pembelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti bagi...

104
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi Siswa Tunarungu Di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh: NADYA SAFIRA NIM. 11150110000004 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 10-Sep-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi

Siswa Tunarungu Di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

NADYA SAFIRA

NIM. 11150110000004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 3: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 4: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 5: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

i

ABSTRAK

Nadya Safira (11150110000004). Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti bagi Siswa Tunarungu Di SLB Santi Rama Cipete Jakarta

Selatan

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui proses pembelajaran PAI

dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan mulai dari kurikulum,

metode, media, hingga teknik evaluasi yang diterapkan; 2) untuk mengetahui faktor

pendukung dan penghambat proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti bagi siswa

tunarungu di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pola

pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan

kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi

Rama, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara terstruktur,

observasi non partisipan, dan dokumentasi. Pemeriksaan atau pengecekan

keabsahan data dengan melakukan perpanjangan pengamatan dan proses triangulasi

data. Teknik analisis data dilakukan ketika sebelum di lapangan dan setelah di

lapangan dengan beberapa tahapan, antara lain 1) organisasi data; 2) koding dan

kategorisasi; dan 3) penyajian data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan pada

pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama yaitu kurikulum 2013

dengan memodifikikasi isi, bahan, dan tujuan sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan siswa tunarungu. Penerapan metode serta media khusus untuk

pembelajaran PAI dan Budi Pekerti agar dapat lebih efektif dan efisien. Faktor

pendukung pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama di antaranya: 1)

kegiatan keagamaan; 2) program khusus; 3) program pembinaan guru, 4) tata letak

ruang kelas. Di samping itu terdapat faktor penghambat pembelajaran PAI dan Budi

Pekerti di antaranya hambatan dalam berkomunikasi yang dialami oleh anak

berkebutuhan khusus sehingga kesulitan dalam memahami materi PAI dan Budi

Pekerti yang bersifat abstrak. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan

dalam proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama yaitu

memberikan pembinaan kepada guru agar dapat mengembangkan kemampuan serta

kreativitas setiap guru.

Kata kunci: Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti, tunarungu

Page 6: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

ii

ABSTRACT

Nadya Safira (11150110000004). Learning Process of Islamic Education and

Character for Deaf Children at SLB Santi Rama Cipete South Jakarta

The objectives of this reseacrh are: 1) to find out how the learning process

of Islamic Education and Character at SLB Santi Rama Cipete South Jakarta

include curriculum, method, media, and evaluation technique used; 2) to know the

supporting and inhibiting factors of the learning process of Islamic Education and

Character for the deaf children at SLB Santi Rama Cipete South Jakarta.

The method used in this reseacrh is qualitative with descriptive approach.

The result of this study were conducted by describing the events in the learning

activities of Islamic Education and Character in SLB Santi Rama, data collection

conducted by using structured interviews, non-participant observation, and

documentation. Investigating or checking data validation by doing prolongation

research and triangulation process. The data analysis technique used begins with

analyzing the data before plunging into the field, then analyzing the data while in

the field with the stages: 1) data organization; 2) coding and categorized; and 3)

present the data.

The result show that the curriculum used in learning Islamic Education and

Character in SLB Santi Rama is the Curriculum 2013 by modifying the content,

materials, and objectives in accordance with the ability and needs of students with

hearing impairment. The method and the special media used for learning Islamic

Education and Character, so it will be more effective and efficient. The factors that

support learning Islamic Education and Character at SLB Santi Rama are 1)

religious activites; 2) special programs; 3) creation teacher’s program; and 4)

class spatial. As for inhibiting factors such learning is the difficulty of students in

communicating because the sense of hearing that is not functioning properly so

make them hard to understand the abstract lesson. The solution offered to resolve

the inhibiting of learning Islamic Education and Character at SLB Santi Rama is

give a creation programs for the teacher so they can upgrade their knowledge and

creativity.

Keywords: Learning Process of Islamic Education and Character, Deaf

Page 7: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

iii

KATA PENGANTAR

السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena perjuangannya penulis dapat

merasakan nikmatnya iman dan ilmu pengetahuan seperti sekarang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan berbagai pihak, terutama kepada Ayahanda tercinta, Bachtiar dan

Ibunda tercinta, Rosidah yang telah banyak memberikan dukungan baik materil

maupun moril selama penyusunan skripsi ini. Selain itu, pada kesempatan ini

penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hj. Sururin, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staf.

2. Drs. Abdul Haris, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Yudhi Munadi, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan serta ilmu

kepada penulis selama berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga

penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Achmad Gholib, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan

serta ilmu kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan

ilmu yang bermanfaat dan memotivasi penulis dari awal hingga akhir

perkuliahan. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat

keberkahan dari Allah SWT.

Page 8: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

iv

7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Bu Isti sebagai Staf Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan dalam pembuatan

surat-surat serta sertifikat.

8. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, serta Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan peminjaman buku-buku yang

penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

9. Eko Yono, S.Pd, selaku Kepala SLB Santi Rama yang telah berkenan

menerima penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

10. Suhariyani, S.Pd, selaku Guru SLB Santi Rama yang telah banyak meluangkan

waktu, memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan serta ilmu kepada

penulis dalam melakukan penelitian.

11. Adik-adik penulis, Sheila Raidina dan Renna Dian Novita, terima kasih atas

semangat dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi.

12. Mohammad Fajri Nova Riezky, terimakasih atas energi yang tak pernah padam

dalam memotivasi penulis dan rela meluangkan banyak waktu untuk berbagi

dan bertukar pikiran serta mewarnai hari-hari penulis.

13. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Pendidikan Agama Islam, yang

telah memberikan saya ruang untuk terus belajar, berkembang, dan bergerak

ke arah yang lebih baik serta membimbing dan memberikan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

14. Sahabati-sahabati saya selama berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yaitu Ini Grup (Anna Nurviana, Euis Maylati Azizah, Laely Yuniar, Naila

Syamila, Novi Fatonah, dan Mariani Eka Safitri) dan Single Syar’i (Chika

Chyntia, Fadhila Athiya Rahmah, Khairunnisa, Maya Jelita Hasibuan,

Nazihah, Nursyifa Fauziyah Safari, dan Siti Nurholipah) yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis mulai dari awal

perkuliahan hingga proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Page 9: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

v

15. Seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam angkatan 2015 umumnya dan

teman-teman mahasiswa PAI lokal B khususnya yang telah memberikan

dukungan terhadap penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sesungguhnya ada begitu banyak nama yang turut berkontribusi dalam

penyusunan skripsi yang mungkin tidak tertulis di lembaran ini, tetapi ketahuilah

cukuplah Allah SWT yang melihat kerja-kerja kalian. Semoga Allah SWT,

memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala yang telah diberikan

dan senantiasa mendapat rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya, penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun

pembaca. Aamiin…

والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته

Jakarta, 17 Juni 2019

Penulis

Nadya Safira

Page 10: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................. i

ABSTRACT............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah.................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah..................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian....................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................... 10

A. Kajian Teori............................................................................................... 10

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.............................................. 10

2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu.............................................. 20

B. Hasil Penelitian Relevan............................................................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 35

B. Latar Penelitian (Setting)........................................................................... 35

C. Metode Penelitian...................................................................................... 36

D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 37

E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 41

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data........................................ 42

G. Teknik Analisis Data.................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 46

A. Profil SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan........................................... 46

B. Proses Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama................ 51

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 74

Page 11: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

vii

A. Kesimpulan................................................................................................ 74

B. Implikasi.................................................................................................... 75

C. Saran.......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 77

LAMPIRAN......................................................................................................... 82

Page 12: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang cukup potensial dalam perkembangan

pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Keniscayaan

akan bentuk pendidikan yang lebih baik merupakan kewajiban bersama untuk

mewujudkannya. Dengan memberikan sepenuhnya peluang kepada anak didik

dalam rangka pengembangan kemampuan sesuai dengan kemampuannya, akan

berimplikasi positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya secara alamiah.

Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 telah disampaikan bahwa setiap warga

negara berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan. Dan pada ayat 2 juga

disampaikan bahwa warga negara yang memiliki kelainan berhak mendapat

pendidikan khusus.1 Selanjutnya, pembahasan tentang pendidikan juga dibahas

dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam

UU tersebut dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Tujuan

yang diharapkan adalah peserta didik mampu memiliki kekuatan spiritual

keagamaan dari proses pendidikan, salah satunya yaitu yang dilakukan di

sekolah. Hal ini didapatkan melalui pendidikan agama yang merupakan proses

internalisasi nilai-nilai agama pada diri peserta didik untuk mencapai tujuan

yang mengarah kepada ketaqwaan dan akhlak mulia sehingga membentuk

pribadi yang sempurna, bertanggungjawab, dan baik dalam setiap perkataan

maupun perbuatannya. Hal ini menunjukkan adanya persamaan hak yang harus

diterima oleh setiap peserta didik, baik peserta didik yang normal maupun yang

1 UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, (www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 11 Januari 2019 pukul

12.33 WIB 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1,

(www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 11 Januari 2019 pukul 13.05 WIB

Page 13: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

2

memiliki kebutuhan khusus. Pernyataan ini diperkuat dengan UU Nomor 4

Tahun 1997 tentang penyandang cacat yang menyatakan bahwa penyandang

cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek

kehidupan dan penghidupan.3

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 157 Tahun 2014 telah dibahas tentang Kurikulum Pendidikan

Khusus. Kurikulum untuk peserta didik berkebutuhan khusus dapat berbentuk

kurikulum pendidikan reguler atau kurikulum pendidikan khusus. Walaupun

banyak sekolah luar biasa yang menggunakan kurikulum pendidikan reguler,

namun terdapat modifikasi pada tujuan, proses, materi, maupun evaluasi.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang

berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada

ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk ke dalam ABK

antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan

belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.

Pada tahun 2017, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai 1,6

juta anak. Dari jumlah tersebut, baru 18% yang sudah mendapatkan layanan

pendidikan inklusi. Sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus bersekola di

SLB, sedangkan ABK yang bersekolah di sekolah reguler pelaksana Sekolah

Inklusi berjumlah sekitar 299 ribu. Dari 514 kabupaten/kota di seluruh tanah

air, masih terdapat 62 kabupaten/kota yang belum memiliki SLB.4

Di dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan tentang anak berkebutuhan khusus

yaitu pada QS.An-Nuur ayat 61:

ليس على العمى حرج ول على العرج حرج ول على المريض حرج ول على أنفسكم

هاتكم أو بيوت إخوانكم أو بيوت أخواتكم أن تأكلوا من بيوتكم أو بيوت آبائكم أو بيوت أم

اتكم أو بيوت أخوالكم أو بيوت خالتكم أو ما ملكتم مفاتحه أو بيوت أعمامكم أو بيوت عم

3 UU Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, (www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses

tanggal 11 Januari 2019 pukul 13.15 WIB 4 Desliana Maulipaksi, Sekolah Inklusi dan Pembangunan SLB Dukung Pendidikan Inklusi,

2017, (www.kemendikbud.go.id). Diakses tanggal 12 Januari 2019 pukul 19.49 WIB

Page 14: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

3

سلموا على أنفسكم أو صديقكم ليس عليكم جناح أن تأكلوا جميعا أو أشتاتا فإذا دخلتم بيوتا ف

لكم اليات لعلكم تعقلون لك يبين للا مباركة طيبة كذ تحية من عند للا

Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,

tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan

(bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau dirumah bapak-

bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-

laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu

yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah

saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di

rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak

ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian.

Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini)

hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti

memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi

Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-

ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.5

Di dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa

kandungan dari ayat ini berupa teguran untuk orang-orang yang beruzur

tersebut dan menyatakan bahwa hal itu bukanlah alasan untuk berinteraksi

dengan kaum muslimin lainnya. Perbedaan tersebut bukanlah menjadi

penghalang di antara mereka, mereka tetap memiliki kesetaraan dengan kaum

muslimin lainnya di mata Allah swt.6

Anak berkebutuhan khusus memiliki jenis yang bermacam-macam, salah

satunya adalah anak tunarungu. Menurut Agustyawati, tunarungu adalah suatu

kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mendengar sehingga

ia tidak mampu menerima rangsangan melalui indera pendengarnya. Hal yang

menarik adalah anak tunarungu tidak memiliki perbedaan dengan anak yang

normal secara fisik, perbedaannya hanya akan terlihat pada saat ia berbicara,

karema pada umumnya mereka berbicara tanpa suara atau bahkan dengan suara

yang kurang jelas artikulasinya, ada pula yang hanya menggunakan bahasa

isyarat.7 Meskipun dengan kondisi pendengaran yang kurang, anak tunarungu

5 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2014) 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 9

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.399 7 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.44

Page 15: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

4

tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hal memperoleh

pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam. Karena melalui Pendidikan

Agama Islam, seorang pendidik dapat mengarahkan peserta didik untuk

mencapai pendidikan tauhid, akhlak yang mulia, serta syariat ibadah dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhinya, menurut Muhibbin Syah, faktor internal yang

mempengaruhinya di antaranya yaitu: aspek fisiologis (kondisi umum jasmani

dan tonus atau tegangan otot, mata dan telinga) serta aspek psikologis

(inteligensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi).8 Anak dengan gangguan

pendengaran memiliki masalah utama, yaitu masalah komunikasi.

Ketidakmampuannya untuk berkomunikasi berdampak luas dalam segala

aspek di kehidupannya dan akan mempengaruhi kemampuan serta prestasi di

sekolahnya.

