pembelajaran pasca banjir bandang 24 juli 2012 kota padang

50
AUSTRALIA - INDONESIA FACILITY FOR DISASTER REDUCTION BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Arwin Soelaksono & Wawan Budianto PEMBELAJARAN PASCA BANJIR BANDANG 24 JULI 2012 KOTA PADANG

Upload: arwin-soelaksono

Post on 05-Aug-2015

294 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Banjir bandang yang terjadi pada tanggal 24 Juli 2012 di Kota Padang cukup mengejutkan. Dampak kerugiannya secara ekonomi sebesar Rp. 271.365.000.000,- dan membuat 4.399 warga mengungsi. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini namun sekalipun demikian semua pihak terpanggil untuk mempelajari kejadian ini supaya semakin kecil kerugian apabila bencana datang lagi.Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) menugaskan Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional serta Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat untuk melakukan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengamatan lapangan dan diskusi yang dilakukan hasil pembelajaran dipaparkan dalam dokumen ini.Kedua Konsultan AIFDR ini menemukan beberapa hal yang menjadi potensi di masa depan yang perlu untuk terus dikembangkan dan diperkuat. Di bawah ini disampaikan secara ringkas sebagai berikut:Tujuan PembelajaranMengingat besarnya dampak banjir bandang ini dilingkup sosial maupun ekonomi maka pembelajaran adalah mendesak untuk dilakukan. Penting untuk diamati, pengaruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) beserta unsur masyarakat dalam hal kesiapsiagaan maupun dalam penanganan bencana. Terkait dengan hal tersebut, langkah-langkah para pemangku kepentingan pada masa tanggap darurat diamati dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar para penyintas. Pembelajaran ini mengamati rangkaian periode kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang diharapkan menemukan usulan langkah perbaikan. Diharapkan pula mencari pembelajaran yang baik dan yang bisa direplikasi di tempat lain.

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

AUSTRALIA - INDONESIA FACILITY FOR DISASTER REDUCTION

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Arwin Soelaksono & Wawan Budianto

PEMBELAJARAN

PASCA BANJIR BANDANG

24 JULI 2012

KOTA PADANG

Page 2: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Arwin Soelaksono Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional

AIFDR-BNPB

[email protected]

www.humanitarian-development.org

Wawan Budianto Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat

AIFDR-BNPB

[email protected]

Page 3: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

1 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

KATA PENGANTAR

Kejadian banjir bandang di Kota Padang pada tanggal 24 Juli 2012

merupakan hal yang tidak terduga. Kita bersyukur tak satupun ada korban

jiwa dalam bencana ini. Namun kejadian ini merupakan pengalaman berarti

yang perlu dimaknai dan dipelajari.

Pengamatan dimulai tepat pada saat bencana terjadi dan dilanjutkan pada

masa tanggap darurat. Kami menemukan hal-hal baru yang perlu dikaji

lebih lanjut. Hal ini mendorong kami untuk mempelajari kecenderungan

serta hubungan sebab akibat yang muncul dalam penanganan banjir

bandang ini. Semangat dari pembelajaran yang kami lakukan adalah upaya

untuk melihat peluang dimana penanganan bencana dapat lebih baik lagi.

Secara khusus kami menyoroti pemahaman masyarakat akan potensi

bencana serta implikasi pengetahuan tersebut terhadap kebijakan

pemerintah dan kesiap-siagaan masyarakat.

Dokumen pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih bagi

ketangguhan masyarakat Kota Padang dan Propinsi Sumatera Barat. Hal ini

penting mengingat propinsi ini rawan bencana sehingga ketangguhan

masyarakat perlu terus dibangun. Karena sifatnya sebagai pembelajaran,

maka dokumen ini terbuka bagi kritik maupun saran dari pembacanya.

Arwin Soelaksono & Wawan Budianto

Page 4: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

2 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Ucapan terima kasih

Kami mengucapkan banyak terima kasih sehingga pembelajaran banjir

bandang di Kota Padang pada tanggal 24 Juli 2012 bisa disusun. Kami

berterima kasih untuk kerjasama dan diskusi yang dilakukan sekalipun

kesibukan pada masa tanggap darurat begitu tinggi dan melelahkan. Oleh

karena itu ijinkan kami berterima kasih pada para pihak yang telah

memberikan banyak informasi yang bermanfaat dalam penulisan dokumen

pembelajaran ini yakni:

Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang: Drs. H. Dedi Henidal MM

Koordinator Pusat Pengendali Operasi Penanganan Bencana

(PUSDALOPS PB) BPBD Sumatera Barat: Ade Edward

Kabid Kedaruratan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Padang

Staff PUSDALOPS PB BPBD Sumatera Barat: Suryadi

Staff PUSDALOPS PB BPBD Sumatera Barat: Agus

Staff BPBD Sumatera Barat: Surung Sinaga

Staff PUSDALOPS PB BPBD Kota Padang: Hendra

Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:

Irina Rafliana.

Kelompok Siaga Bencana Kota Padang: Jafar

Serta kepada para penyelia kami atas dukungan penuh dalam

pembelajaran ini yakni:

Kepala Biro Hukum dan Kerjasama BNPB: Drs. R. Sugiharto

Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Barat: Ir. Yazid Fadli MM

Senior Program Manager, Training & Outreach AIFDR:

Widya Setiabudi

Page 5: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

3 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

DAFTAR ISI

Kata pengantar 1

Ucapan terima kasih 2

Daftar Isi 3

Ringkasan Eksekutif 5

Bab I Pendahuluan 11

1.1. Latar belakang 11

1.2. Tujuan pembelajaran 12

1.3. Waktu dan metode pembelajaran 12

1.4. Produk pembelajaran 12

Bab III Lingkup pembelajaran 13

Bab III Bencana banjir bandang 15

3.1. Kronologis kejadian dan kerugian banjir bandang 15

3.2. Daerah terdampak banjir bandang 16

Bab IV Pengamatan dan diskusi tentang manajemen bencana 18

4.1. Manajemen bencana yang dijalankan BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang

18

4.2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi resiko bencana

24

4.3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat

25

4.4. Pengaruh dari program-program NGO dalam hal pengembangan kapasitas masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan

26

4.5. Kontribusi dunia usaha dalam peningkatan kinerja masyarakat dan BNPB dalam penanggulangan bencana.

27

Bab V Diskusi dan Rekomendasi 28

5.1. Urgensinya peningkatan akan pemahaman potensi bencana 28

5.2. Replikasi Pengembangan Kapasitas Manjemen Bencana Bagi BPBD

29

5.3. Pendidikan siaga kebencanaan yang berkesinambungan 30

Page 6: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

4 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

bagi masyarakat dengan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan

5.4. Perbaikan infrastruktur yang terintegrasi dan upaya sinergi program pengurangan resiko bencana

31

Appendix 1 Term of Reference Pembelajaran Bencana Banjir

Bandang Padang 24 Juli 2012

33

Appendix 2 Program Pengembangan Kapasitas Pada Masa

Pemulihan Dini Sumatera Barat 2010

36

Appendix 3 Perkiraan Penyebab Banjir Bandang 38

Appendix 4 Banjir Bandang di Koto Kaciak dan Koto Gadang 40

Rekapitulasi Data Dampak Bencana Banjir Bandang Kota Padang

24 Juli 2012

43

Referensi 44

Daftar singkatan 45

Page 7: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

5 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

RINGKASAN EKSEKUTIF

Banjir bandang yang terjadi pada tanggal 24 Juli 2012 di Kota Padang cukup

mengejutkan. Dampak kerugiannya secara ekonomi sebesar Rp.

271.365.000.000,- dan membuat 4.399 warga mengungsi. Tidak ada korban

jiwa dalam musibah ini namun sekalipun demikian semua pihak terpanggil

untuk mempelajari kejadian ini supaya semakin kecil kerugian apabila

bencana datang lagi.

Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) menugaskan

Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional serta

Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat

untuk melakukan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengamatan

lapangan dan diskusi yang dilakukan hasil pembelajaran dipaparkan dalam

dokumen ini.

Kedua Konsultan AIFDR ini menemukan beberapa hal yang menjadi potensi

di masa depan yang perlu untuk terus dikembangkan dan diperkuat. Di

bawah ini disampaikan secara ringkas sebagai berikut:

Tujuan Pembelajaran

Mengingat besarnya dampak banjir bandang ini dilingkup sosial maupun

ekonomi maka pembelajaran adalah mendesak untuk dilakukan. Penting

untuk diamati, pengaruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

beserta unsur masyarakat dalam hal kesiapsiagaan maupun dalam

penanganan bencana. Terkait dengan hal tersebut, langkah-langkah para

pemangku kepentingan pada masa tanggap darurat diamati dalam hal

pemenuhan kebutuhan dasar para penyintas. Pembelajaran ini mengamati

rangkaian periode kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang diharapkan

menemukan usulan langkah perbaikan. Diharapkan pula mencari

pembelajaran yang baik dan yang bisa direplikasi di tempat lain.

Pengamatan dan Diskusi

Dalam kerangka bersinergi dengan program Capacity Development Support

Program (CDSP) AIFDR-BNPB, maka studi ini perlu dibatasi cakupan

aspeknya. Aspek-aspek tersebut terdapat dalam Term of Reference (TOR)

yang terdapat pada Appendix 1. Di bawah ini secara singkat dipaparkan

pengamatan dan diskusi dari ke 5 aspek bidang pembelajaran ini:

Page 8: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

6 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

1. Peran BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang

dalam hal manajemen penanggulangan bencana.

Hal ini meliputi manajemen aliran informasi waspada bencana, efektivitas

penyaluran bantuan, sinergi kedua institusi tersebut serta strategi mitigasi

bencana yang spesifik.

Manajemen aliran informasi waspada bencana. 21/2 jam sebelum luapan

banjir mencapai rumah penduduk, Pusat Pengendalian Operasi

Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS PB) BPBD Sumatera Barat

menyebarkan peringatan bahaya bencana ke media massa elektronik. Hal

tersebut adalah bagian dari mekanisme peringatan dini. Namun dalam

pengamatan, ditemukan bahwa tidak semua media elektronik yang

mendapat informasi dari PUSDALOPS PB langsung meneruskannya kepada

masyarakat.

Terputusnya komunikasi bisa jadi karena stasiun radio tidak ingin

menimbulkan kepanikan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang perlu

dikembangkan pada media elektronik adalah metode penyampaian

peringatan dini yang proporsional. Berita yang proporsional akan

mendorong masyarakat untuk bersiaga namun tidak panik.

Efektivitas penyaluran bantuan. Dalam hal ini ditemukan kesigapan BPBD

Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang. Karena dalam waktu sekitar 6 jam

setelah luapan Sungai Batang Kuranji mencapai rumah penduduk, lokasi

pengungsian telah disiapkan. Logistik mulai dari makanan hingga tenda

serta perlengkapannya sudah disiapkan. Perihal jumlah dan jenis bantuan

yang didistribusikan adalah hasil keputusan rapat yang segera diambil

setelah mengetahui data pengungsi. Bahan bantuannya sendiri adalah

diambil dari gudang BPBD Provinsi Sumatera Barat yang memang sudah

dipersiapkan bila ada situasi bencana.

Namun dalam pengamatan ini belum didapat data perihal kecocokan jenis

dan jumlah bantuan bagi para penyintas.

