pemberhentian para keuchik dan pengangkatan …

12
Vol. 2(4) November 2018, pp. 843-854 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6885 (online) 843 PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN KEMBALI DI KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR Shella Namira Wardia Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111 Zahratul Idami Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111 Abstrak - Pasal 43 ayat (1) Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan Dan Pemberhentian Keuchik di Aceh menyebutkan bahwa Keuchik berhenti karena meninggal dunia, permintaan sendiri, dan diberhentikan, selanjutnya ayat (2) menyatakan bahwa Keuchik dapat diberhentikan karena berakhir masa jabatan, tidak dapat melaksanakan tugas berkelanjutan selama 6 bulan, tidak lagi memenuhi syarat sebagai Keuchik, melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban Keuchik dan melanggar larangan Keuchik. Di Kecamatan Darul Imarah telah diberhentikan Keuchik pada tahun 2016 dan kemudian di angkat kembali tahun 2017. Hal ini yang ingin dikaji lebih lanjut. Untuk memperoleh data dalam penulisan artikel ini dilakukan penelitian yuridis dan emperis. Pelitian hukum yuridis berarti hukum dilihat sebagai norma (das sollen), yang menggunakan bahan-bahan hukum baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Penelitian hukum empiris berarti penelitian yang melihat hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Faktor Pemberhentian Para Keuchik di Kecamatan Darul Imarah tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan didalam Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pemilihan Dan Pemberhentian Keuchik di Aceh hal ini dikarenakan Surat Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 141/21/K/PD/2016 Tentang Pemberhentian Keuchik dan Pengangkatan Penjabat Keuchik di wilayah Kecamatan Darul Imarah dikeluarkan hanya berdasarkan Kepada Surat Permohana Para Keuchik agar Wilayah Kecamatan Darul Imarah dapat Bergabung Ke Kota Banda Aceh. Faktor Pengangkatan Kembali Para Keuchik yaitu Peraturan Bupati serta keputusan Bupati, jadi para Keuchik diangkat kembali berdasarkan keputusan dan hak Bupati. Disarankan Kepada Bupati Aceh Besar dan Para Keuchik Kecamatan Darul Imarah agar dapat menyelesaikan permasalahan secara musyawarah dan tidak secara emosi, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam bertindak atas wewenang yang berlaku. Kata Kunci : Pemberhentian, Keuchik, Pengangkatan Kembali, Aceh Besar. Abstract - Article 43 paragraph (1) Qanun Aceh number 4 of 2009 regarding the procedures for the election and dismissal of the Keuchik in Aceh, mentioning that the Keuchik stopped because he passed away, own request, and dismissed, Then paragraph (2) states that the Keuchik can be dismissed due to termination of his term of office, unable to carry out continuous duties for 6 months, no longer qualify as Keuchik, violate oaths or appointments, not carry out obligations of the Keuchik and violate the prohibition of Keuchik. In the Darul Imarah sub-district, the Keuchik was dismissed in 2016 and was reappointed in 2017. This is what to be studied further. The purpose of this thesis is to explain the factors of dismissal of Keuchik in the sub-districts of Darul Imarah in Aceh Besar Regency and the factor of re-appointment of Keuchik in Darul Imarah sub-district after the change of the new regent of Aceh District in practice. To obtain data in this thesis, juridical and empirical research was conducted. Juridical legal research means that the law is seen as a Das Sollen, which uses legal materials both written and unwritten law. Empirical legal research means research that looks at the law conceptualized as actual behavior as an unwritten social phenomenon. Based on the results of the study it was found that the dismissal of Keuchik in Darul Imarah sub-district was not in accordance with the rules stipulated in the Aceh Qanun number 4 of 2009 regarding the procedures for the election and dismissal of the Keuchik in Aceh. This is because the decision of the Regent of Aceh Besar number 14/21/K/PD/2016 concerning the dismissal of the Keuchik and the appointment of Keuchik officials in the sub-district of Darul Imarah was issued only based on the letter of request from the Keuchik so that the sub-district of Darul Imarah could join the City of Banda Aceh. The factor of the reappointment of the Keuchik, namely the Regent's regulations and the Regent’s decision, so the Keuchik were reappointed based on the decision and rights of the Regent. It was suggested to the Regent of Aceh Besar and the Keuchik of The Darul Imarah sub-district to be able to resolve the problem in consultation and not emotionally, so that there was no mistake in acting on the prevailing authority. Keywords : Dismissal, Keuchik, Reelected, Banda Aceh.

