pembiasaan shalat berjamaah dalam ...repository.metrouniv.ac.id/id/eprint/3116/1/tesis nur...worship...
TRANSCRIPT
PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH DALAM PENINGKATAN
AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH
AT-THOHIRIYAH SUKA JAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Oleh
NUR HASANAH
NPM: 1706711
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1441 H / 2020 M
ii
PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH DALAM PENINGKATAN
AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH
AT-THOHIRIYAH SUKA JAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Oleh
NUR HASANAH
NPM: 1706711
Pembimbing I : Dr. H. Zainal Abidin M.Ag
Pembimbing II : Dr. Yudiyanto, M.Si
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1441 H / 2020 M
iii
ABSTRAK
NUR HASANAH, Tahun 2020. Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam
Peningkatan Akhlak Peserta Didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Tesis Program
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung.
Ibadah kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang sangat penting, dan
inti ajaran Islam pada garis besarnya berisi aqidah, syariah dan akhlak. Salah satu
ibadah yang sangat penting ialah shalat, shalat memiliki kedudukan yang sangat
istimewa. Shalat adalah ketetapan waktu pelaksanaannya dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah mempunyai nilai disiplin yang tinggi bagi yang mengamalkannya.
Shalat adalah bentuk ibadah yang paling agung karena amal yang pertama kali
yang ditanya nanti dihari kiamat adalah shalat. Kebiasaan mengerjakan shalat
secara berjamaah diharapkan peserta didik akan mengerti bahwa shalat itu
merupakan keharusan bagi setiap orang Islam. Shalat pada hakekatnya merupakan
sarana terbaik untuk mendidik jiwa dan memperbaharui semangat dan sekaligus
sebagai penyucian akhlak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Penerapan pembiasaan
Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di
Madrasah Aliyah. 2) Faktor-faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan
Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah.
3) Strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam peningkatan
akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sifat penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yaitu bentuk penelitian yang ditunjukkan untuk menjelaskan
fenomena yang ada. Sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball
sampling, yaitu penarikan sampel lebih representatif baik ditinjau dari segi
pengumpulan data maupun dalam pegembangan data. Teknik pengumpulan
datanya dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengujian keabsahan
data dengan triangulasi. Analisis data dengan reduksi data, penyajian data
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan .1) Pembiasaan Shalat Dhuha dan
Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik, yaitu membimbing
peserta didik kearah prilaku yang baik dan untuk membentuk peserta didik yang
berakhlakulkarimah seorang guru harus memberikan pembisaaan-pembisaaan
melalui kegiatan keagamaan, terlebih guru bidang keagamaan dan harus mampu
menjadi contoh bagi para peserta didiknya, baik di lingkungan madrasah maupun
di luar madrasah. 2) Faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik yaitu fasilitas masjid, sajadah
dan pengeras suara, guru-gunya yang alim (ahli agama), faktor lingkungan sekitar
madrasah ikut mendukung. 3). Strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik yaitu penerapan pembiasaan,
penerapan keteladanan, motivasi dan hukuman merupakan strategi yang
digunakan guru dalam meningkatkan akhlakulkarimah peserta didik.
iv
ABSTRACT
NUR HASANAH, Year 2020. Habit of Prayers in Increasing Morals in Students
at Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa, Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung
Tengah. Thesis Postgraduate Program State Institute for Islamic Studies (IAIN)
Metro Lampung.
Worship to Allah SWT is a very important thing, and the core of Islamic
teachings in general contains aqidah, (faith or monotheism), sharia and morals.
One very important worship is prayer, prayer has a very special position. Prayer
is the timetable for its implementation in the Qur'an and the Sunnah which has
high discipline value for those who practice it. Prayer is the greatest form of
worship because the first charity that is asked later on the Day of Judgment is
prayer. The habit of doing prayers in congregation is expected that students will
understand that prayer is a must for every Muslim. Prayer is essentially the best
means to educate the soul and renew the spirit and at the same time as a moral
cleansing.
This study aims to describe: 1) Application of habituation of Dhuha and
Dhuhr prayer in congregation in increasing the morals of students in Aliyah
Madrasahs. 2) Factors supporting the habituation of Dhuha and Dzuhur prayer in
congregation in increasing the morals of students in Madrasah Aliyah. 3) Dzuha
and Dzuhur prayer strategies in congregation in increasing the morals of students
in Madrasah Aliyah.
The design of this research is, this type of research is field research. The
nature of this research is descriptive research that is the form of research shown
to describe the phenomenon that exists. The data source was chosen purposively
and snowball sampling, that is, sampling is more representative both in terms of
data collection and data development. Data collection techniques by observation,
interview and documentation. Testing the validity of the data by triangulation.
Data analysis with data reduction, presentation of conclusion data.
The results of this study indicate. 1) Habituation of Dhuha and Dzuhur
Prayers in congregation in improving the morals of students, namely guiding
students towards good behavior and to form students who behave in moral
behavior a teacher must provide pembisaaan-pembisaaan through religious
activities, especially teachers in religious fields and must be able to be an
example for the students, both within the madrasa and outside the madrasa. 2)
Supporting factors for habituation of Dhuha and Dzuhur prayer in congregation
in increasing the morals of students, namely prayer facilities and loudspeakers,
teachers who are pious (religious experts), environmental factors around
madrassas also support. 3). Learning Strategies of Dhuha and Dzuhur Prayers in
congregation in improving the morals of students, namely the application of
habituation, the application of exemplary, motivation and punishment strategies is
one of the strategies used by teachers in improving the morals of students.
v
vi
vii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Hasanah
NPM : 1706711
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam Peningkatan Akhlak
Peserta Didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah
Menyatakan bahwa Tesis ini secara keseluruhan adalah asli hasil penelitian
saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan
dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sangsi berupa pencabutan gelar.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya
Metro, 27 Juni 2019
Yang menyatakan,
Matrai 6000
NUR HASANAH NPM: 1706711
viii
PADOMAN TRANSLITERASI
Penelitian Tesis pada Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
sebagai berikut:
1. Huruf Araf dan Latin
Huruf
Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
ţ ط Tidak dilambangkan ا
z ظ b ب
´ ع t ت
g غ ś ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م ż ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
` ء sy ش
y ي ş ص
d ض
2. Maddah atau vokal panjang
Harkat dan huruf Huruf dan tanda
â - ا - ى
î - ي
Û - و
ai ي ا
au -و ا
.
.
ix
PERSEMBAHAN
Tesis ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Ibu Anasih (Alm) dan Bapak Kemen (Alm) mudah-mudahan selalu mendapat
rahmat dari Allah SWT dan selalu kami mendoakan dengan harapan agar
menjadi anak yang shalehah.
2. Suamiku Mislan, S.Pd.I dan anakku Rizqi Annisa Fitri yang aku sayangi yang
memberi dukungan kuliah di Program Pascasarjana IAIN Metro
3. Kakak-kakakku yang mendambakan keberhasilanku.
4. Teman-teman Almamater Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Metro Lampung angkatan 2017.
5. Almamater Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro yang
menambah wawasan Iman dan Taqwa serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
semoga dapat Peneliti amalkan di jalan Allah SWT.
x
MOTTO
Artinya: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. (Q.S. Al-Ankabut: 45).1
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21).2
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Gema
Risalah Press Bandung, 2011), h. 146 2 Ibid, h. 146
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur Peneliti panjatkan kepada Allah SWT.
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Peneliti dapat
menyelesaikan Penelitian Tesis ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai pembawa
risalah agung bagi kemaslahatan dan keselamatan manusia di Dunia dan Akhirat.
Penelitian Tesis ini adalah sebagai salah satu bagian persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program strata dua atau Magister pada Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro guna memperoleh gelar M.Pd, dalam
upaya penyelesaian Tesis ini, Peneliti telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya Peneliti mengucapkan terima
kasih kepada;
1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag Selaku Rektor IAIN Metro.
2. Dr. Hj. Tobibatussaadah, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana IAIN Metro
3. Dr. Mahrus As’ad, M.Ag, selaku Wakil Direktur Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri IAIN Metro.
4. Dr. Sri Andri Astuti, M.Ag, selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
5. Dr. H. Zainal Abidin, M.Ag, sebagai Pembimbing I yang telah memberikan
motivasi, bimbingan dan arahan serta perhatiannya selama Peneliti
menyelesaikan Tesis.
6. Dr. Yudiyanto, M.Si, sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama Peneliti mengikuti pendidikan serta memberi
semangat dalam menyelesaikan Tesis.
7. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan Program Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam
rangka pengumpulan data.
8. M. Sohib,S.Pd.I selaku Kepala MA. At-Thohiriyah yang telah memberikan
izin untuk melaksanakan penelitian.
Kritik dan saran demi perbaikan Tesis ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan lapang dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah
dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan agama
Islam.
Metro, 27 Juni 2019
Peneliti,
NUR HASANAH
xii
NPM: 1706711
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
AKHIR TESIS ................................................................................................ v
KOMISI UJIAN TESIS ................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vii
PADOMAN TRANSLITERASI ................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
MOTTO .......................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
LAMPIRAN .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7
D. TujuanPenelitian ...................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
F. Penelitian Relevan .................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Akhlak ...................................................................................... 11
1. Pengertian Akhlak .............................................................. 11
2. Dasar Akhlak ...................................................................... 14
3. Macam-macam Akhlak ...................................................... 15
4. Pentingnya nilai-nilai Akhlak ............................................. 29
5. Tujuan Pembinaan Akhlak ................................................. 31
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Peserta Didik . 33
7. Akhlak Peserta Didik .......................................................... 39
B. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah .................. 40
1. Pengertian Shalat Berjamaah .............................................. 40
2. Dasar Hukum Shalat Berjamaah ........................................ 43
3. Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur Berjamaah ..................... 45
4. Pentingnya nilai-nilai Akhlak ............................................. 48
5. Syarat dan Tujuan Shalat Berjamaah ................................. 49
6. Hikmah Shalat Berjamaah .................................................. 51
7. Strategi Pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
Berjamaah ........................................................................... 52
xiii
C. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah
dalamPeningkatan Akhlak Peserta Didik ................................. 53
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ......................................................... 57
B. Sumber Data ....................................................................... 58
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 60
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ..................................... 62
E. Teknik Analisis Data .......................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum Penelitian.................................................. 67
1. Sejarah Berdirinya MA.At-Thohiriyah Lampung Tengah 67
2. Visi dan Misi MA. At-Thohiriyah Lampung Tengah .. 68
3. Tujuan MA. At-Thohiriyah Lampung Tengah ............ 68
4. Identitas Madrasah ....................................................... 69
5. Kondisi Madrasah ........................................................ 70
6. Struktur Organisasi At-Thohiriyah Lampung Tengah . 73
B. Temuan Khusus Penelitian ................................................. 74
1. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik
di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah ............................. 75
2. Faktor-faktor Pendukung Pembiasaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur Berjamaah dalam Peningkatan
Akhlak Peserta Didik di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah ............................................................... 87
3. Strategi pembiasaan shalat dhuha dan shalat
dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta
didik di MA. At-Thohiriyah ......................................... 91
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 114
B. Implikasi ............................................................................. 115
C. Saran ................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
1. Pendiri Awal Madrasah Aliyah At-Thohiriyah ......................................... 67
2. Kepala Madrasah Aliyah At-Thohiriyah .................................................. 67
3. Data Guru dan Pegawai Madrasah Aliyah At-Thohiriyah ........................ 71
4. Data Peserta Didik Madrasah Aliyah At-Thohiriyah ............................... 72
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Denah Lokasi Madrasah Aliyah AT-Thohiriyah ...................................... 70
2. Struktur Organisasi MA At-Thohiriyah ................................................... 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ...............................................................
2. Pedoman Wawancara ................................................................................
3. Pedoman Dokumentasi .............................................................................
4. Pedoman Observasi ...................................................................................
5. Transkip Wawancara Penelitian ................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah kepada Allah SWT,merupakan suatu hal yang sangat penting,
dan inti ajaran Islam pada garis besarnya berisi aqidah, (iman atau
tauhid),syariah dan akhlak. Salah satu ibadah yang sangat penting ialah
Shalat, Shalat memiliki kedudukan yang sangat istimewa, baik dilihat dengan
cara memperoleh perintahnya yang diperoleh secara langsung, kedudukan
Shalat itu sendiri dalam agama Islam, maupun dampak atau faedahnya. Shalat
merupakan kebutuhan untuk mewujudkan masyarakat yang diharapkan
Manusia yakni hidup bahagia selamat dunia akherat.
Shalat adalah ketetapan waktu pelaksanaannya dalam Al-Qur’an dan
Al-sunnah mempunyai nilai disiplin yang tinggi bagi yang mengamalkannya.
Aktivitas ini tidak boleh dikerjakan dengan ketentuan diluar syara’ dalam
Shalat seorang muslim berikrar kepada Allah SWT,bahwa sesungguhnya
Shalat, ibadah, hidup, dan matinya hanya bagi Tuhan sekalian alam.3
Shalat adalah bentuk ibadah yang paling agung karena amal yang
pertama kali yang ditanya nanti dihari kiamat adalah Shalat. Kebiasaan
mengerjakan Shalat secara berjamaah diharapkan peserta didik akan mengerti
bahwa Shalat itu merupakan keharusan bagi setiap orang Islam. Bila dewasa
kelak menjadi kebiasaan yang sudah berakar dalam kehidupannya sehingga
menjadi tanggung jawab moral dalam melaksanakannya.
3Khairun Rajab, PsikologiIbadahMemakmurkanKerajaanIlahi di HatiManusia,(Jakarta:
SinarGrafika Offset, 2011), h. 91-95
2
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat
ditandingi oleh ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama. Shalat adalah
ibadah pertama yang di wajibkan oleh Allah SWT,yang perintahnya
disampaikan Allah SWT. Shalat merupakan inti pokok ajaran agama dengan
kata lain, bila Shalat tidak didirikan maka hilanglah agama secara
keseluruhannya.4
Shalat pada hakekatnya merupakan sarana terbaik untuk mendidik jiwa
dan memperbaharui semangat dan sekaligus sebagai penyucian akhlak.
Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga,
sekolah, ataupun masyarakat. Interaksi pendidikan yang terjadi dalam
lingkungan sekolah umumnya didominasi interaksi antara guru dengan
peserta didik atau anak didiknya. Dengan demikian pendidikan anak dalam
lingkungan sekolah harus diperhatikan oleh guru yang tugas utamanya
sebagai pendidik dan pengajar.
Seorang muslim tidak sempurna agamanya jika akhlaknya tidak baik
maka pendidikan akhlak dikatakan sebagai jiwa pendidikan Islam, sebab
tujuan tertinggi pendidikan Islam mendidik jiwa dan sekaligus akhlaknya
agar mengalami perubahan dalam kebaikan.5
4SayyidSabiq, FiqihSunah, (Jakarta: Pena PundiAksara,2006),h. 125-126
5Mansur, PendidikanAnakUsiaDinidalam Islam, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2005), h.
278
3
Peserta didik adalah bagian generasi muda sebagai salah satu sumber
daya manusia yang mempunyai potensi dan penerus cita-cita perjuangan
bangsa. Pemuda memiliki peran strategis dan ciri serta sifat khusus yang
memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjalin
pertumbuhan fisik, mental dan sosial secara utuh, selaras, serasi dan
seimbang.Anak merupakan generasi penerus bangsa Indonesia,baik buruknya
bangsa dimasa depan ditentukan oleh anak dimasa sekarang. Untuk itulah
Islam telah memberikan petunjuk kepada para pendidik tentang cara- cara
mendidik anak.
Ibadah kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena Allah SWT adalah dzat yang menciptakan manusia, bahkan dunia
seisinya. Allah SWT mewajibkan ibadah kepada umat Manusia bukan
untuk kepentingan-Nya, melainkan untuk kebaikan kita sendiri, agar
mencapai derajat taqwa yang dapat menyucikan dari kesalahan dan
kemaksiatan, sehingga dapat keuntungan dengan keridhaan Allah SWT .
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting
yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan
keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah.6
Shalat adalah bentuk ibadah yang paling agung karena amal yang
pertama kali yang ditanyakan nanti di hari kiamat adalah Shalat. Shalat pada
6ZakiahDaradjat, Dkk, IlmuPendidikan Islam (Jakarta: BumiAksara, 2011), h. 87
4
hakekatnya merupakan sarana terbaik untuk mendidik jiwa dan
memperbaharui semangat dan sekaligus sebagai penyucian akhlak.7
Guru memberikan kesempatan kepada para peserta didiknya untuk
turut serta melakukan Shalat bersama-sama. Sebab dengan kebiasaan ini
diharapkan peserta didik dapat mengerti bahwa Shalat merupakan keharusan
bagi setiap orang Islam, bila dewasa kelak menjadi kebiasaan yang sudah
berakar dalam kehidupannya sehingga menjadi tanggung jawab moral dalam
melaksanakannya. Pendidikan adalah aktivitas untuk mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup.
Kelihatannya Shalat berjamaah kurang mempunyai dampak terhadap
pembentukan pribadi atau akhlak peserta didik, padahal dalam Shalat
berjamaah banyak nilai-nilai pendidikan yang sangat besar manfaatnya. Oleh
karena itu, Shalat berjamaah yang dilakukan secara teratur dalam setiap hari
terutama dilakukan dalam lingkungan sekolah akan membawa dampak positif
pada diri peserta didik. Dalam Shalat berjamaah banyak hikmah yang dapat
diambil dan dapat berpengaruh pada perilaku keagamaan peserta
didik.Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabuut ayat 45 yaitu:
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-
Kitab (Al-Qur’an ) dan dirikanlah Shalat. Sesungguhnya Shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengigat Allah SWT. (Shalat) adalah lebih besar
7SayyidSabiq, FiqihSunah, h. 115
5
(keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). Allah SWT mengetahui yang
kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabuut: 45).8
Ayat di atas menunjukkan bahwa Shalat merupakan kewajiban bagi
kaum muslim, Shalat lebih baik dari ibadah-ibadah lain, karena Allah SWT
menyebutkan Shalat adalah suatu ibadah yang merupakan bagian darinya
adalah menunjukkan wajib untuk dilaksanakan. Dalam kehidupan suatu
bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin
perkembangan hidup bangsa tersebut.
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai keagamaan dalam setiap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Akhlak, moral, dan etika merupakan
pangkal pendidikan kepribadiaan yang harus diperhatikan secara khusus,
dimana hal tersebut menjadi tujuan utama dari seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.Terciptanya kepribadian mulia dalam diri
peserta didik, Madrasah Aliyah At-Thohiriyah melakukan beberapa hal
untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya melalui kegiatan pembiasaan
pelaksanaan ibadah sehari-hari misalnya Shalat berjamaah. Shalat
berjamaah yang dilakukan pada waktu Shalat sunnah Dhuha dan waktu
Shalat Dzuhur.
Berdasarkan pra-survey yang telah Penulis laksanakan pada tanggal
21 Juli 2018 di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah didapati bahwa pelaksanaan
Shalat berjamaah sudah dilaksanakan dengan baik. Namun Shalat
berjamaah belum banyak membawa dampak peningkatan pada akhlak
8Depag RI, Al-Qur’an danTerjemahnya, (Jakarta: PustakaAmani 20015) h. 45
6
peserta didik di Madrasah tersebut. Masih banyak yang menampakan
prilaku yang tidak sesuai dengan akhlak terpuji, seperti berkata yang kurang
sopan, membolos pada jam pelajaran, berkelahi dan membohongi guru.9
Oleh sebab itu Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam hubungannya dengan
prilaku atau akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah,
Penulis mengambil judul: “Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam
Peningkatan Akhlak Peserta Didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka
Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan berbagai uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi
yang terkait dengan pembiasaan Shalat sebagai berikut:
1. Penerapan pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
2. Faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah.
3. Strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
9Pra-Survei Madrasah Aliyah MA At-Thohiriyah Kampung Suka Jawa Kecamatan
Bumiratu Nuban 21 Juli 2018
7
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi Masalah di atas
dapat dirumuskan beberapa pokok Masalah terkait dengan pembiasaan Shalat
berjamaah dalam meningkatkan akhlak peserta didik sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah ?
2. Bagaimana faktor-faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan
Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah ?
3. Bagaimana strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah ?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis,
dan mendeskripsikan “Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam peningkatan
Akhlak peserta didik Madrasah Aliyah At-Thohiriyah. Secara khusus
penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis sebagai berikut:
1. Penerapan pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
2. Faktor-faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah.
8
3. Strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini memiliki manfaat antara lain:
1. Dapat mengetahui pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha
dan Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
3 Dapat mengetahui strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah.
F. Penelitian yang Relevan
Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian
terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam Tesis.
Penelitian terdahulu yang relevan sama dengan Tinjauan Pustaka atau kajian
Pustaka istilah lain yang sama maksudnya, pada dasarnya tidak ada penelitian
yang sama atau baru selalu ada keterkaitan dengan yang sebelumnya.10
Guna mengetahui sejauh Mana Masalah pembiasaan Shalat berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik sudah dibahas dalam berbagai
literatur, peneliti mencoba menelusuri beberapa pustaka sehingga dari
10
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Pedoman Penulisan
Tesis Edisi Revisi (Metro: Program Pascasarjana 2015), h. 6
9
penelusuran tersebut dapat diketahui apakah masalah tersebut Masih up to
date untuk dibahas dalam satu karya ilmiah lain.
Kajian yang cukup kasuistik terkait akhlak siswa banyak ditemukan
pada karya ilmiah tingkat kesarjanaan S2, yaitu sebagai berikut:
1. Fajaria Kurnia yang berjudul Peranan Orang Tua dalam Mendidik
Akhlak Anak menurut Prespektif Islam di Dwi Warga Tunggal Jaya Bajar
Agung Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2014/2015.
2. Muh.Toha yang berjudul Pembiasaan Shalat Dzuhur Berjamaah Melalui
Pendekatan Kasih Sayang dan Keteladanan dalam Implementasi
Kurikulum 2013 di SMAN 1 Bandar Sribawono tahun 2016.
3. Hidayaturrahmah dengan judul efektivitas pelaksanaan kegiatan Shalat
dhuha berjamaah untuk membentuk sikap disiplin Siswa di MA
Raudlatusshibiyan Belencong Kecamatan Gunungsari Kabupaten
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
Berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa penelitian ini berupaya
mengambil objek pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),
yaitu di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Kampung Suka Jawa Kecamatan
Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini memiliki
fokus dan tujuan pada upaya yang dilakukan oleh guru-guru PAI maupun
guru-guru dalam bidang studi lain yang beragama Islam dalam Pembiasaan
Shalat Berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah Kampung Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban
Kabupaten Lampung Tengah. Adapun tujuan dalam penelitian ini memiliki
10
beberapa tujuan yaitu: untuk mendiskripsikan Shalat berjamaah
mendiskripsikan akhlak peserta didik, dan membangun pembiasaan Shalat
berjamaah pada usia SLTA dalam peningkatan akhlak mereka.
BAB II
11
LANDASAN TEORI
A. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut (etimologi), adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk
dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata akhlak dalam menempati posisi sifat yaitu akhlak Islami
adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
sebenarnya berdasarkan pada ajaran Islam.11
Kata akhlak mengandung perkataan khalqun خلق berarti kejadian,
yang juga erat hubungannya dengan khaliq خالق yang berarti
pencipta demikian pula dengan makhluqun مخلوق yang berarti yang
diciptakan. Perumusan pengertian akhlak sebagai media yang
memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan
makhluk.12
Al-Khuluk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.13
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya.Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik,disebut
akhlak yang mulia dan perbuatan buruk,disebut akhlak yang tercela
sesuai dengan pembinaannya.
11
Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf,(Jakarta:Raja GrafindoPersada,2003),Cetke-5,h.147 12
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), Cet V Revisi, h. 11 13
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), h.2
12
Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan perbuatan yang dijadikan
sebagai panutan atau suri tauladan yang baik bagi umat muslim sebagai
sumber akhlak yang kedua setelah Al-Qur’an, segala ucapan dan prilaku
beliau seantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah SWT dalam firman
Allah SWT sebagai berikut:
Artinya “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an ) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwayuhkan” (kepadanya). (QS. An-Najm (53): 3-4).14
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan agar selalu mengikuti
jejak Rasulullah dan tunduk kepada apa yang dibawa oleh beliau. Allah
SWT berfirman:
Artinya “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertakwalah
kepada Allah SWT . Sesungguhnya Allah SWT sangat keras hukum-
Nya”. (QS. Al-Hasyr (59):7).15
Kata akhlak dari bahasa Arab diartikan tabiat, perangai,
kebiasaan,dan dalam Al-Qur'an, yang ditemukan hanyalah bentuk
14
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Fokus Media, 2011) h. 15
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya
13
tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum surat Al-Qalam ayat 4
sebagai konsideran pengangkatan Nabi Muhammad SAW.16
Akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menurut
etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab (ا خلا ق) bentuk
jamak dari mufrodnya khuluq (خلق), yang berarti budi pekerti.
Sinonimnya adalah etika dan moral. Moral berasal dari bahasa
Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan. Sedangkan menurut
terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi” dan
“pekerti”.17
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari
bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" ( خلق) yang
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.18
Akhlak mulia adalah tujuan Islam Rasulullah SAW:
مكارم الأخلا ق اإنما بعتت ل (رواه البيهى)تمم
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia". (HR.Baihaqi).19
Akhlak merupakan salah satu bekal kehidupan manusia, seseorang
mempunyai intelektualitas yang tinggi, namun jika tidak di imbangi
dengan akhlak yang mulia, maka munculan sifat yang tidak baik pula
pada seseorang.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah
dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni
keadaan jiwa yang terlatih dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan
16
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan, 2003), h. 253 17
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Balai Pustaka, 1994) h,
26 18
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 01 19
Nailul Authar, Jilid 4, (Surabaya: Bina Ilmu), h. 1785
14
dan diangan-angankan lagi dan suatu kondisi dalam jiwa yang dapat
melahirkan sikap perilaku tanpa perlu pemikiran atau paksaan dan
sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Dasar Akhlak
Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena
akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam.Al-Qur’an
dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria
baik dan buruknya suatu perbuatan.Tingkah laku Nabi Muhammad SAW,
merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia.20
Seperti firman
Allah SWT . dalam Al-Qur’an yaitu:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan
rahmat Allah SWT. Dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah SWT. (QS. Al-Ahzab (33): 21).21
Berdasarkan ayat tersebut di atas dijelaskan bahwasannya terdapat
suri tauladan yang baik, yaitu dalam diri Rasulullah SAW yang telah
dibekali akhlak yang mulia dan luhur, dalam Al-Qur’an:
وإنك لعلى خلق عظيم
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
luhur. (Q.S. al-Qalam : 4)22
20
Yatimin Abdulah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an, (Jakarta: Amzah , 2007),h. 4 21
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah, (Bandung: CV Fokus Media, 2011) h. 419
15
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba
sebagaimana telah disabdakan oleh rosulullah SAW:
(رواه الترمذى)ا ق ل خ م ه ن س اأح ان يم إ ين ن م لؤ ا ل م خ ل ا
Artinya: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang
terbaik akhlaknya”. (HR Tirmidzi(.23
Berdasarkan uraian tersebut di atas memberikan pengertian tentang
pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dengan
pendidikan akhlak yang diberikan dan disampaikan kepada manusia
tentunya akan menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun
perempuan, memiliki jiwa yang bersih, mengetahui perbedaan buruk dan
baik, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan
dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan, sebagaimana yang tertera
dalam pedoman dasar hidup yakni al-Qur'an dan al-Hadits.
