pemerintah kabupaten boven digoel -...

27
PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN BOVEN DIGOEL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 ayat (2) huruf a Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ditetapkan sebagai salah satu jenis Pajak Kabupaten/Kota; b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 1 angka 10 Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan atas pajak Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Boven Digoel tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat (Lemaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 5. Undang-Undang........../2

Upload: vuongmien

Post on 21-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOELNOMOR 11 TAHUN 2005

TENTANG

PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KABUPATEN BOVEN DIGOEL,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ditetapkansebagai salah satu jenis Pajak Kabupaten/Kota;

b. bahwa sesuai ketentuan Pasal 1 angka 10 Pasal 4 ayat (1)Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah, pemungutan atas pajak Daerah ditetapkandengan Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan b,perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Boven Digoeltentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia UrusanPiutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2104);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang PembentukanProvinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten Otonom di ProvinsiIrian Barat (Lemaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 2907);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 2831);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

5. Undang-Undang........../2

2

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4048);

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajakdengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997, Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000, Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3987);

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang PembentukanKabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten SorongSelatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten PengununganBintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, KabupatenWaropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel,Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni,Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2002 Nomor 129 Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4245);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 36, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4381);

12. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4421);

14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437);

15. Undang-Undang………./3

3

15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang PelaksanaanUndang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1969 Nomor 60, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 2916) sebagaimana telah diubahterakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 141,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4154);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1986 tentang Penyerahansebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pertambangan kepadaPemerintah Daerah Tingkat II (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1986 Nomor 53, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3510);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang PelaksanaanUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

20. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PW.03 Tahun 1984tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentangKetentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Daerah jo. Keputusan Menteri Dalam NegeriNomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil diLingkungan Pemerintah Daerah;

22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentangKriteria Wajib Pajak yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuandan Tatacara Pembukuan;

23. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentangTata Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

dan

BUPATI KABUPATEN BOVEN DIGOEL

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL TENTANGPAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C.

BAB I........../4

4

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

a. Daerah adalah Kabupaten Boven Digoel;

b. Pemerintah Daerah adalah Bupati Boven Digoel dan perangkatKabupaten Boven Digoel sebagai unsur penyelenggaraanpemerintahan Kabupaten Boven Digoel;

c. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang selanjutnyadisebut pajak adalah pajak atas pengambilan bahan galiangolongan C;

d. Bahan Galian Golongan C adalah bahan galian golongan Csebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undanganyang berlaku;

e. Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pengambilanbahan galian golongan C dari sumber alam di dalam dan/ataupermukaaan bumi untuk dimanfaatkan;

f. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakankesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidakmelakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroankomanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atauDaerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yangsejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya;

g. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkatSPTPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untukmelaporkan penghitungan dan pembayaran Pajak yang terutangmenurut peraturan perudang-undangan perpajakan Daerah;

h. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnyadisingkat SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukanbesarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlahkekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksiadministrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar;

i. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD,adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukanpembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerahatau ke tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah;

j. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yangselanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yangmenentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan;

k. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnyadisingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukanjumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajaklebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnyaterutang;

l. Surat........../5

5

l. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkatSKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlahpokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajaktidak terutang dan tidak ada kredit pajak;

m. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPDadalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksiadministrasi berupa bunga dan/atau denda;

n. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yangmembetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruandalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam SuratKetetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketatapan PajakDaerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak DaerahLebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau SuratTagihan Pajak Daerah;

o. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatanterhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, SuratKetatapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, SuratKetetapan Pajak Daerah Lebih Bayar atau Surat Ketetapan PajakDaerah Nihil;

p. Putusan Banding adalah putusan Pengadilan Pajak atas bandingterhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh WajibPajak;

q. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WajibPajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yangdapat diajukan banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

r. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh WajibPajak atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihanpajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatanberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

s. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secarateratur untuk mengumpulkan data dan infromasi keuangan yangmeliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, sertajumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yangditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca danlaporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir;

t. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah danuntuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan Daerah;

u. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah adalahserangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai NegeriSipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari sertamengumpulakan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindakpidana di bidang peroajakan Daerah yang terjadi serta menemukantersangkanya.