Sinergi BPBD Provinsi dan BPBD Kota. Selama pengamatan ditemukan

kegiatan yang saling mengisi antara BPBD Kota Padang dan BPBD Provinsi

Sumatera Barat. BPBD Kota Padang lebih langsung turun ke masyarakat

yang terkena bencana sedangkan BPBD Provinsi Sumatera Barat

mengefektifkan dukungan dari perangkat pemerintah.

Di Sumatera Barat, BPBD Provinsi dan BPBD Kota serta Kabupaten dalam

kurun waktu lebih lebih dari 2 tahun ini telah menjalani berbagai

pengembangan kapasitas. Kegiatan yang saling mengisi yang disebutkan di

Page 9: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

7 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

atas adalah salah satu bukti keberhasilan dari pengembangan kapasitas

tersebut.

Strategi mitigasi bencana yang spesifik. Dalam pengamatan, ditemukan

dokumen kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.

Selain itu ditemukan rambu-rambu di jalan raya yang menunjukkan arah

evakuasi tsunami. Namun selama pengamatan dilakukan tidak ditemukan

dokumen kesiapsiagaan terhadap bahaya banjir bandang ataupun banjir

besar yang membawa lumpur dan material padat lainnya.

2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi risiko

bencana. Pada bagian ini pengamatan dilakukan dengan mengambil sudut

pandang dari kacamata masyarakat itu sendiri. Pengamatan tersebut

adalah kesiapan masyarakat untuk melakukan evakuasi dan pemenuhan

kebutuhan masyarakat pada saat tanggap darurat.

Sesungguhnya terdapat 21/2 jam waktu yang bisa digunakan untuk

evakuasi. Namun sebagian warga dievakuasi setelah daerah tesebut

digenangi banjir yang hampir mencapai atap rumah. Perihal partisispasi

masyarakat, ditemukan upaya masyarakat menghubungi PUSDALOPS PB

untuk melaporkan situasi banjir. Namun belum ditemukan indikasi aktifitas

masyarakat menanyakan konfirmasi tentang potensi bencana banjir pada

saat PUSDALOPS mengeluarkan peringatan potensi bencana.

Tentang pemenuhan kebutuhan masyarakat pada saat tanggap darurat,

Tim Kaji Cepat yang melakukan assessment di lapangan. Kebutuhan

masyarakat dilaporkan kepada Pos Komando (POSKO) Utama BPBD Kota

Padang untuk dapat dipenuhi. Namun dari pengamatan ditemukan ada

masyarakat yang menyampaikan informasi bahwa mereka belum

menerima bantuan.

Untuk keluhan seperti di atas POSKO Utama memeriksa keabsahan

pengaduan tersebut. Selain itu dukungan dari Sekretariat Bersama Pecinta

Alam yang ikut melakukan distribusi bantuan meningkatkan akuntabilitas

penyaluran bantuan.

3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan

media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Sesuai

mekanisme yang berlaku, BMKG akan menginformasikan potensi bencana

yang akan terjadi pada media massa. Demikian halnya pada PUSDALOPS

yang segera menginformasikan potensi bahaya tersebut pada media

melalui Blackberry Messenger. Namun ternyata seperti telah disebutkan

sebelumnya, tidak semua radio meneruskan berita ini kepada masyarakat.

Page 10: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

8 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

4. Pengaruh dari program-program Non-Government Organization

(NGO) lokal dan internasional dalam hal pengembangan kapasitas

masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan. Pasca gempa 2009

berbagai NGO bekerjasama dengan warga masyarakat dan pemerintah

daerah dalam melakukan penguatan kapasitas terhadap risiko bencana.

Program yang dimulai sejak 2009 dan mencapai puncaknya di tahun 2010

tersebut telah memberi sumbangsih dalam meletakkan dasar-dasar

pengurangan resiko bencana.

Pengaruhnya bagi masyarakat dapat dilihat dari keberadaan Kelompok

Siaga Bencana (KSB). KSB ini memberikan sumbangsih yang besar dalam

menolong masyarakat pada saat bencana ini terjadi. Disisi perangkat

pemerintah, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang terlihat

mampu menjalankan tugasnya. Mulai dari penyebaran informasi hingga

memberikan bantuan bagi para penyintas. Dari pengamatan terlihat

mekanisme koordinasi yang saling melengkapi antara pemerintah kota dan

pemerintah provinsi.

5. Peranan dunia usaha dalam berkontribusi meningkatkan kinerja

masyarakat dan BNPB dalam penanggulangan bencana. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan pada saat tanggap darurat banjir bandang,

ditemukan alat-alat berat yang dikirimkan oleh PT Semen Padang. Media

massa juga memberitakan asosiasi pengusaha memberi bantuan bagi

masyarakat yang menjadi korban banjir. Namun pada saat pengamatan

belum ditemukan aktifitas signifikan yang menunjukkan bahwa sektor

swasta terlibat aktif dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat.

Rekomendasi

Melalui dokumen pembelajaran ini kejadian banjir bandang ini diambil

sebagai titik tolak untuk melihat peluang bagi perbaikan di bidang

manajemen bencana. Oleh karena itu rekomendasi yang diberikan

diharapkan bisa menutup gap yang masih ada demi kepentingan semua.

1. Urgensinya peningkatan akan pemahaman potensi bencana

Terdapat dua hal penting untuk ditindaklanjuti. Pertama, perlu adanya

pembelajaran yang bertujuan untuk dapat menginterpretasi data

kerawanan bencana. Hal ini akan mendorong semua pemangku

kepentingan bertindak dengan pasti dan jelas apa yang harus dilakukan.

Masyarakat juga akan mudah diyakinkan, tidak panik dan akan sigap untuk

menyelamatkan diri. Yang kedua adalah pengadaan peta resiko

kebencanaan. Adanya kesadaran rawan bencana dan informasi pendukung

Page 11: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

9 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

yang memadai akan mempertinggi kesadaran warga masyarakat akan

kesiapsiagaan.

2. Replikasi Pengembangan Kapasitas Manjemen Bencana Bagi BPBD

Berdasarkan bukti keberhasilan berbagai macam program pengembangan

kapasitas yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang perlu

ditindaklanjuti.

BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang perlu

mendokumentasikan seluruh pelatihan yang sudah terbukti berhasil dalam

pengembangan kapasitas. Dokumen ini dapat didiskusikan dengan

PUSDIKLAT BNPB untuk dapat dibuat modul pelatihannya. Dokumen ini

hendaknya dapat dipublikasikan agar dapat menjadi sarana pembelajaran

pula bagi NGO dalam melakukan perancangan program. Selanjutnya

kegiatan ini bisa juga direplikasi pada provinsi lain dengan sedikit

penyesuaian sehubungan kondisi khas daerah tujuan.

3. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam pendidikan

siaga kebencanaan yang berkesinambungan

Pengamatan dan diskusi yang dilakukan menemukan pentingnya

kesinambungan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat.

Kesinambungan pelatihan kesiapsiagaan yang terus menerus adalah perlu

bagi seluruh lapisan masyarakat. Mereka yang telah mendapat pelatihan

terdahulu perlu terus menerus dibina dengan serangkaian pelatihan

kesiapsiagaan. Hasil akhir dari pelatihan ini adalah dimasa depan

diharapkan kesiapsiagaan menjadi gaya hidup masyarakat. Hal ini sangat

relevan mengingat Provinsi Sumatera Barat adalah daerah yang rawan

bencana.

4. Perbaikan infrastruktur yang terintegrasi dan upaya sinergi

program pengurangan resiko bencana

Bencana banjir bandang berpotensi terjadi lagi bila tidak ada perbaikan

infrastruktur mulai dari hulu hingga ke hilir. Bila perbaikan hendak

dilakukan maka upaya yang dilakukan tidaklah boleh terpisah dengan

seluruh kaitan permasalahan secara makro. Selain itu yang paling penting

untuk dilakukan pemerintah adalah menciptakan sinergi antar para

pemangku kepentingan. Program ini hanya akan berhasil bila instansi

pemerintah, elemen masyarakat seperti sektor swasta, NGO dan

masyarakat sekitar sungai bisa menyadari manfaat jangka panjang dari

program ini.

Page 12: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

10 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

11 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bencana banjir bandang telah melanda sebagian kota Padang pada tanggal

24 Juli 2012. Banjir bandang yang terjadi sejak pukul 18.30 WIB

mengakibatkan kerugian yang ditaksir sebesar Rp. 271.365.000.000,-[1].

Nilai kerugian tersebut didapat dari perhitungan pada kerusakan

infrastruktur publik serta dampaknya pada 4.399[1] anggota masyarakat

yang menjadi pengungsi. Kejadian banjir berlangsung cepat namun air

telah surut pada sekitar pukul 03.54 WIB[2] pagi harinya.

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kota Padang beserta

perangkat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi

Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang segera melakukan koordinasi untuk

memberi bantuan. Pos Komando (POSKO) Utama yang dipimpin BPBD Kota

Padang segera dioperasikan sebagai pusat informasi dan distribusi

bantuan.

Dari sisi pandang humanitarian kejadian ini perlu dipelajari dan diambil

hikmahnya agar korban dan dampak bencana dapat diperkecil. Lebih jauh

lagi diharapkan segenap lapisan masyarakat dapat terlibat sepenuhnya

untuk membuat masyarakat tersebut lebih siaga terhadap bencana. Oleh

karena itu Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR)

melakukan kajian perihal banjir bandang ini. AIFDR menugaskan Konsultan

Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional bersama Konsultan

Analis Pengurangan Risiko Bencana Propinsi Sumatera Barat untuk

melakukan studi lapangan.

Dasar Pemikiran

Sumatera Barat khususnya Kota Padang telah memiliki perangkat

penanggulangan bencana yang tergolong lengkap bila dibandingkan

dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan besarnya dukungan

pemerintah beserta masyarakat nasional dan internasional sewaktu

pemulihan bencana gempa 2009. Dari segi peningkapan kapasitas,

pemerintah setempat beserta warga juga telah mendapat beberapa

pelatihan. Salahsatunya terlihat sejak tahun 2010 yang sejak saat itu

dilakukan drill antisipasi bencana setiap bulan pada tanggal 26.

[1] BPBD Kota

Padang, Rekapitulasi

Data Dampak

Bencana Banjir

Bandang Kota

Padang 24 Juli 2012,

data diterbitkan 28

Juli 2012

[2] PUSDALOPS PB

Sumatera Barat,

Tabel Informasi

Kejadian Bencana

Banjir Dan Badai Kota

Padang 24 Juli 2012

Page 14: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

12 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

1.2. Tujuan Pembelajaran

Banjir bandang ini yang terjadi pada saat Indonesia menghadapi musim

kemarau diperkirakan mengejutkan bagi masyarakat Indonesia khususnya

yang tinggal di kota Padang. Besarnya bencana dapat dilihat dari dampak

yang ditimbulkan secara sosial maupun ekonomi seperti tertulis di atas.

Oleh karenanya pembelajaran adalah suatu hal yang penting dan

mendesak untuk dilakukan. Pembelajaran ini akan mencoba melihat

pengaruh kesiapan BPBD beserta unsur masyarakat dalam hal

kesiapsiagaan maupun dalam menangani bencana yang telah terjadi.

