pemeriksaan klinis neurologi.docx

Upload: reisya-tiara-kandita

Post on 02-Jun-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    1/23

    Pemeriksaan Klinis Neurologi

    BAB I Anamnesis

    Informasi yang perlu diperoleh:1. Data Statistik- Nama- Jenis kelamin- Umur- Alamat- Status perkawinan- Pekerjaan- Agama- Suku bangsa

    2. Keluhan Utama:- Waktu/lamanya- Perlangsungannya- Lokalisasi dan penyebarannya- Sifat dan hebatnya- Hubungan dengan waktu tertentu- Keluhan yang menyertai- Hal yang memperburuk/memperingan- Pernah minum obat sebelumnya- Perkembangan3. Riwayat Penyakit Terdahulu:

    Terutama yg mungkin ada hubungannya dengan keadaan sekarang.4. Riwayat Penyakit dalam Keluarga

    5. Riwayat Sosial (mis: pergaulan, pekerjaan)6. Kebiasaan/Gizi (ex. kebiasaan makan berlemak, rokok, alkohol, dll)

    BAB II Kesadaran

    Tingkat kesadaran (kualitatif) terbagi atas: - Normal (compos mentis)- Delirium

    Penurunan kesadaran disertai peningkatan yg abnormal dari aktivitas psikomotor dan siklus tidur-

    bangun yang terganggu. Tampak pasien gaduh gelisah, kacau, disorientasi, berteriak-teriak, meronta-ronta. Penyebabnya: gangguan metabolic toksik, penghentian minum alcohol/obat-obatan, dsb.- Somnolen

    Keadaan mengantuk, kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang, mampu mem-beri jawabanverbal, dan menangkis rangsang nyeri. Somnolen disebut juga sbg letargi, obtundasi.

    - Sopor (Stupor)Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namunkesadarannya segera menurun lagi. Masih dapat mengikuti perintah singkat, masih ada gerakanspontan, dengan rangsang nyeri tidak dapat dibangunkan sempurna, gerak motorik untuk menangkisrangsang nyeri masih baik.

    - Koma-Ringan (Semi Koma)Tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Refleks kornea dan pupil masih baik. Gerakan terutamatimbul sebagai respon terhadap rangsang nyeri.

    - Koma-Dalam (Komplit)Tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri.

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    2/23

    Tingkat Kesadaran (Kuantitas) dinilai dgn GCS Terdiri atas respon:

    1. Membuka Mata / Eye (E); nilai normal = 42. Bicara / Verbal (V); nilai normal = 53. Gerakan / Motorik (M); nilai normal = 6

    Glasgow Coma Scale (GCS) RESPON NILAI

    Respon Membuka Mata / Eye (E) Spontan 4Terhadap perintah 3Dgn rngsng nyeri (tekan kuku/supra orbita) 2

    irangsang nyeri) 1Respon Bicara / Verbal (V) Baik dan tidak ada disorientasi 5Kacau (confused) dapat bicara kalimat namundisorientasi waktu dan tempat

    4

    Tidak tepat mengucapkan kata-kata dan tidak beraturan 3

    Mengerang 2Tidak ada jawaban 1Respon Gerakan / Motorik (M) Menurut perintah (ex.suruh angkat tangan) 6Mengetahui lokasi nyeri 5Reaksi menghindar 4

    Reaksi fleksi (dekortikasi) 3Reaksi ekstensi 2Tidak ada reaksi sama sekali (pastikan denganrangsangan yang adekuat)

    1

    Interpretasi 1. GCS = E 4M6V5 (15) : compos mentis2. GCS 7 : koma 3. GCS = E 1M1V1 (3) : koma dalam4. GCS = E 4M6V- : Afasia motorik5. GCS = E 4M1V1 : coma vigil

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    3/23

    BAB III Rangsang Selaput Otak

    Rangsang meningeal positif (+) bila terdapat radang selaput otak (ex. meningitis), benda asing dirongga subarachnoid (ex. darah, seperti pada perdarahan subarachnoid)

    Terdiri atas1. Kaku kuduk2. Tanda lasegue / tes lasegue3. Kernig sign4. Brudzinski (I, II, III, IV)

    Berikut akan dibahas secara ringkas mengenai teknik pemeriksaan rangsang selaput otak.

    1. Kaku Kuduk - Caranya: Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang baring. Kepala ditekuk

    (fleksi), usahakan agar dagu menyentuh dada.- Interpretasi: kaku kuduk (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.- Kaku Kuduk (+) dijumpai pada meningitis, miositis otot kuduk, abses retrofaringeal, arthritis di servikal.

    2. Tes Lasegue - Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai

    diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus (tidak bergerak)

    Tes Lasegue

    - Interpretasi: Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut < 70 (dewasa) dan < 60(lansia)

    - Tanda Lasegue (+) dijumpai pada meningitis, isialgia, iritasi pleksus lumbosakral (ex.HNPlumbosakralis)

    3. Tanda Kernig/Kernig Sign - Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai membuat sudut 90. Lalu tungkai

    bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya ekstensi dilakukan sampai membentuk sudut135

    Tes Kernig

    - Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencaai sudut135

    - Kernig Sign (+) dijumpai pada penyakit penyakit seperti yang terdapat pada tanda lasegue (+)

    4. Brudzinski (I, II, III, IV) Brudzinski I (Brudzinskis Neck Sign)

    - Caranya: Tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita tekuk kepala (fleksi) sampaidagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah

    diangkatnya badan.

    http://4.bp.blogspot.com/-Gt5i5jbGwYM/T5UtduQqf_I/AAAAAAAAANw/htYwwITKNfM/s1600/tes+lasegue.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-igg_Cvb7ROQ/T5Uty6oOQiI/AAAAAAAAAN4/QLDUBk9oacY/s1600/Tes+kernig.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    4/23

    Tes Brudzinski I

    - Interpretasi: Tanda brudzinski I (+) bila terdapat fleksi pada kedua tungkai

    Brudzinski II (Brudzinskis Contra -Lateral Leg Sign) - Caranya: Pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada persendian panggul,

    sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus).

    Tes Brudzinski II

    - Interpretasi: Tanda Brudzinski II (+) bila tungkai yang satunya ikut pula terfleksi.

