pemerintah kabupaten · pdf fileperaturan pemerintah nomor 79 tahun 2005 tentang pedoman...

44
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf w dan ayat (4) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan huruf Q Sub Bidang angka 3 Sub Bidang angka 1 Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota angka 2 Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, daerah Kabupaten memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan usaha pariwisata; b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu dilakukan pemberian pelayanan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap usaha pariwisata; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427); 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

Upload: duongdan

Post on 02-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTONOMOR 1 TAHUN 2009

TENTANGPENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf w dan ayat(4) huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupaten/Kota dan huruf Q Sub Bidang angka 3 Sub Bidangangka 1 Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota angka 2Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, daerahKabupaten memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan usahapariwisata;

b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan usaha pariwisatasebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu dilakukan pemberianpelayanan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadapusaha pariwisata;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang IjinPenyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang PembentukanDaerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi JawaTimur Juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentangPerubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan DaerahTingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang KonservasiSumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda CagarBudaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3470);

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 2 -

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3617);

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4048);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3699);

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang PenyelenggaraanNegara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi danNepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3851);

11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4286);

12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4389);

14. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);

16. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentangPenyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3650);

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 3 -

19. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentangPenyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3658);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AnalisaMengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3838);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang RetribusiDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4139);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4578);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang PedomanPembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4593);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan DaerahProvinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

25. Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1991 tentang BadanUrusan Piutang dan Lelang Negara;

26. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria danPersyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup danBidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di BidangPenanaman Modal;

27. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar BidangUsaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka denganPersyaratan di Bidang Penanaman Modal;

28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentangPedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

29. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentangTata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

30. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorKep.012/MKP/IV/2001 tentang Pedoman Umum Perizinan UsahaPariwisata;

31. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor03/HK.001/MKP/02 tentang Penggolongan Kelas Hotel;

32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 66 Tahun2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya PengalihanLingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;

33. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/3/2006tentang Pengawasan dan Perizinan Minuman Beralkohol;

34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentangPedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun2007;

35. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 20 Tahun 2006tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran DaerahKabupaten Mojokerto Tahun 2006 Nomor 14 Seri E, TambahanLembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 17);

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 4 -

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO

dan

BUPATI MOJOKERTO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHAPARIWISATA DAN KEBUDAYAAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto.3. Bupati adalah Bupati Mojokerto.4. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata adalah Dinas Pemuda,

Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto.5. Kas Umum Daerah adalah Kantor Kas Daerah Kabupaten Mojokerto.6. Pimpinan Usaha Pariwisata adalah orang yang memimpin dan bertanggung jawab

atas Usaha Pariwisata.7. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan Pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahanwisatawan.

8. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasukusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidangkepariwisataan.

9. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yangdilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dandaya tarik wisata.

10. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.11. Obyek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran

wisata.12. Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya

wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dandiusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

13. Ijin Usaha adalah ijin yang diberikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjukkepada Badan Usaha atau Perorangan untuk menjalankan (mengoperasikan)usaha di bidang Kepariwisataan dan Kebudayaan.

14. Restoran adalah suatu jenis jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruhbangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untukproses pembuatan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya tidak termasuk restoran yang berada di hotel, jasa boga danrumah makan.

15. Rumah makan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannyamenyediakan hidangan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.

16. Bar adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannyamenghidangkan minuman keras (mengandung alkohol), minuman campuran(cocktail) dan minuman lain di tempat usahanya.

17. Jasa Boga adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya meliputipengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman, jasa andrawinadengan pelayanan penghidangan di tempat yang ditentukan oleh pemesan.

18. Akomodasi adalah sarana untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yangdapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya.

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 5 -

19. Hotel adalah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruhbangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minumserta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhiketentuan persyaratan yang ditetapkan.

20. Pondok Wisata adalah salah satu jenis akomodasi yang dikelola secaraperorangan yang mempergunakan sebagian rumah tinggal untuk penginapan bagisetiap orang dengan perhitungan pembayaran harian.

21. Usaha Bumi Perkemahan adalah suatu bentuk usaha wisata dengan mengunakantenda yang dipasang di alam terbuka atau kereta gandengan bawaan sendirisebagai tempat menginap.

22. Penginapan Remaja adalah suatu usaha jenis akomodasi yang dikelola secarakomersial yang menyediakan pelayanan penginapan sebagai usaha pokok danpelayanan lain bagi remaja.

23. Karavan (rumah mobil) adalah kendaraan yang dilengkapi dengan fasilitas tempattidur, tempat mandi, tempat memasak, yang dinyatakan layak jalan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24. Usaha Persinggahan karavan adalah salah satu jenis usaha akomodasi berupakegiatan penyediaan lahan untuk persinggahan karavan atau kendaraan sejenis

25. Usaha Angkutan Wisata adalah suatu usaha yang menyediakan fasilitas untukmengangkut wisatawan dari dan ke tempat tujuan wisata.

26. Usaha Sarana Wisata Tirta adalah usaha yang lingkup kegiatannya menyediakandan mengelola sarana dan prasarana serta menyediakan jasa-jasa lainnya yangberkaitan dengan kegiatan wisata tirta.

27. Usaha Kawasan Pariwisata adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkupkegiatannya yang menyediakan sarana dan prasarana untuk pengembanganpariwisata.

28. Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum adalah setiap usaha komersial yang ruanglingkup kegiatanya dimaksudkan untuk memberikan kesegaran jasmani danrohani.

29. Hiburan adalah segala bentuk penyajian/ pertunjukan dalam bidang seni dan olahraga yang semata-mata bertujuan untuk memberikan rasa senang kepadapengunjung dengan mendapatkan imbalan jasa.

30. Salon Kecantikan adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannyamenyediakan tempat dan fasilitas untuk memotong, menata rambut, merias mukaserta merawat kulit dengan bahan kosmetika.

31. Alat potong rambut (Barber Shop) adalah setiap tempat usaha komersial yangruang lingkup kegiatannya menyediakan jasa pelayanan memotong dan/ ataumenata serta merias rambut.

32. Perawatan tubuh (Spa) adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkupkegiatannya menyediakan tempat dan fasilitas pelayanan terpadu sebagai terapiatau perawatan pada bagian-bagian tubuh atau badan yang ditujukan untukkesegaran dan keseimbangan fisik dan psikhis dengan menggunakan bahankosmetika atau ramuan tradisional.

33. Mandi Uap (Sauna) adalah setiap usaha komersial yang ruang lingkupkegiatannya menyediakan tempat dan fasilitas jasa pelayanan perawatan tubuhdengan cara terapi mandi uap mengunakan aroma, rempah-rempah atau lainnyauntuk kesegaran jasmani.

34. Usaha Karaoke adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukbernyanyi dengan iringan musik rekaman sebagai usaha pokok untuk orangdewasa dan dapat dilengkapi jasa pelayanan makan dan minum serta pemandu.

35. Usaha Karaoke Keluarga adalah suatu usaha yang menyediakan tempat danfasilitas untuk bernyanyi dengan iringan musik rekaman sebagai usaha pokokuntuk orang dewasa dan dapat dilengkapi jasa pelayanan makan dan minum yangdapat dinikmati oleh anak-anak, orang dewasa dan orang tua.

36. Kelab Malam adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukmenari dan diiringi musik hidup, pertunjukan lampu dan menyediakan tempat danfasilitas serta Pemandu.

37. Rumah Musik (Pub) adalah setiap usaha yang menyediakan tempat dan fasilitaspertunjukan musik hidup, pertunjukan lampu tanpa Pemandu dan dapat dilengkapidengan jasa pelayanan makan dan minum.

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 6 -

38. Pemandu adalah seseorang yang bertugas memandu dan/ atau mendampingiwisatawan atau tamu pada saat menikmati acara hiburan di tempat usaha pariwisata.

39. Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menaridengan iringan musik yang disertai atraksi pertunjukan cahaya lampu tanpapertunjukan lantai dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan danminum.

40. Bioskop adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukmemutar film sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayananmakan dan minum.

41. Padang Golf adalah suatu bangunan yang menyediakan tempat dan fasilitas untukolahraga golf di suatu kawasan tertentu sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapidengan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi.

42. Lapangan Tenis adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukolahraga tenis sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayananmakan dan minum.

43. Panti Pijat/Timung (Massage) adalah suatu usaha yang menyediakan tempat danfasilitas untuk pijat sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasapelayanan makan dan minum.

44. Gelanggang Bowling adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitasuntuk olahraga bowling sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi denganpenyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

45. Gelanggang Seluncur Es (Ice Skating) adalah suatu usaha yang menyediakantempat dan fasilitas untuk berolahraga seluncur es atau sejenisnya sebagai usahapokok dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan danminum.

46. Pusat Kebugaran Jasmani (Fitness Centre) adalah suatu usaha yangmenyediakan tempat dan berbagai fasilitas untuk melakukan kagiatan latihankesegaran jasmani atau terapi sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi denganpenyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

47. Kolam Renang adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukrenang sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makandan minum.

48. Gelanggang Renang adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitasuntuk berenang, taman dan arena bermain anak-anak sebagai usaha pokok dandapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

49. Kolam Pancing adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukmemancing ikan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasapelayanan makan dan minum.

50. Bola Sodok (Billyard) adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukbola sodok sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayananmakan dan minum.

51. Gelanggang Permainan dan Ketangkasan Dewasa adalah usaha yangmenyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan ketangkasan dan/ atau mesinpermainan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayananmakan dan minum.

52. Gelanggang Permainan dan Ketangkasan Anak-anak adalah usaha yangmenyediakan tempat dan fasilitas untuk permainan dan ketangkasan dan/ ataumesin permainan sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasapelayanan makan dan minum.

