pemeriksaan nilai konservasi tinggi (nkt)...rangkuman eksekutif catatan kaki 43 lampiran 1: templat...

46
Pemeriksaan Nilai Konservasi Tinggi (NKT): Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap April 2019

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Pemeriksaan Nilai Konservasi Tinggi (NKT):Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    April 2019

  • Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    2

    Tentang HCV Network

    Penulisan daftar pustaka:

    High Conservation Value (HCV) Network (Jaringan Nilai Konservasi Tinggi) merupakan organisasi payung yang menaungi pengembangan dan implementasi praktis dari pendekatan NKT. HCV Network adalah organisasi dengan keanggotaan, dan mencakup LSM, produsen komoditas, perusahaan, skema sertifikasi, dan organisasi konservasi yang peduli akan perlindungan nilai lingkungan dan sosial yang ditemukan di dalam pertanian dan kehutanan. Sejak didirikan pada 2005, struktur tata kelola HCV Network berkembang dari Grup Pengarah ke Komite Pengelolaan yang dipilih oleh anggota. Pada 2015 HCV Network secara resmi tergabung sebagai perusahaan nirlaba di bawah nama HCV Network Limited.

    Penulis:

    Ellen Watson, Anders Lindhe, Helen Newing dan Olivia Scholtz

    Ucapan terima kasih:

    Kami ingin mengucapkan terima kasih atas umpan balik yang amat bermanfaat dari Marcus Colchester, Nev Kemp, Edi Purwanto, Michael Senior, Atiek Widayati, dan Betsy Yaap.

    Watson, E., A. Lindhe, H. Newing and O. Scholtz. High Conservation Value (HCV) Screening: Guidance for identifying and prioritising action for HCVs as part of jurisdictional and landscape approaches. 2019 (April). HCV Network Ltd.

    Dokumen ini didanai oleh:

    West Suite, Frewin Chambers, Frewin Court, Oxford OX1 3HZ, United Kingdom

    [email protected]

    HCV Network Limited adalah perusahaan terdaftar di Inggris dan Wales (no. 9710578)

  • www.hcvnetwork.org

    3

    Tujuan dokumen panduan ini

    Tujuan dokumen panduan ini adalah memperkenalkan metodologi yang dinamakan Pemeriksaan NKT (HCV Screening). Pemeriksaan NKT adalah studi desktop yang ditujukan untuk menetapkan karakterisasi aspek lingkungan dan sosial dari yurisdiksi atau lanskap, menilai kemungkinan keberadaan NKT, mempertimbangkan ancaman ke NKT tersebut, dan terutama mengindikasikan nilai mana yang dianggap paling penting untuk ditangani dengan aksi dan intervensi lanjutan. Pada saat pengembangan panduan ini, masukan dikumpulkan melalui diskusi dengan praktisi, lokakarya, dan webinars. Ini bertujuan untuk menguji panduan dan metodologi ini di lapangan. Ini kemudian dapat mengarah ke pembaruan panduan dan metodologi di masa mendatang yang diperkaya dengan contoh praktis atau studi kasus.

    Panduan ini dapat diterapkan di dalam beragam konteks geografi, ekosistem, dan komoditas. Untuk beberapa kasus, panduan ini dapat dipakai sebagai panduan latihan yang baik, sementara di kasus lain (contohnya, sertifikasi yurisdiksi), beberapa elemen panduan ini memiliki signifikansi yang lebih normatif. Pengembangan panduan ini didanai the German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ) and HCV Network Ltd. Salah satu alasan GIZ mendanai pengembangan panduan ini adalah agar panduan ini dapat berkontribusi untuk pekerjaan yang sedang berjalan di Kapuas Hulu, Indonesia (lihat Kotak 1), di mana pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya berkomitmen terhadap inisiatif yurisdiksi yang berkelanjutan.

    Target pengguna panduan ini adalah anggota tim pemeriksa NKT dan pemangku kepentingan yang secara aktif terlibat di dalam proses pemeriksaan dan proyek, atau inisiatif yang lebih luas di mana panduan ini akan dipakai. Proses ini Kemungkinan besar akan melibatkan staf teknis dari pemerintah, LSM, pakar dan konsultan. Lihat bagian 2.1.3 untuk informasi lebih lanjut terkait rekomendasi kualifikasi untuk anggota tim pemeriksa. HCV Network akan menyiapkan versi singkat dokumen ini yang ditujukan kepada pemerintah, perusahaan, penyandnag dana, dan pembuat kebijakan.

  • Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    4

    Daftar isi

    1 Bagaimana pendekatan NKT dapat berkontribusi ke inisiatif lanskap dan yurisdiksi 6

    1.1 Pendekatan NKT 6

    1.2 Pendekatan lanskap dan yurisdiksi 7

    1.3 Masukan NKT ke perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan 8

    1.4 Pemeriksaan NKT 11

    1.5 Masukan NKT ke lanskap berkelanjutan 14

    2 Langkah latihan pemeriksaan NKT 17

    2.1 Langkah 1: Tetapkan tujuan dan cakupan 17

    2.2 Langkah 2: Mengumpulkan informasi untuk analisis 19

    2.3 Langkah 3: Membuat estimasi probabilitas keberadaan NKT 21

    2.4 Langkah 4: Membuat estimasi tingkat ancaman terhadap NKT 34

    2.5 Langkah 5: Penilaian risiko 38

    2.6 Langkah 6: Membuat prioritas langkah selanjutnya 40

    Akronim

    Rangkuman eksekutif

    Catatan Kaki 43

    Lampiran 1: Templat Laporan Pemeriksaan NKT 44

    5

  • www.hcvnetwork.org

    5

    Akronim

    AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    BMZ German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development

    CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora

    CR Critically endangered/Terancam Kritis (IUCN Red List)

    DAS Daerah Aliran Sungai

    DTA Daerah Tangkapan Air

    EN Endangered/Terancam Genting (IUCN Red List)

    FSC Forest Stewardship Council

    GIZ Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit

    GRK Gas Rumah Kaca

    HHBK Hasil Hutan Bukan Kayu

    HLGT Hutan Lindung Gunung Tarak

    IFL Intact Forest Landscape (Lanskap Hutan Utuh)

    IBAT Integrated Biodiversity Assessment Tool (Perangkat Penilaian Keanekaragaman Hayati Terpadu)

    IN Intepretasi Nasional

    IUCN International Union for Conservation of Nature

    KBA Key Biodiversity Area (Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati)

    LCP Landscape Conservation Plan (Rencana Konservasi Lanskap)

    LGT Lanskap Gunung Tarak

    LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

    NKT Nilai Konservasi Tinggi

    PADIATAPA Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan

    Pendekatan SKT Pendekatan Stok Karbon Tinggi

    RSPO Roundtable on Sustainable Palm Oil

    RTE Rare, threatened and endangered (Langka, terancam atau hampir punah)

    SDA Sumber Daya Alam

    SKT Stok Karbon Tinggi

    TNGP Taman Nasional Gunung Palung

    UNDP United Nations Development Programme

    UP Unit Pengelolaan

    UPKS Unit Pengelolaan Kelapa Sawit

    Vu Vulnerable/Rentan (IUCN Red List)

    UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation

    WCS Wildlife Conservation Society

    WRI World Resources Institute

    WWF World Wide Fund for Nature

  • 6

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    1. Bagaimana pendekatan NKT dapat berkontribusi ke inisiatif lanskap dan yurisdiksi

    1.1 Pendekatan NKT

    Pendekatan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) dirumuskan lebih dari 20 tahun yang lalu1 sebagai alat dan kerangka kerja untuk melindungi nilai lingkungan dan sosial yang penting di dalam hutan yang tersertifikasi oleh Forest Stewardship Council (FSC). Sejak saat itu, pendekatan ini meluas ke komoditas2 dan ekosistem lain, sehingga selama satu dekade terakhir, pemeliharaan NKT menjadi komponen pokok di dalam produksi dan pemanfaatan sumber daya yang bertanggung jawab. Pendekatan NKT didasarkan pada enam nilai (lihat Gambar 1) dengan NKT 1, 2, dan 3 mewakili nilai lingkungan yang signifikan di skala rujukan nasional atau global; sementara NKT 4, 5, dan 6 adalah nilai sosial dan SDA yang diidentifikasi melalui keterlibatan dan konsultasi dengan masyarakat lokal. HCV Network adalah organisasi dengan keanggotaan yang didedikasikan untuk pengawasan pendekatan NKT. Penerapan pendekatan NKT yang konsisten di seluruh daerah dan sektor mengharuskan setiap orang yang terlibat untuk memakai definisi NKT yang sama dan mengikuti pendekatan umum yang sama. Oleh karena itu, peran HCV Network adalah mengembangkan panduan cara mengaplikasikan pendekatan NKT.

    Gambar 1 Definisi lengkap keenam kategori NKT

    Jasa ekosistem

    Jasa ekosistem dasar yang kritis, termasuk perlindungan DTA dan pengendalian erosi tanah dan kemiringan yang rawan.

    NKT 4

    Ekosistem dan habitat

    Ekosistem langka, terancam, atau hampir punah, atau refugia.NKT 3

    Kebutuhan masyarakat

    Lokasi dan sumber daya yang fundamental untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal atau asli (untuk mata pencaharian, kesehatan, nutrisi, air, dll.) diidentifikasi dengan cara terlibat dengan masyarakat lokal atau asli tersebut.

    NKT 5

    Nilai kultural

    Lokasi, sumber daya, habitat, dan lanskap kultural global dan nasional, signifikansi arkeologi atau historis, dan/atau kepentingan kultural, ekologis, ekonomi atau religius/sakral yang kritis untuk kebudayaan tradisional masyarakat lokal atau masyarakat asli, diidentifikasi dengan cara terlibat dengan masyarakat lokal atau masyarakat asli tersebut.

    NKT 6

    Keanekaragaman spesies

    Konsentrasi keanekaragaman hayati termasuk spesies endemik dan langka, terancam, atau terancam bahaya yang signifikan di tingkat global, regional, atau national.

    NKT 1

    Ekosistem tingkat lanskap, mosaik ekosistem dan Lanskap Hutan Utuh (IFL)

    Ekosistem tingkat lanskap besar, mosaik ekosistem dan Lanskap Hutan Utuh yang signifikan di tingkat global, regional, atau nasional.

    NKT 2

  • 7

    www.hcvnetwork.org

    1.2 Pendekatan lanskap dan yurisdiksi

    Sertifikasi sukarela telah berhasil mempromosikan produksi komoditas dengan bertanggung jawab, seperti kayu dan kelapa sawit (tampak, misalnya, dari saham pasar produksi global FSC dan Roundtabel on Sustainable Palm Oil (RSPO). Sertifikasi ini berperan secara langsung dengan mendorong perubahan positif di tingkat unit pengelolaan (UP) dan, secara tidak langsung, dengan menunjukkan contoh praktik terbaik untuk sektor dan legislator. Namun, usaha sukarela dari beberapa aktor yang beroperasi di UP yang terisolasi tidak akan cukup untuk mengatasi tantangan skala besar yang rumit dengan efektif, seperti deforestasi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan ancaman terhadap mata pencaharian dan nilai kultural, yang memiliki lebih dari satu pendorong dan terjadi di wilayah yang luas, serta melibatkan aktor yang berbeda-beda. Pemerintah, yayasan, LSM, dan perusahaan mempertimbangkan pendekatan lanskap atau yurisdiksi untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.

    Lanskap dapat didefinisikan berdasarkan karakteristik alami (contohnya, ekosistem, jenis vegetasi utama, DAS, bioma, atau kawasan ekologi) atau berdasarkan karakteristik sosial (contohnya, batas-batas hukum, politik, administratif, atau kultural). Pendekatan lanskap adalah “kerangka kerja untuk mengintegrasikan kebijakan dan praktik untuk beragam penggunaan lahan [yang seringkali] saling bersaing menggunakan implementasi sistem pengelolaan yang adaptif dan terpadu” (Reed et al. 2016). Pengelolaan tingkat lanskap terpadu bukanlah konsep baru, tetapi pendekatan ini telah berkembang dan berubah di dalam proses pengintegrasian pembangunan sosial dan ekonomi dengan konservasi keanekaragaman hayati, dan yang terkini, dengan mitigasi perubahan iklim (Reed et al. 2016)3. Aktor atau kelompok aktor apa pun dapat memulai pendekatan lanskap. Biasanya ini melibatkan kolase informasi (contohnya, mengenai penggunaan dan hak atas lahan dan sumber daya, habitat dan distribusi spesies, serta nilai lingkungan dan sosial), konsultasi multipemangku kepentingan, kolaborasi dan pembangunan konsensus, dan pengembangan institusi tata kelola serta mekanisme penerapan dan pengawasan. Menurut Reed et al. (2016) karena lanskap bersifat dinamis, tidak ada titik akhir yang jelas untuk pendekatan lanskap, tetapi pendekatan ini lebih merupakan proses negosiasi, percobaan, dan adaptasi yang iteratif.

