pemeriksaan tht

Upload: fauzi-tsani-fiandi

Post on 07-Mar-2016

387 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

PEMERIKSAAN THTA. Keterampilan pemeriksaanUmumnya, pasien dengan penyakit telinga, hidung dan tenggorokan datang dengan keluhan-keluhan sbb :telingahidungtenggorokan

Sakit kepala (cephalgia) Pusing (vertigo) Sakit kepala sebelah (migraine) Sakit telinga (otalgia) Kapoken (keluar cairan dari telinga, telinga mengeluarkan nanah) (otorhoe) Tuli (deafness) Gangguan pendengaran Telinga gatal (itching) Telinga berdenging (tinitus) Benda asing dalam telinga (corpus alienum)

Pilek (rhinorhea) Mimisan (epistaksis) Bersin-bersin (sneezing) Gangguan pembau (anosmia/hiposmia) Benda asing dalam hidung ( corpus alienum) Hidung tersumbat (nasal obstruksi) Hidung berbau (foeter ex nasal) Suara sengau (nasolalia) Batuk Sakit tenggorok Benjolan dileher Sakit menelan (odynophagia) Sulit menelan (disfagia) Suara sengau (rhinolalia) Suara serak (hoarsness) Benda asing ditenggorok Amandel (tonsil) Bau mulut (halithosis) Tenggorok kering Tenggorok berlendir

Untuk dapat menegakkan diagnosa penyakit, diperlukan keterampilan pemeriksaan fisik dan prosedur diagnostik. Seperti halnya bidang-bidang ilmu kedokteran yang lain, cara-cara pemeriksaan telinga, hidung, tenggorok dimulai dengan :1. Anamnesis, baik alloanamnesis maupun heteroanamnesis2. Pemeriksaan, meliputi :a. Inspeksib. Palpasic. Perkusid. AuskultasiCara-cara pemriksaan telinga, hidung, tenggorok dikenal sebagai cara pemeriksaan smooth and gentle. Mengapa demikian ? karena organ-organ (telinga, hidung, tenggorok) adalah organ yang sensitif. Oleh karena itu dalam pemeriksaan harus secara hati-hati dan jangan sampai menyakitkan penderita. Kadang-kadang perlu dipergunakan obat anestesi lokal agar tidak menimbulkan rasa sakit pada saat diperiksa.

B. FASILITAS RUANGANRuangan tempat pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorok harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu :1. Agak gelap/ tidak terlalu terang (ruangan diberi gorden hitam)2. Tenang3. Didalam ruangan harus tersedia :a. Meja periksa yang dilengkapi dengan : 1) 1 korsi pemeriksa2) 1 korsi tempat duduk penderitab. Tempat tidur4. Meja THT untuk meletakkan peralatan pemeriksaan

C. PERSIAPAN PEMERIKSAAN1. Menyiapkan alata. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga :1) Lampu kepala 2) Garpu tala3) Spekulum telinga beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)4) Pinset telinga5) Aplikator (plintir kapas)6) Aligator (cunam) : untuk mengambil benda asing dan untuk mengangkat polip liang telinga.7) Cerumen haak dan cerumen spoon : cerumen haak yang tumpul dan tajam (dengan kait) dan cerumen spoon yang ujungnya seperti sendok.8) Obat anestesi lokal : larutan lidokain 2 %9) Balon politzer10) Pneumatoskop siegel11) Otoskop12) Tampon sterilb. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan hidung :1) Lampu kepala2) Spekulum hidung ukuran kecil, sedang dan besar3) Pinset bayonet4) Haak untuk mengambil benda asing dihidung5) Cairan : pemati rasa (lidokain 2%), vasokonstriktor (Ephedine)6) Kapas untuk tampon7) Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang dan besar)8) Penekan lidah ( tongue depresor, tongue spatula)9) Lampu spiritus10) Mangkok bengkok (nearbeken)11) Tampon sterilc. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan mulut (laring/faring) :1) Lampu kepala2) 2 penekan lidah (tongue spatula)3) Larutan pemati rasa lokal (lidokain 2%)4) Cunam untuk mengambil benda asing ditenggorok5) Kaca laring bebrapa ukuran (kecil, sedang dan besar)6) Lampu spiritus

2. Menyiapkan Kliena. Pasien anak 1) Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua2) Dokter duduk dikursi pemeriksa3) Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa.4) Tangan orang tua memegang kedua tangan pasien, lalu tangan perawat memegangi kepala pasien5) Bila tidak ada asisten, minta orang tua untuk memfiksasi kepala anak dengan memegangi dahi anak menggunakan 1 tangan, bagian belakang kepala anak menempel didada orang tua sementara tangan yang lain melingkari badan anak.b. Pasien dewasaPasien duduk dikursi penderita dengan kaki bersilangan dengan kaki pemeriksa.

