pemeriksaan hematologi

49
Pemeriksaan hematologi (Darah Perifer Lengkap/DPL) Dr. Fatma C. Wijaya, Sp.PK Bagian Patologi Klinik FK-UR/RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru

Upload: clarance-aya-baudelaire

Post on 07-Aug-2015

1.662 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan hematologi(Darah Perifer Lengkap/DPL)

Dr. Fatma C. Wijaya, Sp.PK

Bagian Patologi Klinik FK-UR/RSUD Arifin Ahmad

Pekanbaru

Page 2: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan Hematologi

• Bahan pemeriksaan darah vena atau darah kapiler dengan antikoagulan EDTA

• Jumlah sampel : ± 3 ml sesuai dengan jenis pemeriksaan

• Stabilitas sampel 2 jam pada suhu kamar, 24 jam pada suhu 40C

• Persiapan :(-)

Page 3: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Komposisi darah

• Volume darah : 7-8% BB• Komposisi darah :

– 45% sel darah • Eritrosit Hemoglobin mengangkut O2 dan CO2

• Leukosit sistem imun• Trombosit hemostasis

– 55% cairan (plasma/serum) • 90% air• 10% protein (albumin, globulin, fibrinogen),

karbohidrat, lipid, enzim, hormon, garam, vitamin

Page 4: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Hematopoiesis

Page 5: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Jenis-jenis pemeriksaan hematologi

• Darah rutin– Hemoglobin (Hb), LED, hitung leukosit, hitung jenis leukosit

• Darah perifer lengkap (DPL) atau complete blood count (CBC)• Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit,

Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit (differential count), Jumlah eritrosit, Nilai eritrosit rata-rata (NER), RDW, MPV

• Laju Endap Darah (LED)• Pemeriksaan khusus

– Hitung retikulosit– Coomb Test– Evaluasi sumsum tulang (BMP)– Gambaran darah tepi– Tes resistensi osmotik– Analisa hemoglobin

Page 6: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

I. Hemoglobin (Hb)

• Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan cara – Kolorimeterik visual cara Sahli – Fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau

hemoglobinsianida • Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan

untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium oleh WHO

• Alasan : – larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,

mudah diperoleh– Pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur

kecuali sulfhemoglobin– Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

Page 7: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Cara Sahli kurang baik– Tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi

hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin .

– Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.

• Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin.

• Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu tanda dari anemia.

• Jika Hb < 5 g/dl gagal jantung dan kematian• Hb < 7 g/dl indikasi transfusi

Page 8: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

– Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl.

– Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl.

– Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl.

– Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.

– Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.

Page 9: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka keadaan ini disebut polisitemia.

• Hb > 20 g/dl hemokosentrasi penutupan pembuluh darah kapiler

• Polisitemia ada 3 macam yaitu – Polisitemia vera, suatu penyakit yang tidak diketahui

penyebabnya keganasan hematologi– Polisitemia sekunder, suatu keadaan yang terjadi

sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang menghasilkan eritropoietin berlebihan

– Polisitemia relatif, suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma misal pada luka bakar.

Page 10: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

II. Hematokrit (Ht)• Nilai hematokrit : volume semua eritrosit dalam 100 ml

darah % dari volume darah. • Hematokrit menunjukkan kadar eritrosit, bukan masa

eritrosit total • Cara menentukan

– Manual : mikrohematokrit dan makrohematokrit– Otomatik : dihitung dari MCV dan jumlah eritrosit

• Cara mikro hematokrit• Cara makro hematokrit• Nilai normal pria : 40-48%, wanita 37-43%

Page 11: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Peningkatan hematokrit ditemukan pada polisitemia, penurunan hematokrit ditemukan pada anemia

• Ht < 20 % gagal jantung dan kematian• Ht > 60%pembekuan darah spontan• Pada keadaan hidremia seperti hamil hematokrit

menurun (fisiologis), pada keadaan hemokonsentrasi seperti syok hipovolemik setelah perdarahan, dehidrasi hematokrit meningkat

Page 12: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

III. Jumlah eritrosit

• Tujuan : untuk menentukan jumlah total eritrosit per ul darah untuk melihat adanya anemia atau polisitemia

• Bersama-sama dengan Hb, Ht, dapat digunakan utk menilai proses eritropoiesis

• Cara hitung : manual dan otomatik• Nilai normal : 4.5 juta – 10 juta / ul• Interpretasi

– Penurunan jumlah eritrosit • Anemia : penurunan Hb, Ht dan jumlah eritrosit• Keganasan : limfoma, multipel mieloma, leukemia, SLE,

