pembelajaran yang menumbuhkan minat mahasiswa berwirausaha
DESCRIPTION
Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha, darpujiyanto stie asia malangTRANSCRIPT
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 21
PEMBELAJARAN YANG MENUMBUHKAN MINAT MAHASISWA
BERWIRAUSAHA
Oleh :
Darpujiyanto *)
Abstraksi
Pembelajaraan kewirausahaan diperlukan sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan minat
kewirausahaan (entrepreneurship intention) agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pencipta
lapangan kerja dari pada pencari kerja. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk menyiapkan agar
mahasiswa memiliki kesiapan untuk membuka usaha baru setelah lulus kuliah.
Namun demikian pembelajaraan kewirausahaan masih memberikan perdebatan. Perdebatan adalah berkaitan dengan apakah pendidikan kewirausahaan dapat diajarkan serta metode pengajaran yang
paling tepat dilakukan. Pandangan tradisional beranggapan bahwa kewirausahaan itu bakat dari lahir
dan karenanya tidak dapat diajarkan. Namun beberapa studi empiris menemukan bahwa
kewirausahaan dapat diajarkan, diantaranya melalui pendekatan action based learning, experiental
learning dan consultation-based learning.
Pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha,
dalam pendekatan teori ekonomi memerlukan faktor pendorong ( push) baik dari personal dan
lingkungan serta faktor penarik ( pull ) yang berupa kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha. Dari
sudut pandang Ilmu sosial dan psikologi, teori yang paling sering dipakai dalam memperkirakan suatu
dorongan perilaku adalah teori reasoned action dan teori planned behavior.Pembelajaraan
kewirausahaan dalam upaya untuk meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha memerlukan:
pengetahuan, ketrampilan, sikap yang akhirnya menumbuhkan perilaku berwirausaha yang
dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
Paper ini bertujuan: (1) untuk lebih memahami pro kontra pembelajaraan kewirausahaan di perguruan
tinggi, (2) memahami kerangka teori pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya meningkatkan minat
mahasiswa untuk berwirausaha.
Kata Kunci: pembelajaraan kewirausahaan, minat mahasiswa berwirausaha (entreprenerushipintenstion), pendidikan tinggi
*) Dosen Manajemen STIE ASIA Malang
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 22
A. PENDAHULUAN
Jumlah pengangguran dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini disebabkan
sedikitnya lapangan pekerjaan sedangkan jumlah lulusan sekolah menengah dan perguruan
tinggi terus bertambah. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara jumlah lapangan
pekerjaan dengan orang yang akan bekerja. Apalagi diperparah dengan timbulnya aksi PHK
dari beberapa perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Masalah pengangguran sebenarnya
bisa diatasi jikalau negara mampu menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin.
Namun hal ini sepertinya tidak mungkin bisa secepatnya terealisasi, karena banyaknya
kendala baik dari segi ekonomi maupun sumber daya manusia (SDM) itu sendiri.
Berwirausaha merupakan trobosan guna menanggulangi pengangguran terdidik.
Mulai tahun 2009, dukungan kegiatan kemahasiswaan menyediakan pendidikan
kewirausahaan kepada mahasiswa yang punya motivasi untuk berwirausaha. Program
pendidikan kewirausahaan ini masuk dalam daftar isian pelaksanaan anggaran masingmasing
perguruan tinggi, sekitar 70% dari dana yang diterima setiap perguruan tinggi dipakai untuk
mendukung mahasiswa dalam menjalankan bisnis (Kompas, 2011).
Menurut data dari BPS tentang angka pengangguran dari tahun 2006 sampai 2009
mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus (2006) terjadi peningkatan yakni dari 182.629 jiwa menjadi 226.261 jiwa sedangkan program diploma berjumlah 224.964 jiwa, pada bulan
Februari ( 2007 ) pengangguran tercatat sebesar 409.890 jiwa sedangkan program diploma
sebesar 330.316 jiwa. Sedangkan pada tahun 2008 tercatat lulusan SMA menyumbang angka
yang paling besar sekitar sebanyak 3.369.959 juta jiwa diikuti pengangguran SD sebanyak
2.179. 792 juta jiwa, SMP sebanyak 2.166.619 juta jiwa, diploma/akademi sebanyak 519.867
jiwa dan universitas sebanyak 626.202 jiwa. Begitu pula data pada bulan Februari 2009 ada
peningkatan pengangguran tercatat sebanyak 9.258.964 juta jiwa dari total angkatan kerja
sekitar 113.744.408 juta jiwa, dari jumlah 9,39 juta jiwa penganggur tersebut sebagian besar
ada didesa jika dilihat dari latar belakang pendidikan SD kebawah sebanyak 2.508.253 juta
jiwa, SLTP sebanyak 2.094.378 juta jiwa, SMA sebanyak 2.341.592 juta jiwa, SMK
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 23
sebanyak 1.415.696 juta jiwa, sedangkan diploma sampai sarjana sebanyak 891.638 jiwa.
Merupakan suatu presentase peningkatan pengangguran terdidik yang sangat tinggi di
Indonesia, jumlah ini diprediksi semakin meningkat apabila tidak segera diatasi, sementara
itu perusahaan perusahaan semakin selektif dalam menerima karyawan. Semua ini menuntut
individu untuk bisa pandai-pandai mengatur strategi, mencari gagasan dan bersikap mandiri
untuk menyiasatinya.
Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan
wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum
menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Hampir seluruh sekolah masih
didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Di satu sisi
institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan. Di sisi
lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat,
misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak
mendidik perilaku ekonomi masyarakat.
Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para
wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang
berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan mengalami
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan memanfaatkan sumber daya
yang diperlukan. Dewasa ini banyak kesempatan untuk berwirausaha bagi setiap orang yang
jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan
masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa bagi konsumen, baik dalam
maupun luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa lebih menarik perhatian publik dan sering
kali menghiasi berita utama, bisnis kecil tidak kalah penting perannya bagi kehidupan sosial
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dari fenomena yang ada tentang kenaikan jumlah pengangguran terdidik maka
semakin menunjukkan pentingnya penerapan pendidikan yang dapat memotivasi mahasiswa
dalam berwirausaha seletah lulus. Diharapkan mahasiswa mempunyai motivasi dalam
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 24
berwirausaha sehingga dapat menjalankan wirausaha dengan baik dan diharapkan dapat
mengurangi tingkat pengangguran terdidik. Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi
lulusan sarjananya menjadi seorang wirausahawan muda sangat penting dalam
menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan
sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah
lapangan pekerjaan. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh
perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat.
B. MINAT BERWIRAUSAHA
1. Pengertian Wirausaha
Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis, entreprendre, yang berarti berusaha.
Dalam bahasa Indonesia, kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah,
berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi
wiraswasta (entrepreneur ) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak
menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki sendiri. Wirausaha
adalah suatu kemauan keras dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat (Tarmudji, 1996).
2. Minat Berwirausaha
Segala perbuatan manusia timbul karena dorongan dari dalam (faktor internal, push
factor ) dan rangsang dari luar (faktor eksternal, pull factor ), tetapi tidak akan terjadi sesuatu
jika tidak berminat. Secara umum minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu (Noeng
Muhadjir, 1992). Minat berdasarkan dari beberapa pendapat di atas adalah perasaan senang
atau kecenderungan hati seseorang yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu
dengan berpartisipasi terhadap kegiatan yang menjadi obyek kesukaannya itu. Minat
mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang sebab jika seseorang tersebut mempelajari
sesuatu dengan penuh minat maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Selain itu minat
adalah “perasaan tertarik atau berkaitan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada menyuruh”
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 25
(Tarmudji, 1991). Minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang
menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain. Dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek
tertentu cenderung menaruh perhatian lebih besar.
