pemeliharaan.pdf

43

Upload: meidhana

Post on 03-Oct-2015

368 views

Category:

Documents


89 download

DESCRIPTION

pemeliharaan trafo

TRANSCRIPT

  • MANAJEMEN PEMELIHARAAN

    1. KONDISI SAAT INI

    PLN merupakan BUMN dengan jumlah total asset terbesar saat ini, dalam

    mewujudkan tujuannya yakni sebagai perusahaan pelayanan jasa tenaga lstrik di Indonesia.

    Untuk memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya yakni kehandalan pasokan listrik

    tersebut maka PLN harus dapat memastikan aset-aset yang dimiliki terutama di sisi teknik

    jaringan dalam kondisi yang baik. Kondisi tersebut dapat terwujud dengan pelaksanaan

    kegiatan pemeliharaan preventif (sebelum terjadinya gangguan) terhadap tiap peralatan/asset

    yang dimiliki. Energi listrik saat ini sudah merupakan kebutuhan primer seluruh masyarakat di

    seluruh tingkatan ekonomi, sehingga bila terjadi pemadaman aliran listrik maka akan

    menimbulkan complain yang mengakibatkan citra PLN tidak baik. Dengan pola pemeliharaan

    preventif yang terstruktur dan tepat sasaran hal ini sangat mungkin dicapai oleh PLN Distribusi

    Jawa Timur dalam tujuan utama yakni kepuasan pelanggan serta meningkaatnya pencitraan.

    Pola inspeksi dan pemeliharaan yang tidak baik adalah tanpa perencanaan dan tanpa

    adanya monitoring terhadap hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

    peralatan / terputusnya aliran listrik. Selain itu kelemahan yang sering terjadi adalah kurang

    nya konsistensi terhadap tools/tata cara inspeksi dan pemeliharaan yang telah disusun mulai

    dari level Kantor Distribusi dan Area. Hal lainnya yang mengakibatkan keberhasilan

    pemenangan terhadap Perang Padam Jawa Bali (PPJB) tidak dapat dirasakan oleh seluruh Area

    di Distribusi Jawa Timur yakni belum adanya keseragaman pola inspeksi dan pemeliharaan

    antara Area sehingga Area yang melakukan pola yang tepat akan memperoleh hasil yang

    maksimal sedangkan area yang menggunakan pola inspeksi dan pemeliharaannya belum

    maksimal maka hasilnya pun tidak maksimal.

    Gambar 1 Perbandingan Hasil Tindak Lanjut Pemeliharaan terhadap Inspeksi

    Kondisi saat ini tampak seperti Gambar 1 diatas dimana hasil temuan inspeksi masih

    belum dapat diselesaikan dengan konsisten sehingga potensi-potensi terjadinya gangguan

    masih dapat terjadi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan akibat pola monitoring terhadap

    hasil temuan belum maksimal atau juga dikarenakan keterbatasan anggaran operasional /

    investasi terkait temuan inspeksi peralatan-peralatan yang sudah tua atau penambahan

    peralatan baru.

  • 2. GOAL YANG DIHARAPKAN

    Kondisi jaringan PLN telah terbangun dan melayani pelanggan di seluruh daerah

    dalam jangka waktu puluhan tahun, hal tersebut memerlukan perhatian khusus dalam

    mengamati dan mendata kondisi jaringan dengan pelaksanaan inspeksi secara detail atau

    dengan melakukan pendataan/indexing terhadap usia seluruh material yang ada di jaringan

    dan selalu di update data-data tersebut.

    Tujuan yang diharapkan dengan penerapan pola pemeliharaan yang terstruktur dan

    tepat sasaran antara lain :

    1. Penurunan gangguan penyulang sehingga dapat mencapai target kinerja

    2. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap frekuensi padam semakin membaik

    3. Terdapat pola pemeliharaan yang terstruktur dan seragam di Distribusi Jawa

    Timur

    4. Terciptanya efisiensi biaya operasional pemeliharaan

    5. Terciptanya tertib administrasi teknik dan manajemen data asset teknis

    6. Kondisi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang tahan terhadap kondisi cuaca

    hujan,angin, dan petir.

    Gambar 2. Alur Kegiatan Inspeksi sampai dengan Pemeliharaan

    Analisis SWOT yang dapat dilakukan dalam pencapaian strategi Optimalisasi

    Pemeliharaan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur adalah sebagai berikut:

    2.1. Strengths

    - Meningkatkan citra PLN.

    - Proses bisnis pemeliharaan terstruktur dan tepat sasaran.

    - Keandalan penyulang dapat ditingkatkan/dipertahankan sehingga tercipta

    kepuasan pelanggan.

    - Efisiensi anggaran investasi dan operasional dengan pemeliharaan berdasarkan

    prioritas/healthy index

  • - Meningkatkan kepedulian PLN terhadap asset perusahaan yang telah ada.

    - SDM pegawai PLN dan mitra kerja yang mencukupi di sisi kuantitas.

    2.2. Weaknesses

    - Membutuhkan SDM di sisi PLN dan mitra kerja yang kompeten untuk dapat

    menjalankan aplikasi SPT2 sehingga dapat sesuai dengan harapan.

    - Proses penyatuan visi dan persepsi mengenai struktur pemeliharaan yang ideal

    masih sulit dilaksanakan.

    - Job description yang ada tidak mengikat petugas untuk menjalankan tugas yang

    seharusnya menjadi tanggung jawabnya terutama evaluasi kegiatan inspeksi

    sampai dengan tindak lanjut pemeliharaan.

    2.3. Opportunities

    - Mulai mampu mengembalikan alur proses bisnis yang awalnya tidak sesuai

    dengan cara manual dan dikelola dalam bentuk database yang mudah untuk

    dievaluasi.

    - Melakukan perbaikan-perbaikan secara bertahap sehingga dapat diterima

    seluruh user.

    - Menumbuhkan rasa kepedulian akan aset teknik yang terdapat dilapangan.

    2.4. Threats

    - Pelaksanaan program PPJB 2 dengan sasaran target kinerja gangguan penyulang

    yang semakin meningkat dan memulai pada kinerja gangguan JTR, SR, APP.

    - Kondisi cuaca ekstrem yang sulit ditebak dapat menjadi tantangan dalam proses

    mencari solusi penyelesaiannya.

    - Tuntutan dari masyarakat untuk kinerja keandalan khususnya mengenai

    pemadaman ketenagalistrikan agar lebih baik lagi dan telah mengarah pada

    tingkat mutu tenaga listrik.

    3. METODE YANG DIGUNAKAN

    KEPUTUSAN DIREKSI yang memuat mengenai kegiatan Pemeliharaan di sisi Distribusi

    antara lain :

    SK DIR No : 003/PST/1988 tanggal 22 Januari 1988

    Tentang : Pemeliharaan Inst. Pembangkitan,Transmisi & Distribusi

    SK DIR No : 040.E/152/DIR/1999 tanggal 12 Maret 1999

    Tentang : Manajemen Pemeliharaan Distribusi

    SK DIR No : 074.K/DIR/2008 tanggal 28 Februari 2008

    Tentang : Pedoman pengelolaan aset sistem distribusi

  • Saat ini di wilayah kerja Distribusi Jawa Timur telah terdapat suatu aplikasi pendukung kegiatan

    pemeliharaan mulai dari perencanaan, inspeksi, sampai dengan tindak lanjut hasil temuan

    yang dinamakan Sistem Pelayanan Teknik Terpadu (SPT2). Tools dan form yang mendukung

    terciptanya tertib administrasi dan pola monitoring serta evaluasi yang tepat sasaran telah

    tersedia dengan dukungan system berbasis web. Dengan adanya aplikasi tersebut diharapkan :

    - Proses bisnis pelayanan teknik standar

    - Form pelaporan seragam

    - Monitoring dan evaluasi lebih mudah dan dapat dilakukan dimana saja (web based)

    - Hasil inspeksi dan pemeliharaan terdatabase

    Dalam mendukung pemenangan Perang Padam Jawa Bali (PPJB) Jilid ke 3 maka Distribusi Jawa Timur mengembangkan suatu konsep pemeliharaan dengan berfokus kepada kesempurnaan di setiap bidang antara lain Sempurna Material, Sempurna Konstruksi, Sempurna ROW Jaringan, Sempurna Pemeliharaan Tuntas, dan Sempurna Proteksi.

