pembuatan sistem informasi perencanaan minimarket (studi kasus : kabupaten jember)

22
1 OLEH: M. IRYADI FIRDAUS 3512100015 ARIF KURNIAWAN 3512100061 SATRIA PRAKASA 3512100065 ALDINO ZAKARIA 3512100086 PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Upload: muhammad-irsyadi-firdaus

Post on 16-Apr-2017

482 views

Category:

Engineering


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

1

OLEH:

M. IRYADI FIRDAUS 3512100015

ARIF KURNIAWAN 3512100061

SATRIA PRAKASA 3512100065

ALDINO ZAKARIA 3512100086

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET

(STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

Page 2: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

2

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

1.3 Tujuan dan Sasaran .......................................................................................................... 4

1.4 Batasan Masalah .............................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5

2.1 Pengertian Ritel ............................................................................................................... 5

2.2 Klasifikasi Usaha Ritel .................................................................................................... 5

2.3 Pengertian Minimarket .................................................................................................... 6

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi Minimarket ............................... 7

2.5 Metode Penelitian AHP ................................................................................................... 9

2.6 Faktor –Faktor penentuan lokasi minimarket .................................................................. 10

BAB III METODOLOGI ...................................................................................................... 12

3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................................. 12

3.2 Data dan Peralatan ........................................................................................................... 12

3.3 Metodologi ...................................................................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN ANALISA ......................................................................................... 16

4.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) ............................................................................... 16

4.2 Hasil Pembobotan Menggunakan Expert Choice ............................................................ 16

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................ 21

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 21

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 22

Page 3: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan untuk Negara berkembang, termasuk Indonesia, masih

mempunyai peranan yang sangat besar sebagai alat untuk mendorong dan mengendalikan

proses pembangunan secara lebih tepat dan terarah. Untuk mambangun perencanaan yang

baik maka diperlukan sebuh informasi secara spasial daerah yang akan direncanakan.

Informasi merupakan salah satu unsur penting yang sangat diperlukan dalam memecahkan

berbagai permasalahan. Informasi yang benar dan akurat akan turut menentukan berhasil

tidaknya suatu tindakan atau keputusan, terutama dalam memecahkan suatu persoalan. Selain

itu informasi juga merupakan satu hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan pandangan

dan pemikiran terhadap suatu hal, yang pada akhirnya menentukan juga tindakan yang akan

diambil.

Dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber

daya , pariwisata atau fasilitas perdagangan/jasa khususnya minimarket, juga sangat

diperlukan informasi yang akurat mengenai persebaran dan informasi minimarket itu sendiri.

Baik secara fisik maupun dari segi ekomoninya. Pola-pola hubungan yang terjadi antara unsur

fisik dan ekonomi dalam pengelolaan minimarket merupakan informasi yang sangat penting

untuk dipertimbangkan dalam memecahkan berbagai permasalahan seperti misalnya konflik

yang terjadi atau dalam pembuatan perencanaan dan perbaikan lahan.

Dalam hal ini informasi perencanaan yang benar dan akurat akan turut menentukan

sejauh mana permasalahan bisa diidentifikasi, dikaji, atau bahkan diramalkan. Kemudian hal-

hal tersebut akan menjadi dasar dalam menentukan cara-cara atau pertimbangan-

pertimbangan yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan tadi. Di sini cara

mendapatkan dan mengambil informasi sangat menentukan informasi yang didapat.

Pengolahan informasi juga sangat berperan penting dalam mendukung terciptanya

pengambilan keputusan yang menyeluruh tadi. Karena pada proses inilah data dikumpukan,

diproses (diseleksi dan “dimanipulasi”) sesuai maksud dan tujuan pengambilan data, serta

pada akhirnya ditampilkan. Kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam mengolah data dan

informasi tersebut tentu saja sangat berpengaruh, bisa jadi informasi atau fakta penting pada

akhirnya bisa terlihat jadi tidak penting jika pengolahan data dan informasinya juga kurang

baik, begitu juga sebaliknya.

Dalam mewujudkan hal tersebut maka diperlukan sebuah sistem informasi

perencanaan tentang persebaran minimarket di kabupaten jember sebagai upaya untuk

Page 4: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

4

memberikan informasi kepada masyarakat tentang persebaran minmarket tersebut sehingga

dapat digunakan dalam pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang lebih efektif

dan efisien.