53. Balai Pertemuan Umum adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitasuntuk menyelenggarakan pertemuan rapat, pesta atau pertunjukan sebagai usahapokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

54. Gedung Tenis Meja adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukolahraga tenis meja sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasapelayanan makan dan minum./,

55. Gelanggang Olahraga Terbuka adalah suatu usaha yang menyediakan tempat danfasilitas untuk kegiatan berbagai cabang aneka olah raga sebagai usaha pokokdan dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum di tempat terbuka.

56. Gelanggang Olah Raga Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakan tempatdan fasilitas untuk kegiatan berbagai cabang aneka olah raga sebagai usaha

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 7 -

pokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum dalamgedung tertutup.

57. Taman Rekreasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan berbagaijenis fasilitas untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani yang mengandungunsur hiburan, pendidikan dan kebudayaan sebagai usaha pokok di suatukawasan tertentu yang dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayananmakan dan minum serta akomodasi.

58. Teater terbuka atau Panggung Terbuka adalah suatu usaha yang menyediakantempat dan fasilitas untuk pertunjukan seni budaya di tempat terbuka (tanpa atap)dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasa pelayanan makan dan minum.

59. Teater tertutup atau Panggung Tertutup adalah suatu usaha yang menyediakantempat dan fasilitas untuk pertunjukan (pentas) seni budaya dan dapat dilengkapijasa pelayanan makan dan minum di gedung tertutup.

60. Dunia Fantasi adalah suatu usaha yang menyediakan tempat atau kawasan danfasilitas untuk mempertunjukkan karya seni fantastis.

61. Taman Satwa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untukmemelihara berbagai jenis satwa dan dapat dilengkapi dengan penyediaan jasapelayanan makan dan minum.

62. Usaha Sarana dan Fasilitas Olah raga adalah suatu usaha yang menyediakanperalatan atau perlengkapan untuk berolahraga atau ketangkasan baik di darat, airdan udara yang dikelola secara komersial.

63. Lapangan Squash adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitasuntuk olahraga squash sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapi dengan jasapelayanan makan dan minum.

64. Pentas Pertunjukan Satwa adalah suatu usaha yang menyediakan tempat danfasilitas untuk mempertunjukkan permainan atau ketangkasan satwa.

65. Usaha Fasilitas Wisata Tirta dan Rekreasi Air adalah suatu usaha yangmenyediakan peralatan atau perlengkapan untuk berekreasi air yang dikelolasecara komersial.

66. Lapangan Bulu Tangkis adalah suatu usaha yang menyediakan tempat danfasilitas untuk olah raga bulu tangkis sebagai usaha pokok dan dapat dilengkapidengan jasa pelayanan makan dan minum.

67. Pemandian Alam adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitasuntuk mandi dengan memanfaatkan air panas dan/ atau air terjun sebagai usahapokok dan dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum.

68. Pertunjukan hiburan umum (Showbiz) adalah suatu usaha komersial yang ruanglingkup kegiatannya menyelenggarakan pertunjukan hiburan umum.

69. Usaha Biro Perjalanan Wisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yangmengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atausekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama untukberwisata.

70. Cabang Usaha Biro Perjalanan Wisata adalah kegiatan usaha yang bersifatkomersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan bagiseseorang atau sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan tujuanutama untuk berwisata yang merupakan cabang dari usaha biro perjalanan wisata.

71. Agen Perjalanan Wisata adalah usaha yang memberikan pelayanan secaraoptimal dan bertanggung jawab atas penyediaan jasa pemesanan dan pengurusandokumen yang dilakukan dan berlaku bagi penyedia jasa perantara, dalam halmelakukan penjualan paket wisata yang dikemas Biro Perjalanan Wisata.

72. Jasa Impresariat adalah kegiatan pengurusan, penyelenggara hiburan, baik yangberupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikan serta menentukantempat, waktu dan jenis hiburan.

73. Pertemuan adalah suatu jenis kegiatan ilmiah atau seminar termasuk diantaranyaseminar, kursus dan seminar pelatihan yang diselenggarakan oleh sekelompokorang yang tergabung dalam suatu instansi pemerintah, asosiasi, perkumpulanatau lainnya yang tidak menggunakan fasilitas akomodasi. Peserta yang mengikutipertemuan ini harus mendaftar terlebih dahulu dengan atau tanpa membayar biayapendaftaran.

74. Perjalanan Insentif adalah kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatuperusahaan untuk karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 8 -

prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahasperkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.

75. Konggres, Konferensi atau Konvensi adalah suatu kegiatan yang berupapertemuan sekelompok orang (Negarawan, Usahawan, Cendekiawan dansebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengankepentingan bersama yang dilaksanakan satu kegiatan atau jangka waktu tertentupada tempat tertentu.

76. Pameran adalah suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosiyang ada hubungan dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannyadengan pariwisata.

77. Usaha jasa Konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, merupakanusaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi suatu pertemuansekelompok orang (Negarawan, Usahawan, Cendekiawan dan sebagainya) untukmembahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

78. Informasi Pariwisata adalah keterangan dalam bentuk apapun mengenai segalasesuatu yang berhubungan dengan kepariwisataan

79. Jasa usaha Konsultan Pariwisata adalah usaha jasa konsultan yang bergerak dibidang pariwisata.

80. Jasa usaha Pramuwisata adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial yangmengatur, mengkoordinasikan dan menyediakan tenaga pramuwisata untukmemberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukanperjalanan wisata.

81. Pramuwisata adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbinganpenerangan dan petunjuk mengenai obyek wisata serta membantu segala sesuatuyang diperlukan wisatawan.

82. Jasa Usaha Informasi Pariwisata adalah usaha penyediaan informasikepariwisataan.

83. Seni adalah suatu hasil karya yang bermutu dilihat dari segi keindahan dankreatifitasnya.

84. Usaha Bidang Kesenian adalah kegiatan usaha yang mempertunjukkan karya senidengan tujuan memberikan keindahan dan kepuasan bagi yang melihat,mendengar dan memakai.

85. Kebudayaan adalah segala perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika),perasaan (estetika) dan kemauan etika sebagai buah usaha budi dalam mengelolacipta, rasa dan karsa untuk mewujudkan karya budaya dari interaksi budayaspiritual dan produk budaya yang bersifat material.

86. Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah penganut yangmelaksanakan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaranbatin, jiwa dan rohani.

87. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau manusiaberdasarkan benda-benda yang ditinggalkan.

88. Suaka adalah tempat untuk perlindungan benda-benda purbakala yang bernilaisejarah.

89. Konservasi adalah perawatan dari benda-benda purbakala yang bernilai sejarah.90. Kesejarahan adalah masa lampau kehidupan manusia sebagai kelompok yang

dapat diketahui dari hasil perekaman sumber tertulis, sumber lisan dan bendabudaya yang dihasilkan oleh kelompok manusia tersebut dan sampai pada kita

91. Nilai-nilai Budaya adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang palingbernilai dalam kehidupan masyarakat.

92. Kesenian adalah segala ungkapan cipta, rasa dan karsa (jiwa manusia) yangditeruskan pada perasaan yang indah dengan mempunyai nilai luhur.

93. Museum adalah tempat penyimpanan benda-benda yang mempunyai nilai sejarahyang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan.

94. Benda-benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidakbergerak yang berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun atau mewakilimasa jaya yang khas dengan mewakili masa jaya sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, pengetahuandan kebudayaan.

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 9 -

95. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerahsesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

96. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerahsebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khususdisediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orangpribadi atau badan.

97. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baikyang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha MilikNegara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usahatetap dan bentuk badan lainnya.

98. Pemilik ijin adalah perorangan atau badan yang telah diberikan ijin untukmelaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalamPeraturan Daerah ini.

99. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yangmenyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmatioleh orang pribadi atau badan.

100. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturanperundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaranRetribusi.

101. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktubagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dariPemerintah Daerah yang bersangkutan.

102. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah suratyang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran ataupenyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaranlain yang ditetapkan oleh Bupati.

103. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah suratketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

104. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkatSKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihanpembayaran Retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusiyang terutang atau tidak seharusnya terutang.

105. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnyadisingkat SKRDKBT adalah surat yang menentukan tambahan atas jumlahretribusi yang telah ditetapkan.

106. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah suratuntuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bungadan/atau denda.

107. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPdORDadalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objekRetribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaranRetribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

108. Surat Pembetulan adalah surat yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahanhitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturanperundang-undangan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan RetribusiDaerah, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, Surat KetetapanRetribusi Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil atau SuratTagihan Retribusi Daerah.

109. Surat Keberatan adalah surat atas keberatan terhadap Surat Ketetapan RetribusiDaerah, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, Surat KetetapanRetribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Retribusi DaerahLebih Bayar, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil atau terhadap pemotonganatau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

110. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untukmengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 10 -

barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupaneraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.

111. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkanmengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhankewajiban Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuanperaturan perundang-undangan Retribusi.

112. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari danmenemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukandapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.

113. Penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi adalah serangkaian tindakandilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik,untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terangtindak pidana di bidang Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

114. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat PegawaiNegeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untukmelakukan penyidikan.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud dan tujuan Ijin Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan dan Kebudayaanadalah :a. Sebagai dasar pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian

penyelenggaraan kepariwisataan dan kebudayaan;b. Adanya kepastian hukum dalam melaksanakan usaha;c. Memberikan perlindungan bagi masyarakat/konsumen hidup jaminan pelaksanaan

usaha;d. Adanya transparansi/ keterbukaan dalam proses pemberian ijin usaha;e. Mendorong pendayagunaan produksi lokal dan nasional.

