pemeriksaan sensoris

41
Pemeriksaan Sensoris dan Pemeriksaan GCS Aglalita Jamhurisiatama S.Ked

Upload: dhe-cool

Post on 14-Aug-2015

152 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Sensoris

Pemeriksaan Sensoris

dan Pemeriksaan

GCSAglalita Jamhurisiatama S.Ked

Page 2: Pemeriksaan Sensoris

Pemeriksaan sensoris

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan sensoris :

• Kesadaran penderita harus penuh dan tajam• Prosedur pemeriksan harus benar-benar dimengerti

oleh penderita, karena pemeriksaan fungsi sensorik benar-benar memerlukan kerja sama yang sebaik-baiknya antara pemeriksa dan penderita. Dengan demikian cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah dimengerti olehnya.

• Kadang-kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan pemeriksaan anggota gerak atau bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip-kedip serta perubahan sikap tubuh.

Page 3: Pemeriksaan Sensoris

• Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaan-perbedaan sensasi yang ringan, dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat perbedaannya.

• Pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan bagian kanan. Hal ini untuk menjamin kecermatan pemeriksaan

• Pemeriksaan ini harus dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa-gesa), menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan/ tujuan, tanpa menyakiti penderita, dan penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.

Page 4: Pemeriksaan Sensoris

Tujuan pemeriksaan sensoris• Menetapkan adanya gangguan sensoris• Mengetahui adanya modalitasnya• Menetapkan polanya• Menetapkan jenis dan lokasi lesin yang

mendasari gangguan sensoris

Page 5: Pemeriksaan Sensoris

Macam-macam pemeriksaan sensoris

Tes sensoris primer• Raba halus• Nyeri• Sensasi suhu• Propriosepsi (Indera posisi)• Sensasi getar

Page 6: Pemeriksaan Sensoris

Tes sensoris sekunder• Streognosis• Grafestesia• Diskriminasi 2 titik• Sensory inattention

Page 7: Pemeriksaan Sensoris

Jenis-jenis pemeriksaan sensoris yang sering digunakan• Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik

Rasa nyeri

Rasa suhu 

Rasa raba.• Sensibilitas proprioseptif.

Rasa gerak (kinetik)

Rasa sikap (statognesia) dari otot dan persendian

Rasa getar • Sensibilitas diskriminatif 

daya untuk mengenal bentuk/ukuran.

daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb

Page 8: Pemeriksaan Sensoris

• Sensibilitas Interoseptif (Viseral)• Khusus 

Meliputi : kemampuan menghidu, melihat, mendengar, mengecap dan keseimbangan.

Page 9: Pemeriksaan Sensoris

Tes Raba HalusAlat pemeriksaan : Kapas• Cara pemeriksaaan :

Ucapkan salam dan perkenalan

Menjelaskan apa yang akan dilakukan

Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan mata tertutup

Pasien dimohon santai dan jangan tegang

Daerah yang dirangsang harus bebas dari pakaian, bulu/rambut.

Sentuhkan alat pada daerah tertentu seringan mungkin.

Pasien dimohon untuk mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ terhadap yang dirasakan, mengatakan tempatnya dimana, dan lebih terasa yang kanan atau kiri.

Bandingkan bagian tubuh kiri dan kanan.

• Daerah lateral < peka di bandingkan daerah medial

Daerah erotegenik > peka. Seperti : Leher, Genitalia, mammae.

Page 10: Pemeriksaan Sensoris

Tes Nyeri

Alat pemeriksaan : Roda bergerigi atau rader sering digunakan, bisa juga dengan menggunakan peniti atau jarum tajam dan tumpul.

• Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan bahwa anda ingin agar pasien memberitahukan apakah jarum yang dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang terganggu dengan jarum dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.

• TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri rangsangan tajam dan tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.

Page 11: Pemeriksaan Sensoris

Tes sensasi suhu

Alat pemeriksaan :

Botol/ tabung isi air panas : 40-45oC

Botol/ tabung isi air dingin : 10-15oC

Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda dengan tabung yang panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau daerah kulit yang terganggu.

Page 12: Pemeriksaan Sensoris

Tes Propriosepsi

• Gerak Pasif• Alat pemeriksaan : Anggota gerak pasien

sendiri• Cara pemeriksaan : Pegang ujung jari

jempol kaki pasien, gerakkan keatas-kebawah/ kanan-kiri.