Pembelajaran ini bertujuan:

Mengkaji langkah-langkah yang telah dilakukan oleh para pemangku

kepentingan pada masa tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan

dasar para penyintas di periode ini. Mencari ruang untuk langkah

perbaikan sekaligus mencari pembelajaran yang baik dan yang bisa

direplikasi di tempat lain.

1.3. Waktu dan Metode Pembelajaran

Waktu pembelajaran ini dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu yakni

dimulai sejak bencana terjadi pada tanggal 24 Juli hingga 7 Agustus 2012.

Bagian pertama dari pembelajaran dilakukan antara tanggal 24 Juli – 31 Juli

2012 dengan kegiatan:

1. Wawancara dengan pihak terkait 2. Kunjungan lapangan

Sedangkan bagian kedua yakni 1 – 7 Agustus 2012 merupakan kegiatan desk study untuk menganalisa hasil dua kegiatan di atas. 1.4. Produk Pembelajaran

Pembelajaran ini akan menghasilkan dokumen berisi usulan perbaikan

untuk perkuatan BPBD yang merupakan komplementer dari Capacity

Development Support Program (CDSP) AIFDR yang saat ini dijalankan di

Sumatera Barat.

Page 15: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

13 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

BAB II LINGKUP PEMBELAJARAN

Banjir bandang ini memiliki dimensi yang luas serta banyak hal yang dapat

dipelajari. Namun untuk mendapatkan hasil yang dapat menjadi catalyst

bagi program CDSP, maka studi ini perlu dibatasi cakupannya. Aspek-aspek

yang menjadi pembelajaran dapat dibaca dalam Term of Reference (TOR)

yang terdapat pada Appendix 1. Oleh karena itu cakupan studi ini hanya

dibatasi dalam 5 aspek. Ke 5 aspek bidang pembelajaran ini adalah:

1. Peran BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang dalam

hal manajemen penanggulangan bencana. Hal ini meliputi

manajemen alur informasi waspada bencana, efektivitas penyaluran

bantuan, sinergi kedua institusi tersebut serta strategi mitigasi

bencana yang spesifik.

2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi risiko bencana.

Dari aspek ini akan dilihat kesigapan masyarakat untuk melakukan

evakuasi setelah menerima peringatan dini. Dari hal ini akan dilihat

pula bagaimana kerjasama antara BPBD dan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa tanggap darurat.

3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan

media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Pada

masyarakat perkotaan ICT dan media massa memegang peranan

penting untuk mempercepat atau bahkan memperbesar

penyampaian suatu gejala ataupun kejadian. Dalam hal ini akan

dilihat interaksi antara ICT dan media massa dengan masyarakat

dalam kasus bencana banjir bandang ini serta usulan perbaikan bagi

masa datang.

4. Pengaruh dari program-program Non-Government Organization

(NGO) lokal dan internasional dalam hal pengembangan kapasitas

masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan. Semenjak 2010

berbagai NGO telah bekerja di Sumatera Barat termasuk di Kota

Padang untuk program pemulihan akibat bencana gempa 2009.

Meskipun daerah cakupan program yang dilakukan NGO tersebut

adalah terbatas namun diyakini bahwa pihak yang mendapatkan

pelatihan akan memiliki tingkat kesiapsiagaan yang lebih tinggi.

5. Peranan dunia usaha dalam berkontribusi meningkatkan kinerja

masyarakat dan BNPB dalam penanggulangan bencana. Aspek ini

akan mempelajari peranan sektor swasta pada dua hal yakni

kesigapan pada masa tanggap darurat dan peranannya dalam

membangun kesiapsiagaan masyarakat.

Page 16: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

14 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Dalam mempelajari 5 aspek yang disebutkan di atas, ditemukan hal lain

yang cukup menarik untuk dipelajari yakni memperkirakan penyebab

bencana banjir bandang. Hal tersebut merupakan faktor yang berkaitan

dengan kerangka berpikir dari salah satu dari ke lima aspek yang dipelajari

yakni tentang kesiapsiagaan. Namun untuk menjaga fokus pembahasan

maka hal tersebut dibahas terpisah dan dapat dibaca pada Appendix 3.

Hasil dari pembelajaran ini adalah berupa 4 butir rekomendasi yang dapat

dibaca di bab V.

Page 17: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

15 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

BAB III BENCANA BANJIR BANDANG

Banjir bandang yang menerjang sebagian kota Padang pada tanggal 24 juli

2012 mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kejadian yang mendadak

di tengah musim kemarau bagi sebagian besar wilayah Indonesia, cukup

mengejutkan di tengah fokus kesiapsiagaan menghadapi gempa dan

tsunami. Sebelum masuk pada materi pembelajaran dan analisa ke 5 aspek

yang telah disebutkan terdahulu, di bawah ini akan dibahas tentang

bencana banjir bandang tersebut dan pemaparannya meliputi:

1. Kronologis kejadian dan kerugian banjir bandang

2. Daerah terdampak banjir bandang

Pembahasan 2 topik di atas adalah dalam rangka melihat urutan peristiwa serta data bencana. Tujuan pemamparannya adalah untuk dapat melihat permasalahan secara lebih luas agar analisa permasalahan menjadi lebih relevan. 3.1.… . Kronologis kejadian dan kerugian banjir bandang

Beberapa hari sebelum terjadi bencana, Gubernur Sumatera Barat telah memperingatkan bahaya rawan longsor dan banjir bandang [3]. Instruksi untuk melakukan mitigasi bencana sudah dikeluarkan untuk 13 daerah yang diantaranya adalah Padang, Solok dan Bukittinggi. Peringatan tersebut dikeluarkan karena terjadinya intensitas hujan yang tinggi di Sumatera Barat. Banjir bandang kemudian benar-benar terjadi di Padang yang secara kronologis [4] kejadiannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

15.45

Informasi

dari BMKG

diterima

PUSDALOPS

16.00 PUDSDALOPS

mengirim informasi ke

Media menggunakan

Blackberry Messenger

juga pada Kelompok

Siaga Bencana di

setiap kelurahan

18.30 Luapan

Sungai Batang

Kuranji mencapai

rumah penduduk

19.25-19.30 Luapan Sungai

Batang Kuranji membanjiri

daerah Limau Manis (1

meter). Banjir juga terjadi

di Bandar Gadang dan

Perumahan Siteba

20.30-20.35 Banjir di Gurun

Lawas Banuaran, Jembatan Koto

Panjang Limau Manis putus dan

masyarakat Bandar Gadang

terjebak banjir 1,2 meter

16.30 Hujan lebat disertai badai 22.00 Hujan mereda. BPBD Padang

mendata pengungsi dan kerugian.

00.23 BPBD Padang

menyediakan tenda dan

genset di lokasi

pengungsian Bandar

Gadang. BPBD Sumbar

melakukan distribusi

logistik

03.54 Banjir

mulai surut

[3] Padang Ekspress,

Awas Longsor-Galodo

Mengintai. Gubernur:

Perkuat Mitigasi di 13

Daerah. 23 Juli 2012

[4] PUSADALOPS

Sumatera Barat,

Tabel dan Informasi

Kejadian Banjir dan

Badai Kota Padang

24 Juli 2012

Page 18: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

16 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Kerugian atas banjir bandang tersebut ditaksir senilai Rp.

271.365.000.000.[5] Dari data yang dikeluarkan BPBD Kota Padang tersebut

tercatat 4.397 orang mengungsi dan 2 orang luka ringan. Tidak ada korban

jiwa dalam bencana ini. Detail dari kerugian akibat banjir bandang ini dapat

dilihat pada Rekapitulasi Data Dampak Bencana Banjir Bandang Kota

Padang 24 Juli 2012 yang terdapat pada lampiran dokumen ini.

. 3.2.… . Daerah terdampak banjir bandang

Banjir bandang ini mengakibatkan kerusakan di 7 kecamatan, namun

dampak yang parah terjadi pada 4 kecamatan seperti terlihat pada Gambar

1 di atas [6]. Dari ke-4 daerah tersebut, pengungsi paling banyak yakni 2.518

orang, terdapat di Kecamatan Nanggalo yang terletak dekat dengan Sungai

Batang Kuranji. Luapan sungai tersebut juga melanda Kecamatan Pauh

yang menderita kerusakan rumah paling parah di antara 7 kecamatan yang

terkena banjir bandang. Di sana terdapat 77 rumah mengalami rusak berat.

Di Kecamatan Pauh terdapat 3 jembatan dan 2 ruas jalan rusak.

2 ruas jalan rusak yang lain terdapat juga di kecamatan Lubuk Begalung

yang berada dekat dengan aliran Sungai Batang Arau. Seperti terlihat pada

gambar di atas, luapan banjir sungai tersebut mengakibatkan kerusakan

irigasi terbesar dibandingkan ke 4 daerah lainnya.

Nanggalo

Pauh

Lubuk Begalung Lubuk Kilangan

Gbr. 1. Lokasi Banjir Kota Padang, 24 Juli 2012

[5] BPBD Kota

Padang, Rekapitulasi

Data Dampak

Bencana Banjir

Bandang Kota

Padang 24 Juli 2012,

data dikeluarkan

tanggal 28 Juli 2012

[6] Gubernur

Sumatera Barat.

Dampak &

Penanganan Darurat

Banjir Bandang Kota

Padang Selasa 24 Juli

2012. Paparan 27 Juli

2012

Page 19: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

17 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Dengan demikian dapat disimpulkan banjir bandang ini melanda daerah-

daerah yang dilalui oleh aliran air dari Sungai Batang Kuranji dan Sungai

Batang Arau. Analisa dari penyebab meluapnya ke 2 sungai ini yang

mengakibatkan banjir bandang akan dibahas secara terpisah pada

Appendix 3.

Page 20: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

18 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

BAB IV PENGAMATAN DAN DISKUSI TENTANG MANAJEMEN

BENCANA

Pemaparan pada bab ini adalah tentang pengamatan, interpretasi dan

diskusinya. Sedangkan rekomendasi sebagai hasil dari diskusi ini

dibicarakan secara terpisah dan secara khusus pada Bab V. Pengamatan

dan diskusi yang dilakukan adalah pada bidang manajemen bencana, hal ini

meliputi kesiapsiagaan hingga penanganan bencana banjir bandang.

Pengamatan dan diskusi dilakukan sambil tetap mengacu pada kerangka 5

aspek seperti yang ditulis di Bab II. Oleh karena itu pengamatan terhadap

manajemen bencana ini dibatasi hanya dalam lingkup 5 aspek tersebut.

Pengamatan yang ditulis pada laporan ini adalah dimulai sejak tanggal 24

Juli 2012, tepat pada saat bencana terjadi. Staff AIFDR-BNPB, Konsultan

Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat, melakukan

pengamatan ini sejak bencana terjadi. Pengamatan berakhir pada tanggal

30 Juli 2012.

4.1. Manajemen Bencana yang dijalankan BPBD Provinsi Sumatera

Barat dan BPBD Kota Padang

Pengamatan dan diskusi dalam hal ini bertujuan untuk melihat 4 bagian

yang penting untuk dipelajari pada kejadian banjir bandang ini. Pertama

adalah untuk mengetahui alur komunikasi peringatan bencana, selanjutnya

adalah manajemen penyaluran bantuan. Bagian ketiga adalah berusaha

mengamati sinergi antara BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota

Padang. Serta yang terakhir adalah mengamati strategi BPBD Provinsi

Sumatera Barat dalam mitigasi bencana secara spesifik.