Niat berwirausaha (entrepreneurial intention) dapat dilihat sebagai minat untuk
menciptakan suatu organisasi baru atau sebagai perilaku mengambil resiko untuk memulai
suatu bisnis baru ( Katz & Gartner, 1988). Niat ( intention) dapat dilihat seperti penyebab
suatu tindakan dan yang lebih tinggi adalah melaksanakan tindakan, yang lebih tinggi lagi
adalah kemungkinan dalam melibatkan aksi/tindakan (Chandrashekaran, et. al , 2000).
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa kesadaran seseorang yang tertarik
dan senang pada suatu usaha akan nampak dalam kegiatan mempelajari, memahami, dan
berkecimpung dalam usaha itu. Aktivitas atau kegiatan yang dilandasi dengan minat
kemungkinan besar akan berhasil, karena dilakukan dengan rasa senang dan tanpa paksaan.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk memenuhi
kebutuhannya. Seseorang yang berminat terhadap wirausaha akan merasa senang atau suka
melakukan berbagai tindakan yang berhubungan dengan wirausaha. Minat bersifat pribadi,
sehingga minat individu antara satu dengan yang lainnya berbeda. Bahkan minat pada diri
seseorang dapat berbeda dari waktu ke waktu, karena minat merupakan kesediaan jiwa yang
sifatnya untuk menerima sesuatu dari luar individu. Maka minat sekaligus kaidah pokok
dalam menanggapi sesuatu, termasuk di dalamnya minat mahasiswa untuk berwirausaha.
C. PRO KONTRA PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN
Kewiraswastaan dilihat sebagai sesuatu yang bisa diajar dan beberapa hal dilihat
sebagai karakteristik personal sebagai pembawaan sejak lahir (Kuratko, 2005). Beberapa
studi literatur kualitatif dan kuantitatif banyak menemukan pembelajaran melalui experiential
learning telah terbukti dapat digunakan sebagai kerangka untuk pengembangan metoda dan
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 26
kurikulum learning-centred yang baru. Experiential learning telah digunakan dalam inter-
disciplinary dan multi-disciplinary (Kolb, Boyatzis& Mainemelis, 2001). Experiential
learning sebagai alat penghubung pendidikan dan manajemen.
Pendidikan kewiraswastaan tidak sama dengan kebanyakan aspek pendidikan
manajemen. Pendidikan kewiraswastaan harus dimulai dengan bekerja pada berbagai situasi
untuk mengatasi banyak permasalahan. Timmons & Spinelli (2004) berpendapat bahwa
kewiraswastaan adalah tak beraturan, tidak linier, dan tak dapat diramalkan. Mereka
berpendapat bahwa pendidikan kewiraswastaan yang efektif harus mengakibatkan
pengembangan ketrampilan dan kemampuan yang dapat menciptakan tindakan untuk dapat
keluar dari kerancuan, kekacauan, dan ketidak-pastian.
Seperti dicatat oleh Bandura (1991), pengalaman pribadi menjadi faktor yang paling
utama yang mempengaruhi pengembangan self-efficacy. Hamer (2000) mencatat bahwa hal
penting dalam penerapan pengajaran kewirausahaan berkaitan tentang metoda yang berdasar
praktek ( field-based ) ( seperti melalui pelatihan suatu keahlian) dan sedikit didukung metoda
pengajaran kelas (classroom-based) (seperti: permainan peran dan simulasi). Teknik
pembelajaran experiential adalah teknik yang modifikasi format kualiah melalui ceramah
sebagai metode tradisional dengan siswa bekerja melalui pengalaman yang tersusun dalam
kelompok kecil (Gaidis, Andrews, & summer, 1991) untuk melaksanakan riset pemasaran
nyata ( Churchill, 1986) sebelum magang full-time sebagai praktek usahawan ( Aronsson,
2004).
Namun demikian, studi empiris masih memberikan banyak perbedaan yaitu apakah
kewirausahaan dapat diajar atau tidak (Fiet, 2001; Hynes, 1996; Kuratko, 2005). Beberapa
studi empiris menemukan hal positif bahwa kewirausahaan dapat diajarkan (seperti dilakukan
oleh: et. al , 2006; Lepoutre et. al , 2005; Naomi ( 2000; Ahmad et. al , 2010; Pihie , 2009;
Schreier, 1984; Douglas & Shepherd, 2002; Rasmussena dan Sørheimb, 2006; Fregetto,
2002; Atherton, 2007). Demikian juga hasil penelitian Mcmullan& Gillin (1998) dan Vesper
( 1994) yang menemukan bahwa kewiraswastaan dapat diajar. Gorman& Hanlon ( 1997)
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 27
melakukan literatur review beberapa penelitian dalam jangka waktu 10-tahun berkaitan
dengan pendidikan kewiraswastaan dan menemukan bahwa sebagian besar dari studi empiris
yang disurvei menemukan kewiraswastaan dapat diajarkan melalui pendidikan
kewiraswastaan. Hal ini berbeda dengan manajemen kursus/pelatihan dimana selalui
menemukan hasil positif (Hostager & Decker, 1999). Riset baru-baru ini yang dilakukan oleh
Raichaudhuri (2005) menemukan bahwa lebih dari 50 persen para mahasiswa yang
mengambil kelas kewiraswastaan di Universitas Harvard telah memulai usaha sendiri.
Donckels& Miettinen (1997) berpendapat bahwa peran pendidikan kewiraswastaan yang
utama adalah menaikkan penerimaan dan kesadaran siswa untuk melakukan spekulasi dengan
mengambil resiko melalui berkarir sebagai wiraswasta.
Wang & Wong (2004) dalam penelitian di Singapura, menemukan bahwa sebelum
mengenal pendidikan kewiraswastaan, mahasiswa mempunyai persepsi dan pengetahuan
yang rendah tentang kewiraswastaan. Setelah mengambil matakuliah kewiraswastaan
persepsi mahasiswa mengalami peningkatan. Lee& Wong ( 2003) dalam studinya
menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan pada perguruan tinggi mempunyai hubungan
langsung dalam membentuk sikap siswa dalam mengambil resiko untuk pendirian usaha baru.
Penelitian Lee & Wong menduga bahwa persepsi usahawan semakin positif melalui
pendidikan kewiraswastaan, namun juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal dandukungan kewiraswastaan oleh pemerintah. Lebih dari itu, pemerintah Singapura banyak
melakukan dukungan agar mahasiswa setelah lulus dapat memulai usaha baru.
Niat berwirausaha (entrepreneurial intention) dapat dilihat sebagai minat untuk
menciptakan suatu organisasi baru ( Katz& Gartner, 1988) atau sebagai perilaku mengambil
resiko untuk memulai suatu bisnis baru (Krueger, 2000). Niat (intention) dapat dilihat seperti
penyebab suatu tindakan dan yang lebih tinggi adalah melaksanakan tindakan, yang lebih
tinggi lagi adalah kemungkinan dalam melibatkan aksi/tindakan (Chandrashekaran,
McNeilly, Russ,& Marinova, 2000). Beberapa studi terdahulu telah menemukan suatu mata
rantai yang kuat antara niat dan perilaku dalam kewiraswastaan dalam berbagai situasi (
Douglas& Gembala, 2002; Sheppard, Hartwick,& Warshaw, 1988).
