pembelajaran kimia model ctl (contextual … · kasus pembelajaran kimia pada materi bahan-bahan...

151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Kasus pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Kimia Oleh : ANITA DWI PUSPITASARI S 831002006 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: buinhi

Post on 02-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN

DAN INTERNET DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH

DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

(Studi Kasus pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas

VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan Kimia

Oleh :

ANITA DWI PUSPITASARI

S 831002006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Hidup adalah perjuangan

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari

hari ini

Sebenarnya kegagalan yang paling besar adalah apabila kita tidak pernah

mencobanya

Pasti ada jalan dalam setiap permasalahan, jangan pernah putus asa

Page 5: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:

1. ALLAH S.W.T, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

2. Drs.Mujiyono, M.S.I. dan Sri Sulastri, S.Pd terima kasih atas doa dan

dukungannya

3. Suami tercintaku yang selalu setia mendampingiku, terima kasih atas doa,

dukungan dan perhatiannya

4. Anakku, Farrel Muhammad Mumtaz, terima kasih atas dukungannya

5. Saudara-saudaraku Terima kasih atas semangatnya

6. Teman-teman Pendidikan Kimia Pascasarjana UNS angkatan februari 2010.

Terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.

Page 6: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Anita Dwi Puspitasari

NIM : S831002006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “PEMBELAJARAN

KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET DITINJAU DARI

SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA” (Studi Kasus pada Materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman

Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, Juni 2011

Yang Membuat Pernyataan

Anita Dwi Puspitasari

Page 7: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:

PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING) MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN DAN INTERNET

DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA. (Studi

Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010 /

2011 ) dengan baik.

Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak yang terkait, maka tidaklah mungkin tesis ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Sains,

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Dra Suparmi, MA. Ph.D. selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Prof. Dr. H. Ashadi selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini

5. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II dalam

penyusunan tesis ini

Page 8: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Bapak dan Ibu Dosen khususnya Program Studi Pendidikan Sains, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal

pengetahuan kepada penulis

7. Moh. Barki, S.Ag selaku Kepala MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri yang telah

memberikan ijin penelitian

8. Teman teman mahasiswa Program Pendidikan Sains, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan semua pihak yang tidak bisa kami

sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya tesis ini.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak

kekurangan. Maka demi sempurnanya penyusunan tesis ini kritik dan saran yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat

bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 9: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................................ iii

MOTTO............................................................................................................. .... iv

PERSEMBAHAN............................................................................................. .... v

SURAT PERNYATAAN.................................................................................. .... vi

KATA PENGANTAR............................................................................................... vii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL............................................................................................. .... xi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ..... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ..... xiv

ABSTRAK............................................................................................................. xvi

ABSTRACT...................................................................................................... .... xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................ 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH .................................................................. 6

C. PEMBATASAN MASALAH ................................................................. 7

D. PERUMUSAN MASALAH .................................................................... 8

E. TUJUAN PENELITIAN .......................................................................... 9

F. MANFAAT PENELITIAN ..................................................................... 10

Page 10: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS ...... ......................................................................................... 12

A. KAJIAN TEORI ....................................................................................... 12

1. Belajar dan Pembelajaran................................................................ 12

2. Teori-teori Belajar............................................................................. 14

3. Model Pembelajaran CTL ................................................................ 20

4. Media Pembelajaran ......................................................................... 28

5. Media Lingkungan ............................................................................ 34

6. Media Internet..................................................................................... 36

7. Sikap Ilmiah ...................................................................................... 38

8. Aktivitas Belajar Siswa.................................................................... 42

9. Prestasi Belajar.............................................................. ................. 44

10. Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari ................ 47

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ......................................................... 57

C. KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................... 60

D. HIPOTESIS .............................................................................................. 68

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 70

A. POPULASI PENELITIAN ..................................................................... 70

B. SAMPEL PENELITIAN ......................................................................... 70

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN............................................... 71

D. METODE PENELITIAN......................................................................... 72

E. VARIABEL PENELITIAN ..................................................................... 74

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA....................................................... 74

Page 11: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

G. INSTRUMEN ........................................................................................... 75

H. UJI COBA INSTRUMEN.................................................................. .. 75

I. TEKNIK ANALISIS DATA ................................................................... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 91