3. Macam-macam Akhlak
Ada dua jenis Akhlak dalam Islam, yaitu Akhlaqul
Karimah/Akhlakul mahmudah (akhlak baik) ialah akhlak yang baik dan
benar menurut syariat Islam dan Akhlakqul Madzmumah (Akhlak tidak
baik) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam yaitu:
a. Akhlaqul Karimah/Akhlakul mahmudah(akhlak baik)
Adapun jenis-jenis Akhlaqul Karimah/Akhlakul mahmudah itu adalah
sebagai berikut:
22Ibid. h. 565
23Nauilul Athar, Jilid 4, h.751
16
1) Al- Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya).
2) Al-Alifah (sifat yang disenangi)
3) Al-‘Afwu (sifat pemaaf)
4) Anie Satun (sifat manis muka)
5) Al-Khairu (kebaikan atau berbuat baik)
6) Al-Khusyu’ (tekun bekerja sambil menundukan diri (berdzikir)
kepada-Nya).24
Berdasarkan macam-macam akhlaqul karimah di atas, adapun
penjelasanya sebagai berikut:
1) Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)
Menurut Bahasa Arab amanah berarti: kejujuran, kesetiaan
dan ketulusan hati”.25
Jujur dipercaya merupakan salah satu sifat
wajib bagi Rasulullah, begitu pula umatnya harus mencontoh suri
tauladan dari Rasulullah, baik jujur dalam perkataan dan
perbuatan, karena kejujuran adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh
setiap manusia, karena kejujuaran merupakan pondasi dari iman
kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah SWT :
Artinya: “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat
dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir
dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Allah SWT ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya. Itulah kemenangan yang” agung (QS: al-Maidah (5):
119).26
24
Yatimin Abdulah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an, h. 12-14 25
A. Munir, Dasar- dasar Agama Islam,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), h. 413 26
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,,119
17
2) Al-Alifah (sifat yang disenangi)
Sifat yang disenangi memang sulit diterapkan dalam
masyarakat yang bersifat heterogen, karena setiap anggota
masyarakat memiliki sifat, watak, kebiasaan yang berbeda beda.
Seseorang yang pandai meletakan sesuatu pada tempatnya,
bijaksana, berbuat baik dalam perkataan, tentulah akan disenangi
oleh masyarakat dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari.
3) Al-Afwu (sifat pemaaf)
Dalam kehidupan tidak luput dari khilaf dan kesalahan.
Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap diri seseorang karena
khilaf atau salah hendaklah memaafkan kesalahannya,
sesungguhnya memaafkan dan berkata lemah lembut lebih baik dari
sedekah seperti dalam firman Allah SWT .
Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberiaan maaf lebih
baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan(perasaan si penerima) AllahMaha kaya lagi
maha penyantun. (QS. Al-Baqarah: 263)27
4) Anie Satun (sifat manis muka)
Seseorang yang memiliki akhlaqul karimah selalu ramah
pada setiap orang walaupun ia dihadapi dengan permasalahan,
fitnah yang memburukkan nama baiknya.
27
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,263
18
5) Al-Khairu (kebaikan atau berbuat baik)
Berbuat baik adalah hal wajib diamalkan dalam kehidupan
umat manusia. Sudah banyak ayat Al-Qur’an sebagai pedoman
umat manusia yang menjelaskan tentang keutamaan berbuat baik,
seperti dalam firman Allah SWT .
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (QS. an-Nahl: 90).28
Allah SWT menekankan bahwa untuk mendapatkan
kedekatan dan Rahmat Allah SWT syaratnya adalah dengan
berbuat kebaikan kepada sesama yaitu harus berbuat kebaikan dan
penuh kasih sayang kepada manusia.
6) Al-Khusyu’ (tekun bekerja sambil menundukkan diri /berdzikir)
Khusyu’ dalam perkataan, maksudnya ibadah yang berpola
perkataan, dibaca khusus kepada Allah SWT Rabbul ‘Alamain
dengan tekun sambil bekerja dan menundukan diri takut kepada
Allah SWT.
Ibadah dengan merendahkan diri menundukan hati, tekun
dan tetap, senantiasa bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil,
28
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah: 9
19
memuja asma Allah SWT menundukkan hati kepada-Nya,
memelihara penglihatan, menjaga kehormatan, jangan berjalan di
muka bumi Allah SWT kecuali tunduk hanya kepada-Nya, itulah
sebenarnya akhlaqul karimah”.29
b. Akhlaqul Madzmumah/akhlak yang buruk
Kata Madzmumah berasal dari bahasa Arab yang artinya tercela.
Akhlak madzmumah artinya akhlak tercela. Bentuk akhlak yang
bertentangan dengan akhlak terpuji adalah akhlak tercela. Akhlak tercela
merupakan tingkah laku yang merusak keimanan seseorang dan
menjatuhkan martabatnya sebagai manusia.30
Adapun jenis-jenis akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) itu
adalah sebagai berikut.
1) Ananiyah (sifat egois) .
2) Al-Baghyu (suka obral diri pada jenis yang tidak hak (melacur)).
3) Al-Bukhlu (sifat bakhil, kikir, kedekut (terlalu cinta harta)).
4) Al-Kadzab (sifat pendusta atau pembohong).
5) Al-Khamru (minum minuman yang mengandung al kohol).
6) Al-Khiyanah (sifat Pengkhianat).
7) Azh-Zhulmun (sifat aniaya).
8) Al-Jubnu (sifat pengecut).31
Berdasarkan macam-macam akhlaqul madzmumah di atas,
adapun penjelasanya sebagai berikut:
1) Ananiyah (sifat egois)
Sifat egois adalah sifat mementingkan diri sendiri, orang yang
memiliki sifat egois cenderung mengambil keputusan yang tanpa
29
Ibid, h. 14. 30
Maman Abd. Djaliel, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 121 31
Yatimin Abdulah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an., h. 14-16
20
memikirkan kemaslahatan umat. Mereka hanya dengan sebelah mata
bersikap hanya didorong oleh kehendak nafsu.
Artinya: Sekiranya kebenaran itu harus mengikuti kemauan bahwa
nafsu mereka saja tentulah akan binasa langit dan bumi dan mereka yang
ada di dalamnya (QS. Al-Muminun (23) :71).32
2) Al-Baghyu (obral diri pada lawan jenis yang tidak hak (melacur)
Berzinah tentu saja dilarang oleh agama, dan perbuatnnya
pun dikutuk oleh masyarakat, melacur perbuatan yang tercela jelas
sekali orang yang melakukan perbuatan ini dengan alasan dilaknat
oleh Allah SWT dalam firmannya.
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk”. (QS. Al-Isro (17): 32).33
Jangankan untuk melakukan perbuatan keji tersebut, bahkan
dilarang untuk mendekatinya, hal yang dapat menjerumuskan pada
perzinahan seperti, berduaan dengan yang bukan mukhrimnya
ditempat yang sepi tanpa ada orang lain.
32Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,71.
33
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,32.
21
3) Al-Bukhlu (Sifat Bakhil, Kikir, Kedekut (Terlalu Cinta Harta)
Sifat bakhil, kikir, adalah sifat yang sangat tercela dan paling
dibenci Allah SWT Sesungguhnya Allah SWT telah mengatur
rezeki bagi manusia namun manusia lupa untuk bersedekah kepada
sesama, padahal di dalam rezeki yang dapatkan ada rezeki orang
lain, seperti dalam firman Allah SWT .
Artinya : “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah SWT berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta
yang mereka bakhilkan akan dikalungkan kelak di lehernya
pada hari kiamat. Kepunyaan Allahlah segala warisan di langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS: Ali imran (3):180).34
4) Al-Kadzab (sifat pendusta atau pembohong)
Maksud dari pendusta adalah sifat yang mengada-ada
sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan tujuan untuk
merendahkan orang lain. Orang yang sekali-kali pernah berdusta
maka selamanya ia tidak mendapatkan kepercayaan dari orang lain,
orang yang berdusta, seperti dalam firman Allah SWT yaitu:
34
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,180
22
Artinya:Dan barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka
sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosanya nyata.
(QS. An-Nisa (4):112).35
5) Al-Khamru (gemar minum-minuman yang mengandung al-kohol)
Minuman yang beralkohol adalah minuman diharamkan
karena menyebabkan seseorang yang meminumnya menjadi mabuk,
orang yang telah mabuk maka akan kehilangan kesadaran dan akal
sehatnya membuatnya lalai beribadah pada Allah SWT .
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. (QS.
Al-Maidah: 90).36
6) Al-Khiyanah (Sifat Pengkhianat)
Khianat adalah kebalikan dari sifat amanah, seseorang yang
telah diberi kepercayaan namun ia mengkhianatinya, perbuatan
tersebut mungkin sesaat tidak diketahui oleh orang lain, namun
Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu yang kerjakan, untuk
35
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,112. 36
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah, 90-91.
23
menutupi perbuatannya orang yang memiliki sifat tersebut rela
bersumpah atas nama Allah SWT untuk memperkuat dan
membenarkan keterangannya.
7) Azh-Zhulmun (sifat aniaya)
Aniaya ialah meletakan sesuatu tidak pada tempatnya,
mengurangi hak yang seharusnya diberikan, sifat aniaya dapat
merugikan orang lain dan termasuk perbuatan yang menzhalimi
orang lain, perbuatan tersebut dapat memutuskan tali persaudaraan
antara sesama manusia. Seperti firman Allah SWT .
Artinya: Orang-orang yang dzalim tidak mempunyai teman
setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai orang pemberi syafaat
yang diterima syafaatnya”. (QS. Al-Mu’min (41):18).37
Itulah
sebabnya agama telah melarang untuk tidak melakukan perbuatan
yang dapat mendzalimi orang lain.
8) Al-Jubnu (sifat pengecut)
Ciri-ciri dari sifat pengecut adalah ia selalu ragu-ragu dalam
bertindak, keragu-raguan memulai sesuatu itu berarti suatu
kesalahan. Orang muslim tegas, cepat mengambil keputusan.
Sifat pengecut merupakan perbuatan yang sangat buruk, dalam
Hadits Rasulullah “Dari Musa bin Ali bin Rabbah, dari
ayahnya, dari Abdul Aziz bin Marwan, ia berkata, aku
mendengar Rasulullah SAW, bersabda: “seburuk-buruk sifat
37
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah,:18.
24
yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit
dan pengecut yang sangat pengecut”.38
Adapun bentuk-bentuk akhlak yang baik diantaranya:
a. Bersifat sabar.
Pribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana
jadam, namun akibatnya lebih manis dari pada madu. Ungkapan
tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah.
Kesabaran itu sendiri dibagi menjadi empat kategori :
(1) Sabar menanggung beratnya melakukan kewajiban. Misalnya
melaksanakan kewajiban rukun Islam.
(2) Sabar menaggung musibah atau cobaan.
(3) Sabar menahan penganiayaan dari orang.
(4) Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan.
Kebalikan dari sifat sabar adalah sifat putus asa, yakni
ketidak mampuan atas seseorang menanggung derita ketidak
sanggupan seseorang tekun dalam kewajiban.Ada tiga faktor
yang mempengaruhi kesabaran seseorang yaitu:
(a) Syaja’ah atau keberanian, yaitu seseorang yang dapat
bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada
keberanian menerima musibah.
(b) Al-Quwwah atau kekuatan, yaitu seseorang dapat bersabar
terhadap segala sesuatu jika dalam dirinya cukup tersimpan
sejumlah kekuatan.
(c) Sadar dalam mengerjakan sesuatu. Jika seseorang tahu dan
sadar yang dilakukan maka tahu manfaatnya.39
b. Bersifat Benar (istiqomah).
Dalam peribahasa sering disebut berani karena benar,
takut karena salah, betapa akhlaqulkarimah menimbulkan
38
Yatimin Abdulah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an., h. 75-92. 39
Ya’qub Hamzah, Etika Islam Pembinaan AKhlak Karimah, (Bandung: Diponegoro,
1993), h. 269
25
ketenangan batin, yang dari situ dapat melahirkan kebenaran.
Benar ialah memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan apa
yang terjadi, artinya yang sesuai dengan kenyataan.
c. Memelihara Amanah.
Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan,
ketulusan hati, kepercayaan (istiqomah) atau kejujuran.
Kebalikannya ialah khianat.40
Khianat adalah suatu sifat
munafik. Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini
dipertahankan sebagai akhlaqul karimah dalam masyarakat, jika
sifat dan sikap itu hilang dari tatanan sosial umat Islam maka
kehancuranlah yang akan terjadi.
d. Bersifat Adil
Adil berhubungan dengan perseorangan, adil
berhubungan dengan kemasyarakatan,Adil berhubungan dengan
Pemerintahan misalnya tindakan hakim menghukum orang-
orang yang jahat atau orang bersengketa sepanjang neraca
keadilan.41
Sebagai kebalikan dari sifat adil adalah sikap Dzalim.
Dzalim berarti menganiaya, tidak adil dalam memutuskan
perkara, mengambil hak orang lain dari batasnya atau
memberikan hak orang kurang dari semestinya.
40
Ibid, h, h.65 41
Ya’qub Hamzah, Etika Islam Pembinaan AKhlak Karimah, h.67
26
e. Sifat Kasih Sayang
Sifat kasih sayang (Ar-Rahman) adalah fitrah yang
dianugerahkan Allah SWT kepada makhluk.
Manakala sifat Ar-Rahman ini terhujam kuat dalam diri
pribadi seseorang, dapat menimbulkan berbagai sikap akhlaqul
mahmudah antara lain sebagai berikut:
a. Pemurah, ialah sikap suka mengulurkan tangan kepada
orang lain yang menghajatnya.
b. Tolong menolong, ialah sikap senang menolong orang
lain, baik dalam bentuk material.
c. Pemaaf, yaitu sifat pemaaf yang timbul karena sadar
bahwa manusia bersifat dhaif tidak lepas dari kesalahan
dan kekhilapan.
d. Damai (Ash-Shulhu) orang yang jiwanya yang penuh
kasih sayang dapat memancarkan sikap suka kepada
perdamaian dan perbaikan.
e. Persaudaraan dari jiwa yang penuh kasih sayang mudah
diperoleh semangat persaudaraan.
f. Menghubungkan tali kekeluargaan (silaturrahmi), dengan
adanya sifat kasih sayang ini, maka seorang Muslim tidak
senang memutuskan tali kekeluargaan,42
f. Bersifat Hemat.
Hemat (al-iqtishad) ialah menggunakan segala sesuatu
yang tersedia berupa harta benda,waktu dan tenaga menurut
ukuran keperluan,mengambil jalan tengah.
g. Bersifat Berani.
Sifat berani termasuk dalam fadhilah akhlak. Syaja’ah
(berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan
42
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Amzah, 2007), h.25
27
laga,melainkan suatu sikap mental seseorang,dapat menguasai
jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
h. Bersifat kuat (Al-Quwwah)
Sedangkan pribadi manusia dibagi menjadi tiga bagian
yaitu,kuat fisik,kuat jasmaniah yang meliputi anggota tubuh,kuat
jiwa, inovatif dan inisiatif, kuat akal, pikiran,cerdas, dan cepat
mengambil keputusan yang tepat.
... ...
Artinya:Sungguh atas kehendak Allah SWT semua ini
terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
SWT ” (QS. AL-Kahfi: 39).43
i. Bersifat Malu (Al-Haya’)
Sebagai rangkaian dari sifat Al-Haya (malu), ialah malu
terhadap Allah SWT dan malu kepada diri sendiri, dikala
melanggar peraturan-peraturan Allah SWT Perasaan ini dapat
membimbing kepada jalan keselamatan dan mencegah dari
perbuatan nista.
j. Memelihara Kesucian Diri (Al-Ifafah)
Al-Ifafah (memelihara kesucian diri) termasuk dalam
rangkaian fadhilah akhlak yang dituntut dalam ajaran Islam.
Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan
hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Sebagai kebalikan dari
43
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah
28
sifat tersebut ialah sikap memperturutkan panggilan hawa nafsu.
Firman Allah:
Artinya “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang.” (QS: Yusuf: 53).44
k. Menepati Janji
Janji ialah suatu ketetapan yang dibuat dan sepakati oleh
seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk
dilaksanakan sesuai dengan ketetapannya. Biarpun janji yang
dibuat sendiri tetapi tidak terlepas darinya, melainkan mesti
ditepati dan ditunaikan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa akhlak terbagi menjadi dua
yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah, akhlak
mahmudah ialah suatu bentuk tingkah laku, sifat, sikap, dan
perbuatan baik yang ditampakkan oleh seseorang dalam kehidupan
sehari-hari. Akhlak madzmumah merupakan bentuk tingkah laku,
sifat, sikap, dan perbuatan buruk.
44
Al-Qof. Alqur’an dan Terjemah
29
4. Pentingnya Nilai-nilai Akhlak
Akhlak sesuatu yang istimewa dan sangat penting dalam Islam.
Akhlak adalah tiangnya agama yang wajib ditegakkan oleh setiap
muslim. Maka barang siapa yang menegakkan maka menegakkan
agama dan barang siapa yang mengabaikan berarti merobohkan
agama”.45
Kemudian perhatian Islam terhadap akhlak dapat pula dijumpai
di perhatian Nabi Muhammad SWA sebagaimana terlihat
dalam ucapan dan perbuatannya yang mengandung akhlak,
seperti di dalam haditsnya:“Aku diutus (Allah) untuk
menyempurnakan akhlak mulia (HR. Ahmad)”.46
Berdasarkan Rasulullah SAW dalam haditsnya di atas yang
mengatakan bahwa diri beliau diutus oleh Allah hanya untuk
menyempurnakan akhlak. Ini terbukti pada awal kerasulannya, kiprah
Nabi Muhammad SAW. uraian berikut dijelaskan bahwa akhlak
sebagai azas kebahagiaan dan manfaat akhlak yaitu sebagai berikut:
a. Akhlak sebagai Azas Kebahagiaan
Kesadaran bahwa manusia dalam hidup membutuhkan
manusia lainnya menimbulkan perasaan bahwa setiap manusia
terpanggil hatinya untuk melakukan yang baik.
Tujuan akhlak yaitu mencapai kebahagiaan dunia bahkan
tujuan akhlak, untuk kebahagian akhirat yang semata-mata untuk
45
Nipan Abdul Him, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000), h. 20 46
Abuddin Nata, Akhlak, h. 76
30
mencapai kebahagian dunia yang dihalalkan yang membawa
kepada kebahagian akhirat.47
Kebahagiaan dunia seperti kesehatan, kekuatan, kecantikan,
panjang umur dan lain-lain. Begitu juga dengan kebahagian luar,
yang paling menonjol adalah harta, keluarga, kemuliaan,
kemurahan rizki, dan kelebihan bersifat kejujuran yang tergambar
pada 4 keutamaan yaitu hikmah, keberanian, suci diri dan keadilan,
serta yang termasuk didalamnya misalnya kelebihan-kelebihan
yang berasal dari taufik Allah,hidayah Alloh,petunjuk,bantuan dan
pertolongannya.
b. Manfaat Akhlak
Muslim yang benar selalu menampilkan budi pekerti yang
baik, perkataan yang halus dan ramah. Nabi Muhammad adalah
tokoh yang dijadikan idola dan suri tauladan dengan mencontoh
perbuatan akhlak yang mulia dari beliau.48
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak.
Akhlak yang mulia ini ditekankan karena di samping membawa
kebahagiaan bagi diri sendiri juga keluarga,manfaatnya adalah
untuk orang bersangkutan, sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS An-Nahl ayat 97 adalah:
47
Omar Muhammad, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 347 48
M. Ali Hasyim, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, (Jakarta: Gema, tt), h. 36
31
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.49
Ayat tersebut di atas telah menjelaskan manfaat dari akhlak
yang mulia yaitu seseorang yang beramal sholeh, akan
memperoleh kehidupan baik dan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda di akhirat dengan masuknya ke dalam surga.
Melihat beberapa manfaat di atas yang berakhlakulkarimah
maka akan menikmati manfaat dari akhlak tersebut. seringnya
menjumpai dalam kenyataan sosial bahwa orang yang berakhlak itu
semakin sejahtera. Karena orang yang baik akhlaknya pasti disukai
oleh lingkungan masyarakat, segala kesulitan dan permasalahannya
dapat selalu dibantu.
5. Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk
membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam
berbicara dan perbuatan,mulia dalam tingkah laku perangai,bersifat
bijaksana,sopan santun dan beradab, ikhlas dan jujur pada peserta
didik.
49
QS An-Nahl ayat 97
32
Berdasarkan tujuan pembinaan akhlak,maka setiap saat,
keadaan,pelajaran,aktifitas merupakan sarana pendidikan
akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan
memperhatikan akhlak di atas segala-galanya.50
Tujuan akhlak
adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat,
kesempurnaan bagi individu dan menciptakan
kebahagian,kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi
masyarakat.51
Tujuan pembinaan akhlak pada peserta didik ialah
menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna
dan membedakannya dari makhluk lainnya. Akhlak hendak
menjadikan orang berakhlak baik bertindak tanduk baik terhadap
sesama manusia.
Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar
manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang
lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT .52
Berdasarkan uraian di atas tujuan pembinaan akhlak adalah
mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji,
menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta
didik,memupuk ketegaran mental peserta didik terhadap situasi
kesehariannya,meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-
sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, lingkungan,
menciptakan manusia sebagai makhluk tinggi dan sempurna dan
membedakannya dari makhluk lainnya.
50
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, h. 115 51
BarnawieUmary, Materi Akhlak, (Solo: CVRamadhani,1988).h 2 52
AliAbdulHimMahmud, AkhlakMulia,(Jakarta:GemaInsani Press,2004), h.159
33
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Peserta Didik
Akhlak ialah, sifat-sifat yang di bawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada pada diri manusia. Sifat itu
dapat lahir berupa perbuatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau
perbuatan buruk, yang disebut akhlak yang tercela”.53
Setiap orang ingin agar menjadi orang yang baik, mempunyai
kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang kuat dan akhlak
yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan dengan melalui
pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat membawa
kepada terjaminnya akhlak perilaku ihsan. Pendidikan agama
harus diberikan secara terus-menerus baik faktor kepribadian,
faktor keluarga, pendidikan formal,pendidikan nonformal atau
lingkungan.54
Generasi muda yang merupakan sumber insani bagi
pembangunan nasional, untuk itu pula pembinaan bagi mereka dengan
mengadakan upaya-upaya pencegahan pelanggaran norma-norma
agama dan masyarakat. Secara umum pengaruh pendidikan akhlak
seseorang tergantung pada dua faktor yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor Internal/kepribadian dari orang itu sendiri.
Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada
masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-
12 tahun. Kemampuan seseorang dalam memahami
masalah-masalah agama atau ajaran agama, hal ini sangat
dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri dalam
memahami ajaran Islam.55
53
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak., h. 1. 54
Nipa Abdul Him,Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 12 55
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama , (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 58
34
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
internal atau faktor yang ada dalam diri orang adalah orang yang
terdekat yang mengajarkan agama terutama pada masa anak-anak,
karena pada masa itu anak akan memahami masalah dan ajaran-
ajaran yang diterimanya.
2) Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal yang bisa mempengaruhi akhlak
seseorang:
a) Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, lingkungan lain menerima anak-anak
setelah mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam
asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah keluarga
muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan
melalui pendidikan Islam.
Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun
disertai contohnya untuk dihayati maknanya, seperti
kesusahan ibu yang mengandungnya, kemudian
dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,
kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya,
yaitu memikul pertanggungjawaban terhadap
pendidikan anak.56
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dalam
kehidupan manusia untuk pertama kalinya, seorang insan akan
mendapati dirinya dalam pengasuhan orang tuanya diantara
para saudaranya.
56
Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Fakultas
Tarbiyah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 108.
35
Pendidikan dalam lingkup keluarga tidaklah terbatas
pada saat manusia masih kanak-kanak, namun keluarga
adalah penyokong, pelindung, pendidik dan penjaga
anak dari berbagai pengaruh negatif yang mungkin
diterimanya dari luar. Ikatan anak dengan orang tua dan
keluarganya adalah ikatan yang kokoh karena bersifat
normative, teologis, sosiologis, dan psikologis.57
Dengan perkembangan akhlak keagamaan yang baik
pada anak sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap budi
pekerti atau tingkah laku anak pada masa yang akan datang. Di
samping faktor pengaruh keluarga, faktor lingkungan
masyarakat dan pergaulan anak juga mempengaruhi
perkembangan moral keagamaan anak.
b) Lingkungan Pergaulan
Pergaulan banyak menentukan corak kepribadian
seseorang. Akulturasi antara dua orang atau lebih yang
berhubungan niscaya saling mempengaruhi antara yang satu
dengan yang lainnya, pergaulan antara kawan, teman inilah
yang sering mengubah akhlak seseorang yang baik menjadi
buruk.Rasulullah SAW bersabda:
( رواه ابن عباس)اكرمو اولدكم واحسنوا ادبهم
Artinya: “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah
mereka dengan budi pekerti yang baik. (H.R IbnuAbas)”.58
57
Perpustakaan Nasional RI, Wawasan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Bandar Lampung:
Aura, 2013), h. 155-163 58
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam ,Cet III, (Jakarta: Pustaka Amani,
2002), h. 197
36
Baihaqi meriwayatkan hadis dari Ibnu Abbas
r.a.dariRasululah:
( رواه البيهقى)د على الوالد ان يحسن ادبه ويحسن اسمه من حق الول
Artinya:Diantara yang menjadi hak seorang anak atas
orang tuanya adalah memperelok budi pekertinya dan
menamakannya dengan nama yang baik.(H.R Baihaqi)’’.59
Berdasarkan hadits-hadits pendidikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa para pendidik (ayah, ibu) mempunyai
tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik anaknya
dengan kebaikan dan nilai akhlak. Tanggung jawab tersebut
dilakukan sejak kecil agar anak senantiasa berlaku benar.
c) Lingkungan Madrasah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan anak yang
bersifat formal, karena berbagai komponen pendidikan
disekolah mulai dari visi, misi, tujuan, kurikulum, materi
pelajaran, proses belajar mengajar, guru, evaluasi, manajemen,
dana, sarana prasarana dan komponen pendidikan lainnya
bersifat formal.