    Sempurna Material :

    Perencanaan Investasi dan Operasional yang berkualitas

    Memperketat pengujian material teknik sesuai dengan standar pengujian dan

    pengukuran

    Pengadaan barang langsung dari pabrikan yang terjamin kualitasnya

    Spesialisasi kontraktor, dan pemberlakuan vendor manajemen untuk mengukur hasil

    kinerja vendor

    Kompetensi pengawasan ditingkatkan

    Pengawas dibekali dengan RAB pekerjaan untuk cross check kesesuaian material

    Sempurna Konstruksi :

    Selalu mengacu pada Buku Standar Konstruksi dalam setiap kegiatan teknik

    Pengawasan setiap pekerjaan AI dan AO Pemasaran maupun Konfigurasi Jaringan

    (Vendor Management)

    Melakukan pengecekan ulang material yang akan dipasang/dioperasikan

    Penyampaian SOP kegiatan operasional gangguan dan pemeliharaan kepada Yantek

    Sempurna ROW Jaringan :

    4 regu rabas + 2 regu mobil gangguan konsisten setiap hari (selalu ingat diatas

    jaringan hanya ada langit / standar >2.5 meter)

    Patroli layang-layang dan kawat ngelokor

    Patroli bangunan mendekati jaringan

    Kordinasi dengan Dinas Cipta Karya & PU Propinsi untuk pohon2 besar rawan

    tumbang

    Sempurna Pemeliharaan Tuntas

    Berdasarkan Prioritas Penyulang gangguan tertinggi

    Mengacu pada prioritas temuan inspeksi yang di entry pada SPT2

    Penggantian material yang sudah tua >15 tahun dengan melihat kondisi saat

    pemeliharaan (P2TST)

    Dengan jumlah SDM Har mencukupi dalam setiap pemadaman dan hasil tuntas

    semua TO

  • Setiap Minggu telah dilakukan penjadwalan pemeliharaan per section dengan

    melihat kondisi pelanggan

    Sempurna Proteksi :

    Optimalisasi LBS Motorise dengan penambahan open delta transformer untuk

    mengaktifkan relay dgr (relay mendukung)

    Pendalaman mengenai recloser dan bedah kasus setting proteksi bila terjadi

    kegagalan peralatan

    Sisir dan tindak lanjut ketidaksesuaian pembatas Fuselink, NH fuse pada gardu

    distribusi

    Diklat dan usulan sertifikasi pegawai & OS dibidang proteksi

    Pelanggan TM harus sudah dilengkapi dengan standar proteksi lengkap sehingga

    tidak sampai mentripkan penyulang bila terganggu

    Pelanggan TM harus memiliki sumber DC terpisah sehingga saat PT tidak bekerja,

    tripping coil tetap dapat bekerja

    3.1 PERENCANAAN

    Perintah kerja adalah suatu alat dasar yang utama dalam proses pelaksanaan

    pekerjaan inspeksi dan pemeliharaan. Dalam perintah kerja tersebut berisi, antara lain :

    - Rincian pekerjaan yang akan dilakukan

    - Waktu yang dipergunakan

    - Personel pelaksana kegiatan

    - Tujuan / lokasi pelaksanaan kegiatan

    - Daftar material/alat kerja yang digunakan selama kegiatan

    Untuk mencapai tujuan berupa penurunan gangguan dengan sistematis pola inspeksi dan

    pemeliharaan yang perlu diperhatikan adalah proses perencanaan awalnya. Schedule / jadwal

    inspeksi dan pemeliharaan disusun bulan n-1 sehingga kesiapan material dan personel dapat

    lebih terarah/sesuai.

  • Tabel 1 Jadwal inspeksi bulanan di Rayon

    Dalam perencanaan kegiatan inspeksi dan pemeliharaan, terdapat beberapa hal yang harus

    diperhatikan sehingga setiap kegiatan yang dilakukan telah mengacu pada prioritas dan

    tercipta suatu kegiatan yang efektif dan efisien, antara lain :

    - Berdasarkan data statistic gangguan penyulang beberapa periode waktu

    - Pareto penyebab gangguan yang sering terjadi

    - Kondisi medan/wilayah kerja yang terpengaruh terhadap cuaca

    - Jumlah SDM dan kompetensi

    - Ketersediaan material dan alat kerja

    Gambar 3 Diagram Perencanaan Pemeliharan

    3.2 METODE INSPEKSI JARINGAN

    Inspeksi adalah suatu kegiatan pemeriksaan dengan seksama dan dilakukan secara

    langsung dengan visual terhadap suatu kondisi fisik. Dalam inspeksi kecenderungan

    menangkap suatu gap/temuan berupa kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman yang

    dapat menyebabkan kerugian. Tahap pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan konsep

    manajemen PDCA (Plan-Do-Check-Action), yakni :

    1. Plan atau perencanaan inspeksi adalah dengan membuat persiapan-persiapan

    inspeksi seperti pembuatan perintah kerja, jadwal kegiatan inspeksi, form

    checklist inspeksi, peralatan untuk inspeksi, dll

  • 2. Do atau pelaksanaan inspeksi yakni berfokus pada jadwal yang sudah ditentukan

    dan melakukan sesuai dengan SOP yang telah ada dibantu dengan checklist

    inspeksi yang dibawa.

    3. Check atau pelaporan inspeksi dilakukan melalui suatu alat atau sarana yang

    dapat digunakan sebagai bahan informasi dan komunikasi efektif sehingga dapat

    dilakukan pengelolaan sampai dengan tindak lanjut temuan. Dalam hal ini PLN

    Distribusi Jawa Timur telah memiliki Aplikasi Sistem Pelayanan Teknik Terpadu

    (SPT2)

    4. Action atau tindak lanjut atau pemantauan yakni dengan membuat skala

    prioritas terhadap upaya-upaya perbaikan yang harus dikerjakan dengan

    menyesuaikan anggaran pemeliharaan yang ada sehingga gap/temuan untuk

    menuju kesempurnaan jaringan dapat terwujud.

    Tujuan Inspeksi :

    - Mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang mengakibatkan kerugian meluas

    - Memelihara keamanan lingkungan kerja

    - Mencegah tindakan tidak aman

    - Sebagai acuan dalam perencanaan pemeliharaan dan rencana kerja tahunan

    Jenis inspeksi :

    1. Inspeksi Rutin dilakukan dengan melintasi seluruh area kerja sesuai dengan

    jadwal yang telah dibuat dengan mengamati keseluruhan asset yang ada secara

    mendetail.

    2. Inspeksi Berkala adalah inspeksi yang dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan s/d

    6 bulanan, contohnya inspeksi gardu beton pelanggan potensial.

    3. Inspeksi Khusus adalah inspeksi pada saat terjadi kejadian tertentu yang tidak

    terduga, contohnya : inspeksi pasca terjadinya gangguan yang belum ditemukan

    penyebab gangguannya.

    Kualifikasi personil/Inspektor :

    - Mempunyai pengetahuan tentang seluruh jenis asset PLN

    - Dapat membedakan kondisi asset dalam kategori baik atau perlu perbaikan segera /

    - Dapat berkomunikasi dengan baik

  • - Memiliki integritas yang tinggi

    - Mengetahui prosedur inspeksi sesuai SOP dan teliti dalam proses pengamatan

    - Mampu mengoperasikan alat bantu inspeksi

    - Dapat membuat laporan inspeksi dan melakukan monitoring terhadap tindak lanjut

    Hal-hal / item peralatan jaringan tegangan menengah (JTM) yang harus diperhatikan saat

    pelaksanaan inspeksi dan pemeliharaan antara lain :

    - ROW jaringan terhadap pepohonan yakni 2,5 meter

    - ROW terhadap bangunan / reklame yakni 2,5 meter

    - ROW terhadap sampah jaringan seperti laying-layang, pita kaset, benang, plastic

    - Peralatan switching (LBS, LBS motorise, Recloser, PMCB, PGS, AVS, Pemisah/DS, Cut

    out)

    - Penghantar (A3C, A3CS, kabel TM/XLPE, kabel MVTIC, TIC TR)

    - Transformator (Trafo Distribusi, PT, CT)

    - Isolasi TM (Isolator Pin/hang, isolator penghantar, minyak trafo)

    - Peralatan proteksi (Arrester, Ground steel wire )

    Berdasarkan jenis peralatan kerja yang digunakan, inspeksi dibagi menjadi 3 yakni :

    1. Inspeksi Visual

    Pelaksanaan inspeksi dengan mata telanjang dapat dilakukan disisi ROW yakni

    kondisi jarak aman SUTM terhadap pohon, bangunan, reklame dan juga kebersihan

    jaringan kita dari layang-layang. Selain itu kaitannya dengan konduktor kendor,

    ngelokor, atau ketidak sesuaian konstruksi juga dapat dilakukan.

    2. Inspeksi menggunakan alat bantu lihat

    a. Kamera

    Dengan program lihat semua, foto semua serta didukung dengan kamera

    khusus > 35 x zoom maka akan dapat lebih detail/teliti dalam proses

    pengamatan terhadap asset peralatan kita yang jaraknya dari permukaan

    tanah > 6 meter.

  • Gambar 4 Contoh pengambilan menggunakan kamera super zoom

    b. Teropong

    Teropong merupakan alat utama yang tercantum dalam kontrak petugas

    inspeksi sehingga bila terdapat keterbatasan penglihatan mata, dengan

    adanya teropong dapat membantu meyakinkan kondisi suatu jaringan yang

    dalam proses pengamatan.

    c. Kamera Thermovision

    Kamera thermovison sangat bermanfaat untuk mendeteksi peralatan-

    peralatan yang akan mengalami breakdown dimana indikasi awalnya

    adalah panas. Standar panas pada peralatan yang memerlukan

    penggantian yakni >60oC.

