pembuatan bibit serta analisis ikatan molekul … filedalam tahapan pembuatan media pda (potato...
TRANSCRIPT
PEMBUATAN BIBIT SERTA ANALISIS IKATAN
MOLEKUL MISELIUM JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN
FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)
NOFITRI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembuatan Bibit serta
Analisis Ikatan Molekul Miselium Jamur Tiram Putih dengan Fourier Transform
Infra Red (FTIR)adalah benar karya saya denganarahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Nofitri
NIM G74100068
ABSTRAK
NOFITRI.Pembuatan Bibit serta Analisis Ikatan Molekul Miselium Jamur Tiram
Putih dengan Fourier Transform InfraRed (FTIR)Dibimbing oleh IRZAMAN dan
HERIYANTO SYAFUTRA.
Pleurotus Ostreatus adalah salah satu jenis jamur tiram yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat.Jamur tiram putih ini mengandung gizi yang tinggi
namunmemiliki tingkat kesterilisasian yang tinggi dalam pembuatan
bibitnya.Pembuatan bibit melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan biakan murni
(F0), bibit sebar (F1) dan bibit tanam (F2). Pada penelitian ini dilakukan variasi
dalam tahapan pembuatan media PDA (Potato Dextros Agar) untuk biakan murni
yaitu variasi lama perebusan bahan selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit serta
variasi tingkat sterilisasi media menggunakan pengukusan dengan variasi
tingkatan 1, 2 dan 3, dimana masing-masing tingkat dikukus selama 1 jam dengan
suhu 120 oC dengan tekanan 1.5 psi. Keberhasilan paling tinggi adalah pada
variasi 10 menit dengan sterilisasi tingkat 3 yang ditandai dengan tumbuhnya
miselium berbentuk benang-benang putih memenuhi tabung. Hasil dari analisis
menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) didapatkan konstantagaya.
Bibit tanam (F2) memiliki konstanta gaya yang lebih besar dibandingkan F0 dan
F1. Semakin besar konstanta gaya, maka ikatan molekulnya semakin kuat
sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk merusak ikatan tersebut.
Ikatan molekul yang kuat mengakibatkan miselium F2 lebih kuat dan cocok untuk
budidaya.
Kata kunci:Ikatan molekul, miselium, FTIR, konstanta gaya
ABSTRACT
NOFITRI. Production Seed and Analysis Molecule Bond the Mycelim Oyster
Mushroom with Fourier Transform InfraRed (FTIR) .Guided by IRZAMAN and
HERIYANTO SYAFUTRA.
Pleurotus Ostreatus is a kind of oyster mushrooms which consumed by the
public . This oyster mushrooms contain high nutritional but has a high level in the
sterilization when manufacture of seed. Making seeds through several stages ,
they are the manufacture of pure cultures , spread seeds , and planting seeds . In
this study, variations in the manufacturing stages of PDA ( Potato DextrossAgar)
for the variation of the old pure cultures of material boiling for 5 minutes , 10
minutes , and 15 minutes and level of sterilization media use variety of steaming
tiers 1 , 2 and 3 , which each level of steamed for 1 hour with a temperature of 120
°C and the pressure of 1.5 psi . The highest success is when the variation 10
minutes and the streaming tiers 3 which the growth of mycelium in tube. Fourier
Transform Infra Red (FTIR) analysis shows that the force constant of planting
seeds (F2) are higher than F0 and F1. If force constant is higher so the molecule
bond is stonger. It make mycelium of F2 is stronger too and it is better to be used
for cultivation
Keywords:Molecule bond, Mycelim , FTIR, force constant
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika
PEMBUATAN BIBIT SERTA ANALISIS IKATAN
MOLEKUL MISELIUM JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN
FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR)
NOFITRI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi :Pembuatan Bibit serta Analisis Ikatan Molekul Miselium Jamur
Tiram Putih dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Nama : Nofitri
NIM : G74100068
Disetujui oleh
Dr.Ir.Irzaman, MSi
Pembimbing I
Heriyanto Syafutra, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Akhiruddin Maddu, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan
judul “Pembuatan Bibit serta Analisis Ikatan Molekul Miselium Jamur Tiram Putih
dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR)” sebagai salah satu syaratkelulusan program
sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Pertanian Bogor. Dalam penulisan usulan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Edi Ardi dan ibu Mariati yang telah memberi nasehat, motivasi, kasih sayang,
semangat dan doa yang tidak pernah habis kepada penulis
2. Kakak (Andri Satria), adik (Roni Saputra dan Ari Putra) yang telah memberi
semangat, kasih sayang, canda tawa dan cerita kepada penulis
3. Semua keluarga besar untuk dukungan dan motivasi yang tidak pernah putus
4. Bapak Dr Ir Irzaman, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberi bimbingan,
kritik dan saran dalam penulisan skripsi
5. Bapak Heriyanto Syafutra, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberi banyak
masukan, nasehat dan motivasi dalam penulisan skripsi
6. Bapak Dr Ir Irmansyah, M.Si selaku penguji atas sarannya
7. Kharis Mawan Suhaeli yang selalu mendampingi penulis dan memberikan
ketenangan, semangat dan motivasi
8. Ibu Maya yang telah memberikan ilmunya tentang jamur tiram
9. Pak Asril serta masyarakat Desa Situ Ilir dan Situ Udik yang senantiasa membantu
penelitian ini
10. Bapak Ki Agus Dahlan selaku pembimbing akademik yang memberi motivasi
11. Seluruh Dosen pengajar, Bapak Firman, Bapak Jun, Mas Ian dan semua staf
Departemen Fisika IPB
12. Tutor dalam pelatihan jamur tiram Kak Ela dan Kak Khafit yang dengan senang hati
selalu membantu penulis
13. Sahabat Lutfi, Bima, Rudi yang senantiasa memberikan semangat dan mendampingi
penulis
14. Teman - teman fisika 47 Ryan, Tanty, Habib, Tia, Cucu, Arini, Helda, kamil, dll
yang selalu bersama dalam suka dan duka
15. Kakak kelas 45 dan 46 kak Ainul, kak Chusnul, kak Ryan, kak Anu, kak Nurul, kak
Vina, dll yang selalu memberi semangat dan membantu penulis
16. Adik - adik angkatan 48 dan 49 yang selalu memberikan kecerian kepada penulis
17. Teman-teman Primagama Quantum First Yasmin yang selau menyemangati penulis
18. Semua pihak yang telah membantu tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih
atas dukungannya
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan
penelitian ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua. Amin.
