pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak...

129
i PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh ANI YULI ASTUTI NIM 11412019 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: lamtruc

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR

LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ANI YULI ASTUTI

NIM 11412019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

ii

iii

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK AUTIS DI SEKOLAH DASAR

LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ANI YULI ASTUTI

NIM 11412019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

iv

v

vi

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

(Q.S. Ar Rahman : 13)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, aku persembahkan skripsi ini untuk:

Orang tuaku, buah hatiku,keluargaku

Para dosenku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku,

Dan seluruh orang-orang yang kusayangi dan selalu menyayangiku.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis di Sekolah Dasar Luar

Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016”. Shalawat serta salam

tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan

sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis.

6. Ibu Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu guru SDLB Talenta Kids Salatiga

yang banyak membimbing dan membantu dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tuaku, buah hatiku, kakak-kakakku, dan seluruh keluarga yang

telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak dengan ikhlas memberikan bantuan baik material maupun

spiritual dalam penulisan skripsi ini.

ix

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa

berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan pada penulis

diridhoi Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasn dan

kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 13 September 2016

Penulis

x

ABSTRAKSI

Astuti, Ani Yuli. 2016. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Autis

di Sekolah Dasar Luar Biasa Talenta Kids Salatiga Tahun Pelajaran

2015/2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama

Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik

Sriyanti, M.Si.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam

Kelahiran anak merupakan anugerah bagi orang tua, dan setiap orang tua

pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya dalam hal apapun, tidak terkecuali

dalam dunia pendidikan. Anak pada umumnya mungkin tidak memiliki kendala

yang berarti dalam pendidikan, namun berbeda dengan anak autis yang memiliki

kebutuhan khusus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan tentang

bagaimana pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis di sekolah dasar

luar biasa.

Melalui penelitian ini pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1)

bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak autis di

SDLB Talenta Kids Salatiga?, dan (2) apa saja kendala-kendala dan solusi yang

dihadapi guru PAI bagi anak autis di SDLB Talenta Kids Salatiga?. Pertanyaan

tersebut dijawab dengan menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif. Adapun

metode pengumpul data yang digunakan ialah pengamatan/obsevasi, wawancara

dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran pendidikan agama Islam bagi

anak autis melalui beberapa tahapan dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran. Ketiga hal tersebut tidak lepas dari kurikulum, program anak, PKH,

dan laporan perkembangan siswa, guru, siswa, materi, serta evaluasi. Pelaksanaan

pembelajaran PAI bagi anak autis menggunakan metode ABA yang disesuaikan

dengan kemampuan tiap peserta didik, karena tiap peserta didik memiliki

kemampuan yang berbeda-beda, dan pelaksanaannya dengan sistem one on one.

Proses evaluasi pembelajaran PAI bagi anak autis dilakukan dengan tes dan non

tes yang ditulis dalam laporan perkembangan siswa sesuai kemampuan peserta

didik, dan juga dalam lembar ABA. Adapun kendala-kendala dalam pembelajaran

yaitu tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi, kurangnya konsentrasi dan

kepatuhan siswa, minimnya media pembelajaran, dan kurangnya pembiasaan anak

di rumah. Sedangkan solusi untuk mengatasi hambatan meliputi pelatihan dan

pendampingan bagi guru, komunikasi yang intens antara pihak sekolah dengan

orang tua, dan penguasaan guru dalam berbagai metode mengajar, serta

penambahan media sesuai dengan kebutuhan siswa.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ........................................................................... ii

HALAMAN JUDUL .............................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................. vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

ABSTRAKSI ......................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ......................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Fokus Penelitian .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

E. Penegasan Istilah ................................................................... 6

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................... 9

2. Kehadiran Peneliti ........................................................... 9

xii

3. Lokasi Penelitian ............................................................. 9

4. Sumber Data .................................................................... 10

5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................... 10

6. Analisis Data ................................................................... 12

7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................... 12

8. Tahap-tahap Penelitian ..................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................ 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pendidikan Agama Islam .................................................. 16

2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ................................... 17

3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran ...................... 17

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................................ 18

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................... 19

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................... 20

C. Evaluasi Pembelajaran ............................................................ 24

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran .................................... 24

2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran .......................................... 25

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran ............................. 26

D. Anak Autis .............................................................................. 29

1. Pengertian Autis ............................................................... 29

2. Ciri-ciri Autis .................................................................... 31

3. Jenis-jenis Autis ................................................................ 33

xiii

4. Faktor Penyebab Autis...................................................... 35

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data SDLB Talenta Kids Salatiga

1. Sejarah Berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga ............. 37

2. Letak Sekolah ................................................................... 38

3. Identitas Sekolah .............................................................. 38

4. Visi dan Misi SDLB Talenta Kids Salatiga ...................... 39

5. Struktur Organisasi ........................................................... 40

6. Sarana dan Prasarana ........................................................ 41

7. Keadaan Guru .................................................................. 43

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .. ... 44

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..... 46

3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........... 50

C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam ......... 51

BAB IV ANALISIS DATA

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...... 53

2. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...... 57

3. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............ 62

B. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam.......... 63

xiv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 66

B. Saran-saran ........................................................................... 68

C. Kata Penutup ......................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

xv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan 3.1 : Struktur Organisasi Sekolah ................................................ 40

Bagan3.2 :Denah Gedung SDLB Talenta Kids....................................... 41

Tabel 3.1 : Data Sarana SDLB Talenta Kids .......................................... 42

Tabel 3.2 : Keadaan Pengajar di SDLB Talenta Kids ............................. 43

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Foto-Foto Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SDLB Talenta kids

Lampiran 2 : Kurikulum SDLB Talenta kids

Lampiran 3 : Contoh RKH di SDLB Talenta Kids

Lampiran 4 : Contoh Program Semester anak di SDLB Talenta Kids

Lampiran 5 : Contoh Lembar ABA

Lampiran 6 : Contoh Jurnal Guru

Lampiran 7 : Contoh Laporan Perkembangan Siswa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelahiran anak ditengah keluarga merupakan anugerah terindah.

Kehadiran seorang anak membuat orang tua merasakan kebahagiaan yang luar

biasa. Bahkan orang tua berharap kelak anak tersebut tumbuh dan berkembang

secara sempurna. Orang tua mengupayakan hal yang terbaik untuk

perkembangan anak, dengan harapan cita-cita yang mungkin belum bisa

terwujud bisa terealisasi.

Namun, bagaimana jika anak yang terlahir memiliki beberapa

keterbatasan atau lebih dikenal dengan anak berkebutuhan khusus?. Pertanyaan

ini mengingatkan kepada semua pihak mengenai pendidikan yang sesuai

dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus. Untuk itu, seharusnya orang

tua membimbing dan mengarahkan anak secara tepat, agar anak dapat

tertangani dengan benar sesuai dengan kebutuhan juga bakat yang dimiliki oleh

anak. Orang tua yang tidak mengetahui terkadang justru mengisolasi

keberadaan anak mereka tanpa mencari solusi yang tepat bagi anaknya.

Solusi yang tepat bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus ini

adalah memberikan kesempatan kepada anak belajar di sekolah khusus, salah

satunya yaitu di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Bentuk dukungan ini

menjadikan anak menjadi pribadi yang mandiri. Sekolah khusus tersebut dapat

membantu anak-anak tersebut untuk mengekspresikan dunia mereka.

2

Dijelaskan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan : (1)Setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2)

Warga negara yang berkelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan sosial

berhak mendapatkan pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus memiliki

kebutuhan yang khusus pula dalam pendidikannya, sebagaimana dijelaskan

dalam pasal 5 UU No.20 tahun 2003 di atas.

Menurut Smart (2010) dalam Ajna, 2014: 3 mengatakan pelayanan

pendidikan bagi setiap anak yang memiliki kebutuhan khusus tentu akan

berbeda-beda, tergantung kekurangan apa yang dialami oleh anak tersebut dan

seberapa parah kekurangan tersebut sehingga pelayanannyapun dapat sampai

kepada anak dengan tepat.

Menurut Ali (2008:40) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang

dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan dia melalui upacara,

penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut

atau berdasarkan ajaran agama itu. Dalam hal ini anak berkebutuhan khusus

semestinya mendapatkan pengarahan pembelajaran pendidikan agama tanpa

adanya perlakuan diskriminasi. Hal ini sesuai dengan QS. An-nisa:9

dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

3

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar.

Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran

yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.

Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadist (Maslikhah,

2004:199). Tujuan akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah

terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang mulia.

SDLB adalah suatu lembaga pendidikan yang bertanggung jawab

melaksanakan pendidikan untuk mencerdaskan anak didik yang berkebutuhan

khusus (ABK). Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan

bagi ABK yaitu berorientasi pada kebutuhan anak.

Masalah perbedaan individu justru menjadi titik tolak layanan kepada

anak dalam pendidikan khusus. Kenyataan ini membawa konsekuensi dalam

corak pelayanan pendidikan yang berorientasi kepada individu. Kenyataan ini

merupakan masalah serius bagi para guru SDLB, terutama di dalam model

pembelajaran maupun dalam mengembangkan program pembelajarannya.

Pengorganisasian materi Pendidikan Agama Islam merupakan upaya

kegiatan mensiasati proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui

penyusunan materi secara rasional dan komprehesif. Pengorganisasian materi

ini mencakup tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Berkaitan dengan hal tersebut, Fatchurrohman (dalam Ajna, 2014: 3)

menyatakan sebagai berikut:

Tahap perencanaan merupakan langkah awal penentuan aktivitas

pembagian alokasi waktu untuk bahan ajar yang akan diberikan untuk

peserta didik.

4

Tahap pelaksanaan mencakup langkah yang dipergunakan guru untuk

mengaplikasikan beberapa metode dan media dalam melakukan

pembelajaran pendidikan agama Islam.

Sedangkan tahap evaluasi menjadi pengontrol pengembangan materi

pendidikan agama Islam.

Dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi materi pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, seorang guru pendidikan khusus harus menyadari

secara baik kebutuhan-kebutuhan yang ada pada setiap siswa. Hal ini

membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung kepentingan

tersebut. Guru harus mampu membuat materi yang tingkat kesulitan dan

kemudahannya sejalan dengan tingkat perkembangan kemampuan penguasaan

kompetensi peserta didik, baik dari segi afektif, psikomotorik, dan kognitifnya.

Pembelajaran agama Islam yang ada di SDLB, masih ditemui

pembelajaran seperti yang terjadi di sekolah umum. Sedangkan, jelas bahwa

kondisi ABK berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki

beberapa keterbatasan pada sistem otak, sistem saraf, juga pada indera mereka.

Berbeda dengan sekolah pada umumnya, SDLB Talenta Kids adalah

salah satu lembaga pendidikan yang khusus menangani ABK. Lembaga

pendidikan Talenta Kids yang bertempat di Jln. Gondangsari No. 4 Tegalrejo

Salatiga tersebut mengutamakan hal yang dibutuhkan oleh peserta didiknya

yang berbeda antara siswa satu dengan lainnya.

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik

mengambil judul:

5

“ PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK AUTIS

DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TALENTA KIDS SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016”

B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak

autis di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis di SDLB Talenta

Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pnelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis

di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam proses

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak autis di SDLB Talenta

Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang

proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada ABK,

sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

6

1. Secara Teoretis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambahkan wawasan ilmu terutama

yang berkaitan dengan masalah pembelajaran Pendidikan Agama

Islam bagi ABK.

b. Diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan tentang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi ABK

2. Secara Praktis

a. Memudahkan orang tua dalam memantau perkembangan keagamaan

pada ABK

b. Guru Agama Islam memberikan dukungan terhadap ABK untuk

semangat melaksanakan ibadah

c. ABK terbiasa melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dan salah penafsiran pada judul di

atas, perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi yang dimaksudkan:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut kebahasaan, pembelajaran berasal dari kata “ajar” artinya

petunjuk yang diberikan kepada orang agar diketahui. Secara umum

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang

atau makhluk hidup belajar.

Menurut Gagne (dalam rusmono, 2012:6) pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

proses belajar pada siswa. Sedangkan Miarso (2004:545) pembelajaran

7

adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang

lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif meenetap pada diri orang

lain.

Moh Surya (1996:9) mengemukakan bahwa pembelajaran ialah

suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari

pengalaman idividu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasar pendapat para ahli di atas, penulis mengartikan

pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk

memodifikasi suatu kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu

tujuan.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha membina dan

mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami agama Islam

seluruhnya, kemudian menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Majid

dan Andatani, 2004:130-131). Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan

usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah

keberagaman peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)

menjelaskan bahwa:

Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah satu mata

pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajara Islam dan tatanan nilai

8

hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui perencanaan

pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi

pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik.

Dalam hal ini, penulis memberikan pengertian pembelajaran

pendidikan agama Islam adalah upaya menciptakan suatu kondisi bagi

terciptanya suatu kegiatan belajar dengan muatan ajaran-ajaran Islam,

yang dalam proses pembelajarannya disesuaikan dengan kondisi tiap

peserta didik.

2. Anak Autis

Anak berkebutuhan khusus merupakan populasi kecil dari

keseluruhan anak pada umumnya. Mereka mengalami gangguan fungsi

salah satu dari gerak, indra, mental, dan perilaku atau kombinasi dari

fungsi tersebut. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah anak

berkebutuhan khusus dengan diagnosa autis.

Istilah autistic diambil dari bahasa Yunani yaitu autos yang artinya

self. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri

dengan dunianya sehinga kelihatannya tidak tertarik pada orang lain

(Ginanjar, 2008: 23).

Sedangkan Smart (2010:56), menyatakan autis dapat diartikan

sebagai anak yang mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada

area bahasa, sosial, dan fantasi.

Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud anak

autis adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan yang

9

menyebabkan terjadinya gangguan komunikasi, interkasi sosial, dan

perilaku berdasarkan hasil assesment dari sekolah.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Sugiyono

menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah, dimana

penelitian adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2009:9)

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

deskriptif kualitatif untuk menggambarkan secara sistematis mengenai

fakta-fakta yang ditemukan dilapangan, foto, memo, dan dokumen resmi

lainnya.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sebagai pengamat, dalam hal ini tidak

sepenuhnya sebagai pemeran tetapi masih melakukan fungsi pengamatan

(Moleong, 2009:77). Dalam penelitian ini, peneliti ikut berperanserta

sebagai pengamat dan sebagai pendamping guru dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak penyandang autis di

SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDLB Talenta Kids Salatiga yang

berlokasi di Jl. Gondangsari no 03 Tegalrejo Kec. Argomulyo Salatiga,

Jawa Tengah.

10

4. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2009:308), teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data berupa hasil wawancara yang dilkukan, dan sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, baik melalui dokumen maupun orang lain berupa

jurnal guru dan siswa, program semester dan harian siswa, serta laporan

perkembangan siswa.

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

ABK penyandang autis di SDLB Talenta Kids Salatiga. Sedangkan

informannya adalah kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah:

a. Observasi

Menurut Hadi dalam (Sugiyono, 2009:203), observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersususn

dari pelbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang

terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Observasi

dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi sekolah dan letak

geografis, serta metode yang diterapkan guru pendidikan agama Islam

dalam pembelajaran pada siswa penyandang autis.