    Gambar 5 Contoh pengambilan menggunakan kamera Thermovision

    3. Inspeksi menggunakan alat bantu ukur

    a. Tahanan isolasi / megger

    b. Micro tang ampere

    c. Alat ukur arrester online

    d. Earth tester

    No. Bidang Inspeksi Metode Alat Kerja Min. SDM Periode /

    tahun

    1 Material Foto seluruh

    tiang

    Camera foto zoom

    > 35x

    Khusus Min. 1x

  • 2 Konstruksi Foto seluruh

    tiang

    Camera foto zoom

    > 35x

    Khusus Min. 1x

    3 ROW Foto pohon Camera foto zoom

    > 10x

    Khusus Min. 12x

    Tabel 2 Metode Inspeksi dan Kebutuhan Alat Kerja

    3.3 METODE PEMELIHARAAN

    Suatu sistem kelistrikan dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi aspek

    keandalan, mutu serta efisiensi terhadap biaya. Dalam pemenuhan di sisi aspek keandalan

    yang merupakan point penting adalah adanya struktur pemeliharaan. Pemeliharaan adalah

    semua aktivitas yang berkaitan untuk mempertahankan peralatan system dalam kondisi layak

    bekerja. Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan

    peralatan yang lebih parah atau untuk mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap

    beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi, kegiatan pokok pemeliharaan preventif

    ditentukan berdasarkan periode/waktu dan kondisi peralatan. Pemeliharaan korektif adalah

    pemeliharaan dengan maksud untuk memperbaiki kerusakan hingga kembali pada kondisi /

    kapasitas semula. Sedangkan terdapat pula pemeliharan darurat yakni pemeliharan yang

    sifatnya mendadak, tidak terencana akibat gangguan atau kerusakan diluar kemampuan kita

    sehingga perlu dilakukan pemeriksaan, serta perbaikan berupa penggantian peralatan.

    Sasaran utama dalam manajemen pemeliharaan antara lain:

    - Tercapainya suatu tingkat kesiapan operasi peralatan yang tinggi

    - SOP dan prosedur pemeliharaan yang telah ada dapat terlaksana dengan baik

    - Tersusunnya standar pemeliharaan untuk menghindari kerusakan yang berulang dan

    dapat memperkirakan waktu perbaikan yang diperlukan

    - Pengendalian biaya pemeliharaan

    Dalam membuat suatu struktur pemeliharaan dapat dibagi berdasarkan 2 kategori

    yakni :

    - Pemeliharaan berdasarkan kondisi / Condition Based Maintenance (CBM)

    - Pemeliharaan berdasarkan waktu / Time Based Maintenance (TBM)

    Dengan kedua pola/struktur pemeliharaan tersebut dapat menjadi acuan penentuan

    tindakan pemeliharaan.

  • Tujuan dari CBM adalah melaksanakan pemeliharaan peralatan yang benar di

    saat/waktu yang tepat. Evaluasi CBM digunakan dengan menggabungkan tools yang terdapat

    di OPI yakni RCPS (Root Cause Problem Solving) untuk memprioritaskan dan mengoptimalkan

    sumber-sumber daya pemeliharaan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan inspeksi.

    Disamping penekanan struktur pemeliharaan terhadap kondisi / CBM juga terdapat

    pemeliharaan berdasarkan waktu/usia peralatan. Item peralatan yang rencana akan dilakukan

    menggunakan struktur pemeliharaan berdasarkan waktu antara lain transformator dan

    peralatan switching ( LBS, PGS, AVS, PMCB ). Dengan mengumpulkan data waktu pembuatan

    suatu peralatan dapat di buat jadwal pemeliharaan secara berkala untuk tiap peralatan. Hasil

    dari evaluasi pemeliharaan berdasarkan waktu (TBM) dapat menjadi ukuran bila suatu

    peralatan telah difungsikan dengan sesuai/optimal atau sebaliknya bila suatu peralatan dengan

    masa usia standar tidak tercapai maka harus dievaluasi ulang penggunaan peralatan tersebut.

    Pemeliharaan adalah suatu proses kegiatan yang sangat penting dilaksanakan untuk

    menjaga kondisi aset dalam keadaan yang selalu prima sehingga kerusakan dapat

    diminimalkan. Tahapan-tahapan proses pemeliharaan mulai dari perencanaan inspeksi sampai

    dengan tindak lanjut pemeliharaan harus dapat ditaati sesuai dengan alur yang telah dibuat.

    Dengan konsistensi untuk tetap sesuai dengan SOP yang telah dibuat maka administrasi teknik

    yang tertib akan dapat tercipta sehingga memudahkan dalam proses analisa dan evaluasi

    setiap kegiatan pemeliharaan.

    Gambar 6 Alur proses pemeliharaan

    No. Bidang Har Metode Alat Kerja Min. SDM/Rayon Periode /

    tahun

  • 1 JTM CBM, TBM PDKB/Area 1 Timsus Conditional

    2 Gardu CBM, TBM - 1 Timsus Min. 2x

    3 Kubikel CBM, TBM - 1 Timsus Min. 2x

    Tabel 3 Metode Pemeliharaan

    3.3.1 ROW (Right Of Way) SUTM

    Jarak aman / ROW merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga suatu sistem

    ketenagalistrikan dalam kondisi handal. Jarak aman adalah jarak antara bagian aktif/fase dari

    jaringan terhadap benda-benda di sekelilingnya baik secara mekanis atau elektromagnetis yang

    tidak memberikan pengaruh membahayakan.

    No Uraian/objek Jarak Aman

    1 Terhadap permukaan jalan raya 6 meter

    2 Pohon 2.5 meter

    3 Atap rumah/bangunan 2.5 meter

    4 Antena TV/radio 2.5 meter

    5 Lintasan kereta api 2.5 meter

    6 Antara TM - TM 1 meter

    7 Antara TM - TR 1 meter

    Tabel 4. Jarak Aman SUTM

  • Gambar 7 Jarak Aman SUTM dengan Pohon dan Bangunan

    Berdasarkan evaluasi penyebab gangguan di Distribusi Jawa Timur, pohon masih

    menjadi penyebab dominan terputusnya aliran listrik terutama saat kondisi hujan disertai

    angin. Tiap pohon memiliki karakteristik pertumbuhan serta pengaruh yang berbeda saat

    pohon tersebut dirabas. Selain itu beberapa lokasi juga mengalami masalah dengan

    karakteristik masyarakat terkait larangan melakukan perabasan terutama di pohon-pohon

    produktif.

    Untuk menjamin keberlangsungan perabasan telah sesuai dengan kaidah ROW, perlu

    dilakukan perencanaan awal mengenai jalur yang akan dirabas berdasarkan pemetaan

    karakteristik pertumbuhan pohon atau hasil temuan dari inspeksi yang telah dibuatkan dalam

    peta pohon .

    No Jenis Pohon

    Waktu Pemangkasan kembali

    Tiang 9 M Tiang 11 M

    1 Bambu & sejenisnya 14 hari 21 hari

    2 Petai cina / lamtoro &

    sejenisnya 30 hari 45 hari

    3 Angsana & sejenisnya 50 hari 60 hari

    4 Kelapa/Palem & sejenisnya 75 hari 80 hari

    5 Mahoni & sejenisnya 90 hari 100 hari

    6 Mangga & Rambutan 180 hari/

    stelah berbuah

    200 hari/ stelah

    berbuah

    7 Nangka & Durian 90 hari/ stelah

    berbuah

    100 hari/ stelah

    berbuah

    8 Kedondong & Jambu 60 hari 75 hari

    Tabel 5 Karakteristik Pertumbuhan Pohon

    3.3.2. JTM BERSIH DARI SAMPAH

    Di beberapa daerah permainan layang-layang menjadi hal favorit untuk dilakukan,

    jenis layangan yang digunakan pun beraneka ragam. Terdapat beraneka ragam modifikasi

  • layangan yang peruntukannya sebagai layangan hias atau layangan petarung. Kondisi dimana

    terdapat suatu daerah yang mayoritas warganya gemar melakukan kegiatan bermain layang-

    layang maka kemungkinan Jaringan Tegangan Menengah dihinggapi sampah berupa kerangka

    layangan serta benang pun semakin besar.

    Untuk layangan dengan dimensi yang besar serta menggunakan bahan berupa

    benang yang dapat menghantarkan aliran listrik, bila mengenai jaringan PLN 20 KV bukan tidak

    mungkin akan langsung mengakibatkan gangguan pada penyulang tersebut. Sedangkan untuk

    layang-layang biasa pun tetap berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan penyulang

    dimana pada saat kondisi hujan maka sampah berupa kerangka layangan atau benang tersebut

    dapat membuat jalur konduktif antara fasa atau antara fasa dan ground.