Bogor, Maret 2014
Nofitri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jamur Tiram Putih 2
Spektrum Elektromagnetik 2
Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR) 3
METODE 6
Bahan 6
Alat 6
Prosedur Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Media PDA 10
Biakan Murni (F0) 11
Bibit Sebar (F1) 11
Bibit Tanam (F2) 12
Analisis frekuensi, konstanta anharmonik, konstanta pegas ikatan molekul pada
spektrum FTIR 13
SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18
DAFTAR TABEL
1 Tingkat keberhasilan media PDA 10 2 Tingkat keberhasilan isolasi ( kultur jaringan ) untuk biakan murni
( F0 ) 11 3 Tingkat keberhasilan bibit F1( bibit sebar ) 12 4 Tingkat keberhasilan bibit F2 ( bibit tanam ) 12 5 Ikatan molekul masing-masing bibit 15 6 Kontanta unharmonis dan kontanta gaya ikatan masing-masing molekul 15
DAFTAR GAMBAR
1 Spektrum elektromagnetik 3 2 Stetching atau regangan 4 3 Bending atau tetukan 4 4 Model anharmonis sederhana 5 5 Diagram alir penelitian 7 6 Hasil karakterisasi FTIR 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Keadaan ketika molekul dinggap harmonis sederhana pada keadaan dua
molekul terikat atau diatomik 18
2 Gambar hasil penelitian 20
3 Analisis nilai bilangan gelombang pada osilasi harmonik sederhana 21
4 Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik, dan
konstanta pegas pada anharmonik sederhana 24
5 Riwayat hidup 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam produksi jamur dunia, produksi jamur tiram menempati urutan ke
dua setelah jamur kancing. Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus) adalah salah
satu jenis jamur kayu yang banyak di konsumsi oleh masyarakat dengan gizi yang
baik, di dalamnya terkandung 9 asam amino esensial dengan kadar protein 19-
35%. Jadi jamur ini dapat dijadikan sumber protein nabati di samping kacang-
kacangan. Jenis vitamin di dalam jamur adalah vitamin B1, B2, niasin, biotin dan
vitamin C. Selain itu di dalamnya terdapat mineral K, P, Ca, Na, Mg dan Cu.
Jamur tiram putih sudah banyak dikenal oleh konsumen sehingga telah memiliki
pasar yang baik. Dibandingkan dengan jamur yang dapat di makan (edible
mushroom) lainnya, jamur tiram putih memiliki harga yang ebih terjangkau oleh
konsumen1.
Potensi yang bagus tersebut mendorong para petani unti membudidayakan
jamur tiram putih tersebut. Dalam hal budidaya jamur tiram putih, banyak petani
yang kesulitan dalam menghasilkan bibit jamur yang bagus yang bebas dari
kontaminasi. Pembuatan bibit jamur tiram melalui kultur jaringan.
Padapelaksanaan kultur jaringan sangat rentan terjadi kontaminasi sehingga
diperlukan ruang yang steril yang bebas dari mikroba serta ketekunan sangat
dibutuhkan dalam menghasilkan bibit jamur tiram putih yang bagus.Tingkat
kesukaran dalam pembuatan bibit jamur menyebabkan petani lebih cenderung
membeli bibit di pasar. Namun, bagi petani kecil, sangat sulit bagi mereka untuk
membeli bibit karena harga bibit yang mahal2.
Bibit jamur tiram yang baik dan produktivitasnya tinggi dihasilkan dari
kultur jaringan yang murni, tidak terkontaminasi oleh bakteri atau mikroba
pesaingnya. Media yang digunakan adalah Potato Dekstros Agar (PDA) dengan
berbagai variasi perebusan kentang dalam pembuatan media ini. Diharapkan dapat
menghasilkan media tanam bebas dari bakteri dan mikroba agar dapat dengan
mudah menghasilkan bibit jamur. Variasi perebusan kentang dalam pembuatan
PDA adalah 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dengan tingkatan sterilisasi media 1,
2, dan 3 dalam suhu 120 oC. Sterilisasi dilakukan di dalam kukusan. Dengan
sterilisasi ini diharapkan, kita dapat meminimalisir kandungan bakteri dan
mikroba di dalam media tersebut serta menghindari kontaminasi pada saat kultur
jaringan guna mengahasilkn bibit jamur tiram putih yang bisa kita budidayakan
lebih lanjut. Karakterisasi dengan metode FTIR untuk melihat ikatan molekul
pada miselium di setiap turunan mulai biakan murni, bibit sebar dan bibit tanam.
Perumusan Masalah
1.Bagaimana pembuatan bibit jamur tiram putih yang baik?
2.Bagaimana ikatan molekul pada biakan murni, bibit sebar dan bibit
tanam?