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

Vol. 2(4) November 2018, pp. 843-854

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6885 (online)

843

PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN KEMBALI DI

KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR

Shella Namira Wardia

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Zahratul Idami

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abstrak - Pasal 43 ayat (1) Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan Dan Pemberhentian

Keuchik di Aceh menyebutkan bahwa Keuchik berhenti karena meninggal dunia, permintaan sendiri, dan

diberhentikan, selanjutnya ayat (2) menyatakan bahwa Keuchik dapat diberhentikan karena berakhir masa

jabatan, tidak dapat melaksanakan tugas berkelanjutan selama 6 bulan, tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Keuchik, melanggar sumpah/janji jabatan, tidak melaksanakan kewajiban Keuchik dan melanggar larangan

Keuchik. Di Kecamatan Darul Imarah telah diberhentikan Keuchik pada tahun 2016 dan kemudian di angkat

kembali tahun 2017. Hal ini yang ingin dikaji lebih lanjut. Untuk memperoleh data dalam penulisan artikel ini

dilakukan penelitian yuridis dan emperis. Pelitian hukum yuridis berarti hukum dilihat sebagai norma (das

sollen), yang menggunakan bahan-bahan hukum baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Penelitian

hukum empiris berarti penelitian yang melihat hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata (actual

behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Faktor

Pemberhentian Para Keuchik di Kecamatan Darul Imarah tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan didalam

Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pemilihan Dan Pemberhentian Keuchik

di Aceh hal ini dikarenakan Surat Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 141/21/K/PD/2016 Tentang

Pemberhentian Keuchik dan Pengangkatan Penjabat Keuchik di wilayah Kecamatan Darul Imarah dikeluarkan

hanya berdasarkan Kepada Surat Permohana Para Keuchik agar Wilayah Kecamatan Darul Imarah dapat

Bergabung Ke Kota Banda Aceh. Faktor Pengangkatan Kembali Para Keuchik yaitu Peraturan Bupati serta

keputusan Bupati, jadi para Keuchik diangkat kembali berdasarkan keputusan dan hak Bupati. Disarankan

Kepada Bupati Aceh Besar dan Para Keuchik Kecamatan Darul Imarah agar dapat menyelesaikan permasalahan

secara musyawarah dan tidak secara emosi, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam bertindak atas wewenang

yang berlaku.

Kata Kunci : Pemberhentian, Keuchik, Pengangkatan Kembali, Aceh Besar.

Abstract - Article 43 paragraph (1) Qanun Aceh number 4 of 2009 regarding the procedures for the election

and dismissal of the Keuchik in Aceh, mentioning that the Keuchik stopped because he passed away, own

request, and dismissed, Then paragraph (2) states that the Keuchik can be dismissed due to termination of his

term of office, unable to carry out continuous duties for 6 months, no longer qualify as Keuchik, violate oaths or

appointments, not carry out obligations of the Keuchik and violate the prohibition of Keuchik. In the Darul

Imarah sub-district, the Keuchik was dismissed in 2016 and was reappointed in 2017. This is what to be studied

further. The purpose of this thesis is to explain the factors of dismissal of Keuchik in the sub-districts of Darul

Imarah in Aceh Besar Regency and the factor of re-appointment of Keuchik in Darul Imarah sub-district after

the change of the new regent of Aceh District in practice. To obtain data in this thesis, juridical and empirical

research was conducted. Juridical legal research means that the law is seen as a Das Sollen, which uses legal

materials both written and unwritten law. Empirical legal research means research that looks at the law

conceptualized as actual behavior as an unwritten social phenomenon. Based on the results of the study it was

found that the dismissal of Keuchik in Darul Imarah sub-district was not in accordance with the rules stipulated

in the Aceh Qanun number 4 of 2009 regarding the procedures for the election and dismissal of the Keuchik in

Aceh. This is because the decision of the Regent of Aceh Besar number 14/21/K/PD/2016 concerning the

dismissal of the Keuchik and the appointment of Keuchik officials in the sub-district of Darul Imarah was issued

only based on the letter of request from the Keuchik so that the sub-district of Darul Imarah could join the City

of Banda Aceh. The factor of the reappointment of the Keuchik, namely the Regent's regulations and the

Regent’s decision, so the Keuchik were reappointed based on the decision and rights of the Regent. It was

suggested to the Regent of Aceh Besar and the Keuchik of The Darul Imarah sub-district to be able to resolve

the problem in consultation and not emotionally, so that there was no mistake in acting on the prevailing

authority.