A. DESKRIPSI DATA.................................................................................. 91

B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS .............................................. 109

C. UJI HIPOTESIS ....................................................................................... 115

D. PEMBAHASAN....................................................................................... 122

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ................... 130

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................... 131

A. KESIMPULAN ........................................................................................ 131

B. IMPLIKASI ............................................................................................. 133

C. SARAN ..................................................................................................... 134

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 136

Page 12: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan harian materi bahan-bahan kimia dalam

kehidupan sehari-hari kelas VIII 3 tahun terakhir ................................. 5

Tabel 3.1. Jadwal penelitian...................................................................................... 71

Tabel 3.2. Desain faktorial ........................................................................................ 72

Tabel 3.3. Hasil uji validitas tes kognitif ................................................................. 77

Tabel 3.4. Indeks kesukaran tes kognitif.................................................................. 79

Tabel 3.5. Daya beda tes kognitif ............................................................................. 81

Tabel 3.6. Hasil uji validitas angket sikap ilmiah.................................................... 83

Tabel 3.7. Hasil uji validitas angket aktivitas belajar ............................................. 83

Tabel 3.8. Hasil uji validitas angket prestasi belajar afektif ................................... 84

Tabel 3.9. Desain anava 2x2x2 ................................................................................. 89

Tabel 4.1. Jumlah siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dan tinggi ............... 91

Tabel 4.2. Jumlah siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan tinggi ......... 93

Tabel 4.3.Prestasi Belajar kedua media (kognitif) .................................................. 94

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi prestasi belajar (kognitif) ..................................... 95

Tabel 4.5. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (kognitif) ................... 96

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi

(kognitif) ................................................................................................. 96

Tabel 4.7 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (kognitif).................. 97

Tabel 4.8. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi

(kognitif) ................................................................................................. 98

Tabel 4.9. Prestasi belajar model CTL media lingkungan dan internet (kognitif) 99

Page 13: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Tabel 4.10. Rata-rata prestasi belajar masing-masing kelompok (kognitif) ......... 101

Tabel 4.11. Prestasi Belajar kedua media (afektif).................................................. 102

Tabel 4.12. Distribusi frekuensi prestasi belajar (afektif)...................................... 103

Tabel 4.13. Prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif) .................... 104

Tabel 4.14. Distribusi frekuensi prestasi belajar sikap ilmiah rendah dan tinggi

(afektif) ................................................................................................... 104

Tabel 4.15 Prestasi belajar siswa aktivitas rendah dan tinggi (afektif) .................. 105

Tabel 4.16. Distribusi frekuensi prestasi belajar aktivitas rendah dan tinggi

(afektif) ................................................................................................... 106

Tabel 4.17. Prestasi belajar model CTL media lingkungan dan internet (afektif) 107

Tabel 4.18. Rata-rata prestasi belajar masing-masing kelompok (afektif) ........... 109

Tabel 4.19. Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif dan afektif ............ 111

Tabel 4.20. Hasil uji homogenitas Prestasi Belajar kognitif dan afektif ............... 114

Tabel 4.21. Analisis of Varians General Linier Model kognitif ............................. 115

Tabel 4.22. Analisis of Varians General Linier Model afektif ............................... 116

Page 14: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.Grafik distribusi frekuensi sikap ilmiah .............................................. 92

Gambar 4.2.Grafik distribusi frekuensi aktivitas belajar ....................................... 93

Gambar 4.3. Histogram prestasi belajar kedua media (kognitif) ............................ 95

Gambar 4.4. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (kognitif) ............................ 97

Gambar 4.5 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ..................... 99

Gambar 4.6. Histogram prestasi belajar kedua media (afektif) .............................. 103

Gambar 4.7. Histogram prestasi belajar sikap ilmiah (afektif) ............................... 105

Gambar 4.8 . Histogram prestasi belajar aktivitas belajar (kognitif) ..................... 106

Gambar 4.9. Uji normalitas prestasi belajar kognitif .............................................. 110

Gambar 4.10. Uji Normalitas skor sikap ilmiah ...................................................... 110

Gambar 4.11. Uji normalitas skor aktivitas belajar ................................................. 111

Gambar 4.12. Uji homogenitas Media terhadap prestasi (kognitif) ....................... 113

