pemerintah kabupaten murung raya nomor 09 · pdf file4. undang-undang republik indonesia nomor...
TRANSCRIPT
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYANOMOR 09 TAHUN 2011
TENTANGRETRIBUSI JASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI MURUNG RAYA,
Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Umum merupakan obyek RetribusiDaerah yang menjadi salah satu sumber PendapatanDaerah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaanpemerintahan dan pembangunan Daerah;
b. bahwa Kebijakan Retribusi Jasa Umum dilaksanakandalam rangka meningkatkan Pelayanan kepadamasyarakat dan kemandirian Daerah yang berdasarkanprinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan denganmemperhatikan potensi Daerah;
c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang RetribusiJasa Umum perlu disesuaikan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a,b,dan c maka perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2043);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984tentang Perindustrian (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3274);
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYANOMOR 09 TAHUN 2011
TENTANGRETRIBUSI JASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI MURUNG RAYA,
Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Umum merupakan obyek RetribusiDaerah yang menjadi salah satu sumber PendapatanDaerah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaanpemerintahan dan pembangunan Daerah;
b. bahwa Kebijakan Retribusi Jasa Umum dilaksanakandalam rangka meningkatkan Pelayanan kepadamasyarakat dan kemandirian Daerah yang berdasarkanprinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan denganmemperhatikan potensi Daerah;
c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang RetribusiJasa Umum perlu disesuaikan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a,b,dan c maka perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2043);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984tentang Perindustrian (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3274);
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYANOMOR 09 TAHUN 2011
TENTANGRETRIBUSI JASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI MURUNG RAYA,
Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Umum merupakan obyek RetribusiDaerah yang menjadi salah satu sumber PendapatanDaerah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaanpemerintahan dan pembangunan Daerah;
b. bahwa Kebijakan Retribusi Jasa Umum dilaksanakandalam rangka meningkatkan Pelayanan kepadamasyarakat dan kemandirian Daerah yang berdasarkanprinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan denganmemperhatikan potensi Daerah;
c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang RetribusiJasa Umum perlu disesuaikan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a,b,dan c maka perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2043);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984tentang Perindustrian (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3274);
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYANOMOR 09 TAHUN 2011
TENTANGRETRIBUSI JASA UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI MURUNG RAYA,
Menimbang : a. bahwa Retribusi Jasa Umum merupakan obyek RetribusiDaerah yang menjadi salah satu sumber PendapatanDaerah yang digunakan untuk membiayai pelaksanaanpemerintahan dan pembangunan Daerah;
b. bahwa Kebijakan Retribusi Jasa Umum dilaksanakandalam rangka meningkatkan Pelayanan kepadamasyarakat dan kemandirian Daerah yang berdasarkanprinsip demokrasi, pemerataan, dan keadilan denganmemperhatikan potensi Daerah;
c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,maka Peraturan Daerah yang mengatur tentang RetribusiJasa Umum perlu disesuaikan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a,b,dan c maka perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2043);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3019);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984tentang Perindustrian (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3274);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih danBebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3851);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3881);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, KabupatenSeruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau,Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur diProvinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4180);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4400);
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2228),sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan keduaAtas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 2822);
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 132);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun2006 tentang Administrasi Kependudukan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4674);
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor58, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4843);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008Nomor 69, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5025);0
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5049);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);
24. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5063);
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5072);
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun2009 tentang Perkembangan Kependudukan danPembangunan Keluarga (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5080);
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1975 Nomor 12, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3050);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 tentang TarifBiaya Tera (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 35,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3257), sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16Tahun 1986 (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3329) 35. PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang PelaksanaanUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3258);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajibdan Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulangserta Syarat-syarat bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,dan Perlengkapannya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3283);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentangAngkutan Jalan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3527);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentangPrasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentangKendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3530);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentangTenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3637);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang HakGuna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai AtasTanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3643);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentangPengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor138, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3781);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentangKetelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3934);
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor107, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3980);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentangPengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor153, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4161);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4578);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentangJalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4655);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran NegaraTahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4736);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4737);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2007 tentangJenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara BukanPajak Yang Berlaku Pada Badan Koordinasi Survei DanPemetaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 127, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4772);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentangPerubahan Atas Nomor 27 Tahun 1983 tentangpelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
46. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang TataCara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif PemungutanPajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
47. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentangPersyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk danPencatatan Sipil;
48. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 PenerapanKartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor IndukKependudukan;
49. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun2004 tentang Pengelolaan Informasi AdministrasiKependudukan;
50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
51. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang PedomanPembangunan dan Penggunaan Menara BersamaTelekomunikasi;
52. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, MenteriPekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatikadan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18Tahun 2009; Nomor 07/PRT/M/2009; Nomor:19/PERM/M.KOMINFO/03/2009; Nomor: 3/P/2009tentang Pedoman Pembangunan dan Pengunaan BersamaMenara Telekomunikasi;
53. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan PembinaanPasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
54. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan danPenanggulangan pada Bangunan Gedung;
55. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 63 Tahun1993 tentang Persyaratan Ambang Batas dan Laik JalanKendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, KeretaTempelan, Karoseri dan Bak Muatan serta Komponen-komponennya;
56. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 71 Tahun1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;
57. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan MenteriDalam Negeri Nomor: 93A/MENKES/SKB/II 1996, Nomor17 Tahun 1996 tentang Pedoman Pelaksanaan PungutanRetribusi Pelayanan Kesehatan pada Pusat KesehatanMasyarakat;
58. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 20 Tahun2001 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasisebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:30/PER/M.KOMINFO/09/2008;
59. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar PusatKesehatan Masyarakat;
60. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 9 Tahun2004 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor;
61. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 02 Tahun2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi KewenanganKabupaten Murung Raya (Lembaran Daerah KabupatenMurung Raya Tahun 2008 Nomor 58);
62. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 10 Tahun2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah(RPJPD)Kabupaten Murung Raya Tahun 2008-2028 (LembaranDaerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2008 Nomor 66);
63. Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 10 Tahun2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD)Kabupaten Murung Raya Tahun 2008-2013(Lembaran Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2008 Nomor67).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN MURUNG RAYA
danBUPATI MURUNG RAYA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Murung Raya.
2. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan olehPemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asasotonomi dan Tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnyadalam sitem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dimaksuddalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1985.
3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagaipenyelenggaraan Pemerintah Daerah;
4. Kepala Daerah adalah Bupati Murung Raya.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRDadalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Murung Raya.
6. Pejabat adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diberi tugastertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Kas Umum Daerah adalah Kas Umum Kabupaten Murung Raya.
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakankesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukanusaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau BadanUsaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun,firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasilainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasikolektif dan bentuk usaha tetap.
9. Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakanretribusi daerah.
10. Wajib retribusi adalah orang pribadi dan/atau badan yang menurutketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkanuntuk melakukan pembayaran retribusi yang terhutang termasukpemungut atau pemotongan retribusi tertentu.
11. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutanDaerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yangkhusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untukkepentingan orang pribadi atau Badan.
12. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayananyang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yangdapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
13. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh PemerintahDaerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapatdinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
14. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakanbatas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa danperizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
15. Puskesmas adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional yangmerupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan pembinaanperan-serta masyarakat dalam bidang kesehatan, disampingmemberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu dalam bentukkegiatan pokok bidang kesehatan kepada masyarakat di wilayah.
16. Puskesmas Pembantu adalah Unit Penunjang dari Puskesmas yangbersifat sederhana dan serbaguna.
17. Puskesmas Keliling adalah kegiatan Puskesmas yang mempunyai tujuanuntuk memperluas dan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatanyang dilakukan oleh Puskesmas.
18. Pondok Bersalin Desa yang selanjutnya disebut dengan Polindes adalahsuatu tempat yang dapat didirikan oleh masyarakat di Desa atas dasarmusyawarah sebagai kelengkapan dari pembangunan kesehatanmasyarakat Desa untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak(KIA) dan Keluarga Berencana (KB), pengembangan dari Polindes disebutPoskesdes (Pos Kesehatan Desa).
19. Kendaraan Puskesmas Keliling adalah sarana transportasi yangdigunakan untuk pelayanan kesehatan di luar gedung Puskesmas diwilayah kerjanya, dapat berupa kendaraan roda dua, roda empatmaupun sarana transportasi lainnya.
20. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yangmenyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurnayang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawatdarurat.
21. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) adalah pelayanan kepada pasienuntuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medisdan atau pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurangdari 1 (satu) hari.
22. Pelayanan Home Care adalah pelayanan kesehatan lanjutan yangdiberikan di rumah terhadap pasien yang menurut pertimbangan medikdapat dirawat di luar rumah sakit namun masih memerlukanpengawasan dan perawatan medis.
23. Pelayanan Penunjang adalah pelayanan untuk menunjang penegakandiagnosis dan terapi yang antara lain dapat berupa pelayanan pathologiklinik, pathologi anatomi, mikrobiologi, radio diagnostik, elektromedik,endoscopy, farmasi, gizi dan tindakan medik atau pelayanan penunjanglainnya.
24. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan yang diberikan olehpetugas rehabilitasi medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi,okupasionale, wicara, ortotik/prostetik dan pelayanan rehabilitasi mediklainnya.
25. Pelayanan Rehabilitasi Mental adalah pelayanan yang diberikan olehpetugas rehabilitasi mental dalam bentuk pelayanan psikoterapi,bimbingan sosial medik dan jasa psikologi lainnya.
26. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan paripurna meliputiupaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upayapencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigidan mulut pada pasien di rumah sakit.
27. Pelayanan Konsultasi Khusus dan atau Tindakan Khusus adalahpelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi dan atau tindakankhusus seperti konsultasi dan atau tindakan psikologis, konsultasi danatau tindakan psikiatri, konsultasi gizi dan konsultasi lainnya.
28. Pelayanan Medik Legal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan, danberkaitan dengan kepentingan hukum.
29. Pelayanan Visum et Repertum adalah pelayanan pemeriksaan medikuntuk mencari sebab kesakitan, atau sebab kematian yang dilaksanakanoleh tenaga medis sesuai bidang keahliannya yang hasilnya digunakanuntuk keperluan medik legal/penegakan hukum.