BAB II………./6

6

BAB IINAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

Pasal 2

(1)Dengan nama Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan Cdipungut pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golonganC.

(2)Objek Pajak adalah kegiatan pengambilan bahan galian golonganC.

(3)Bahan galian golongan C sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)meliputi:a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;j. garam batu (halite);k. grafit;l. granit;m. gips;n. kalsit;o. kaolin;p. leusit;q. magnesit;r. mika;s. marmer;t. nitrat;u. opsidien;v. oker;w. pasir dan kerikil;x. pasir kuarsa;y. perlit;z. phospat;aa. talk;ab. tanah serap (fullers earth);ac. tanah diatome;ad. tanah liat;ae. tawas (alum)af. tras;ag. yarosif;ah. zeolit;ai. basal;aj. trakkit.

Pasal 3

(1)Dikecualikan dari objek pajak adalah kegiatan pengambilan bahangalian golongan C yang nyata-nyata tidak dimaksudkan untukmengambil bahan galian golongan C tersebut dan tidakdimanfaatkan secara ekonomis.

(2) Kegiatan………./7

7

(2)Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), antara lain,kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga,penggalian tanah dalam rangka pemancangan tiang listrik/teleponatau penanaman kabel listrik/telepon atau pipa air/gas.

Pasal 4

(1)Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengambilbahan galian golongan C.

(2)Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukanpengambilan bahan galian golongan C.

BAB IIIDASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN

Pasal 5

(1)Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai jual hasil pengambilan bahangalian golongan C.

(2)Nilai jual sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung denganmengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasaratau harga standar masing-masing jenis bahan galian golongan C.

(3)Nilai pasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pada masing-masing jenis bahan galian golongan C ditetapkan secara periodikoleh Kepala Daerah sesuai dengan harga rata-rata yang berlaku dilokasi setempat.

(4)Harga standar sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkanoleh instansi yang berwenang dalam bidang penambangan bahangalian golongan C.

Pasal 6

Tarif pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal 7

Besarnya pokok pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikantarif pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dengan dasarpengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada Pasal 5.

BAB IVWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 8

Pajak yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pengambilanbahan galian golongan C berlokasi.

BAB VMASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG

Pasal 9

Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu bulan takwim atauditetapkan lain oleh Kepala Daerah.

Pasal 10........../8

8

Pasal 10

Pajak terutang terjadi pada saat kegiatan pengambilan Bahan GalianGolongan C dilakukan.

BAB VITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 11

(1)Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di Kas Daerah atautempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

(2)Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dilakukan dengan menggunakan SSPD.

(3)Bentuk, jenis, isi, ukuran SSPD, dan tata cara pembayaran sertatanggal jatuh tempo pembayaran pajak terutang ditetapkan olehKepala Daerah.

Pasal 12

(1)Pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan sekaligus ataulunas.

(2)Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajakuntuk mengangsur pajak yang terutang dalam kurun waktu tertentu,setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(3)Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat(2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan bungasebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belumatau kurang dibayar.

(4)Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajakuntuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yangditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengandikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yangbelum atau kurang dibayar.

(5)Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaranserta tata cara pembayaran angsuran atau penundaansebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (4), ditetapkanoleh Kepala Daerah.

BAB VIISURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

Pasal 13

(1)Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.

(2)SPTPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus diisi denganjelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajakatau kuasanya.

(3)SPTPD yang dimaksud dalam ayat (1), harus disampaikan kepadaKepala Daerah selambatnya-lambatnya 15 (lima belas) hari setelahberakhirnya masa pajak.

(4) Bentuk………./9

9

(4)Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPTPDditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB VIIIPENETAPAN PAJAK

Pasal 14

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkanketentuan perundang-undangan perpajakan Daerah tanpamenggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Pasal 15

(1)Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,Kepala Daerah dapat menerbitkan:a. SKPDKB apabila:

1) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajakyang terutang tidak atau kurang dibayar;

2) SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalamjangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis;

3) kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, maka pajak yangterutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru dan/atau data yangsemula belum terungkap yang menyebabkan penambahanjumlah pajak terutang.

c. SKPDN apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnyadengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidakada kredit pajak.