BAB IIIKETENTUAN PERIJINAN

Pasal 3

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha pariwisata dankebudayaan yang meliputi peningkatan, pengembangan dan perubahanpenyelenggaraan wajib mengajukan permohonan secara tertulis untuk mendapatkanijin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :a. Ijin usaha jasa pariwisata;b. Ijin usaha obyek dan daya tarik wisata;c. Ijin usaha sarana pariwisata.

(3) Untuk mendapatkan ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setiap orangatau badan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati atau pejabatyang ditunjuk.

(4) Ijin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggunakan fasilitasPenanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam Negeri dikeluarkan oleh KantorBadan Penanaman Modal.

(5) Pemegang ijin usaha pariwisata dan kebudayaan wajib menyampaikan laporanperkembangan kegiatan usaha secara berkala dan tepat waktu.

(6) Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan ijin usaha sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dan laporan perkembangan kegiatan usaha sebagaimana dimaksudpada ayat (5), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 11 -

Pasal 4

Bupati dapat menetapkan dan mengatur jenis usaha pariwisata tertentu yangdiselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, atau perseorangan yang tidakperlu memiliki ijin usaha.

Pasal 5

Pemberian Ijin Penyelenggaraan usaha pariwisata dilaksanakan denganmemperhatikan :a. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan

ekonomi dan sosial budaya;b. Nilai-nilai agama, adat istiadat, pendidikan serta pandangan dan nilai-nilai yang

hidup dalam masyarakat;c. Kelestarian sosial budaya dan mutu lingkungan hidup;d. Kelangsungan usaha pariwisata dan kebudayaan.

Pasal 6

(1) Ijin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) berlaku selama 3 (tiga)tahun dan dapat diperpanjang dengan ketentuan usaha pariwisata dimaksud masihmenjalankan kegiatan usaha dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ijin Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan dan Kebudayaan tidak berlaku,apabila:a. Masa berlaku telah berakhir;b. Atas permintaan Subyek Retribusi;c. Pemilik ijin meninggal dunia;d. Pemilik ijin mengalihkan kepada pihak lain tanpa ijin tertulis Bupati atau pejabat

yang ditunjuk;e. Pemilik ijin tidak menggunakan Ijin Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan dan

Kebudayaan yang bersangkutan sebagaimana yang telah ditetapkan;f. Pemilik ijin tidak dapat memenuhi kewajiban dan syarat-syarat yang telah

ditetapkan;g. Badan sebagai Subyek Retribusi bubar atau dibubarkan;h. Sarana usaha pariwisata yang bersangkutan diperlukan untuk kepentingan

Pemerintah atau kepentingan umum.(3) Dalam hal perpanjangan ijin usaha dapat diajukan paling lambat 2 (dua) bulan

sebelum berakhir masa berlaku.

Pasal 7

(1) Dalam hal masa berlaku ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf hmasih berlaku, Pemerintah Daerah wajib memberikan ganti rugi.

(2) Dalam hal pemilik ijin meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat(2) huruf c, Ijin Usaha Pariwisata dapat dialihkan kepada ahli warisnya sampaiberakhir masa berlakunya setelah melaporkan kepada Bupati.

(3) Tata cara pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Bupati.

Pasal 8

(1) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonanditerima secara lengkap, Bupati atau pejabat yang ditunjuk memberikan ijin usahaatau penolakan ijin usaha pariwisata atas permohonan yang diajukan.

(2) Dalam hal permohonan ijin ditolak, penolakan dilakukan secara tertulis disertaialasan penolakan.

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 12 -

BAB IVJENIS IJIN USAHA PARIWISATA

Bagian KesatuIjin Usaha Jasa Pariwisata

Pasal 9

Ijin Usaha Jasa Pariwisata terdiri atas :a. usaha jasa biro perjalanan wisata;b. usaha jasa cabang biro perjalanan wisata;c. usaha jasa agen perjalanan wisata;d. usaha jasa pramuwisata;e. usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran;f. usaha jasa impresariat;g. usaha jasa konsultan pariwisata;h. usaha jasa informasi Kepariwisataan.

Bagian KeduaIjin Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata

Pasal 10

Ijin Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata terdiri atas :a. obyek dan daya tarik wisata alam;b. obyek dan daya tarik wisata budaya terdiri atas :

1. sejarah;2. purbakala;3. museum;4. arkeologi;5. suaka dan konservasi;6. bahasa dan sastra;7. penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME;8. kesenian;9. Wisata Ziarah.

c. obyek dan daya tarik wisata minat khususd. obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum terdiri atas :

1. salon kecantikan;2. alat potong rambut (barber shop);3. perawatan tubuh (Spa);4. mandi uap (sauna);5. karaoke;6. karaoke keluarga;7. kelab malam;8. rumah musik (pub);9. studio musik (persewaan alat);10.diskotik;11.bioskop / Pertunjukan Film;12.padang golf;13. lapangan tenis;14.panti pijat/timung (message);15.gelanggang bowling;16.gelanggang seluncur es (ice skating)17.pusat kebugaran jasmani (fitness centre);18.kolam renang19.gelanggang renang;20.kolam memancing;21.bola sodok (billyard);22.gelanggang permainan dan ketangkasan dewasa;23.gelanggang permainan dan ketangkasan anak-anak;24.balai pertemuan umum;

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 13 -

25.gedung tenis meja;26.gelanggang olah raga terbuka;27.gelanggang olah raga tertutup;28.arena futsal;29. taman rekreasi;30. teater terbuka/ panggung terbuka;31. teater tertutup/ panggung tertutup;32.pasar seni dan kesenian tradisional, tari, pertunjukan;33.dunia fantasi;34. taman satwa;35.usaha sarana dan fasilitas olahraga;36. lapangan futsal;37.pentas pertunjukan satwa;38.usaha fasilitas wisata tirta dan rekreasi air;39. lapangan bulu tangkis;40.pertunjukan hiburan (showbiz).

Bagian KetigaIjin Usaha Sarana Pariwisata

Pasal 11

Ijin Usaha Sarana Pariwisata terdiri atas :a. penyediaan makanan dan minuman terdiri atas :

1. usaha restoran;2. usaha rumah makan;3. usaha bar;4. usaha jasa boga.

b. penyediaan angkutan wisata;c. penyediaan sarana wisata tirta;d. kawasan pariwisata;e. penyediaan akomodasi meliputi;

1. usaha hotel;2. usaha pondok wisata;3. usaha bumi perkemahan;4. usaha persinggahan karavan (rumah mobil);5. usaha penginapan remaja;

BAB VPENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

Bagian KesatuUsaha Jasa Pariwisata

Paragraf 1Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata

Pasal 12

(1) Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata menyelenggarakan kegiatan pelayanan bagiseseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.

(2) Bentuk Badan Usaha Biro Perjalanan Wisata berupa perseroan terbatas ataukoperasi.

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 14 -

Pasal 13

Biro Perjalanan Wisata harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya :a. Perencanaan dan pengemasan komponen-komponen perjalanan wisata, yang

meliputi sarana wisata, obyek dan daya tarik wisata dan jasa pariwisata lainnyadalam bentuk paket wisata;

b. Penyelenggaraan dan penjualan paket wisata dengan cara menyalurkan melaluiagen Perjalanan Wisata dan/ atau menjualnya kepada wisatawan atau konsumen;

c. Penyediaan layanan pramuwisata yang berhubungan dengan paket wisata yangdijual;

d. Penyediaan layanan angkutan wisata;e. Pemesanan akomodasi, restoran, tempat konvensi dan tiket pertunjukan seni dan

budaya serta kunjungan ke obyek daya tarik wisata;f. Pengurusan dokumen perjalanan, berupa paspor dan visa atau dokumen lain yang

dipersamakan;g. Penyelenggaraan perjalanan ibadah;h. Penyelenggaraan perjalanan insentif.

Pasal 14

Biro Perjalanan Wisata wajib :a. Memenuhi jenis dan kualitas komponen perjalanan wisata yang dikemas dan/ atau

dijanjikan dalam paket wisata;b. Memberikan pelayanan secara optimal bagi wisatawan yang melakukan

pemesanan, pengurusan dokumen dan penyelenggaraan perjalanan melalui biroperjalanan wisata.

Paragraf 2Usaha Jasa Cabang Biro Perjalanan Wisata

Pasal 15

(1) Untuk memperluas jaringan kegiatan usaha, Biro Perjalanan Wisata dapatmendirikan kantor cabang.

(2) Setiap Pendirian kantor cabang Biro Perjalanan Wisata dan pembukaan gerai jualwajib mengajukan permohonan kepada Bupati.

(3) Kantor cabang Biro Perjalanan Wisata dapat menyediakan usaha jasa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5, 6, 7 dan Pasal 9.

Paragraf 3Usaha Jasa Agen Perjalanan Wisata

Pasal 16

Usaha jasa agen perjalanan wisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atauKoperasi.

Pasal 17

Kegiatan usaha agen perjalanan Wisata meliputi jasa :a. Pemesanan tiket angkutan udara laut dan darat baik untuk tujuan dalam negeri

maupun luar negeri;b. Perantara penjualan paket wisata yang dikemas oleh Biro Perjalanan Wisata;c. Pemesanan akomodasi, restoran dan tiket penjualan seni budaya, serta kunjungan

ke obyek dan daya tarik wisata;d. Pengurusan dokumen perjalanan berupa paspor dan visa atau dokumen lain yang

dipersamakan.

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 15 -

Pasal 18

Agen perjalanan wisata wajib :a. Memberikan pelayanan secara optimal dan bertanggung jawab atas penyediaan

jasa pemesanan dan pengurusan dokumen yang dilakukan;b. Memperhatikan norma dan kelaziman yang berlaku bagi penyediaan jasa perantara,

dalam hal melakukan perjalanan paket wisata yang dikemas Biro perjalanan Wisata.