Keywords : Dismissal, Keuchik, Reelected, Banda Aceh.

Page 2: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 844

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

PENDAHULUAN

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi

dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten

dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang-Undang.

Selanjutnya pasal 18 ayat (6) juga menyatakan Pemerintah Daerah berhak menetapkan

peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan. Selanjutnya pasal 18 ayat (7) juga menjelaskan bahwa susunan dan tata cara

penyelenggaraan Pemerintah Daerah diatur dalam Undang-Undang.

Berdasarkan peraturan tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berwenang

membuat Peraturan Daerah/Qanun guna menyelenggarakan urusan otonomi daerah dan tugas

pembantuan. Hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh Stahl yaitu salah satu unsur dari

Negara Hukum adalah dalam menjalankan tugasnya pemerintah harus didasarkan pada

undang-undang (wetmatigbestuur), sehingga konsep negara hukum atau negara berdasarkan

atas Hukum (rechtsstaat atau the rule of law) mengandung prinsip legalitas.1 Prinsip legalitas

merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam setiap

penyelenggaraan pemerintahan.2 Prinsip legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi

dan gagasan negara hukum (het democratish ideal en het rechtsstaats ideal), secara teoritis

dan yuridis asas legalitas dapat diperoleh oleh pejabat administrasi melalui atributif

(legislator).3

Salah satu daerah di Indonesia yang menjalankan prinsip legalitas yang mengacu pada

otonomi adalah Provinsi Aceh, hal ini dapat dilihat dengan disahkannya Qanun Aceh Nomor

4 Tahun 2009 tentang Tata Cara pemilihan dan Pemberhentian Keuchik di Aceh.

Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tata Cara

Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik Di Aceh menyebutkan bahwa Keuchik adalah

pimpinan suatu Gampong yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan urusan

rumah tangga sendiri. Keuchik sebagai pimpinan suatu Gampong hanya dapat diberhentikan

apabila telah melakukan perbuatan yang jelas melanggar ketentuan hukum, ada berbagai

syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memberhentikan keuchik sebagai pimpinan

Gampong.

1 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 37 2 Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke 6, 2011, hlm. 94 3 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke 8, 2013, hlm, 87

Page 3: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 845

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

Pasal 39 dan Pasal 43 Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tata Cara

Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik yaitu:

Pasal 39 (Tentang Pemilihan Keuchik)

1. Pelantikan Keuchik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk dilaksanakan

paling lama 15 (lima belas) hari sejak ditetapkannya keputusan Bupati/Walikota

tentang pengesahan Keuchik terpilih.

2. Dalam hal pelantikan Keuchik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

terlaksana dapat ditunda paling lam 3 (tiga) bulan.

3. Serah terima jabatan Keuchik dilaksanakan oleh Tuha peut dengan

menandatangani berita acara serah terima jabatan yang disaksikan oleh mukim

dan camat atau pej abat lain yang ditunjuk.

Pasal 43 (Tentang Pemberhenyian Keuchik)

1. Keuchik berhenti karena:

a. Meninggal dunia

b. Permintaan sendiri, atau

c. Diberhentikan

2. Keuchik diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:

a. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik Keuchik yang baru

b. Tidak dapat melaksanakan tugas berkelanjutan atau berhalangan tetap selama

6(enam) bulan.

c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Keuchik

d. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan

e. Tidak melaksanakan kewajiban Keuchik, dan

f. Melanggar larangan bagi Keuchik

3. Keuchik dapat diberhentikan karena melakukan perbuatan kolusi, korupsi,

nepotisme, maisir, khalwat, dan minum khamar sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Salah satu daerah di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Besar juga mempunyai

peraturan tersendiri yang mengatur mengenai pemerintahan Gampong yaitu dengan

disahkannya Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan

Gampong, yang menyatakan bahwa “Pengaturan tentang pemilihan, pengangkatan dan

pemberhentian Keuchik berpedoman pada Qanun Aceh.

