pembuatan alat sekat peredam kebisingan semi …... · kebisingan. mengingat bahwa cv.rakabu...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBUATAN ALAT SEKAT PEREDAM KEBISINGAN SEMI PERMANEN DALAM RANGKA UPAYA MENURUNKAN
KEBISINGAN (STUDI KASUS CV.RAKABU FURNITURE)
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
NOVIAN RIZKY PUTRA
I 1306056
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini, pertumbuhan industri-industri di Indonesia semakin pesat, baik
industri lokal maupun industri asing. Seiring bertambahnya jumlah industri
tersebut, banyak ditemukan kasus-kasus yang bermunculan yang berkaitan
dengan masalah ergonomi, khususnya masalah ergonomic lingkungan, seperti
contohnya kasus pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran suara atau
sering disebut kebisingan serta kasus-kasus lain yang berhubungan dengan
kondisi lingkungan. Salah satu contoh kasus yang semakin marak terjadi yaitu
kasus kebisingan pada dunia perindustrian di Indonesia.
CV.Rakabu Furniture merupakan salah satu industri yang telah berupaya
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang ergonomi. Akan tetapi, upaya ini
belum bisa berjalan secara optimal, dalam proses upaya yang telah dilakukan
masih terdapat beberapa masalah, salah satu diantaranya yaitu masalah
kebisingan. Mengingat bahwa CV.Rakabu Furniture merupakan industri yang
bergerak dalam bidang industri furniture, dimana didalamnya terdapat bermacam-
macam alat untuk kegiatan proses produksi, maka industri ini secara tidak
langsung telah memunculkan salah satu permasalahan yang menyangkut kondisi
lingkungan kerja yaitu masalah kebisingan.
Pada bagian proses produksi pada salah satu pabriknya terdiri dari tiga unit
utama yaitu, unit pemotongan, unit pengamplasan, dan unit perakitan.
Berdasarkan pengukuran langsung pada waktu jam istirahat, diketahui hasil
pengukuran pada satu mesin yang bekerja tercatat masih dibawah nilai ambang
batas (NAB) kisaran 65 db – 75 db, jadi dapat disimpulkan aman untuk satu mesin
saja yang bekerja. Akan tetapi, apabila ketiga proses utama tersebut berlangsung
dan mesin bekerja secara bersamaan,maka akan menimbulkan intensitas
kebisingan yang cukup tinggi yaitu di atas nilai ambang batas (NAB), yakni diatas
85 db, hal ini diluar ketetapan oleh Institut Keselamatan dan Kesehatan Dunia
(NIOSH) dan juga Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 yang
mematok NAB tidak boleh lebih dari 85 db.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-2
Berdasarkan wawancara langsung dengan beberapa pekerja CV.Rakabu
Furniture, penggunaan alat pelindung telinga yang disediakan perusahaan
dirasakan kurang / bahkan tidak nyaman. Oleh karena itu,dalam rangka
memberikan perhatian serius pada masalah lingkungan kerja yang ergonomi,
makaperlu dilakukan penanganan masalah kebisingan dengan berbagai cara salah
satu diantaranya yaitu membuat alat bantu untuk meredam kebisingan pada bagian
produksi CV.Rakabu Furniture. Mengingat space / jarak antar mesin yang cukup
luas yaitu berkisar 0.9 meter sampai lebih dari 3 meter, maka pembuatan alat
bantu masih dikatakan layak. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat
kebisingan serta memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi pekerja.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan pada penelitian ini yaitu ‘‘Bagaimana membuat suatu alat
bantu untuk meredam kebisingan pada bagian produksi, CV.Rakabu Furniture‘‘.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu alat
bantu untuk meredam kebisingan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengurangi kebisingan pada bagian produksi dan menimbulkan rasa
aman dan nyaman bagi pekerja.
2. Alat bantu untuk meredam kebisingan yang dihasilkan dapat dijadikan
referensi dalam penelitian selanjutnya.
1.5 Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan maka dibuat batasan-
batasan sebagai berikut:
1. Pengambilan data penelitian hanya dilakukan pada bagian proses produksi
di CV.Rakabu Furniture selama 1 hari.
2. Batas nilai ambang batas dan lama pemaparan yang digunakan
berdasarkan ketetapan oleh Institut Keselamatan dan Kesehatan Dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-3
(NIOSH) serta berdasar standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja
(Kepmenaker) No. 51 Tahun 1999.
3. Pada perancangan ini hanya sampai pada tahap pembuatan produk dalam
bentuk gambar 2D dan 3D serta spesifikasi miniatur sekat peredam
kebisingan sebanyak 3 buah.
4. Pengujian miniatur alat sekat peredam kebisingan dilakukan dengan
menggunakan sumber suara speaker dan diukur menggunakan sound level
meter.
1.6 Asumsi
Pada penelitian ini asumsi yang digunakan yaitu pada pengujian miniatur
alat peredam kebisingan dianggap mewakili kondisi kerja pada bagian produksi di
CV.Rakabu Furniture.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab I menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
asumsi-asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk
menjelaskan latar belakang penelitian ini dilakukan sehingga dapat memberi
masukan sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang
digunakan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait
langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, jurnal penelitian,
sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan,
selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan
penelitian dari awal sampai penelitian selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Bab ini menyajikan pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan data
berdasarkan teori dan data yang didapat dari pengujian.
Bab V Analisa dan Intepretasi Hasil
Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan
interpretasi hasil penelitian.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan
simpulan-simpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini
juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah
dilakukan dan masukan bagi penanggung jawab dari tempat penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan dan Pokok Bahasan
Data umum perusahaan berisi tentang sejarah, latar belakang dan lokasi
Perusahaan. Pokok bahasan pada bab ini membahas mengenai konsep dan teori
yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk
membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.
2.1.1 Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perusahaan
CV.Rakabu Furniture Surakarta berdiri pada tanggal 21 Februari
1988.Perusahaan ini didirikan oleh salah satu pengusaha sekaligus walikota yang
berasal dari Surakarta yang bernama Ir. Joko Widodo. Pada awal berdirinya,
perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang
penggergajian kayu.
Pada awal berdirinya, perusahaan mengelola usaha penggergajian kayu
dengan jumlah karyawan sebanyak 7 orang. Alat-alat yang digunakan antara lain :
2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3 unit bor bulat, 2 unit bor
kotak dan lain-lain. Di bawah pengawasan Ir. Joko Widodo selaku pemilik
sekaligus pemimpin Rakabu Furniture, perusahaan ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat.Hal ini didukung oleh usaha yang keras ditambah pengalaman
beliau yang telah cukup lama bergabung dengan CV.Roda Jati.
Untuk mengembangkan perusahaan, maka kegiatan perusahaan diarahkan
menjadi lebih luas.Hal ini diwujudkan dengan perubahan bidang usaha
penggergajian kayu sekarang menjadi perusahaan industri mebel.Perubahan ini
dilakukan atas dasar survey yang telah dilakukan oleh perusahaan terhadap pasar
industri mebel.Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, maka perusahaan secara
bertahap mulai memasuki pasar industri mebel. Untuk memenuhi kebutuhan
konsumen, maka perusahaan secara bertahap mulai memasuki pasar industri
mebel.
Pada awalnya, pembuatan mebel masih dalam bentuk-bentuk yang
sederhana.Untuk menunjang produksinya, perusahaan menambah peralatan mesin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
yang digunakan dalam pembuatan mebel didukung tenaga kerja professional dan
usaha pemasaran yang tepat.
Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan
hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas lagi
ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan mulai bisa menembus
pasar internasional. Untuk saat ini daerah pemasaran di luar negeri telah
menembus beberapa negara antara lain: Belanda, Italia, Perancis, Spanyol,
Amerika, Taiwan, Singapura, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Australia.
2.1.2 Lokasi Perusahaan
CV.Rakabu Furniture terletak di Pusat Pengembangan Industri Kecil (PIK)
Pabelan Jalan Raya Solo-Kartasura Km.8 Pabelan.Di lokasi inilah tahap finishing
dari produk setengah jadi yang telah diterima dari supplier diproses. Sedangkan
untuk kantor dan showroom terletak di Jl. Kutai Utara No. 01 Sumber RT.01
RW.07 Surakarta.
Selain di PIK Pabelan, CV.Rakabu Furniture memiliki sub-sub kantor
cabang diantaranya di Ngasem Timur dan Barat di desa Wirogunan, Kecamatan
Kartasuro, Kabupaten Sukoharjo.
2.2 Desain Dan Ergonomi
Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai
fasilitas penunjang aktivitasnya. Manusia menginginkan desain sebagai produk
yang sesuai dengan trend dan mewadahi kebutuhannya yang semakin meningkat.
Melihat kondisi saat ini, kecenderungan desain yang berubah akibat peningkatan
kebutuhan manusia tersebut menimbulkan kesadaran manusia tentang pentingnya
desain yang eksklusif dan representatif, makin bertambahnya usaha-usaha di
bidang desain yang mengakibatkan persaingan mutu desain, peningkatan faktor
pemasaran (daya tarik dan daya jual di pasaran), serta tuntutan kapasitas produksi
yang semakin meningkat. Selain itu, aktivitas desain yang menghasilkan gagasan
kreatif dipengaruhi pula oleh kecepatan membaca situasi, khususnya kebutuhan
pasar dan permintaan konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain
dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)
dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object)
manusia yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang
memerlukan perencanaan, perancangan maupun pengembangan desain, yaitu
mulai dari tahap menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan
pengembangan, konsep perancangan, sistem dan detail, pembuatan prototipe dan
proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan tahap pendistribusian. Jadi dapat
disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide dan
gagasan, pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar.
Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan
dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior, desain mebel,
desain alat-alat lingkungan, desain alat transportasi, desain tekstil, desain grafis,
dan lain-lain. Memperhatikan hal-hal tersebut, desainer dalam analisis pemecahan
masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan
masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi
yang lain. Misalnya, dalam merancang desain kursi pasien gigi, dibutuhkan kerja
sama dari dokter dan pasien, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas
dan posisi duduk pasien sebagai pemakai, yang efektif, efisien, aman, nyaman dan
sehat, sehingga desainer dapat menyatukan bentuk dengan memusatkan perhatian
pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer
dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan, serta melakukan pengembangan
desain dan teknologi dengan memperhatikan segala kelebihan maupun
keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi (sensory), kecepatan,
kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk
kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai
acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan
manusia sebagai pemakainya.
Untuk menilai suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain
yang baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan
ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
economic, form and style, image and meaning.Unsur fungsional dan estetika
sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh
harga dan kemampuan daya beli masyarakat (Bagas, 2000 dalam Aji, 2009).
Desain yang baik berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik, tergantung pada
sasaran dan filosofi mendesain pada umumnya, bahwa sasaran berbeda menurut
kebutuhan dan kepentingannya, serta upaya desain berorientasi pada hasil yang
dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin.
Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain
yang qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu
keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan,
proses desain, dan desain final (periksa Gambar 2.1. Skema Design Management)
Gambar 2.1 Skema Design Management Sumber : Bagas, 2000 dalam Aji, 2009
2.3 Konsep Ergonomi Lingkungan
2.3.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan
nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat diartikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan
(Eko Nurmianto, 2004). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang
diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman
(Sutalaksana,1979).
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004):
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi
Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat
perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja
ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai
manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang
benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya
meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan
kepuasann dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek
sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia didalamya dan sifat
memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut,
pendekatan ergonomi merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih
tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sistem-sistem manusia
benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan lain perkataan
ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi
dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Madyana, 1991
dalam Aji, 2009).
Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat
bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
a. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
b. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha menuju
tujuan bersama.
Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu
menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak
dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia
sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara
efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan
Menurut Internasional Ergonomics Association (IEA), ergonomika dapat
dijabarkan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara
manusia dan elemen lainnya dalam sistem yang berhubungan dengan
perancangan, pekerjaan, produk dan lingkungannya untuk mendapatkan
kesesuaian antara kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia (Syuaib,
2003 dalam Santoso, 2008). Menurut Zander (1972) dalam Santoso (2008),
menyatakan bahwa kata ergonomika atau human factors adalah serupa, keduanya
memfokuskan pada manusia dan hubungannya dengan produk, peralatan, fasilitas,
prosedur dan lingkungan yang digunakan pada pekerjaan dan kehidupan sehari-
hari.
Pada dasarnya ergonomika memiliki tujuan penting, yaitu pertama adalah
untuk menaikkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain yang
dilakukan, termasuk menaikkan kemampuan penggunaan, mengurangi kesalahan
dan meningkatkan produktifitas. Kedua adalah untuk menaikkan keinginan
tertentu manusia; seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna,
kepuasan kerja dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi
kelelahan dan stress (Fitriyani, 2003 dalam Santoso, 2008).
2.3.2 Lingkungan Kerja
Dalam proses perencanaan dan perancangan sistem kerja perlu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan kerja
seperti: kebisingan, pencahayaan, getaran mekanis, dan lain-lain. Suatu kondisi
lingkungan kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat
melaksanakan kegiatannya dengan optimal.Ketidaksesuaian lingkungan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
dengan manusia yang bekerja pada lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya
dalam jangka waktu tertentu, Sutalaksana (1979).
2.4 Aspek Ergonomi Lingkungan
2.4.1 Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai
dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan manusia (Sasongko, dkk, 2000 dalam Hanifa, 2006).
Menurut Wignjosoebroto (1995) kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak
dikehendaki manusia. Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang,
bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak
pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi bahkan kebisingan yang
serius dapat mengakibatkan kematian. Menurut Harris (1979), secara psikologis,
bising adalah suara yang tidak dikehendaki.Kebisingan adalah suara-suara yang
tidak dikehendaki bagi manusia (Priatna dan Utomo, 2002 dalam Hanifa 2006).
Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk
bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan
industri, sehingga dalam jangka waktu yang panjang akan dapat mengganggu dan
membahayakan konsentrasi kerja, merusak pendengaran (kesehatan) dan
mengurangi efektifitas kerja (Wilson, 1989 dalam Santoso, 2008).
1. Bunyi
Menurut Doelle (1993) dalam Santoso (2008), bunyi atau suara memiliki
dua definisi, yaitu:
a. Secara fisis, bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel
dalam medium elastik seperti udara. Definisi ini menghasilkan bunyi
objektif.
b. Secara fisiologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan
penyimpangan tekanan dalam medium elastik. Definisi ini menghasilkan
bunyi subjektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
Tabel 2.1 Tingkat intensitas
Gemerisik Daun
Suara gemerisik
Perpustakaan
Percakapan
Radio pelan
Percakapan keras
Rumah gaduh
Kantor
Perusahaan
Radio keras
Jalan
Peluit polisi
Jalan raya
Pabrik tekstil
Pekerjaan Mekanis
Ruang ketel
Mesin turbin uap
Mesin diesel besar
Kereta bawah tanah
Ledakan bom
Mesin jet
Mesin roket
100-120
>120
Sumber Bunyi Skala Intensitas Waktu jam kontak
Menulikan
Sangat amat keras
Sangat keras
Keras
Sedang
Tenang
Sangat tenang
40-60
60-80
80-100
Tingkat Bising (dB(A))
0-20
20-40
Sumber: Suharsono (1991) dalam Santoso (2008)
Gambar 2.2 Jangkauan Frekuensi Sumber-Sumber
Sumber: Doelle, (1993) dalam Santoso, (2008)
Pada tabel di atas ditunjukkan skala intensitas yang bisa terjadi di suatu
tempat akibat alat atau keadaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
2. Jenis-jenis kebisingan dalam lingkungan kerja
Menurut Suma’mur (1996) dalam Santoso (2008), jenis kebisingan dalam
lingkungan kerja dapat dikategorikan menjadi beberapa hal, antara lain:
a. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steasy state,
narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, pesawat
terbang di lapangan udara dan lain-lian.
d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya pukulan tukul,
tenbakan bedil atau meriam, ledakan dan lain-lain.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
3. Pengukuran tingkat Kebisingan
Pengukuran kebisingan biasanya dinyatakan dengan satuan decibel (dB).
Decibel (dB) adalah suatu unit pengukuran kuantitas resultan yang
merepresentasikan sejumlah bunyi dan dinyakan secara
logaritmik.Sederhananya, skala decibel (dB) diperoleh dari 10 kali logaritma
(dasar 10) perbandingan tenaga (Wilson, 1989 dalam Santoso, 2008). Satuan
tingkat kebisingan (decibel) dalam skala A, yaitu kelas tingkat kebisingan
yang sesuai dengan respon telinga normal. Pengukuran dilakukan
menggunakan alat sound level meter.
Gambar 2.3 Sound Level Meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
Ada dua hal yang menentukan kualitas bunyi, yaitu:
a. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah gelombang lengkap yang merambat persatuan
waktu (cps = cycle per second), dengan satuan Hertz. Bunyi yangdapat
diterima telinga manusia biasanya mempunyai batas frekuensi antara 20-
20000 Hz. Apabila frekuensi kurang dari 20 Hz maka disebut infrasound dan
bila frekuensi lebih dari 20000 Hz maka disebut ultrasound dan tidak dapat
didengar oleh telinga manusia (Santoso, 2008).
b. Intensitas
Intensitas bunyi diartikan sebagai daya fisik penerapan bunyi. Kuantitas
intensitas bunyi tergantung jarak dari kekuatan sumber bunyi yang
menyebabkan getaran, semakin besar daya intensitas maka intensitas bunyi
semakin tinggi.
Terdapat 3 skala pengukuran untuk sound level meter:
a. Skala pengukuran A: untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang
besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga
untuk intensitas rendah (35 – 135 dB)
b. Skala pengukuran B: digunakan suara dengan kekerasan yang moderat ( >
40 dB) tapi sangat jarang digunakan dan mungkin tidak digunakan lagi.
c. Skala pengukuran C: digunakan untuk suara yang sangat keras ( > 45 dB)
yang menghasilkan gambaran respons terhadap bising antara 20 sampai
dengan 20000 Hz (Santoso, 2008).
Setelah intensitas diteliti, dihitung dan dianalisis, selanjutnya hasil analisis
harus dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja
sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan atau
belum. Dengan demikian akan dapat segera dilakukan upaya-upaya
pencegahan atau pengendalian untuk mengurangi dampak pemaparan
terhadap kebisingan tersebut. Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja
berdasarkan ketetapan oleh Institut Keselamatan dan Kesehatan Dunia
(NIOSH) serta Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.51/MEN/1999 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
No.O1/I/MEN/1978, besarnya rata-rata 85 db untuk batas waktu kerja terus-
menerus tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam seminggu. Besarnya NAB yang
ditetapkan tersebut sama dengan NAB untuk negara-negara lain seperti
Australia dan Amerika. Selanjutnya apabila tenaga kerja menerima
pemaparan kebisingan lebih dan ketetapan tersebut, maka harus dilakukan
pengurangan waktu pemaparan seperti pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan
Intensitas Kebisingan yang Diterima Pekerja
Sumber: Kepmennaker No. 51 Tahun 1999
Catatan: Tidak boleh terpapar Iebih dari 140 dB walaupun sesaat
Menurut NIOSH (www.cdc.gov/niosh/docs/98-126/pdfs/98-126a.pdf)
Batas waktu pemaparan kebisingan yang diizinkan (permissible time) per hari
kerja pada titik-titik sample dihitung menggunakan persamaan:
T = 3/)85(2
8L …….(2.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
dimana:
T = Waktu maksimum dimana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat
kebisingan
L = Tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = Exchange rate
8 = Lama waktu pemaparan (8 jam kerja)
85 = Recommended Exposure Limit (REL)/NAB
4. Pengaruh Kebisingan
Menurut Buchari (2007), berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia
bising dapat dibagi menjadi 3, antara lain:
a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitasnya tidak terlalu
keras, misalnya suara mendengkur.
b. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena teriakan
atau tanda bahaya tenggelam dalam bising sumber lain.
c. 3. Bising yang merusak (Damaging / Injurious noise). Merupakan bunyi
yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas kebisingan. Bunyi jenis ini
akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
Menurut Moriber (1974) dalam Santoso (2008), kebisingan pada berbagai
level intensitas dapat mengakibatkan kerusakan yang bertingkat-tingkat.
Kerusakan ini antara lain:
a. Jika peningkatan ambang dengar > 80 dB A), menyebabkan kerusakan
pendengaran sebagian.
b. Jika peningkatan ambang dengar antara 120 – 125 dB (A), menyebabkan
gangguan pendengaran sementara.
c. Jika peningkatan ambang dengar antara 125 –140 dB (A), bisa
menyebabkan telinga sakit.
d. Jika peningkatan ambang pendengaran antara < 150 dB (A), menyebabkan
kehilangan pendengaran permanen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
Mc Cormick dan Sanders, (1987) dalam Santoso (2008), menyatakan
bahwa secara garis besar, ditinjau penyebabnya, gangguan pendengaran
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Gangguan pendengaran akibat kebisingan kontinyu
Kebisingan kontinyu menyebabkan gangguan pendengaran sementara
yang biasanya bisa sembuh dalam beberapa jam/ hari setelah terkena bising
jika terpapar pada selang waktu yang pendek. Akan tetapi dengan tambahan
terkena bising, daya penyembuh akan menurun dan terus menurun sehingga
mengakibatkan gangguan pendengaran permanen.
b. Gangguan pendengaran akibat kebisingan tidak kontinyu
Hal ini bisa disebabkan karena kebisingan yang timbul selang-seling
(mesin yang dioperasikan sesaat), impulsif berulang (mesin tempa), dan
impulsif (senjata api). Tekanan kebisingan tinggi ini dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran yang biasanya terjadi dalam jangka waktu yang
relatif lama tergantung berapa sering dan intensitas yang ditimbulkan.
Menurut Chanlett (1979) dalam Santoso (2008), menyatakan bahwa selain
berdampak pada gangguan pendengaran, terdapat efek kebisingan lainnya,
yaitu:
a. Gangguan tidur dan istirahat,
b. Mempengaruhi kapasitas kerja pekerja,
c. Dalam segi fisik, seperti pupil membesar, dan lain-lain
d. Dalam segi psikologis, seperti stress, penyakit mental, dan perubahan sikap
atau kebiasaan.
5. Langkah Pengendalian Kebisingan di Tempat Kerja
Menurut Hutagalung (2007), permasalahan yang berkaitan dengan
kebisingan dapat dikendalikan dengan melakukan pendekatan sistematik
dimana sistem perpindahan semua suara dipecah menjadi tiga elemen yaitu
sumber suara, jalur transmisi suara, dan penerima akhir. Metode yang
umumnya digunakan untuk mengendalikan sumber suara kebisingan antara
lain, yaitu menggunakan peralatan dengan tingkat kebisingan rendah,
menghilangkan sumber kebisingan, melengkapi alat dengan insulasi, silencer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
(peredam sumber kebisingan), dan vibration damper (peredam sumber
getaran). Jalur transmisi suara juga dapat dimodifikasi agar kebisingan
berkurang dengan cara melakukan pengadaan penghalang dan absorpsi oleh
peredam. Kebisingan juga dapat dikendalikan dengan memodifikasi elemen
penerima akhir, yaitu dengan melakukan improvisasi sistem operasi,
improvisasi pola kerja, dan penggunaan alat pelindung pendengaran.