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 28
Namun beberapa studi lain menemukan bahwa kewirausahaan tidak mudah diajarkan
(seperti dilakukan oleh: Audet. 2004; Shen dan Chai, 2006; Lekhotla, 2007; Lee dan Wong,
2003; Verheul, 2001; Brazeal et. al, 2008). Hal tersebut disebabkan karena dampak
pembelajaran kewirausahaan seperti melalui experiental learning terhadap niat untuk
berwirausaha sebagaio pilihan karir tidak dapat diukur hanya melalui persepsi jangka pendek
tetapi dalam periode lama dan fluktuatif (Audet. 2004), disamping itu pembelajaran
kewirausahaan perlu dukungan faktor penrik (opportunity) seperti peluang pasar dan
dukungan pemerintah (Shen dan Chai, 2006; Lekhotla, 2007; Lee dan Wong, 2003; Verheul,
2001; Brazeal et. al, 2008).
Fayolle et. al (2006) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan
Kewirausahaan dan Lingkungan Sosial terhadap Niat Mahasiswa untuk Berwirausaha. Dalam
model penelitian ini, pembelajaran experiental dalam Entrepreneur Teaching Programmes
(ETP) diramalkan dapat mempengaruhi sikap, norma subyektif dan perilaku yang akhirnya
dapat mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha (entrepreneural intention).
Penelitian dilakukan melalui seminar selama 3 hari dan kuesioner terhadap 275 mahasiswa
tentang program pembelajaran experiental. Diskusi dilakukan dalam kelompok kecil 4-5
orang tentang pembelajan yang dilakukan. Kuesioner dilakukan untuk mengukur sikap
mahasiswa terhadap niat mereka untuk berwirausaha (entrepreneural intention). Kuesioner dilakukan dengan menggunakan 47 item skala likert serta 23 item personal mahasiswa
(seperti: umur, jenis kelamin, pengalaman, dll.) yang diberikan setelah program pembelajaran
experiental selesai dilakukan. Kuesioner niat untuk berwirausaha (entrepreneural intention)
dikembangkan dari Kolvereid (1996) untuk mengukur parameter Ajzen’s intention. Hasil
penelitian menemukan bahwa pembelajaran experiental menurunkan sikap dan norma
subyektif tetapi meningkatkan perilaku dan niat mahasiswa untuk berwirausaha. Hasil
penelitian menemukan hubungan positif antara pembelajaran experiental dalam Entrepreneur
Teaching Programmes (ETP) dengan entrepreneural intention, artinya pembelajaran
experiental dalam Entrepreneur Teaching Programmes (ETP) dapat menaikkan atau
menurunkan entrepreneural intention.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 29
Lepoutre et. al (2005) bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kewiraswastaan pada siswa sekolah menengah. Penggunaan kombinasi metode penerimaan
diri ( self perceived ) dan pretest-posttest digunakan untuk menaksir perubahan dari tujuan
usahawan, sikap dan kreativitas usahawan. Penelitian dilakukan terhadap pendidikan
kewiraswastaan di 21 sekolah menengah atas dan terhadap 3130 siswa di Flanders, Negeri
Belgia. Tiap sekolah diterapkan metode utama pembelajaran kewirausahaan yang berbeda-
beda seperti: ceramah, seminar, simulasi, magang ke industri. Model diuji terhadap dampak
dan kecenderungan serta keinginan untuk bertindak. Hasil penelitian menemukan bahwa
entrepreneurship education programs sangat diperlukan siswa dalam membentuk sikap dan
kompetensi kewirausahaan. Tiap siswa mempunyai respon berbeda-beda terhadap
entrepreneurship education programs yang dilakukan tiap sekolah. Penelitian menemukan
perbedaan yang signifikan antara pre-test dan kontrol pada beberapa faktor seperti: intention
to start own business, creativity, attitude towards, entrepreneurs, perceived feasibility,
perceived desirability, propensity to act. Pengalaman siswa dipengaruhi oleh: perceived,
perceived desirability dan propensity to act . Pengalaman juga mempengaruhi niat siswa
untuk memulai suatu bisnis. Penelitian ini menyoroti pentingnya program dan hasil secara
obyektif, seperti evaluasi hubungan antara para siswa dalam rangka meningkatkan
efektivitasnya.
Naomi ( 2000) melakukan penelitian untuk mengevaluasi program pembelajaran
Student Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED) yang berbasis experiential
learning terhadap niat siswa untuk memulai usaha sebagai pilihan karir. Peneltiian dilakukan
melalui pemberian angket/kuesioner terhadap siswa setelah program pembelajaran Student
Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED). Hasil peneltiian menemukan bahwa
program pembelajaran Student Placements for Entrepreneurs in Education (SPEED) yang
berbasis experiential learning memberikan siswa untuk memperoleh pengalaman,
kepercayaan dan pengetahuan terhadap suatu bisnis atau menggunakan pengalaman baru
yang mereka berhasil temukan untuk memulai usaha sebagai pilihan karir setelah meraka
lulus.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 30
Ahmad et. al (92010) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menjelaskan
implementasi dari pembelajaran kewirausaaan berbasis konsultasi (consultation-based ) yang
diadopsi oleh Universitas Nasional Malaysia ( UKM) dan untuk mengevaluasi gaya
pembelajaran yang berdasar pada teori experiential learning . Penelitian ini ini juga
mengamati faktor yang berperan terhadap keberhasilan program tersebut. Program SMIDEC-
UKM pelajaran berbasis konsultasi (consultation-based ) sesuai dengan teori belajar Kolb dan
Lewin Field Theory. Program diarahkan pada kelompok siswa universitas melalui kasus real-
business, karenanya memungkinkan praktek dan aplikasi pengetahuan yang mereka peroleh
di kelas. Tahap pertama, program menjaring 50 siswa melalui interview yang mempunyai
kualifikasi untuk mengikuti program. Sebanyak 50 siswa tersebut selanjutnya dikelompokkan
menjadi 10 kelompok dan diberi modal untuk memulai suatu bisnis, mereka dapat melakukan
konsultasi bisnis dan pendampingan selama 5 bulan. Pada bulan keenam meraka dimiinta
memberikan laporan berkaitan dengan kendala, peluang, kekuatan, formulasi strategi serta
kinerja usaha dan penerimaan mereka terhadap program. Penelitian ini dilakukan untuk
meninjau ulang implementasi experiential learning di negara sedang berkembang ( Malaysia)
dan menyediakan argumentasi kritis berdasar pada teori experiential learning .
Pihie ( 2009) melakukan penelitian untuk menentukan persepsi mahasiswa terhadap
niat untuk memulai usaha baru sebagai pilihan karir.Data dikumpulkan melalui pembagiandaftar pertanyaan terhadap siswa. Studi dilakukan dengan menggunakan pendekatan riset
deskriptif pada 1,554 mahasiswa universitas mengambil bagian dalam penelitian. Setiap butir
kuesioner mempunyai keandalan antara 0,74 dan 0,96. Hasil penelitian menemukan bahwa
mahasiswa mempunyai prestasi sedang pada semua aspek yang berhubungan dengan
terhadap niat untuk memulai usaha baru sebagai pilihan karir seperti dalam aspek
manajemen, keuangan dan pemasaran. Niat mahasiswa untuk memulai usaha baru berbeda
signifikan antara mereka yang mempunyai/tidak mempunyai cita-cita yang positif.