30. Pelayanan Jenazah adalah pelayanan yang diberikan meliputi perawatanjenazah, penyimpanan jenazah, konservasi jenazah, bedah jenazah danpelayanan lainnya terhadap jenazah.
31. Ruang Khusus adalah ruang perawatan yang memerlukan peralatan danobservasi, atau isolasi khusus.
32. Non Bangsal adalah Ruang perawatan yang ditempati oleh 1 (satu)sampai dengan 2 (dua) pasien.
33. Bangsal adalah Ruang perawatan yang ditempati oleh lebih dari 2 (dua)pasien.
34. Tindakan Medik Operatif Ringan adalah tindakan medis yang dapatdilaksanakan di Puskesmas, tidak memerlukan persiapan khususbisa/tidak menggunakan pembiusan lokal.
35. Tindakan Medik Operatif Sedang Biasa adalah tindakan medis yangdapat dilaksanakan di Puskesmas, tidak memerlukan persiapan khususdan menggunakan pembiusan lokal.
36. Tindakan Medik Operatif Sedang dengan Penyulit adalah tindakan medisyang dapat dilaksanakan di Puskesmas, tidak memerlukan persiapankhusus dan menggunakan pembiusan lokal tetapi disertai kasus lain.
37. Tindakan Medik Operatif Besar Biasa adalah tindakan medis yang dapatdilaksanakan di Puskesmas, yang memerlukan persiapan khusus danmenggunakan pembiusan regional.
38. Tindakan Medik Operatif Besar dengan Penyulit adalah tindakan medisdengan penyulit yang dapat dilaksanakan di Puskesmas, yangmemerlukan persiapan khusus dan menggunakan pembiusan regionalatau umum.
39. Perawatan Jenazah Biasa adalah perawatan yang dilakukan oleh tenagakesehatan mulai dari pemberesan peralatan, penutupan lubang-lubang,pengikatan atau pengaturan posisi tubuh, pembersihan tubuh tanpamemandikan.
40. Perawatan Jenazah Khusus adalah perawatan yang dilakukan olehtenaga kesehatan mulai dari pemberesan peralatan, penutupan lubang-lubang, pengikatan atau pengaturan posisi tubuh, pembersihan tubuhsampai dengan memandikan dan pembungkusan.
41. Poliklinik Khusus adalah pelayanan VIP (dengan perjanjian).
42. Konsultasi On Call adalah konsultasi yang dilakukan di dalam dan diluar jam kerja melalui telepon (dokter spesialis memberi jawaban tetapitidak memeriksa pasien secara langsung).
43. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alamyang berbentuk padat.
44. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampahdiangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempatpengolahan sampah terpadu.
45. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannyakegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauranulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
46. Tempat pemprosesan akhir adalah tempat untuk memproses danmengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusiadan lingkungan.
47. Makam adalah tempat untuk menguburkan jenazah.
48. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan danpenertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melaluiPendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasiAdministrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untukpelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
49. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yangbertempat tinggal di Indonesia.
50. Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli danorang- orangbangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagaiWarga Negara Indonesia.
51. Orang asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
52. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan olehDinas yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentikyang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan PencatatanSipil.
53. Data kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregatyang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk danPencatatan Sipil.
54. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatanatas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan PendudukRentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan DokumenKependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangankependudukan.
55. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat NIK adalahnomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal danmelekat pada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.
56. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitaskeluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungandalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.
57. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitasresmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas yangberlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
58. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami olehseseorang dalam register pencatatan sipil pada Dinas.
59. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada orangasing untuk tinggal di wilayah Daerah dalam jangka waktu yang terbatassesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
60. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada orang asinguntuk tinggal menetap di wilayah Daerah sesuai dengan ketentuanperaturan perundangundangan.
61. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan selanjutnya disingkatSIAK, adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasidan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasikependudukan di tingkat Penyelenggara dan Dinas sebagai satukesatuan.
62. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakanuntuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan danmenurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan modaangkutan.
63. Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untukbeberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya.
64. Tempat Parkir Umum adalah tempat yang berada di tepi jalan umumatau halaman pertokoan yang tidak bertentangan dengan rambu-rambulalu lintas dan tempat – tempat lain yang sejenis yang diperbolehkanuntuk tempat parkir umum dan dipergunakan untuk menaruhkendaraan bermotor dan atau tidak bermotor yang tidak bersifatsementara.
65. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atasKendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
66. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan olehperalatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atasrel.
67. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap danperlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yangberada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawahpermukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecualijalan rel dan jalan kabel.
68. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan mengujidan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, keretagandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangkapemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan;
69. Tanda Bukti Lulus Uji adalah tanda yang diberikan bagi kendaraan yangtelah dinyatakan lulus uji berkala berupa buku uji dan tanda uji.
70. Persyaratan Teknis adalah persyaratan tentang susunan, peralatan,perlengkapan, ukuran, bentuk, karoseri, pemuatan, rancangan tekniskendaraan sesuai dengan peruntukannya, emisi gas buang, penggunaanpenggandengan dan penempelan kendaraan bermotor.