Menurut Santoso (2008), Pengendalian kebisingan yang terjadi pada
lingkungan kerja tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pekerja maupun
bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perancangan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Kebisingan yang bersumber dari
alat dan mesin-mesin tidak mungkin dihilangkan tetapi kebisingan dapat
diminimalkan, maka tindakan efektif untuk mengatasi kebisingan antara lain
mengurangi pada sumber bisingnya dengan modifikasi mesin dan bangunan
dengan bahan konstruksi yang tepat.
Desain konstruksi bangunan juga termasuk dalam pengendalian barrier /
penghalang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konstruksi
bangunan misalnya konstruksi tembok, konstruksi dan jenis ubin, konstruksi
pintu, jendela, konstruksi ventilasi, konstruksi langit-langit dan genting.
Sebagai dasar menentukan konstruksi bangunan, Tabel 2.3 dibawah ini
memuat data tingkat reduksi kebisingan dari berbagai material dengan
ketebalan tertentu.
Tabel 2.3 Tingkat reduksi kebisingan dari berbagai bahan material dengan
ketebalan tertentu.
No Bahan
Tingkat Reduksi Kebisingan (db)
Ketebalan
3 mm 5 mm 10 mm 20 mm
1 Kaca 5 - 10 db 7 - 15 db 10 - 20 db 15 - 25 db
2 Kayu Triplek/Lapis 5 - 9 db 9 - 12 db 10 - 15 db 12 - 20 db
3 Baja 10 - 15 db 12 - 20 db 15 - 25 db 22 - 32 db
4 Beton 8 - 12 db 10 - 18 db 12 - 20 db 18 - 25 db
5 Fiber glass 9 - 15 db 9 - 14 db 12 - 25 db 20 - 30 db Sumber:Bruel (1984) dalam Sembodo (2004) dan Santoso (2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
Menurut Mc Cormick dan Sanders (1987) dalam Santoso (2008), terdapat
2 tipe APT, yaitu APT permanen (earmuffs, earplugs dan headphone) dan
APT tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas kering atau basah dan
glassdown). Menurut Santoso (2008), sumbat telinga (ear plug), dapat dibuat
dari kapas, plastik, karet alami dansintetis. Pengurangan tekanan bising pada
sumbat telinga ini adalah sekitar 8-30 dB(A). Namun hal tersebut tergantung
pada longgar tidaknya pemasangan sumbat telinga yang menutupi lubang
telinga. Daya proteksialat ini kurang baik untuk tingkat bising di atas 100
dB(A), alat tidak dapat dipakai bila ada infeksi pada telinga, penggunaan alat
sukar dimonitorkarena dari jauh tidak terlihat, harus disediakan berbagai
ukuran dan akan mudah hilang karena kecil, serta perlu perawatan untuk
menjaga kebersihan alat.
Tabel 2.4 APT Jenis Ear Plug berdasarkan reduksi tingkat kebisingan
Sumber: Santoso, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
Menurut Santoso (2008), tutup telinga (ear muff), dapat dipakai pada
tekanan bising sampai dengan110 dB(A) karena dapat mengurangi tekanan
bising sekitar 25 – 40 dB(A), dapat digunakan walaupun terdapat infeksi pada
telinga dan cukup disediakan satu ukuran, tidak mudah hilang serta mudah
dimonitor pemakaiannya karena dapat dilihat dari luar. Kerugian alat ini
adalah tidak nyaman dalam penggunaan yang lama di lingkungan yang panas
dan menggannggu penggunaan alat pelindung diri lainnya. Kombinasi
antaratutup telinga dan sumbat telinga dianjurkan penggunaannya untuk
tekanan kebisingan antara 120 – 125 dB(A).
Tabel 2.5 APT Jenis Ear Muff berdasarkan reduksi tingkat kebisingan
Sumber:Santoso, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
Menurut Wilson (1989) dalam Santoso (2008), menyatakan bahwa
pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu: desain
mesin atau peralatan dan sistem operasi mesin dan desain konstruksi bangunan.
Desain mesin sebagai sumber utama kebisingan mendapat pertimbangan utama
untuk didahulukan. Desain ini meliputi banyak hal tentang komponen-komponen
yang sering menimbulkan kebisingan, diantaranya: motor listrik, transmisi gear,
pompa, sabuk, puli, poros, cam, bearing, tombol, dan katup. Mesin diesel sebagai
penggerak utama kebanyakan mesin industri dan transportasi perlu mendapat
perhatian yang lebih karena jika dibandingkan dengan motor bensin dan motor
listrik, kebisingan yang dihasilkan motor diesel jauh lebih besar. Hal ini
disebabkan oleh besarnya kompresi di ruang bakar sebagai persyaratan agar solar
mudah terbakar dan menghasilkan tenaga yang efektif.
2.5 Noise Exposure Limits.
Tingkat resiko kebisingan ditentukan oleh dua faktor yaitu:
1. Intensitas bising, dinyatakan dalam dB (decibel).
2. Lama waktu pemaparan kebisingan, biasanya dinyatakan dalam jam atau
menit.
Semakin besar tingkat tekanan bising, maka resiko yang didapat akan
semakin tinggi. Begitu juga semakin lama seseorang terpapar kebisingan, semakin
tinggi pula tingkat resiko terhadapnya. Konsep noise dose menggabungkan kedua
hal antara intensitas bising dan lama waktu pemaparan kebisingan dan hal ini
merupakan cara yang tepat untuk menentukan tingkat resiko kebisingan secara
efektif, NIOSH (www.cdc.gov/niosh/docs/98-126/pdfs/98-126a.pdf).
Apabila tingkat intensitas kebisingan sehari-hari berbeda dalam periode
tertentu, maka total noise dose dapat dihitung dengan mengunakan rumus:
n
i n
n
T
C
T
C
T
C
T
CD
1 2
2
1
1
1
1 ...100100 ……..(2.2)
Dimana :
D = Noise dose (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
C = Waktu pemaparan pada intensitas kebisingan tertentu pada
pengamatan ke- i
Ti = Waktu maksimum yang diijinkan pada intensitas kebisingan
pengamatan ke-i tertentu
n = Jumlah pengamatan
Menurut NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Healthy),
dosis pemaparan bising tidak boleh lebih dan 100 %.Noise dose dapat diubah
dalam 8-h time-weighted average (TWA). TWA menyatakan tingkat tekanan suara
yang memberikan noise dose pada prosentase tertentu dimana seorang pekerja
terpapar pada tingkat tekanan suara tersebut secara kontinyu selama 8 jam NIOSH
(www.cdc.gov/niosh/docs/98-126/pdfs/98-126a.pdf). Konversi noise dose dalam
bentuk TWA menggunakan rumus:
85100
log10 D
xTWA ……..(2.3)
Dimana:
TWA = 8- hours time weighted average (db)
D = Dosis pemaparan bising (%)
Tabel 2.6 Konversi Noise Dose dalam TWA
Sumber :www.cdc.gov/niosh/docs/98-126/pdfs/98-126a.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab kali ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah
yang dilakukan dalam penelitian Tahapan-tahapan dalam penelitian ini
digambarkan melalui flowchart berikut ini. Tahapan-tahapannya juga akan
diuraikan secara singkat dalam penjelasan Gambar 3.1 dibawah ini.
STUDI PUSTAKA STUDI LAPANGAN
PERUMUSAN MASALAH
PENENTUAN TUJUAN, MANFAAT, BATASAN
DAN ASUMSI
Studi
Pendahuluan
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
MULAI
PENGUMPULAN DATA :
1. MENENTUKAN TITIK PENGAMBILAN SAMPEL
2. PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DENGAN INTERVAL WAKTU
TERTENTU.
3. PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN PADA SATU MESIN YANG
BEROPERASI.
4. DOKUMENTASI, WAWANCARA DAN KUISIONER
5. PENYUSUNAN KONSEP PEMBUATAN ALAT SEKAT PEEDAM KEBISINGAN
PENGOLAHAN DATA
1.MENGHITUNG BATAS WAKTU PEMAPARAN
KEBISINGAN YANG DIIZINKAN
2. MENGHITUNG PROSENTASE NOISE DOSE
3. KONVERSI NOISE DOSE KE DALAM BENTUK
TWA
IDENTIFIKASI MASALAH :
MESIN-MESIN YANG MENYEBABKAN BISINGIdentifikasi
Masalah
A
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
A
ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
KESIMPULAN DAN SARAN
Analisis dan
Interpretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
SELESAI
PENYUSUNAN KONSEP PEMBUATAN ALAT SEKAT PEREDAM KEBISINGAN:
1. PENENTUAN SPESIFIKASI : a. PERHITUNGAN DIMENSI.
b. PENENTUAN KOMPONEN.
c. PEMBUATAN ALAT SEKAT.
2. PENGUJIAN ALAT
ESTIMASI BIAYAEstimasi Biaya
Tahap Pembuatan
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah adalah
sebagai berikut:
3.1 Studi Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan studi lapangan, studi pustaka, perumusan
masalah, penentuan tujuan penelitian, menentukan manfaat penelitian, penentuan
batasan dan asumsi. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah
tersebut dijelaskan pada subbab berikut ini.
3.1.1 Studi Lapangan
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan pada kondisi
lingkungan kerja CV. Rakabu Furniture. Di dalam kegiatan produksi terdapat
beberapa mesin yang beroperasi. Dalam masing-masing unit memerlukan mesin-
mesin yang berbeda untuk melakukan kegiatan proses produksi. Mesin-mesin ini
apabila dioperasikan secara bersamaan akan menimbulkan intensitas kebisingan
yang cukup tinggi (> 85 db). Hal inilah yang dapat mempengaruhi kondisi para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
pekerja yang berada didalamnya. Pada tingkat kebisingan tertentu dan waktu
paparan yang lama dapat membahayakan kesehatan pekerja khususnya pada
sistem pendengaran.
3.1.2 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan yang diteliti dan untuk mendapatkan dasar-dasar
referensi yang kuat dalam menerapkan suatu metode yang digunakan. Materi
yang dipelajari meliputi konsep ergonomi lingkungan, sifat-sifat bunyi, cara-cara
pengendalian kebisingan serta hal-hal mengenai alat ukur sound level meter.
3.1.3 Perumusan Masalah
Dalam bab ini berisi tentang permasalahan yang akan dibahas. Perumusan
masalah ini telah dijelaskan dalam Bab I yaitu bagaimana membuat suatu alat
bantu untuk meredam kebisingan pada bagian produksi, CV. Rakabu Furniture.
3.1.4 Penentuan Tujuan, Manfaat, Batasan dan Asumsi
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah menghasilkan suatu alat bantu
untuk meredam kebisingan.
Manfaat dari penilitian ini yaitu dapat mengurangi tingkat kebisingan pada
bagian produksi dan menimbulkan rasa nyaman dan aman bagi pekerja. Alat
bantu untuk meredam kebisingan yang dihasilkan dapat dijadikan referensi dalam
penelitian selanjutnya.