Pasal 19

Agen Perjalanan Wisata dilarang :a. Melakukan perubahan terhadap komponen perjalanan wisata dalam paket wisata

yang dikemas Biro Perjalanan Wisata;b. Menyelenggarakan paket wisata.

Paragraf 4Usaha Jasa Pramuwisata

Pasal 20

Usaha jasa pramuwisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 21

(1) Kegiatan usaha jasa pramuwisata meliputi penyediaan tenaga pramuwisata dan/atau mengkoordinasikan tenaga pramuwisata untuk memenuhi kebutuhanwisatawan secara perseorangan atau kebutuhan Biro Perjalanan Wisata.

(2) Kegiatan mengkoordinasikan tenaga pramuwisata lepas sebagaimana dimaksudpada ayat (1), hanya dapat dilakukan apabila persediaan tenaga pramuwisata yangdimiliki badan usaha jasa pramuwisata tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhanyang ada.

(3) Pengkoordinasian tenaga pramuwisata lepas sebagaimana pada ayat (2) dilakukandengan tetap memperhatikan persyaratan profesionalisme tenaga pramuwisatayang bersangkutan.

Pasal 22

Badan usaha jasa pramuwisata wajib :a. Memperkerjakan tenaga pramuwisata yang telah memenuhi persyaratan

ketrampilan yang berlaku;b. Secara terus menerus melakukan upaya peningkatan ketrampilan tenaga

pramuwisata yang bersangkutan.

Paragraf 5Usaha Jasa Konvensi, Pertemuan, Perjalanan Insentif dan Pameran

Pasal 23

Usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran diselenggarakanoleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 24

(1) Kegiatan Usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameranmeliputi:a. Penyelenggaraan kegiatan konvensi yang meliputi :

1. Perencanaan dan penawaran penyelenggaraan konvensi;2. Perencanaan dan pengelolaan anggaran penyelenggaraan konvensi;3. Pelaksanaan dan penyelenggaraan konvensi;4. Pelayanan terjemahan simultan.

Page 16: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 16 -

b. Perencanaan, penyusunan dan penyelenggaraan program pertemuan;c. Perencanaan, penyusunan dan penyelenggaraan program perjalanan insentif;d. Perencanaan dan penyelenggaraan pameran;e. Penyusunan dan pengkoordinasian penyelenggaraan wisata sebelum,selama

dan sesudah konvensi;f. Penyediaan jasa kesekretariatan bagi penyelenggaraan konvensi, pertemuan,

perjalanan insentif dan pameran;g. Kegiatan lain guna memenuhi kebutuhan peserta konvensi pertemuan,

perjalanan insentif dan pameran.(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf, b, huruf c dan huruf d

merupakan kegiatan pokok yang wajib diselenggarakan oleh badan usaha jasakonvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran.

Pasal 25

Badan usaha jasa konvensi, pertemuan, perjalanan insentif dan pameran wajib :a. Memenuhi jenis dan kualitas jasa yang dikemas dan/ atau dijanjikan dalam

penawaran penyelenggaraan konvensi, pertemuan, perjalanan dan pameran;b. Mengurus perijinan yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan konvensi dan

pameran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 6Usaha Jasa Impresariat

Pasal 26

Usaha jasa impresariat dapat berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 27

Kegiatan usaha jasa impresariat meliputi :a. pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan oleh artis, seniman dan olah

ragawan Indonesia yang melakukan pertunjukan di dalam dan di luar negeri;b. pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan oleh artis, seniman dan

olahragawan asing yang melakukan pertunjukan di Indonesia;c. pengurusan dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi bagi artis, seniman dan

olahragawan yang akan mengadakan pertunjukan hiburan;d. penyelenggaraan kegiatan promosi dan publikasi pertunjukan.

Pasal 28

Usaha jasa impresariat wajib :a. Melestarikan seni budaya Indonesia;b. Memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, pandangan dan nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat, serta mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;c. Mengurus perijinan yang diperlukan bagi penyelenggaraan pertunjukan hiburan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 7Usaha Jasa Konsultan Pariwisata

Pasal 29

(1) Usaha jasa konsultan pariwisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atauKoperasi.

(2) Usaha jasa konsultan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didirikansemata-mata untuk menyediakan jasa konsultasi di bidang kepariwisataan.

Page 17: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 17 -

Pasal 30

Kegiatan usaha jasa konsultan pariwisata meliputi penyampaian pandangan, saran,penyusunan studi kelayakan, perencanaan, pengawasan, manajemen dan penelitian dibidang kepariwisataan.

Pasal 31

Badan Usaha jasa konsultan pariwisata wajib :a. menjamin dan bertanggung jawab atas kualitas jasa konsultasi yang diberikan;b. secara terus menerus melakukan upaya peningkatan profesionalisme tenaga ahli

yang bekerja pada perusahaan.

Paragraf 8Usaha Jasa Informasi Kepariwisataan

Pasal 32

Usaha jasa informasi kepariwisataan diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atauKoperasi atau Kelompok Sosial di dalam masyarakat.

Pasal 33

Kegiatan usaha jasa informasi kepariwisataan meliputi :a. Penyediaan informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata, sarana pariwisata,

jasa pariwisata, transportasi dan informasi lain yang diperlukan oleh wisatawan;b. Penyebaran informasi tentang usaha pariwisata atau informasi lain yang diperlukan

wisatawan melalui media cetak, media elektronik atau media komunikasi lain;c. Pemberian informasi mengenai layanan pemesanan, akomodasi, restoran,

penerbangan, angkutan darat dan angkutan laut.

Bagian KeduaUsaha Obyek dan Daya Tarik Wisata

Pasal 34

Penyelenggaraan usaha obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangundan mengelola obyek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yangdiperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan daya tarik wisata yang ada.

Paragraf 1Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

Pasal 35

(1) Usaha obyek dan daya tarik wisata alam merupakan usaha pemanfaaatan sumberdaya alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan dayatarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.

(2) Bupati menetapkan sumber daya alam tertentu sebagai obyek dan daya tarik wisataalam.

Pasal 36

Usaha obyek dan daya tarik wisata alam diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas,Koperasi atau perseorangan.

Page 18: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 18 -

Pasal 37

(1) Kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata alam meliputi :a. Pembangunan prasarana dan sarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain

bagi wisatawan;b. Pengelolaan obyek dan daya tarik wisata alam, termasuk prasarana dan sarana

yang ada;c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk berperan

serta dalam kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata alam.(2) Usaha obyek dan daya tarik wisata alam dapat disertai dengan penyelenggaraan

pertunjukan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap obyek dandaya tarik wisata alam yang bersangkutan.

Pasal 38

Penyelenggaraan usaha obyek dan daya tarik wisata alam wajib:a. menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan;b. mempekerjakan pramuwisata dan/ atau tenaga ahli yang memiliki ketrampilan yang

dibutuhkan;c. menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata serta tata lingkungannya.

Paragraf 2Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya

Pasal 39

(1) Usaha obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan senibudaya bangsa yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untukdijadikan sasaran wisata.

(2) Bupati menetapkan seni budaya tertentu sebagai obyek dan daya tarik wisatabudaya.

Pasal 40

Usaha obyek dan daya tarik wisata budaya diselenggarakan oleh perseroan terbatas,koperasi atau perseorangan.

Pasal 41

Kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata budaya meliputi :a. Pembangunan obyek dan daya tarik wisata, termasuk penyediaan sarana,

prasarana dan fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan;b. Pengelolaan obyek dan daya tarik wisata, termasuk prasarana dan sarana yang

ada;c. Penyelenggaraan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap obyek

dan daya tarik wisata serta memberikan manfaat bagi masyarakat disekitarnya.

Pasal 42

Penyelenggaraan usaha dan fasilitas obyek dan daya tarik wisata budaya wajib :a. Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan;b. Memperkerjakan pramuwisata dan/ atau tenaga ahli yang memiliki ketrampilan yang

dibutuhkan;c. Menjaga kelestarian obyek dan daya tarik wisata budaya serta tata lingkungan.

Pasal 43

Penyelenggaraan usaha dan daya tarik wisata budaya yang berupa benda cagarbudaya atau peninggalan sejarah lainnya, diselenggarakan dengan memperhatikanperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 19: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 19 -

Paragraf 3Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus

Pasal 44

Usaha Obyek Dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan usaha pemanfaatansumber daya alam dan potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata bagiwisatawan yang mempunyai minat khusus.

Pasal 45

Usaha obyek dan daya tarik wisata minat khusus diselenggarakan oleh PerseroanTerbatas, Koperasi atau Perseorangan.

Pasal 46

Kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata minat khusus meliputi :a. Pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana serta fasilias pelayanan bagi

wisatawan di lokasi obyek dan daya tarik wisata;b. Penyediaan informasi mengenai obyek dan daya tarik wisata secara lengkap, akurat

dan mutakhir.

Pasal 47

(1) Dalam hal kegiatan wisata minat khusus mempunyai resiko tinggi, penyelenggarawajib memberikan perlindungan asuransi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perlindungan asuransi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diatur oleh Bupati.

Paragraf 4Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Rekreasi dan Hiburan Umum

Pasal 48

Usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum merupakan usahapemanfaatan sumber daya buatan dan potensi seni budaya bangsa yang telahditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata, untuk dijadikan sasaran wisata bagiwisatawan yang menginginkan rekreasi dan hiburan umum.

Pasal 49

(1) Usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum yang seluruhmodalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dapat berbentuk Badan Usaha atauUsaha perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum yang modalnyadimiliki bersama Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing, bentukusahanya harus Perseroan Terbatas.