1.2. Rumusah Masalah

1. Bagaimana mengelolah data persebaran minimarket di kabupaten jember?

2. Bagaimana menampilkan sistem informasi perencanaan persebaran minimarket

di kabupaten jember?

3. Bagaimana analisa persebaran minimarket di kabupaten jember?

1.3. Tujuan Dan Sasaran

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan usulan lokasi yang potensial

untuk dibangun minimarket di kabupaten Jember.

Sasaran

Mingidentifikasi kondisi eksisting wilayah kabupaten Jember, terkait

dengan pengunaan lahannya serta posisi dari minimarket dan pasar

tradisonal yang sudah ada.

Menentukan lokasi potensial untuk menjadi lokasi usulan

pembangunan minimarket dengan mengunakan variable seperti jumlah

penduduk pendukung, jenis pengunaan lahan, fungsi jalan, jarak

dengan minimarket lain dan jarak dengan pasar tradisonal.

1.4. Batasan Masalah

1. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Jember.

2. Jangkauan pelayanan lokasi minimarket usulan tidak boleh beririsan dengan

minimarket dan pasar tradisonal yang sudah ada.

3. Penentuan lokasi minimarket yang baru terletak pada pinggir jalan umum

mulai dari jalan lokal sampai arteri.

4. Selain minimarket dan pasar tradisonal, variable dari kawasan perdagangan dan

jasa lainnya seperti pasar moderen (supermarket, hypermarket, Department

Store, dan perkulakan) serta toko-toko atau kios-kios kecil tidak masuk dalam

pertimbangan.

Page 5: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ritel

Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah

sesuatu. Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang

terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk

penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Ritel juga merupakan perangkat dari

aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

layanan penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan

maupun keluarga. Seringkali orang-orang beranggapan bahwa ritel hanya berarti menjual

produk-produk di toko. Tetapi, ritel juga melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar

(delivery service) ke rumah- rumah dan tidak semua ritel dilakukan di dalam toko.

(Utami2006, p4)

Menurut Berman dan Evans (2007, p4), ritel meliputi kegiatan usaha yang terlibat

dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk keperluan pribadi, keluarga, atau

rumah tangga. Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari

kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat, dan waktu yang

diinginkan pelanggan. Ritel juga menyediakan pasar bagi para produsen untuk menjual

produk-produk mereka. Dengan demikian ritel adalah kegiatan terakhir dalam jalur

distribusi yang menghubungkan produsen dengan konsumen. Jalur distribusi adalah

sekumpulan atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen

sebagai tujuan akhir.

2.2. Klasifikasi Usaha Ritel

Klasifikasi usaha ritel berdasarkan skala usahanya, dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

yaitu ritel besar (peritel berskala besar), dan ritel kecil (peritel berskala kecil).

A. Ritel Besar

Perdagangan ritel berskala besar menyediakan satu jenis barang ataupun berbagai barang

kepada sejumlah besar pelanggan dalam suatu toko besar. Dalam kegiatan usahanya, peritel

berskala besar menyediakan kenyamanan bagi pelanggan, baik berupa interior dan eksterior

toko, maupun keramahan pelayanan yang diberikan wiraniaganya. Produk yang biasa

ditawarkan oleh peritel berskala besar, antara lain pakaian, alat-alat elektronik, dan juga

produk-produk impor. Ciri-ciri peritel besar, antara lain:

Page 6: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

6

· Membeli produk langsung dari produsen dalam jumlah besar, sehingga menghindari

penggunaan perantara dalam pembelian produknya,

· Menyediakan layanan kepada sejumlah besar pelanggan, misalnya dengan

memberikan layanan antar barang kerumah pelanggan,

· Ukuran tokonya lebih besar daripada ritel berskala kecil,

· Membutuhkan modal yang besar untuk memulai dan menjalankan usahanya.

Contoh dari toko ritel berskala besar adalah specialty store, department store, super

market, discount house, hypermarket, general store, dan chain store.

B. Ritel Kecil

Peritel berskala kecil disebut dengan ritel tradisional. Ragam produk yang ditawarkan

biasanya tidak sebanding yang ditawarkan peritel besar. Misalnya untuk produk sabun mandi,

jenis merek yang ditawarkan peritel kecil mungkin tidak terlalu banyak nilai dibandingkan

peritel besar. Usaha ritel kecil dapat dibagi menjadi dua, yaitu usaha ritel kecil berpangkal dan

tidak berpangkal.