    Brudzinski III - Caranya: Tekan os zigomaticum- Interpretasi: Tanda Brudzinski III (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas superior (lengan tangan

    fleksi)

    Brudzinski IV - Caranya: Tekan simfisis ossis pubis (SOP)

    - Interpretasi: Tanda Brudzinski IV (+) bila terjadi fleksi involunter ekstremitas inferior (kaki)BAB IV

    Saraf Kranial

    Nama-Nama Saraf Otak (Nervus Kranialis) 1. Nervus I : Nervus Olfactorius2. Nervus II : Nervus Optikus3. Nervus III : Nervus Okulomotorius4. Nervus IV : Nervus Troklearis5. Nervus V : Nervus Trigeminus6. Nervus VI : Nervus Abdusen7. Nervus VII : Nervus Fasialis8. Nervus VIII : Nervus Vestibulokoklearis9. Nervus IX : Nervus Glosofaringeus10. Nervus X : Nervus Vagus11. Nervus XI : Nervus Aksesorius

    12. Nervus XII : Nervus Hipoglosus

    1. Nervus I (Nervus Olfactorius) Fungsi: penghidu

    Zat: bau-bauan yang tidak asik (ex. kopi, tembakau) Caranya:

    http://2.bp.blogspot.com/-b-JGbBz3CEA/T5UucG3MhaI/AAAAAAAAAOI/hpXaPqFr-gY/s1600/Tes+Brudzinski+II.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-sBYPcZYKYqw/T5UuH8oRW1I/AAAAAAAAAOA/lP5WWCJyWdg/s1600/Tes+Brudzinski+I+.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-b-JGbBz3CEA/T5UucG3MhaI/AAAAAAAAAOI/hpXaPqFr-gY/s1600/Tes+Brudzinski+II.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-sBYPcZYKYqw/T5UuH8oRW1I/AAAAAAAAAOA/lP5WWCJyWdg/s1600/Tes+Brudzinski+I+.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    5/23

    - pasien tutup mata- salah satu lubang hidung ditutup dengan jari pemeriksa- lubang hidung yg tidak ditutup menghirup salah satu zat- tanyakan zat apa yang dihirup- lakukan hal yg sama pada lubang hidung lainnya

    Penilaian

    - Normosmia: kemampuan menghidu normal- Hiposmia: kemampuan menghidu menurun- Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu. Biasanya pd penderita hiperemis gravidarum,

    migren.- Anosmia: hilangnya penciuman- Kakosmia: mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada

    Penyebab Gangguan Menghidu- Penyakit inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat- Trauma kepala : mungkin disebabkan oleh robeknya filament olfactorius

    2. Nervus II (Nervus Optikus) Pemeriksaan terdiri dari:

    A. Ketajaman Penglihatan (visual acuity)B. Lapangan Pandang (visual field)C. Funduskopi (pemeriksaan oftalmoskopik)

    Cara Melakukan Tes Nervus II A. Ketajaman Penglihatan

    o Pemeriksaan kasar: pasien diminta untuk mengenali benda yang letaknya jauh. Ex: jam dinding, Tanya jam berapa, membaca buku/Koran

    o Pemeriksaan yg teliti: dgn menggunakan gambar snellen (optic snellen) seperti kalau mau pakai kacamata. Penderita disuruh membaca gambar snellen pada jarak 6 meter. Tentukan baris ke berapasampai penderita tidak mampu lagi membacanya.

    B. Lapangan Pandang Caranya (metode konfrontasi Donder):

    o Penderita duduk/berdiri berha-dapan dengan pemeriksao Penderita & pemeriksa masing-masing menutup salah satu mata yang berhadapan (ex. penderita

    tutup mata kiri, sedangkan pemeriksa tutup mata kanan, atau sebaliknya).o Mata penderita & pemeriksa yang tidak tertutup harus saling ber-tatapan (menghadap ke depan), jgn

    meliriko Pemeriksa lalu menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa & penderita.

    Gerakan dilakukan dari luar ke dalam. Gangguan lapangan pandang- Lapangan pandang menyempit- Hemianopsia

    C. Funduskopi (Pemeriksaan Oftalmoskopik)o Menilai keadaan N.II, terutama papil nya. Papil adalah tempat serabut N.II memasuki matao Penilaian terhadap papil:

    - Papil normal: bentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan

    retina jelas, pembuluh darah muncul di tengah, bercabang ke atas & bawah- Papil atrofi primer: warna papil pucat, batas tegas, pembuluh darah berkurang.- Sembab papil: disebabkan oleh radang aktif / bendungan,disertai perburukan visus yang hebat. Pada

    sembab papil perlu ditentukan besarnya penonjolan, dinyatakan dalam dioptri. Penyebab Gangguan Nervus II:

    o Neuritis optikao Neuritis retrobulbaro Papilitiso Neuropati optic iskemik (ex. pada hiper-tensi dan arthritis)o Neuropati karena tekanan (ex. tumor, anerisma, gangguan hormonal tiroid)o Neuropati optic o/ infiltrasi (ex. karsinoma)o Defisiensi/intoksikasi (ex. def. vitamin B12, B1, intoksikasi etambutol, kloramfenikol)

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    6/23

    3. Nervus III (Nervus Okulomotorius) , Nervus IV (Nervus Troklearis) , Nervus VI (NervusAbdusen)

    a. Fungsi N.III, IV, dan VI saling berkaitan dan diperiksa bersama-sama. Fungsinya ialahmenggerakkan otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Srabut N.III mengatur ototpupil

    b. Otot bola mata yg dipersarafi N. III, IV, VI:o N.III : menginervasi m. rektus internus (medialis), m. rektus superior, m. rektus inferior, m. levator

    palpebrae; serabut visero-motoriknya mengurus m. sfingter pupile (yaitu mengurus kontraksi pupil)dan m. siliare (mengatur lensa mata)

    o N.IV : menginervasi m. oblikus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkankebawah dan nasal.

    o N.VI : menginervasi m. rektus eksternus (lateralis). Kerja otot ini menyebabkan lirik matakea rahtemporal.

    Bagan Gerak Bola Mata

    c. Cara Pemeriksaan1) Ptosiso Ptosis adlh kelopak mata terjatuh, mata tertutup, tdk dapat dibuka, akibat kelumpuhan N.III (otot m.

    levator palpebrae)o Untuk menilai tenaga m. levator pal-pebrae pasien diminta pejamkan mata, kemudian disuruh

    membuka matanya. Waktu pasien membuka mata, pemeriksa menahan gerakan ini dengan jalanmemegang (menekan enteng) pada kelopak mata. Dengan demikian dapat dinilai kekuatanmengangkat kelopak mata.

    2) Pupilo Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan. Bila sama : isokor ; bila tidak sama : anisokoro Perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya (normal) atau tidak.o Miosis : pupil mengecil, dipersarafi oleh serabut parasimpatis dari N.III. Dapat dijumpai pada waktu

    tidur, tingkat tertentu dari koma, iritasi N.III, dan kelumpuhan saraf simpatis (sindrom Horner).o Midriasis : pupil melebar, dipersarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal). Dijumpai pada kelumpuhan

    N.III, misalx oleh desakan tumor atau hematom, pd fraktur dasar tulang tengkorak.3) Refleks Pupil (Reaksi Cahaya Pupil)o Terdiri atas:1. Refleks Cahaya Langsung (RCL)2. Refleks Cahaya Tak Langsung (RCTL)o Caranya:- Pasien disuruh melihat benda yang jauh.- Mata disenter (diberi cahaya) dan lihat apa ada reaksi pupil. Pada keadaannormal, pupil akan

    mengecil : RCL (+); bila pupil mata yang TIDAK disinari ikut juga mengecil : RCTL (+).- Apabila RCL (-) dan RCTL (+) : kerusakan pada N.II- Apabila RCL (-) dan RCTL (-) : kelumpuhan N.III.4) Refleks Akomodasio Penderita diminta melihat jauh, kemudian diminta melihat dekat.o Mis. jari pemeriksa atau benda (ex. pulpen) yang ditempatkan di dekat matanya.o Refleks Akomodasi (+) bila pupil mengecil : NORMALo Refleks Akomodasi (-) bila terdapat kelumpuhan N.III.5) Kedudukan (Posisi) Bola Mata