Penemuan juga menunjukkan bahwa mereka merasa kewiraswastaan perlu untuk diajarkan
pada universitas mempengaruhi sikap dan perilaku terhadap karier usahawan. Penemuan
studi ini, merekomendasikan untuk menerapkan strategi pengajaran yang memasukkan aspek
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 31
kemampuan manajemen, keuangan dan pemasaran dalam mendukung niat mahasiswa untuk
memulai usaha baru sebagai pilihan karir.
D. KERANGKA TEORI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
BERWIRAUSAHA
1. Pendekatan Teori Ekonomi
Verheul (2001) dalam jurnal berjudul “ An eclectic theory of entrepreneurship”
memberikan kerangka teori penting tentang masuknya seseorang menjadi wirausaha di sektor
usaha tertentu. Verheul (2001) mengemukakan dua teori berkenaan tentang motivasi untuk
berwirausaha, “ push” theory dan “ pull ” theory. Menurut “ push” theory, individu di dorong
( push) untuk menjadi wirausaha dikarenankan dorongan lingkungan yang bersifat
negatif, misalnya ketidakpuasan pada pekerjaan, kesulitan mencari pekerjaan, ketidak
lenturan jam kerja atau gaji yang tidak cukup. Sebaliknya, “ pull ” theory berpendapat bahwa
individu tertarik untuk menjadi wirausaha karena memang mencari hal-hal berkaitan dengan
karakteristik wirausaha itu sendiri, seperti kemandirian atau memang karena yakin
berwirausaha dapat memberikan kemakmuran.
Masuknya (entry) wirausaha dalam suatu sektor usaha ditinjau dari sisi pendorong
( push factor ) dan faktor penarik ( pull factor ). Menurut Verheul (2001) pendidikan
kewirausahaan dapat meningkatkan kemampuan personal dalam mengelola sumberdaya
untuk keberhasilan usaha. Pendidikan kewirausahaan dapat merubah sikap dan perilaku
seseorang untuk tertarik (entry) menjadi wirausaha di sektor usaha tententu. Namun, semua
itu tidak mudah dilakukan dan memerlukan faktor penarik ( pull factor ) yaitu faktor yang
disebabkan oleh kesempatan (opptunity). Pengetahun, ketrampilan, keahlian kewirausahaan
perlu didukung oleh: peluang pasar, kondisi lingkungan ekonomi, persaingan industri yang
mendukung. Pendidikan kewirausahaan perlu dukungan pemerintah (G1, G2,G3,G4,G5)
dalam menciptakan iklim yang kondusif terhadap tumbuh kembangnya kewirausahaan.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 32
Dengan demikian keahlian, keterampilan dan semangat individu menjadi sangat
penting ketika memutuskan masuk menjadi wirausaha ( self employment) sebagai pilihan
karir . Faktor luar yang ikut berperan terhadap pengembangan kewirausahaan adalah
perkembangan teknologi, kehadiran lembaga keuangan penyedia modal dan jaringan
hubungan antar individu (modal sosial). Faktor yang melekat pada individu yang
mempengaruhi kewirausahaan antara lain kemampuan, sifat individu, preferensi, sistem nilai
dan sikap mental. Ketika masuk ke sektor usaha, wirausaha perlu mempertimbangkan
pendapatan sebagai imbalan kerjanya dan risiko yang harus ditanggung (risk-reward profile).
Jika bekerja pada orang lain lebih menguntungkan maka seseorang akan memilih
meninggalkan usaha sendiri dan memilih bekerja dengan pendapatan berupa gaji. Sebaliknya
jika usaha sendiri lebih menguntungkan wirausaha memilih masuk ke sektor usaha dibanding
bekerja pada orang lain.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih utuh tentang kerangka kewirausahaan dan peran
pemerintah dapat dijelaskan melalui Gambar 1. (Verheul 2001):
Gambar 1. Kerangka Kerja untuk Menentukan Entrepreneurship
Sumber: Verheul (2001)
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 33
Masuk dan keluar (entry/exit ) dalam suatu usaha adalah gambaran tentang profil pendapatan
sebagai imbalan dan risiko yang harus ditanggung dalam usaha. Jika banyak wirausaha
masuk ke sektor usaha tertentu akan memberi signal pasar yang baik maka wirausaha yang
sudah ada di dalam akan bertahan atau mereka yang ada di luar usaha ingin masuk pada
sektor yang memberi signal pasar yang baik tersebut. Hal ini karena pendapatan lebih besar
dibanding risiko yang ditanggung, namun sebaliknya jika pendapatan lebih kecil dibanding
risiko yang ditanggung, para wirausaha barangkali memilih keluar dari usaha yang
bersangkutan.
Lee dan Wong (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor lingkungan
sebagai faktor penarik dan pendorong kewirausahaan. Faktor lingkungan dilihat dari faktor
dalam aspek demografis (umur, gender, pendapatan, pendidikan) dan psikologis (need for
achievment, locus of control , pengambilan resiko dan kebebasan). Faktor lingkungan
mempengaruhi sikap dan sikap mempengaruhi pemilihan wirausaha sebagai pilihan karir
melalui penciptaan usaha baru/niat berwirausaha (entrepreneurship intention). Sikap diukur
dari sikap terhadap pendapatan, sikap terhadap resiko dan sikap terhadap kebebasan. Variabel
sikap merupakan variabel yang dapat dibangun melalui pendidikan kewirausahaan
(experiental learning ). Penelitian dilakukan melalui survey terhadap 11660 responden yang
merupakan mahasiswa di 2 universitas dan 4 politeknik di Singapura Tahun 2000. Dari 11660responden, sebanyak 708 (6,07%) siap untuk memulai usaha baru. Analisis dilakukan melalui
analisis binomial (regresi logistik) karena variabel terikat yang merupakan variabel dummy.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah: adanya hubungan antara faktor umur,
politeknik, pengalaman kerja dan pendidikan terhadap kesiapan untuk memulai usaha baru
(berwirasuaha sebagai pilihan karir). Namun penelitian ini tidak menemukan pengaruh faktor
need for achievment, locus of control , pengambilan resiko dan kebebasan serta faktor
lingkungan lainnya (seperti: umur, kondisi sosial ekonomi) terhadap kesiapan untuk memulai
usaha baru.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 34
2. Pendekatan Teori Sosial dan Psikologi
Minat seseorang terhadap suatu obyek diawali dari perhatian seseorang terhadap
obyek tersebut. Minat merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha,
maka minat perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri pribadi sehingga kedudukan minat tidaklah stabil karena
dalam kondisi-kondisi tertentu, minat dapat berubah-ubah, tergantung faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Minat bertalian erat dengan perhatian, maka faktor-faktor tersebut adalah
pembawaan, suasana hati atau perasaan, keadaan lingkungan, perangsang dan kemauan
(Chandrashekaran, et. al , 2000).