    Pendekatan yurisdiksi adalah jenis pendekatan lanskap yang diaplikasikan pada unit yurisdiksi (administrasi hukum) dan di dalamnya terdapat kewenangan yurisdiksi (pemerintah) relevan yang memainkan peran utama. Unit yurisdiksi bisa mencakup pemerintah kota atau kabupaten/distrik, provinsi, negara bagian, atau keseluruhan negara. Pendekatan yurisdiksi membutuhkan kewenangan yang berkomitmen dan berperan aktif. Pendekatan ini menciptakan kesempatan untuk kehadiran perencanaan penggunaan lahan yang lebih efektif, pengakuan resmi hak atas tanah, kompensasi, legislasi, penegakan hukum, keterlibatan dan pemulihan untuk pemangku kepentingan. Tujuannya adalah menegaskan perbedaan antara “sukarela” dan “wajib”; oleh karena itu, pihak berwenang harus mempertimbangkan cara memastikan kepatuhan akan kerangka kerja yang sudah disepakati, tujuan-tujuan, standar, dll. pihak yang bukan (misalnya) anggota standar sukarela atau sedang berkomitmen untuk melakukan praktik berkelanjutan. Harus dipertimbangkan cara membuat pendekatan yurisdiksi berfungsi ketika sebelumnya legislasi mungkin gagal untuk mencegah kerusakan sosial dan lingkungan. Tantangan internal mungkin akan ditemukan dari interaksi di antara kewenangan di beragam tingkat pemerintahan, di departemen yang berbeda, dan seringkali dengan kepentingan dan tujuan yang berbeda.

    Di dalam dokumen ini istilah lanskap dan yurisdiksi dipakai bersamaan atau secara bergantian karena pemeriksaan NKT dapat dipakai di lanskap yang meliputi beragam yurisdiksi atau untuk satu yurisdiksi. Namun, bahkan ketika pendekatan NKT dipakai untuk satu yurisdiksi, salah satu prinsip pendekatan NKT adalah pendekatan ini mempertimbangkan lanskap ekologis dan sosial yang relevan. Oleh karena itu, jika batas-batas yurisdiksi membentuk garis arbitrer yang melintasi suatu habitat, DAS, atau wilayah hutan desa—lanskap fungsional harus dipertimbangkan lebih daripada sekadar batas yurisdiksi untuk pemeliharaan NKT jangka panjang.

  • 8

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    1.3 Masukan NKT ke perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan

    Pendekatan NKT adalah alat dan kerangka kerja yang berguna untuk dipakai sebagai bagian dari perencanaan penggunaan lahan. Penggunaan pendekatan NKT yang tepat harus mempertimbangkan keenam nilai melalui kombinasi studi pustaka, kerja lapangan, serta konsultasi dan partisipasi pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pendekatan NKT ditujukan untuk dipakai dengan mengombinasikan instrumen dan kerangka pengamanan lain dalam konteks tata kelola yang baik dan menghargai prinsip fundamental dari penggunaan lahan dan sumber daya yang bertanggung jawab, termasuk:

    • Kepatuhan akan hukum internasional, nasional, dan lokal;

    • Pengakuan atas hak yang dapat dibuktikan dari semua pihak untuk menggunakan lahan atau air, termasuk hak hukum dan adat masyarakat lokal dan masyarakat adat;

    • Pengakuan bahwa penggunaan atau pengelolaan lahan atau air oleh aktor lain tidak mengurangi hak hukum atau adat dari masyarakat adat, masyarakat lokal, atau pengguna lainnya, tanpa keberadaan Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA) dari orang-orang tersebut;

    • Komitmen bahwa wilayah yang dinilai penting di tingkat situs dan lanskap untuk memelihara atau meningkatkan NKT akan dikelola secara bertanggung jawab dan tidak didegradasi atau dirusak; dan

    • Komitmen bahwa nilai yang tidak memenuhi kriteria NKT juga dikelola secara bertanggung jawab.

    Pendekatan NKT telah dipakai di skala lanskap, sampai batas tertentu, selama lebih dari satu dekade, walaupun pada tahun-tahun belakangan ini dengan penggunaan inisiatif lanskap dan yurisdiksi untuk keberlanjutan, penerapan pendekatan NKT di skala yang lebih besar semakin sering diminta. Ada lebih banyak perhatian dari beragam pemerintahan dan institusi multilateral (contoh, BMZ, UNDP) untuk meminta dan/atau mendukung serta memfasilitasi penerapan skala besar pendekatan NKT untuk memandu perencanaan penggunaan lahan, pengadaan dari sumber yang berkelanjutan, langkah legislatif dan perundang-undangan, dll. (lihat Kotak 1).

    UNDP - Global

    United Nations Development Programme (UNDP) mendukung beberapa proyek yang menggunakan pendekatan NKT sebagai bagian pengelolaan lanskap terpadu. Contohnya termasuk:

    • Di Lao PDR: dukungan untuk pengadopsian panduan yang dibuat oleh HCV Network untuk mengidentifikasi NKT, termasuk menerjemahkan makna keenam kategori NKT dalam konteks Lao DPR, dan mengembangkan konsensus yang luas terkait definisi ini. Begitu konsensus tercapai, proyek akan bekerja dengan pemangku kepentingan yang relevan untuk menggabungkan definisi NKT ke dalam kebijakan yang relevan dan peraturan yang mengatur pengelolaan sumber daya hutan, serta menetapkan persyaratan yang mengharuskan Hutan Konservasi (wilayah terlindungi) dan Hutan Lindung memasukkan aksi yang disyaratkan di bawah penetapan beragam NKT ke rencana pengelolaan dan operasi sehari-harinya.

    • Myanmar Ridge to Reef (dari Bukit hingga Terumbu Karang): mengamankan perlindungan jangka panjang Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati di Tanintharyi melalui perencanaan dan pengelolaan terpadu di tingkat lahan dan lanskap bahari dengan menggunakan pendekatan NKT untuk mengidentifikasi dan mengamankan modal alami ketika masyarakat lokal menggantungkan hidupnya sedikit atau banyak pada modal alami tersebut.

    • Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau: berkontribusi pada pengembangan rencana spasial yang ditujukan untuk mengamankan produksi komoditas dan perluasan ke wilayah yang tepat, serta pengurangan dan pada akhirnya pemberantasan deforestasi yang berhubungan dengan perluasan komoditas, dimulai dengan wilayah hutan NKT dan Stok Karbon Tinggi (SKT).

    • Mengidentifikasi, menilai, mendelineasi, dan memetakan wilayah NKT dan mengembangkan rekomendasi/rencana pengelolaan untuk wilayah tersebut di dalam lanskap proyek SECURE Himalaya di distrik terpilih yang mencakup Jammu dan Kashmir, Himachal Pradesh, Uttarakhand dan Sikkim, India.

    1

  • 9

    www.hcvnetwork.org

    Grup Kolaboratif Keanekaragaman Hayati Afrika - Republik Kongo

    Dari 2015-2016 di Republik Kongo (RK), Wild Conservation Society (WCS) memimpin konsorsium yang melibatkan World Wide Fund for Nature (WWF) dan World Resources Institute (WRI) dalam latihan perencanaan spasial yang mencakup zona hutan utara RK, dirancang untuk mengidentifikasi wilayah prioritas untuk konservasi di skala yurisdiksi. Analisis difokuskan pada keanekaragaman hayati dan ekosistem (NKT 1-3). RK berkomitmen pada program yurisdiksi REDD+ yang ditetapkan di dua departemen Sangha dan Likuola, mencakup sekitar 10 juta ha hutan Cekungan Kongo. Proyek ini dirancang untuk mendukung implementasi program pengurangan emisi di Kongo utara dengan menyediakan data ke distribusi spasial nilai keanekaragaman hayati dan bagaimana nilai ini bertumpang-tindih dengan stok karbon.

    Konsorsium ini menggabungkan data survei dari 16 survei margasatwa yang terpisah yang dilaksanakan di lanskap ini antara 2008 sampai 2016. Model kepadatan spesies dibuat dari data survei untuk memprediksi jumlah spesies di wilayah yang belum disurvei. Ini dikombinasikan dengan tipologi habitat hutan yang diambil dari kerja yang dilakukan oleh CIRAD dan University of Leeds, dan indikator baru dari jejak manusia (The Human Pressure Index/Indeks Tekanan Manusia) yang dikembangkan oleh WRI. Data biomassa permukaan tanah disediakan oleh NASA, dari analisis yang dilakukan untuk program pengurangan emisi. Ini dipakai untuk mengukur kondisi hutan dengan membandingkan ukuran biomassa di dalam tipe habitat yang sama.

    Piranti lunak untuk perencanaan spasial bernama Zonation dipakai untuk menyoroti area yang memiliki nilai tumpang-tindih dengan kepadatan spesies, biomassa tinggi, dan kondisi hutan yang baik. Wilayah prioritas kemudian diidentifikasi untuk setiap jenis hutan dengan mempertimbangkan konektivitas ke wilayah terlindungi yang ada (jika dapat dilakukan). Peta zona prioritas konservasi yang dihasilkan dapat disamakan dengan probabilitas peta keberadaan NKT 1 dan 2 di skala lanskap. Ini dapat dipakai untuk mengidentifikasi potensi wilayah terlindungi baru dan untuk memandu keputusan pengelolaan hutan, seperti penetapan zona konservasi. Diharapkan peta-peta ini juga dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas pembayaran karbon berdasarkan hasil karena wilayah prioritas tinggi akan menguntungkan untuk keanekaragaman hayati dan iklim.

    USAID LESTARI - Papua

    USAID LESTARI berpengalaman dalam menerapkan pendekatan NKT di tingkat lanskap sebagai titik masuk untuk memperbaiki perencanaan spasial di Kabupaten Mappi dan Bouven Digoel, Papua, Indonesia. LESTARI mendukung pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan melestarikan keanekaragaman hayati di ekosistem hutan dan gambut yang kaya karbon dan signifikan secara biologi. LESTARI menerapkan pendekatan lanskap untuk mengurangi emisi GRK, mengintegrasikan konservasi hutan dan lahan gambut dengan pembangunan rendah emisi yang dicapai melalui tata kelola penggunaan lahan yang lebih baik, meningkatkan pengelolaan wilayah terlindungi serta perlindungan spesies penting, sektor swasta dan praktik industri yang berkelanjutan, dan memperluas daerah pemilihan untuk konservasi di antara begitu banyak pemangku kepentingan di lanskap di mana pendekatan ini terbukti berhasil.

    Inisiatif utama di lanskap Mappi – Bouven Digeol adalah merasionalisasi rencana spasial yang amat condong ke arah pengembangan perkebunan kelapa sawit dan industri kayu ekstraktif, dan sangat kurang di wilayah konservasi. Penilaian NKT skala lanskap diimplementasikan untuk mengidentifikasi wilayah prioritas untuk konservasi keanekaragaman hayati, jasa lingkungan, kebutuhan masyarakat, dan nilai kultural. Penilaian NKT yang menyeluruh di wilayah seluas 4,5 juta ha akan memakan terlalu banyak waktu dan biaya. Oleh karena itu, NKT 1-4 indikatif diidentifikasi melalui pemetaan tutupan lahan dari data sekunder yang tersedia ditambah dengan citra satelit terbaru, kemudian dikombinasikan dengan penilaian lapangan oleh pakar dari beberapa universitas di Papua, WWF Indonesia, pemerintah daerah, dan mitra nonpemerintah, di lokasi penting yang dipilih atas dasar potensi ekosistemnya dan tingkat ancaman dari pembangunan yang diajukan. NKT 5 dan 6 diidentifikasi secara indikatif di seluruh wilayah kabupaten dengan pemetaan partisipatif yang intensif dan diskusi kelompok selama beberapa bulan dengan melibatkan perwakilan semua masyarakat adat yang mengklaim hak adat. Hasil identifikasi NKT skala lanskap indikatif kemudian dikonsultasikan secara menyeluruh di tingkat kabupaten melalui konsultasi pemangku kepentingan yang inklusif dan partisipatif untuk mendapatkan masukan dan koreksi.

