Kurang/Tidak Mencapai Target
26
4. Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
5. Cakupan pelayanan pasien peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Sedangkan 2 (dua) IKU yang mencapai sesuai target adalah
sebagai berikut :
1. Kejadian kematian ibu karena sepsis ≤ 0.2%
2. Cakupan pelayanan pasien keluarga miskin
Dan yang terakhir adalah 1 (satu) IKU yang kurang/tidak
mencapai target adalah “Kematian pasien > 48 jam di rawat inap ≤
2.5/1000”.
3.2 Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian
Kinerja
Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi,
kemampuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian
misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan
program/kegiatan di masa yang akan datang. Selain itu, dalam
evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara
membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana
maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang
dilakukan oleh instansi dengan memberikan data nilai output perunit
yang dihasilkan oleh suatu input tertentu.
Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat
efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan
dengan hasil, manfaat atau dampak. Selain itu, evaluasi juga
dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang
27
terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya kesenjangan maupun
strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.
Pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja yang telah
dicapai pada tahun 2014 dan membandingkan antara target dan
realisasi pada indikator sasaran dengan membandingkan dengan
tahun sebelumnya. Analisis pencapaian kinerja per sasaran dalam
pelaksanaan program dan kegiatan secara rinci dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 3.2 Analisis Pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berhasil guna dan berdaya guna menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia
TARGET REALISASI %
1. Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 81.9 (Versi
Parasuraman)
75 76.01 101.33
2. Kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan ≤
0.1%
Persentase 144.10 100 146.00 146.00
3. Kejadian kematian ibu
bersalin karena preeklamsi ≤
0.3%
Persentase 258.90 100 167.40 167.40
4. Kejadian kematian ibu
bersalin karena sepsis ≤ 0.2%
Persentase 100 100 100.00 100.00
5. Pertolongan persalinan melalui
seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Persentase 118.78 100 130.17 130.17
6. Kemampuan menangani BBLR
1000 gr - 2500 gr
Persentase 94.67 95 95.77 100.81
7. Kematian pasien > 48 jam di
rawat inap ≤2.5/1001
Persentase 82.54 95 84.65 89.11
8. Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin
Persentase 100 100 100.00 100.00
9. Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Persentase N.A 55 57.32 104.22
10. Nilai Standar Kepatuhan
Pelayanan Publik Versi
Ombudsman RI
Nilai Zona Kuning 900 980 108.89
11. Persentase keluhan pelayanan
terhadap rumah sakit yang
ditindaklanjuti
Persentase 100 100 100.00 100.00
NO INDIKATOR KINERJA SASARAN SATUAN TAHUN 2013TAHUN 2014
28
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang terstandarisasi
kelas dunia. Terdiri dari 11 (sebelas) indikator sasaran, 7 (tujuh)
indikator sasaran telah tercapai melebihi target (63.64%), 3 (tiga)
indikator sasaran tercapai sesuai target (27.27%) dan 1 (satu)
indikator sasaran tidak mencapai target (9.09%).
Adapun analisis dari capaian indikator kinerja sasaran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan Kepmenpan Nomor : 25 Tahun 2004 tentang
Indeks Kepuasan Masyarakat , merupakan salah satu kegiatan dalam
upaya meningkatkan pelayanan publik adalah dengan menyusun
Indeks Kepuasan Masyarakat sebagai tolok ukur terhadap
optimalisasi kinerja aparatur pelayanan publik terhadap masyarakat.
Berikut tabel pencapaian IKM di RSKIA Kota Bandung :
63.64%
27.27%
9.09%
Diagram 3.2
Pencapaian Sasaran 1 RSKIA Kota Bandung
Tercapai Melebihi Target
Tercapai sesuai Target
Tercapai Kurang/Tidak Sesuai Target
29
Tabel 3.3
Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
1. Indeks Kepuasan
Masyarakat
Nilai 81.93
(Versi
Parasuram
an)
75 76.01 101.33 85 89.42
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Penilaian IKM pada tahun 2013 di RSKIA Kota Bandung
dilaksanakan secara mandiri menggunakan metode 5 (lima) dimensi
mutu kualitas pelayanan publik (parasuraman) tetapi belum
menggunakan instrumen berdasarkan Kepmenpan Nomor : 25 Tahun
2004, baru dimulai pada tahun 2014 menggunakan instrumen
tersebut untuk mengukur indeks kepuasan masyarakat dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Pada tahun 2013
dengan metode/versi Parasuraman diperoleh rata-rata nilai 81.93%,
survey dilaksanakan di rawat jalan RSKIA Kota Bandung. Sedangkan
pada tahun 2014 menggunakan metode Kepmenpan Nomor : 25
Tahun 2004 dengan 14 unsur diperoleh hasil rata-rata pencapaian
sebesar 76.01% atau masuk dalam kategori B.
Ada perbedaan jauh antara
hasil IKM di lingkungan RSKIA Kota
Bandung yang dicapai pada tahun
2013 dan 2014, hal ini terjadi karena
perbedaan instrumen/metode yang
dipakai pada kedua tahun tersebut.
30
Pada tahun 2013 menggunakan metode Parasuraman atau 5
dimensi mutu kualitas pelayanan publik, dengan menilai kepuasan
pelanggan 30 responden di poliklinik rawat jalan RSKIA Kota
Bandung, berikut tabel kepuasan pelanggan berdasarkan kriteria :
Tabel 3.4
Kepuasan Pelanggan Berdasarkan Kriteria Versi Parasuraman
Dengan metode yang berbeda pada tahun 2014, menyebabkan
perbedaan perolehan hasil survey tersebut, berikut tabel hasil IKM
pada tahun 2014 di RSKIA Kota Bandung :
Gambar 3.1 Kegiatan di Laboraturium RSKIA
31
Tabel 3.5
Hasil Survey IKM RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
No. Unsur Pelayanan Nilai Unsur Pelayanan
(NRR)
1. Prosedur pelayanan (U1) 3.03
2. Persyaratan Pelayanan (U2) 3.02
3. Kejelasan petugas pelayanan (U3) 3.07
4. Kedisiplinan petugas Pelayanan (U4) 3.13
5. Tanggung jawab petugas pelayanan (U5) 3.10
6. Kemampuan Peugas pelayanan (U6) 3.13
7. Kecepatan Pelayanan (U7) 2.97
8. Keadilan mendapatkan pelayanan (U8) 3.05
9. Kesopanan dan keramahan petugas (U9) 3.09
10. Kewajaran biaya pelayanan (U10) 3.09
11. Kepastian biaya pelayanan ( U11 ) 3.07
12. Kepastian jadwal pelayanan ( U12 ) 2.99
13. Kenyamanan lingkungan ( U13 ) 2.97
14. Keamanan pelayanan ( U14 ) 3.11
Dengan jumlah responden 150 orang, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Nilai IKM setelah dikonversi = 76,01
b. Mutu pelayanan = B
c. Kinerja unit pelayanan adalah = BAIK
Dalam peningkatan kualitas pelayanan, diprioritaskan pada
unsur yg mempunyai nilai paling rendah, sedangkan unsur yang
mempunyai nilai cukup tinggi harus tetap dipertahankan, hal
tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
a. Nilai dalam kelompok paling rendah yang harus ditingkatkan
yaitu pada unsur “Kenyamanan lingkungan dan Kecepatan
Pelayanan”. Hal ini terjadi karena ketersediaan lahan dan
32
infrastruktur/gedung rumah sakit yang kurang memadai
menjadi permasalahan, sehingga pengunjung merasa kurang
nyaman dengan lingkungan RSKIA Kota Bandung dan hal ini
menjadi bahan evaluasi untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada masyarakat. Lingkungan yang dianggap
responden kurang nyaman antara lain adalah :
Toilet tidak ada di area lobby atau tempat pendaftaran.
Toilet di rawat jalan belum dipisahkan antara laki-laki dan
perempuan.
Rawat jalan sempit dan kurang nyaman
b. Nilai dalam kelompok paling tinggi yang harus tetap
dipertahankan yaitu unsur “Kedisiplinan petugas Pelayanan
dan Kemampuan Petugas pelayanan”. Dengan berbagai upaya
yang telah dilakukan RSKIA Kota Bandung dalam menerapkan
disiplin pegawai di Lingkungan RSKIA Kota Bandung telah
membuahkan hasil yang sesuai, hal tersebut harus tetap
dipertahankan untuk pelayanan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Faktor Pendukung :
1) Kualitas Produk (Product quality)
RSKIA Kota Bandung selalu berupaya untuk memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas kepada
masyarakat, berbagai fasilitas pelayanan yang menyangkut
kesehatan ibu dan anak dengan didukung oleh tenaga dokter
spesialis obstetri dan ginekology (SpOG), dokter spesialis
anak (SpA), dokter spesialis patologi klinik (SpPK) dan dokter
spesialis Anesthesi (SpAN) serta tenaga
33
keperawatan/kebidanan/tenaga fungsional lainnya yang
mempunyai kompetensi dan berdaya saing tinggi dalam
upaya mengahsilkan pelayanan prima dan berkualitas
kepada masyarakat.
2) Harga (Price)
Keterjangkauan biaya pelayanan kesehatan di RSKIA Kota
Bandung menjadi hal yang sangat diperhatikan, walaupun
dengan memberikan harga yang lebih terjangkau tapi tetap
mengedepankan kualitas pelayanan.
3) Kualitas pelayanan (Service quality)
Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan publik bagi
masyarakat menjadi hal yang sangat penting untuk
dilaksanakan, masyarakat akan semakin kritis terhadap
pelayanan yang diberikan sehingga kepuasan masyarakat
merupakan tujuan utama dari pemberian pelayanan
kesehatan di RSKIA Kota Bandung.
4) Faktor emosional (Emotional factor)
Dengan menerapkan motto rumah sakit Salam, Sapa,
Sayang, Sentuh, Senyum kepada pasien dan pengunjung
dapat menciptakn suasana menyenangkan di lingkungan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal
tersebut dapat membantu dalam penyembuhan (recovering)
pasien yang melahirkan dan dirawat di RSKIA Kota Bandung.
