pembelajaran yang menumbuhkan minat mahasiswa berwirausaha

27
  Jurnal Ilmiah Bisnis da n Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang  21 PEMBELAJARAN YANG MENUMBUHKAN MINAT MAHASISWA BERWIRAUSAHA Oleh : Darpujiyanto *) Abstraksi Pembelajaraan kewirausahaan diperlukan sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan minat kewirausahaan (entreprene urship intention) agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pen cipta lapangan kerja dari pada pencari kerja. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk menyiapkan agar mahasiswa memiliki kesiapan untuk membuka usaha baru setelah lulus kuliah.  Namun demikian pembelaja raan kewirausah aan masih membe rikan perdebatan. Perdebata n adalah  berkaitan dengan apakah pendidikan kewirausahaan dapat diajarkan serta metode pengajaran yang  paling tepat dilakukan. Pandangan tradisional beranggapan bahwa kewirausahaan itu bakat dari lahir dan karenanya tidak dapat diajarkan. Namun beberapa studi empiris menemukan bahwa kewirausahaan dapat diajarkan, diantaranya m elalui pendekatan action based learning, experiental learning dan consultation-base d learning. Pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha, dalam pendekatan teori ekonomi memerlukan faktor pendorong (  push) baik dari personal dan lingkungan serta faktor penarik (  pull ) yang berupa kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha. Dari sudut pandang Ilmu sosial dan psikologi, teori yang paling sering dipakai dalam memperkirakan suatu dorongan perilaku adalah teori reasoned action dan teori  planned behavior. Pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya untuk meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha memerlukan:  pengetahua n, ketrampilan, sikap yang akhirnya menumbuhkan perilaku berwirausah a yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Paper ini bertujuan: (1) untuk lebih memahami pro kontra pembelajaraan kewirausa haan di perguruan tinggi, (2) memahami kerangka teori pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha. Kata Kunci: pembelajaraan kewirausahaan, minat mahasiswa berwirausaha ( entrepreneruship intenstion ), pendidikan tinggi *) Dosen Manajemen STIE ASIA Malang

Upload: faturasia

Post on 15-Jul-2015

1.914 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha, darpujiyanto stie asia malang

TRANSCRIPT

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 21

PEMBELAJARAN YANG MENUMBUHKAN MINAT MAHASISWA

BERWIRAUSAHA

Oleh :

Darpujiyanto *)

Abstraksi

Pembelajaraan kewirausahaan diperlukan sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan minat

kewirausahaan (entrepreneurship intention) agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pencipta

lapangan kerja dari pada pencari kerja. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk menyiapkan agar 

mahasiswa memiliki kesiapan untuk membuka usaha baru setelah lulus kuliah.

  Namun demikian pembelajaraan kewirausahaan masih memberikan perdebatan. Perdebatan adalah  berkaitan dengan apakah pendidikan kewirausahaan dapat diajarkan serta metode pengajaran yang

 paling tepat dilakukan. Pandangan tradisional beranggapan bahwa kewirausahaan itu bakat dari lahir 

dan karenanya tidak dapat diajarkan. Namun beberapa studi empiris menemukan bahwa

kewirausahaan dapat diajarkan, diantaranya melalui pendekatan action based learning, experiental 

learning dan consultation-based learning.

Pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha,

dalam pendekatan teori ekonomi memerlukan faktor pendorong ( push) baik dari personal dan

lingkungan serta faktor penarik ( pull ) yang berupa kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha. Dari

sudut pandang Ilmu sosial dan psikologi, teori yang paling sering dipakai dalam memperkirakan suatu

dorongan perilaku adalah teori reasoned action dan teori   planned behavior.Pembelajaraan

kewirausahaan dalam upaya untuk meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha memerlukan:

  pengetahuan, ketrampilan, sikap yang akhirnya menumbuhkan perilaku berwirausaha yang

dipengaruhi faktor internal dan eksternal.

Paper ini bertujuan: (1) untuk lebih memahami pro kontra pembelajaraan kewirausahaan di perguruan

tinggi, (2) memahami kerangka teori pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat

mahasiswa untuk berwirausaha.

Kata Kunci: pembelajaraan kewirausahaan, minat mahasiswa berwirausaha (entreprenerushipintenstion), pendidikan tinggi

*) Dosen Manajemen STIE ASIA Malang

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 22

A. PENDAHULUAN

Jumlah pengangguran dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini disebabkan

sedikitnya lapangan pekerjaan sedangkan jumlah lulusan sekolah menengah dan perguruan

tinggi terus bertambah. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara jumlah lapangan

 pekerjaan dengan orang yang akan bekerja. Apalagi diperparah dengan timbulnya aksi PHK 

dari beberapa perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Masalah pengangguran sebenarnya

  bisa diatasi jikalau negara mampu menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin.

  Namun hal ini sepertinya tidak mungkin bisa secepatnya terealisasi, karena banyaknya

kendala baik dari segi ekonomi maupun sumber daya manusia (SDM) itu sendiri.

Berwirausaha merupakan trobosan guna menanggulangi pengangguran terdidik.

Mulai tahun 2009, dukungan kegiatan kemahasiswaan menyediakan pendidikan

kewirausahaan kepada mahasiswa yang punya motivasi untuk berwirausaha. Program

 pendidikan kewirausahaan ini masuk dalam daftar isian pelaksanaan anggaran masingmasing

 perguruan tinggi, sekitar 70% dari dana yang diterima setiap perguruan tinggi dipakai untuk 

mendukung mahasiswa dalam menjalankan bisnis (Kompas, 2011).

Menurut data dari BPS tentang angka pengangguran dari tahun 2006 sampai 2009

mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus (2006) terjadi peningkatan yakni dari 182.629 jiwa menjadi 226.261 jiwa sedangkan program diploma berjumlah 224.964 jiwa, pada bulan

Februari ( 2007 ) pengangguran tercatat sebesar 409.890 jiwa sedangkan program diploma

sebesar 330.316 jiwa. Sedangkan pada tahun 2008 tercatat lulusan SMA menyumbang angka

yang paling besar sekitar sebanyak 3.369.959 juta jiwa diikuti pengangguran SD sebanyak 

2.179. 792 juta jiwa, SMP sebanyak 2.166.619 juta jiwa, diploma/akademi sebanyak 519.867

 jiwa dan universitas sebanyak 626.202 jiwa. Begitu pula data pada bulan Februari 2009 ada

  peningkatan pengangguran tercatat sebanyak 9.258.964 juta jiwa dari total angkatan kerja

sekitar 113.744.408 juta jiwa, dari jumlah 9,39 juta jiwa penganggur tersebut sebagian besar 

ada didesa jika dilihat dari latar belakang pendidikan SD kebawah sebanyak 2.508.253 juta

  jiwa, SLTP sebanyak 2.094.378 juta jiwa, SMA sebanyak 2.341.592 juta jiwa, SMK 

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 23

sebanyak 1.415.696 juta jiwa, sedangkan diploma sampai sarjana sebanyak 891.638 jiwa.

Merupakan suatu presentase peningkatan pengangguran terdidik yang sangat tinggi di

Indonesia, jumlah ini diprediksi semakin meningkat apabila tidak segera diatasi, sementara

itu perusahaan perusahaan semakin selektif dalam menerima karyawan. Semua ini menuntut

individu untuk bisa pandai-pandai mengatur strategi, mencari gagasan dan bersikap mandiri

untuk menyiasatinya.

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan

wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum

menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Hampir seluruh sekolah masih

didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Di satu sisi

institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan. Di sisi

lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat,

misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak 

mendidik perilaku ekonomi masyarakat.

Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para

wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang

 berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami

  pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya

yang diperlukan. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang

  jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan

masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa bagi konsumen, baik dalam

maupun luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa lebih menarik perhatian publik dan sering

kali menghiasi berita utama, bisnis kecil tidak kalah penting perannya bagi kehidupan sosial

dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dari fenomena yang ada tentang kenaikan jumlah pengangguran terdidik maka

semakin menunjukkan pentingnya penerapan pendidikan yang dapat memotivasi mahasiswa

dalam berwirausaha seletah lulus. Diharapkan mahasiswa mempunyai motivasi dalam

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 24

  berwirausaha sehingga dapat menjalankan wirausaha dengan baik dan diharapkan dapat

mengurangi tingkat pengangguran terdidik. Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi

lulusan sarjananya menjadi seorang wirausahawan muda sangat penting dalam

menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan

sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah

lapangan pekerjaan. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh

 perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat.

B. MINAT BERWIRAUSAHA

1. Pengertian Wirausaha

Kata entrepreneur   berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha.

Dalam bahasa Indonesia, kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah,

  berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi

wiraswasta (entrepreneur ) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak 

menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki sendiri. Wirausaha

adalah suatu kemauan keras dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat (Tarmudji, 1996).

2. Minat Berwirausaha

Segala perbuatan manusia timbul karena dorongan dari dalam (faktor internal,  push

 factor ) dan rangsang dari luar (faktor eksternal,  pull factor ), tetapi tidak akan terjadi sesuatu

  jika tidak berminat. Secara umum minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu (Noeng

Muhadjir, 1992). Minat berdasarkan dari beberapa pendapat di atas adalah perasaan senang

atau kecenderungan hati seseorang yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu

dengan berpartisipasi terhadap kegiatan yang menjadi obyek kesukaannya itu. Minat

mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang sebab jika seseorang tersebut mempelajari

sesuatu dengan penuh minat maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Selain itu minat

adalah “perasaan tertarik atau berkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada menyuruh”

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 25

(Tarmudji, 1991). Minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang

menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain. Dapat pula dimanifestasikan

melalui partisipasi dalam suatu aktivitas seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek 

tertentu cenderung menaruh perhatian lebih besar.

  Niat berwirausaha (entrepreneurial intention) dapat dilihat sebagai minat untuk 

menciptakan suatu organisasi baru atau sebagai perilaku mengambil resiko untuk memulai

suatu bisnis baru ( Katz & Gartner, 1988). Niat ( intention) dapat dilihat seperti penyebab

suatu tindakan dan yang lebih tinggi adalah melaksanakan tindakan, yang lebih tinggi lagi

adalah kemungkinan dalam melibatkan aksi/tindakan (Chandrashekaran, et. al , 2000).

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa kesadaran seseorang yang tertarik 

dan senang pada suatu usaha akan nampak dalam kegiatan mempelajari, memahami, dan

  berkecimpung dalam usaha itu. Aktivitas atau kegiatan yang dilandasi dengan minat

kemungkinan besar akan berhasil, karena dilakukan dengan rasa senang dan tanpa paksaan.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi

kebutuhannya. Seseorang yang berminat terhadap wirausaha akan merasa senang atau suka

melakukan berbagai tindakan yang berhubungan dengan wirausaha. Minat bersifat pribadi,

sehingga minat individu antara satu dengan yang lainnya berbeda. Bahkan minat pada diri

seseorang dapat berbeda dari waktu ke waktu, karena minat merupakan kesediaan jiwa yang

sifatnya untuk menerima sesuatu dari luar individu. Maka minat sekaligus kaidah pokok 

dalam menanggapi sesuatu, termasuk di dalamnya minat mahasiswa untuk berwirausaha.

C. PRO KONTRA PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN

Kewiraswastaan dilihat sebagai sesuatu yang bisa diajar dan beberapa hal dilihat

sebagai karakteristik personal sebagai pembawaan sejak lahir (Kuratko, 2005). Beberapa

studi literatur kualitatif dan kuantitatif banyak menemukan pembelajaran melalui experiential 

learning  telah terbukti dapat digunakan sebagai kerangka untuk pengembangan metoda dan

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 26

kurikulum learning-centred  yang baru.   Experiential learning telah digunakan dalam inter-

disciplinary dan multi-disciplinary (Kolb, Boyatzis& Mainemelis, 2001).  Experiential 

learning sebagai alat penghubung pendidikan dan manajemen.

Pendidikan kewiraswastaan tidak sama dengan kebanyakan aspek pendidikan

manajemen. Pendidikan kewiraswastaan harus dimulai dengan bekerja pada berbagai situasi

untuk mengatasi banyak permasalahan. Timmons & Spinelli (2004) berpendapat bahwa

kewiraswastaan adalah tak beraturan, tidak linier, dan tak dapat diramalkan. Mereka

  berpendapat bahwa pendidikan kewiraswastaan yang efektif harus mengakibatkan

 pengembangan ketrampilan dan kemampuan yang dapat menciptakan tindakan untuk dapat

keluar dari kerancuan, kekacauan, dan ketidak-pastian.

Seperti dicatat oleh Bandura (1991), pengalaman pribadi menjadi faktor yang paling

utama yang mempengaruhi pengembangan  self-efficacy. Hamer (2000) mencatat bahwa hal

 penting dalam penerapan pengajaran kewirausahaan berkaitan tentang metoda yang berdasar 

 praktek ( field-based ) ( seperti melalui pelatihan suatu keahlian) dan sedikit didukung metoda

  pengajaran kelas (classroom-based) (seperti: permainan peran dan simulasi). Teknik 

 pembelajaran experiential  adalah teknik yang modifikasi format kualiah melalui ceramah

sebagai metode tradisional dengan siswa bekerja melalui pengalaman yang tersusun dalam

kelompok kecil (Gaidis, Andrews, & summer, 1991) untuk melaksanakan riset pemasaran

nyata ( Churchill, 1986) sebelum magang full-time sebagai praktek usahawan ( Aronsson,

2004).

 Namun demikian, studi empiris masih memberikan banyak perbedaan yaitu apakah

kewirausahaan dapat diajar atau tidak (Fiet, 2001; Hynes, 1996; Kuratko, 2005). Beberapa

studi empiris menemukan hal positif bahwa kewirausahaan dapat diajarkan (seperti dilakukan

oleh: et. al , 2006; Lepoutre et. al , 2005; Naomi ( 2000; Ahmad et. al , 2010; Pihie , 2009;

Schreier, 1984; Douglas & Shepherd, 2002; Rasmussena dan Sørheimb, 2006; Fregetto,

2002; Atherton, 2007). Demikian juga hasil penelitian Mcmullan& Gillin (1998) dan Vesper 

( 1994) yang menemukan bahwa kewiraswastaan dapat diajar. Gorman& Hanlon ( 1997)

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 27

melakukan literatur review beberapa penelitian dalam jangka waktu 10-tahun berkaitan

dengan pendidikan kewiraswastaan dan menemukan bahwa sebagian besar dari studi empiris

yang disurvei menemukan kewiraswastaan dapat diajarkan melalui pendidikan

kewiraswastaan. Hal ini berbeda dengan manajemen kursus/pelatihan dimana selalui

menemukan hasil positif (Hostager & Decker, 1999). Riset baru-baru ini yang dilakukan oleh

Raichaudhuri (2005) menemukan bahwa lebih dari 50 persen para mahasiswa yang

mengambil kelas kewiraswastaan di Universitas Harvard telah memulai usaha sendiri.