  • 10

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    Tropenbos Indonesia - West Kalimantan

    Tropenbos Indonesia selama ini mengusahakan prioritas konservasi dan pengembangan skala besar di Lanskap Gunung Tarak (LGT) berdasarkan pendekatan NKT. Mereka mendukung ormas sipil dan masyarakat untuk mengoordinasikan strategi mereka dan memengaruhi pemerintah dan perusahaan kelapa sawit untuk menetapkan, melestarikan, dan mengelola wilayah NKT.

    LGT mencakup 506.000 ha ekosistem dataran rendah di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, Kalimantan Barat, Indonesia, di mana perubahan penggunaan lahan telah memicu konsekuensi negatif untuk wilayah yang penting secara ekologis, termasuk fragmentasi. Tropenbos Indonesia menganalisis perubahan NKT di lanskap dari 2000 sampai 2016 kemudian berfokus pada NKT yang hilang di enam belas unit pengelolaan kelapa sawit (UPKS) di lanskap tersebut.

    Temuan mereka menunjukkan hilangnya wilayah NKT antara 2000-2016 terutama disebabkan oleh hilangnya wilayah hutan, yang ditebang dalam jumlah besar dan kemudian dikonversi menjadi wilayah produksi komoditas pertanian, terutama perkebunan kelapa sawit. Wilayah NKT pada 2000 (sebelum pelaksanaan perluasan UPKS skala besar) memiliki proporsi yang cukup moderat di dalam UPKS; tetapi sesudah 16 tahun, tingkat pemeliharaan wilayah NKT secara keseluruhan ditemukan rendah. Pada 2016, wilayah NKT yang luas hanya berada di empat ekosistem hutan: Taman Nasional Gunung Palung (TNGP), Hutan Lindung Gunung Tarak (HLGT) dan sebagian hutan rawa gambut Sungai Putri dan Pematang Gadung. Beberapa UPKS sepertinya menunjukkan usaha konservasi dan/atau komitmen terhadap praktik berkelanjutan karena mereka mempertahankan wilayah NKT yang relatif lebih besar dibandingkan dengan UPKS lainnya.

    Namun, fragmentasi wilayah NKT di LGT menghasilkan fragmentasi dan isolasi di beberapa bagian lanskap dan di beberapa UPKS. Identifikasi wilayah NKT lanskap berfungsi sebagai dasar awal strategi untuk mengembalikan koneksi di antara wilayah hutan yang terfragmentasi dan meningkatkan kelangsungan populasi tanaman dan hewan. Dari wilayah NKT lanskap yang teridentifikasi di LGT, mereka menemukan celah di antara ekosistem besar TNGP dan HLGT, dan hutan rawa gambut Sungai Putri, yang memberi indikasi bahwa pembangunan koridor ekologis adalah kebutuhan urgen.

    www.tropenbos.org/resources/publications/

    Penilaian NKT lanskap digunakan lebih lanjut oleh forum multipemangku kepentingan yang difasilitasi oleh proyek, untuk mengidentifikasi wilayah yang memiliki potensi “konflik pembangunan berkelanjutan” dan mengembangkan solusi untuk menangani isu-isu tersebut di dalam rencana konservasi lanskap (Landscape Conservation Plan/LCP). LCP menganalisis ancaman kepada NKT di dalam lanskap dan menetapkan prioritas untuk konservasi berdasarkan tingkat nilai dan ancaman tersebut. LCP juga mengelaborasi strategi dan fokus pengelolaan untuk memelihara dan meningkatkan nilai penting di dalam lanskap. Melalui pengembangan LCP untuk Mappi dan Bouven Digoel, pemahaman dan justifikasi untuk konservasi wilayah NKT prioritas di dalam kabupaten ini dapat ditingkatkan lebih jauh.

    Dengan dukungan dari badan pemerintahan dan LSM lokal, LCP yang memprioritaskan wilayah untuk konservasi dipakai sebagai masukan substantif pada saat Penilaian Lingkungan Strategis dan Perencanaan Spasial untuk kedua kabupaten tersebut. Melalui proses yang cukup panjang ini, diawali dengan baik di penilaian NKT skala lanskap (yaitu, pemeriksaan NKT), sekitar 1,5 juta ha lahan habitat dan hutan penting di Papua sekarang diajukan untuk konservasi atau pengelolaan hutan yang lebih baik dengan dukungan penuh dari pemangku kepentingan lokal dan pemerintah daerah di bawah rencana spasial kabupaten, dan oleh karena itu tidak akan tersedia untuk perkebunan atau pembangunan destruktif lainnya di masa mendatang.

    www.lestari-indonesia.org/en/lestari-project/

    https://www.tropenbos.org/resources/publications/%20high+conservation+value+(hcv)+at+landscape+and+jurisdictional+levels+in+indonesiahttps://www.lestari-indonesia.org/en/lestari-project/

  • 11

    www.hcvnetwork.org

    1.4 Pemeriksaan NKT

    Pemeriksaan NKT sebagian besar merupakan studi desktop jarak jauh yang bertujuan untuk menetapkan karakterisasi aspek lingkungan dan sosial dari yurisdiksi atau lanskap, menilai kemungkinan keberadaan NKT, mempertimbangkan ancaman terhadap NKT tersebut, dan akhirnya mengindikasikan nilai mana yang dianggap paling urgen untuk ditindaklanjuti dengan aksi dan intervensi. Pemeriksaan NKT terdiri dari enam langkah utama, seperti yang dirangkum di Gambar 2. Untuk langkah 1 dan 2, yang harus dilakukan adalah dengan jelas menetapkan di mana dan kenapa pemeriksaan dilakukan, kemudian mengumpulkan informasi terbaik yang tersedia untuk dipakai sebagai dasar langkah 3 dan 4. Langkah 3 dan 4 mencakup pembuatan estimasi kemungkinan atau probabilitas keberadaan NKT dan bagaimana NKT ini mungkin terancam. Langkah 5 memakai hasil gabungan kemungkinan keberadaan NKT dan tingkat ancaman untuk menghasilkan penilaian peringkat risiko atau tingkat urgensi. Hasil penilaian risiko kemudian dianalisis dan dipakai untuk menetapkan prioritas dan merencanakan langkah selanjutnya di langkah 6.

    Dengan kata lain, hasil pemeriksaan NKT memberikan jalan untuk memprioritaskan aksi di skala besar dalam kondisi yang kompleks – memandu penilaian dan perencanaan lokal. Pemeriksaan ini tidak sama dengan penilaian NKT yang mendetail untuk keseluruhan lanskap atau yurisdiksi (lihat Tabel 1), tapi dapat menyoroti nilai dan area penting serta memulai diskusi pemangku kepentingan mengenai keberlanjutan jangka panjang. Kemudian, para pemangku kepentingan dapat menentukan bagaimana hasil pemeriksaan dan implikasinya akan dapat digabungkan ke rencana yang lebih besar untuk yurisdiksi atau lanskap, dan sumber daya apa yang dibutuhkan untuk membuat kemajuan.

    Walaupun pemeriksaan NKT dimaksudkan sebagai studi desktop, tergantung pada konteks, tujuan, dan sumber daya yang tersedia, pengumpulan data, pemetaan, konsultasi dan pelibatan pemangku kepentingan dapat dilaksanakan dengan tingkat usaha yang berbeda-beda. Semakin banyak usaha yang diinvestasikan pada latihan pemeriksaan, semakin mendetail hasilnya dan tim pemeriksaan akan dapat merekomendasikan intervensi pengelolaan, strategi pelibatan, dan langkah praktis selanjutnya dengan lebih akurat.

    Proyek-proyek ini dan proyek lainnya mendasarkan kerja mereka pada dokumen panduan HCV Network dan Interpretasi Nasional (IN) NKT. Dokumen panduan ini berguna dan bermanfaat, tapi terutama dikembangkan dengan pertimbangan skala yang kecil dan dengan aplikasi pendekatan NKT yang lebih tertarget. Peningkatan skala proses identifikasi NKT membutuhkan pertimbangan faktor-faktor yang berbeda dan, oleh karena itu, dapat memanfaatkan prinsip panduan dan metodologi kerangka kerja untuk memastikan adanya konsistensi dalam penggunaan pendekatan di lanskap dan yurisdiksi yang semakin sering dipakai. Oleh karena itu, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menerbitkan dokumen panduan mengenai pemeriksaan NKT.

    BMZ - Kapuas Hulu, West Kalimantan

    Atas permintaan Kementerian Federal untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman (BMZ), GIZ bekerja sama dengan yurisdiksi Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, Indonesia, untuk mencapai produksi pertanian berkelanjutan yang tidak memberikan dampak negatif kepada hutan dan ekosistem berharga lainnya. Kelapa sawit dan karet alami adalah dua komoditas yang memberikan risiko terhadap hutan dengan rantai suplai yang berhubungan dengan pasar Jerman. Dengan bermitra bersama pemerintah kabupaten, GIZ menerapkan pendekatan yurisdiksi yang lintas komoditas untuk meningkatkan keberlanjutan di dalam kabupaten dan sepanjang rantai suplai. Pada 2017, platform multipemangku kepentingan dibuat di tingkat kabupaten, mengumpulkan pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mengatasi masalah-masalah terkait keberlanjutan. Di platform ini, beragam pemangku kepentingan mengidentifikasi risiko keberlanjutan dan mengembangkan solusi potensial untuk menangani masalah-masalah ini. Sebagai bagian dari pekerjaan ini, GIZ meminta pelaksanaan studi pemetaan dari sumber suplai yang menunjukkan beragam tutupan lahan, penggunaan lahan, dan risiko ke hutan di dalam yurisdiksi tersebut. Ini akan dibangun lebih jauh dengan kerja lapangan dan keterlibatan pemangku kepentingan untuk membantu percepatan kemajuan menuju implementasi pendekatan yurisdiksi yang berkelanjutan di Kapuas Hulu.

  • Gambar 2 Tabel rangkuman menunjukkan langkah pemeriksaan NKT. Penjelasan terperinci dari proses pemeriksaan terdapat di bagian 2.

    12

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    Yang harus diingat adalah hasil pemeriksaan (terutama jika 100% geladi ruang) tidak boleh dipakai sebagai jalan pintas untuk tidak melaksanakan kerja lapangan, konsultasi, dan PADIATAPA tingkat lokal. Sebaliknya, pemeriksaan NKT ditujukan untuk membantu memprioritaskan langkah selanjutnya dan mengarusutamakan dan mengharmonisasi kerja tingkat lapangan selanjutnya. Pemeriksaan harus dipakai dikombinasikan dengan kegiatan tingkat situs dan di dalam yurisdiksi lebih luas atau tingkat lanskap (lihat Gambar 3) - yang penting adalah totalitas kerja lanskap/yurisdiksi dan lapangan dilaksanakan dengan baik (terkait data) dan sah (melalui partisipasi yang bermakna dan PADIATAPA).

    Langkah 2Kumpulkan informasi untuk analisis NKTGunakan IN NKT atau berkolaborasi dengan proses IN NKT yang sedang berlangsung. Kumpulkan informasi yang tersedia termasuk data spasial untuk mulai menyusun daftar NKT potensial. Informasi yang tersedia dipakai untuk menetapkan kelas probabilitas dan mengidentifikasi ancaman.

    Langkah 5Penilaian risikoKemungkinan keberadaan dan tingkat ancaman untuk setiap NKT dikombinasikan untuk menghasilkan tingkat urgensi untuk setiap NKT di bagian-bagian lanskap atau yurisdiksi yang berbeda.

    Langkah 1Tetapkan tujuan dan cakupanTetapkan tujuan latihan pemeriksaan dan jelaskan di mana pemeriksaan akan dilakukan. Indikasikan apakah dan bagaimana latihan pemeriksaan akan dilengkapi oleh kegiatan lain (contoh, konsultasi, kunjungan lapangan) ketika dan/atau sesudah pemeriksaan.

    Tetapkan tingkat ancamanIdentifikasi ancaman dan pertimbangkan dampaknya terhadap NKT untuk mendapatkan tingkat ancaman. Buat peta (jika memungkinkan) untuk menunjukkan bagaimana ancaman tersebar ke sepanjang lanskap atau yurisdiksi.

    Buat prioritas langkah selanjutnyaPelaporan akan menetapkan karakterisasi keseluruhan lanskap atau yurisdiksi, menunjukkan hasil analisis probabilitas dan ancaman serta penilaian risiko, dan mengindikasikan NKT dan celah data yang paling urgen untuk ditindaklanjuti.