5) Kemudahan
Beberapa kemudahan yang dapat diraskan oleh masyarakat
di RSKIA Kota Bandung, diantaranya adalah kemudahan
akses menuju lokasi RSKIA Kota Bandung karena dilalui
34
oleh berbagai trayek angkutan umum di kota Bandung,
kemudahan menyampaikan keluhan baik keluhan biaya,
pelayanan, keluhan medis dan keluhan keamana karena
telah ada unit pelayanan pelanggan di RSKIA Kota Bandung
yang siap membantu pelanggan dalam menindaklanjuti
keluhan yang disampaikan, kemudahan administrasi dan
kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan.
6) Iklan dan promosi
Pemasangan iklan sebagai salah satu upaya dalam promosi
untuk menjaring pasien sebanyak-banyaknya dengan
menyebarkan leaflet, buklet dan iklan di media elektonik
lainnya.
Permasalahan :
1) Fasilitas gedung yang dirasakan kurang nyaman, seperti
ruang rawat jalan/poliklinik yang kurang representatif, toilet
yang kurang bersih dan belum mencerminkan kesetaraan
gender (toilet tidak dipisahkan antara pria dan wanita)
sehingga mengurangi kenyamanan pasien dan pengunjung.
2) Ketidaktepatan waktu pelayanan dokter spesialis di poliklinik
menyebabkan ketidaknyamanan dengan waktu tunggu yang
lebih lama merupakan hal yang harus diperbaiki oleh RSKIA
Kota Bandung.
Solusi
1) Dengan target ekreditasi pada tahun 2015, sehingga RSKIA
Kota Bandung berupaya untuk memenuhi berbagai fasilitas
pelayanan sesuai standar akreditasi yang nyaman untuk
pasien dan pengunjung.
35
2) Pembinaan kinerja bagi seluruh pegawai baik tenaga medis,
non medis, pendukung medis dan lainnya merupakan upaya
pembenahan etika dan budaya kerja yang lebih baik dalam
melayani masyarakat.
2. Kejadian kematian ibu bersalin karena perdarahan ≤ 0.1%
Kematian ibu karena perdarahan menjadi permasalahan
dalam bidang kesehatan di Jawa Barat, maka dari itu upaya untuk
menurunkan angka kejadian kematian ibu karena perdarahan
menjadi prioritas. RSKIA Kota Bandung menetapkan indikator
tersebut karena merupakan prioritas dalam upaya mendukung
penurunan angka kejadian kematian ibu karena perdarahan.
Berikut tabel target dan realisasi kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan :
Tabel 3.6
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Perdarahan
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
2. Kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan
≤ 0.1%
Persentase 144.10 100 146.00 146.00 100 146.00
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Kejadian kematian pada ibu karena perdarahan pada tahun
2013 sebanyak 4 kasus kematian dari 1.441 kasus perdarahan pada
ibu bersalin sehingga pencapaian 144.10%. Sedangkan kejadian
kematian pada ibu karena perdarahan pada tahun 2014 sebanyak 1
orang dari 1460 kasus perdarahan, sehingga pencapaiannya sebesar
146%.
36
144,1
146
TAHUN 2013 TAHUN 2014
Grafik 3.1
Cakupan keberhasilan dalam menurunkan Kejadian kematian ibu bersalin karena
perdarahan ≤ 0.1%
(dalam persen )
Gambar 3.2 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan
Kejadian kematian pada ibu karena perdarahan pada tahun
2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013,
sehingga pencapaian kinerja untuk indikator tersebut mengalami
peningkatan sebanyak 1,9%. Hal ini dikarenakan sudah berjalannya
pelayanan ICU, berhasilnya proses pengadaan alat – alat kesehatan
yang dibutuhkan untuk mendeteksi dan menangani
kegawatdaruratan serta peningkatan kinerja SDM setelah
mendapatkan berbagai pelatihan ataupun inhouse training. Selain itu
didukung pula oleh kebijakan manajemen dalam bekerja sama
dengan Komite Medik dan Komite Keperawatan untuk mengevaluasi
dan menetapkan alur pelayanan, SPO, Panduan Praktik Klinis dan
Clinical Pathway.
37
Perbandingan jumlah kasus yang terjadi pada kejadian
kematian ibu bersalin karena perdarahan pada tahun 2013 dan
tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menurunkan kejadian
kematian ibu bersalin karena perdarahan.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang
mumpuni menjadi faktor yang menentukan.
Permasalahan :
1) Kasus perdarahan pada ibu melahirkan merupakan
permasalahan yang selalu terjadi di rumah sakit rujukan ibu
dan anak, sehingga
2) Banyaknya kasus perdarahan yang terjadi akibat persalinan
dilakukan oleh tenaga lain seperti paraji.
Solusi
1) Penyuluhan kepada ibu hamil (antenatal) tentang bahaya
perdarahan pada ibu melahirkan dapat menyebabkan
kematian.
Tahun 2013 Tahun 2014
1441
1460
Grafik 3.2
Perbandingan Jumlah Kasus Perdarahan Pada Tahun 2013 dan Tahun 2014
38
2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi solusi
dalam upaya menurunkan kejadian kematian ibu karena
perdarahan.
3. Kejadian kematian ibu bersalin karena pre eklamsi ≤ 0.3%
Pre eklampsi merupakan salah satu penyebab kematian ibu
yang sulit dicegah karena etiologi dari pre eklampsi itu sendiri tidak
bisa dicegah. Kasus kejadian kematian ibu karena preeklamsi
menjadi indikator yang ditetapkan RSKIA Kota Bandung, hal ini
dikarenakan hasil reviu dengan catatan RSKIA Kota Bandung harus
mengangkat ciri atau ke khasan untuk dijadikan indikator kinerja
utama.
Gambar 3.3 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan di Ruang ICU
Berikut tabel target dan realisasi kejadian kematian ibu
bersalin karena pre eklamsi :
39
Tabel 3.7
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre Eklamsi
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
3. Kejadian kematian ibu
bersalin karena preeklamsi
≤ 0.3%
Persentase 258.90 100 167.40 167.40 100 167.40
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Selama tahun 2013 terdapat 1 kasus kematian karena
preeklamsi dari 863 kasus, sehingga pencapaian nya sebesar
258.90%. Dan pada tahun 2014 terdapat 1 kasus kematian ibu
karena pre eklampsia dari 558 kasus, sehingga pencapaiannya
167.40%.
Pencapaian kinerja untuk indikator ini sudah melebihi target,
walaupun sepintas terlihat adanya penurunan penapaian kinerja
pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini
disebabkan karena adanya 1 kasus kematian baik di tahun 2013
maupun di tahun 2014, sementara jumlah pasien preeklampsi pada
tahun 2014 lebih sedikit dibandingkan tahun 2013.
258,9
167,4
Tahun 2013 Tahun 2014
Grafik 3.3
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre
Eklamsi ≤ 0.3% (dalam persen)
40
Kematian pada preeklampsi dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya karena keterlambatan mendiagnosa, merujuk dan
menangani kasus preeklampsi sehingga pasien jatuh ke dalam
kondisi eklampsi ( kejang ). RSKIA Kota Bandung telah menyediakan
berbagai sarana dan SDM yang handal untuk menangani kasus
tersebut. Tetapi kasus kematian dapat saja terjadi karena pasien
terlambat dirujuk ke RSKIA atau karena tidak adanya respon fisik
pasien preeklampsi terhadap obat – obatan yang telah diberikan,
dimana respon fisik ini bersifat individual.
Adapun perbandingan jumlah kasus pre eklamsi pada ibu
melahirkan tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut :
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menurunkan kejadian
kematian ibu bersalin karena perdarahan.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang
mumpuni menjadi faktor yang menentukan.
Permasalahan :
1) Kasus pre eklamsi biasanya dipengaruhi oleh keterlambatan
mendiagnosa dan merujuk sehingga ketika datang ke rumah
Tahun 2013 Tahun 2014
863
558
1 1
Grafik 3.4
Perbandingan Jumlah Kasus Pre Eklamsi dengan Jumlah Kematian Karena Pre
Eklamsi di RSKIA Kota Bandung
41
sakit, kondisi pasien sudah dalam keadaan kejang yang
dapat mengakibatkan kematian ibu.
2) Kasus pre eklamsi juga bisa terjadi karena obat-obatan yang
dapat menimbulkan reaksi kejang terhadap ibu yang akan
melahirkan dimana respon akan timbul secara perorangan.
Solusi
1) Penyuluhan kepada ibu hamil (antenatal) tentang tanda-
tanda pre eklamsi dan bahaya kejang pada ibu melahirkan
dapat menyebabkan kematian.
2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi solusi
dalam upaya menurunkan kejadian kematian ibu karena pre
eklamsi.
4. Kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis ≤ 0.2%
Kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis menjadi hal yang
harus menjadi perhatian utama dalam upaya menurunkan kematian
ibu melahirkan, berikut adalah tabel cakupan keberhasilan dalam
menurunkan kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis di RSKIA
Kota Bandung :
Tabel 3.8
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Sepsis
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
4. Kejadian kematian ibu
bersalin karena sepsis ≤
0.2%
Persentase 100 100 100.00 100.00 100 100.00
SATUANTAHUN
2013
TAHUN 2014
NOINDIKATOR KINERJA
SASARAN
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
42
Pada tahun 2013 dan tahun 2014 tidak ada kejadian
kematian ibu karena sepsis dari 2.026 kasus infeksi yang ditangani
pada tahun 2013 dan 1.536 kasus pada tahun 2014 dan dari semua
kasus bisa ditangani sehingga tidak terjadi sepsis, pencapaian pada
indikator ini adalah 100%.