2
Tujuan Penelitian
1.Mempelajari pembuatan bibit jamur tiram putih
2.Menganalisis ikatan molekul pada miseliumjamur tiram putih
menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah para petani untuk
menghasilkan bibit jamur tiram putih dengan lama waktu perebusan pembuatan
media dan tingkat sterilisasi media yang tepat serta memberikan informasi yang
berguna tentang nilai vibrasi, konstanta anharmonik dan konstanta pegas pada
molekul yang terkandung dalam miselium jamur tiram putih.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji proses bibit jamur tiram pada pembiakan murni (F0),
bibit sebar (F1), dan bibit tanam (F2) serta analisis ikatan molekul miselium
dengan metode FTIR.
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Tiram Putih
Jamur tiram (Pleurotus Florida) adalah jamur kayu yang tumbuh berderet
menyamping pada batang kayu lapuk.Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh
mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram).Tubuh buah jamur
memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe).Jamur tiram memiliki spora berwarna.
Pemberian nama dari beberapa jenis jamur tiram ini berdasarkan dari warna
tudung tubuh buah atau sporanya yang berbeda, untuk jenis jamur tiram yang satu
dengan jenis lainnya3.
Jamur tiram putih memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi
dengan kadar lemak yang rendah. Jamur tiram putih juga mengandung vitamin
penting terutama vitamin B, C dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin
dan provitamin B2 (ergosterol) dalam jamur tiram putih sangat tinggi. Mineral
utama tertinggi adalah Zn, Mn, Mo, Co, dan Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me
mencapai 56%-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.4.
Spektrum Elektromagnetik
Spektrum elektromagnetik merupakan kumpulan spektrum dari berbagai
panjang gelombang.Terdapat beberapa macam gelombang elektromagnetik
dengan rentang panjang gelombang tertentu.Setiap senyawa pada keadaan tertentu
memiliki tiga macam gerak, yaitu gerak tanslasi, vibrasi dan rotasi.gerak tanslasi
terjadi pada sinar x. gerak rotasi pada microve, dan vibrasi pada infra
merah.Gambar 1 menunjukkan spektrum gelombang elektromagnetik.
3
Gambar 1 Spektrum gelombang elektromagnetik5
Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR)
FTIR merupakan salah satu teknik spektroskopi inframerah yang dapat
mengidentifikasi kandungan gugus kompleks tetapi tidak dapat digunakan untuk
menentukan unsur - unsur penyusunnya. Pada spektroskopi inframerah, spektrum
inframerah terletak pada daerah dengan panjang gelombang mulai dari 0,75
sampai 1000 μm atau bilangan gelombang dari 1300 sampai 1 cm-1
. Dilihat dari
segi aplikasi dan instrumentasi, spektrum inframerah dibagi ke dalam tiga jenis
radiasi yaitu inframerah dekat (bilangan gelombang 12800–4000 cm-1
),
inframerah pertengahan (bilangan gelombang 4000–200 cm-1
), dan inframerah
jauh (bilangan gelombang 200–10 cm-1
). FTIR termasuk ke dalam kategori radiasi
inframerah pertengahan (bilangan gelombang 4000–200 cm-1
) 5.
Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah memilik tiga macam gerak,
yaitu gerak tanslasi, vibrasi dan rotasi.Jikamolekulbergetar, maka energi vibrasi
secara terus menerus dan secara periodik berubah dari energi kinetik ke energi
potensial atau sebaliknya.Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul
tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger print.Vibrasi molekul dapat
digolongkan atas dua golongan besar, yaitu vibrasi regangan (stretching) dan
vibrasi bengkokan (bending).
Dalam vibrasi regangan (Gambar 2), atom bergerak terus sepanjang ikatan
yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya,
walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada dua macam, yaitu
Regangan Simetri (unit struktur bergerak bersamaan dan searah dalam satu bidang
datar) dan Regangan Asimetri (unit struktur bergerak bersamaan dan tidak searah
tetapi masih dalam satu bidang datar) 6.
4
Gambar 2 Vibrasi regangan (Stretching vibration)
6
Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi deformasi yang
mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan (Gambar 3). Vibrasi
bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking -
unit struktur bergerak mengayun asimetri tetapi masih dalam bidang datar),
Vibrasi Guntingan (Scissoring - unit struktur bergerak mengayun simetri dan
masih dalam bidang datar), Vibrasi Kibasan (Wagging - unit struktur bergerak
mengibas keluar dari bidang datar), dan Vibrasi Pelintiran (Twisting - unit struktur
berputar mengelilingi ikatan yang menghubungkan dengan molekul induk dan
berada di dalam bidang datar)6.
Gambar 3Vibrasi bengkokan (Bending vibration)6
5
Jumlah energi total adalah sebanding dengan frekuensi dan tetapan gaya
dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari dua atom yang terikat. Energi yang
dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan
vibrasi 7. Sesuai persamaan hukum Hooke dalam persamaan (1):
= (1)
keterangan :
: frekuensi
k : kontanta pegas
µ : massa tereduksi
Lampiran 1 menunjukkan analisis lengkap persamaan (1)dari dua atom yang
terikat.
Energi osilator tidak harmonis sederhana memiliki konstanta anharmonis
dengan model sesuai gambar 4.
Gambar 4 Model anharmonik sederhana10
6
Analisis frekuenasi, konstanta anharmonik dan konstanta pegas ikatan
molekul dalam spektrum FTIR untuk model anharmonik sederhana dirumuskan
sesuai persamaan (2), (3), (4), (5), (6):
cm-1
dengan
(2)
(3)
- ) cm-1
(4)
- ) cm-1
(5)
- ) cm-1
(6)
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dan
laboratorium skala kecil di Babakan Lebak bulan Juli 2013 sampai dengan Januari
2014.
Bahan
Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jamur tiram
putih, kentang, agar, dekstros, clorang penicolt, biji jagung, dedak, tepung jagung,
tepung gipsum, kapur pertanian (kaptan), dan serbuk gergaji.