(2)Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 1) dan angka2) dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (duapersen) sebulan dari pajak yang kurang atau terlambat dibayaruntuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulandihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3)Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBTsebagimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dikenakan sanksiadministrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) darijumlah kekurangan pajak tersebut.

(4)Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak dikenakanapabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukantindakan pemeriksaan.

(5)Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksiadministrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen)dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bungasebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurangatau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (duapuluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Pasal 16

(1) Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD apabila:a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. dari........../10

10

b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaransebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga danatau denda.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengansanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiapbulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saatterutangnya pajak.

(3) Pajak yang terutang menurut SKPDKB dan SKPDKBT yang tidakatau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakansanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan, ditagih melalui STPD.

(4) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian STPDditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB IXTATA CARA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 17

(1) Pajak yang terhutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD,Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan danPutusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajakpada waktunya, dapat ditagih dengan Surat Paksa.

(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkanperundang-undangan yang berlaku.

BAB XKEBERATAN, BANDING DAN GUGATAN

Bagian PertamaKeberatan

Pasal 18

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada KepalaDaerah atau Pejabat yang ditunjuk atas suatu:a. SKPDKB;b. SKPDKBT;c. SKPDLB;d. SKPDN.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia denganalasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaksecara jabatan, Wajib Pajak harus dapat membuktikanketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)bulan sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itutidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(5) Pengajuan........../11

11

(5) Pengajuan keberatan hanya dapat diajukan apabila jumlah pajakyang terutang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah dibayaroleh Wajib Pajak sebesar 50% (lima puluh persen).

(6) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud dalam ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) tidakdianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidakdipertimbangkan.

Pasal 19

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberikeputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerimaseluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnyapajak yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telahlewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan,keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Bagian KeduaBanding

Pasal 20

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanyakepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatanyang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukansecara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelasdalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusanyang dibanding dan dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut.

Pasal 21

Apabila pengajuan keberatan atau banding dikabulkan sebagian atauseluruhnya, kelebihan pembayaran pajak atas jumlah yang telahdibayarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5)dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (duapersen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

Bagian KetigaGugatan

Pasal 22

(1) Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepadaPengadilan Pajak.

(2) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap pelaksanaanpenagihan pajak adalah 14 (empat belas) hari sejak tanggalpenaghihan.

(3) Jangka........../12

12

(3) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap keputusan lainselain gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30(tiga puluh) hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat.

(4) Jangka waktu dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak mengikatapabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karenakeadaan di luar kekuasaan penggugat.

(5) Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)adalah 14 (empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaandi luar kekuasaan penggugat.

(6) Terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusandiajukan 1 (satu) Surat Gugatan.

Pasal 23

Hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan banding dan gugatan,sepanjang tidak diatur lain dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakansesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang beralaku.

BAB XIPEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN, DAN

PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 24

(1) Kepala Daerah karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajakdapat membetulkan SKPDKB atau SKPDKBT atau SKPDLB atauSTPD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturanperundang-undangan perpajakan Daerah.

(2) Kepala Daerah dapat:a. mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa

bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang menurutperaturan perundang-undangan perpajakan, dalam hal sanksitersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukankarena kesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidakbenar.

(3) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi danpengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XIIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 25

(1) Atas kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak dapat mengajukanpermohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.

(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihanpembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harusmemberikan keputusan.

(3) Apabila………./13

13

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)dilampaui Kepala Daerah tidak memberikan keputusan,permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggapdikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihanpembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) langsungdiperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajakdimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktupaling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukansetelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB,Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayarankelebihan pajak.

Pasal 26

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diajukansecara tertulis kepada Kepala Daerah sekurang-kurangnya denganmenyebutkan:a. nama dan alamat Wajib Pajak;b. masa pajak;c. besarnya kelebihan pembayaran pajak;d. alasan yang jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajakdisampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman postercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh KepalaDaerah.

Pasal 27

(1) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan denganSurat Perintah Membayar Kelebihan Pajak.

(2) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utangpajak lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4),pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan buktipemindahbukuan tersebut berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XIIIKEDALUWARSA

Pasal 28

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa setelahmelampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saatterutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindakpidana di bidang perpajakan Daerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) tertangguh apabila:

a. diterbitkan………./14

14

a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung

maupun tidak langsung.