Sedangkan batasan masalahnya adalah pengambilan data penelitian hanya
dilakukan pada bagian proses produksi di CV. Rakabu Furniture selama 1 hari.
Batas nilai ambang batas dan lama pemaparan yang digunakan berdasarkan
ketetapan oleh Institut Keselamatan dan Kesehatan Dunia (NIOSH) serta berdasar
standar Keputusan Menteri Tenaga Kerja (Kepmenaker) No. 51 Tahun 1999. Pada
perancangan ini hanya sampai pada tahap pembuatan produk dalam bentuk
gambar dan miniatur sekat peredam kebisingan sebanyak 3 buah.. Pengujian
miniatur alat peredam kebisingan dilakukan dengan menggunakan sumber suara
speaker dan diukur menggunakan sound level meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
Asumsi yang digunakan yaitu, pengujian pada miniatur alat peredam
kebisingan yang dilakukan peneliti dianggap mewakili kondisi kerja pada bagian
produksi di CV. Rakabu Furniture.
3.2 Tahap Identifikasi Masalah
Pada tahapan ini, identifikasi masalah pada mesin-mesin yang
mengakibatkan kebisingan.
3.3 Tahap Pengumpulan dan Pengoláhan Data
Tahap pengumpulan dan pengolahan data diperlukan sebagai pendukung
terbentuknya suatu pembuatan alat sekat peredam kebisingan. Berkaitan dengan
hal tersebut dalam pembuatan dilakukan beberapa langkah berikut:
3.3.1 Pengumpulan Data
a. Menentukan titik sampel dengan penentuan 15 titik di sekitar area proses
produksi. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kebisingan secara
menyeluruh.
b. Mengukur tingkat kebisingan pada titik yang telah ditentukan sesuai
pembagian interval waktu.
c. Mengukur tingkat kebisingan hanya pada satu mesin yang beroperasi pada
jam istirahat yaitu rentang jam 12 sampai jam 1 siang.
d. Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi di tempat
penelitian. Metode untuk mendapatkan data dilakukan dengan pengamatan
langsung, pendokumentasian gambar, wawancara dan penyebaran
kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman
yang dirasakan pekerja pada bagian proses produksi.
e. Penyusunan konsep pembuatan alat sekat peredam kebisingan dilakukan
dengan mengacu pada data studi pendahuluan yang diperoleh. Data studi
pendahuluan ini menunjukkan fakta yang tejadi di tempat penelitian dan
memberikan informasi tentang apa yang diinginkan pekerja. Berdasarkan
hal tersebut peneliti menyusun suatu konsep alat peredam dengan
membuat alat sekat peredam kebisingan yang diharapkan dapat
memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
3.3.2 Pengolahan Data
a. Menghitung batas waktu pemaparan kebisingan yang diizinkan
Menurut NIOSH batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan perhari
kerja dihitung menggunakan persamaan:
3/)85(2
8
L
T
b. Menghitung Noise Dose
Untuk menentukan tingkat resiko kebisingan pada area kerja, digunakan
prosentase noise dose yang menggabungkan antara tingkat tekanan
suara dan durasi pemaparanya. Jika D < 100 %, maka pekerja dianggap
aman bila melakukan aktivitas di tempat tersebut per hari kerja (8 jam).
Sedangkan jika D > 100 %, tingkat kebisingan yang ada di tempat
tersebut memberikan dampak buruk bagi pekerja, dalam arti resiko
pekerja menderita tuli akibat bising semakin tinggi.
n
i n
n
T
C
T
C
T
C
T
CD
1 2
2
1
1
1
1 ...100100 ………(3.5)
c. Mengkonversi Noise Dose ke TWA (Time Weighted Average)
Konversi dari % D menjadi TWA dilakukan untuk lebih memudahkan
pengambilan keputusan dalam penanggulangan dampak kebisingan.
85100
log10 D
xTWA ………..(3.6)
3.4 Tahap Pembuatan
Pada tahap pembuatan, penentuan solusi berdasarkan hasil pengukuran
tingkat kebisingan. Pada tahap ini akan dijelaskan proses pembuatan dan
pengujiannya.
3.4.1 Penentuan Spesifikasi
Pada tahap pembuatan yang pertama, akan dilakukan penentuan spesifikasi
alat yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu:
1. Perhitungan Dimensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang akan
dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada kondisi lingkungan kerja proses
produksi CV.Rakabu Furniture.
a. Panjang Sekat Peredam
Panjang sekat peredam diukur sesuai kebutuhan dan besar mesin yang
akan diberi pembatas sekat.
b. Tinggi Sekat Peredam
Tinggi sekat peredam disesuaikan dengan kebutuhan. Semakin tinggi
sekat, maka tingkat / daya peredaman semakin baik.
c. Lebar Kayu Landasan
Lebar kayu Landasan diukur sesuai kebutuhan dan besar mesin yang akan
diberi pembatas sekat.
d. Lebar Papan Peredam
Lebar papan disesuaikan dengan panjang sekat dan tinggi sekat peredam.
2. Penentuan Komponen
Pada tahap ini akan dilakukan suatu penetapan bahan yang digunakan dalam
membuat alat sekat.
3. Pembuatan Alat Sekat Peredam
Pembuatan alat sekat peredam kebisingan dilakukan melalui pembuatan
gambar, serta pembuatan miniatur.
3.4.2 Pengujian Alat
Setelah tahap penentuan spesifikasi selesai, maka dilanjutkan ke tahap
pengujian alat sekat untuk mengetahui apakah alat sekat mampu meredam
kebisngan.
3.5 Estimasi Biaya
Tahap estimasi biaya menjelaskan rincian perhitungan biaya pembuatan
alat sekat peredam kebisingan dari awal proses hingga akhir. Biaya yang dihitung
meliputi biaya material, dan biaya nonmaterial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
3.6 Analisis Dan Interpretasi Hasil
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan dan diolah, kemudian
dianalisis dan dijadikan pedoman dalam pembuatan alat sekat peredam
kebisingan. Hasil pengujian miniatur alat sekat peredam kebisingan dianalisa
untuk mendapatkan hasil.
3.7 Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data
dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian
memberikan saran / usulan perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data
dalam penelitian. Selain itu juga dijabarkan konsep serta proses pengujian. Untuk
lebih jelasnya akan diuraikan pada sub bab di bawah ini.
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
kerja di bagian proses produksi CV. Rakabu Furniture.
4.1.1 Menentukan titik pengambilan sampel
1
4
6
78
91011
12
13
14
15
16
17
2520
21
22
23
18 19
24
Keterangan Layout:1. Ruang Pengovenan
2. Gudang Pembantu
3. Kantor
4. Mesin Circle I
5. Mesin Circle II
6. Mesin Serut
7. Mesin Spindle
8. Mesin Mourtise
9. Mesin Router
10. Mesin Tenoner
11. Mesin Dram Sander
12. Mesin Amplas Roll I
13. Mesin Amplas Roll II
14. Mesin Bor Bobok/Cisel I
15. Mesin Bor Bobok/ Cisel II
16. Mesin Potong I
17. Mesin Potong II
18. Compresor
19. Emboss
20. Grit Warna Componen
21. Componen yang akan dirakit
22. Perakitan
23. Hasil Perakitan
24. Repairing
25. Mesin Press
26. Gudang Box
27. Ruang Barang Jadi
Keterangan :
Tanda x menandakan
pengambilan titik sampel
pengukuran tingkat kebisingan.
Tanda kotak merah menandakan
mesin dengan intensitas
kebisingan tinggi.
2 3
26
27
Sungai
x
5
x x
x
x
x
x
x
x
x x
x
x
x
x
1
2
34
5
7 6
89
1011
12
1314
15
Gambar 4.1 Layout Pabrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
4.1.2 Pengukuran Tingkat Kebisingan dengan Interval Waktu Tertentu
Kebisingan yang timbul di bagian produksi bukan disebabkan oleh
beroperasinya satu mesin saja, akan tetapi kebisingan yang timbul lebih
disebabkan oleh beberapa mesin yang dioperasikan secara bersamaan pada waktu
proses produksi. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Mengambil 15 titik di area proses produksi.
2. Melakukan pembagian interval waktu.
3. Melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada titik yang sudah ditentukan.
4. Melakukan pengukuran hanya pada satu mesin saat jam istirahat.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengukuran (dB)
08.00-09.00
1 2 3
1 91,6 100,2 91,8 283,6 3 94,53
2 92,7 93,2 91,8 277,7 3 92,57
3 90,6 92 90,3 272,9 3 90,97
4 92,2 96,7 91,6 280,5 3 93,50
5 89,7 91,3 90,1 271,1 3 90,37
6 90,8 90,4 91,8 273 3 91,00
7 91,3 91,5 90,1 272,9 3 90,97
8 90,3 95,3 91,2 276,8 3 92,27
9 90,7 99,8 92,7 283,2 3 94,40
10 89,9 93,2 90,4 273,5 3 91,17
11 92,2 93,7 91,3 277,2 3 92,40
12 93,1 91,8 91,5 276,4 3 92,13
13 90,4 91,2 92,1 273,7 3 91,23
14 89,6 90,5 91,1 271,2 3 90,40
15 89,9 92,5 92,3 274,7 3 91,57
N XbarJumlahNoTingkat Kebisingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
09.00-10.00
1 2 3
1 90,9 90,6 91,9 273,4 3 91,13
2 92,7 92,7 90,8 276,2 3 92,07
3 91,7 91,1 91,5 274,3 3 91,43
4 92,2 93,1 90,2 275,5 3 91,83
5 89,8 90,1 89,7 269,6 3 89,87
6 91,2 90,9 90,1 272,2 3 90,73
7 89,9 91,8 91,1 272,8 3 90,93
8 91,5 89,6 91,8 272,9 3 90,97
9 91,1 90,3 92,1 273,5 3 91,17
10 91,5 91,9 90,5 273,9 3 91,30
11 91 90,6 91,2 272,8 3 90,93
12 92,4 90,2 91,6 274,2 3 91,40
13 91,1 93,2 89,8 274,1 3 91,37
14 92,6 90,1 90,6 273,3 3 91,10
15 91,5 90,3 92,3 274,1 3 91,37
NoTingkat Kebisingan
Jumlah N Xbar
10.00-11.00
1 2 3
1 96,3 97,2 90,4 283,9 3 94,63
2 93,9 94,3 90,3 278,5 3 92,83
3 93,2 91,1 89,6 273,9 3 91,30
4 93,5 93,5 91,6 278,6 3 92,87
5 93,1 92,8 91,7 277,6 3 92,53
6 92,4 90,1 91,3 273,8 3 91,27
7 92,9 93,9 89,6 276,4 3 92,13
8 95,7 97 90,3 283 3 94,33
9 97 98,2 89,6 284,8 3 94,93
10 96,2 94,8 91,8 282,8 3 94,27
11 93,2 92,1 90,5 275,8 3 91,93
12 92,6 92,6 90,6 275,8 3 91,93
13 93,2 91,7 92,5 277,4 3 92,47
14 91,5 91,7 90,1 273,3 3 91,10
15 92,1 91,8 90,5 274,4 3 91,47
Jumlah N XbarNoTingkat Kebisingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
11.00-11.45
1 2 3
1 90,9 89,6 90,9 271,4 3 90,47
2 92,7 90,7 89,5 272,9 3 90,97
3 91,7 90,2 92,2 274,1 3 91,37
4 92,2 92 90 274,2 3 91,40
5 89,8 89,7 89,9 269,4 3 89,80
6 91,2 90,3 92,2 273,7 3 91,23
7 89,9 90,9 91,7 272,5 3 90,83
8 91,5 92,4 90,4 274,3 3 91,43
9 91,1 89,6 91,8 272,5 3 90,83
10 91,5 92,4 90,3 274,2 3 91,40
11 91 91,3 89,6 271,9 3 90,63
12 92,4 92,1 92,1 276,6 3 92,20
13 91,1 91,8 90,1 273 3 91,00
14 92,6 91 90,5 274,1 3 91,37
15 91,5 91,3 92,3 275,1 3 91,70
NoTingkat Kebisingan
Jumlah N Xbar
14.00-15.00
1 2 3
1 90,2 91,2 93,2 274,6 3 91,53
2 91,4 90,2 93,4 275 3 91,67
3 91,7 90,8 90,7 273,2 3 91,07
4 91,8 92,3 92,2 276,3 3 92,10
5 89,7 93,1 90,5 273,3 3 91,10
6 90 89,9 88,6 268,5 3 89,50
7 90,3 91,8 90,1 272,2 3 90,73
8 91,3 91,4 90,5 273,2 3 91,07
9 91,2 91,6 92,1 274,9 3 91,63
10 91,3 89,6 90,9 271,8 3 90,60
11 89,4 90,6 90,1 270,1 3 90,03
12 92,6 92,4 92,8 277,8 3 92,60
13 91,7 90,6 91,7 274 3 91,33
14 91,7 89,8 91,7 273,2 3 91,07
15 89,8 91,7 92,4 273,9 3 91,30
Jumlah N XbarNoTingkat Kebisingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
15.00-16.00
1 2 3
1 91,2 90,2 90,6 272 3 90,67
2 92,4 91,4 93,4 277,2 3 92,40
3 90,3 91,7 90,1 272,1 3 90,70
4 93,4 91,8 92,5 277,7 3 92,57
5 90,2 89,7 91,6 271,5 3 90,50
6 91,7 90 90,5 272,2 3 90,73
7 90,3 90,3 89,9 270,5 3 90,17
8 89,6 91,3 90,6 271,5 3 90,50
9 91,2 91,2 90,4 272,8 3 90,93
10 91,3 91,3 89,7 272,3 3 90,77
11 90,7 89,4 90,2 270,3 3 90,10
12 92,6 92,6 91,8 277 3 92,33
13 93,2 91,7 91,2 276,1 3 92,03
14 91,5 91,7 90,5 273,7 3 91,23
15 90,1 89,8 91,5 271,4 3 90,47
NoTingkat Kebisingan
Jumlah N Xbar
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan suara pada tiap-tiap jam
pengukuran pada 15 titik berada di atas NAB yang telah ditetapkan (Nilai
Ambang Batas 85 db).