Pasal 50

Penyelenggara usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum wajib :a. Mengadakan pembukuan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;b. Mentaati ketentuan perijinan usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan

hiburan umum dan peraturan perundangan perpajakan;c. Mentaati perjanjian kerja serta menjamin keselamatan kesejahteraan karyawan;d. Meningkatkan mutu penyelenggaraan usaha;e. Memelihara kebersihan dan keindahan lokasi serta kelestarian lingkungan usaha;f. Menjamin keselamatan dan kenyamanan pengunjung;g. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk melaksanakan ibadah.

Page 20: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 20 -

Pasal 51

(1) Dalam pelaksanaan kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi danhiburan umum, penyelenggara usaha selama bulan puasa/ idul fitri libur wajibmengikuti ketentuan waktu/jam operasional sesuai dengan jenis usahanya.

(2) Pada hari atau bulan tertentu, kegiatan usaha Diskotik, Panti Pijat, Bola Sodok(Bilyard), Gelanggang Permainan dan ketangkasan dewasa, Kelab Malam, Karaokedan Rumah Musik, dan pertunjukan Bioskop diwajibkan menutup/ menghentikankegiatan;

(3) Ketentuan tentang waktu/jam operasional, penutupan/penghentian penyelenggaraanusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 52

(1) Dalam hal kegiatan wisata rekreasi dam hiburan umum mempunyai resiko tinggi,penyelenggara wajib memberikan perlindungan asuransi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perlindungan asuransi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Bagian KetigaUsaha Sarana Pariwisata

Paragraf 1Usaha Penyediaan Akomodasi

Pasal 53

Usaha penyediaan akomodasi adalah usaha dengan menggunakan sarana untukmenyediakan jasa pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayananmakan dan minum serta jasa lainnya.

Paragraf 2Usaha Hotel

Pasal 54

Usaha hotel diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perseorangan.

Pasal 55

(1) Kegiatan usaha hotel meliputi :a. Penyediaan kamar tempat menginap;b. Penyediaan tempat pelayanan makan dan minum;c. Penyediaan pencucian pakaian/binatu;d. Penyediaan fasilitas akomodasi dan pelayanan lain, yang diperlukan bagi

penyelenggaraan kegiatan usaha hotel.(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan pokok

yang harus disediakan usaha hotel.

Pasal 56

(1) Penyelenggara usaha hotel wajib :a. Menyediakan sarana dan fasilitas keselamatan dan keamanan;b. Menjaga keamanan barang-barang milik tamu hotel;c. Menjaga citra dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;d. Mencegah perhidangan minuman keras kepada yang belum dewasa;e. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.

(2) Penyelenggara Usaha Hotel bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanantamu hotel.

Page 21: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 21 -

Paragraf 3Usaha Pondok Wisata

Pasal 57

Usaha pondok wisata diselenggarakan oleh Koperasi atau Perorangan dan berupakegiatan penyewaan rumah atau bagian rumah sebagai sarana penginapan kepadawisatawan untuk jangka waktu tertentu.

Pasal 58

(1) Kegiatan usaha pondok wisata meliputi :a. Penyediaan kamar tempat menginap;b. Pennyediaan tempat atau pelayanan makan dan minum;c. Pelayanan pencucian pakaian/binatu.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan pokokyang wajib diselenggarakan oleh penyelenggara usaha pondok wisata.

Pasal 59

Penyelenggara usaha pondok wisata wajib :a. Menjaga citra pondok wisata dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban

umum;b. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Paragraf 4Usaha Bumi Perkemahan

Pasal 60

Usaha bumi perkemahan diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 61

(1) Kegiatan usaha bumi perkemahan meliputi :a. Penyediaan lahan untuk perkemahan, perlengkapan berkemah dan tempat parkir

kendaraan bermotor.b. Penyediaan sarana air bersih, tempat mandi, penerangan dan fasilitas

telekomunikasi;c. Penyediaan tempat atau pelayanan makan dan minum;d. Penyediaan sarana olahraga dan rekreasi.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b merupakankegiatan pokok yang wajib diselenggarakan oleh penyelenggara usaha bumiperkemahan.

Pasal 62

Penyelenggara usaha bumi perkemahan wajib :a. Menyediakan sarana dan fasilitas keamanan lingkungan perkemahan;b. Menjaga kelestarian lingkungan;c. Mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;d. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Pasal 63

Usaha bumi perkemahan yang berada di kawasan konservasi diselenggarakan denganmemperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 64

(1) Usaha bumi perkemahan dapat digolongkan sesuai dengan jenis fasilitas dan tingkatpelayanan yang disediakan.

Page 22: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 22 -

(2) Penggolongan kelas bumi perkemahan dinyatakan dalam bentuk piagam dan berlakuuntuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan ketentuanmemenuhi persyaratan yang berlaku.

(3) Persyaratan penggolongan kelas bumi perkemahan dan tata cara memperolehpiagam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta piagam yang telah habis masaberlakunya secara teknis akan diatur lebih lanjut oleh Bupati

(4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat menaikkan atau menurunkan golongan kelasusaha bumi perkemahan atas dasar hasil penelitian yang dilakukan secara berkala.

(5) Piagam golongan kelas bumi perkemahan harus diletakkan pada tempat yang mudahdilihat dan dibaca oleh umum.

Paragraf 5Usaha Persinggahan Karavan

Pasal 65

Usaha persinggahan karavan diselenggarakan oleh perseroan terbatas atau koperasi,berupa kagiatan penyediaan lahan untuk tempat persinggahan karavan atau kendaraansejenis.

Pasal 66

(1) Kegiatan usaha persinggahan karavan meliputi :a. Penyediaan lahan untuk persinggahan karavan;b. Penyediaan sarana air bersih, tempat mandi, penerangan dan fasilitas

telekomunikasi;c. Penyediaan tempat atau pelayanan makan dan minum;d. Penyediaan sarana olahraga dan rekreasi.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b merupakan kegiatanpokok yang harus diselenggarakan oleh penyelenggara usaha persinggahankaravan.

Pasal 67

Penyelenggara usaha persinggahan karavan wajib :a. Menyediakan sarana dan fasilitas keamanan lingkungan persinggahan karavan;b. Menjaga kelestarian lingkungan;c. Mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;d. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Pasal 68

Usaha persinggahan karavan yang berada di kawasan konservasi diselenggarakandengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 6Usaha Penginapan Remaja

Pasal 69

Usaha penginapan remaja berbentuk Badan Usaha, koperasi, atau UsahaPerseorangan.

Pasal 70

(1) Kegiatan usaha penginapan remaja pada pokoknya menyediakan fasilitaspenginapan bagi remaja, pelajar dan mahasiswa.

(2) Kegiatan usaha penginapan remaja meliputi :a. Penyediaan kamar tempat menginap;b. Penyediaan fasilitas lainnya yang diperlukan bagi penyelenggaraan kagiatan

usaha penginapan remaja.

Page 23: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 23 -

Pasal 71

Penyelenggaraan usaha penginapan remaja wajib :a. Menjaga citra penginapan remaja dan mencegah pelanggaran kesusilaan dan

ketertiban umum;b. Memelihara kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Paragraf 7Usaha Penyediaan Makan dan Minum

Pasal 72

Usaha penyediaan makan dan minum adalah usaha yang menyediakan jasa pelayananmakan dan minum di tempat usahanya ataupun menurut pesanan.

Paragraf 8Usaha Restoran

Pasal 73

(1) Usaha restoran meliputi penyediaan jasa pelayanan makan dan minum kepadatamu restoran sebagai usaha pokok serta jasa hiburan dalam bangunan restoransebagai usaha penunjang yang tidak terpisah dari usaha pokoknya.

(2) Usaha restoran berbentuk Badan Usaha atau usaha perseorangan.(3) Modal usaha restoran terbuka bagi modal asing, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 74

(1) Kegiatan usaha restoran meliputi :a. Kegiatan pengelolaan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman;b. Kegiatan penyelenggaraan pertunjukan atau hiburan sebagai pelengkap.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pelayanan pokokyang harus disediakan oleh penyelenggara usaha restoran.

Paragraf 9Usaha Rumah Makan

Pasal 75

(1) Kegiatan usaha rumah makan merupakan kegiatan penyediaan hidangan makanandan minuman untuk umum di tempat usahanya.

(2) Usaha rumah makan yang seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara Indonesiadapat berbentuk Badan Usaha atau usaha perseorangan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

(3) Usaha rumah makan dengan modal patungan antara warga negara Indonesiadengan warga negara asing bentuk usahanya harus Perseroan Terbatas.

Pasal 76

Penyelenggara usaha rumah makan wajib menjaga kebersihan dan kesehatanlingkungan yang berhubungan dengan pengolahan makanan dan minuman.

Paragraf 10Usaha Bar

Pasal 77

(1) Kegiatan usaha bar merupakan kegiatan menghidangkan minuman keras(mengandung alkohol), minuman campuran (cocktail) dan minuman lain di tempatusahanya.

(2) Kegiatan usaha bar dapat diselenggarakan bersama-sama atau di tempat restoranatau rumah makan serta harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

Page 24: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 24 -

Pasal 78

Penyelenggaraan usaha bar wajib :a. Menjaga citra usaha bar mencegah pelanggaran kesusilaan dan ketertiban umum;b. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan

pengolahan makanan dan minuman, termasuk kebersihan perlengkapan danperalatan untuk menghidangkan makanan dan minuman.

Paragraf 11Usaha Jasa Boga

Pasal 79

Usaha jasa boga diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas, Koperasi atauPerseorangan.

Pasal 80

Kegiatan usaha jasa boga meliputi :a. Pengolahan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman;b. Jasa andrawina;c. Pelayanan perhidangan makanan dan minuman di tempat yang ditentukan oleh

pemesan;c. Penyediaan perlengkapan dan peralatan untuk makan dan minum.

Pasal 81

Penyelenggaraan usaha jasa boga wajib menjaga kebersihan dan kesehatanlingkungan yang berhubungan dengan pengelolaan makanan dan minuman, termasukkebersihan perlengkapan dan peralatan untuk menghidangkan makanan dan minuman.