11

b. Wawancara

Menurut Moleong (2009:186), wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu. Maksud

Lincon dan Guba dalam (Moleong, 2009:266), adalah mengkontruksi

mengenai orang, kejadian, organisasi, tuntunan, kepedulian, dan

sebagainya.

Untuk melaksanakan teknik wawancara, pewawancara harus

mampu menciptakan hubungan yang baik, sehingga informan bersedia

bekerjasama dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan

informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang digunakan

peneliti adalah terstruktur (tertulis), yaitu dengan menyusun terlebih

dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.

Wawancara ini dimaksudkan agar data yang diperoleh dari kepala

sekolah dan juga guru PAI dapat diolah dengan baik sesuai kebutuhan

penelitian ini.

c. Dokumentasi

Menurut Kamus Indonesia (2007:272) dokumentasi adalah

pengumpulan bukti atau keterangan, seperti kutipan, gambar, jurnal

pendidikan, dan bahan referensi lain. Metode ini peneliti gunakan

untuk memperoleh data mengenai informasi sekolah yang meliputi

12

struktur organisasi, data guru, data siswa, laporan perkembangan

siswa, dan juga jurnal anak serta guru.

6. Analisis Data

Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya peneliti akan

melakukan analisa dan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian

data yang diperoleh disusun sedemikian rupa dan disajikan secara runtut.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data

sebagaimana dinyatakan oleh Miles & Huberman (1992:16) meliputi

reduksi data, dan verifikasi atau triangulasi. Pada tahap reduksi data

dilakukan pemilihan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data sehingga akhirnya dapat tercapai sebuah

kesimpulan. Pada tahap penyajian, data disajikan dalam bentuk teks

naratif. Selanjutnya pada tahap triangulasi dilakukan guna menyamakan

pandangan antar informan sehingga data bisa dan untuk menjaga

keutuhan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti

melakukan beberapa upaya, selain menanyakan langsung kepada subjek,

peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan Bungin

(2004:99) menyatakan bahwa :

“keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya

menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi

mendalam, triangulasi, (menggunakan beberapa sumber, metode,

peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak

kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota.”

13

Dalam penelitian ini, peneliti mendasarkan pada prinsip

objektifitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya. Validitas

dibuktikan dengan dimilikinya kredibilitas temuan beserta penafsirannya,

yaitu agar penemuan dan penafsirannya sesuai yang sebenarnya dan

temuan disetujui oleh subjek yang diteliti. Reliabilitas diperoleh dari

konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subjek/informan.

Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami

wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan

memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis

sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh

dari sumber lain. Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan penggunaan

teknik lain, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang

masing-masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Penelitian Pendahuluan.

Penelitian Pendahuluan ini mengkaji buku-buku yang berkaitan

dengan pendidikan agama Islam pada ABK penyandang autis.

b. Tahap Penelitian di Lapangan

Setelah mengetahui kurikulum yang dilaksanakan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada ABK penyandang autis

berdasarkan buku-buku yang telah dikaji kemudian peneliti juga

mewawancara langsung kepada kepala sekolah dan guru pendidikan

agama Islam.

14

c. Tahap Analisis dan Pelaporan

Setelah data terkumpul maka dilakukan penilaian secara selektif dan

disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Setelah itu, dilakukan pengolahan dengan permasalahan yang

diangkat dalam penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1984) juga

Yin (1987) dalam Suprayogo (2003: 194) menyatakan sebagai

berikut:

Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif umum dimulai

sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. A. Analisis selama

pengumpulan data : dapat dimulai setelah peneliti memahami

fenomena sosial yang diteliti dan setelah mengumpulkan data

yang dapat dianalisis. B. Reduksi Data: proses pemilihan

terhadap data yang hendak di kode, mana yang dibuang, mana

yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang

berkembang. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian

rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan

untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi tentang Proses

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi : pengertian perencanaan,

15

fungsi perencanaan, prinsip-prinsip perencanaan. Pelaksanaan pendidikan

agama Islam, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama

Islam. Evaluasi pembelajaran: pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, dan

prinsip-prinsip evaluasi. Anak Autis: pengertian autis, ciri-ciri autis, jenis-

jenis autis, faktor penyebab autis.

Bab III merupakan paparan data dan temuan penelitian meliputi:

paparan data SDLB Talenta Kids Salatiga, dan proses pembelajaran

pendidikan agama Islam pada ABK di SDLB Talenta Kids Salatiga dalam

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, kendala yang dialami guru PAI

dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

Bab IV merupakan data yang meliputi proses pembelajaran

pendidikan agama Islam pada ABK di SDLB Talenta Kids Salatiga yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pendidikan

agama Islam, kendala yang dialami guru PAI dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam.

Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-

saran.

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pendidikan Agama Islam

Terkait dengan pendidikan agama Islam, Muhaimin (2008:185)

menjelaskan bahwa: Pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai salah

satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajara Islam dan

tatanan nilai hidup dan kehidupan islami, perlu diupayakan melalui

perencanaan pembelajaran pendidikan agama yang baik agar dapat

mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta

didik.

Dalam proses pendidikan, perencanaan merupakan penentuan

aktivitas yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Tanpa perencanaan

pembelajaran tidak mempunyai arah dan tujuan. Sebagai alat yang penting

untuk mencapai tujuan, perencanaan hendaknya adaptif terhadap

perkembangan zaman.

Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 1), perencanaan merupakan

keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan

dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.

Oleh karena itu, wajar bila perencanaan selalu berubah dan berkembang

sesuai dengan kebutuhan yang hendak dicapai dan kondisi yang

memungkinkan.

17

Sedangkan sebagai sebuah proses yang disengaja dilakukan atau

direkayasa, proses pembelajaran memerlukan sebuah perencanaan, agar

apa yang dilakukan dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu seperti yang

diharapkan. Dengan adanya perencanaan tersebut maka proses yang akan

dilaksanakan dalam waktu yang panjang memiliki arah yang jelas, dapat

diperkirakan sumber daya yang diperlukan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah penentuan arah

pembelajaran yang diwujudkan dengan aktivitas yang hendak

dilaksanakan di masa yang akan datang. Karena pekerjaan yang ditentukan

pada kegiatan perencanaan belum dilaksanakan, maka untuk dapat

membuat perencanaan yang baik harus menguasai keadaan yang ada pada

saat ini.

Pada tahap perencanaan guru harus menyusun program pengajaran

yang merupakan peaksanaan dari kurikulum, program satuan pembelajaran

dan perencanaan program belajar.

2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 4) fungsi perencanaan

pembelajaran adalah:

a. Pertama untuk menentukan kompetensi yang akan dilakukan

dari proses pembelajaran.

b. Kedua untuk mengukur kompetensi yang telah ditentukan yang

mampu memenuhi kebutuhan SDM

3. Prinsip-prinsip Perencanaaan Pembelajaran

Menurut Prabowo dan Nurma (2010: 5) beberapa prinsip

pembelajaran adalah meliputi:

18

a. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten.

Untuk merencanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka

yang dapat melaksanakannya adalah orang dari jurusan Pendidikan

Agama Islam. Selain itu orang yang akan melakukan perencanaan harus

memahami bagaimana membuat perencanaan dengan baik.

b. Memiliki visibilitas

Dalam melakukan perencanaan harus diperhitungkan bagaimana

perencanaan tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu harus

diperhitungkan proses yang akan dilalui untuk dapat mencapai

kompetensi yang telah direncanakan tadi.

c. Beracuan pada masa yang datang

Perencanaan yang diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu

yang akan datang.

d. Berpijak pada fakta

Perencanaan yang dibuat memperhitungkan berbagai realitas dan

kondisi yang ada di sekolah. Utamanya berkaitan dengan kemampuan

siswa sebagai stakeholder, dan kemampuan sekolah/madrasah

menyediakan sumber.

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting

yang harus ada dalam aktivitas pendiddikan. Tanpa ada kegiatan pembelajaran,

aktivitas pendidikan tidak akan berjalan secara sempurna. Kegiatan

pembelajaran merupakan inti dari proses pembelajaran secara umum.

19

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Syafaat (2008: 11) pendidikan agama merupakan kata

majemuk dari kata “pendidikan” dan “agama”. Menurut kamus bahasa

Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe”

dan akhiran “an”, yang berarti proses perubahan sikap dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Berbicara mengenai agama, menurut Ali (2008: 35-36) perkataan

agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan

agama Hindu dan Budha. Akar kata agama adalah gam yang mendapatkan

awalan a dan akhiran a sehingga menjadi a-gam-a. Agama artinya

peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja. Sedangkan arti

Islam intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh

hati pada kehendak Ilahi.

Lalu pengertian Islam menurut Moeliono dalam Syafaat (2008:15)

itu sendiri adalah “agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW,

berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, yang diturunkan ke dunia melalui

wahyu Allah SWT”.

Oleh karena itu, Sain (2001:280) memberikan pengertian

Pendidikan Agama Islam yaitu:

“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan

pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam

dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu

benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam

dirinya. Yakni,ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini

kebenarannya, diamalkan menjadi pengontrol terhadap perbuatan,

pemikiran, dan sikap mental.”

20

Sedangkan Darajat (2009:28) merumuskan bahwa Pendidikan Agama

Islam sebagai berikut:

“(a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya

dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). (b)

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan

berdasarkan ajaran Islam. (c) Pendidikan Agama Islam adalah

pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu

berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya

setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati,

dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini

menyeluruh, serta menjadikan keselamatan hidup di dunia maupun

di akhirat kelak.”

Dari pendapat yang telah dikemukakan para ahli, dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa

pengajaran, bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai

pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama

Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun

kehidupan masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah usaaha atau

kegiatan selesai. Menurut Daradjat (2009:30) ada beberapa tujuan

pendidikan.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua

kegiatan pendidikan. Tujuan itu meliputi sikap tingkah laku,

penampilan, kebiasaan, dan pandangan.

21

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan

tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu

dilaksanakan dan harus dikaitkan dengan tujuan institusional lembaga

yang menyelenggarakan pendidikan itu.

b. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

Karena itu pendidikan Islam ini berlaku selama hidup untuk

menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan

mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir

pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah QS. Ali-

Imran 102

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-

benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati

melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai

muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses

hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.

Namun, tujuan akhir yang dimaksud dalam penelitian ini

karena yang diteliti adalah anak yang berkebutuhan khusus, tidak bisa

disamakan dengan anak normal. Tujuan akhir pendidikan agama Islam

bagi anak autis adalah agar anak mampu melakukan apa yang

22

diinstruksikan oleh guru dan juga mampu melakukan pembiasaan

sikap terpuji baik di rumah dan juga sekolah.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang dapat dicapai setelah

anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan

dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam

bentuk tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat

dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Tujuan

sementara disini yaitu anak mampu melakukan instruksi guru.

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan

pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan

diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.

Sementara itu, tujuan Pendidikan Agama Islam menurut

Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam tujuan Pendidikan

Agama Islam ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu

usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda

yang statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Oleh karena itu Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam,

pendidikan Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia

yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran,

23

perasaan dari indera. Pendidikan itu harus melayani pertumbuhan

manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, imajinasi,

jasmaniah, ilmiah, maupun bahasanya (secara perorangan maupun

secara kelompok). Dan pendidikan ini mendorong semua aspek kearah

keimanan serta pencapaian kesempurnaan hidup.

Dasar untuk semua itu adalah firman Allah dalam QS Al-

an’am: 162

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Jadi, tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah membina

manusia agar menyerahkan diri kepada Allah baik secara individual

maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya. Sudah

seharusnya sebagai hamba Allah menyerahkan diri kepadaNya, karena

pada dasarnya Allah SWT menciptakan jin dan manusia untuk menjadi

hamba yang senantiasa beribadah kepadaNya. Hal ini diperjelas dalam

firman Allah SWT QS Adz-dzariyaat: 56

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.

24

Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam, jika diringkas

adalah mendidik manusia agar menjadi hamba Allah seperti nabi

Muhammad SAW yang tercermin dalam sifat-sifat kepribadiannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa

Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dalam kebutuhan

hidup manusia yang menghambakan diri kepada Khaliknya yang

dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama.

C. Evaluasi Pembelajaran

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dalam setiap

proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan

bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

Menurut Arifin (2011:5) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis

dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari

sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka

pembuatan keputusan. Evaluasi hasil belajar menekankan pada

diperolehnya informasi tentang seberapa besar perolehan siswa dalam

pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Sedangkan Sukmadinata 2001 dalam Arifin (2011:11)

pembelajaraan bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya

kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multiarah

antara guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan yang saling

mempengaruhi, tidak didominasi oleh satu komponen saja.

25

Nafi menambahkan dalam bukunya Belajar dan Bermain

Bersama ABK dan Autis bahwa evaluasi pembelajaran merupakan

proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan

proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan

pengajaran secara optimal sehingga hasil belajar menetapkan baik

buruknya hasil kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi

pembelajaran menetapkan baik buruknya proses kegiatan pembelajaran

(Nafi, 2012:23-24).

Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau

kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka

pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti)

pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan

pertimbangan tertentu. Hasil kegiatan evaluasi belajar pada akhirnya

difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik dan

pengembangan, seleksi, kenaikan peringkat belajar/kenaikan kelas, dan

untuk penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.

2. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Menurut Sciven 1967 dalam Arifin (2011:16) fungsi evaluasi

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi

sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari

kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau

sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan.

Sedangkan fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai

26

kebaikan dari sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat

dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum telah dianggap

selesai.

Mardapi dalam Widoyoko (2009:7) menambahkan, dalam

bukunya Evaluasi Program Pembelajaran, bahwa dalam bidang

pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro

dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah

program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk

memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan

ditingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program

pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah

guru. Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan melaksanakan

program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah

bertanggung jawab untuk mengevaluasi program pembelajaran yang

disusun dan dilaksanakan oleh guru.

3. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran

Menurut Sudijono (2011:31) Evaluasi hasil belajar dapat

dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya

senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini:

a. Prinsip Keseluruhan

Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal

dengan istilah komprehensif (comprehensive). Dengan prinsip

komprehensif dimaksud disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat

27

dikatakan terlakssana dengan baik apabila evaluasi tersebut

dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Dengan kata lain,

evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang

dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku

yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup.

Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, maka evaluasi belajar dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkapkan

pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, melainkan

juga harus mengungkapkan sejauh mana peserta didik dapat

menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam tersebut dalam

kehidupan mereka msing-masing.

Dengan demikian evaluasi hasil belajar secara bulat utuh

menyeluruh akan diperoleh keterangan dan informasi yang lengkap

mengenai keadaaan dan perkembangan subjek didik yang dijadikan

sasaran evaluasi.

b. Prinsip Kesinambungan

Prinsip kesinambunagan juga dikenal dengan istilah prinsip

kontinuitas (continuity). Dengan prinsip kesinambungan dimaksud

disini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil

belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung

dari waktuke waktu.

28

Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dimaksudkan agar pihak evaluator (guru, dosen,

dan sebagainya) dapat memperoleh kepastian dan kemantapan

dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijakan-

kebijakan yang perlu, agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan

sebaik-baiknya.

c. Prinsip Obyektivitas

Prinsip obyektifitas (objectifity) mengandung makna bahwa

evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik

apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif.