Tabel 4.2 Rata-rata Tingkat Kebisingan (dB)
08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-11.45 14.00-15.00 15.00-16.00
1 94,53 91,13 94,63 90,47 91,53 90,67
2 92,57 92,07 92,83 90,97 91,67 92,40
3 90,97 91,43 91,30 91,37 91,07 90,70
4 93,50 91,83 92,87 91,40 92,10 92,57
5 90,37 89,87 92,53 89,80 91,10 90,50
6 91,00 90,73 91,27 91,23 89,50 90,73
7 90,97 90,93 92,13 90,83 90,73 90,17
8 92,27 90,97 94,33 91,43 91,07 90,50
9 94,40 91,17 94,93 90,83 91,63 90,93
10 91,17 91,30 94,27 91,40 90,60 90,77
11 92,40 90,93 91,93 90,63 90,03 90,10
12 92,13 91,40 91,93 92,20 92,60 92,33
13 91,23 91,37 92,47 91,00 91,33 92,03
14 90,40 91,10 91,10 91,37 91,07 91,23
15 91,57 91,37 91,47 91,70 91,30 90,47
Nointerval waktu
Berdasarkan Tabel 4.2. rata-rata tingkat kebisingan pada 15 titik berada di
atas NAB (Nilai Ambang Batas 85 db).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
4.1.3 Pengukuran Tingkat Kebisingan Pada Satu Mesin yang Beroperasi
Tabel 4.3 Tabel Hasil Pengukuran (dB)
Mesin Tingkat Kebisingan
Jumlah N Xbar 1 2 3
4 70,2 69,6 73,2 213 3 71,00
5 72,8 70,7 73,4 216,9 3 72,30
6 71,2 70,2 70,7 212,1 3 70,70
7 72,7 72 72,2 216,9 3 72,30
8 69,6 65,7 70,5 205,8 3 68,60
17 71,9 75,3 68,6 215,8 3 71,93
Berdasarkan Tabel 4.3 rata-rata tingkat kebisingan pada 5 mesin yang
diukur satu persatu secara tidak bersamaan berada di bawah NAB (Nilai Ambang
Batas 85 db).
4.1.4 Pengumpulan Data Studi Pendahuluan
Pengumpulan data studi pendahuluan bertujuan untuk memperoleh
informasi di tempat penelitian. Metode untuk mendapatkan data dilakukan dengan
pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, wawancara, dan penyebaran
kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang
dirasakan pekerja bagian produksi CV. Rakabu Furniture.
a. Dokumentasi
Proses dokumentasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal ruang
kerja produksi. Hasil dokumentasi dijadikan referensi untuk penelitian lebih
lanjut. Pada kondisi nyata, terlihat bahwa para pekerja bekerja dibawah kondisi
kerja yang tidak sehat, mengabaikan unsur keselamatan mereka. Kondisi ruang
kerja dengan intensitas kebisingan yang tinggi tidak diimbangi dengan perilaku
sadar diri terhadap dampak dari kebisingan itu sendiri. Penggunaan APT (Alat
Pelindung Telinga) justru mengurangi kenyamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
Tabel 4.4 Sikap Kerja Pada Aktivitas Bagian Proses Produksi
No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko
1
Pemotongan
Kayu
Para pekerja baik
operator atau pekerja
yang ada di sekitar
operator tidak
menggunakan APT
Gangguan
pendengaran
2
Penghalusan
Kayu
Para pekerja baik
operator atau pekerja
yang ada di sekitar
operator tidak
menggunakan APT
Gangguan
pendengaran
b. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 pekerja, diketahui bahwa waktu
rata-rata yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan di bagian proses
produksi berkisar antara 7 – 8 jam sehari. Dengan Intensitas kebisingan yang
tinggi, mereka diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai target pabrik.
Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan di ruang proses produksi, banyak
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh para pekerja. Keluhan tertinggi yaitu
masalah kebisingan kemudian disusul dengan masalah kuping berdengung jika
terlalu lama berada di ruang produksi.
Para pekerja mengakui bahwa kondisi ruang kerja saat ini tergolong
kurang sehat / bahkan tidak sehat. Selain bising, kondisi ruang kerja juga panas
serta berdebu. Meskipun 2 hal ini bukan menjadi keluhan utama, tapi hal ini juga
bias mengganggu dalam aktivitas bekerja. Pekerja menyadari bahwa kesehatan
mereka dipertaruhkan demi mendapatkan uang gaji sebagai penyambung hidup,
tapi mereka tidak bisa berbuat lebih untuk mengatasi semua masalah yang mereka
hadapi saat bekerja.
Berikut ini merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi
keluhan dan ketidaknyamanan para pekerja saat melakukan aktivitas di bagian
proses produksi :
Ketidaknyamanan seperti apa yang Anda rasakan ketika melakukan aktivitas di
ruang produksi ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
Ketidaknyamanan seperti apa yang Anda rasakan saat menggunakan APT (Alat
Pelindung Telinga) yang diberikan perusahaan ?
Hasil wawancara terhadap pekerja bagian produksi mengenai keluhan
ketidaknyamanan di ruang proses produksi CV.Rakabu Furniture pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Jawaban Pekerja Bagian Produksi Mengenai Keluhan
Ketidaknyamanan Saat Melakukan Aktivitas di Ruang Produksi
No Jawaban Pekerja Bagian Produksi CV.Rakabu
Furniture Jumlah Prosentase
1 Kesulitan Dalam Berkomunikasi 10 100%
2 Kepala Pusing serta lelah 8 80%
3 Kuping berdengung 8 80%
4 Kuping Terasa Sakit Saat Menggunakan APT 10 100%
5 Kuping Terasa Gatal Saat Menggunakan APT 10 100%
Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui keinginan pekerja
yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam ide pembuatan alat sekat peredam
kebisingan. Tabel 4.6 menunjukkan beberapa pernyataan keinginan pekerja
bagian produksi CV.Rakabu Furniture.
Tabel 4.6 Pernyataan Keinginan Pekerja Bagian Produksi
No. Pernyataan Keinginan Pekerja
Bagian Produksi CV.Rakabu Furniture Jumlah
Prosentase
(%)
1
Perlunya alat peredam kebisingan sehingga para
pekerja merasa nyaman dalam melakukan
aktivitasnya.
10 100%
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sepuluh pekerja
berkeinginan adanya alat peredam kebisingan di tempat kerja guna menunjang
aktivitas kerja mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
c. Kuisioner
Kuesioner diberikan kepada sepuluh pekerja di CV.Rakabu Furniture yang
bertujuan untuk mengetahui keluhan yang dialami pekerja selama atau setelah
melakukan aktivitas di ruang produksi. Kuisioner bertujuan untuk memperkuat
hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya serta sebagai acuan dalam
pengembangan kebutuhan dalam pembuatan sekat peredam kebisingan. Hasil
kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Prosentase Tingkat Keluhan Pekerja Saat Melakukan Aktivitas di
Ruang Produksi
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 (%)
1 Ruang Bising 10 100%
2 Ruang Panas 1 10%
3 Ruang Berdebu 5 50%
4 Ruang Sempit 0 0%
5 Sesak Nafas 2 20%
6 Perut Mual 3 30%
7 Mata berkunang-kunang 2 20%
8 Pusing Kepala 3 30%
9 Kuping Berdengung 10 100%
Kesulitan dalam berkomunikasi
dalam jarak > 1 meter
No Keluhan N
100%10 10
Responden
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sepuluh pekerja mengalami
keluhan yang berbeda yang mereka rasakan. Tanda checklist (√) menunjukkan
keluhan yang mereka rasakan.
4.1.5 Penyusunan Konsep Pembuatan Alat Sekat Peredam Kebisingan
Penyusunan konsep pembuatan alat sekat peredam kebisingan dilakukan
dengan mengacu pada data studi pendahuluan yang diperoleh. Data studi
pendahuluan ini menunjukkan fakta yang terjadi di tempat penelitian dan
memberikan informasi tentang apa yang diinginkan oleh para pekerja.
Penyusunan konsep pembuatan sekat peredam dilakukan dengan cara
menjabarkan keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan dalam pembuatan
alat peredam yang dilanjutkan dengan pengembangan ide.
1. Penjabaran Kebutuhan Pembuatan Alat Sekat Peredam Kebisingan (Need)
Informasi yang diperoleh dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan
wawancara menunjukkan bahwa pekerja belum menemukan kenyamanan dalam
melakukan aktivitasnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2. Ketidaknyamanan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
dipertegas dari hasil kuisioner yang menunjukkan adanya keluhan rasa sakit,
pusing kepala, kuping berdengung, mata berkunang-kunang, dan lelah seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.5 Hubungan antara timbulnya keluhan dengan
penyebabnya dapat dijelaskan melalui Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Ringkasan Keluhan dan Faktor Penyebab
No Keluhan Pekerja Faktor Penyebab
1 Rasa sakit pada bagian tubuh tertentu
Tingkat kebisingan yang tinggi yang
dihasilkan oleh mesin-mesin produksi.