Kurangnya tenaga pendidik dalam bidang Pendidikan Agama Islam bagi

anak berkebutuhan khusus tunarungu menjadi salah satu sebab yang turut

melatarbelakangi pembuatan karya tulis ini, padahal jumlah sarjana pendidikan

yang lulus setiap tahunnya terus mengalami peningkatan, namun kepedulian

untuk mengabdi kepada bangsa, salah satunya dengan memberikan pengajaran

kepada anak tunarungu sangat disayangkan. Padahal mereka juga berhak

mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama, di samping itu kesulitan

belajar yang dialami oleh anak-anak berkebutuhan khususpun lebih besar

dibandingkan oleh anak-anak normal di mana guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti harus lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektif

“menjadi” di atas perspektif “memiliki”.9

Pertanyaan penting yang dihadapi oleh guru dalam mendidik anak

berkebutuhan khusus tunarungu di antaranya ialah: 1) Di mana seharusnya

8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosya Karya, 2013), h.130-131 9 Rika Sa’diyah dan Siti Khosiah Rochmah, Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Pembelajaran Pada Anak Tuna Grahita Usia SD Awal, Journal of Madrasah Ibtidaiyah

Education, 2017, h. 47

Page 16: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

5

anak tunarungu belajar?, 2) Bagaimana seharusnya mereka belajar?, dan 3)

Apa yang harus dipelajari oleh mereka?10 Oleh karena itu, pembinaan untuk

guru sangat diperlukan agar mampu mengajar di sekolah luar biasa. Inilah

tantangan yang dihadapi guru PAI dan Budi Pekerti untuk mengemas dan

mengimplementasikan materi-materi Agama Islam yang tertuang dalam

kurikulum kepada anak.11 Sarjana Pendidikan Agama Islam juga harus mampu

menguasai metode khusus untuk mendidik anak tunarungu, seperti metode

oral, metode isyarat, maupun metode komunikasi total. Seorang guru harus

menguasai metode pengajaran yang tepat untuk diterapkan dalam setiap

pembelajaran, karena metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat

strategis dalam mencapai tujuan pembelajaran.12

Selain metode pembelajaran PAI yang diterapkan, media pembelajaran

juga turut mendukung proses pembelajaran di dalam kelas mengingat peserta

didik yang merupakan anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam

pendengaran, maka media pembelajaran yang digunakan lebih banyak

memanfaatkan media visual untuk mendukung proses pembelajaran PAI.

Kegiatan belajar mengajar pada anak berkebutuhan khusus membutuhkan

metode khusus pula agar materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Pada umumnya, sekolah luar biasa (SLB) menerapkan metode komunikasi

total untuk berinteraksi dengan peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Metode dan media pembelajaran hanya sebagian aspek yang lebih banyak

mempengaruhi proses pembelajaran PAI, namun keseluruhan proses

pembelajaran PAI dan Budi Pekerti bagi anak tunarungu di sekolah luar biasa

juga belum banyak diketahui oleh pendidik yang bukan berasal dari jurusan

pendidikan luar biasa, akan sangat ideal jika mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti diberikan langsung oleh pendidik yang berasal dari

10 Donald F. Moores dan David S. Martin, Deaf Learners: Developments in Curriculum and

Instruction, (Washington DC: Gallaudet University Press, 2006), h. 3 11 Rika Sa’diyah dan Siti Khosiah Rochmah, Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Pembelajaran Pada Anak Tuna Grahita Usia SD Awal, Journal of Madrasah Ibtidaiyah

Education, 2017, h. 47 12 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2014), h. 176-177

Page 17: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

6

jurusan PAI agar materi yang diberikan bisa lebih dalam dan menyeluruh.

Keseluruhan perangkat pembelajaran akan dapat terlaksana dengan baik

apabila terdapat sarana dan prasarana yang mendukung.

Beberapa institusi pendidikan telah menyiapkan pelayanan sekolah bagi

siswa berkebutuhan khusus, salah satunya yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB).

SLB yang menarik perhatian penulis adalah SLB Santi Rama yang merupakan

pusat pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tunarungu, tidak hanya

terfokus pada kegiatan akademik, melainkan pada kegiatan non akademik pula.

Dengan menimbang beberapa permasalahan yang telah dipaparkan di atas,

penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah dengan judul “Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi Siswa Tunarungu Di SLB

Santi Rama Cipete Jakarta Selatan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah

yang muncul. Secara garis besar, permasalahan tersebut terbagi menjadi tiga,

di antaranya ialah:

1. Pemerintah kurang memperhatikan pentingnya pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus tunarungu.

2. Sebagian orang tua masih bersikap acuh terhadap pendidikan agama bagi

anak berkebutuhan khusus tunarungu.

3. Kurangnya pembinaan untuk guru agar mampu mengemas dan

mengimplementasikan materi-materi Agama Islam dalam proses

pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus dengan metode dan media

yang tepat.

4. Sarana dan prasarana yang disediakan di sekolah luar biasa masih belum

memadai.

C. Pembatasan Masalah

Page 18: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

7

Berdasarkan uraian identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

penulis memberikan fokus permasalahan yang akan diteliti yaitu pada poin

ketiga dan keempat, di antaranya ialah:

1. Proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti mulai dari kurikulum, metode

dan media yang digunakan, hingga teknik evaluasi pembelajaran PAI dan

Budi Pekerti bagi siswa tunarungu kelas IV di SDLB Santi Rama Cipete

Jakarta Selatan.

2. Identifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat pembelajaran PAI

dan Budi Pekerti di kelas IV SDLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan..

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, di mana anak

berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama dalam menerima

pendidikan, terutama Pendidikan Agama Islam, namun sayangnya dalam

pembelajaran ini masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diatasi,

terkait dengan penerapan metode dan media khusus serta kondisi sarana dan

prasarana yang dapat mendukung proses pembelajaran. Di dalam Undang-

Undang No.14 Tahun 2005 telah dijelaskan bahwa guru bertugas untung

merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses

pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.13 Dengan

demikan, pertanyaan dalam penelitian yang akan saya teliti di antaranya:

1. Bagaimana proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama

Cipete Jakarta Selatan mulai dari kurikulum, metode, media, hingga teknik

evaluasi yang diterapkan?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran PAI dan

Budi Pekerti di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penelitian

13 UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses

tanggal 11 Januari 2019 pukul 13.15 WIB

Page 19: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

8

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama

Cipete Jakarta Selatan mulai dari kurikulum, metode, media, hingga teknik

evaluasi yang diterapkan.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran PAI

dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan umumnya di seluruh universitas yang memiliki

jurusan keguruan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Bagi siswa tunarungu di SLB Santi Rama, hasil penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dan dapat

mengimplementasikan nilai-nilai akhlakul karimah dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan dukungan dan pengajaran terhadap siswa

penyandang tunarungu untuk semangat melaksanakan belajar dan

beribadah serta berperilaku baik di masyarakat.

2) Dapat mempersiapkan diri agar mampu menciptakan kegiatan

belajar mengajar yang efektif, dengan metode yang menarik

sehingga siswa mampu memahami pelajaran yang telah dijelaskan

oleh guru.

b. Bagi Lembaga

Page 20: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

9

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi

penyelenggaraan pendidikan mengenai pentingnya pendidikan untuk

anak berkebutuhan khusus dan melakukan pembinaan juga motivasi

kepada guru PAI dan Budi Pekerti agar dapat mempersiapkan diri baik

dari segi mental maupun fisik.

c. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menjadi pelajaran bagi penulis untuk selalu

bersyukur dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan kemampuan

diri, serta menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk sesama.

Page 21: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja

untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik adalah target utama

peserta didik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi

terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat

melakukan sesuatu dan lain sebagainya.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.1

Sedangkan definisi pembelajaran menurut beberapa ahli di

antaranya sebagai berikut:2

1) Tyson dan Caroll memaparkan pembelajaran merupakan ”a way

working with student, a process of interaction, the teacher does

something to student; the students do something in return”

2) Tardif memaparkan pembelajaran merupakan “any action

performed by an individual (the teacher) with the intention of

facilitating learning in another individual (the learner)”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai proses

interaktif antara subjek belajar, guru sebagai fasilitator dan motivator,

sarana dan media pembelajaran perlu saling bekerjasama agar

1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

h. 2 2 Rika Sa’diyah dan Siti Khosiah Rochmah, Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Pembelajaran Pada Anak Tuna Grahita Usia SD Awal, Journal of Madrasah Ibtidaiyah

Education, 2017, h. 49-50

Page 22: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

11

menghasilkan suatu perubahan yang bermakna pada diri peserta didik

sebagaimana ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran yang nantinya

berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu dapat dianalisis berbagai

faktor yang terkait dengan pembelajaran agar menghasilkan suatu

pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang

berdayaguna. Sedangkan pendidikan sering diartikan sebagai

pengalaman maupun bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar

ia berkembang secara maksimal dalam semua aspeknya, terutama

dalam pengembangan akhlak yang mulia.3

Agama Islam merupakan rangkaian dua kata yang memiliki arti

berbeda. Agama merupakan pedoman aturan hidup yang akan

memberikan petunjuk kepada manusia untuk menjalani kehidupannya

dengan sebaik-baiknya.4 Sedangkan Islam adalah agama yang

diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya yang berisi

hukum-hukum yang mengatur suatu hubungan antara manusia dengan

Allah, maupun dengan sesama manusia serta alam sekitarnya.5

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan salah satu

mata pelajaran yang membahas mengenai Agama Islam dan budi

pekerti yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007

Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Kegamaan BAB I Pasal 1

Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan agama merupakan pendidikan

yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian,

serta keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran

agamanya.6 Menurut Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam adalah

upaya sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik agar mampu

mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, dan

3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2014), Cet. 11, h.26-27 4 Rois Mahfud, Al-Islam : Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.2 5 Ibid., h. 4 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama

dan Pendidikan Kegamaan BAB I Pasal 1 Ayat 1

Page 23: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

12

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber

utamanya kitab suci Al-Qur’an dan hadits, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.7

Proses internalisasi pendidikan Islam di sekolah terdapat dalam

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Pendidikan

Agama Islam merupakan proses penanaman ajaran Agama Islam.

Mohammad Roqib menegaskan bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah

teori-teori kependidikan yang didasarkan pada konsep dasar Islam yang

diambil dari penelaahan terhadap Al-Qur’an, Hadits, dan teori-teori

keilmuan lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.8

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman

peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa

dan bernegara.9

Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam adalah suatu kegiatan atau usaha pembelajaran yang dilakukan

oleh pendidik terhadap peserta didiknya sehingga peserta didik dapat

mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam

serta menjadikannya sebagai pedoman dalam menjalani hidupnya.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk

anak berkebutuhan khusus didasarkan pada teori koginitivisme yang

dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat bahwa

pengetahuan dapat terbentuk dari individu yang terus-menerus

melakukan interaksi dengan lingkungannya, sehingga dari hasil

interaksi tersebut dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang dapat

7 Rika Sa’diyah dan Siti Khosiah Rochmah, Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Pembelajaran Pada Anak Tuna Grahita Usia SD Awal, Journal of Madrasah Ibtidaiyah

Education, 2017, h. 48 8 Mohammad Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009), h. 15 9 Sri Sulastri dan Roko Patria Jati, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu,

Jurnal Kajian Kependidikan Islam, Vol.8, 2016, h. 4

Page 24: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

13

mengubah pola pikirnya menjadi lebih berkembang.10 Perkembangan

kognisi pada anak terbagi menjadi tiga tahap, yakni fase eksplorasi,

pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Melalui interaksi yang

dilakukan secara terus menerus antara guru dan murid maka

keterbatasan kognisi yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus

dapat diatasi secara perlahan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Kurikulum dalam pandangan modern merupakan semua hal yang

secara nyata terjadi di sekolah dalam proses pendidikan, tidak hanya

mengenai jumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa dalam

tingkat pendidikan tertentu melainkan keseluruhan proses yang dapat

dijadikan pengalaman belajar secara nyata untuk mencapai suatu tujuan

yang telah ditetapkan.11 Dengan kata lain, kurikulum merupakan

seperangkat rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya

mencakup tujuan, isi/materi, proses, dan evaluasi.12

Ciri-ciri umum kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah sebagai

berikut:

1) Agama dan akhlak merupakan tujuan utama.

2) Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua

aspek pribadi siswa.

3) Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan

pengalaman serta kegiatan pengajaran.13

Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kurikulum yang

diterapkan harus dapat memotivasi peserta didik untuk berakhlak

10 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.13 11 Ahmad Tafsir, Op.Cit., h.53 12 Irdamurni dan Rahmiati, Pendidikan Inklusif Sebagai Solusi dalam Mendidik Anak Istimewa,

(Jakarta: Paedea, 2017), h.120 13 Armai Arief, Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta; Ciputat Pers, 2002),

h. 33

Page 25: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

14

mulia, baik terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri, maupun lingkungan

sekitar. Penyusunan materi ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti dalam kurikulum pun harus disesuaikan dengan ajaran yang

terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, karena tujuan utama Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti adalah untuk membangun individu yang

sholeh, sehingga dapat membangun keluarga yang sholeh, dan menjadi

masyarakat yang sholeh sehingga terbentuk baldatun thayyibatun wa

rabun ghafur, dan senantiasa menyeru kepada kebaikan umat

manusia.14

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah pada BAB III dijelaskan mengenai ruang lingkup materi

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat

SD/MI/SDLB/PAKET A pada kurikulum 2013 mencakup beberapa

materi di antaranya ialah:

1) Al-Qur’an : mengetahui dasar membaca dan menulis Al-Qur’an

dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid, hafalan surat-surat

pendek dalam Al-Qur’an serta mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.15

2) Aqidah : Menghayati rukun iman dan mengenal asmaul husna.

3) Fiqih : Memahami tata cara beribadah wajib dan sunnah (rukun

islam) serta memahami fikih muamalah.

4) Akhlak dan budi pekerti: Memiliki sikap sesuai dengan akhlakul

karimah (akhlak mulia) dan budi pekerti serta perilaku hidup sehat

seperti yang dicontohkan oleh Nabi-nabi terdahulu beserta wali

songo.