    Langkah 6

    Langkah 3Buat estimasi probabilitas keberadaan NKTDefinisikan kelas probabilitas NKT dan tetapkan kelas probabilitas setiap NKT berdasarkan informasi/data yang dianalisis. Buat peta (jika memungkinkan) untuk menunjukkan bagaimana probabilitas NKT tersebar ke sepanjang lanskap atau yurisdiksi.

  • 13

    www.hcvnetwork.org

    2Kotak 2: Skenario di mana Pemeriksaan NKT dapat dipakaiPerencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan

    Perencanaan penggunaan lahan harus melibatkan kelompok besar pemangku kepentingan—termasuk kewenangan yang relevan—dari awal, dan melibatkan diskusi mengenai cara implementasi hasilnya, rencana tindak lanjut tingkat situs, dan instrumen potensial untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum, kebijakan, rencana pengelolaan, dll. Pemeriksaan NKT dapat menginformasikan dan memandu perencanaan penggunaan lahan dengan menyusun informasi sosial dan lingkungan untuk membantu identifikasi nilai prioritas untuk konservasi dan mata pencaharian, dan perencanaan intervensi dan pelibatan. Keluaran pemeriksaan NKT akan berguna untuk penilaian tingkat lapangan, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Analisis Lingkungan Strategis, dan penilaian pendekatan NKT-SKT.

    Sertifikasi yurisdiksi

    Skema sertifikasi komoditas biasanya didasarkan pada sertifikasi masing-masing UP (atau grup UP). Ketika standar mengharuskan penilaian NKT dilaksanakan, penilaian ini biasanya diminta (atau dilaksanakan) terpisah untuk setiap UP. Namun, karena UP yang berdekatan biasanya memiliki konteks lingkungan, sosial, dan lanskap yang lebih luas yang serupa, penilaian NKT terpisah pada akhirnya memproduksi begitu banyak hasil yang tumpang-tindih dan berulang, dan membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Sampai ke suatu tingkat, pemeriksaan lanskap NKT yang diminta bersamaan akan mengurangi duplikasi dan menciptakan kerangka kerja hemat biaya untuk penilaian-penilaian yang lebih sederhana dan dipersingkat di tingkat UP. Pemeriksaan bersama atau tersentralisasi dapat dimulai oleh grup pemegang konsesi, pemerintah, atau skema sertifikasi untuk mencapai konsistensi dan manfaat dari skala operasi. Ini terutama dapat berguna ketika satu perusahaan memiliki perkebunan yang saling berdekatan atau beberapa perkebunan yang berbeda di dalam lanskap yang lebih besar.

    Pengelolaan risiko rantai suplai

    Kewenangan yurisdiksi atau perusahaan dapat berkomitmen untuk bebas deforestasi, bebas kerusakan gambut, bebas eksploitasi masyarakat lokal, dan keenam definisi NKT tumpang-tindih secara signifikan dengan konsep-konsep ini. NKT mewakili nilai yang secara luas disepakati memiliki signifikansi lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, NKT (dan persyaratan dasar terkait penguasaan lahan, hak, dan PADIATAPA) dapat menyusun kriteria minimal tanggung jawab yang memisahkan antara produk yang “berterima” dan “tidak dapat diterima”, yang kemudian memungkinkan petani kecil untuk memasuki rantai suplai dan secara bertahap memperbaiki praktik mereka untuk memenuhi persyaratan produksi yang lebih ketat. Pemeriksaan NKT dapat menjadi filter pertama untuk mengidentifikasi nilai dan wilayah yang membutuhkan perhatian dan dukungan tingkat lokal untuk mengurangi dan memitigasi risiko terkait ketidakpatuhan pada persyaratan minimal tersebut.

  • 14

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    1.5 Masukan NKT ke lanskap berkelanjutan

    Implementasi pendekatan NKT yang sesuai di sepanjang lanskap atau yurisdiksi paling baik dipertimbangkan sebagai kombinasi usaha di tingkat nasional, lanskap/yurisdiksi, dan lokasi, yang menjadi dasar untuk pemeliharaan NKT di masa mendatang. Bagian ini menjelaskan bagaimana pemeriksaan NKT dapat mengambil manfaat dari atau berkontribusi kepada interpretasi nasional (IN) NKT dan membandingkan perbedaan antara identifikasi, pengelolaan, dan pengawasan NKT di tingkat situs dan di tingkat lanskap.

    NKT dapat diaplikasikan di seluruh dunia, terlepas dari konteks ekosistem atau produksi. Konsekuensinya, definisi NKT sama untuk semua pengguna. Namun, perumusannya generik dan singkat, dan agar dapat menjadi operasional di lapangan, definisi ini harus diterjemahkan ke dalam konteks nasional atau daerah. IN NKT atau Set Alat menerjemahkan definisi NKT global dengan cara yang akan dipahami konteks nasional. IN berkualitas baik harus mencakup sumber data dan juga mencakup proksi dan ambang batas (contohnya, ukuran habitat atau jumlah populasi spesies). Jika IN NKT tidak tersedia, para penilai harus menggunakan panduan global dan menerjemahkan definisi per kasus. Namun, IN yang disepakati dan diakui secara nasional adalah kunci untuk memungkinkan penilaian NKT yang lebih terstandardisasi dan efektif secara biaya. Pihak dengan kewenangan jurisdiksi atau badan donor dapat bersikeras bahwa IN NKT adalah dasar untuk pemeriksaan NKT — atau bahwa pemeriksaan NKT memberikan umpan balik untuk memperbarui dan meningkatkan IN yang tersedia. Tugas utama kelompok kerja IN adalah menerjemahkan definisi NKT global dan menyetujui apa yang membentuk NKT di konteks nasional. Silakan rujuk panduan HCV Network untuk lebih banyak detail mengenai apa yang harus dilakukan oleh kelompok kerja.

    Standar FSC nasional untuk pengelolaan hutan, kerangka kerja FSC nasional (IN NKT yang ekuivalen dengan FSC), dan penilaian risiko FSC untuk Kayu Terkontrol harus dirujuk pada proses pemeriksaan. Dokumen-dokumen tersebut dapat terdiri dari daftar-daftar, contoh-contoh, dan peta NKT yang mungkin ada. Standar FSC memiliki kewenangan karena standar FSC biasanya mewakili hasil dari proses pemangku kepentingan dan kelompok kerja. Namun, fokus material FSC adalah hutan dan kehutanan, yang berarti interpretasi terkait ekosistem lain dan konteks penggunaan lahan mungkin tidak akan dibahas.

    1.5.1 Interpretasi dan kerangka kerja NKT nasional

    Tingkat nasional

    Tingkat lanskap

    Tingkat situs

    Informasi yang tersedia mengenai prioritas konservasi dan mata pencaharian nasional akan memberikan masukan yang berguna ke pemeriksaan. Komitmen atau prioritas nasional (contohnya, kebijakan dan perencanaan penggunaan lahan) dapat memengaruhi kerja di skala lanskap dan yurisdiksi.

    Pemeriksaan NKT didasarkan pada informasi nasional dan daerah yang tersedia untuk memprioritaskan NKT di lanskap. Hasil pemeriksaan akan menentukan langkah aksi selanjutnya. Kegiatan pemeriksaan memberikan kesempatan untuk melibatkan pemangku kepentingan di lanskap.

    Kegiatan tingkat situs dapat mencakup penilaian NKT yang mendetail (yang harus dipersingkat berdasarkan hasil pemeriksaan), kegiatan pengelolaan dan pemantauan NKT, integrasi pendekatan NKT dengan inisiatif lain, penggunaan indikator NKT untuk mengawasi klaim keberlanjutan, dll. Ragam jenis kegiatan atau intervensi akan bergantung pada ukuran dan heterogenitas lanskap.

    Gambar 3 Gambar ini mengilustrasikan bagaimana Pendekatan NKT dapat dimasukkan ke beragam tingkat dari nasional, lanskap, dan lokasi.

  • Pemeriksaan NKT untuk lanskap atau yurisdiksi Penilaian NKT tingkat situs

    Cakupan atau ukuran wilayah

    Skala lebih besar (contoh, distrik/kabupaten, provinsi, lanskap) dengan lebih banyak jenis tutupan lahan dan penggunaan lahan untuk dipertimbangkan, mungkin berhubungan dengan cakupan ekosistem yang lebih luas dan keragaman budaya serta mata pencaharian.

    Penilaian dilaksanakan di tingkat Unit Pengelolaan (UP) (contoh, perkebunan, konsesi, wilayah perizinan) atau kemungkinan di pertanian kecil.

    Resolusi data Kemungkinan memiliki resolusi data yang lebih kasar dan lebih bergantung pada proksi. Data sosial dan kultural akan lebih umum dan mentah karena tidak ada (atau kurang) kerja lapangan yang mendetail atau pemetaan partisipatif.

    Kemungkinan resolusi data yang lebih baik tersedia. Sebagian data akan dihasilkan dari kerja lapangan utama oleh tim penilai.

    Pertimbangan “lanskap lebih luas”

    Cakupan pemeriksaan meliputi keseluruhan lanskap atau yurisdiksi. Kedekatan dan mobilitas nilai dan ancaman yang diidentifikasi pada saat pemeriksaan dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh faktor di luar lanskap atau yurisdiksi. Hal-hal ini harus dipertimbangkan ketika menetapkan karakterisasi umum lanskap.

    Beberapa NKT ada di tingkat lanskap (contoh, ekosistem tingkat lanskap), keberadaan NKT lain tergantung pada kelangsungan hidup mosaik habitat yang sesuai di lanskap yang lebih luas (contoh, beberapa nilai air yang penting). Fitur sosial dan biologis kunci dari lanskap lebih luas ini harus dijelaskan dengan baik.

    Konsultasi pakar Dipakai untuk mengidentifikasi sumber informasi, menetapkan indikator dan kelas probabilitas, serta membantu menerjemahkan hasil.

    Dipakai untuk mengidentifikasi sumber informasi dan membantu menerjemahkan hasil.

    Kerja lapangan Kerja lapangan dilaksanakan bukan untuk pemeriksaan, tapi data lapangan yang sudah ada dapat dicantumkan. Namun, jika sumber dayanya memungkinkan, proyek dapat memilih untuk melengkapi pemeriksaan dengan kerja lapangan, konsultasi selanjutnya, dan/atau studi pemeriksaan awal.

    Survei flora dan fauna, studi sosial, pemetaan partisipatif, dll.

    Konsultasi pemangku kepentingan

    Konsultasi dilaksanakan di unit nasional dan lanskap/yurisdiksi, (contohnya, LSM lokal, ormas, atau pemerintah) lewat wawancara telepon dan langsung. Konsultasi harus didokumentasikan dengan baik. Kemungkinan tidak akan melibatkan konsultasi pemangku kepentingan tingkat lokal.

    Komponen yang penting untuk pemeriksaan – termasuk konsultasi tingkat lokal. Konsultasi harus terdokumentasikan dengan baik.

    15

    www.hcvnetwork.org

    Secara umum, metode penilaian NKT, dijelaskan di Panduan Umum (2013) dan pedoman HCV Network, dirancang untuk dipakai di tingkat situs. Penilaian NKT bergantung pada penggunaan informasi sekunder, kerja lapangan utama, dan konsultasi pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi NKT serta menyediakan rekomendasi pengelolaan dan pengawasan. Tidak seperti pemeriksaan NKT yang ditujukan untuk berfokus pada probabilitas keberadaan NKT, penilaian NKT berusaha untuk mengonfirmasi secara definitif keberadaan atau ketiadaan NKT setiap kali mungkin dilakukan. Untuk menjelaskannya lebih baik, Tabel 1 membandingkan penilaian NKT tingkat lokal dengan pemeriksaan NKT.

    1.5.2 Perbandingan dengan identifikasi tingkat lokal

    Tabel 1 Perbandingan metode dan kegiatan penilaian NKT tingkat lokal dengan pemeriksaan NKT untuk lanskap atau yurisdiksi.

    Tabel ini hanya bersifat indikatif, untuk menunjukkan bagaimana tingkat detail (terutama untuk kerja lapangan dan konsultasi) akan lebih tinggi untuk penilaian NKT tingkat situs dibandingkan dengan pemeriksaan NKT. Namun, pada praktiknya proyek dapat menggabungkan pemeriksaan studi desktop dengan kerja lapangan dan konsultasi untuk mencapai hasil dan rekomendasi yang lebih mendetail.