Sehubungan dengan ini, dalam pelaksanaan evaluasi hasil

belajar, seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan berindak

wajar. Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila dalam

melakukan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap masuk ke

dalamnya, akan dapat menodai kemurnian pekerjaan evaluasi itu

sendiri.

Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem

yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses, dan

keluaran/hasil, maka objek/sasaran evaluasi program pembelajaran

dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu: evaluasi maasukan, proses,

dan keluaran/hasil pembelajaran. Menurut Widoyoko (2009:15)

1) Evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada penilaian

karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan

29

prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan guru,

kurikulum dan materi pembelajaran, strategi pembelajaran yang

sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan

dimana pembelajaran berlangsung.

2) Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian

pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh pembelajar

meliputi keefektifan strategi pembelajaran yang dilaksanakan,

keefektifan media pembelajaran, cara mengajar yang

dilakssanakan, dan minat, sikap serta cara belajar siswa.

3) Penilaian hasil pembelajaran merupakan upaya untuk

melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa, baik

menggunakan tes maupun non tes, dalam hal ini adalah

penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik sesuai dengan

karakteristik masing-masing mata pelajaran.

D. Anak Autis

1. Pengertian Autis

Menurut Sunu (2012:3), autisme berasal dari kata “auto” yang

artinya sendiri. Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala

autisme seringkali memang terlihat seperti seorang yang hidup sendiri.

Mereka seolah-olah hidup di dunianya sendiri dan terlepas dari kontak

sosial yang ada di sekitarnya. Autisme merupakan salah satu bentuk

gangguan tumbuh kembang, berupa sekumpulan gejala akibat adanya

kelainan saraf-saraf tertentu yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja

30

secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan

komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang.

Sedangkan menurut Ginanjar (2008:23), istilah autistic diambil

dari bahasa Yunani yaitu autos yang artinya self. Istilah ini digunakan

untuk menjelaskan seseorang yang bersibuk diri dengan dunianya sehingga

kelihatannya tidak tertarik pada orang lain.

Menurut Santoso (2010:155), secara neurologis (ilmu susunan

saraf), anak autis adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan

otak, terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Menurut Maulana

(2007:17), autisme merupakan gangguan perkembangan yang berat pada

anak. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun.

Perkembangan mereka menjadi terganggu terutama dalam komunikasi,

interaksi, dan perilaku.

Menurut Widihastuti (2009:15), autisme adalah suatu gangguan

yang umumnya dimulai dan dialami oleh seseorang pada masa kanak-kanak

(infantile autism) sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang

lain, gangguan bahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda,

pembalikan kalimat, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk

mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Jadi dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, bisa

disimpulkan bahwa anak autis adalah anak yang mengalami gangguan

perkembangan otak sehingga mereka terganggu terutama dalam

komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

31

2. Ciri-ciri Autis

Autisme digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif,

seperti kognitif, emosi, dan psikomotorik anak (Widihastuti, 2008:15).

Maka dari itu, ciri-ciri autisme dapat diketuhui dari beberapa karakteristik.

Menurut Santoso (2010:156), berikut adalah ciri-ciri anak dengan

penyandang autis:

a. Dalam hal komunikasi

1) Kesulitan dalam hal bahasa. Bahkan, pada beberapa kasus nyaris tidak

ada perkembangan dalam berbahasa.

2) Mengalami kesulitan berbicara, tapi kemudian hilang kemampuannya.

3) Salah dalam memilih kata atau pilihan kata yang digunakan tidak

sesuai maknanya.

4) Materi yang dibicarakan tidak dipakai untuk berkomunikasi.

5) Suka meniru atau membeo (echolalia). Mampu menghafal kata-kata

atau nyanyian yang ditiru tanpa memahami artinya.

6) Beberapa dari anak autis tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit

berbicara sampai mereka dewasa.

7) Suka menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang

diinginkannya atau dimintanya.

b. Dalam hal interaksi sosial

1) Lebih suka menyendiri.

2) Minus atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan.

3) Tidak tertarik bermain bersama teman atau menolak diajak bermain.

32

c. Gangguan sensoris

1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, misalnya tidak suka dipeluk.

2) Selalu menghindari suara keras dengan menutup kedua telinga.

3) Senang mencium dan menjilati mainan atau benda-benda.

4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut.

d. Pola bermain

1) Tidak suka bermain lazimnya anak-anak seumurnya.

2) Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.

3) Tidak kreatif, tidak imajinatif.

4) Menyukai benda-benda yang berputar, seperti roda sepeda.

5) Sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan

dibawa ke mana-mana.

e. Perilaku

1) Berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).

2) Memperlihatkan perilaku perangsangan diri, misalnya bergoyang-

goyang.

3) Tidak suka perubahan.

4) Duduk bengong dengan tatapan kosong.

f. Emosi

1) Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, dan

menangis tanpa alasan.

2) Mengamuk tak terkendali jika kecewa akibat dilarang atau

keinginannya tidak terpenuhi.

33

3) Suka menyerang dan perusak.

4) Menyakiti diri sendiri.

5) Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Jadi, ciri-ciri anak autis dapat diketahui dengan karakteristik

khusus yang terlihat, diantaranya dalam hal komunikasi, interaksi sosial,

gangguan sensosis, pola bermain, perilaku, dan emosi.

3. Jenis-jenis Autis

Menurut Autism Society of America (Fitriyah, 2014:39),

menjelaskan bahwa jenis autis ada lima, diantaranya:

a. Sindrom Asperger: jenis gangguan ini ditandai dengan devisiensi

interaksi sosial dan kesulitan dalam menerima perubahan rutinitas sehari-

hari. Pada sindrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu

bila dibandingkan dengan gangguan lain. Anak yang menderita jenis

autism ini kurang sensitif terhadap rasa sakit, namun tidak dapat

mengatasi paparan suara keras dan sinar lampu secara tiba-tiba. Anak

dengan sindrom asperger memiliki kecerdasan rata-rata atau diatas rata-

rata sehingga secara akademik mampu dan tidak bermasalah.

b. Autistic Disorder: disebut sebagai chilhood autism karena sebagian besar

berkembang pada tiga tahun awal usia anak. Anak yang terkena autistic

disorder tidak memiliki kemampuan bicara dan hanya tergantung pada

komunikasi verbal. Kondisi ini mengakibatkan anak menarik diri secara

ekstrim terhadap lingkungan sosialnya dan bersikap acuh-tak acuh. Pada

34

gangguan ini, keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas

sehingga anak kurang bisa berkomunikasi.

c. Pervasif Development Disorder: autism jenis ini meliputi berbagai jenis

gangguan dan tidak spesifik terhadap satu gangguan. Tingkat keparahan

mulai dari yang ringan sampai ketidakmampuan yang ekstrim umumnya

didiagnosis dalam 5 tahun usia pertama anak. Pada gangguan ini,

keterampilan verbal dan non verbal efektif terbatas sehingga, anak

kurang bisa berkomunikasi.

d. Chilhood Disintegrative Disorder: gejala gangguan ini muncul ketika

seorang anak berusia antara 3-4 tahun. Pada dua tahun awal,

perkembangan anak nampak normal yang kemudian terjadi regresi

mendadak dalam komunikasi, bahasa, sosial, dan keterampilan motorik.

Anak menjadi kehilangan semua keterampilan yang dia peroleh

sebelumnya dan mulai menarik diri dari lingkungan sosial.

e. Reet Syndrome: jarang ditemukan dan sering keliru didiagnosis sebagai

autisme. Sindrom ini mempengaruhi perempuan dewasa atau anak

perempuan yang ditandai oleh pertumbuhan kepala yang abnormal.

Penyebabnya adalah mutasi pada urutan sebuah gen tunggal. Gejala awal

yang teramati diantaranya kehilangan kontrol otot yang menyebabkan

masalah dalam berjalan dan mengontrol gerakan mata. Keterampilan

motorik terlambat dan mengganggu setiap gerakan tangan dan kaki yang

berulang.

35

Jadi, jenis autis dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu

sindrom asperger, autistic disorder, pervasif development disorder,

chilhood disintegrative disorder, dan reet syndrome.

4. Faktor Penyebab Autis

Menurut Widihastuti (2009:16), faktor penyebab autis belum

diketahui secara pasti. Ada dugaan kuat salah satu penyebabnya adalah

keracunan logam berat ketika anak masih dalam kandungan.

Menurut Sunu (2012:9), autisme merupakan ganguan yang

kompleks, sehingga autisme tidak terjadi pada satu bagian, namun meliputi

banyak faktor, diantaranya:

a. Kelainan anatomis otak, kelainan pada bagian-bagian otak tertentu yang

meliputi cerebellum (otak kecil), lobus pareitalis, dan sistem limbik ini

mencerminkan bentuk-bentuk perilaku berbeda yang muncul pada anak

autis.

b. Faktor pemicu tertentu saat kehamilan, terjadi pada masa kehamilan 0-4

bulan, bisa diakibatkan karena: polutan logam berat, infeksi, zat adiktif

(pengawet, pewarna), hiperemesis (muntah-muntah berat), pendarahan

berat, dan alergi berat.

c. Zat-zat adiktif yang mencemari otak anak, seperti asupan MSG

(monosodium glutamat), zat pewarna dan pengawet, dan lainnya.

d. Gangguan sistem pencernaan, seperti kurangnya enzim sekretin.

e. Kekacauan interpretasi dari sensori, menyebabkan stimulus dipersepsi

secara berlebihan oleh anak sehingga menimbulkan kebingungan.

36

f. Jamur yang muncul di usus anak, pemakaian antibiotik yang berlebihan

juga dapat memicu gangguan pada otak, karena jamur menyebabkan

kebocoran usus dan tidak tercernanya kasein dan gluten dengan baik

sehingga tidak terserap dalam aliran darah ke otak.

Begitu banyak faktor pemicu yang dapat menyebakan munculnya

autisme, sehingga perlu penanganan yang ekstra. Jadi, faktor penyebab autis

pada intinya adalah dalam proses kehamilan yang berlangsung terkena atau

keracunann logam berat dan zak-zat adiktif yang berbahaya.

37

BAB III

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data SDLB Talenta Kids Salatiga

1. Sejarah Berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga

SDLB Talenta Kids adalah sekolah swasta yang berdiri di bawah

naungan yayasan Kanz Kids Family. Pada tahun 2008 diresmikan

berdirinya SDLB Talenta Kids Salatiga yang pada awalnya bernama

Sekolah Autis Talenta Kids berlokasi di Perum Griya Mustika Jl.

Gondangsari No.02 Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah.

Kemudian pada tahun 2010, kegiatan pembelajaran pindah ke Jl.

Gondangsari No.02 Tegalrejo, Argomulyo, Salatiga. Nama Sekolah

Autis Talenta Kids pada tahun 2014 berubah menjadi SDLB Talenta

Kids.

Adapun fasilitas yang ada di SDLB Talenta Kids Salatiga

diantaranya adalah ruang kantor, ruang perpustakaan, ruang sensori

integrasi. Kepala sekolah dipimpin oleh Ibu. Dr. Lilik Sriyanti, M.Si,

dengan 9 tenaga pengajar.

Tenaga pengajar di SDLB Talenta Kids, terdiri dari berbagai

macam lulusan diantaranya, S1 PAI, S1 Bahasa Inggris, S1 PGSD, S1

Bimbingan Konseling, dan sebagaian lagi lulusan SMA yang

mengambil kuliah di IAIN Salatiga.

38

SDLB Talenta Kids adalah sekolah khusus yang melayani

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya autis dan slow

learner.

2. Letak Sekolah

Letak SDLB Talenta Kids menempati areal tanah seluas 1090 m2.

Adapun batas-batasnya adalah

a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk

b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk

c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk

d. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk

3. Identitas Sekolah

a. Namasekolah : SDLB Talenta Kids Salatiga

b. N.I.S : 280050

c. N.S.S : 862036201005

d. Provinsi : Jawa Tengah

e. Kecamatan : Argomulyo

f. Desa/Kelurahan : Tegalrejo

g. Jalan danNomor : Gondangsari no. 03

h. Kode Pos : 50733

i. Telepon : Kode wilayah : 0298

Nomor : 324478

j. Daerah : Perkotaan

k. Status Sekolah : Swasta

39

l. Tahun Berdiri : 2008

m. KBM : Pagi

n. Bangunan Sekolah : Milik Yayasan

o. Luas Bangunan : 1090 m²

p. Lokasi Sekolah : Gondangsari no. 03 Tegalrejo

Argomulyo - Salatiga

q. E-mail : [email protected]

r. Jarak ke Pusat Kecamatan : 3 km

s. Jarak ke Pusat OTODA : 3 km

t. NPSN : 20361527

4. Visi dan Misi SDLB Talenta Kids Salatiga

a. Visi sekolah:

Menjadi lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang

handal, berlandaskan pada cinta kasih, religiusitas serta

perkembangan ilmu dan teknologi

b. Misi sekolah :

1). Menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

dengan pendekatan yang komprehensif sesuai potensi, bakat

dan kapasitas mental yang dimiliki peserta didik

2). Memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan akademik yang

diperlukan untuk hidup di tengah-tengah masyarakat untuk

melanjutkan pendidikan pada yang lebih tinggi

40

3). Memanfaatkan teknologi informasi (TI) dan perkembangan

Iptek dalam pembelajaran, pengembangan SDM dan

membangun jaringan berdasarkan norma agama dan nilai

kemanusiaan

4). Mengoptimalkan daya dukung orang tua, masyarakat, instansi

pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kualitas layanan

dan perkembangan peserta didik

5). Memberikan layanan sosialisasi dan pendampingan kepada

orang tua dan masyarakat tentang penanganan anak

berkebutuhan khusus

5. Struktur Organisasi

Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur

segala urusan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan individu dalam sebuah organisasi meliputi struktur

organisasi. Struktutr organisasi SDLB Talenta Kids Salatiga sebagai

berikut

Bagan 3.1

Struktur Organisasi Sekolah

WKU

KS

WKA WKS WKH

GM

TU

41

Keterangan Bagan Organisasi :

KS : Kepala Sekolah : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si

WKU : Waka Kurikulum : S Pujiastuti C, S.Pd

WKA : Waka Kesiswaan : Drs. Alfred L, M. SI

WKS : Waka Sarpras : Khuzaemah, S.Pd.I

WKH : Waka Humas : Alfisyah Liasari, S.Pd.I

GM : Guru Mapel : Semua Guru

TU : Tata Usaha : Ani Yuli Astuti

6. Sarana dan Prasarana

a. Gedung

Gedung SDLB Talenta Kids Salatiga dengan ukuran 1090

m² yang dibagi menjadi 4 ruang. Ruang kelas yang digunakan

dalam pembelajaran dibatasi dengan sekat yang membatasi kelas

satu dengan kelas yang lain. Hal ini sebenarnya kurang efektif bagi

pembelajaran, karena ruang yang terbuka akan sangat mengganggu

konsentrasi anak.