Alat
Sedangkan peralatan yang digunakan adalah kotak sterilisasi, labu
erlenmeyer, tabung reaksi, pinset, pembakaran bunsen, dandang, kompor gas,
tabung reaksi, botol kaca, spatula inokulasi, spatula, masker, kapas, saringan, uji
kadar air menggunakan Vulcan tm 3-130 NDI dan karakterisasi menggunakan
Fourier Transform Infrda Red ( FTIR ) tipe ABB MB 3000.
7
Pembuatan bibit tanam
Mulai
Analisa data
Pengolahan data
Penyediaanbahan
Pembuatan PDA
Isolasi
Pembuatan bibit sebar
Selesai
Penulisan laporan
Karakterisasi
FTIR
Prosedur Analisis Data
Tahapan penelitian ini meliputi tahapan pembuatan bibit jamur tiram putih,
dan karakterisasi ikatan molekul miselium dengan metode FTIR. Gambar 5
menunjukkan diagram alir penelitian.
Gambar 5 Diagram Alir Penelitian
8
Pembuatan bibit jamur tiram putih
Pembuatan Potato DextroseAgar(PDA) (F0)
a. Menyiapkan bahan yang akan digunakan untuk membuat PDA, yaitu kentang
sebanyak 200 gram, dextrose 20 gram, agar bening 20 gram, cloromphenicol 1
kapsuldan aquades 1 liter.
b. Kentang dikupas, dicuci bersih dan dipotong dadu tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil.
c. Kentang direbus menggunakan 1 liter aquades dengan 3 variasi lama waktu
perebusan yaitu selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Kentang dimasukkan
langsung setelah aquades dituangkan. Sebelum aquadesnya mendidih.
d. Setelah kentang direbus sesuai variasi waktu yang digunakan, air rebusan
kentang tadi disaring kemudian ditambahkan aquades sedikit hingga kembali
menjadi 1 liter.
e. Masukkan agar, dekstroks, dan clorang fenicoltyang telah ditimbang
sebelumnya. Campurkan dengan air rebusan kentang tadi sambil diaduk
hingga mendidih.
f. Setelah mendidih, tuang ke dalam tabung erlemenyer yang kemudian ditutup
menggunakan alumunium foil.
g. Erlenmeyer yang telah ditutup tadi sterilisasi di dalam kukusan selama 1 jam
dengan 3 variasi tingkatan sterilisasi, yaitu tingkat 1, tingkat 2 dan tingkan 3.
h. Setelah disterilisasi, tuang PDA ke dalam tabung reaksi. Namun sebelumnya,
keadaan sekeliling harus steril, mulai dari tabung, alat yang digunakan, kotak
sterilisasi, dll. Dalam menuangkan agar PDA ke dalam tabung reaksi harus
dilakukan didekat api yang berasal dari bunsen yang menyala. Bunsen harus
dinyalakan 15 menit sebelum digunakan.
i. PDA yang telah dituang kedalam tabung langsung ditutup dengan alumunium
foil dan didiamkan selama 1 hari di dalam kotak sterilisasi.
j. Isolasi (kultur jaringan jamur tiram).
k. Menyiapkan tubuh buah jamur yang sehat dan layak yang akan digunakan.
l. Menyiapkan dan mensterilisasi alat-alat yang akan digunakan. Sterilisasi
dengan cara penyemprotan alkohol di bagian tangan dan di sekitar kotak
steririlisasi.
m. Lampu bunsen dinyalakan selama 15 menit sebelum digunakan dan bakal
induk jamur disiapkan secara aseptik.
n. Tubuh buah jamur diambil menggunakan pinset dan ditanam di dalam tabung
reaksi yang berisi media (PDA) yang telah didiamkan selama dua hari.
o. Semua perlakuan dilakukan di dekat api yang berasal dari bunsen yang
menyala.
p. Tubuh buah yang ditanam di dalam PDA.
q. Isolasi dianggap berhasil apabila disekitar eksplan tumbuh miselia jamur
berwarna putih dan akan merata setelah satu minggu.
r. Biakan murni siap digunakan untuk pembuatan bibit induk.
9
Pembuatan bibit sebar (F1)
a. Cuci bersih botol yang akan digunakan menggunakan pemutih.
b. Menyediakan jagung 1 kg dan dextrose 200 gram
c. Jagung yang akan digunakan dicuci bersih dengan air, pisahkan biji jagung
yang terapung dan direndam semalam.
d. Setelah disaring, siram jagung dengan air mendidih, diamkan 30 menit.
Kemudian keringkan jagungnya.
e. Setelah kering, jagung dicampur dengan dekstrose.
f. Jagung yang telah dicampur dextrose dimasukkan ke dalam botol sekitar 2/3
botol. Kemudian sumbat botol dengan kapas dan tutup dengan alumunium
foil.
g. Bibit yang telah dimasukkan kedalam botol disterilisasi dalam pengukus
selama satu jam dengan tekanan 1,5 psi (120 oC).
h. Setelah 1 jam, bibit didinginkan kemudian didiamkan selama 24 jam.
i. Inokulasi dengan subkultur jamur dengan cara aseptik.
j. Media yang telah ditubuhi jamur (PDA) diambil menggunakan spatula yang
telah disterilisasi, kemudian dipindahkan ke dalam botol yang telah berisi
bibit jagung.
k. Inokulasi dianggap berhasil apabila bibit jamur tumbuh dalam waktu 2-3
minggu.