Mintalah pasien memberitahukan apakah jari digerakan keatas-kebawah/kanan- kiri.

Page 13: Pemeriksaan Sensoris

Tes gerak dan tes sikap

Tes tunjuk jari ke hidung dilakukan dengan meminta pasien untuk menyentuh hidungnya dan jari pemeriksa secara berganti-ganti secara cepat, setepat dan selancar mungkin.

Pemeriksa mempertahankan jarinya dengan jarak satu lengan dari pasien. Pasien diminta menyentuh jari pemeriksa dan kemudian menyentuh hidungnya. Prosedur ini diulang beberapa kali, setelah itu pasien diminta melakukan pemeriksaan ini dengan mata tertutup. 

Hasil : Pasien dengan gangguan serebelum secara terus menerus melewati sasarannya, suatu keadaan yang disebut dengan past pointing. Disamping itu mereka juga mungkin mengalami tremor ketika jari mendekati sasarannya

Page 14: Pemeriksaan Sensoris

Tes gerak dan tes sikap• Tes Romberg dilakukan dengan menyuruh pasien

berdiri di depan pemeriksa, dengan kaki dirapatkan sehingga kedua tumit dan jari-jari kaki saling bersentuhan. Pemeriksa menyuruh pasien merentangkan lengannya dengan telapak tangan menghadap ke atas dan menutup matanya.

• Jika pasien dapat mempertahankan sikap ini tanpa bergerak, tes ini disebut negative. Tes Romberg positif  jika pasien mulai bergoyang-goyang dan harus memindahkan kakinya untuk menjaga keseimbangan.

• Hasil : penemuan lazim adalah salah satu lengan melayang ke bawah dengan fleksi jari-jari tangan. Gerakan ini disebut melayang pronator, dijumpai pada pasien dengan hemiparese ringan. Jika tes Romberg positif menandakan gangguan kolumna posterior.

Page 15: Pemeriksaan Sensoris

Sensasi getar

Alat pemeriksaan : Garpu tala (128hz)

TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada tonjolan tulang, tanyakan pasien dapat merasakan getaran tersebut.

Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas tibialis, spina iliaka anterior superior, di lengan dan pada ujung jari, masing-masing sendi interfalangeal, pergelangan tangan, siku dan bahu. Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu dilakukan pada bagian proksimal

Page 16: Pemeriksaan Sensoris

Sterognosis

Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis obyek yang lazim dapat digunakan seperti uang logam, penjepit kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak diakrabi harus dihindari. Ketidak mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia taktil.

Page 17: Pemeriksaan Sensoris

Grafestesia

• Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai grafestesia. Angka digambarkan pada bantalan jari tangan dengan menggunakan pensil.

• Kehilangan kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai grafenestesia.

• Jika pasien tidak mampu mengenali angka yang ditulis maka biasanya kelainan terdapat di kortex.

Page 18: Pemeriksaan Sensoris

Diskriminasi 2 Titik

Alat : Gordon holmes (2 jarum bendel)

Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi.

Rasa diskriminasi 2 titik.• Lidah : 1 mm.• Ujung jari tangan: 2 –7 mm.• Telapak tangan: 8 –12 mm• Dorsum manus: 20-30 mm• Dada: 40 mm• Paha : 70 –75 mm.• Jari kaki: 3 –8 m

Page 19: Pemeriksaan Sensoris

Barognosia

• Kemampuan mengenal berat bendayang dipegang atau mampu membeda bedakan berat benda.

• Dibutuhkan benda-benda yang bentuk dan ukurannya sama serta terbuat dari zat yang sama. Namun beratnya beda.

• Kemampuan ini akan terganggu, jika rasa propioseptif terutama rasa-sikap dan rasa-gerak tidak tdk sempurna.

Page 20: Pemeriksaan Sensoris

Topognosia

Topognosia

Untuk mengenal tempat pada tubuh yang disentuh.