Bagan 3.2

Denah Gedung SDLB Talenta Kids Salatiga

Ruang bermain Ruang terapi

Kamar

mandi

Ruang kelas

Ruang 3 Ruang 1

Ruang 2

Tempat

parkir

Pintu

masuk

Pintu

masuk

42

b. Sarana dan Prasarana lain

Sarana dan prasarana lain yang ada di SDLB Talenta Kids

Salatiga memiliki kriteria yang cukup mendukung pelaksanaan

pembelajaran. Adapun alat tersebut berupa meja, kursi, almari,

buku-buku penunjang, dan juga alat peraga sesuai kebutuhan

siswa.

Tabel 3.1

Data Sarana SDLB Talenta Kids

NO NAMA BARANG JUMLAH BAHAN

1 Meja siswa 12 Kayu

2 Kursi siswa 12 Kayu

3 Meja guru 5 Kayu

4 Kursi guru 8 Kayu

5 Almari 6 Plastik

6 Rak buku 3 Kayu

7 Papan tulis 4 Triplek

8 Papan statistic 3 Triplek

9 Meja kursi tamu 1 set Besi

10 Unit alat peraga 5 set

11 Unit alat permainan 4 set

12 Unit alat kesenian 3 set

13 Unit alat olahraga 2 set

14 Almari perpustakaan 1 set Kayu

15 Unit alat pertukangan 1 set Besi

43

16 Tempat parkir 1

17 Komputer 1 Elektronik

18 Monitor 1 Elektronik

19 TV 1 Elektronik

20 Wireless 1 Elektronik

21 Printer 1 Elektronik

22 Speaker 1 Mesin

7. Keadaan Guru

Tenaga pengejar yang bertugas di SDLB Talenta Kids Salatiga

pada tahun 2015/2016 seluruhnya ada sepuluh orang. Untuk lebih

jelasnya, penulis akan sajikan daftar tabel tenaga pengajar di SDLB

Talenta Kids Salatiga.

Tabel 3.2

Keadaan Pengajar di SDLB Talenta Kids Salatiga

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN MENGAJAR

KELAS

1 Dr. Lilik Sriyanti,

M.Si

Kepala

Sekolah

S3 BK Terapis

2 Drs. Alfred L, M.SI Guru S2 BK Terapis

3 S Pujiastuti C, S.Pd Guru S1 PGSD IV

4 Alfisyah Liasari,

S.komp, S.Pd.I

Guru S1 B Inggris IV

44

5 Khuzaemah, S.Pd.I Guru S1 PAI I

6 Ani Yuli Atuti Guru SMA III

7 Eni Setiani Guru S1 BK I

8 Uli Fatwati Guru SMA I

9 Fitriana Astuti Guru SMA I

10 Nanang Himawan Terapis S1 OT Terapis

B. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Hasil penelitian mengenai proses pembelajaran pendidikan agama

Islam di SDLB Talenta Kids Salatiga dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan

hal yang sangat penting dalam menjalankan proses pembelajaran.

Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran, pasti berkaitan dengan

kurikulum. Kurikulum merupakan penghubung antara guru dengan

peserta didik utamanya dalam melakukan proses pembelajaran. Selain

kurikulum, bagi anak ABK di SDLB Talenta Kids yang perlu

disiapkan juga adalah program semester dan juga Rencana Kegiatan

Harian (RKH).

Perencanaan pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI bagi

siswa autis di SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan kurikulum

nasional dan juga kurikulum modifikasi. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan ibu LS yang menyatakan sebagai berikut:

45

Kalo untuk kurikulum yang digunakan di SDLB Talenta Kids

kami menggunakan 2 versi. Pertama yaitu kurikulum nasional

yang ke dua kurikulum modifikasi. Kurikulum yang

diberlakukan mengadopsi dari kurikulum Maurice Chaterine

untuk anak autis, kurikulum anak berkebutuhan khusus (SLB)

yang dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk

disesuaikan dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru

dalam penanganan anak autis. Kurikulum bersifat individual,

berbeda antara anak satu dengan anak lainnya. Setiap anak

disiapkan program individual yang disusun berdasar asesment

awal, dari hasil observasi dan wawancara dengan orang tua.

Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan

kontinu.(15 Januari 2016 di ruang Kepsek).

Kurikulum nasional bagi ABK khususnya autis diambil dari

kurikulum TK hingga kurikulum SD kelas I sampai IV. Sedangkan

kurikulum modifikasi ini digunakan agar apa yang disampaikan oleh

guru itu sesuai dengan kebutuhan tiap anak. Karena untuk anak ABK,

utamanya autis memiliki kebutuhan yang berbeda tiap anaknya.

Setelah kurikulum, di sekolah umum hal lain yang perlu

diperhatikan yaitu pembuatan silabus dan juga RPP. Akan tetapi

berbeda dengan di SDLB Talenta Kids Salatiga, hanya beberapa siswa

saja yang menggunakannya. Sebagian besar siswa di SDLB Talenta

Kids pembelajarannya menggunakan Program Pembelajaran

Individual (PPI). Ibu LS menjelaskan bahwa :

PAI yang kami kembangkan di RPP hanya sebatas laporan di

Dinas saja, sedangkan pelaksanaannya disesuaikan dengan

kemampuan tiap peserta didik (15 Januari 2016 di ruang

Kepsek)

Jadi dalam perencanaan pembelajaran yang digunakan oleh

guru di SDLB Talenta Kids adalah PPI, karena dalam PPI menjelaskan

persiapan yang dilakukan guru sebelum mengajar, baik ruangan,

46

materi, maupun media dan juga metode yang diterapkan guru dan

disesuaikan dengan kebutuhan atau kemampuan tiap peserta didik.

Pengajaran PAI bagi anak autis menggunakan metode tidak

seperti yang lain. Metode yang digunakan yaitu metode Applied

Behaviour Analysis (ABA). Metode ABA adalah metode yang paling

efisien digunakan dalam pembelajaran untuk membentuk komunikasi

dengan anak autis.

Selain itu, media juga menjadi pendukung untuk lancarnya

pembelajaran PAI. Karena pada dasarnya anak autis adalah visual

learner yang baik, maka media yang digunakanpun cenderung

menggunakan gambar.

Berdasar berberapa hal di atas, peneliti menyimpulkan dalam

perencanaan pembelajaran meliputi beberapa hal, yaitu kurikulum,

program semester, program harian, RPP atau PPI, metode dan juga

media yang kesemuanya itu disesuaikan dengan kebutuhan tiap

individu sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Pelaksanaan pembelajaran merupakan komponen yang harus

ada dalam aktivitas pendidikan. Tanpa adanya kegiatan pembelajaran,

aktivitas pendidikan tidak akan sempurna, karena kegiatan

pembelajaran adalah inti dari proses pembelajran secara umum.

Pembelajaran di SDLB Talenta Kids Salatiga meliputi:

47

a. Setting ruang

Pembelajaran di SDLB Talenta Kids tiap ruangnya diberi

sekat, untuk membatasi gerak anak. Meja dan kursi disetting

setinggi anak, tujuan agar kaki tidak menggantung. Selain itu meja

yang digunakan didesain khusus yang bagian yang berhimpitan

dengan tubuh siswa dibentuk setengah lingkaran agar anak lebih

fokus dan juga membatasi gerak anak. Di dalam ruangan juga

sudah disiapkan media yang akan digunakan untuk pembelajaran.

b. Jam belajar

Jam belajar bagi anak-anak autis di SDLB Talenta Kids

berkisar antara 2,5 jam sampai 5 jam sesuai dengan usia anak.

Karena di sini menggunakan kurikulum nasional juga, maka

pembelajarannyapun bersifat tematik. Jadi jam belajar 2,5 sampai 5

jam sudah termasuk pelajaran pendidikan agama Islam, dan juga

muatan mata pelajaran yang lain.

c. Metode pembelajaran

Metode utama yang digunakan dalam pembelajaran adalah

ABA. Metode ABA penerapannya menggunakan sistem satu murid

satu guru. Dalam pembentukan perilaku tertentu membutuhkan 2

guru untuk satu murid. Tujuan dari metode ABA dipandang efektif

bagi anak autis karena metode ABA tersetruktur, terpola,

konsisten, dan kontinyu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan ibu KZ, sebagai berikut;

48

Kami menggunakan metode ABA dalam pembelajaran.

Metode ini paling efektif untuk anak-anak di sini kerana sudah

melalui beberapa penelitian dari para ahli dan yang paling

sesuai bagi anak autis adalah ABA, karena metode ini

kontinyu, terstruktur, terpola, terprogram, dan konsisten. (06

Februari 2016, di ruang kelas SDLB).

Dari hasil observasi yang dilakukan di SDLB Talenta Kids

Salatiga, pengajaran PAI pada anak autis menggunakan ABA harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Kepatuhan dan kontak mata

b. One on one, yaitu pengajaran secara individu

c. Siklus dan Discrate Trial Training, yaitu teknik analisis tingkah

laku untuk meningkatkan ketrampilan pada anak autis yang

dimulai dengan intruksi dan diakhiri dengan imbalan. Pada materi

sikap disiplin guru meminta siswa duduk rapi, bila siswa mampu

melakukan instruksi maka siswa diberikan imbalan.

d. Fading, pengurangan bantuan secara sistematis. Pengurangan ini

sangat penting supaya anak tidak tergantung pada bantuan dan

isyarat. Bila anak sudah mampu melakukan instruksi duduk secara

konsisten, maka pemberian imbalan pada anakpun dikurangi

sehingga anak tidak tergantung pada bantuan atau imbalan dari

guru.

e. Shaping¸ prosedur yang digunakan untuk mengembangkan

ketrampilan atau perilaku yang tidak ada pada diri seseorang.

Shaping ini mengajarkan suatu perilaku melalui tahap-tahap

49

pembentukan. Bila anak sudah mampu melakukan intruksi duduk

bagus secara konsisten, maka diberikan materi atau instruksi baru

bagi anak dan prosesnya sama dari awal dilakukan intruksi secara

kontinyu dan konsisten sampai anak mampu melakukan.

Berdasar hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran pendidikan

agama Islam sebagai berikut;

a. Mengajak siswa masuk kedalam kelas, kemudian memberikan

instruksi duduk bagus pada siswa

b. Guru memberikan intruksi berdo’a sebelum belajar, walaupun ada

beberapa siswa yang tidak mampu menirukan dikarenakan

gangguan verbal namun tetap silakukan sebagai pembiasaan.

c. Bila anak mampu melakukan intruksi, segera mungkin guru

memberikan imbalan.

d. Guru mengkondisikan anak tetap duduk, kemudian memberikan

materi sesuai dengan kebutuhan siswa, baik melalui gambar

maupun gerakan.

e. Intruksi yang diberikan guru diulang-ulang, bila pada intruksi

pertama dan ke dua anak belum melakukan, maka pada instruksi

ke tiga guru memberikan prompt atau bantuan.

f. Pada tiap pertemuan dilakukan sesi imitasi motorik halus dan

kasar, misalnya angkat tangan, dan mewarnai gambar ciptaan

Allah.

50

g. Dalam kemampuan bahasa reseptif, anak dikondisikan tetap fokus.

Intruksi yang diberikan yaitu mengenal anggota tubuh.

h. Pada tiap intruksi yang diberikan, bila siswa mampu melakukan

guru memberikan imbalan.

i. Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa berdo’a sebelum

pulang dan juga bersalaman pada setiap guru.

Selain hal di atas, pada saat observasi ada waktu khusus bagi siswa

dimana siswa dapat mengekspresikan apa yang ia inginkan di ruang

terapi. Mereka dapat melakukan apa yang mereka inginkan tanpa meja

dan ruang sempit yang membatasi gerak mereka seperti di kelas.

3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam

Evaluasi pembelajaran PAI yang dilakukan guru PAI yaitu

serangkaian penilaian yang digunakan untuk mengetahui

perkembangan keagamaan siswa, khususnya anak autis. Penilaian pada

anak autis bisa dilakukan dengan tes dan non tes. Tes yang dilakukan

adalah UTS dan UAS, sedangkan non tes yaitu pengamatan yang

dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung.

Evaluasi bagi anak autis dalam pembelajaran PAI

menggunakan standar minimal dalam mendidik siswa autis, yaitu

penanaman akhlaq yang baik pada anak autis, misalnya berdo’a

sebelum dan sesudah belajar, bersalaman, dan kegiatan lain dalam

kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Hal ini sesuai deangan

paparan hasil wawancara dengan ibu LS yang menyatakan :

51

Anak-anak yang bersekolah di sini, sebagian adalah anak

dengan gangguan sedang dan berat, sehingga tidak bisa dikejar

untuk akademiknya, dan dialihkan pada program pembiasaan.

Untuk itu, pembelajaran yang dilakukanpun sesuai kemampuan

tiap anak. Dalam pembelajaran yang dituju adalah kemampuan

anak melakukan intruksi yang diberikan guru, dan itu bisa

terjadi melalui pembiasaan secara terus menerus. Harapannya,

siswa mampu melakukan hal yang sama di rumah (15 Januari

2016, di ruang Kepsek).

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

evaluasi untuk siswa autis minimal siswa dapat melakukan apa yang

diajarkan oleh guru PAI, selain itu siswa juga dapat melakukan

pembiasaan tersebut di luar sekolah. Hal tersebut juga dilakukan

melalui UTS dan UAS, selain itu juga pengamatan langsung guru pada

saat pembelajaran berlangsung.

C. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di

SDLB Talenta Kids Salatiga tentu ada halangan dan hambatan. Jenis

kendala yang dialai oleh guru pendidikan agama Islam diantaranya :

Target materi pelajaran yang tidak selesai, hal ini sesuai hasil

wawancara dengan ibu KZ :

Dikarenakan anak-anak di sini kategori gangguannya berat,

maka untuk menyampaikan materi membutuhkan waktu yang

cukup lama untuk satu jenis materi saja. Contohnya anak

diminta sikap berdo’a yang baik, itu bisa memerlukan waktu

berbulan-bulan karena memerlukan pembiasaan yang terus

menerus dan selalu berulang, karena bila diselingi dengan

kegiatan lain, konsentrasi anak mudah teralihkan. (06 Februari

2016, di ruang kelas SDLB).

52

Selain itu, konsentrasi dan juga kepatuhan anak yang mudah

teralihkan juga sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, karena

sebelum anak konsentrasi maka intruksi belum bisa diberikan pada anak.

Masih kurangnya media yang digunakan dalam pembelajaran juga

merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

Hal ini dikarenakan beberapa anak autis termasuk anak yang mudah

bosan, jadi membutuhkan beberapa media yang lebih variatif untuk

menarik minat belajar anak.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala yang

dihadapi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam oleh guru PAI di

SDLB Talenta Kids Salatiga antara lain :

1. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam yang tidak selesai, hal

ini karena tuntutan kurikulum masih terlalu tinggi

2. Kurangnya konsentrasi dan kepatuhan siswa

3. Minimnya media pembelajaran bagi anak autis

4. Pembiasaan di rumah kurang.

53

BAB IV

ANALISIS DATA

Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan pada Bab III, maka pada bab

ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis adalah

proses pembelajaran berupa perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam,

pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, serta evaluasi pembelajaran

pendidikan agama Islam pada sisw autis di SDLB Talenta Kids Salatiga. Analisis

ini didasarkan pada data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang

menggambarkan kondisi konkrit yang ada di SDLB Talenta Kids Salatiga.