Lingkungan pendidikan, sangat besar sekali
pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar peserta
didik memahami melakukan suatu perubahan pada
dirinya.Akhlak memberitahu bagaimana seharusnya
manusia bertingkah laku, bersikap terhadap penciptanya
(Tuhan).60
59
Ibid, h. 198 60
Mustofa. Akhlak Tasawuf. h. 109
37
Madrasah merupakan faktor penting di samping faktor-
faktor yang lain, sebab madrasah sebagai lembaga pendidikan
untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat yang ada pada
anak didik serta membimbing bakat tersebut agar bermanfaat
bagi dirinya dan masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Penampilan guru, pakaiannya, cara berbicara, bergaul
dan memperlakukan anak didik, keadaan jiwa yang
sedang dialaminya, idiologi dan paham yang dianutnya
terbawa tanpa disengaja ketika ia berhadapan dengan
anak didiknya. Peserta didik tanpa disadari oleh guru
dan orang tua,bahkan anak tidak tahu bahwa ia telah
terseret menjadi kagum dan sayang terhadap
gurunya.61
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami
bahwa segala sesuatu yang ada di madrasah akan memberikan
kesan kewajaran yang patut dilakukan oleh anak didik, sesuatu
yang baik dan memberikan kesan baik, itu wajar dan patut.
sesuatu yang tidak baik akan memberikan kesan yang tidak
baik pula terhadap tingkah laku anak didik.
d) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai komunitas yang
amat heterogen dengan berbagai aspeknya. Masyarakat
memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian
manusia. Hal ini ditunjukkan setiap individu dalam
menanamkan nilai-nilai akhlak al-karimah kepada semua orang
61
Ibid.
38
ditegaskan oleh Allah SWT ,demikian juga, dalam QS. Ali
Imran: 104 sebagai berikut:
Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang yang beruntung”.62
Begitu juga dalam surat Al-Imran ayat: 110 sebagai
berikut:
Artinya “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah SWT . Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik”.63
Berdasarkan dari pemaparan uraian diatas jelas bahwa
faktor eksternal sangat mempengaruhi prilaku peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
62
QS. Ali Imran: 104 63
QS. Ali Imran: 110
39
7. Akhlak Peserta Didik
Akhlak peserta didik ini bukan hanya sekedar hal-hal yang
berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus ditampakkan
oleh peserta didik dapat mendukung efektivitas proses belajar mengajar.
Pengetahuan terhadap akhlak peserta didik ini bukan hanya perlu
diketahui oleh setiap peserta didik, melainkan juga perlu diketahui oleh
setiap pendidik, dengan tujuan agar dapat mengarahkan dan membimbing
para peserta didik untuk mengikuti akhlak sebagai berikut:
a. Akhlak peserta didik terhadap tuhan seperti, menjalankan segala
kewajiban dan menjauhi segala larangan yang telah Allah SWT .
tentukan, dan menjalankan kehidupan berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadits Rasulullah.64
Contoh akhlak terhadap Allah SWT
Ikhlas, Khusyu, sabar, syukur, tawakkal, dan do’a.65
b. Akhlak peserta didik terhadap sesama manusia, seperti patuh
menjalankan semua perintah orang tua dan guru, berkata sopan
terhadap yang lebih tua, beramah tamah terhadap sesama,
menghargai dan menghormati orang lain di dalam masyarakat.
c. Akhlak peserta didik terhadap alam, seperti selalu menjaga
kebersihan lingkungannya, tidak merusak lingkungan, peduli
terhadap keindahan, kamanan dan ketertiban lingkungan.66
Akhlak secara umum dan secara khusus berkaitan dengan tugas
dan fungsi sebagai peserta didik. Akhlak secara khusus ini penting
dimiliki setiap peserta didik dalam rangka mendukung efektifitas atau
keberhasilannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dikalangan
para ahli pendidikan terdapat gagasan yang berkaitan dengan rumusan
64
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h.182. 65
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian Perguruan Tinggi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 144. 66
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,h.125
40
tentang akhlak yang khusus ini dengan menggunakan latar belakang
pendekatan yang berbeda-beda.
Menganjurkan agar peserta didik memiliki niat ibadah dalam
menuntut ilmu, menjauhi kecintaan terhadap duniawi (zuhud), bersifat
rendah hati (tawadlu), menjauhkan diri dari pemikiran para ulama yang
saling bertentangan, mengutamakan ilmu-ilmu yang terpuji untuk
kepentingan akherat dan dunia, memulai belajar dari yang mudah
menuju yang sukar, dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari ilmu
yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu kifayah.
Secara lebih sistematis terdapat tiga hal yang berkaitan dengan
akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik diantaranya:
1) Akhlak terhadap diri sendiri,yaitu memelihara diri dari perbuatan
dosa dan maksiat, memiliki niat,motivasi yang kuat dan ikhlas
dalam menuntut ilmu,bersikap sederhana dan menjauhkan diri dari
pengaruh duniawi.67
2) Akhlak terhadap pendidik, yang antara lain mematuhi,
memulyakan, menghormati, dan menerima segalanya.
3) Akhlak terhadap kegiatan belajar mengajar yang antara lain
senantiasa memperdalam ilmu yang dipelajari dari guru,
mempelajari ilmu secara bertahap berusaha mempraktikkannya.
B. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah
1. Pengertian Shalat Berjamaah
Shalat berasal dari kata Shalla, yang berarti berdoa, Agama Islam
mengajarkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa mengingat Allah
SWT dengan melakukan Shalat. Ibadah yang tersusun dari beberapa
perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir,diakhiri
67
Ibid.h 183
41
dengan salam,dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.Dalam
surat Al-Bayyinah ayat 5 :
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,dan supaya
mereka mendirikan Shalat dan menunaikan zakat dan yang
demikian itulah agama yang lurus” (Al-Bayyinah : 5 ).
Shalat adalah merupakan tiang agama, ia adalah merupakan
lambang keutamaan seorang muslim terhadap Tuhannya dan yang paling
utamanya amalan adalah Shalat,dan dihari kebangkitan kelak yang
dipertanyakan oleh Allah terlebih dahulu adalah masalah Shalat.
Shalat wajib lima kali sehari semalam juga akan dapat
menghapus dosa kecil seseorang yang dikerjakan diantara
waktu,selama ia tidak mengerjakan dosa besar.diantara para
sahabat Rosulullah SAW, pernah bersabda: “perumpamaan
Shalat lima waktu adalah seperti sebuah sungai berair tawar yang
berada dihadapan pintu seseorang dari kamu.Ia mandi
didalamnya lima kali sehari. Para sahabat menjawab: Tidak
sedikitpun akan tertinggal padanya ya Rasulullah.Selanjutnya
Shalat lima kali sehari semalam akan menghilangkan kotoran
dari tubuhnya.”69
Uraian diatas,bahwa Shalat adalah merupakan kunci surga,
sehingga Nabi menjelaskan melalui sabdanya: Tiada sesuatu yang
difardhukan oleh Allah SWT atas hamba-Nya, yang lebih disukai-Nya
68
QS. Al-Bayyinnah :5. 69
Munir, Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: .Renika Cipta, 2013), h. 48.
42
setelah Tauhid dari pada Shalat.Seandainya ada yang disukai lebih dari
pada Shalat,niscaya dengan itu para malaikat akan beribadah kepada-
Nya.
Orang yang menjadi imam itu cara Shalatnya sama dengan orang
yang Shalat sendiri tetapi perlu ia berniat menjadi imam. Orang yang
menjadi pengikutnya/makmum wajib mengikuti semua bacaan dan
gerakan/perbuatan imam sejak mulai mengangkat tangan dan takbiratul
ihram sampai salam.70
Shalat berjamaah artinya Shalat yang dilakukan kaum muslimin
secara bersama-sama yang sedikitnya terdiri dari dua orang, yaitu
satu orang sebagai imam dan satu orang lagi sebagai
makmum.Ketika melaksanakan Shalat berjamaah maka posisi
imam di depan dan makmum berada di belakang, seorang
makmum juga harus mengikuti gerakan imam dan tidak boleh
mendahuluinya.71
Uraian di atas bahwa Shalat berjamaah dari segi bahasa artinya
Shalat yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih salah
seorang diantaranya bertindak sebagai imam sedangkan lainnya menjadi
makmum. Shalat jamaah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang
dan dapat dilaksanakan dirumah, surau, masjid atau tempat layak
lainnya.Tempat yang paling utama untuk mengerjakan Shalat fardhu
secara berjamaah adalah di masjid. Makin banyak jumlah jamaahnya
makin utama dibandingkan dengan Shalat sendirian.
Shalat berjamaah sangat besar manfaatnya karena di samping
dapat mempererat persaudaraan dalam Islam,Shalat berjamaah juga
70
Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), h. 36 71
Asep Nurhim, Buku Lengkap Panduan Shat, (Jakarta: Belanoor, 2010), h. 202
43
mempunyai derajat yang tinggi dibanding dengan Shalat sendirian.Shalat
berjamaah melebihi keutamaan Shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat.
Dapat diketahui bahwa syarat Shalat Berjamaah:
a. Berniat mengikuti imam (jadi Makmum)
b. Mengetahui segala yang dikerjakan Imam.
c. Jangan mendahului Imam dalam bertakbir,dan jangan pula
mendahului atau terlambat dua rukun fi’li,terkecuali ada udzur.
d. Tidak ada dinding yang menghalangi antara imam dengan makmum
(bagi laki-laki) kecuali bagi perempuan.
e. Tempat jangan terkemuka dari Imam.
f. Jangan jauh dari Imam yang lebih 300 hasta,kecuali di masjid.
g. Niat Shalat sama (cocok) perbuatan Shalat keduanya.72
Berdasarkan uraian di atas terdapat nilai sosial dalam
menjalankan ibadah Shalat dengan berjamaah yaitu Shalat yang
dikerjakan secara bersama-sama, minimal dalam berjamaah sebanyak
dua orang yang terdiri dari satu orang menjadi imam dan yang lain
makmum. Hukum melaksanakan Shalat berjamaah adalah sunah
muakkad dan tidak boleh makmum mendahului gerakan imam.
2. Dasar Hukum Shalat Berjamaah
Sebagian ulama mengatakan Shalat berjamaah itu adalah fardhu
ain (wajib ain), sebagian lagi berpendapat bahwa Shalat berjamaah itu
fardhu kifayah, sebagian lagi berpendapat sunnah muakkad. Pendapat lain
yang betul ialah Shalat berjamaah itu sunnah muakkad. Shalat lima waktu
72
Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami, h. 77
44
dengan berjamaah di masjid lebih baik dari pada Shalat berjamaah di
rumah, kecuali Shalat sunnah, maka di rumah lebih baik.73
Selain itu sebagian orang beranggapan bahwa Shalat berjamaah
hukumnya sunnah, jika dikerjakan berpahala dan jika ditinggalkan
tidak berdosa. Anggapan ini menurut mereka didukung oleh
pendapat mayoritas ulama dari Madzhab. Dari perbedaan-
perbedaan ini yang dianggap paling benar adalah nash yang jelas
dalam Al-Qur’an dan sunah. Maka siapapun yang bersama nash,
dialah yang Benar.74
Dasar hukum Shalat berjamaah tercantum dalam surah An Nisa’
ayat 102 sebagai berikut:
Artinya: Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
(sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan Shalat bersama-sama mereka,
Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (Shalat) besertamu dan
menyandang senjata, Kemudian apabila mereka (yang Shalat besertamu).
(QS. An Nissa’:102).75
Ayat di atas merupakan potongan dari surat An-Nisa ayat 102.
Dalam ayat di atas dijelaskan tentang Shalat jamaah dalam kondisi
perang.Maka dalam kondisi aman dan selamat, hal ini lebih
diprioritaskan lagi untuk dilaksanakan.Shalat berjamaah
mempunyai kedudukan yang istimewa dalam Islam.Hukum Shalat
berjamaah dalam Shalat fardhu yang lima waktu adalah sunnah
muakkad. Sebagian ulama mengatakan bahwa Shalat berjamaah itu
sunnah muakkad.76
Namun pendapat yang lain ada yang mengatakan bahwa Shalat
jamaah dalam Shalat fardhu yang lima waktu adalah wajib ain (fardhu ain)
73
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam,(Sinar Baru Bandung, 1990), 111 74
Fadhl Ilahi, Mengapa Harus Shat Jamaah,( Copyright Ausath 2009), 116 75
QS. An Nissa’:102 76
Syekh Nuruddin Muhammad Jaelani, Kitab Sabilal Muhtadin, Jilid 2, h. 21
45
bagi orang laki-laki yang mukallaf dan mampu baik sedang tidak
bepergian maupun sedang dalam perjalanan.77
Allah berfirman dalam
surah An-Nisaa’ ayat 102 dan Al- Baqarah ayat 43 yaitu:
Artinya:Dan Dirikanlah Shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'. (QS. Al-Baqarah:43).78
Maksud dari arti Ruku'lah Beserta Orang-Orang Yang Ruku’ yaitu
Shalatlah bersama orang-orang yang Shalat.Di sini ada suatu perintah
untuk Shalat berjamaah dan juga menunjukkan hukumnya wajib, dan
bahwasanya rukuk itu merupakan rukun di antara rukun-rukun Shalat,
karena Allah menyebutkan Shalat dengan kata rukuk.
3. Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur Berjamaah
Shalat Dhuha adalah Shalat Sunnah yang dilaksanakan pada waktu
Dhuha, yaitu sejak matahari setinggi satu tombak sampai waktu istiwa’,
yaitu waktu matahari tepat berada di atas kepala.Menurut ahli bahwa
Shalat Dhuha adalah ibadah Sunnah. Orang yang menginginkan pahalanya
dipersilahkan mengerjakannya, sedangkan orang yang meninggalkannya
tidak dicela.79
Shalat Dhuha merupakan Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu
matahari terbit. Sekurang kurangnya Shalat Dhuha ini dua raka’at,
boleh empat raka’at, atau delapan raka’at. Waktu Shalat Dhuha ini
77
Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami,.. h. 35 78
QS. Al-Baqarah:43 79
Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Jakarta: Ummul Qura, 2013),
h. 160.
46
kira-kira matahari sedang naik tinggi kurang lebih 7 hasta (pukul
tujuh sampai masuk waktu Dzuhur.80
Shalat Dhuha ialah Shalat sunnah dua rakaat atau lebih, sebanyak-
banyaknya dua belas rakaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu Dhuha,
yaitu waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau pukul 9
sampai tergelincirnya matahari.81
Shalat Dhuha adalah Shalat sunnah yang dikerjakan pada pagi hari.
Dimulai ketika matahari mulai naik sepenggalah atau setelah terbit
matahari (sekitar jam 07.00) sampai sebelum masuk waktu Dzuhur ketika
matahari belum naik pada posisi tengah-tengah.82
Shalat Dhuha adalah Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu
matahari terbit. Sekurang-kurangnya Shalat Dhuha ini dua raka’at, boleh
empat raka’at, atau delapan raka’at. Waktu Shalat Dhuha ini kira- kira
matahari sedang naik tinggi kurang lebih 7 hasta (pukul tujuh sampai
masuk waktu Dzuhur.83
Shalat Dhuha merupakan Shalat sunnah muakkad (sangat
dianjurkan). Pasalnya, Rasulullah senantiasa mengerjakannya dan
membimbing sahabat-sahabatnya untuk mengerjakan Shalat Dhuha dan
sekaligus menjadikannya sebagai wasiat.
Sedangkan Shalat Dzuhur adalah merupakan salah satu ibadah
Shalat yang dilaksanakan disiang hari, awal waktunya setelah
80
Moh.Rifa’i, Risalah Tuntunan Sholat Lengkap, h. 83 81
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1986), h. 147 82
Asmaul Husna, Pembiasaan Sholat Dhuha Sebagai Pembentukan Karakter Siswa Di Man
Tlogo Blitar Tahun Ajaran 2014/2015. (Tulungagung: tidak diterbitkan, 2015), h.30 83
Moh.Rifa’i, Risalah Tuntunan Sholat Lengkap, (Semarang: Toha Putra, 1979). 83
47
tergelincirnya matahari pada tengah hari dan akhir waktu apabila bayang-
bayang sesuatu telah sama dengan panjangnya.
Duhur atau Dzuhur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
waktu tengah hari. Shalat dzuhur adalah Shalat wajib setelah matahari
tergelincir sampai menjelang petang, Shalat wajib sebanyak empat rakaat
pada waktu tengah hari sampai menjelang petang.84
Jamaah atau jemaah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kumpulan atau rombongan orang beribadah. Berjamaah adalah bersama-
sama. Shalat disyariatkan pelaksanaannya secara jamaah. Dengan jamaah
Shalat makmum terhubung dengan Shalat imamnya. Legalitas syara’
Shalat jamaah ditetapkan dalam Al Qur’an, sunnah, dan kesepakatan
ulama (ijma’). Dalam firman Allah:
Artinya: Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mareka lalu
kamu hendak mendirikan Shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan mereka berdiri (Shalat) besertamu. (QS. An-Nisa: 102).85
Rasulullah berada dalam barisan kaum Muslimin dan beliau
hendak Shalat bersama pasukannya, maka terlebih dahulu beliau membagi
pasukannya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama Shalat bersama
Rasul sedangkan kelompok kedua tetap ditempatnya menghadapi musuh
84
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1573 85
QS. an. Nissa: 102
48
sambil melindungi kelompok yang sedang Shalat. Hukum Shalat
berjamaah adalah sunnah muakkad.86
4. Tata Cara Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
Pelaksanaan Shalat Dhuha dan Dzuhur terdapat beberapa kaifiyah
(tata cara) dalam melaksanakannya. Tata cara dalam melaksanakan Shalat
Dhuha dan Dzuhur adalah sama seperti mengerjakan Shalat biasa, yaitu
setelah berwudhu dengan sempurna, lalu berdiri dengan tegak di tempat
yang suci, menghadap kiblat kemudian niat dalam hati. Hanya saja
berbeda dalam niatnya.
لله تعالى ىفرضالظهراربعركعاتمستقبلالقبلةاداء ى اصل
Artinya: Saya menyengaja Shalat fardhu dzuhur empat raka’at
menghadap kiblat karena Allah..87
Niat Shalat Dhuha yaitu:
ىى اصل ح اداء لله تعالىركعتين ىسنة الضArtinya: Saya niat Shalat sunah Dhuha dua raka’at, karena Allah
Ta’ala.88
Sedangkan tiada riwayat Shahih mengenai perlunya membaca niat
secara lisan. Namun para Ulama Syafi’i membolehkan membacanya
dalam hati untuk meneguhkan fikiran dan hati untuk Shalat. Adapun niat
dibaca dalam hati sebelum memulai Shalat Dzuhur:
الظهراربع ركعات مستقبل القبلة اداء لله تعالىاصلى فرض
86
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah
Thaharah, Shat, Zakat, Puasa, dan Haji, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 240 87
Moh. Rifa‟i, Risalah Tuntunan Shat Lengka, h. 45 88
Ibid, 45
49
Artinya: Aku berniat Shalat fardhu Dzuhur empat rakaat
menghadap kiblat karena Allah Ta’ala”.
Sama seperti syarat Shalat lainnya, Shalat Dhuha dan Dzuhur pun
dapat dikatakan sah jika memenuhi syarat wajib dan sah Shalat. Syarat
wajib Shalat ada tiga macam, yaitu: islam, baligh, dan berakal. Sedangkan
syarat sah Shalat adalah sebagai berikut:
a. Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.
b. Suci dari najis Baik itu najis yang melekat pakaian, tempat Shalat.
c. Menutup aurat dengan pakaian suci.
d. Telah masuk waktu Shalat.
e. Menghadap ke arah kiblat.
f. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan Shalat.89
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan Shalat Dhuha
dan Dzuhur adalah sama seperti mengerjakan Shalat-Shalat biasa, yaitu
setelah berwudhu dengan sempurna, lalu berdiri dengan tegak di tempat
yang suci, menghadap kiblat kemudian niat dalam hati.
5. Syarat dan Tujuan Shalat Berjamaah
Syarat adalah sesuatu tempat tergantung syahnya Shalat namun
bukan merupakan bagiannya, pembahasan syarat lebih sesuai didahulukan
dari pada pembahasan rukun sebab syarat wajib dipenuhi dahulu sebelum
Shalat dan tetap terpenuhi selama Shalat.90
Shalat fardhu itu ada syarat-syarat tertentu dan rukun yang harus
dilaksanakan, diantara syarat sahnya Shalat adalah:
a. Sucinya anggota tubuh dari hadats
b. Menutup aurat
89
Abdul Aziz, Fiqh Ibadah Thaharah, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 237 90
Aliy As’ad, Fathul Mu’in, Jilid ke I,(Yogyakarta, Menara Kudus, 1976), h. 17
50
c. Berada di tempat yang suci
d. Mengetahui masuknya waktu Shalat
e. Menghadap kiblat.91
Menurut Aliy As’ad yang di bimbing oleh Mansoer ada rukun
Shalat harus dipenuhi bagi Orang yang beribadah Shalat, yaitu:
a. Niat
b. Takbirotul Ihrom
c. Berdiri
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Rukuk
f. I’tidal
g. Dua sujud
h. Duduk di antara dua sujud
i. Thuma’ninah pada setiap kali ruku’, sujud, I’tidal dan duduk di antara
dua sujud
j. Tasyahud akhir
k. Shalawat Nabi
l. Duduk tasyahud dan shalawat
m. Mengucapkan salam yang pertama
n. Tertib. Yaitu melaksanakan rukun Shalat sesuai urutan-urutannya.92
Kesalahan yang terjadi dalam menerapkan aturan Shalat.
Memenuhi segala bentuk persyaratan sebelum masuk Shalat seperti
keterangan di atas, dan setelah itu baru dimulai untuk melaksanakan
beberapa rangkaian rukun-rukun Shalat.93
Shalat adalah ibadah formal yang paling banyak mendapatkan
penekanan. Lihat saja misalnya dalam rukun Islam, syahadat hanya
di wajibkan sekali dan langsung jadi, puasa ramadhan di wajibkan
setahun sekali, zakat juga begitu dan haji pun begitu pula. Tetapi
Shalat tidak begitu, Shalat di wajibkan setiap hari dan sebanyak
lima kali kepada Orang Islam.94
91
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam(Yogyakarta, Sinar Baru AL-Gensindo, 2005), h. 68 92
Aliy As’ad, Fathul Mu’in, h. 111-165 93
I b i d, h. 29 94
AN. Ubaedy, Quantum Tahajud, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007), h. 15
51
Tujuan Shalat sebagai sarana pendidikan budi luhur dan pri-
kemanusiaan dilambangkan dalam ucapan salam sebagai penutup
komunikasi dengan Allah SWT . Ucapan salam adalah permohonan
untuk keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan Orang banyak, baik
yang ada di depan ataupun di belakang dan ucapan sebagai pernyataan
kemanusiaan serta solidaritas sosial. Dengan demikian Shalat diawali
dengan takbir sebagai pernyataan hubungan dengan Allah SWT .
6. Hikmah Shalat Berjamaah
Dengan adanya Shalat berjamaah, maka terwujud perkenalan,
tolong-menolong, kedekatan sesama umat Islam.Dalam Shalat berjamaah,
ada pembelajaran untuk selalu teratur, disiplin, senang untuk melakukan
ketaatan dalam berbuat baik.
Hikmah dari Shalat berjamaah adalah adanya pendekatan dan
pembelajaran untuk orang bodoh dari orang pintar.Adapun
pendekatan itu sendiri muncul dari seringnya bertemu saat-saat
melakukan Shalat berjamaah antar tetangga. Serta Shalat
berjamaah membuat umat Islam bersatu, saudara yang sama,
mengikat generasi masyarakat dengan ikatan yang kuat bahwa
Tuhan mereka satu, imam mereka satu, tujuan mereka satu, dan
jalan mereka juga satu, dan sebagainya.95
Shalat berjamaah merupakan sarana memuluskan syiar agama,
muara tempat mencari kesejatian, sarana mengenal orang-orang shaleh,
sarana pelatihan mencapai keteraturan, dan sarana pelatihan untuk memilih
pemimpin dan imam.96
95
Wahbah az-Zuhaili, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, Fiqih Islam 2, (Jakarta: Gema
Insani, 2010), h. 286-287 96
Muhammad Wahidi, Mozaik Salat, (Jakarta: Al-Huda, 2009), h. 193
52
Di dalam Shalat fardhu berjamaah terdapat banyak faedah,
berbagai kemaslahatan yang agung, serta manfaat yang bermacam-macam.
Karenanya, Shalat fardhu berjamaah itu disyariatkan. Di antara manfaat
dan hikmah Shalat berjamaah adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa saling mencintai. Dalam rangka mencari tahu
keadaan sebagian atas sebagian lainnya, di mana mereka akan
menjenguk orang sakit.
b. Saling kenal-mengenal. Sebab, jika sebagian orang mengerjakan
Shalat dengan sebagian lainnya, maka terjalin ta’aruf.
c. Membiasakan umat Islam senantiasa bersatu.
d. Memotivasi orang yang tidak ikut Shalat berjamaah sekaligus
mengarahkan dan membimbing sambil berusaha pada kebenaran.
e. Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan
mendidik untuk senantiasa mengatur waktu. Dan sebagainya97
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa hikmah Shalat berjamaah
yaitu belajar disiplin.Inilah salah satu hikmah yang terkandung dalam
Shalat berjamaah. Seorang muslim akan menjadi manusia unggul bila
Shalatnya bermutu tinggi dan dilakukan secara berjamaah. Seorang
muslim yang Shalatnya berkualitas, niscaya akan mampu menangkap
hikmah yang amat mengesankan dari Shalatnya tersebut. Yaitu hidup
tertib, selalu rapi, bersih dan disiplin.Akan menumbuhkan semangat dalam
diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya dikarenakan ia melihat
semangat ibadah dan amal shalih.