D. TINDAKAN PEMERIKSAAN THT1. Pemeriksaan telingaa. Melakukan anamnesisDigali keluhan utama, yaitu alasan datang kerumah sakit/dokter1) Telinga sakit (otalgia) : Sejak kapan Didahului oleh apa (trauma, kemasukan benda asing, pilek ) Apakah disertai dengan gejala-gejala yang lain Diagnosis banding otalgia : otitis eksterna (difusa, furunkulosa), otitis media akut, mastoiditis.2) Gangguan pendengaran (hearing loss) : Sejak kapan Didahului oleh apa Penyebab gangguan pendengaran : kongenetal, kelainan anatomi, otitis eksterna dan media baik akut maupun kronis, trauma, benda asing/cerumen, ototoksis, degenerasi, noise induce, neoplasma.3) Telinga berdengung (tinitus) : Sejak kapan Didahului oleh apa Apakah menderita penyakit lain seperti DM, hipertensi, hiperkolesterolemi Diagnosis banding titinus : cerumen atau corpus alineum, otitis eksterna, otitis media akut dan kronis.4) Keluar cairan (otorrhea): Sejak kapan Didahului oleh apa (trauma, masukan benda asing, pilek) Deskripsi cairan (jernih/keruh, cair/kental, warna kuning/kehijauan/kemerahan; berbau/tidak) Apakah keluar cairan disertai dengan darah Disertai oleh gejala yang lain (demam, telinga sakit, pusing, dll) Diagnosis banding otorrhea : MT perforation, Granulasi, polip, liang telinga, infeksi pada otitis media.b. Melakukan pemeriksaan telinga1) Untuk inspeksi liang telinga dan membran timpani, pergunakan spekulum telinga atau otoskop.2) Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga ukuran terbesar yang masih pas dengan diameter liang telinga pasien. Diameter liang telinga orang dewasa adalah 7mm, sehingga untuk otoskopi pasien dewasa, pergunakan spekulum dengan diameter 5mm, untuk anak 4mm dan untuk bayi 2,5-3mm.3) Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya unilateral, lakukan pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih dahulu.4) Menggunakan otoskopi : Otoskop dipegang menggunakan tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa, misalnya : akan memeriksa telinga kanan, otoskop dipegang menggunakan tangan kanan. Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara yaitu seperti memegang pensil atau seperti memegang pistol. Kedua teknik ini memastikan otoskop dan pasien bergerak sebagai 1 unit. Untuk pasien : berikan informasi bahwa prosedur ini tidak menyakitkan, pasien hanya diminta untuk tidak bergerak selama pemeriksaan. Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaaan penuh (fully charged) Bila terdapat serumen yang menghalangi visualisasi liang telinga telinga dan membran timpani, lakukan pembersihan serumen terlebih dahuluInspeksi telinga : untuk melihat kelainan pada telinga luar :1) Kulit daun telinga: normal/abnormal2) Muara/lubang telinga : ada atau tidak 3) Keberadaan telinga : terbentuk/tidak terbentuk, besarnya kecil/sedang/besar/normal/abnormal, adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga.4) Liang telinga : mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga, adakah tanda-tanda radang, apaka keluar cairan/tidak, adakah kelainan dibelakang/depan telinga.

5) Gendang telinga : dinilai warnanya, besar kecilnya, ada tidaknya refleks cahaya, perforasi, sikatrik, retraksi, penonjolan prosessur brevis.

Palpasi telinga , Sekitar telinga :1) Belakang daun telinga2) Depan daun telinga3) Adakah rasa sakit atau tidakAuskultasi :Menilai adakah bising disekitar liang telinga.Tes pendengaran meliputi :1) Tes bisik( whispered voice test)Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan pendengaran dan membedakan tuli hantaran dengan tuli sensory neural.Prosedur : Pasien duduk dikursi pemeriksaan Pemeriksa berdiri 60cm dibelakang pasien Pemeriksa membisikkan serangkaian angka dan huruf (misal 5-k-2) dan meminta pasien untuk mengulangi urutan kata dan huruf yang dibisikkan. Sebelum berbisik, sebaiknya pemeriksa mengeluarkan nafas (ekspirasi maksimal) secara perlahan supaya nafas pemeriksa tidak menggangu suara bisikan. Jika pasien dapat mengulang bisikan dengan benar berarti tidak ada gangguan pendengaran. Jiak pasien tidak dapat mengulang rangkaian kata dan huruf yang dibisikkan, ulangi pemeriksaan dengan menggunakan kombinasi angka dan huruf yang lain Dilakukan pemeriksaan terhadap telinga kanan dan kiri diawali dengan telinga yang normal (tidak ada gangguan pendengaran/pendengaran lebih baik). Selama pemeriksaan lubang telinga kontra lateral ditutup dengan kapas. Telinga yang lain diperiksa dengan cara sama, tetapi dengan kombinasi angka dan huruf yang berbeda Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran jika pasien dapat mengulang dengan benar paling sedikit 3 dari 6 kombinasi angka dan huruf yang dibisikkan.