  • Pemeriksaan NKT untuk lanskap atau yurisdiksi Pemeriksaan NKT tingkat situs

    Identifikasi NKT 1-4 Kemungkinan hanya proksi yang akan tersedia dan bukan identifikasi NKT lingkungan yang spesifik. NKT 1-4 akan lebih mudah diidentifikasi dengan teknik identifikasi jarak jauh. Pemeriksaan NKT akan bergantung pada pengindraan jarak jauh, data sekunder, dan data kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan melalui konsultasi dengan aktor dan institusi tingkat lanskap yang relevan.

    NKT diidentifikasi lewat data primer dan sekunder dan identifikasi dijustifikasi berdasarkan bukti.

    Identifikasi NKT 5&6 Pemeriksaan berfokus pada pengumpulan informasi kontekstual dan memprediksi di mana NKT 5 dan 6 (sebagai kelas nilai) kemungkinan akan ditemukan – dan bukan mengidentifikasi nilai dan lokasi spesifik. Wawancara akan kemungkinan besar dilakukan dengan pakar sosial di tingkat nasional atau unit yurisdiksi dan bukan dengan keterlibatan langsung dengan masyarakat lokal.

    Menggunakan data kualitatif dan kuantitatif yang sudah ada, contohnya, statistik pemerintah, distribusi populasi, dan informasi yang tersedia di kebudayaan lokal, mata pencaharian, penggunaan SDA, sistem penguasaan lahan adat, dan aset kultural. Penelitian dari pemerintah dan nonpemerintah yang sudah ada dan laporan dari organisasi sosial dan budaya dan sumber akademis dapat dipakai.

    NKT diidentifikasi melalui data primer dan sekunder dan identifikasi dijustifikasi berdasarkan bukti. Identifikasi NKT 5 dan 6 harus partisipatif dengan PADIATAPA masyarakat lokal.

    Rekomendasi pengelolaan & pengawasan

    Tergantung tingkat detail data yang tersedia, beberapa prioritas pengelolaan dapat diidentifikasi, contohnya, ancaman yang harus dimitigasi, pemangku kepentingan yang harus dilibatkan, kerja lapangan yang harus dilakukan, dll. Rekomendasi pengelolaan dan pemantauan yang didapatkan dari pemeriksaan dapat dicantumkan di laporan pemeriksaan, tetapi perencanaan tidak akan dibuat sebagai bagian dari latihan pemeriksaan, melainkan sebagai langkah tindak lanjut sesudah pemeriksaan NKT selesai.

    Pengelolaan adalah tanggung jawab pekebun, perusahaan, petani, dll. – dan terutama untuk UP.

    Kemungkinan besar akan melibatkan kelompok pemangku kepentingan yang tidak terlalu bervariasi (perusahaan, masyarakat setempat, dan kemungkinan pemerintah) dan berfokus pada wilayah yang lebih kecil dan berdekatan dengan lokasi. Seringkali ini bergantung pada kunjungan rutin ke wilayah NKT. Biasanya dipimpin oleh perusahaan, idealnya dengan masukan dan bantuan dari masyarakat.

    16

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    Tujuan pendekatan NKT adalah mempertahankan nilai untuk waktu lama melalui pengelolaan dan pemantauan yang adaptif4. Di tingkat situs, perusahaan produsen atau petani, contohnya, bertanggung jawab untuk pengembangan dan implementasi rencana pengelolaan dan pemantauan NKT yang harus jelas menunjukkan di mana lokasi NKT dan bagaimana NKT ini seterusnya dipelihara. Di skala yang lebih besar – untuk lanskap atau yurisdiksi, implementasi kebijakan, legislasi, dan rencana pengelolaan terpadu pada akhirnya akan menjadi tanggung jawab pihak yuridiksi yang berwenang atau pihak lain yang bertanggung jawab atas wilayah tersebut. Setiap intervensi pengelolaan harus dilengkapi dengan pemantauan dan penerapan untuk memastikan bahwa intervensi mencapai tujuannya, termasuk dokumentasi dan evaluasi hasil yang kemudian dapat memberikan informasi ke sistem pengelolaan adaptif untuk memperbaiki intervensi yang tidak memelihara NKT secara efektif. Jika kewenangan yuridiksi atau aktor lain ingin mengklaim bahwa mereka memelihara NKT di suatu lanskap atau yurisdiksi, klaim ini dapat dievaluasi dan diverifikasi berdasarkan serangkaian indikator yang mencakup indikator pemeliharaan NKT, dan juga indikator kemajuan serta usaha mencapai tujuan proyek. Pengembangan indikator serta pengelolaan dan pemantauan NKT harus dilaksanakan dengan partisipasi pemangku kepentingan.

    1.5.3 Implementasi - pemeliharaan NKT di lanskap

  • 17

    www.hcvnetwork.org

    2. Langkah latihan pemeriksaan NKTBagian ini adalah inti dokumen panduan, menjelaskan proses pemeriksaan NKT secara mendetail.

    2.1.1 Tujuan

    Identifikasi dan tetapkan tujuan latihan pemeriksaan.

    • Siapa yang memulai atau meminta pemeriksaan, dan untuk tujuan apa? (Contohnya, lihat halaman Kotak 2).

    • Bagaimana hasilnya akan digunakan dan oleh siapa?

    • Apakah pemeriksaan akan dilengkapi dengan proses atau kegiatan lain, seperti:

    • Proses IN NKT• Kerja lapangan• Konsultasi tingkat lokal

    2.1.2 Cakupan

    Jelaskan dengan baik (dan tunjukkan di peta) batasan geografis latihan pemeriksaan, termasuk batasan yurisdiksi atau lanskap dan subunit (contohnya, unit administratif lebih kecil, seperti kabupaten/distrik) jika relevan. Menemukan keseimbangan yang tepat antara ukuran lanskap/yurisdiksi target, resolusi geografis data, dan tujuan pemeriksaan adalah bagian penting dari perencanaan. Pada prinsipnya, tidak ada batasan atas untuk pemeriksaan; tetapi yang penting adalah untuk memiliki ekspektasi realistis atas hubungan antara ukuran wilayah pemeriksaan, usaha yang diberikan, dan tingkat detail hasil pemeriksaan. Untuk yuridiksi yang kecil dengan sumber daya banyak, pemeriksaan NKT dapat dilakukan secara mendetail untuk keseluruhan yuridiksi; sementara di tempat lain, identifikasi prioritas secara kasar mungkin dilakukan hanya dengan pelaksanaan pemeriksaan NKT, dan ini membutuhkan jauh lebih banyak usaha tingkat lokal untuk menyokong rekomendasi pengelolaan dan pemantauan serta perencanaan.

    2.1.3 Tim pemeriksaan

    Pemeriksaan harus dikoordinasikan oleh pimpinan tim dengan keahlian dan pengalaman NKT, bekerja sama dengan tim pakar sosial dan lingkungan, dan dengan mitra di lanskap yang lebih luas/yuridiksi. Lebih baik jika konsultan berasal dari negara asal (tergantung pada ketersediaan personel dengan keterampilan yang sesuai). Keterampilan dan pengalaman yang diperlukan di dalam tim mencakup:

    • Keahlian dari negara asal dan idealnya memiliki pengetahuan dan familier dengan wilayah terkait

    • Pengetahuan kerja yang baik mengenai pendekatan NKT

    • Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa nasional dan bahasa daerah

    • Keahlian SIG

    • Pengalaman ekologi yang relevan secara geografis, pemahaman yang baik akan ancaman dan praktik pengelolaan, dan pengetahuan baik mengenai prinsip ekologi lanskap dan perencanaan penggunaan lahan konservasi

    • Pakar ilmu sosial kualitatif (contohnya, dari antropologi dan studi pembangunan), familier dengan kebudayaan lokal, termasuk penguasaan lahan adat dan sistem penggunaan lahan, serta mata pencaharian lokal, dan keahlian dan keterampilan yabg berhubungan dengan keterlibatan masyarakat, pemetaan partisipatif dan pendekatan penilaian, dan konsep PADIATAPA

    2.1 Langkah 1: Tetapkan tujuan dan cakupan

  • 3

    18

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    2.1.4 Keterlibatan pemangku kepentingan

    Pada latihan pemeriksaan, tim harus merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelibatan pemangku kepentingan. Karena ini sebagian besar terdiri dari studi desktop jarak jauh, metode yang dipakai untuk melibatkan pemangku kepentingan dapat menggunakan wawancara telepon dan langsung, dan kemungkinan dikusi kelompok atau pertemuan. Konsultasi biasanya dilakukan dengan pejabat pemerintahan, staf LSM sosial dan lingkungan, dan pakar lainnya, dan ketika mungkin, perwakilan dari ormas tingkat lanskap atau ormas adat. Mungkin ada kesempatan untuk anggota tim pemeriksaan untuk mengunjungi kewenangan yuridiksi dan pihak berwenang lainnya untuk wawancara atau pertemuan, tapi ini tidak disyaratkan di dalam pemeriksaan. Yang penting adalah tim pemeriksaan memberikan penjelasan standar mengenai proses pemeriksaan kepada pemangku kepentingan, yaitu semua anggota tim menjelaskan siapa, apa, kenapa, dll. Ini dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, terutama ketika masyarakat mungkin merasa mereka seharusnya terlibat atau diinformasikan sebelumnya atau mungkin memiliki ekspektasi terkait manfaat atau keterlibatan. Proses keterlibatan dapat juga dipakai untuk menyiapkan dasar proses perencanaan pemangku kepentingan selanjutnya yang lebih komprehensif, terinformasikan oleh hasil pemeriksaan.

    Konsultasi pakar

    Tingkat konsultasi dengan pakar akan tergantung sebagian pada keberadaan dan kualitas IN NKT. Jika IN NKT tidak ditemukan, maka konsultasi selanjutnya diperlukan untuk mengidentifikasi indikator NKT, set data yang relevan, dan kemudian menetapkan kelas probabilitas (lihat bagian 2.3).

    Bagaimana dengan konsultasi lokal?

    Sebenarnya konsultasi lokal tidak mungkin dilaksanakan pada saat latihan pemeriksaan NKT yang relatif singkat dan berjarak jauh (jika dibandingkan dengan penilaian tingkat lapangan dengan kerja lapangan dan konsultasi). Ini berarti hasil pemeriksaan NKT tidak cukup dan tidak sesuai untuk dijadikan dasar penerbitan semua rekomendasi yang spesifik untuk pengelolaan dan pemantauan NKT untuk keenam kategori NKT. Konsultasi lokal dan pelibatan masyarakat adalah bagian integral dari proses identifikasi NKT sosial, mengidentifikasi ancaman terhadap NKT tersebut, dan menetapkan prioritas pengelolaan dan konservasinya. Mungkin penerapan pendekatan bertingkat ketika konsultasi akan bermanfaat; sementara konsultasi di unit yurisdiksi atau lanskap diikuti (sesudah pemeriksaan) oleh konsultasi dan PADIATAPA tingkat lokal. Tim pemeriksaan memiliki keleluasaan untuk berkonsultasi lebih jauh ketika waktu dan sumber dayanya memungkinkan, yang berarti memfasilitasi tindak lanjut.

    Kotak 3 Pemangku kepentingan yang dilibatkan pada pemeriksaan NKT

    • Kementerian nasional atau pemerintah daerah yang relevan• LSM dan ormas sosial, termasuk perwakilan adat dan organisasi komunitas• Akademik dan konsultan lokal dengan keahlian lingkungan dan sosial yang relevan• Pakar yang terlibat di dalam elaborasi IN NKT

    Penting untuk mendokumentasikan keterlibatan pemangku kepentingan, termasuk contohnya:

    • Nama, organisasi, pakar• Kategori pemangku kepentingan (contoh, pemerintah, LSM, ormas, ahli biologi, ahli sosial)• Informasi yang dibagi dan dicari (contoh, apakah tim mengonsultasikan layer data, daftar spesies,

    lokasi pemukiman, konteks sosial?)