7. Strategi Pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur Berjamaah
Strategi pembiasaan Shalat berjamaah yang memiliki
akhlakulkarimah adalah dimensi ruhani. Ruh adalah suatu kekuatan dalam
97
Hasanuddin, Yusri Amru Ghazali, Panduan Shat Lengkap, (Jakarta: Alita Media, 2013),
h. 363-366
53
diri yang tidak terlibat oleh indera atau akal, namun ia ada. Ruh berfungsi
sebagai sarana atau media komunikasi secara langsung dengan Allah
SWT. Maka dapat diketahui strategi pembiasaaan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah adalah:
a. Adanya pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.
b. Kepala madrasah dan guru-guru mengawasi kegiatan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur berjamaah yang sudah berjalan
c. Anjuran lisan (mengingatkan, dan nasehat) secara rutin yaitu pada
upacara dan tambahan jam pelajaran khusus kegiatan keagamaan
d. Kontrolan langsung kekelas-kelas dan sekitar gedung madrasah
e. Memberi peringatan kepada peserta didik yang tidak Shalat berjamaah
(hukuman dalam bentuk lisan).98
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa strategi
pembiasaan Shalat berjamaah adalah adanya pelaksanaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur berjamaah,kepala madrasah dan guru-guru mengawasi
kegiatan Shalat berjamaah, anjuran lisan (mengingatkan, penjelasan, dan
nasehat), kontrolan langsung ke kelas-kelas dan sekitar gedung madrasah
dan memberi peringatan kepada peserta didik yang tidak Shalat berjamaah
mendapatkan hukuman.
C. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah dalam Peningkatan
Akhlak Peserta didik
Shalat merupakan tiang agama ia adalah lambang seorang muslim
terhadap Tuhannya. Dan yang paling utamanya amalan adalah Shalat,dan
dihari kebangkitan kelak yang dipertanyakan oleh Allah SWT terlebih
dahulu juga masalah Shalat.
98
Umiyati, www. Repository.iainpurwoketo.ac.id, Pembiasaan Shat Berjama’ah. Diunduh
pada tanggal 18 Agustus 2018.
54
Shalat Dhuha adalah Shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu
matahari terbit. Sekurang-kurangnya Shalat Dhuha ini dua raka’at Waktu
Shalat Dhuha ini kira-kira matahari sedang naik setinggi kurang lebih 7 hasta
(pukul tujuh sampai masuk waktu Dzuhur.99
Dzuhur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah waktu tengah
hari. Shalat dzuhur adalah Shalat wajib setelah matahari tergelincir sampai
menjelang petang, Shalat wajib sebanyak empat rakaat pada waktu tengah hari
sampai menjelang petang.100
Pelaksanaan Shalat Dhuha adalah sama seperti
mengerjakan Shalat biasa, yaitu setelah berwudhu dengan sempurna,
menghadap kiblat kemudian niat dalam hati.
Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah artinya Shalat yang dilakukan
secara bersama-sama yang sedikitnya terdiri dari dua orang, yaitu satu
orang sebagai imam dan satu orang lagi sebagai makmum. Ketika
melaksanakan Shalat berjamaah maka posisi imam di depan dan
makmum berada di belakang, seorang makmum juga harus mengikuti
gerakan imam dan tidak boleh mendahuluinya.101
Uraian di atas bahwa Shalat berjamaah dari segi bahasa artinya Shalat
yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih salah seorang
diantaranya bertindak sebagai imam sedangkan lainnya menjadi makmum.
Shalat jamaah dapat dilakukan paling sedikit oleh dua orang dan dapat
dilaksanakan di rumah, surau, masjid atau tempat layak lainnya.Tempat yang
paling utama untuk mengerjakan Shalat fardhu secara berjamaah adalah di
masjid.
99
Moh.Rifa’i, Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. 83 100
Tim Redaksi Pusat Bahassa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1571 101
Asep Nurhim, Buku Lengkap Panduan Shat, (Jakarta: Belanoor, 2010), h. 202
55
Akhlak merupakan salah satu bekal kehidupan manusia merupakan
suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat melahirkan suatu perbuatan
yang mudah dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkan lebih lama,
maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut norma
agama dinamakan akhlak baik.102
Akhlak adalah tiangnya yang wajib ditegakkan oleh setiap muslim.
Maka barang siapa yang menegakkan maka menegakkan agama dan barang
siapa yang mengabaikan berarti merobohkan agama”.103
Diketahui bahwa
akhlaqul karimah ialah akhlak yang baik dan benar adalah:
1. Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya).
2. Al-Alifah (sifat yang disenangi)
3. Al-‘Afwu (sifat pemaaf)
4. Anie Satun (sifat manis muka)
5. Al-Khairu (kebaikan atau berbuat baik)
6. Al-Khusyu’ (tekun bekerja sambil berdzikir kepada-Nya).104
Akhlak mahmudah ialah suatu bentuk tingkah laku, sifat, sikap, dan
perbuatan baik yang ditampakkan oleh seeorang dalam kehidupan sehari-hari
yang diajarkan oleh guru untuk meningkatkan akhlak peserta didik dengan
berciri sifat jujur dan dapat dipercaya. Tujuan utama pendidikan akhlak
dalam Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa
berada dijalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT .105
Peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia tentulah dilandasi dengan
102
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, h. 2 103
Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, h. 21 104
Yatimin Abdulah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an, h. 12-14 105
AliAbdulMahmud, AkhlakMulia,(Jakarta:GemaInsani Press,2004), h.159
56
ilmu pengetahuan, iman, amal dan takwa. Ia merupakan kunci bagi peserta
didik untuk melahirkan perbuatan yang sesuai dengan kaidah agama.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa salah satu aspek yang
mempengaruhi akhlak peserta didik adalah kebiasaan mereka dalam
melaksanakan Shalat berjamaah. Dinul Islam diturunkan untuk mengatur dan
membina kehidupan Manusia dengan kebutuhan pribadinya. Islam
menghormati daya jasmani sebaik-baiknya, tidak membiarkan sebagaimana
adanya dan tidak pula membiarkan lepas begitu saja tetapi Islam membenahi
dan mengarahkan jalannya sesuai dengan fungsinya.
BAB III
57
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Peneliti dalam Penelitian ini menggunakan metode penelitian yaitu
data kualitatif yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.
Penelitian kualitatif lapangan (Field Research) adalah sebuah penelitian yang
berusaha mengungkap fenomena secara holistik dengan cara Peneliti
berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu
fenomena dalam suatu keadaan alamiah.106
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research) sebuah
penelitian dengan prosedur penelitian yang menggali data dari lapangan untuk
kemudian dicermati. Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dan
dipilih sebagai lokasi dan objektif Penelitian.107
Sifat penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang ditunjukkan
untuk mendiskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena bantuan manusia. Fenomena dapat berupa bentuk, aktifitas,
karakteristik, perubahan hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainya.”108
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Penelitian
kualitatif dapat juga diartikan sebagai metode penelitian yaitu perilaku
106
Lexy J Moleong,, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009).,
h. 26. 107
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 96. 108
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2006), h 72
58
subjek, hubungan sosial subjek, tindakan subjek, dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus
yang alamiah. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
disediliki.
B. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Maka sumber data yang digunakan Peneliti yang diperoleh dari lapangan yaitu
dengan mengamati dan mewawancarai. Sumber data dalam penelitian ini
adalah subyek dari mana data diperoleh.109
Orang sebagai informan kunci yang terdiri dari: satu orang Kepala
Madrasah, tiga wali kelas (kelas X - kelas XII), dua orang guru, dan peserta
didik.Peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari sumber primer dan
sumber sekunder yaitu, sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data diperoleh dengan melakukan
wawancara kepada responden atau informan. Pengambilan responden
informan dilakukan secara purposive artinya teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.110
109
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002). h. 172 110
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 124
59
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber primer adalah
“sumber data pertama dimana sebuah Penelitian dihasilkan”111
Sedangkan yang dijadikan sumber primer adalah kepala
madrasah dan guru atau semua yang faham terhadap masalah yang
diteliti tentang pembiasaan Shalat berjamaah dalam peningkatan akhlak
peserta didik di Madrasah Aliyah MA. At-Thohiriyah Suka Jawa
Kecamatan Bumiratu Nuban Lampung Tengah.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
pustaka. Sumber sekunder adalah sumber penunjang yang berkaitan
dapat berupa buku yang ditulis dokumen yang merupakan hasil penelitian
dan hasil laporan.112
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang besumber
dari Al-Qur’an, Hadits, literature buku-buku yang dapat menunjang
penelitian, yaitu literature yang berhubungan dengan penelitian ini.
C. Teknik Pengumpul Data
111
Burhan Bungin, Metedelogi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press,
2001), h. 129 112
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008). h. 93
60
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan
data. Data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai
cara.113
Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini Peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-
gejala yang dihadapi (diselidiki), baik pengamatan itu dilaksanakan dalam
situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan yang diadakan.114
Teknik observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh Peneliti
di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah yaitu mengamati kegiatan peserta didik
ketika melaksanakan Shalat berjamaah yang merupakan metode observasi
partisipatif, yaitu ikut serta dalam kegiatannya. Sehingga dapat lebih
mengetahui hal yang dapat mempengaruhi akhlak peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
digunakan wawancara adalah mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-
lain, merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami
113
Ibid, h. 224. 114
Ibid, h. 226.
61
masa yang lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang.115
Wawancara adalah proses tanya jawab lisan, di mana dua orang
atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain
dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.116
Wawancara
merupakan “suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan proses tanya
jawab secara sistimatis dan berdasar pada tujuan Penelitian.”117
Menggunakan teknik wawancara tersetruktur Peneliti membawa
sederetan pertanyaan dan juga menanyakan hal-hal lain yang terkait
dengan yang ingin Peneliti teliti, artinya Peneliti sudah menyiapkan
terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
narasumber. Narasumber yang nantinya diwawancarai Peneliti adalah
Kepala Madrasah, wali kelas, guru, dan peserta didik di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah Kampung Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban
Kabupaten Lampung Tengah
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, Peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan,notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.118
115
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 135. 116
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 88. 117
Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 193. 118
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 210
62
Sedangkan menurut pendapat ahli bahwa dokumentasi merupakan
catatan pristiwa yang sudah berlalu. Selain itu juga dapat dikatakan
sebagai bahan tertulis maupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya
permintaan seorang penyidik.”119
Dokumentasi yang dilakukan seperti berbagai dokumen atau arsip
yang ada, yaitu data atau daftar peserta didik yang mengikuti Shalat
berjamaah, data guru yang menjadi imam Shalat, dan dokumentasi
kegiatan Shalat berjamaah peserta didik di madrasah berupa foto, karena
Peneliti dalam Penelitian ini melihat secara langsung dalam proses
pembiasaan Shalat berjamaah dalam meningkatkan akhlak peserta didik
di Madrasah.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.120
119
Lexy J Moleong,Metode Penelitian Kualitatifm h. 216 120
Sugiyono, Metode Penelitian., h. 244.
63
Triangulasi adalah “penggunaan berbagai metode dan sumber data
dalam pengumpulan data untuk menganalisis suatu fenomena yang saling
berkaitan dari perspektif yang berbeda.121
Triangulasi yang digunakan ada dua yaitu: (a) Triangulasi metode,
dimana Peneliti melakukannya dengan membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berbeda, yaitu dengan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi, (b) triangulasi sumber data yaitu menggali kebenaran informan
tertentu melalui berbagai metode.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud triangulasi teknik
keabsahan data dalam penelitian ini yakni menguji kredibilitas data dilakukan
dengan mengecek data kepada sumber dengan teknik wawancara kepada
kepala madrasah, guru lalu dicek dengan observasi langsung dan dokumentasi
untuk mencari data-data atau catatan tertulis yang berkaitan pembiasaan
Shalat berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah. Peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data
yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data yang diperoleh
sudah benar dan valid adanya.
E. Teknik Analisa Data
Peneliti melakukan penelaahan untuk mencari pola (patterns). Tahap
ini Peneliti banyak terlihat dalam kegiatan penyajian dan penampilan
(display). Analisis dilakukan untuk menemukan pola. Caranya dengan
121
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), 164
64
melakukan pengujian sistematik untuk menetapkan bagian hubungan antar
kajian yang diperoleh dari keseluruhan data.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian. Aktifitas
dalam analisis data meliputi: data reduction (merangkum, memilih dan
memilah data), data display (penyajian data), dan data conclusion
drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi).122
Ketiga alur aktivitas tersebut saling keterkaitan satu dengan yang
lainnya dalam analisis data:
1. Data Reduction
Reduksi data adalah proses pemilahan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus
menerus. Reduksi data meliputi; meringkas data, mengkode, menelusuri
tema, membuat gugus-gugus.123
Laporan lapangan oleh Peneliti direduksi, hal-hal yang pokok,
difokuskan pada hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya
dengan cara: diedit atau disunting, yaitu dilakukan pengecekan tentang
kebenaran responden yang menjawab, kelengkapannya, jawaban yang
tidak sesuai.
122
Sugiyono, Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 246. 123
Mile, M.B. Dan Huberman, A.M, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjetjep
Rohendi, h. 32
65
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Pada tahap ini, Peneliti memilih dan
menyederhanakan data hasil wawancara di lapangan yang berkaitan
dengan pembiasaan Shalat berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta
didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
2. Data Display
Penyajian data atau display data dimaksudkan untuk memudahkan
Peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu
dari Penelitian.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa
teks naratif, maupun matrik, grafik, jaringan dan bagan.124
Data display (penyajian data) dalam Penelitian ini merupakan
pemaparan data hasil Penelitian pembiasaan Shalat berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka
Jawa yang dihasilkan dari hasil wawancara di lapangan dan telah direduksi
pada tahap sebelumnya. Pemaparan data disajikan dalam bentuk narasi
sesuai dengan pokok-pokok isi wawancara.
124
Mile, M.B. danHuberman, A.M, Analisis Data Kualitatif, h. 32.
66
3. Conclusion/Verivication
Verifikasi data (data verification) dalam Penelitian ini merupakan
penyusunan secara sistematis data-data yang telah dihasilkan memudahkan
Peneliti mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan
menggunakan metode deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal
yang khusus menuju kepada hal-hal umum.
Permulaan pengumpulan data, mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,125
Metode deduktif digunakan untuk menganalisa data-data yang
dihasilkan dari hasil wawancara yang selanjutnya digeneralisasikan
menjadi kesimpulan yang bersifat umum.Dalam Penelitian kualitatif,
penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
Penelitian berlangsung.
Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan
data, Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data
yang dikumpulkan yaitu dengan cara mencari pola, tema, hubungan
persamaan, hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan
yang masih bersifat tentatif, tetapi dengan bertambahnya data melalui
proses verifikasi secara terus menerus pada setiap kesimpulan.
125
Mile, M.B. Dan Huberman, A.M, Analisis Data Kualitatif, h. 32
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MA.At-Thohiriyah Lampung Tengah
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah bernaung di bawah Yayasan At-
Thohiriyah yang terdiri dari (RA, MI, MTs dan MA) yang didirikan pada
tahun 2010,yang berlokasi di dusun IX Kampung Suka Jawa.126
yang
dibangun diatas wakaf dari bapak Thohirin,seluas 2.330 M2. Adapun
Pendiri awal MA.At-Thohiriyah adalah :
Tabel 1Pendiri Awal MA.At-Thohiriyah
Pendiri Keterangan
Bapak Thohirin Sesepuh
Bapak Nur Khamid,s.Ag Tokoh Agama
Bapak Slamet,S.Pd.SD Tokoh Masyarakat
Bapak Sangidun S.Pd.I Tokoh Pemuda
Sumber Data: Dokumentasi MA. At-Thohiriyah Tahun 2019
Sejak berdiri tahun 2010 hingga sekarang telah terjadi pergantian
Kepala Madrasah sebanyak 2 kali dengan urutan sebagai berikut:
Tabel 2 Kepala MA. At-Thohiriyah
Kepala Madrasah Keterangan
Bapak Selamet,S.Pd.SD Periode 2010-2013
Bapak M.Sohib,S.Pd.I Periode 2013 s.d sekarang.
Sumber Data: Dokumentasi MA.At-Thohiriyah Tahun 2019
126
Profil MA, At-Thohiriyah Lampung Tengah
68
2. Visi dan Misi MA.At-Thohiriyah Lampung Tengah
VISI :Terwujudnya generasi yang Qur’ani, beriman, bertaqwa dan
berakhlakulkarimah
MISI : 1) Memberikan pengetahuan,pemahaman dan pengalaman ajaran
Agama Islam secara benar sesuai Al-Qur’an, Assunnah, Ijma
dan Qiyas
2) Memberikan wawasan yang luas tentang ilmu-ilmu Negara
dan ilmu-ilmu secara terpadu.
3) Mengembangkan da’wah Islamiyah bagi Masyarakat.127
3. Tujuan MA. At-Thohiriyah Lampung Tengah
Tujuan Madrasah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Secara lebih rinci tujuan MA. At-Thohiriyah adalah sebagai berikut
a. Output memiliki keunggulan dalam hal
1) Keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan yang maha esa sebagai
Madrasah yang berciri khas Islam
2) Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi
3) Wawasan IPTEK yang mendalam dan luas
4) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan
keunggulan serta memiliki kepribadian yang kokoh di masyarakat
5) Kepekaan sosial dan kepedulian
127
Profil MA, At-Thohiriyah Lampung Tengah
69
6) Disiplin yang tinggi yang ditunjang oleh kondisi fisik yang
prima.128
b. Secara institusional
Menjadikan Madrasah yang mampu menyelenggarakan
pendidikan secara profesional;
c. Meningkatkan program ekstrakurikuler dengan mewajibkan pramuka
bagi seluruh warga Madrasah, agar lebih efektif dan efisien sesuai
dengan bakat dan minat peserta didik;
d. Mewujudkan peningkatkan kualitas lulusan yang memiliki sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang seimbang,
e. Menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang
mengatur oprasional warga Madrasah.
f. Meningkatkan kualitas semua SDM baik tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik.
4. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : MA.At-Thohiriyah
b. Alamat : Jln. Brawijaya Dusun IX Suka Jawa
Kecamatan : Bumiratu Nuban
Kabupaten : Lampung Tengah
c. Nomer Statistik Madrasah : 131218020043
d. Tahun didirikan/beroperasi : 2010
e. Status Tanah : Bersertifikat
f. Luas Tanah keseluruhan : 2.730 M2.
g. Nama Ketua Yayasan : Nur Khamid S.Ag.
h. Nama Kepala Madrasah : Muhammad Sohib,S.Pd.I
i. No.SK.Kepala Madrasah : Kw.08.1/1.b/Kp.07.6/934/2011
j. Tanggal SK : 29 Maret 2011.129
128
Profil MA, At-Thohiriyah Lampung Tengah 129
Profil MA, At-Thohiriyah Lampung Tengah
70
5. Kondisi Madrasah
a. Keadaan Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar,
baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Luas tanah Yayasan AT-
Thohiriyah keseluruhan 2730M2
untuk Madrasah Aliyah AT-
Thohiriyah luas bangunan 400.M2 gedung tersebut terdiri dari 3 yaitu:
1) Lokal kelas X (sepuluh)
2) Lokal Kelas XI (sebelas)
3) Lokal kelas XII (dua belas)
Untuk lebih jelasnya keadaan lokasi Madrasah Aliyah AT-
Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten
Lampung Tengah.
Kebun Madrasah
WC
RK
XII
RK
XI
RK
X Kantor
Kantin
Perumahan
TU
Halaman Madrasah
UTARA
Perpus
Parkir
Masjid
Gambar 2 Denah Lokasi Madrasah Aliyah AT-Thohiriyah
71
Sedangkan untuk ruang Kepala Madrasah,Guru,UKS dan TU
ada di ruang Kantor, dengan bentuk keseluruhan bangunan sudah
permanen. Seluruh ruangan sudah dilengkapi dengan mobiler seperti
meja,kursi,almari,rak sepatu, kotak sampah,jam dinding, dan lain-lain
sebagai infentaris ruangan,exstra kulikuler yang lengkap.
b. Data Guru dan Pegawai MA .At-Thohiriyah
Keadaan guru di Yayasan At-Thohiriyah berjumlah 18 orang
yang terdiri dari guru tetap, guru tidak tetap dan guru yang
diperbantukan di Yayasan At-Thohiriyah. Dewan guru dan pegawai
yang ada di MA.At-Thohiriyah yaitu:
Tabel 3 Data Guru dan Pegawai MA. At-Thohiriyah
NO Nama
Tempat Tanggal
Lahir Ijazah Jabatan
1 Muhammad
Sohib,S.Pd.I
Suka Jawa, 03-07-
1982
SI Kepala
Madrasah
2. Nurhayati,S.Pd.I Rengas,04-05-1975 SI G.Al-Qur’an
Hadits
3 Tarmedi,S.Pd.I Rengas,07-08-1970 SI G.SKI/ BK
4 Assyfaul, S.Pd.I Rengas,21-06-1989 S1 G.B.Arab
5 Amirudin,S,Pd Suka J,25-06-1989 SI G.Penjas
6 Ratna R, S.Pd Gunung,23-041989 SI G.BaInd
7 Eny
Nurhayati,S.Pd
Margomulyo,15-
07-1989
SI G.Matematika
8 Defi Yunitasari,
S.Pd.I
Timbul Rejo,30-12-
1994
SI G.Bahasa
Inggris
9 Andri
Febriansyah, S.Pd
Suka Jawa,13-02-
1993
SI G.Akidah
Akhlak
10 Murniati, S.Pd Suka Jawa,19-03-
1995
SLT
A
G.Seni
Budaya
11 Yuliani, S.Pd Suka Jawa,20-06-
1994
SLT
A
G.TIK
12 Isnawati, S.Pd.I Gunung Sugih SI G.Geografi
72
Baru,03-07-1981
13 Adelia PS.Pd Suka J,14-09-1989 SI G.Sosiologi
14 Khusnul Kh,M.E Sido R,03-02-1987 SI G.Ekonomi
15 Merry Oktaviana,
S.Pd
Srisawahan, 20-10-
1993
SI G.Sejarah
Indonesia
16 Oktaviana, S.Pd Sido Rejo,03-02-
1989
S1 G. Fiqih
17 Drs. Sutejo Rengas,07-08-1970 S1 G. Fisika
18 Siti Khotimah Suka J,17-05-1973 Staf TU
Sumber Data: Dokumentasi MA.At-Thohiriyah Tahun 2019
Berdasarkan uraian tabel di atas diperoleh keterangan bahwa
keadaan pendidik di lembaga pendidikan MA.At-Thohiriyah
berjumlah 37 Pendidik yang terdiri dari tingkat S1.
c. Data Peserta Didik
Berdasarkan data yang Peneliti ambil dari dokumen MA.At-
Thohiriyah keadaan peserta didik MA. At-Thohiriyah tersebut pada
tahun 2018/2019 berjumlah 108 peserta didik adalah:
Tabel 4 Data Peserta Didik MA.At-Thohiriyah
NO Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 X 17 23 40
2 XI 12 16 28
3 XII 18 22 40
JUMLAH 47 61 108
Sumber Data: Dokumentasi MA. At-Thohiriyah Tahun 2019.130
d. Kegiatan-kegiatan Madrasah
Kegiatan Peserta didik Madrasah Aliyah At-Thohiriyah yaitu:
1) Kegiatan harian terdiri dari :
a) Berbaris dihalaman
b) Do’a bersama
c) Membaca sholawat,Asmaul Khusna dan surat-surat pendek
130
Profil MA, At-Thohiriyah Lampung Tengah
73
d) Bersalaman denganIbu/ Bapak guru sebelum masuk kelas
e) Kegiatan olah raga
f) Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah.131
2) Kegiatan mingguan terdiri dari :
a) Upacara bendera setiap hari senin
b) Senam setiap hari selasa
c) Ekstra kulikuler setiap hari Jum’at ,Pramuka dan kegiatan seni
3) Kegiatan Bulanan terdiri dari :
a) Kerja bakti dilingkungan Madrasah
b) Kegiatan Muhadhoroh dan Kegiatan OSIS
4) Kegiatan triwulan yaitu ujian tengah semester
a) Kegiatan semester yaitu ulangan semester,lomba kebersihan
b) antar kelas dan lomba classmeeting olah raga.
c) Kegiatan tahunan terdiri dari :
(1) Kemah hari pramuka atau kenaikan kelas
(2) Upacara HUT RI
(3) Kegiatan PHBI
(4) Pesantren kilat
(5) Karyawisata
(6) UASBN
(7) Pelepasan peserta didik kelas XII132
6. Struktur Organisasi
Madrasah At-Thohiriyah Bumiratu Nuban merupakan Madrasah
yang ideal yang dapat diterima oleh masyarakat luas.Struktur kepengurusan
dan personalia pelaksanaan pendidikan tahun 2019 adalah sebagai berikut:
131
Profil MA, At-Thohiriyah Lampung Tengah 132
Profil MA.At-Thohiriyah Lampung Tengah
74
KETUA
KOMITE
Gambar: 3Struktur Organisasi MA.At-Thohiriyah
B. Temuan Khusus Penelitian
Paparan data Penelitian disajikan untuk mengetahui karakteristik data
pokok berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan.Dalam hal ini, Peneliti
tidak mengalami kendala yang berarti untuk menggali informasi. Wawancara
yang Peneliti lakukan adalah wawancara tidak terstruktur atau bisa dikatakan
wawancara informal, sehingga proses wawancara ini bersifat santai dan
berlangsung dalam kegiatan sehari-hari tanpa menganggu aktivitas subyek.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi yang telah Peneliti lakukan di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa Lampung Tengah, terlihat bahwa
KEPALA URUSAN
TATA USAHA
UR
Kesiswaan
UR KKM UR
Keuanga
n
UR
Kepegawa
ian
Waka I
Bid.:Kurikulum
Waka II
Bid:
KESISWAA
N
Waka III
Bid: SARANA
PRASARANA
Waka IV
Bid:
HUMAS
BK, Kepala Perpustakaan, Kepala LAB. Pembina Ekskul dan Wali
Kelas
UR
Perpustakaan
KEPALA
MADASAH
75
semua guru dan peserta didik telah mempunyai kompetensi yang sangat bagus
khususnya dalam bidang Agama Islam. (F1. Ob.24.06.19)
Berkaitan dengan pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dalam
pembinaan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa
Lampung Tengah maka Peneliti berusaha mendapatkan informasi dari guru
yang bisa mendapat giliran menjadi imam dan ketertiban Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur. Hal ini dikarenakan oleh Peneliti dipandang lebih mengetahui
terhadap pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dalam pembinaan
akhlak peserta didik dan dampak pembinaan akhlak peserta didik dalam
pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Suka Jawa.