    Untuk itu diperlukan beberapa strategi untuk meminimalkan jumlah gangguan yang

    disebabkan oleh layang-layang, antara lain :

    Sosialisasi di daerah potensi bermain layangan yang tinggi untuk menghindari

    bermain layangan di dekat jaringan PLN

    Pemasangan/penyebaran spanduk mengenai bahaya bermain layangan di dekat

    jaringan PLN

    Berkordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk menjadikan perhatian

    khusus terhadap penggunaan layangan yang tidak sewajarnya (dari segi dimensi dan

    bahan benang yang digunakan)

    Melaksanakan patroli gabungan dengan pihak kepolisian bila terdapat daerah

    khusus yang rawan menyebabkan potensi gangguan

    Mensosialisasikan langsung kepada pengguna dan produsen layangan mengenai

    kerugian yang akan timbul bila bermain layangan tidak pada tempatnya serta

    penggunaan bahan layangan yang tidak seharusnya

    Secara rutin melaksanakan inspeksi dan pembersihan layangan yang dilakukan oleh

    petugas pelayanan teknik di daerah-daerah potensi

    Pemasangan GSW atau penggantian konduktor A3C menjadi A3CS agar bila terdapat

    layangan tidak langsung menyebabkan penyulang terganggu

    3.3.3. PEMELIHARAAN PENGHANTAR/KONDUKTOR

    Sebagai alat penyalur tenaga listrik, penghantar, baik kawat ataupun kabel harus

    terpasang dengan baik, yaitu tidak menyebabkan kerugian lsitrik yang besar serta aman

    terhadap peralatan dan orang dari bahaya akibat listrik (tegangan menengah). Oleh karena itu,

    maka pelaksanaan pemeliharaan penghantar hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah :

    Jarak aman

    Andongan kawat / lendutan

    Kondisi fisik

    Jumper / joint

    Pengikat penghantar pada isolator / klem.

    Sedangkan pekerjaan yang dilakukan untuk pemeliharaan penghantar antara lain :

    Penggantian penghantar

  • Berupa penghantar/konduktor dengan jenis yang sama akibat terdapat cacat

    pada konduktor lama atau penggantian menjadi penghantar berisolasi (A3CS)

    untuk meningkatkan kehandalan atau bahkan memperbesar kapasitas/ukuran

    penghantar

    Perbaikan kondisi / pemasangan penghantar

    Pelaksanaan kegiatan pengencangan penghantar/konduktor atau perbaikan

    penghantar yang rantas dapat menggunakan joint repair sleeve

    Yang dimaksud dengan andongan ialah jarak antara posisi terendah dari penghantar

    yang direntangkan dengan posisi dimana penghantar tersebut ditumpang / sangga / digantung

    pada tiang.

    Bagan lendutan (SAG) menurut Tegangan tarik (Tension) dan Rentangan (SPAN)

    sebenarnya.

    Gambar 8 Standar Andongan Jaringan Tegangan Menengah

    Andongan harus disesuaikan dengan standard kuat tarik hantaran, jarak antar

    hantaran, lebar bentangan antar tiang. Andongan harus senantiasa dijaga agar tidak terlalu

    kencang maupun terlalu kendor. Karena jika terlalu kencang dapat mengakibatkan tarikan

    hantaran mempengaruhi impedansi/ daya hantar akibat pemuluran pada saat penghantar

    panas oleh beban listrik pelanggan. Dan jika terlalu kendor antar penghantar dapat berhimpit/

    hubung singkat karena angin/ benang layangan.

    3.3.4. PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI

    Gardu Distribusi merupakan item di jaringan tegangan menengah (JTM) yang

    memiliki banyak peralatan dan assesoris yang perlu dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan

    bulanan trafo dilaksanakan dalam keadaan beroperasi, pekerjaan berupa pemeriksaan -

    pemeriksaan visual yang meliputi: tinggi permukaan minyak, kondisi bushing, tangki radiator,

    pengukuran beban menggunakan aplikasi SIMONTRA (Sistem Monitoring Onleine Trafo),

    tegangan dan penyetelan sadapan. Sedangkan pemeliharaan tahunan dilaksanakan dalam

    keadaan tidak bertegangan, pekerjaan berupa pemeriksaan- pemeriksaan seperti pada

    pemeliharaan bulanan, ditambah dengan pemeriksaan dan perawatan terhadap arester, spark

    gap, pentanahan, terminal - terminal, tempat kedudukan trafo, serta mengukur / menguji

    kontinyuitas belitan, tahanan isolasi, polaritas index, dan dielektrik minyak isolasinya.

    Dengan difasilitasi menggunakan aplikasi SIMONTRA yang memperoleh input data

    dari alat ukur portable EMT (Energy Measurement and Data Transmit) maka sangat

    50 m

    4,0 m 5,8 m 7,0 m

  • memudahkan dalam menganalisa dan mengevaluasi kondisi fisik, pola pembebanan, serta

    Distorsi arus dan tegangan dimana terdapat standar yang menentukan prioritas suatu

    transformator harus dipelihara. Saat ini di Distribusi Jawa Timur manajemen pengelolaan

    transformator menggunakan fasilitas SIMONTRA telah menjadi sesuatu budaya.

    Pada Gardu distribusi beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

    No Objek inspeksi/pemeliharaan Pemeliharaan instant

    1 Line tap connector penggantian bila tidak sesuai

    2 Cut Out -Ganti Fuse link bila tidak sesuai

    -Ganti rumah CO bila retak

    3 Arrester & kawat pembumian -Ganti arrester bila pecah / pengukuran tidak baik

    -Bersihkan dan kencangkan

    4 Jumperan

    Perbaiki atau penggantian mengunakan sepatu

    kabel

    5 Kabel Incoming

    -Sepatu kabel -Ganti/kencangkan

    -Kabel incoming -Bila di megger jelek, lakukan penggantian

    -Pipa pelindung -Betulkan sambungan

    6 Kabel Outgoing

    -Sambungan di LV panel -Bersihkan, kencangkan

    -Kabel Outgoing -Betulkan posisi

    -Konektor ke SUTR -Bersihkan,kencangkan

    7 LV panel

    -Kunci Laporkan

    -Body,pintu -Bersihkan, Cat, Laporkan

    -Fuse holder -Bersihkan/penggantian

    -NH Fuse (utama & jurusan) -Bersihkan/ganti bila tidak sesuai

    -Rel tembaga -Bersihkan,kencangkan

    -Saklar utama -Bersihkan, beri pelumas

    -Terminal pembumian -Penggantian, kencangkan

    8 Pembumian

    -Kawat pembumian -Ganti bila putus/hilang

    -Sambungan ke ground rod -Ukur,perbaiki bila putus/hilang

    9 Trafo (Menguji tahanan isolasi trafo)

    -Minyak

    -Preventif Maintenance (Preman)

    -Tegangan tembus 30 KV / 2,5 mm

  • -Bushing -Bersihkan, ganti nut, kencangkan

    -Seal -Sealen ulang

    -Tap Changer -Periksa untuk setiap posisi

    -Tanki,sirip,konservator,gelas

    penduga -Laporkan

    Tabel 6 Objek Inspeksi dan Pemaliharaan pada Gardu Distribusi

    3.3.4.1. Transformator

    Diperlukan beberapa pemeriksaan dan pemeliharaan pada Transformator antara lain :

    1. Pemeriksaan Elektrik

    Dilakukan dengan mengukur tahanan isolasi dari transformator menggunakan alat ukur

    megger yakni :

    - Antara sisi Tegangan rendah (TR) dengan sisi Tegangan Tinggi (TT).

    - Antara sisi Tegangan rendah (TR) dengan bodi (E).

    - Antara sisi Tegangan Tinggi (TT) dengan bodi (E).

    - X1 - X2 dan X3 - X4 untuk transformator 1 phasa.

    - Periksa hubungan phasa-phasa pada sisi TT dan sisi TR apakah terhubung dengan

    baik ( Megger 0 Ohm).

    Pada transformator 1 phasa dengan 4 bushing tegangan rendah X1 terhubung dengan X2 dan X3

    terhubung dengan X4 dan antara X1-X2 dan X3-X4 tidak terhubung ( Open ).

    Pada transformator 1 phasa CSP (dengan pengaman) periksa apakah mekanisme breker

    bekerja, dengan meng On/Off kan breker.

    Pada saat On hubungan phasa X1 X2 dan X3 X4 terhubung atau jika diukur dengan megger

    menunjuk nilai 0 (short), pada saat Off hubungan phasa terbuka (Open).

    2. Pemeriksaan Tap Changer

    Ubah-ubah posisi tap changer mulai tap 1 sampai tap ter akhir, dengan cara

    pengendurkan pengunci pada kepala tap tap changer, tarik kepala keatas dan putar pada

    tapping yang dikehendaki. Pada tiap tap, terminal phasa tersambung (megger 0 ).

    3. Pemeriksaan Minyak Trafo

    Untuk transformator yang telah lama dan tersimpan digudang yang tidak digunakan

    (lebih dari 1 - tahun) sebelum diberi tegangan perlu diadakan pemeriksaan tegangan tembus

    minyak trafo. Hal ini diperlukan karena dimungkinkan adanya benturan-benturan atau

    kebocoran-kebocoran yang menyebabkan sil packing yang rusak sehingga adanya udara yang

    masuk ke trafo, dan juga yang perlu diperhatikan saat penerimaan trafo dari pabrikan agar

    diperiksa pada tahun pembuatannya.

  • Pemeriksaan tegangan tembus minyak dianjurkan 3 tahun pertama setelah

    transformator dioperasikan dan tiap tahun untuk tahun-tahun berikutnya. Jika hasil

    pemeriksaan labolatorium oli tersebut dibawah standart maka perlu dimurnikan kembali atau

    diganti dengan oli yang baru.