Paragraf 12Usaha Penyediaan Angkutan Wisata

Pasal 82

Usaha penyediaan angkutan wisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas,Koperasi dan Perseorangan.

Pasal 83

Kegiatan usaha penyediaan angkutan wisata meliputi :a. Penyediaan sarana angkutan yang laik dan aman;b. Penyediaan tenaga pengemudi dan pembantu pengemudi.

Pasal 84

Penyelenggara usaha penyediaan angkutan wisata wajib :a. Memenuhi jenis dan kualitas jasa penyediaan angkutan wisata;b. Menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan angkutan;c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang angkutan.

Paragraf 13Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta

Pasal 85

Usaha sarana wisata tirta diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Page 25: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 25 -

Pasal 86

Kegiatan usaha sarana wisata tirta meliputi :a. Pelayanan kegiatan rekreasi menyelam untuk menikmati keindahan flora dan fauna

di bawah air laut;b. Penyediaan sarana untuk rekreasi di pantai, perairan laut, sungai, danau dan

waduk;c. Pembangunan dan penyediaan sarana tempat tambat kapal pesiar untuk kegiatan

wisata dan pelayanan jasa lain yang berkaitan dengan kegiatan marina.

Pasal 87

Penyelenggara Usaha sarana wisata tirta wajib :a. menyediakan sarana dan fasilitas keamanan dan keselamatan wisatawan;b. mempekerjakan pramuwisata atau tenaga ahli yang telah memiliki ketrampilan yang

dibutuhkan;c. memberikan perlindungan asuransi terhadap kegiatan yang mempunyai resiko

tinggi.

Paragraf 14Usaha Kawasan Pariwisata

Pasal 88

Usaha kawasan pariwisata diselenggarakan oleh Perseroan Terbatas atau Koperasi.

Pasal 89

(1) Kegiatan usaha kawasan pariwisata meliputi :a. Penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana sebagai tempat untuk

menyelenggarakan usaha pariwisata;b. Penyewaan fasilitas pendukung lainnya;c. Penyediaan bangunan-bangunan untuk menunjang kegiatan usaha pariwisata

dalam kawasan pariwisata.(3) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha kawasan

pariwisata dapat juga menyelenggarakan sendiri usaha pariwisata lain dalamkawasan yang bersangkutan.

Pasal 90

(1) Penyelenggara usaha kawasan pariwisata wajib :a. Membangun dan menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas lain, termasuk

melakukan pematangan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan usahapariwisata;

b. Mengendalikan kegiatan pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasaranadengan memperhatikan kepentingan kelestarian lingkungan;

c. Mengurus perijinan yang diperlukan bagi pihak lain yang akan memanfaatkankawasan pariwisata untuk menyelenggarakan kegiatan usaha pariwisata;

d. Memperhatikan kebijakan pengembangan wilayah yang berlaku dan memberikankesempatan kepada masyarakat di sekitarnya untuk berperan serta dalamkegiatan usaha pariwisata di dalam kawasan pariwisata.

(2) Penyelenggaraan usaha kawasan pariwisata dilakukan sesuai Rencana Tata RuangWilayah dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional serta RencanaInduk Pengembangan Pariwisata Daerah.

Pasal 91

Pengembangan kawasan pariwisata tidak boleh mengurangi tanah pertanian dan tidakdilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi melindungi sumber daya alam danwisata budaya.

Page 26: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 26 -

BAB VIPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 92

Masyarakat diberi kesempatan untuk ikut berperan serta dalam proses pengembangandan pengawasan bidang usaha pariwisata.

Pasal 93

(1) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 berupa pemberiansaran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, masukan terhadap pengembanganinformasi potensi dan masalah serta rencana pengembangan kepariwisataan dankebudayaan.

(2) Saran, pertimbangan, pendapat, atau masukan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) disampaikan secara tertulis kapada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

BAB VIINAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 94

Dengan nama Retribusi Ijin Penyelenggaraan usaha pariwisata dan kebudayaandipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemberian ijin usaha obyekdan daya tarik wisata, Usaha Sarana Pariwisata dan Usaha Jasa Pariwisata.

Pasal 95

Obyek Retribusi adalah pelayanan pemberian Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisatadan Kebudayaan.

Pasal 96

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diberi Ijin PenyelenggaraanUsaha Pariwisata.

BAB VIIIMASA RETRIBUSI

Pasal 97

Masa retribusi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan disamakandengan masa berlaku ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata.

Pasal 98

(1) Dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah masa berlakunya IjinPenyelenggaraan Kepariwisataan dan Kebudayaan berakhir, harus dikembalikanseperti keadaan semula atas biaya Subyek Retribusi.

(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi,pengembalian seperti keadaan semula akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah atasbiaya Subyek Retribusi.

(3) Segala sesuatu sebagai akibat pengembalian seperti keadaan semula yang tidakdiambil oleh Subyek Retribusi setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak dilakukanpengembalian seperti keadaan semula dinyatakan di bawah penguasaanPemerintah Daerah.

BAB IXGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 99

Retribusi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan digolongkan sebagaiRetribusi Jasa Usaha.

Page 27: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 27 -

BAB XCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 100

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis, golongan, ukuran, kemanfaatan danjangka waktu Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan.

BAB XIPRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 101

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkanpada tujuan untuk menutup sebagian biaya pelayanan pemberian Ijin PenyelenggaraanUsaha Pariwisata dan Kebudayaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

BAB XIISTRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 102

(1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis, golongan, ukuran, kemanfaatan danjangka waktu Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata dan Kebudayaan.

(2) Struktur dan besaran tarif Retribusi Ijin Penyelenggaraan Usaha Pariwisata danKebudayaan sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkandari Peraturan Daerah ini.

(3) Besar tarif Retribusi dalam Daftar Ulang atau Perpanjangan sebesar 60 % (enampuluh perseratus) dari Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

BAB XIIIWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 103

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah.

BAB XIVMASA RETRIBUSI DAN RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 104

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya sebagaimana ditetapkan SKRDatau Dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yangdipersamakan.

BAB XVSURAT PENDAFTARAN

Pasal 105

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan jelas, benar dan

lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya.(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian serta pengembalian SPdORD diatur lebih lanjut

oleh Bupati.

Page 28: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 28 -

BAB XVIPENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 106

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat (1) ditetapkanRetribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yangdipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau datayang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusiyang terutang, maka SKRDKBT dikeluarkan.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud padaayat (2) diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XVIITATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 107

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan, dan SKRDKBT.

BAB XVIIITATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 108

(1) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah atau di tempat lain yangditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD, SKRD Jabatandan SKRD Tambahan.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasilpenerimaan Retribusi harus disetor ke Kas Umum Daerah selambat-lambatnya 1 x24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(3) Apabila pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukansebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dikenakan sanksi administrasi berupabunga sebesar 2% (dua perseratus) dengan menerbitkan STRD.

Pasal 109

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/ lunas.

(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberi ijin dan/atau rekomendasi kepada

Wajib Retribusi untuk mengangsur Retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu

dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Tata cara pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan

oleh Bupati.

(4) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat mengijinkan Wajib Retribusi untuk menunda

pembayaran Retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 110

(1) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 diberikan tanda

bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran Retribusi ditetapkan

oleh Bupati.

Page 29: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 29 -

BAB XIX

TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 111

(1) Pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh

tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat teguran/ penyetoran atau surat

lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/ peringatan/ surat

lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.

(3) Surat Teguran/ penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

Pasal 112

Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan Penagihan Retribusi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 113

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran Retribusi diatur lebih

lanjut oleh Bupati.

BAB XX

KEBERATAN

Pasal 114

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat

yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan

SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai alasan-alasan

yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, Wajib

Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak

tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB

diterbitkan kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa

jangka waktu itu dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak

dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan

pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 115

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat

keberatan diterima harus memberi Keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas dasar keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau

sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati

tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap

dikabulkan.

Page 30: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 30 -

BAB XXI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 116

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui dan Bupati

atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian

kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam

waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya kelebihan pembayaran

Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk

melunasi terlebih dahulu utang Retribusi dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya

SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat

waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua

perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

Pasal 117

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis

kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:

a. nama dan alamat Wajib Retribusi;

b. masa Retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran;

d. alasan yang singkat dan jelas;

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi disampaikan secara

langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti

saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 118

(1) Pengembalian kelebihan Retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah

Membayar Kelebihan Retribusi (SPMKR).

(2) Apabila kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan hutang Retribusi

lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (4), pembayaran dilakukan

dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai

bukti pembayaran.

BAB XXII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN

PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 119

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan pengurangan,

keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Page 31: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 31 -

BAB XXIII

KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 120

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka

waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib

Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.

(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh

apabila :

a. diterbitkan surat teguran atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak

langsung.

BAB XXIV

LARANGAN

Pasal 121

Dalam menjalankan usahanya penyelenggara Ijin Usaha Pariwisata dilarang untuk :

a. Mengalihkan ijin usaha kepada pihak lain tanpa persetujuan Bupati atau pejabat

yang ditunjuk;

b. Melakukan perubahan nama usaha dan/ atau bangunan fisik tempat usaha tanpa

persetujuan Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

c. Menjalankan usaha yang tidak sesuai dengan peruntukannya;

d. Mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa ijin sesuai dengan ketentuan peraturan

yang belaku;

e. Mempekerjakan anak-anak di bawah umur;

f. Menerima pengunjung anak-anak di bawah umur pada jenis usaha tertentu;

g. Menyalahgunakan tempat usaha untuk kegiatan perjudian, pelanggaran kesusilaan,

serta pengedaran dan pemakaian obat-obatan terlarang.