1) Usaha Ritel Berpangkal

Usaha ritel berpangkal ini ada yang memiliki lokasi tetap, seperti warung, kios, atau

minimarket dan ada yang memiliki lokasi tidak tetap, seperti pedagang kaki

lima. Lokasi warung, kios, atau minimarket biasanya menjadi satu dengan tempat

tinggal pemiliknya, dengan luas yang tidak terlalu besar, sehingga pelanggan tidak

bisa memilih secara langsung barang yang akan dibeli. Sedangkan pedagang kaki lima

memiliki kegiatan usaha yang tidak terorganisir dengan baik, tidak memiliki surat ijin

usaha, biasanya bergerombol di trotoar jalanan.

2) Usaha Ritel Tidak Berpangkal

Jenis usaha ritel ini tidak memiliki suatu lokasi kusus dalam melakukan kegiatan

usahanya ( berpindah-pindah). Jenis usaha ritel ini menggunakan alat dalam kegiatan

usahanya, seperti roda dorong, sepeda, atau alat pikul. Produk yang ditawarkan

biasanya berupa buah-buahan dan sayur-mayur.

2.3. Pengertian Minimarket

Dalam dunia perdagangan saat ini, toko barang kebutuhan sehari-hari dengan ruangan

yang tidak terlalu luas (minimarket) bukan lagi merupakan istilah asing bagi masyarakat

umum, terutama yang tinggal dikota-kota besar.

Page 7: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

7

Gambar 2.1 Ruangan didalam Minimarket

Minimarket merupakan perantara pemasar antara produsen dan konsumen akhir

dimana aktivitasnya adalah melaksanakan penjualan eceran. Menurut Hendri ma’ruf

(2005:84) pengertian minimarket adalah toko yang mengisi kebutuhan masyarakat akan

warung yang berformat modern yang dekat dengan permukiman penduduk sehingga dapat

mengungguli toko atau warung.

Sebagai minimarket yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari suasana dan

keseluruhan minimarket sangat memerlukan suatu penanganan yang profesional dan khusus

agar dapat menciptakan daya tarik pada minimarket. Tata letak minimarket dapat

mempengaruhi sirkulasi kembali untuk berbelanja. Kadang-kadang suasana yang nyaman

bersih dan segar lebih diutamakan dari pada hanya sekedar harga rendah yang belum tentu

dapat menjamin kelangsungan hidup dari minimarket tersebut.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi Minimarket

Lebih dari 90% penjualan ritel terjadi di toko. Dengan demikian, pemilihan lokasi

toko adalah salah satu keputusan strategis yang paling signifikan di ritel. Menurut Cox

dan Brittain (2004, p56), lokasi toko harus dipilih agar dapat mencerminkan

kebutuhan kelompok pelanggan yang telah didefinisikan sebelumnya.

(Berman dan Evans2007, p262) Keputusan lokasi sangatlah kompleks, biaya bisa

sangat tinggi, hanya sedikit fleksibilitas sesaat lokasi telah dipilih, dan atribut-atribut lokasi

mempunyai dampak yang besar terhadap strategi. Sehingga, lokasi ritel yang tepat

merupakan faktor penentu bagi keberhasilan peritel. Pemilihan lokasi memerlukan

Page 8: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

8

pengambilan keputusan yang panjang karena dalam pemilihan lokasi terdapat banyak

kriteria yang harus dipertimbangkan, seperti:

Ukuran dan ciri-ciri populasi

Persaingan

Akses Transportasi

Ketersediaan Parkir

Lingkungan di Sekitar Toko

Biaya Properti

Lama Perjanjian

Menurut Utami (2006, p104), hal yang membuat suatu lokasi memiliki daya tarik

secara spesifik adalah aksesibilitas. Aksesibilitas suatu lokasi adalah suatu kemudahan

bagi konsumen untuk masuk dan keluar dari lokasi tersebut. Analisis ini memiliki dua tahap,

yaitu:

1. Analisis Makro

Untuk mengukur aksesibilitas lokasi pada tingkat makro ritel secara bersamaan

mengevaluasi beberapa faktor seperti pola-pola jalan, kondisi jalan, dan

hambatannya.