Berikut adalah paparan data yang Peneliti peroleh dari hasil
Penelitian,mengenai pembinaan akhlak peserta didik yaitu:
1. Pembisaaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah dalam Peningkatan
Akhlak Peserta Didik
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur merupakan Shalat sunah yang
memiliki banyak keutamaan bagi yang melaksanakan, karena Shalat pada
hakekatnya merupakan sarana terbaik untuk mendidik jiwa dan
memperbaharui semangat sekaligus sebagai penyucian akhlak, begitu pula
dengan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah di MA. At-
Thohiriyah, pada Senin 17 Juni 2019, pukul 09.00 di ruang Kepala
Madrasah dikatakan bahwa:
76
Yang melatar belakangi perlu diadakannya Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur secara berjamaah adalah untuk peningkatan akhlak
peserta didik yang tadinya banyak yang menggunakan waktu luang
untuk kegiatan yang kurang mendukung di Madrasah, kemudian
masih banyaknya peserta didik yang suka berbicara kurang sopan,
membolos, ada pula yang kalau ditanya oleh dewan guru tentang
Shalat jawabanya Shalatnya masing bolong-bolong dalam
melaksanakan Shalat lima waktunya, dikarenakan banyak juga
peserta didik yang latar belakangnya dari pendidikan sekolah
umum (F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
Sedangkan wawancara dengan Wali Kelas X beliau mengatakan:
Shalat merupakan upaya membangun hubungan baik antara
manusia dan Tuhannya,dengan diadakannya Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah kami peserta didik akan
terlatih sikap disiplin di Madrasah maupun di rumah untuk senang
melakukan Shalat berjamaah di Masjid terutama peserta didik yang
laki-laki,agar mendapat keutamaan diantaranya pahala 27 kali lipat
dibanding Shalat sendirian.(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
Dalam pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah
yang dilaksanakan di Madrasah ini guru pembinanya yang menjadi imam
Shalat adalah pengusus OSIS dan peserta didik itu sendiri.Dilaksanakan
pada saat istirahat pertama yaitu 09.30-10.00.WIB, dari pihak Madrasah
membuatkan jadwal Shalat Dhuha dan Shalat dzuhur dari peserta didik
kelas X sampai kelas XII.Pada masing-masing kelas terdapat jadwal imam
Shalat dari guru pembinanya, pengurus OSIS dan peserta didik, agar dapat
melatih kemampuannya sendiri dan cepat untuk bisa mengamalkannya.
Bapak atau Ibu Wali Kelas sebagai pendamping dan pengawas ketertiban
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur.
Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Muhammad Sohib,
S.Pd.I,Kepala Madrasah, bahwa:
77
Proses kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di sini
sudah terbilang cukup lama dimulai dari tahun 2013 sampai
sekarang. Shalat Dhuha dilaksanakan pada waktu jam istirahat
Madrasah dimulai pada jam 09.30-10.00.WIB. (F1.
W.1/KM.MS/17.06.19)
Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah berlaku untuk
peserta didik kelas X sampai kelas XII dan diawali pada hari senin sampai
hari sabtu.Setiap harinya terdapat salah satu perwakilan yang menjadi
seorang imam menggantikan guru Pembina yang berhalangan hadir.
Berdasarkan ungkapan Kepala Madrasah tersebut dapat dijelaskan
bahwa kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah digunakan
untuk melatih peserta didik dalam peningkatan akhlakulkarimah.Untuk
membentuk kepribadian peserta didik yang berakhlakulkarimah seorang
guru harus memberikan pembisaaan-pembisaaan melalui kegiatan
keagamaan,terlebih guru bidang keagamaan yang harus mampu menjadi
contoh bagi para peserta didiknya, baik di lingkungan Madrasah maupun
di luar Madrasah.
Khusus untuk kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur pihak
Madrasah mengatur sedemikian rupa mengenai waktu pelaksanaan
Shalatnya yaitu dilaksanakan pada jam 09.30-10.00.WIB untuk Shalat
dhuha,dan Shalat dzuhur sekitar waktu dzuhur di Masjid Madrasah.Pada
saat kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berlangsung kegiatannya
pun berjalan dengan lancar.
Hal ini disampaikan oleh Ibu Defi Yunitasari selaku Wali Kelas
XII, menjelaskan bahwa:
78
Shalat merupakan upaya membangun hubungan baik antara
manusia dan Tuhannya, dengan diadakannya Shalat dhuha dan
Shalat dzuhur berjamaah di Madrasah kami peserta didik akan
terlatih sikap disiplin di Madrasah maupun dirumah untuk senang
melakukan Shalat berjamaah di Masjid terutama peserta didik yang
laki-laki, agar mendapat keutamaan diantaranya pahala 27 kali lipat
dibanding Shalat sendirian.(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
Sedangkan untuk peserta didik kelas X sampai kelas XII pada
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di sini peserta didik jarang melakukan
kegaduhan dan berjalan dengan tenang.
Dalam hal ini diperkuat oleh hasil observasi ketika berada di
Masjid Madrasah pada saat Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur.
Proses kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur diawali dari pukul
pada jam 09.30-10.00.WIB atau sebelum masuk pelajaran
selanjutnya.Pada saat saya melakukan observasi kebetulan yang
sedang melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur kelas
X.Sebelum mengerjakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah terlebih dahulu membaca surat As-Syam, Ad-Dhuha
dan doa-doa sesudah melaksanakan Shalat Dhuha.(F1.
Ob.24.06.19)
Uraian di atas dapat diketahui dalam proses pelaksanaannya peserta
didik dalam melaksakan Shalat dhuha dan Shalat Dzuhur dengan
pengawasan seorang guru, suasana di dalam Masjid Madrasah para peserta
didik dengan mudah bisa dikondisikan. Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur dipimpin oleh imam Shalat yang bertindak sebagai imam cukup
gerakan Shalat yang diikuti oleh seluruh makmum.
Peneliti juga bertanya kepada Wali Kelas X, berapa rakaat kegiatan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dilaksanakan dan surat apa saja yang
dibaca dalam proses kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur. Hal ini
dijelaskan oleh Wali Kelas X yaitu:
79
Dalam pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di sini
dikerjakan 2 rakaat, untuk rakaat pertama dimulai membaca surat
Al-Fatihah dan dilanjutkan surat Ad-Dhuha. Kemarin pada saat
rakaat pertama disuruh untuk membaca surat as-Syams tetapi
hanya beberapa peserta didik yang bisa menghafalkannya, lalu
kami buat keringanan. Pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah
terus surat pendek seperti Al-kafirun,Al-Ikhlas, As-Syam dan lain-
lain. Setelah salam pada Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
dilanjutkan hafalan jus 30 untuk Shalat Dzuhur diadakan rutin dan
setiap sebulan sekali dan minggu kedua diadakan muhadharah
bersama kelas X, XI dan XII.(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
Kemudian ditambahkan penjelasan dari Wali Kelas XI, sebagai
berikut:
Kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur di sini dilakukan
sebanyak dua rakaat, pada rakaat pertama wajib membacakan surat
Ad-Dhuha karena surat tersebut merupakan kunci pokok dari
Shalat dhuha dan Shalat dzuhur tersebut. Setelah itu kami
memberikan keringanan dengan menganjurkan membaca surat al-
Kafirun maupun surat pendek lainnya. Bagi peserta didik yang
kurang hafal dalam membaca surat Ad-dhuha, maka peserta didik
diberikan bimbingan di luar jam pelajaran. (F1.
W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
Berdasarkaan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di MA.At-
Thohiriyah dikerjakan sebanyak dua rokaat dan Shalat dzuhur sesuai
kewajiban sebagai umat Islam yaitu empat rakaat. Pada rakaat pertama
membaca surat Al-fatihah dan Ad-Dhuha setelah itu pada rakaat
selanjutnya dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek yang
sekiranya peserta didik mampu melafalkannya.
Sebagaimana penjelasan yang diutarakan oleh Wali Kelas XII yaitu
sebagai berikut:
Proses pelaksanaannya peserta didik dalam melaksakan Shalat
dhuha dan Shalat dzuhur dengan pengawasan seorang guru,
80
suasana dalam di masjid madrasah para peserta didik dengan
mudah bisa dikondisikan dalam kegiatan dimulai dan dipimpin
oleh imam Shalat yang bertindak sebagai imam cukup gerakan
Shalat yang diikuti oleh seluruh makmum. (F1.
W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pada saat
pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur untuk peserta didik kelas X
dan XI dibacakan oleh imam Shalat dengan tidak bersuara dan yang
menjadi makmum mengikuti gerakan imam.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suhendra sebagai peserta didik
kelas XII yaitu:
Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dilakukan setiap hari di
Madrasah.KegiatanShalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di sini sudah
terbilang mudah karena sebelumnya sudah diperkenalkan dan
diajari oleh bapak ibu guru mengenai tata cara mengerjakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur sejak kelas X dengan benar. (F1.
W.8/PS./17.06.19)
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suhendra sebagai peserta didik
kelas X yaitu
Setiap harinya disuruh untuk mempelajari Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur beserta do’anya. Sejak peserta didik melaksanakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur di Madrasah, senang ketika
melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur secara berjamaah
lebih terasa kebersamaannya antara dewan guru pengurus OSIS
dan peserta didik.(F1. W.8/PS./17.06.19)
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur cukup menarik karena dilakukan
bersama teman sendiri.Sebelumnya peserta didik sudah belajar terus
menerus hingga saat ini menjadi dengan mudah dan terbiasa dalam
melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur beserta doanya.
81
Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa sudah diberikan materi
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dan prakteknya secara berjamaah.Ketika
salah satu peserta didik diberi tugas menjadi imam oleh guru maka sudah
siap untuk melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur adanya suatu
pembisaaan sejak dini maka dengan mudah untuk
melaksanakannya.Ketika melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
dituntut untuk melaksanakannya secara mandiri dengan tujuan untuk
melatih peserta didik untuk berakhlakulkarimah dan istiqomah dalam
menjalankan ibadah Shalat fardhu maupun Shalat sunnah.
Peserta didik dapat berakhlakulkarimah dalam kehidupan sehari-
hari, salah satu contoh kegiatan-kegiatan untuk merealisasikan misi
tersebut adalah dengan adanya kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah yang rutin diadakan setiap hari di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban
Lampung Tengah.
Menurut Kepala Madrasah, kegiatan ini diadakan sudah sejak lama
sekali, ketika Kepala Madrasah masuk di MA.At-Thohiriyah mulai tahun
2013 kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur ini sudah berjalan. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, untuk
membentuk akhlakulkarimah pada peserta didik, serta untuk melatih
peningkatan aklak peserta didik dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT.Dalam kesempatan yang sama Kepala Madrasah menjelaskan lebih
lanjut tentang hal ini bahwa:
Alhamdulillah,semua fasilitas untuk ibadah Shalat di Madrasah ini
telah kami sediakan walaupun mungkin masih ada saja
kekurangannya,setidaknya peserta didik di madrasah ini terbiasa
untuk melaksanakan Shalat secara berjamaah dan fasiltas untuk
82
ibadah Shalat bukan kendala bagi mereka.(F1.
W.1/KM.MS/17.06.19)
Berdasarkan penjelasan dari Guru Akidah Akhlak tentang Shalat
berjamaah menjelaskan sebagai berikut:
masih banyaknya peserta didik yang jika ditanya tentang Shalat
masih bolong-bolong, apalagi utuk Shalat berjamaah masih sangat
jarang yang melakukan setiap harinya, kemudian latar belakang
siswa dari pendidikan umum, kemudian dari keluarga yang kurang
baik agamanya dan lingkungan masyarakat bermacam-macam
agamanya, kemudian dari akhlaknya yang kurang baik seperti
masih ada peserta didik yang suka membolos, tidak jujur dalam
perkataaan maupun perbuatan berkata kasar dan tidak sopan dan
lain-lain. Maka diadakanya Shalat berjamaah ini dalam upaya
peningkatan akhlakulkarimah peserta didik.
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Hal ini mendapat respon yang sangat baik dari para guru dan
peserta didik. Setiap guru yang bekerja di sini sangat setuju dengan
pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di MA.At-Thohiriyah Suka
Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban. Karena mereka memandang kegiatan
ini memberikan banyak manfaat untuk Madrasah pada umumnya dan
peserta didik itu sendiri pada khususnya.Dalam wawancara Peneliti
dengan beberapa guru didapat keterangan yang sama bahwa Bapak Andri
Febriansyah selaku guru Aqidah Akhlak mengatakan bahwa:
Pelaksanaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur itu adalah bagian dari
amaliah yang ditanamkan pada peserta didik karena selain
manfaatnya besar juga baik untuk membentuk mental peserta
didik, terutama sikap dan akhlak yang baik di madrasah.Para
peserta didik semakin ada peningkatan akhlaknya di banding
sebelumnya. (F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Hal itu juga diungkapan oleh Amirudin selaku Guru PKn yang juga
mendapat tugas memimpin Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur yaitu:
83
Alhamdulillah kegiatan ini direspon positif oleh semua pihak
termasuk dari masyarakat dan wali murid. Karena dengan kegiatan
ini akan membantu peserta didik untuk lebih mengenal Islam dan
di harapkan mempermudah peserta didik untuk berperilaku yang
berakhlakulkarimah peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah. (.F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19)
Dalam pelaksanaan kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur ini,
pihak Madrasah mengatur sedemikian rupa mengenai waktu pelaksanaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur yang pastinya berbarengan dengan waktu
istirahat peserta didik. Dijelaskan lebih lanjut oleh Bapak Tarmedi selaku
guru BK menjelaskan bahwa:
Untuk Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur ini ada jamnya sendiri
yakni waktu istirahat 30 menit yang 15 menit digunakan untuk
Shalat Dhuha dan yang 15 menit untuk istirahat dalam
pelaksanaannya para peserta didik bergantian, supaya lebih mudah
dikondisikan oleh dewan guru. (F1. W.7/GR.BK.TM/20.06.19)
Sedangkan penjelasan yang telah ditambahkan oleh Guru Akidah
Akhlak sebagai berikut:
Pelaksanaan kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur ini, pihak
madrasah mengatur sedemikian rupa mengenai waktu
pelaksanaannya, dilakukan pembiasaannya secara berjamaah. Pada
saat kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berlangsung
kegiatannya pun berjalan dengan lancar dengan pengawasan
seorang guru, suasana di dalam masjid madrasah para peserta didik
dengan mudah bisa dikondisikan. (F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Sedangkan penjelasan oleh Guru Bimbingan Konseling yaitu:
Shalat Dhuha yang dikerjakan 2 rakaat dan selalu
berjamaah.Sebenarnya Shalat Dhuha itu lebih afdhal jika
dikerjakan sendiri, alasannya untuk meningkatkan pembelajaran
peserta didik dalam melaksanakan pembiasaan Shalat secara
berjamaah ketika peserta didik berada di Madrasah, berada di
rumah atau dimanapun mereka berada selalu Shalat berjamaah.
(F1. W.7/GR.BK.TM/20.06.19)
84
Berdasarkan penjelasan dari pihak Madrasah telah memberikan
peraturan serta jadwal yang bertujuan untuk ketertiban kegiatan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur.Sanksi diberikan bagi peserta didik yang tidak
mematuhinya tanpa alasan yang jelas.Peneliti berusaha mencari informasi
dari berbagai pihak di MA.At-Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
Berdasarkan penjelasan dari Wali Kelas IX menambahkan yaitu,
sebagai berikut:
Ketertiban kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur. Sanksi pun
diberikan bagi peserta didik yang tidak mematuhinya tanpa alasan
yang jelas, Bagi peserta didik yang tidak mengikuti Shalat dhuha
dan Shalat dzuhur tanpa alasan yang jelas akan diberi hukuman,
bagi yang tidak berjamaah membaca istighfar 100x di halaman
madrasah depan kantor guru dan bagi peserta didik yang tidak
melaksanakan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur tanpa alasan. (F1.
W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
Sedangkan penjelasan dari Guru Akidah Akhlak Andri Febriansyah
menambahkan bahwa:
Iya, selalu diawasi oleh dewan guru yang diarahkan untuk bersama-
sama Shalat berjamaah, bagi peserta didik yang tidak mengikuti
Shalat dhuha dan Shalat dhuhur tanpa alasan yang jelas akan diberi
hukuman, bagi yang tidak berjamaah membaca istigfar 100x di
halaman madrasah depan kantor guru dan bagi peserta didik yang
tidak melaksanakan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur tanpa alasan.
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Kegiatan Shalat Dhuha ini bukan hanya kegiatan yang bersifat
sunnah seperti hukum yang berlaku seharusnya namun sudah menjadi
kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik di MA.At-Thohiriyah
Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban. Sehingga berbagai upaya
85
dilakukan oleh guru pada khususnya dan seluruh warga Madrasah pada
umunya demi keberlangsungan kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur.
Adapun upaya guru untuk menertibkan pelaksanaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur menurut Guru BK Bapak Tarmedi menjelaskan:
Dengan memberikan sosialisasi yang terus-menerus berupa
himbauan dan pengawasan seperti memberikan penjelasan
mengenai pengertian serta faedah-faedah Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur, guru turut serta dalam pelaksanaan Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur, guru menertibkan peserta didik untuk menuju ke
Masjid setiap hari, guru juga mengabsen semua peserta didik. (F1.
W.7/GR.BK.TM/20.06.19)
Sedangkan penjelasan dari Wali Kelas XII yang sekaligus guru
pembina menambahkan bahwa:
Dalam pelaksanaan kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur ini,
pihak madrasah mengatur sedemikian rupa mengenai waktu
pelaksanaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur yang pastinya
berbarengan dengan waktu istirahat peserta didik. (F1.
W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
Sedangkan penjelasan Guru Akidah Akhlak menambahkan bahwa:
Setiap guru menambahkan bahwasannya dengan meningkatkan
kerjasama antar sesama guru juga membantu dan mempermudah upaya
guru dalam Peningkatan Akhlak peserta didik untuk melaksanakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur di Madrasah. (F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Sedangkan penjelasan yang ditambahkan oleh Guru PKn
memaparkan bahwa:
Hal ini dibuktikan dengan setiap akan melaksanakan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur baik guru yang bertugas sebagai imam,dan
Pengurus OSIS maupun yang tidak bertugas ikut membimbing
peserta didik untuk pergi ke Masjid.
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19)
86
Bagi peserta didik kelas X yang baru masuk masih banyak yang
kurang tahu tentang Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur baik bacaan, cara
maupun manfaatnya. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang peserta didik
yang tidak sengaja ditemui Peneliti di kantin Madrasah dengan sedikit
malu-malu menjawab. (F1. W.8/PS./17.06.19)
Berdasarkan observasi yang dilakukan pembiasaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur berjamaah dilakukan di Madrasah untuk peningkatan
akhlakulkarimah peserta didik, sehingga terbentuk peserta didik yang jujur
dan bertanggung jawab Ibadah Shalat fardhu didirikan secara berjamaah
di Masjid milik Madrasah. Tujuan pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur secara berjamaah yaitu untuk membentuk kepribadian muslim dan
membentuk karakter akhlakulkarimah peserta didik dalam membiasakan
menjalankan Shalat secara berjamaah, agar nantinya siswa mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa khusus untuk kelas X diberi
bimbingan khusus untuk peserta didik yang belum bisa melaksanakan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur. Jadi, peserta didik yang belum bisa
Shalat dan baca Al-Qur’an di sendirikan.Ada ngaji pagi di khususkan bagi
peserta didik yang belum bisa Shalat dan untuk baca Al-Qur’an itu
dibimbing khusus dan ada standar yang harus dicapai oleh peserta
didik.Minimal mereka ketika naik kelas XI bisa Shalat dan membaca Al-
Qur’an.
87
2. Faktor Pendukung Pembisaaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah
dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik
Setiap guru yang bekerja di sini sangat setuju dengan pembisaaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di MA At-Thohiriyah ini.Karena mereka
memandang kegiatan ini memberikan banyak manfaat untuk Madrasah
pada umumnya dan peserta didik itu sendiri pada khusunya.
Berdasarkan dalam wawancara Peneliti mengajukan pertanyaan
tentang pendukung pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur terhadap
peserta didik, dengan beberapa guru didapat keterangan dari Kepala
Madrasah,mengatakan bahwa:
Faktor pendukung pembisaaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur
mempunyai fasilitas Masjid sajadah yang cukup peserta didik tidak
perlu membawa dari rumah, di madrasah juga sudah disediakan
mukena, bagi peserta didik yang lupa membawanya pengeras suara
untuk adzan dan iqomah serta mengkondisikan peserta didik.(F2.
W.1/KM.MS/17.06.19)
Hal itu juga diungkapkan oleh Guru Akidah Akhlak,Andri
Febriansyah,mengungkapkan bahwa:
Faktor pendukung Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berjamaaah
adalah alat Shalat yang cukup memadai, air untuk berwudhu yang
cukup, pengeras suara untuk azan dan iqomah, adanya bapak guru
atau peserta didik sebagai imam, masyarakat lingkungan sekolah
yang mendukung pelaksanaan Shalat berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah.
(F2. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Sedangkan faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan
Dzuhur berjamaah dengan adanya guru-guru yang berkompeten dalam
bidang keagamaan yaitu sebagai berikut:
88
Faktor pendukung guru-gurunya yang alim (ahli agama) dapat
memberikan contoh pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur yaitu
mengenalkan ajaran agama Islam kepada peserta didik.Karena dengan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah terbiasa
melaksanakan Shalat fardhu berjamaah ketika di rumah.Hal ini
sebagaimana oleh peserta didik M. Alfi, kelas X, ia menjelaskan bahwa:
Dengan adanya guru-guru yang alim(ahli agama) maka kegiatan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah, dan pasti
terlatih untuk membiasakan melakukan Shalat fardhu berjamaah
ketika maghrib, Shalat isya’ dan subuh. Karena letak Masjid yang
saya pakai berjamaah sama dengan yang digunakan ketika
melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah ketika
di Madrasah.(F2. W.8/PS./17.06.19)
Sedangkan yang sudah dijelaskan oleh Guru Bimbingan Konseling
yaitu, sebagai berikut:
Selain itu dengan adanya kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur di Madrasah teman-teman menjadi lebih memahami dan
bisa menjalankan Shalat fardhu di rumah dan ada sebagian peserta
didik sudah menjalankan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur mandiri.
(F2. W.7/GR.BK.TM/20.06.19)
Faktor pendukung mempunyai air yang cukup untuk pelaksanaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dapat membawa pengaruh
yang positif terhadap peningkatan akhlakulkarimah peserta didik
diantaranya seperti rajin melaksanakan Shalat fardlu, Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur dan bisa melaksanakan Shalat dengan benar.
Selain itu masih banyak lagi Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
terhadap peserta didik. Dalam hal ini dituturkan oleh Guru PKn Bapak
Amirudin sebagai berikut:
89
Faktor pendukung pembiasaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur
yaitu Para peserta didik diberi wawasan untuk saling mengingatkan
kepada teman yang malas-malas untuk Shalat berjamaah karena
betapa penting hikmah Shalat berjamaah untuk kehidupan manusia
sehingga rasa solidaritas antar teman semakin bertambah, selain itu
dampak hasil belajar peserta didik juga meningkat terutama mata
pelajaran agama, karena dengan pembisaaan Shalat dhuha dan
Shalat dzuhur berjamaah dapat mengerti tentang ajaran-ajaran
agama Islam. (F2. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19)
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dijelaskan bahwa faktor
pendukung air yang cukup banyak untuk bersuci sebelum melaksanakan
kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah yang dilakukan di
Madrasah mengandung nilai yang sangat positif terhadap peningkatan
akhlakulkarimah peserta didik. Para peserta didik menjadi lebih taat
terhadap perintah Allah, menjadi giat dalam menjalankan Shalat fardhu,
disiplin dalam urusan Madrasah dan mengerti tentang ajaran agama Islam.
Semua itu tidak lepas dari sebuah pembisaaan-pembisaaan yang dilakukan
oleh guru terhadap peserta didik melalui kegiatan keagamaan seperti
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.
Sedangkan Peneliti mengobservasi langsung di Madrasah Aliyah
MA.At-Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban tentang faktor
pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah yaitu:
Faktor pendukung dari Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur yaitu:
lingkungan Madrasah yang mendukung adanya kegiatan Madrasah,
karena guru sebagai tenaga pendidik yang mengajarkan tata cara
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dengan benar dan jika ada
masalah dalam Madrasah, masyarakat sekitar membantu dengan
sukarela demi kemajuan Madrasah. (F2. Ob.24.06.19)
Tidak sampai disitu saja, karena sudah terbiasa dan memahami
kajian Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur, guru juga mengamalkannya agar
90
ilmunya bermanfaat. Peneliti mengajukan sebuah pertanyaan yaitu,
pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur terhadap guru dalam
peningkatan akhlakulkarimah peserta didik.Berdasarkan dalam penjelasan
yang ditambahkan dari Wali Kelas X mengungkapkan bahwa:
Faktor pendukung adalah tempat ibadah yang memadai dan air
yang sangat banyak untuk berwudhu yang mencukupi alat Shalat
seperti mukena yang memadai dan alat pengeras suara untuk
menertibkan peserta didik dan untuk adzan, sholawatan, iqomah
dan untuk kegiatan lain, seperti muhadharoh membaca yasin dan
tahlil. (F2. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
Faktor pendukung pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
sebagaimana penjelasanIbu Defi Yunitasari, Wali KelasXII yaitu:
Faktor pendukungnya yaitu faktor lingkungan sekitar madrasah
ikut mendukung pelaksanaan Shalat jamaah di madrasah misalnya
ada kerusakan pada aliran listrik atau pengairan maka peserta didik
dibolehkan untuk menumpang wudhu di rumah pendukung sekitar
madrasah. (F2. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor
pendukung pembisaaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dapat
meningkatkan akhlakulkarimah peserta didik yaitu lingkungan yang
mendukung kegiatan Madrasah yang menjadikan peserta didik
berakhlakulkarimah karena banyak mendapatkan bantuan dari masyarakat
sekitar.Seorang guru supaya lebih istiqomah dalam menjalankannya, dapat
digunakan untuk menambah wawasan agar menjadi lebih
berakhlakulkarimah dalam pembinaanpeserta didik berikutnya.