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Proses perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di

SDLB Talenta Kids Salatiga menggunakan dua jenis kurikulum, yaitu

kurikulum nasional dan kurikulum yang dimodifikasi dari kurikulum

Maurice Chaterineuntuk anak autis, kurikulum anak berkebutuhan khusus

(SLB) yang dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk disesuaikan

dengan karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan

anak autis. Kurikulum bersifat individual, berbeda antara anak satu dengan

anak lainnya. Setiap anak disiapkan program individual yang disusun

berdasar asesment awal, dari hasil observasi dan wawancara dengan orang

tua. Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan kontinu.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah penyusunan program semester,

54

program harian, penyusunan RPP atau PPI, pemilihan metode, dan media

pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan tiap peserta didik.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Prabowo dan

Nurma (2010:1) yang mengatakan bahwa prinsip perencanaan

pembelajaran pendidikan agama Islam adalah guru yang kompeten dalam

menanamkan nilai-nilai Islam yaitu guru pembimbing agama Islam. Selain

itu, adanya prinsip visibilitas dengan pembiasan perilaku terpuji pada

siswa autis. Dengan harapan siswa autis tersebut bisa menjadi pribadi

yang mandiri dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berpijak pada fakta

merupakan hal penting yang menjadi prioritas dalam proses perencanaan

pembelajaran. Dengan demikian guru pendidikan agama Islam mampu

memberikan alternatif mudah dalam upaya mendesain pembelajaran yang

sesuai dengan mempertimbangkan karakteristik siswa autis diantaranya

dengan memberikan materi pelajaran PAI yang sederhana, antara lain

pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah belajar.

Proses pembelajaran diperlukan perencanaan atau rangkaian

kegiatan sebagai proses yang akan menjadi program dalam jangka

panjang. Karena perencanaan bertindak sebagai pemandu guru dalam

melaksanakan tugasnya dalam mendidik. Apabila dihubungkan dengan

pembelajaran, maka perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan pembelajaran yang akan disiapkan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan berguna sebagai

pedoman guru dalam mendesain pelajaran.

55

Pembelajaran pendidikan agama Islam berkaitan dengan proses

penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta didik secara kontinyu

dan berkesinambungan dengan muatan nilai-nilai keislaman. Sehingga

diharapkan dengan adanya pembelajaran peserta didik menjadi generasi

yang berguna pada kehidupan di dunia. Proses perencanaan pembelajaran

mengantarkan guru dan peserta didik ke gerbang kesuksesan jika tersusun

dengan efektif dan efisien.

Perencanaan dalam pembelajaran merupakan komponen yang

memadukan antara proses kegiatan belajar mengajar dan rangkaian

aktivitas dalam belajar. Bagi guru kegiatan perencanaan pembelajaran

menjadi modal guru mengembangkan potensi peserta didik yang perlu

digali secara intens. Apa yang akan diberikan kepada peserta didik tidak

hanya relevan dengan kebutuhan peserta didik, melainkan juga berguna

bagi kehidupan yang akan datang. Di samping itu kegiatan pembelajaran

harus bervariasi dan menarik.

Perencanaan pembelajaran memerlukan beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Khususnya pada siswa autis yang memiliki gangguan

pervasif dalam perkembangan intelektual yang dimilikinya. Berdasarkan

pemaparan data dalam kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode

pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa autis harus benar-

benar diperhatikan. Hal ini sama dengan pendapat Zakiyah Darodjat dalam

Pendidikan Agama bahwa dalam penyajian pendidikan agama hendaknya

memperhatikan keadaan jiwa yang dihadapi anak. Jadi guru pendidikan

56

agama Islam yang bijaksana dapat memilih metode yang tepat sebagai

wujud kepedulian dengan siswa autis dan materi pendidikan agama Islam

yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dalam membina mental

secara terarah.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kurikulum

yang digunakan tidak sepenuhnya mengikuti kurikulum nasional karena

masih dimodifikasi lagi sesuai dengan kemampuan tiap peserta didik.

Namun, desain ruangan pembelajaran untuk anak autis cukup kondusif,

hal ini di dukung dengan sistem pengajaran one on one sehingga ruangan

sudah didesain sesuai kebutuhan anak.

Berbicara mengenai perencanaan pembelajaran pendidikan agama

Islam yang diterapkan di SDLB Talenta Kids Salatiga dapat disimpulkan

bahwa perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam langkah

pertama yang ditempuh guru dalam menyusun/ mendesain kegiatan belajar

sesuai dengan perkembangan kondisi jiwa peserta didik.

Dalam mewujudkan tujuan umum perencanaan pembelajaran

pendidikan agama Islam, perubahan perilaku menjadi aspek utama yang

dibidik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Alasannya dengan

penanaman nila-nilai keislaman dapat membentuk perilaku yang positif

bagi siswa autis. Untuk itu, perubahan perilaku tersebut bisa terlihat dalam

pembiasaan berdo’a sebelum dan sesudah belajar, bersalaman setiap pagi

dan pulang sekolah yang diterapkan di SDLB Talenta Kids Salatiga akan

berdampak positif pada perkembangan siswa autis. Sementara itu wujud

57

dari tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam siswa autis

dikenalkan pentingnya beribadah kepada Allah, sehingga siswa autis

termotivasi dalam berbuat baik dan menghargai kepada sesama. Pada

tujuan sementara siswa diajarkan pembiasaan urutan bersalaman dulu

ketika datang kemudian berdo’a untuk belajar, dengan adanya urutan

pembiasaan maka siswa akan terbiasa dengan urutan tersebut. Selain itu,

dengan adanya tujuan opersional menjadikan siswa autis lebih mudah

diarahkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya pada

materi bersalaman dan berdo’a.

2. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB

Talenta Kids Salatiga menggunakan metode ABA dalam mendidik siswa

autis. ABA adalah metode tentang perilaku manusia yang dikenal sebagai

terapi perilaku. ABA dikembangkan oleh Ivar O Lovaas seorang professor

dibidang psikologi dari Universitas California Los Angeles, Amerika

Serikat. Terapi ABA adalah metode tatalaksana perilaku yang

berkembang sejak puluhan tahun.

ABA adalah salah satu metode modifikasi tingkah laku behavior

modification) yang digunakan untuk mengatasi anak-anak penyandang

autism. Ivar O Lovaas melakukan eksperimen, dengan meminjam teori

psikologi B.F. Skinner dengan sejumlah treatment pada anak autistic.

Hasil eksperimen itu dipublikasikan dalam buku Behavioral Treatment

and Normal Educational and Intellectual Functioning in Young Autistic

58

Childrensekitar tahun 1987. Metode ABA ini didasarkan pada pemberian

hadiah (reward) dan hukuman (punishment), setiap perilaku yang

diinginkan muncul, maka akan diberi hadiah, namun sebaliknya jika

perilaku itu tidak muncul maka akan diberikan hukuman (Ana dan

Haryana, 2016: 77).

Penggunaan metode ABA dalam pembelajaran PAI pada anak

autis sangat efektif karena metode ini pertama terstruktur, yakni

pengajaran menggunakan teknik yang jelas, kedua terarah, yakni ada

kurikulum jelas untuk membantu mengarahkan terapi, ketiga terukur,

yakni keberhasilan dan kegagalan menghasilkan perilaku yang diharapkan,

diukur dengan berbagai cara tergantung kebutuhan peserta didik.

Metode ABA pada pembelajaran PAI memiliki beberapa tujuan,

diantaranya:

a. Untuk meningkatkan perilaku (pemberian hadiah meningkatkan

perilaku untuk mengerjakan tugas). Sebagai contoh anak dapat

melakukan intruksi salaman, sesegera mungkin berikan reward.

b. Untuk mengajarkan ketrampilan baru (misal, intruksi ABA yang

sistematis dan prosedur reinforcement mengajarkan ketrampilan

perilaku disiplin duduk tenang saat belajar).

c. Untuk mempertahankan perilaku, mengajarkan pengendalian diri

contohnya duduk tenang saat belajar.

d. Untuk menggeneralisasi atau mentransfer perilaku atau respon dari

suatu perilaku ke situasi yang lain, contohnya selain anak

59

melaksanakan intruksi salim di sekolah dengan guru, anak juga

mampu melakukan intruksi yang sama di rumah dengan orang tua.

Pelaksanaan pembelajaran PAI di SDLB Talenta Kids yang sistem

mengajarnya one on one hal yang dilakukan oleh guru PAI adalah

pertama-tama guru mengkondisikan siswa untuk patuh terlebih dahulu

agar apa yang dinstruksi guru dapat direspon oleh siswa. Kunci dari

kepatuhan siswa yaitu kontak mata. Apabila kontak mata sudah terjadi

antara guru dengan murid, maka instruksi baru bisa diberikan pada siswa.

Bila sudah terjadi kontak mata, maka guru bisa memberikan instruksi.

Guru PAI memberikan materi (instruksi) menggunakan metode

ABA dalam pelaksanaannya. Metode ini memiliki tiga tahap yaitu no – no

– show, artinya guru memberikan instruksi sebanyak tiga kali. Bila pada

instruksi pertama dan ke dua anak belum mau melakukan, maka pada

instruksi ke tiga guru memberikan contoh.

Materi pendidikan agama Islam yang diberikan pada anak berbeda

untuk tiap individu, karena mereka memiliki kebutuhan yang berbeda pula

untuk tiap anaknya. Bagi anak yang memiliki kemampuan verbal maka

anak dapat mendengarkan dan juga menirukan dengan lisan seperti pada

materi surah al Qur’an, sahadat, dan rukun iman anak mendengarkan dan

juga menirukan ucapan guru.

Bagi anak autis yang memiliki gangguan verbal, maka materi yang

diberikan disajikan dalam bentuk visual dan juga gerakan karena anak

autis termasuk peniru yang ulung. Sebagai contoh dalam materi perilaku

60

terpuji (rajin, tolong menolong, hormat orang tua dan guru, bertanggung

jawab, disiplin, perilaku bersih, dan adab belajar), maka guru PAI dituntut

kreatif dalam penggunaan media utamanya gambar. Gambar usahakan

semirip mungkin dengan aslinya.

Selain itu, dalam melakukan praktek perilaku dalam memberikan

contoh guru harus tegas dan konsisten. Untuk satu materi harus dilakukan

berulang-ulang sampai siswa benar-benar mampu dan dapat melakukan

secara mandiri maka baru bisa masuk ke materi atau instruksi yang baru.

Sistem belajar anak autis terpola dan terstruktur, maka apa yang ia lihat

dan lakukan tiap harinya selalu berurutan, maka dari itu penting sekali

menggunakan metode ABA dalam proses pembelajaran, sehingga guru

dapat memantau secara langsung perkembangan tiap peserta didik.

Metode ABA ini tidak lepas dari yang namanya reward and

punismant. Artinya, bila anak mampu melakukan instruksi, maka guru

harus memberikan reward sebagai pancingan atau motivasi kepada anak.

Sebaliknya, bila anak tidak mau melakukan atau membuat kesalahan maka

guru melakukan punishment, baik berupa kata maupun tindakan namun

yang tidak membayakan anak.

Selain itu, penggunaan metode ini harus dilakukan secara konsisten

dan terus menerus serta terstruktur. Artinya instruksi yang diberikan guru

pada siswa tidak boleh berubah-ubah, sedangkan terstruktur artinya guru

memberikan materi itu secara bertingkat atau bertahap. Bila siswa sudah

mampu konsisten dengan suatu instruksi, maka baru bisa dilanjutkan

61

dengan instruksi berikutnya yang tingkatannya lebih tinggi dari materi

sebelumnya.

Media yang digunakan dalam pembelajaran, guru bisa

menggunakan gambar. Gambar yang digunakanpun juga bertahap, gambar

awal harus semirip mungkin dengan aktivitas aslinya, kemudian bila siswa

sudah konsisten bisa diganti dengan gambar yang lebih abstrak.

Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan metode ABA, sebaiknya

mengandung hal-hal berikut:

a. Discrete Trial Training (DTT), memecah setiap ketrampilan yang

belum dimiliki anak ke dalam bentuk ketrampilan yang lebih kecil atau

sederhana.

b. Menggunakan reinforcement (imbalan)

Bila anak bisa melakukan intruksi atau perintah yang diberikan, maka

anak diberi imbalan yang dia suka.

c. Repetitive (pengulangan)

Setiap ketrampilan yang diajarkan diberikan secara berulang-ulang

sampai anak tersebut menguasai ketrampilan tersebut tanpa dibantu

lagi.

d. Konsisten

Pelaksanaan terapi dijalankan dengan konsisten oleh semua yang

terlibat dengan anak, dlam pemberian instruksi dan dalam pemberian

konsekuensi ataupun imbalan.

e. Penilaian dan pencatatan

62

Program materi yang dijlalankan harus dijalankan secara rinci dan

dinilai setiap materi diberikan.

3. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam

Evaluasi pembelajaran PAI yang dilakukan oleh guru PAI

merupakan serangkaian penilaian yang digunakan untuk mengetahui

perkembangan keagamaan siswa, khususnya pada siswa autis. Penilaian

yang dilakukan dalam pembelajaran PAI dilakukan dalam bentuk tes dan

non tes. Evaluasi berjalan sesuai dengan kalender pendidikan yang berlaku

di SDLB Talenta Kids sesuai ketentuan dari Dinas Pendidikan, kemudian

hasil tersebut dimuat dalam buku kemajuan siswa.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan

dengan ibu Kz yang menuturkan:

“Cara mengevaluasi peserta didik ada beberapa hal, pertama

dengan unjuk kerja, dan pengamatan langsung pada saat

pelajaran berlangsung. Bagi anak yang akademiknya bisa

mengikuti dengan baik, maka kami melakukan dengan tes

tertulis.”(08 Februari 2016. Di ruang guru).

Evaluasi bagi anak autis dalam pembelajaran PAI menggunakan

standar minimal dalam mendidik siswa autis, yaitu penanaman akhlaq

yang baik pada anak autis, yaitu pembiasaan perilaku terpuji dengan

menampilkan perilaku hormat pada orang tua dan guru dengan bersalaman

berdo’a sebelum dan sesudah belajar, dan kegiatan lain dalam kehidupan

sehari-hari yang dialami anak.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses evaluasi

untuk siswa autis minimal siswa dapat melakukan apa yang diajarkan oleh

63

guru PAI, selain itu siswa juga dapat melakukan pembiasaan tersebut di

luar sekolah. Tentunya untuk menghasilkan pembiasaan yang diharapkan

dari anak jsuga tak lepas dari pihak lain yaitu dari orang tua dan juga

pembimbing di luar sekolah. Penilaian juga dilakukan melalui UTS dan

UAS, selain itu juga pengamatan langsung yang dilakukan guru pada saat

pembelajaran berlangsung, hal ini untuk mengetahui perkembangan yang

dialami oleh peserta didiknya. Proses pengamatan secara langsung ini

sangat menentukan kemajuan bagi anak, karena perkembangan tiap anak

dipantau tiap kegiatan dilakukan.

B. Kendala yang Dialami Guru Pendidikan Agama Islam

Proses pembelajaran tidak lepas dari kendala. Kendala yang

menghambat pembelajaran pendidikan agama Islam sebagaimana telah

dipaparkan pada bab III diantaranya:

1. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam yang tidak selesai.