    Berdasarkan IEC 76 transformator yang dirancang dengan syarat pelayanan antara

    lain bahwa untuk transformator yang berpendingin udara maka suhu udara tidak boleh

    melampaui :

    - 30 C rata-rata harian

    - 20 C rata-rata tahunan

    Selain itu suhu udara tidak boleh melampaui 40 C dan lebih rendah dari -25 C (pasangan luar)

    atau -5 C (pasangan dalam). Transformator tersebut dapat dibebani 100% selama 24 jam

    selama terus menerus.

    Menurut SPLN 17 - 1979 suhu rata-rata tahunan di Indonesia antara 24 C sampai 27

    C untuk musim penghujan dan kemarau dan di beberapa daerah di Indonesia suhu rata-rata

    tahunan pada musim kemarau 30 C.

    Dengan demikian jelaslah bahwa bila sebuah transformator dioperasikan dengan

    beban penuh secara kontinue dan tidak terputus, maka transformator ini akan mengalami

    "Kenaikan Susut Umur", dengan kata lain mengalami umur yang lebih pendek. Maka perlu

    untuk memperhatikan pembebanannya sehingga tidak melampaui batas pemburukan isolasi

    yang layak karena efek termis dan dicapai umur kerja transformator selama 20 tahun (7300

    hari) sesuai dengan Publikasi IEC 354 (1972) sehingga transformator akan mempunyai susut

    umur normal (normal loss of life) 0.0137 0 per hari.

    3.3.5. ARRESTER DAN GROUND STEEL WIRE SEBAGAI PROTEKSI TERHADAP PETIR

    Kondisi jaringan tegangan menengah (JTM) yang terdapat di wilayah kerja Distribusi

    Jawa Timur rata-rata usianya sudah tua yakni >15 tahun, hal tersebut menjadi celah untuk

    terjadinya gangguan saat kondisi petir yang mengakibatkan beberapa peralatan isolasi tembus

    dimana insulation level nya telah mengalami degradasi/berkurang akibat usia dan kualitas

    material. Beberapa kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan

    terjadinya hal tersebut antara lain :

    1. Pemasangan Ground Steel Wire (GSW) yang idealnya dilakukan mulai dari GI

    sampai dengan ujung JTM. Hal tersebut membutuhkan anggaran investasi yang

    besar sehingga dapat dilakukan pemetaan terlebih dahulu melalui peta petir

    dan evaluasi gangguan akibat petir beberapa periode yang lalu untuk

    menentukan prioritas pemasangan GSW tersebut.

    2. Pemasangan dan perbaikan pembumian setiap 5 tiang atau paling baik

    dilakukan setiap tiang sehingga dapat menyalurkan gelombang petir/surja ke

    tanah lebih cepat dan tidak mengganggu/merusak isolasi peralatan.

    3. Pemasangan arrester lengkap dengan pembumian yang dilakukan pada :

    a. Tiang awal (TM11) dan tiang akhir (TM4)

  • b. Trafo distribusi

    c. Peralatan switching (LBS, Recloser, PGS, AVS, PMCB)

    d. Setiap tempat yang terdapat perubahan impedansi yakni dari Kabel

    XLPE/MVTIC ke konduktor SUTM

    3.3.5.1. Arrester

    Arrester berfungsi sebagai by-pass di sekitar lokasi yang membentuk jalan dengan

    mudah dilalui oleh tegangan lebih ke sistim pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan

    lebih yang tidak merusak peralatan isolasi listrik. By-pass ini sedemikian rupa sehingga tidak

    mengganggu aliran frequensi 50 Hz. Pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator,

    bila timbul gangguan surja, alat ini berfungsi sebagai konduktor yang tahanannya relative

    rendah agar dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah. Setelah surja hilang, arrester dengan

    cepat kembali menjadi isolasi.

    Besaran- besaran yang perlu dipertimbangkan dalam memelihara suatu arrester :

    Rumah isolator ; periksa rumah isolator isolator secara visual apakah ada

    keretakan.

    Tahanan pentanahan; Ukur tahanan pentanahan dari arrester apakah masih

    memenuhi persyaratan.

    Pengukuran tahanan antara elektroda dengan elektroda apakah masih

    memenuhi persyaratan (1 M Ohm/1 kV).

    3.3.5.2. Pembumian (Grounding)

    Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk tujuan :

    1. Membatasi besar tegangan yang disebabkan petir

    2. Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak sengaja

    dengan bagian yang bertegangan .

    3. Menstabilkan tegangan ke tanah dalam kondisi normal.

    Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standard sesuai

    ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang

    berbentuk pipa baja galvanis diameter 25 mm atau baja berdiameter 15 mm yang dilapisi

    tembaga setebal 2,5 meter dengan panjang 2,5 m atau 3 m. Untuk penghantar bumi biasanya

    digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas tanah harus dilindungi

    dengan pipa baja dari kerusakan mekanis.

    Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis elektroda, jenis

    tanah dan ke dalaman penanaman elektroda. Pada tanah kering yang berbatu tidak mungkin

    untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila hanya ditanam 1 batang elektroda 3 m.

    Walaupun dengan memasang beberapa elektroda secara parallel dapat menurunkan

    harga tahanan pembumian, tetapi kenyataannya penurunannya tidaklah menjadi R/n (R

    tahanan untuk 1 elektroda, n jumlah elektroda seperti diperkirakan. Bila peralatan dan kondisi

    tanah setempat memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam secara seri.

    Keuntungan lain dengan cara ini adlah pengaruh musim dapat diperkecil karena dicapainya air

    tanah. Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa batan

  • pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah pipa pipa elektroda dapat

    dipasang secara parallel. Jarak antar elektroda tersebut minimum harus dua kali panjang

    elektroda (PUIL 1987 pasal 3221 A4).

    Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan pada :

    Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian

    Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yng kendor, lepas atau putus

    Membersihkan bagianbagian dari kotoran dan bendabenda yang bersifat

    menyekat

    Menganti kabel yang sudah rusak.

    Jenis

    Tanah

    Tanah

    Rawa

    Tanah Liat

    dan

    Ladang

    Pasir

    basah

    Kerikil

    basah

    Pasir

    basah dan

    kerikil

    kering

    Tanah

    berbatu

    Tahanan

    Jenis

    (OHM

    Meter)

    30 100 200 500 1000 3000

    Tabel 7 Tahanan Jenis Tanah

    3.3.6. PEMELIHARAAN ACCESSORIS JTM

    Konduktor dan transformator merupakan material utama dalam suatu jaringan

    tegangan menengah. Namun terdapat peralatan lain di jaringan yang tidak kalah penting dari

    kedua material tersebut. Material pendukung lainnya antara lain LBS, pin isolator, hang

    isolator, connector TM, bending wire, LLC, dll. Perlu perlakuan yang sama berupa inspeksi

    secara mendetail serta pemeliharaan untuk memastikan kondisi material-material tersebut

    dalam kondisi yang baik.

    No Objek Metode inspeksi Jenis pemeliharaan

    1 Tiang beton/besi Visual, kamera

    Penggantian/perbaikan bila

    pecah/keropos

    2

    LBS, Recloser, PGS,

    AVS

    Kamera Extra

    Zoom/P2TST

    Perbaikan pisau LBS, kirim ke

    workshop

    3 Pin Isolator

    Kamera Extra

    Zoom/P2TST

    Penggantian bila mengalami

    retak/flashover

    4 Hang Isolator

    Kamera Extra

    Zoom/P2TST

    Penggantian bila mengalami

    retak/flashover

    5 Connector TM, LLC Thermovision Penggantian/penambahan

    6 Bending wire Visual, kamera Perbaikan/penggantian

    7 Crossarm/Travers Visual, kamera Penggantian bila keropos

    8 Arm tie Visual, kamera Penggantian bila keropos

    9 Schoer (Trek/druck) Visual, kamera Perbaikan/penambahan

  • Tabel 8 Metode inspeksi dan pemeliharaan accessoris JTM

    3.3.6.1. Travers/Crossarm

    Berdasarkan besarnya sudut tarikan kawat ukuran panjang travers dibedakan menjadi 3 yaitu :

    Panjang 1800 mm untuk sudut tarikan dari 00 s/d 18

    0

    Panjang 2000 mm untuk sudut tarikan dari 180 s/d 60

    0

    Panjang 2500 mm untuk sudut tarikan dari 600 s/d 90

    0

    Tabel 9 Jenis Travers yang digunakan di PLN Distribusi Jawa TImur

    Dalam pemeliharaan travers, gunakan model kanal U yang bahannya dari besi baja

    dilapisi galvanis berukuran 10 x 5 x 5 cm dengan ketebalan 5 mm seperti gambar diatas

    dikarenakan untuk yang berbentuk persegi panjang rentan akan keropos karna digunakan

    tempat tinggal burung.

    3.3.6.2. Isolator

    Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap

    penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Bahan isolator untuk SUTM adalah

    porselin / keramik yang dilapisi glazur dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin

    ketimbang dari gelas, dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya

    di Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Konstruksi

    Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan yang bertujuan untuk

    memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan maka ada bagian permukaan

    isolator yang tidak ditempeli air hujan.

    1. Isolator tumpu (Pin Isolator) Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika

    penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan

    sudut maksimal 2 dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian

    sisi ( leher ) isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 . Isolator

    dipasang tegak-lurus dii atas travers.