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur yang dilaksanakan di Madrasah
mendapat respon yang positif terhadap wali murid dan lingkungan
sekitar karena perilaku peserta didik ketika di rumah menjadi lebih
taat dan patuh terhadap orang tua.Dan lingkungan sekitar juga giat
dalam melakukan Shalat berjamaah diMasjid. (F1. Ob.24.06.19)
91
Dalam hal ini di sampaikan oleh Guru Fiqih yang sekaligus wali
murid kelas XI, menuturkan bahwa:
Pertama tempat ibadah yang memadai dan air yang sangat banyak
untuk berwudhu yang mencukupi alat Shalat seperti mukena yang
memadai dan alat pengeras suara untuk menertibkan peserta didik
dan untuk adzan, sholawatan, iqomah dan untuk kegiatan lainnya.
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
Semenjak dilaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah para peserta didik ketika bererada di masyarakat bisa lebih
sopan dan ikut serta melaksanakan ibadah Shalat berjamaah.Madrasah
pada lembaga agama dan Madrasah umum sangatlah berbeda karena
Madrasah dituntun dan diajarkan untuk mempelajari agama Islam secara
mendalam beserta prakteknya. Dengan adanya suatu pembisaaan seperti
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di Madrasah maka dapat membantu
untuk mengerti tentang ajaran agama Islam secara mendalam dari peserta
didik, guru, wali murid dan masyarakat sekitar. Karena Madrasah sendiri
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang dan dapat
membentuk suatu akhlak yang baik atau akhlakulkarimah.
3. Strategi Pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah dalam
Peningkatan Akhlak Peserta Didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
Diantara strategi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah untuk membiasakan peserta didik dalam melaksanakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.Dimulai dari pendidik dengan cara
memberikan contoh para dewan guru melakukan Shalat secara berjamaah
setiap harinya tergantung berapa orang yang berangkat pada hari itu sesuai
92
dengan jadwal masing-masing dewan guru.Strategi pembiasaan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur dalam akhlak peserta didik, maka guru
melakukan pendekatan individual dan kelompok. Pendekatan individual
yang digunakan pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik dengan membiasakan bersikap
sabar dan selalu tekun beribadah/melaksanakan Shalat berjamaah sebagai
wujud akhlak yang baik dengan mendekatkan diri kepada Allah. Maka
strategi yang digunakan dalam pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik yaitu:
a. Penerapan Pembiasaan
Pembiasaan perilaku positif di dalam kelas dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar setiap waktunya.Pembiasaan perilaku yang
baik diterapkan di dalam kelas agar peserta didik mampu
membiasakan diri dengan kegiatan tersebut.Pendidikan kebiasaan
sangat berpengaruh pada jiwa peserta didik, jika guru senantiasa
memberikan kebiasaan yang baik, maka peserta didik mencontohnya.
Pembiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah: perhatikanlah
ketika guru mendidik peserta didiknya dibiasakan bangun
pagi, akan bangun pagi sebagai suatu kebiasaan, pembiasaan
sebagai salah satu upaya pendidikan yang baik dalam
pembentukan manusia khususnya peserta didik.(F3.
W.7/GR.BK.TM/20.06.19)
Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik
pendidikan.Lalu mengubah seluruh sifat baik menjadi kebiasaan,
sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tanpa kesusahan, dan tanpa
menemukan banyak kesulitan.(F3. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
93
Diantara kegiatan pembiasaan yang dilakukan guru di
Madrasah adalah:
1) Membiasakan bersalaman kepada guru saat memulai dan selesai
kegiatan KBM.
2) Memabaca doa sebelum memulai pelajaran.
3) Bertutur kata yang sopan.
4) Sholat dhuha dan sholat dzuhur di Madrasah secara berjamaah.
5) Membaca Asma’ul husna secara bersama sebelum pelajaran
dimulai.
6) Membaca surat yasin, tahlilan, dan membaca kalimat toyibah.
7) Duduk sesuai tempat masing-masing dan diatur laki-laki sendiri
dan perempuan sendiri.(F3. Ob.24.06.19)
Pembiasaan dilakukan untuk membiasakan peserta didik
bertingkah laku, berketrampilan, bercakap dengan baik. Pembiasaan
dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah peserta didik
melakukanya, karena seorang yang telah mempunyai kebiasaan
tertentu akan dapat dengan mudah melakukannya dengan senang hati.
Strategi yang digunakan yaitu dengan pembisaaan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah kini Peneliti berlanjut
mencari informasi tentang bagaimana proses pelaksanaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlakulkarimah. Dalam mewujudkan peserta
didik yang berakhlakulkarimah Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Suka Jawa Lampung Tengah mengadakan kegiatan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah yang berbasis
pendidikan agama. (F3. Ob.24.06.19)
Dalam proses strategi pembiasaan yang digunakan untuk
pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah pada
pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dilaksanakan yaitu
pembisaaan pada pagi hari sebelum pelajaran dimulai,dari pihak
Madrasah membuatkan jadwal Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur sesuai
94
dengan kelasnya masing-masing, dari peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah.
Pada masing-masing kelas terdapat jadwal imam Shalat dari
peserta didik tersendiri, agar bisa melatih kemampuannya sendiri dan
cepat untuk bisa mengamalkannya.Dalam pendamping dan ketertiban
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur. Sebagaimana penjelasan Kepala
Madrasah strateginya adalah pembisaaan dalam melaksanakan Shalat:
Proses kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di
sini sudah terbilang cukup lama dimulai dari tahun 2013
sampai sekarang. Shalat Dhuha dilaksanakan pada pada jam
09.30-10.00.WIB. Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah berlaku untuk kelas X sampai kelas XII dan diawali
pada hari selasa sampai hari Jum’at. (F3.
W.1/KM.MS/17.06.19)
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa strategi
pembiasaan dalam kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah digunakan untuk melatih kemandirian peserta didik yang
berakhlakulkarimah. Untuk membentuk kepribadian peserta didik yang
berakhlakulkarimah seorang guru memberikan pembiasaan-
pembisaaan melalui kegiatan keagamaan, terlebih guru bidang
keagamaan dan harus mampu menjadi contoh para peserta didiknya.
Strategi teladan dari guru agar peserta didik dapat mencontoh
menerapkannya setiap hari penjelasan Wali Kelas XII yaitu:
Di madrasah guru menjadi teladan dalam pembisaaan Shalat
dhuha dan Shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan pada waktu
istirahat pada jam 09.30-10.00 WIB di masjid madrasah. Pada
saat kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berlangsung
kegiatannya berjalan dengan lancar, dengan begitu peserta
didik tersebut akan malu dan selanjutnya akan melaksanakan
95
Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berjamaah di madrasah.(F3.
W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
Sedangkan yang disampaikan oleh Ibu Ratna Rohmaningsih
selaku Guru Fiqih danWali KelasXI, bahwa strateginya yaitu:
Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik
pendidikan.Lalu mengubah seluruh sifat baik menjadi
kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tanpa
kesusahan, dan tanpa menemukan banyak
kesulitan.Pembiasaan dilakukan untuk membiasakan peserta
didik bertingkah laku, berketrampilan, bercakap dengan
baik.Pembiasaan dilakukan dengan tujuan untuk
mempermudah peserta didik melakukanya, karena seorang
yang telah mempunyai kebiasaan tertentu dapat mudah
melakukannya dengan senang hati. (F3.
W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
Observasi Peneliti lakukan bahwa membiasakan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur secara berjamaah dalam meningkatkan
akhlakulkarimah peserta didik menggunakan pendekatan secara
individual, yang mana peserta didik yang tidak melaksanakan Shalat
berjamaah dipanggil ke kantor mendapatkan nasehat dari guru. (F3.
Ob.24.06.19)
Uraian di atas bahwa apabila guru ingin memiliki peserta didik
yang mempunyai ta’biat baik, hendaknya peserta didik dibiasakan
untuk bersikap baik dalam kehidupanya, pembiasaan tersebut harus
dilakukan secara kontinyu dalam arti tidak jemu-jemunya guru
melakukannya dengan menghilangkan kebiasaan buruk, dan
menggantinya dengan kebiasaan yang baik serta memberi teladan di
depan peserta didiknya.
96
b. Penerapan Keteladanan
Keteladanan merupakan bagian dari sejumlah strategi yang
paling efektif dalam menyiapkan dan meningkatkan akhlakulkarimah
peserta didik.Figur seorang pendidik merupakan uswah bagi peserta
didik, ditinjau dari tingkah laku serta sopan santunnya.Dalam Al-
Qur’an keteladanan diibaratkan dengan kata uswah yang kemudian
dilanjutkan hasanah, sehingga menjadi uswatun hasanah.
Sikap guru hendaknya memberikan suatu keteladanan yang
harus dilaksanakan dengan hidupannya, maka dari itu guru harus
mamahami tentang sejarah Nabi Muhammad SAW yang merupakan
teladan bagi seluruh umat manusia.Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Guru PKn menyatakan bahwa:
Keteladan dapat dilakukan dengan mencontohkan hal-hal yang
baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari seperti
cara berucap, mengucap salam ketika masuk kelas,berprilaku
dan berpakaiaan yang baik,rapi dan sopan, melaksanakan
Shalat berjamaah,di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.(F3.
W.6/GR.PKn.AR/20.06.19)
Bedasarkan hasil observasi yang Peneliti lakukan di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah bahwa guru mengajarkan keteladanan dengan
mengucapkan salam ketika masuk kelas, berangkat mengajar tepat
waktu, dan guru berpakain rapi dan sopan dalam keseharian.
Strategi keteladanan seperti yang telah guru BK jelaskan,
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dilaksanakan tepat waktu.
Strategi keteladanan dari guru yang mengajar pada jam terakhir
langsung mengarahkan peserta didik ke Masjid, hal seperti ini
dilakukan supaya peserta didik tepat waktu dalam
97
melaksanakan Shalat dan setelah itu langsung masuk ke kelas
kembali untuk mengikuti proses belajar. Namun dari hasil
pengamatan Peneliti, tidak semua peserta didik melaksanakan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah tepat waktu, ada
beberapa orang peserta didik yang terkadang telat datang. (F.3.
W.7/GR.BK.TM/20.06.19)
Peserta didik yang sesekali tidak Shalat tepat waktu ini
dikarenakan tempat berwudhu yang harus antri dan mengakibatkan
mereka sedikit terlambat. Kemudian sisanya adalah peserta didik yang
kadang-kadang melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah tepat waktu, peserta didik yang tergolong ke dalam
kelompok ini adalah peserta didik harus diberi perhatian lebih,
tentunya dibutuhkan hal-hal yang dapat menunjang supaya proses
berjalan dengan lancar.
Sebagimana yang dijelaskan oleh guru Pendidikan
Kewarganegraan yaitu sebagai berikut:
Begitu juga dalam hal penerapan keteladanan dari guru untuk
Shalat dzuhur berjamah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah,
madrasah ini menyerukan kebijakan berupa nilai pelajaran
yang kurang terhadap peserta didiknya yang tidak
melaksanakan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berjamaah. Jika
peserta didik tidak melaksanakan Shalat dzuhur berjamaah di
madrasah, maka akan berpengaruh nilainya bisa kurang.
Strategi keteladanan dari guru yang mengajar pada jam terakhir
langsung mengarahkan peserta didik ke Masjid, hal seperti ini
dilakukan supaya peserta didik tepat waktu dalam
melaksanakan Shalat dan setelah itu langsung masuk ke kelas
kembali untuk mengikuti proses belajar. (F3.
W.6/GR.PKn.AR/20.06.19)
Kebijakan seperti ini dilakukan supaya peserta didik
melakukan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah,
karena di Madrasah memang ada beberapa peserta didik yang harus
98
diperhatikan khusus supaya mau melaksanakan Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur berjamaah. Namun tidak semua peserta didik harus
dikejar-kejar dahulu ketika masuk waktu Shalat, umumnya peserta
didik memang terbiasa melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah, peserta didik langsung bergegas ke Masjid ketika masuk
waktu Shalat, berwudhu dan melaksanakan Shalat bersama-sama.
Strategi pembiasaannya berdampak kepada peserta didik
menjadi lebih baik dan meningkatkan akhlakulkarimahnya
seperti bersikap jujur, saling menyayangi terhadap sesama
mudah memaafkan jika ada kesalahan, bertutur kata yang baik
dan sopan serta hormat terhadap guru.(F3.
W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
Berdasarkan uraian di atas bahwa keteladanan bagi guru
membawa peserta didik dalam keluarga dapat menanamkan sikap dan
prilaku baik dalam diri peserta didik, dengan tingkah laku sehari-hari
yang akan mempengaruhi perasaan dan tingkah laku peserta didik,
dengan demikian akan terciptanya generasi Islam merealisasikan
keteladanan yang diambil dari Rasulullah SAW, dengan perantara
keteladanan yang diajarkan dan dicontohkan oleh guru. Juga
memberikan teladanan yang baik yaitu dengan teladan ucapan, prilaku
dan berpakain yang baik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya mengucapkan salam ketika masuk kelas, berbicara
menggunakan tuturkata yang baik kepada orang yang lebih tua.
c. Motivasi Untuk Peserta Didik
Strategi yang dilakukan melalui motivasi kepada peserta didik,
dapat meningkatkan akhlak peserta didik mendirikan Shalat melalui
99
pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur secara berjamaah pada
peserta didik yang dilakukan guru agar peserta didik bertanggung
jawab atas pelaksanaan Shalat berjamaah, adanya peraturan-peraturan
tentang kedisiplinan dan tata tertib Madrasah.Sedangkan hal yang
disampaikan oleh Ibu Nurhayati selaku Wali KelasX, bahwa:
Kemudian Guru Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah juga menjelaskan bahwasanya strategi memberikan
motivasi kepada peserta didik dapat menerapkan kebijakan
berupa diumumkannya nama-nama peserta didik yang malas atau
bahkan tidak Shalat berjamaah, dengan begitu peserta didik
tersebut akan malu dan selanjutnya akan melaksanakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah.
(F3.W.2/WK.X.NH/18.06.19)
Dengan motivasi yang tinggi otomatis membawa dampak
peningkatan peserta didik untuk melaksanakan Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah.
Berikut perkataan Guru Fiqih ketika diwawancarai di
Madrasah.kemarin itu, memberikan motivasi yang baik kepada
peserta didik dan memberi tahu secara tegas siapa-siapa yang
tidak Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah, dengan begitu
mereka akan malu sendiri dan akan berubah. (F3.
W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
Wawancara menunjukkan bahwa ada beberapa kebijakan dan
motivasi yang diberikan kepada peserta didik yang sudah ditempuh di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah supaya Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah terlaksana dengan baik dan para peserta didik
umumnya terbiasa melaksanakan Shalat tepat waktu.
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur secara berjamah disini peserta
didik jarang melakukan kegaduhan dan berjalan dengan tenang.Dalam
100
hal ini diperkuat oleh hasil observasi ketika berada di Masjid Madrasah
pada saat Shalat di Masjid.
Observasi kebetulan yang sedangm melaksanakan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur.Sebelum mengerjakan Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur berjamaah, dalam proses pelaksanaannya
pengurus OSIS dan peserta didik yang menjadi Imammnya
dengan pengawasan seorang guru atau guru pembimbing.
Suasana dalam Masjid pun para peserta didik dengan mudah bias
dikondisikan karena sudah banyak peserta didik yang sudah
terbiasa Shalat secara berjamaah. (F3. Ob.24.06.19)
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur terlebih dahulu diberikan motivasi
yang baik secara bersama-sama. Setelah itu kegiatan dimulai dan
dipimpin oleh imam Shalat yaitu dari Dewan Guru pembimbing,
pengurus OSIS atau peserta didik, dan yang lain menjadi makmum
untuk mengikuti imam Shalat.
d. Sanksi/hukuman
Hukuman adalah salah satu strategi yang digunakan guru untuk
mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang
diharapkan dan menghentikan tingkah laku yang tidak diharapkan.
Hukuman merupakan cara yang sengaja digunakan untuk memberikan
efek jera kepada peserta didik supaya berfikir atas tingkah laku yang
dilakukannya sehingga dampak baiknya dapat melaksanakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur secara berjamaah.
Hukuman adalah jalan yang paling akhir apabila teguran,
peringatan dan nasehat belum bisa mencegah peserta didik
melakukan pelanggaran. Hukuman ialah suatu perbuatan
dimana seseorang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada
orang lain dengan tujuan untuk memperbaiki atau melindungi
101
dirinya sendiri dari kelemahan jasmani dan rohani, sehingga
peserta didik melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
secara berjamaah. (F3. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
Pendidikan dengan hukuman sangat perlu, jika pembiasaan,
keteladanan dan motivasi tidak mampu, maka guru harus ada tindakan
yang tegas supaya peserta didik melakukan perbuatan pada tempat
yang benar.motivasi masih dapat dilakukan dengan banyak cara, tidak
hanya dengan satu cara semua itu dapat merubah jiwa peserta didik
supaya peserta didik melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
secara berjamaah di Masjid Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
Maksudnya bahwa hukuman itu dapat dilakukan ketika peserta
didik ternyata tidak mematuhi dari nasehat yang pernah
diberikan. Dengan memberi hukuman peserta didik akan jera
dan berhenti untuk tidak melaksanakan Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur secara berjamaah, kemudian ia akan mempunyai
perasaan dan kepekaan yang menolak mengikuti hawa
nafsunya untuk mengerjakan hal-hal yang tidak sesuai dengan
tata tertib Madrasah. (F3. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
Tanpa hukuman peserta didik akan terus menerus melakukan
pelanggaran dan meningggalkan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
secara berjamaah di Masjid Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.Ternyata
di sini perlu sedikit kekerasan dalam mendidik, dan hal itu sebenarnya
masih kepentingan mereka sendiri supaya perbuatan atau prilakunya
dapat terarah dan muncul peningkatan akhlak peserta didik.
Menurut penjelasan Guru Akidah Akhlak menjelaskan bahwa
Strategi pembiasaannya berdampak kepada peserta didik
menjadi lebih baik dan meningkatkan akhlakulkarimahnya
seperti bersikap jujur, saling menyayangi terhadap sesama
mudah memaafkan jika ada kesalahan, bertutur kata yang baik
dan sopan hormat pada guru. (F3.W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
102
Berdasarkan penjelasan di atas sepantasnya guru memahami dan
mengikuti petunjuk yang ada, sehingga peserta didik akan terarah dalam
semua aspek kehidupan demi mencapai kemuliaan yang dilakukan, tidak
jarang peserta didik mendapat hukuman jika pembiasaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam meningkatkan akhlak peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah, hukuman diberikan bersifat membangun
dan edukatif.
Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa dari proses pelaksanaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur adalah dengan adanya suatu strategi
pembiasaan sejak dini maka dengan mudah untuk melaksanakannya.
Ketika melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dituntut untuk
melaksanakannya secara mandiri dengan tujuan untuk melatih kemampuan
peserta didik untuk berakhlakulkarimah dan istiqomah dalam menjalankan
ibadah Shalat fardhu maupun Shalat sunnah.
Pembiasaan, salah satunya yaitu setiap guru jam terakhir pelajaran
atau bertepatan dengan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah harus
mengarahkan peserta didik ke Masjid, guru tersebut hanya masuk ke kelas
sebentar saja untuk mengarahkan peserta didik dan mengarahkan ke
Masjid. Kemudian bentuk pembisaaan yang lain adalah adanya kultum
(kuliah tujuh menit) setiap hari sabtu, kultum tersebut disampaikan oleh
peserta didik secara bergiliran setiap minggunya diharapkan membuat
peserta didik rajin ke Masjid untuk Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah. Bimbingan seperti ini diadakan supaya peserta didik mendapat
103
pembinaan, termasuk dalam hal Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah.
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di MA At-Thohiriyah Suka
Jawa Lampung Tengah telah menjadi peraturan yang harus dilakukan oleh
seluruh peserta didik, yang mana kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap
hari.Pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di MA.At-
Thohiriyah Suka Jawa ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah SWT, untuk membentuk akhlakulkarimah pada peserta didik, serta
untuk melatih kedisiplinan peserta didik dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah SWT.
Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur ini merupakan kegiatan yang
bagus, karena menurut saya ini akan berdampak atau berpengaruh terhadap
kejiwaan peserta didik,berpengaruh terhadap pembiasaan peserta didik. Baik
itu disiplin dalam ibadah maupun dalam mentaati peraturan.Jadi di sini kami
membiasakan peserta didik untuk melakukan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah agar mereka terbiasa melakukan Shalat Dhuha serta melatih mereka
disiplin dalam hal ibadah dan disiplin dalam peraturan yang ada di Madrasah.
Kegiatan salat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dirancang agar
peserta didik terbiasa melakukannya serta diharapkan mampu membentuk
akhalkulkarimah peserta didik dalam kesehariannya. Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah itu adalah bagian dari amaliah yang harus ditanamkan pada
104
peserta didik karena selain manfaatnya yang besar juga baik untuk membentuk
kedisiplinan dan mental peserta didik agar lebih disiplin waktu.
1. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah dalam Peningkatan
Akhlak Peserta Didik
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur merupakan Shalat sunnah yang
memiliki banyak keutamaan bagi yang melaksanakan, karena Shalat pada
hakekatnya merupakan sarana terbaik untuk memberikan motivasi dan
memperbaharui semangat sekaligus sebagai penyucian akhlak, begitu pula
dengan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.
Pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dan pada
pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di Madrasah ini guru
pembinanya yang menjadi imam Shalat atau peserta didik itu
sendiri.Dilaksanakan pada jam istirahat dan pada waktu Dzuhur untuk
Shalat Dzuhur,dari pihak Madrasah membuatkan jadwal Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur sesuai dengan kelasnya. Pada masing-masing kelas
terdapat jadwal imam Shalat dari guru pembinanya, agar bisa melatih
kemampuannya sendiri dan cepat untuk bisa mengamalkannya.
Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dilaksanakan
untuk melatih peserta didik supaya lebih berakhlakulkarimah.Untuk
membentuk kepribadian peserta didik yang berakhlakulkarimah seorang
guru harus memberikan pembiasaan-pembiasaan melalui kegiatan
keagamaan, terlebih guru bidang keagamaan dan harus mampu menjadi
contoh bagi para peserta didiknya, baik di lingkungan Madrasah maupun
105
di luar Madrasah. Agar peserta didik dapat mencontoh dan terbiasa
menerapkannya setiap hari.
Suasana dalam Masjid pun para peserta didik dengan mudah bisa
dikondisikan karena sudah banyak peserta didik yang bisa untuk
melafalkan bacaan Shalatnya. Kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
secara berjamaah yang dipimpin oleh imam Shalat.
Pelaksanaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur adalah dengan
adanya suatu pembisaaan sejak dini dari awal masuk ke Madrasah sudah di
berikan penjelasan maka dengan mudah untuk melaksanakannya.ketika
melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dituntut untuk
melaksanakannya secara mandiri dengan tujuan untuk melatih kemampuan
peserta didik untuk berakhlakulkarimah dan istiqomah dalam menjalankan
ibadah Shalat fardhu maupun Shalat sunnah.
2. Faktor Pendukung Pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
Berjamaah dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik
Setiap guru yang bekerja di sini sangat setuju dengan pembiasaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur di MA.At-Thohiriyah ini. Karena
mereka memandang kegiatan ini memberikan banyak manfaat untuk
Madrasah pada umumnya dan peserta didik itu sendiri pada khususnya.
Faktor pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
mempunyai fasilitas sajadah yang cukup peserta didik tidak perlu
membawa dari rumah, di Madrasah juga sudah disediakan mukena,bagi
106
peserta didik yang lupa membawanya,sandal,pengeras suara untuk adzan
dan iqomah untuk mengkondisikan peserta didik.
Faktor pendukung pembiasaan tersebut membawa pengaruh yang
positif dan mendapat dukungan dari wali murid, karena Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur dapat membantu peserta didik untuk membiasakan
melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur maupun Shalat fardhu.
Dan sebagai pengenalan kepada peserta didik untuk mengenal ajaran
agama Islam yang berakhlakulkarimah.
Faktor pendukung guru-gurunya yang alim (ahli agama) dapat
memberikan contoh pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur yaitu
mengenalkan ajaran agama Islam kepada peserta didik. Karena dengan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah akan terbiasa
melaksanakan Shalat fardlu berjamaah ketika di rumah dan dimanapun
berada.
Faktor pendukung mempunyai air yang cukup untuk pelaksanaan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dapat membawa pengaruh
yang positif terhadap peningkatan akhlakulkarimah peserta didik
diantaranya seperti rajin melaksanakan Shalat fardhu, Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur dan bisa melaksanakan Shalat dengan benar.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dijelaskan bahwa faktor
pendukung air yang cukup banyak untuk bersuci sebelum melaksanakan
kegiatan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah yang dilakukan di
Madrasah mengandung nilai yang sangat positif terhadap peningkatan
107
akhlakulkarimah peserta didik. Para peserta didik menjadi lebih taat
terhadap perintah Allah, menjadi giat dalam menjalankan Shalat fardhu,
disiplin dalam urusan Madrasah dan mengerti tentang ajaran agama Islam.
Semua itu tidak lepas dari sebuah pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan
oleh guru terhadap peserta didik melalui kegiatan keagamaan seperti
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah.
Faktor pendukung lain yaitu faktor lingkungan sekitar Madrasah
ikut mendukung pelaksanaan Shalat jamaah di Madrasah misalnya ada
kerusakan pada aliran listrik atau pengairan maka peserta didik dibolehkan
untuk menumpang wudhu di rumah pendukung sekitar Madrasah,
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor
pendukung pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur dapat
meningkatkan akhlakulkarimah peserta didik yaitu lingkungan yang
mendukung kegiatan Madrasah yang menjadikan peserta didik
berakhlakulkarimah karena banyak mendapatkan bantuan dari masyarakat
sekitar.Seorang guru supaya lebih istiqomah dalam menjalankannya, dapat
digunakan untuk menambah wawasan agar menjadi lebih
berakhlakulkarimah dalam pembinaan peserta didik berikutnya.
Dengan adanya suatu pembiasaan seperti Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur di Madrasah maka dapat membantu untuk mengerti tentang ajaran
agama Islam secara mendalam dari peserta didik, guru, wali murid dan
masyarakat sekitar. Karena Madrasah sendiri sangat berpengaruh terhadap
108
kualitas hidup seseorang dan dapat membentuk suatu akhlak yang baik
atau akhlakulkarimah.