2 Kesulitan berkomunikasi
Selain suara yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin produksi, penggunaan
APT ternyata membuat pekerja
semakin sulit dalam berkomunikasi.
Di lain pihak, pekerja juga menyatakan keinginanya seperti ditunjukkan
pada tabel 4.6 hasil keinginan dan keluhan pekerja tersebut kemudian dijabarkan
menjadi kebutuhan pembuatan alat peredam. Penjabaran kebutuhan dibuat untuk
memperjelas batasan-batasan masalah dalam pembuatan konsep pembuatan alat
sekat peredam dan mempermudah tahapan penyelesaian yang harus dilakukan
sehingga alat yang akan dibuat sesuai dengan tujuan. Penjabaran kebutuhan dapat
dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Penjabaran Kebutuhan Pembuatan Alat Sekat Peredam Kebisingan
Keinginan Pekerja Penjabaran Kebutuhan
Perlunya alat peredam
kebisingan di tempat
kerja
Mengurangi tingkat kebisingan
Mempermudah dalam berkomunikasi
Mengurangi rasa sakit akibat suara mesin-mesin produksi
Memberikan rasa nyaman dalam melakukan aktivitas kerja
2. Pembangkitan Gagasan Dalam Pembuatan Alat Sekat Peredam Kebisingan
(Idea)
Berdasarkan kebutuhan yang telah dinyatakan dengan jelas, maka dapat
dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Permasalahan utama yang terjadi
pada aktivitas di ruang produksi adalah tidak adanya alat peredam kebisingan
yang diharapkan yang memadai sehingga menyebabkan pekerja harus bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
dengan kondisi tidak nyaman. Sebagai contoh pekerja kesulitan dalam
berkomunikasi dengan pekerja lainnya, ketika pekerja menggunakan APT, justru
membuat komunikasi antar perkerja semakin sulit. Selain itu, pekerja merasakan
ketidaknyamanan saat menggunakan APT yang telah disediakan oleh Perusahaan.
Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk
mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh tertentu dan untuk
meminimalkan timbulnya rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas kerja
dengan membuat sebuah alat peredam kebisingan model sekat yang berfungsi
untuk mengurangi tingkat kebisingan suara yang ditimbulkan oleh mesin-mesin
produksi Dengan demikian diharapkan pembuatan alat sekat peredam kebisingan
dapat mengurangi keluhan pada bagian tubuh (pusing kepala, kuping berdengung,
mata berkunang-kunang, dan perut mual) sehingga pekerja dapat bekerja dengan
lebih nyaman.
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Menghitung Batas Waktu Pemaparan Kebisingan yang Diizinkan
Menurut NIOSH batas waktu pemaparan kebisingan yang diijinkan perhari
kerja dihitung menggunakan persamaan:
3/)85(2
8
L
T
Contoh perhitungan:
1. Untuk titik ke-1 pada interval waktu 08.00 - 09.00, diketahui rata-rata
tingkat kebisingan adalah 94.53 db. Maka batas waktu pemaparan yang
diizinkan adalah :
jamTL
884,02
8
2
817,33/)85(
2. Untuk titik ke-2 pada interval waktu 08.00 - 09.00, diketahui rata-rata
tingkat kebisingan adalah 92.57 db. Maka batas waktu pemaparan yang
diizinkan adalah
jamTL
393,12
8
2
852,23/)85(
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
Tabel 4.10 Waktu Pemaparan Kebisingan yang Diizinkan Bila
Operator Terpapar Selama 8 Jam
08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-11.45 14.00-15.00 15.00-16.00
1 0,884 1,939 0,864 2,262 1,768 2,160
2 1,393 1,563 1,309 2,015 1,714 1,447
3 2,015 1,809 1,866 1,838 1,969 2,144
4 1,122 1,650 1,299 1,823 1,551 1,393
5 2,315 2,599 1,403 2,639 1,954 2,245
6 2,000 2,127 1,880 1,895 2,828 2,127
7 2,015 2,031 1,539 2,079 2,127 2,425
8 1,493 2,015 0,926 1,809 1,969 2,245
9 0,912 1,924 0,806 2,079 1,728 2,031
10 1,924 1,866 0,940 1,823 2,194 2,111
11 1,447 2,031 1,612 2,177 2,501 2,462
12 1,539 1,823 1,612 1,516 1,382 1,470
13 1,895 1,838 1,425 2,000 1,852 1,575
14 2,297 1,954 1,954 1,838 1,969 1,895
15 1,755 1,838 1,796 1,701 1,866 2,262
Nointerval waktu
Tabel 4.10 menunjukkan hasil dimana batas waktu pemaparan pada 15
titik tidak ada yang sesuai standart waktu yang telah ditentukan NIOSH.
4.2.2 Menghitung Prosentase Noise Dose (D)
Untuk menentukan tingkat resiko pada area kerja digunakan prosentase
noise dose yang menggabungkan antara tingkat tekanan suara dan durasi
pemaparannya . Jika D < 100 %, maka para pekerja dianggap aman bila
melakukan aktivitas di tempat kerja tersebut per hari kerja (8 jam). Bila D > 100
%, maka tingkat kebisingan di area kerja menimbulkan dampak buruk bagi
pekerja. Prosentase Noise Dose (D) dihitung dengan persamaan :
n
nn
i i
i
T
C
T
C
T
C
T
CD .....100100
2
2
1
1
1
Contoh perhitungan: untuk titik ke-1:
Hasil pengukuran intensitas kebisingan sebagai berikut :
08.00-09.00 = 94,53 dB, durasi 1 jam, T = 0,884 jam
09.00-10.00 = 91,13 dB, durasi 1 jam, T = 1,939 jam
10.00-11.00 = 94,63 dB, durasi 1 jam, T = 0,864 jam
11.00-11.45 = 90,47 dB, durasi 0,75 jam, T = 2,262 jam
14.00-15.00 = 91,53 dB, durasi 1 jam, T = 1,768 jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
15.00- 16.00 = 90,67 dB, durasi 1 jam, T = 2,160 jam
160.2
1.....
939,1
1
884,0
1100100
1
n
i i
i
T
CD = 416.44 %
Karena D > 100%, maka tingkat kebisingan yang dihasilkan berisiko bagi para
pekerja.
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Total Noise Dose (%)
08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-11.45 14.00-15.00 15.00-16.00
1 0,884 1,939 0,864 2,262 1,768 2,160 100 416,44 Beresiko
2 1,393 1,563 1,309 2,015 1,714 1,447 100 376,79 Beresiko
3 2,015 1,809 1,866 1,838 1,969 2,144 100 296,71 Beresiko
4 1,122 1,650 1,299 1,823 1,551 1,393 100 404,08 Beresiko
5 2,315 2,599 1,403 2,639 1,954 2,245 100 277,07 Beresiko
6 2,000 2,127 1,880 1,895 2,828 2,127 100 272,13 Beresiko
7 2,015 2,031 1,539 2,079 2,127 2,425 100 288,16 Beresiko
8 1,493 2,015 0,926 1,809 1,969 2,245 100 361,39 Beresiko
9 0,912 1,924 0,806 2,079 1,728 2,031 100 428,91 Beresiko
10 1,924 1,866 0,940 1,823 2,194 2,111 100 346,00 Beresiko
11 1,447 2,031 1,612 2,177 2,501 2,462 100 295,42 Beresiko
12 1,539 1,823 1,612 1,516 1,382 1,470 100 371,73 Beresiko
13 1,895 1,838 1,425 2,000 1,852 1,575 100 332,34 Beresiko
14 2,297 1,954 1,954 1,838 1,969 1,895 100 290,23 Beresiko
15 1,755 1,838 1,796 1,701 1,866 2,262 100 308,98 Beresiko
Nointerval waktu
Prosentase % D% Keterangan
Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa tingkat kebisingan dari titik
pertama sampai titik ke-15 berisiko tinggi.
4.2.3 Mengkonversi Noise Dose Dalam Bentuk TWA
Konversi dari % D menjadi TWA dilakukan untuk lebih memudahkan
pengambilan keputusan dalam penanggulangan dampak kebisingan. Konversi %
D dalam bentuk TWA digunakan persamaan :
85100
log10 D
TWA
Untuk sampel titik ke-1 dengan % D = 416,44 %
Maka TWA = 10 log db20,9185100
416,44
Rata-rata TWA = db34,9015
90,89.............72,8967,9020,91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
Tabel 4.12 Konversi % D dalam TWA
08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-11.45 14.00-15.00 15.00-16.00
1 0,884 1,939 0,864 2,262 1,768 2,160 100 416,44 91,20
2 1,393 1,563 1,309 2,015 1,714 1,447 100 376,79 90,76
3 2,015 1,809 1,866 1,838 1,969 2,144 100 296,71 89,72
4 1,122 1,650 1,299 1,823 1,551 1,393 100 404,08 91,06
5 2,315 2,599 1,403 2,639 1,954 2,245 100 277,07 89,43
6 2,000 2,127 1,880 1,895 2,828 2,127 100 272,13 89,35
7 2,015 2,031 1,539 2,079 2,127 2,425 100 288,16 90,25
8 1,493 2,015 0,926 1,809 1,969 2,245 100 361,39 90,58
9 0,912 1,924 0,806 2,079 1,728 2,031 100 428,91 91,32
10 1,924 1,866 0,940 1,823 2,194 2,111 100 346,00 90,39
11 1,447 2,031 1,612 2,177 2,501 2,462 100 295,42 89,70
12 1,539 1,823 1,612 1,516 1,382 1,470 100 371,73 90,70
13 1,895 1,838 1,425 2,000 1,852 1,575 100 332,34 90,22
14 2,297 1,954 1,954 1,838 1,969 1,895 100 290,23 90,49
15 1,755 1,838 1,796 1,701 1,866 2,262 100 308,98 89,90
Rata-rata 90,34
Prosentase % D% TWANointerval waktu
Hasil TWA yang ditunjukkan dalam Tabel 4.12 berada diluar NAB (> 85
db), begitu juga untuk rata-rata nilai TWA.
Hasil konversi % D titik-titik sampel kedalam nilai TWA, dapat diplotkan
dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik TWA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
4.3 Tahap Pembuatan Sekat Peredam Kebisingan
4.3.1 Penentuan Spesifikasi
Pada tahap pembuatan alat sekat peredam kebisingan akan dilakukan
penentuan spesifikasi yang terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu:
1. Perhitungan Dimensi
Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran sekat yang akan
dibuat. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi:
a. Panjang Sekat Peredam
Panjang untuk satu sekat peredam yaitu 180 cm (1,8 meter). Panjang ini diukur
sesuai kebutuhan dan besar mesin serta jarak antar mesin yang akan diberi
pembatas sekat. Untuk mesin kecil berukuran panjang 1,2 meter dan terbesar
berukuran panjang 3 meter. Jarak antar mesin berkisar 0,9 meter – 3 meter. Jika
ukuran mesin terlampau besar, maka pemberian sekat bisa lebih dari satu untuk
ukuran panjang dan lebar. Sedangkan untuk ukuran miniaturnya dengan
perbandingan skala 1:2, panjang miniatur sekat yaitu 90 cm (0,9 meter).
b. Tinggi Sekat Peredam
Tinggi sekat peredam yaitu 2 meter. Semakin tinggi sekat, maka tingkat / daya
peredaman semakin baik. Ukuran tinggi mesin yaitu 1 meter. Pemilihan ukuran
tinggi 2 meter disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudahan dalam
penggunaanya. Sedangkan untuk ukuran miniaturnya dengan perbandingan
skala 1:2, tinggi miniatur sekat yaitu 1 meter.
c. Lebar Kayu Landasan
Lebar kayu Landasan yaitu 30 cm x 30 cm / 0,3 meter x 0,3 meter. Ukuran ini
sudah mampu menopang atau menyangga sekat peredam dengan baik.