Donckels& Miettinen (1997) berpendapat bahwa peran pendidikan kewiraswastaan yang

utama adalah menaikkan penerimaan dan kesadaran siswa untuk melakukan spekulasi dengan

mengambil resiko melalui berkarir sebagai wiraswasta.

Wang & Wong (2004) dalam penelitian di Singapura, menemukan bahwa sebelum

mengenal pendidikan kewiraswastaan, mahasiswa mempunyai persepsi dan pengetahuan

yang rendah tentang kewiraswastaan. Setelah mengambil matakuliah kewiraswastaan

  persepsi mahasiswa mengalami peningkatan. Lee& Wong ( 2003) dalam studinya

menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan pada perguruan tinggi mempunyai hubungan

langsung dalam membentuk sikap siswa dalam mengambil resiko untuk pendirian usaha baru.

Penelitian Lee & Wong menduga bahwa persepsi usahawan semakin positif melalui

  pendidikan kewiraswastaan, namun juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal dandukungan kewiraswastaan oleh pemerintah. Lebih dari itu, pemerintah Singapura banyak 

melakukan dukungan agar mahasiswa setelah lulus dapat memulai usaha baru.

  Niat berwirausaha (entrepreneurial intention) dapat dilihat sebagai minat untuk 

menciptakan suatu organisasi baru ( Katz& Gartner, 1988) atau sebagai perilaku mengambil

resiko untuk memulai suatu bisnis baru (Krueger, 2000). Niat (intention) dapat dilihat seperti

  penyebab suatu tindakan dan yang lebih tinggi adalah melaksanakan tindakan, yang lebih

tinggi lagi adalah kemungkinan dalam melibatkan aksi/tindakan (Chandrashekaran,

McNeilly, Russ,& Marinova, 2000). Beberapa studi terdahulu telah menemukan suatu mata

rantai yang kuat antara niat dan perilaku dalam kewiraswastaan dalam berbagai situasi (

Douglas& Gembala, 2002; Sheppard, Hartwick,& Warshaw, 1988).

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 28

 Namun beberapa studi lain menemukan bahwa kewirausahaan tidak mudah diajarkan

(seperti dilakukan oleh: Audet. 2004; Shen dan Chai, 2006; Lekhotla, 2007; Lee dan Wong,

2003; Verheul, 2001; Brazeal et. al, 2008). Hal tersebut disebabkan karena dampak 

  pembelajaran kewirausahaan seperti melalui experiental learning terhadap niat untuk 

 berwirausaha sebagaio pilihan karir tidak dapat diukur hanya melalui persepsi jangka pendek 

tetapi dalam periode lama dan fluktuatif (Audet. 2004), disamping itu pembelajaran

kewirausahaan perlu dukungan faktor penrik (opportunity) seperti peluang pasar dan

dukungan pemerintah (Shen dan Chai, 2006; Lekhotla, 2007; Lee dan Wong, 2003; Verheul,

2001; Brazeal et. al, 2008).

Fayolle et. al  (2006) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan dan Lingkungan Sosial terhadap Niat Mahasiswa untuk Berwirausaha. Dalam

model penelitian ini, pembelajaran experiental  dalam   Entrepreneur Teaching Programmes

(ETP) diramalkan dapat mempengaruhi sikap, norma subyektif dan perilaku yang akhirnya

dapat mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha (entrepreneural intention).

Penelitian dilakukan melalui seminar selama 3 hari dan kuesioner terhadap 275 mahasiswa

tentang program pembelajaran experiental. Diskusi dilakukan dalam kelompok kecil 4-5

orang tentang pembelajan yang dilakukan. Kuesioner dilakukan untuk mengukur sikap

mahasiswa terhadap niat mereka untuk berwirausaha (entrepreneural intention). Kuesioner dilakukan dengan menggunakan 47 item skala likert serta 23 item personal mahasiswa

(seperti: umur, jenis kelamin, pengalaman, dll.) yang diberikan setelah program pembelajaran

experiental  selesai dilakukan. Kuesioner niat untuk berwirausaha (entrepreneural intention)

dikembangkan dari Kolvereid (1996) untuk mengukur parameter Ajzen’s intention. Hasil

  penelitian menemukan bahwa pembelajaran experiental  menurunkan sikap dan norma

subyektif tetapi meningkatkan perilaku dan niat mahasiswa untuk berwirausaha. Hasil

 penelitian menemukan hubungan positif antara pembelajaran experiental dalam Entrepreneur 

Teaching Programmes (ETP) dengan entrepreneural intention, artinya  pembelajaran

experiental  dalam   Entrepreneur Teaching Programmes (ETP) dapat menaikkan atau

menurunkan entrepreneural intention.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 29

Lepoutre et. al  (2005) bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kewiraswastaan pada siswa sekolah menengah. Penggunaan kombinasi metode penerimaan

diri (  self perceived ) dan  pretest-posttest  digunakan untuk menaksir perubahan dari tujuan

usahawan, sikap dan kreativitas usahawan. Penelitian dilakukan terhadap pendidikan

kewiraswastaan di 21 sekolah menengah atas dan terhadap 3130 siswa di Flanders, Negeri

Belgia. Tiap sekolah diterapkan metode utama pembelajaran kewirausahaan yang berbeda-

 beda seperti: ceramah, seminar, simulasi, magang ke industri. Model diuji terhadap dampak 

dan kecenderungan serta keinginan untuk bertindak. Hasil penelitian menemukan bahwa

entrepreneurship education programs sangat diperlukan siswa dalam membentuk sikap dan

kompetensi kewirausahaan. Tiap siswa mempunyai respon berbeda-beda terhadap

entrepreneurship education programs yang dilakukan tiap sekolah. Penelitian menemukan

 perbedaan yang signifikan antara pre-test dan kontrol pada beberapa faktor seperti: intention

to start own business, creativity, attitude towards, entrepreneurs, perceived feasibility,

  perceived desirability, propensity to act. Pengalaman siswa dipengaruhi oleh:  perceived,

  perceived desirability dan propensity to act . Pengalaman juga mempengaruhi niat siswa

untuk memulai suatu bisnis. Penelitian ini menyoroti pentingnya program dan hasil secara

obyektif, seperti evaluasi hubungan antara para siswa dalam rangka meningkatkan

efektivitasnya.

  Naomi ( 2000) melakukan penelitian untuk mengevaluasi program pembelajaran

Student Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED) yang berbasis experiential 

learning terhadap niat siswa untuk memulai usaha sebagai pilihan karir. Peneltiian dilakukan

melalui pemberian angket/kuesioner terhadap siswa setelah program pembelajaran Student 

  Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED). Hasil peneltiian menemukan bahwa

  program pembelajaran Student Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED) yang

 berbasis experiential learning  memberikan siswa untuk memperoleh pengalaman,

kepercayaan dan pengetahuan terhadap suatu bisnis atau menggunakan pengalaman baru

yang mereka berhasil temukan untuk memulai usaha sebagai pilihan karir setelah meraka

lulus.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 30

Ahmad et. al (92010) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menjelaskan

implementasi dari pembelajaran kewirausaaan berbasis konsultasi (consultation-based ) yang

diadopsi oleh Universitas Nasional Malaysia ( UKM) dan untuk mengevaluasi gaya

  pembelajaran yang berdasar pada teori experiential learning . Penelitian ini ini juga

mengamati faktor yang berperan terhadap keberhasilan program tersebut. Program SMIDEC-

UKM pelajaran berbasis konsultasi (consultation-based ) sesuai dengan teori belajar Kolb dan

Lewin Field Theory. Program diarahkan pada kelompok siswa universitas melalui kasus real-

business, karenanya memungkinkan praktek dan aplikasi pengetahuan yang mereka peroleh

di kelas. Tahap pertama, program menjaring 50 siswa melalui interview yang mempunyai

kualifikasi untuk mengikuti program. Sebanyak 50 siswa tersebut selanjutnya dikelompokkan

menjadi 10 kelompok dan diberi modal untuk memulai suatu bisnis, mereka dapat melakukan

konsultasi bisnis dan pendampingan selama 5 bulan. Pada bulan keenam meraka dimiinta

memberikan laporan berkaitan dengan kendala, peluang, kekuatan, formulasi strategi serta

kinerja usaha dan penerimaan mereka terhadap program. Penelitian ini dilakukan untuk 

meninjau ulang implementasi experiential learning di negara sedang berkembang ( Malaysia)

dan menyediakan argumentasi kritis berdasar pada teori experiential learning .

