pemeriksaan air jamu gendong.docx

23
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN ACARA IX PEMERIKSAAN AIR SHIFT E KELOMPOK 4 1. Risa Maulida J310110010 2.Sri Sitiaga J310110026 PJ : Risa Maulida PROGRAM STIDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Upload: risa-molida

Post on 29-Nov-2015

292 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Laporan Mikrobiologi

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

ACARA IX

PEMERIKSAAN AIR

SHIFT E

KELOMPOK 4

1. Risa Maulida J310110010

2. Sri Sitiaga J310110026

PJ : Risa Maulida

PROGRAM STIDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

PEMERIKSAAN AIR JAMU GENDONG

A. PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-

limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif

sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendi, 2003).

Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh

mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO dalam

setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml,

tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang

mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, tidak boleh ada coliform dalam 100 ml

dan dua sampel yang berurutan (AOAC,2000).

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran

pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri

patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri

indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi

indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan

sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dad,2000).

Menurut Mara dan Horan (2003), bakteri yang termasuk bakteri Koliform adalah

Citrobacter, Klebsiela, Escherichia, Enterobacter, Hafnia, Serratia, dan Yersinia. Untuk

mengetahui jumlah koliform di dalam perairan digunakan metode Most Probable Number

(MPN), yakni Pemeriksaan kehadiran bakteri coliform dari air yang dilakukan

berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di dalam tabung reaksi

berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap

gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas) (Harley, 2002).

B. TUJUANMengetahui kualitas air dengan cara menegetahui jumlah mikroorganisme pada

masing-masing sampel air.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Effendi (2003) air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di

alam secara berlimpah-limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi

keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor . Air minum adalah

air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan, syarat-

syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak

mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,

terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau

zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 1000 C,

banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini

(Suprihatin, 2006).

Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh

mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO dalam

setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml,

tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang

mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, tidak boleh ada coliform dalam 100 ml

dan dua sampel yang berurutan (AOAC,2000).

Bakteri Koliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk

batang, gram negatif, non motil atau motil, memiliki flagella peritrikus, berfimbria atau

tidak, berkapsul atau tidak, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang

memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada

suhu 350C. Biasanya digunakan sebagai mikroorganisme indikator adanya pencemaran di

badan air. Bakteri koliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media agar

sederhana, koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan koloni

halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih. Bakteri yang termasuk bakteri Koliform

adalah Citrobacter, Klebsiela, Escherichia, Enterobacter, Hafnia, Serratia, dan yersinia

(Mara dan Horan, 2003).

Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya

polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air. Bakteri-bakteri indikator sanitasi

umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi, adanya

bakteri koliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air

pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh

karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya. Adanya bakteri

koliform di dalam perairan menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat

enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Anonim, 2003).

Bakteri koliform dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu fekal koliform dan non-fekal

koliform. Bakteri koliform jenis fekal adalah bakteri yang biasanya digunakan sebagai

indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fekal menjadi

indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri patogen. Untuk mengetahui jumlah koliform di dalam perairan

digunakan metode Most Probable Number (MPN), yakni Pemeriksaan kehadiran bakteri

coliform dari air yang dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang

ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya

terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi

asam dan gas) (Harley, 2002).

Metode MPN merupakan salah satu teknik menghitung jumlah mikroorganisme

per mili bahan yang digunakan sebagai media biakan. Metode MPN pada dasarnya sama

dengan metode perhitungan cawan, tetapi menggunakan medium cair dalam tabung

reaksi. Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung menunjukkan

pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan dapat diketahui

dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung Durham (Waluyo, 2004).

Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji

konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap

pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam

dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa

jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi

untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif

diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan

mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform:

berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989).