– Peningkatan jumlah eritrosit (eritrositosis)• Primer : polisitemia vera• Sekunder : penyakit paru, tempat tinggi, perokok, Hb pathy,

penyakit ginjal• Relatif : dehidrasi

Page 13: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Eritrosit pada sediaan hapus darah tepi

Page 14: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

IV. Nilai eritrosit rata-rata/Indeks eritrosit

• Diperkenalkan oleh Wintrobe• Tujuan : memperkirakan ukuran eritrosit, isi eritrosit dan

kandungan Hb eritrosit klasifikasi anemia secara morfologis

• Klasifikasi anemia : normositik normokrom, mikrositik hipokrom, makrositik

• Harus di konfirmasi dengan sediaan hapus darah tepi (lihat nilai RDW) melihat morfologi eritrosit !

• Terdiri dari MCV, MCH, MCHC• Dihitung dari jumlah eritrosit, kadar Hb dan Hematokrit

Page 15: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Mean Corpuscular Volume (MCV)

• Merupakan volume rata-rata eritrosit yang dihitung dari hematokrit dan jumlah eritrosit

• MCV menunjukkan ukuran rata-rata eritrosit : normositik, makrositik, mikrositik klasifikasi morfologi anemia

• 1 fl = 10-15L = 1 mikrometer kubik (um3)• Nilai normal : 84-96 fl (nilai lebih tinggi pada neonatus,

bayi an orang tua)

fl (mikrometer kubik/ um3)

Jumlah eritrosit (106/μl)

Ht (%) X 10MCV =

Page 16: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Contoh soal MCV

• Jika diketahui Ht 45% (0,45 L), Jumlah eritrosit 5x1012/L, maka

fl (mikrometer kubik/ um3)5

45 X 10MCV =

= 90 fl

normositik=

Page 17: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

• Menunjukkan rata-rata berat Hb di dalam 1 eritrosit (pg Hb /RBC)

• Terutama digunakan untuk menilai derajat beratnya anemia

• Cara hitung

• Nilai normal : 28-34 pg/sel

fl (mikrometer kubik/ um3)Eritrosit (106/ul)

Hb (g/dl) X 10MCH (pg/) =

Page 18: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

• Mengukur rata-rata kadar Hb di dalam semua eritrosit • Digunakan untuk memantau terapi anemia• Nilai normal 32-36 g/dl• Cara hitung

g/dlHt (%)

Hb (g/dl) X 100MCHC =

Page 19: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

V. Red Cell Distribution Width (RDW)

• Dihitung secara otomatik• Cara hitung :

• Menunjukan variabilitas ukuran eritrosit abnormal konfirmasi morfologi pada sediaan hapus darah tepi

• Anisositosis RDW meningkat• Nilai normal 11.5-14.5 (CV %)

X 100MCV

SD ukuran eritrositRDW =

Page 20: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• RDW digunakan terutama untuk membedakan talasemia heterozigot tanpa komplikasi (MCV rendah, RDW normal) dengan anemia defisiensi besi (MCV rendah, RDW meningkat)

• RDW meningkat pada– Anemia defisiensi besi– Anemia perniciosa/def. folat– Anemia hemolitik

• RDW normal– Anemia of Chronic Disease– Blood loss– Anemia aplastik– Sferositosis herediter– Hemoglobinopati (HbS, HbE)

Page 21: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

VI. Jumlah trombosit

• Merupakan salah satu pemeriksaan penyaring hemostasis : jumlah trombosit /uL darah

• Digunakan untuk menilai kelainan perdarahan yang terjadi pada keadaan trombositopenia, uremia, penyakit hati atau keganasan

• Nilai normal 150.000-400.000 /ul• Nilai < 20.000/ul perdarahan spontan, pemanjangan

masa perdarahan (BT), ptechiae, ecchymosis• Peningkatan jumlah : trombositosis• Penurunan jumlah : trombositopenia

Page 22: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Trombositosis dapat ditemukan pada– Primer : trombositosis esensial keganasan

hematologi– Reaktif : jumlah trombosit < 1.000.000/ul

• Anemia defisiensi besi• Anemia hemolitik• Acute blood loss

• Trombositopenia terjadi akibat : – Gangguan produksi– Peningkatan pemecahan– Peningkatan pemakaian– Sekuestrasi di limpa

Page 23: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

VII. Mean Platelet Volume (MPV)

• Menunjukkan keanekaragaman ukuran platelet dd trombositopenia

• Indeks produksi tombosit• Nilai normal : 7.4- 10.4 fl• MPV meningkat pada hipertiroid dan penyakit

mieloproliferatif

Page 24: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

VIII. Jumlah leukosit

• Leukosit granulosit dan agranulosit– Agranulosit limfosit dan monosit MN– Granulosit :

• granul + (N. segmen, basofil, eosinofil)• Inti sel berlobus > 1 PMN

• Dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. – Cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar

hitung dan mikroskop– Cara semi automatik dengan memakai alat elektronik.