2. Analisis Mikro

Analisis ini berkonsentrasi pada masalah-masalah pada sekitar lokasi, seperti

visibilitas, arus lalu lintas, parkir, keramaian, dan jalan masuk atau jalan

keluar.

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) yang dikutip oleh Pujiastuti,

terdapat empat atribut utama dari dimensi lokasi yaitu waktu tempuh perjalanan menuju

tempat berbelanja, kelancaran arus lalu lintas, banyaknya sarana transportasi yang menunjang,

dan lingkungan sekitar yang aman.

Dalam makalah ini, dalam penentuan lokasi menggunakan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Aksesibilitas yang terdiri dari kepadatan lalu lintas, lahan parkir, dan jarak

terhadap permukiman.

2. Sosio-Ekonomi yang terdiri dari jumlah penduduk dan kesejahteraan penduduk.

3. Persaingan dilihat dari jarak terhadap pesaing terdekat, dan jarak terhadap pasar

tradisional.

Page 9: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

9

2.5. Metode Penelitian AHP

2.5.1. Pengertian Metode Penelitian AHP

Analytical Hierarchy Process atau biasa disebut AHP dikembangkan oleh Prof.

Thomas L. Saaty, seorang Guru Besar Matematika dari University of Pittsburgh pada

tahun 1970. Metoda ini merupakan alat bantu sistem pendukung keputusan yang dinilai

luas untuk penyelesaian problem keputusan multikriteria. Metode ini mensintesis

perbandingan ‘judgement’ pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level

hirarki keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Caranya dengan

menetapkan bobot prioritas relatif setiap elemen keputusan, dimana bobot ini

merepresentasikan intensitas preferensi atas suatu keputusan (Saaty, 1993).

2.5.2. Prinsip Pokok Analytical Hierarchy Process (AHP)

Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Pengambilan keputusan

dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu :

1. Penyusunan Hirarki

Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan

masalah yang kompleks ke dalam sub sistem, elemen, sub elemen dan

seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun

berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian (expert) dan

pengetahuan di bidang yang bersangkutan.

2. Penentuan Prioritas

Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau

kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. Prioritas

ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang

kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik secara langsung (diskusi,

wawancara) maupun tidak langsung (kuesioner).

3. Konsistensi Logis

Konsistensi jawaban responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan

prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan

keputusan. Menurut Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang

mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10%. Jika lebih

besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan ada yang random dengan

demikian perlu diperbaiki.

Page 10: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

10

2.6. Sistem Informasi Geografis

A. Definisi Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang

memiliki informasi spasial (informasi keruangan). Dimana sistem ini adalah sistem

memasukkan, menyimpan, perencanaan, dan pengelolaan data bereferensi geografis, misalnya

data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Teknologi Sistem

Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber

daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa

membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat

terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang

membutuhkan perlindungan dari polusi. SIG didefiniskan lagi oleh beberapa ahli, sebagai

berikut:

a. SIG merupakan sistem penanganan data kerungan.

b. SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,

mengelola, menganalisis, dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi

keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan.

c. SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani

data bereferensi geografi yaitu pemasukkan data, manajemen data (penyimpanan dan

pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir

(output). Hasil akhir dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah

yang berhubungan dengan geografi.

d. SIG adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia

(brainware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di

permukaan bumi.

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik

tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa, dan akhirnya memetakan hasilnya. Data

yang diolah pada SIG adalah data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan

merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya.

Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, tren, pola

dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya.

B. Komponen Sistem Informasi Geografis

Page 11: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

11

Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat beroperasi

dengan komponen- komponen sebagai berikut:

a. Brainware atau orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan,

mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi

bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator

bahkan stakeholder.

b. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi.

Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer,

jointable, dsb.

c. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut.

- Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang merupakan

representasi fenomena permukaan bumi/keruangan yang memiliki referensi (koordinat)

lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi

data-data tersebut.

- Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari

fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data

statistik lainnya.

d. Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki kemampuan

pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial (contoh :

ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll)

e. Hardware adalah perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem berupa

perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat pendukung lainnya.