Prinsip pengujian angka paling mungkin (MPN) Coliform menurut Metode

Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 69/MIK/06) yaitu pertumbuhan bakteri coliform

setelah cuplikan diinokulasikan pada media cair yang sesuai, dengan mengamati adanya

reaksi fermentasi dan pembentukan gas dalam tabung durham. Pada pengujan MPN

Coliform diguanakan PDF (Pepton dilution fluid) sebagai pengencer, Mac Conkey Broth

(MCB) dan Briliant Green Lastose Bile 2 % Broth (BGLB) sebagai media cairnya.

Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit

tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel.

Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu

bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya

terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut

diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai

MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN

memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat

jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (FDA,1989).

Sumber: (Depkes RI dalam Purnawijayanti, 2001)

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Cawan petri

b. Jarum ose

c. Incubator

d. Bunsen

e. Korek api

f. Semprotan alcohol

g. Rak tabung

h. Tabung reaksi

i. Pipet volume

j. Obyek gelas

k. Mikroskop

l. Kapas

m. Karet penghisap

2. Bahan

a. Air jamu gendong

b. Laktosa Broth (LB) 0,5%

c. Alcohol 70%

d. BGLB

e. Na cawan dan NA miring

f. Aquades

g. Gram A (Kristal violet)

h. Gram B (mordan)

i. Gram C (aseton alcohol)

j. Gram D (safranin)

E. CARA KERJA

1. Uji Perkiraan / Pendugaan

Sampel (air jamu kunir asem)

Homogenisasi (dikocok 25 kali)

Inkubasi (2 X 24 jam, 370 C)

Pengamatan per 24 jam

(terbentuknya gas)

Perhitungand hasil uji positif

2. Uji Penegasan

1-2 ose

BGLB

Inkubasi (2 X 24 jam, 370 C)

Pengamatan terbentuknya gas

Perhitungan jumlah uji positif

Baca tabel MPN

Endo agar

Inkubasi (2 X 24 jam, 370 C)

3. Uji Lengkap

Pengamatan koloni (mengkilap)

Inkubasi (2 X 24 jam, 370 C)

Pengamatan

Ambil 1-2 ose

Agar miring LB

Terbentuknya gas

Koloni Pengecatan gram

4. Pewarnaan Gram

Obyek glass dibersihkan dengan alcohol dan difiksasi

Mengambil 1-2 ose biakan kuman dan diletakan di obyek glass

Diratakan dengan jarum ose

Difiksasi bagian yang tidak ada kumannya secara cepat

Tuangkan pewarna carbol gentian violet, biarkan selama 1 menit

Buang sisa carbol gentian violet

Cuci preparat dengan air mengalir

Keringkan preparat dengan hair dryer

Tuangkan pewana Iodium, biarkan selama 2 menit

Buang sisa Iodium

Cuci preparat dengan air mengalir

Pucatkan dengan Alkohol 95%, sampai warna ungu hilang

Bilas dengan air mengalir

Tuangkan pewarna safranin, biarkan selama 30 detik

Buang kelebihan safranin

Cuci preparat dengan air mengalir

Keringkan preparat dengan hair dryer

Tambahkan minyak emersi pada preparat

Amati di bawah mikroskop sampai pembesaran 100 X

Gambar dan golongkan bakteri yang diamati

F. HASIL PENGAMATAN

1. Uji Perkiraan

Hasil Pengamatan per 24 jam dan Nilai MPN Koloni / 1000 ml sampel

Sampel ∑ Koloni per 3 tabung Nilai

MPN10 ml 1 ml 0,1 ml

Air

jamu

kunir

asem

3 1 2 120

2. Uji Penegasan

a. Pengamatan terbentuknya gas pada BGLB

Sampel ∑ Koloni per 3 tabung

10 ml 1 ml 0,1 ml

Air

jamu

kunir

asem

3 - 1

b. Pengamatan terbentuknya koloni dalam endo agar

Sampel ∑ Koloni per 3 tabung

10 ml 1 ml 0,1 ml

Air

jamu

kunir

asem

3

( Tipikal )