4.1.1. Efektivitas Aliran Informasi

Dalam hal aliran informasi ini ada 3 pihak yang saling berkait yakni Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), BPBD dan masyarakat.

Secara umum diyakini makin efektif aliran informasi ini, maka akan makin

kecil pula dampak bencana pada masyarakat.

Seperti telah dipaparkan pada Bab III sebelumnya BMKG telah

mengeluarkan peringatan akan adanya hujan besar dengan bahaya banjir

pada pukul 15.45 WIB. BMKG menyebutkan terjadinya potensi banjir ini

berdasarkan penelitian kecenderungan volume curah hujan. Informasi

tersebut diterima oleh Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan

Page 21: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

19 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Bencana (PUSDALOPS PB) BPBD Sumatera Barat dan pada pukul 16.00

disebar ke media massa dan Kelompok Siaga Bencana (KSB). Penyebaran

informasi ini menggunakan Blackberry Messenger. BPBD Kota Padang juga

memberikan informasi melalui radio Handy Talkie (HT) ke seluruh KSB dan

semua sektor yang memantau informasi radio PUSDALOPS PB Kota Padang

agar semua jajaran KSB, dan satuan rescue yang berada dilokasi sepanjang

bantaran sungai agar siaga dan waspada.

Dengan demikian ada tenggang waktu selama sekitar 2 jam 30 menit

antara penyebaran informasi dengan mulainya luapan Sungai Batang

Kuranji.

Dalam pengamatan, ditemukan bahwa tidak semua media elektronik yang

mendapat informasi dari PUSDALOPS PB langsung meneruskannya kepada

masyarakat. Sesungguhnya sejak gempa 2009 di Padang telah berdiri

stasiun radio yang mengkhususkan siarannya untuk pengurangan risiko

bencana. Stasiun-stasiun radio swasta lainnya yang sekalipun tidak

mengkhususkan missinya di bidang kebencanaan pun, beberapa waktu lalu

cukup aktif berpartisipasi. Meskipun demikian pada tanggal 24 Juli 2012,

tidak semuanya secara aktif menyampaikan peringatan bahaya banjir ini.

Hal ini menjadi menarik untuk dipelajari, sebab seperti disebutkan di atas

peringatan BMKG yang disebarkan oleh PUSDALOPS adalah sebagai

mekanisme peringatan dini. Mekanisme ini terlihat berjalan meskipun

hanya sebagian radio swasta menyampaikan peringatan ini.

Hal yang menarik dipelajari juga adalah bagaimana cara menyampaikan

peringatan potensi bencana. Penyampaian peringatan bahaya bencana bisa

menjadi tidak produktif bilamana penyampaiannya justru menimbulkan

kepanikan masyarakat. Bukannya kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang

didapat melainkan kondisi masyarakat yang sulit dikendalikan, karena

semuanya ingin menyelamatkan diri. Dalam hal ini terlihat BPBD sudah

menyampaikan peringatan potensi bahaya secara proporsional. Namun

yang masih perlu dikembangkan adalah menguatnya kewapadaan

masyarakat untuk mengantisipasi bencana tanpa menimbulkan kepanikan.

Salah satu cara membangun kewaspadaan masyarakat akan bencana

adalah pembentukan kelompok-kelompok terlatih dalam penananganan

bencana. Salah satunya adalah KSB yang dibentuk oleh BPBD Sumatera

Barat. Kelompok ini didirikan pada tahun 2011 dan telah mengikuti

serangkaian pelatihan. Dalam pengamatan ini, tidak didapat data tentang

peranan KSB setelah mendapat informasi dari PUSDALOPS PB, namun

keberadaan mereka sangat menolong pada masa tanggap darurat ini.

Page 22: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

20 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Sore itu memang awan gelap terlihat di atas kota Padang, sehingga

seyogyanya kebanyakan warga masyarakat sadar bahwa hujan akan turun

dengan lebat. Awan gelap tersebut di atas sesungguhnya tidak langsung

bermakna potensi bencana karena hal tersebut merupakan sesuatu

fonemena alam yang biasa terjadi. Tetapi jika hal tersebut dikaitkan

dengan peringatan potensi bencana yang dapat di dengar di radio, maka

hal ini patut dianggap serius. Namun pada malam harinya, dalam tayangan

di berita di televisi terlihat bahwa masyarakat cukup terkejut akan kejadian

bencana banjir bandang ini. Masih pada tayangan televisi terlihat beberapa

orang berusaha menyelamatkan ternak-ternaknya yang terperangkap

banjir. Dibagian lain ditemukan keluarga yang kehilangan ternak dan

hartanya karena tidak sempat di evakuasi terlebih dulu.

Media massa lokal seperti radio swasta dan televisi menghadapi kondisi

sulit dalam penyampaian peringatan potensi bencana seperti ini. Terlalu

gencar memberitakannya maka akan menimbulkan kepanikan. Selain itu

bila bencana tidak pernah terjadi maka radio atau televisi tersebut

kehilangan kredibilitasnya sebagai penyampai berita yang layak dipercaya.

Pada kondisi ekstrim yang lain, peringatan disampaikan justru kurang dari

yang seharusnya. Akibatnya banyak orang terluput untuk mendengar berita

tersebut. Berdasarkan pengamatan yang telah disebutkan pada paragraf di

atas, stasiun radio masih kurang aktif dalam menyampaikan peringatan ini.

Oleh karena itu salah satu yang perlu dikembangkan pada stasiun radio dan

televisi adalah metode penyampaian peringatan dini yang proporsional.

Ada kemungkinan radio tidak memberitakan karena tidak memahami

bagaimana menginterpretasi informasi yang didapat. Berbeda dengan

gempa yang terjadi tanpa bisa diduga, banjir bisa diduga waktu terjadinya

yakni beberapa jam kemudian. Informasi tanpa dukungan interpretasi yang

memadai dapat menimbulkan kebingungan. Masyarakat awam

membutuhkan kejelasan apa yang harus dilakukan.

4.1.2. Efektivitas penyaluran bantuan

Sekitar 6 jam setelah luapan Sungai Batang Kuranji mencapai rumah

penduduk, BPBD Kota Padang telah menyiapkan 2 unit tenda peleton serta

genset.[7] Tenda dan genset tersebut ditempatkan di lokasi pengungsian di

Bandar Gadang. Pada saat yang sama, BPBD Sumatera Barat

mendistribusikan logistik berupa sarung, tikar dan makanan siap saji.

Logistik tersebut selain didistribusikan di Bandar Gadang, juga di lokasi

pengungsian lainnya di Limau Manis. Pada pukul 02.45 WIB pengiriman

[7] PUSDALOPS

Sumatera Barat,

Tabel Informasi

Kejadian Bencana

Banjir Dan Badai Kota

Padang 24 Juli 2012

Page 23: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

21 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

bahan makanan dilanjutkan dengan mengirimkan nasi bungkus untuk

pengungsi dan petugas.

Perihal jumlah dan jenis bantuan yang didistribusikan adalah hasil

keputusan rapat yang segera diambil setelah mengetahui data pengungsi.

Bahan bantuannya sendiri adalah diambil dari gudang BPBD Provinsi

Sumatera Barat yang memang sudah dipersiapkan bila ada situasi bencana.

Dalam pengamatan ini belum didapat data perihal kecocokan jenis dan

jumlah bantuan bagi para penyintas.

4.1.3. Efektivitas sinergi antara BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD

Kota Padang

BPBD Kota Padang mendirikan POSKO Utama untuk mengkoordinasi

pendataan, penerimanan dan distribusi bantuan. Dari pengamatan terlihat

POSKO Utama ini menyediakan layanan bagi pihak yang ingin memberi

bantuan. Meja-meja untuk melayani berbagai elemen masyarakat

disediakan seperti untuk NGO, dunia usaha dan sebagainya. Di POSKO

Utama yang dilengkapi dengan perlengkapan komunikasi, komputer dan

intenet ini terlihat kegiatan menerima bantuan dari masyarakat dan juga

menyalurkannya.

BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang, sesuai mekanisme

yang berlaku menyampaikan informasi-informasi terkini secara teratur ke

Pusat Data dan Informasi BNPB (PUSDATINMAS).

Gbr. 2. POSKO Utama BPBD Kota Padang

Page 24: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

22 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Selain penyampaian ke Pusat, BPBD Kota Padang juga berupaya

memberikan kemudahan akses informasi dengan menampilkan data-data

kerugian akibat bencana ini. Rapat-rapat dengan elemen masyarakat juga

diadakan di POSKO Utama ini.

Sementara itu BPBD Provinsi Sumatera Barat mengkoordinir BPBD

kabupaten lainnya untuk dapat mendukung penanggulangan bencana ini.

BPBD Sumatera Barat juga berkoordinasi dengan TNI/POLRI, PMI,

BASARNAS dan perangkat pemerintahan lainnya untuk memaksimalkan

dukungan dalam mengatasi bencana ini. Untuk menjamin tindakan yang

dijalankan agar tepat dan berguna maka BPBD Provinsi Sumatera Barat

mengkoordinasi informasi.

Informasi-informasi yang didapat dari tindakan kaji cepat yang dilakukan

oleh berbagai pihak yakni Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelurahan

dan Kecamatan disampaikan kepada BPBD Provinsi Sumatera Barat.

Disamping itu BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang juga

mengaktifkan tim kaji cepat mereka. Selain itu instansi pemerintah seperti

Dinas Sosial, Peternakan dan Pertanian juga menyampaikan informasi

mereka kepada BPBD Provinsi Sumatera Barat. Semua informasi ini diolah

dan dikelola oleh PUSDALOPS PB untuk dilaporkan sebagai informasi resmi

dan diteruskan ke PUSDATINMAS.

Selama pengamatan ditemukan kegiatan yang saling mengisi antara BPBD

Kota Padang dan BPBD Provinsi Sumatera Barat. BPBD Kota Padang lebih

langsung turun ke masyarakat yang terkena bencana sedangkan BPBD

Provinsi Sumatera Barat mengefektifkan dukungan dari perangkat

pemerintah.

Di Sumatera Barat, BPBD Provinsi dan BPBD Kota serta Kabupaten dalam

kurun waktu lebih lebih dari 2 tahun ini telah menjalani berbagai

pengembangan kapasitas. Kegiatan yang saling mengisi yang disebutkan di

atas adalah salah satu bukti keberhasilan dari pengembangan kapasitas

tersebut.

Selain itu rekonstruksi pasca gempa 2009 dan pasca tsunami 2010

membuat instansi-instansi ini terlatih untuk tugas manajemen bencana

yang meliputi kesiapsiagaan, tanggap darurat hingga pemulihan.

Pemahaman akan berbagai regulasi mendorong setiap instansi untuk fokus

akan tugasnya dan di sisi lain membatasi kegiatan yang di luar

wewenangnya. Pemahaman akan tugas ini yang mendorong sistem

berjalan dan efektif. Sehingga sekalipun terjadi komunikasi interpersonal

Beberapa program

pengembangan

kapasitas seperti

yang tertulis dalam

Lessons Learned

Pembelajaran Rehab

Rekon Pasca Gempa

di Sumatera Barat 30

September 2009

Building Back Better

(Sugimin Pranoto

et.al, 2011) dimuat

dalam Appendix 2

pada dokumen

pembelajaran ini.