71. Laik Jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yangharus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinyapencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikandi jalan.
72. Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untukmengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagianbebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya.
73. Penguji Kendaraan Bermotor adalah pegawai negeri sipil yang diberitugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabatyang berwenang untuk melakukan tugas pengujian kendaraan bermotor.
74. Buku Uji adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku yangberisi data dan legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan bermotor,kereta gandengan, kereta tempelan, atau kendaraan khusus.
75. Jumlah Berat yang Diperbolehkan yang selanjutnya disingkat JBBadalah berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yangdiperbolehkan menurut rancangannya.
76. Mobil penumpang adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yangmemiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untukPengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu limaratus) kilogram.
77. Mobil bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memilikitempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk Pengemudiatau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
78. Sepeda motor adalah kendaraan bermotor roda 2 dengan atau tanparumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraanbermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
79. Mobil barang adalah Kendaraan Bermotor yang digunakan untukangkutan barang.
80. Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untukmengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiridan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor.
81. Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untukmelaksanakan transaksi, dimana proses jual beli terbentuk melaluitawar menawar, pasar tersebut dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,dengan tempat usaha berupa toko, kios, bedak, los dan tenda, sertahalaman ikutannya yang dimiliki/dikelola dengan Hak Pemakaian Pasar.
82. Pelataran adalah suatu tempat yang disediakan atau dikuasai olehPemerintah Kabupaten yang bersifat terbuka seperti halaman, jalan,gang dan lain-lain di dalam pasar dan dilingkungan pasar yangdipergunakan untuk memasarkan barang dagangan.
83. Toko adalah Bangunan di Pasar yang menghadap keluar, beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai darilantai sampai dengan langit-langit yang dipergunakan untuk usahaberjualan.
84. Bedak adalah bangunan yang berada di dalam Pasar yang beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai darilantai sampai dengan langit-langit yang dipergunakan untuk usahaberjualan.
85. Los adalah bangunan tetap dalam lingkungan pasar yang berbentukbangunan memanjang tanpa dilengkapi dinding.
86. Kelas Pasar adalah klasifikasi Pasar mempunyai kriteria tertentu yangmeliputi, jumlah pedagang, luas areal pasar, potensi dan sistem arusbarang dan orang baik didalam maupun diluar.
87. Pasar Kelas I adalah Pasar dengan pendapatan rata-rata Rp.20.000.000,00 setiap bulan dan tingkat keramaian pasar dalammelakukan transaksi jual beli barang setiap hari mulai jam 04.00 s/d20.00 WIB.
88. Pasar Kelas II adalah Pasar dengan Pendapatan rata-rata Rp.9.000.000,00 setiap bulan dan tingkat keramaian pasar dalammelakukan transaksi jual beli barang setiap hari dari jam 04.00 s/d16.00 WIB.
89. Pasar Kelas III adalah pasar dengan pendapatan rata-rata Rp.3.000.000,00 setiap bulan dan tingkat keramaian pasar dalammelakukan transaksi jual beli barang setiap hari dari jam 04.00 s/d12.00 WIB.
90. Pasar Kelas IV adalah pasar dengan pendapatan rata-rata Rp.500.000,00 setiap bulan dan tingkat keramaian pasar dalam melakukantransaksi jual beli barang setiap hari dari jam 04.00 s/d 09.00 WIB.
91. Pasar Hewan adalah pasar yang khusus disediakan bagi pedagangternak seperti lembu, kerbau, kambing dan Domba.
92. Pasar Insidental adalah kegiatan pasar yang dilakukan pada acara-acaratertentu dan penyelenggaraannya menjadi wewenang sepenuhnya olehPemerintah Daerah.
93. Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukankegiatanperniagaan/perdagangan secara terus menerus dengan tujuanmemperoleh laba.
94. Pedagang tidak tetap adalah seseorang yang melakukan kegiatanperdagangan tetapi tidak memiliki tempat yang tetap yang memasarkanbarang/jasa pada tempat-tempat seperti pelataran, dalam lingkunganpasar yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Malang.
95. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL adalah pedagangyang melakukan usaha perdagangan non formal dengan menggunakanlahan terbuka dan/atau tertutup, sebagaimana fasilitas umum yangditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan usahanyabaik dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak bergeraksesuai waktu yang telah ditentukan.
96. Pedagang non PKL adalah pedagang yang berjualan di tempat- tempatyang dimiliki dan/atau di kuasai oleh Pemerintah Daerah sebagai tempatberjualan.
97. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatanmanusia yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yangdigambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
98. Peta potensi dan informasi kewilayahan adalah peta potensi daninformasi kewilayahan Kabupaten Murung Raya sebagai hasil daripengindraan jarak jauh dengan melalui citra satelit.
99. Pengganti biaya cetak/Edit adalah biaya yang dipungut atas dasar cetakpeta potensi dan informasi kewilayahan sesuai dengan ketentuan yangditetapkan.
100. Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur secara luas.
101. Metrologi Legal adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran,metode – metode pengukuran dan alat-alat ukur yang menyangkutpersyaratan tehnik dan peraturan berdasarkan Undang-Undang yangbertujuan melindungi kepentingan umum dalam hal kebenaranpengukuran.