BAB XIVPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 29

(1) Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu wajibmenyelenggarakan pembukuan.

(2) Kriteria Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dantata cara pembukuan ditetapkan oleh Kepala Daerah denganberpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 30

(1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah dalam rangkamelaksanakan peraturan perundangan-undangan perpajakanDaerah.

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yangberhubungan dengan objek pajak yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruanganyang dianggap perlu dan memberi bantuan guna kelancaranpemeriksaan;

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Tata cara pemeriksaan pajak ditetapkan oleh Kepala Daerahdengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yangberlaku.

BAB XVKETENTUAN KHUSUS

Pasal 31

(1) Setiap Pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segalasesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh WajibPajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku jugaterhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah untukmembantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

(2a)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) adalah:a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi

ahli dalam sidang pengadilan;b. Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada

pihak lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(3) Untuk........../15

15

(3) Untuk kepentingan Daerah, Kepala Daerah berwenang memberiizin tertulis kepada Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), supayamemberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atautentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuknya.

(4) Untuk kepentingan pemeriksaan di Pengadilan dalam perkarapidana atau perdata atas permintaan hakim sesuai dengan HukumAcara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Kepala Daerah dapatmemberi izin tertulis untuk meminta kepada Pejabat sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksuddalam ayat (2), bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang adapadanya.

(5) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), harusmenyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan-keterangan yang diminta serta kaitan antara perkara pidana atauperdata yang bersangkutan dengan keterangan yang dimintatersebut.

BAB XVIKETENTUAN PIDANA

Pasal 32

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPDatau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap ataumelampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikankeuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan palinglama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak 2 (dua) kalijumlah pajak yang terutang.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPDatau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap ataumelampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikankeuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara palinglama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kalijumlah pajak yang terutang.

Pasal 33

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah sebagaimana dimaksudpada Pasal 32 tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10(sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya MasaPajak atau berakhirnya bagian Tahun Pajak atau berakhirnya TahunPajak yang bersangkutan.

Pasal 34

(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajibanmerahasiakan hal sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 ayat (1)dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6(enam) bulan atau denda paling banyak Rp 2.000.000,00(dua juta rupiah).

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atauseseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban Pejabatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2),dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun ataudenda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

(3) Penuntutan………./16

16

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yangkerahasiannya dilanggar.

BAB XVIIPENYIDIKAN

Pasal 35

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan PemerintahDaerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untukmelakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerahsebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum AcaraPidana yang berlaku.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan

atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidangperpajakan Daerah agar keterangan atau laporan tersebutmenjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenaiorang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yangdilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakanDaerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi ataubadan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakanDaerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumenlain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakanDaerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan buktipembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, sertamelakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedangberlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumenyang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidanaperpajakan Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksasebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah menuruthukum yang bertanggung jawab.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannyakepada Penuntut Umum melalui penyidik Pejabat Polisi NegaraRepublik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 36………./17

17

Pasal 36

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjangmengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan KeputusanBupati.

Pasal 37

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalamLembaran Daerah Kabupaten Boven Digoel.

Ditetapkan di Tanah Merahpada tanggal 30 November 2005

BUPATI KABUPATEN BOVEN DIGOEL,CAP/TTD

YUSAK YALUWO,SH,M.Si

Diundangkan di Tanah Merahpada tanggal 30 November 2005

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL,CAP/TTD

Drs. DOMIN J. ULIAN, M.SiPEMBINA UTAMA MUDA

NIP. 640 012 898

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL TAHUN 2005 NOMOR 11

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOELNOMOR 11 TAHUN 2005

TENTANG

PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

I. PENJELASAN UMUM

Pajak Daerah adalah salah satu sumber pendanaan yang sangat penting bagiDaerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Daerah.Untuk itu, sejalan dengan tujuan otonomi Daerah penerimaan Daerah yang berasaldari pajak Daerah dari waktu ke waktu harus senantiasa ditingkatkan. Hal inidimaksudkan agar peranan Daerah dalam memenuhi kebutuhan Daerahkhususnya dalam hal peyediaan pelayanan kepada masayarakat dapat semakinmeningkat.