Page 25: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

23 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Gbr. 3. Sungai di Kelurahan Limau Manis

yang tidak efektif maka fokus pada tanggung jawab dan wewenang akan

memaksimalkan kinerja institusi.

4.1.4. Strategi mitigasi bencana secara spesifik

Dalam pengamatan, ditemukan dokumen kesiapsiagaan menghadapi

bencana gempa bumi dan tsunami. Selain dokumen tersebut, di jalan raya

terdapat peta-peta yang menyatakan daerah aman dari tsunami. Masih di

jalan raya, terdapat rambu-rambu yang menunjuk arah evakuasi dari

bahaya tsunami. Namun selama pengamatan dilakukan tidak ditemukan

dokumen kesiapsiagaan terhadap bahaya banjir bandang ataupun banjir

besar yang membawa lumpur dan material padat lainnya yang dalam

bahasa Sumatera Barat dikenal dengan istilah galodo.

Galodo terjadi beberapa kali di beberapa daerah di Sumatera Barat.

Misalnya pada tahun 2009 terjadi di Tanah Datar dan tahun 2010 terjadi di

Kecamatan Lurah Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota. [8] Memang

galodo atau banjir bandang belum pernah terjadi di Kota Padang sehingga

kejadian ini cukup mengejutkan.

Bekas lintasan air setelah terjangan banjir bandang terlihat adanya material

pohon-pohon yang tumbang. Pohon yang roboh ini kemudian terseret oleh

derasnya air. Fenomena ini mirip dengan kejadian galodo di Koto Kaciak

dan Koto Gadang (lihat Appendix 4).

[8] PUSDALOPS

Sumatera Barat,

Tabel Informasi

Kejadian Bencana

Banjir Dan Badai Kota

Padang 24 Juli 2012

Page 26: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

24 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

4.2. Kesiapsiagaan masyarakat dalam upaya mengurangi resiko

bencana

Pada bagian 4.1.1 diatas dinyatakan bahwa masyarakat telah diupayakan

untuk mendapatkan informasi waspada hujan lebat dan banjir. Pada bagian

ini pengamatan dilakukan dengan mengambil sudut pandang dari

kacamata masyarakat itu sendiri.

4.2.1. Kesiapan masyarakat untuk melakukan evakuasi

Sesungguhnya

terdapat 21/2 jam

waktu yang bisa

digunakan untuk

evakuasi barang

berharga ataupun

ternak. Namun

sebagaimana telah

dipaparkan di muka,

masih ada warga

yang melakukakan evakuasi saat air cukup tinggi menggenangi rumahnya.

Pada gambar 4 [9] terlihat anak kecil dievakuasi setelah daerah tesebut

digenangi banjir yang hampir mencapai atap rumah.

Pada video [10] terlihat beberapa pengendara sepeda motor terjebak banjir

dalam perjalanannya. Meskipun pada video tersebut ketinggian air di jalan

raya tidak mencapai 50 cm namun arus air yang kuat cukup

membahayakan bagi pengendara motor.

Pada kejadian banjir bandang ini ditemukan partisipasi masyarakat dalam

menghubungi PUSDALOPS PB [11] untuk melaporkan situasi banjir. Namun

dalam pengamatan tidak ditemukan masyarakat menanyakan konfirmasi

tentang potensi bencana banjir pada saat BMKG maupun PUSDALOPS

mengeluarkan peringatan potensi bencana.

4.2.2. Pemenuhan kebutuhan masyarakat pada saat tanggap darurat

Tujuan pengamatan dalam hal ini adalah berusaha mendapatkan informasi

apa yang dilakukan oleh warga masyarakat agar kebutuhannya dalam masa

darurat dapat dipenuhi. Bagi warga yang rumahnya sudah tidak bisa

ditinggali, maka pada tahap paling awal adalah ketersediaan tempat

pengungsian. Bagi masyarakat Limau Manis, tempat pengungsian bagi

mereka adalah di masjid terdekat. Namun bagi masyarakat Bandar Gadang,

Gbr. 4. Kelurahan Tabiang Banda Gadang [9] Walikota Padang.

Bencana Alam Banjir

Bandang Di Kota

Padang 24 Juli 2012.

Paparan

[10] Walikota Padang.

Video paparan

banjir bandang, 24

Juli 2012

[11] Keterangan

Suryadi, staff

PUSDALOPS BPBD

Provinsi Sumatera

Barat

Page 27: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

25 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

mereka perlu mendapatkan tempat berteduh berupa tenda peleton yang

disediakan oleh BPBD provinsi.

Informasi perihal kebutuhan masyarakat seperti makanan dan kebutuhan

lainnya dilakukan oleh Tim Kaji Cepat yang melakukan assessment di

lapangan. Kebutuhan masyarakat dilaporkan kepada POSKO Utama BPBD

Kota Padang untuk dapat dipenuhi. Dari pengamatan ditemukan ada

masyarakat yang melalui Kepala Desa yang menyampaikan informasi

bahwa mereka belum menerima bantuan.

Untuk keluhan seperti di atas POSKO Utama memeriksa keabsahan

pengaduan tersebut. POSKO Utama memiliki data-data laporan penerima

bantuan. Selain itu dukungan dari Sekretariat Bersama Pecinta Alam yang

ikut melakukan distribusi bantuan meningkatkan akuntabilitas penyaluran

bantuan karena disertai tanda terima dari masyarakat. Semua laporan

penyaluran yang masuk baik ke BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD

Kota Padang di validasi oleh PUSDALOPS.

Sehubungan verifikasi data korban dan kerugian, pada hari ke 3 yakni 26

Juli 2012, verifikasi menggunakan fingerprint scanner dengan harapan

didapatkan data yang benar-benar valid. Kegiatan ini dilakukan oleh BPBD

Provinsi Sumatera Barat melalui PUSDALOPS PB bekerjasama dengan BPBD

Kota Padang dan Sekretariat Bersama Pencinta Alam Sumatera Barat. Yang

direkam dalam verifikasi ini adalah sidik jari, nomor register, foto keluarga

dan rumah yang rusak beserta koordinat lokasi.

Pemerintah Kota Padang telah menetapkan masa tanggap darurat adalah

sepanjang 30 hari. Sehubungan dengan hal tersebut belum ditemukan

informasi bagaimana masyarakat akan memenuhi kebutuhan masa

tanggap darurat maupun setelahnya. Perkiraan awal akan hal ini adalah

para penyintas akan mengungsi ke rumah kerabatnya.

4.3. Peranan Information and Communication Technology (ICT) dan

media massa dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat

Sejak pemulihan Padang pasca bencana gempa 2009, masyarakat Padang

telah memiliki media massa eletronik yang mengkhususkan diri pada

bencana. Salah satunya pada tahun 2010 adalah diresmikannya Radio Siaga

Bencana yang dikelola oleh Jaringan Jurnalis Siaga Bencana Indonesia.

Radio-radio siaran swasta lainnya juga telah memiliki ruang acara untuk

menginformasikan peringatan potensi bencana.

Page 28: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

26 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Sesuai mekanisme yang berlaku, BMKG akan menginformasikan potensi

bencana yang akan terjadi pada media massa. Demikian halnya pada

PUSDALOPS PB yang segera menginformasikan potensi bahaya tersebut

pada media melalui Blackberry Messenger. Namun ternyata seperti telah

disebutkan sebelumnya, tidak semua radio meneruskan berita ini kepada

masyarakat. Lebih jauh lagi dalam pengamatan ini belum ditemukan

stasiun radio yang berulang-ulang mengumumkan keadaan bahaya pada

masyarakat sebelum banjir bandang terjadi.

Sebelum banjir bandang terjadi, sesungguhnya potensi bahaya banjir

bandang diperkirakan berpotensi terjadi pada waktu dekat dan dimuat di

Padang Ekspress. Informasi ini dimuat di harian cetak maupun pada

website mereka pada tanggal 23 Juli 2012.

4.4. Pengaruh dari program-program NGO dalam hal pengembangan

kapasitas masyarakat dan BPBD dibidang kesiapsiagaan

Seiring dengan program pemulihan Sumatera Barat pasca gempa 2009,

berbagai NGO bekerjasama dengan warga masyarakat dan pemerintah

daerah dalam melakukan penguatan kapasitas terhadap risiko bencana.

Program yang dimulai sejak 2009 dan mencapai puncaknya di tahun 2010

tersebut telah memberi sumbangsih dalam meletakkan dasar-dasar

pengurangan resiko bencana. Sekalipun sebagian besar NGO telah

mengakhiri tugasnya di Sumatera Barat, diharapkan hasil dari penguatan

kapasitas itu memiliki pengaruh yang berkelanjutan.

Pengamatan ini hanya dibatasi pada kerangka waktu banjir bandang 24 Juli

2012 saja. Dalam diskusi pada bab berikut akan dibahas pengaruhnya pada

kejadian bencana lainnya. Bencana banjir bandang 24 Juli 2012, merupakan

salah satu kesempatan untuk menguji sampai berapa jauh pengaruh

efektivitas dari program tersebut diatas.

Untuk melihat pengaruhnya bagi masyarakat dapat dilihat dari KSB. KSB ini

memberikan sumbangsih yang besar dalam menolong masyarakat pada

saat bencana terjadi. Hal lain yang bisa merujuk kecepatan masyarakat

dalam menyelamatkan diri adalah tidak ada korban jiwa dalam bencana ini.

Korban luka hanya 2 orang yang menderita luka ringan. Disisi lain sebagai

imbangan, ada masyarakat yang terlambat untuk evakuasi dan terdapat

harta ataupun ternak yang tidak bisa diselamatkan.

Disisi perangkat pemerintah, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota

Padang terlihat mampu menjalankan tugasnya. Mulai dari penyebaran

Page 29: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

27 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

informasi hingga memberikan bantuan bagi para penyintas. Dari

pengamatan terlihat mekanisme koordinasi yang saling melengkapi antara

pemerintah kota dan pemerintah provinsi. Sistem tetap berjalan meskipun

komunikasi antar pihak pada saat pelaksanaan tanggap darurat masih perlu

perbaikan.

4.5. Kontribusi dunia usaha dalam peningkatan kinerja masyarakat

dan BNPB dalam penanggulangan bencana

Dunia usaha telah menunjukkan sumbangsihnya pada saat bencana gempa

Sumatera Barat 2009. Momentum dari kesediaan mendukung upaya

kemanusiaan ini terus dipelihara dengan berbagai cara. Salah satunya

adalah pada bulan Maret 2010 dengan terbentuknya Forum Sektor Swasta

Peduli Pengurangan Resiko Bencana. Dalam forum ini tergabung beberapa

perusahaan dan asosiasi yang diantranya adalah PT Semen Padang, Ikatan

Arsitek Indonesia (IAI) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).[12]

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat tanggap darurat banjir

bandang, ditemukan alat-alat berat yang dikirimkan oleh PT Semen

Padang. Media massa juga memberitakan asosiasi pengusaha memberi

bantuan bagi masyarakat yang menjadi korban banjir.[13] Namun pada saat

pengamatan belum ditemukan aktifitas signifikan yang menunjukkan

bahwa sektor swasta terlibat aktif dalam membangun kesiapsiagaan

masyarakat.