14 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 109-110 15 Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014 Tentang

Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah, h. 43

Page 26: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

15

5) Sejarah Peradaban Islam : kisah-kisah sejarah mengenai

keteladanan para nabi dan rasul serta orang-orang istimewa yang

dipilih oleh Allah SWT.16

Ruang lingkup ini menunjukkan adanya batasan materi yang harus

disampaikan kepada peserta didik dan disesuaikan pada kebutuhan

serta kemampuan peserta didik dalam memahami materi tersebut,

sehingga tidak adanya tumpang tindih pada materi yang akan

disampaikan.

c. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Dalam Pendidikan Islam, pencapaian tujuan merupakan hal yang

penting, namun pemilihan metode yang tepat juga merupakan hal yang

lebih penting agar dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Metode merupakan suatu jalan yang dilalui untuk menyajikan bahan

pelajaran agar tercapainya tujuan pengajaran.17 Menurut Prof. Abuddin

Nata, metode mengajar merupakan rencana yang telah dibuat oleh

seorang guru sebelum memasuki kelas dan kemudian diterapkan pada

saat berada di dalam kelas.18

Pemilihan metode pengajaran harus dipertimbangkan dari

beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor tujuan dan bahan pelajaran; 2)

Faktor peserta didik; 3) Faktor lingkungan; 4) Faktor alat dan sumber

belajar; dan 5) Faktor kesiapan guru.19 Faktor-faktor tersebut dapat

memengaruhi keberhasilan dari metode yang diterapkan oleh guru di

dalam kelas. Melalui metode yang tepat, maka pembelajaran

16 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang

Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 13-19, (www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 12

Januari 2019 pukul 15.00 WIB 17 Armai Arief, Op.Cit, h. 40 18 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2014), h. 197 19 Abuddin Nata, Ibid., h. 199-201

Page 27: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

16

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat dengan mudah

ditempuh.

Beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti yang biasa digunakan, antara lain:

1) Metode ceramah, ialah metode penyampaian materi pelajaran

kepada anak didik dengan cara penuturan dan penerangan secara

lisan.20 Namun kelemahan dari metode ini ialah guru lebih aktif

dibandingkan murid, sehingga murid cenderung pasif karna

dipaksa untuk mendengar dan menerima apa yang dibicarakan oleh

guru.21 Pada umumnya, penyampaian materi agama dilakukan

dengan metode ceramah, terutama pada materi yang tidak dapat

diperagakan, seperti materi tentang tauhid.

2) Metode diskusi, sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari

bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mediskusikannya

dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan

tingkah laku pada siswa.22 Melalui metode diskusi, siswa diajak

bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk

memperoleh pengertian bersama secara lebih jelas, sehingga siswa

terangsang untuk berpikir dan lebih kritis.23 Dalam metode ini guru

dapat menjadi pemantik agar diskusi dapat berjalan dengan lebih

hidup.

3) Metode demonstrasi, metode yang dilakukan dengan

menggunakan alat peraga untuk memperjelas sebuah masalah.

Metode ini sangat penting dalam pembelajaran Fiqih, karena tujuan

utama dalam pembelajaran Fiqih adalah seorang siswa dapat

mempraktikkan materi yang diajarkan. Melalui metode ini,

perhatian siswa dapat lebih terpusat pada apa yang sedang

20 Armai Arief., Op.Cit., h. 136 21 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),

h. 289 22 Armai Arief, Op.Cit., h. 145 23 Zakiah Daradjat, Op.Cit, h. 292

Page 28: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

17

didemontrasikan, sehingga pengalaman yang diperoleh akan lebih

melekat.24

4) Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu

secara bebas dan bertanggung jawab agar pengetahuan dan

kecapakan tertentu dapat dikuasai oleh anak.

5) Metode sosiodrama, metode ini berupaya menunjukkan tingkah

laku kehidupan dengan tujuan menjelaskan perasaan, sikap,

tingkah laku, dan perasaan dengan penghayatan peran. Metode ini

cukup efektif untuk menanamkan nila-nilai sosial, terutama pada

materi Sejarah Kebudayaan Islam.

6) Metode drill, suatu metode dalam pengajaran dengan jalan melatik

anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.25

Metode ini biasanya digunakan pada materi Al-Qur’an Hadits, di

mana siswa diminta untuk terus melakukan pengulangan agar dapat

menghafal ayat maupun hadits dengan mudah.

7) Metode tanya jawab, metode ini dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada peserta didik dengan maksud

untuk merangsang berpikir dan membimbing dalam mencapai

kebenaran. Metode ini memiliki tingkat efektifitas yang lebih besar

dibanding metode yang lain.26

8) Metode sorogan, sebuah sistem belajar di mana para santri maju

satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi kitab di hadapan

seorang guru.27

9) Metode mudzakarah, metode yang dilakukan dengan cara

mengadakan pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas

persoalan-persoalan yang bersifat keagamaan.28

24 Zakiah Daradjat, Ibid, h. 297 25 Armai Arief, Op.Cit., h. 174 26 Ibid., h. 141 27 Ibid., h.150 28 Ibid., h. 157

Page 29: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

18

10) Metode eksperimen, metode ini berupa praktek pengajaran yang

melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan, dan

pemecahan masalah mengenai suatu topik.29

d. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti

Menurut Mohammad Roqib, media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari si pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.30

Media pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam keberhasilan

sebuah proses pembelajaran di dalam kelas. Penggunaan media

pembelajaran bertujuan untuk mengefektifkan komunikasi dan

interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di

sekolah.31

Media pengajaran mengandung dua unsur yang saling

berhubungan, antara lain: 1) pesan atau bahan pelajaran yang akan

disampaikan (software); 2) alat yang digunakan untuk menampilkan

bahan pelajaran (hardware).32 Di samping hubungan antara unsur yang

terkandung, pemilihan media pengajaran juga harus didasarkan pada

beberapa prinsip, antara lain: 1) kesesuaian dengan tujuan pengajaran;

2) ketepatan dalam memilih media pengajaran; 3) ojektivitas; 4)

program pengajaran; 5) sasaran program; 6) situasi dan kondisi; 7)

kualitas teknik; dan 8) keefektifan dan efisiensi.33

Media pendidikan Islam yang efektif untuk diterapkan menurut

Said Ali bin Wahf al-Qahthani adalah media pendidikan dengan

keteladanan, ibadah, nasihat, pengamatan, dan hukuman. Media visual

29 Ibid., h. 173 30 Mohammad Roqib, Op.Cit., h. 70 31 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), Cet. 7, h. 12 32 Abuddin Nata, Op.Cit., h. 299 33 Abuddin Nata, Ibid., h. 305-307

Page 30: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

19

merupakan salah satu jenis media yang paling mudah dibuat dan

memiliki pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan

memberikan teladan yang baik dari para pendidik maka akan

memberikan dampak positif pula dalam pembelajaran.

e. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Edwin Wandt dan Gerald W. Brown mengemukakan bahwa

“evaluation refer to the act or process to determining the value of

something.”34 Dalam melakukan proses penilaian ini terdapat beberapa

aspek yang menjadi sasaran evaluasi hasil belajar, yaitu aspek

pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap. Ketiga aspek

tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Di dalam kompetensi

inti, pada bagian pertama dan kedua memuat tentang sikap spiritual dan

sosial, pada bagian ketiga memuat tentang pengetahuan, dan bagian

keempat memuat tentang keterampilan.

1) Sikap Spiritual dan Sosial (KI 1 dan KI 2)

Sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia yang

memancarkan bagaimana kepribadiannya, ini merupakan hal yang

penting bagi setiap tenaga pendidik untuk mengetahui bagaimana

perkembangan sikap peserta didik sehingga perlu dilakukan

evaluasi baik sebelum maupun setelah mengikuti proses belajar

tersebut. Untuk menilai sikap tersebut digunakan alat berupa tes

sikap atau yang biasa dikenal dengan skala sikap.35 Penilaian sikap

dapat dilakukan dengan cara observasi maupun menyebar angket.

2) Ranah Kognitif (KI 3)

Pengetahuan merupakan salah satu aspek penting yang harus

dinilai. Secara khusus, aspek pengetahuan dikategorikan sebagai

34 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h. 1 35 Anas Sudijono, ibid., h. 27

Page 31: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

20

konsep, prosedur, fakta, dan prinsip. Melalui aspek-aspek tersebut

dapat dirumuskan urutan pelajaran yang akan disampaikan. Teknik

penilaian pengetahuan umumnya dilakukan dengan cara tes

tertentu.

3) Ranah Keterampilan (KI 4)

Ranah keterampilan dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan

koginitif, dan keterampilan psikomotorik. Dalam keterampilan

kognitif, evaluasi dilakukan dengan metode-metode objektif

tertutup. Sedangkan, dalam keterampilan psikomotorik penilaian

dilakukan dengan tes tindakan berupa pelaksanaan tugas tertentu

sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.

2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu

a. Pengertian Tunarungu

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan,

masalah, dan atau penyimpangan baik secara fisik, sosial, emosi,

perilaku, sensomotoris, mental-intelektual, atau keseluruhannya dalam

proses pertumbuhan maupun perkembangannya dibandingkan dengan

anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan

pendidikan yang khusus.36

Individu dengan hambatan sensori pendengaran atau tunarungu

adalah mereka yang mengalami kehilangan kemampuan pendengaran

menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi bantuan dengan

alat bantu dengar masih tetap membutuhkan penyesuaian layanan

pendidikannya.37 Sensitifitas pendengaran diukur dengan decibel (dB),

dan orang yang tuli adalah orang yang kehilangan pendengaran sekitar

70 dB atau lebih.38

36 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h.30 37 Hidayat, dkk., Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 2 38 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h.44

Page 32: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

21

Pengertian tunarungu menurut beberapa ahli, di antaranya adalah:

1) Andreas Dwijasumarto mengemukakan bahwa tunarungu adalah

seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara.

2) Mufti Salim mengemukakan bahwa anak tunarungu adalah anak

yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan yang

disebabkan oleh kerusakan atau ketidak berfungsinya sebagian

atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan

pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan yang layak.39

Jadi dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah anak yang dalam

proses pertumbuhannya mengalami kekurangan pendengaran atau

sama sekali tidak mendengar yang disebabkan kerusakan bagian

tertentu di dalam telinga, kerusakan tersebut dibawa sejak lahir, ada

beberapa yang terjadi karena kecelakaan. Anak penyandang tunarungu

mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya yang

berdampak pada kesulitan belajarnya. Meskipun demikian, anak

penyandang tunarungu tetap memiliki hak pendidikan yang sama

seperti anak normal lainnya. Orang tua merupakan sumber belajar

pertama dan utama bagi anak penyandang tunarungu di mana mereka

harus mampu memahami peran penting dalam mengembangkan

kemampuan sosial, bahasa, serta pemahaman anak penyandang

tunarungu.40

Terdapat beberapa prinsip pembelajaran untuk anak tunarungu, di

antaranya ialah 1) prinsip keterarahan wajah, di mana ketika seorang

guru memberikan penjelasan hendaknya ia menghadapkan wajahnya

kepada anak, sehingga anak dapat melihat gerak bibir guru, begitupun

sebaliknya; 2) prinsip keterarahan suara, dalam proses belajar

mengajar, guru hendaknya menggunakan lafal/ejaan yang jelas dan

39 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.48 40 Marc Marschark dan Patricia Elizabeth Spencer, Deaf Studies, Language, and Education,

(New York: Oxford University Press, 2003), h.18

Page 33: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

22

cukup keras, sehingga anak dapat mengenali darimana arah suara

tersebut. 3) prinsip keperagaan, karena anak tunarungu mengalami

gangguan pendengaran, sehingga dalam proses belajar mengajar

hendaknya disertai dengan peragaan agar dapat lebih mudah dipahami

oleh anak.41

b. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

Kelompok anak dengan gangguan pendengaran menempati posisi

kedua terbesar untuk anak berkebutuhan khusus di Inggris. Gangguan

pendengaran bisa diakibatkan oleh penyakit, kelainan atau kecelakaan.

Tuna rungu dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Tuli (deaf), indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam

taraf berat sehingga pendegarannya tidak berfungsi.

2) Kurang dengar (low of hearing), indera pendengarannya

mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk

mendengar, baik tanpa ataupun melalui alat bantu dengar (hearing

aid).42

Terdapat dua jenis gangguan pendengaran:

1) Tunarungu tipe konduktif, disebabkan oleh sesuatu seperti lapisan

lilin atau kotoran telinga yang menutup lubang telinga dan

menyebabkan penumpukan cairan di telinga luar saat mengalami

flu berat, sehingga terjadi hambatan dalam menghantarkan getaran

suara.43

2) Tunarungu tipe sensorineural, akibatnya adalah telinga dalam,

pada jalur telinga dalam otak. Hal ini sangat serius dan biasanya

pendengaran tidak bisa kembali normal. Individu yang mengalami

41 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h.65-66 42 Agustyawati, Op.Cit., h. 48 43 Wardani, dkk., Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka, 2013), h. 5.8

Page 34: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

23

ini harus menggunakan alat bantu dengar yang dapat menghasilkan

suara yang lebih keras.44

3) Tunarungu tipe campuran, adanya kerusakan yang terjadi pada

telinga luar/tengah dengan telinga dalam/syaraf pendengaran.45

Kondisi tunarungu diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok,

di antaranya ialah:

1) Klasifikasi secara etimologis, yaitu pembagian berdasarkan sebab-

sebab, antara lain:46

a) Pada saat sebelum dilahirkan

i. Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunurungu

atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya

dominant genes, recesive gen, dan lain-lain.

ii. Karena penyakit, sewaktu ibu mengandung terserang suatu

penyakit, seperti rubella, moribili, dan lain-lain.

iii. Karena keracunan obat-obatan atau alkohol.

b) Pada saat kelahiran

i. Ketika melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga

persalinan dibantu dengan penyedot (tang).

ii. Pemberian oksigen yang terlambat atau pemberian oksigen

yang terlampau lama bagi anak yang lahir prematur.

iii. Terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan.47

c) Pada saat setelah kelahiran (post natal)

i. Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada

otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morilbi,

influenza yang berkepanjangan, penyakit gondok, campak,

dan lain-lain.48

ii. Pemakaian obat-obatan otoksi pada anak-anak.