Page 25: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Jumlah leukosit normal : tergantung umur, aktifitas – Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar

10.000 - 30.000/µl. – Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu

antara 13.000 - 38.000 /µl. – Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan – Pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara

4500 - 11.000/µl. – Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang

dewasa berkisar antara 5000 - 10.000/µL. – Jumlah leukosit dapat meningkat setelah melakukan

aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/µl.

Page 26: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Bila jumlah leukosit lebih tinggi dari nilai rujukan : leukositosis, lebih rendah : leukopenia.

• Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik.

• Leukositosis fisiologik : kerja fisik yang berat, gangguan emosi (stress, takut, menangis), kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid, mual, muntah, kesakitan, cuaca ekstrim klinis tidak ada kelainan

• Leukositosis patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit seperti leukositosis dengan netrofilia

• Leukemoid reaction peningkatan leukosit yang cukup tinggi (dapat mencapai 50.000/ul) dapat terjadi pada sepsis, batuk rejan, campak) ~ leukemia.

• Dibedakan dari leukemia karena sifatnya sementara sedangkan pada leukemia leukositosis bersifat menetap dan meningkat secara progresif

Page 27: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Penyebab leukositosis patologik

• Kebutuhan meningkat Infeksi & inflamasi akut peningkatan leukosit tergantung pada derajat beratnya penyakit, daya tahan pasien, umur pasien, respon sumsum tulang terhadap penyakit

• Produksi meningkat secara primer : leukemia, polisitemia vera, trauma/operasi, zat toksik, keganasan (karsinoma bronkus), hemolisis/perdarahan akut, nekrosis jaringan, obat (epinefrin/adrenalin,ether)

• Pemusnahan menurun pasca splenektomi. • Pengaruh obat steroid

– ACTH pada orang sehat leukositosis– ACTH pada infeksi berat infeksi menyebar cepat

tanpa menimbulkan leukositosis leukosit dapat normal

Page 28: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Leukopenia

• Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/ul darah.

• Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.

• Dapat ditemukan pada– Produksi berkurang depresi SST Infeksi virus,

obat, leukemia, anemia aplastik, anemia perniciosa, – Pemusnahan meningkat hipersplenisme– Penghancuran meningkat Immune associated

neutropenia

Page 29: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

IX. Hitung jenis leukosit (differential count)• Leukosit di darah tepi : Basofil, Eosinofil, N. Batang, N.segmen,

limfosit, monosit• Hitung jenis leukosit

– Persentase relatif hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel.

– Jumlah absolut nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).

• Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya.

• Kegunaan : pola spesifik akan memberikan nilai diagnostik tertentu• Cara hitung :

– Manual dengan membaca pada sediaan hapus darah tepi. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.

– Otomatik

Page 30: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Nilai rujukan – Relatif (%) – Basofil/Eosinofil/N.Batang/N. segmen/Limfosit/Monosit =

0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8– Absolut (/uL )

• Istilah : – Peningkatan akhiran “filia”– Penurunan akhiran “penia– Shift to the right peningkatan leukosit matang

hemolisis, penyakit hati, alergi, anemia perniciosa.– Shift to the left peningkatan leukosit muda (batang ke

atas) infeksi bakteri akut

Page 31: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Basofilia

• Basofil fagosit komplek imun, granul mengandung histamin, serotonin, heparin

• Basofilia suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.

• Basofilia : polisitemia vera, leukemia granulositik kronik, alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa

• Pada reaksi alergi basofil akan melepaskan histamin dari granul nya.

Page 32: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Basofil dan eosinofil

Page 33: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Basofil

Page 34: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Eosinofilia

• Eosinofil fagositosis, granul mengandung anti histamin• Eosinofilia suatu keadaan dimana jumlah eosinofil

lebih dari 300/µl darah. • Eosinofilia : alergi dan infestasi parasit seperti cacing.• Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi

merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil.

• Penyebab lain eosinofilia penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

Page 35: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Eosinofil

Page 36: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Netrofilia

• Suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam darah tepi.

• Penyebab : infeksi bakteri akut, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosis jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.

• Faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan.

• Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumoniae menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia.

Page 37: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Netrofil segmen

Page 38: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.

• Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri.

• Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda.

• Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.

• Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma

Page 39: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Limfositosis

• Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl darah pada dewasa.

• Limfositosis disebabkan oleh :– Infeksi virus (morbili, mononukleosis infeksiosa)– Infeksi kronik (tuberkulosis, sifilis, pertusis)– Kelainan limfoproliferatif (leukemia limfositik kronik

dan makroglobulinemia primer)

Page 40: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Monositosis

• Monositosis suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa.

• Monositosis : – penyakit mieloproliferatif (leukemia monositik akut dan leukemia

mielomonositik akut)– Penyakit kollagen (SLE, reumatoid artritis)– Penyakit infeksi oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.

• Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit ≤1:3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut >1:3.

Page 41: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Neutropenia

• Suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari 3000/µl darah.

• Penyebab netropenia – Gangguan pembentukan netrofil di SST penyakit

hematologi seperti leukemia, infeksi virus, obat, radiasi, metastase tumor

– Meningkatnya neutrofil yang disimpan pinggir pembuluh darah (margin pool)

– Akibat pemendekan umur netrofil banyak terpakai, sekuestrasi di limpa, autoimun

– Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettsia dan pada hronic idiopathic neutropenia.

Page 42: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Limfopenia

• Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah.

• Penyebab limfopenia – Produksi limfosit menurun (penyakit Hodgkin,

sarkoidosis)– Penghancuran yang meningkat (radiasi, kortikosteroid

dan obat-obat sitotoksis)– Kehilangan yang meningkat (thoracic duct drainage

dan protein losing enteropathy)

Page 43: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Eosinopenia dan lain-lain

• Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah.

• Dijumpai pada : – Keadaan stress (syok, luka bakar, perdarahan dan

infeksi berat)– Hiperfungsi koreks adrenal– Pengobatan dengan kortikosteroid.

• Penurunan jumlah basofil, eosinofil dan monosit biasanya terjadi akibat peningkatan sel lain--> kurang bermakna secara klinis

Page 44: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

X. Laju Endap Darah (LED)/ Eryhtrocyte Sedimentation Rate (ESR)

• Mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam plasma dalam waktu 1 jam (satuan : mm)

• Prinsip: jika darah vena di masukkan dalam tabung dan dibiarkan pada posisi tegak, maka eritrosit cenderung akan mengendap di dasar tabung. Tinggi plasma di atas endapan eritrosit dilaporkan sebagai LED dalam mm

• Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux (10 menit), tahap pengendapan (40 menit) dan tahap pemadatan (10 menit).

• Nilai normal– Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 - 20

mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam– Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita 0 -

15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam.

Page 45: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Faktor-faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat LED

• Faktor plasma– Peningkatan fibrinogen, α2-, β-, γ-Globulin (protein

fase akut) LED cepat. Protein ini menurunkan muatan negatif eritrosit (zeta potential) mempercepat pembentukan rouleaux

– Albumin memperlambat sedimentasi Peningkatan albumin LED lambat

– Kolesterol tinggi --> LED cepat

Page 46: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

• Faktor eritrosit– Peningkatan ratio plasma dan eritrosit seperti pada

anemia mempermudah sedimentasi LED cepat– Luas permukaan eritrosit yang kecil seperti pada

mikrosit LED lambat – Perubahan bentuk eritrosit menjadi irregular LED

lambat• Faktor teknik

– Getaran– Cahaya– Kemiringan tabung Tahap analitik di laboratorium

Page 47: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Makna klinis pemeriksaan LED• LED : mencerminkan perubahan protein plasma yang

terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif.

• LED cepat : merupakan respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.

• Bila dilakukan secara berulang, LED dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. – Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu lesi

yang aktif– Peningkatan laju endap darah dibandingkan

sebelumnya menunjukkan proses yang meluas– Laju endap darah yang menurun dibandingkan

sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Page 48: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Daftar pustaka

• Dharma R, Imannuel S, Wirawan R. Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin. Cermin Dunia Kedokteran.1983 (30):27-31

• Fischbach F, Dunning MB. A manual of Laboratory and Diagnostic Test. 8th Ed. Lippincot Williams&Wilkins. Philadelphia;2009: 57-144

• Morris MW. Davey FR. Basic examination of Blood. In : Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methodes. Hendry JB.Ed.20th Ed. WB Saunders. Philadelphia. 2001: 479-517

• Ganda subrata. Penuntun Praktikum Laboratorium Klinik. FKUI. Jakarta. 1997.

• Kresno SB : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. FKUI. Jakarta. 1998.

Page 49: PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

TERIMA KASIH