Page 4: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 846

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

Berdasarkan hal tersebut, maka pasal 39 dan Pasal 43 Qanun Aceh Nomor 4 Tahun

2009 Tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik di Aceh.

Pasal 39 (Tentang Pemilihan Keuchik)

4. Pelantikan Keuchik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk dilaksanakan

paling lama 15 (lima belas) hari sejak ditetapkannya keputusan Bupati/Walikota

tentang pengesahan Keuchik terpilih.

5. Dalam hal pelantikan Keuchik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

terlaksana dapat ditunda paling lam 3 (tiga) bulan.

6. Serah terima jabatan Keuchik dilaksanakan oleh Tuha peut dengan

menandatangani berita acara serah terima jabatan yang disaksikan oleh mukim

dan camat atau pejabat lain yang ditunjuk.

Pasal 43 (Tentang Pemberhenyian Keuchik)

4. Keuchik berhenti karena:

d. Meninggal dunia

e. Permintaan sendiri, atau

f. Diberhentikan

5. Keuchik diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena:

g. Berakhir masa jabatan dan telah dilantik Keuchik yang baru

h. Tidak dapat melaksanakan tugas berkelanjutan atau berhalangan tetap selama

6(enam) bulan.

i. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Keuchik

j. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan

k. Tidak melaksanakan kewajiban Keuchik, dan

l. Melanggar larangan bagi Keuchik

6. Keuchik dapat diberhentikan karena melakukan perbuatan kolusi, korupsi,

nepotisme, maisir, khalwat, dan minum khamar sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan data awal yang diperoleh bahwa di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten

Aceh Besar telah dilakukannya Pemberhentian dan Pengangkatan Kembali sebelum habisnya

masa jabatan. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Keputusan Bupati Kabupaten Aceh

Besar Nomor 141/21/K/PD/2016 tentang Pemberhentian Keuchik dan Pengangkatan Penjabat

Keuchik dalam Wilayah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar diterbitkan oleh

Page 5: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 847

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

Bupati pada tanggal 17 September 2016. Pemberhentian tersebut diberitahukan melalui Ketua

Forum Keuchik Kecamatan Darul Imarah menerima surat keputusan tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dilandasi di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa faktor pemberhentian Keuchik di Kecamatan Darul imarah oleh Bupati Kabupaten

Aceh Besar ?

2. Bagaimanakah faktor pengangkatan kembali para Keuchik di Kecamatan Darul Imarah

setelah pergantian Bupati baru Kabupaten Aceh Besar dalam praktek ?

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan dalam penulisan jurnal ilmiah ini adalah penelitian

yuridis empiris. Penelitian hukum yuridis berarti hukum dilihat sebagai norma (das sollen),

yang menggunakan bahan-bahan hukum baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.

Penelitian hukum empiris berarti penelitian yang melihat hukum yang dikonsepkan sebagai

perilaku nyata (actual behavior) sebagai gejala sosial yang sifatnya tidak tertulis.4 Dalam

penelitian yuridis empiris data yang dipergunakan adalah data sekunder dan data primer.

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan

mempelajari buku-buku teks, teori-teori, peraturan perundang-undangan, artikel-artikel,

tulisan-tulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Sedangkan penelitian

lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan wawancara dengan

responden dan informan. Data yang telah terkumpul dari penelitian kepustakaan dan

wawancara selanjutnya ditabulasikan dan disusun sesuai dengan kapasitasnya. Analisis

terhadap data yang telah tersusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Teori Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong

Pemerintahan dalam pengertian yang sempit ialah segala aktifitas, tugas, fumgsi dan

kewajiban yang dijalankan oleh lembaga yang berwenang mengelola dan mengatur jalannya

sistem pemerintahan negara untuk mencapai tujuan negara. Penyelenggaraan pemerintahan

yang didasarkan pada asas legalitas berarti didasarka pada undang-undang (hukum tertulis).5

4http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122812-PK%20IV%202105.8215-Analisis%20aspek-

Metodologi.pdf, Diakses Pada Tanggal 16 Maret 2017, Pukul 20.21 WIB. 5Ridwan, HR, Op. Cit., hlm. 94