Perihal keterlibatan PT Semen Padang dalam memberi bantuan, hal ini

adalah inisiatif dari perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat pula oleh karena

beberapa staf PT Semen Padang ada yang berasal dari daerah sekitar lokasi

bencana. Selain itu daerah terdampak juga merupakan salah satu lokasi

kerja PT Semen Padang. Di lain pihak, masyarakat terdampak dan BPBD

Kota Padang juga membuat permintaan bantuan untuk alat-alat berat

tersebut. Dengan demikian peran serta dari PT Semen Padang secara cepat

menjawab kebutuhan masyarakat dan juga BPBD.

[12] Nova Ratnanto,

Private Sector Care

for Disaster Risk

Reduction in West

Sumatra, 28 Juni

2010

[13] Kliksumbar.com.

Saudagar Emas

Padang Bantu Korban

Galodo. 26 Juli 2012

Page 30: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

28 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

BAB V REKOMENDASI

Dalam bab terakhir ini hasil pengamatan dan diskusi dirangkum dan

dijadikan rekomendasi. Karena dokumen ini bersifat pembelajaran maka

kejadian banjir bandang ini diambil sebagai titik tolak untuk melihat

peluang bagi perbaikan di bidang manajemen bencana. Hal-hal yang

disebut peluang tersebut tidak berarti selalu sesuatu yang baru, namun

sekalipun demikian masih terbuka ruang lebar untuk perbaikan. Oleh

karena itu rekomendasi yang diberikan pada bab ini diharapkan bisa

menutup gap yang masih ada demi kepentingan semua.

5.1. Urgensinya peningkatan akan pemahaman potensi bencana

Pada bab 4.1.1 dijelaskan pentingnya masyarakat dan media massa lokal

untuk dapat melakukan interpretasi terhadap data-data potensi

kebencanaan. Pemahaman ini memerlukan pelatihan dan pembelajaran

yang berulang-ulang. Disamping itu untuk membuat masyarakat tahu lebih

awal menyelamatkan diri maka diperlukan informasi dari pemetaan resiko

kebencanaan.[14] Adanya pemetaan ini akan mempengaruhi 2 hal yakni

pedoman untuk dapat melakukan evakuasi secara tepat dan mempertinggi

kesiapsiagaan masyarakat.

Pada saat sebelum bencana banjir bandang, BMKG dan PUSDALOPS sudah

mengirimkan peringatan akan terjadinya hujan lebat. Namun ternyata ada

gap yang menyebabkan alur komunikasi tidak menggerakkan sebagian

besar masyarakat bersiaga menghadapi banjir bandang. Berdasarkan

diskusi di atas maka ada 2 hal penting untuk ditindaklanjuti.

Pertama, perlu adanya pembelajaran yang bertujuan untuk dapat

menginterpretasi data kerawanan bencana. Hal ini akan mendorong semua

pemangku kepentingan bertindak dengan pasti dan jelas apa yang harus

dilakukan. Masyarakat juga akan mudah diyakinkan, tidak panik dan akan

sigap untuk menyelamatkan diri. Contoh dari kemampuan interpretasi data

atau fenomena alam ini dapat dilihat dari kesigapan masyarakat melihat

fenomena air laut surut di pantai setelah gempa. Fenomena ini

diiterpretasikan sebagai tsunami akan datang sebentar lagi. Contoh lainnya

adalah kesigapan masyarakat Jakarta bila indikator air di beberapa pintu air

di Jakarta menunjukkan posisi di atas normal. Tindakan selanjutnya adalah

mereka segera bersiap mengungsi.

[14] Badan Nasional

Penanggulangan

Bencana. Rencana

Nasional

Penanggulangan

Bencana 2010 – 2014

halaman 95

Page 31: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

29 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Yang kedua adalah pengadaan peta resiko kebencanaan. Peta rawan

bencana ini tentu saja unik untuk setiap daerah. Setiap jenis ancaman [15]

(hazard) perlu dipetakan menurut lokasinya. Namun pengadaan saja tak

akan mencukupi, sosialisasi berulang-ulang perlu dilakukan. Adanya

kesadaran rawan bencana dan informasi pendukung yang memadai akan

mempertinggi kesadaran warga masyarakat akan kesiapsiagaan.

Keberadaan dua hal tersebut di atas yakni kemampuan interpretasi data

atau fenomena bencana dan adanya pemahaman peta risiko kebencanaan

akan meningkatkan pemahaman bencana secara lebih menyeluruh. Dari

sisi pandang masyarakat maka hal ini berarti peringatan yang didapat dari

radio dan televisi dapat ditindaklanjuti secara tepat. Mereka dengan sadar

tanpa panik membuat keputusan untuk menyelamatkan diri dan harta

bendanya.

5.2. Replikasi Pengembangan Kapasitas Manjemen Bencana Bagi BPBD

Pada Bab 4.1.3 terdahulu sudah dipaparkan pengamatan dan diskusi

tentang adanya sinergi antara BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD

Kota Padang. Sinergi itu tidak saja pada kedua institusi tersebut saja tetapi

dengan perangkat pemerintah serta unsur masyarakat lainnya.

Telah dibahas pula bahwa sinergi tersebut di atas meningkatkan kinerja

kolektif yang tidak saja pada kedua organisasi BPBD tersebut tapi juga

institusi pemerintah terkait. Sinergi dalam penanggulangan bencana itu

terlihat bahwa terjalin pula pada organisasi-organisasi masyarakat yang

memberi dukungan. Hasilnya dapat terlihat juga pada efektivitas

penyaluran bantuan.

Lewat berbagai macam program pengembangan kapasitas yang telah

dilakukan maka dapat dikatakan bahwa usaha-usaha tersebut

menghasilkan sinergi yang efektif. Pelatihan bersama dalam program

pengembangan kapasitas yang komprehensif akan meningkatkan

pemahaman tugas dan meningkatkan ketrampilan koordinasi. Usaha

seperti ini perlu diteruskan mengingat tantangan kebencanaan yang masih

dapat terjadi.

Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti.

Pertama adalah BPBD Provinsi Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang

mendokumentasikan seluruh pelatihan yang sudah terbukti berhasil dalam

pengembangan kapasitas. Dokumen ini dapat didiskusikan dengan

[15] Badan Nasional

Penanggulangan

Bencana. Rencana

Nasional

Penanggulangan

Bencana 2010 – 2014

halaman 9-25

Page 32: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

30 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

PUSDIKLAT BNPB untuk dapat dibuat modul pelatihannya. Dokumen ini

hendaknya dapat dipublikasikan agar dapat menjadi sarana pembelajaran

pula bagi NGO dalam melakukan perancangan program.

Kedua, bila dokumen pelatihan sudah dibakukan maka metodologi

pengembangan kapasitas yang sama bisa dilakukan lagi. Pengembangan

kapasitas ini bisa dilakukan di Provinsi Sumatera Barat untuk peningkatan

kapasitas maupun penyegaran organisasi. Kegiatan ini bisa juga direplikasi

pada provinsi lain dengan sedikit penyesuaian sehubungan kondisi khas

daerah tujuan.

5.3. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam pendidikan

siaga kebencanaan yang berkesinambungan

Masyarakat Sumatera Barat telah mendapat penyuluhan tentang

kesiapsiagaan terhadap bencana dalam beberapa kali menjalani upaya

pemulihan pasca bencana. Lebih lagi sejak kehadiran NGO dalam kurun

waktu 2009-2010 beberapa rangkaian kegiatan pelatihan dan

pemberdayaan masyarakat telah dilakukan. Namun bila diamati pada

persitiwa banjir bandang 24 Juli 2012 maka dapat disimpulkan bahwa

belum semua warga masyarakat dalam status siaga terhadap bencana. Hal

ini bisa terlihat dengan sebagian warga yang terlambat untuk evakuasi

maupun yang terlambat menyelamatkan harta bendanya. Hal ini juga

terlihat dari kurangnya respon dari stasiun radio untuk melakukan

pengabaran potensi bencana secara memadai.

Contoh lain dari kurangnya kesigapan dan ketrampilan masyarakat dalam

menghadapi bencana, dapat juga dilihat pada saat gempa 11 April 2012.

Tindakan penyelamatan diri yang didominasi kepanikan mengindikasikan

bahwa kesigapan dan keteraturan belum menjadi bagian dari masyarakat

tatkala bencana itu datang. Namun di beberapa tempat menunjukkan

perbedaan. Misalnya siswa dan guru di sekolah yang mendapat pelatihan

kesiapsiagaan dari UNESCO dan KOGAMI terbukti memperlihatkan

keteraturan mereka dalam cara bersiaga dan menyelamatkan diri.[16] Hal ini

tidak terjadi secara kebetulan namun hasil dari pelatihan yang dilakukan

berulang kali. Namun tidak semua sekolah ataupun pemukiman yang

mendapatkan pelatihan kesiapsiagaan seperti ini. Program-program NGO

yang dilakukan dalam kurun waktu 2 tahun lalupun terbatas pada beberapa

sekolah dan komunitas saja. Ini karena keterbatasan jumlah NGO yang ada

dan saat ini sebagian besar NGO-NGO tersebut sudah mengakhiri

programmnya.

[16] Irina Rafliana.

Lembaga Ilmu

Pengetahuan

Indonesia.

Wawancara

pertelepon 28 Juli

2012

Page 33: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

31 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Dengan demikian terdapat 2 hal penting pada bagian ini yakni

kesinambungan dan peran aktif seluruh komponen masyarakat.

Kesinambungan pelatihan kesiapsiagaan yang terus menerus bagi seluruh

lapisan masyarakat. Hal ini berlaku bagi siapapun dan dimanapun. Mereka

yang telah mendapat pelatihan terdahulu perlu terus menerus dibina

dengan serangkaian pelatihan kesiapsiagaan. Hasil akhir dari pelatihan ini

di masa depan diharapkan kesiapsiagaan menjadi gaya hidup masyarakat.

Hal ini sangat relevan mengingat Provinsi Sumatera Barat adalah daerah

yang rawan bencana.

Hal lain yang sama pentingnya adalah peran aktif seluruh komponen

masyarakat. Apa yang telah dilakukan perlu ditindak lanjuti dan dipelihara

sehingga cakupannya makin besar dan makin luas. Ini adalah peran

strategis BPBD dalam melakukan koordinasi pelatihan kesiapsiagaan bagi

masyarakat. Peran yang dulu dilakukan oleh NGO dalam skala kecil perlu

diteruskan dan diperbesar dengan dukungan unsur masyarakat misalnya

salah satunya adalah sektor swasta. Sektor swasta sudah terbukti

sumbangsihnya dalam tanggap bencana namun masih tersedia ruangan

yang sangat luas untuk kegiatan kesiapsiagaan bagi program Corporate

Social Responsibility (CSR). Sektor swasta juga memerlukan dukungan dari

BPBD agar bisa mendapatkan sinergi program CSR dengan berbagai lapisan

masyarakat seperti masyarakat adat dan keagamaan. Bila jalinan program

ini dapat diciptakan maka upaya ini tidak akan berlangsung sementara saja

namun akan menghasilkan program yang berkesinambungan. Karena akan

terjadi program-program baru yang berkaitan dengan sumber pendanaan

baru bersumber dari elemen masyarakat yang lain.