Sedangkan untuk ukuran miniaturnya dengan perbandingan skala 1:2, lebar
miniatur kayu landasan yaitu 15 cm x 15 cm 0,15 meter x 0,15 meter.
d. Lebar Sekat Peredam
Lebar sekat yaitu 10 cm / 0,1 meter. Perhitungan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemudahan dalam penggunaan. Semakin tebal maka tingkat
peredaman akan semakin baik. Sedangkan untuk ukuran miniaturnya dengan
perbandingan skala 1:2, lebar miniatur sekat yaitu 5 cm (0,05 meter).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
2. Penentuan Komponen
Komponen-komponen yang akan digunakan dalam pembuatan alat sekat
peredam kebisingan meliputi:
a. Kayu
Kayu dibedakan menjadi 2, kayu rangka tegak untuk penempatan triplek dan
karpet serta kayu landasan yang berfungsi sebagai penyangga sekat peredam.
Untuk kayu rangka tegak, ukuran disesuaikan dengan besar sekat peredam itu
sendiri, sedangkan kayu landasan dibuat ukuran persegi p x l x t, 30 cm x 30
cm x 20 cm, untuk ukuran miniaturnya 15 cm x 15 cm x 10 cm pada bagian 2
sisi landasan, kiri dan kanan dengan ukuran yang sama besar, hal ini
dimaksudkan agar kayu landasan dapat menyangga sekat dengan kokoh, tidak
mudah jatuh. Untuk komponen kayu, material yang digunakan yaitu kayu jati.
b. Triplek
Triplek berfungsi sebagai bahan sekat peredam utama sebelum karpet. Ukuran
triplek yang digunakan yaitu p x l, 180 cm x 190 cm, untuk ukuran
miniaturnya dengan perbandingan skala 1 : 2 yaitu, 90 cm x 95 cm. Sedangkan
untuk tebal triplek baik ukuran asli maupun untuk ukuran miniaturnya, ukuran
yang digunakan ~ 3 mm. Triplek yang dibutuhkan sebanyak 2 buah untuk tiap
sekat. Terdapat 2 sisi pemasangan triplek, sisi depan dan sisi belakang. Jenis
triplek yang digunakan yaitu jenis triplek biasa.
c. Karpet
Jenis karpet yang digunakan disini yaitu jenis karpet serabut benang dengan
ketebalan 3 mm. Alasan pemilihan karpet jenis ini yaitu dari segi harganya
yang terjangkau, selain itu daya peredaman sudah cukup baik. Penambahan
karpet bertujuan untuk menambah proses penyerapan gelombang bunyi, dan
mengurangi pemantulan suara sehingga diharapkan bisa lebih mereduksi
tingkat kebisingan suara. Untuk ukuran karpet yang digunakan sesuai dengan
ukuran triplek. Pada proses pemasangannya, karpet hanya dipasang pada satu
sisi triplek saja, yaitu sisi bagian dalam sekat, sedangkan untuk bagian sisi luar
tidak diberikan penambahan karpet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
3. Pembuatan Alat Sekat
Pembuatan sekat peredam dibuat berdasarkan dimensi yang telah
ditentukan dan penentuan komponen yang telah dilakukan. Berikut merupakan
tahapan pembuatan sekat peredam:
a. Pembuatan Gambar
Pembuatan gambar sekat peredam dilakukan dengan menggunakan software
Autocad 2004 dan google SketchUp 7. Gambar sekat peredam dibuat dalam
bentuk dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D) seperti ditunjukkan pada gambar
berikut :
Gambar 4.3 Gambar 2D Sekat Peredam Ukuran Asli Tampak Semua Sisi
Gambar 4.4 Gambar 2D Sekat Peredam Ukuran Miniatur Tampak Semua Sisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
Gambar 4.5 Gambar 3D Sekat Peredam Ukuran Asli
Gambar 4.6 Gambar 3D Sekat Peredam Ukuran Miniatur
Gambar 4.7 Gambar 3D Model Sekat Peredam Ukuran Asli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
Gambar 4.8 Gambar 3D Model Sekat Peredam Ukuran Miniatur
Model gambar sekat diatas merupakan gambar ilustrasi, model sekat bisa
lebih dari 3 buah tergantung kebutuhan. Untuk ukuran mesin yang tergolong
besar, jumlah sekat yang digunakan bisa lebih dari 3 buah. Dalam pembuatan kali
ini, pembuatan miniatur berjumlah 3 sekat. Jumlah sekat ini telah disesuaikan
dengan kondisi pabrik Rakabu.
b. Miniatur Sekat peredam
Setelah proses pembuatan gambar rancangan, maka selanjutnya dilakukan
pembuatan miniatur. Miniatur ini nantinya akan diwujudkan ke dalam bentuk
yang nyata dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Gambar 4.9 – 4.12
menunjukkan gambar miniatur sekat peredam kebisingan.
Gambar 4.9 Miniatur Sekat peredam Tampak Samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
Gambar 4.10 Miniatur Sekat peredam Tampak Atas
Gambar 4.11 Miniatur Sekat peredam Tampak Depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
Gambar 4.12 Model Miniatur Sekat peredam
4.3.2 Pengujian Alat Sekat Peredam Kebisingan.
Pada proses pengujian, sekat disusun seperti gambar berikut:
SPEAKER
1.2
1.1
2.1
2.2
Gambar 4.13 Model Pengujian Tanpa Sekat Peredam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
SPEAKER
1.2
1.1
2.1
2.2
Gambar 4.14 Model Pengujian Dengan Sekat Peredam
Keterangan:
Pada Gambar 4.13 ketika speaker diuji tanpa sekat peredam dengan tingkat
kebisingan beragam, hasil pengujian pada posisi 1.1 – 1.2 (jarak 1 meter) dan
posisi 2.1 – 2.2 (jarak 2 meter) menunjukkan bahwa tingkat kebisingan masih
tinggi, bahkan bisa dikatakan tidak mengalami perubahan yang berarti. Berbeda
dengan gambar 4.14 ketika speaker diuji dengan menggunakan sekat peredam
dengan kebisingan yang sama, hasil pengujian pada posisi 1.1 (berhadapan
langsung dengan operator) bisa tereduksi begitu juga pada posisi yang lain. Untuk
lebih jelasnya, hasil pengujian disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.13 Tabel Hasil Pengujian Tanpa Sekat
Tanpa Sekat
Titik Tingkat kebisingan NAB (db) Kebisingan Maksimal
(db) Jumlah N Xbar
Uji 1 Uji 2 Uji 3
1,1 84,9 81,6 87,9 92,7 254,4 3 84,8
1,2 84,4 84,8 82,6 88,1 251,8 3 83,93
2,1 83,7 79,4 86,6 89,6 249,7 3 83,23
2,2 83,2 82,1 82,3 87,3 247,6 3 82,53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengujian Dengan Sekat
Dengan Sekat
Titik Tingkat kebisingan NAB (db) Kebisingan Maksimal
(db) Jumlah N Xbar
Uji 1 Uji 2 Uji 3
1,1 84,5 80 85,1 87,6 249,6 3 83,2
1,2 71,9 70,8 72,7 77,5 215,4 3 71,8
2,1 78,4 74,2 76,1 79,8 228,7 3 76,23
2,2 65,7 63,1 67,7 69,9 196,5 3 65,5
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.13 – 4.14 alat sekat peredam
kebisingan mampu mereduksi / mengurangi kebisingan suara.
4.4 Estimasi Biaya
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya / ongkos
yang dikeluarkan untuk pembuatan 3 alat sekat peredam kebisingan. Biaya /
ongkos yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material.
Keseluruhan biaya material ditunjukkan dalam Tabel 4.15 Harga / estimasi biaya
material yang tertera diperoleh dari pihak bengkel Bapak Huma.
Tabel 4.15 Estimasi Biaya Material
No Bagian Komponen Penyusun Ukuran Jumlah Kebutuhan Harga Satuan Total Harga (Rp)
Kayu Rangka Tegak 190 cm x 180 cm 1 3 50.000 150.000
Kayu Landasan 30 cm x 30 cm x 20 cm 2 6 25.000 150.000
Triplek 190 cm x 180 cm 2 6 25.000 150.000
Karpet 190 cm x 180 cm 1 3 50.000 150.000
600.000
Base Frame1
TOTAL
Dari Tabel 4.15 diketahui bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian material adalah sebesar Rp 600.000,00
Biaya non material terdiri dari biaya tenaga kerja (termasuk biaya proses
permesinan) dan biaya ide. Besarnya biaya ide dalam pembuatan alat sekat
peredam kebisingan ditentukan sendiri oleh perancang. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat diperkirakan biaya non material yang dikeluarkan untuk keperluan
pembuatan alat sekat peredam kebisingan seperti pada Tabel 4.16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
Tabel 4.16 Estimasi Biaya Non Material
No Biaya Non Material Pengeluaran (rupiah)
1 Biaya Tenaga Kerja 300.000
2 Ide 100.000
Total 400.000
Dengan demikian, maka total biaya yang diperlukan dalam pembuatan alat sekat
peredam kebisingan adalah seperti pada Tabel 4.17
Tabel 4.17 Total Biaya Pembuatan
No Jenis Biaya Biaya (rupiah)
1 Biaya Material 600.000
2 Biaya Non Material 400.000
Total 1000.000
Besarnya biaya yang diperlukan dalam pembuatan 3 sekat peredam kebisingan Rp
1.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan
interpretasi hasil penelitian. Analisis dan intepretasi hasil dalam penelitian ini
diuraikan sebagai berikut.
5.1 Analisis Pengukuran Tingkat Kebisingan
Kebisingan yang timbul di bagian produksi bukan disebabkan oleh
beroperasinya satu mesin saja, akan tetapi kebisingan yang timbul lebih
disebabkan oleh beberapa mesin yang dioperasikan secara bersamaan pada waktu
proses produksi. Berdasarkan hasil pengukuran pada 15 titik dalam interval waktu
tertentu yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, rata-rata tingkat kebisingan
pada 15 titik berada di atas nilai ambang batas yang telah ditentukan.
5.2 Analisis Kondisi Awal.
Aktivitas kerja pada bagian produksi CV.Rakabu Furniture saat ini
dilakukan tanpa menggunakan alat pengaman yang memadai. Pada kondisi nyata,
terlihat bahwa para pekerja bekerja dibawah kondisi kerja yang tidak sehat,
mengabaikan unsur keselamatan mereka. Kondisi ruang kerja dengan intensitas
kebisingan yang tinggi tidak diimbangi dengan perilaku sadar diri terhadap
dampak dari kebisingan itu sendiri. Penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga)
justru mengurangi kenyamanan.
Kondisi semacam ini sering menimbulkan ketidaknyamanan bagi para
pekerja bagian produksi CV.Rakabu Furniture. Tiap hari pekerja dihadapkan pada
mesin-mesin yang bising, sehingga pekerja seakan harus bekerja dengan sikap
paksa, hal ini menyebabkan kondisi yang tidak aman saat melakukan aktivitas
kerja.