Gambar 4.13. Uji homogenitas sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ............. 113

Gambar 4.14. Uji homogenitas aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif) ....... 114

Gambar 4.15. Uji lanjut pengaruh metode terhadap prestasi (kognitif) ................ 118

Gambar 4.16. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ........ 118

Gambar 4.17. Uji lanjut pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi (kognitif).. 119

Gambar 4.18. Uji lanjut media dan sikap ilmiah terhadap prestasi (kognitif) ....... 112

Gambar 4.19. Uji lanjut pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi (afektif) ........... 118

Gambar 4.20. Uji lanjut pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi (afektif) .... 119

Page 15: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ................................................................................................... 139

Lampiran 2. RPP (CTL Media Lingkungan) .......................................................... 141

Lampiran 3. Lembar Kegiatan Siswa (Media Lingkungan) ................................... 147

Lampiran 4. RPP (CTL Media Internet) .................................................................. 152

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa (Media Internet) .......................................... 158

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba .............................. 162

Lampiran 7. Tes Prestasi Belajar Kognitif Uji Coba............................................... 165

Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Kognitif ............................................................... 171

Lampiran 9. Lembar Jawab Tes Kognitif ................................................................ 172

Lampiran 10. Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa Uji Coba ............................... 173

Lampiran 11. Angket Sikap Ilmiah Siswa ............................................................... 174

Lampiran 12. Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Kimia ........................................ 180

Lampiran 13. Angket Aktivitas Belajar ................................................................... 181

Lampiran 14. Kisi-kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif Uji Coba ................... 184

Lampiran 15. Angket Aspek Afektif ........................................................................ 185

Lampiran 16. Analisis ujicoba prestasi kognitif ...................................................... 190

Lampiran 17. Analisis ujicoba prestasi afektif ........................................................ 192

Lampiran 18. Analisis ujicoba angket aktivitas belajar siswa ................................ 194

Lampiran 19. Analisis ujicoba angket sikap ilmiah siswa ...................................... 195

Lampiran 20. Lembar Soal Tes Aspek Kognitif...................................................... 197

Lampiran 21. Angket Sikap Ilmiah Siswa ............................................................... 203

Page 16: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Lampiran 22. Angket Aktivitas Belajar ................................................................... 209

Lampiran 23. Angket prestasi belajar afektif........................................................... 212

Lampiran 24. Data Induk Penelitian......................................................................... 217

Lampiran 25. Gambar Kegiatan Pembelajaran ........................................................ 219

Page 17: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK

ANITA DWI PUSPITASARI, S831002006, ”Pembelajaran Kimia Model CTL (Contextual Teaching And Learning) Menggunakan Media Lingkungan dan Internet Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Aktivitas Belajar Siswa” (Studi kasus pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari pada kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan prestasi belajar

antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6) Interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011. Populasinya adalah siswa kelas VIII MTs Sudirman Ngadirojo, sampel diambil dengan sistem cluster random sampling, sebanyak 2 kelas. Kelas VIIIA menggunakan model CTL dengan media lingkungan dan kelas VIIIB menggunakan model CTL dengan media internet. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan metode tes, sedangkan sikap ilmiah siswa, aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar afektif menggunakan metode angket. Data dianalisis dengan Anova 2x2x2 dengan menggunakan software Minitab 16.

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model CTL media lingkungan dan model CTL media Internet, (2) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah, (3) Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah, (4) Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar, (5) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (6)Tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah siswa dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, (7) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar, Kata kunci: CTL (Contextual Teaching And Learning), Media Lingkungan, Media

Internet, Sikap ilmiah, Aktivitas Belajar, Prestasi belajar, Bahan-bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Page 18: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