Pihie ( 2009) melakukan penelitian untuk menentukan persepsi mahasiswa terhadap

niat untuk memulai usaha baru sebagai pilihan karir.Data dikumpulkan melalui pembagiandaftar pertanyaan terhadap siswa. Studi dilakukan dengan menggunakan pendekatan riset

deskriptif pada 1,554 mahasiswa universitas mengambil bagian dalam penelitian. Setiap butir 

kuesioner mempunyai keandalan antara 0,74 dan 0,96. Hasil penelitian menemukan bahwa

mahasiswa mempunyai prestasi sedang pada semua aspek yang berhubungan dengan

terhadap niat untuk memulai usaha baru sebagai pilihan karir seperti dalam aspek 

manajemen, keuangan dan pemasaran. Niat mahasiswa untuk memulai usaha baru berbeda

signifikan antara mereka yang mempunyai/tidak mempunyai cita-cita yang positif.

Penemuan juga menunjukkan bahwa mereka merasa kewiraswastaan perlu untuk diajarkan

  pada universitas mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap karier usahawan. Penemuan

studi ini, merekomendasikan untuk menerapkan strategi pengajaran yang memasukkan aspek 

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 31

kemampuan manajemen, keuangan dan pemasaran dalam mendukung niat mahasiswa untuk 

memulai usaha baru sebagai pilihan karir.

D. KERANGKA TEORI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT

BERWIRAUSAHA

1. Pendekatan Teori Ekonomi

Verheul (2001) dalam jurnal berjudul “  An eclectic theory of entrepreneurship”

memberikan kerangka teori penting tentang masuknya seseorang menjadi wirausaha di sektor 

usaha tertentu. Verheul (2001) mengemukakan dua teori berkenaan tentang motivasi untuk 

 berwirausaha, “ push” theory dan “ pull ” theory. Menurut “ push” theory, individu di dorong

( push) untuk menjadi wirausaha dikarenankan dorongan lingkungan yang bersifat

negatif, misalnya ketidakpuasan pada pekerjaan, kesulitan mencari pekerjaan, ketidak 

lenturan jam kerja atau gaji yang tidak cukup. Sebaliknya, “ pull ” theory  berpendapat bahwa

individu tertarik untuk menjadi wirausaha karena memang mencari hal-hal berkaitan dengan

karakteristik wirausaha itu sendiri, seperti kemandirian atau memang karena yakin

 berwirausaha dapat memberikan kemakmuran.

Masuknya (entry) wirausaha dalam suatu sektor usaha ditinjau dari sisi pendorong

(  push factor ) dan faktor penarik (  pull factor ). Menurut Verheul (2001) pendidikan

kewirausahaan dapat meningkatkan kemampuan personal dalam mengelola sumberdaya

untuk keberhasilan usaha. Pendidikan kewirausahaan dapat merubah sikap dan perilaku

seseorang untuk tertarik (entry) menjadi wirausaha di sektor usaha tententu. Namun, semua

itu tidak mudah dilakukan dan memerlukan faktor penarik (  pull factor ) yaitu faktor yang

disebabkan oleh kesempatan (opptunity). Pengetahun, ketrampilan, keahlian kewirausahaan

 perlu didukung oleh: peluang pasar, kondisi lingkungan ekonomi, persaingan industri yang

mendukung. Pendidikan kewirausahaan perlu dukungan pemerintah (G1, G2,G3,G4,G5)

dalam menciptakan iklim yang kondusif terhadap tumbuh kembangnya kewirausahaan.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 32

Dengan demikian keahlian, keterampilan dan semangat individu menjadi sangat

  penting ketika memutuskan masuk menjadi wirausaha (  self employment) sebagai pilihan

karir . Faktor luar yang ikut berperan terhadap pengembangan kewirausahaan adalah

  perkembangan teknologi, kehadiran lembaga keuangan penyedia modal dan jaringan

hubungan antar individu (modal sosial). Faktor yang melekat pada individu yang

mempengaruhi kewirausahaan antara lain kemampuan, sifat individu, preferensi, sistem nilai

dan sikap mental. Ketika masuk ke sektor usaha, wirausaha perlu mempertimbangkan

 pendapatan sebagai imbalan kerjanya dan risiko yang harus ditanggung (risk-reward profile).

Jika bekerja pada orang lain lebih menguntungkan maka seseorang akan memilih

meninggalkan usaha sendiri dan memilih bekerja dengan pendapatan berupa gaji. Sebaliknya

 jika usaha sendiri lebih menguntungkan wirausaha memilih masuk ke sektor usaha dibanding

 bekerja pada orang lain.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih utuh tentang kerangka kewirausahaan dan peran

 pemerintah dapat dijelaskan melalui Gambar 1. (Verheul 2001):

Gambar 1. Kerangka Kerja untuk Menentukan Entrepreneurship

Sumber: Verheul (2001)

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 33

Masuk dan keluar (entry/exit ) dalam suatu usaha adalah gambaran tentang profil pendapatan

sebagai imbalan dan risiko yang harus ditanggung dalam usaha. Jika banyak wirausaha

masuk ke sektor usaha tertentu akan memberi signal pasar yang baik maka wirausaha yang

sudah ada di dalam akan bertahan atau mereka yang ada di luar usaha ingin masuk pada

sektor yang memberi signal pasar yang baik tersebut. Hal ini karena pendapatan lebih besar 

dibanding risiko yang ditanggung, namun sebaliknya jika pendapatan lebih kecil dibanding

risiko yang ditanggung, para wirausaha barangkali memilih keluar dari usaha yang

 bersangkutan.

Lee dan Wong (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor lingkungan

sebagai faktor penarik dan pendorong kewirausahaan. Faktor lingkungan dilihat dari faktor 

dalam aspek demografis (umur, gender, pendapatan, pendidikan) dan psikologis (need for 

achievment, locus of control , pengambilan resiko dan kebebasan). Faktor lingkungan

mempengaruhi sikap dan sikap mempengaruhi pemilihan wirausaha sebagai pilihan karir 

melalui penciptaan usaha baru/niat berwirausaha (entrepreneurship intention). Sikap diukur 

dari sikap terhadap pendapatan, sikap terhadap resiko dan sikap terhadap kebebasan. Variabel

sikap merupakan variabel yang dapat dibangun melalui pendidikan kewirausahaan

(experiental learning ). Penelitian dilakukan melalui survey terhadap 11660 responden yang

merupakan mahasiswa di 2 universitas dan 4 politeknik di Singapura Tahun 2000. Dari 11660responden, sebanyak 708 (6,07%) siap untuk memulai usaha baru. Analisis dilakukan melalui

analisis binomial (regresi logistik) karena variabel terikat yang merupakan variabel dummy.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah: adanya hubungan antara faktor umur,

 politeknik, pengalaman kerja dan pendidikan terhadap kesiapan untuk memulai usaha baru

(berwirasuaha sebagai pilihan karir). Namun penelitian ini tidak menemukan pengaruh faktor 

need for achievment, locus of control , pengambilan resiko dan kebebasan serta faktor 

lingkungan lainnya (seperti: umur, kondisi sosial ekonomi) terhadap kesiapan untuk memulai

usaha baru.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 34

2. Pendekatan Teori Sosial dan Psikologi

Minat seseorang terhadap suatu obyek diawali dari perhatian seseorang terhadap

obyek tersebut. Minat merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha,

maka minat perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat tidak dibawa

sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri pribadi sehingga kedudukan minat tidaklah stabil karena

dalam kondisi-kondisi tertentu, minat dapat berubah-ubah, tergantung faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Minat bertalian erat dengan perhatian, maka faktor-faktor tersebut adalah

  pembawaan, suasana hati atau perasaan, keadaan lingkungan, perangsang dan kemauan

(Chandrashekaran, et. al , 2000).