44 Jenny Thomson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 105 45 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.8 46 Agustyawati, Op.Cit., h. 48 47 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 1.21 48 Wardani, dkk., Ibid., h. 1.22

Page 35: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

24

iii. Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat

pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.49

2) Klasifikasi menurut taraf intensitas pendengarannya

a) Gangguan pendengaran ringan (27-40 dB), orang yang

mengalami gangguan pendengaran dalam rentang ini biasanya

mempunyai beberapa kesulitan untuk mendengar pembicaraan

terutama jika keadaan sekitar gaduh, sehingga membutuhkan

tempat duduk yang letaknya strategis. Mereka masih dapat

belajar melalui telinganya, hanya saja ia mengalami sedikit

hambatan dalam perkembangan bahasanya sehingga perlu

dilakukan terapi bicara.

b) Gangguan pendengaran sedang (41-55 dB), orang dengan

gangguan pendengaran dalam rentang ini mungkin akan

memiliki kesulitan mengikuti pembelajaran tanpa alat bantu

dengar, karena mereka hanya mampu mengerti percakapan

secara berhadapan. 50

c) Gangguan pendengaran agak berat (56-70 dB), orang dengan

gangguan pendengaran dalam rentang ini sangat bergantung

pada kemampuan membaca gerak bibir. Ia hanya dapat

mendengar suara dari jarak dekat, bahkan bila orang tersebut

menggunakan alat bantu dengar sekalipun.

d) Gangguan pendengaran berat (71-90 dB), orang dengan

gangguan pendengaran dalam rentang ini sangat sulit

memperoleh kemampuan bicara sekalipun dengan bantuan

teknik khusus, ia hanya dapat mendengar suara-suara yang

keras dari jarak dekat.

e) Gangguan pendengan berat sekali (di atas 90 dB), orang

dengan gangguan pendengaran dalam rentang ini masih dapat

49 Agustyawati, Op.Cit., h. 49 50 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.7

Page 36: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

25

mendengar suara yang keras, tetapi ia lebih menyadari suara

melalui getarannya daripada melalui pola suara.51

c. Karakteristik Anak Tunarungu

1) Karakteristik Fisiologis

a) Cara berjalan kaku dan agak membungkuk.

b) Gerakan matanya cepat, agak beringas.

c) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat dan lincah.

d) Pernapasannya pendek dan agak terganggu.52

e) Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.53

2) Karakteristik Sosial

a) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan

b) Perasaan cemburu dan berburuk sangka ataupun merasa

diperlakukan tidak adil.

c) Kurang dapat bergaul dan mudah marah serta agresif.54

d) Merasa takut dan tidak aman terhadap lingkungan sekitar.55

3) Karakteristik Psikologis

Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan atau tulisan seringkali

menyebabkan anak tunarungu mengalami tekanan dalam

emosinya,56 sehingga ia cenderung memiliki sifat egosentris yang

melebihi anak normal.57 Keadaan seperti ini akan membuat anak

tunarungu menampilkan sikap curiga, menutup diri, agresif, kurang

percaya diri, dan emosi tidak stabil58 namun cenderung memiliki

perhatian terhadap getaran.59

4) Karakteristik Intelegensi

51 Wardani, dkk., Ibid., h. 5.7 52 Agustyawati, Op.Cit., h. 55-56 53 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h.45 54 Agustyawati, Ibid., h. 56 55 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.32 56 Agustyawati, Op.Cit., h. 57 57Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.31 58 Hidayat, dkk., Op.Cit., h. 4 59 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h. 45

Page 37: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

26

a) Sama dengan anak pada umumnya (normal dan rata-rata)

b) Sedikit tertinggal karena kesulitan dalam memahami bahasa

terutama bahasa lisan.60

5) Karakteristik Bahasa

a) Terlambat perkembangan bahasanya.61

b) Miskin dalam kosakata

c) Sulit memahami arti kias dan kata yang abstrak

d) Kurang menguasai irama dan gaya bahasa62

e) Bicara terputus-putus akibat keterbatasan kosakata

f) Banyak menggunakan bahasa isyarat.63

Berdasarkan karakteristik anak tunarungu dari beberapa aspek yang

sudah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak

dari ketunarunguannya tersebut hal yang menjadi perhatian adalah

kemampuan berkomunikasi anak tunarungu yang rendah. Intelegensi

anak tunarungu umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan

tinggi, namun prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena

pengaruh kemampuan berbahasanya yang rendah. Maka dalam

pembelajaran di sekolah anak tunarungu harus mendapatkan penanganan

dengan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik yang

dimiliki. Anak tunarungu akan berkonsentrasi dan cepat memahami

kejadian yang sudah dialaminya dan bersifat konkret bukan hanya hal

yang diverbalkan.

Anak tunarungu membutuhkan metode yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan berbahasanya yaitu metode yang dapat

menampilkan kekonkretan sesuai dengan apa yang sudah dialaminya.

Metode pembelajaran untuk anak tunarungu haruslah yang kaya akan

60 Hidayat, dkk., Loc.Cit. 61 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h. 45 62 Agustyawati, Op.Cit., h. 59 63 Hidayat, Op.Cit., h. 4

Page 38: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

27

bahasa konkret dan tidak membiarkan anak untuk berfantasi mengenai

hal yang belum diketahui.

d. Kurikulum Sekolah Luar Biasa

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2014 telah dibahas tentang

Kurikulum Pendidikan Khusus. Kurikulum untuk peserta didik

berkebutuhan khusus dapat berbentuk kurikulum pendidikan reguler atau

kurikulum pendidikan khusus. Walaupun pada kenyataannya banyak

sekolah luar biasa yang menggunakan kurikulum pendidikan reguler,

namun terdapat perubahan maupun pengembangan pada tujuan, proses,

materi, maupun evaluasi. Meskipun demikian, secara umum kurikulum

untuk tunarungu pada dasarnya terpisah dari kurikulum umum, bahkan

terhadap kurikulum untuk pendidikan khusus itu sendiri.64

Pada pasal 9, secara khusus dibahas mengenai muatan kurikulum

untuk peserta didik berkebutuhan khusus, di mana muatan kurikulum

pendidikan khusus bagi peserta didik tunarungu dari kelas I SDLB-

sederajat sampai dengan kelas XII SMALB-sederajat disetarakan dengan

muatan kurikulum pendidikan reguler Pendidikan Anak Usia Dini

sampai dengan kelas VI SD/MI ditambah program kebutuhan khusus dan

program pilihan kemandirian.65

Kurikulum sekolah luar biasa memiliki kesamaan pengembangan

dengan kurikulum pendidikan inklusif, di mana keduanya memiliki 4

model pengembangan kurikulum, di antaranya ialah sebagai berikut: 66

64 Donald F. Moores dan David S. Martin, Deaf Learners: Developments in Curriculum and

Instruction, (Washington DC: Gallaudet University Press, 2006), h. IX 65 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2014

Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus, 2014, h.5, (www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 27

Januari 2019 pukul 13.27 WIB 66 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h. 121

Page 39: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

28

1) Model duplikasi, yaitu memberlakukan kurikulum untuk anak

berkebutuhan khusus sama dengan kurikulum yang digunakan untuk

anak normal.

2) Model modifikasi, yaitu melakukan pengembangan atau perubahan

pada kurikulum umum agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan

kemampuan anak berkebutuhan khusus. Modifikasi ini dapat terjadi

pada empat komponen pembelajaran, yaitu tujuan, proses, materi,

maupun evaluasi.

3) Model substitusi, yaitu mengganti sesuatu dalam kurikulum umum

dengan hal lain yang memiliki nilai yang sepadan agar dapat

diterapkan pada anak berkebutuhan khusus.

4) Model omisi, yaitu menghilangkan sesuatu dari kurikulum umum

tanpa adanya penggantian, hal ini dikarenakan sifatnya terlalu sulit

atau tidak sesuai dengan kondisi anak berkebutuhan khusus.67

e. Metode Pembelajaran untuk Anak Tunarungu

1) Metode Manual

Pada abad ke-18, Abbe de L’Eppe, seorang pendidik di Perancis

memelopori mengajar dengan bahasa isyarat kepada amak tunrungu.68

Dalam implementasinya, metode ini memiliki dua komponen dasar yaitu

bahasa isyarat (sign language) dan ejaan jari tangan (finger spelling).

Bahasa isyarat digunakan untuk menjelaskan kata dan konsep.

Sedangkan ejaan jari tangan dalam implementasinya berupa alfabet

secara manual. Finger spelling biasanya digunakan sebagai pelengkap

bahasa isyarat jika tidak ada bahasa isyarat untuk satu atau beberapa

kata.69

67 Irdamurni dan Rahmiati, Ibid., h. 122-123 68 Agustyawati, Op.Cit., h. 62 69 Ilun Mullifah, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Learning Assistance Program

For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008), Bab. 15, h. 10 (15-10)

Page 40: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

29

Bahasa isyarat adalah bahasa pertama bagi anak anak tunarungu

total, dan bagi sebagian anak yang kehilangan pendengaran sebagian.

Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gerakan tangan

yang ditangkap melalui penglihatan.70 Keuntungan metode isyarat ialah

sesuai dengan dunia anak tunarungu, yaitu dunia tanpa suara, sesuai

dengan kemampuan anak tunarungu untuk menerima dan mengeluarkan

pikiran-pikiran melalui lambang visual sesuai dengan bahasa ibunya.

Namun kelemahannya adalah metode ini kurang efisien karena terlalu

banyak isyarat yang harus dipelajari dan tidak semua hal dapat

digambarkan melalui isyarat, di samping itu, bahasa isyarat tidak

memiliki standar baku, sehingga akan terjadi perbedaan makna bahasa

isyarat di tempat yang berbeda.71

2) Metode Oral

Metode oral dipelopori oleh Samuel Hainicke dan dikembangkan di

Jerman.72 Dalam implementasinya, metode ini menekankan pada

pembimbingan ucapan dan membaca ucapan bagi siswa tunarungu, serta

menangkap pembicaraan melalui pendengaran atau melalui audio.73

Metode oral difokuskan pada pemanfaatan pendengaran yang masih

tersisa yang mungkin masih dimiliki siswa dan siswi melalui

pertolongan alat bantu dengar dan pelatihan khusus.74

Dalam metode oral, sekolah-sekolah biasanya menggunakan MMR

(Meode Maternal Reflektif) yang mengandalkan percakapan dengan

materi yang bersifat konkrit yang berasal dari pengalaman. Metode ini

lebih menguntungkan dalam memperluas komunikasi anak dengan

masyarakat sekitarnya dan dapat memungkinkan kegiatan belajar

mengajar yang lebih sistematis. Namun kelemahannya adalah

70 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.54 71 Agustyawati, Op.Cit., h. 63 72 Agustyawati, Ibid., h. 63 73 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.54 74 Ilun Mullifah, Op.Cit., h. 11, (15-11)

Page 41: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

30

keterbatasan kemampuan siswa untuk menangkap dan mengeluarkan

bahasa lisan.75

3) Metode Komunikasi Total

Dalam implementasinya, metode ini memuat spektrum model

berbahasa yang lengkap, yaitu: membedakan gerakan atau mimik tubuh

anak, bahasa isyarat yang formal, belajar berbicara, membaca ucapan,

isyarat jari tangan, serta belajar membaca dan menulis. Metode ini

berupaya menggunakan atau menggabungkan berbagai metode ataupun

media apapun yang bisa digunakan yang penting anak dapat

berkomunikasi dan memahaminya. Metode ini yang paling dianjurkan

oleh para akademisi di Dinas Pendidikan karena dapat meningkatkan

pemahaman anak tunarungu terhadap materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru.76 Metode ini dapat berfungsi dengan baik

apabila terjalin kerja sama oleh guru dalam berlatih menggunakan

bahasa isyarat.77 Metode total adalah sebagian jalan kompromistis antara

penganjur pendekatan manual dan penganjur pendekatan oral.78

f. Media Pembelajaran untuk Anak Tunarungu

Media pembelajaran yang biasa diterapkan pada anak tunarungu

ialah media visual, hal ini dikarenakan pendengarannya yang kurang

berfungsi sehingga penggunaan media audio ataupun media audio-

visual sangat jarang digunakan karena keterserapan pada unsur audio

tersebut terbatas.