Gambar 3.4 Konseling dan pemeriksaan ibu hamil
Perbandingan kasus infeksi yang ditangani RSKIA Kota
Bandung dalam kurun waktu tahun 2013 dan 2014 adalah sebagai
berikut :
5. Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria
yang direncanakan ≤ 10%
RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pelayanan persalinan
Tahun 2013 Tahun 2014
2026 1536
Grafik 3.5
Perbandingan Jumlah Kasus Infeksi di RSKIA Kota Bandung
43
melalui seksio cesaria menjadi indikator kinerja utama yang
ditetapkan sebagai ciri khas pelayanan yang ada di rumah sakit.
Gambar 3.5 Kegiatan Operasi seksio cesaria
Berikut tabel target dan realisasi cakupan pertolongan
persalinan melalui seksio cesaria yang direncanakan
Tabel 3.9
Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
5. Pertolongan persalinan
melalui seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Persentase 118.78 100 130.17 130.17 100 130.17
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Cakupan pertolongan persalinan melalui Seksio Cesaria yang
direncanakan pada tahun 2013 sebanyak 419 kasus dari jumlah
seluruh persalinan sebanyak 4.977 kasus, sehingga pencapaiannya
44
118.78%. Pada tahun 2014 sebanyak 355 kasus dari jumlah seluruh
persalinan sebanyak 4.621 kasus atau pencapaiannya sebesar
130.17%.
Angka operasi Sectio Cesarea pada tahun 2014 mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013, sehingga
pencapaian kinerja untuk indikator tersebut mengalami peningkatan
sebanyak 11,39 %. Hal ini disebabkan karena pengelolaan
pemeriksaan antenatal yang lebih baik, sehingga dapat mencegah
berbagai faktor risiko yang menyebabkan seorang ibu hamil tidak
bisa melahirkan secara normal.
Sejak tahun 2014 pemeriksaan antenatal di Instalasi Rawat
Jalan RSKIA Kota Bandung sudah dilakukan seluruhnya oleh dokter
Spesialis Kebidanan dan Kandungan. Sementara pada tahun 2013
dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan dibantu oleh beberapa
dokter umum di Instalasi Rawat Jalan.
Adapun perbandingan jumlah kasus pasien dengan tindakan
sectio cecaria di RSKIA Kota Bandung tahun 2013 dan 2014 adalah
sebagai berikut :
118,78
130,17
Tahun 2013 Tahun 2014
Grafik 3.6
Cakupan Keberhasilan dalam Pertolongan Persalinan Sectio Yang di Rencanakan ≤
10% (dalam persen)
45
Faktor Pendukung :
1) Pengelolaan pemeriksaan antenatal pada ibu hamil yang
lebih baik bisa menjadi faktor pendukung agar ibu hamil
bisa melahirkan secara normal.
2) Pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dilakukan oleh
tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Permasalahan :
1) Masih banyak kasus sectio cecaria pada ibu melahirkan
dilakukan karena faktor estetik.
2) Masih banyak ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilannya ke fasilitas dengan tenaga
dokter spesialis.
Solusi
1) Pemeriksaan antenatal rutin di fasilitas kesehatan dengan
tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk
mendapatkan diagnosa kehamilan yang tepat.
Tahun 2013 Tahun 2014
4997 4621
419 355
Grafik 3.7
Perbandingan Jumlah Persalinan dan Sectio Cecaria RSKIA Kota Bandung
46
6. Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram - 2500
gram
Kemampuan sumber daya manusia yang berkompeten dan
profesional menjadi hal penting dalam peningkatan kemampuan
menangani bayi baru lahir dengan berat badan rendah, sehingga
indikator tersebut ditetapkan menjadi indikator kinerja utama RSKIA
Kota Bandung.
Tabel 3.10
Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram-2500 gram
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
6. Kemampuan menangani
BBLR 1000 gr - 2500 gr
Persentase 94.67 95 95.77 100.81 98 97,22
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Selama tahun 2013 terdapat kelahiran dengan BBLR
sebanyak 806 bayi, dari jumlah tersebut BBLR yang tidak berhasil
ditangani sebanyak 43 bayi. Sehingga Cakupan kemampuan
menangani BBLR 1000 gram – 2500 gram sebesar 94.67
%.Sedangkan tahun 2014 terdapat kelahiran dengan
BBLR sebanyak 685 bayi, dari jumlah tersebut BBLR yang
tidak berhasil ditangani sebanyak 29 bayi. Sehingga cakupan
kemampuan menangani BBLR 1000 gram – 2500 gram sebesar
95.77% atau 100.81%.
47
Pencapaian kinerja untuk indikator Kemampuan Menangani
BBLR 1000 gr – 2500 gr pada tahun 2013 tidak memenuhi target.
Sedangkan pada tahun 2014 melebihi target. Hal ini dikarenakan
adanya penambahan sarana kesehatan yang dibutuhkan untuk
penanganan BBLR, peningkatan kinerja SDM setelah mendapatkan
berbagai pelatihan ataupun inhouse training mengenai penanganan
BBLR, serta dukungan pihak manajemen dalam bekerja sama dengan
Komite Medik dan Komite Keperawatan untuk mengevaluasi dan
menetapkan alur pelayanan, SPO, Panduan Praktik Klinis dan
Clinical Pathway mengenai penangan BBLR.
Gambar 3.6 Perawatan BBLR
Adapun perbandingan jumlah total BBLR dengan jumlah
BBLR yang tidak tertangani pada tahun 2013 dan 2014 di RSKIA
Kota Bandung dapat dilihat pada grafik dibawah ini
94,67
100,81
Tahun 2013 Tahun 2014
Grafik 3.8
Cakupan Keberhasilan dalam Menangani BBLR 1000 gr - 2500 gr (dalam persen)
48
Grafik 3.9 Perbandingan Jumlah Total BBLR dengan BBLR Yang Tidak
Tertangani di RSKIA Kota Bandung
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menangani BBLR.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran untuk
perinatologi yang mumpuni menjadi faktor yang
menentukan.
Permasalahan :
1) Tidak tertanganinya kasus bayi dengan BBLR menjadi
permasalahan untuk RSKIA Kota Bandung, hal tersebut
terjadi dikarenakan banyak faktor seperti usia kehamilan
ibu yang belum cukup bulan sehingga bayi belum siap
untuk dilahirkan, faktor gizi ibu hamil dan pola hidup tidak
sehat.
Solusi
1) Pemeriksaan antenatal rutin di fasilitas kesehatan dengan
tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk
mendapatkan diagnosa kehamilan yang tepat.
Tahun 2013 Tahun 2014
806
685
43 29
Jumlah Total BBLR
Jumlah BBLR Yang Tidak Tertangani
49
2) Melengkapi ketersediaan fasilitas ruangan, SDM, peralatan
kesehatan dan kedokteran yang dapat mendukung
keberlangsungan penanganan bayi dengan BBLR.
7. Kematian pasien > 48 jam di rawat inap ≤ 2.5/1000
Kejadian kematian pasien di rawat inap menjadi indikator
yang ditetapkan RSKIA Kota Bandung, hal ini dikarenakan
merupakan indikator dari SPM rumah sakit yang harus dicapai
seluruh rumah sakit karena menggambarkan kemampuan sumber
daya manusia dalam penanganan pasien yang membutuhkan life
saving dan merupakan pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit.
Berikut tabel target dan realisasi kematian pasien kematian pasien >
48 jam di rawat inap :
Tabel 3.11
Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
7. Kematian pasien > 48 jam
di rawat inap ≤2.5/1001
Persentase 82.54 95 84.65 89.11 100 84.65
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Pada tahun 2013 Jumlah pasien Rawat Inap sebanyak 12.216
pasien. Dari jumlah tersebut pasien yang meninggal setelah dirawat
selama > 48 jam sebanyak 37 orang, sehingga pencapaiannya sebesar
82.54%. Pada tahun 2014 Jumlah pasien Rawat Inap sebanyak
11.513 pasien. Dari jumlah tersebut pasien yang meninggal setelah
dirawat selama > 48 jam sebanyak 34 orang (2.95/1000) atau >
2.5/1000, sehingga pencapaiannya sebesar 84.65% atau 89.11%.
50
Dari pasien yang meninggal sebanyak 34 orang ini 4
diantaranya adalah pasien ibu dan sisanya adalah pasien bayi
dengan mayoritas BBLR. Banyaknya kasus kematian ini dikarenakan
semakin kompleknya jenis penyakit yang ada dan beberapa pasien
menolak untuk dirujuk pada kasus – kasus yang tidak dapat
ditangani di RSKIA Kota Bandung.
Dengan membandingkan kejadian kematian > 48 jam di rawat
inap RSKIA Kota Bandung dengan rumah sakit sejenis yaitu RS
Sayang Ibu Balikpapan dan RSIA Pertiwi Makasar yang merupakan
rumah sakit sejenis milik Pemerintah Kabupaten/Kota dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.12
Perbandingan Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap/1000
Penderita Keluar (NDR) di RS sejenis Milik Pemerintah di
Indonesia
82,54
84,65
Tahun 2013 Tahun 2014
Grafik 3.10
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Pasien > 48 Jam ≤ 2.5%
(dalam persen)
51
Dapat disimpulkan bahwa kejadian kematian > 48 jam di
rawat inap atau Gross Death Rate (GDR) pada rumah sakit rujukan
ibu dan anak sejenis milik Pemerintah Kota/Kabupaten di Indonesia
masih tinggi. Apabila dibandingkan maka dari ke-3 rumah sakit
khusus ibu dan anak kelas B, RSKIA Kota Bandung berada di
peringkat ke-2 dengan total GDR 3% atau Angka kematian ibu dan
bayi lebih dari 48 jam 3% atau 3 pasien meninggal yang dirawat
lebih dari 48 jam per seribu (1000) pasien, dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menangani kasus ibu dan
anak yang membutuhkan life saving.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang
mumpuni menjadi faktor yang menentukan dalam
mendukung penurunan kejadian kematian ibu dan bayi.