102. Tempat Usaha adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan-kegiatanperdagangan, industri, produksi, usaha jasa, penyimpanan-penyimpanan dokumen yang berkenaan dengan perusahaan jugakegiatan-kegiatan penyimpanan atau pameran barang-barang, termasukrumah tempat tinggal yang sebagian digunakan untuk kegiatan-kegiatantersebut.
103. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruangudara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, danmemelihara kelangsungan kehidupannya.
104. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
105. Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut Menara, adalahbangunan khusus yang berfungsi sebagai sarana penunjang untukmenempatkan peralatan telekomunikasi yang desain atau bentukkonstruksinya disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraantelekomunikasi.
106. Menara Bersama Telekomunikasi yang selanjutnya disebut MenaraBersama adalah menara telekomunikasi yang digunakan secarabersama-sama oleh Penyelenggara Telekomunikasi.
107. Menara Telekomunikasi Khusus yang selanjutnya disebut MenaraKhusus adalah menara telekomunikasi yang berfungsi sebagaipenunjang jaringan telekomunikasi khusus.
108. Izin Mendirikan Bangunan Menara Telekomunikasi yang selanjutnyadisingkat IMB Menara adalah izin mendirikan bangunan yangdikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
109. Izin Gangguan Menara Telekomunikasi adalah Izin Gangguan (HO) yangdikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan paraturanperundangundangan.
110. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutanutama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, danjumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
111. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayaniangkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
112. Jalan lokal adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayaniangkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
113. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD,adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukandengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain kekas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh KepalaDaerah.
114. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD,adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlahpokok retribusi yang terutang.
115. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnyadisingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukanjumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusilebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidakterutang.
116. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD,adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksiadministratif berupa bunga dan/atau denda.
117. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolahdata, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif danprofessional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuktujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturanperundang-undangan retribusi daerah.
118. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaiantindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari sertamengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindakpidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukantersangkanya.
BAB IIRUANG LINGKUP RETRIBUSI JASA UMUM
Pasal 2
(1) Ruang lingkup Retribusi Jasa Umum meliputi:a. Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmasbeserta jaringannya;b. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan;c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan AktaCatatan Sipil;d. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum;e. Retribusi Pelayanan Pasar;f. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;g. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;h. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
BAB IIIRETRIBUSI JASA UMUM
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT DANPUSKESMAS BESERTA JARINGANNYA
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 3
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmasbeserta jaringannya dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanankesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas beserta jaringannya.
Pasal 4
(1) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmasbeserta jaringannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalahpelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah ”Puruk Cahu” dan,Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok Kesehatan Desa, yangdimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayananpendaftaran.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakitdan Puskesmas beserta jaringannya adalah pelayanan kesehatan yangdilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, danpihak swasta.
Pasal 5
(1) Subjek Retribusi Pelayanan adalah orang pribadi atau badan yangmendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Pukesmas Keliling,puskesmas pembantu, balai pengobatan dan/atau rumah sakit umumdaerah beserta jaringan.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan WajibRetribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa Pelayanan kesehatan diukur berdasarkan jenisPelayanan, frekuensi pelayanan/kunjungan, jangka waktu pelayanan, sertasarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian pelayanan.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 7
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakitdan Puskesmas sebagaimana tercantum dalam lampiran I dan II PeraturanDaerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 8
Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya dihitung berdasarkanfrekuensi Penggunaan jasa dari setiap jenis pelayanan tersebut.
Bagian Kelima
Pasal 9
Hasil pungutan retribusi di atas penggunaanya diatur melalui KeputusanBupati Kabupaten Murung Raya.
BAB IVRETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 10
Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungutRetribusi sebagai pembayaran atas pelayanan yang diberikan PemerintahDaerah dalam pengambilan, pengangkutan dan penyediaan lokasi pengolahansampah.
Pasal 11
(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayananpersampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh PemerintahDaerah, meliputi:a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi
pembuangansementara;b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan sementarake lokasi pembuangan/pembuangan akhirsampah; dan
c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial,dan tempat umum lainnya.
Pasal 12
(1) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang mendapatpelayanan persampahan / kebersihan dari Pemerintah Daerah.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan WajibRetribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 13
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan persampahan /kebersihan, volume persampahan, frekuensi pelayanan, serta sarana danprasarana yang digunakan dalam memberikan pelayanan.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 14
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihanditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 15
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
BAB VRETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK
KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 16
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk danAkta Catatan Sipil dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayananpencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil oleh PemerintahDaerah.
Pasal 17
(1) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk danAkta CatatanSipil adalah pelayanan Pencetakan Kartu Tanda pendudukdan akta catatan sipil.