Teori yang paling sering dipakai dalam memperkirakan suatu dorongan perilaku
adalah teori reasoned action (Ajzen and Fishbein, 1980) dan teori planned behavior
(Ajzen, 1988, Segal, Borgia and Schoenfeld, 2005). Teori planned behavior (TPB) adalah
kelanjutan dari teori reasoned action (TRA) yang memasukkan pengukuran dalam control
belief dan perceived behavioral control . Teori planned behavior dikembangkan untuk
melihat proses dimana individu memutuskan, terikat pada tindakan tertentu. Kolvereid
(Segal, Borgia and Schoenfeld, 2005) mendemonstrasikan bahwa kerangka yang
dibangun Ajzen adalah model yang solid untuk memperkirakan motivasi untuk
berwirausaha. Ajzen (1991) menyatakan bahwa motivasi adalah anteseden dari perilaku,
dimana terkandung tiga variabel, yaitu: (1) attitude toward the behavior , merujuk pada
derajat sejauh mana individu menerima ketertarikan dari perilaku yang dimaksud. Secara
umum, orang yang meyakini bahwa melakukan perilaku tertentu dengan probabilitas yang
tinggi, dapat memberikan hasil yang paling positif, maka orang itu akan memiliki sikap yang
mendukung perilaku tersebut. (2) subjective norm, merujuk pada tekanan sosial yang
diterima ( perceived social norm) untuk melakukan perilaku yang dimaksud. Perceived social
norms adalah pengukuran dukungan sosial terhadap perilaku dari orang lain yang penting
seperti keluarga, teman, role model atau mentor. (3) perceived behavioral control
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 35
(misalnya evaluasi diri atas kompetensi seseorang terkait dengan tugas atau perilaku).
Perceived feasibility adalah pengukuran behavioral control , sama dengan konsep efikasi diri
(Self-effication) dari Bandura (1991).
Izquierdo dan Buelens (2008) mengembangkan model menguji dalam teori Planned
Behavior dan menemukan bahwa Attitudes toward the behavior, Entrepreneurial Acts dan
Students’ Antecedents mempengaruhi Entrepreneurial Intention, sedangkan Perceived
Competencies mempengaruhi minat berwirausaha ( Entrepreneurial Intention) melalui
Entrepreneurial Self-efficacy. Entrepreneurial Intentionsmeningkat pada periode sebelum
( pre-test ) dan sesudah pembelajaraan ( post-test ) kewirausahaan.
Liñán dan Chen (2006) menguji teori Planned Behavior dengan melakukan penelitian
kewirausahaan pada 533 responden negara yang berbeda yaitu : 1 di Eropa (Spanyol) dan di
Asie Selatan (Taiwan). Liñán dan Chen (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa
minat berwirausaha ( Entrepreneurial Intention) dipengaruhi oleh Personal Attraction,
Perceived Social, Norms Self-efficacy, sedangkan Personal Attraction, Perceived Social,
Norms Self-efficac dipengaruhi oleh External demographic variables. Pada periode
sebelumnya Liñán dan Cohart (2002) menguji teori Planned Behavior minat kewirausahaan
( Entrepreneurial Intention)dipengaruhi oleh Entrepreneurial Knowledge, Perceived
Feasibility (self-efficacy), Perceived Desirability, Perceived Attraction, Perceived Social .
Nasurdin et. al (2010) menemukan bahwa Role Model, Social Identification, Social Norm
mempengaruhi Perceived Desirability dan Perceived Desirability mempengaruhi minat
berwirausaha ( Entrepreneurial Intention).
Segal, Borgia dan Schoenfeld (2005) menyatakan bahwa hampir sama dengan model
Ajzen di atas, model kejadian kewirausahaan dari Shapero (1982) pun memiliki dua
faktor utama, yaitu perceived credibility ( perceived feasibility) dan perceived desirability.
Shapero and Sokol (1982) mengkonsepkan perceived desirability sebagai ketertarikan
personal untuk memulai bisnis. Adapun perceived feasibility dikonsepkan sebagai
pengukuran yang bersifat persepsi atas kapabilitas seseorang terkait menciptakan usaha
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 36
baru. Sebagai tambahan, Shapero juga menambahkan variabel ketiga, propensity to act
yang konsepnya sangat dekat dengan lokus kendali ( locus of control ). Shapero and Sokol
(1982) and Krueger (1993) berpendapat bahwa perceived desirability, perceived
feasibility, and propensity to act berhubungan dengan motivasi untuk berwirausaha.
Model dari Azjen and Shapero juga mempertimbangkan efikasi diri ( self-efficacy),
pengganti dari feasibility, sebagai prediktor yang penting.
Farzier and Niehm (2008) mengemukakan bahwa motivasi berwirausaha dapat
diprediksi berdasarkan persepsi atas tingkat kemenarikan karir (career attractiveness), tingkat
kelayakan ( feasibility) dan keyakinan atas efikasi diri ( self-efficay beliefs) untuk memulai
usaha. Jika dalam uraian sebelumnya Segal, Borgia dan Schoenfeld (2005) menyatakan
bahwa Self-efficacy adalah pengganti dari feasibility, tidak demikian dengan Farzier dan
Niehm. Farzier dan Niehm (2008) mengutip Krueger dan Brazeal (1994) yang menjelaskan
bahwa Self-Efficacy berkaitan dengan persepsi atas kemampuan seseorang untuk
melakukan suatu perilaku, sedangkan feasibility merujuk pada keyakinan bahwa suatu tugas
dapat secara aktual diimplementasikan. Minat dapat dibentuk melalui pengalaman
langsung atau pengalaman yang mengesankan yang menyediakan kesempatan bagi individu
untuk mempraktekkan, memperoleh umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang
mengarah pada effikasi personal dan pengharapan atas hasil yang memuaskan (Farzier & Niehm, 2008). Pengaruh keluarga, pendidikan dan pengalaman kerja pertama adalah
faktor penting dalam pengembangan kewirausahaan (Segal, Borgia, & Schoenfeld, 2005).
Orang tua memberikan dampak kuat pada pemilihan karir, penelitian menunjukkan para
wirausaha biasanya memiliki orang tua yang juga seorang wirausaha (Farzier & Niehm,
2008). Pendidikan dan pengalaman kerja dapat mempengaruhi pilihan karir dengan
mengenalkan ide-ide baru, membangun keterampilan yang diperlukan dan menyediakan
akses pada role model (Farzier & Niehm, 2008).
Douglas dan Shepherd (2002) dalam penelitiannya menemukan bahwa aktor-faktor
yang mempengaruhi minat berwirausaha ditinjau dari sikap terhadap pendapatan, kebebasan,
resiko, dan berusaha. Usahawan adalah sering diuraikan dalam terminologi kekuatan atau
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 37
kelemahan sikap mereka dalam dimensi ini. Analisis gabungan digunakan untuk menentukan
alami dan arti sikap ini dalam memilih suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Penelitian
ini juga menyelidiki pengaruh sikap ini terhadap niat untuk memulai suatu bisnis. Hasil
penelitian menemukan hubungan penting antara manfaat yang diharapkan dari suatu
pekerjaan, kebebasan, pendapatan dan resiko terhadap kewirausahaan sebagai pilihan karir.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi
minat secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri
individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain
karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Pendapatan
adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang.
Berwirausaha dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat
menimbulkan minatnya untuk berwirausaha. Harga Diri menyebabkan manusia merasa butuh
dihargai dan dihormati orang lain. Berwirausaha digunakan untuk meningkatkan harga diri
seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga
gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk
meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha.Perasaan Senang adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan seseorang,
baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat hubungannya dengan pribadi
seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama
antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang akan diwujudkan dengan perhatian,
kemauan, dan kepuasan berwirausaha.
Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh
rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara
lain: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, peluang pendidikan/pengetahuan.
Lingkungan Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak,
dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 38
perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya
kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak
anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila
keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas
sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan Masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga baik di kawasan
tempat tinggalnya maupun di kawasan lain. Masyarakat yang dapat mempengaruhi minat
berwirausaha antara lain; tetangga, saudara, teman, kenalan, dan orang lain. Peluang
merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang dinginkannya
atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan
minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sebenarnya banyak kesempatan yang
dapat memberikan keuntungan di lingkungan kita. Kesempatan ini dapat diperoleh orang
yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih sukses. Pengetahuan yang di dapat
selama kuliah merupakan modal dasar yang digunakan untuk berwirausaha, juga
keterampilan dan keahlian yang di dapat selama di perkuliahan menjadi modal dasar
mahasiswa untuk mulai usaha baru.
E. PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN YANG DAPAT MENINGKATKAN MINAT
BERWIRAUSAHA
Wirausahawan dan innovator memiliki tiga karakteristik utama, yang terdiri dari:
pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Garavan dan Barra, 1994). Pengetahuan adalah seperti
pengetahuan industri, produk, teknik atau proses. Ketrampilan adalah seperti ketrampilan
networking , ketrampilan manajemen, ketrampilan keuangan, ketrampilan komunikasi,
ketrampilan pengambilan keputusan, ketrampilan personal (seperti ketekunan dan kerja
keras). Sikap adalah sikap terhadap pengambilan resiko (risk-taking ), seperti halnya kekuatan
psycho-social individu dan kontek budaya, mempengaruhi perilaku bersifat wirausahawan.
Sebagai konsekwensi, Pembelajaran kewirausahaan perlu memusatkan perhatian pada: (a)
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 39
Penyebarluasan pengetahuan tentang manfaat kewirausahaan, (b) Memperoleh alat untuk
menganalisis dan membaca lingkungan bisnis dalam mengembangkan perencanaan bisnis, (c)
Mengembangkan ketrampilan wirausahawan, pengelolan dan bakat, (d) Motivasi individu
untuk mendukung kewirausahaan, (e) Stimulasi Pemikiran kreatif, (f) Mengembangkan sikap
yang positif dan keinginan untuk berubah, (g) Memberi harapan dan mendukung wirausaha
baru .
Pendidikan kewirausahaan tradisional memfokuskan pada penyusunan rencana
bisnis, bagaimana mendapatkan pembiayaan, proses pengembangan usaha dan
manajemen usaha kecil (Solomon dan Fernald , 1991 dan Hisrich dan Peters, 2002
dikutip Bell, 2008). Pendidikan tersebut juga memberikan pengetahuan mengenai prinsip-
prinsip kewirausahaan dan keterampilan teknis bagaimana menjalankan bisnis. Namun
demikian, peserta didik yang mengetahui prinsip-prinsip kewirausahaan dan pengelolaan
bisnis tersebut belum tentu menjadi wirausaha yang sukses (Bell, 2008). Lekhotla (2007)
menemukan bahwa faktor personal seperti: keramahan, ketegasan, aktif, ambisi, inisiatif,
ekspresi, suka berteman, komunikasi, dan kemampuan menjual tidak dibutuhkan untuk
menjadi wirausaha sukses. Untuk memulai usaha memerlukan keahlian, ketrampilan,
persiapan, melalui suatu perencanaan bisnis yang efektif. Perguruan tinggi mempunyai peran
dalam pelatihan dan pendidikan yang dilakukan melalui metode ceramah (teaching of knowledge and facts), tetapi juga beragam kemampuan dan sikap (variety of skills and
attitudes). Hasil penelitian menemukan bahwa pembelajaran kewiraswastaan tidak hanya
dapat dilakukan di perguruan tinggi, tetapi juga masyarakat dan harus terintegrasi dengan
kebijakan Pemerintah dengan menciptakan lingkungan kondusif bagi tumbuh kembangnya
wirasuaha.
Pendidikan kewirausahaan akhir-akhir ini lebih memfokuskan pada keterampilan dan
perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan mereka seperti melalui
experiental learning , action based learning dan consultation based learning . Konsep
experiential learning sudah banyak dikenal saat ini, namun mulai dikenal pada tahun 1971
(Kolb, 1971). Beberapa studi literatur kualitatif dan kuantitatif banyak menemukan
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 40
efektivitas experiential learning dalam berbagai situasi, dan telah terbukti dapat digunakan
sebagai kerangka untuk pengembangan metoda dan kurikulum learning-centred yang baru
(Hickcox, 1991; Iliff, 1994). Experiential learning telah digunakan dalam inter-disciplinary
dan multi-disciplinary (Kolb, Boyatzis& Mainemelis, 2001). Experiential learning sebagai
alat penghubung pendidikan dan manajemen.
Fayolle et. al (2006) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan
Kewirausahaan dan Lingkungan Sosial terhadap Niat Mahasiswa untuk Berwirausaha. Dalam
model penelitian ini, pembelajaran experiental dalam Entrepreneur Teaching Programmes
(ETP) diprediksi dapat mempengaruhi sikap, norma subyektif dan perilaku yang akhirnya
dapat mempengaruhi niat mahasiswa untuk berwirausaha (entrepreneural intention).
Penelitian dilakukan melalui seminar selama 3 hari dan kuesioner terhadap 275 mahasiswa
tentang program pembelajaran experiental. Diskusi dilakukan dalam kelompok kecil 4-5
orang tentang pembelajan yang dilakukan. Kuesioner dilakukan untuk mengukur sikap
mahasiswa terhadap niat mereka untuk berwirausaha (entrepreneural intention). Kuesioner
dilakukan dengan menggunakan 47 item skala likert serta 23 item personal mahasiswa
(seperti: umur, jenis kelamin, pengalaman, dll.) yang diberikan setelah program pembelajaran
experiental selesai dilakukan. Kuesioner niat untuk berwirausaha (entrepreneural intention)
dikembangkan dari Kolvereid (1996) untuk mengukur parameter Ajzen’s intention. Hasil penelitian menemukan bahwa pembelajaran experiental menurunkan sikap dan norma
subyektif tetapi meningkatkan perilaku dan niat mahasiswa untuk berwirausaha. Hasil
penelitian menemukan hubungan positif antara pembelajaran experiental dalam Entrepreneur
Teaching Programmes (ETP) dengan entrepreneural intention, artinya pembelajaran
experiental dalam Entrepreneur Teaching Programmes (ETP) dapat emnaikkan atau
menurunkan entrepreneural intention.