Permasalahan :
1) Kejadian kematian ibu dan bayi di rawat inap > dari 48 jam
dikarenakan semakin kompleknya jenis penyakit yang ada
RSKIA Kota Bandung
RS Sayang Ibu Balikpapan
RSIA Pertiwi Makasar
3
0 0
Grafik 3.11
Perbandingan Rata-rata NDR RSKIA Kota Bandung dengan Rumah Sakit Sejenis
Lainnya
52
dan beberapa pasien menolak untuk dirujuk pada kasus –
kasus yang tidak dapat ditangani di RSKIA Kota Bandung.
2) Kejadian kematian lebih banyak terjadi pada bayi dengan
kasus berat badan bayi lahir sangat rendah.
Solusi
1) Melengkapi ketersediaan fasilitas ruangan, SDM profesional
dengan mengembangkan kompetensi melalui pendidikan
dan pelatihan ter update sesuai keprofesian, peralatan
kesehatan dan kedokteran yang dapat mendukung
penurunan kejadian kematian ibu dan bayi.
2) Kerjasama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) yang menjadi jejaring RSKIA Kota Bandung.
8. Cakupan pelayanan pasien keluarga miskin
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin merupakan
salah satu indikator pelayanan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 129/Menkes/SK/II Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang harus dilaksanakan oleh
seluruh rumah sakit dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat
dan ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau yang
pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah melalui program
Jamkesmas, Jamkesda dan SKM. Berikut tabel target dan realisasi
cakupan pelayanan pasien keluarga miskin yang dilayani dan
menjadi komitmen RSKIA Kota Bandung :
53
Tabel 3.13
Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga Miskin
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
8. Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin
Persentase 100 100 100.00 100.00 100 100.00
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014
Dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin maka RSKIA Kota Bandung berkomitmen untuk melayani
pasien yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan anak. RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit pemerintah
harus siap melayani pasien dari keluarga miskin, sehingga
pencapaian untuk indikator ini adalah 100%.
Gambar 3.7 pelayanan pasien keluarga miskin
54
Perbandingan jumlah pasien dari keluarga miskin tahun 2013
dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2013
jumlah pasien dari masyarakat miskin yang dilayani sebanyak
16.182 orang dan tahun 2014 sebanyak 6.282 orang. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal dibawah ini :
a. Pada tahun 2014 merupakan tahun pertama pemberlakuan JKN
yang dikelola oleh sebuah badan yang disebut BPJS, sehingga
seluruh pembiayaan yang termasuk pada jaminan masyarakat
miskin dan bukan masyarakat miskin yang menjadi peserta
JKN, dikelola oleh badan tersebut.
b. Kebijakan yang berlaku pada tahun 2013 seperti Jaminan
Persalinan (Jampersal) yang berlaku nasional, pada tahun 2014
sudah tidak berlaku lagi.
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit rujukan milik
Pemerintah Kota Bandung berkewajiban untuk melayani
masayarakat miskin dan memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak.
16182
6282
Tahun 2013 Tahun 2014
Grafik 3.12
Perbandingan Jumlah Pelayanan Masyarakat Miskin yang Dilayani di RSKIA Kota Bandung
55
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran, sumber
daya manusia yang profesional menjadi pendukung dalam
melayani masyarakat.
Permasalahan :
1) Banyaknya masayarakat miskin belum mempunyai jaminan
pelayanan kesehatan sehingga belum masuk dalam data
based.
2) Masih adanya masyarakat yang mendadak miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis padahal
termasuk dalam kategori keluarga mampu.
Solusi
1) Pelaksanaan sosialisasi secara meluas kepada masyarakat
melalui media elektonik dan cetak.
2) Koordinasi dengan pihak terkait lainnya seperti kelurahan dan
kecamatan.
9. Cakupan pelayanan peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
Tahun 2014 adalah tahun pertama pelaksanaan BPJS secara
nasional yang ditujukan untuk seluruh masyarakat indonesia,
dengan dijadikannya IKU maka RSKIA Kota Bandung dapat
mengetahui keberhasilan dari program tersebut. Berikut tabel target
dan realisasi cakupan pelayanan pasien peserta JKN di RSKIA Kota
Bandung :
56
Tabel 3.14
Cakupan pelayanan pasien peserta JKN
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
9. Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Persentase N.A 55 57.32 104.22 64 89.56
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Pelaksanaan JKN di Indonesia baru dilaksanakan pada tahun
2014 yang diselenggarakan oleh suatu badan yang disebut BPJS atau
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, sehingga pada tahun tersebut
seluruh perserta yang memperoleh jaminan kesehatan dengan
berbagai asuransi kesehatan menjadi peserta BPJS. Dibandingkan
dengan tahun 2013 RSKIA Kota Bandung tidak ada data cakupan
pelayanan pasien peserta JKN karena pada tahun tersebut JKN
belum dilaksanakan, untuk tahun 2014 pencapaian cakupan
kepesertaan JKN adalah sebesar 57.32%.
Gambar 3.8 Loket khusus pelayanan informasi seputar JKN
57
Berikut ini gambar pelayanan JKN dan Umum di rawat inap
RSKIA Kota Bandung pada tahun 2014 :
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit rujukan milik
Pemerintah Kota Bandung berkewajiban untuk
melaksanakan kebijakan nasional dalam mendukung
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran, sumber
daya manusia yang profesional menjadi pendukung dalam
pelaksanaan JKN di Kota Bandung.
Permasalahan :
1) Kurangnya sosialisasi dalam keikutsertaan menjadi peserta
JKN dari BPJS yang ada di Kota Bandung, sehingga banyak
masyarakat yang merasa kesulitan menjadi peserta JKN.
2) Metode pendaftaran JKN masih terbatas.
Solusi
1) Pelaksanaan sosialisasi secara meluas kepada masyarakat
melalui media elektonik dan cetak.
4913
1959 2654
151 264
1572
Grafik 3.13
Perbandingan Jumlah Pelayanan JKN dan Umum di Rawat Inap RSKIA Kota Bandung
58
2) Pendaftaran melalui online atau membuat booth di RSKIA
Kota Bandung
10. Nilai kepatuhan pelayanan publik versi Ombudsman RI
Ombudsman Republik Indonesia melaksanakan penilaian
kepatuhan terhadap Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 2009
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin
penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik serta untuk memberikan perlindungan bagi
setiap warga negara dari penyalahgunaan wewenang dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Hasil penilaian pada tahun 2013 ada dalam zona kuning dan
pada tahun 2014 adalah sebesar 980 dari target 900 atau ada dalam
zona hijau. Berikut tabel target dan realisasi pencapaian nilai standar
kepatuhan pelayanan publik versi ombudsman di lingkungan RSKIA
Kota Bandung :
Tabel 3.15
Nilai Standar Kepatuhan Pelayanan Publik Versi Ombudsman RI
di RSKIA Kota Bandung
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
10. Nilai Standar Kepatuhan
Pelayanan Publik Versi
Ombudsman RI
Nilai Zona
Kuning
900 980 108.89 980 100
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Berikut tabel detail pencapaian nilai standar kepatuhan
pelayanan publik versi ombudsman RI berdasarkan komponen
indikator di RSKIA Kota Bandung :
59
Tabel 3.16
Pencapaian Nilai Kepatuhan Berdasarkan Komponen Indikator
Versi Ombudsman di RSKIA Kota Bandung
KODE_INPUT NILAI
Q1 PELAYANAN TERAPDU SATU
ATAP
1 60
Q2 STANDAR LAYANAN
a. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan
dasar hukum?
1 50
b. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan
persyaratan layanan?
1 50
c. Apakah tersedia SOP layanan? 1 50
d. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan
bagan alur layanan?
1 50
e. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan
produk layanan?
1 50
f. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan
jangka waktu penyelesaian
layanan?
1 100
g. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan
biaya/tarif layanan?
1 100
NO KOMPONEN INDIKATORKOLOM 1
60
KODE_INPUT NILAI
Q3 SARANA, PRASARANA ATAU FASILITAS
a. Apakah terdapat ruang tunggu di unit
layanan?
1 20
b. Apakah terdapat pendingin ruangan/AC di
unit layanan?
1 10
c. Apakah terdapat tempat duduk di unit
layanan?
1 20
d. Apakah terdapat sarana antrian (tiket) di
unit layanan?
1 10
e. Apakah terdapat toilet ditempat unit
layanan?
1 10
f. Apakah terdapat televisi di unit layanan? 1 10
g. Apakah terdapat loket/meja pelayanan di
unit layanan?
1 10
h. Apakah terdapat tempat parkir yang
memadai?
1 10
i. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan profile petugas
/person in charge /jumlah pelaksana
layanan?
0
j. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan tata tertib
layanan?
1 10
k. Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan kode etik
petugas pelayanan?
1 10
Q4 Apakah di unit layanan
memasang/mempublikasikan maklumat
pelayanan?
1 50
Q5 Apakah ada sistem informasi pelayanan
publik layanan baik berupa cetak maupun
elektronik? (Booklet, plamfet, website,
monitor televisi dll)
1 100
Q6 SARANA KHUSUS BAGI PENGGUNA
LAYANAN BERKEBUTUHAN KHUSUS
a. Apakah terdapat ram di unit layanan? 1 5
b. Apakah terdapat jalur pemandu di unit
layanan?
1 5
c. Apakah terdapat pegangan rambatan di unit
layanan?
1 5
d. Apakah terdapat tombol lift timbul dan suara
di unit layanan?
0 0
e. Apakah terdapat toilet khusus di unit
layanan?
1 5
f. Apakah terdapat ruang khusus ibu
menyusui dan anak?
1 5
g. Apakah terdapat loket khusus di unit
layanan?
1 5
Q7 PENGELOLAAN PENGADUAN
a. Apakah unit layanan mempunyai unit/fungsi
pengaduan?
1 10
b. Apakah unit layanan mempunyai pejabat
pengelola pengaduan?