    10 CM

    5 CM

    5

    C

    M

    7,5 CM

    7,5 CM

  • 2. Isolator tarik (Hang Isolator) Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah

    dengan beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada

    konstruksi tiang awal / akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang

    penegang. Isolator dipasang di bagian sisi Travers atau searah dengan tarikan

    penghantar. Penghantar diikat dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur

    - bautnya.

    3.3.6.3. Bending Wire

    Cara melakukan pengikatan kawat konduktor adalah menggunakan kawat pengikat

    dari bahan sama dengan penghantarnya (binding wire), bila konduktor A3C maka

    menggunakan binding wire dari A3C dan bila konduktor A3CS dapat menggunakan binding wire

    dari A3C dengan kedua ujung binding wire di satukan atau dengan menggunakan binding wire

    dari bahan berisolasi juga.

    3.3.6.4. Connector/ Material Sambungan

    Merupakan peralatan accessories yang penting dikarenakan menajadi material

    penghubung antara konduktor sehingga dibutuhkan jenis material serta kualitas pemasangan

    material yang baik untuk menjaga sehingga tidak terjadi loss kontak. Beberapa cara untuk

    menjaga hasil sambungan yang baik antara lain :

    - Menggunakan material dengan kualitas yang baik

    - Menggunakan material yang senyawa ( bila tembaga menggunakan connector tembaga

    dan bila aluminium menggunakan connector alumunium )

    - Menggunakan Compression dies yang baik serta penggunaan mata dies yang sesuai

    dengan ukuran konduktor

    - Melakukan penggandaan (double) sambungan/jumper sehingga dapat meningkatkan

    kehandalan

    - Penggantian parallel clamp dengan sambungan tipe press

    3.3.7. PEMELIHARAAN GARDU BETON / KUBIKEL

    Dengan berkembanganya perekonomian di Jawa Timur, meningkatkan pula

    permintaan terhadap daya listrik oleh konsumen. Permintaan penyambungan baru pelanggan-

    pelanggan potensial yang mengharuskan didirikannya gardu beton/kubikel semakin banyak

    sehingga memerlukan perhatian khusus dari sisi pemeliharaannya mengingat terdapat 2 tipe

    gardu beton yakni model konvensional dimana peralatan dapat terlihat secara visual dan

    model kubikel dimana seluruh peralatan berada pada satu lemari besi yang sulit untuk

    melaksanakan inspeksi visual. Untuk itu memerlukan suatu pemeliharaan peralatan-peralatan

    pada gardu beton tersebut secara berkala dan tuntas terhadap semua peralatan yang ada pada

    suatu gardu beton tersebut.

  • Gambar 9 Konstruksi Kubikel

    Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan pemeliharaan kubikel antara lain :

    - Dilakukan dalam keadaan tidak bertegangan

    - Memastikan kondisi heater/pemanas dalam keadaan baik

    - Mengukur tahanan isolasi setiap peralatan

    - Mengukur tahanan pembumian body kubikel

    - Membersihkan bagian-bagian berisolasi menggunakan cairan khusus

    (Emulsion Degreaser)

    - Pengukuran burden peralatan

    - Pengukuran rasio CT/PT

    - Uji fungsi relay dan kinerja PMT

    - Pengukuran tahanan kontak (maksimal 100 micro ohm)

    - Pemeriksaan keserempakan alat kontak (selisih waktu maksimal 5 mili

    second)

    Gambar 10 Kegiatan Pemeliharaan Kubikel

    3.3.8. PEMELIHARAAN SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) & SALURAN KABEL

    UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM)

    Penggunaan kabel saat ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kehandalan

    suplai listrik khususnya di daerah-daerah perkotaan yang semakin sulit untuk mendapatkan

    lahan pendirian tiang dan beberapa kawasan pohon produktif yang tidak bisa dipotong.

    Konstruksi kabel beraneka ragam bergantung kepada kebutuhan serta lokasi tempat kabel

    tersebut akan dipasang. Di PLN jenis kabel tanam (SKTM) menggunakan tipe XLPE yang

    memiliki isolasi serta armor sebagai pelindung konduktor inti, sedangkan untuk kabel udara

    menggunakan jenis MVTIC yang memiliki isolasi serta 3 fasa dipilin menjadi 1 dimana jenis

    kabel ini tanpa menggunakan armor/pelindung.

  • Beberapa kekurangan menggunakan SKTM dan SKUTM :

    - Panjang kabel terbatas sehingga untuk jaringan yang berjarak jauh akan terdapat

    banyak jointing kabel yang dapat menjadi potensi gangguan bila tidak diawasi

    dengan baik pemasangannya

    - Untuk SKTM berada di bawah tanah sehingga sulit untuk dilakukan inspeksi

    visual/pemeliharaan

    - Investasi SKTM dan SKUTM terbilang cukup mahal

    - Membutukan orang dengan kompetensi khusus saat pelaksanaan jointing dan

    terminasi kabel

    - PLN belum memiliki jalur kabel khusus sehingga berbahaya bagi warga yang

    membangun/menggali tanah

    Beberapa cara untuk meningkatkan kehandalan penggunaan SKTM dan SKUTM

    - Pengawasan secara ketat pada saat pemasangan terminasi dan jointing kabel oleh

    petugas yang telah bersertifikat

    - Penggunaan material jointing dan terminasi yang original dan kualitas yang baik

    - Setiap titik jointing dan terminasi harus dapat digaransi oleh petugas pelaksananya

    - Untuk SKUTM, titik sambungan dapat dilakukan dengan cara jointing kabel dan

    dilindungi dengan pipa luar atau dengan cara kedua sisi menggunakan terminasi

    dengan menggunakan sepatu kabel 2 lubang dan dihubungkan menggunakan plat

    tembaga.

    - Untuk SKUTM, titik jointing dan terminasi dilakukan inspeksi menggunakan kamera

    thermovision

    - Penggelaran SKTM harus mengikuti standar konstruksi yang ada

    - Untuk SKTM, setiap titik sambungan dan jalur kabel diberikan tanda khusus/patok

    sehingga saat terganggu lebih memudahkan pencarian titik gangguan.

  • Gambar 11 Metode Terminasi dengan cara Heatshrink dan Coldshrink

    3.3.9. PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN (PDKB)

    Saat ini PLN memiliki tantangan yang sangat berat berkaitan dengan keandalan dan

    kualitas tenaga listrik. Disisi lain usia peralatan yang rata-rata diatas 15 tahun mengharuskan

    dilaksanakannya pemeliharaan dalam jumlah besar. Oleh karena itu perencanaan terhadap

    segala titik pekerjaan pemeliharaan harus dilaksanakan dengan pertimbangan beberapa aspek,

    salah satu contohnya :

    1. Apakah daerah tersebut merupakan daerah vital yang tidak diijinkan pemadaman

    sama sekali ?

    2. Apakah daerah tersebut telah sering kali merasakan pemadaman listrik akibat

    gangguan/pemeliharaan ?

    3. Apakah pekerjaan pemeliharaan dapat selesai sesuai dengan jadwal pemberitahuan,

    yakni maksimal 3 jam ?

    Dalam mewujudkan kepuasan pelanggan serta tetap terciptanya kondisi aset peralatan yang

    baik maka pengoptimalan pekerjaan pemeliharaan menggunakan regu khusus PLN yakni PDKB

    adalah salah satu cara yang dianggap tepat.

    PDKB merupakan tim khusus dengan keahlian serta sertifikasi yang dimiliki oleh tiap-tiap

    personel sesuai dengan standar serta aturan yang ada. Ketaatan terhadap SOP merupakan

    harga mati yang harus ditaati oleh tiap personel pekerjaan serta pengawas pekerjaan berkaitan

    dengan pekerjaan yang dilakukan dalam keadaan bertegangan.

    Beberapa pekerjaan pemeliharaan yang dapat dilaksanakan dengan PDKB antara lain :