Shen dan Chai (2006) melakukan penelitian untuk menguji pendidikan
kewiraswastaan dengan konsep experiential learning pada kurikulum universitas mempunyai
dampak positif dalam mengubah persepsi mahasiswa untuk memulai usaha baru. Peneltiian
menggunaan model experiential learning Kolb’S sebagai kerangka konsep untuk
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 41
menginterpretasikan tindakan yang diambil oleh Universitas Singapura dalam
memperkenalkan berbagai format tentang pendidikan kewiraswastaan. Shen dan Chai (2006)
melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner pada 760 mahasiswa yang memperoleh
pendidikan kewirausahaan dengan pendekatan experiential learning di fakultas Bisnis dan
Akunting, Teknologi informasi dan fakultas teknik yang tersebar pada beberapa perguruan
tinggi yaitu ; National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University
(NTU), Singapore Management University (SMU), Nanyang Polytechnic (NYP), Ngee Ann
Polytechnic (NP), Temasek Polytechnic (TP), Singapore Polytechnic (SP). Hasil peneltiian
menemukan bahwa dari sebanyak 760 sampel, sebanyak 455 (59.9%) menyatakan berniat
memulai usaha baru, sebanyak 305 (40.1%) menyatakan belum siap memulai usaha baru
sebagai pilihan karir. Mahasiswa politeknik lebih banyak dibndingkan universitas dan jumlah
sampal pria lebih banyak dibanding wanita yang berniat memulai usaha baru. Faktor
independence, perseverance, opportunity, interpersonal dan skills berpengaruh signifikan
terhadap niat mahasiswa berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun Risk taking, Innovation
dan kepemimpinan bukan merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi niat mahasiswa
berwirausaha sebagai pilihan karir. Meskipun ditemukan bukti bahwa pendidikan
kewiraswastaan dengan konsep experiential learning mempunyai hubungan positif dalam
merubah niat dan persepsi mahasiswa untuk berwirausaha, namun penemuan ini belum
selesai, pengembangan kewirausahaan memerlukan faktor lain berkaitan dengan aspek
kesempatan (opportunity) sebagai faktor penarik (seperti lesunya pasar) dan kegagalan
implementasi yang tidak menunjukkan pengaruh positif.
Fregetto, E. (2002) meneliti efektivitas dari simulasi bisnis pada 3 kelas
kewiraswastaan di Universitas Illinois Chicago. Penelitian ini menemukan efektivitas
simulasi bisnis untuk pengajaran kewiraswastaan. Penggunaan metoda experiential learning
dalam pendidikan kewiraswastaan menjadi hal penting, sebab pendidik mata kuliah
kewirausahaan menyukai belajar experiential agar para siswa mereka mengenali kekurangan
kelas kewiraswastaan berbasis ceramah (lecture-based ). Hasil penelitian menemukan bahwa
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 42
simulasi bisnis adalah merupakan hal positif yang dapat meningkatkan pengalaman belajar
para siswa.
Rasmussena dan Sørheimb ( 2006) melakukan penelitian berkaitan dengan pendidikan
kewirausahaan berbasis praktek atau tindakan ( Action-based learning). Di Swedia,
ketertarikan terhadap kewirausahaan telah mengalami pertumbuhan tinggi pada tahun
1990an. Berbagai kegiatan seperti melalui konsultasi, kursus, training dilakukan. Penelitian
dilatar belakangi bahwa kegiatan inovasi melalui penciptaan usaha baru dan area bisnis baru
merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan ekonomi baik dalam skala perusahaan,
wilayah dan nasional. Hal yang menjadi kendala adalah kemauan individu untuk menjadi
usahawan. Perguruan tinggi dapat menangkap kebutuhan ini dengan meningkatkan
kemampuan dan motivasi setiap lulusan mereka untuk menjadi usahawan dan melalui
kegiatan inovasi. Pendidikan kewiraswastaan telah memfokuskan pada pengajaran individu,
semakin berorientasi praktek.
Penelitian dilakukan melalui studi kasus. Penelitian ini menemukan sejumlah aktivitas
berbasis tindakan/praktek pada lima universitas di Swedia. Pendidikan kewiraswastaan lebih
sedikit dilakukan melalui pengajaran individu di dalam kelas dan lebih pada aktivitas yang
learning-by-doing dalam suatu jaringan/kelompok. Beberapa inisiatif mempunyai
multisasaran, seperti pendidikan kewirausahaan, memulai usaha baru, dan komersialisasi riset
universitas. Implikasi dari program pendidikan kewiraswastaan berbasis tindakan disajikan.
Mahasiswa perlu dibekali dengan berbagai atribut, keterampilan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan mereka. Artinya mata kuliah
kewirausahaan perlu dirancang secara khusus untuk dapat mengembangkan karakteristik
kewirausahaan, seperti kreativitas, pengambilan keputusan, kepemimpinan, jejaring
sosial, manajemen waktu, kerjasama tim, dll (Brockhaus; Rae, dalam Bell, 2008). Untuk itu
diperlukan perubahan sistem pendidikan kewirausahaan yang tadinya difokuskan pada
orientasi pengendalian fungsional seperti, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia
dan operasi (Meyer dalam Bell, 2008) menjadi fokus pada mengembangkan jiwa
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 43
kewirausahaan pada peserta didik. Sehingga tantangannya adalah bagaimana sistem
pembelajaran yang dapat mengembangkan diri peserta didik mereka dalam hal
keterampilan, atribut dan sekaligus karakteristik perilaku seorang wirausaha (Bell, 2008).
Pihie ( 2009) melakukan penelitian untuk menentukan persepsi mahasiswa terhadap niat
untuk memulai usaha baru sebagai pilihan karir. Penemuan juga menunjukkan bahwa
mereka merasa kewiraswastaan perlu untuk diajarkan pada universitas mempengaruhi sikap
dan perilaku terhadap karier usahawan. Penemuan studi ini, merekomendasikan untuk
menerapkan strategi pengajaran yang memasukkan aspek kemampuan manajemen, keuangan
dan pemasaran dalam mendukung niat mahasiswa untuk memulai usaha baru sebagai pilihan
karir.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaraan kewirausahaan dalam upaya untuk
meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha memerlukan: pengetahuan, ketrampilan,
sikap yang akhirnya menumbuhkan perilaku berwirausaha yang dipengaruhi faktor internal
dan eksternal. Pendidikan kewirausahaan akhir-akhir ini lebih memfokuskan pada
keterampilan dan perilaku yang dapat meningkatkan kemampuan kewirausahaan mereka
seperti melalui experiental learning , action based learning dan consultation based learning .
F. KESIMPULAN
Pandangan tradisional beranggapan bahwa kewirausahaan itu bakat dari lahir dan
karenanya tidak dapat diajarkan. Namun beberapa studi empiris menemukan bahwa
kewirausahaan dapat diajarkan, diantaranya melalui pendekatan action based learning,
experiental learning dan consultation-based learning. Minat mahasiswa untuk berwirausaha
diperlukan faktor pendorong ( push) baik dari personal dan lingkungan serta faktor penarik
( pull ) yang berupa kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha. Faktor pendorong adalah
seperti: pendidikan, pengalaman, ketrampilan, keahlian, dukungan keluarga, keinginan untuk
memperoleh pendapatan, kerja keras, semangat inovasi dan pengambilan resiko. Faktor
penarik adalah seperti: kesempatan-kesempatan untuk berwirausaha seperti peluang pasar,
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 44
peluang inovasi dan kultur kewirausahaan dalam masyarakat. Pendidikan kewirausahaan
yang dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk berwirausaha adalah yang dapat
mengoptimalkan faktor-faktor tersebut dalam diri mahasiswa seperti melalui experiental
learning , action based learning dan consultation based learning .
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. C. O., Suraiya, I. dan Rahid, M. R. 2010. Consultation-based
entrepreneurial/business learning: Malaysia experience. African Journal of Business
Management Vol. 4(12), pp. 2508-2513, 18 September, 2010 diakses dari
http://www.academicjournals.org/AJBMISSN 1993-8233 ©2010 Academic Journals
Aronsson, M. (2004). Education Matters--But Does Entrepreneurship Education? An
interview with David Birch. Academy of Management Learning & Education, 3(3),
289-292.