( warna Merah Tua )

- 1

c. Uji Lengkap

Sampel Pengamatan Koloni

Agar miring LB

Air jamu kunir

asam

POSITIF

( Terbentuk Gas )

d. Pengecatan Gram

Sampel Gambar Tipe Bakteri Bakteri

Air jamu

kunir asem

*Gram positif

(warna ungu)

*Berbentuk

coccus (bulat)

dan bergerombol

Staphylococcus

aerus

G. PEMBAHASAN

Pemeriksaan air dilakukan untuk mengetahui kualitas air dengan cara mengetahui

cara jumlah mikroorganisme pada sampel air. Sampel air yang digunakan yaitu Air jamu

gendong (kunir asem). Pengujian derajat pencemaran air secara mikrobiologi ditunjukkan

dengan adanya bakeri indikator (coliform dan fecal coliform) dengan menggunakan tiga

tahapan pengujian yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji pelengkap. Air yang

mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan kelas I yang berarti

air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan

pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10

merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Sedangkan

jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh

dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).

Pengamatan terhadap air jamu gendong (kunir asam) menunjukkan hasil positif

dalam uji dugaan coliform yang ditandai dengan adanya kekeruhan dan gas dalam tabung

durham. Menurut Suriawiria (1985), kekeruhan yang terdapat pada tabung reaksi

disebabkan karena adanya aktivitas dari suatu mikroorganisme. Kekeruhan yang terjadi

pada tabung-tabung reaksi tersebut berbeda, ada yang mengalami kekeruhan pada bagian

permukaannya saja dan juga ada yang mengalami kekeruhan merata pada seluruh media

dan sampel. Kekeruhan yang terjadi merata pada media disebabkan karena adanya

mikroorganisme anaerob fakultatif, yaitu mikroorganisme yang mampu hidup ataupun

tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen. Kekeruhan yang terjadi pada permukaannya

saja disebabkan karena adanya mikroorganisme aerob. Fardiaz (1992) menambahkan,

Gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas

yang respirasi mikroorganisme, sehingga dapat dilihat hasil dari respirasi

mikroorganisme tersebut berupa gelembung gas.

Pada tabung dengan volume 10 ml sebanyak 3 tabung menunjukkan hasil positif,

pada tabung dengan volume 1 ml sebanyak 1 tabung, dan pada tabung dengan volume 0,1

ml sebanyak 2 tabung. Berdasarkan pencocokan seri tabung yang positif mengandung

coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri

coliform pada air jamu gendong (kunir asam) per 100 ml adalah sebanyak 120 (120

MPN/100ml). Dari hasil ini dan dibandingkan dengan pustaka, maka air jamu gendong

(kunir asam) ini sudah tidak layak dikonsumsi lagi sebab mengandung coliform lebih dari

10 per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Banyaknya coliform dalam air jamu

gendong (kunir asam) dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengambilan bahan

dasar minuman jamu gendong yang mudah terkontaminasi dan proses pembuatannya

yang banyak melibatkan alat-alat rumah tangga yang sterilitasnya kurang terjamin.

Pada uji penegasan, uji ini dilakukan pada medium BGLB (Brilliant Green

Lactose Broth). Larutan sampel pada tabung reaksi yang telah diinkubasi selama 48 jam

pada suhu 37ºC diambil dengan jarum ose dengan cara dicelupkan lalu dioleskan ke

dalam medium BGLB , uji positif dapat dilihat dari terbentuknya gas pada tabung durham

yang sudah dimasukkan sebelumnya. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pada uji

penegasan hasil yang diperoleh positif karena terbentuk gas pada tabung durham yang

tervelup dalam BGLB. BGLB berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan flora mikroba

yang tidak diharapkan. Kemudian diambil 1-2 ose dari tabung yang berisi GBLB yang

sudah terbentuk gas dan selanjutnya digoreskan pada endo agar dalam cawan petri.