(2) Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. Pelayanan Administrasi Kependudukan:
1) Kartu Tanda Penduduk (KTP);2) Kartu Keluarga (KK);
b. Pelayanan Akta Catatan Sipil:1) Perkawinan;2) Perceraian;3) Kematian;4) Pengakuan anak;5) Pengesahan anak;6) Perubahan nama;
Pasal 18
(1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk danAkta Catatan Sipil adalah Orang Pribadi atau Badan yang mendapatkanpelayanan pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipildari Pemerintah Daerah.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan WajibRetribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 19Tingkat penggunaan jasa pelayanan cetak Kartu tanda penduduk dan AktaCatatan Sipil diukur berdasarkan jumlah dan Jenis kartu dan dokumencatatan sipil yang diterbitkan.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 20
Struktur dan besarnya tarif retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk dan Akta Catatan Sipil sebagaimana tercantum dalam Lampiran IVPeraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 21
Masa Retribusi adalah jangka waktu pada saat pelayanan cetak kartu tandapenduduk dan akta catatan sipil.
BAB VIRETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 22
Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungutRetribusi sebagai pembayaran atas penyediaan pelayanan tempat parkir di tepijalan umum.
Pasal 23
Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaanpelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 24
(1) Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah setiaporang pribadi atau badan yang menggunakan tempat parkir di tepi jalanumum.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajibretribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 25
Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umumdiukur berdasarkan frekuensi pemakaian, jangka waktu pemakaian, dan jeniskendaraan.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 26
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umumsebagaimana tercantum dalam Lampiran V Peraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 27
Masa retribusi adalah saat diberikan stiker atau karcis.
BAB VIIRETRIBUSI PELAYANAN PASAR
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 28
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut Retribusi sebagaipembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhanaoleh Pemerintah Daerah.
Pasal 29
(1) Objek Retribusi Pelayanan fasilitas Pasar tradisional/sederhana, berupapelataran, los, dan kios termasuk pasar hewan, yang dikelola olehPemerintah Daerah dan Khusus disediakan untuk Pedagang.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, danPihak Swasta.
Pasal 30
(1) Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yangmenggunakan/menikmati pelayan penyedian fasilitas pasartradisional/sederhana.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajibretribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 31Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, kelas pasar,luas pemakaian tempat, jenis dagangan, jangka waktu dan frekuensipemakaian fasilitas.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 32
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana tercantumdalam Lampiran VI Peraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 33
Masa retribusi adalah jangka waktu berdasarkan lamanya pemakaian.
BAB VIIIRETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retrisbusi
Pasal 34
Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut Retribusisebagaipembayaran atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor.
Pasal 35
Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan pengujiankendaraanbermotor wajib uji, termasuk kenderaan bermotor di air sesuaidengan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan olehPemerintah Daerah.
Pasal 36
(1) Subjek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadiatau badan yangmenerima jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan WajibRetribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 37
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi pengujian, jenispelayanan pengujian, jenis kenderaan yang diuji, sera sarana dan prasaranayang digunakan dalam pemberian layanan.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 38
(1) Struktur tarif retribusi ditetapkan dengan mempertimbangkan biayapenyelenggaraan pengujian kendaraan.
(2) Besarnya tarif retribusi Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotorsebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIIPeraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 39
Masa retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah 6 (enam) bulan.
Bagian KelimaKendaraan Tidak Lulus Uji
Pasal 40
(1) Terhadap kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laikjalan serta dinyatakan tidak lulus uji, penguji memberitahukan secaratertulis tentang perbaikan yang harus dipenuhi dan diberi jangka waktu2 x 24 jam.
(2) Kendaraan wajib uji yang dinyatakan tidak lulus uji dan tidak dapatmemenuhi perbaikan-perbaikan sesuai jangka waktu yang ditentukansebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka pengujian ulangdiberlakukan sebagai pemohon baru.
BAB IXRETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 41
Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut Retribusisebagai pembayaran atas penggantian biaya cetak peta.
Pasal 42
Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yangdibuat oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 43
(1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah orang pribadiatau badan yang menikmati jasa pembuatan dan pencetakan peta.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan WajibRetribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 44
Tingkat penggunaan jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta diukurberdasarkan frekuensi jenis cetakan, jenis dan bahan pencetakan, serta saranadan prasarana yang digunakan dalam pemberian layanan.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 45
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Petasebagaimana tercantum dalam lampiran VIII Peraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 46
Masa retribusi adalah jangka waktu penyediaan cetak peta.
BAB XRETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI
Bagian PertamaNama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 47
Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungutRetribusi sebagai pembayaran atas pemanfaatan ruang untuk Pengendalianmenara telekomunikasi oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 48
Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatanruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang,keamanan, dan kepentingan umum.
Pasal 49
(1) Subjek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah orangpribadi atau badan yang mendapatkan jasa femanfaatan ruang untukpendirian/pembangunan Menara Telekomunikasi seluler yang diberikanoleh Pemerintah Daerah.
(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan WajibRetribusi, Termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.
Bagian KeduaCara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 50
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan biaya pengawasan danpengendalian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap pemanfaatanruang untuk telekomunikasi seluler.
Bagian KetigaStruktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 51
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasisebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Peraturan Daerah ini.
Bagian KeempatMasa Retribusi
Pasal 52
Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) Tahun.
BAB XIRETRIBUSI
Bagian PertamaGolongan Retribusi
Pasal 53
Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 termasukgolongan retribusijasa umum.