Pembuatan bibit tanam (F2)
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan, cuci bersih botol yang akan
digunakan.
b. Serbuk gergaji dicampur dengan kapur pertanian, tepung jagung, dedak dan
air.
c. Media yang telah dicampur dimasukkan ke dalam botol dan ditutup dengan
alumunium foil.
d. Kemudian disterilisasi selama 1 jam pada tekanan 1,5 psi dan suhu 120 oC
didalam pengukus.
e. Bibit di diamkan selama 24 jam, di inokulasi dengan bibit induk sebar yang
telah disiapkan sebelumnya.
f. Inkubasi selama 10-14 hari pada suhu ruang dan siap digunakan untuk bibit
tanam.
Karakterisasi Ikatan Molekul Miselium Menggunakan FTIR
Miselium jamur yang dikarekterisasi berasal dari miselium hasil biakan
murni (F0), bibit sebar (F1) dan bibit tanam (F2). Hasil terbaik dari kultur murni
menggunakan media PDA adalah pada lama perebusan 10 menit dengan tingkat
sterilisasi tingkat 3. Jadi yang dikarakterisasi miselium dengan variasi 10 menit
tingkat 3 untuk biakan murni, bibit sebar dan bibit tanam, serta dianalisis
perbedaan ikatan molekul dari ketiga miselium tersebut.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Media PDA
Keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih sangat ditentukan oleh
bibit yang digunakan.Dalam menghasilkan biakan murni yang bagus dibutuhkan
media tanamnya yang bagus, bernutrisi dan terhindar dari kontaminasi. Media
untuk tumbuh biakan murni adalah Potato Dextrose Agar (PDA)8. Pada penelitian
ini dilakukan variasi dalam perebusan kentang untuk membuat PDA sebagai
media tumbuh untuk biakan murni.
Variasi waktu dalam perebusan kentang adalah 5 menit, 10 menit dan 15
menit.Kentang dimasukkan bersamaan ketika air belum mendidih.Dilakukan juga
variasi tingkat sterilisasi media PDA.Sterilisasi tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat
3.Sterilisasi tingkat 1, PDA dikukus dalam pengukusan selama 1 jam dan PDA
siap digunakan.Sedangkan tingkat 2, stelah PDA dikukus tadi selama 1 jam, PDA
didiamkan 24 jam terlebih dahulu di dalam kotak sterilisasi kemudian dikukus
lagi selama 1 jam baru bisa digunakan.Sterilisasi tingkat 3, PDA yang dikukus
untuk kedua kali tadi, didiamkan lagi 24 jam, kemudian dikukus lagi.Jadi
dilakukan pengukusan 3 kali untuk masing-masing PDA.
Dengan adanya variasi lama perebusan dan tingkat sterilisasi dalam
pembuatan bibit jamur tiram, akan dibandingkan PDA yang tidak kontaminasi dan
bisa menghasilkan miselium yang lebih banyak dan lebih bagus. Hasilnya bisa
dilihat pada Tabel 1 yang menjelaskan bahwa PDA yang dihasilkan berhasil
semua dikarenakan suhu pada saat perebusan dan sterilisasi optimum.Sehingga,
PDA terhindar dari bakteri. Secara fisik ditandai dengan tidak adanya lapisan
berwarna coklat susu yang melapisi PDA dan tidak adanya cairan.
Tabel 1 Keberhasilan media PDA
Lama waktu
perebusan
kentang
Ulangan
Tingkat Sterilisasi
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
5 Menit
1
2
3
10 Menit
1
2
3
15 Menit
1
2
3
Keterangan : PDA yang berhasil
11
Biakan murni (F0)
Kultur jaringan murni dari tubuh buah jamur tiram putih ditanam pada
media PDA yang telah berhasil. Pengkulturan jaringan murni sama untuk semua
PDA.
Tabel 2 Keberhasilan isolasi ( kultur jaringan ) untuk biakan murni (F0)
Lama waktu
perebusan
kentang
Ulangan
Tingkat Sterilisasi
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
5 Menit
1
2 - -
3 - -
10 Menit
1
2 -
3 -
15 Menit
1 - -
2 -
3 -
Keterangan : Isolasi yang berhasil
Tabel 2 menunjukkan bahwa kultur jaringan jamur tiram tidak semuanya
berhasil. Dilakukan tiga kali ulangan, dan lama perebusan 10 menit dengan
sterilisasi tingkat 3 yang 100% berhasil dan menghasilkan miselium putih bagus
memenuhi tabung reaksi. Hal ini dikarenakan pada saat sterilisasi suhu nya
optimum, sehingga bisa membunuh bakteri. Setelah isolasi pun, tabung disimpan
pada suhu yang optimum juga untuk pertumbuhan miselium yaitu sekitar 29 oC
8.
Lampiran 2 menunjukkan foto biakan murni yang berhasil dan gagal
Bibit Sebar (F1)
Perebusan kentang dilakukan agar didapatkan air sari kentangnya, dan dari
tiga variasi lama waktu perebusan, tingkat sterilisasi, 10 menit tingkat 3 yang
paling bagus. Perebusan kentangnya selama 10 menit dan dikukus selam 1 jam
dengan 3 kali tingkatan. Miselium yang telah tumbuh dikultur lagi ke media yang
kedua, yaitu media jagung dicampur dextrose yang disebut dengan bibit sebar
(F1). Miselium pada 1 tabung reaksi bisa menghasilkan bibit untuk 5 botol F1.
Sisanya 4 tabung reaksi dikarakterisasi menggunakan FTIR untuk mengetahui
gugus fungsi dan membandingkan kekuatan masing-masing bibit.
F1 dikatakan berhasil jika sekitar 3 minggu atau 4 minggu, botol penuh
ditumbuhi benang-benang halus atau miselium berwarna putih tanpa ada butiran-
butiran hitam atau hijau.Pada penelitian ini, untuk 5 kali ulangan hanya 4 yang
berhasil.Sedangkan 1 gagal ditumbuhi miselium berwarna hijau. Hal ini terjadi
karena pertumbuhan jamur tiram putih kalah cepat dengan jamur lain.