Permasalahan di atas dipertegas dengan pernyataan pekerja bahwa waktu
rata-rata yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan di bagian proses
produksi selama 7 – 8 jam. Dengan Intensitas kebisingan yang tinggi, mereka
diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai target pabrik. Dari
keseluruhan aktivitas yang dilakukan di ruang proses produksi, banyak keluhan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
keluhan yang dirasakan oleh para pekerja. Keluhan tertinggi yaitu masalah
kebisingan kemudian disusul dengan masalah kuping berdengung jika terlalu lama
berada di ruang produksi.
5.3 Analisis Pengolahan Data
5.3.1 Analisis Batas Waktu Pemaparan Kebisingan
Berdasarkan perhitungan waktu batas pemaparan kebisingan, dari ke-15
titik selama 8 jam kerja, diperoleh hasil bahwa semua titik mempunyai waktu
batas pemaparan dibawah 8 jam. Hal ini sungguh memprihatinkan, mengingat
sampai saat ini para pekerja selalu beraktivitas selama 8 jam kerja setiap hari.
5.3.2 Analisis Prosentase Noise Dose dan TWA.
Untuk menentukan tingkat resiko pada area kerja digunakan prosentase
noise dose yang menggabungkan antara tingkat tekanan suara dan durasi
pemaparannya . Jika D < 100 %, maka para pekerja dianggap aman bila
melakukan aktivitas di tempat kerja tersebut per hari kerja (8 jam). Bila D > 100
%, maka tingkat kebisingan di area kerja menimbulkan dampak buruk bagi
pekerja. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa semua hasil pada 15 titik
pengukuran berada diatas batas Noise Dose (diatas 100 %).
Konversi dari % D menjadi TWA dilakukan untuk lebih memudahkan
pengambilan keputusan dalam penanggulangan dampak kebisingan. Hasil TWA
menunjukkan bahwa semua titik berada diatas NAB, begitu juga pada rata-rata
TWA masih berada diatas NAB. Semua hasil analisis perhitungan menunjukkan
bahwa kondisi ruang kerja proses produksi dinyatakan tidak aman.
5.4 Analisis Konsep Pembuatan Alat Sekat Peredam Kebisingan.
5.4.1 Penjabaran Kebutuhan Perancangan (Need).
Penyusunan konsep pembuatan alat sekat peredam kebisingan dilakukan
dengan mengacu pada data studi pendahuluan yang diperoleh. Data studi
pendahuluan ini menunjukkan fakta yang terjadi di tempat penelitian dan
memberikan informasi tentang apa yang diinginkan oleh para pekerja.
Penyusunan konsep pembuatan sekat peredam dilakukan dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
menjabarkan keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan dalam pembuatan
alat peredam yang dilanjutkan dengan pengembangan ide.
Penjabaran kebutuhan dibuat untuk memperjelas batasan-batasan masalah
dalam pembuatan konsep perancangan dan mempermudah tahapan penyelesaian
yang harus dilakukan sehingga alat yang akan dibuat sesuai dengan tujuan.
Pembuatan alat sekat peredam kebisingan dilakukan dengan mempertimbangkan
kebutuhan pekerja yang berupa : alat sekat yang mampu mengurangi tingkat
kebisingan, mempermudah dalam berkomunikasi, mengurangi rasa sakit akibat
suara mesin-mesin produksi serta memberikan rasa nyaman dalam melakukan
aktivitas kerja.
5.4.2 Pembangkitan Gagasan Dalam Pembuatan Alat Sekat Peredam
Kebisingan (Idea)
Berdasarkan kebutuhan yang telah dinyatakan dengan jelas, maka dapat
dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Permasalahan utama yang terjadi
pada aktivitas di ruang produksi adalah tidak adanya alat peredam kebisingan
yang diharapkan yang memadai sehingga menyebabkan pekerja harus bekerja
dengan kondisi tidak nyaman. Sebagai contoh pekerja kesulitan dalam
berkomunikasi dengan pekerja lainnya, ketika pekerja menggunakan APT, justru
membuat komunikasi antar perkerja semakin sulit. Selain itu, pekerja merasakan
ketidaknyamanan saat menggunakan APT yang telah disediakan oleh Perusahaan.
Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk
mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh tertentu dan untuk
meminimalkan timbulnya rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas kerja
dengan membuat sebuah alat bantu peredam kebisingan model sekat yang
berfungsi untuk mengurangi tingkat kebisingan suara yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin produksi Dengan demikian diharapkan pembuatan alat sekat
peredam kebisingan dapat mengurangi keluhan pada bagian tubuh (pusing kepala,
kuping berdengung, mata berkunang-kunang, dan perut mual) sehingga pekerja
dapat bekerja dengan lebih nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
5.5 Analisis Alat Sekat Peredam Kebisingan
5.5.1 Perhitungan Dimensi
Pada perhitungan dimensi, ukuran panjang sekat, lebar papan landasan,
tinggi sekat serta lebar sekat disesuaikan dengan kondisi ruangan proses produksi.
Alasan pemilihan panjang sekat 1,8 meter dikarenakan untuk memberi ruang
gerak yang cukup leluasa bagi operator dalam melakukan aktivitas disamping
alasan dari ukuran panjang mesin yang berukuran 1,2 meter (untuk ukuran mesin
kecil). Sedangkan untuk ukuran lebar kayu landasan, pemilihan ukuran 0,3 meter
disesuaikan dengan jarak antar mesin yang berkisar 0,9 – 3 meter. Untuk tinggi,
pemilihan ukuran 2 meter dirasa cukup karena untuk tetap memberikan ventilasi
yang memadai, jikalau ukuran terlalu tinggi, dikhawatirkan kondisi ruang kerja
bagi operator terasa panas.
5.5.2 Komponen
Komponen yang digunakan yaitu gabungan kayu, triplek (kayu lapis) dan
karpet. Pemilihan kayu sebagai komponen utama yaitu disesuaikan dengan
CV.Rakabu Furniture sebagai pabrik meubel, jadi dirasa tepat. Untuk kayu lapis
(triplek), pemilihan bahan ini dimaksudkan untuk membantu meredam kebisingan
disamping harga yang cukup terjangkau dibanding bahan kaca, baja serta
kemudahan dalam perakitan dan juga unggul dari segi keamanan. Sedangkan
untuk karpet, bahan ini digunakan untuk membantu kayu lapis dalam meredam
kebisingan serta tidak menimbulkan efek pantulan suara. Selain itu, bahan karpet
sudah banyak digunakan dalam meredam suara, seperti contoh pada studio musik.
Harga karpet juga cukup terjangkau jika dibandingkan jenis peredam lain semisal
wool acoustic berbahan polyester, Acourete Board 230, atau glasswool yang
banyak dipakai pada knalpot kendaraan bermotor.
5.6 Analisis Teknis Pengujian
Pengujian alat sekat peredam kebisingan dilakukan untuk mengetahui
apakah alat ini mampu meredam kebisingan. Pada pengujian kali ini, sekat yang
digunakan yaitu sekat dengan berukuran miniatur dengan perbandingan 1 : 2
dengan sekat yang asli. Berdasarkan pengujian pada tabel 4.13 dan 4.14,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
didapatkan hasil bahwa alat sekat mampu meredam kebisingan suara, baik dari
sisi yang berhadapan langsung dengan operator yaitu titik 1.1 dan titik 2.1 dengan
hasil redaman sekitar 2 db - 12 db, maupun dari sisi sebelah operator yaitu titik
1.2 dan titik 2.2 dengan hasil redaman sekitar 7 db - 16 db. Maka dapat
disimpulkan, alat dapat bekerja sesuai dengan tujuan.
5.7 Analisis Biaya
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya / ongkos
yang dikeluarkan untuk pembuatan 3 alat sekat peredam kebisingan. Biaya /
ongkos yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material.
Keseluruhan biaya material ditunjukkan dalam Tabel 4.15. sebesar Rp
600.000,00.
Biaya non material terdiri dari biaya tenaga kerja (termasuk biaya proses
permesinan) dan biaya ide. Besarnya biaya ide dalam pembuatan alat sekat
peredam kebisingan ditentukan sendiri oleh perancang. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat diperkirakan biaya non material yang dikeluarkan untuk keperluan
pembuatan alat sekat peredam kebisingan seperti pada Tabel 4.16. sebesar Rp
400.000,00. Jadi, besarnya biaya yang diperlukan dalam pembuatan 3 sekat
peredam kebisingan Rp 1.000.000,00, untuk total kebutuhan permesinan
memerlukan 33 sekat, dana total yang dibutuhkan sebesar Rp 11.000.000,00.
5.8 Intepretasi Hasil
Pembuatan alat sekat peredam kebisingan sudah memenuhi semua
penjabaran kebutuhan. Meskipun baru sampai pada tahap miniatur, alat ini tetap
mampu bekerja sebagaimana mestinya. Terbukti pada pengujian, alat sekat
miniature mampu meredam sumber kebisingan. Pembuatan alat ini diharapkan
mampu memberikan rasa nyaman dan aman bagi pekerja nantinya. Ditinjau dari
segi bahan, pemilihan bahan kayu merupakan pilihan tepat dikarenakan material
kayu lebih aman dibanding kaca atau baja.
Seperti halnya pada penelitian yang lainnya, hasil pembuatan alat sekat
peredam kebisingan ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Diantaranya
pada model desain dan ukuran yang terkesan akan memenuhi ruang produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-6
Untuk ukuran tinggi, belum menemukan ukuaran yang cocok yang sesuai dengan
kondisi ruang produksi. Selain itu, perpaduan material peredam juga dirasa masih
kurang. Untuk desain, pada bagian bawah lebih bagus lagi jikalau ditambahkan
roda, hal ini bertujuan apabila tidak difungsikan, alat sekat bisa dengan mudah
untuk dipindahkan, jadi tidak perlu melakukan proses pengangkatan saat
pemindahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan simpulan target pencapaian dari tujuan penelitian dan
memberikan saran bagi kelanjutan penelitian yang telah dilakukan.
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menghasilkan alat bantu kerja berupa sekat peredam kebisingan
dengan dimensi panjang 1.8 meter, tinggi 2 meter dan lebar papan landasan 30
x 30 cm serta dengan penggunaan material perpaduan antara kayu, triplek
serta karpet.
2. Berdasarkan analisis biaya yang dilakukan diketahui bahwa harga 3 unit alat
sekat peredam kebisingan cukup terjangkau dengan total biaya produksi
sebesar Rp 1.000.000,00.
3. Berdasarkan intepretasi hasil diketahui bahwa alat sekat peredam kebisingan
yang dihasilkan sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan pekerja
walaupun masih terdapat beberapa kekurangan terutama pada desain serta
perpaduan bahan peredam. Akan tetapi, kelemahan tersebut tidak mengurangi
fungsi penggunaan alat sekat peredam kebisingan.
6.2 Saran
Beberapa saran diberikan pada penelitian dan pengembangan alat sekat
selanjutnya yang bertujuan mengoptimalkan penggunaan alat sekat peredam
kebisingan.
1. Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya dibuat beberapa macam alternatif desain sehingga didapatkan
desain alat sekat peredam yang sesuai dengan kriteria.
b. Perlu dilakukan pengujian beberapa alternatif perpaduan bahan peredam
untuk bisa lebih mengoptimalkan hasil redaman.
2. Saran yang diberikan untuk mekanisme pengembangan alat sekat yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-2
a. Penambahan roda pada bagian bawah landasan untuk memudahkan dalam
proses pemindahan.
b. Penambahan peredam pada kedua sisi alat sekat.