1 20
c. Apakah unit layanan mempunyai loket
pengaduan/ruangan pengaduan?
1 10
d. Apakah unit layanan mempunyai sarana
pengaduan (SMS/Telepon/Fax/Email dll)
1 20
e. Apakah unit layanan mempunyai informasi
prosedur/tata cara pengaduan?
1 10
f. Apakah unit layanan
memasang/mempublikasikan informasi
pengelolaan pengaduan dan atau di ruang
pelayanan?
1 10
NO KOMPONEN INDIKATORKOLOM 1
61
KODE_INPUT NILAI
Q8 Apakah unit layanan mempunyai sarana
pengukuran kepuasan pelanggan?
1 20
Q9 Apakah terdapat Visi + Misi di unit layanan? 1 20
Q10 Apakah terdapat Motto di unit layanan? 1 10
Q11 Apakah terdapat sertifikat ISO di unit
layanan?
1 20
Q12 ATRIBUT
a. Apakah petugas penyelenggara layanan
menggunakan seragam?
1 10
b. Apakah petugas penyelenggara layanan
menggunakan ID Card?
1 10
980
HIJAU
KOMPONEN INDIKATORKOLOM 1
TOTAL NILAI
ZONA KEPATUHAN
NO
Seluruh SKPD yang memberikan pelayanan publik dinilai oleh
lembaga tersebut, tidak terkecuali 3 rumah sakit milik Pemerintah
Kota Bandung. Berikut pencapaian nilai standar kepatuhan
pelayanan publik versi ombudsman di 3 rumah sakit milik
Pemerintah Kota Bandung :
Berdasarkan gambar diatas pencapaian nilai kepatuhan
terhadap pelayanan publik pada tahun 2014 di RSKIA Kota Bandung
berada diurutan paling atas dibandingkan dengan rumah sakit lain
yang berada dibawah Pemerintah Kota Bandung yaitu RSUD Kota
Bandung dan RSKGM Kota Bandung. Dengan pencapaian nilai 980
600
800
1000
RSKIA Kota Bandung RSUD Kota Bandung
RSKGM Kota Bandung
980
895
835
Grafik 3.14
Pencapaian Nilai Kepatuhan Pelayanan Publik
di 3 Rumah Sakit Pemerintah Kota Bandung
62
poin merupakan pencapaian yang sangat luar biasa dan harus dapat
dipertahankan atau ditingkatkan kembali untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Gambar 3.9 Layar Anjungan Informasi RSKIA Kota Bandung
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung berupaya dalam mendukung Bandung
Juara dengan menyediakan fasilitas pelayanan publik yang
terstandar untuk masyarakat.
2) Komitmen dan loyalitas seluruh stakeholder RSKIA Kota
Bandung.
Permasalahan :
1) Masih ada fasilitas pelayanan publik yang belum sesuai dan
harus ditingkatkan kembali pemanfaatannya oleh
masyarakat sebagai pelanggan.
2) Keterbatasan anggaran dalam mengganti atau memperbaiki
fasilitas pelayanan publik yang telah rusak.
Solusi
1) Perencanaan dalam memenuhi fasilitas pelayanan publik
yang harus standar.
63
2) Ketersediaan anggaran untuk pemeliharaan fasilitas
pelayanan publik.
11. Persentase keluhan pelayanan terhadap rumah sakit yang
ditindaklanjuti
Salah satu prinsip utama pelayanan dalam paradigma
pelayanan publik harus diwujudkan agar pemerintah mampu
memberikan pelayanan yang berkualitas, salah satunya adalah
dengan membentuk unit layanan pengaduan masyarakat di lembaga-
lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan publik. Pada tahun
2013 unit layanan pengaduan masih belum optimal dalam
pencatatan dan pelaporan, tetapi setiap keluhan/pengaduan dapat
ditindaklanjuti 100%. Begitu juga pada tahun 2014 seluruh
pengaduan yang berjumlah 104 keluhan dapat ditindaklanjuti 100%.
Pada tahun 2014 unit pengaduan di RSKIA Kota Bandung menerima
keluhan sebanyak 104 keluhan yang terdiri dari 87 keluhan biaya, 11
keluhan pelayanan, 2 keluhan medis, 4 keluhan keamanan. Berikut
tabel target dan realisasi dari peresentase keluhan pelayanan
terhadap rumah sakit yang ditindaklanjuti :
Tabel 3.17
Persentase keluhan pelayanan terhadap rumah sakit yang ditindaklanjuti
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
11. Persentase keluhan
pelayanan terhadap rumah
sakit yang ditindaklanjuti
Persentase 100 100 100.00 100.00 100 100.00
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
64
Adapun perbandingan jumlah keluhan pada tahun 2014
adalah sebagai berikut :
Gambar 3.10 Loket pelayanan informasi dan pengaduan
Dapat disimpulkan bahwa keluhan yang disampaikan kepada
unit layanan pelanggan adalah keluhan biaya sebanyak 83.65%,
keluhan ini paling banyak meminta keringanan biaya pasien rawat
inap. Keluhan terbanyak ke-2 yaitu tentang pelayanan, hal yang
menjadi keluhan antara lain fasilitas, lingkungan, toilet, kebersihan
dan perilaku pegawai. Keluhan keamanan mencapai 3.85% berada di
tingkat keluhan yang ke-3, hal yang menjadi keluhan adalah adanya
kehilangan barang bawaan dari pasien dan pengunjung. Yang
83.65%
10.58%
1.92% 3.85%
Diagram 3.3
Jumlah Keluhan Pelanggan RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
Keluhan Biaya
Keluhan Pelayanan
Keluhan Medis
Keluhan Keamanan
65
terakhir sebesar 1.92% adalah keluhan medis besangkutan dengan
tindakan yang dilakukan di RSKIA Kota Bandung.
Faktor Pendukung :
1) Adanya unit pelayanan pengaduan pelanggan di RSKIA Kota
Bandung.
2) Kemudahan menyampaikan keluhan kepada pegawai dan
unit layanan pengaduan pelanggan.
Permasalahan :
1) Tindaklanjut dalam penyelesaian pengaduan terbentur
dengan kebijakan yang ada.
2) Masih kurangnya pencatatan dan pelaporan pada tahu
sebelumnya sehingga banyak keluhan yang tidak tercatat.
Solusi
1) Penempatan tenaga di unit layanan pengaduan pelanggan
harus memahami seluruh kebijakan yang akan dijadikan
tindak lanjut dari aduan pelanggan.
2) Pencatatan dan pelaporan pengaduan dan tindak lanjut di
unit layanan pengaduan pelanggan.
Berikut tabel pencapaian indikator sasaran 1 dibandingkan
dengan target akhir renstra tahun 2018 RSKIA Kota Bandung :
66
Tabel 3.18 Pencapaian Indikator Sasaran 1
dibandingkan Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung
1. Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 76.01 85 89.42
2. Kejadian kematian ibu bersalin
karena perdarahan ≤ 0.1%
Persentase 146.00 100 146.00
3. Kejadian kematian ibu bersalin
karena preeklamsi ≤ 0.3%
Persentase 167.40 100 167.40
4. Kejadian kematian ibu bersalin
karena sepsis ≤ 0.2%
Persentase 100.00 100 100.00
5. Pertolongan persalinan melalui seksio
cesaria yang direncanakan ≤ 10%
Persentase 130.17 100 130.17
6. Kemampuan menangani BBLR 1000
gr - 2500 gr
Persentase 95.77 98 97,22
7. Kematian pasien > 48 jam di rawat
inap ≤2.5/1001
Persentase 84.65 100 84.65
8. Cakupan pelayanan pasien keluarga
miskin
Persentase 100.00 100 100.00
9. Cakupan pelayanan pasien peserta
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Persentase 57.32 64 89,56
10. Nilai Standar Kepatuhan Pelayanan
Publik Versi Ombudsman RI
Nilai 980 980 100
11. Persentase keluhan pelayanan
terhadap rumah sakit yang
ditindaklanjuti
Persentase 100.00 100 100.00
RENCANA
SESUAI DENGAN
AKHIR
RENSTRA
TAHUN 2018
PRESENTASE
PENCAPAIAN
KINERJA (%)
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berhasil guna dan berdaya guna menuju
rumah sakit terstandarisasi kelas dunia
NO SASARAN SATUAN
REALISASI
AKUMULASI S/D
TAHUN 2014
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi
akumulasi sampai dengan tahun 2014 dibandingkan dengan rencana
Renstra Tahun 2018 yang merupakan tahun pertama capaian
kinerja untuk sasaran 1 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan
yang berhasil guna dan berdaya guna menuju rumah sakit
67
terstandarisasi kelas dunia terdapat 3 (tiga) indikator yang mencapai
melebihi target diantaranya adalah kejadian kematian ibu bersalin
karena perdarahan, kejadian kematian ibu bersalin karena
preeklamsi, kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis. Ke-3
indikator tersebut tercapai melebihi target, keberhasilan tersebut
dicapai karena berbagai upaya RSKIA Kota Bandung dalam menekan
jumlah kejadian kematian yang menjadi momok tingginya kematian
ibu bersalin di Indonesia. Pentingnya pemenuhan fasilitas penunjang
alat kesehatan dan kompetensi sumber daya manusia yang
profesional menjadi upaya keberhasilan tersebut. Kemudian 3 (tiga)
indikator yang mencapai sesuai target adalah cakupan pelayanan
pasien keluarga miskin dan persentase keluhan pelayanan terhadap
rumah sakit yang ditindaklanjuti. Kedua indikator tersebut menjadi
komitmen RSKIA Kota Bandung dalam melayani masyarakat dari
keluarga miskin yang memerlukan pelayanan kesehatan ibu dan
anak, tindak lanjut keluhan pasien dan pengunjung dilakukan RSKIA
Kota Bandung sebagai wujud tanggungjawab terhadap pelayanan
yang diberikan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
dan sebagai bahan evaluasi RSKIA Kota Bandung untuk mewujudkan
rumah sakit yang unggul, mudah dan aman. Yang terakhir terdapat
4 (empat) indikator belum mencapai target, indikator tersebut adalah
indeks kepuasan masyarakat, kemampuan menangani BBLR,
kematian pasien lebih dari 48 jam dan cakupan pelayanan pasien
peserta JKN. Dari ke-4 indikator tersebut menjadi tantangan
tersendiri untuk RSKIA Kota Bandung dalam mencapai target di
tahun yang akan datang.