12
Salah satu penyebabnya karena botol dibiarkan lama terbuka diluar
sehingga bakteri lain bisa masuk dengan mudah. Tabel 3 menjelaskan
keberhasilan F1.
Tabel 3 Tingkat keberhasilan bibit F1 (bibit sebar )
Lama waktu perebusan kentang dan
tingkat sterilisasi
Ulangan
1 2 3 4 5
10 menit / tingkat 3
-
Keterangan : F1 (bibit sebar) yang berhasil
Sama halnya dengan keberhasilan biakan murni (F0), keberhasilan bibit
sebar (F1) dikarenakan suhunya optimum untuk pertumbuhan miselium, yaitu
sekitar 29 oC
8. Lampiran 2 menunjukkan foto bibit sebar yang berhasil dan gagal
Bibit Tanam (F2)
Setelah miselium pada media tanam F1 tumbuh sempurna, maka
dilanjutkan ke media F2 berupa campuran dedak, serbuk gergaji dan air.Tabel 4
menjelaskan tingkat keberhasilan bibit F2.
Tabel 4 Tingkat Keberhasilan bibit F2 ( bibit tanam )
Keterangan : F2 (bibit sebar) yang berhasil
Lama waktu perebusan
kentang dan tingkat
sterilisasi
Ulangan Hasil
10 menit tingkat 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
13
Satu botol bibit F1 bisa mengahasilkan 20 botol bibit F2. Bibit F2 ini yang
akan dipakai untuk budidaya jamur tiram putih. Keberhasilan bibit F2 ditandai
dengan tumbuhnya benang-benang halus putih sekitar 3 minggu. Pada penelitian
ini, bibit F2 yang dihasilkan 100 % berhasil, tidak ada yang kontaminasi, karena
media bibit tanam (F2) telah menyerupai media untuk budidaya. Lampiran 2
menunjukkan foto bibit tanam yang berhasil dan gagal
Analisis frekuenasi, konstanta anharmanik dan konstanta pegas ikatan
molekul dalam spektrum FTIR
Miselium dari biakan murni (F0), bibit sebar (F1) dan bibit tanam (F2)
terlebih dahulu harus dihilangkan kadar air menggunakan furnace. Miselium
seberat 3 gram ditahan dengan suhu 60 oC selama 24 jam dengan kecepatan
kenaikan suhunya 5 oC/menit. Setelah 24 jam, miselium yang telah kering tersebut
digerus dan dilanjutkan preparasi sampel untuk karakterisasi FTIR 9. Miselium
dari F0 , F1 dan F2 dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra
Red ). Gambar 6 menunjukkan spektrum dari FTIR.
(a)
(b)
14
(c)
(d)
Gambar 6 Hasil karakterisasi FTIR (a) Biakan murni (F0) (b) Bibit sebar (F1)
(c) Bibit Tanam (F2) (d) Gabungan F0, F1, F2
Berdasarkan hasil FTIR yang didapat, diketahui bahwa miselium dari F0,
F1, dan F2 mengandung gugus fungsi yang sama tidak terlihat perbedaan. Hanya
berbeda sedikit pada bilangan gelombangnya saja.Tampak dalam Tabel 5 diatas
menunjukkan bahwa gugus fungsi C-O, O-H, C=O, dan C-H yang terletak pada
selang bilangan gelombang yang sama untuk masing-masing bibit hasil
eksperimen dan literatur .
15
Berdasarkan data Tabel 5, dibatasi hanya pada ikatan C-O dan O-H saja,
karena diasumsikan untuk menganalisis frekuensi vibrasi, konstanta anharmonik
dan konstanta gaya ikatan pada FTIR dengan mengansumsikan proses stretching
asimetri ikatan molekul harus memiliki minimum dua puncak, maka ikatan C-=O
dan C-H tidak dianalisis karena hanya memiliki satu puncak saja. Hasil analisis
frekuensi vibrasi regangan, konstanta anhamonik dan konstanta gaya ikatan
molekul dari karakterisasi FTIR dengan mengansumsikan proses stretching
asimetric sesuai persamaan (2) sampai dengan (6) seperti tampak dalam Tabel 6.
Perhitungan lengkap analisis frekuensi vibrasi, konstanta anharmonik dan
konstanta gaya ikatan pada FTIR dengan mengansumsikan proses stretching
sesuai dalam Lampiran 3.
Tabel 6 Analisis vibrasi, konstanta anharmonik dan konstanta gaya ikatan pada
FTIR dengan mengansumsikan proses stretching asimetri
Molekul
Bilangan Gelombang cm-1
Kontanta
anharmonik
(Xe)
Kontanta
gaya
ikatan
Nm-1
Konstanta
gaya
ikatan
literatur
Nm-17
Perhitungan Eksperimen
Literatur
(Thomas,
1988)
C-O
F0 1294 1412
1080 - 1300
0.151468 676.411
500
902
F1 1412 1412
0.166549 804 941
F2 1448 1420
0.16989 846.992 956
O-H
F0 3354 3402
200 - 3600
0.164281 624.609
770
2252
F1 3479 3394
0.170739 647.887 2291
F2 3712 3371
0.181877 691.278 2361
Tabel 5 Nilai bilangan gelombang masing-masing bibit hasil eksperimen dan
literatur.