Teori yang paling sering dipakai dalam memperkirakan suatu dorongan perilaku

adalah teori reasoned action (Ajzen and Fishbein, 1980) dan teori   planned behavior 

(Ajzen, 1988, Segal, Borgia and Schoenfeld, 2005). Teori planned behavior (TPB) adalah

kelanjutan dari teori reasoned action (TRA) yang memasukkan pengukuran dalam control 

belief  dan   perceived behavioral control . Teori   planned behavior dikembangkan untuk 

melihat proses dimana individu memutuskan, terikat pada tindakan tertentu. Kolvereid

(Segal, Borgia and Schoenfeld, 2005) mendemonstrasikan bahwa kerangka yang

dibangun Ajzen adalah model yang solid untuk memperkirakan motivasi untuk 

  berwirausaha. Ajzen (1991) menyatakan bahwa motivasi adalah anteseden dari perilaku,

dimana terkandung tiga variabel, yaitu: (1) attitude toward the behavior , merujuk pada

derajat sejauh mana individu menerima ketertarikan dari perilaku yang dimaksud. Secara

umum, orang yang meyakini bahwa melakukan perilaku tertentu dengan probabilitas yang

tinggi, dapat memberikan hasil yang paling positif, maka orang itu akan memiliki sikap yang

mendukung perilaku tersebut. (2)   subjective norm, merujuk pada tekanan sosial yang

diterima ( perceived social norm) untuk melakukan perilaku yang dimaksud.  Perceived social 

norms adalah pengukuran dukungan sosial terhadap perilaku dari orang lain yang penting

seperti keluarga, teman, role model atau mentor. (3)   perceived behavioral control 

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 35

(misalnya evaluasi diri atas kompetensi seseorang terkait dengan tugas atau perilaku).

 Perceived feasibility adalah pengukuran behavioral control , sama dengan konsep efikasi diri

(Self-effication) dari Bandura (1991).

Izquierdo dan Buelens (2008) mengembangkan model menguji dalam teori  Planned 

 Behavior  dan menemukan bahwa   Attitudes toward the behavior, Entrepreneurial Acts dan

Students’ Antecedents mempengaruhi   Entrepreneurial Intention, sedangkan  Perceived 

Competencies mempengaruhi minat berwirausaha (  Entrepreneurial Intention) melalui

  Entrepreneurial Self-efficacy.   Entrepreneurial Intentionsmeningkat pada periode sebelum

( pre-test ) dan sesudah pembelajaraan ( post-test ) kewirausahaan.

 Liñán dan Chen (2006) menguji teori Planned Behavior dengan melakukan penelitian

kewirausahaan pada 533 responden negara yang berbeda yaitu : 1 di Eropa (Spanyol) dan di

Asie Selatan (Taiwan).   Liñán dan Chen (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa

minat berwirausaha (  Entrepreneurial Intention) dipengaruhi oleh   Personal Attraction,

  Perceived Social, Norms Self-efficacy, sedangkan   Personal Attraction, Perceived Social,

  Norms Self-efficac dipengaruhi oleh   External demographic variables. Pada periode

sebelumnya Liñán dan Cohart (2002) menguji teori   Planned Behavior minat kewirausahaan

(  Entrepreneurial Intention)dipengaruhi oleh   Entrepreneurial Knowledge, Perceived 

  Feasibility (self-efficacy), Perceived Desirability, Perceived Attraction, Perceived Social .

 Nasurdin et. al  (2010) menemukan bahwa   Role Model, Social Identification, Social Norm

mempengaruhi   Perceived Desirability dan   Perceived Desirability mempengaruhi minat

 berwirausaha ( Entrepreneurial Intention).

Segal, Borgia dan Schoenfeld (2005) menyatakan bahwa hampir sama dengan model

Ajzen di atas, model kejadian kewirausahaan dari Shapero (1982) pun memiliki dua

faktor utama, yaitu   perceived credibility (  perceived feasibility) dan   perceived desirability.

Shapero and Sokol (1982) mengkonsepkan   perceived desirability sebagai ketertarikan

  personal untuk memulai bisnis. Adapun  perceived feasibility dikonsepkan sebagai

  pengukuran yang bersifat persepsi atas kapabilitas seseorang terkait menciptakan usaha

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 36

  baru. Sebagai tambahan, Shapero juga menambahkan variabel ketiga, propensity to act 

yang konsepnya sangat dekat dengan lokus kendali ( locus of control ). Shapero and Sokol

(1982) and Krueger (1993) berpendapat bahwa   perceived desirability, perceived 

  feasibility, and propensity to act   berhubungan dengan motivasi untuk berwirausaha.

Model dari Azjen and Shapero juga mempertimbangkan efikasi diri ( self-efficacy),

 pengganti dari feasibility, sebagai prediktor yang penting.

Farzier and Niehm (2008) mengemukakan bahwa motivasi berwirausaha dapat

diprediksi berdasarkan persepsi atas tingkat kemenarikan karir (career attractiveness), tingkat

kelayakan ( feasibility) dan keyakinan atas efikasi diri (  self-efficay beliefs) untuk memulai

usaha. Jika dalam uraian sebelumnya Segal, Borgia dan Schoenfeld (2005) menyatakan

 bahwa Self-efficacy adalah pengganti dari  feasibility, tidak demikian dengan Farzier dan

 Niehm. Farzier dan Niehm (2008) mengutip Krueger dan Brazeal (1994) yang menjelaskan

 bahwa Self-Efficacy   berkaitan dengan persepsi atas kemampuan seseorang untuk 

melakukan suatu perilaku, sedangkan  feasibility merujuk pada keyakinan bahwa suatu tugas

dapat secara aktual diimplementasikan. Minat dapat dibentuk melalui pengalaman

langsung atau pengalaman yang mengesankan yang menyediakan kesempatan bagi individu

untuk mempraktekkan, memperoleh umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang

mengarah pada effikasi personal dan pengharapan atas hasil yang memuaskan (Farzier &  Niehm, 2008). Pengaruh keluarga, pendidikan dan pengalaman kerja pertama adalah

faktor penting dalam pengembangan kewirausahaan (Segal, Borgia, & Schoenfeld, 2005).

Orang tua memberikan dampak kuat pada pemilihan karir, penelitian menunjukkan para

wirausaha biasanya memiliki orang tua yang juga seorang wirausaha (Farzier & Niehm,

2008). Pendidikan dan pengalaman kerja dapat mempengaruhi pilihan karir dengan

mengenalkan ide-ide baru, membangun keterampilan yang diperlukan dan menyediakan

akses pada role model (Farzier & Niehm, 2008).