Selain kelima komponen di atas, ada satu komponen yang sebenarnya tidak kalah

penting yaitu Metode. Sebuah SIG yang baik adalah apabila didukung dengan metode

perencanaan desain sistem yang baik dan sesuai dengan ‘’business rules’’ organisasi yang

menggunakan SIG.

Gambar 2.2 Komponen SIG

Page 12: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

12

BAB III

METODOLOGI

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil studi di daerah kabupaten Jember yang secara

geografis terletak pada koordinat 6°27'29” - 7°14’35” Lintang Selatan dan 112°53' -

113°23' Bujur Timur. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Jember adalah

3.293,34 km2.

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Jember

3.2. Data dan Peralatan

1. Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Data pasar tradisional kabupaten jember

- Peta RBI kabupaten jember

2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

- ArcMAP

- Microsoft Office 2013

- Sistem Operasi Windows 10 Pro/ 64 bit

Page 13: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

13

- Notebook Asus X200MA, RAM 4 Gb, Hard Disk 500 Gb

3.3. Metodologi

1. Tahap Penelitian

Tahapan yang dilaksanakan adalah:

Gambar 3.2 Diagram Tahapan Pelaksanaan

Page 14: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

14

2. Pengolahan Data

Adapun diagram alir tahapan pengolahan data penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Data SpasialData Non

Spasial

Data Pasar

Tradisional

Tidak

Ya

Peta RBI

Kabupaten

Jember

Pemilihan Data

Analisa

Spasial

Analisa

Sesuai

Perencanaan Lokasi Ritel

Selesai

Overlay

Gambar 3.3 Diagram Pengolahan Data

Penjelasan:

Adapun tahap penelitian digambarkan secara umum dengan penjelasan sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

- Identifikasi Awal

Bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang diangkat sebagai tema

penelitian, objek penelitian dan daerah penelitian serta merumuskan cara

memecahkan permasalahan tersebut. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

adalah perencanaan lokasi supermarket/ ritel di daerah kebupaten jember

- Studi Literatur

Page 15: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

15

Studi Literatur dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan referensi dan

hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan orang lain yang

berkaitan sebagai dasar teori mengenai masalah yang akan diteliti seperti teori

penentuan lokasi supermarket, aspek – aspek pengaruh persebaran perdagangan

dan literatur lainnya yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, internet

dan lain sebagainya.

- Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa peta RBI kabupaten lumajang dan data pasar

tradisional kabupaten jember

2. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dari data yang telah diperoleh yaitu

melakukan proses pemilihan data dan overlay serta buffer.

3. Tahap Analisa

Data yang telah diolah kemudian dievaluasi sehingga di dapatkan suatu hasil yang

berupa perencanaan lokasi supermarket di daerah kabupaten jember

4. Tahap Akhir

Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari proses penelitian ini sebagai

laporan Tugas Besar.

Page 16: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

16

Faktor Penentuan Pemilihan Lokasi

Minimarket

Aksesibilitas

Jarak terhadap permukiman

Kepadatan lalu lintas

Lahan parkir

Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk

Kesejahteraan penduduk

Kepadatan penduduk

Pesaing

Jarak terhadap pasar tradisional

Permintaan ekspor

BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode/teknik pengambilan keputusan secara sistematis atas persoalan yang

kompleks. Tujuan dari AHP sendiri adalah untuk mendapatkan prioritas keputusan/faktor

utama yang mempengaruhi suatu keadaan yang ada. Dimana AHP juga merupakan sebuah

model yang dibuat menyerupai proses pengambilan keputusan manusia (human decision

process) (Saaty, 1980).

Gambar 4.1 Diagram Pohon Hierarki

4.2. Hasil Pembobotan Menggunakan Expert Choice

Hasil Penilaian Kriteria

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian para stakeholder berdasarkan penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa kriteria aksesibilitas menjadi kriteria yang paling

Page 17: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

17

diperhitungkan dalam “Fakor-faktor Penentuan Pemilihan Lokasi Minimarket Di Kabupaten

Jember”. Dari hasil output didapatkan bahwa bobot pengaruh kriteria aksesibilitas sebesar

0,683, social ekonomi 0,243, pesaing 0,075. Sedangkan nilai inconsistency adalah 0,04 < 0,1

yang artinya hasil pembobotan tersebut telah valid.