Nilai bilangan gelombang cm-1
FTIR Ikatan
F0 F1 F2 Literatur 7
3402 3394 3371 200-3600 O-H Stretching
2252 2291 2361
2924 2932 2924 2850-2960 C-H Stretching
1651 1651 1651 1650-1760 C=O Stretching
1412 1412 1420 1080-1300 C-O Stretching
902 941 956
16
Konstanta gaya yang didapat secara perhitungan menunjukkan bahwa F2
memiliki konstanta gaya yang lebih besar dibandingkan F0 dan F1. Hal ini
disebabklan karena F0 masih lunak dan merupakan biakan murni yang baru
dikultur, berbeda dengan F1 dan F2 yang merupakan bibit turunan sehingga lebih
kuat dan memiliki ikatan yang lebih besar.Sehingga, untuk budidaya jamur tiram
putih lebih bagus menggunakan bibit F2 karena dengan asumsi semakin kuat gaya
ikatannya, maka semakin bagus bibit yang digunakan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pembuatan bibit jamur tiram putih lebih bagus ketika lama perebusan
kentang untuk pembuatan media PDA selama 10 menit dan sterilisasi tingkat 3,
ditandai dengan tumbuhnya miselium ke seluruh tabung.Berdasarkan analisis
FTIR pada miselium diduga terjadi fenomena vibrasi regangan asimetris
(stretching anharmanic vibration) mencakup nilai bilangan gelombang vibrasi,
konstanta anharmonik dan konstanta gaya ikatan molekul. Konstanta gaya ikatan
molekul pada miselium yang didapat secara perhitungandari analisis hasil FTIR,
menunjukkan bahwa bibit tanam (F2) memiliki konstanta gaya yang lebih besar
dibandingkan F0 dan F1, sehingga bibit F2 lebih cocok ditanam untuk
dibudidayakan. Semakin besar konstanta gaya, maka ikatan molekulnya semakin
kuat sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk merusak ikatan
tersebut. Ikatan molekul yang kuat mengakibatkan miselium F2 menjadi lebih
kuat juga sehingga lebih cocok digunakan sebagai bibit untuk budidaya jamur
tiram putih.
Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa mengkarakterisasi serta
menganalisis miselium yang terkontaminasi juga, agar bisa dibandingkan
gugus fungsi pada miselium yang berhasil dan terkontaminasi.
2. Dilakukan analisis FTIR dengan asumsi molekul mengalami fenomena
vibrasibengkokan(bending vibration)
3. Menganalisis jarak antar atom dalam ikatan molekul serta energi
disosiasinya
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Djamil Husin , Irzaman, Jajang Juansah, T. Umrih, K.P. Hendratno, E.
Rahmadani, S. Effendy. Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada
Proses Sterilisasi Media Tumbuh Jamur Tiram Putih.Jurnal Imu Pertanian
Indonesi. Vol. 17 No.2 hal 1-7, 2012.
2. Suarni, S. Widowati. Struktur, Komposisi, Nutrisi Jagung .Bogor : Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2005.
3. Sumiati E, D Djuriah. Perbaikan teknologi produksi jamur tiram dengan
variasi waktu perendaman media tumbuh serbuk gergaji. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, 2005.
4. Edmond J.B, A.M Musser dan F.S Andrews. Fundamental of Horticulture
Second Edition. MC Grow Hill Book Company Inc. New York. pp.560, 1975.
5. Sastrohamidjojo H . Spektroskopi Yogyakarta : Liberty, 2001
6. Jatmiko Endro Suseno , K. Sofjan Firdausi . “Rancang Bangun Spektroskopi
FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi”.
11:23-28,2008.
7. Thomas N, Sorrell. Interpreting Spectra of Organic Molecules. University of
North Ccarolina at Chapel Hill : University Science Books Mill Valley
California, 1988.
8. Ella Rahmadhani. Kajian efisiensi energi pada proses sterilisasi media
tumbuh jamur tiram putih berbahan bakar kayu sengon [Skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor,2013
9. Desna, R. D. Puspita, H. Darmasetiawan, Irzaman, Siswadi. Kajian Proses
Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan
13 (2) halaman C85 – C89 . Berkala Fisika, Jurusan Fisika FMIPA Universi-
tas Diponeoro Semarang (2010)
10. Banwell, C.N. and E.M. McCash. 1994. Fundamental of Molecular
Spectroscopy.McGraw-Hill Book Company. London.
18
Lampiran 1 Keadaan ketika dua molekul terikat atau diatomik
Misalkan x2> x1
2 2
2 2 1 1
1 1
2 2T m v m v
2
2 1
1
2xv k x
L = T – V
= 22 2
2 2 1 1 2 1
1 1 1
2 2 2m v m v xk x
(m1v1) = -k(x2-x1) (-1)
m1a1 = k(x2-x1)
m1a1 = kx2-kx1
m1a1 + kx1 – kx2= 0
(m2v2) = -k(x2-x1) (1)
m2a2 = -kx2 + kx1
m2a2 + kx2– kx1= 0
x1 = Asin t
v1 = Awcos(wt)
a1 = -Aw2sin(wt)
a1 = -w2x1
a2 = -w2x2
m1a1 + kx1 – kx2= 0
m2a2 + kx2– kx1= 0
-m1w2x1 + kx1 – kx2 = 0
-m2w2x2 + kx2 – kx1 = 0
(-m1w2 + k)x1 - kx2 = 0