Douglas dan Shepherd (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa aktor-faktor 

yang mempengaruhi minat berwirausaha ditinjau dari sikap terhadap pendapatan, kebebasan,

resiko, dan berusaha. Usahawan adalah sering diuraikan dalam terminologi kekuatan atau

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 37

kelemahan sikap mereka dalam dimensi ini. Analisis gabungan digunakan untuk menentukan

alami dan arti sikap ini dalam memilih suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Penelitian

ini juga menyelidiki pengaruh sikap ini terhadap niat untuk memulai suatu bisnis. Hasil

  penelitian menemukan hubungan penting antara manfaat yang diharapkan dari suatu

 pekerjaan, kebebasan, pendapatan dan resiko terhadap kewirausahaan sebagai pilihan karir.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi

minat secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri

individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain

karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Pendapatan

adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang.

Berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat

menimbulkan minatnya untuk berwirausaha. Harga Diri menyebabkan manusia merasa butuh

dihargai dan dihormati orang lain. Berwirausaha digunakan untuk meningkatkan harga diri

seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga

gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk 

meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk  berwirausaha.Perasaan Senang adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang,

  baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat hubungannya dengan pribadi

seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama

antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang akan diwujudkan dengan perhatian,

kemauan, dan kepuasan berwirausaha.

Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh

rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara

lain: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang pendidikan/pengetahuan.

Lingkungan Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak,

dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 38

  perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya

kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak 

anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila

keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas

sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan

tempat tinggalnya maupun di kawasan lain. Masyarakat yang dapat mempengaruhi minat

  berwirausaha antara lain; tetangga, saudara, teman, kenalan, dan orang lain. Peluang

merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya

atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan

minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sebenarnya banyak kesempatan yang

dapat memberikan keuntungan di lingkungan kita. Kesempatan ini dapat diperoleh orang

yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih sukses. Pengetahuan yang di dapat

selama kuliah merupakan modal dasar yang digunakan untuk berwirausaha, juga

keterampilan dan keahlian yang di dapat selama di perkuliahan menjadi modal dasar 

mahasiswa untuk mulai usaha baru.

E. PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN YANG DAPAT MENINGKATKAN MINAT

BERWIRAUSAHA

Wirausahawan dan innovator  memiliki tiga karakteristik utama, yang terdiri dari:

 pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Garavan dan Barra, 1994). Pengetahuan adalah seperti

  pengetahuan industri, produk, teknik atau proses. Ketrampilan adalah seperti ketrampilan

networking , ketrampilan manajemen, ketrampilan keuangan, ketrampilan komunikasi,

ketrampilan pengambilan keputusan, ketrampilan personal (seperti ketekunan dan kerja

keras). Sikap adalah sikap terhadap pengambilan resiko (risk-taking ), seperti halnya kekuatan

 psycho-social  individu dan kontek budaya, mempengaruhi perilaku bersifat wirausahawan.

Sebagai konsekwensi, Pembelajaran kewirausahaan perlu memusatkan perhatian pada: (a)

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 39

Penyebarluasan pengetahuan tentang manfaat kewirausahaan, (b) Memperoleh alat untuk 

menganalisis dan membaca lingkungan bisnis dalam mengembangkan perencanaan bisnis, (c)

Mengembangkan ketrampilan wirausahawan, pengelolan dan bakat, (d) Motivasi individu

untuk mendukung kewirausahaan, (e) Stimulasi Pemikiran kreatif, (f) Mengembangkan sikap

yang positif dan keinginan untuk berubah, (g) Memberi harapan dan mendukung wirausaha

  baru .

Pendidikan kewirausahaan tradisional memfokuskan pada penyusunan rencana

  bisnis, bagaimana mendapatkan pembiayaan, proses pengembangan usaha dan

manajemen usaha kecil (Solomon dan Fernald , 1991 dan Hisrich dan Peters, 2002

dikutip Bell, 2008). Pendidikan tersebut juga memberikan pengetahuan mengenai prinsip-

  prinsip kewirausahaan dan keterampilan teknis bagaimana menjalankan bisnis. Namun

demikian, peserta didik yang mengetahui prinsip-prinsip kewirausahaan dan pengelolaan

  bisnis tersebut belum tentu menjadi wirausaha yang sukses (Bell, 2008). Lekhotla (2007)

menemukan bahwa faktor personal seperti: keramahan, ketegasan, aktif, ambisi, inisiatif,

ekspresi, suka berteman, komunikasi, dan kemampuan menjual tidak dibutuhkan untuk 

menjadi wirausaha sukses. Untuk memulai usaha memerlukan keahlian, ketrampilan,

 persiapan, melalui suatu perencanaan bisnis yang efektif. Perguruan tinggi mempunyai peran

dalam pelatihan dan pendidikan yang dilakukan melalui metode ceramah (teaching of knowledge and facts), tetapi juga beragam kemampuan dan sikap (variety of skills and 

attitudes). Hasil penelitian menemukan bahwa pembelajaran kewiraswastaan tidak hanya

dapat dilakukan di perguruan tinggi, tetapi juga masyarakat dan harus terintegrasi dengan

kebijakan Pemerintah dengan menciptakan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembangnya

wirasuaha.

Pendidikan kewirausahaan akhir-akhir ini lebih memfokuskan pada keterampilan dan

  perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan mereka seperti melalui

experiental learning , action based learning  dan consultation based learning . Konsep

experiential learning  sudah banyak dikenal saat ini, namun mulai dikenal pada tahun 1971

(Kolb, 1971). Beberapa studi literatur kualitatif dan kuantitatif banyak menemukan

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 40

efektivitas experiential learning  dalam berbagai situasi, dan telah terbukti dapat digunakan

sebagai kerangka untuk pengembangan metoda dan kurikulum learning-centred  yang baru

(Hickcox, 1991; Iliff, 1994).   Experiential learning telah digunakan dalam inter-disciplinary

dan multi-disciplinary (Kolb, Boyatzis& Mainemelis, 2001).   Experiential learning sebagai

alat penghubung pendidikan dan manajemen.

Fayolle et. al  (2006) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan dan Lingkungan Sosial terhadap Niat Mahasiswa untuk Berwirausaha. Dalam

model penelitian ini, pembelajaran experiental  dalam   Entrepreneur Teaching Programmes

(ETP) diprediksi dapat mempengaruhi sikap, norma subyektif dan perilaku yang akhirnya

dapat mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha (entrepreneural intention).

Penelitian dilakukan melalui seminar selama 3 hari dan kuesioner terhadap 275 mahasiswa

tentang program pembelajaran experiental. Diskusi dilakukan dalam kelompok kecil 4-5

orang tentang pembelajan yang dilakukan. Kuesioner dilakukan untuk mengukur sikap

mahasiswa terhadap niat mereka untuk berwirausaha (entrepreneural intention). Kuesioner 

dilakukan dengan menggunakan 47 item skala likert serta 23 item personal mahasiswa

(seperti: umur, jenis kelamin, pengalaman, dll.) yang diberikan setelah program pembelajaran

experiental  selesai dilakukan. Kuesioner niat untuk berwirausaha (entrepreneural intention)

dikembangkan dari Kolvereid (1996) untuk mengukur parameter Ajzen’s intention. Hasil  penelitian menemukan bahwa pembelajaran experiental  menurunkan sikap dan norma

subyektif tetapi meningkatkan perilaku dan niat mahasiswa untuk berwirausaha. Hasil

 penelitian menemukan hubungan positif antara pembelajaran experiental dalam Entrepreneur 

Teaching Programmes (ETP) dengan entrepreneural intention, artinya  pembelajaran

experiental  dalam   Entrepreneur Teaching Programmes (ETP) dapat emnaikkan atau

menurunkan entrepreneural intention.