    No Jenis Pekerjaan Waktu Bobot

    Kesulitan

    1 Penggantian Jumper Atas 2 4

    2 Penggantian Jumper Bawah Lurus 2 4

    3 Penyambungan Jumper Menggunakan Make Switch 2 4

    4 Penggantian Jumper Menggunakan Paralel Group 2 2

    5 Penggantian Jumper Atas Menggunakan Connector Type H 2 4

    6 Sambungan Baru Bawah Lurus 2 3

    7 Sambungan Baru Percabangan Tumpu Lurus 2 3

    8 Sambungan Baru Percabangan Isolator Penegang Lurus 2 3

    9 Pemasangan Arrester 1 3

    10 Pemasangan Fuse Cut Out Pada Percabangan 2 3

    11 Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa Pada Satu Tiang 1 3

    12 Pemasangan Jumper Transformator 3 Phasa Pada Dua Tiang /

    Portal 1 3

  • 13 Pemasangan Jumper Transformator 1 Phasa 1 2

    14 Pemasangan Sambungan Baru SKTM ke SUTM 2 3

    15 Pemeliharaan Pole Top Switch Posisi Normal Close 4 4

    16 Pemeliharaan Pole Top Switch Posisi Normal Open 4 4

    17 Pemasangan Pole Top Switch Baru Dibawah Konstruksi Double

    Dead End 4 4

    18 Penggantian Isolator Tumpu Metode Coulie Phasa Pinggir 1 3

    19 Penggantian Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa Pinggir 1 3

    20 Penggantian Isolator Tumpu Metode Mast Phasa Tengah 1 3

    21 Penggantian Double Isolator Tumpu Phasa Tengah 2 4

    22 Penggantian Double Isolator Tumpu Phasa Pinggir Sudut Dalam

    Metode Lutut 2 4

    23 Penggantian Double Isolator Tumpu Phasa Pinggir Sudut Luar

    Metode Lutut 2 4

    24 Merubah Konstruksi Dari Isolator Tumpu Menjadi Double Dead

    End (Penegang) 5 4

    25 Penggantian Isolator Penegang 1 3

    26 Memasang Tiang Sisipan 4 4

    27 Penggantian Isolator Gantung Vertikal 1 3

    28 Penggantian Isolator Gantung Lurus 1 3

    29 Menggeser Jaringan (Tiang Baru & Konstruksi Sudah Terpasang) 4 4

    30 Penggantian Cross Arm 2 4

    31 Pemeliharaan Kawat Terurai Phasa S Ditengah Gawang Dengan

    Mobil Pendukung 2 3

    32 Pemasangan Fault Indikator Overhead Line (FIOHL) 1 2

    33 Pemeliharaan Fault Indikator Overhead Line (FIOHL) 1 2

    34 Pemasangan Penangkap Petir 1 3

    35 Perbaikan Kawat Terurai Ditengah Gawang Dengan Tiang

    Pendukung 1 2

    36 Perbaikan Kawat Terurai Dengan Bantuan Tangga Isolasi 2 3

    37 Pembongkaran Recloser (AVS) Dan Disconecting Switch (DS)

    SUTM 3 4

    38 Perbaikan Lilitan Kawat Mekar 2 3

    39 Perbaikan SUTM Terurai Posisi Dekat Isolator 1 2

  • 40 Pemasangan Jumper Out Door 2 3

    41 Penyamaan Phasa Untuk Keperluan Operasi Dan Pemeliharaan 1 2

    42 Pembongkaran Track Schoor Tiang Sudah Tidak Berfungsi 1 2

    43 Penyambungan Baru Medium Voltage Twisted Insulating Cable

    (MVTIC) 2 3

    44 Penggantian Kawat Pengikat Jamper Kupu-Kupu Untuk

    Pemasangan Arrester SUTM 1 3

    45 Pelapisan Isolator Dengan Spray Holder Remote 1 2

    46 PengecatanTravers Dengan Spray Holder Remote 1 2

    47 Mengupas Konduktor Yang Berisolasi Tunggal Untuk Persiapan

    Pekerjaan Penjumperan 1 2

    48 Pemasangan Temporary Open Disconection Cut Out

    Percabangan 2 3

    49 Penggantian Paralel Groove Menjadi Joint Sleeve Khusus Phasa R

    & T 2 3

    50 Pelumasan Mekanik LBS/PTS 1 2

    51 Pembongkaran Recloser Dan Disconecting Switch (DS) 3 4

    52 Mengganti Single Arm Band 3 4

    53 Pekerjaan Perbaikan Cross Arm Miring 2 3

    54 Menaikkan Cross Arm Dan Jaringan Pada Konstruksi Tiang Lurus 3 4

    55 Menaikkan Cross Arm Dan Jaringan Pada Konstruksi Tiang Sudut 4 4

    56 Mengganti Arm Tie 1 4

    57 Pemeliharaan Jumperan Transformator Distribusi 1 Phasa 2 3

    58 Pekerjaaan Pengecatan Tiang Besi Pada TM-1 (6 tiang) 8 2

    59 Pembebasan Tegangan SUTM Dengan Bypass Cable Jumper 4 4

    60 Pekerjaan Pemasangan Tree Guard Pada SUTM 2 2

    61 Pekerjaan Penggantian Arm Tie Pada TM-1 Dengan Mounting

    Bracket Siku 1 2

    62 Pemeliharaan / penggantian Trafo dengan Unit Gardu Bergerak 3 4

    Tabel 10 Jenis Pekerjaan PDKB besertawaktu dan tingkat kesulitan

    Dengan memaksimalkan kinerja regu PDKB maka kemungkinan pekerjaan-pekerjaan

    prioritas/urgent di daerah-daerah yang tidak dapat dipadamkan serta meminimalkan jumlah

    pelanggan padam dapat dilaksanakan dengan baik.

    Persyaratan dalam pelaksanaan pekerjaan dengan metode PDKB antara lain :

    1. Pelaksana pekerjaan harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan

  • 2. Petugas PDKB memiliki surat ijin kerja

    3. Petugas dalam keadaan sehat, sadar, tidak mengantuk atau tidak dalam keadaan

    mabuk

    4. Saat bekerja harus berdiri pada tempat yang berisolasi (sesuai standar)

    5. Menggunakan alat kerja yang berisolasi dan handal

    6. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai standar PDKB

    7. Dilarang melanjutkan pekerjaan dalam kondisi cuaca yang tidak memungkinkan

    (hujan lebat/petir)

    8. Dilarang bekerja dalam ruangan dengan bahaya kebakaran/ledakan, lembab dan

    sangat panas

    Gambar 12 Petugas PDKB melaksanakan pekerjaan pemeliharaan penggantian Pin Isolator

    Terjadinya gangguan disisi gardu beton beberapa kali terjadi bukan karena

    breakdown peralatan melainkan akibat eksternal yakni binatang dan air hujan akibat

    kebocoran atap. Oleh karena itu kondisi fisik bangunan gardu beton juga memerlukan

    perbaikan sesuai standar. Hal yang perlu diperhatikan disisi fisik gardu beton antara lain :

    - Perhatikan kondisi permukaan gardu beton, batas ketinggian air yang mungkin

    masuk kedalam gardu bila kondisi hujan

    - Ventilasi udara tidak perlu terlalu banyak, cukup 1 buah bila perlu menggunakan

    exhaust fan atau AC

    - Mainhole / parit kabel harus dibeton/semen supaya tidak terdapat rembesan air atau

    udara berlebihan dari luar masuk ke dalam gardu

    - Kondisi atap gardu beton harus memiliki kemiringan 5o sehingga air dapat mengalir

    dengan lancar

    - Lapisi bagian atap gardu beton dengan material yang tidak mudah tembus air (dapat

    menggunakan cat anti air)

  • - Menutup/memperbaiki lubang/ram-raman yang sudah rusak sehingga

    meminimalkan binatang untuk masuk kedalam gardu.

    3.3.10. ALAT KERJA PEMELIHARAAN

    No Alat Kerja Fungsi

    1 Roll alat untuk mengurangi gesekan luar konduktor yang akan

    ditarik

    2 Pulling grip alat untuk mengikat ujung konduktor dengan swivel

    3 Swivel alat untuk menetralkan putaran konduktor dalam proses

    penarikan

    4 Pilot rope tali pancingan untuk main rope

    5 Main rope tali utama untuk perantara tarikan konduktor

    6 Stringing Vise alat untuk mengencangkan tarikan konduktor

    7 Compresion dies press peralatan konektor, terminal lug, joint dengan sistim

    hidrolik

    8 Megger alat untuk mengetahui besaran tahanan isolasi dari

    pengahantar

    9 Came along alat bantu untuk pengikat konduktor pada stringing vise (

    biasanya digunakan untuk konduktor AAACS 150 mm, AAAC

    240 mm atau sejenisnya )

    10 Transformer Hoist alat menaikkan trafo pada konstruksi satu tiang / type cantol (

    dibawah daya 160 kVA )

    11 Kaki Tiga alat menaikkan/menurunkan trafo ( sejenisnya ) dari atas

    mobil dengan bak terbuka

    Tabel 11 Alat Kerja Pemeliharaan

    3.4. MEKANISME EVALUASI

    Pola pemeliharaan yang saat ini telah berlangsung di Distribusi Jawa Timur adalah

    dengan 2 sarana yakni menggunakan kontrak Pelayanan Teknik dimana terdapat jumlah SDM

    yang cukup banyak serta dengan menggunakan kontrak kerja dengan rekanan diluar YANTEK

    dan diakomodir dalam Anggaran Operasional. Dibutuhkan suatu proses pengendalian disisi PLN

    sebagai pengawas terlaksananya suatu pemeliharaan yang tepat sesuai dengan SOP yang ada.