Atherton, A. 2007. Preparing for business start-up: “pre-start” activities in the newventure
creation dynamic. Journal of Small Business and Enterprise DevelopmentVol. 14 No.
3, 2007 diakses dalam www.emeraldinsight.com/ 1462-6004.htm
Audet. 2004. A Longitudinal Study of the Entrepreneurial Intentions of University Students. Academy of Entrepreneurship Journal, 6(1): 57-63.
Bell, Joseph R, (2008), Utilization of Problem Based-Learning in an Entrepreneurship
Business Planning Course , New England Journal of Entrepreneurship, Spring
2008, pp 53
Brazeal, D.V, Schenkel, M.T, Azriel, J.A. 2008. Awakening the Entrepreneurial Spirit:
Exploring the Relationship Between Organizational Factors and Perceptions of
Entrepreneurial Self-Efficacy and Desirability in a Corporate Setting. Spring New
England Journal of Entrepreneurship 2008 Volume 11 Number 1
Douglas, E. J., & Shepherd, D. A. (2000). Entrepreneurship as a Utility Maximising
Response. Journal of Business Venturing, 15(3), 231-251.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 45
Douglas, E. J., & Shepherd, D. A. (2002). Self-Employment as a Career Choice: Attitudes,
Entrepreneurial Intentions, and Utility Maximization. Entrepreneurship: Theory &
Practice, 26(3), 81-90
Fayolle, A., Gailly, B. dan lassas, C.N. 2006. Efect dan Counter-effect of Entrepreneurship
Education and Social Context on Student’s Intentions. Journal. Estudios De Ekonomia
Aplikada. Vol. 24-2. Page 509- 523
Fregetto, E. 2002. Business Plan Or Business Simulation For Entrepreneurship Education?.
Developments in Business Simulation and Experiential Learning, Volume 29.
Gorman, G., & Hanlon, D. (1997). Some research perspectives on entrepreneurship
education, enterprise education and education for small business managment: A ten-
year literature review. International Small Business Journal, 15(3), 56-77.
Gaidis, W. C., Andrews, J. C., & summer. (1991). An experiential approach for integratingethical analysis into marketing coursework. Journal of Marketing Education, 13(2), 3-
9.
Hamer, L. O. (2000). The Additive Effects of Semistructured Classroom Activities on
Student Learning: An Application of Classroom-Based Experiential Learning
Techniques. Journal of Marketing Education, 22(1), 25-34.
Hostager, T. J., & Decker, R. L. (1999). The effects of an entrepreneurship program on
achievement motivation: A preliminary study. San Francisco: SBIDA.
Hynes, B. (1996). Entrepreneurship education and training – Introducing entrepreneurship
into non-business disciplines. Journal of European Industrial Training, 20(8), 10-17.
Izquierdo dan Buelens (2008) COMPETING MODELS OF Entrepreneurial Intentions: The
Influence Of Entrepreneurial Self-Efficacy And Attitudes. Presentado en
Internationalizing Entrepreneurship Education and Training, IntEnt2008 Conference,
17-20 Julio 2008, Oxford, Ohio, USA. Este artículo obtuvo el Best Paper Award, 3rd
rank .
Katz, J., & Gartner, W. B. (1988). Properties of Emerging Organizations. Academy of
Management Review, 13(3), 429-441.
Katz, J., & Gartner, W. B. (1988). Properties of Emerging Organizations. Academy of
Management Review, 13(3), 429-441.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 46
Kuratko, D. F. (2005). The Emergence of Entrepreneurship Education: Development, Trends,
and Challenges. Entrepreneurship: Theory & Practice, 29(5), 577-597.
Krueger, J., Norris F. (2000). The Cognitive Infrastructure of Opportunity Emergence.
Entrepreneurship: Theory & Practice, 24(3), 5-23.
Lee, L., & Wong, P.K. (2003). Attitude towards Entrepreneurship Education and New
Venture Creation. Journal of Enterprising Culture, 11(4), 339-357.
Lekhotla, M. 2007. The Development of Small Medium Micro Enterprises: The Case Studies
of The Gauteng Universities. International Business Conference, Pretoria, September
2007
Lepoutre, J., Van Den Berghe, W., Tilleuil, O. dan Crijns, H. 2005. A new approach to
testing the effects of entrepreneurship: Education among secondary school pupils.
Entrepreneurship Theory and Practice, 29(5): 577-598.
Muhadjir, Noeng. 1992. Pengukuran kepribadian. Yogyakarta: Rake Sarasih.
McMullan, W. E., & Gillin, L. M. (1998). Industrial viewpoint--entrepreneurship education.
Technovation, 18(4), 275-286.
Nasurdin et. al (2010) Examining a Model of Entrepreneurial Intention Among Malaysians
Using SEM Procedure. European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X
Vol.33 No.2 (2009), pp.365-373
Naomi, R. W. H. 2000. Evaluating the impact of SPEED on students’ career choices: a pilotstudy. Education Training Vol. 52 Nos. 6/7, 2010 pp. 463-476. Emerald Group
Publishing Limited
Pihie, Z. A.L. 2009. Entrepreneurship as a Career Choice: An Analysis of Entrepreneurial
Self-Efficacy and Intention of University Students. European Journal of Social
Sciences – Volume 9, Number 2 (2009)
Raichaudhuri, A. (2005). Issues in Entrepreneurship Education. Decision, 32(2), 73-84.
Rasmussena, E. A. dan Sørheimb,R. 2006. Action-based entrepreneurship education.
Technovation 26 (2006) 185–194
Shapero,A.(1982), Social Dimensions of Entrepreneurship, Prentice-Hall, Englewood Cliffs,
NJ.
5/13/2018 Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa Berwirausaha - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pembelajaran-yang-menumbuhkan-minat-mahasiswa-berwirausaha
Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA Vol. 5 No. 1. Desember 2010
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang 47
Shapero,A. and Sokol, L.(1982), The social dimension of entrepreneurship, in Kent, C.A.,
Sexton, D.L. and Vesper,K.H.(Eds), Encyclopedia of Entrepreneurship, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs,NJ.
Shen, C dan Chai, L. 2006. Changing Entrepreneurial Perceptions and Developing
Entrepreneurial Competencies through Experiential Learning: Evidence From
Entrepreneurship Education in Singapore’s Tertiary Education Institutions. Journal of
Asia Entrepreneurship and Sustainability Volume II, Issue 2, 2006
Schreier, J. W. 1984. Megatrends for business simulation and experiential learning.
Developments in Business Simulation & Experiential Exercises, Volume 11, 1984
Solomon, G. T., & Fernald Jr, L. W. (1991). Trends in Small Business Management and
Entrepreneurship Education in the United States. Entrepreneurship: Theory &
Practice, 15(3), 25-39.
Tarmudji, Tarsis. 1996. Prinsip-prinsip Kewirausahaan. Yogyakarta: Liberti.
Timmons, J. A., & Spinelli, S. (2004). New Venture Creation: Entrepreneurship for the 21st
century (6th ed.). Boston: McGraw-Hill.Vesper, K. H. (1994). Experiments in
Entrepreneurship Education: Successes and Failures. Journal of Business Venturing,
9(3), 179-187.