Hasil Penelitian Alternatif dari Kriteria Aksesibilitas

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian para ahli menunjukkan bahwa alternative

kepadatan lalu lintas menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor

Penentuan Pemilihan Lokasi Minimarket Kabupaten Jember” yang ada di kriteria

aksesibilitas. Dari hasil output didapatkan bahwa bobot pengaruh kriteria jarak terhadap

permukiman sebesar 0,263, kepadatan lalu lintas 0,673, lahan parkir 0,064. Sedangkan nilai

inconsistency adalah 0,07 < 0,1 yang artunya hasil pembobitan tersebut telah valid.

Hasil Penelitian Alternatif dari Kriteria Sosial Ekonomi

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian para ahli menunjukkan bahwa alternative

jumlah penduduk menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor

Penentuan Pemilihan Lokasi Minimarket Di Kabupaten Jember” yang ada di kriteria social

ekonomi. Dari hasil output didapatkan bahwa bobot pengaruh kriteria jumlah penduduk

0,668, kesejahteraan penduduk 0,266, kepadatan penduduk 0,066. Sedangkan nilai

inconsistency adalah 0,06 < 0,1 yang artinya hasil pembobitan tersebut telah valid.

Page 18: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

18

Hasil Penelitian Alternatif dari Kriteria Pesaing

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian para ahli menunjukkan bahwa alternative

Jarak terhadap pasar tradisional menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-

faktor Penentuan Pemilihan Lokasi Minimarket Di Kabupaten Jember” yang ada di kriteria

pesaing. Dari hasil output didapatkan bahwa bobot pengaruh kriteria Jjarak terhadap pasar

tradisional 0,840, permintaan ekspor 0,160. Sedangkan nilai inconsistency adalah 0 < 0,1

yang artunya hasil pembobitan tersebut telah valid.

Dari hasil analisa AHP diatas telah ditemukan beberapa alternative kriteria yang

sangat dipertimbangkan dalam mandapatkan “Fakor-faktor Penentuan Pemilihan Lokasi

Minimarket Di Kabupaten Jember” yaitu :

A. Kriteria

1. Aksesibilitas

a. Kepadatan lalu lintas

2. Sosial Ekonomi

a. Jumlah penduduk

3. Pesaing

a. Jarak terhadap pasar tradisional

Dari hasil analisa AHP diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria variabel yang paling

berpengaruh dalam penelitian ini secara berurutan adalah asksesibilitas (0,683), social

Page 19: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

19

ekonomi (0,243) dan pesaing (0,075), dengan alternative di tiap kriteria yakni kepadatan lalu

lintas (0,673), jumlah penduduk (0,668) dan jarak terhadap pesaing terdekat (0,840).

Pengeplotan dilakukan berdasarkan dekatnya jarak jaringan jalan, luas pemukiman,

dan jarak antara pesaing. Untuk tabel luas permukaan dapat dilihat pada gambar berikut.

Tabel 4.1. Luas Pemukiman

Dari hasil pembagian luas pemukiman tersebut dilakukan pengeplotan dengan

parameter dekat dengan jaringan jalan, jauh dari pesaing dengan ketentuan jarak 0,5 km, dan

dekat dengan pemukiman. Berikut adalah peta hasil plotting minimarket.

Page 20: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

20

Gambar 4.2 Hasil Plotting Titik Perencanaan Minimarket

Page 21: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

21

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan :

Dalam penentuan lokasi persebaran minimarket di Kabupaten Jember dipengaruhi

oleh aksesbilitas lokasi, kondisi social-ekonomi lingkungan dan jarak terhadap

pesaing. Dimana yang paling berpengaruh adalah aksesbilitas lokasi yang mencapai

nilai 0.683 pada pengolahan metode AHP.

Page 22: PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MINIMARKET (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

22

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Minimarket. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/333/jbptunikompp-gdl-

puryantini-16617-3-babii.pdf. Diakses pada 25 Maret 2016.

Anonim. 2012. Faktor dalam Bisnis Ritel. http://ootkhotijah.blogspot.com/2012/04/ritel.html.

Diakses pada 25 maret 2016.

Robinson, Tarigan. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi.Industrial

Location; an Economic Geographical Analysis. David M. Smith, 1971.

Anonim. 2012. eprints.undip.ac.id/8134/1/7_Wini_Trisakti.doc. Diakses pada 25 Maret 2016.