BAB XXV

PENYIDIKAN

Pasal 122

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di

bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum

Acara Pidana yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan,

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan

atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau

badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pidana di bidang Retribusi Daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap

bahan bukti tersebut;

Page 32: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 32 -

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau

tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas

orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan;

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang Retribusi Daerah menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XXVI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 123

(1) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktu atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus)

setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan

menggunakan STRD.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan perijinan serta larangan dan kewajiban, dapat

dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan lisan, peringatan tertulis dan

pencabutan ijin usaha.

(3) Ijin usaha pariwisata dapat dicabut jika :

a. Tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan

Daerah ini dan ketentuan pelaksanaannya;

b. Tidak memenuhi ketentuan yang telah diatur dalam surat ijin usaha pariwisata;

c. Tidak memperpanjang ijin usaha pariwisata yang telah habis masa berlakunya.

(4) Disamping sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemegang ijin

usaha dapat dikenakan sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(5) Tata cara pelaksanaan sanksi administrasi ijin usaha diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XXVII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 124

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan

keuangan Daerah dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)

bulan atau denda paling banyak sebanyak-banyaknya 4 (empat) kali jumlah retribusi

yang terutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 ayat (3) dan ayat (4), tidak

mengurangi ancaman pidana yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 33: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 33 -

BAB XXVIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 125

(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kepariwisataan dan kebudayaan

dilaksanakan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Ruang lingkup pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. Peningkatan sarana dan prasarana

b. Perijinan usaha pariwisata;

c. Teknis penyelenggaraan usaha;

d. Peningkatan kemampuan tenaga kerja;

e. Kewajiban dan larangan dalam menjalankan usaha

f. Pemberian penghargaan bagi usaha dan tenaga kerja pariwisata dan

kebudayaan yang berprestasi;

g. Promosi kepariwisataan dan kebudayaan.

(3) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk Tim Pembinaan

dan Pengawasan penyelenggaraan kepariwisataan dan kebudayaan.

BAB XXIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 126

Ijin usaha di bidang kepariwisataan yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan

Daerah ini tetap berlaku sampai berakhir masa berlakunya.

BAB XXX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 127

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai

pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 128

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :

(1) Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 7 Tahun 1997

tentang Pengaturan Usaha Penginapan Remaja di Kabupaten Daerah Tingkat II

Mojokerto (Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto Tahun 1997 Nomor 2

Seri B) beserta perubahannya;

(2) Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 8 Tahun 1997

tentang Pengaturan Usaha Rumah Makan dan Bar di Kabupaten Daerah Tingkat II

Mojokerto (Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto Tahun 1997 Nomor 8

Seri B) beserta perubahannya;

(3) Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 9 Tahun 1997

tentang Pengaturan Usaha Perkemahan di Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto

(Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto Tahun 1997 Nomor 4 Seri B)

beserta perubahannya;

(4) Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 11 Tahun 1997

tentang Pengaturan Usaha Hotel dengan Tanda Bunga Melati di Kabupaten Daerah

Page 34: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 34 -

Tingkat II Mojokerto (Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto Tahun 1997

Nomor 5 Seri B) beserta perubahannya;

(5) Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 13 Tahun 1997

tentang Pengaturan Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum di Kabupaten Daerah

Tingkat II Mojokerto (Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto Tahun 1997

Nomor 6 Seri B);

(6) Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 9 Tahun 1998

tentang Pengaturan Usaha Pondok Wisata di Kabupaten Daerah Tingkat II

Mojokerto (Lembaran Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto Tahun 1998 Nomor 9

Seri B) beserta perubahannya.

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 129

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah inidengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto.

Ditetapkan di Mojokertopada tanggal 5 Pebruari 2009

BUPATI MOJOKERTO,

ttd

SUWANDIDiundangkan di Mojokertopada tanggal 5 Pebruari 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,

ttd

BUDIYONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2009 NOMOR 1

Page 35: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTONOMOR 1 TAHUN 2009

TENTANGPENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN

I. UMUM

Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan kepariwisatan yangmempunyai peran strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan budayaserta dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, pengembangan investasiserta pelestarian budaya bangsa maka Pemerintah Daerah perlu melakukanpembinaan dan pengendalian yang terarah dan berkesinambungan terhadapusaha kepariwisataan dan kebudayaan di Kabupaten Mojokerto.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang PembagianUrusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkan tujuan pembinaan,pengendalian secara terpadu dan terarah, yaitu menjadikan kegiatankepariwisataan sebagai andalan penggerak perekonomian daerah perlumembentuk Peraturan Daerah tentang Ijin Penyelenggaraan UsahaKepariwisataan dan Kebudayaan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1angka 15

Yang dimaksud dengan rumah makan antara lain rumah daging bakar(steak house), warung kopi (coffee shop), restoran se krim (ice creampalace), kafe (cafetaria), depot, warung sate (sate house), makanansiap saji (fast food) termasuk usaha jasa pangan lainnya adalah, tokoroti (bakery/cake shop) yang menyediakan pelayanan makanan danminuman di tempat usaha lain yang sejenis.

angka 19Yang dimaksud dengan hotel adalah setiap usaha akomodasi dengannama apapun yang memenuhi syarat-syarat sebagai hotel, termasukdi dalamnya hotel melati dan hotel bintang.

angka 20Yang dimaksud dengan pondok wisata adalah Villa, home stay,bungalow, guess house dan sejenisnya yang dikomersilkan kecuali.a. hotel, losmen, penginapan remaja (youth hostel) dan perkemahan;b. asrama haji dan rumah pemondokan mahasiswa/pelajaran dan

pegawai;c. tempat penginapan yang dikelola oleh instansi pemerintah maupun

swasta yang khusus digunakan sebagai tempat peristirahatankaryawannya

angka 22Yang tidak termasuk dalam pengertian penginapan remaja adalahjenis akomodasi lain seperti :a. hotel, losmen, pondok wisata dan perkemahan;b. asrama dan rumah pemondokan mahasiswa dan pelajarc. asrama haji, tempat-tempat penginapan yang dikelola oleh instansi

pemerintah (termasuk Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah),

Page 36: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 2 -

maupun swasta yang khusus digunakan sebagai tempatperistirahatan para karyawan dan tidak dikomersilkan untuk umum;

d. panti-panti sosial.Pasal 2

Cukup jelas.Pasal 3

Cukup jelas.Pasal 4

Cukup jelas.Pasal 5

Cukup jelas.Pasal 6

Cukup jelas.Pasal 7

Cukup jelas.Pasal 8

Cukup jelas.Pasal 9

Cukup jelas.Pasal 10

Cukup jelas.Pasal 11

Cukup jelas.Pasal 12

Cukup jelas.Pasal 13

Cukup jelas.Pasal 14

Cukup jelas.Pasal 15

Cukup jelas.Pasal 16

Cukup jelas.Pasal 17

Cukup jelas.Pasal 18

Cukup jelas.Pasal 19

Cukup jelas.Pasal 20

Cukup jelas.Pasal 21

Cukup jelas.Pasal 22

Cukup jelas.Pasal 23

Cukup jelas.Pasal 24

Cukup jelas.Pasal 25

Cukup jelas.Pasal 26

Cukup jelas.Pasal 27

Cukup jelas.Pasal 28

Cukup jelas.

Page 37: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 3 -

Pasal 29Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Pasal 39Cukup jelas.

Pasal 40Cukup jelas.

Pasal 41Cukup jelas.

Pasal 42Cukup jelas.

Pasal 43Cukup jelas.

Pasal 44Cukup jelas.

Pasal 45Cukup jelas.

Pasal 46Cukup jelas.

Pasal 47ayat (1)

Yang dimaksud dengan “mempunyai resiko tinggi” adalah kegiatanwisata yang membahayakan nyawa pengunjung atau mengakibatkanhilangnya nyawa seseorang.

ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 48Cukup jelas.

Pasal 49Cukup jelas.

Pasal 50Cukup jelas.

Pasal 51Cukup jelas.

Pasal 52Cukup jelas.

Pasal 53Cukup jelas.

Pasal 54Cukup jelas.

Page 38: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 4 -

Pasal 55Cukup jelas.

Pasal 56Cukup jelas.

Pasal 57Cukup jelas.

Pasal 58Cukup jelas.

Pasal 59Cukup jelas.

Pasal 60Cukup jelas.

Pasal 61Cukup jelas.

Pasal 62Cukup jelas.

Pasal 63Cukup jelas.

Pasal 64Cukup jelas.

Pasal 65Cukup jelas.

Pasal 66Cukup jelas.

Pasal 67Cukup jelas.

Pasal 68Cukup jelas.

Pasal 69Cukup jelas.

Pasal 70Cukup jelas.

Pasal 71Cukup jelas.

Pasal 72Cukup jelas.

Pasal 73Cukup jelas.

Pasal 74Cukup jelas.

Pasal 75Cukup jelas.

Pasal 76Cukup jelas.

Pasal 77Cukup jelas.

Pasal 78Cukup jelas.

Pasal 79Cukup jelas.

Pasal 80Huruf a

Cukup jelas.

Page 39: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 5 -

Huruf bYang dimaksud jasa andrawina adalah adalah jasa untukmenyelenggarakan jasa perayaan atau pesta (banquet) yang meliputihiasan, penyajian makanan dan minuman, serta perlengkapan danperalatan yang diperlukan, terutama yang dilakukan di hotel.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 81Cukup jelas.

Pasal 82Cukup jelas.

Pasal 83Cukup jelas.

Pasal 84Cukup jelas.

Pasal 85Cukup jelas.

Pasal 86Cukup jelas.

Pasal 87Cukup jelas.

Pasal 88Cukup jelas.

Pasal 89Cukup jelas.

Pasal 90Cukup jelas.

Pasal 91Cukup jelas.

Pasal 92Cukup jelas.