5.4. Perbaikan infrastruktur yang terintegrasi dan upaya sinergi

program pengurangan resiko bencana

Bencana banjir bandang berpotensi terjadi lagi bila tidak ada perbaikan

infrastruktur mulai dari hulu hingga ke hilir. Bila perbaikan hendak

dilakukan maka upaya yang dilakukan tidaklah boleh terpisah dengan

seluruh kaitan permasalahan secara makro. Bila kejadian banjir bandang

disebabkan oleh fenomena yang mirip dengan kejadian banjir bandang di

Koto Kaciak, Tanjung Raya, Kabupaten Agam (lihat Appendix 4) maka

kebijakan yang diambil untuk perbaikan adalah menjadi tanggung jawab

seluruh pemangku kepentingan. Hal ini meliputi seluruh instansi dan

elemen masyarakat dari hulu hingga ke hilir.

Page 34: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

32 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Bila direncanakan untuk perbaikan Daerah Aliran Sungai (DAS) maka yang

direncanakan tidak sekedar normalisasi batang sungai saja. Perlu

diperhatikan aspek ekonomi dimana para penambang batu yang dalam

mengambil batu berpotensi merusak badan sungai agar bisa di arahkan

pada kegiatan ekonomi yang lebih aman. Hal ini juga memerlukan aspek

hukum untuk menjamin kebijakan yang diambil akan ditaati oleh semua

pihak. Keterlibatan NGO seperti pecinta lingkungan hidup, perlu

ditingkatkan pula untuk mempertinggi akuntabilitas dalam pelaksanaan

program. Keterlibatan aktif masyarakat di sekitar sungai akan

mempertinggi angka keberhasilan program, karena seyogyanyalah mereka

yang paling menikmati hasil dari pembangunan ini. Namun sejajar dengan

hal tersebut mereka juga perlu di berdayakan untuk bertanggung jawab

dalam memelihara lingkungan.

Hal yang paling penting untuk dilakukan pemerintah adalah menciptakan

sinergi antar para pemangku kepentingan. Program ini hanya akan berhasil

bila instansi pemerintah, elemen masyarakat seperti sektor swasta, NGO

dan masyarakat sekitar sungai bisa menyadari manfaat jangka panjang dari

program ini. Dalam beberapa kejadian sudah terbukti tidak akan efektif bila

pekerjaan normalisasi sungai hanya dilakukan oleh kontraktor saja yang

berujung pada lemahnya kepemilikan (ownership) dari masyarakat sekitar.

Pada tingkat kebijakan dan pada tahapan perencanaan program,

komponen pengurangan resiko bencana haruslah dimasukkan sebagai satu

kesatuan rencana strategis. Mengingat alamnya tidak berubah dimana

curah hujan yang sangat lebat masih mungkin terjadi, upaya-upaya dalam

program pengurangan resiko bencana harus mendapat perhatian.

Sekalipun sungai sudah tertata dengan baik, sudah normal karena

hambatan bebatuan dan pohon sudah dibersihkan, tetap saja pemantauan

lingkungan harus terus dilakukan. Bila terjadi hujan yang sangat deras,

mereka perlu memiliki indikator yang menunjukkan potensi bahaya banjir

bisa terjadi segera. Sistem komunikasi perlu dibangun sebagai sarana

peringatan sehingga masyarakat di hilir bisa mempersiapkan diri untuk

evakuasi.

Upaya perbaikan infrastrukur yang terintegrasi pada semua aspek serta

disinergikan pada upaya pengurangan resiko bencana akan mempertinggi

keberhasilan program kesiapsiagaan terhadap bencana. Hal ini bisa terjadi

karena semua elemen masyarakat mempunyai kebersamaan dalam

bertanggung jawab.

Page 35: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

33 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Appendix 1

Term of Reference

Pembelajaran Bencana Banjir Bandang Padang 24 Juli 2012

Dasar pemikiran:

Sumatera Barat khususnya Kota Padang telah memiliki perangkat

penanggulangan bencana yang tergolong lengkap bila dibandingkan

dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan besarnya dukungan

pemerintah beserta masyarakat nasional dan internasional sewaktu

pemulihan bencana gempa 2009. Dari segi peningkapan kapasitas,

pemerintah setempat beserta warga juga telah mendapat beberapa

pelatihan. Salahsatunya terlihat sejak tahun 2010 dicanangkan drill

antisipasi bencana setiap bulan pada tanggal 26.

Tujuan pembelajaran:

Banjir bandang yang terjadi pada saat Indonesia menghadapi musim

kemarau diperkirakan mengejutkan bagi masyarakat kota Padang.

Besarnya bencana dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan secara sosial

maupun ekonomi misalnya 20 rumah yang hanyut dan 3 jembatan yang

putus. Hal ini bisa diperparah bila ada dampaknya pada korban jiwa.

Pembelajaran ini akan mencoba melihat pengaruh kesiapan BPBD beserta

unsur masyarakat dalam hal kesiapsiagaan maupun dalam menangani

bencana yang telah terjadi.

Pembelajaran ini bertujuan :

1. Mengkaji langkah-langkah yang telah dilakukan oleh para

kepentingan yang berbeda pada masa tanggap darurat untuk

memenuhi kebutuhan dasar para penyintas di periode ini.

2. Mencari ruang untuk langkah perbaikan sekaligus mencari

pembelajaran yang baik yang bisa direplikasi di tempat lain.

Aspek yang dipelajari

No Aspek Hal Catatan

1 BPBD Efektivitas aliran informasi yang dilakukan oleh PUSDALOPS dari sumber infomasi ke

Anekdotal info: Beberapa jam sebelum kejadian BMKG sudah melaporkan siaga

Page 36: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

34 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

No Aspek Hal Catatan

BPBD (lanjutan)

masyarakat. Hal ini akan dilihat juga pada Aspek no. 3.

hujan besar.

Efektivitas manajemen penyaluran bantuan serta akurasi penyalurannya

BPBD memberikan bantuan makanan, sarung, tikar dsb

Efektivitas BPBD provinsi bersinergi dengan BPBD Kota

Mencari info tentang strategi BPBD menangani bencana yang khas menurut tempatnya. Misalnya longsor, gempa, kebakaran, banjir dsb.

Selama ini daerah Siteba dikenal sebagai langganan banjir.

2 Masyarakat terdampak

Berapa lama periode waktu sejak peringatan bencana diberikan hingga evakuasi dilakukan.

Hal ini untuk mengetahui akurasi peringatan dini serta fasilitasi yang diberikan aparat sehingga masyarakat terdam-pak dapat menyelamatkan diri dan hartanya

Mengkaji kebutuhan masyarakat selama masa tanggap darurat dan bagaimana mereka memenuhi kebutuhan dasar tersebut.

Sehubungan dengan tanggap darurat yang cepat dan dilakukan dalam periode singkat maka akan dipelajari kebutuhan masyarakat dan bagaimana kebutuhan tersebut dipenuhi.

3 ICT dan media Mengupayakan terdapatnya informasi tentang efektivitas penggunaan telepon selular serta media elektronik lainnya sebagai alat peringatan dini.

Di Padang terdapat stasiun radio peduli bencana serta ORARI yang sudah dipersiapkan akan hal ini.

Page 37: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

35 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

4 NGO lokal dan internasional

Mencari info tentang evaluasi program kesiapsiagaan yang telah diberikan terdahulu (2010-2011) de-ngan membandingkan dam-paknya pada masyarakat pada bencana 24 Juli 2012.

Beberapa organisasi membuat perkiraan bencana yang dihadapi adalah gempa dan tsunami.

Mencari info tentang rencana organisasi-organisasi tersebut untuk didapatkan link and match-nya dengan program BPBD.

Beberapa NGO masih melakukan kegiatan PRB dan development.

5 Peranan dunia usaha

Mempelajari sinergi

antara BPBD, NGO dan

dunia usaha melakukan

tindakan penanggulangan

bencana.

Mercy Corps 2010 mengadakan upaya koordinasi dunia usaha dalam hal PB

Metode pembelajaran:

1. Wawancara dengan pihak terkait

2. Kunjungan lapangan

Produk pembelajaran:

Dihasilkan dokumen berisi usulan perbaikan untuk perkuatan BPBD yang

merupakan komplementer dari program CDSP yang saat ini dijalankan di

Sumentera Barat.

Pembuat usulan

Arwin Soelaksono (Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional)

Page 38: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

36 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Appendix 2

Program Pengembangan Kapasitas

Pada Masa Pemulihan Dini Sumatera Barat 2010

Dalam masa pemulihan dini setelah bencana gempa 30 September 2009,

sepanjang kurun waktu 2010 – 2011, telah dilakukan berbagai kegiatan

pengembangan kapasitas. Beberapa diantaranya berdasarkan Sugimin

Pranoto et.al, 2011[17] adalah sebagai berikut:

• Pelatihan untuk integrasi isu gender dalam penanganan bencana,

bagi staf BPBD, Kesbanglinmas dan LSM lokal.

• Pembentukan kelompok kerja gender, untuk mengawal dimuatnya

isu gender dalam perencanaan dan penganggaran pemerintah

daerah.

• Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Tingkat Dasar serta

Pelatihan PRB untuk Fasilitator. Pelatihan ini ditujukan untuk staf

BPBD, BAPPEDA, KESBANGLINMAS dan LSM lokal.

• Pelatihan koordinasi penanganan bencana bagi BPBD Provinsi

Sumatera Barat, BPBD Kabupaten, BAPPEDA dan KESBANGLINMAS

dari delapan kabupaten.

• Pelatihan Geographic Information System (GIS) dan Manajeme

Informasi untuk kegiatan kemanusiaan. Pelatihan ini diikuti oleh

BPBD provinsi Sumatera Barat, BPBD Kabupaten, BAPPEDA,

KESBANGLIMNAS serta Satuan Kerja Perangkat Daerah dari lima

Kabupaten / Kota yakni Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan

dan Dinas Kesehatan

Program pengembangan kapasitas ini merupakan kerjasama antara Tim

Pendukung Teknis (TPT) BNPB, BPBD Provinsi Sumatera Barat dan Early

Recovery Network (ERN) United Nations. Program-program di atas

dilaksanakan sepanjang tahun 2010 merupakan hanya sebagian dari

program-program pengembangan kapasitas di Sumatera Barat.

Organisasi lain yakni NGO internasional, nasional maupun lokal juga

menjalankan kegiatan sejenis meskipun penekanannya berbeda.

Namun hal ini membuat kegiatan menjadi makin beragam dan semakin

lengkap. Produk yang dihasilkan juga beragam misalnya diterbitkanya

Peta Evakuasi Tsunami Kota Padang. Peta ini merupakan buah dari

kerjasama dari beberapa orgnisasi diantaranya BPBD Kota padang,

[17] Lessons

Learned

Pembelajaran

Rehab Rekon

Pasca Gempa di

Sumatera Barat 30

September 2009

Building Back

Better, Sugimin

Pranoto et.al,

2011

Page 39: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

37 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

MercyCorps, GTZ, UK Aid dan lainya. Pelatihan juga dijalankan

mengambil tempat di daerah Kabupaten misalnya di Padang Pariaman

berupa pelatihan evakuasi tsunami yang merupakan kerjasama antara

Pemerintah Daerah, KOGAMI, MercyCoprs, sekolah-sekolah dan

masyarakat setempat.