Salah satu jenis pajak yang dapat dipungut oleh Daerah Kabupaten/Kota sesuaiUndang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah PajakPengambilan Bahan Galian Golongan C. Sesuai ketentuan Pasal I angka 10 Pasal4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tersebut, pemungutan pajakDaerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sejalan dengan hal tersebut,penetapan Peraturan Daerah ini adalah dimaksudkan agar Pemerintah DaerahKabupaten Boven Digoel dapat memungut Pajak Pengambilan Bahan GalianGolongan C sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya, dalam Peraturan Daerah ini diatur secara jelas dan tegasmengenai objek, subjek, dasar pengenaan dan tarif Pajak Pengambilan BahanGalian Golongan C. Di samping itu, juga diatur hal-hal yang berkaitan denganadministrasi pemungutannya.

Dalam pembentukan Peraturan Daerah ini, di samping berpedoman kepadaperaturan perundang-undangan di bidang perpajakan Daerah, juga diperhatikan,diacu dan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara RepublikIndonesia tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3984);

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan SuratPaksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997, Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimanatelah diubaha dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (LembaranNegara Tahun 2000, Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3987);

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4189);

II. PASAL ………./2

2

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Tarif pajak dikenakan atas nilai jual hasil pengambilan atau pengambilanbahan galian golongan C.

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Cukup jelas

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas

Pasal 12Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Pasal ini mengatur tentang penerbitan surat ketetapan pajak atas pajakyang dibayar sendiri. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepadaWajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisianSurat Pemberitahuan Pajak Daerah atau karena ditemukannya data fiskalyang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.Ayat (1)

Ketentuan ayat ini memberi kewenangan kepada Kepala Daerah untukdapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, SuratKetetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan atau Surat KetetapanPajak Daerah Nihil hanya terhadap kasus-kasus tertentu seperti tersebutdalam ayat ini, dengan perkataan lain hanya terhadap Wajib Pajaktertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidakmemenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban material.

Contoh ………./3

3

Contoh:1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah pada tahun pajak 1998. Setelah ditegur dalam jangkawaktu tertentu juga belum menyampaikan Surat PemberitahuanPajak Daerah, maka dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahunKepala Daerah dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak DaerahKurang Bayar atas pajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan PajakDaerah pada tahun pajak 1998. Dalam jangka waktu paling lama 5(lima) tahun, ternyata dari hasil pemeriksaan Surat PemberitahuanPajak Daerah yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yangterutang yang kurang bayar tersebut, Kepala Daerah dapatmenerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar ditambahdengan sanksi administrasi.

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Contoh 2 yang telahditerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, apabiladalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yangterutang ditemukan data baru dan atau data yang semula belumterungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yangterutang, maka Kepala Daerah dapat menerbitkan Surat KetetapanPajak Daerah Kurang Bayar Tambahan.

4. Wajib Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Kepala Daerah ternyatajumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kreditpajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, makaKepala Daerah dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak DaerahNihil.

Huruf aAngka 1)

Cukup jelas

Angka 2)Cukup jelas

Angka 3)Yang dimaksud dengan penetapan pajak secarajabatan adalah penetapan besarnya pajak terutangyang dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat yangditunjuk berdasarkan data yang ada atau keteranganlain yang dimiliki oleh Kepala Daerah atau pejabatyang ditunjuk.

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Ayat ini mengatur sanksi terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhikewajiban perpajakannya yaitu mengenakan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari pajak yangtidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (duapuluh empat) bulan atas pajak yang tidak atau terlambat dibayar.Sanksi administrasi berupa bunga dihitung sejak saat terutangnyapajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak DaerahKurang Bayar.

Ayat (3) ........../4

4

Ayat (3)Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannyasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, yaitu denganditemukannya data baru dan atau data yang semula belumterungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga pajak yangterutang bertambah, maka terhadap Wajib Pajak dikenakan sanksiadministrasi berupa kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlahkekurangan pajak. Sanksi administrasi ini tidak dikenakan apabilaWajib Pajak melaporkannya sebelum diadakan tindakanpemeriksaan.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannyasebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 3), yaitu WajibPajak tidak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yangseharusnya dilakukannya, maka dikenakan sanksi administrasiberupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) daripokok pajak yang terutang. Dalam kasus ini, maka Kepala Daerahmenetapkan pajak yang terutang secara jabatan melalui penerbitanSurat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar. Selain sanksiadministrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen)dari pokok pajak yang terutang juga dikenakan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajakyang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama24 (dua puluh empat) bulan. Sanksi administrasi berupa bungadihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannyaSurat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar.