3. Strategi Shalat Dhuha dan Dzuhur Berjamaah dalam Peningkatan Akhlak
Peserta Didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
Diantara strategi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah untuk membiasakan peserta didik dalam melaksanakan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah, dimulai dari pendidik dengan cara
memberikan contoh para dewan guru melakukan Shalat secara berjamaah
setiap harinya tergantung berapa orang yang berangkat pada hari itu sesuai
dengan jadwal masing-masing dewan guru. Pendekatan individual yang
digunakan pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik dengan membiasakan bersikap sabar dan
selalu tekun beribadah/melaksanakan Shalat berjamaah sebagai wujud
akhlak yang baik dengan mendekatkan diri kepada Allah. Maka strategi
yang digunakan dalam pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik yaitu:
a. Penerapan Pembiasaan
Pembiasaan perilaku positif di dalam kelas dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar setiap waktunya.Pembiasaan perilaku yang
baik diterapkan di dalam kelas agar peserta didik mampu
membiasakan diri dengan kegiatan tersebut.Pendidikan kebiasaan
sangat berpengaruh pada jiwa peserta didik, jika guru senantiasa
memberikan kebiasaan yang baik, maka peserta didik mencontohnya.
109
Pembiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah: perhatikanlah
ketika guru mendidik peserta didiknya dibiasakan bangun pagi, akan
bangun pagi sebagai suatu kebiasaan, pembiasaan sebagai salah satu
upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia khususnya
peserta didik. Strategi yang digunakan yaitu dengan pembisaaan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah proses pelaksanaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam peningkatan akhlakulkarimah.
Dalam mewujudkan peserta didik yang berakhlakulkarimah di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa.
Strategi pembiasaan yang digunakan untuk pelaksanaan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah pada pelaksanaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur dilaksanakan yaitu pembiasaan pada pagi hari
sebelum pelajaran dimulai, dari pihak Madrasah membuatkan jadwal
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur sesuai dengan kelasnya masing-
masing, dari peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
Pembiasaan dalam Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah,
rutin dilakukan supaya peserta didik akan bisa aktif karena guru
senantiasa keliling kelas untuk mengecek bila ada peserta didik yang
tidak melaksanakan Shalat.
Uraian di atas bahwa apabila guru ingin memiliki peserta didik
yang mempunyai ta’biat baik, hendaknya peserta didik dibiasakan
untuk bersikap baik dalam kehidupanya, pembiasaan tersebut harus
dilakukan secara kontinyu dalam arti tidak jemu-jemunya guru
110
melakukannya dengan menghilangkan kebiasaan buruk, dan
menggantinya dengan kebiasaan yang baik serta memberi teladan
didepan peserta didiknya.
b. Penerapan Keteladanan
Keteladanan merupakan bagian dari sejumlah strategi yang
paling efektif dalam menyiapkan dan meningkatkan akhlakulkarimah
peserta didik.Figur seorang pendidik merupakan uswah bagi peserta
didik, ditinjau dari tingkah laku serta sopan santunya. Dalam Al-
Qur’an keteladanan diibaratkan dengan kata uswah yang kemudian
dilanjutkan hasanah, sehingga menjadi uswatun hasanah yang berarti
keteladanan, Sikap guru hendaknya memberikan suatu keteladanan
yang harus dilaksanakan dalam kehidupannya, maka dari itu guru
harus mamahami tentang sejarah Nabi Muhammad SAW yang
merupakan teladan bagi seluruh umat manusia.
Strategi keteladanan dari guru yang mengajar pada jam terakhir
langsung mengarahkan peserta didik ke Masjid, hal seperti ini
dilakukan supaya peserta didik tepat waktu dalam melaksanakan
Shalat dan setelah itu langsung masuk ke kelas kembali untuk
mengikuti proses belajar. Namun dari hasil pengamatan Peneliti, tidak
semua peserta didik melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah tepat waktu, ada beberapa orang peserta didik yang
terkadang telat datang. Namun tidak semua peserta didik harus di
panggil dahulu ketika masuk waktu Shalat ini, umumnya peserta didik
111
memang sudah terbiasa melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah, peserta didik ini langsung bergegas ke Masjid
ketika masuk waktu Shalat, berwudhu dan melaksanakan Shalat
bersama-sama.
Keteladanan mempunyai pengaruh besar bagi sebagian besar
peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah karena mengetahui
gurunya melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah,
maka sebagian besar peserta didik sudah mempunyai motivasi sendiri
atau mempunyai kesadaran diri untuk melaksanakan Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah dengan tepat waktu.
c. Motivasi untuk Peserta Didik
Strategi yang dilakukan melalui motivasi kepada peserta didik,
dapat meningkatkan akhlak peserta didik mendirikan Shalat melalui
pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur secara berjamaah pada
peserta didik yang dilakukan guru agar peserta didik bertanggung
jawab atas pelaksanaan Shalat berjamaah, adanya peraturan-peraturan
tentang kedisiplinan dan tata tertib Madrasah.
Strategi memberikan motivasi kepada peserta didik dapat
menerapkan kebijakan berupa diumumkannya nama-nama peserta
didik yang malas atau bahkan tidak Shalat berjamaah, dengan begitu
peserta didik tersebut akan malu dan selanjutnya akan melaksanakan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah di Madrasah,memberikan
motivasi yang baik kepada peserta didik dan memberi tahu secara
112
tegas yang tidak Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah, dengan
begitu mereka akan malu sendiri dan akan berubah.
Motivasi yang diberikan kepada peserta didik yang sudah
ditempuh di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah supaya Shalat Dhuha dan
Shalat Dzuhur berjamaah terlaksana dengan baik dan para peserta
didik umumnya terbiasa melaksanakan Shalat tepat waktu.
Uraian di atas dapat diketahui bahwa strategi yang dilakukan
melalui motivasi oleh guru kepada peserta didik dapat meningkatkan
akhlak peserta didik untuk melaksanakan pembiasaan Shalat Dhuha
dan Shalat Dzuhur secara berjamaah,walaupun peserta didik jarang
melakukan kegaduhan dalam melaksanakannya, namun pelaksanaan di
Madrasah dengan baik dan tepat waktu .
d. Sanksi/hukuman
Hukuman adalah salah satu strategi yang digunakan guru untuk
mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang
diharapkan dan menghentikan tingkah laku yang tidak
diharapkan.Hukuman merupakan cara yang sengaja digunakan untuk
memberikan efek jera kepada peserta didik supaya berfikir atas tingkah
laku yang dilakukan,sehingga dampak baiknya yaitu melaksanakan
Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur secara berjamaah.
Hukuman adalah jalan yang paling akhir apabila teguran,
peringatan dan nasehat belum bisa mencegah peserta didik melakukan
pelanggaran. Hukuman ialah suatu perbuatan dimana seseorang sadar
113
dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan untuk
memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani
dan rohani.
Maksudnya bahwa hukuman itu dapat dilakukan ketika peserta
didik ternyata tidak mematuhi dari nasehat yang pernah diberikan.
Dengan memberi hukuman peserta didik akan jera dan berhenti untuk
tidak melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur secara
berjamaah, kemudian ia akan mempunyai perasaan dan kepekaan yang
menolak mengikuti hawa nafsunya untuk mengerjakan hal-hal yang
tidak sesuai dengan tata tertib Madrasah.
Berdasarkan penjelasan di atas sepantasnya guru memahami
dan mengikuti petunjuk yang ada, sehingga peserta didik akan terarah
dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai akhlakul
mahmudah, tidak jarang peserta didik mendapat hukuman jika
pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah,
yang hukumannya diberikan bersifat membangun dan edukatif. Dalam
hal ini yang efektif dalam pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur adalah strategi keteladanan, dan strategi yang kurang diminati
yaitu strategi hukuman.
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pembiasaan Shalat
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Suka Jawa, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pembiasaan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik, yaitu membimbing peserta didik kearah
prilaku yang baik dan untuk membentuk peserta didik yang
berakhlakulkarimah seorang guru harus memberikan pembisaaan-
pembisaaan melalui kegiatan keagamaan, terlebih untuk kegiatan Shalat
Dhuha dan Shalat Dzuhur yang tujuannya agar peserta didik dapat
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun mereka berada,
selain itu guru bidang keagamaan juga harus mampu menjadi contoh bagi
para peserta didiknya, baik di lingkungan madrasah maupun di luar
madrasah, tujuan untuk melatih kemampuan peserta didik
berakhlakulkarimah dan istiqomah dalam menjalankan ibadah Shalat
fardhu maupun Shalat sunnah.
2. Faktor pendukung pembiasaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik yaitu fasilitas masjid, sajadah,
pengeras suara,sandal dan mukena, guru-gurunya yang alim (ahli agama)
dapat memberikan contoh dan teladan, air yang cukup untuk berwudhu
115
dan faktor lingkungan sekitar madrasah ikut mendukung, sehingga dapat
membentuk akhlak yang baik atau akhlakulkarimah.
3. Strategi pembiasaan Shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik yaitu strategi penerapan pembiasaan
yang digunakan untuk pelaksanaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur
berjamaah, penerapan ketauladanan merupakan bagian dari sejumlah
strategi yang paling efektif dalam menyiapkan dan meningkatkan
akhlakulkarimah, strategi motivasi dapat meningkatkan akhlak peserta
didik, dan ketauladanan adalah salah satu strategi yang digunakan guru
untuk mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang
diharapkan dan menghentikan tingkah laku yang tidak diharapkan.
B. Implikasi
Pelaksanaan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur berjamaah di madrasah At-
Thohiriyah yang menjadi imam Shalat yaitu guru Pembina, pengurus OSIS
atau peserta didik itu sendiri.Dilaksanakan pada jam istirahat untuk Shalat
dhuha dan waktu dzuhur untuk Shalat dzuhur,dari pihak madrasah
membuatkan jadwal Shalat dhuha dan Shalat dzuhur sesuai dengan kelasnya.
membiasakan peserta didik untuk melakukan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur
berjamaah agar mereka terbiasa melakukan Shalat dhuha serta melatih mereka
disiplin dalam hal ibadah dan disiplin dalam aturan yang ada di madrasah.
Dengan adanya suatu pembisaaan seperti Shalat dhuha dan Shalat dzuhur di
madrasah maka dapat membantu untuk mengerti tentang ajaran agama Islam
secara mendalam baik peserta didik, guru, wali murid dan masyarakat sekitar.
116
Pembiasaan Shalat itu sendiri sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup
seseorang dan dapat membentuk akhlak yang baik atau akhlakulkarimah.
Pembinaan mengenai Shalat dhuha merupakan salah satu upaya yang
dilakukan lembaga madrasah dalam peningkatan kesadaran peserta didik agar
lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam mentaati aturan atau tata tertib
yang ada di madrasah. Melalui kegiatan Shalat dhuha dan Shalat dzuhur
berjamaah diharapkan mampu membangun keperibadian yang baik terhadap
peserta didik. Menjalankan kehidupan dengan tertib, teratur dan lebih terarah
serta tidak ada suatu pelanggaran baik secara langsung dan tidak langsung
khususnya dilingkungan madrasah.Bimbingan seperti ini diadakan supaya
peserta didik mendapat binaan, termasuk dalam hal Shalat dhuha dan Shalat
dzuhur berjamaah. Materi-materi yang disampaikan guru tersebut selalu
mengarah supaya peserta didik mau melaksanakan Shalat.
C. Saran
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian dan dikaitkan dengan
kesimpulan di atas, maka dapatlah diberikan saran sebagai berikut:
1. Hendaknya peserta didik selalu melaksanakan Shalat Dhuha dan (Shalat
Dzuhur khususnya secara berjamaah) dan umumnya Shalat fardhu dan
Shalat sunnah tepat waktu tanpa menunda-nunda.
2. Seharusnya semua guru ikut melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat
Dzuhur berjamaah bersama peserta didik setiap harinya supaya peserta
didik mentauladani, dan hal ini bisa dikatakan salah satu bentuk
pembiasaan.
117
3. Hendaknya masjid untuk melaksanakan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur
berjamaah sedikit diperluas supaya peserta didik nyaman melaksanakan
Shalat berjamaah dan semua warga Madrasah dapat melaksanakan Shalat
Dzuhur berjamaah.
DAFTAR PUSTAKA
A. Munir, Dasar- dasar Agama Islam,Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah
Thaharah, Shat, Zakat, Puasa, dan Haji, Jakarta: Amzah, 2010
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani,
2002
Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010
……………., Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
Ali Abdul Him Mahmud, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani Press, 2004
AN. Ubaedy, Quantum Tahajud, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007
Asep Nurhim, Buku Lengkap Panduan Shalat, Jakarta: Belanoor, 2010
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Grafindo Persada, 1994
Asmaul Husna, Pembiasaan Sholat Dhuha Sebagai Pembentukan Karakter Siswa
di Man Tlogo Blitar Tahun 2014/2015. (Tulungagung: tidak diterbitkan,
2015
Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008
Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian Perguruan Tinggi,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012
Fadhl Ilahi, Mengapa Harus Shat Jamaah,Copyright Ausath 2009
Hasanuddin, Yusri Amru Ghazali, Panduan Shalatt Lengkap, Jakarta: Alita
Media, 2013
Hasnan Amin Hawary, Kebiasaan Sholat Dhuha dan Peranaanya Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pakem, Diakses
tanggal 12 Agustus 2018
Khairun Rajab, Psikologi Ibadah Memakmurkan Kerajaan Ilahi di Hati Manusia,
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011
Lexy J Moleong,, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009
M. Ali Hasyim, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, Jakarta: Gema Insani, tt
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2010
Maman Abd. Djaliel, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005
Moh. Rifa‟i, Risalah Tuntunan Shat Lengkap, Semarang: Karya Toha Putra, 2012
Muhammad Wahidi, Mozaik Salat, Jakarta: Al-Huda, 2009
Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: panduan Berbasis
Penelitian Kualitatif Lapangan dan Kepustakaan, Ciputat: Gaung Persada
Press, 2007
Munir, Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: .Renika Cipta, 2013
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010
Nipa Abdul Him, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2000
………, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 2003
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Pedoman
Penulisan Tesis Edisi Revisi (Metro: Program Pascasarjana 2017
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R dan D, Bandung: Alfabeta, 2012
Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2012
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidika: Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta:
Bumi Aksara, 2005
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2006
Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah, Jakarta: Ummul Quran, 2013
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam Yogyakarta, Sinar Baru AL-Gensindo, 2005
Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000
Suyadi, Menjadi kaya dengan sholat dhuha, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2008
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008
Wahbah az-Zuhaili, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, Fiqih Islam 2, Jakarta:
Gema Insani, 2010
Yatimin Abdulah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an, Jakarta: Amzah,
2007
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Zainal arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011
Zakiah Daradjat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 2011
………………., Metodologi Pengajaran Agama , Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
KATEGORI INFORMASI LAPANGAN
Kategori Informan Sumber/Bahan yang Diperlukan W O D
F1. Penerapan pembiasaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
1. Dokumen resmi maupun tidak
resmi dan bahan tertulis yang
relevan
2. Penerapan pembiasaan shalat
dhuha dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta
didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah
3. Pandangan, pendapat dan
informasi dari informan
√ √ √
F2. Faktor-faktor pendukung pembiasaan
shalat dhuha dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta
didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah
1. Dokumen resmi maupun tidak
resmi dan bahan tertulis yang
relevan
2. Pandangan, pendapat dan
informasi dari informan
√ √ √
F3. Strategi pembiasaan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
1. Dokumen resmi maupun tidak
resmi dan bahan tertulis yang
relevan
2. Pandangan, pendapat dan
informasi dari informan
√ √ √
Keterangan: W: Wawancara
O: Observasi
D: Dokumentasi
KISI-KISI PENGAMATAN
No Objek/Peristiwa yang Diamati
1. Penerapan pembiasaan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah dalam peningkatan
akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
2. Lingkungan Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
3. Faktor-faktor pendukung pembiasaan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
4. Interaksi antara guru dan peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
5. Kepala Madrasah dan guru di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
6. Peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
7. Kondisi sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah ah
KISI-KISI PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Sejarah singkat Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
2. Data tentang struktur organisasi Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
3. Keadaan guru Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
4. Keadaan kegiatan-kegiatan peserta didik Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
5. Kadaan sarana dan prasarana Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
6. Data tentang identitas Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
7. Semua hal yang berkaitan dengan data yang dicari dalam penelitian
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
Topik Fokus Penelitian Sub Indikator No
Item
Pembiasaan
Shalat
Berjamaah
dalam
Peningkatan
Akhlak Peserta
Didik di
Madrasah
Aliyah MA. At-
Thohiriyah Suka
Jawa Kecamatan
Bumiratu Nuban
Kabupaten
Lampung
Tengah
Penerapan
pembiasaan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah dalam
peningkatan akhlak
peserta didik di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah
1. Peningkatan akhlakul karimah
peserta didik melalui shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah
2. Awal waktu pelaksanaan
pembiasaan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah
3. Pelaksanaan pembiasaan shalat
dhuha dan dzuhur berjamaah.
4. Jumlah rokaat dalam pembiasaan
shalat dhuha dan dzuhur berjamaah
2 rokaaat
1-2
3-4
5-6
7-8
Faktor-faktor
pendukung
pembiasaan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah dalam
peningkatan akhlak
peserta didik di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah
1. Fasilitas masjid yaitu sajadah,
mukena dan pengeras suara,
2. Guru yang alim/ahli agama
3. Mempunyai air yang cukup untuk
wudhu sebelum shalat
4. Lingkungan yang mendukung
kegiatan madrasah
9
Strategi
pembiasaan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah dalam
peningkatan akhlak
peserta didik di
Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah
1. Penerapan Pembisaaan
2. Penerapan Keteladanan
3. Motivasi untuk peserta didik
4. Sanksi/hukuman
10
Jumlah 10
ALAT PENGUMPUL DATA (APD)
PEMBIASAAN SHALAT DHUHA DAN DZUHUR BERJAMAAH DALAM
PENINGKATAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH AT-
THOHIRIYAH SUKA JAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH
Jenis Penelitian : Kualitatif Lapangan
Metode Pengumpulan Data : Observasi,Wawancara dan Dokumentasi
A. Observasi
Pengamatan tentang Pembiasaan Shalat Berjamaah Dalam Peningkatan Akhlak
Peserta Didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu
Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
1. Mengamati dan berinteraksi langsung dalam pelaksanaan Pembiasaan
Shalat berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah.
2. Mengamati peran guru PAI dalam Pembiasaan Shalat Berjamaah di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah.
3. Mengamati peran guru dalam peningkatan Akhlak Peserta didik di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah.
4. Mengamati peran kepala Madrasah tentang pelaksanaan Pembiasaan
Shalat berjamaah dalam peningkatan Akhlak Peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah.
5. Mengamati strategi apakah yang digunakan dalam pelaksanaan
Pembiasaan Shalat Berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah.
6. Mengamati peningkatan Akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung Tengah.
B. Interview (Wawancara)
1. Bagaimana latar belakang perlu diadakan kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah?
2. Bagaimana peningktan akhlak peserta didik melalui shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah?
3. Apakah dalam kegiatan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah sudah
diberikan fasilitas yang memadai?
4. Bagaimana guru mengkondisikan waktu belajar dan waktu shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung
Tengah?
5. Bagaimana pelaksanaan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah?
6. Bagimana waktu yang sangat baik untuk melaksanakan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah Lampung Tengah?
7. Apakah peserta didik harus selalu diawasi dalam melaksanakan kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur berjamaah di Madrasah?
8. Berapa rakaat kewajiban peserta didik dalam melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
9. Apa sajakah faktor pendukung peningkatan akhlak peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur berjamaah di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
10. Bagaimana strategi pembiasaan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah?
Daftar Interview Dengan Peserta Didik
1. Bagiamanakah pelaksanaan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah menurut
anda?
2. Apakah anda merasa mendapat pelajaran dengan adanya kegiatan shalat
dhuha dan dzuhur berjamaah di Sekolah?
3. Apakah anda dalam menjalankan kegiatan shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah, berdasarkan peraturan dari sekolah saja?
4. Apakah saat berada di rumah anda melaksanakan shalat berjamaah?
5. Apakah guru memberikan sangsi ketika didapati siswanya tidak
melaksanakan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah?
6. Apa yang kalian dapatkan ketika rutin melaksanakan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di Sekolah?
7. Bagaimana cara anda dalam menyikapi kegiatan shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di sekolah?
8. Menurut anda apakah kegiatan tersebut memiliki dampak yang positif
dalam intelegensi dan moralitas?
9. Bagaimana menurut anda tentang Peserta didik yang melanggar
peraturan sekolah?
10. Menurut anda bagaimanakah Akhlak yang baik sebagai peserta didik?
LAMPIRAN:
TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN
PEMBIASAAN SHALAT BERJAMAAH DALAM PENINGKATAN
AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH
AT-THOHIRIYAH SUKA JAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
PETIKAN WAWANCARA
Hari : Senin
Tanggal : 17 Juni 2019
Waktu : 10.00
Instrumen : Muhammad Sohib,
Tempat : Kantor Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
No Fokus yang ditanya Petikan Wawancara
1 P: Bagaimana latar belakang
perlu diadakan kegiatan shalat
dhuha dan dzuhur berjamaah
di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung Tengah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Yang melatar belakangi perlu diadakannya shalat
dhuha dan shalat dzuhur secara berjamaah adalah
untuk peningkatan akhlak peserta didik yang
tadinya banyak yang menggunakan waktu luang
untuk kegiatan yang kurang mendukung
dimadrasah, kemudian masih banyaknya peserta
didik yang suka berbicara kurang sopan, membolos,
ada pula yang kalau ditanya oleh dewan guru
tentang shalat jawabanya shalatnya masing bolong-
bolong dalam melaksanakan shalat lima waktunya,
dikarenakan banyak juga peserta didik yang latar
belakangnya dari pendidikan madrasah umum.
2 P: Bagaimana peningkatan
akhlak peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Proses kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur
berjamaah di sini sudah terbilang cukup lama
dimulai dari tahun 2013 sampai sekarang. Shala
dhuha dilaksanakan pad waktu jam istirahat
madrasah pelajaran dimulai pada jam 09.30-
10.00.WIB
3 P: Apakah dalam kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah sudah diberikan
fasilitas yang memadai?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J. Peserta didik berasal dari keluarga yang
bermacam-macam, meskipun beragama Islam
kadang dari keluarga tidak ada dukungan. Bahkan
mungkin ada orang tua peserta didik yang tidak
shalat. Mungkin dari faktor-faktor tersebut yang
melatar belakangi peserta didik. Setidaknya di
madrasah terbiasa, meskipun tidak ada dukungan
dari rumah tapi ada bekal untuk membisaakan
shalat.
4 P: Bagaimana guru
mengkondisikan waktu belajar
dan waktu shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Untuk shalat dhuha dan shalat dzuhur ini ada
jamnya sendiri yakni waktu istirahat 30 menit yang
15 menit digunakan untuk shalat dhuha dan yang 15
menit untuk istirahat.
5 P: Bagaimana pelaksanaan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah Aliyah
At-Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Pelaksanaan kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur ini diadakan setiap hari pada waktu istirahat
pada jam 09.30-10.00. Jika hari jum’at setelah
shalat dhuha dilanjutkan membaca yasin dan tahlil
bersama-sama.
6 P: Bagimana waktu yang
sangat baik untuk
melaksanakan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung Tengah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Shalat dhuha yang dikerjakan 2 rakaat dan selalu
berjamaah. Sebenarnya shalat dhuha itu lebih afdhal
jika dikerjakan sendiri, alasannya untuk
meningkatkan pembelajaran peserta didik dalam
melaksanakan pembiasaan shalat secara berjamaah
7 P: Apakah peserta didik harus
selalu diawasi dalam
melaksanakan kegiatan shalat
dhuha dan dzuhur berjamaah
di Madrasah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha ini bukan hanya kegiatan
yang bersifat sunnah seperti hukum yang berlaku
seharusnya namun sudah menjadi kegiatan yang
wajib diikuti oleh setiap peserta didik
8 P: Berapa rokat kewajiban
peserta didik dalam
melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung Tengah?
(F1. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Shalat dhuha yang dikerjakan 2 rakaat dan selalu
berjamaah. Sebenarnya shalat dhuha itu lebih afdhal
9 P: Apasajakah faktor
pendukung peningkatan akhlak
peserta didik melalui shalat
dhuha dan dzuhur berjamaah
di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung Tengah?
(F2. W.1/KM.MS/17.06.19)
J: Faktor pendukung pembisaaan shalat dhuha dan
shalat dzuhur mempunyai fasilitas sajadah yang
cukup peserta didik tidak perlu membawa dari
rumah, di madrasah juga sudah disediakan mukena,
bagi peserta didik yang lupa membawanya pengeras
suara untuk adzan dan iqomah serta
mengkondisikan peserta didik
10 Bagaimana strategi
pembiasaan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta
didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah
W.1/KM.MS/17.06.19)
J. Proses kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur
berjamaah disini sudah terbilang cukup lama
dimulai dari tahun 2013 sampai sekarang. Shalat
dhuha dilaksanakan pada pada jam 09.30-
10.00.WIB. Kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur berjamaah berlaku untuk kelas X sampai
kelas XII dan diawali pada hari selasa sampai hari
jum’at. Keteladan dapat dilakukan dengan
mencontohkan hal-hal yangbaik kepada peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN:
FORMAT PETIKAN WAWANCARA
Hari : Selasa
Tanggal : 18 Juni 2019
Waktu : 10.00
Instrumen : Nurhayati guru Qur’an Hadis
Tempat : Ruang Guru
No Fokus Yang Ditanya Petikan Wawancara
1 P: Bagaimana latar
belakang perlu diadakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Shalat merupakan upaya membangun hubungan baik
antara manusia dan Tuhannya, dengan diadakannya
shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah di Madrasah
kami peserta didik akan terlatih sikap disiplin di
Madrasah maupun dirumah untuk senang melakukan
shalat berjamaah di Masjid terutama peserta didik yang
laki-laki, agar mendapat keutamaan diantaranya pahala
27 kali lipat dibanding shalat sendirian
2 P: Bagaimana
peningkatan akhlak
peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Proses pelaksanaannya peserta didik dalam
melaksakan shalat dhuha dan shalat dzuhur dengan
pengawasan seorang guru, suasana dalam di masjid
madrasah para peserta didik dengan mudah bisa
dikondisikan dalam kegiatan dimulai dan dipimpin oleh
imam shalat yang bertindak sebagai imam cukup
gerakan shalat yang diikuti oleh seluruh makmum
3 P: Apakah dalam kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah sudah
diberikan fasilitas yang
memadai?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur itu adalah
bagian dari amaliah yang ditanamkan pada peserta didik
karena selain manfaatnya besar juga baik untuk
membentuk mental peserta didik
4 P: Bagaimana guru
mengkondisikan waktu
belajar dan waktu shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha ini bukan hanya kegiatan yang
bersifat sunnah seperti hukum yang berlaku seharusnya
namun sudah menjadi kegiatan yang wajib diikuti oleh
setiap peserta didik di MA At-Thohiriyah.