    Selain itu pengendalian pemeliharaan juga bertujuan agar pekerjaan pemeliharaan tepat

    sasaran dan efisien sehingga berdampak terhadap frekuensi terjadinya gangguan menurun.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

    1. Jumlah SDM terhadap target operasi pemeliharaan

    2. Kompetensi SDM pelaksana dan pengawas kegiatan pemeliharaan

    3. Kelengkapan alat kerja

  • 4. Jumlah material terhadap target operasi pemeliharaan dan kualitas material

    5. SOP pelaksanaan pemeliharaan mulai dari kegiatan manuver dan pembebasan

    tegangan

    6. Checklist target pemeliharaan dan realisasi / administrasi teknik (dapat berupa single

    line diagram)

    7. Penerapan penalti apabila ditemukan ketidaksesuaian/wanprestasi yang dilakukan

    oleh vendor

    Struktur organisasi pengendalian pemeliharaan dapat disusun berdasarkan :

    - Inspeksi, laporan, dan entry pada SPT2 : SPV Teknik dan Manajer Rayon

    - Perencanaan pemeliharaan

    o Tanpa pemadaman : SPV Teknik

    o Butuh pemadaman : SPV Har Area dan Asman Jaringan

    - Tindak lanjut pemeliharaan : SPV Teknik dan pengawas yang ditunjuk

    3.5. KOMITMEN ZERO ACCIDENT

    Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia ialah

    Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini dibuat

    dengan menimbang bahwa :

    a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas

    keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan

    meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

    b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula

    keselamatannya

    c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman

    dan efisien.

    d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk

    membina norma-norma perlindungan kerja

    e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang

    yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang

    sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

    Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi karena ada

    bahaya, baik itu berupa :

    tingkah laku yang tak aman (unsafe act).

  • kondisi yang tak aman (unsafe condition).

    manajemen/ prosedur yang tak benar / tak ada (miss manajemen).

    BEKERJA PADA BEBAS TEGANGAN.

    a. Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :

    b. Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.

    c. Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.

    d. Bila ada sirkuit ganda :

    o pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.

    o masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya .

    o tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.

    e. Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh pada sirkuit tersebut.

    f. Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas telah dipenuhi.

    BEKERJA PADA KEADAAN BERTEGANGAN.

    a. Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai kompetensinya.

    b. Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).

    c. Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.

    d. Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.

    e. Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama yang

    diwajibkan.

    f. Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai sesuai petunjuk

    yang diberikan.

    g. Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.

    h. Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan telanjang.

    i. Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan bahaya kebakaran,

    ruang lembab, ruang sangat panas.

    BEKERJA DI DEKAT INSTALASI BERTEGANGAN

    a. Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan

    b. Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau imbas yang

    membahayakan, selain harus dibumikan.

    c. Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam, tangga yang diperkuat

    dengan logam.

    d. Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan isolasi.

    3.5.1. STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP)

    SOP Pemeliharaan distribusi berarti ketentuan tentang prosedur / langkah langkah

    kerja untuk memelihara distribusi pada Gardu Induk, Gardu Hubung dan Gardu Distribusi serta

    komponen pada Jaringan Tegangan Menengah.

    Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

  • Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian distribusi untuk

    membuat ketentuan berkoordinasi.

    Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo, Kemampuan Hantar Arus

    (KHA) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.

    Struktur jaringan

    Terdapat contoh SOP pada lampiran untuk dapat dipelajari serta diimplementasikan.

    3.5.2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

    No Alat Keselamatan Kerja Kegunaan / Pemakaiannya

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    Topi keselamatan

    Kap las tangan .

    Kap las kepala .

    Kap las kepala dengan topi.

    Pelindung muka.

    Pelindung mata.

    Kacamata las .

    Kacamata warna bening.

    Kacamata karet.

    Pelindung mata kedok (yang

    dibuka).

    Melindungi batok kepala terhadap tertumbuk/

    kejatuhan benda dari atas .

    Melindungi muka dan mata waktu mengelas listrik.

    Melindungi muka dan mata waktu mengelas listrik.

    Melindungi muka, mata dan batok kepala waktu

    mengelas listrik .

    Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan

    kimia.

    Mengasah, menotok, bekerja dengan ramuan

    kimia.

    Mengelas dengan las karbit/asitilin.

    Mengecat, membelah, menotok beton, dsb.

    Bekerja dengan debu.

    Mengasah, menetak (terutama) bagi yang

    berkacamata.

    11

    12

    13

    Pelapis dada dari kulit.

    Pelapis dada karet hitam.

    Pelapis dada karet putih.

    a. Mengelas karbid dan listrik.

    b. Menempa, menuang, kerja hangat lainnya.

    Bekerja dengan ramuan kimia.

    a. Bekerja di instalasi TEL.

    b. Membersihkan tangki-tangki bensin yang

    mengandung TEL.

    14

    15

    16

    Sarung tangan asbes.

    Sarung tangan kain.

    Sarung tangan utk kerja.

    Kerja panas, tuang, membengkokkan pipa, tukang

    api, buka tutup kran uap.

    Kerja ringan : mematri, mengecat, menyemprot,

    dsb.

    a. Kerja konstruksi yang ringan.

    b. Kerja pengangkutan yang ringan.

    c. Membuka keran uap.

  • 17

    18

    19

    20

    Sarung tangan.

    Sarung tangan utk tukang listrik

    Sarung tangan karet (plastic).

    Pelindung lengan.

    Mengelas listrik dan gas karbid.

    Bekerja pada hubungan listrik.

    a. Bekerja dengan ramuan kimia.

    b. Bekerja dengan gemuk-gemuk kotor.

    Mengelas listrik, karbid.

    21

    22

    23

    24

    Sepatu karet panjang hitam.

    Sepatu keselamatan.

    Sepatu karet panjang hitam

    sampai paha.

    Pelindung kaki dari kulit.

    a. Bahan kimia (asam garam, asam belerang,

    dsb)

    b. Komponen minyak kasar (bensin, minyak,

    gas)

    c. Kerja tanah dan kerja kotor lainnya

    Pelindung jari kaki dari tertumbuk benda berat/

    jatuh.

    Pekerjaan tanah.

    Mengelas listrik, karbid, menempa dan untuk

    pekerjaan tuang-menuang.

    25

    26

    Tali pinggang keselamatan.

    Jaring keselamatan.

    Untuk bekerja diketinggian 2,5 meter.

    Dipakai dimana tidak memungkinkan pakai tali

    pinggang keselamatan.

    27

    28

    Sumbat telinga (ear plug)

    Tutup telinga (ear muff)

    Untuk mengurangi suara masuk telinga

    Untuk mengurangi suara yang bernada tinggi atau

    keras

    29

    30

    31

    Schakel stock

    Tester

    Klem hubungan tanah

    Untuk memasukkan pemisah, dilengkapi untuk

    chek tegangan menengah (TM).

    Untuk mengetahui adanya tegangan rendah

    Untuk menbumikan jaringan, trafo generator

    Tabel 12 Alat Pelindung Diri dan Pengaman

    Tanda peringatan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan ditempatkan pada tempat yang :

    o Mudah dan kelihatan.

    o Menuju ke tempat yang ada bahaya.

  • ENTRY TEMUAN

    INSPEKSI

    (OPERATOR)

    ENTRY PK PEMELIHARAAN (SPV. TEKNIK)

    PENYELESAIAN

    GANGGUANCUKUP

    STATUS

    PEMROSESAN

    PERENCANAAN

    INSPEKSI (SPV.

    TEKNIK)

    APPROVAL PK

    INSPEKSI (M.

    RAYON)

    PEMBUATAN PK

    INSPEKSI (SPV.

    TEKNIK)

    YA

    TIDAK

    PELAKSANAAN

    INSPEKSI

    (SURVEYOR)

    APPROVAL PK

    OLEH M. RAYON

    EVALUASI SPV.

    OPDIS

    TIDAK PERLU

    PADAM, TIDAK

    PERLU DROPPING

    MATERIAL

    PERLU PADAM,

    TIDAK PERLU

    DROPPING

    MATERIAL

    TIDAK PERLU

    PADAM, PERLU

    DROPPING

    MATERIAL

    PERLU PADAM,

    PERLU DROPPING

    MATERIAL

    EVALUASI SPV.

    HAR

    EVALUASI SPV.

    HAR DAN SPV.

    OPDIS

    USULAN JADWAL

    PEMADAMAN (SPV.

    TEKNIK)

    USULAN DROPPING

    MATERIAL (SPV.

    TEKNIK)

    USULAN JADWAL

    PEMADAMAN DAN

    DROPPING MATERIAL

    (SPV. TEKNIK)

    TIDAK/

    BELUM

    TIDAK/

    BELUM

    TIDAK/

    BELUM

    ENTRY REALISASI

    PEMELIHARAAN

    (SPV. TEKNIK)

    YA

    TIDAK/

    BELUM

    LAPORAN

    GANGGUAN

    (OPERATOR)

    PENANGANAN

    GANGGUAN

    (YANTEK)

    PERLU

    PEMAKAIAN

    MATERIAL?

    DROPPING MATERIAL

    MOBIL YANTEK

    (OPERATOR)

    TIDAK,

    KURANGI

    MATERIAL RAYON

    (OPERATOR)

    STOCK MATERIAL

    MOBIL YANTEK?

    YA

    TIDAK

    KEBUTUHAN

    MATERIAL

    RAYON

    YA

    TIDAK

    STOCK MATERIAL

    AREA

    YA

    YA

    DROPPING

    MATERIAL

    (SPV HAR)

    YA, KURANGI MATERIAL RAYON

    (SPV. TEKNIK)

    MATERIAL

    KOREKTIF

    (KARENA

    GANGGUAN)

    MATERIAL

    PREFENTIF

    (KARENA

    PEMELIHARAAN)

    STOCK MATERIAL

    RAYON

    SORT DATA

    TEMUAN INSPEKSI

    (ALL PERAN)

    SELESAI

    Gambar 13. Flowchart Pemeliharaan

  • 2. MANAJEMEN PEMELIHARAAN.pdfHAR.pdf