Pasal 16Ayat (1)

Surat Tagihan Pajak Daerah diterbitkan baik terhadap Wajib Pajakyang melakukan kewajiban pajak yang dibayar sendiri maupunterhadap Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban pajak yangdipungut. Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan kepadaWajib Pajak yang tidak atau kurang membayar pajak yang terutang,sedangkan sanksi administrasi berupa denda dikenakan karenatidak dipenuhinya ketentuan formal, misalnya, tidak atau terlambatmenyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas pajak yang tidak ataukurang dibayar pada saat jatuh tempo pembayaran atau terlambatdibayar.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18 ………./5

5

Pasal 18Ayat (1)

Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dalam suratketetapan pajak dan pemungutan tidak sebagaimana mestinya,maka Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepadaKepala Daerah yang menerbitkan surat ketetapan pajak. Keberatanyang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan denganmembuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurutperhitungan Wajib Pajak. Satu keberatan harus diajukan terhadapsatu jenis pajak dan satu tahun pajak.

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fYang dimaksud dengan pihak ketiga adalah orangpribadi/badan yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sebagaipemotong/pemungut pajak.

Ayat (2)Alasan-alasan yang jelas di sini adalah mengemukakan dengan dataatau bukti bahwa jumlah pajak yang terutang atau pajak lebih bayaryang ditetapkan oleh fiskus tidak benar.

Ayat (3)Ayat ini mengharuskan Wajib Pajak membuktikan ketidakbenaranketetapan pajak, dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatanterhadap pajak-pajak yang ditetapkan secara jabatan. SuratKetetapan Pajak secara jabatan tersebut diterbitkan karena WajibPajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerahmeskipun telah ditegur secara tertulis. Apabila Wajib Pajak tidakmembuktikan ketidakbenaran Surat Ketetapan Pajak secara jabatanitu, maka keberatannya ditolak.

Ayat (4)Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaannya adalah suatukeadaan yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan Wajib Pajak,misalnya, karena Wajib Pajak sakit atau terkena musibah bencanaalam.

Ayat (5)Ketentuan ini perlu dicantumkan dengan maksud agar Wajib Pajaktidak menghindar dari kewajiban untuk membayar pajak yang telahditetapkan dengan dalih mengajukan keberatan, sehingga dapatdicegah terganggunya penerimaan Daerah.

Ayat (6) ........../6

6

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 19Ayat (1)

Ayat ini memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak maupunfiskus dan dalam rangka tertib administrasi, oleh karena itukeberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus diberi keputusanoleh Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)bulan sejak Surat Keberatan diterima.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Dalam hal batas waktu tidak dapat dipenuhi oleh penggugat karenakeadaan di luar kekuasaannya (force majeur), maka jangka waktudimaksud dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang selama 14(empat belas) hari terhitung sejak berakhirnya keadaan di luarkekuasaan penggugat.

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf b ………./7

7

Huruf bKepala Daerah karena jabatannya, dan berlandaskan unsurkeadilan dapat mengurangkan atau membatalkan ketetapanpajak yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolakpengajuan keberatannya karena tidak memenuhi persyaratanformal (memasukkan Surat Keberatan tidak pada waktunya)meskipun persyaratan material terpenuhi.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 25Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Kepala Daerah sebelum memberikan keputusan dalam halkelebihan pembayaran pajak harus melakukan pemeriksaan terlebihdahulu.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembaliankelebihan pembayaran pajak dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulansejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayarsampai dengan saat dilakukannya pembayaran kelebihan.

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Ayat (1)

Saat kedaluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan untukmemberi kepastian hukum kapan utang pajak tersebut tidak dapatditagih lagi.

Ayat (2)Huruf a

Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa,kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaianSurat Paksa tersebut.