    http://3.bp.blogspot.com/-GEgamqtpEc4/T5VQVptzjKI/AAAAAAAAAQo/cvPqI-xZAYA/s1600/Bagan+Gerak+Bola+Mata+.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    7/23

    o Eksoftalmus: mata menonjolEksoftalmus bilateral dijumpai pada tirotoksikosis.o Enoftalmus: bola mata seolah-olah masuk ke dalamEnoftalmus bisa dijumpai pd Sindrom Horner (yang disebabkan oleh kerusa-kan serabut simpatis leher)o Strabismus: posisi bola mata tidak simetris akibat adanya kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari

    otot mata.Disebut juga juling/jereng.- Strabismus konvergen: lirikan ke medial disebabkan oleh ke-lumpuhan m. rectus eksternus yang

    dipersarafi N.VI- Strabismus divergen: lirikan ke lateral disebabkan oleh kelum-puhan m. rectus internus yang

    dipersarafi N. III.6) Gerakan Bola Matao Penderita disuruh mengikuti jari pe-meriksa yang digerakkan kea rah lateral, medial-atas, bawah, dan

    kea rah yang miring.o Perhatikan apakah mata pasien bias mengikutinya dan perhatikan bagai-mana gerakan bola mata.o Pada pemeriksaan gerakan bola mata juga diperhatikan adanya diplopia (melihat kembar). Diplopia

    dijumpai pada kelumpuhan otot penggerak bola mata.o Perhatikan pula adanya nistagmus. Nistagmus adalah gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan

    ritmik. Caranya: penderita disuruh terus melirik ke satu arah (ex. ke kanan/kiri/ atas/bawah) selama 5-6 detik. Jika ada nistagmus, akan terlihat dalam jangka waktu tersebut.

    4. Nervus V (Nervus Trigeminus) a. Bagian Motorik

    o Mengurus otot-otot u/ mengunyah, yaitu m. masseter, m. temporalis; m. pterigoid medialis (bfx u/menutup mulut); m. pterigoid lateralis (bfx u/ menggerakkan rahang bawah ke samping)

    o Cara pemeriksaan- Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. masseter dan m. temporalisnya.- Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan diperhatikan apakah ada deviasi dari rahang bawah,

    lalu mulut ditutup rapat (untuk menilai m. pterigoid medialis)- Pasien diminta untuk menggerakkan rahang bawahnya kiri dan kanan (untuk menilai m. pterigoideus

    lateralis)

    - Bila terdapat parese di sebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri. Begitupula sebaliknya.b. Bagian Sensorik1. Mengurus sensibilitas wajah melalui 3 cabang:- Cabang (ramus) oftalmik : mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus

    paranasalis dan sebagian mukosa hidung- Cabang (ramus) maksilaris : mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum

    durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.- Cabang (ramus) mandibularis : mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah,

    mukosa pipi, 2/3 bag. Depan lidah, sebagian dari telinga (eksternal), meatus, dan selaput otak.2. Cara Pemeriksaan:- Bagian sensorik N.V diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri, dan suhu pada daerah yang

    dipersarafinya (wajah). Cara melakukannya akan dibahas pada BAB SISTEM SENSORIK.

    - Waktu memeriksa sensibilitas N.V juga periksa refleks kornea yang akan dibahas padaBAB SISTEMREFLEKS.

    http://1.bp.blogspot.com/-hFn6FWB0e6w/T5VQtHPMxpI/AAAAAAAAAQw/iGjDPr50bN0/s1600/Daerah+Sensibilitas+N.V%2C+cabang+I%2C+II%2C+III.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    8/23

    Daerah Sensibilitas N.V, cabang I, II, III

    (I) Ramus Oftalmik(II) Ramus Maksilaris(III) Ramus Mandibularis

    5. Nervus VII (Nervus Fasialis) Saraf otak N.VII mengandung 4 macam serabut:

    a. Serabut somato-motorik : mempersarafi otot-otot wajah kecuali m. levator palpebrae (N.III), ototplatisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.

    b. Serabut visero-motorik (parasimpatis) : datang dari nucleus salivatorius superior. Serabut saraf inimengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandulasubmaksilar serta sublingual dan lakrimalis.

    c. Serabut visero-sensorik : menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian depan lidah (bersama-sama dengan N.V cab. Ramus mandibularis; sedangkan 1/3 bagian posterior oleh N.IX).

    d. Serabut somato-sensorik : rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan raba) dari sebagian daerahkulit dan mukosa yang disarafi oleh N.V.

    Secara anatomis, bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantar sensasi dan serabutparasimpatis, yaitu:

    a. Motorik: inervasi otot wajahb. Sensasi: sensasi eksteroseptif dari gendang telinga, sensasi pengecapan 2/3 bagian anterior lidahc. Parasimpatis: kelenjar ludah dan air mata

    Pemeriksaana. Fungsi Motorik (sering dilakukan di klinik)o Suruh penderita mengangkat alis dan kerutkan dahi.- Pada kelumpuhan jenis supranuklir sesisi, penderita dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi- Pada kelumpuhan jenis perifer tampak adanya asimetrio Suruh penderita pejamkan mata- Lumpuh berat : tidak dapat pejamkan mata- Lumpuh ringan : tenaga pejaman kurang kuat- Hal ini dapat dinilai dengan jalan mengangkat kelopak mata dengan tangan pemeriksa, sedangkan

    pasien disuruh memejamkan matao Suruh penderita menyeringai, senyum, menunjukkan gigi geligi, memonyong-kan bibir,

    menggembungkan pipio Gejala Chovstek- Dibangkitkan dgn jalan mengetok N.VII di bagian depan telinga- Bila positif : kontraksi otot yang dipersarafinya- Pada tetani gejala Chovstek (+)b. Fungsi Pengecapano Suruh penderita julurkan lidah, letakkan bubuk gula/garam/kina (dilakukan secara bergantian dan

    diselingi istirahat) pada 2/3 lidah bagian depano Penderita disuruh menyebutkan apa yang ia rasakano Ageusi : hilangnya rasa pengecapan (pada 2/3 lidah anterior) akibat kerusakan N.VII sebelum

    percabangan korda timpani Gangguan N. VII

    - Kerusakan sesisi pada UMN N.VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik) akanmengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah bagian bawah (kurang dapat mengangkat sudutmulut, menyeringai, perlihatkan gigi, tersenyum). Pada wajah bagian atas tidak mengalamikelumpuhan (penderita masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan menutup mata).

    - Pada lesi LMN : semua gerakan otot wajah (baik yang volunteer maupun involunter) semuanyalumpuh.

    - Pada Bells Palsy : kelumpuhan N.VII jenis perifer yang timbul secara akut, tanpa adanya kelainanneurologik lain.

    - Pada Sindrom Guillain Barre : kelumpuhan N.VII perifer yang bilateral, muka tampak simetris. Perludicurigai bila pasien tidak dapat memejamkan kedua matanya.