Media visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran untuk anak

tunarungu, di antaranya adalah gambar, objek nyata maupun bentuk

75 Agustyawati, Op.Cit., h. 64 76 Agustyawati, Ibid., h. 65 77 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.58 78 Ilun Mullifah, Op.Cit., h. 11(15-11)

Page 42: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

31

tiruan (model), grafik, slides79, finger alphabet, torso setengah badan,

puzzle, kartun kata, dan alat musik.80

Media audio maupun media audio-visual dapat digunakan untuk

latihan pendengaran, seperti penggunaan program kaset suara yang

berisi suara-suara binatang, sehingga dapat melatih anak tunarungu

untuk membedakan suara binatang.81

Di samping media visual, media audio, maupun media audio-visual,

terdapat media yang sangat penting untuk menunjang pendengaran anak

tunarungu, yaitu alat bantu dengar (hearing aid).82 Alat bantu dengar

memiliki model yang bermacam-macam, di antaranya 1) Model Saku,

2) Model Belakang Telinga, dan 3) Model Kacamata.83

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Jurnal Kajian Kependidikan Islam: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Siswa Tunarungu di SMPLB Wantu Wirawan Tahun 2016 yang diteliti oleh

Roko Patria Jati, Mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dalam penelitian

ini terdapat persamaan dengan yang dilakukan oleh penulis, yaitu dari segi

jenis penelitian yang merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, yakni memaparkan tentang pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Siswa Tunarungu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMPLB-B Wantu Wirawan berbeda dengan

sekolah umum, dengan menggunakan kurikulum KTSP sebagaimana yang

digunakan sekolah umum, akan tetapi asupan materi ajar berbeda, karena

ditentukan oleh guru dengan melihat kemampuan siswa. Dalam

pembelajaran pendidikan menggunakan bahasa yang sederhana dan harus

79 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.61 80 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h. 164 81 Wardani, dkk., Op.Cit., h. 5.62 82 Wardani, dkk., Ibid., h. 5.62 83 Irdamurni dan Rahmiati, Op.Cit., h. 160

Page 43: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

32

dengan suara keras, jelas, dan menghadap ke siswa serta desain ruangan

yang berbentuk auditorium.84

2. Jurnal At-Ta’dib: Efektivitas Pembelajaran Agama Islam pada Peserta

Didik Berkebutuhan Khusus tahun 2016 yang diteliti oleh Agus Budiman,

Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor. Dalam penelitian itu terdapat

persamaan dengan yang dilakukan oleh penulis, yaitu dari segi jenis

penelitian yang merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, yakni memaparkan tentang efektivitas pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada Peserta Didik Berkebutuhan Khusus. Hasil dari

penelitian ini adalah dalam mendidik anak dengan kebutuhan khusus

memerlukan pendekatan dan metode yang khusus pula, di antaranya adalah

1) membangun kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus, 2) memberikan

program pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik, 3)

memberi kesempatan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan semua

hak-haknya.85

3. Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education: Problematika Guru Pendidikan

Agama Islam dalam Pembelajaran Pada Anak Tuna Grahita Usia SD Awal

tahun 2017 yang diteliti oleh Rika Sa’diyah, Dosen Universitas

Muhammadiyah Jakarta, dan Siti Khosiah Rochmah, Dosen Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam penelitian itu terdapat persamaan dengan

yang dilakukan oleh penulis, yaitu dari segi topik permasalahan yakni

tentang Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus. Namun

perbedaannya adalah peneliti tersebut memfokuskan pada problematika

guru dalam mendidik anak tunagrahita, sedangkan penulis memfokuskan

permasalahan pada problematika guru dalam mendidik anak tunarungu.

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa problematika yang

dihadapi guru PAI dalam mendidik anak tunagrahita, di antaranya adalah 1)

84 Roko Patria Jati, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu di SMPLB

Wantu Wirawan, Jurnal Kajian Kependidikan Islam, Vol.8, 2016, http://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id

/index.php/mudarrisa/article/download/490/449. Diakses pada 13 Maret 2018. 85 Agus Budiman, Efektivitas Pembelajaran Agama Islam pada Peserta Didik Berkebutuhan

Khusus, Jurnal At-Ta’dib, Vol.11, 2016, http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/

download/621/558. Diakses pada 9 Maret 2018.

Page 44: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

33

pembelajaran belum bisa dilaksanakan sesuai dengan RPP, 2) guru PAI

masih belum menguasai kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional,

dan 3) kurangnya sarana prasarana yang dapat membantu guru dalam

menyampaikan pembelajaran.86

4. Problematika Proses Pembelajaran PAI Pada Siswa Tunarungu SDLB-B Di

SLB Marsudi Putra I Bantul Yogyakarta tahun 2009 yang diteliti oleh Tuti

Rochanah, mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam penelitian itu terdapat persamaan dengan yang dilakukan oleh

penulis, yaitu dari segi jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Namun perbedaannya adalah, peneliti tersebut memfokuskan

pada problematika dalam proses pembelajaran PAI, sedangkan penulis

memfokuskan permasalahan pada problematika guru dalam proses

pembelajaran PAI. Hasil dari penelitian ini adalah 1) proses pembelajaran

PAI lebih ditekankan pada pengembangan perilaku dan kemampuan siswa

dalam menjalankan ibadah seperti sholat dan puasa, 2) kurangnya

kompetensi guru serta sarana dan prasarana yang mendukung, 3)

mengupayakan beberapa hal untuk mengatasi permasalahan yang ada,

seperti memahami karakteristik siswa tunarungu dan menerapkan prinsip

pembelajaran yang sesuai.87

5. Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB-B Ngudi Hayu

Srengat Blitar tahun 2015 yang diteliti oleh Nenda Martiasari, mahasiswi

IAIN Tulungagung. Dalam penelitian itu terdapat persamaan dengan yang

dilakukan oleh penulis, yaitu dari segi jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Proses pendidikan

Agama Islam pada anak tunarungu di SLB-B Ngudi Hayu Srengat hampir

sama dengan sekolah reguler namun dalam pelaksanaannya disesuaikan

dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. 2) Faktor pendukung,

86 Rika Sa’diyah, Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembelajaran Pada Anak

Tuna Grahita Usia SD Awal, Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education, 2017, http://ejournal.

adpgmiindonesia.com/index.php/jmie/article/download/24/14. Diakses pada 13 Maret 2018 87 Tuti Rochanah, Problematika Proses Pembelajaran PAI Pada Siswa Tunarungu SDLB-B Di

SLB Marsudi Putra I Bantul Yogyakarta, 2009, http://digilib.uinsuka.ac.id/3126/1/

BAB%20I%2CV.pdf. Diakses pada 13 Maret 2018

Page 45: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

34

yaitu berupa dukungan dari orang tua serta kesabaran dan ketelatenan guru

dalam mengajar siswa. Faktor pengambat, yaitu berupa kesulitan

komunikasi yang dialami oleh guru PAI dalam menyampaikan materi

karena memang kurangnya kemampuan dalam penggunaan bahasa isyarat.

3) Praktek ibadah anak tunarungu sangat dipengaruhi dengan keadaan dan

pembiasaan oleh lingkungan sekitarnya, terutama orang tua dan guru.88

88 Nenda Martiasari, Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB-B Ngudi Hayu

Srengat Blitar, 2015, http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2110/. Diakses pada 6 Maret 2018

Page 46: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan

yang beralamat di Jalan RS. Fatmawati RT.014 RW.004, Cipete Utara,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kode pos 12420.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2019, yaitu pada Januari-April 2019.

B. Latar Penelitian (Setting)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek di sebuah lembaga

pendidikan anak berkebutuhan khusus yaitu SDLB-B Santi Rama yang

berada di Cipete Jakarta Selatan. SLB tersebut melayani anak-anak

berkebutuhan khusus tunarungu dari mulai jenjang TK, SD, SMP, dan SMA.

SLB tersebut berdiri sejak tahun 1970 yang dirintis oleh salah satu dokter

THT di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yaitu Prof. dr. Hendarto

Hendarmi. Ketika itu beliau sedang berkunjung ke Belanda dan beliau

mengamati bahwa pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tunarungu di

Belanda sangat bagus. Setelah beliau kembali ke Indonesia dan mulai cemas

mengapa pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus tunarungu di Indonesia

kurang ditangani dengan baik. Lalu beliau menghadap ke Ny. JS. Nasution

yang merupakan ketua BPKKS/BKKKS dan mengusulkan untuk didirikan

sekolah khusus untuk anak tunarungu. Akhirnya didirikanlah dua sekolah

untuk anak tunarungu di Bandengan Utara dan Jakarta Utara, namun

bangunan yang digunakan merupakan sebuah garasi mobil dengan beberapa

peserta didik. Setelah itu Ibu Nasution dan Prof. dr. Hendarto Hendarmi

menghadap kepada Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu Bapak Ali Sadikin,

hingga akhirnya didirikanlah sekolah khusus untuk anak tunarungu di daerah

Page 47: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

36

Cipete ini di mana peserta didiknya berasal dari dua sekolah yang didirikan

sebelumnya.1

SLB Santi Rama merupakan sekolah swasta yang menerapkan kultur

Islami karena mayoritas siswa di sekolah tersebut beragama Islam. Selain

terdapat mata pelajaran PAI di dalam kelas, SLB Santi Rama juga

melaksanakan kegiatan sholat zuhur berjama’ah, serta hafalan surat-surat

pendek dan do’a sehari-hari. Letak sekolah yang sangat strategis, dilalui oleh

angkutan umum sehingga mudah dijangkau oleh siswa-siswi yang

bersekolah. Meskipun sekolah ini berada di pinggir jalan yang cukup besar

dan padat lalu lintas, keamanan dan kenyamanan proses pembelajaran dapat

terjaga dengan baik karena lokasi sekolah yang cukup luas dan terstruktur.

Hal itu menjadi salah satu alasan peneliti untuk menjadikan sekolah tersebut

sebagai objek penelitian di samping karena kultur sekolah, guru, dan siswa

juga layak dijadikan objek penelitian.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pola pendekatan

deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah di mana peneliti merupakan

instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.2

Dalam penelitian ini penulis bertugas mengumpulkan data-data yang

berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, baik melalui observasi

langsung yang dilakukan dengan mengamati proses belajar mengajar di

dalam kelas, menjadi interviewer dalam proses wawancara terhadap guru PAI

1 Hasil wawancara dengan Eko Yono, dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2019, pukul

09.10 WIB, di ruang kepala sekolah 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),

h. 9

Page 48: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

37

dan Budi Pekerti, dan kepala sekolah, serta mengumpulkan dokumen-

dokumen sebagai data pelengkap dalam penelitian kualitatif ini yang ditulis

berdasarkan kejadian alamiah, atau kejadian yang sebenarnya pada sebuah

objek penelitian.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan

dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir

tertentu.3 Peneliti menggunakan metode deskriptif karena metode ini tepat

digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi

faktual penyelenggaraan pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan

dunia pendidikan.4

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian kualitatif ini, peneliti terlebih dahulu

melakukan pengamatan langsung di sekolah yang dijadikan objek penelitian

untuk mengetahui permasalahan yang akan diteliti secara lebih lanjut. Untuk

mendapatkan data yang akurat dan relevan dengan fokus permasalahan yang

akan diteliti, maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,

di antaranya ialah wawancara terstruktur, observasi nonpartisipan, dan

dokumentasi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik,

di antaranya:

1. Wawancara Terstruktur

Wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui interaksi

verbal/lisan.5 Wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang

diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu berkaitan dengan penelitian.6

Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara dengan pertanyaan

3 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 100 4 Mahmud, ibid., h. 101 5 Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014), h.

48 6 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3

UI, 1998), h. 72

Page 49: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

38

yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga responden dituntut untuk

menjawab sesuai dengan apa yang terkandung di dalam pertanyaan. Peneliti

mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan

data yang diperlukan.

Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa variasi dalam wawancara,

di antaranya ialah:

a. Wawancara konversasional yang informal, di mana proses wawancara

terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang spontan. Tipe wawancara ini

umumnya dilakukan oleh peneliti yang melakukan observasi

partisipatif.

b. Wawancara dengan pedoman umum, di mana peneliti sudah terlebih

dahulu menyiapkan pedoman wawancara secara umum. Hal ini

berfungsi untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang

perlu dibahas.

c. Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka, di mana peneliti

sudah terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara yang ditulis

dalam bentuk pertanyaan secara rinci dan lengkap. 7

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe wawancara dengan

pedoman terstandar yang terbuka, di mana peneliti sudah terlebih dahulu

menyiapkan pedoman wawancara yang ditulis dalam bentuk pertanyaan

secara rinci dan lengkap. Kemudian pedoman wawancara ini disampaikan

kepada Kepala SLB Santi Rama dan guru kelas IV dengan menggunakan

bentuk wawancara formal terstruktur disertai dengan pedoman wawancara

yang berisi daftar pertanyaan, serta dibantu dengan alat perekam suara

berupa ponsel. Di samping itu, peneliti juga menggunakan tipe wawancara

dengan pedoman umum yang kemudian disampaikan kepada wakil kepala

sekolah bidang kurikulum dan petugas tata usaha. Wawancara dilakukan di

ruang kelas, ruang tata usaha, dan di ruang kepala sekolah. Pada saat

7 E. Kristi Poerwandari, Ibid., h. 73

Page 50: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

39

wawancara, penulis menggali data melalui pertanyaan-pertanyaan yang

sesuai dengan rumusan masalah, di antaranya ialah sebagai berikut:

a. Latar belakang SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan, visi dan misi,

serta program-program yang ditawarkan sekolah.

b. Proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di kelas 4 SDLB Santi Rama

Cipete Jakarta Selatan, mulai dari penetapan kurikulum yang

digunakan, metode dan media yang dipilih, hingga teknik evaluasi yang

diterapkan.

c. Faktor pendukung serta faktor penghambat pembelajaran PAI dan Budi

Pekerti yang terjadi di kelas 4 SDLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan.

2. Observasi Langsung/nonpartisipan

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara melakukan pengamatan maupun pencatatan secara

sistematis terhadap segala hal yang tampak pada objek penelitian selama

kegiatan berlangsung.8 Melalui teknik observasi inilah seorang peneliti dapat

terbantu dalam mengetahui dan menyelidiki kondisi maupun tingkah laku

objek penelitian.9

Dalam observasi ini, peneliti hanya mengamati kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Dengan kata lain, pengamat berada di luar kegiatan yang

diamati.10 Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan pada kondisi

lingkungan sekitar penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang

berkaitan dengan proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Peneliti hanya

mengamati kegiatan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di dalam kelas 4

SDLB Santi Rama, dengan memperhatikan kurikulum, metode dan media

pelajaran yang digunakan oleh guru, serta teknik evaluasi yang digunakan.

8 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 220 9 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 384 10 Suwartono, Op.Cit., h. 43

Page 51: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

40

Di samping itu, peneliti juga mengamati gerak-gerik siswa, kondisi sosial

anak tunarungu, serta sistem komunikasi yang digunakan.