68
Pencapaian sasaran ke-2 yang telah ditetapkan RSKIA Kota
Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.19
Analisis Pencapaian Sasaran 2 Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Rumah Sakit
TARGET REALISASICAPAIAN
%
1. Nilai Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)
Nilai 74.43 72 72.28 100.39
2. Persentase temuan
pemeriksaan
BPK/Inspektorat yang
ditindak lanjuti
% 100 100 100 100
NO INDIKATOR SASARAN SATUANTAHUN
2013
TAHUN 2014
Adapun analisis capaian indikator kinerja sasaran tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(AKIP)
Nilai evaluasi AKIP diperoleh dari hasil reviu yang dilakukan
sebagai dasar penelaahan atas laporan kinerja untuk
memastikan agar laporan kinerja telah menyajikan informasi
kinerja yang andal, akurat dan berkualitas. Pada tahun 2013
hasil evaluasi LAKIP adalah 74.43 sedangkan tahun 2014
nilai evaluasi terhadap dokumen LAKIP RSKIA Kota Bandung
Tahun 2013 adalah 72,28 atau ada dalam kategori nilai B.
Target diakhir Renstra untuk LKIP adalah 80 atau nilai A,
hal tersebut menjadi bahan evaluasi dalam pencapaian
kinerja RSKIA Kota Bandung dan perbaikan dokumen LKIP
sesuai ketentuan yang berlaku. Berikut tabel pencapaian
nilai LKIP di RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 terhadap
dokumen LKIP Tahun 2013 :
69
Tabel 3.20
Nilai LAKIP RSKIA Kota Bandung
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
1. Nilai Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)
Nilai 74.43 72 72.28 100.39 80 90.35
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Sebagai bahan perbandingan pencapaian nilai LAKIP pada
tahun 2014 antara rumah sakit milik Pemerintah Kota Bandung
adalah sebagai berikut :
Dapat disimpulkan bahwa RSKIA Kota Bandung dengan
perolehan nilai LKIP 72.28 paling tinggi diantara ke-3 rumah sakit
tersebut, diikuti oleh RSUD Kota Bandung dengan nilai 69.29 dan
terakhir RSKGM Kota Bandung 56.78.
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung mendukung upaya dalam
mewujudkan SAKIP Juara di Kota Bandung .
0
50
100
RSKIA Kota Bandung RSUD Kota Bandung
RSKGM Kota Bandung
72,28 69,29
56,78
Grafik 3.15
Pencapaian Nilai LAKIP di 3 Rumah Sakit Pemerintah Kota Bandung
70
2) Dalam mewujudkan hal tersebut upaya lain yang dilakukan
adalah koordinasi dengan pihak lainnya (ORPAD, Bappeda
dan Inspektorat).
Permasalahan :
1) Seluruh SKPD di Kota Bandung termasuk RSKIA Kota
Bandung sedang dalam masa transisi berupaya
mewujudkan SAKIP Juara.
2) Masih kurangnya pemahaman pembuatan dokumen LKIP
yang berkualitas.
Solusi
1) Koordinasi dengan pihak lainnya seperti ORPAD, Bappeda,
Inspektorat dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur dan
Reformasi Birokrasi dalam melaksanakan reviu, pra
evaluasi sampai dengan evaluasi terhadap Renstra, IKU dan
Perjanjian Kinerja serta dokumen LKIP SKPD.
2) Salah satu metode dalam mewujudkan SAKIP Juara dibuat
suatu sistem yang bernama SILAKIP.
2. Persentase temuan pemeriksaan BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti
Pemeriksaan secara reguler selalu rutin setiap tahun yang
dilaksanakan oleh BPK atau Inspektorat, pemeriksaan tersebut
meliputi pemeriksaan pengelolaan anggaran, adiministrasi
manajemen, perencanaan dan kepegawaian. Setiap temuan
pemeriksaan ditindaklanjuti secara keseluruhan 100% sebagai upaya
tindaklanjut untuk perbaikan ke arah yang lebih baik ditahun
71
2013 dan Tahun 2014. Berikut tabel persentase temuan
BPK/inspektorat yang ditindaklanjuti :
Tabel 3.21
Persentase Temuan BPK/Inspektorat Yang ditindaklanjuti
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
2. Persentase temuan
pemeriksaan
BPK/Inspektorat yang
ditindak lanjuti
Persentase 100 100 100.00 100.00 100 100.00
NOINDIKATOR KINERJA
SASARANSATUAN
TAHUN
2013
TAHUN 2014RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Berikut tabel pencapaian indikator sasaran 2 dibandingkan
dengan target akhir renstra tahun 2018 RSKIA Kota Bandung :
Tabel 3.22
Pencapaian Indikator Sasaran 2 Dibandingkan Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian Sasaran 2
Meningkatnya akuntabilitas kinerja rumah sakit dengan 2 (dua)
indikator sasaran, 1 (satu) indikator sasaran tercapai belum
mencapai target dan 1 (satu) indikator sasaran tercapai sesuai
target.
72
3.3 Perbandingan Pencapaain Indikator Pelayanan
Dengan Rumah Sakit Sejenis Lainnya
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan
rumah sakit. Indikator tersebut antara lain :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah angka penggunaan tempat
tidur.
2. AVLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien.
3. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi sampai ke saat terisi
berikutnya.
4. GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk
setiap 1000 penderita keluar.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah
dirawat untuk 1000 penderita keluar.
Berikut tabel perbandingan pencapaian indikator pelayanan
antara RSKIA Kota Bandung dengan rumah sakit sejenis lainnya :
Tabel 3.23 Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan
Dengan Rumah Sakit Sejenis Lainnya
Sumber data : RS Online, BUK Depkes RI
73
Dari tabel diatas tampak bahwa RSKIA Kota Bandung dengan
indikator pelayanan rumah sakit yang tinggi bisa mengakibatkan
pemberian pelayanan yang tidak maksimal kepada masyarakat. Dapat
dijelaskan bahwa :
BED OCCUPANCY RATE (BOR) adalah tingkat pemanfaatan tempat
tidur di rumah sakit atau ratio rata-rata pemanfaatan tempat tidur
yang terisi dalam 1 (satu) tahun adalah sebesar 96.76%, angka ini
jauh lebih tinggi dari standar yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI sebesar 60-85%. Bila ratio sudah melebihi 85% maka
harus ada pengembangan dan penambahan sarana untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Apabila hal tersebut
tidak dilaksanakan maka akan berdampak pada banyaknya pasien
yang harus dipulangkan dalam waktu singkat.
LENGTH OF STAY (LOS) atau angka rata-rata lamanya pasien
dirawat adalah sebesar 2 hari , angka ini jauh lebih rendah dari
standar Departemen Kesehatan RI sebesar 6-9 hari, rendahnya
angka LOS dapat mengurangi masa pemantauan pasien oleh rumah
sakit dan hal ini berisiko meningkatkan kematian ibu pasca
melahirkan.
TURN OVER INTERVAL (TOI) atau angka rata-rata tempat tidur
tidak terisi adalah sebesar 0.06, angka ini juga jauh lebih rendah
dari standar yang telah ditetapkan sebesar 1-3 hari. Rendahnya
angka TOI akan menyebabkan peningkatan resiko infeksi yang
ditularkan di rumah sakit (infeksi nosokomial).
GROSS DATE RATE (GDR) adalah angka kematian yang terjadi
setiap 1000 penderita keluar sebesar 3%
74
NET DATE RATE (NDR) adalah angka kematian setelah dirawat 48
jam yang terjadi setiap 1000 penderita keluar. Indikator ini
menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit sebesar 8%.
3.4 Akuntabilitas Keuangan
Selama tahun 2014 pelaksanaan program dan kegiatan dalam
rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi serta untuk
mewujudkan target kinerja yang ingin dicapai RSKIA Kota Bandung
dianggarkan melalui Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Bandung DPA RSKIA Kota Bandung dengan total
sebesar Rp. 48.218.073.300,00 yang terdiri dari belanja tidak
langsung Rp. 10.111.956.300,00 belanja langsung selaku SKPD
sebesar Rp. 12.300.000.000,00 dan belanja langsung yang
bersumber dari pendapatan fungsional BLUD sebesar Rp.
25.806.117.000,00. Dari belanja APBD terserap anggaran sebesar
71.33% dan dari sumber dana BLUD sebesar 102.85%, sehingga total
penyerapan anggaran RSKIA Kota Bandung adalah sebesar 88.20%.