• Kemampuan melokalisasi tempat rasa-raba

• Bila tidak mampu melokalisasikan rasa-raba ini, biasanya melibatkan lesi lobusparietal (topoanestesia)

Page 21: Pemeriksaan Sensoris

Perasaan abnormal di permukaan tubuh :Disestesia : Perasaan yang berlainan dari rangsang yang diberikan

contoh : Diraba- seolah kesemutan atau dibakarParestesia : Perasaan abnormal yang timbul spontan

contoh : Gatal, ditusuk, dingin

Jenis Hilang Berkurang Bertambah

Raba Anestesia Hipostesia Hiperestesia

Nyeri Analgesia Hipalgesia Hiperalgesia

Suhu Termoanestesia Termohipestesia Termohiperestesia

Page 22: Pemeriksaan Sensoris

Sensibilitas interoseptif

• Rasa interoseptif ialah perasaan dari visera (organ dalam tubuh), yaitu rasa yang hilang timbul dari organ-organ internal.

• Pasien mungkin mengemukakan gangguan perasaan berupa rasa nyeri, mules, atau kembung. Nyeri visceral ini biasanya difus, tidak tegas lokalisasinya.

• Pada pemeriksaan neurologi rasa interoseptif ini sukar dievaluasi dan sukar diperiksa. Selain lokalisasinya yang difus, kita tidak dapat melakukan tes pada organ yang letaknya di dalam tubuh.

Page 23: Pemeriksaan Sensoris

Pemeriksaan GCS (Glasgow coma scale)

Page 24: Pemeriksaan Sensoris

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

GCS dipakai untuk menentukan derajat cedera kepala. Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara/verbal dan motorik.

Page 25: Pemeriksaan Sensoris

Pemeriksaan status kesadaran

Ada 2 macam cara penilaian :

1. Penilaian Kualitatif

2. Penilaian Kuantitatif

Page 26: Pemeriksaan Sensoris

Penilaian Kualitatif

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran danrespon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,

Tingkat kesadaran kesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,sadarsepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaantentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untukberhubungandengan sekitarnya, sikapnyaacuh tak acuh.

Page 27: Pemeriksaan Sensoris

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,kadang berhayal.

4. Somnolen(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporokoma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Page 28: Pemeriksaan Sensoris

Penilaian kuantitatif

Eye

4 : membuka mata tanpa stimulasi dalam kondisi terjaga penuh.

3 : bisa membuka mata jika distimulasi ditepuk tepuk badannya

2 : bisa membuka mata hanya jika disakiti

1 : tidak bisa membuka mata no respon

Page 29: Pemeriksaan Sensoris

Komponen mata

Page 30: Pemeriksaan Sensoris

Verbal

5 : bisa menjawab sesuai yang ditanyakan

4 : bisa menjawab dengan kalimat, tapi tidak jelas.

3 : bisa menjawab dengan kata, tapi tidak jelas.

2 : hanya bisa menjawab dengan erangan

1 : no respond

Page 31: Pemeriksaan Sensoris

Komponen verbal

Page 32: Pemeriksaan Sensoris

Motorik

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4) : with draws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kakiextensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jarimengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Page 33: Pemeriksaan Sensoris

Komponen Motorik

Page 34: Pemeriksaan Sensoris
Page 35: Pemeriksaan Sensoris

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan.

Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1)

Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6.

Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6.

Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.

GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.

Page 36: Pemeriksaan Sensoris

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

• GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)

• GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)

• GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat

Page 37: Pemeriksaan Sensoris

Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :

Compos Mentis(GCS: 15-14)

Apatis (GCS: 13-12)

Somnolen(11-10)

Delirium (GCS: 9-7)

Sporo coma (GCS: 6-4)

Coma (GCS: 3))

Page 38: Pemeriksaan Sensoris

Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU,dimana pasien diperiksa

• apakah sadar baik (Alert), • berespon dengan kata-kata (Verbal),• hanya berespon jika di rangsang nyeri

(Pain). • pasien tidak sadar sehingga tidak

berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (Unresponsive).

Page 39: Pemeriksaan Sensoris

Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU,

• Alertness : pasien diperiksa kesadarannya apakah baik.

• Confusion : bingung /kacau. • Drowness : mudah tertidur.• Unresponsiveness : tidak ada respon.

Page 40: Pemeriksaan Sensoris

Penyebab penurunan kesadaranPenurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit

fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika :

• otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); • kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan

syok); • penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma

ketoasidosis) ; • pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi;

asidosis, alkalosis; • pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan:

hipertermia, hipotermia.• peningkatan tekanan intrakranial (karena

perdarahan, stroke, tomor otak); • infeksi (encephalitis); • epilepsi.

Page 41: Pemeriksaan Sensoris

TERIMA KASIH...