Pada saat observasi, peneliti menggali data melalui kisi-kisi instrumen

yang sesuai dengan rumusan masalah, di antaranya ialah sebagai berikut:

d. Kegiatan pra-pembelajaran.

e. Kegiatan membuka pelajaran.

f. Penguasaan guru terhadap materi PAI dan Budi Pekerti.

g. Penerapan metode pembelajaran.

h. Pemanfaatan media dan sumber belajar.

i. Interaksi dalam pembelajaran.

j. Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi.

3. Dokumentasi

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/dapat

dipercaya jika didukung oleh dokumen yang dapat dijadikan sebagai bahan

referensi atau bahan rujukan dalam perencanaan pengumpulan data, serta

dapat pula dijadikan sebagai alat kontrol utama untuk membuktikan

kebenaran hasil wawancara dan observasi. Dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian,

tetapi melalui dokumen.11 Melalui dokumentasi ini, maka diharapkan data

yang diperoleh dapat lebih objektif.

Untuk mendapatkan deskripsi dan pemahaman mendalam atas fokus

penelitian, peneliti akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang dapat

mendukung hasil wawancara maupun observasi, di antaranya ialah sebagai

berikut:

a. Dokumen yang berisi profil sekolah, di mana di dalam profil sekolah

akan diperoleh latar belakang didirikannya sekolah, visi dan misi, serta

program-program yang ditawarkan.

11 Mahmud, Op.Cit., h. 183

Page 52: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

41

b. Dokumen kurikulum dan dokumen pembelajaran di dalam kelas,

khususnya pada kelas 4 SDLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan.

c. Foto-foto dan video kegiatan pembelajaran dan aktivitas peserta didik di

lingkungan sekolah.

d. Serta dokumen-dokumen lainnya yang dapat mendukung proses

pengumpulan data.

Dokumen-dokumen ini berguna sebagai pembuktian dokumenter dan

sebagai penguat keabsahan data kualitatif dalam penelitian. Setelah semua

data didapatkan dari berbagai sumber, barulah peneliti menggabungkan dan

melakukan analisis data tersebut dengan cara triangulasi data.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”. Validasi

terhadap peneliti, meliputi pemahaman mengenai metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan

peneliti untuk memasuki objek penelitian.12 Seorang peneliti harus mampu

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data serta menganalisisnya hingga menarik

kesimpulan atas temuannya. Selama penelitian berlangsung, peneliti harus

hadir dalam latar penelitian untuk mengamati dan melakukan proses

wawancara sehingga terjalin keakraban dengan subjek yang diteliti.13

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen wawancara

terstruktur dan observasi nonpartisipan. Wawancara dilakukan kepada kepala

sekolah dan guru kelas. Observasi nonpartisipan dilakukan dengan

mengamati kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Beberapa aspek yang diamati yaitu:

1) Latar belakang sekolah

12 Sugiyono, Op.Cit., h. 305 13 Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 22

Page 53: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

42

2) Program-program unggulan yang diterapkan di sekolah

3) Budaya pembelajaran yang diterapkan di sekolah

4) Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran

5) Kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, mulai dari

perencanaan hingga evaluasi.

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Setelah proses pengumpulan data selesai dilaksanakan, data yang

diperoleh harus diperiksa keabsahan atau validnya suatu data. Proses

pengujian keabsahan atau validnya suatu data ini dinamakan uji kredibilitas.

Kebenaran dan ketepatan hasil penelitian yang sesuai dengan fokus penelitian

didapatkan melalui proses pengujian keakuratan, keabsahan, dan kebenaran

data yang terkumpul dan sudah dianalisis sejak awal penelitian.14 Langkah-

langkah yang akan dilakukan peneliti dalam proses pemeriksaan atau

pengecekan keabsahan data, di antaranya sebagai berikut:

1. Perpanjangan Pengamatan

Langkah pertama dalam proses pemeriksaan atau pengecekan keabsahan

data ialah dengan memperpanjang pengamatan. Perpanjangan pengamatan

berarti peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengamatan,

wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang

baru.15 Dalam proses perpanjangan pengamatan, peneliti melakukan

observasi dan wawancara lebih mendalam agar data yang diperoleh dapat

dinyatakan sesuai dengan fakta yang terjadi di sekolah atau objek penelitian.

Selain itu, peneliti juga melakukan pemeriksaan ulang terhadap kelengkapan

dokumentasi yang diperoleh. Dari proses perpanjangan pengamatan ini

diharapkan peneliti dapat membuat perincian pengamatannya.16

Peneliti mengumpulkan data dengan lebih dari satu kali kunjungan dari

mulai 7 Januari 2019 - 12 April 2019 yang bertujuan untuk melengkapi data-

14 A. Muri Yusuf, Op.Cit., h. 394-395 15 Sugiyono, Op.Cit., h. 270 16 Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Op.Cit., h. 33

Page 54: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

43

data yang dibutuhkan. Proses memperpanjang pengamatan ini berguna untuk

menguatkan data yang didapat dalam penelitian, serta untuk menguji

keabsahan dan kredibilitas suatu data yang didapat.

2. Triangulasi Data

Triangulasi merupakan suatu istilah yang berasal dari dunia navigasi dan

strategi militer, yakni perpaduan beberapa metodologi untuk memahami

suatu fenomena.17 Maksudnya ialah proses analisis yang dilakukan terhadap

data yang diperoleh sebanyak mungkin dari berbagai sumber melalui

berbagai metode. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai upaya mengecek kebenaran data yang diperoleh melalui berbagai

sudut pandang yang berbeda.18

Triangulasi data adalah proses analisis data dengan cara menyandingkan

dan menghubungkan data-data yang diperoleh agar saling melengkapi satu

sama lain sehingga dapat terbangun satu gagasan yang utuh. Triangulasi

merupakan suatu mekanisme untuk melakukan cek dan ricek.19 Triangulasi

data akan menguatkan data-data yang telah didapatkan. Triangulasi ini dapat

dilakukan dengan waktu, tempat, metode, teori, kombinasi level, dan data

yang berbeda-beda lainnya.20

Teknik ini dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi.21 Dengan demikian, dalam penelitian ini, peneliti melakukan

triangulasi dengan mewawancarai Kepala SLB Santi Rama, beberapa guru

dan staf karyawan, dan melakukan studi dokumentasi, serta mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan dari operator sekolah seperti profil sekolah, data

sekolah, data siswa, dan kurikulum yang digunakan.

17 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif, (Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2017), h.

106 18 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2011), h. 164 19 Nusa Putra dan Hendarman, Metode Riset Campur Sari: Konsep, Strategi, dan Aplikasi,

(Jakarta: PT. Indeks, 2013), h. 90-92 20 A. Chaedar Alwasilah, Op.Cit., h. 106 21 Sugiyono, Ibid., h. 327

Page 55: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

44

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri dan dapat diceritakan kepada orang lain.22

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebaiknya segera menganalisis data

yang sudah diperoleh dan tidak membiarkannya menumpuk terlalu lama,

karena dikhawatirkan peneliti akan semakin sulit menemukan kepekaan teori

terhadap data yang dikumpulkannya. Setelah observasi atau wawancara

pertama, sebaiknya peneliti segera membuat laporan dari hasil yang diperoleh

sehingga observasi dan wawancara berikutnya dapat terpandu oleh fokus

yang jelas dan data yang diperoleh dapat lebih komprehensif.23

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis sebelum di lapangan yang biasa disebut dengan studi

pendahuluan ini dilakukan dengan berkunjung ke SLB Santi Rama

Cipete Jakarta Selatan untuk melihat kondisi sosial sekolah. Setelah itu,

peneliti mencari kajian teori yang digunakan sebagai landasan berpikir,

karena dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan teori

yang telah ditemukan.

2. Analisis Data di Lapangan

a. Organisasi Data

Tahap pertama dalam proses pengolahan data ialah organisasi

data. Peneliti wajib mengorganisasikan data yang ia peroleh secara

rapi, sistematis, dan lengkap. Karena data yang diperoleh dalam

penelitian kualitatif sangat banyak dan beragam, maka proses

pengorganisasian data ini akan sangat membantu peneliti dalam

22 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 248 23 A. Chaedar Alwasilah, Op.Cit., h. 113

Page 56: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

45

memperoleh kualitas data yang baik serta mendokumentasikan

analisis yang telah dilakukan.24

Dalam tahap ini, peneliti mengorganisasikan data-data penting

yang telah diperoleh selama proses pengumpulan data, baik hasil

wawancara, observasi, maupun dokumentasi.

b. Koding dan Kategorisasi

Dalam proses pengorganisasian data, koding merupakan hal

yang paling penting dilakukan. Koding merupakan proses

pembubuhan kode-kode pada materi yang diperoleh selama proses

pengumpulan data, sehingga data yang diperoleh dapat terorganisasi

dengan baik, lengkap, detail, dan sistematis.25 Dengan demikian,

peneliti dapat menemukan makna dari data yang diperoleh di

lapangan.

Dalam tahap ini, peneliti menyusun transkripsi atau catatan

lapangan dan kemudian memberikan kode-kode tertentu sesuai

dengan tema yang berkaitan. Kemudian kode-kode tersebut

diberikan nomor agar memudahkan proses pengurutan data. Tahap

terakhir ialah memberikan nama pada berkas yang telah diberikan

kode tertentu. Inilah yang disebut dengan kategorisasi. Proses ini

akan membantu peneliti dalam mengidentifikasi fenomena dan

mengambil kesimpulan dari data yang telah diperoleh.26

c. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan

membuat uraian singkat bersifat naratif, bagan, presentase, dsb.,

karena penelitian kualitatif ini menggambarkan kejadian alamiah

ataupun kejadian yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian.

Melalui penyajian data berupa kesimpulan ini dapat ditemukan

jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan.

24 E. Kristi Poerwandari, Op.Cit., h. 87 25 E. Kristi Poerwandari, Ibid., h. 89 26 A. Chaedar Alwasilah, Op.Cit., h. 114

Page 57: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

46

Page 58: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

74

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan semua tahap penelitian, akhirnya penulis dapat

menyimpulkan hasil penelitian yang didapat tentang Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama Cipete Jakarta Selatan.

Kesimpulan dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama

menggunakan kurikulum 2013 dengan pendekatan scientific yang biasa

diterapkan di sekolah umum, hanya saja terdapat beberapa modifikasi

yang dilakukan oleh guru salah satunya dari segi materi agar lebih

disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Penggunaan kurikulum

2013 ini juga terus menerus diterapkan sejak awal diberlakukan hingga

sekarang. Metode yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajar PAI

dan Budi Pekerti adalah metode maternal reflektif (MMR) atau metode

bercakap. Metode ini diaplikasikan melalui beberapa metode lainnya, di

antaranya metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, drill, dan dikte.

Keseluruhan metode tersebut diterapkan dengan menggunakan

pendekatan cooperative learning. Di samping itu, pemanfaatan media

visual juga sering diterapkan untuk mendukung proses pembelajaran.

Salah satu media visual yang menarik perhatian penulis adalah media pias

kata. Mengenai sistem komunikasi, di SLB ini cenderung menggunakan

metode komunikasi total, yakni perpaduan antara penggunaan oral dengan

bahasa isyarat. Tata ruang yang diatur dalam proses pembelajaran di

dalam kelas yaitu melengkung menyerupai huruf “U”, hal ini dimaksudkan

agar seluruh siswa dapat melihat gerakan bibir guru dengan jelas sehingga

dapat membantu proses penyampaian informasi. Selain itu, evaluasi yang

diterapkan yaitu sama seperti sekolah pada umumnya, yakni dengan

melakukan penilaian terhadap aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Page 59: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

75

2. Faktor pendukung pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama

yaitu adanya kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah,

belajar mengaji, hafalan surat-surat pendek pilihan dan do’a sehari-hari,

kegiatan PHBI dan pesantren Ramadhan. Di samping itu faktor pendukung

paling penting bagi siswa tunarungu adalah peran serta orang tua yang

turut memberikan semangat, motivasi, serta bantuan dalam proses belajar

dengan mendidik siswa di rumah dan membiasakan nilai-nilai yang

diterapkan di sekolah. Adapula program khusus untuk anak tunarungu,

yakni PKPBI (Pengembangan Komunikasi, Persepsi, Bunyi dan Irama)

dan Bina Wicara. Selain itu juga ada pembinaan untuk guru agar mampu

meningkatkan kemampuan dalam mengajar agar tujuan dalam

pembelajaran dapat tercapai.

3. Adapun faktor penghambat proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di

SLB Santi Rama yaitu kurangnya tenaga pendidik khusus di bidang

Pendidikan Agama Islam. Selain itu, faktor utama yang menjadi

penghambat dalam proses pembelajaran ialah keterbatasan kemampuan

siswa dalam berkomunikasi, sehingga penerimaan informasi dari guru

menjadi terhambat. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan

dalam proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SLB Santi Rama yaitu

memberikan bimbingan khusus kepada siswa tunarungu serta

meningkatkan kreativitas guru agar selalu berinovasi dalam menentukan

metode dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

dengan memperhatikan waktu yang tersedia

B. Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, di antaranya: 1)

implikasi terhadap pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus seharusnya

lebih diperhatikan oleh pemerintah dan mutu pendidikan di sekolah luar biasa

hendaknya ditingkatkan secara bertahap; 2) implikasi terhadap pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di sekolah khusus seharusnya lebih

diperhatikan baik oleh guru maupun orangtua di rumah, agar proses

Page 60: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

76

internalisasi nilai-nilai ke-Islaman dapat terjalin dengan baik; 3) implikasi

terhadap tenaga kependidikan agar terus meningkatkan kemampuannya dalam

mendidik anak berkebutuhan khusus; 4) implikasi terhadap cara pandang

masyarakat terhadap kaum berkebutuhan khusus yang seharusnya

memanusiakan mereka, serta memberikan fasilitas dan bantuan kepada mereka

tanpa merendahkan kehadirannya.