Target pembelajaran yang tidak selesai di SDLB Talenta Kids Salatiga

dikarenakan beberapa hal diantaranya, kurangnya respon dari peserta

didik. Hal lain yang bisa menghambat yaitu kemungkinan stimulus yang

diberikan oleh guru bagi siswa kurang menarik, sehingga mengakibatkan

respon yang kurang dari peserta didik. Selain itu, proses pengulangan yang

terus menerus dalam menyampaian materi bagi siswa autis, sehingga

waktu yang dibutuhkan lebih lama. Selain itu, tidak sedikit anak autis

yang beberapa hari tidak masuk, sehingga materi harus mengulang lagi

dari awal.

64

2. Kurangnya konsentrasi dan kepatuhan siswa

Anak autis pada dasarnya memang mengalami gangguan konsentrasi,

hingga pada saat pembelajaran terkadang guru kehabisan waktu untuk

membentuk kepatuhan siswa dulu sebelum masuk pada materi pelajaran.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Kz,

“Yang paling utama pastinya kondisi anak, anak yang kurang

konsentrasi maka mereka tidak akan bisa fokus dalam belajar,

selain itu hal tersebut akan berpengaruh juga pada respon anak

untuk menerima intruksi.” (08 Februari 2016, di ruang guru).

3. Minimnya media pembelajaran bagi anak autis

Media memberikan pengaruh yang besar bagi berlangsungnya

pembelajaran PAI pada anak autis. Media yang kurang memadai bisa

menjadi salah satu kendala yang menghambat dalam pembelajaran. Media

yang dimiliki oleh SDLB Talenta Kids Salatiga masih terbatas, karena

media untuk anak autis biasanya disesuaikan dengan kebutuhan anak,

sedangkan siswa autis memiliki karakteristik yang berbeda pada tiap

individu. Sebagian besar media yang dimiliki SDLB Talenta Kids Salatiga

masih bersifat umum yang bisa digunakan untuk umum, sehingga untuk

tiap pribadi anak medianya masih belum memadai.

4. Kurangnya kerjasama orang tua dengan pihak sekolah dalam pembiasaan

di rumah

Selain dari lingkungan sekolah, lingkungan rumah juga memiliki pengaruh

yang besar bagi kemajuan peserta didik. Efektif penerapan ABA dalam

satu hari adalah 6 jam, sedangkan di sekolah hanya berlangsung kurang

lebih 2 jam. Orang tua yang sadar akan kebutuhan anaknya, umumnya

65

akan melakukan pengajaran dengan metode yang sama dengan yang

dilakukan di sekolah untuk diterapkan kembali di rumah. Namun, masih

banyak orang tua yang tidak mengindahkan hal tersebut, hal ini mungkin

karena ketidaktahuan orang tua, atau mungkin juga karena kesibukan

mereka. Dengan sistem belajar yang berbeda antara di rumah dan di

sekolah, maka anak akan merasa kebingungan. Belum lagi di tambah

dengan pola makan anak yang tidak diatur ketat.

Di sekolah pola makan anak dijaga agar dapat mengontrol keaktifan dan

juga konsentrasi anak dengan mengkonsumsi makanan yang

direkomendasikan bagi anak autis. Namun sebagian besar orang tua bila

sudah di rumah memberikan makanan apa saja yang diinginkan oleh anak,

tanpa sadar apa efeknya bagi anak mereka.

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan skipsi

ini, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pendidikan agama Islam bagi anak autis di

SDLB Talenta Kids tahun pelajaran 2015/2016

Proses pembelajaran PAI di SDLB Talenta Kids meliputi beberapa aspek

sebagai berikut:

a. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam mengacu

pada program pembelajaran individual yang didasarkan pada

kurikulum Maurice Chaterine yakni kurikulum untuk anak autis yang

dimodifikasi dari kurikulum TK dan SD untuk disesuaikan dengan

karakteristik anak serta pendekatan terbaru dalam penanganan anak

autis. Dari kurikulum yang ada, maka diturunkan menjadi program

semester untuk tiap anak yang didasarkan pada assessment awal, dari

hasil observasi dan wawancara dengan orang tua. Kemudian setiap

anak disiapkan program individual untuk pembelajarannya, karena tiap

anak memiliki kebutuhan yang berbeda pada pembelajarannya.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dilakukan secara terpadu, sistimatis dan kontinu.

Materi yang diberikan pada siswa dirancang sesuai kebutuhan siswa

67

dikarenakan anak autis merupakan ABK yang memiliki kebutuhan

yang berbeda pada tiap anaknya. Guru pembimbing pendidikan agama

Islam dalam pembelajaran PAI menggunakan ABA, karena sangat

efektif dengan pola pembelajarannya terstruktur, terarah dan terpola,

dan kontinyu yang berguna untuk meningkatkan kemampuan anak

secara bertahap dan konsisten. Pembelajaran ABA menggunakan

sistem one on one, dengan sistem ini diharapkan siswa lebih

konsentrasi dalam belajar dan juga yang menjadi kebutuhan siswa

dapat terpenuhi dengan baik.

c. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang

dilaksanakan oleh guru pembimbing pendidikan agama Islam di SDLB

Talenta Kids Salatiga dengan tes dan non tes. Penilaian dengan tes

dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan yang disesuaikan

dengan dinas pendidikan. Sedangkan untuk penilaian non tes

dilakukan oleh guru pada tiap pemberian materi pada anak melalui

pengamatan perilaku siswa yang dilakukan oleh guru dan kemudian

dicatat dalam jurnal perkembangan siswa.

2. Kendala yang dialami guru pendidikan agama Islam bagi anak autis

di SDLB Talenta Kids Salatiga tahun pelajaran 2015/2016

a. Target materi pelajaran pendidikan agama Islam yang tidak selesai, hal

ini dikarenakan tuntutan kurikulum nasional yang terlalu tinggi dan

juga tingkat kehadiran beberapa siswa yang kurang.

68

b. Kurangnya konsentrasi dan kepatuhan siswa, karena memang sebagian

besar anak autis memiliki gangguan pada konsentrasinya, dan

cenderung asyik dengan dunianya sendiri.

c. Minimnya media pembelajaran bagi anak autis, hal ini bisa membuat

kurangnya minat anak pada pembelajaran bila media yang diberikan

terbatas.

d. Kurangnya pembiasaan yang dilakukan di rumah. Waktu anak yang

lebih banyak di rumah tidak diimbangi dengan pembiasaan kembali

oleh orang tua, orang tua cenderung membebaskan anak untuk

melakukan hal yang disukai termasuk makanan sebaiknya tidak

diberikan karena bisa memberi efek kurang baik bagi anak.

B. Saran-saran

Melalui penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bagi lembaga SDLB Talenta Kids Salatiga

Penyediaan media yang lebih variatif bagi siswa agar dapat menarik minat

belajar anak, sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran

di sekolah.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala Sekolah diharapkan selalu memberikan motivasi kepada guru

untuk selalu meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran utamanya

pendidikan agama Islam.

69

3. Bagi guru

Guru sebaiknya lebih kreatif dalam pembelajaran, dan dapat memberikan

stimulus rangsang yang baik pada anak sehingga anakpun dapat

memberikan respon yang baik pula dalam proses belajar. Dengan adanya

stimulus respon yang baik maka penyampaian materipun akan lebih

mudah.

4. Bagi orang tua

Orang tua atau pengasuh anak diharapkan selalu memantau anaknya di

rumah, baik perilaku anak dan juga pola makan anak. Pola makan anak

yang tidak teratur dapat menyebabkan keaktifan anak jadi kurang

terkontrol. Untuk itu sebisa mungkin dilakukan diet ketat pada anak, agar

semua bisa berjalan lebih optimal.

C. Kata Penutup

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillahi Robbila’lamin

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta

ridloNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tanpa ada aral

suatu apa.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Dia yang

Maha Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pada

semua pihak untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dalam

penulisan skripsi ini. Dan penulis berharap semoga tulisan ini

mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Amin.

70

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. Ke- 3.

Benny A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian

Rakyat.

Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja rafindo.

Darajat, Zakiyah. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. Ke- 4.

Daud, Muhammad Ali. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja rafindo

Persada.

Eko, Puto Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran, Panduan Praktis

badi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fitriyah, Ajna Dina. 2014. Pembelajaran Pendidikan Islam di SMPLB Negeri

Salatiga Tahun 2013/2014. Skipsi tidak diterbitkan. Salatiga. Jurusan

Tarbiyah STAIN Salatiga.

Ginanjar, Adriana S. 2008. Menjadi Orang Tua Istimewa; Panduan Praktis

Mendidik Anak Autis. Jakarta: Dian Rakyat.

Hildayani, Rini. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Lisdiana, Ana & Haryana. 2016. Modul Pembelajar Sekolah Luar Biasa Autis.

Bandung: PPPPTK TK dan PLB Bandung.

Lukman, Ali. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Madjid, Abdul & Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Maslikhah. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Mulitikulturalisme.

Attarbiyah, No.02 Tahun XV/ Juli - Desember

Masykuroh, Ana. 2012. Analisis Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama

Islam Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB-C) Negeri

Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN

Salatiga.

Maulana, Mirza. 2007. Anak Autis; Mendidik Anak Autis dan Gangguan Mental

Lain Menuju Abak Cerdas dan Sehat. Yogyakarta: Kata Hati.

Maurice, Chaterine. 1996. Behavioral Intervention for Young Children. PRO-ED. Inc.

Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media roup.

Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI- Press.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja

Rosdakarya.

Muhaimin. 2008. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda

KaryaYogyakarta: Familia.

Nafi, Dian. 2012. Belajar dan Bermain Bersama ABK dan Autis.

Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills:

Sage Publications.

Prabowo & Nurmaliyah. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang: UIN Maliki

Press

Purwanta, Edy. 2012. Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak

Berkebutuhan Khusus. Cetakan 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramayulis. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Basic Learning itu

Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santoso, Satmoko Budi. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak…?!.

Yogyakarta: Diva Press.

Soendari, Tjutju, Astati, & Sri Widati. 2011. Pembelajaran Individual dalam

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung. CV Amanah Offset.

Soendari, Tjutju, Euis Nani. 2011. Asesmen dalam Pendidikan Anak

Berkebutuhan Khusus. Bandung. CV Amanah Offset.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RAD. Bandung:

Alfabeta.

Suharmini, Tin. 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta. Departemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat

Ketenagaan.

Sunu, Christoper. 2012. Panduan Memecahkan Masalah Autisme; Unlocking

Autism. Yogyakarta: Lintang Terbit.

Suprayogo, Imam. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:

Rosdakarya

Surya, Muhammad. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Syafaat, Aat dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam. Serang: aung Persada

Press.

Syarief, A. Hamid. 1996. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu.

UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Widihastuti, Setiati. (2009). Pola Pendidikan Anak Autis Edisi Revisi. FNAC

Press. Yogyakarta

Zain, Sutan Mohammad dan JS. Badudu. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

LAMPIRAN

PEDOMAN OBSERVASI

1. Kondisi Sekolah

2. Proses pembelajaran

3. Proses evaluasi

4. Sarana Prasarana

Verbatin Wawancara Kepada Kepala Sekolah

A. Identitas Informan

1. Nama Informan : Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Bidang Layanan : Kepala Sekolah

4. Waktu Wawancara : 15 Januari 2016

B. Hasil Wawancara

No Pertanyaan Jawaban Kode

1 Bagaimana sejarah

berdirinya SDLB

Talenta Kids

Salatiga

Awalnya sekolah ini

bernama Sekolah Autis

Talenta Kids, sekolah

ini berdiri di bawah

naungan yayasan Kanz

Kids Family. Sekolah

ini berdiri karena

persentase anak

berkebutuhan khusus

semakin tinggi,

sedangkan di Salatiga

belum ada sekolah

yang khusus bagi anak

autis. Sekolah ini

berdiri pada tahun

2008. Pada tahun

2014, sekolah ini

berganti nama menjadi

SDLB Talenta Kids.

Sejarah berdirinya

SDLB Talenta Kids

2 Kurikulum apa yang

digunakan di SDLB

Kalo untuk kurikulum

yang digunakan di

Kurikulum yang

digunakan

Talenta Kids SDLB Talenta Kids

kami menggunakan 2

versi. Pertama yaitu

kurikulum nasional

yang ke dua kurikulum

modifikasi. Kurikulum

yang diberlakukan

mengadopsi dari

kurikulum Maurice

Chaterine untuk anak

autis, kurikulum anak

berkebutuhan khusus

(SLB) yang

dimodifikasi dari

kurikulum TK dan SD

untuk disesuaikan

dengan karakteristik

anak serta pendekatan

terbaru dalam

penanganan anak

autis. Kurikulum

bersifat individual,

berbeda antara anak

satu dengan anak

lainnya. Setiap anak

disiapkan program

individual yang

disusun berdasar

asesment awal, dari

hasil observasi dan

wawancara dengan

orang tua.

Pembelajaran

dilakukan secara

terpadu, sistimatis dan

kontinu.

3 Bagaimana proses

pembelajaran PAI di

SDLB Talenta Kids

Proses pembelajaran

di sini melalui tahap

perencanaan sebelum

pembelajaran karena

disesuaikan dengan

kebutuhan tiap peserta

didik. Dalam

pembelajaran PAI

untuk anak-anak

menggunakan metode

ABA, yang paling

efektif bagi anak –anak

di sini.

Proses pembelajaran

PAI

4 Bagaimana

pembuatan RPP PAI

yang dilaksanakan

di SDLB Talenta

Kids

PAI yang kami

kembangkan di RPP

hanya sebatas laporan

di Dinas saja,

sedangkan

pelaksanaannya

disesuaikan dengan

kemampuan tiap

peserta didik

RPP PAI di SDLB

Talenta Kids

5 Bagaimana proses

evaluasi PAI di

SDLB Talenta Kids

Anak-anak yang

bersekolah di sini,

sebagian adalah anak

Evaluasi PAI di

SDLB Talenta Kids

dengan gangguan

sedang dan berat,

sehingga tidak bisa

dikejar untuk

akademiknya, dan

dialihkan pada

program pembiasaan.

Untuk itu,

pembelajaran yang

dilakukanpun sesuai

kemampuan tiap anak.

Dalam pembelajaran

yang dituju adalah

kemampuan anak

melakukan intruksi

yang diberikan guru,

dan itu bisa terjadi

melalui pembiasaan

secara terus menerus.

Harapannya, siswa

mampu melakukan hal

yang sama di rumah

6 Bagaimana

komunikasi guru

dan kepala sekolah

untuk mengetahui

perkembangan

siswa

Di sekolah kami setiap

minggunya

mengadakan rapat

guru, hal ini kami

maksudkan agar

kendala yang ada saat

mengajar disharingkan

bersama-sama, dengan

begitu semua guru bisa

Komunikasi guru

dan kepala sekolah

mengetahui karakter

tiap peserta didik dan

juga bisa menemukan

solusi untuk mengatasi

ataupun

mengkondisikan siswa

selama pembelajaran.

7 Apa upaya sekolah

untuk mengatasi

kendala yang ada di

sekolah

Dari pihak sekolah

biasanya mengirim

guru secara

bergantian untuk

mengikuti pelatihan

yang berhubungan

untuk menangani anak

berkebutuhan khusus.