Huruf bYang dimaksud dengan pengakuan utang pajak secaralangsung adalah Wajib Pajak dengan kesadarannyamenyatakan masih mempunyai utang pajak dan belummelunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Yang ………./8

8

Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidaklangsung adalah Wajib Pajak tidak secara nyata-nyatalangsung menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai utangpajak kepada Pemerintah Daerah.Contoh:– Wajib Pajak mengajukan permohonan

angsuran/penundaan pembayaran;– Wajib Pajak mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 29Ayat (1)

Yang dimaksud dengan kriteria tertentu adalah Wajib Pajakmelakukan usaha yang berupa, antara lain, jasa, dagang denganomzet di atas Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 30Ayat (1)

Kepala Daerah dalam rangka pengawasan berwenang melakukanpemeriksaan untuk:a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah;b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang- undangan perpajakan Daerah.Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor atau di tempat Wajib Pajakyang lingkup pemeriksaannya dapat meliputi tahun-tahun yang lalumaupun tahun berjalan.

Ayat (2)Apabila Wajib Pajak tidak dapat memenuhi kewajibannya yangberkaitan dengan pemeriksaan pajak Daerah, maka dikenakanpenetapan secara jabatan.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 31Ayat (1)

Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukantugas di bidang perpajakan Daerah, dilarang mengungkapkankerahasiaan Wajib Pajak yang menyangkut masalah perpajakanDaerah, antara lain:a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain yang

dilaporkan oleh Wajib Pajak;b. data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan;c. dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak ketiga yang

bersifat rahasia;d. dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berkenaan.

Ayat (2)Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, pengacara, dan sebagainyayang ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk membantu pelaksanaanUndang-Undang perpajakan Daerah, adalah sama dengan petugaspajak yang dilarang pula untuk mengungkapkan kerahasiaan WajibPajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Ayat (2a) ........../9

9

Ayat (2a)Yang dimaksud dengan pihak lain, antara lain, adalah lembaganegara atau instansi pemerintah Daerah yang berwenangmelakukan pemeriksaan di bidang keuangan Daerah. Dalampengertian keterangan yang dapat diberitahukan, antara lain,identitas Wajib Pajak dan informasi yang bersifat umum tentangperpajakan Daerah.

Ayat (3)Untuk kepentingan Daerah, misalnya dalam rangka penyidikan,penuntutan atau dalam rangka mengadakan kerja sama denganinstansi lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentangWajib Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentuyang ditunjuk oleh Kepala Daerah.Dalam surat izin yang diterbitkan Kepala Daerah harus dicantumkannama Wajib Pajak, nama pihak yang ditunjuk dan nama pejabatatau ahli atau tenaga ahli yang diizinkan untuk memberikanketerangan atau memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentangWajib Pajak. Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatasdalam hal-hal yang dipandang perlu oleh Kepala Daerah.

Ayat (4)Untuk melaksanakan pemeriksaan di sidang pengadilan dalamperkara pidana atau perdata yang berhubungan dengan masalahperpajakan Daerah, demi kepentingan peradilan Kepala Daerahmemberikan izin pembebasan atas kewajiban kerahasiaan kepadapejabat pajak dan para ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2), atas permintaan tertulis Hakim ketua sidang.

Ayat (5)Maksud dari ayat ini adalah pembatasan dan penegasan, bahwaketerangan perpajakan Daerah yang diminta tersebut adalah hanyamengenai perkara pidana atau perdata tentang perbuatan atauperistiwa yang menyangkut bidang perpajakan Daerah dan hanyaterbatas pada tersangka yang bersangkutan.

Pasal 32Ayat (1)

Dengan adanya sanksi pidana, diharapkan timbulnya kesadaranWajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya.Yang dimaksud kealpaan berarti tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati,atau kurang mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatantersebut menimbulkan kerugian keuangan Daerah.

Ayat (2)Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat iniyang dilakukan dengan sengaja, dikenakan sanksi yang lebih beratdaripada alpa, mengingat pentingnya penerimaan pajak bagiDaerah.

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35 ………./10

10

Pasal 35Ayat (1)

Penyidik di bidang perpajakan daerah dan retribusi adalah pejabatpegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yangdiangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku. Penyidikan tindakpidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi dilaksanakanmenurut ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum AcaraPidana yang berlaku.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOELNOMOR 8