    Beberapa penyebab gangguan N.VIIo Strok (kebanyakan menyebabkan gangguan jenis sentralo Gangguan jenis perifer:- Paralisis idiopatis (Bells palsy)

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    9/23

    - Tumor di sudut serebelopontin- Otitis media- Meningitis karsinomatosa- Tumor parotis- Fraktur dasar tulang tengkorak

    Beberapa penyebab gangguan pengecapan (N.VII, N.IX)

    - Meningitis viral- Pasca influenza- Merokok- Mulut kering- Penyakit sistemik- Defisiensi vitamin B12 dan A- Obat-obatan (amitriptilin, ACE- inhibitor)

    6. Nervus VIII (Nervus Vestibulokoklearis) Terdiri dari Saraf Vestibularis & Saraf Koklearis

    a. Saraf Vestibularis Berhubungan dengan:

    o Batang otak : serabut dari inti vestibularis mengadakan hubungan dengan inti saraf otak III, IV, dan VI(yg mengurus otot ekstraokuler). Sistem vestibuler memainkan peranan dalam mengurus gerakterkonjugasi bola mata yang reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala.

    o Medulla Spinalis : hubungan dengan medulla spinalis terjadi melalui traktus vestibulo-spinalis lateralisdan medialis. Berperan mengatur tonus otot ekstensor badan dan anggota gerak terhadap gravitasi,dan mempertahankan sikap tegak.

    o Serebelum : bagian vestibuler dari serebellum (archicerebellum) berperan dalam mempertahankankeseimbangan.

    o Serebrum : hubungannya dengan korteks serebri masih belum berhasil dibuktikan. Gangguan saraf vestibularis:

    o Vertigo, terbagi atas 2 tipe- Perifer: sekeliling berputar, nistagmus horizontal, lebih berat- Sentral: orangnya yang seperti berputar, nistagmus vertikal, lebih ringano

    Nistagmus : gerak infolunter yang bersifat ritmik dari bola mata (gejala objektif vertigo)o Salah tunjuk, kehilangan keseimbangan Pemeriksaan saraf vestibularis

    o Cara khusus untuk menimbulkan nistagmus:- Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike- Tes kalori- Elektronistagmografio Tes untuk menilai keseimbangan:- Tes Romberg yang dipertajam : penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yg lain

    (tandem); tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan matalalu ditutup untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada orang normal mampu berdiri dalam sikapRomberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.

    - Tes melangkah di tempat (strepping test) : penderita disuruh jalan di tempat dengan mata tertutup,sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Tes ini dapat mendeteksi gangguansistem vestibular. Hasil tes dianggap abnormal bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 mdari tempatnya semula, atau badan berputar lebih 30.

    - Salah tunjuk : penderita disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa dengan menggunakan telunjuknya.Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk, demikian juga dengan gangguan serebellar.

    Penyebab gangguan sistem vestibular:o Gangguan jenis perifer- Neuritis vestibular- Vertigo posisional benigna- Mabuk kendaraan- Trauma- Obat-obatan (ex. streptomisin)- Labirintis- Penyakit meniere- Tumor di fossa posterior

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    10/23

    o Gangguan jenis sentral- Strok atau iskemia batang otak- Migren basilar- Trauma- Perdarahan atau lesi di serebellum- Lesi lobus temporalis

    - Neoplasma

    b. Saraf Koklearis Gangguan Saraf Koklearis

    o Gangguan ada saraf koklearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus, atau hiperakusis. Ada 2 macamketulian, yaitu:

    1. Tuli perseptif atau tuli saraf- Dapat disebabkan oleh lesi di:a. reseptor di telinga dalamb.nervus koklearisc. inti serta serabut pendengaran di batang otakd.korteks auditif- Pada tuli saraf, konduksi udara dan konduksi tulang sama - sama berkurang, sehingga perbandingan

    hantarannya biasanya tidak berubah (Tes Rinne (+)). Akan tetapi, Tes Swabach memendek dan TesWeber didapatkan lateralisasi ke arah yang sehat.

    - Terdapat kehilangan pendengaran, terutama untuk nada yang tinggi dan huruf mati yg tajam, sepertis & t

    2. Tuli Konduktif (Tuli Obstruktif, Tuli Transmisi)- Disebabkan oleh gangguan telinga luar dan telinga tengah- Dapat pula disebabkan oleh sum-batan liang telinga luar, missalnya oleh serumen, air, darah, dll.- Gangguan di nasofaring yg menga-kibatkan obstruksi pada tuba Eustachii dapat menyebabkan tuli

    konduktif.- Gangguan terutama pada konduksi udara, sedang konduksi tulang tidak berubah, malah dapat

    bertambah, karenanya Tes Rinne (-). Disamping itu Tes Swabach memendek dan pada TesWeber didapatkan lateralisasi ke sisi yang tuli.

    - Terdapat gangguan pendengaran, terutama pada nada yang rendah.o Tinitus : bunyi berdenging di telinga yang disebabkan oleh eksitasi atau iritasi alat pendengaran,

    sarafnya, inti serta pusat yang lebih tinggi. Obat-oabatan seperti kina, salisilat, dan streptomisin dapatmenyebabkan tinnitus.

    Pemeriksaan Saraf Koklearis1. Tes Swabach- Pada tes ini, pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yg normal).- Garpu tala dibunyikan lalu ditempatkan di dekat telinga penderita.- Setelah penderita tak medengar bunyi lagi, garpu tala tersebut diletakkan di dekat telinga pemeriksa.- Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa : swabach memendek (untuk konduksi udara).- Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita.- Bila penderita sudah tidak mendengar bunyi lagi, maka garpu tala di-tempatkan pada tulang mastoid

    pemeriksa.- Bila pemeriksa masih mendengar bunyinya swabach memendek (untuk konduksi tulang).2. Tes Rinne- Pada pemeriksaan ini dibandingkan konduksi tulang dgn konduksi udara.- Pada telinga normal, konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.- Pada pemeriksaan, biasanya digunakan garpu tala frekuensi 128, 256 a/ 512 Hz.- Garpu tala dibunyikan pada pangkalnya ditekan pada pada tulang mastoid penderita.- Bila penderita sudah tidak mendengar lagi, garpu tala didekatkan pada telinga penderita. Jika masih

    terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang RINNE (+)- Bila tidak terdengar lagi bunyinya segera setelah garpu tala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat

    telinga RINNE (-)3. Tes Weber- Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita tepat di tengah.- Penderita disuruh mendengarkan bunyinya dan menentukan pada telinga mana bunyi lebih keras

    terdengar.- Pada orang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan.- Pada tuli saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat.

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    11/23

    - Pada tuli konduktif, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yg tuli.- TES WEBER BERLATERALISASI ke kiri (atau ke kanan), bil bunyi lebih keras terdengar di telinga kiri

    (atau kanan)- Tuli Perseptif (Tuli Saraf) : pendengaran berkurang, Rinne (+), weber lateralisasi ke telinga yang sehat- Tuli Konduktif : pendengaran berkurang, Rinne (-), weber lateralisasi ke telinga yang tuli.