Shen dan Chai (2006) melakukan penelitian untuk menguji pendidikan

kewiraswastaan dengan konsep experiential learning  pada kurikulum universitas mempunyai

dampak positif dalam mengubah persepsi mahasiswa untuk memulai usaha baru. Peneltiian

menggunaan model experiential learning  Kolb’S sebagai kerangka konsep untuk 

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 41

menginterpretasikan tindakan yang diambil oleh Universitas Singapura dalam

memperkenalkan berbagai format tentang pendidikan kewiraswastaan. Shen dan Chai (2006)

melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner pada 760 mahasiswa yang memperoleh

  pendidikan kewirausahaan dengan pendekatan experiential learning  di fakultas Bisnis dan

Akunting, Teknologi informasi dan fakultas teknik yang tersebar pada beberapa perguruan

tinggi yaitu ; National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University

(NTU), Singapore Management University (SMU), Nanyang Polytechnic (NYP), Ngee Ann

Polytechnic (NP), Temasek Polytechnic (TP), Singapore Polytechnic (SP). Hasil peneltiian

menemukan bahwa dari sebanyak 760 sampel, sebanyak 455 (59.9%) menyatakan berniat

memulai usaha baru, sebanyak 305 (40.1%) menyatakan belum siap memulai usaha baru

sebagai pilihan karir. Mahasiswa politeknik lebih banyak dibndingkan universitas dan jumlah

sampal pria lebih banyak dibanding wanita yang berniat memulai usaha baru. Faktor 

independence, perseverance, opportunity, interpersonal  dan  skills   berpengaruh signifikan

terhadap niat mahasiswa berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun  Risk taking, Innovation

dan kepemimpinan bukan merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi niat mahasiswa

  berwirausaha sebagai pilihan karir. Meskipun ditemukan bukti bahwa pendidikan

kewiraswastaan dengan konsep experiential learning  mempunyai hubungan positif dalam

merubah niat dan persepsi mahasiswa untuk berwirausaha, namun penemuan ini belum

selesai, pengembangan kewirausahaan memerlukan faktor lain berkaitan dengan aspek 

kesempatan (opportunity) sebagai faktor penarik (seperti lesunya pasar) dan kegagalan

implementasi yang tidak menunjukkan pengaruh positif.

Fregetto, E. (2002) meneliti efektivitas dari simulasi bisnis pada 3 kelas

kewiraswastaan di Universitas Illinois Chicago. Penelitian ini menemukan efektivitas

simulasi bisnis untuk pengajaran kewiraswastaan. Penggunaan metoda experiential learning 

dalam pendidikan kewiraswastaan menjadi hal penting, sebab pendidik mata kuliah

kewirausahaan menyukai belajar experiential agar para siswa mereka mengenali kekurangan

kelas kewiraswastaan berbasis ceramah (lecture-based ). Hasil penelitian menemukan bahwa

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 42

simulasi bisnis adalah merupakan hal positif yang dapat meningkatkan pengalaman belajar 

 para siswa.

Rasmussena dan Sørheimb ( 2006) melakukan penelitian berkaitan dengan pendidikan

kewirausahaan berbasis praktek atau tindakan (  Action-based learning). Di Swedia,

ketertarikan terhadap kewirausahaan telah mengalami pertumbuhan tinggi pada tahun

1990an. Berbagai kegiatan seperti melalui konsultasi, kursus, training dilakukan. Penelitian

dilatar belakangi bahwa kegiatan inovasi melalui penciptaan usaha baru dan area bisnis baru

merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan ekonomi baik dalam skala perusahaan,

wilayah dan nasional. Hal yang menjadi kendala adalah kemauan individu untuk menjadi

usahawan. Perguruan tinggi dapat menangkap kebutuhan ini dengan meningkatkan

kemampuan dan motivasi setiap lulusan mereka untuk menjadi usahawan dan melalui

kegiatan inovasi. Pendidikan kewiraswastaan telah memfokuskan pada pengajaran individu,

semakin berorientasi praktek.

Penelitian dilakukan melalui studi kasus. Penelitian ini menemukan sejumlah aktivitas

 berbasis tindakan/praktek pada lima universitas di Swedia. Pendidikan kewiraswastaan lebih

sedikit dilakukan melalui pengajaran individu di dalam kelas dan lebih pada aktivitas yang

learning-by-doing  dalam suatu jaringan/kelompok. Beberapa inisiatif mempunyai

multisasaran, seperti pendidikan kewirausahaan, memulai usaha baru, dan komersialisasi riset

universitas. Implikasi dari program pendidikan kewiraswastaan berbasis tindakan disajikan.

Mahasiswa perlu dibekali dengan berbagai atribut, keterampilan dan perilaku

yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan mereka. Artinya mata kuliah

kewirausahaan perlu dirancang secara khusus untuk dapat mengembangkan karakteristik 

kewirausahaan, seperti kreativitas, pengambilan keputusan, kepemimpinan, jejaring

sosial, manajemen waktu, kerjasama tim, dll (Brockhaus; Rae, dalam Bell, 2008). Untuk itu

diperlukan perubahan sistem pendidikan kewirausahaan yang tadinya difokuskan pada

orientasi pengendalian fungsional seperti, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia

dan operasi (Meyer dalam Bell, 2008) menjadi fokus pada mengembangkan jiwa

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 43

kewirausahaan pada peserta didik. Sehingga tantangannya adalah bagaimana sistem

  pembelajaran yang dapat mengembangkan diri peserta didik mereka dalam hal

keterampilan, atribut dan sekaligus karakteristik perilaku seorang wirausaha (Bell, 2008).

Pihie ( 2009) melakukan penelitian untuk menentukan persepsi mahasiswa terhadap niat

untuk memulai usaha baru sebagai pilihan karir. Penemuan juga menunjukkan bahwa

mereka merasa kewiraswastaan perlu untuk diajarkan pada universitas mempengaruhi sikap

dan perilaku terhadap karier usahawan. Penemuan studi ini, merekomendasikan untuk 

menerapkan strategi pengajaran yang memasukkan aspek kemampuan manajemen, keuangan

dan pemasaran dalam mendukung niat mahasiswa untuk memulai usaha baru sebagai pilihan

karir.

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya untuk 

meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha memerlukan: pengetahuan, ketrampilan,

sikap yang akhirnya menumbuhkan perilaku berwirausaha yang dipengaruhi faktor internal

dan eksternal. Pendidikan kewirausahaan akhir-akhir ini lebih memfokuskan pada

keterampilan dan perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan mereka

seperti melalui experiental learning , action based learning dan consultation based learning .

F. KESIMPULAN

Pandangan tradisional beranggapan bahwa kewirausahaan itu bakat dari lahir dan

karenanya tidak dapat diajarkan. Namun beberapa studi empiris menemukan bahwa

kewirausahaan dapat diajarkan, diantaranya melalui pendekatan action based learning,

experiental learning dan consultation-based learning. Minat mahasiswa untuk berwirausaha

diperlukan faktor pendorong ( push) baik dari personal dan lingkungan serta faktor penarik 

( pull ) yang berupa kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha. Faktor pendorong adalah

seperti: pendidikan, pengalaman, ketrampilan, keahlian, dukungan keluarga, keinginan untuk 

memperoleh pendapatan, kerja keras, semangat inovasi dan pengambilan resiko. Faktor 

  penarik adalah seperti: kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha seperti peluang pasar,

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 44

  peluang inovasi dan kultur kewirausahaan dalam masyarakat. Pendidikan kewirausahaan

yang dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha adalah yang dapat

mengoptimalkan faktor-faktor tersebut dalam diri mahasiswa seperti melalui experiental 

learning , action based learning dan consultation based learning .