Page 6: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 848

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

Gampong adalah kesatuan masyarakat Hukum yang mempunyai organisasi

pemerintahan terendah langsung berada dibawah mukim atau nama lain yang menempati

wilayah tertentu, yang dipimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak melaksanakan

rumah tangganya sendiri.6

Berdasarkan Pasal 18 Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor : 11 Tahun 2009 Tentang

Pemerintahan Gampong ada beberapa asas dalam penyelenggaraan pemerintahan Gampong

yaitu:

a. asas ke-Islaman

b. asas kepastian hukum

c. asas tertib penyelenggara pemerintahan

d. asas tertib kepentingan umum

e. asas keterbukaan

f. asas demokrasi

g. asas pemberdayaan masyarakat

h. asas profesionalitas

i. asas akuntabilitas

j. asas efisiensi

k. asas efektivitas

l. Asas Keadilan

2. Hak dan Kewajiban Keuchik dalam Regulasi

a. Hak Keuchik

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik seseorang dan penggunaannya

tergantung individu tersebut.7 Berdasarkan pasal 21 ayat (4) Qanun Kabupaten Aceh Besar

Nomor : 11 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Gampong, hak Keuchik adalah:

a. Mengangkat dan menetapkan perangkat gampong lainnya;

b. Mengajukan rancangan Qanun Gampong;

c. Mengelola keuangan gampong sesuai dengan peraturan yang berlaku;

d. Menerima penghasilan tetap setiap bulan dan atau tunjangan lainnya;

e. Menetapkan pejabat pengelola keuangan gampong;

6http://keGampong.id/id_ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-Gampong-dan-peraturan-Gampong/,

Diakses Pada Tanggal 11 Agustus 2018, Pukul 21.55 WIB. 7http://www.langkahpembelajaran.com/2015/02/makna-pengertian-hak-dan-kewajiban.html, Diakses

Pada Tanggal 11 Agustus 2018, Pukul 22.03 WIB

Page 7: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 849

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

f. Melimpahkan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat gampong.

b. Kewajiban Keuchik

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.8

Berdasarkan pasal 21 ayat (4) Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor : 11 Tahun 2009

Tentang Pemerintahan Gampong, hak Keuchik adalah:

a. Melaksanakan syariat Islam, memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,

melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;

d. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;

e. Melaksanakan kehidupan demokrasi;

f. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan gampong yang bersih dan bebas dari Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme;

g. Menjalin hubungan kerja yang baik dengan seluruh mitra kerja;

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan gampong yang baik;

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan;

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan gampong;

k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di gampong;

l. Mengembangkan ekonomi gampong;

m. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan gampong;

n. Membina dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;

o. Memberdayakan masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat di gampong;

p. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup;

c. Pemberhentian Keuchik Menurut Peraturan Perundang-undangan.

Pada prinsipnya dasar pemberhentian Keuchik dapat dilakukan pada masa jabatan

atau pada akhir masa jabatan. Pemberhentian sering disebut dengan istilah impeachment

berasal dari kata to impeach yang berarti meminta pertanggungjawaban. Charles L. Black

menyatakan bahwa “strictly speaking impeachment means accusating or charge” ( kata

8Ibid.

Page 8: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 850

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

impeachment dalam bahasa indonesia dapat dialih bahasakan sebagai dakwaan atau

tuduhan).9

Seorang Pegawai Negeri dapat diberhentikan karena ia dijatuhi hukuman jabatan

dalam hal:10

a. Melalaikan kewajiban

b. Menjalankan pekerjaannya yang lain, tanpa izin dari pihak atasan

c. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang pekerja

yang bermartabat

d. Melanggar suatu ketentuan dalam Umdang-Undang

e. Terbukti melakukan penyelewengan atau pemberontakan terhadap pemerintah

atau negara

Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Gampong,

Keuchik Gampong dilarang:

a. Merugikan kepentingan umum

b. Membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak

lain dan/atau golongan tertentu

c. Menyalahgunakan wewenang, tugas, hak dan/atau kewaibannya

d. Melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau masyarakat tertentu

Ketentuan Pasal 40 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Gampong yaitu “Keuchik diberhentikan karena melanggar larangan sebagai Keuchik

Selanjutnya pada ayat (3) disebutkan bahwa “Pemberhentian Keuchik ditetapkan dengan

keputusan bupati/walikota”.