    7. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus) , Nervus X (Nervus Vagus) Pendahuluan- N.IX dan X diperiksa bersamaan, karena kedua saraf ini berhubungan erat satu sama lain, sehingga

    gangguan fungsinya jarang tersendiri, kecuali pada bagian yang perifer sekali.- Pembentukan suara (fonasi) dilakukan oleh pita suara, yang dipersarafi oleh N. laringeus

    rekurens (cabang dari N.X).- Pengucapan (artikulasi) kata-kata diurus oleh otot-otot mulut (masseter, pterigoideus lateralis,

    orbikularis oris), otot lidah, otot laring dan faring. Jadi, artikulasi merupakan kerja sama antara sarafotak V, VII, IX, X dan XII. Kelumpuhan nervus-nervus tersebut dapat mengakibatkan disartria

    Gangguan N.IX dan X- Disartria (cadel, pelo) : gangguan pengucapan akibat kelumpuhan N.V, VII, IX, X- Disfagia (salah telan) : akibat kelumpuhan N.IX, X- Disfonia (suara serak) : akibat kerusakan N. Laringeus rekurens (cabang N.X)- Afonia : suara tidak ada sama sekali Pemeriksaan N.IX, X- Fungsi Motoriko Perhatikan kualitas suara pasien. Apakah suara normal/disfonia/afonia.o Minta pasien menyebutkan: AAAAAA.. pembentukan suara dilakukan oleh pita suara yang

    dipersarafi cabang N.X (N. Laringeus Rekurens), apabila lumpuh disfoniao Artikulasi yang kurang baik (cadel) akibat adanya kelumpuahan N.V, VII, IX, X disartria.o Pada kelumpuhan N.IX, X, palatum molle tidak sanggup menutup jalan ke hidung waktu bicara : suara

    hidung (bindeng/ sengau)o Kelumpuhan N.IX, X : disfagia (salah telan/ keselek)o Sekukan (hiccup, singultus) : kontraksi diafragma yang menyebabkan udara diinspirasi dengan kuat,

    dan bersamaan dengan itu, terdapat pula spasme faing dan berhentinya inspirasi karena menutupnya

    glottis.o Pengecapan : tesnya sulit dilakukan karena N.IX mempersarafi 1/3 bagian posterior lidah (sedangkan2/3 anterior lidah dipersarafi oleh N.V dan N.VII)

    - Fungsi AutonomN.X merupakan inhibitor dari jantung; paralysis menyebabkan takikardi, iritasi menyebabkan bradikardi.

    Oleh karena itu, pada pemeriksaan N.X perlu diperiksa frekuensi nadi. Beberapa Penyebab Gangguan N.IX dan X- Anerisma a. vertebralis- Strok bilateral (hemiparese dupleks)- Idiopatis- Hal yang menyebabkan gangguan pada m. Laringeus rekurens: anerisma aorta, tumor di

    mediastinum, tumor di bronkus

    8. Nervus XI (Nervus Aksesorius) Pendahuluan- Saraf otak ini hanya terdiri dari serabut motorik (somatomotorik).- Saraf XI menginervasi otot sternokleidomastoi-deus dan otot trapezius.- Otot sternokleidomastoideus menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala.- Otot trapezius menarik kepala ke sisi yang sama. Ia juga mengangkat, menarik dan memutar scapula,

    serta membantu mengangkat lengan dari posisi horizontal ke atas. Pemeriksaan- Pemeriksaan Otot Sternokleidomastoideuso Pasien disuruh menggerakkan bagian badan (persendian) yang digerakkan oleh otot yang ingin kita

    periksa, dan kita tahan gerakan inio Untuk mengukur tenaga otot sternokleido-mastoideus dapat dilakukan dengan hal berikut: kita suruh

    pasien menoleh misalnya ke kanan. Gerakan ini kita tahan dengan tangan kita yang ditempatkan didagu. Bandingkan kekuatan otot kiri dan kanan.

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    12/23

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    13/23

    - Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala jurusan danperhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh menekankan lidahnya pada pipinya. Kitanilai daya tekannya ini dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat pareselidah bagian kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat.

    N.XII kiri lumpuh

    Gangguan Pada N.XII Dan Penyebabnya- Lesi N.XII dapat bersifat supranuklir, misalnya pada lesi di korteks atau kapsula interna, yang dapat

    disebabkan oleh misalnya pada strok. Dalam hal ini didaptkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanyaatrofi dan fasikulasi.

    - Pada lesi nuklir, didapatkan atrofi dan fasikulasi. Hal ini dapat disebabkan oleh siringobulbi, ALS,radang, gangguan peredaran darah dan neoplasma

    - Pada lesi infranuklir didapatkan atrofi. Hal ini disebabkan oleh proses di luar medulla oblongata, tetapimasih di dalam tengkorak, misalnya trauma, fraktur dasar tulang tengkorak, meningitis, dll

    BAB V

    Sistem Motorik Merupakan sebagian besar manifestasi obyektif kelainan saraf : bukti riil adanya kelainan penyakit

    UMN LMN Spastis

    Atropi (-)Refleks fisiologis meningkatRefleks patologis (+)Tonus meningkat

    Flaccid Atropi (+)Refleks fisiologis menurunRefleks patologis (-)Tonus menurun

    Gangguan Ekstrapiramidal

    - Tonus : rigid- Gerak otot abnormal tidak terkendali- Gangguan kelancaran gerak otot volunteer- Gangguan otot asosiatif Pemeriksaan1. Inspeksi- Sikap : perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak, dan berjalan- Bentuk : Perhatikan adanya deformitas- Ukuran : perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan yang kanan- Gerak abnormal yang tidak terkendali, antara lain:

    o Tremor : merupakan serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran, yang timbulkarena berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian.

    o Khorea : gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong, aritmik dan kasar yang dapat melibatkansatu ekstremitas, separuh badan atau seluruh badan. Khas terlihat pada anggota gerak atas (lengandan tangan) terutama bagian distal.

    http://4.bp.blogspot.com/-znOv0OFsmBo/T5VUk1d9y1I/AAAAAAAAARY/vs9Js2SGuf8/s1600/N.XII+kiri+lumpuh+.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    14/23

    o Atetose : ditandai oleh gerakan yang lebih lamban, seperti gerak ular, dan melibatkan otot bagiandistal, cenderung menyebar ke proksimal.

    o Distonia : gerakan yang dimulai dengan gerak otot berbentuk atetose pada lengan atau anggota geraklain, kemudian gerakan otot bentuk atetose ini menjadi kompleks, yaitu menunjukkan torsi yang kerasdan berbelit.

    o Balismus : gerak otot yang datang sekonyong-konyong, kasar dan cepat, dan terutama mengenai otot-otot skelet yang letaknya proksimal.

    o Spasme : merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi otot-otot yang biasanya disarafioleh satu saraf.

    o Tik (Tic) : gerakan yang terkoordinir, berulang, dan melibatkan sekelompok otot dalam hubungan yangsinergistik.

    o Fasikulasi : merupakan gerakan halus, cepat, dan berkedut dari satu berkas (fasikulus) serabut ototatau satu unit motorik.

    o Miokloni : merupakan gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat, sekonyong-konuong,sebentar, aritmik, asinergik dan tidak terkendali.

    2. Palpasi- Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini dipalpasi untuk menentukan konsistensi

    serta adanya nyeri tekan.- Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni.

    3. Pemeriksaan Gerakan Pasif- Penderita disuruh mengistirahatkan ekstre-mitasnya.- Bagian dari ekstremitas ini kita gerakkan pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi, mula-mula

    cepat kemudian lambat,cepat, lebih lambat, dst.- Sambil menggerakkan kita nilai tahanannya.- Dalam keadaan normal kita tidak menemukan tahanan yang berarti, jika penderita dapat

    mengistirahatkan ekstre-mitasnya dengan baik.