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. C. O., Suraiya, I. dan Rahid, M. R. 2010. Consultation-based

entrepreneurial/business learning: Malaysia experience.  African Journal of Business

Management Vol. 4(12), pp. 2508-2513, 18 September, 2010 diakses dari

http://www.academicjournals.org/AJBMISSN 1993-8233 ©2010 Academic Journals

Aronsson, M. (2004). Education Matters--But Does Entrepreneurship Education? An

interview with David Birch. Academy of Management Learning & Education, 3(3),

289-292.

Atherton, A. 2007.  Preparing for business start-up: “pre-start” activities in the newventure

creation dynamic. Journal of Small Business and Enterprise DevelopmentVol. 14 No.

3, 2007 diakses dalam www.emeraldinsight.com/ 1462-6004.htm

Audet. 2004. A Longitudinal Study of the Entrepreneurial Intentions of University Students. Academy of Entrepreneurship Journal, 6(1): 57-63.

Bell, Joseph R, (2008), Utilization of Problem Based-Learning in an Entrepreneurship

Business Planning Course  , New England Journal of Entrepreneurship, Spring 

2008, pp 53

Brazeal, D.V, Schenkel, M.T, Azriel, J.A. 2008. Awakening the Entrepreneurial Spirit:

Exploring the Relationship Between Organizational Factors and Perceptions of 

Entrepreneurial Self-Efficacy and Desirability in a Corporate Setting. Spring New

 England Journal of Entrepreneurship 2008 Volume 11 Number 1

Douglas, E. J., & Shepherd, D. A. (2000). Entrepreneurship as a Utility Maximising

Response. Journal of Business Venturing, 15(3), 231-251.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 45

Douglas, E. J., & Shepherd, D. A. (2002). Self-Employment as a Career Choice: Attitudes,

Entrepreneurial Intentions, and Utility Maximization. Entrepreneurship: Theory &

Practice, 26(3), 81-90

Fayolle, A., Gailly, B. dan lassas, C.N. 2006. Efect dan Counter-effect of Entrepreneurship

Education and Social Context on Student’s Intentions. Journal. Estudios De Ekonomia

Aplikada. Vol. 24-2. Page 509- 523

Fregetto, E. 2002. Business Plan Or Business Simulation For Entrepreneurship Education?.

 Developments in Business Simulation and Experiential Learning, Volume 29.

Gorman, G., & Hanlon, D. (1997). Some research perspectives on entrepreneurship

education, enterprise education and education for small business managment: A ten-

year literature review. International Small Business Journal, 15(3), 56-77.

Gaidis, W. C., Andrews, J. C., & summer. (1991). An experiential approach for integratingethical analysis into marketing coursework. Journal of Marketing Education, 13(2), 3-

9.

Hamer, L. O. (2000). The Additive Effects of Semistructured Classroom Activities on

Student Learning: An Application of Classroom-Based Experiential Learning

Techniques. Journal of Marketing Education, 22(1), 25-34.

Hostager, T. J., & Decker, R. L. (1999). The effects of an entrepreneurship program on

achievement motivation: A preliminary study. San Francisco: SBIDA.

Hynes, B. (1996). Entrepreneurship education and training – Introducing entrepreneurship

into non-business disciplines. Journal of European Industrial Training, 20(8), 10-17.

Izquierdo dan Buelens (2008) COMPETING MODELS OF Entrepreneurial Intentions: The

Influence Of Entrepreneurial Self-Efficacy And Attitudes.   Presentado en

 Internationalizing Entrepreneurship Education and Training, IntEnt2008 Conference,

17-20 Julio 2008, Oxford, Ohio, USA. Este artículo obtuvo el Best Paper Award, 3rd 

rank .

Katz, J., & Gartner, W. B. (1988). Properties of Emerging Organizations.   Academy of 

Management Review, 13(3), 429-441.

Katz, J., & Gartner, W. B. (1988). Properties of Emerging Organizations. Academy of 

Management Review, 13(3), 429-441.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 46

Kuratko, D. F. (2005). The Emergence of Entrepreneurship Education: Development, Trends,

and Challenges. Entrepreneurship: Theory & Practice, 29(5), 577-597.

Krueger, J., Norris F. (2000). The Cognitive Infrastructure of Opportunity Emergence.

Entrepreneurship: Theory & Practice, 24(3), 5-23.

Lee, L., & Wong, P.K. (2003). Attitude towards Entrepreneurship Education and New

Venture Creation. Journal of Enterprising Culture, 11(4), 339-357.

Lekhotla, M. 2007. The Development of Small Medium Micro Enterprises: The Case Studies

of The Gauteng Universities. International Business Conference, Pretoria, September 

2007 

Lepoutre, J., Van Den Berghe, W., Tilleuil, O. dan Crijns, H. 2005. A new approach to

testing the effects of entrepreneurship: Education among secondary school pupils.

 Entrepreneurship Theory and Practice, 29(5): 577-598.

Muhadjir, Noeng. 1992. Pengukuran kepribadian. Yogyakarta: Rake Sarasih.

McMullan, W. E., & Gillin, L. M. (1998). Industrial viewpoint--entrepreneurship education.

Technovation, 18(4), 275-286.

 Nasurdin et. al (2010) Examining a Model of Entrepreneurial Intention Among Malaysians

Using SEM Procedure.   European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X 

Vol.33 No.2 (2009), pp.365-373

 Naomi, R. W. H. 2000. Evaluating the impact of SPEED on students’ career choices: a pilotstudy.   Education Training Vol. 52 Nos. 6/7, 2010 pp. 463-476. Emerald Group

 Publishing Limited 

Pihie, Z. A.L. 2009. Entrepreneurship as a Career Choice: An Analysis of Entrepreneurial

Self-Efficacy and Intention of University Students.   European Journal of Social 

Sciences – Volume 9, Number 2 (2009)

Raichaudhuri, A. (2005). Issues in Entrepreneurship Education. Decision, 32(2), 73-84.

Rasmussena, E. A. dan Sørheimb,R. 2006.   Action-based entrepreneurship education.

Technovation 26 (2006) 185–194

Shapero,A.(1982), Social Dimensions of Entrepreneurship, Prentice-Hall, Englewood Cliffs,

 NJ.

5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha

 Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010  

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 47

Shapero,A. and Sokol, L.(1982), The social dimension of entrepreneurship, in Kent, C.A.,

Sexton, D.L. and Vesper,K.H.(Eds), Encyclopedia of Entrepreneurship, Prentice-Hall,

Englewood Cliffs,NJ.

Shen, C dan Chai, L. 2006. Changing Entrepreneurial Perceptions and Developing

Entrepreneurial Competencies through Experiential Learning: Evidence From

Entrepreneurship Education in Singapore’s Tertiary Education Institutions. Journal of 

 Asia Entrepreneurship and Sustainability Volume II, Issue 2, 2006 

Schreier, J. W. 1984. Megatrends for business simulation and experiential learning.

 Developments in Business Simulation & Experiential Exercises, Volume 11, 1984

Solomon, G. T., & Fernald Jr, L. W. (1991). Trends in Small Business Management and

Entrepreneurship Education in the United States. Entrepreneurship: Theory &

Practice, 15(3), 25-39.

Tarmudji, Tarsis. 1996. Prinsip-prinsip Kewirausahaan. Yogyakarta: Liberti.

Timmons, J. A., & Spinelli, S. (2004). New Venture Creation: Entrepreneurship for the 21st

century (6th ed.). Boston: McGraw-Hill.Vesper, K. H. (1994). Experiments in

Entrepreneurship Education: Successes and Failures.  Journal of Business Venturing,

9(3), 179-187.