Selain itu kami juga

mengadakan

kerjasama dengan

instansi lain, dan juga

menjalin komunikasi

yang intens dengan

orang tua agar

tercipta pembelajaran

dalam bentuk

pembiasaan yang

sesuai antara di

sekolah dan juga di

rumah.

Upaya mengatasi

kendala

Verbatin Wawancara Kepada Guru

A. Identitas Informan

1. Nama Informan : Ibu Khuzaemah, S.Pd.I

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Bidang Layanan : Guru

4. Waktu Wawancara : 08 Februari 2016

B. Hasil Wawancara

No Pertanyaan Jawaban Kode

1 Persiapan apa yang

dilakukan dalam

memulai proses

pembelajaran PAI

Sebelum guru

memberikan instruksi

atau materi pada

peserta didik, kami

harus menyiapkan

beberapa persiapan,

yaitu: membuat setting

ruang dulu,

menyiapkan reward

bagi anak, dan yang

pasti kita harus tahu

kondisi siswa agar

materi yang diberikan

sesuai dengan

kebutuhan mereka.

Persiapan sebelum

pembelajaran

2 Kendala apa yang

dialami dalam

proses pembelajaran

PAI

Dikarenakan anak-

anak di sini kategori

gangguannya berat,

maka untuk

menyampaikan materi

Kendala dalam

proses pembelajaran

membutuhkan waktu

yang cukup lama

untuk satu jenis materi

saja. Contohnya anak

diminta sikap berdo’a

yang baik, itu bisa

memerlukan waktu

berbulan-bulan karena

memerlukan

pembiasaan yang terus

menerus dan selalu

berulang, karena bila

diselingi dengan

kegiatan lain,

konsentrasi anak

mudah teralihkan

3 Metode apa yang

digunakan dalam

pengajaran

Kami menggunakan

metode ABA dalam

pembelajaran. Metode

ini paling efektif untuk

anak-anak di sini

kerana sudah melalui

beberapa penelitian

dari para ahli dan

yang paling sesuai

bagi anak autis adalah

ABA, karena metode

ini kontinyu,

terstruktur, terpola,

terprogram, dan

konsisten

Metode

pembelajaran

4 Hal apa yang

menjadi faktor

penghambat dalam

pembelajaran PAI

Yang paling utama

pastinya kondisi anak,

anak yang kurang

konsentrasi maka

mereka tidak akan

bisa fokus dalam

belajar, selain itu hal

tersebut akan

berpengaruh juga

pada respon anak

untuk menerima

intruksi.

Faktor penghambat

pembelajaran

5 Materi PAI apa

yang dapat

diberikan kepada

anak autis di SDLB

Talenta Kids

Untuk materi PAI

yang kami berikan

pada anak, kami

sesuaikan dengan

kemampuan anak,

tidak bisa disamakan

satu dengan yang lain.

Selain itu, materi yang

kami berikan juga

harus disesuaikan

dengan program anak

yang ada. Namun yang

pasti, kami selalu

mengajarkan

pembiasaan perilaku

terpuji pada anak,

agar anak juga

mampu melakukan hal

itu di luar sekolah.

Materi PAI

6 Bagaimana cara

mengevaluasi

perkembangan

peserta didik

Cara mengevaluasi

peserta didik ada

beberapa hal, pertama

dengan unjuk kerja,

dan pengamatan

langsung pada saat

pelajaran

berlangsung. Bagi

anak yang

akademiknya bisa

mengikuti dengan

baik, maka kami

melakukan dengan tes

tertulis.

Proses Evaluasi

7 Adakah kerjasama

antara guru dengan

orang tua bagi

perkembangan

peserta didik

Kerjasama orang tua

dengan guru pasti ada

mb, karena itu juga

faktor pendukung bagi

kemajuan

perkembangan siswa.

Karena dengan

komunikasi yang

intens dengan orang

tua maka hasil

perkembangan anak

akan lebih optimal.

Kerjasama orang tua

dan pendidik

Lampiran 1

Proses pembelajaran di SDLB Talenta Kids Salatig

Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran dengan guru bantu

Penggunaan prompt (bantuan) dalam pembelajaran

Pemberian reward bila anak mampu mengerjakan

Pembuatan jurnal guru dan laporan perkembangan siswa

KURIKULUM SDLB TALENTA KIDS SALATIGA

A. Pengantar

Kurikulum merupakan seperangkat sistem pembelajaran yang dirancang

khusus untuk mencapai tujuan pendidikan dengan mempertimbangkan kondisi

peserta didik serta potensi lingkungan yang mendukung, yang berisikan

tujuan, cara mencapai tujuan, serta evaluasi. Berdasarkan pengertian tersebut,

maka kurikulum yang diterapkan di SDLB Talenta Kids dirancang dengan

memperhatikan kondisi masing-masing peserta didik dengan lebih

mengembangkan potensi yang dimiliki anak, sehingga Program Pengajaran

Individual (PPI) menjadi tekanan dari kurikulum SDLB Talenta Kids.

Isi kurikulum SDLB Talenta Kids merupakan duplikasi, modifikasi,

subsitusi dan omisi dari kurikulum pendidikan untuk anak autis dari Mourice

Chatherine, kurikulum TK serta kurikulum sekolah umum baik SD, SMP

maupun SMA sesuai jenjang pendidikan peserta didik. Isi kurikulum yang

terdiri dari tujuan, materi, strategi mengajar serta evaluasinya dituangkan

dalam bentuk silabi dan RPP yang akan sertakan dalam lembar tersendiri.

Kurikulum dari Mourice Chatherine digunakan untuk bagi anak autis,

hiperaktif dan tuna grahita dan anak dengan ketunan yang mempunyai tingkat

kecerdasan rendah (skor IQ kurang dari 80). Kurikulum TK diterapkan pada

bagi anak autis, hiperaktif, tuna grahita dan anak dengan ketunaan lain yang

mempunyai kecerdasan rendah yang sudah menguasai kurikulum Mourice.

Sementara kurikulum SD ditujukan bagi anak autis, hiperaktif, tuna grahita

dan anak dengan ketunaan lain yang sudah siap mengikuti pelajaran tingkat

SD. Kurikulum SMP ditujukan kepada anak usia SMP yang sudah lulus SD

dan mempunyai kesiapan mental untuk mengkuti kurikulumSMP. Kurikulum

SMA ditujukan kepada anak usia SMA yang sudah lulus SMP dan

mempunyai kesiapan mental untuk menempuh pendidikan di SMA.

Penyusunan kurikulum SDLB Talenta Kids berorientasi pada Program

Pengajaran Individual (PPI) menggunakan beberapa pendekatan berikut ini.

1. Duplikasi

Yaitu penyusunan kurikulum merupakan duplikat atau mendekati sama

dengan kurikulum sekolah umum akan tetapi strategi dan peralatan

pembelajaran dirancang khusus sesuai kondisi anak. Kurikulum ini

ditujukan untuk anak mempunyai kecerdasan normal tetapi mempunyai

hambatan secara fisik.

2. Modifikasi

Modikasi kurikulum dilakukan dengan mengadakan perubahan terhadap

kurikulum yang sudah ada, dengan menerapkan kurikulum Mourice

ditambah sedikit kurikulum TK, atau menggunakan kurikulum TK dengan

tambahan kurikulum SD kelas 1, menerpkan kurikulum SD kelas 1 dengan

tambahan kurikulum SD kelas 2 dan seterusnya mengikuti perkembangan

dan kondisi anak

3. Subsitusi

Penyusunan kurikulum untuk anak ABK dengan berpedoman pada satu

jenis kurikulum dengan menghilangkan beberapa aspek yang tidak sesuai

dengan kondisi anak. Model kurikulum ini diterapkan untuk anak tuna

daksa yang mempunyai kecerdasan rata-rata bisa mengikuti kurikulum

SD/SMP/SMA dengan menghilangkan beberapa materi dari mata

pelajaran olah raga karena keterbatasan fisik anak.

4. Omisi

Penysunan kurikulum menggunakan satu jenis kurikulum tetapi

meniadakan pelajaran tertentu karena tidak sesuai dengan kondisi anak.

Penyusunan PPI tertuang dalam silabi dan RPP yang dirumuskan oleh

setiap guru sesuai kondisi anak dengan memperhatikan empat strategi

penyusunan kurikulum diatas. Pedoman penyusunan kurikulum dari Mourice

Chaterine, Kurikulum TK dan Kurikulum SD, SMP dan SMA terdapat pada

lembar tersendiri.

PEDOMAN PENYUSUNAN KURIKULUM SDLB TALENTA KIDS

KURIKULUM CATHERINE MAURICE

I. PEDOMAN KURIKULUM AWAL

A. Kemampuan Mengikuti Tugas

1. Duduk mandiri di kursi

2. Kontak mata saat dipanggil nama

3. Kontak mata saat diberi perintah "lihat"

4. Merespon terhadap perintah "tangan ke bawah" atau "tangan dilipat"

B. Kemampuan Imitasi (Meniru)

1. Imitasi gerakan motorik kasar

2. Imitasi aksi dengan benda

3. Imitasi gerakan motorik halus

4. Imitasi gerakan motorik mulut

C. Kemampuan Bahasa Pemahaman (Reseptif)

1. Mengikuti perintah satu tahap

2. Identifikasi anggota tubuh

3. Identifikasi benda

4. Identifikasi gambar

5. Identifikasi orang yang dikenal (anggota keluarga)

6. Mengikuti perintah kata kerja

7. Identifikasi gambar kata kerja

8. Identifikasi benda di lingkungan

9. Menunjuk gambar di buku

10. Identifikasi benda menurut fungsi

11. Identifikasi kepemilikan

12. Identifikasi suara di lingkungan

D. Kemampuan Bahasa Pengungkapan (Ekspresif)

1. Menunjuk sesuatu yang diinginkan, sebagai respon pertanyaan "Mau

apa?"

2. Spontan menunjuk benda yang diingini

3. Imitasi suara dan kata

4. Menyebut (melabel) benda

5. Menyebut (melabel) gambar

6. Mengatakan (secara verbal benda yang diinginkan)

7. Menyatakan/memberi isyarat "ya" dan"tidak" untuk sesuatu yang

diingini dan tidak diingini

8. Menyebut (melabel) orang yang dikenal (anggota ketuarga)

9. Menyebut pilihan

10. Saling menyapa

11. Menjawab pertanyaan social

12. Menyebut (melabel) kata kerja yang tertampil dalam gambar, orang

lain, dan diri sendiri

13. Menyebut (melabel) benda sesuai fungsi

14. Menyebut (melabel) kepemilikan

E. Kemampuan Pre-Akademik

1. Memasangkan

a. Benda yang sama (identik)

b. Gambar yang sama (identik)

c. Benda ke gambar

d. Gambar ke benda

e. Warna, bentuk, huruf, angka

f. Benda tidak sama (non-identik)

g. Asosiasi antar benda

2. Mandiri menyelesaikan tugas sederhana

3. Identifikasi warna

4. Identifikasi bentuk

5. Identifikasi huruf

6. Identifikasi angka

7. Menghitung (hafal urutan) sampai 10

8. Menghitung benda

F. Kemampuan Bina Diri

1. Minum dari gelas

2. Makan menggunakan sendok dan garpu

3. Melepas sepatu

4. Melepas kaus kaki

5. Melepas celana

6. Melepas baju

7. Menggunakan serbet/tisu

8. Dapat buang air kecil sendiri ke toilet (tidak mengompol)

II. PEDOMAN KURIKULUM MENENGAH

A. Kemampuan Mengikuti Tugas

1. Mempertahankan kontak mata selama 5 detik saat dipanggil nama

2. Kontak mata saat dipanggil nama, ketika sedang bermain

3. Kontak mata saat dipanggil nama, dart jarakiauh

4. Bertanya "apa?" saat dipanggil nama

B. Kemampuan Imitasi (Meniru)

1. Imitasi gerakan motorik kasar sambil berdiri

2. Imitasi rangkaian gerakan motorik kasar

3. Imitasi rangkaian aksi dengan benda

4. Imitasi aksi dipasangkan dengan suara

5. Imitasi pola balok

6. Menyalin/meniru gambar sederhana

C. Kemampuan Bahasa Pemahaman (Reseptif)

1. Identifikasi ruangan

2. Identifikasi emosi

3. Identifikasi tempat

4. Mengikuti instruksi dua tahap

5. Memberikan dua benda

6. Mengambil benda yang tidak terlihat

7. Identifikasi atribut

8. Identifikasi pekerja di lingkungan

9. Berpura-pura

10. Identifikasi kategori

11. Identifikasi kata ganti

12. Mengikuti instruksi dengan preposisi

13. Identifikasi benda terlihat bila dideskripsikan orang lain

14. Meletakkan kartu sesuai urutan

15. Identifikasi gender

16. Identifikasi aspek yang hilang/tidak ada

17. Menjawab pertanyaan mengenai benda dan gambar

18. Menjawab ya/tidak atas pertanyaan mengenai benda dan gambar

19. Menyebut benda sesuai sentuhan

D. Kemampuan Bahasa Pengungkapan (Ekspresif)

1. Imitasi frase yang terdiri atas 2 dan 3 kata

2. Meminta benda yang diinginkan dalam bentuk kalimat, sebagai respon

atas pertanyaan "Mau apa?"

3. Secara spontan meminta benda yang diinginkan dalam bentuk kalimat

4. Memanggil orang tua dari jauh

5. Menyebut (melabel) benda sesuai fungsi

6. Melabelfungsi benda

7. Melabel dan menunjuk anggota badan sesuai fungsi

8. Melabel fungsi anggota badan

9. Melabel tempat

10. Melabel emosi

11. Melabel kategori

12. Menggunakan kalimat sederhana,

a. Ini adalah ....

b. Saya melihat

c. Saya punya ....