-kx1 + (-m2w2 + k)x2 = 0
X1 X2
19
Lanjutan Lampiran 1Keadaan ketika dua molekul terikat atau diatomik
2
1 1
222
0
0
m w k x
xm w
k
k k
(-m1w2 + k) (-m2w
2 + k) – k
2 = 0
m1m2w4 - km1w
2 – km2w
2+ k
2 - k
2 = 0
m1m2w4 – k(m1 + m2)w2 = 0
w2 (m1m2w
2 - k(m1 + m2)) = 0
w2 = 0 dan m1m2w
2 - k(m1 + m2) = 0
m1m2w2 = k(m1 + m2)
w2 =
w2 =
misalkanµ =
sehingga :w2= w =
2πf =
= (1)
keterangan :
: frekuensi
k : kontanta gaya ikatan
µ : massa tereduksi
20
Lampiran 2 Gambar hasil pembuatan bibit jamur tiram putih
(a) Bibit sebar (F1) berhasil
Bibit tanam (F2) berhasil
(a) Biakan murni F0 berhasil (b) Biakan murni (F0) kontaminasi
(b) Bibit sebar (F1) kontaminasi
21
Lampiran 3 Analisis nilai bilangan gelombang pada osilasi harmonik sederhana
Massa tereduksi
1. C=O
µ = =
=
= 11.381 x 10-24
gram
2. O-H
µ = =
=
= 1.574 x 10-24
gram
3. C-H
µ = =
=
= 1.541 x 10-24
gram
4. C-O
µ = =
=
= 11.381 x 10-24
gram
Nilai bilangan gelombang
1. C=O
f =
=
= s-1
= 0.5189 x 1014
s-1
22
Lanjutan Lampiran 3 Analisis nilai bilangan gelombang pada osilasi harmonik
sederhana
=
=
= 5.781 x 10-4
cm
=
=
= 1729 cm-1
2. O-H
f =
=
= s-1
= 1.113 x 1014
s-1
=
=
= 2.695 x 10-4
cm
=
=
= 3710 cm-1
3. C-H
f =
=
= s-1
= 0.916 x 1014
s-1
23
Lanjutan Lampiran 3 Analisis nilai bilangan gelombang pada osilasi harmonik
sederhana
=
=
= 3.277 x 10-4
cm
=
=
= 3052 cm-1
4. C-O
f =
=
= s-1
= 0.334 x 1014
s-1
=
=
= 8.993 x 10-4
cm
=
=
= 1112 cm-1
24
Lampiran 4 Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik, konstanta
pegas pada osilasi anharmonik sederhana
cm-1
dengan (2)
(3)
) cm-1
(4)
) cm-1
(5)
) cm-1
(6)
1. C-O
F0
= )
= )
902 = )
1412 = )
=
2(902)( )
= 0.151468
cm-1
k = 4π2 2
c2µ = 4π
2(1294cm
-1)2(3x10
10 cm/s )
2(11.381x10
-24 gram)
= 676411 dyne/cm = 676.411 Nm-1
25
Lanjutan Lampiran 4 Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik,
konstanta pegas pada osilasi anharmonik sederhana
F1
= )
= )
941 = )
1412 = )
=
2(941)( )
= 0.166549
= = cm-1
k = 4π2 2
c2µ = 4π
2(1412cm
-1)2(3x10
10 cm/s )
2(11.381x10
-24 gram)
= 804002 dyne/cm = 804 Nm-1
F2
= )
= )
956 = )
1420 = )
=
2(956)( )
= 0.16989
= = cm-1
k = 4π2 2
c2µ = 4π
2(1448cm
-1)2(3x10
10 cm/s )
2(11.381x10
-24 gram)
= 846992 dyne/cm = 846.992 Nm-1
26
Lanjutan Lampiran 4Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik,
konstanta pegas pada osilasi anharmonik sederhana
2. O-H
F0
= )
= )
2252 = )
3402 = )
=
2(2252)( )
= 0.164281
= = cm-1
k = 4π2 2
c2µ = 4π
2(3354cm
-1)2(3x10
10 cm/s )
2(1.574x10
-24 gram)
= 624609 dyne/cm = 624.609Nm-1
F1
= )
= )
2291 = )
3394 = )
=
2(2291)( )
= 0.170739
= = cm-1
k = 4π2 2
c2µ = 4π
2(3479cm
-1)2(3x10
10 cm/s )
2(1.574x10
-24 gram)
647887 dyne/cm = 647.887 Nm-1
27
Lanjutan Lampiran 4 Analisis nilai bilangan gelombang, konstanta anharmonik,
konstanta pegas pada osilasi anharmonik sederhana
F2
= )
= )
2361 = )
3371 = )
=
2(2361)( )
= 0.181872
= = cm-1
k = 4π2 2
c2µ = 4π
2(3712cm
-1)2(3x10
10 cm/s )
2(1.574x10
-24 gram)
= 691278 dyne/cm = 691.278 Nm-1
28
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bukittinggi pada tanggal 22 Maret
1993 dari pasangan Bapak Edi Ardi dan Ibu Mariati.
Penulis merupakan anak kedua dari 4 orag bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan TK selama 1 Tahun di TK
Telatan Pertiwi. Pada tahun 1999-2005 penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar di SDN 14
ATTS, dilanjutkan di SMPN 1 Bukittinggi selama 2
tahun pada program Akselerasi hingga lulus tahun 2007
dan lanjut di SMAN 4 Bukittinggi serta lulus pada tahun
2010. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA pada
tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di IPB lewat
jalur USMI (undanagan seleksi masuk IPB) sebagai
mahasiswa di Departemen Fisika. Selama menjalani pendidikan penulis aktif di
berbagai organisasi mahasiswa dan kepanitian, di antaranya sebagai BEM TPB
47, Sekretararis Umum HIMAFI tahun 2012, Bendahara Umum HIMAFI 2013,
panitia Physics Goes to School Bina Desa, panitia Kompetisi Fisika, panitia MPD
(Masa Perkenalan Departemen), Open House angkatan 48, panitia Physics Expo,
dan panitia Temu Alumni. Penulis juga aktif sebagai asisten seperti Asisten
Praktikum Fisika Dasar, Asisten Praktikum Termodinamika, dan Asisten
Praktikum Eksperimen Fisika serta aktif mengikuti seminar-seminar di tingkat
FMIPA, IPB dan NASIONAL Penulis juga aktif mengajar di beberapa bimbingan
belajar.