C. Saran

1. Bagi Penulis

Selalu bersyukur dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan

kemampuan diri, serta menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk

sesama.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Memberikan pembinaan juga motivasi kepada guru PAI dan Budi

Pekerti agar dapat mempersiapkan diri baik dari segi mental maupun

fisik.

Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung proses

pembelajaran bagi siswa tunarungu.

4. Bagi Guru PAI dan Budi Pekerti

Memberikan dukungan dan pengajaran terhadap siswa penyandang

tunarungu untuk semangat belajar dan beribadah serta berperilaku

baik di masyarakat.

Mempersiapkan diri agar mampu menciptakan kegiatan belajar

mengajar yang efektif, dengan metode yang menarik sehingga siswa

mampu memahami pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.

5. Bagi Orang Tua Siswa

Meningkatkan kesabaran dan teruslah membantu anak dalam belajar

agar anak semakin termotivasi untuk lebih baik.

Berikanlah fasilitas yang terbaik untuk anak agar dapat membantu

perkembangan dirinya.

Page 61: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

77

DAFTAR PUSTAKA

Abu Dawud, Imam. Sunan Abu Dawud Juz 1. (Mesir: Darul Hadis, 1999)

Agustyawati dan Solicha. Psikologi Pendidikan: Anak Berkebutuhan Khusus.

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: Departemen Agama RI, 2014)

Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Kualitatif, (Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya,

2017)

Arief, Armai. Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat

Pers, 2002)

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011)

Atsari, Abu Ismail Muslim. Jangan Sembunyikan Ilmu. 2018, (www.almanhaj.or.id).

Diakses tanggal 10 Juni 2019 pukul 21.03 WIB

Bahraen, Raehanul. Puasa dan Al-Qur’an Memberikan Syafaat dengan Izin Allah,

2018, (www.muslim.or.id). Diakses tanggal 10 Juni 2019 pukul 20.55 WIB

Budiman, Agus. Efektivitas Pembelajaran Agama Islam pada Peserta Didik

Berkebutuhan Khusus, Jurnal At-Ta’dib, Vol.11, 2016, Diakses pada 9

Maret 2018.

Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995)

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013)

Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994).

Hasil observasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas IV A, dilaksanakan

pada tanggal 1 Maret 2019, pukul 10.00 WIB, di ruang kelas IV A

Hasil observasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas IV A, dilaksanakan

pada tanggal 8 Maret 2019, pukul 10.00 WIB, di ruang kelas IV A

Hasil observasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas IV A, dilaksanakan

pada tanggal 22 Maret 2019, pukul 10.00 WIB, di ruang kelas IV A.

Hasil observasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas IV A, dilaksanakan

pada tanggal 1 April 2019, pukul 11.00 WIB, di ruang PKPBI

Page 62: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

78

Hasil wawancara dengan Siti Jahara, Wakil Kepala SLB Santi Rama, dilaksanakan

pada tanggal 22 Februari 2019, pukul 10.15 WIB, di ruang kepala sekolah

Hasil wawancara dengan Suhariyani, guru kelas IV, dilaksanakan pada tanggal 22

Februari 2019, pukul 11.10 WIB, di ruang kelas IV A

Hasil wawancara dengan Eko Yono, Kepala SLB Santi Rama, dilaksanakan pada

tanggal 22 Februari 2019, pukul 09.10 WIB, di ruang kepala sekolah

Hasil wawancara dengan Suhariyani, dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2019,

pukul 09.20 WIB, di ruang kelas IV A

Hasil wawancara dengan Agung Hari Wibisono, petugas tata usaha, dilaksanakan

pada tanggal 21 Maret 2019, pukul 11.05 WIB, di ruang tata usaha

Hidayat, dkk., Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. (Bandung: UPI Press, 2006)

Irdamurni dan Rahmiati, Pendidikan Inklusif Sebagai Solusi dalam Mendidik Anak

Istimewa, (Jakarta: Paedea, 2017)

Jati, Roko Patria. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu di

SMPLB Wantu Wirawan, Jurnal Kajian Kependidikan Islam, Vol.8, 2016,

http://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id . Diakses pada 13 Maret 2018.

Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014

Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016

Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,

(www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 12 Januari 2019 pukul 15.00 WIB

Lampiran KI dan KD Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SDLB

Tunarungu

Mahfud, Rois. Al-Islam : Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011)

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011)

Maulipaksi, Desliana. Sekolah Inklusi dan Pembangunan SLB Dukung Pendidikan

Inklusi, 2017, (www.kemendikbud.go.id). Diakses tanggal 12 Januari 2019

pukul 19.49 WIB

Marschark, Marc dan Patricia Elizabeth Spencer. Deaf Studies, Language, and

Education, (New York: Oxford University Press, 2003)

Martiasari, Nenda. Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunarungu di SLB-B Ngudi

Page 63: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

79

Hayu Srengat Blitar. 2015. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2110/.

Diakses pada 6 Maret 2018

Moleong, Lexy J.. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010)

Moores, Donald F. dan David S. Martin. Deaf Learners: Developments in

Curriculum and Instruction. (Washington DC: Gallaudet University Press,

2006)

Mullifah, Ilun, dkk., Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: Learning Assistance

Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008)

Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014)

Nawawi, Imam. Shahih Muslim bi Syarhi al-Nawawi Juz 3. (Mesir: Darul Hadis,

1994)

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157

Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus, 2014,

(www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 27 Januari 2019 pukul 13.27 WIB

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Kegamaan BAB I Pasal 1 Ayat 1

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. (Jakarta:

LPSP3 UI, 1998)

Putra, Nusa dan Hendarman, Metode Riset Campur Sari: Konsep, Strategi, dan

Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2013)

Putra, Nusa dan Santi Lisnawati. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam.

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013),

Rochanah, Tuti. Problematika Proses Pembelajaran PAI Pada Siswa Tunarungu

SDLB-B Di SLB Marsudi Putra I Bantul Yogyakarta. 2009.

http://digilib.uin-suka.ac.id/3126/1/BAB%20I%2CV.pdf. Diakses pada 13

Maret 2018

Roqib, Mohammad. Ilmu Pendidikan Islam. (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009)

Sa’diyah, Rika dan Siti Khosiah Rochmah. Problematika Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Pembelajaran Pada Anak Tuna Grahita Usia SD Awal, Journal

Page 64: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

80

of Madrasah Ibtidaiyah Education, 2017.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

Vol. 9. (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010)

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Press, 2015)

Suhendra, M. Agung. Metode Pendidikan Shalat Anak Usia 7-10 Tahun, h. 6-7,

(www.academia.edu). Diakses tanggal 10 Juni 2019 pukul 20.50 WIB

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:

Alfabeta, 2016)

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010)

Sulastri, Sri dan Roko Patria Jati, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa

Tunarungu, Jurnal Kajian Kependidikan Islam, Vol.8, 2016

Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Pendidikan. (Yogyakarta: Andi Offset, 2014)

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004)

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2014), Cet. 11

Thomson, Jenny. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. (Jakarta: Erlangga,

2010)

Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996)

Al Tirmidzi, Al Imam. Sunan At-Tirmidzi Juz 4. (Mesir: Darul Hadis, 2005)

UU Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, (www.lpm.uinjkt.ac.id).

Diakses tanggal 11 Januari 2019 pukul 13.15 WIB

UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (www.lpm.uinjkt.ac.id).

Diakses tanggal 11 Januari 2019 pukul 13.15 WIB

UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1,

(www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 11 Januari 2019 pukul 13.05 WIB

UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, (www.lpm.uinjkt.ac.id). Diakses tanggal 11 Januari

Page 65: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

81

2019 pukul 12.33 WIB

Wardani, dkk., Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Tangerang

Selatan: Universitas Terbuka, 2013

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015)

Page 66: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

82

Page 67: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

LAMPIRAN

Page 68: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 69: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 70: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Instrumen Penelitian 3.1 Pedoman Wawancara Untuk Kepala SLB Santi Rama

Nama :

Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana latar belakang

sejarah berdirinya SLB Santi

Rama?

2. Apa saja keunggulan SLB Santi

Rama?

3. Apa saja program sekolah yang

ditawarkan di SDLB Santi

Rama?

4. Dari mana pendanaan SLB Santi

Rama?

5. Sudah berapa lama Bapak

menjadi Kepala Sekolah?

6. Apa saja kesulitan yang

ditemukan saat melayani anak-

anak berkebutuhan khusus?

7. Apakah ada program penyaluran

minat dan bakat bagi siswa SLB

Santi Rama?

8. Berasal dari mana saja tenaga

pendidik bagi siswa di SLB Santi

Rama?

9. Bagaimana hubungan sekolah

dan masyarakat?

10. Bagaimana Pendidikan Agama

Islam di SLB Santi Rama baik

dari mata pelajaran maupun

kultur yang diterapkan di

sekolah ini?

Page 71: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

3.2 Pedoman Wawancara Untuk Guru PAI SLB Santi Rama

Nama : Kelas :

Pertanyaan Jawaban

Proses Pembelajaran PAI di SLB Santi Rama

1. Apa yang membedakan pembelajaran

PAI di SD dengan SDLB-B (Tujuan,

isi/materi, media, strategi, dan proses

belajar mengajar mulai dari

perencanaan sampai penutup?

2. Metode apa yang digunakan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama

Islam?

3. Pendekatan apa saja yang digunakan

dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam?

4. Bagaimanakah penggunaan sistem

komunikasi siswa tunarungu dalam

pembelajaran di kelas?

5. Media pembelajaran apa saja yang

digunakan dalam proses pembelajaran

PAI di SLB Santi Rama? Apakah ada

pengaturan khusus tata letak tempat

duduk/tata ruang bagi siswa tunarungu

pada saat kegiatan pembelajaran di

kelas?

6. Bagaimana teknik evaluasi yang

diterapkan untuk menilai hasil

pembelajaran PAI?

Faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran PAI di SLB Santi

Rama

1. Apa saja hambatan yang terjadi pada

kegiatan belajar mengajar di SLB Santi

Page 72: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Rama? Bagaimana solusi yang

ditawarkan bagi hambatan yang terjadi

dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

tersebut?

2. Apa saja faktor pendukung kegiatan

belajar mengajar di SLB Santi Rama?

3. Bagaimana peran orang tua dalam

mendukung kegiatan pembelajaran

PAI siswa?

4. Apakah ada bimbingan rutin khusus

siswa tunarungu di SLB Santi Rama?.

Page 73: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

3.3 Pedoman Wawancara Untuk Wakil Kepala Bidang Kurikulum SLB Santi Rama

Nama :

Pertanyaan Jawaban

11. Bagaimana latar belakang

sejarah berdirinya SLB Santi

Rama?

12. Apa saja program sekolah yang

ditawarkan di SDLB Santi

Rama?

13. Apakah ada program penyaluran

minat dan bakat bagi siswa SLB

Santi Rama?

14. Bagaimana Pendidikan Agama

Islam di SLB Santi Rama baik

dari mata pelajaran maupun

kultur yang diterapkan di

sekolah ini?

Page 74: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

3.4 Pedoman Wawancara Untuk Petugas Tata Usaha (operator) SLB Santi Rama

Nama :

Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana latar belakang

sejarah berdirinya SLB Santi

Rama?

2. Apa saja program sekolah yang

ditawarkan di SDLB Santi

Rama?

3. Dari mana pendanaan SLB Santi

Rama?

4. Berasal dari mana saja tenaga

pendidik bagi siswa di SLB Santi

Rama?

5. Bagaimana sarana dan prasarana

penunjang pembelajaran PAI

dan Budi Pekerti di dalam kelas?

Page 75: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Pedoman Observasi Pembelajaran PAI Di SLB Santi Rama

Hari/Tanggal :

Tempat :

Waktu :

No. Kegiatan Guru

Pelaksanaan

Catatan Baik

Kurang

Maksimal

A. Pra-pembelajaran

1. Memeriksa kesiapan ruang, alat dan media

pembelajaran

2. Memeriksa kesiapan peserta didik

B. Membuka Pelajaran

1. Melakukan apersepsi

2. Menyampaikan kompetensi/tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

C. Penguasaan Materi

1. Menunjukkan penguasaan materi

pembelajaran

2. Mengaitkan materi pembelajaran dengan

materi lain yang relevan

D. Metode Pembelajaran

1. Menggunakan metode pembelajaran sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai

2. Melaksanakan pembelajaran secara runtut

3. Menguasai kelas

4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat

memacu kebiasaan positif peserta didik

5. Melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan alokasi waktu

E. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar

1. Menunjukkan keterampilan dalam

memanfaatkan media dan sumber belajar

Page 76: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

2. Menggunakan media/sumber belajar yang

menarik

3. Melibatkan peserta didik dalam

pemanfaatan media dan sumber belajar

F. Interaksi dalam pembelajaran

1. Menciptakan suasana yang menumbuhkan

partisipasi aktif peserta didik melalui guru,

media dan sumber belajar

2. Menciptakan hubungan antar pribadi yang

positif

3. Menunjukkan sikap terbuka dan responsive

terhadap peserta didik

4. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme

peserta didik

G. Penggunaan Bahasa

1. Menggunakan bahasa lisan secara baik,

jelas, dan lancar

2. Menggunakan bahasa tubuh secara baik

dan benar

H. Penutup

Page 77: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 78: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 79: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 80: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 81: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 82: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 83: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 84: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 85: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 86: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SLB Tunarungu Santi Rama

Satuan Pendidikan : SDLB

Kekhususan : Tunarungu

Kelas/Semester : IV / 2

Tema : Merawat Hewan

Subtema : Hewan peliharaan

Pembelajaran : Pembelajaran ke-1 s.d ke- 5

Alokasi Waktu : 26 x 30 menit ( 5 x pertemuan)

Kemampuan awal siswa

- Berkomunikasi dengan komunikasi oral dibantu SIBI.

- Perbendaharaan kata masih sekitar diri sendiri, keluaarga dan lingkungan sekitar.