2) Tes penala/ garputalaBertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran (tuli) dan membedakan tuli hantaran dan tuli sensory neural.Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama yaitu : Telinga dalam lebih sensitif terhadap hantaran suara oleh udara, dibandingkan oleh tulang Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh udara, telinga yang terganggu lebih sentif terhadap hantaran oleh tulang, disebut tuli hantaran murni (conductive hearring loss).Yang dipakai biasanya adalah garputala frekuensi 512hz.Tes penala meliputi :a) Tes rinneTes rinne berberguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang, sehingga membantu menegakkan diagnosis tuli hantaran. Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan panjang garputala yang sudah digetarkan dipasang 1 inci didepan meatus auditorius eksternus Pasien ditanya apabila sudah tidak mendengar garpu tala dipindah ke prosesus mastoidea

Setelah itu, prosedur diatas dibalik. Pemeriksaan dimulai dari prosesus mastoidea kedepan meatus auditorius eksternus. Interpretasi hasil :Tes rinne positif : suara dari konduksi udara lebih keras dibandingkan konduksi tulang (tidak ada tuli hantaran)Tes rinne negatif : suara dari konduksi tulang lebih keras menunjukkan adanya tuli hantaran atau tuli sensory neural total (suara garputala ditransmisikan melalui konduksi tulang tengkorak dan diterima oleh telinga kontralateral.b) Tes weber : Tes ini dilakukan setelah tes rinne, bertujuan untuk membedakan tuli hantaran dan tuli sensory neural Garputala yang sudah digetarkan diletakkan di verteks atau ditengah dahi Pasien ditanya suara terdengar sama keras atau lebih keras disatu sisi (kiri atau kanan Interpretasi hasil :Suara terdengar sama keras ditelinga kiri dan kanan : tidak ada lateralisasi/ normal.Suara terdengar lebih keras disatu sisi : ada lateralisasijika lateralisasi kearah telinga yang terganggu (tuli hantaran)jika lateralisasi kearah telinga kontralateral atau telinga yang sehat (tuli sensory neural).

Interpretasi hasil pemeriksaan tes penala Tes rinneTes weber

NormalpositifTidak ada lateralisasi

AS tuli hantaranNegatifLateralisasi kekiri

AS tuli neurosensory neuralPositif/negatifLateralisasi kekanan

AD tuli hantaranNegatifLateralisasi kekanan

AD tuli neurosensory neuralPositif/negatifLateralisasi kiri

Keterangan : AD Auricula DektraAS Auricular Sinistra Jika tuli sensorineural total, suara melalui hantaran tulang dan diterima telinga kontralateral.

2. Pemeriksaan hidunga. Melakukan anamneses1) Pilek Sejak kapan Apakah disertai dengan keluhan-keluhan lain ( bersin-bersin, batuk, pusing, panas, hidung tersumbat)2) Sakit Sejak kapan Adakah riwayat trauma Apakah disertai keluhan lain : tersumbat, pusing, keluar ingus (encer, kental, berbau/tidak, warna kekuning-kuningan, bercampur darah.3) Mimisan Sejak kapan Banyak/sedikit Didahului trauma/tidak Menetes/memancar Bercampur lendir/tidak Disertai bau/tidak Disertai gejala lain/tidak ( panas, batuk, pilek, suara sangang )4) Hidung tersumbat ( obstuksinasi) Sejak kapan Makin lama makin tersumbat/ tidak Disertai keluhan-keluhan lain/tidak (gatal-gatal, bersin-bersin, rinorhea, mimisan/tidak, berbau/tidak) Obstruksi hilang timbul/tidak Menetap, makin lama makin berat Pada segala posisi tidur Diagnosis banding :a) Rhinitis ( akut, kronis, alergi)b) Benda asingc) Polip hidung dan tumor hidungd) Kelainan anatomi ( atresia choana, deviasi septum)e) Trauma ( faraktur os nasal)5) Rinolalia Sejak kapan Tejadi saat apa, pilek/tidak Disertai gejala-gejala lain/tidak Ada riwayat trauma kepala/tidak Ada riwayat operasi hidung/tidak Ada riwayat operasi kepala/tidak