Sepanjang masa pemulihan awal serta masa rehab-rekon ini terdapat

program-progam pengembangan kapasitas lainnya. Sehingga dapat

dikatakan BPBD baik di tingkat provinsi maupun kabupaten telah

mendapat cukup banyak persiapan untuk menjadi pemerintah dan

masyarakat yang senantiasa cakap dan siaga dalam menghadapi

bencana.

Page 40: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

38 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Appendix 3

Perkiraan Penyebab Banjir Bandang

Penyebab dari banjir bandang ini masih simpang siur dan mengandung

kontroversi. Beberapa pihak mengatakan bahwa banjir bandang

disebabkan oleh pembalakan liar (illegal logging). Namun pihak lainnya

tidak setuju dan menyatakan hal ini semata curah hujan yang tinggi.

Adapula pihak menyatakan bahwa penyebab banjir bandang adalah

penambangan batu-batu gunung untuk keperluan bahan konstruksi.

Namun apapun penyebabnya yang saat ini menjadi penting dilakukan adalah bagaimana mengantisipasi fenomena alam serupa agar tidak terjadi bencana alam yang sama. Perkiraan penyebab banjir bandang

Banjir bandang akan mungkin terjadi pada saat hujan yang sangat deras terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Kemungkinan besar hal ini bisa terjadi bila air hujan di hulu sempat tertahan oleh kondisi alam setempat. Kondisi ini bisa terbentuk karena banyaknya batang-batang pohon atau

bebatuan yang seolah membendung aliran air sungai. Bila karena besarnya tekanan air sudah tidak dapat ditahan oleh batang-batang pohon atau bebatuan tersebut, maka air dengan kekuatannya yang besar akan membawa material - material tersebut menuju hilir. Karena tarikan gravitasi maka kecepatan air dan material-material yang dibawanya akan semakin membesar. Karena kekuatannya air dan batang pohon serta

Gbr. 5. Perumahan di Batu Busuk, Kelurahan Limau Manis

Page 41: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

39 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

bebatuan bisa merusak badan sungai dan merusak pemukiman yang ada disepanjang tepian sungai, seperti terlihat pada gambar di atas.[18] Yang perlu dipelajari adalah apa yang sesungguhnya menyebabkan banjir

bandang ini. Bisa saja di hulu tidak ada kegiatan penebangan pohon.

Namun hal ini tidak serta merta berarti tidak ada pembalakan liar. Akibat

dari pembalakan liar bisa terjadi bertahun-tahun setelah kegiatan tersebut

dihentikan. Hal ini karena alam sangat lambat untuk meregenerasi dan

memulihkan keadaanya seperti semula. Untuk mengetahui apakah benar

telah terjadi pembalakan liar maka diperlukan rekaman luas dari keadaan

hutan dari rentang beberapa tahun sebelum kejadian banjir bandang ini.

Data dapat dicari di departemen kehutanan maupun foto udara.

Banjir bandang bisa juga terjadi karena ekosistem sungai rusak akibat

penambangan batu. Bentuk sungai yang stabil sejak berpuluh=puluh tahun

lalu tiba-tiba dalam waktu singkat menjadi berubah karena batu-batunya

diambil untuk kegiatan ekonomi. Hal ini mengakibatkan struktur tanah dan

sungai menjadi labil. Longsor dan pengikisan sungai mudah terjadi dan

menyimpan potensi bencana bila pemicunya yakni hujan deras dalam

waktu lama akan terjadi.

.

[18] Walikota Padang.

Bencana Alam Banjir

Bandang Di Kota

Padang 24 Juli 2012.

Paparan

Page 42: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

40 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Appendix 4

Banjir Bandang di Koto Kaciak dan Koto Gadang

Koto Kaciak dan Koto Gadang terletak di Kecamatan Tanjung Raya

Kabupaten Agam. Kedua daerah ini tidak mengalami kerusakan parah

akibat gempa 2009, hanya tampak beberapa rumah rusak. Didaerah ini

juga tidak ada longsor maupun masyarakat yang mengungsi seperti di

daerah kecamatan Tanjung Raya lainnya.

Pada bulan Agustus 2009 Koto Kaciak terkena banjir bandang. Selain air

yang deras mengenai pemukiman setinggi 1 meter, banjir ini juga

membawa bebatuan. Pada malam hari 30 September 2009 setelah gempa,

terjadi lagi banjir besar akibat hujan yang sangat deras pada malam itu.

Namun kali ini tanpa bebatuan pada aliran banjir tersebut. Namun pada

Koto Gadang yang jaraknya berdekatan dengan Koto Kaciak, pada malam

yang sama mengalami juga banjir bandang. Perbedaannya adalah banjir

tersebut membawa bebatuan dan batang-batang pohon.

Perbedaan diatas dapat dimengerti karena sungai yang melintasi Koto

Kaciak sudah dipenuhi bebatuan pada banjir terdahulu. Dengan dorongan

gravitasi dan air, bebatuan turun ke sungai Koto Gadang yang masih

kosong.

IASC Shelter Cluster mempelajari fenomena ini untuk mengerti apa yang

menjadi penyebab dari banjir bandang ini.[19] Dalam penelitian lapangan

diketahui di hulu sungai yakni di bukit, dahulunya terdapat danau kecil.

Gbr. 6. Bebatuan longsor yang mengisi badan sungai [19]

[19] IASC Shelter

Cluster. Flood

Affected Community:

Maninjau Field Visit –

20 April 2010 West

Sumatra Earthquake

Response

Page 43: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

41 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Gbr. 7. Bebatuan longsor yang mengikis badan sungai [20]

Pada saat gempa 6 Maret 2007 terjadi kelongsoran pada tebing yang

babatuannya mengisi danau kecil tersebut. Bila turun hujan biasa, danau

dan sungai masih dapat dengan mengalirkan air melalui badan sungai

secara normal. Pada hujan lebat di bulan Agustus 2009, maka danau kecil

dan badan sungai tidak mampu lagi menahan dan mengarahkan aliran air.

Tenaga yang dilepaskan oleh air tersebut membawa juga bebatuan dan

pohon-pohon yang tanahnya dikikis oleh aliran air banjir bandang. Banjir

bandang dengan material bebatuan dan pohon inilah yang masuk ke Koto

Kaciak.

Pada saat gempa bumi 30 September 2009, diperkirakan tanah dibukit

mengalami perubahan struktur tanah. Tanah menjadi lebih berongga

akibat getaran gempa. Malam hari setelah gempa, terjadilah hujan yang

lebat dan air ini segera mengisi rongga-rongga tanah tersebut. Tanah dan

bebatuan yang sudah menjadi labil akibat tekanan air hujan yang terus

menerus menjadi hilang keseimbangannnya dan mengalami longsor.

Longsoran tanah dan batu ini terbawa aliran air yang dibantu gravitasi

bergerak makin cepat ke arah Koto Kaciak dan Koto Gadang. Dalam

perjalanannya air dan bebatuan mengikis dinding sungai dan menyeret

pepohonan. Namun karena sungai di daerah Koto Kaciak telah dipenuhi

bebatuan maka material bebatuan tersebut mengarah ke sungai daerah

Koto Gadang.

Yang dipelajari dari fenomena ini adalah tebing-tebing dan daerah sungai

yang labil pada suatu kondisi maksimum akibat hujan lebat yang panjang

akan mengakibatkan banjir bandang. Kondisi labil ini bisa terjadi akibat

[20] Paul Sharpe.

Foto-foto diambil

April 2010

Page 44: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

42 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

gempa-gempa yang pernah terjadi baik yang terjadi pada tahun 2007

maupun 2009. Disinilah kewaspadaan seluruh elemen masyarakat untuk

terus memantau fenomena tanah dan sungai. Sehingga bila ditemukan

potensi bahaya bisa segera dilakukan perbaikan.

Page 45: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

43 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Page 46: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

44 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Referensi

AntaraNews.com. Galodo Terjang Ratusan Rumah di Empat Nagari. Selasa, 23 Maret 2010.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014 halaman 95.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014 halaman 9-25.

BPBD Kota Padang, Rekapitulasi Data Dampak Bencana Banjir Bandang Kota Padang 24 Juli 2012, data dikeluarkan tanggal 28 Juli 2012.

Gubernur Sumatera Barat. Dampak & Penanganan Darurat Banjir Bandang Kota Padang Selasa 24 Juli 2012. Paparan 27 Juli 2012.

IASC Shelter Cluster. Flood Affected Community: Maninjau Field Visit – 20 April 2010 West Sumatra Earthquake Response.

Irina Rafliana. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Wawancara pertelepon 28 Juli 2012.

Keterangan Suryadi, staff PUSDALOPS BPBD Provinsi Sumatera Barat.

Kliksumbar.com. Saudagar Emas Padang Bantu Korban Galodo. 26 Juli 2012. http://www.kliksumbar.com/berita-3317-saudagar-emas-padang-bantu-korban-galodo.html

Nova Ratnanto, Private Sector Care for Disaster Risk Reduction in West Sumatra, 28 Juni 2010. http://humanitarianpapers.blogspot.com/2010/06/private-sector-care-for-disaster-risk.html

Padang Ekspress, Awas Longsor-Galodo Mengintai. Gubernur: Perkuat Mitigasi di 13 Daerah. 23 Juli 2012.

Paul Sharpe. Foto-foto diambil April 2010.

PUSADALOPS Sumatera Barat, Tabel dan Informasi Kejadian Banjir dan Badai Kota Padang 24 Juli 2012.

Sugimin Pranoto et.al, Lessons Learned Pembelajaran Rehab Rekon Pasca Gempa di Sumatera Barat 30 September 2009 Building Back Better, 2011.

Walikota Padang. Bencana Alam Banjir Bandang Di Kota Padang 24 Juli 2012. Paparan.

Walikota Padang. Video paparan banjir bandang, 24 Juli 2012.

Page 47: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

45 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

DAFTAR SINGKATAN

AIFDR Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BASARNAS Badan SAR Nasional BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah CDSP Capacity Development Support Program CSR Corporate Social Responsibility ERN Early Recovery Network GIS Geographic Information System HT Handy Talkie IAI Ikatan Arsitek Indonesia IASC Inter-Agency Standing Committee ICT Information and Communication Technology KESBANGLINMAS Kesejateraan Pembangunan dan Perlindungan Masyarakat KOGAMI Komunitas Siaga Tsunami KSB Kelompok Siaga Bencana LSM Lembaga Swadaya Masyarakat NGO Non-Government Organization BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana PMI Palang Merah Indonesia POLRI Kepolisian Republik Indonesia POSKO Pos Komando PUSDALOPS PB Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana PUSDATINMAS Pusat Data dan Informasi BNPB TNI Tentara Nasional Indonesia TOR Term of Reference TPT Tim Pendukung Teknis UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

Page 48: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

46 Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Foto-foto pada sampul depan dan belakang berasal dari Paparan Walikota Padang Bencana Alam Banjir Bandang Di Kota Padang 24 Juli 2012.

Page 49: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

Arwin Soelaksono Konsultan Protokol Humanitarian dan Hubungan Internasional

AIFDR-BNPB

[email protected]

www.humanitarian-development.org

Wawan Budianto Konsultan Analis Pengurangan Resiko Bencana Propinsi Sumatera Barat

AIFDR-BNPB

[email protected]

Page 50: Pembelajaran Pasca Banjir Bandang 24 Juli 2012 Kota Padang

PEMBELAJARAN

PASCA BANJIR BANDANG

24 JULI 2012

KOTA PADANG