13. Membalas/memberikan informasi

a. Saya punya

b. Saya melihat

c. Informasi sosial

14. Mengatakan "saya tidak tabu" saat diminta melabel benda yang tidak

diketahui

15. Bertanya "Apa itu?" dan dimana...?

16. Melabel preposisi

17. Melabel kata ganti

18. Menjawab pertanyaan pengetahuan umum

19. Melabel gender

20. Menjabarkan gambar dalam kalimat

21. Menjabarkan benda yang terlihat menggunakan atribut

22. Mengingat kejadian yang baru saja terjadi

23. Menjawab pertanyaan "dimana ...?"

24. Menyebutkan berbagai benda yang ada dalam satu ruangan tertentu

25. Melabel fungsi ruangan

26. Melabel fungsi pekerja di lingkungan

27. Menjawab pertanyaan "Kapan ... ?"

28. Menjabarkan serangkaian gambar

29. Menyampaikan pesan

30. Bermain pura-pura menggunakan boneka

31. Menawarkan bantuan

E. Kemampuan Pre-Akademik

1. Memasangkan benda berdasarkan kategori

2. Memberikan benda sesuai jumlah yang diminta

3. Memasangkan angka dengan jumlah

4. Memasangkan huruf besar dengan huruf kecil

5. Memasangkan kata yang sama

6. Identifikasi lebih banyak dan lebih sedikit

7. Mengurutkan angka/abjad

8. Melengkapi kertas kerja sederhana

9. Menyalin huruf dan angka

10. Identifikasi tulisan namanya

11. Membuat gambar sederhana

12. Menulis namanya

13. Menempel

14. Menggunting

15. Mewarna sesuai batas

F. Kemampuan Bina Diri

1. Memakai celana

2. Memakai baju

3. Memakai jaket

4. Memakai sepatu

5. Memakai kaus kaki

6. Mencuci tangan

7. Sudah bisa buang air besar di toilet

8. Menyatakan bila ingin ke kamar mandi/toilet

III. PEDOMAN KURIKULUM LANJUT

A. Kemampuan Mengikuti Tugas

1. Kontak mata saat bercakap-cakap

2. Kontak mata sepanjang instruksi dalam kelompok

B. Kemampuan Imitasi (Meniru)

1. Imitasi rangkaian perilaku rumit

2. Imitasi permainan teman sebaya

3. Imitasi respon verbal teman sebaya

C. Kemampuan Bahasa Pemahaman (Reseptif)

1. Mengikuti instruksi 3 tahap

2. Mengikuti instruksi rumit yang disampaikan dari jarak jauh

3. Menyebut nama orang, tempat, atau benda saat dideskripsikan

4. Menyebutkan nama benda bila hanya sebagian yang terlihat

5. Identifikasi aspek yang sama

6. Identifikasi aspek yang tidak sama

7. Identifikasi apa yang tidak termasuk dalam sate kelompok

berdasarkan atribut atau kategori tertentu

8. Identifikasi jamak versus tunggal

9. Menjawab pertanyaan mengenai sebuah cerita

10. Menjawab pertanyaan mengenai sebuah topik

11. Mengikuti instruksi "tanyakan . .. " versus "ceritakan..."

12. Menemukan benda yang tersembunyi

13. Membedakan kapan bertanya dan kapan memberikan informasi

D. Kemampuan Bahasa Pengungkapan (Ekspresif)

1. Mengatakan "saga tidak tabu" terhadap pertanyaan yang tidak

dipahami

2. Melabel kategori di mana sesuatu berasal

3. Menyebutkan berbagai hal yang termasuk kategori tertentu

4. Menceritakan kembali sebuah cerita

5. Mendeskripsikan benda yangtidak ia lihat, menggunakan atribut

6. Mengingat kejadian-kejadian lalu

7. Mendeskripsikan topik

8. Menceritakan ceritanya sendiri

9. Mengekspresikan kebingungan dan meminta klarifikasi

10. Melabel kata ganti kepunyaan lanjut

11. Menggunakan tata bahasa sesuai keperluan

12. Mengajukan pertanyaan dan mengulang informasi

13. Mendengarkan percakapan dan menjawab pertanyaan mengenai

percakapan tersebut

14. Menyatakan apa yang ia ketahui

15. Menjawab pertanyaan mengenai pengetahuan umum (lanjut)

16. Menjabarkan bagaimana mengerjakan sesuatu

17. Menjabarkan persamaan dan perbedaan antar beberapa benda

18. Menjawab pertanyaan "yang mana...?"

19. Mengajukan pertanyaan bila diberikan informasi yang tidak jelas

E. Kemampuan Bahasa Abstrak

1. Menjawab pertanyaan "kenapa ... ?"

2. Menjawab pertanyaan "bila ... ?"

3. Menyelesaikan kalimat tak lengkap dengan logis

4. Menjabarkan ketidak-beresan dalam gambar

5. Menjawab ya/tidak untuk informasi faktual

6. Meramalkan akibat

7. Menempatkan diri pada sudut pandang orang lain

8. Memberikan penjelasan

9. Memisahkan sesuatu berdasarkan atribut dan kategori

10. Identifikasi topik utama dalam cerita dan percakapan

F. Kemampuan Pre-Akademik

1. Memberikan definisi atas orang, tempat dan benda

2. Melengkapi pola tertentu

3. Memasangkan tulisan kata ke benda, dan sebaliknya

4. Membaca kata-kata yang wring dijumpainya

5. Melafalkan bunyi huruf

6. Menyebutkan kata yang diawali bunyi tertentu

7. Menyebutkan kata-kata dengan konsonan tertentu di awal, tengah dan

akhi

8. Mengeja kata-kata sederhana

9. Menyebutkan makna kata tertentu

10. Identifikasi persamaan kata sederhana

11. Identifikasi hubungan waktu

12. Identifikasi angka ordinal (urutan pertama, kedua, keempat dsb)

13. Identifikasi kata-kata berbunyi sama

14. Menuliskan kata sederhana sesuai ingatan (=dikte)

15. Melakukan penjumlahan sederhana sate angka

G. Keterampilan Sosial

1. Imitasi perilaku teman sebaya

2. Mengikuti instruksi yang diberikan teman sebaya

3. Menjawab pertanyaan dari teman sebaya

4. Berespon terhadap ajakan benilain dari teman sebaya

5. Bermain permainan tertentu bersama teman (mengikuti aturan

permainan, seperti ular naga, halma dsb)

6. Mengaiak teman bermain

7. Membalas informasi dari teman

8. Memberikan komentar kepada teman sepanjang permainan

9. Meminta bantuan kepada teman

10. Menawarkan bantuan kepada teman

H. Kesiapan Sekolah

1. Menunggu giliran

2. Mainpu melakukan respon bare melalui observasi terhadap perilaku

orang lain

3. Mengikuti instruksi dalam kelompok

4. Membalas informasi sosial dalam kelompok

5. Menyanyikan lagu anak-anak dalam kelompok

6. Menjawab saat dipanggil

7. Mengangkat Langan saat akan menjawab pertanyaan

8. Mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan sesuai cerita tersebut

9. Memperlihatkan sesuatu dan menceritakan hal tersebut

I. Kemampuan Bina Diri

1. Menggosok gigi

2. Menutup dan membuka kancing tarik

3. Menutup dan membuka kancing

4. Menutup dan membuka kancing cepret dan atau kancing kait

Kurikulum TK meliputi :

A. Bidang Pengembangan Kebiasaan

1. Moral dan Nilai Agama

2. Pengembangan Pribadi dan Sosial

3. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

B. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar

1. Bahasa

2. Kognitif

3. Science

4. Seni

C. Bidang Pengembangan Diri:

1. Bahasa inggris

2. Seni Tari dan musik

Kurikulum SD

A. Kurikulum Nasional

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewargaan Negara

3. dst

B. Muatan Lokal

1. Bahasa Inggris

2. Bahasa Jawa

C. Pengembangan Diri

1. Olah Raga

2. Seni Tari

3. Seni Musik

4. Seni Lukis

5. Kerajinan dan Ketrampilan

SEKOLAH AUTIS ‘TALENTA KIDS’

Jl. Gondangsari no.4 Tegalrejo SALATIGA

Phone (0298) 324478 / 08156874201

Website : http://talenta-salatiga.blogspot.com

PROGRAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Nama Siswa : ACHIYAT HALIMI

Periode : Semester Genap 2015 / 2016

I. MORAL DAN NILAI AGAMA, SOSIAL, EMOSIONAL DAN

KEMANDIRIAN

1. Membaca doa sebelum dan sesudah pelajaran dimulai

2. Berbicara yang sopan pada guru

3. Tidak mengganggu teman

4. Berpakaian rapi ke sekolah

5. Mengucap dan menjawab salam

6. Mengikuti intruksi dengan baik

7. Mau berbagi dengan teman

8. Mengembalikan mainan pada tempatnya

9. Sabar menunggu giliran bermain

10. Mau mengalah

11. Mau bermain dengan teman

II. BAHASA

1. Mendengarkan guru saat berbicara

2. Menyebutkan gambar

3. Menjawab pertanyaan sederhana

4. Menirukan kata-kata baru

5. Menyebutkan nama benda

6. Menyanyi

7. Membaca dua suku kata

8. Menghubungkan gambar benda dengan kata

9. Membuat tulisan sesuai gambar

10. Menyebutkan huruf a-z

11. Menyebutkan jenis geometri

12. Menyebutkan jenis alat transportasi

III. KOGNITIF

1. Memasangkan benda sesuai pasangannya (Puzzle)

2. Mengurutkan benda dari besar ke kecil dan sebaliknya

3. Menunjuk benda yang sejenis

4. Mengelompokkan benda yang sama

5. Meniru pola dengan berbagai bentuk

6. Membilang banyak benda dari 1-20

7. Menyebut urutan bilangan 1-50

8. Menulis lambang bilangan 1-50

9. Menunjuk lambang bilangan 1-50

10. Membaca gambar yang memiliki kata sederhana

IV. FISIK/MOTORIK

1. Mencuci tangan dengan sabun

2. Menebalkan dan meniru membuat garis

3. Menjahit jelujur

4. Menangkap dan melempar bola

5. Lompat trampoline

6. Bermain seluncuran

7. Menendang bola

8. Memantulkan bola

9.

V. SENI

1. Mewarnai gambar

2. Meronce dengan manik-manik

3. Menyanyikan lagu anak

4. Menempel

5. Menggambar sederhana

Salatiga, 11 Januari 2016

Mengetahui

Kepala sekolah Guru/terapis

Dr. Lilik Sriyanti, M.Si Ani Yuli Astuti

106

RENCANA KEGIATAN HARIAN

Nama sekolah : Sekolah Luar Biasa (SLB) ‘ Talenta Kids’ Tahun Pelajaran/semester : ...............................................

Nama Anak/kels : ....................................................../ .....................

Kemampuan yg

dikembangkan Materi Tujuan Uraian Kegiatan Media Evaluasi

Kemampuan

mengikuti

tugas/pelajaran

Disiplin dalam

hidup sehari-

hari

Anak berperilaku

disiplin dalam

belajar

Berperilaku tertib

saat berdoa

- Guru dan anak masuk kelas - Guru memberikan instruksi ”duduk”.. tunggu 2-3 detik,

(bila tidak ada respon guru mengatakan ” tidak/No” ) - Ulangi instruksi ”duduk”, tunggu 2-3 detik, (bila tidak

respon (katakan tidak/no) - Ulangi instruksi “duduk” bila tidak ada respon, berikan

prompt (bantuan untuk duduk) dan berikan imbalan (OK, horee/bagus/ )

- Guru memanggil nama anak dan mengatakan : ”berdoa sebelum belajar”

- Guru memegang tangan anak dengan sikap berdoa dan membacakan doa sebelum belajar.

- Memberikan imbalan ”bagus / pintar / OK/barang ” bila anak tertib saat berdoa

- Meja belajar - Kursi - Benda/maina

n yang disukai anak

Instrument :

lembar observasi

Performance test,

Mengenal benda

melalui gambar

binatang

Benda ciptaan

Allah

Anak mengenal

benda ciptaan

Allah

- Guru mengkondisikan anak untuk tetap duduk

tenang

- Menunjukkan gambar ayam sambil mengatakan :

”Afi lihat” - tunggu sampai anak melihat gambar

ayam.

- Guru mengatakan ”mana ayam”, tunggu 2-3 detik

- Gambar

binatang sesuai

minat anak

Mainan sebagai

Lembar obervasi

Performace tes,

berhasil bila anak

dapat menunjuk

gambar ayam dan

(bila tidak respon ulangi lagi sampai dua kali, bila

tidak ada respon berikan bantuan untuk menunjuk

gambar ayam) dan berikan imbalan mainan

- Guru melakukan langkah ini terus sampai anak

dapat menunjuk gambar ayam tanpa bantuan.

- Menunjukkan gambar kucing sambil mengatakan

: ”Afi lihat” - tunggu sampai anak melihat gambar

kucing .

- Guru mengatakan ”mana kucing”, tunggu 2-3

detik (bila tidak respon ulangi lagi sampai dua kali,

bila tidak ada respon berikan bantuan untuk

menunjuk gambar kucing

- Guru melakukan langkah ini terus sampai anak

dapat menunjuk gambar kucing tanpa bantuan.

- Guru menunjukkan gambar ayam dan kucing

sambil mengatakan ”mana ayam ” dengan

pengecoh gambar kucing

- Guru melakukan kegiatan ini mengikuti langkah

ABA

imbalan kucing dengan

benar

Kemampuan

Imitasi Motorik

Kasar, Halus dan

Motorik Mulut

Senam

sederhana

Anak mampu

menirukan

gerakan

mengangkat

tangan ke atas, ke

depan dan ke

samping

- Mengkondisikan anak untuk belajar - Guru mengatakan ”angkat tangan ke atas” sambil

memberikan contoh gerakan, tunggu 2-3 detik bila tidak ada respon ulangi lagi dua kali, bila tidak respon berikan bantuan/prompt),

- Berikan imbalan ketika anak dapat melakukan - Melakukan langkah tersebut untuk gerakan tangan ke

depan dan ke samping

Ruang kelas

Performance test,

Berhasil bila bila

anak dapat

menirukan gerakan

tanpa prompt.

Pola gambar

ayam dan

gambar ayam,

pencil warna

Mainan untuk

imbalan

Performance tes,

Berhasil bila anak

dapat

mewarnaigambar

hingga selesai

Berhasil bila anak

bisa menggerakan

bibir

Mewarnai

gambar

ciptaan Allah

Anak dapat

mewarnai

gambar ciptaan

Allah sampai

selesai

- Guru menunjukkan gambar ayam dan kucing dan pencil

warna

-Guru mengatakan ”Afi warnai” sambil memberikan pencil

warna

-Guru mengarahkan anak untuk bertahan mewarnai

sampai selesai

-Memberikan imbalan ketika anak melakukan dengan

tertib

Mengucapkan

Allah

Anak mampu

melakukan

gerakan motorik

mulut

membentuk

huruf A

- Guru mengkondisikan anak untuk belajar - Guru mengatakan: Afi lihat” sambil mengupayakan agar

anak melihat guru - Guru mengucapkan “ Tirukan “ Allah” dengan intonasi

dan gerakan bibir yang jelas. - Tunggu 2-3 detik, bila tidak ada respon ulangi 2 kali lagi,

bila instruksi ke-3 tidak ada respon guru mengucapkan : Allah sambil mengarahkan wajah anak ke mulut guru dan berikan imbalan

Kemampuan

Bahasa Reseptif

Anggota tubuh Dapat menunjuk

Telinga dan

Kepala

- Guru mengkondisikan anak untuk belajar - Guru memanggil nama anak dan mengatakan : tunjuk

telinga, tunggu sampai 2-3 detik, bila tidak ada respon ulangi 2 kali lagi. Apabila pada instruksi ke tiga tidak ada respon berikan bantuan untuk menunjuk telinga, kemudian berikan imbalan tos.

- Guru mengulang langkah ini sampai anak dapat melakukan sendiri tanpa prompt.

- Guru memanggil nama anak dan mengatakan “tunjuk Kepala”, tunggu 2-3 detik, bila tidak ada respon ulangi 2 kali lagi, bila pada instruksi ke tiga tidak ada respon berikan bantuan menunjuk kepala dan berikan imbalan “hore”.

- Guru mengulangi langkah ini sampai anak dapat melakukan tanpa prompt .

Ruang kelas Performance test,

Berhasil bila anak

dapat menunjuk

telinga dan

kepalanya dengan

tepat tanpa prompt

Mengetahui, Salatiga, 15 Januari 2016

Waka Kurikulum Guru

C Puji Astuti, SE, SPd. Khuzaemah

111

112