    • Kecemasan yang ditemukan dan saran yang dibuat

  • 19

    www.hcvnetwork.org

    2.2 Langkah 2: Mengumpulkan informasi untuk analisis

    Sesudah cakupan geografis latihan pemeriksaan terjelaskan, tim harus mempertimbangkan NKT jenis apa yang mungkin ada di yurisdiksi atau lanskap. Tim pemeriksaan harus bergantung pada interpretasi dan kerangka kerja NKT nasional dan daerah, data ilmiah yang relevan, dan pengetahuan para pakar. Tim harus memastikan apakah IN NKT atau kerangka kerja nasional FSC tersedia atau tidak, karena kemungkinan besar kerangka kerja ini akan mendaftarkan indikator yang relevan secara nasional untuk setiap NKT. Karena materi ini memiliki tanggal penerbitan dan tingkat detail yang bervariasi, tim harus mengidentifikasi komponen apa yang dapat dipakai secara langsung untuk pemeriksaan, dan apa yang harus dikembangkan atau ditambahkan. Ini mungkin berarti tim harus menilai sedetail apa interpretasi, seakurat apa layer data yang mencakup vegetasi dan peta penggunaan lahan, dan berkonsultasi dengan para pakar yang terlibat dalam pengembangan dokumen-dokumen tersebut. Panduan Umum Identifikasi NKT (2013) mendaftarkan indikator potensial untuk NKT. Seperti yang dijelaskan di bagian 1.5.1, jika tidak ada IN untuk negara tempat tim pemeriksa bekerja, rekomendasi utamanya adalah proses IN dilaksanakan sebagai kegiatan pelengkap latihan pemeriksaan.

    Data yang tersedia mungkin tidak dapat memberikan kualitas yang sebanding untuk analisis semua NKT, dan ketika hanya ada sedikit informasi, dokumentasi yang belum diketahui atau tidak pasti akan menjadi keluaran latihan pemeriksaan yang penting. Celah informasi akan mengindikasikan di mana lebih banyak data harus dikumpulkan di masa mendatang atau bagaimana pendekatan dengan prinsip kehati-hatian (lihat Kotak 4) harus diterapkan.

    Tabel 2 menjelaskan contoh tipe data bermanfaat dan sumber data yang relevan dengan definisi NKT. Beberapa di antaranya adalah contoh NKT (contohnya, IFL), sementara yang lain akan menjadi indikator kemungkinan keberadaan NKT (contoh, KBA atau lokasi masyarakat adat dan/atau berbasis penghidupan).

    Memutuskan indikator untuk tiap NKT dan menganalisis data yang tersedia akan memungkinkan tim pemeriksa untuk menetapkan kelas probabilitas dan memasangkan kelas tersebut ke setiap NKT potensial.

    Tabel 2 Contoh sumber informasi/data yang dipakai di pemeriksaan NKT

    • Peta cakupan spesies IUCN• Daftar nasional spesies dilindungi • Lampiran 1 dan 2 CITES spesies terdaftar• Ekosistem terancam• Lanskap Hutan Utuh• Titik konsentrasi endemik• Ekosistem utuh besar yang diakui nasional atau daerah• Wilayah terlindungi• Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati (contoh, daerah

    penting bagi burung, daerah penting bagi tumbuhan, lokasi Aliansi Bebas Kepunahan)

    • Lokasi Ramsar (lahan basah penting tingkat internasional)• Lokasi UNESCO World Heritage• Set data ekosistem global, contohnya

    • gambut5

    • hutan kering tropis6 • lahan basah dan badan air7 • Data tutupan hutan Hansen et al.8 • Ekosistem lahan kering9

    • Peta pemeriksaan Habitat Kritis UNEP WCMC10 untuk lingkungan bahari dan darat

    • Model Elevasi Digital11 • Peta tanah nasional• Peta air; peta DTA, sungai dan hidrologi• Global Forest Watch• Integrated Biodiversity Assessment Tool (IBAT) – peta

    terbaru PA, KBA, cakupan spesies di daftar IUCN Red www.ibat-alliance.org

    • https://earthexplorer.usgs.gov/

    Informasi lingkungan

    Informasi umum

    • IN NKT• Kerangka kerja NKT nasional lain (contoh, FSC)• Penilaian NKT sebelumnya• AMDAL dan AMDAL strategis

    • Peta tutupan lahan nasional atau daerah terbaru, masih verifikasi melalui konsultasi apakah wilayah terpetakan ini valid jika peta bukan edisi terbaru (misal, >2 tahun)

    http://www.ibat-alliance.orghttps://earthexplorer.usgs.gov/

  • 20

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    Informasi sosial

    • Sensus populasi• Peta pemukiman• Laporan sosio-ekonomi• Analisis dampak sosial• Peta distribusi linguistik (mis., ethnologue, terralingua)• Penelitian dan laporan terbaru• Hasil pemetaan partisipatif sebelumnya• Lokasi UNESCO World Heritage • Distribusi beragam kelompok etnis• Lokasi dan keberadaan masyarakat tradisional dan/atau

    masyarakat berbasis mata pencaharian

    • Lahan adat dengan hak milik dan lahan adat terdokumentasikan dan wilayah pemanfaatan sumber daya

    • Wilayah yang ditetapkan untuk penggunaan komunal/penghidupan (seperti masyarakat atau cagar komunal, cagar ekstraktif, hutan kemasyarakatan, wilayah konservasi masyarakat, dll.)

    • Platform Global Tanah Adat dan Kemasyarakatan: http://www.landmarkmap.org/

    • Atlas UNESCO Bahasa Dunia yang Nyaris Punah: http://www.unesco.org/languages-atlas/index.php

    Tim pemeriksa harus mendapatkan atau mengembangkan peta tutupan lahan dengan karakteristik sebagai berikut:

    • Jika tersedia, peta dan klasifikasi tutupan lahan nasional yang diterbitkan oleh kewenangan tingkat nasional atau badan terpercaya lainnya,

    • Jangkauan dan resolusi spasial yang tepat harus dipakai untuk pelaksanaan pemetaan proksi habitat dan lokasi indikator NKT, dengan menyadari bahwa data spasial berskala kecil akan sulit untuk dideteksi. Pada kasus di mana lanskap/yurisdiksi tampaknya akan selaras dengan komitmen “bebas deforestasi”, penggabungan layer hutan NKT dapat dibuat dengan mudah jika tersedia rujukan peta indikatif atau peta yang lebih mendetail,

    • Layer data akurat tanpa perubahan penggunaan lahan yang signifikan sejak data dikembangkan atau perubahan yang ada diketahui secara umum dan dipertimbangkan/digabungkan; ini harus diverifikasi menggunakan citraan satelit atau data pengindraan jarak jauh lain jika tersedia,

    • Jika mungkin cantumkan semua ekosistem yang ada,

    • Bedakan setiap jenis penggunaan lahan jika memungkinkan, misalnya jenis pertanian atau perkebunan.

    Data yang tersedia akan memungkinkan tim pemeriksa untuk:

    1. Mendefinisikan indikator NKT

    2. Mendefinisikan kelas probabilitas (lebih tinggi atau rendah) untuk tiap NKT

    3. Mengidentifikasi ancaman terhadap NKT

    4. Mendefinisikan tingkat ancaman (lebih tinggi atau rendah) untuk tiap NKT

    5. Mengidentifikasi celah data

    6. Menetapkan karakterisasi kualitas data

    7. Mendokumentasikan sumber data untuk penggunaan masa depan di yurisdiksi/lanskap, catat lokasi data disimpan

  • 21

    www.hcvnetwork.org

    2.3 Langkah 3: Membuat estimasi probabilitas keberadaan NKT

    Langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan NKT mana yang mungkin ada atau absen di lanskap atau yurisdiksi, dan bagaimana kemungkinan distribusi NKT tersebut. Tujuannya adalah mencakup semua NKT yang berpotensi ada (di keenam kategori NKT).

    Klasifikasi keberadaan NKT didasarkan pada spektrum yang berkisar dari pasti absen hingga pasti ada. Jika analisis informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa NKT absen, ini dapat dijustifikasi di laporan pemeriksaan. Jika informasi yang tersedia mengindikasikan NKT mungkin ada – probabilitas keberadaan ini dapat dimasukkan ke kategori lebih rendah atau tinggi seperti yang ditunjukkan di tabel di bawah ini. Namun, di sisi lain, jika tidak ada cukup data dan tidak mungkin untuk membuat asumsi atas beberapa nilai atau di beberapa bagian lanskap, ini harus didokumentasikan di laporan pemeriksaan. Celah data dapat membantu memandu intervensi masa mendatang di lanskap sesudah pemeriksaan rampung. Probabilitas keberadaan yang lebih tinggi atau rendah dapat ditunjukkan di peta dan tabel rangkuman. Ambang batas dan definisi kelas probabilitas NKT harus dihubungkan dengan IN NKT setiap kali mungkin dilakukan.

    Definisi kelas probabilitas didasarkan pada pertimbangan, tapi beberapa NKT dapat didefiniskan dengan pasti berdasarkan bukti. Contohnya, NKT 2 dapat dipetakan berdasarkan interpretasi tutupan lahan dan IFL, dan potensi keberadaan NKT 1 dapat diestimasi berdasarkan asosiasi habitat spesies yang diketahui.

    Kuantitas dan kualitas data untuk membuat estimasi probabilitas keberadaan akan bervariasi di lokasi yang berbeda dan untuk NKT berbeda di dalam yurisdiksi atau lanskap. Kejelasan mengenai batasan, presisi, dan kepastian data sangat penting – jika ada keraguan, sebaiknya berhati-hati (lihat Kotak 4) dan lebih baik berasumsi NKT ada daripada absen. Di bawah ini (2.3.1 – 2.3.5) terdapat tabel contoh yang menunjukkan bagaimana probabilitas keberadaan dapat didefinisikan untuk kategori NKT yang berbeda-beda.

    Probabilitas keberadaan yang lebih rendah Probabilitas keberadaan lebih tinggi dan pasti ada

    NKT atau kelas NKT kemungkinan tidak akan ada atau kemungkinan kecil ada di yurisdiksi/lanskap (atau subunit)

    Nilai yang diketahui ada, atau kemungkinan atau amat mungkin ada di yurisdiksi/lanskap (atau subunit).

    Tabel 3 Probabilitas keberadaan NKT dikelaskan lebih rendah atau tinggi. Indikator dan definisi spesifik kelas ini akan tergantung pada beragam lokasi dan harus dikembangkan dan ditetapkan oleh tim pemeriksa dan pemangku kepentingan.

    4Kotak 4: Pendekatan dengan prinsip kehati-hatianDalam konteks identifikasi NKT atau membuat estimasi probabilitas keberadaan NKT, arti dari penerapan pendekatan dengan prinsip kehati-hatian: ketika ada cukup indikasi (misalnya, data sekunder dan opini ahli) bahwa NKT ada, tim pemeriksa harus berasumsi bahwa NKT memang ada. Ketika ancaman terhadap NKT kemungkinan besar tinggi (misal, skenario perubahan penggunaan lahan), dan ketika risiko tinggi ini berhubungan dengan hilangnya habitat atau pergeseran penggunaan sumber daya masyarakat lokal, pendekatan dengan prinsip kehati-hatian menjadi amat penting, mengingat potensi ancaman kerusakan lingkungan atau kesejahteraan manusia amat tinggi atau tidak dapat kembali pulih. Di kasus semacam ini, pihak yang bertanggung jawab harus mengambil tindakan eksplisit dan efektif untuk mencegah kerusakan dan risiko, bahkan ketika informasi ilmiahnya tidak lengkap atau tidak jelas, dan ketika kerentanan dan sensitivitas nilai tidak pasti.

  • 22

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    NKT 1, 2, 3, dan 4 dianggap sebagai NKT lingkungan. Berdasarkan ketersediaan data cakupan spesies, ekosistem, sungai, DAS, dll. yang dipetakan, NKT-NKT ini lebih cocok untuk pemeriksaan studi desktop jarak jauh. Identifikasi sebagian besar aspek NKT ini di yurisdiksi atau lanskap tidak kompleks: tim dapat langsung mengidentifikasi nilai apa (misalnya, spesies & ekosistem terancam genting, dll.) yang mungkin ada di lanskap tertentu melalui pengindraan jarak jauh dan data geospasial (sekalipun untuk mengonfirmasi lokasi persis NKT ini akan sulit untuk dilakukan). Ketika data langsung (misalnya, data spesies atau ekosistem) tidak tersedia atau tidak pasti, habitat atau proksi ekosistem akan sangat bermanfaat. Contohnya, keberadaan wilayah terlindungi atau wilayah vegetasi alami luas yang relatif utuh dapat dipakai sebagai proksi untuk lokasi di mana NKT 1 (konsentrasi keanekaragaman hayati) dan NKT 3 (ekosistem langka) mungkin akan ada.

    Estimasi probabilitas NKT lingkungan harus bergantung pada informasi terbaik yang tersedia dan selalu memakai data keberadaan NKT yang nyata, jika mungkin dilakukan. Namun, studi lapangan tidak selalu menjadi dilaksanakan pada pemeriksaan, dan data lapangan yang akurat tidak akan selalu tersedia dan/atau mungkin tidak baru atau akurat. Ketika data mendetail tidak tersedia, proksi seperti penetapan lahan atau jenis vegetasi yang berhubungan dengan definisi NKT memberikan definisi yang lebih realistis untuk membuat estimasi probabilitas keberadaan NKT lingkungan.