    4. Pemeriksaan Gerak Aktif- Pada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan (kontraksi) otot. Untuk memeriksa adanya kelumpuhan, kita

    dapat menggunakan 2 cara berikut:1) Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan kita menahan gerakan ini2) Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan- Tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0 5

    Angka Keterangan 0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total (plegi)1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada

    persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut2 Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat a/

    gravitasi (bias bergeser tapi tidak bisa diangkat)3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat (ekstremitas bisa diangkat,

    meskipun hanya sebentar)4 Disamping dapat melawan gaya berat, ia dapat pula mengatasi sedikit tahananyang diberikan

    5 Tidak ada kelumpuhan (normal)

    Catatan: 5 : normal 4 1 : parese (lemah) 0 : plegi (lumpuh total)

    5. Pemeriksaan Koordinasi Gerak- Koordinasi gerak terutama diatur oleh serebellum- Gejala klinis yg didapatkan pada gangguan serebellum adalah:

    o Gangguan keseimbangan

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    15/23

    o Ataksia : gangguan koordinasi gerakan. Tes yang dilakukan: tes tunjuk-hidung (tangan menunjukhidung), dan tes tumit lutut (tumit ditempatkan pada lutut yang satu lagi)

    o Disdiadokokinesia : ketidakmampuan melakukan gerakan yg berlawanan berturut-turut. Lakukan tespronasi-supinasi lengan! Suruh pasien merentangkan kedua lengannya ke depan, kemudian suruh iamensupinasi dan pronasi lengan bawahnya (tangannya) secara bergantian dan cepat. Pada sisi lesi,gerakan ini dilakukan lamban dan tidak tangkas.

    o Dismetria : gerakan yang tidak mampu dihentikan tepat pada waktunya atau tepat pada tempat yangdituju.

    o Tremor intensi : tremor yang timbul bila melakukan gerak volunteer (dengan kemauan), dan menjadilebih nyata bila menghampiri tujuannya. Dapat diperiksa dengan jalan menyuruh pasien mengambilbenda yang kecil, makin dekat ia pada benda tersebut, makin jelas tremor pada tangannya.

    o Disgrafia (makrografia) : terlihat huruf dituliskan besar-besar dan kadang makin lama makin besar.Selain itu, bentuk hurufnya tidak bagus dan kaku

    o Nistagmus : gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik.o Fenomena rebound : ketidakmampuan menghentikan gerakan dgn segera atau menggantikannya

    dengan antagonisnya.

    Fenomena ReboundSuruh pasien menarik lengannya. Pemeriksa menahannya. Tiba-tiba kita lepaskan. Perhatikanapakah lengan pasien segera berhenti. Pada gangguan serebellar dapat terjadi gerakan lewat

    (rebound) sampai memukul diri sendiri

    o Astenia : lekas lelah dan bergerak lamban. Otot lekas lelah dan lemah (walaupun tidak ada parese).Gerakan dimulai dengan lamban, demikian juga dengan kontraksi dan relaksasi.

    o Hipotonia : dapat diketahui dengan jalan palpasi dan pemeriksaan gerak pasif. Pada hipotonia,ekstensi dapat dilakukan lebih jauh, misalnya pada persendian paha, siku, lutut dsb.

    Disartria : cadel, pelo, gangguan pengucapan kata-kata

    http://4.bp.blogspot.com/-CDxPAGATwQw/T5VWNNKRD7I/AAAAAAAAARg/i5OSTtZR0co/s1600/Fenomena+Rebound.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    16/23

    BAB VI Sistem Sensorik (Sensibilitas, Perasaan)

    Pendahuluan- Sistem sensorik : sensasi yang dirasakan/ dialami manusia terhadap lingkungan sekitarnya baik

    berupa melihat, mendengar, mencium, merasakan nyeri, rasa panas, rasa dingin, dsb.- Reseptor : sel-sel khusus untuk mendeteksi perubahan khusus pada lingkungan.- Eksteroseptor : mencakup reseptor yang terlibat terutama pada lingkungan eksternal, yaitu:o Badan Ruffini : rangsang panaso Badan Krause : rangsang dingino Badan Meissner & Merkel Ranvier : rangsang rabao Vater Paccini : rangsang tekan Pemeriksaan Sensibilitas1. Pemeriksaan Sensibilitas Eksteroseptif- Pemeriksaan Rasa raba

    o Sebagai perangsang dapat digunakan sepotong kapas, kertas atau kain yang ujungnya diusahakansekecil mungkin

    o Hindarkan adanya tekanan atau pembangkitan rasa nyeri.o Periksalah seluruh tubuh dan banding-kan bagian-bagian yang simetris.o Thigmestesia : rasa raba haluso Thigmanesthesia : rasa raba hilang- Pemeriksaan Rasa Nyeri

    o Rasa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya menusuk dengan jarum, memukuldengan benda tumpul, dll

    o Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan jarum atau peniti.o Periksa seluruh tubuh, dan bagian-bagian yang simetris dibandingkan.o Bila bagian yang simetris dibandingkan, tusukan harus sama kuat.- Pemeriksaan Rasa Suhu

    o Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin,dan untuk rasa panas dengan air panas.

    o Penderita disuruh mengatakan dingin atau panas bila dir angsang dengan tabung reaksi yang berisiair dingin atau air panas.

    o Pada pemeriksaan rasa-suhu diperiksa seluruh tubuh dan dibandingkan bagian-bagian yang simetris.2. Pemeriksaan Sensibilitas Proprioseptif- Rasa-Gerak (kinetik) dan Rasa-Sikap (statognesia)

    Rasa-gerak dirasakan saat tubuh atau bagian tubuh digerakkan secara aktif atau pasif Pada rasa sikap atau rasa-posisi, seseorang tahu bagaimana sikap tubuh, atau bagian dari tubuh Pemeriksaan rasa-gerak & rasa-sikap:

    o Biasanya rasa-gerak dan rasa-posisi diperiksa bersamaano Dilakukan dengan cara menggerak-kan jari (kaki) pasien dan menyelidiki apakah pasien dapat

    merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya.

    Memeriksa rasa gerak dan posisi

    - Rasa Getar Rasa getar terjadi karena suatu rangsang (impuls) tekan pada reseptor-mekanis yang terletak agak

    dalam dan dangkal, yang terjadi secara bergantian. Pemeriksaan rasa getar:

    http://1.bp.blogspot.com/-ATtY99vIMtc/T5VWa03UvHI/AAAAAAAAARo/muy5oR6OzMs/s1600/Memeriksa+rasa+gerak+dan+posisi.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    17/23

    o Pemeriksaan rasa-getar biasanya dilakukan dgn jalan menempatkan garpu tala yang sedang bergetarpada ibu jari kaki, maleolus lateral dan medial kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sacrum,prosesus spinosus vertebra, sternum, klavikula, prosesus stiloideus radius dan ulna pada jari-jari.

    o Biasanya garpu tala yang digunakan berfrekuensi 128 Hz.o Garpu tala kita ketok dan ditempatkan pada bagian yang ingin diperiksa. Pasien disuruh memberi-

    tahukan bila ia mulai tidak merasakan getaran lagi.o Bandingkan dengan bagian anggota tubuh yang lain (yg simetris)

    o Rasa Raba-Kasar (Rasa-Tekan) Penghantaran stimulusnya diurus oleh serabut susunan funikuli dorsales Diperiksa dengan jalan menekan dengan jari atau benda tumpul pada kulit, atau dengan jalan

    memencet otot tendon dan serabut saraf. Kemudian pasien disuruh memberi tahu apakah iamerasakan tekanan tersebut

    o Rasa Nyeri-Dalam Tekanan yang keras menimbulkan rasa nyeri-dalam yang sulit dilokalisasi dengan tepat, rinci, dan

    tidak mempunyai batas yang tegas. Pemeriksaan rasa nyeri-dalam: Pemeriksa memencet otot lengan atas, lengan bawah, paha, betis, dan tendon achiles. Perhatikan apakah pasien peka terhadap rangsang nyeri-dalam ini.