5 P: Bagaimana
pelaksanaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Dalam pelaksanaan kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur ini, pihak madrasah mengatur sedemikian rupa
mengenai waktu pelaksanaan shalat dhuha dan shalat
Thohiriyah Lampung
Tengah?
dzuhur yang pastinya berbarengan dengan waktu
istirahat peserta didik.
6 P: Bagimana waktu yang
sangat baik untuk
melaksanakan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Proses kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur di
awali dari pukul pada jam 09.30-10.00.WIB atau
sebelum masuk pelajaran selanjutnya. Pada saat saya
melakukan observasi kebetulan yang sedang
melaksanakan shalat dhuha dan shalat dzuhur kelas X..
7 P: Apakah peserta didik
harus selalu diawasi
dalam melaksanakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur di sini
dilakukan sebanyak dua rakaat, pada rakaat pertama
wajib membacakan surat Ad-Dhuha karena surat
tersebut merupakan kunci pokok dari shalat dhuha dan
shalat dzuhur tersebut
8 P: Berapa rokat kewajiban
peserta didik dalam
melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Dalam pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur
disini dikerjakan 2 rakaat, untuk rakaat pertama dimulai
membaca surat Al-Fatihah dan dilanjutkan surat Ad-
Dhuha. Kemarin pada saat rakaat pertama disuruh untuk
membaca surat as-Syams tetapi hanya beberapa peserta
didik yang bisa menghafalkannya, lalu kami buat
keringanan. Pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah
terus surat pendek seperti Al-kafirun, Al-Ikhlas, As-
Syam dan lain-lain. Setelah salam pada shalat dhuha dan
shalat dzuhur dilanjutkan dengan hafalan jus 30 untuk
shalat dzuhur diadakan rutin dan setiap sebulan
sekalidan minggu kedua diadakan muhadharah bersama
kelas X, XI dan XII
9 P: Apasajakah faktor
pendukung peningkatan
akhlak peserta didik
melalui shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F2. W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Faktor pendukung adalah tempat ibadah yang
memadai dan air yang sangat banyak untuk berwudhu
yang mencukupi alat shalat seperti mukena yang
memadai dan alat pengeras suara untuk menertibkan
peserta didik dan untuk adzan, sholawatan, iqomah dan
untuk kegiatan lain, seperti muhadharoh membaca yasin
dan tahlil.
10 Bagaimana strategi
pembiasaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak
peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
(F3.W.2/WK.X.NH/18.06.19)
J: Kemudian guru qur’an hadis di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah juga menjelaskan bahwasanya strategi
memberikan motivasi kepada peserta didik dapat
menerapkan kebijakan berupa diumumkannya nama-
nama peserta didik yang malas atau bahkan tidak shalat
berjamaah, dengan begitu peserta didik tersebut akan
malu dan selanjutnya akan melaksanakan shalat dhuha
dan shalat dzuhur berjamaah di madrasah
LAMPIRAN:
FORMAT PETIKAN WAWANCARA
Hari : Selasa
Tanggal : 18 Juni 2019
Waktu : 13.30
Instrumen : Ratna Rohmaningsih guru Fiqih
Tempat : Ruang guru
No Fokus Yang Ditanya Petikan Wawancara
1 P: Bagaimana latar
belakang perlu diadakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur di sini
dilakukan sebanyak dua rakaat, pada rakaat pertama
wajib membacakan surat Ad-Dhuha karena surat
tersebut merupakan kunci pokok dari shalat dhuha dan
shalat dzuhur tersebut. Setelah itu kami memberikan
keringanan dengan menganjurkan membaca surat al-
Kafirun maupun surat pendek lainnya. Bagi peserta
didik yang kurang hafal dalam membaca surat Ad-
dhuha, maka peserta didik diberikan bimbingan diluar
jam pelajaran
2 P: Bagaimana
peningkatan akhlak
peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur lakukan
setiap hari di madrasah. kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur di sini sudah terbilang mudah karena sebelumnya
sudah diperkenalkan dan diajari oleh bapak ibu guru
3 P: Apakah dalam kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah sudah
diberikan fasilitas yang
memadai?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Dalam upaya melaksanaan shalat dhuha dan shalat
dzuhur berjamaah dari pihak madrasah membuat jadwal
shalat dhuha dan shalat dzuhur yang berisi nama-nama
guru yang bertugas sebagai imam, pendamping serta
ketertiban shalat dhuha dan shalat dzuhur. Di samping
itu, pihak madrasah juga membuat jadwal untuk peserta
didik yang bertugas sebagai mu’adzin dan pujian/iqamah
setelah adzan.
4 P: Bagaimana guru
mengkondisikan waktu
belajar dan waktu shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Setiap guru yang bekerja disini sangat setuju dengan
pembisaaan shalat dhuha dan shalat dzuhur di MA At-
Thohiriyah Suka Jawa Kecamatan Bumiratu Nuban.
Karena mereka memandang kegiatan ini memberikan
banyak manfaat untuk madrasah pada umumnya dan
Lampung Tengah? peserta didik itu sendiri pada khusunya.
5 P: Bagaimana
pelaksanaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur itu adalah
bagian dari amaliah yang ditanamkan pada peserta didik
karena selain manfaatnya besar juga baik untuk
membentuk mental peserta didik, terutama sikap dan
akhlak.
6 P: Bagimana waktu yang
sangat baik untuk
melaksanakan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Untuk shalat dhuha dan shalat dzuhur ini ada jamnya
sendiri yakni waktu istirahat 30 menit yang 15 menit
digunakan untuk shalat dhuha dan yang 15 menit untuk
istirahat dalam pelaksanaannya para peserta didik
bergantian, supaya lebih mudah dikondisikan oleh
dewan guru
7 P: Apakah peserta didik
harus selalu diawasi
dalam melaksanakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Ketertiban kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur.
Sanksi pun diberikan bagi peserta didik yang tidak
mematuhinya tanpa alasan yang jelas, Bagi peserta
didik yang tidak mengikuti shalat dhuha dan shalat
dzuhur tanpa alasan yang jelas akan diberi hukuman,
bagi yang tidak berjamaah membaca istighfar 100x di
halaman madrasah depan kantor guru dan bagi peserta
didik yang tidak melaksanakan shalat dhuha dan shalat
dzuhur tanpa alasan
8 P: Berapa rokat kewajiban
peserta didik dalam
melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Shalat dhuha yang dikerjakan 2 rakaat dan selalu
berjamaah. Sebenarnya shalat dhuha itu lebih afdhal jika
dikerjakan sendiri, alasannya untuk meningkatkan
pembelajaran peserta didik dalam melaksanakan
pembiasaan shalat secara berjamaah ketika peserta didik
berada di madrasah, berada di rumah atau dimanapun
mereka berada selalu shalat berjamaah
9 P: Apasajakah faktor
pendukung peningkatan
akhlak peserta didik
melalui shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Dulu ada beberapa peserta didik yang sangat nakal
sekali dengan bertambahnya umur dan masuk di
madrasah dengan dilatihnya shalat dhuha dan shalat
dzuhur dan diadakan pendekatan individu dengan pesert
didik tersebut sekarang menjadi tidak nakal lagi, lebih
nurut apabila saya perintah, lebih giat dalam
melaksanakan aktivitas belajar lebih sopan terhadap
gurudan memahami tata tertib sekolah.
10 Bagaimana strategi
pembiasaan shalat dhuha
(F3. W.3/WK.XI.RR/18.06.19)
J: Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah
dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak
peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
satu teknik pendidikan. Lalu mengubah seluruh sifat
baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat
menunaikan kebiasaan tanpa kesusahan, dan tanpa
menemukan banyak kesulitan. Pembiasaan dilakukan
untuk membiasakan peserta didik bertingkah laku,
berketrampilan, bercakap dengan baik. Pembiasan
dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah peserta
didik melakukanya, karena seorang yang telah
mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat mudah
melakukannya dengan senang hati.
LAMPIRAN:
FORMAT PETIKAN WAWANCARA
Hari : Rabo
Tanggal : 19 Juni 2019
Waktu : 10.00
Instrumen : Defi Yunitasari Guru Pembina
Tempat : Ruang guru
No Fokus Yang Ditanya Petikan Wawancara
1 P: Bagaimana latar
belakang perlu diadakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Shalat merupakan upaya membangun hubungan baik
antara manusia dan Tuhannya, dengan diadakannya
shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah di Madrasah
kami peserta didik akan terlatih sikap disiplin di
Madrasah maupun dirumah untuk senang melakukan
shalat berjamaah di Masjid terutama peserta didik yang
laki-laki, agar mendapat keutamaan diantaranya pahala
27 kali lipat dibanding shalat sendirian
2 P: Bagaimana
peningkatan akhlak
peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Proses pelaksanaannya peserta didik dalam
melaksakan shalat dhuha dan shalat dzuhur dengan
pengawasan seorang guru, suasana dalam di masjid
madrasah para peserta didik dengan mudah bisa
dikondisikan dalam kegiatan dimulai dan dipimpin oleh
imam shalat yang bertindak sebagai imam cukup
gerakan shalat yang diikuti oleh seluruh makmum
3 P: Apakah dalam kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah sudah
diberikan fasilitas yang
memadai?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur itu adalah
bagian dari amaliah yang ditanamkan pada peserta didik
karena selain manfaatnya besar juga baik untuk
membentuk mental peserta didik
4 P: Bagaimana guru
mengkondisikan waktu
belajar dan waktu shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha ini bukan hanya kegiatan yang
bersifat sunnah seperti hukum yang berlaku seharusnya
namun sudah menjadi kegiatan yang wajib diikuti oleh
setiap peserta didik di MA At-Thohiriyah.
5 P: Bagaimana
pelaksanaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Dalam pelaksanaan kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur ini, pihak madrasah mengatur sedemikian rupa
mengenai waktu pelaksanaan shalat dhuha dan shalat
Thohiriyah Lampung
Tengah?
dzuhur yang pastinya berbarengan dengan waktu
istirahat peserta didik.
6 P: Bagimana waktu yang
sangat baik untuk
melaksanakan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Proses kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur di
awali dari pukul pada jam 09.30-10.00.WIB atau
sebelum masuk pelajaran selanjutnya. Pada saat saya
melakukan observasi kebetulan yang sedang
melaksanakan shalat dhuha dan shalat dzuhur kelas X..
7 P: Apakah peserta didik
harus selalu diawasi
dalam melaksanakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur di sini
dilakukan sebanyak dua rakaat, pada rakaat pertama
wajib membacakan surat Ad-Dhuha karena surat
tersebut merupakan kunci pokok dari shalat dhuha dan
shalat dzuhur tersebut
8 P: Berapa rokat kewajiban
peserta didik dalam
melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Dalam pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur
disini dikerjakan 2 rakaat, untuk rakaat pertama dimulai
membaca surat Al-Fatihah dan dilanjutkan surat Ad-
Dhuha. Kemarin pada saat rakaat pertama disuruh untuk
membaca surat as-Syams tetapi hanya beberapa peserta
didik yang bisa menghafalkannya, lalu kami buat
keringanan. Pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah
terus surat pendek seperti Al-kafirun, Al-Ikhlas, As-
Syam dan lain-lain. Setelah salam pada shalat dhuha dan
shalat dzuhur dilanjutkan dengan hafalan jus 30 untuk
shalat dzuhur diadakan rutin dan setiap sebulan
sekalidan minggu kedua diadakan muhadharah bersama
kelas X, XI dan XII
9 P: Apasajakah faktor
pendukung peningkatan
akhlak peserta didik
melalui shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F2. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Faktor pendukungnya yaitu faktor lingkungan sekitar
madrasah ikut mendukung pelaksanaan shalat jamaah di
madrasah misalnya ada kerusakan pada aliran listrik atau
pengairan maka peserta didik dibolehkan untuk
menumpang wudhu di rumah pendukung sekitar
madrasah.
10 Bagaimana strategi
pembiasaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak
peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
(F3. W.4/WK.XII.DY/19.06.19)
J: Di madrasah guru menjadi teladan dalam pembisaaan
shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan
pada waktu istirahat pada jam 09.30-10.00 WIB di
masjid madrasah. Pada saat kegiatan shalat dhuha dan
shalat dzuhur berlangsung kegiatannya berjalan dengan
lancar, dengan begitu peserta didik tersebut akan malu
dan selanjutnya akan melaksanakan shalat dhuha dan
shalat dzuhur berjamaah di madrasah
LAMPIRAN:
FORMAT PETIKAN WAWANCARA
Hari : Rabu
Tanggal : 19 Jun 2019
Waktu : 10.30
Instrumen : Andri Febriansyah
Tempat : Ruang Guru
No Fokus Yang Ditanya Petikan Wawancara
1 P: Bagaimana latar
belakang perlu diadakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: masih banyaknya peserta didik yang jika ditanya
tentang shalat masih bolong-bolong, apalagi utuk shalat
berjamahmasih sangat jarang yang melakukansetiap
jharinya, kemudian latar belakang siswa dari pendidikan
umu, kemudian dari keluarga yang kurang baik
agamanyadan lingkungan masyarakatbermacam-macam
agmanya, kemudian dari akhlakny ayangkurang baik
seperti masih ada peserta didikyang suka membolos,
tidak jujur dalam perkataaan maupu perbuatanberkata
ksar dan tidak sopa dan lain-lain. Maka diadakany
ashalat berjamaah ini dalam upaya peningkatan akhlakul
karimah peserta didik.
2 P: Bagaimana
peningkatan akhlak
peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur itu adalah
bagian dari amaliah yang ditanamkan pada peserta didik
karena selain manfaatnya besar juga baik untuk
membentuk mental peserta didik, terutama sikap dan
akhlak yang baik di madrasah.
memberikan keringanan dengan menganjurkan
membaca surat membaca surat-surat pendek lainnya.
3 P: Apakah dalam kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah sudah
diberikan fasilitas yang
memadai?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Pelaksanaan kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur
ini, pihak madrasah mengatur sedemikian rupa mengenai
waktu pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur di
madrasah ini pembisaaan shalat dhuha dan shalat dzuhur
berjamaah. Pada saat kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur berlangsung kegiatannya pun berjalan dengan
lancar dengan pengawasan seorang guru, suasana dalam
di masjid madrasah para peserta didik dengan mudah
bisa dikondisikan.
4 P: Bagaimana guru (F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
mengkondisikan waktu
belajar dan waktu shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
J: Setiap guru menambahkan bahwasannya dengan
meningkatkan kerjasama antar sesama guru juga
membantu dan mempermudah upaya guru dalam
Peningkatan Akhlak peserta didik untuk melaksanakan
shalat dhuha dan shalat dzuhur di madrasah.
5 P: Bagaimana
pelaksanaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Pelaksanaan secara berjamaah baik sholat dzuhur
maupun shalat dhuha karena utuk pembelajaran-
pembelajaran shalat secara berjamaah
6 P: Bagimana waktu yang
sangat baik untuk
melaksanakan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Pelaksanaan kegiatan shalat dhuha dan shalat dzuhur
ini diadakan setiap hari pada waktu istirahat pada jam
09.30-10.00. Jika hari jum’at setelah shalat dhuha
dilanjutkan membaca yasin dan tahlil bersama-sama dan
untuk shalat jum’at anak-anak melakukan di masjid
lingkungan madrasah dilanjutkan belajar kembali.
7 P: Apakah peserta didik
harus selalu diawasi
dalam melaksanakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Iya, selalu diawasi oleh dewan guru yang diarahkan
utuk bersama-sama shalat berjamaah, bagi peserta didik
yang tidak mengikuti shalat dhuha dan shalat dhuhur
tanpa alasanyang jelas akan diberi hukuman, bagi yang
tidak berjamaah membaca istigfar 100x di halaman
madrasah depan kantor guru dan bagi peserta didik yang
tidak melaksanakan shalat dhuha dan shalat dluhur tanpa
alasan.
8 P: Berapa rakat kewajiban
peserta didik dalam
melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Shalat dhuha yang dikerjakan 2 rakaat dalam
melaksanakan pembiasaan shalat secara berjamaah
ketika peserta didik berada di madrasah untuk melatih
peserta didik dalam peningkatan Akhlakul karimah
melalui kegiatan keagamaan yang diberikan oleh para
guru.
9 P: Apasajakah faktor
pendukung peningkatan
akhlak peserta didik
melalui shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F2. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Faktor pendukung shalat dhuha dan shalat dzuhur
berjamaaah adalah alat shalat yang cukup memadai, air
untuk berwudhu yang cukup, pengeras suara untuk azan
dan iqomah, adanya bapak guru atau peserta didik sebagi
imam, masyarakat lingkungtan sekolah yang mendukung
pelaksanaan shalat berjamaah di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung Tengah.
10 Bagaimana strategi
pembiasaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak
peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
(F3. W.5/GR,AA.AF/19.06.19)
J: Strategi pembiasaannya berdampak kepada peserta
didik menjadi lebih baik dan meningkatkan akhlakul
karimahnya seperti bersikap jujur, saling menyayangi
terhadap sesame mudah memaafkan jika ada kesalahan,
bertutur kata yang baik dan sopan serta hormat terhadap
guru.
LAMPIRAN:
FORMAT PETIKAN WAWANCARA
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Jun1 2019
Waktu : 10.30
Instrumen : Amirudin
Tempat : Ruang Guru
No Fokus Yang Ditanya Petikan Wawancara
1 P: Bagaimana latar
belakang perlu diadakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Perlu diadakannya shalat dhuha dan shalat dzuhur
secara berjamaah adalah untuk peningkatan akhlak
peserta didik karena peserta didik dari latarbelakang
yang berbeda ada yang dari sekolah umum maka peserta
didik akan terlatih sikap disiplin di Madrasah maupun
dirumah untuk senang melakukan shalat berjamaah di
Masjid.
2 P: Bagaimana
peningkatan akhlak
peserta didik melalui
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Alhamdulillah kegiatan ini direspon postif oleh semua
pihak termasuk dari masyarakat dan wali murid. Karena
dengan kegiatan ini akan membantu peserta didik untuk
lebih mengenal Islam dan di harapkan mempermudah
peserta didik untuk berperilaku yang berakhlakul
karimah peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah.
3 P: Apakah dalam kegiatan
shalat dhuha dan dzuhur
berjamaah sudah
diberikan fasilitas yang
memadai?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J. Dalam pelaksanaan kegiatan shalat dhuha dan shalat
dzuhur ini, pihak madrasah mengatur sedemikian rupa
mengenai waktu pelaksanaan shalat dhuha dan shalat
dzuhur yang pastinya berbarengan dengan waktu
istirahat peserta didik.
4 P: Bagaimana guru
mengkondisikan waktu
belajar dan waktu shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Hal ini dibuktikan dengan setiap akan melaksanakan
shalat dhuha dan shalat dzuhur baik guru yang bertugas
sebagai imam guru, peserta didik dan Pengurus OSIS
maupun yang tidak bertugas ikut membimbing peserta
didik untuk pergi ke masjid.
5 P: Bagaimana
pelaksanaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah di
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah
dilakukan di madrasah untuk peningkatan akhlakul
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
karimah peserta didik, sehingga terbentuk peserta didik
yang jujur dan bertanggung jawab Ibadah shalat fardhu
didirikan secara berjamaah di masjid milik madrasah.
6 P: Bagimana waktu yang
sangat baik untuk
melaksanakan shalat
dhuha dan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Memberikan sosialisasi yang terus-menerus berupa
himbauan dan pengawasan seperti memberikan
penjelasan mengenai pengertian serta faedah-faedah
shalat dhuha dan shalat dzuhur, guru turut serta dalam
pelaksanaan shalat dhuha dan shalat dzuhur, guru
menertibkan peserta didik untuk menuju ke masjid setiap
hari, guru juga mengabsen semua peserta didik
7 P: Apakah peserta didik
harus selalu diawasi
dalam melaksanakan
kegiatan shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Kegiatan shalat dhuha ini bukan hanya kegiatan yang
bersifat sunnah dan dibimbing khusus dan ada standar
yang harus dicapai oleh peserta didik memberikan
banyak manfaat untuk madrasah pada umumnya dan
peserta didik itu sendiri pada khusunya.
8 P: Berapa rokat kewajiban
peserta didik dalam
melaksanakan shalat
dluhurdan dzuhur
berjamaah di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
Lampung Tengah?
(F1. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Shalat dhuha yang dikerjakan 2 rakaat dan selalu
berjamaah. Sebenarnya shalat dhuha itu lebih afdhal jika
dikerjakan sendiri, alasannya untuk meningkatkan
pembelajaran peserta didik dalam melaksanakan
pembiasaan shalat secara berjamaah ketika peserta didik
berada di madrasah, berada di rumah atau dimanapun
mereka berada selalu shalat berjamaah.
9 P: Apasajakah faktor
pendukung peningkatan
akhlak peserta didik
melalui shalat dhuha dan
dzuhur berjamaah di
Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah Lampung
Tengah?
(F2. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J: Faktor pendukung pembisaaan shalat dhuha dan shalat
dzuhur yaitu Para peserta didik diberi wawasan untuk
saling mengingatkan kepada teman yang malas-malas
untuk shalat berjamaah karena betapa penting hikmah
shalat berjamaah untuk kehidupan masusia sehingga rasa
solidaritas antarteman semakin bertambah, selain itu
dampak hasil belajar peserta didik juga meningkat
terutama mata pelajaran agama, karena dengan
pembisaaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah
dapat mengerti tentang ajaran-ajaran agama Islam.
10 Bagaimana strategi
pembiasaan shalat dhuha
dan dzuhur berjamaah
dalam peningkatan akhlak
peserta didik di Madrasah
Aliyah At-Thohiriyah
F3. W.6/GR.PKn.AR/20.06.19
J. Keteladan dapat dilakukan dengan mencontohkan hal-
hal yangbaik kepada peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, seperti cara berucap,berprilaku dan
berpakaiaan yang baik yaitu mengucap salam ketika
masuk kelas, melaksanakan shlat berjamaah, dan
berpakain rapi, sopan di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah. Begitu juga dalam hal penerapan
keteladanan dari guru untuk shalat dzuhur berjamah di
Madrasah Aliyah At-Thohiriyah, madrasah ini
menyerukan kebijakan berupa nilai pelajaran yang
kurang terhadap peserta didiknya yang tidak
melaksanakan shalat dhuha dan shalat dzuhur
berjamaah. Jika peserta didik tidak melaksanakan shalat
dzuhur berjamaah di madrasah, maka akan berpengaruh
nilainya bisa kurang. Strategi keteladanan dari guru yang
mengajar pada jam terakhir langsung mengarahkan
peserta didik ke Masjid, hal seperti ini dilakukan supaya
peserta didik tepat waktu dalam melaksanakan shalat
dan setelah itu langsung masuk ke kelas kembali untuk
mengikuti proses belajar.
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA /PETIKAN HASIL WAWANCARA
W : Wawancara
P : Pertanyaan
J : Jawaban
F1 : Fokus 1
F2 : Fokus 2
F3 : Fokus 3
O : Observasi
1 : Kepala Madrasah M.Sohib (MS)
2. : W.K. X/Guru Qura’an Hadis Nurhayati (NH)
2 : WK XI/ Guru Fiqih Ratna Rohmaningsih (RR)
3 : WK XII/ Guru Pembina Defi Yunitasari (DY)
4 : Guru Akidah Andri Febriansyah (AF)
6 : Guru PKN Amirudin (AR)
7 : Guru BK Tarmedi (TM)
8 : Peserta Didik (PD)
F1 : Penerapan pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah.
F2 : Faktor-faktor pendukung pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur
berjamaah dalam peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-
Thohiriyah.
F3 : Strategi pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah dalam
peningkatan akhlak peserta didik di Madrasah Aliyah At-Thohiriyah
2019 : Data diambil Tahun 2019
LAMPIRAN:
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar: 1. Papan Nama MA At-Thohiriyah
Gambar: 2 Peneliti Mewawancarai Kepala MA At-Thohiriyah Bapak Sohib, S.Pd.I
Gambar: 3 Peneliti Mewawancarai Guru Al-Qur’an Hadis di MA At-Thohiriyah
Ibu Nurhayati, S.Pd.I
Gambar: 4 Peneliti Mewawancarai Guru Bimbingan Konseling di MA At-
Thohiriyah bapak Tarmedi, S.Pd
Gambar: 5 Peneliti Mewawancarai Peserta Didik Putri di MA At-Thohiriyah
Gambar: 6 Peserta didik putra yang sedang Melaksanakan Shalat Berjamaah di
Masjid MA At-Thohiriyah
Gambar: 7 Peserta didik Putri yang sedang Melaksasnakan Shalat Berjamaah di
Masjid MA At-Thohiriyah
Gambar: 8 Peserta didik Putra dan Putri MA At-Thohiriyah
RIWAYAT HIDUP
Nur Hasanah dilahirkan di Sukoharjo, 08 Januari
1978,Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus,anak ke
dua belas dari tiga belas bersaudara dari pasangan Bapak
Kemen(Alm) dan Ibu Anasih(Alm).
Pendidikan dasar penulis tempuh dan berhasil lulus SD Negeri
8 Sukoharjo selesai pada tahun 1991, kemudian setelah itu melanjutkan di MTs I
Sukoharjo dan selesai pada Tahun 1994, Penulis melanjutkan di MAN Pringsewu
selesai tahun 1997,setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan di IAIM Ma’arif
Metro Prodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Metro mengambil Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun
2017-sekarang.
Penulis mempunyai kegiatan yang ditukuni yaitu:
1. Tahun 2000-2002 Mengajar di SDN 1 Kemuning Tanggamus
2. Tahun 2002-sekarang mengajar di MI.At-Thohiriyah Suka Jawa
Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah
Penulis menikah dengan Mislan,S.Pd.I pada Tanggal 20 Maret Tahun 2002
dan dikaruniai putri yaitu Rizqi Annisa Fitri