ABSTRACT

Anita Dwi Puspitasari, (S831002006), ”Chemistry Learning with Contextual Teaching and Learning (CTL) Model Using Environment and Internet Media overviewed from the Scientific Attitude and Student Learning Activity”. (A Case Study on Chemical Materials in Daily Life for VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri, Academic Year of 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science Education Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, 2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Ashadi, Advisor II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd This research aims were to find out: (1) the diference of student achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media; (2) the diference of students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) the diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) interaction between learning media and scientific attitude toward students achievement; (5) interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) interaction among learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement. The research used experimental method and was conducted from November 2010 to March 2011. The population were the VIII graders of MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri. The samples were taken using cluster random sampling consisted of 2 classes, VIIIA and VIIIB. VIIIA was treated using CTL model with environmental media and VIIIB was treated using CTL model with internet media. The data was collected using test for cognitive achievement and questionnary for affective achievement, scientific attitude and Student Learning Activity. The data was analyzed using Anova 2x2x2 with Minitab 16 software. From the data analysis, it can be concluded that: (1) there was a diference of students achievement between the students who learnt using CTL model with environment and with internet media (2) there was a diference students achievement between the students who had high and low scientific attitude; (3) there was a diference of students achievement between the students who had high and low learning activity; (4) there was an interaction between learning media and scientific attitude on students achievement; (5) there was no interaction between learning media and students learning activity toward students achievement; (6) there was no interaction between scientific attitude and students learning activity toward students achievement; (7) there was no interaction between learning media, scientific attitude and students learning activity toward students achievement Keywords: CTL (Contextual Teaching And Learning), chemical material in daily

life, environmental media, internet media, scientific attitude, students learning activity, students achievement.

Page 19: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah salah satu usaha menumbuhkembangkan potensi sumber

daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sekarang

adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan selalu

dikaitkan dengan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa yang

diindikasikan dengan skor hasil tes. Kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari

kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kualitas pembelajaran

dapat dilihat dari aspek proses dan aspek hasil. Proses pembelajaran yang berhasil

apabila selama kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa menunjukkan aktivitas

belajar yang tinggi dan terlibat secara aktif, baik fisik maupun mental. Sedangkan

dari aspek hasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada siswa, serta

menghasilkan output dengan prestasi belajar yang tinggi. Untuk memperoleh

prestasi belajar yang tinggi, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

membenahi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Page 20: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait

dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal contohnya yang kita

kenal sebagai media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide

suara, video, multimedia interaktif, dan e-learning. Namun sesungguhnya hal

tersebut merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media

pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media

pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih

dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri,

bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam di lingkungan sekitar kita yang

dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman

tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan

para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal.

Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media

alat peraga tanpa perlu biaya mahal.

Internet (interconection and networking) adalah jaringan global yang

menghubungkan jutaan komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang

tersambung ke internet menyediakan informasi yang terbuka untuk umum, sehingga

pemakai internet akan dapat menghubungi banyak komputer kapan saja, dan di mana

saja di belahan bumi ini untuk mengirim berita, memperoleh informasi ataupun

mentransfer data.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa

untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat mengakses secara on-line dari berbagai

sumber perpustakaan, database, dan mendapatkan sumber tentang berbagai

Page 21: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

peristiwa, rekaman, laporan, data statistik, jurnal, artikel, dan sebagainya. Sebagai

media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di

sekolah, internet diharapkan mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya

proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang

dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang perlu didukung

oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan

dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai

kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas

dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka

mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Proses sains ialah cara bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta

mengembangkan pengetahuan tentang materi dan energi. Proses sains merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sains. Dalam mendapatkan scientific

knowledge itu para scientific bekerja dengan didasari rasa ingin tahu, kerendahan

hati, terbuka, penghindaran atas dogmatisme, keobjektifan, dan pendekatan positif

terhadap kegagalan. Semua itu merupakan sikap-sikap yang ditunjukkan dalam

proses sains yang biasa disebut sikap ilmiah.

Sikap ilmiah merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar. Dengan sikap ilmiah yang tinggi akan mendorong seseorang untuk

selalu ingin tahu pada hal-hal yang baru dan hal-hal yang ada disekitarnya. Dari rasa

ingin tahunya itu merangsang siswa untuk lebih memperhatikan dan kemudian

menimbulkan keinginan siswa untuk memberikan respon pada apa yang telah

diamatinya. Dalam penelitian ini menggunakan sikap ilmiah yang meliputi teliti,

Page 22: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

jujur, disiplin, menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, sikap

ingin tahu, bekerjasama, dan kritis.

Selain sikap ilmiah, ada faktor intern lain yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yaitu aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang

dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki

sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk

berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru.