- Sudah dapat menyusun kalimat sederhana di luar diri sendiri kecuali Azka dan Naufal.

- Sudah dapat memahami isi bacaan sederhana kecuali Naufal.

- Sudah dapat menghitung perkalian dan pembagian kecuali Nesha, Azka, Al dan Suci.

A. Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri

dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa

ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam

karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi dasar Indikator

Bahasa Indonesia

3.1. Menggali informasi teks laporan

sederhana tentang hewan dan tumbuhan

serta jumlahnya, baik lisan maupun tulis

dengan memperhatikan kosakata baku dan

efektif.

3.1.1. Mengungkapan ide dengan kalimat

sederhana.

3.1.2.Mengungkapkan ide dengan kalimat

sederhana dengan SIBI.

3.1.4. Menanggapi ungkapan – ungkapan

dengan kalimat.

3.1.5. Membaca hasil percakapan.

Page 87: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

4.1 Menyusun teks laporan sederhana

tentang hewan dan tumbuhan serta

jumlahnya dengan memperhatikan

kosakata baku dan efektif.

3.1.6.Memahami isi bacaan dengan

menjawab pertanyaan.

3.1.7. . Menjelaskan makna kata.

3.1.8. Menuliskan gejala bahasa makna

kata dari bacaan

4.1.1 Mengelompokkan makna kata.

4.1.2. Menyalin makna kata.

4.1.3 Menempel makna kata di kelas. (

refleksi)

Matematika

3.3 Memahami satuan panjang (termasuk

jarak) dalam satuan baku yang digunakan

dalam dengan kehidupan sehari-hari (cm,

m, km)

4.3 Melakukan pengukuran panjang

(termasuk jarak) menggunakan alat ukur

baku (mistar, roll meter, roll gulung,

jangka sorong, mikrometer) di lingkungan

sekitar

3.3.1 Mengenalkan satuan ukuran waktu.

3.3.2 Menyebutkan satuan ukuran waktu.

3.3.3 Mengenalkan nama-nama satuan

waktu.

3.3.4 Mengurutkan nama-nama satuan

waktu.

4.3.1. Membedakan satuan waktu antara

hari, bulan, tahun dan jam.

4.3.2. Menuliskan satuan ukuran panjang.

4.3.3.Mendemonstrasikan cara

menghitung satuan ukuran waktu.

Pkn

3.2. Memahami hak, kewajiban dan

tanggungjawab sebagai warga

masyarakat.

4.2. Melaksanakan hak dan kewajiban

sebagai warga masyarakat

3.2.1 Menyebutkan urutan

kepemerintahan.(dari terdekat)

3.2.2 Menyebutkan tugas kepala negara.

3.2.3 Menjelaskan tugas kepala negara.

3.2.5 Menjelaskan nama – nama kepala

negara.

4.2.1 Mengidentifikasi tugas kepala

negara.

4.2.2. Membuat susunan kepemerintahan

yang benar, dimulai dari kepala

keluarga(terdekat) sampai kepada kepala

negara (terbesar).

IPA

3.2 Mengidentifikasi makhluk hidup yang

menguntungkan dan yang merugikan

3.2.1. Menyebutkan macam – macam

makhluk hidup.

Page 88: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

4.2 Menceritakan makhluk hidup yang

menguntungkan dan yang merugikan.

3.2.2. Menyebutkan ciri makhluk hidup.

3.2.3. Menjelaskan macam –macam

makhluk hidup.

3.2.4 Menyebutkan bagian-bagian

tumbuhan

3.2.5 Menyebutkan bagian tumbuhan

bunga dan daun.

3.2.6 Mengenalkan bagian tumbuhan

buah dan batang.

3.2.7 Mengenalkan bagian tumbuhan akar

dan biji.

3.2.8 Menjelaskan bagian tumbuhan akar

dan biji.

3.2.9 Mengelompokkan tumbuhan sesuai

akar dan biji.

4.2.1 Mengidentifikasi ciri makhluk hidup

( tumbuhan).

4.2.2 Mengidentifikasi bagian – bagian

akar dan biji

4.2.2 Menuliskan bagian – bagian

tumbuhan.

IPS

3.4 Mengidentifikasi bentuk hubungan

sosial yang terjadi di lingkungan sekitar

4.4 Menunjukkan bentuk hubungan sosial

yang terjadi di lingkungan sekitar

Agama Islam

3.4.1 Menyebutkan alat transportasi.

3.4.2 Mengelompokkan alat transportasi

3.4.3 Menuliskan alat transportasi

3.4.4 Menjelaskan alat transportasi sesuai

dengan kelompoknya.( alat transportasi

modern dan tradisional)

3.4.5 Membedakan alat transportassi

menurut kelompoknya.

4.4.1. Mengidentifikasi alat – alat

transportasi. .( alat transportasi modern

dan tradisional)

4.4.2. Menuliskan alat – alat transportasi

menurut kelompoknya.

Page 89: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

1.6 Meyakini żikir dan do’a setelah salat

sebagai wujud berserah diri kepada Allah

Swt.

2.6 Menunjukkan sikap rendah hati

sebagai implementasi dari pemahaman

makna żikir dan do’a setelah salat

C. Tujuan pembelajaran

Melalui percakapan, pengamatan dan demonstrasi peserta didik mampu mengungkapkan,

menanya, menjawab pertanyaan, menanggapi ungkapan, membaca bacaan, mengidentifikasi,

menuliskan gejala bahasa (makna kata), alat – alat ukur, tugas kepala keluarga, tugas rukun

tetangga, macam-macam makhluk hidup dan macam – macam alat transportasi.

D . Materi Pembelajaran

- Berbagai jenis kata, bentuk kata , dan fungsi bahasa yang digunakan dalam percakapan.

- Bacaan hasil percakapan (terlampir)

- Tangga satuan ukuran panjang

- Benda-benda di kelas.

- Gambar – gambar dari google.

D. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pendekatan : Scientific Learning

Metode : Percakapan, demonstrasi, pengamatan, penugasan, dan bermain peran.

E. Media, Alat, dan Sumber Belajar

- Buku guru dan buku siswa kelas 4 tunarungu tema 4

- Teks bacaan hasil percakapan yang telah diolah oleh guru

- Gambar ilustrasi yang sesuai dengan isi bacaan

F. Langkah – langkah Pembelajaran

Pertemuan I (hari ke 1- hari Senin) (Perdati, Menggambar, Bahasa Indonesia )

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Pengkondisian kelas

salam dan menyapa peserta didik.

pengecekan ABM peserta didik

15 menit

Page 90: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

berdoa bersama-sama menurut kepercayaan

masing-masing.

pengecekan kehadiran siswa

2. Drilling

3. Bercakap

Kegiatan Inti 1. Peserta didik dan guru membaca.

2. Peserta didik dibimbing guru menunjukkan (sesuai

tema percakapan).

3. Peserat didik dibimbing guru membaca teks bacaan

hasil percakapan Mengamati lengkung frase yang

ditunjukkan guru dalam membaca teks bacaan.

4. Siswa mengamati guru membaca teks bacaan sesuai

lengkung frase.

5. Siswa membaca teks bacaan bersama-sama sesuai

dengan yang ditunjukkan guru.

6. Peserta dan guru bercakap-cakap mengenai isi bacaan.

7. Peserta didik dibimbing guru untuk menuliskan hasil

percakapan.

55 menit

Penutupan 1. Siswa dan guru merefleksikan pembelajaran .

2. Guru memberikan pertanyaan dari materi yang sudah

dibahas sebagai umpan balik.

3. Siswa menuliskan kesimpulan bacaan.

4. Guru memberikan PR.

35 menit

Pertemuan II (hari ke 2- hari Selasa) (Perdati, Matematika, Pkn)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Pengkondisian kelas

salam dan menyapa peserta didik.

pengecekan ABM peserta didik

berdoa bersama-sama menurut kepercayaan

masing-masing.

pengecekan kehadiran siswa

2. Drilling

15 menit

Kegiatan Inti 1. Siswa bersama guru membaca teks bacaan sesuai

lengkung frase.

2. Siswa dan guru bercakap-cakap mengenai suku yang

ada di Indonesia.

125 menit

Page 91: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

3. Siswa dibimbing guru mengidentifikasi suku dan

daerahnya.

4. Siswa mengidentifikasi alat – alat ukur.

5. Siswa dibimbing guru memberi nama satuan ukuran

waktu. (jam)

6. Siswa dibimbing guru membuat tangga satuan waktu.

(jam, menit,detik)

7. Siswa dibimbing guru mengurutkan satuan waktu.

8. Siswa dibimbing guru membaca tangga satuan waktu.

9. Siswa dibimbing guru menghitung satuan waktu.

Penutupan 10. Siswa menuliskan bacaan hasil percakapan.

35 menit

Pertemuan III (hari ke 3- hari Rabu) (Latihan Refleksi Besar, PJOK, IPA )

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan

menyapa peserta didik.

2. Guru melakukan pengecekan ABM siswa.

3. Peserta didik dan guru berdoa bersama-sama menurut

kepercayaan masing-masing.

4. Guru mengecek kehadiran siswa

15 menit

Kegiatan Inti 5. Siswa mengamati benda yang ada di kelas (mengamati

dari LK gambar hewan berdasarkan makanan)

6. Siswa dibimbing guru untuk mengidentifikasi gambar,

dengan ucapan dan dengan tulisan .

7.Siswa dibimbing guru untuk memberikan contoh- contoh

hewan herbivora, karnivora dan omnivora.

10. Siswa dibimbing guru untuk mengelompokkan hewan

berdasarkan makanan.

160 menit

Penutupan 10. Siswa menuliskan bacaan hasil pembelajaran.

35 menit

- Pertemuan IV (hari ke 4- hari Kamis) (Pkn, IPS, ketrampilan)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan

menyapa peserta didik.

2. Guru melakukan pengecekan ABM siswa.

3. Peserta didik dan guru berdoa bersama-sama menurut

kepercayaan masing-masing.

4. Guru mengecek kehadiran siswa

15 menit

Page 92: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

5. Drilling

Kegiatan Inti 5. Guru menjelaskan tentang tata cara menjual.

6. Siswa dan murid bermain peran (jual-beli)

7. Siswa dan guru bercakap-cakap mengenai kegiatan jual.

8. Siswa dibimbing guru mengidentifikasi syarat penjual.

9. Guru menjelaskan modal (bahan dan alat).

10. Guru menjelaskan proses produksi.

160

menit

Penutupan 11. Siswa menuliskan hasil percakapan. 35 menit

Pertemuan V (hari ke 5- hari Jumat) (Latihan Refleksi Besar, Agama )

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan menyapa

peserta didik.

2. Guru melakukan pengecekan ABM siswa.

3. Peserta didik dan guru berdoa bersama-sama menurut

kepercayaan masing-masing.

4. Guru mengecek kehadiran siswa

15

menit

Kegiatan Inti 5. Siswa mengenal bersyukur.

6. Siswa dibimbing guru untuk menyebutkan pemberian

Allah SWT.

7. Siswa dibimbing guru untuk menyebutkan bacaan syukur

atau tahmid.

8. Siswa dibimbing guru menuliskan pemberian Allah SWT

dan bacaan tahmid.

9. Siswa dibimbing guru untuk mengucapkan tahmid sebagai

rasa syukur.

160

menit

Penutupan 10. Siswa menuliskan hasil pembelajaran. 35

menit

H. Penilaian

a. Teknik Penilaian

1) Penilaian sikap : Observasi

2) Penilaian pengetahuan : Penugasan tertulis

3) keterampilan : Unjuk kerja

b. Instrumen Penilaian

1) Penilaian sikap

No. Nama

Aspek yang Dinilai Jumlah

Skor Nilai

Religius Jujur Disiplin Percaya Diri

1. Siswa 1

Page 93: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

2. Siswa 2

3. Siswa 3

4. Siswa 4

*Penilaian sikap religius dilihat dari sikap ketika berdoa

Kriteria penilaian sikap

1 2 3 4

Belum Terlihat Mulai Terlihat Mulai Berkembang Menjadi Kebiasaan

Nilai sikap = Jumlah Skor X 100

Skor Maksimal (16)

2) Penilaian pengetahuan

a) Tugas menulis.

Jika peserta didik menjawab dengan benar mendapat skor 3 per soal, dan jika kurang atau belum

tepat mendapat skor 2, jika tidak menjawab mendapat skor 1.

Nilai Tes tulis = Jumlah Skor X 100

Skor Maksimal (15)

b) Tugas menjawab pertanyaan bacaan

No. Soal Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4

1 Dapat menjawab dengan kata tanya siapa

2 Dapat menjawab dengan kata tanya apa

3 Dapat menjawab dengan kata tanya berapa

4 Dapat menjawab dengan kata tanya di

mana

5 Dapat menjawab dengan kata tanya kapan

Jumlah Skor

Nilai

Kriteria penilaian:

Jika peserta didik menjawab dengan benar mendapat skor 2, dan jika belum tepat mendapat skor

1.

Nilai Tes tulis = Jumlah Skor X 100

Skor Maksimal (10)

c) Tugas mengelompokkan hewan berdasarkan makanan.

Kriteria penilaian:

Page 94: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Jika peserta didik menjawab dengan benar mendapat skor 2, dan jika kurang atau belum tepat

mendapat skor 1.

Nilai Tes tulis = Jumlah Skor X 100

Skor Maksimal (10)

3) Penilaian keterampilan

Page 95: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran
Page 96: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti didampingi oleh shadow teacher

Page 97: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

2. Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti didampingi oleh supervisor

Page 98: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

3. Kegiatan Bina Komunikasi, Persepsi, Bunyi, dan Irama (BKPBI)

Page 99: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 100: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 101: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 102: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 103: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner

Page 104: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bagi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46500/1/NADYA SAFIRA...kejadian-kejadian pada kegiatan pembelajaran

Scanned by CamScanner