    Juga ditekan biji mata, laring, epigastrium dan testis.3. Pemeriksaan Sensibilitas Interoseptif (Sensasi Viseral)- Rasa interoseptif adalah perasaan dari visera (organ dalam tubuh), yaitu rasa yang timbul dari organ-

    organ internal.- Sensasi visceral dihantar melalui serabut otonom aferen dan mencakup rasa nyaman, lapar, mules,

    perut kembung, dsb.- Pada pemeriksaan neurology rasa interoseptif ini sukar dievaluasi dan sukar diperiksa.4. Sensasi Khusus

    Sensasi khusus berupa menghidu, melihat, mendengar, mengecap, dan keseimbangan diatur olehsaraf otak tertentu (telah dibahas pada BAB IV Saraf Kranial)

    BAB VII Sistem Refleks

    Pendahuluan- Refleks adalah jawaban atas rangsangan.- Bergantung pada sistem lengkung / lengkung refleks (arcus refleks), terdiri dari:o Jalur aferen yang dicetuskan oleh reseptoro Jalur eferen yang mengakyivasi organ efektoro Hubungan kedua komponen tersebut- Refleks berhubungan dengan pusat di otak (berfungsi memodifikasi)- Bila lengkung refleks rusak : refleks hilang- Bila hubungan pusat terputus (kerusakan traktus piramidalis) : refleks meningkat

    Jenis Refleks1. Refleks Dalam (Refleks Fisiologis)

    = Refleks regang otot= Refleks tendonTimbul akibat regangan otot oleh rangsangan (ketok) sebagai jawaban : kontraksi

    a. Refleks Bisep : extremitas superior = Biseps Pees Refleks (BPR)

    Pusat: C5 C6Cara:

    - Lengan bawah penderita semifleksi- Tempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps ketok

    - Jawaban: fleksi lengan bawah

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    18/23

    Refleks biseps

    b. Refleks Triseps : extremitas superior = Triseps Pees Refleks (TPR)Pusat: C6 C8Cara:

    - Lengan penderita semifleksi- Ketok insersio tendon m. triseps (atas olekranon)

    - Jawaban: lengan bawah ekstensi

    Refleks Triseps

    c. Refleks Kuadrisep Femoris : extremitas inferior = Knee Pees Refleks (KPR)= Refleks PatellaPusat: L2, L3, L4Cara:

    - Tungkai di fleksi gantungkan- Ketok tendon m. kuadriseps femoris (bawah patella)- Jawaban: kontraksi m. kuadriseps femoris ekstensi tungkai

    Refleks patella (KPR)

    d. Refleks Tendon Achilles extr. inferior

    = Achilles Pees Refleks (APR)= Refleks Triseps Sure

    http://2.bp.blogspot.com/-t9msKP49b_I/T5VX3HkGrEI/AAAAAAAAASA/IfKw8iZ0Nhs/s1600/Refleks+patella+(KPR).jpghttp://3.bp.blogspot.com/-71c_Q-TSjaw/T5VXpytjmjI/AAAAAAAAAR4/IRIyXw1pzTk/s1600/Refleks+Triseps.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-4QRBnsn4JdU/T5VXdh1oDOI/AAAAAAAAARw/dmaCfz8L-vg/s1600/Refleks+biseps+.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-t9msKP49b_I/T5VX3HkGrEI/AAAAAAAAASA/IfKw8iZ0Nhs/s1600/Refleks+patella+(KPR).jpghttp://3.bp.blogspot.com/-71c_Q-TSjaw/T5VXpytjmjI/AAAAAAAAAR4/IRIyXw1pzTk/s1600/Refleks+Triseps.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-4QRBnsn4JdU/T5VXdh1oDOI/AAAAAAAAARw/dmaCfz8L-vg/s1600/Refleks+biseps+.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-t9msKP49b_I/T5VX3HkGrEI/AAAAAAAAASA/IfKw8iZ0Nhs/s1600/Refleks+patella+(KPR).jpghttp://3.bp.blogspot.com/-71c_Q-TSjaw/T5VXpytjmjI/AAAAAAAAAR4/IRIyXw1pzTk/s1600/Refleks+Triseps.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-4QRBnsn4JdU/T5VXdh1oDOI/AAAAAAAAARw/dmaCfz8L-vg/s1600/Refleks+biseps+.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    19/23

    Pusat: S1, S2Cara:

    - Tungkai bawah fleksi sedikit- Dorsofleksikan kaki (pegang ujung jari-jari)- Ketok tendon Achilles- Jawaban: kontraksi m. triseps sure/ plantarfleksi kaki

    Reflaks Tendon Achilles (APR)

    2. Refleks Superfisial a. Refleks Kornea- Cara:o Kapas digulung ujungnya sampai runcingo Suruh pasien meliriko Sentuh kornea berlawanan lirikan- Respon: mata berkedip- Lengkung: aferen N.V1, efferent N.VII

    Refleks Kornea

    b. Refleks Dinding Perut Superfisial- Cara: gores dinding perut dengan gagang hammer secara cepat- Respon: kontraksi m. rektus abdominalis- Lengkung: melibatkan neuron supra-segmental- Kerusakan neuron suprasegmental (UMN) : refleks (-)- Refleks superfisial dinding perut (-) normal pada: wanita hamil, gemuk, lanjut usia, bayi s/d 1 tahun.

    Refleks Dinding Perut Superfisialis

    http://4.bp.blogspot.com/-bcnOHMbZSrE/T5VYhgVDwRI/AAAAAAAAASY/WsVgAQQ6wmY/s1600/Refleks+Dinding+Perut+Superfisialis.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-UKzE106U7ec/T5VYUBxaldI/AAAAAAAAASQ/zmzlpo750M0/s1600/Refleks+Kornea.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-cIUvjcWz_sg/T5VYGYzYYTI/AAAAAAAAASI/AWiplehJSlk/s1600/Reflaks+Tendon+Achilles+(APR).jpghttp://4.bp.blogspot.com/-bcnOHMbZSrE/T5VYhgVDwRI/AAAAAAAAASY/WsVgAQQ6wmY/s1600/Refleks+Dinding+Perut+Superfisialis.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-UKzE106U7ec/T5VYUBxaldI/AAAAAAAAASQ/zmzlpo750M0/s1600/Refleks+Kornea.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-cIUvjcWz_sg/T5VYGYzYYTI/AAAAAAAAASI/AWiplehJSlk/s1600/Reflaks+Tendon+Achilles+(APR).jpghttp://4.bp.blogspot.com/-bcnOHMbZSrE/T5VYhgVDwRI/AAAAAAAAASY/WsVgAQQ6wmY/s1600/Refleks+Dinding+Perut+Superfisialis.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-UKzE106U7ec/T5VYUBxaldI/AAAAAAAAASQ/zmzlpo750M0/s1600/Refleks+Kornea.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-cIUvjcWz_sg/T5VYGYzYYTI/AAAAAAAAASI/AWiplehJSlk/s1600/Reflaks+Tendon+Achilles+(APR).jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    20/23

    c. Refleks Kremaster (khusus untuk laki-laki)- Cara: gores bagian medial dinding paha- Reaksi: skrotum kontraksi- Refleks Negatif pada:o Lesi traktus piramidalis (patologis)o Usia lanjut (normal)- Lengkung: L1-L2