Setelah diinkubasi, warna yang dihasilkan yaitu merah tua yang artinya koloni bakteri

tersebut berjenis tipikal.

Kemudian uji yang selanjutnya yaitu uji lengkap. Uji lengkap dilakukan untuk

menentukan jenis coliform fekal atau nonfekakal. Pada uji lengkap, biakan bakteri yang

berjenis tipikal diambil 1 ose dan kemudian digoreskan pada agar miring untuk

menumbuhkan biakan bakteri untuk proses selanjutnya. Selain itu diambil juga 1 ose

untuk dimasukkan kedalam tabung yang berisi LB. LB digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya kehadiran bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya

asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli.

Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan

dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Hasil praktikum

menunjukkan tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk gas di dalam tabung

Durham.

Langkah yang terakhir yaitu pengecatan gram. Pengecatan gram dilakukan untuk

mengidentifikasi jenis bakteri yang ada dalam air jamu gendong (kunir asam). Proses

pewarnaan bakteri dengan cara biakan bakteri yang telah dibuat dengan Na miring

sebelumnya ditetesi dengan gram A selama 1 menit, gram B selama 1 menit, gram C

selama 1 menit, dan gram D selama 30 detik. Setelah perlakuan pewarnaan, preparat

selalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan, kecuali setelah pewarnaan gram

B preparat dicuci dengan gram C kemudian dikeringanginkan. Hal ini dilakukan karena

gram C mengandung alkohol yang bertujuan untuk melunturkan cat sebelumnya. Gram A

mengandung kristal violet yang berwarna ungu merupakan cat primer yang akan

mewarnai bakteri, pewarnaan dilakukan 1 menit agar cat ini dapat melekat sempurna

pada dinding bakteri. Gram B mengandung garam iodin merupakan cat mordan yang

berfungsi melekatkan atau memfiksasi cat primer yang diserap bakteri, dilakukan selama

1 menit agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi lebih kuat. Gram C mengandung

alkohol sehingga tidak berwarna dan berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya,

dilakukan selama 1 menit agar cat dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang

tersisa. Gram D mengandung safranin sehingga bewarna merah yang merupakan cat

sekunder atau kontras berfungsi untuk memberikan warna bakteri non target, dilakukan

selama 30 detik agar bakteri yang catnya telah luntur dapat terwarnai (Heritage, 2000).

Pencucian dengan air mengalir dimaksudkan agar cat dapat hilang secara

sempurna dan tidak tersisa, dikeringanginkan bertujuan agar warna melekat pada bakteri

dan segera kering sehingga bila diwarnai lagi warna sebelumnya tidak tercampur dengan

warna yang baru. Kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x agar

dapat mengamati bentuk dan warna sel bakteri.

Hasil praktikum ini menunjukan bahwa bakteri yang telah diidentifikasi bakteri

dengan bentuk coccus dan berwarna ungu (gram positif). Bakteri dengan ciri-ciri tersebut

yaitu bakteri Staphylococcus Aerus.

H. KESIMPULAN

1. Air jamu gendong (kunir asam) memiliki nilai MPN 120/ml.

2. Mikroba pada air jamu gendong (kunir asam) termasuk dalam jenis tipikal.

3. Mikroba yang ada dalam air jamu gendong (kunir asam) merupakan bakteri gram

positif dengan ciri-ciri berbentuk coccus. Bakteri yang mendekati dengan tipe

tersebut yaitu Staphylococcus aerus.

I. DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000. Official Methods of

Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada

Dad.2000. Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc.,New

York,p.426

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 21-23, 185

Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, IPB.

GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by roactinomyces

cyaneus. J. Bacteriol., 51,

Harley and Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology. Fifth Edition. The

McGraw−Hill Companies

Mara, D., dan Horan, N., 2003. Handbook of Water and Wastewater Microbiology.

School of Civil Engineering, University of Leeds, UK.

Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.

Waluyo, 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang.Malang.