b. Pemeriksaan rinoskopi anteriorUrutan pemeriksaan :1) Lakukan temponade selama 5 menit dengan kapas yang dibasahi larutan lidokain 2 % dan efedrin.2) Angkat tampon hidung3) Lakukan inspeksi, mulai dari : Cuping hidung ( vestibulum nasi) Bangunan dirongga hidung Meatus nasi inferior : normal/tidak Konka inferior : normal/tidak Meatus nasi medius : normal/tidak Konka medius : normal/tidak Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum Keadaan rongga hidung : normal/tidak, sempit/lebar, ada pertumbuhan abnormal : polip, tumor, ada benda asing/tidak, berbau/tidak. Adakah discharge dalam rongga hidung, bagaimana deskripsi discharge ( banyak/sedikit, jernih, mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau)c. Pemeriksaan rinoskopi posteriorUntuk pemeriksaan :1) Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain spray 2%2) Tunggu beberapa menit3) Ambil kaca laring ukuran kecil4) Masukkan atau pasang kaca laring pada daerah ismus fausium arah kaca ke kranial5) Evaluasi bayangan-bayangan dirongga hidung posterior (nasoparing)6) Lihat bayangan di nasoparing : Fossa rossenmuler Torus tubaris Muara tuba auditiva eustachii Adenoid Konta superior Septumnasi posterior Choana

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI/DIASPANASKOPI SINUS Jika didapatkan nyeri tekan sinus atau gejala-gejala lain yang menunjukkan sinusitis,pemeriksaan transiluminasi/diaspanakopi sinus kadang dapat membantu diagnosis meskipun kurang sensitif dan spesifik. Prosedur pemeriksaan : Ruangan gelap Menggunakan sumber cahaya kuat dan terfokus,arahkan sumber cahaya di pangkal hidung d bawah alis Lindungi sumber cahaya dengan tangan kiri. Lihat bayangan kemerahan di dahi karena sinar ditransmisikan melaui ruangan udara dalam sinus prontalis kedahi Bila pasien menggunakan gigi palsu pada rahang atas, mintalah pasien untuk melepasnya. Minta pasien untuk sedikit mengadahkan kepala dan membuka mulut lebar-lebar. Arahkan sinar dari sudut mata bagian bawah dalam kearah bawah. Lihat bagian palatum durum didalam mulut. Bayangan kemerahan dipalatum durum menunjukkan sinus maksilaris normal yang terisi oleh udara. Bila sinus terisi cairan bayangan kemerahan tersebut meredup atau menghilang. Cara lain, sumber cahaya dimasukkan kemulut diarahkan kemata dan diperhatikan keadaan pupil. Bila pupil midriasis (anisokor), kemungkinan terdapat cairan/massa pada sinus. Bila pypil isokor tidak terdapat cairan atau massa.

3. Pemeriksaan tenggorokkanPEMERIKSAAN LARING-FARING Urutan :1. Siapkan alat2. Siapkan pasien3. Lakukan anamnesis4. Lakukan pemeriksaan rongga mulutAnamnesis Apa alasan datang kerumah sakit/dokter (keluhan utama)a. Sulit untuk menelan (dispagia) dan Sakit untuk menelan (odynofagia) : Sejak kapan? Apakah disertai keluhan-keluhan dibibir dan rongga mulut? Apakah disertai dengan keluhan-keluhan lain Apakah disertai dengfan keluhan untuk menelan Diagnosis banding :1. Benda asing2. Paringitis akut dan kronis3. Allergi4. Tonsilitis akut dan kronis5. GERD, divertikulum, stiktur,achalasia6. Massa7. Gangguan neurologib. Serak (hoarseness) Sejak kapan? Apakah disertai dengan keluhan yang lain seperti sesak napas/batuk? Apakah ada riwayat trauma? Batuk-batuk : apakah batuk dulu atau serak ; apakah serak dulu baru batuk? Diagnosis banding1. Laringitis akut dan kronis2. Allergi3. TB4. Nodul5. Neuplasma6. GERD7. Gangguan neurologi (post stroke)

