pembuahan, nidasi, dan plasentasi

12
PEMBUAHAN, NIDASI, DAN PLASENTASI Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan oyum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat. Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel – sel primitive tubule – tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel – sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh sel – sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks. Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit primer. Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder; kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang masing – masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa. Pertumbuhan sembrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin, dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan enam bulan. Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang – kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel – folikel. Pada anak berumur 6 – 15 tahun ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16 – 25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa menopause semua oogonium menghilang. 1

Upload: andi-muhammad-faidzin

Post on 03-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pembuahan nidasi plasentasi

TRANSCRIPT

Page 1: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

PEMBUAHAN, NIDASI, DAN PLASENTASI

Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan oyum (konsepsi), dan

nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau

kepala yang berbentuk silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor. Dengan getaran

ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat.

Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel – sel primitive tubule –

tubulus testis. Setelah janin dilahirkan, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami

perubahan sampai masa pubertas tiba. Pada masa pubertas sel – sel spermatogonium tersebut

dalam pengaruh sel – sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis, dan terjadilah proses

spermatogenesis yang sangat kompleks. Setiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan

spermatosit primer. Spermatosit primer ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit sekunder;

kemudian spermatosit sekunder membelah dua lagi dengan hasil dua spermatid yang masing –

masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu. Dari

spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoa.

Pertumbuhan sembrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital ridge janin,

dan di dalam janin jumlah oogonium bertambah terus sampai pada usia kehamilan enam bulan.

Pada waktu dilahirkan, bayi mempunyai sekurang – kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini

berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel – folikel. Pada anak berumur 6 – 15 tahun

ditemukan 439.000 oogonium dan pada umur 16 – 25 tahun hanya 34.000 oogonium. Pada masa

menopause semua oogonium menghilang.

Sebelum janin dilahirkan, sebagian besar oogonium mengalami perubahan – perubahan pada

nukleusnya. Terjadi pula migrasi dari oogonium kea rah korteks ovarium sehingga pada waktu

dilahirkan korteks ovarium terisi dengan folikel ovarium primordial. Padanya dapat dilihat bahwa

kromosomnya telah berpasangan, DNAnya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi

tetraploid. Pertumbuhan selanjutnya terhenti oleh sebab yang belum diketahui sampai folikel itu

terangsang dan berkembang lagi ke arah kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis

dinamakan oosit primer. Oleh rangsangan FSH meiosis berlangsung terus. Benda kutub (polar

body) pertama disisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma, sedangkan oosit sekunder ini berada di

dalam sitoplasma yang cukup banyak. Proses pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini

disebut pematangan pertama ovum; pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoa

membuahi ovum.

1

Page 2: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

Pembuahan

Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen – mikrofilamen fimbria

infundibulum tuba kea rah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial. Ovum

ini mempunyai diameter 100 (0,1 mm). di tengah – tengahnya dijumpai nucleus yang berada

dalam metafase pada pembelahan pematangan kedua, terapung – apung dalam sitoplasma yang

kekuning – kuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam

amino.

Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Di luar zona pelusida. Di luar zona pelusida ini

ditemukan sel – sel korona radiate, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda –

benda kutub. Bahan – bahan dari sel – sel korona radiate dapat disalurkan ke ovum melalui saluran

– saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel – sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di

ampula tuba makin berkuramg, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu

berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi.

Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus.

Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba dan hanya beberapa

ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah

siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk

mebuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan

kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.

Ferilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang

biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum,

fusi spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membrane

sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar

ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua lapisan yang

menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul

komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di

zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa

menembus zona pelusida.

Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaaksi korteks ovum. Granula

korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim di

dalam granula – granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan

glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan

tidak dapat di tembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu

sperma.

2

Page 3: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membrane nucleusnya; yang tinggal

hanya proneukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah

sebabnya seluruh mitokondria pada manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa

ke dalam vitelus membangkitkan nucleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses

pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Sesudah anafase kemudian timbul telofase,

dan benda kutub (polar body) kedua menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya

mempunyai proneklus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah

koromosom yang haploid.

Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan

genetic dari perempuan dan laki – laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom

otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki – laki satu X dan satu Y. Sesudah

pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1

kromosom X, dan suatu spermatozoa mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X atau

22 kromosom otosom serta 1 komponen Y. Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44

kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedang yang

memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan1 kromosom Y akan tumbuh sebagai

janin laki – laki.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat

berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera

setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan – pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar, dan

dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam

stadium morula. Energi umtuk pembelahan ini diperoleh dengan vitelus, hingga volume vitelus

makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh,

atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil

konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars intersitialis tuba (bagian – bagia tuba yang

sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel –

sel tuba dan kontraksi tuba.

3

Page 4: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

Gambar 1. Pembuahan Ovum

(A, B, C, dan D ) ovum dengan korona radiate, (E) ovum dimasuki spermatozoa, (F dan G)

pembentukan benda kutup II dan akan bersatunya kedua pronukleus yang haploid untuk menjadi

zigot.

Gambar 2. Diagram reaksi akrosom

NIDASI

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista

(blastocyst), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut

inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi

plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas.

4

Page 5: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi

(implantasi), produksi hormone kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah

maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone

human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa

endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio.

Gambar 3. Pembelahan sel mulai dari hasil konsepsi sampai stadium morula.

Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan

menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel – sel desidua. Sel – sel desidua ini besar

– besar mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Nidasi diatur

oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan endometrium. Di satu sisi trofoblas

mempunyai invasive yang kuat, di sisi lain endometrium mengontrol invasi trofoblas dengan

menyekresikan faktor – faktor yang aktif setempat (lokal) yaitu inhibitor cytokines dan protease.

Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara troblas

dan endometrium.

Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotofoblas yang belum berdiferensiasi dapat

berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis, yaitu (1) sinsisiotrofoblas yang aktif

menghasilkan hormone, (2) trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada endometrium,

dan (3) trofoblas yang invasif.

Invasi trofoblas diatur oleh pengaturan kadar hCG. Sinsisiotrofoblas menghasilkan hCG

yang akan mengubah sitotrofblas menyereksikan hormon yang noninvasive. Trofoblas yang

semakin dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG yang semakin rendah, dan membuat

trofoblas berdiferensiasi dalam sel – sel jangkar yang menghasilkan protein perekat plasenta yaitu

triphouteronection. Trofoblas – trofoblas invasive lain yang lepas dan bermigrasi ke dalam

endometrium dan myometrium akan menghasilkan protease dan inhibitor protease yang diduga

memfasilitasi proses invasi ke dalam jaringan maternal.

5

Page 6: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

Kelainan dalam optimilisasi aktivitas trofoblas dalam proses nidasi akan berlanjut dengan

berbagai penyakit dalam kehamilan. Apabila invasi trofoblas ke arteri spiralis maternal lemah atau

tidak terjadi, maka arus darah uteroplasenta rendah dan menimbulkan sindrom preeclampsia.

Kondisi ini juga akan menginduksi plasenta menyekresikan substansi vasoaktif yang memicu

hipertensi maternal. Kenaikan tekanan darah ibu dapat merusak arteri spiralis dan tersumbat,

sehingga terjadi infark plasenta. Sebaliknya, invasi trofoblas yang tidak terkontrol akan

menimbulkan penyakit trofoblas gestasional seperti mola hidatiosa dan koriokarsinoma.

Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan hormone human chorionic

gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari ke –

60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi korpus

luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesterone, sampai plasenta dapat membuat

cukup progesterone sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas untuk menentukan

ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut dapat ditemukan di dalam air kemih ibu hamil.

Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner-cell aktif mudah masuk ke dalam

lapisan desidua, dan luka desidua kemudian menutup kembali. Kadang – kadang pada saat nidasi

yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda

Hartman).

Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian di mana massa inner-cell

berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau

parasentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium, maka

terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau

belakang uterus, dekat dengan fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya

kehamilan.

Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang di

dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan

sitotrofoblas (mononuclear trophoblast) di sisi bagian dalam dan sinsisiotrofblas (multinuclear

trophoblast) di sisi bagian luar. Kondisi ini kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga

untuk melindungi janin yang bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal. Bila

nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel – sel blastokista. Sel – sel yang lebih kecil, yang

dekat pada ruang eksoselom, membentuk endoterm dan yolk sac, sedangkan sel – sel yang lebih

besar menjadi ectoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastokista terdapat

suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang amnion dan yolk sac.

Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga unsur

lapisan, yakni sel – sel ektoderm, mesoderm, dan endoterm. Sementara itu, ruang amnion tumbuh

6

Page 7: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati korion.

Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat dinamakan body stalk, dan merupakan

hubungan antara embrio dan dinding trofoblas Body stalk, menjadi tali pusat. Yolk sac dan alantois

pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa – sisanya dapat ditemukan dalam tali pusat.

Dalam tali pusat sendiri yang berasal dari body stalk, terdapat pembuluh – pembuluh darah

sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat

bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Di dalamnya terdapat jaringan lembek,

selei Wharton, yang berfungsi melindungi 2 arteria umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada

di dalam tali pusat. Kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu system

kardiovaskular janin dibentuk pada kira – kira minggu ke – 10. Organogenesis diperkirakan selesai

pada minggu ke – 12, dan disusul oleh massa fetal dan perinatal. Ciri – ciri tersebut di atas perlu

diketahui jika pada abortus ingin diketahui tuanya kehamilan.

PLASENTASI

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke

dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12 – 18

minggu setelah fertilisasi.

Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasive telah melakukan

penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus interofoblastik yaitu ruangan –

ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh – pembuluh darah yang dihancurkan.

Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan – ruangan interviler di mana vili korialis

seolah – olah terapung – apung di antara ruangan – ruangan tersebut sampai terbentuknya

plasenta.

Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai

pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkungan kapilar (capillary

loops) di dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok

oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi

suatu massa jaringan yang berbeda.

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi kea rah kavum uteri disebut desidua

kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis;di situ

plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis.

Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot – jonjot yang dinamakan vilikorialis dan berpangkal

pada korion. Sel – se; fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah

dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi korion.

7

Page 8: Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi

Selain itu, vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang – cabang

dengan baik, di sini korion disebut korion frondosim. Yang berhubungan dengan desidua

kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri

sehingga lambat – laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion leave.

Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Plasenta yang dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada percampuran darah

antara darah janin dan darah ibu. Ada juga sel – sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh

trofoblas dan sel – sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch.

Ketika proses melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch ini.

8