d. Faktor Pemberhentian Keuchik Dalam Praktek

1. Bahwa tindakan para Keuchik untuk meminta bergabung dengan Kota Banda Aceh

merupakan tindakan yang dilakukan atas nama jabatan sebagai keuchik, hal ini

dapat dilihat pada pembubuhan tanda tangan dan stempel jabatan sebagai keuchik

masing-masing gampong, tindakan ini dikategorikan sebagai tindakan

maladministrasi. Maladministrasi secara umum adalah prilaku yang tidak wajar yang

dilakukan oleh pejabat publik, ketentuan Pasal 1 angka ke 3 Undang-Undang Nomor

9 Jimly Assiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2007,

hlm. 600 10M. Manullang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Citapustaka Media Perintis, Bandung: 2012, hlm.

203

Page 9: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 851

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

37 Tahun 2008 tentang Ombudsman menjelaskan bahwa “pengertian

maladministrasi yaitu prilaku atau perbuatan melampaui wewenang, menggunakan

wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut.

2. Bahwa para Keuchik telah melampaui tugas dan fungsinya sebagai kepala

desa/keuchik dengan dalil melaksanakan aspirasi masyarakat untuk bergabung

dengan Kota Banda Aceh, tindakan para Keuchik ini selalu mengatasnamakan

aspirasi masyarakat yang merupakan fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) atau Tuha Peut. Permasalahannya adalah para anggota BPD/Tuha Peut tidak

pernah mengetahui ada aspirasi masyarakat gampong setempat terkait keinginan

untuk bergabung dengan Kota Banda Aceh, jajaran pemerintahan mukim, kecamatan

dan pemerintahan kabupaten tidak pernah mengetahui ada aspirasi masyarakat

tersebut, hal ini tidak pernah dibicarakan pada level musrenbang desa/gampong,

musrenbang kecamatan bahkan musrenbang kabupaten.

3. Bahwa ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

berbunyi, Kepala Desa dilarang:

a. merugikan kepentingan umum

b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak

lain, dan/atau golongan tertentu

c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya

d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan masyarakat

tertentu

e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa

f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa

dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan

dilakukannya

g. menjadi pengurus partai politik

h. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang

i. merangkap jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan Permusyawaratan

Desa, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan

Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang

ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan

Page 10: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 852

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum dan/atau pemilihan

kepala daerah

k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan

l. meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh) hari kerja berturutturut tanpa alasan

yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan

Berdasarkan Pasal 23 Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

Pemerintahan Gampong, menyatakan bahwa Keuchik dilarang :

a. Membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri sendiri,

anggota keluarga, kroni dan atau golongan tertentu;

b. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa

dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan

dilakukannya;

c. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota Tuha Peuet, Lembaga

Kemasyarakatan di Gampong yang bersangkutan, Anggota DPRA, Anggota DPRK

dan jabatan lain yang melanggar ketentuan peraturan perundangan-undangan;

d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden dan wakil

Presiden, pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, pemilihan Bupati dan wakil

Bupati serta pemilihan Walikota dan wakil Walikota;

e. Merugikan kepentingan umum;

f. Melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat;

g. Mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;

h. Menyalahgunakan wewenang;

i. Menjadi pengurus dan atau anggota partai politik atau partai politik lokal;

j. Melanggar sumpah/janji jabatan;

k. Meninggalkan tugas selama 1 (satu) bulan berturut-turut tanpa alasan yang jelas.

l. Melanggar norma agama dan adat setempat

Berdasarkan Pasal 43 ayat (3) Qanun Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tata Cara

Pemilihan Dan Pemberhentian Keuchik di Aceh menyatakan bahwa selain pemberhentian

sebagaimna dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) Keuchik dapat dierhentikan karena

melakukan perbuatan kolusi, korupsi, nepotisme, maisir, dan minum khamar sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dilihat dari penjelasan Pasal 43 ayat (3) Qanun Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Tata

Cara Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik di Aceh tersebut, untuk dapat dinyatakan

Page 11: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 853

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

Keuchik telah melakukan perbuatan kolusi, korupsi, nepotisme, maisir dan khamar maka

harus terdapat bukti yang konkret artinya Keuchik tersebut telah diperkarakan di hadapan

hukum dan telah ada putusan berkekuatan hukum tetap maka selanjutnya bupati/waikota baru

dapat memeberhentikan Keuchik yang bersangkutan.11

Berdasarkan penjelasan tersebut maka pemberhentian Keuchik di Kecamatan Darul

Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Aceh

BesarNomor: 141/21/K/PD/2016 tentang Pemberhentian Keuchik dan Pengangkatan Penjabat