Pasal 93Cukup jelas.

Pasal 94Cukup jelas.

Pasal 95Cukup jelas.

Pasal 96Cukup jelas.

Pasal 97Cukup jelas.

Pasal 98Cukup jelas.

Pasal 99Cukup jelas.

Pasal 100Cukup jelas.

Pasal 101Cukup jelas.

Pasal 102Cukup jelas.

Pasal 103Cukup jelas.

Page 40: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 6 -

Pasal 104ayat (1)

Yang dimaksud dengan “dokumen lain yang dipersamakan” adalahantara lain berupa surat tanda terima telah membayar Retribusi.

ayat (2)Cukup jelas.

ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 105Cukup jelas.

Pasal 106Cukup jelas.

Pasal 107ayat (1)

Yang dimaksud dengan “tidak dapat diborongkan” adalah bahwaseluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkankepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini tidak berarti bahwaPemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga.Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan Retribusi,Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama Badan tertentuyang karena profesionalismenya layak dipercaya ikut melaksanakansebagian tugas pemungutan jenis Retribusi secara lebih efisien.Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan adalah kegiatanpenghitungan besarnya Retribusi yang terutang, pengawasanpenyetoran Retribusi dan penagihan Retribusi.

ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 108Cukup jelas.

Pasal 109Cukup jelas.

Pasal 110Cukup jelas.

Pasal 111Cukup jelas.

Pasal 112Cukup jelas.

Pasal 113Cukup jelas.

Pasal 114Cukup jelas.

Pasal 115Cukup jelas.

Pasal 116Cukup jelas.

Pasal 117Cukup jelas.

Pasal 118Cukup jelas.

Pasal 119Cukup jelas.

Pasal 120Cukup jelas.

Pasal 121Huruf a

Cukup jelas.

Page 41: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 7 -

Huruf bCukup jelas.

Huruf cYang dimaksud dengan menjalankan usaha tidak sesuai denganperuntukkan adalah jenis usaha yang dijalankan tidak sesuai denganjenis usaha yang tercantum dalam ijin usaha (contoh : dalam ijinusaha tercantum salon kecantikan namun dalam prakteknyamenjalankan kegiatan/ jenis usaha panti pijat).

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fYang dimaksud dengan anak-anak di bawah umur adalah pengunjungyang berumur dibawah 17 (tujuh belas) tahun.

Huruf gYang dimaksud pengunjung anak-anak di bawah umur pada jenisusaha tertentu hanya berlaku bagi kelab malam, diskotik, panti pijat,karaoke dan mandi uap.

Pasal 122Cukup jelas.

Pasal 123Cukup jelas.

Pasal 124Cukup jelas.

Pasal 125Cukup jelas.

Pasal 126Cukup jelas.

Pasal 127Cukup jelas.

Pasal 128Cukup jelas.

Pasal 129Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1

Page 42: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTONOMOR 1 TAHUN 2009TANGGAL 5 Pebruari 2009

A. Tarif Retribusi Ijin Usaha Jasa Pariwisata

NO. JENIS USAHATARIF

RETRIBUSI(Rp.)

TARIFDAFTARULANG( Rp.)

KETERANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Biro Perjalanan Wisata

Cabang Biro Perjalanan Wisata

Agen Perjalanan Wisata

Usaha Jasa Pramuwisata

Konvensi, pertemuan, perjalanan

insentif dan pameran

Impresariat

Konsultan Pariwisata

Informasi Kepariwisataan

750.000,-

450.000,-

300.000,-

300.000,-

600.000,-

600.000,-

600.000,-

300.000,-

450.000,-

270.000,-

180.000,-

180.000,-

360.000,-

360.000,-

360.000,-

180.000,-

Masa Berlaku 3

(tiga)Tahun.

Tarif Daftar Ulang

Sebesar 60 % dari

Tarif Retribusi

B. Tarif Retribusi Ijin Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

NO. JENIS USAHATARIF

RETRIBUSI(Rp.)

TARIFDAFTARULANG( Rp.)

KETE-RANGAN

a.

b.

c.

d.

ODTW Alam

ODTW Budaya terdiri atas:

1. kesejarahan

2. kepurbakalaan

3. permuseuman

4. arkeologi

5. suaka dan konservasi

6. bahasa dan sastra

7. penghayat kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa

8. kesenian

9. Wisata Ziarah

ODTW Minat Khusus

ODTW Rekreasi dan Hiburan Umum

terdiri atas :

1. salon kecantikan

2. alat potong rambut (barber shop)

3. perawatan tubuh (spa)

4. mandi uap (sauna)

5. karaoke

300.000,-

300.000,-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

300.000,-

300.000,-

300.000,-

600.000,-

600.000,-

1.500.000,-

180.000,-

180.000,-

180.000,-

180.000,-

180.000,-

360.000,-

360.000,-

900.000,-

Masa

Berlaku 3

(tiga)Tahun

Tarif Daftar

Ulang

sebesar 60

% dari Tarif

Retribusi

Page 43: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 2 -

NO. JENIS USAHATARIF

RETRIBUSI(Rp.)

TARIFDAFTARULANG( Rp.)

KETE-RANGAN

6. karaoke keluarga

7. kelab malam

8. rumah musik (pub)

9. studio musik (persewaan alat)

10. diskotik

11. bioskop

12. padang golf

13. lapangan tenis

14. panti pijat / timung (massage)

15. gelanggang bowling

16. gelanggang seluncur es (ice

skating)

17. pusat kebugaran jasmani (fitness

centre)

18. kolam renang

19. gelanggang renang

20. kolam memancing

21. bola sodok (billyard)

22. gelanggang permainan dan

ketangkasan dewasa

23. gelanggang permainan dan

ketangkasan anak-anak

24. balai pertemuan umum

25. gedung tenis meja

26. gelanggang olah raga terbuka

27. gelanggang olah raga tertutup

28. arena futsal

29. taman rekreasi

30. teater terbuka/ panggung terbuka

31. teater tertutup/ panggung tertutup

32. pasar seni dan kesenian

tradisional tari, pertunjukan

33. dunia fantasi

34. taman satwa

35. usaha sarana dan fasilitas olah

raga

36. lapangan squash

37. pentas pertunjukan satwa

38. usaha fasilitas wisata tirta dan

rekreasi air

39. lapangan bulu tangkis

40. pertunjukan hiburan (showbiz)

1.500.000,-

1.500.000,-

1.500.000,-

750.000,-

1.500.000,-

750.000,-

1.500.000,-

450.000,-

450.000,-

600.000,-

1.500.000,-

450.000,-

300.000,-

300.000,-

300.000,-

600.000,-

600.000,-

600.000,-

450.000,-

450.000,-

450.000,-

450.000,-

450.000,-

600.000,-

450.000,-

450.000,-

150.000,-

750.000,-

300.000,-

600.000,-

450.000,-

300.000,-

600.000,-

450.000,-

600.000,-

900.000,-

900.000,-

900.000,-

450.000,-

900.000,-

450.000,-

900.000,-

270.000,-

270.000,-

360.000,-

900.000,-

270.000,-

180.000,-

180.000,-

180.000,-

360.000,-

360.000,-

360.000,-

270.000,-

270.000,-

270.000,-

270.000,-

270.000,-

360.000,-

270.000,-

270.000,-

90.000,-

450.000,-

180.000,-

360.000,-

270.000,-

180.000,-

360.000,-

270.000,-

360.000,-

Page 44: PEMERINTAH KABUPATEN · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan ... wisata, termasuk usaha obyek dan daya ... dan prasarana untuk pengembangan

SALINAN

- 3 -

C. Tarif Retribusi Ijin Usaha Sarana Pariwisata

NO. JENIS USAHATARIF

RETRIBUSI(Rp.)

TARIFDAFTARULANG( Rp.)

KETERANGAN

A.

1.

Usaha Penyediaan Makanan danMinumanRestoran dan Rumah Makan

1. Golongan A Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

500.000,-300.000,-200.000,-100.000,-

300.000,-180.000,-120.000,-60.000,-

Untuk PersetujuanPrinsip Pendiriandan Ijin Perluasansebesar Rp 25.000,-Biaya Daftar UlangSebesar 60 % dariTarif Retribusi.Untuk PersetujuanPrinsip Pendirian

2. Golongan B Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

250.000,-150.000,-100.000,-50.000,-

150.000,-90.000,-60.000,-30.000,-

dan Ijin Perluasansebesar Rp 10.000,-Biaya Daftar Ulangsebesar 60 % dariTarif retribusi

3. Golongan C Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4

75.000,-50.000,-25.000,-30.000,-

45.000,-30.000,-15.000,-18.000,-

2.3.

Usaha BarUsaha Jasa Bogaa. 500 porsi ke atas/harib. 250-499 porsi ke atas/haric. 249 porsi ke atas/hari

1.500.000,-

750.000,-400.000,-300.000,-

900.000,-

450.000,-200.000,-150.000,-

B. Penyediaan Angkutan Wisata 450.000,- 270.000,-C. Penyediaan Sarana Wisata Tirta 600.000,- 360.000,-D. Kawasan Pariwisata 1.500.000,- 900.000,-E.

1.

2.3.4.5.

Penyediaan Akomodasi

Hotela. Usaha Hotel dengan Tanda

Bintang1. Bintang Lima2. Bintang Empat3. Bintang Tiga4. Bintang Dua5. Bintang Satu

b. Hotel dengan Tanda BungaMelati

Usaha Pondok WisataUsaha Bumi PerkemahanUsaha Persinggahan karavanPenginapan Remaja

50.000,- / kamar45.000,- / kamar40.000,- / kamar35.000,- / kamar30.000,- / kamar

15.000,- / kamar

15.000,- / kamar400.000,-400.000,-

15.000,- / kamar

BUPATI MOJOKERTO,

ttd

SUWANDI