Bagian KeduaPrinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 54
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umumditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yangbersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitaspengendalian atas pelayanan tersebut.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi danpemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaanjasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.
(4) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan RetribusiPenggantian Biaya Cetak Peta hanya memperhitungkan biayapencetakan dan pengadministrasian.
BAB XIIPEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian PertamaSaat Retribusi Terutang
Pasal 55
Retribusi terutang dalam masa Retribusi terjadi pada saat terjadinyapelayanan atau diterbitkan SKRD dan/atau dokumen lain yang dipersamakan.
Bagian KeduaWilayah Pemungutan
Pasal 56
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah Kabupaten Murung Raya.
Bagian KetigaTata Cara Pemungutan
Pasal 57
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD dan/atau dokumen lainyang dipersamakan.
(2) SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati ataupejabat yang ditunjuk.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan denganPeraturan Bupati.
Bagian KeempatPemanfaatan
Pasal 58
Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakanuntuk mendanai sebagian kegiatan yang berkaitan langsung denganpenyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.
Bagian KelimaKeberatan
Pasal 59
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepadaBupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yangdipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengandisertai alas an- alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulansejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentudapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhikarena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaanWajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi danpelaksanaan penagihan Retribusi.
Bagian ke enamPeninjauan Tarif Retribusi
Pasal 60
(1) Tarif Retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembanganperekonomian.
(3) Perubahan tariff Retribusi sebagai akibat peninjauan tariff sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Pasal 61
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya,kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalanbunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas)bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejakbulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
Bagian KetujuhPengurangan, Keringanan dan
Pembebasan Retribusi
Pasal 62
(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan danpembebasan retribusi;
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuanwajib retribusi.
Bagian KedelapanPembayaran dan Penyetoran
Pasal 63
(1) Retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus.(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak
diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Pembayaran retribusi Daerah dilakukan di kas daerah atau di tempatlain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakanSKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, makahasil penerimaan Retribusi Daerah harus disetor ke kas Daerah palinglambat dalam 1 (satu) hari kerja.
(5) Tata kerja pembayaran,penyetoran, serta tempat pembayaranretribusidiatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian KesembilanSanksi Administratif
Pasal 64
(1) Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurangbayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (duapersen) setiap bulan dari besarnya Retribusi yang terutang yang tidakatau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan terhadap wajib Retribusi yang tidak membayar tepatwaktunya atau kurang bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)didahului dengan Surat Teguran.
Bagian KesepuluhAnggsuran dan Penundaan Pembayaran
Pasal 65
(1) Bupati atas permohonan wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratanyang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusiuntuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi dengandikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap Bulan.
(2) Tata cara pemberian Anggsuran dan penundaan pembayaran Retribusidiatur lebih lanjut dengan Peraturan bupati.
Bagian KesebelasPenagihan
Pasal 66
(1) Apabila wajib Retribusi tidak membayar, atau kurang membayarretribusi terutang sampai saat jatuh tempo pembayaran sebagaimanadimaksud dalam pasal 64 ayat (2), Bupati atau pejabat yang ditunjukdapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang denganmenggunakan STRD atau surat lain yang sejenis.
(2) Pengeluaran STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakanpelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh)hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(3) Dalam jangka waktu 7( tujuh) hari setelah STRD atau surat izin yangsejenis diterbitkan, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yangterutang.
(4) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)didahului dengan surat teguran.
(5) Tata cara pelaksanaan penagihan retribusi diatur lebih lanjut denganperaturan Bupati.
BAB XIIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 67
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukanpermohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejakditerimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusisebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. (3)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan,permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkandan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihanpembayaranRetribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsungdiperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusitersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulansejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelahlewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihanpembayaran Retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XIVPENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA
Pasal 68
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelahmelampauiwaktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnyaRetribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsungmaupun tidaklangsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanyaSurat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannyamenyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinyakepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuanpermohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonankeberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 69
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untukmelakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Kepala Daerah menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusiyang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsadiatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVPEMERIKSAAN
Pasal 70
(1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakanperaturan perundang- undangan Retribusi.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yangberhubungan dengan objek Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruanganyang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaranpemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB XVIINSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 71
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentifatas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanmelalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVIIPENYIDIKAN
Pasal 72
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerahdiberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikantindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawainegeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat olehpejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundangundangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang RetribusiDaerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebihlengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orangpribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atauBadan sehubungan dengan tindak pidana di bidang RetribusiDaerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengantindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukanpenyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsungdan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yangdibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidanaRetribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksasebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuanperaturan perundangundangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepadaPenuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-UndangHukum Acara Pidana.
BAB XVIIIKETENTUAN PIDANA
Pasal 73(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlahRetribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar;
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1) adalahpelanggaran;
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaannegara
BAB XIXKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 74(1) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua jenis Retribusi
Jasa Umum yang masih terutang berdasarkan Peraturan DaerahKabupaten Murung Raya sebelum Peraturan Daerah ini ditetapkanmasih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejaksaat terutang.