Keuchik Dalam Wilayah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2016

sampai dengan tahun 2017 tidak sesuai dengan yang diatur didalam Pasal 43 Qanun Nomor 4

Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik karena tidak

memenuhi ketiga unsur tersebut, hal ini dikarenakan Keputusan yang dikeluarkan oleh Bupati

hanya mengacu Kepada Surat Permohana Para Keuchik agar Wilayah Kecamatan Darul

Imarah dapat Bergabung Ke Kota Banda Aceh.

Seharusnya sebelum mengeluarkan Keputusan yang dibuat oleh Para Keuchik,

Buapati haruslah menelaah lebih lanjut perihal tersebut sehingga dalam mengeluarkan

keputusan tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.

e. Faktor Pengangkatan Kembali Para Keuchik

1. Hak Bupati

Berdasarkan wawancara dengan Syarifuddin selaku Camat Kecamatan Darul Imarah

mengatakan setiap Bupati memeiliki hak dalam memberikan suatu Putusan demi

Kepentingan Daerahnya dan mengayomi masyarakat melalui pertanggungjawaban yang

diberikan kepada aparatur-aparatur Gampong yang bersangkutan dengan kawasannya

masing-masing.12

2. Pemecatan Tanpa persetujuan Tuha Peut

Karena dalam proses para Keuchik dinyatakan diberhentikan oleh Bupati tidak

terdapat kesalahan yang sangat fatal, setelah pergantian Bupati baru periode 2017-2022 para

Keuchik yang diberhentikan diangkat kembali, sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Aceh

Besar menyebutkan mencabut keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 141/21/K/PD/2016

11 http:/ kedesa.id/id_id/wiki/ PemberhentianKepalaDesaKedesa.html. Op. Cit. 12 Syarifuddin, Camat Di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, Wawancara Pada Hari Rabu

Tanggal 29 Agustus 2018, Pukul 11.27 WIB

Page 12: PEMBERHENTIAN PARA KEUCHIK DAN PENGANGKATAN …

JIM Bidang Hukum Kenegaraan : Vol.2, No.4 November 2018 854

Shella Namira Wardia, Zahratul Idami

Tentang Pemberhentian Keuchik dan Pengangkatan Penjabat Keuchik Dalam Wilayah

Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

KESIMPULAN

Pemberhentian Para Keuchik dan Pengangkatan Kembali di Kecamatan Darul Imarah

Kabupaten Aceh Besar berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 141/21/K/PD/2016 tentang

Pemberhentian Keuchik dan Pengangkatan Penjabat Keuchik dalam Wilayah Kecamatan

Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tertanggal 17 September 2016 telah melanggar

Peraturan Perundang-undangan atau Qanun yang berlaku dan tidak bertentangan azas-azas

Umum Pemerintahan yang Baik.

Faktor Pengangkatan Kembali Para Keuchik juga dilakukan atas penepatan janji

Bupati periode 2017-2022 pada masa kampanye terhadap para Keuchik dan Bupati Aceh

Besar mencabut keputusan tersebut, berdasarkan keputusan Bupati Aceh besar bahwa Para

Keuchik yang pernah diultimatum diberhentikan karena melakukan maladministrasi telah di

angkat kembali menjadi Keuchik di Gampongnya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke 6, 2011

Jimly Assiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Buana Ilmu Populer,

2007.

M. Manullang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Citapustaka Media Perintis, Bandung:

2012.

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke 8, 2013.

Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia , Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

2. Internet

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122812-PK%20IV%202105.8215-Analisis%20aspek-

Metodologi.pdf, Diakses Pada Tanggal 16 Maret 2017, Pukul 10.30 WIB.

http://keGampong.id/id_ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-Gampong-dan-peraturan-

Gampong/, Diakses Pada Tanggal 11 Agustus 2018, Pukul 21.55 WIB.

http://www.langkahpembelajaran.com/2015/02/makna-pengertian-hak-dan-kewajiban.html,

Diakses Pada Tanggal 11 Agustus 2018, Pukul 22.03 WIB