PEMERIKSAAN BIBIR DAN RONGGA MULUTApakah ada kelainan dibibir dan rongga mulut : Bibir pecah-pecah Ulkus dibibir Drolling (ngiler) Tumor Sukar membuka mulut (trismus)

PEMERIKSAAN TONSIL Besar tonsil Permukaan : Halus/berbenjol-benjol Ulserasi Detritus Pelebaran kripte Mikro abses Tonsil berlobus-lobus Penebalan arkus Besar tonsil kanan kiri sama/tidak Disertai pembesaran kelenjar leher/tidak

PEMERIKSAAN LIDAH Ada gangguan perasa/tidak Ada kelianan-kelainan pada lidah : Paresis/paralisis lidah mengakibatkan devisiasi kesalah satu sisi Atropi papila lidah, Abnormalitas warna mukosa lidah Adanya ulserasi Tumor (berapa ukuran tumor,permukaan tumor licin atau berbenjol-benjol kasar,kenyal padat/keras, rapuh/mudah berdarah)Pemeriksaan otot hipoglosus Saat menelan?Pemeriksaan dasar lidah Ada ulkus Ada benjolan/tidak Pemeriksaan leher Inspeksi leher : simetri/ansimetris,tortikolis,tumor,limpadenopati Palpasi leher : Ada tumor atau limpadenopati : single/multiple,ukuran,konsistensi (lunak,kistik,padat,keras), permukaan (licin,berbenjol-benjol),piksasi (mudah digerakkan/tidak),nyeri tekan,tanda radang,sakit saat digerakkan/tidak Tiroid : membesar/tidak, bila ada pembesaran tiroid apakah single atau multiple,berapa ukuranya,konsistensi (lunak,kistik,padat,keras,) permukaan(licin,berbenjol-benjol) fiksasi (mudah digerakkan/tidak),nyeri tekan, tanda radang,sakit pada saat digerakkan/tidak,disertai pembesaran limponodi/tidak,ikut bergerak pada saat menelan atau tidakl,disertai suara serak/tidak,adanya gangguan hormon tiroid(hipertiroid/hipotiroid)

PENILAIAN SUARA/BICARA Serak/tidak Sengau/tidak Sedal/tidak

INDIRECT LARINGOSKOPI (DENGAN KACA LARING) Laringoskopi indirect dilakukan menggunakan kaca laring (laringearmiror) atau pleksible fiberroptic endoscope. Laringoskopi dapat mengidsntifikasi kelainan-kelainan laring dan faring baik akut maupun kronis,benigna atau maligna Indikasi laringoskopi indirek : Batuk kronikl Dypnea Disfonia Stridor Perubahan suara Sakit tenggorokan kronik Otalgia persisten Disfagia Epiktaksis Aspirasi Perokok dan alkoholisme lama Skiring karsinoma nasoparing Kegawatdaruratan angeodema trauma kepala leher Kontra indikasi : epiglotitis Prosedur : Pasien duduk berhadapan dengan dokter,posisi pasien sedikit lebih tinggi dibandingkan dokter Tubuh pasien sedikit condong kedepan,dengan mulut terbuka lebar dan lidah dijulurkan keluar. Supaya kaca laring tidak berkabut oleh napas pasien,hangatkan kaca laring sampai sedikit diatas suhu tubuh. Pegang ujung lidah pasien dengan kasa steril supaya tetap berada diluar mulut. Minta pasien untuk tenang dan mengambil napas secara lambat dan dalam melalui mulut. Fokuskan sinar dari lampu kepala ke oroparing pasien. Untuk mencegah timbulnya reflek muntah arahkan kaca laring kedalam orofaring tanpa menyentuh mukosa kaput oris,palatum molle atau dinding posterior orofaring. Putar kaca laring kearah bawah sampai dapat melihat permukaan mukosa laring dan hipolaring. Ingat pada laringoskopi indirek,bayangan laring dan faring terbalik : plika vokalis kanan terlihat disisi kiri kaca laring dan plika vokalis kanan terlihat disisi kiri kaca laring. Minta pasien untuk berkata aaaah amati pergerakan plika vokali (true vocal cords) dan kartilago arytenoid. Plika vokalis akan memanjang dan beraduksi sepanjang linea mediana. Amati gerakan pita suara (adakah paresis,asimetri gerakan,fibrasi dan atenuasi pita suara,granulasi,nodul,atau tumor pada pita suara). Untuk memperluas visualiasi,mintalah pasien untuk berdiri,sementara pemeriksa duduk,kemudian sebaliknya pasien duduk semntara pemeriksa berdiri. Amati pula daerah glotis,supraglotis dan subglotis.

21