    NKT 1 mencakup konsentrasi keanekaragaman hayati biologis yang signifikan, diakui sebagai unik dan menonjol atau berbeda, dibandingkan dengan wilayah lain. Perbandingan wilayah untuk mendefinisikan konsentrasi yang signifikan dapat dilakukan di satu negara yang sama, atau di antara wilayah-wilayah administrasi yang lebih kecil (jika di negara berukuran besar), atau dibandingkan dengan unit bio-geografis dengan ukuran yang mirip, dan antara lokasi yang terganggu dan tidak terganggu di dalam suatu lanskap. Spesies langka, terancam, atau hampir punah (RTE) merujuk pada spesies yang terancam sedang mengalami atau sudah mengalami penurunan populasi dalam jumlah besar. Spesies endemik adalah yang ditemukan di dalam daerah geografis terbatas. Skala endemik harus disepakati dengan berkonsultasi dengan para pakar karena ini dapat mencakup nasional, daerah, atau lintas wilayah biogeografis terbatas. Sesudah disepakati, spesies ini akan menjadi kandidat spesies NKT 1. Spesies langka mungkin memiliki pola distribusi yang beragam di seluruh lanskap pemeriksaan. Oleh karena itu, akan berguna untuk mempertimbangkan beragam jenis kelangkaan.

    ‘Spesies RTE yang langka secara antropogenik’: Banyak dari spesies ini dulunya sering ditemukan di kawasan hutan luas atau ekosistem alami lain. Alasan utama spesies ini sekarang RTE adalah karena habitat mereka yang dulu luas telah dikonversi dan difragmentasi dengan pertanian dan pastura, dan/atau jumlah mereka berkurang drastis karena perburuan berlebihan atau pengumpulan yang intensif. Hubungan yang kuat antara spesies dan ekosistem berarti kawasan ekosistem yang tersisa dalam kondisi yang cukup alami dapat dipakai sebagai proksi untuk keberadaan spesies. Untuk spesies yang ditargetkan untuk perburuan dan pengumpulan, jarak ke pemukiman akan menjadi faktor untuk menentukan probabilitas keberadaan.

    ‘Spesies RTE yang langka secara alamiah’: Banyak spesies NKT 1 (atau konsentrasi spesies) potensial berhubungan khusus dengan lokasi yang terbatas secara spasial, contohnya, lokasi atau petak habitat atau ekosistem. Habitat atau ekosistem ini, yang juga sering masuk kualifikasi NKT 3, dapat dianggap sebagai “pulau” di “lautan” yang biasa saja. Lokasi seperti ini (atau proksinya) seringkali dapat dipetakan secara persis, tetapi layer datanya mungkin tidak memiliki resolusi yang cukup untuk mendeteksi habitat dan akan terlewat sepenuhnya di pemetaan, yang berarti konsultasi dengan para pakar lebih dibutuhkan agar lokasi semacam ini dapat dideteksi dan dipetakan dengan baik.

    ‘Spesies RTE dengan cakupan luas’: Spesies ini menjelajahi wilayah luas secara regular atau musiman. Ini mencakup herbivora dan karnivora besar, seringkali spesies lain pada umumnya menggunakan sejumlah habitat dan menempuh jarak jauh untuk mencari makanan dan berkembang biak. Beragam spesies ini cenderung memiliki ketahanan akan intensifikasi penggunaan lahan (yang moderat). Ancaman utama mereka adalah perburuan dalam jumlah besar atau gangguan, atau hilangnya habitat yang amat penting untuk kelangsungan hidup mereka di waktu-waktu tertentu. Binatang yang hidup di kerumunan atau kelompok hierarkis bisa jadi lebih rentan: seringkali hanya individu berstatus tinggi yang dapat berkembang biak, dan vitalitas akan berkurang karena kawin sekerabat sekalipun jumlah populasi mereka relatif besar.

    2.3.1 NKT 1: Konsentrasi keanekaragaman hayati

    NKT 1: Konsentrasi keanekaragaman hayati termasuk spesies endemik dan langka, terancam, atau terancam bahaya yang signifikan di tingkat global, regional, atau national

  • 23

    www.hcvnetwork.org

    Keberadaan beragam spesies NKT 1 berpindah-pindah seiring waktu dan tidak bisa dipastikan dengan presisi yang sama seperti spesies yang berhubungan erat dengan lokasi dan habitat tertentu. Oleh karena itu, asumsi yang cermat menunjukkan spesies ini ada di semua jangkauan distribusi historis mereka kecuali ada indikasi kuat menunjukkan yang sebaliknya (misal, tidak ada observasi selama beberapa dekade), dan kemungkinan rekolonisasi sangat rendah. Untuk beberapa spesies dengan kepadatan populasi yang sangat rendah dan/atau karakteristik yang tidak diketahui, mungkin hanya tersedia data kasar. Sementara, spesies karismatik yang menjadi fokus penelitian dan pemantauan kemungkinan memiliki peta distribusi yang lebih akurat. Selain peta cakupan spesies, akan berguna untuk mengidentifikasi lokasi dengan fungsi sementara yang penting, misalnya, sumber garam untuk gajah dan pohon-pohon buah untuk primata hutan.

    Tumpang susun (overlay) data spesies dengan habitat dan ekosistem

    Peta distribusi spesies (contoh, peta cakupan spesies dan hasil inventarisasi dari literatur ilmiah yang diterbitkan, literatur kelabu (grey literature), penilaian sebelumnya di kawasan tersebut, dan Daftar Merah IUCN) harus dibuat atau dikembangkan. Tingkat akurasi distribusi spesies IUCN bervariasi dan harus diterjemahkan sebagai perkiraan dan dipakai bersama dengan tutupan lahan dan fitur geografis lain untuk membuat perkiraan batasan distribusi spesies yang lebih baik di dalam yurisdiksi atau lanskap.

    Selanjutnya, peta spesies dapat ditumpang susun dengan layer data lingkungan yang tersedia, termasuk wilayah dan habitat yang dilindungi. Wilayah terlindungi, diakui oleh IUCN dan Konvensi Keanekaragaman Hayati Biologis adalah proksi untuk konsentrasi keanekaragaman hayati, dan jika hadir di dalam subunit atau yurisdiksi/lanskap, ini mengindikasikan NKT 1. Ini juga berlaku untuk lokasi prioritas konservasi global, seperti Kawasan Kunci Keanekaragaman Hayati (termasuk daerah penting bagi burung, daerah penting bagi tumbuhan, lokasi Aliansi Bebas Kepunahan, dll.), lokasi Ramsar, lokasi UNESCO World Heritage. Wilayah prioritas lain yang ditetapkan di yurisdiksi/lanskap dengan populasi atau kumpulan spesies yang dapat dibandingkan akan juga mengindikasikan probabilitas tinggi untuk keberadaan NKT 1.

    Persyaratan ekologis untuk spesies NKT 1 potensial harus dipertimbangkan dan dicocokkan dengan tutupan lahan, jenis ekosistem, dll. di peta tutupan lahan. Hanya ada sedikit spesies NKT 1 yang memiliki peta distribusi yang akurat di sepanjang yurisdiksi/lanskap. Untuk mengatasi ini, prediksi distribusi dapat dimodelkan dan dipetakan dengan beragam cara. Spesialis habitat NKT 1 kemungkinan besar hanya ditemukan di lokasi habitat yang mereka butuhkan (dengan asumsi mereka tidak diburu atau dikumpulkan). Tim pemeriksa harus memeriksa keberadaan fitur skala besar (dan oleh karena itu lebih bisa dideteksi pada saat pemeriksaan) yang mungkin mendukung konsentrasi keanekaragaman hayati sementara, misalnya lahan basah.

    Kandidat spesies NKT 1 dapat dikelompokkan berdasarkan persyaratan habitat dan ekologisnya. Dengan memilih kelas tutupan lahan atau membuat model kriteria yang memenuhi persyaratan ekologisnya, prediksi distribusi untuk setiap kelompok spesies (mengingat NKT 1 dapat diterjemahkan sebagai konsentrasi spesies) dapat dipetakan di sepanjang yurisdiksi/lanskap dan subunit dengan cukup meyakinkan.

    Kualitas habitat, ukuran petak habitat, dan pengaturan spasial penting untuk memelihara keanekaragaman, terutama untuk spesies yang rentan. Petak yang lebih besar dan dekat (terhubung lebih baik) lebih layak secara ekologis, dibandingkan dengan petak yang lebih kecil dan terisolasi. Kelas probabilitas dapat didasarkan pada ukuran petak dan jarak ke ekosistem utuh yang lebih besar. Lebar minimal koridor hutan dapat dipakai sebagai kriteria untuk kelas

    Buat daftar kandidat spesies NKT 1

    Sebagian besar IN NKT mencantumkan pedoman spesies dan kumpulan spesies apa yang dianggap NKT yang mungkin, dan di dalam kondisi seperti apa. Jika pedoman ini tidak tersedia, berdasarkan pendekatan dengan prinsip kehati-hatian, semua spesies yang dilindungi di tingkat nasional serta spesies yang terdaftar terancam (VU, EN, dan CR) di Daftar Merah IUCN, daftar merah nasional, dan daftar CITES Appendix harus dianggap sebagai kandidat spesies NKT 1. Spesies endemik biasanya termasuk ke sistem klasifikasi Daftar Merah IUCN dan/atau ditetapkan di daftar spesies yang dilindungi di tingkat nasional, sehingga dapat dianggap sebagai subset klasifikasi ini. Konsultasi dapat membantu identifikasi spesies yang dapat dianggap sebagai NKT 1 tetapi belum dinilai menggunakan prosedur Daftar Merah IUCN, dan identifikasi skala endemik yang tepat yang dapat masuk kualifikasi NKT 1. Pada saat konsultasi atau sebagai bagian dari proses IN NKT, para pakar dapat merekomendasikan daftar spesies yang dapat didulukan karena akurasi atau kelengkapan, dan/atau mengidentifikasi celah atau kelemahan di daftar ini. Akan membantu jika daftar spesies disusun berdasarkan kategori (contoh, kategori taksonomi, CR, EN, VU, endemik).

  • Probabilitas Keberadaan NKT 1

    Data spesifik spesies DAN, data spesies dan/atau jangkauan potensial yang tumpang-tindih dengan…

    Lebih tinggi Spesies yang berpotensi ada bergantung pada:

    • Peta cakupan spesies IUCN

    • Daftar spesies yang dilindungi tingkat nasional

    • Lampiran I dan II CITES

    • IN NKT atau kerangka kerja NKT nasional lain

    • Studi flora dan fauna degan distribusi spesies yang dipetakan dengan akurat, didukung oleh pendapat pakar

    • Habitat yang sesuai yang dipetakan dengan akurat (dengan ukuran yang cukup) untuk spesies yang spesialis habitat

    • Matriks habitat yang cocok untuk spesies cakupan luas

    • Ekosistem utuh berukuran besar

    • Wilayah yang mungkin penting untuk konektivitas ekologis skala besar

    • Wilayah hutan (terdegradasi) teregenerasi yang tidak muncul sebagai hutan di peta tutupan lahan, tapi tumpang-tindih dengan distribusi spesies yang diketahui yang termasuk spesies CR, EN, atau VU di Daftar Merah IUCN yang memiliki pemetaan distribusi spesies yang lebih baik

    • Petak hutan alami >1000 ha, dengan penyangga

    • Wilayah terlindungi dengan penyangga

    • Wilayah prioritas konservasi (contohnya, KBA)

    • Koridor konektivitas dan batu lompatan antara blok hutan yang luas, bahkan di lokasi kualitas hutan amat terdegradasi

    • Sungai dan hutan riparian terkait (terutama di mana hutan lebarnya >100 m berada di kedua sisi sungai)

    Lebih rendah Spesies berpotensi ada menurut:• Peta cakupan spesies IUCN

    • Daftar spesies terlindungi tingkat nasional

    • Lampiran I dan II CITES

    • IN NKT atau kerangka kerja NKT nasional lain

    • Pendapat pakar

    • Petak hutan alami (atau habitat lain) berukuran 50-1.000 ha

    • Wilayah yang amat dimodifikasi dan/atau terpolusi

    • Habitat yang amat terdegradasi

    • Perkebunan pertanian dan monokultur (yang tidak menyediakan konektivitas)

    • Sisa petak hutan alami (atau habitat lain)

  • 25

    www.hcvnetwork.org

    2.3.2 NKT 2: Lanskap besar

    NKT 2: Ekosistem tingkat lanskap besar, mosaik ekosistem, dan Lanskap Hutan Utuh (IFL) yang signifikan di tingkat global, regional, atau nasional, dan berisi jumlah populasi yang layak dari mayoritas populasi spesies yang muncul secara alamiah.