Berikut tabel realisasi anggaran RSKIA Kota Bandung tahun 2014:
Tabel 3.24
Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
ANGGARAN REALISASI
Rp Rp
25.806.117.216 29.912.267.688 115,91
48.218.073.300 42.527.651.526 88,20
1 Belanja Tidak Langsung 10.111.956.300 9.330.151.249 92,27
2 Belanja Langsung Selaku SKPD 12.300.000.000 6.656.255.002 54,12
3 Belanja Langsung Selaku BLUD 25.806.117.000,00 26.541.245.275 102,85
NO URAIAN %
BELANJA
PENDAPATAN
Secara rinci pagu dan realisasi program dan kegiatan RSKIA
Kota Bandung tahun 2014 selaku SKPD dapat dilihat pada tabel
berikut :
75
Tabel 3.25 Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan
RSKIA Kota Bandung selaku SKPD Tahun 2014
ANGGARAN REALISASI
Rp Rp
12.300.000.000,00 6.656.255.002,00 54,12
I Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran
1.801.281.000 1.481.868.445 82,27
1 Penyediaan jasa komunikasi, sumber
daya air dan listrik
1.306.681.000 987.941.662 75,61
2 Penyediaan jasa kebersihan kantor 199.800.000 199.308.233 99,75
3 Penyediaan Jasa Pengamanan Kantor 294.800.000 294.618.550 99,94
II Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
131.520.000 126.336.000 96,06
1 Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
dinas/operasional
131.520.000 126.336.000 96,06
III Program Peningkatan Disiplin Aparatur 325.400.000 320.330.950 98,44
1 Pengadaan pakaian dinas beserta
kelengkapannya
79.800.000 76.920.300 96,39
2 Pengadaan pakaian KORPRI 64.400.000 63.742.500 98,98
3 Pengadaan pakaian khusus hari-hari
tertentu
181.200.000 179.668.150 99,15
IV Program Obat dan Perbekalan
Kesehatan
940.400.000 791.881.749 84,21
1 Pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan
940.400.000 791.881.749 84,21
V Program Upaya Kesehatan Masyarakat 112.500.000 98.615.122 87,66
1 Penyelenggaraan penyehatan
lingkungan
112.500.000 98.615.122 87,66
VI Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
90.600.000 87.669.410 96,77
1 Pengembangan media promosi dan
informasi sadar hidup sehat
90.600.000 87.669.410 96,77
VII Program Standarisasi Pelayanan
Kesehatan
339.279.000 305.667.155 90,09
1 Akreditasi rumah sakit 339.279.000 305.667.155 90,09
VIIIProgram pengadaan, peningkatan
sarana dan prasarana rumah
sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit
paru-paru/rumah sakit mata
7.166.900.000 2.062.910.677 28,78
1 Pembangunan rumah sakit 5.084.750.000 - 0,00
2 Pengadaan alat-alat kesehatan rumah
sakit
2.082.150.000 2.062.910.677 99,08
IX Program peningkatan keselamatan ibu
melahirkan dan anak
1.392.120.000 1.380.975.494 99,20
1 Pertolongan persalinan bagi ibu dari
keluarga kurang mampu
1.392.120.000 1.380.975.494 99,20
NO PROGRAM / KEGIATAN %
BELANJA
76
Hampir semua program/kegiatan pada tahun 2014 mencapai
realisasi di atas 90%, kecuali untuk program pengadaan,
peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/
rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata yang mencapai 28.78%.
hal ini terjadi karena kegiatan pembangunan rumah sakit tidak dapat
dilaksanakan yang disebabkan oleh tidak selesainya proses
pembebasan tanah.
Secara rinci pagu dan realisasi program dan kegiatan RSKIA
Kota Bandung tahun 2014 selaku BLUD dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.26
Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan RSKIA Kota Bandung selaku BLUD Tahun 2014
ANGGARAN REALISASI
Rp Rp
I Program Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Badan Layanan
Umum Daerah
25.806.117.000 26.541.245.275 102,85
1 Pelayanan 25.806.117.000 26.541.245.275 102,85
NO PROGRAM / KEGIATAN %
Dengan menggunakan ambang batas sebesar 20%, maka
realisasi pada BLUD RSKIA Kota Bandung melebihi target pagu
anggaran yang telah ditetapkan. Besaran peresentase ambang batas
merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber
pendapatan operasional yang diperkenankan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
Berikut tabel pagu dan realisasi anggaran RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014 berdasarkan sasaran RSKIA Kota Bandung :
77
Tabel 3.27 Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota Bandung
Berdasarkan Sasaran Tahun 2014
NO SASARANJUMLAH
PROGRAMANGGARAN REALISASI %
1. Meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil
guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia
2. Meningkatnya akuntabilitas
kinerja rumah sakit
10 Program dan
14 Kegiatan Rp 38.106.117.000,00 Rp 33.197.500.277,00 87.12%
3.5 Prestasi/Penghargaan
RSKIA Kota Bandung tidak meraih prestasi atau penghargaan
dari tingkat Pemerintah Kota/Propinsi/Pusat, tetapi ada beberapa
hal yang bisa dijadikan kebanggaan di lingkungan RSKIA Kota
Bandung sebagai berikut :
1. Membuat berbagai aplikasi sistem informasi manajemen
rumah sakit dalam upaya mendukung program Bapak
Walikota Bandung, yaitu : Sistem Anjungan Informasi, Sistem
Manajemen Informasi Rumah Sakit (SIMETRIS), Sistem
Antrian Elekronik.
2. RSKIA Kota Bandung mencapai Zona Hijau dengan nilai 980
pada penilaian Ombudsman pada tahun 2014.
78
4.1 KESIMPULAN
Tahun 2014 merupakan tahun pertama penilaian kinerja
dalam Renstra RSKIA Kota Bandung Tahun 2013-2018, penilaian
kinerja tersebut dijabarkan dalam Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah (LKIP) RSKIA Kota Bandung. Dalam penyelerasan hasil
reviu Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 - 2018
dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi telah ditetapkan 2 (dua) sasaran dengan 13 (tigabelas)
indikator yang dijadikan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
Perjanjian Kinerja (PK) RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 yang
sebelum reviu terdapat 2 (dua) sasaran dengan 7 (tujuh) indikator
kinerja. Dari 13 indikator yang diukur, sebanyak 8 indikator (61.54%)
mencapai atau melebihi target, sebanyak 4 indikator (30.77%)
mencapai sesuai target dan 1 indikator (7.69) kurang mencapai
target. Adapun permasalahan yang dihadapi RSKIA Kota Bandung di
tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan lahan
2. Keterbatasan sarana dan prasarana
3. Masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki jaminan
pembiayaan kesehatan
4. Belum terakreditasinya rumah sakit sesuai standar yang telah
ditetapkan
79
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka RSKIA Kota
Bandung melakukan upaya-upaya yang dijadikan solusi sebagai
berikut :
1. Proses pembebasan lahan untuk relokasi rumah sakit sedang
berjalan pada tahun 2014 diperkirakan selesai pada tahun
2015.
2. Relokasi RSKIA Kota Bandung ke lahan yang memadai.
3. Kerjasama dengan BPJS dan menerima pendaftaran
kepersertaan BPJS di rumah sakit.
4. Proses akreditasi versi 2012 yang dilaksanakan di RSKIA Kota
Bandung sedang dalam proses, rencananya akan ada penilaian
dari Tim KARS pada Tahun 2014 tidak dapat dilaksanakan
karena berbagai hal sehingga penilaian akan dilaksanakan
pada tahun 2015.
4.2 SARAN
Dalam rangka menunjang pencapaian kinerja SKPD yang
optimal dalam penetapan IKU dan Perjanjian Kinerja harus
disesuaikan dengan tugas, pokok, fungsi dan kewenangan SKPD,
sehingga proses pencapaian IKU
80
LAMPIRAN -LAMPIRAN
81
Lampiran 1.1 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung Sebelum Reviu
Tahun 2014
Pencapaian
akreditasi rumah
sakit
Madya
Pencapaian SPM
rumah sakit 60%
Rata-rata indeks
kepuasan
masyarakat
B
Nilai evaluasi Lakip B
Pencapaian
Sertifikasi ISO
(Rawat jalan, IGD,
Rawat inap, Farmasi,
Penunjang
diagnostik,
Keuangan)
RJ, IGD
Pencapaian Sistem
Informasi RS
70% (Rekam
medik,
Farmasi,
Keuangan, RI,
RJ, OK, Lab,
Radiologi, ICU,
IGD)
Kewajaran Laporan
Keuangan SKPD
dalam mendukung
opini BPK
WDP
Tindak lanjut hasil
temuan pemeriksaan
100%
b. Meningkatkan
promosi
kesehatan rumah
sakit yang
komprehensif
Jumlah pelayanan
klinik promkes
rumah sakit
4 pelayanan
Terjalinnya
kemitraan dengan
Puskesmas dan BPM
3 puskesmas
Terjalinnya
kemitraan dengan
institusi pendidikan
2 bagian
(anak dan
obgin)
b. Meningkatkan
kompetensi SDM
melalui
pendidikan dan
pelatihan
Cakupan pegawai
yang mendapat
pendidikan dan
pelatihan
20%
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan yang
terstandarisasi
kelas dunia
b. Meningkatkan
kemitraan dalam
bidang pelayanan
dan pendidikan
a.
a.Terselenggaranya
pelayanan kesehatan
secara berdaya guna
dan berhasil guna
dalam rangka
meningkatkan
derajat kesehatan
ibu dan anak
a.