    Refleks Kremaster

    d. Refleks Anus Superfisial- Cara: kulit sekitar anus digores- Respon: spinter ani eksternus kontraksi- Lengkung: S2 - S4, S5

    3. Refleks Patologis (keadaan fisiologis tidak ditemukan) a. Refleks Babinski : extremitas inferior

    Cara:o Pasien baring, tungkai diluruskano Pegang pergelangan kakio Gores dengan pelan telapak kaki bagian lateral mulai tumit sampai pangkal jari (gunakan gagang

    hammer) Respon: dorsofleksi ibu jari kaki dan mekar jari lainnya Respon Babinski timbul oleh:

    o Cara Chaddock : rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleoluso Cara Gordon : memencet (mencubit) otot betiso Cara Oppenheim : mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior. Arah mengurut ke bawah

    (distal)o Cara Gonda : memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian melepas-kannya sekonyong-konyongo

    Cara Schaefer : memencet (mencubit tendon Achilleso Rossolime : kaki bagian atas di ketuk (sekitar pangkal/proksimal jari tengah-telunjuk)o Mendel : telapak kaki diketuk (sekitar pangkal/proksimal jari tengah-telunjuk)

    http://4.bp.blogspot.com/-HBU-erlBlaQ/T5VYywmGeWI/AAAAAAAAASg/P_p46tlEKuc/s1600/Refleks+Kremaster.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    21/23

    Refleks Patologisabinskippenheimordon

    . Schaefer

    . Gonda

    . Chaddock

    b. Hoffman-Tromner : extremitas superior Cara:

    o Pegang pangkal jari tengah, fleksikano Gores kuat ujung jari tengah

    Respon: fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu jari Positif:

    o simetris : belum tentu patologiso asimetris : patologis (Lesi Piramidalis [UMN])

    Refleks Hoffman Tromner

    c. Klonus Klonus ialah kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bila otot diregangkan secara pasif. Klonus merupakan refleks regang otot (muscle stretch reflex) yang meninggi dan dapat dijumpai padalesi supranuklir (UMN, piramidal)

    Terbagi atas:o Klonus Kaki

    Cara: regangkan m. gastroknemius, lalu dorsofleksikan kaki secara cepat & tahan Respon: gerak ritmik (bolak-balik) kaki, yaitu: plantar fleksi dan dorsofleksi secara bergantian.

    http://2.bp.blogspot.com/-2GYNpbkPB6o/T5VZRqjoCOI/AAAAAAAAASw/u93otoYWMhg/s1600/Refleks+Hoffman+Tromner.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-yPtBtVjA1kM/T5VZAJTI66I/AAAAAAAAASo/gV3BtwhDkZM/s1600/Refleks+Patologis.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-2GYNpbkPB6o/T5VZRqjoCOI/AAAAAAAAASw/u93otoYWMhg/s1600/Refleks+Hoffman+Tromner.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-yPtBtVjA1kM/T5VZAJTI66I/AAAAAAAAASo/gV3BtwhDkZM/s1600/Refleks+Patologis.jpg
  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    22/23

    o Klonus Patella Cara: regangkan otot kuadriseps femoris dengan memegang patella, dorong dengan cepat ke bawah,tahan

    Respon: gerak ritmik patella

    BAB VIII Fungsi Kortikal Luhur (FKL)

    Pendahuluan- FKL:o Sifat khas manusia : kebudayaan, bahasa, memori, pengertian (Mahar Marjono, 1989)o Meliputi fungsi komprehensi (pengertian), kognisi, dan komunikasi (de Groot, 1995)o Fungsi: bahasa, persepsi, memori, emosi, kognitif (Sidiarto K, 1992)o Merupakan aktivitas neuron-neuron perseptif primer yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh

    serabut U, asosiatif, dan komisural- Bagian otak tertentu yang mempunyai fungsi tertentu, namun merupakan suatu system fungsional

    kompleks.- Hemisfer dominan (hemisfer kiri untuk yang right handed ) : fungsi bahasa- Hemisfer non dominan (hemisfer kanan) : persepsi, visuospasial- Hemisfer kiri dan kanan (lobus temporalis) : memori- FKL berkembang melalui mekanisme neuronal penyadaran dan pengenalan atas segala sesuatu

    dari luar pengalaman ekspresi diri- FKL : reseptif & ekspresif- Perasaan luhur: sifat diskriminatif dan dimensional tiga, terdiri dario Stereognosis : kenal bentuk bendao Barognosis : kenal berat bendao Gramestesia : kenal angka/hurufo Somatopagnosia : kenal bagian tubuh sendiri- Fungsi ini baik bila eksteroseptif, proprioseptif, korteks sensorik dan asosiasi dalam keadaan baik.

    HEMISFER KIRI HEMISFER KANANVerbal Spatial, fisiognomik

    Analitik Holistic, globalSintetik, musical

    Sekuensial Simultan, parallelTerfokus DifusaMenemukan persamaan Menemukan perbedaan

    Abstrak, konseptual Konkrit, corporalRasional IntuitifSadar Tidak sadar

    Deklaratif ReflektifReaksi lebih ke positif Lebih ke negativeStimuli emosi Stimuli emosiLesi: depresif Lesi: euforis, tenangPersepsi: saya berada didunia

    Persepsi: dunia adadalam saya

    Beberapa Gangguan FKL- Afasia/disfasia : ketidakmampuan berbahasa- Agnosia : ketidakmampuan mengenal- Aleksia : ketidakmampuan membaca- Akalkulia : ketidakmampuan menghitung

    - Apraksia : ketidakmampuan menjalankan perintah- Agrafia : ketidakmampuan menulis- Amnesia : gangguan memori

  • 8/10/2019 Pemeriksaan Klinis Neurologi.docx

    23/23

    - Aleksia, agrafia, akalkulia terjadi karena adanya gangguan pada girus angularis kiri (hemisferdominan)

    Beberapa Tes FKL- Tes Bahasao Mengulang katao Menyebut nama benda yang umumo Membaca huruf, kata, kalimato Menulis nama, alamat, imlaho Bicara spontan- Tes Visuospasialo Mengenal objeko Mengkopi gambar geometric sederhanao Membaca jam- Tes Praksiso Melakukan gerakan sesuai instruksio Meniru gerakan- Tes Memorio Mengulang angka-angka (minimal 6 digit)o Mengulang kalimato Menyebut peristiwa-peristiwa dunia- Tes Kalkulasi/aritmetiko Penjumlahan, pengurangan ringkas (sederhana)o Pengurangan 7 dari 100- Tes Mini Mental- Tes Orini Oriental