    Hasil probabilitas NKT 1

    Hasil NKT 1 berpotensi ekstensif, bergantung pada jumlah spesies NKT 1 potensial di yurisdiksi atau lanskap. Bergantung pada kualitas dan detail data distribusi spesies, tim pemeriksa dapat menghasilkan peta untuk spesies individual atau kumpulan spesies, dan peta ini berguna untuk dicantumkan di laporan pemeriksaan sebagai lampiran. Lokasi spesies NKT 1 dan tumpang-tindihnya dengan ancaman akan membantu untuk memprioritaskan aksi. Hasil NKT 1 dapat juga ditunjukkan dalam bentuk tabel dengan daftar spesies NKT 1 dan deskripsi singkat – diatur berdasarkan kategori yang berbeda (contohnya, berdasarkan kategori taksonomi, status perlindungan, spesies endemik).

    Indikator NKT 2 telah dipetakan di skala global oleh WRI dan Greenpeace (misalnya, IFL). Standar FSC nasional dan IN NKT dapat juga mempertimbangkan lanskap hutan tua berukuran lebih kecil sebagai NKT 2, terutama di negara-negara dengan sejarah eksploitasi hutan; dan umumnya, wilayah semacam ini seharusnya mudah untuk diidentifikasi melalui pengindraan jarak jauh. Dapat diasumsikan bahwa lanskap hutan usia tua yang terstruktur secara alami dan berukuran besar masih memiliki biota “orisinalnya”, dan oleh karena itu, dapat dianggap sebagai NKT 2. Lanskap tidak berhutan mungkin akan lebih sulit untuk dinilai. Ekosistem setengah terbuka dan terbuka, seperti sabana, padang rumput, dan lahan basah seringkali tidak memiliki fitur khusus struktural yang bisa langsung diidentifikasi dari jarak jauh. Aspek penting, seperti komposisi spesies flora darat, tidak memungkinkan penilaian dari satelit — walaupun teknologi baru mulai bermunculan12. Tingkat dampak manusia yang sangat rendah bukan indikator terbaik untuk NKT 2 – karena nilai lahan rumput dan lahan berhutan mungkin dibuat dan dipelihara oleh praktik manusia, seperti pemanenan pakan ternak, pembakaran hutan rutin, atau ternak merumput tingkat moderat. Namun, proksi dapat dirancang berdasarkan seri foto dari waktu yang berbeda, dengan asumsi lahan rumput terbuka yang tidak hadir akibat deforestasi selama dua dekade terakhir mungkin memiliki sejarah yang panjang dan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Lahan basah (tidak dikeringkan) berharga lainnya dapat juga dinilai menggunakan pendekatan berdasarkan periode waktu yang sama. Pendekatan dengan prinsip kehati-hatian mungkin akan dibutuhkan untuk mengidentifikasi cakupannya dan para pakar dapat memberikan masukan penting terkait potensi keanekaragaman hayati wilayah tersebut.

    Mendefinisikan dan menetapkan kelas probabilitas

    Tim pemeriksa harus bergantung pada informasi terbaik yang tersedia untuk mendefinisikan kelas probabilitas untuk NKT 2; tabel di bawah ini memberikan contoh jenis indikator yang dapat dipakai. Sesudah kelasnya didefinisikan, tim pemeriksa dapat menetapkan NKT potensial ke kategori probabilitas lebih rendah atau tinggi. Tim dapat menunjukkan hasil analisis probabilitas dengan beragam cara, termasuk peta dan tabel.

  • Probabilitas Keberadaan NKT 2

    Contoh indikator untuk NKT 2

    Lebih tinggi • IFL• Lokasi Ramsar

    • Ekosistem utuh besar, contoh > 50.000 ha (atau ambang nasional), atau mosaik ekosistem berukuran serupa

    • Lahan basah besar

    • Wilayah di mana blok hutan atau ekosistem besar lain (

  • Probabilitas Keberadaan NKT 3

    Contoh indikator untuk NKT 3

    Lebih tinggi • Ekosistem yang diidentifikasi RTE di tingkat nasional yang masih berada di kondisi alami atau historisnya

    • Contoh, gambut, lahan basah, ekosistem pegunungan, lahan gambut

    • PA dan penetapan wilayah terlindung lain (lokasi Ramsar, KBA)

    • Ekosistem RTE atau kelas vegetasi yang telah atau dapat diidentifikasi secara akurat atau dimodelkan memakai citraan dan/atau fitur geofisika

    Lebih rendah • Wilayah di mana ekosistem RTE diidentifikasi di masa lalu, tetapi terjadi perubahan penggunaan lahan dan terdapat vegetasi alami yang hilang

    • Kelas ekosistem atau vegetasi yang sulit diidentifikasi dan dipetakan menggunakan pengindraan jarak jauh dan pemodelan; oleh karena itu, pemetaan dan penilaian ancaman berupa perkiraan, contohnya sabana utuh dan lahan rumput

    27

    www.hcvnetwork.org

    Jika IN NKT tersedia, ini harus dapat menjadi rujukan untuk sistem klasifikasi yang relevan dan ekosistem yang terancam. Namun, tingkat detail IN terkait ekosistem yang terancam seringkali bervariasi karena tidak ada cukup data di skala nasional dan sulit untuk menetapkan ambang batas yang jelas. Oleh karena itu, celah dan kelemahan data harus diidentifikasi, dan juga harus dipertimbangkan bahwa di daerah di mana perubahan penggunaan lahan terjadi amat cepat dan/atau rencana penggunaan lahan telah dielaborasi atau diperbarui, status ekosistem RTE kemungkinan sudah berubah.

    Jika perlu, citraan satelit terbaru dan informasi baru dapat dipakai untuk memperbarui klasifikasi ekosistem yang ada (dan kemungkinan sudah tidak lagi valid). Titik mula analisis baru ini adalah sistem klasifikasi nasional, dan memetakan cakupan kelas lahan historis, sekarang, dan jika mungkin terproyeksi di kondisi alamiahnya. Status risiko ekosistem individual dapat ditentukan dengan membuat kalkulasi cakupan dan tingkat hilangnya ekosistem tersebut saat ini dan mendatang. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan citraan satelit dan informasi perubahan penggunaan lahan terbaru, agar hasilnya didasarkan pada kondisi terbaru dan informasi terbaik yang tersedia terkait skenario masa depan. Sebagai bagian dari analisis yang diperbarui, ambang batas kelangkaan dan ancaman harus disesuaikan atau didefinisikan, jika kedua hal tersebut sebelumnya tidak didefinisikan dengan baik di dalam IN. Keluaran analisis ini adalah produksi peta terbaru ekosistem RTE untuk lanskap/yurisdiksi. Untuk mengembangkan proksi vegetasi, pengindraan jarak jauh dan stratifikasi vegetasi dapat menggunakan faktor biofisika, seperti curah hujan dan tipe tanah.

    Jika IN tidak tersedia, tim akan harus menggunakan konsultasi “tertarget” dengan para pakar dan kewenangan nasional untuk mendapatkan materi mengenai klasifikasi tutupan lahan nasional untuk ekosistem dan penilaian ancaman ekosistem (jika tersedia), dengan memperhatikan kriteria penilaian yang dipakai dan tanggal pelaksanaan analisis. Konsultasi dengan para pakar dapat juga membantu mengidentifikasi fitur yang amat terlokalisasi dan habitat terkait (NKT 3) yang tampak di resolusi yang terlalu kecil untuk bisa dideteksi oleh citraan satelit.

    Sumber data potensial lain adalah Daftar Merah Ekosistem IUCN yang memberikan kerangka kerja global untuk menilai risiko ekosistem (CR, EN, VU, dll.). Walaupun cakupan penilaian masih rendah, definisi globalnya akan berguna dan definisi ini dirancang fleksibel sehingga dapat diaplikasikan pada beragam jangkauan dan dapat dipakai untuk penilaian tingkat nasional sebagai bagian dari pemeriksaan lanskap13.

    Mendefinisikan dan menetapkan kelas probabilitas

    Tim pemeriksa harus bergantung pada informasi terbaik yang tersedia untuk mendefinisikan kelas probabilitas untuk NKT 3; tabel di bawah ini memberikan contoh jenis indikator yang dapat dipakai. Sesudah kelasnya didefinisikan, tim pemeriksa dapat menetapkan NKT potensial ke kategori probabilitas lebih rendah atau tinggi. Tim dapat menunjukkan hasil analisis probabilitas dengan beragam cara, termasuk peta dan tabel.

    Tabel 6 Contoh jenis indikator yang dapat dipakai untuk mendefinisikan kelas probabilitas untuk NKT 3. Contoh ini hanyalah ilustrasi dan tidak lengkap atau pun spesifik satu negara.

  • 28

    Panduan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan aksi untuk NKT sebagai bagian dari pendekatan yurisdiksi dan lanskap

    2.3.4 NKT 4: Jasa ekosistem

    NKT 4: Jasa ekosistem dasar yang kritis, termasuk perlindungan daerah tangkapan air (DTA) dan pengendalian erosi tanah dan kemiringan yang rawan.

    Beberapa nilai NKT 3 dapat dipetakan dengan persis, contohnya lokasi beberapa ekosistem yang jarang dapat ditunjukkan dengan pasti di peta. Namun, di kasus lainnya, peta proksi untuk NKT 3 harus dipakai, seperti tutupan lahan yang telah dianalisis dan diklasifikasi oleh tim pemeriksa. Lokasi ekosistem NKT 3 dan ketumpangtindihannya dengan ancaman akan membantu untuk menetapkan prioritas untuk aksi. Hasil NKT 3 dapat juga ditunjukkan di dalam tabel dengan daftar habitat atau ekosistem NKT 3 dan dengan penjelasan singkat – disusun berdasarkan beragam kategori (contohnya, jenis habitat, tingkat kelangkaan, klasifikasi menurut IUCN).

    Hasil probabilitas NKT 3

    NKT 4 harus dipertimbangkan terkait dengan lokasi pemukiman dan distribusi populasi manusia di lanskap karena definisinya mengindikasikan jasa ekosistem adalah untuk masyarakat.

    Perlindungan DTA: NKT 4 dapat diaplikasikan ke regulasi sungai dan anak sungai di DTA alami di mana suplai air amat penting untuk penggunaan oleh manusia, termasuk air minum, memasak, mencuci dan irigasi dan memancing, dan ketika tidak ada alternatif yang layak atau tersedia dengan mudah. Pada dasarnya, semua kegiatan di lanskap darat akan memengaruhi badan air tawar hilir — isunya adalah sebanyak dan sejauh apa pengaruh tersebut. Kehadiran populasi manusia di semua DAS di yurisdiksi/lanskap harus dikonfirmasi pada kerja tingkat lapangan selanjutnya. Di wilayah musiman, dampak perubahan penggunaan lahan pada kuantitas air/rezim aliran dapat memiliki dampak yang serius pada mata pencaharian dan perubahan iklim dapat memperburuk dampak ini di beberapa tempat.

    Pengendalian erosi tanah dan kemiringan yang rawan: NKT 4 terdapat di wilayah yang terdiri dari jenis vegetasi alamiah (contohnya, hutan atau lahan rumput asli) dalam kondisi baik yang membantu untuk mencegah erosi, longsor, pembentukan ngarai, badai debu dan penggurunan, yang memiliki dampak signifikan kepada masyarakat atau lingkungan. Dampak tersebut dapat menjadi bencana (longsor) atau merugikan dan sulit untuk diubah (hilangnya kesuburan tanah dan produktivitas lahan secara bertahap). Erosi permukaan menyebabkan hilangnya tanah permukaan yang menyebabkan penurunan produktivitas lahan; di lahan kering, ini dapat juga menyebabkan badai debu, pembentukan bukit pasir, dan penggurunan.

    Longsor dan ngarai mengurangi wilayah lahan produktif, merusak infrastruktur, membahayakan nyawa manusia, mengubah karakteristik hidrologi DAS, dan meningkatkan muatan sedimen, yang kemudian menyebabkan pengendapan sedimen di badan air dan saluran irigasi. Ini terutama penting untuk masyarakat petani dan nelayan dan untuk keanekaragaman hayati air tawar atau laut.