(2) Semua ketentuan yang menyangkut ketentuan teknis, tata cara,prosedur, persyaratan dan penyelenggaraan serta pelayanan yangberkaitan dengan Retribusi Jasa Umum sepanjang belum ada perubahanperaturannya dan/atau tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah inidinyatakan tetap berlaku.
BAB XXKETENTUAN PENUTUP
Pasal 75Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan , makaPeraturan Daerah Kabupaten Murung Raya yang mengatur tentangretribusi umum dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganperaturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran DaerahKabupaten Murung Raya.
Ditetapkan di Puruk Cahupada tanggal 27 Desember 2011
BUPATI MURUNG RAYA,
ttd
WILLY M. YOSEPHDiundangkan di Puruk CahuPada Tanggal 27 Desember 2011
Plt.SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN MURUNG RAYA,
ttd
HERIANSON D.SILAM
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYATAHUN 2012 NOMOR :118
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYANOMOR 09 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM
I. UMUM
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Daerah mempunyai hakdankewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannyauntuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahandan pelayanan kepada masyarakat.Untuk menyelenggarakan hal tersebut,Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. BerdasarkanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yangmenempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak danpungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang- Undang. Dengandemikian, pemungutan Retribusi Daerah harus didasarkan pada Undang-Undang.
Hasil penerimaan retribusi diakui belum memadai dan memiliki perananyang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalambanyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkanmenutup seluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karena itu, pemberianpeluang untuk mengenakan pungutan baru yang semula diharapkan dapatmeningkatkan penerimaan Daerah, dalam kenyataannya tidak banyakdiharapkan dapat menutupi kekurangankebutuhan pengeluarantersebut.Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah,Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih besar dalam retribusi.Berkaitan dengan pemberian kewenangan tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimanatelah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, danUndang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antaraPemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraanpemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakanotonomi daerah dalam kesatuan sistempenyelenggaraan pemerintahan negara.Perluasan kewenangan retribusi tersebut dilakukan dengan memberikankewenangan kepada Daerah dalam penetapan tarif.
Kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi,pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas denganmemperhatikan potensi daerah.Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka PeraturanDaerah tentang Retribusi Jasa Umum perlu disesuaikan.Ruang Lingkup Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum meliputi:a. Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas beserta
jaringannya;b. Retribusi Pelayanan Persampahan;c.Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman Jenazah;e. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum;f. Retribusi Pelayanan Pasar;g. Retribus Pengujian Kendaraan Bermotor;h. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;i. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
II. PASAL DEMI PASALPasal 1
Cukup JelasPasal 2
Cukup JelasPasal 3
Cukup JelasPasal 4
Cukup JelasPasal 5
Cukup JelasPasal 6
Cukup JelasPasal 7
Cukup JelasPasal 8
Cukup JelasPasal 9
Cukup JelasPasal 10Ayat (1)
Cukup jelas.Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tempat umum lainnya” adalah tempat yangdapat
digunakan oleh masyarakat umum dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.Pasal 11
Cukup JelasPasal 12
Cukup JelasPasal 13
Cukup JelasPasal14
Cukup JelasPasal 15
Cukup JelasPasal 16
Cukup JelasPasal 17
Cukup JelasPasal 18
Cukup JelasPasal 19
Cukup JelasPasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21Cukup Jelas
Pasal 22Cukup Jelas
Pasal 23Cukup Jelas
Pasal 24Cukup Jelas
Pasal 25Cukup Jelas
Pasal 26Cukup Jelas
Pasal 27Cukup Jelas
Pasal 28Cukup Jelas
Pasal 29Ayat (1)Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitaspasartradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yangdikelolaPemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.Pasal 30
Cukup JelasPasal 31
Cukup JelasPasal 32
Cukup JelasPasal 33
Cukup JelasPasal 34
Cukup JelasPasal 35
Cukup JelasPasal 36
Cukup JelasPasal 37
Cukup JelasPasal 38
Cukup JelasPasal 39
Cukup JelasPasal 40
Cukup JelasPasal 41
Cukup JelasPasal 42
Cukup JelasPasal 43
Cukup JelasPasal 44
Cukup JelasPasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46Cukup Jelas
Pasal 47Cukup Jelas
Pasal 48Cukup Jelas
Pasal 49Cukup Jelas
Pasal 50Cukup Jelas
Pasal 51Cukup Jelas
Pasal 52Cukup Jelas
Pasal 53Cukup Jelas
Pasal 54Cukup Jelas
Pasal 55Cukup Jelas
Pasal 56Cukup Jelas
Pasal 57Cukup Jelas
Pasal 58Cukup Jelas
Pasal 59Cukup Jelas
Pasal 60Cukup Jelas
Pasal 61Cukup Jelas
Pasal 62Cukup Jelas
Pasal 63Cukup Jelas
Pasal 64Cukup Jelas
Pasal 65Cukup Jelas
Pasal 66Cukup Jelas
Pasal 67Cukup Jelas
Pasal 68Cukup Jelas
Pasal 69Cukup Jelas
Pasal 70Cukup Jelas
Pasal 71Cukup Jelas
Pasal 72Cukup Jelas
Pasal 73Cukup Jelas
Pasal 74Cukup Jelas
Pasal 75Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 118