Terwujudnya
kepuasan pelanggan
dan para pemangku
kepentingan
2014NO TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARAN
82
Lampiran 1.2 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung Setelah Reviu
Tahun 2014
Indeks Kepuasan
Masyarakat
Nilai 75
Kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan
≤ 0.1%
Persentase 100
Kejadian kematian ibu
bersalin karena preeklamsi ≤
0.3%
Persentase 100
Kejadian kematian ibu
bersalin karena sepsis ≤ 0.2%
Persentase 100
Pertolongan persalinan
melalui seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Persentase 100
Kemampuan menangani
BBLR 1000 gr - 2500 gr
Persentase 95
Kematian pasien > 48 jam di
rawat inap ≤ 2.5/1000
Persentase 95
Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin
Persentase 100
Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Persentase 55
Nilai Standar Kepatuhan
Pelayanan Publik Versi
Ombudsman RI
Nilai 900
Persentase keluhan
pelayanan terhadap rumah
sakit yang ditindaklanjuti
Persentase 100
Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
rumah sakit
Nilai Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)
Nilai 72
Persentase temuan
pemeriksaan
BPK/Inspektorat yang
ditindak lanjuti
Persentase 100
INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TAHUN 2014
Terselenggaranya
pelayanan
kesehatan yang
prima dan
paripurna dalam
rangka
meningkatkan
derajat kesehatan
ibu dan anak
Meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan
ibu dan anak yang
berhasil guna dan
berdaya guna menuju
rumah sakit
terstandarisasi kelas
dunia
TUJUAN SASARAN STRATEGIS
83
Lampiran 1.3 Program dan anggaran RSKIA Kota Bandung Tahun 2014
TARGET ( Rp )
1. I. Program Standarisasi Pelayanan
Kesehatan
201.600.000
1. Akreditasi rumah sakit 201.600.000
2. Pencapaian SPM
rumah sakit
60% II. Program Pengadaan,
Peningkatan Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit / Rumah
Sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru /
Rumah Sakit Mata
7.104.050.000
1. Pembangunan rumah sakit 5.084.750.000
2. Pengadaan alat-alat kesehatan
rumah sakit
1.713.500.000
3. Pemeliharaan rutin/berkala rumah
sakit
305.800.000
III. Program Peningkatan
Keselamatan Ibu Melahirkan dan
Anak
1.426.120.000
1. Pertolongan persalinan bagi ibu
dari keluarga kurang mampu
1.426.120.000
IV. Program Upaya Kesehatan
Masyarakat
189.610.000
1. Penyelenggara penyehatan
lingkungan
189.610.000
V. Program Obat dan Perbekalan
Kesehatan
1.011.600.000
1. Pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan
1.011.600.000
VI. Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
19.326.117.000
1. Kegiatan pelayanan 19.326.117.000
3. Rata-rata indeks
kepuasan
masyarakat
B VII. Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
100.000.000
4. Nilai evaluasi Lakip B 1. Kegiatan pelayanan 100.000.000
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN
URAIAN URAIAN
Meningkatkan
kualitas pelayanan
terstandarisasi
kelas dunia
1. Pencapaian
akreditasi rumah
sakit
Madya
84
TARGET ( Rp )
VIII.Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
400.000.000
1. Kegiatan pelayanan 400.000.000
IX. Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
200.000.000
1. Kegiatan pelayanan 200.000.000
6. Kewajaran Laporan
Keuangan SKPD
dalam mendukung
opini BPK
WDP X. Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
400.000.000
7. Tindak lanjut hasil
temuan
pemeriksaan
100% 1. Kegiatan pelayanan 400.000.000
2. XI. Program Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
50.000.000
1. Pengembangan media promosi dan
informasi sadar hidup sehat
50.000.000
3. 1. Kemitraan dengan
Puskesmas dan
BPM
3
puskesmas
XII. Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
80.000.000
2. Kemitraan dengan
institusi pendidikan
2 bagian
(anak dan
obgin)
1. Kegiatan Pelayanan 80.000.000
XIII.Program Peningkatan Pelayanan
BLUD
300.000.000
1. Kegiatan Pelayanan 300.000.000
30.789.097.000,00
8. Pencapaian Sistem
Informasi RSRekam
medik,
Farmasi,
Keuangan,
RI, RJ, OK,
Lab,
Radiologi,
ICU, IGD
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Cakupan pegawai
yang mendapat
pendidikan dan
pelatihan
20%
5. Pencapaian
Sertifikasi ISO
RJ, IGD
1. Pelaksanaan
promosi kesehatan
rumah sakit
4 pelayanan
PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN
URAIAN URAIAN
TOTAL
Meningkatkan
promosi kesehatan
rumah sakit yang
komprehensif
Meningkatkan
kemitraan dalam
bidang pelayanan
dan pendidikan
4. Meningkatkan
kompetensi SDM
melalui pendidikan
dan pelatihan
1.
85
Lampiran 1.4
Formulasi Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung Sebelum Reviu Tahun 2014
ALASANFORMULASI/CARA
PENGHITUNGANSUMBER DATA
Pencapaian
akreditasi rumah
sakit
Kategori Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit
Pelaksanaan penilaian
akreditasi Tim KARS
Hasil penilaian
akreditasi oleh
Tim Kars
Program Standarisasi pelayanan
kesehatan
Program Pengadaan, Peningkatan
Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit / Rumah Sakit Jiwa /
Rumah Sakit Paru / Rumah Sakit
Mata
Program obat dan perbekalan
kesehatan
Program upaya kesehatan
masyarakat
Program Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana Rumah Sakit /
Rumah Sakit Jiwa / Rumah Sakit
Paru / Rumah Sakit Mata
Program peningkatan
keselamatan ibu melahirkan dan
anak
Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
PROGRAM / KEGIATAN KET
Rumah Sakit
menerapkan Standar
Pelayanan Minimal
Persentase Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Jumlah indikator yang tercapai
dalam SPM dibagi dengan jumlah
seluruh indikator SPM di rumah
sakit dikali 100%
Hasil evaluasi
pencapaian SPM di
RSKIA
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan yang
terstandarisasi
kelas dunia
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMASATUAN
PENJELASAN
86
ALASANFORMULASI/CARA
PENGHITUNGANSUMBER DATA
Rata-rata indeks
kepuasan
masyarakat
Kategori Undang-Undang Nomor : 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik dan
Kepmenpan Nomor : 25 Tahun 2004
tentang Indeks Kepuasan Masyarakat
Hasil total survey kepuasan
pelanggan ditiap unit layanan
dibagi dengan jumlah total unit
layanan yang di survey dikali
100%
Hasil survey
kepuasan
pelanggan
Nilai evaluasi Lakip Kategori Peraturan Menteri Pendayaangunaan
Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : 29 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Pelaksanaan penilaian
kelengkapan instrumen LAKIP
SKPD oleh inspektorat
Nilai LAKIP SKPD
Pencapaian Sistem
Informasi RS
Persentase Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP)
Penerapan sistem informasi
diseluruh unit layanan yang ada
di rumah sakit
Observasi
pelaksanaan SIRS
di tiap unit
layanan
Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
Pencapaian
Sertifikasi ISO
Unit
Layanan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit
Pelaksanaan audit ISO oleh
auditor independen
Sertifikat ISO Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
Kewajaran Laporan
Keuangan SKPD
dalam mendukung
opini BPK
Kategori Kelengkapan Laporan Keuangan
SKPD sesuai dengan SAP
Berita acara
rekonsiliasi
keuangan dan aset
SKPD
Tindak lanjut hasil
temuan pemeriksaan
Persentase Jumlah temuan hasil
pemeriksaan yang ditindak
lanjuti oleh SKPD
Tindaklanjut hasil
temuan
pemeriksaan
Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMASATUAN
PENJELASAN
PROGRAM / KEGIATAN KET
Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
87
ALASANFORMULASI/CARA
PENGHITUNGANSUMBER DATA
Meningkatkan
promosi
kesehatan
rumah sakit
yang
komprehensif
Pelaksanaan promosi
rumah sakit
Persentase Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan
rumah sakit dalam satu periode
Laporan
pelaksanaan
promosi kesehatan
di rumah sakit
Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan
kemitraan dalam
bidang
pelayanan dan
pendidikan
Kemitraan dengan
Puskesmas dan BPM
Jumlah
Puskesmas
dan BPM
Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Jumlah Puskesmas dan BPM
yang merupakan jejaring di
wilayah RSKIA Kota Bandung
MOU sistem
rujukan dengan
Puskesmas dan
BPM
Kemitraan dengan
institusi pendidikan
Jumlah
MOU
dengan
institusi
pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2013 tentang Pendidikan Kedokteran
Jumlah MOU dengan intistusi
pendidikan yang menjalin
kemitraan dengan RSKIA Kota
Bandung
MOU dengan
intitusi pendidikan
Meningkatkan
kompetensi SDM
melalui
pendidikan dan
pelatihan
Cakupan pegawai
yang mendapat
pendidikan dan
pelatihan
Persentase Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dan
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor : 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Jumlah pegawai yang mengikuti
pendidikan dan pelatihan dalam
satu periode dibagi jumlah total
pegawai di rumah sakit dikali
100%
Data pegawai yang
mendapatkan
pendidikan/pelatih
an per tahun
Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMASATUAN
PENJELASAN
PROGRAM / KEGIATAN KET
Program peningkatan pelayanan
kesehatan BLUD
88
Lampiran 1.5
Formulasi Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung Setelah Reviu Tahun 2014
Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai Total dari Nilai Persepsi Per Unsur dibagi
dengan Total unsur yang terisi dikali Nilai
penimbang
Hasil survey kepuasan
pelanggan
Kejadian kematian ibu bersalin
karena perdarahan ≤ 0.1%
Persentase Standar kejadian kematian ibu bersalin
karena perdarahan ≤ 0.1% dibagi dengan
jumlah kejadian kematian karena
perdarahan per jumlah total kasus
persalinan dengan perdarahan dikali 100%
Data kematian dan kasus
perdarahan dari medical
record (Medrek) di RSKIA
Kota Bandung
Kejadian kematian ibu bersalin
karena preeklamsi ≤ 0.3%
Persentase Standar kejadian kematian ibu bersalin
karena preeklamsi ≤ 0.3% dibagi dengan
jumlah kejadian kematian karena
preeklamsi per jumlah total kasus
persalinan dengan preeklamsi dikali 100%
Data kematian dan kasus
preeklamsi dari medical
record (Medrek) di RSKIA
Kota Bandung
Kejadian kematian ibu bersalin
karena sepsis ≤ 0.2%
Persentase Standar kejadian kematian ibu bersalin
karena sepsis ≤ 0.2% dibagi dengan jumlah
kejadian kematian karena sepsis per jumlah
total kasus persalinan dengan infeksi dikali
100%
Data kematian dan kasus
infeksi dari medical record
(Medrek) di RSKIA Kota
Bandung
Pertolongan persalinan melalui
seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Persentase Standar persalinan melalui SC yang
direncanakan ≤ 10% dibagi jumlah total SC
per jumlah total persalinan dikali 100%
Data kasus SC dari medical
record (Medrek) di RSKIA
Kota Bandung
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN FORMULASI/CARA PENGHITUNGAN SUMBER DATA
Meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil guna
dan berdaya guna menuju
rumah sakit terstandarisasi
kelas dunia
89