Mempelajari kimia di tingkat SMP/MTs tidak harus di ruang kelas atau di

sekolah saja. Siswa juga tidak harus bergantung pada alat dan bahan peraga yang sulit

diperoleh dan mahal harganya. Namun lingkungan sekitar seperti di dalam rumah

siswa itu sendiri, di warung-warung/toko-toko di sekitar sekolah atau di sekitar

rumah, banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan media pembelajaran kimia.

Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran kimia di SMP/MTs harus selalu

dilakukan dan diprogramkan, karena sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Disamping

sebagai variasi dalam mengajar, siswa juga dapat mengenal lingkungan sekitar dan

memotivasi mereka untuk lebih menyukai mata pelajaran kimia.

Di MTs Sudirman Ngadirojo banyak dijumpai siswa yang mempunyai

keberagaman kemampuan intelektual dan kemampuan emosional siswa yang

merupakan masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang memiliki

kemampuan intelektual tinggi tentu memiliki daya nalar yang lebih baik, sehingga

akan lebih cepat memahami, menganalisa, melogika, mengevaluasi, dan

mengkonstruksi materi pelajaran.

Page 23: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Dari hasil pengamatan di MTs Sudirman Ngadirojo diketahui bahwa materi

pembelajaran kimia masih dianggap sulit dipelajari, pembelajaran kimia kurang menarik,

mata pelajaran kimia belum menjadi pilihan utama dalam belajar. Hal ini dapat

mengakibatkan prestasi belajar yang tidak maksimal. Ini tercermin dalam nilai rata-rata

ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari yang masih

dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata ulangan harian materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan harian materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari Kelas VIII 3 tahun terakhir

No Tahun Pelajaran

Nilai rata-rata Ulangan Harian

KKM Persentase siswa > KKM

Persentase siswa < KKM

1 2007/2008 5,4 6,5 30% 70%

2 2008/2009 5,7 6,5 32% 68%

3 2009/2010 5,6 6,5 31% 69%

Faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa, selain disebabkan

oleh faktor intern siswa, juga dipengaruhi oleh faktor ekstern siswa. Salah satunya

adalah proses pembelajaran yang kurang inovatif dan kurang menarik perhatian

siswa. Dalam melakukan pembelajaran, guru masih banyak yang melakukan

pembelajaran dengan metode ceramah yang menyebabkan terjadinya kejenuhan

siswa sehingga siswa banyak tidak memperhatikan guru. Selain itu, guru masih

kesulitan dalam mengaitkan konsep kimia dengan kehidupan sehari-hari yang

mereka alami atau di lingkungan sekitar.

Model CTL yang akan diterapkan dalam penelitian ini dilakukan dengan

pemberian tugas dengan mencari data-data yang diperlukan melalui media

lingkungan dan melalui media internet kemudian mendiskusikannya di dalam kelas.

Page 24: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Penelitian ini akan diterapkan kepada siswa MTs kelas VIII. Pembelajaran model

CTL merupakan salah satu model untuk siswa dapat lebih mudah memahami materi

yang disampaikan guru khususnya materi “Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari”, yang merupakan salah satu bentuk perubahan pola pikir yaitu suatu

inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori

secara mendalam melalui pengalaman belajarnya. Dengan demikian perlu dilakukan

penelitian dengan menggunakan pembelajaran model CTL pada materi “Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis dapat

mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rata-rata prestasi belajar kimia siswa masih rendah (belum memenuhi KKM).

2. Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam

pembelajaran kimia, misalnya CTL (Contextual Teaching and Learning), PBL

(Problem Based Learning), Inkuiri, namun masih banyak guru belum

memanfaatkan model pembelajaran tersebut.

3. Masih banyak guru yang belum menggunakan media pembelajaran yang

bervariasi, misalnya media lingkungan, internet, interaktif, flash, dan video.

4. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar misalnya

motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan awal, sikap ilmiah, interaksi sosial,

dan aktivitas belajar siswa tetapi guru banyak yang belum memperhatikan faktor

internal tersebut.

Page 25: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

5. Ada beberapa sikap ilmiah pada siswa diantaranya ketelitian, kejujuran,

kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, namun perbedaan tingkat sikap

ilmiah siswa belum diperhatikan oleh guru.

6. Perbedaan tingkat aktivitas belajar siswa antara satu dengan yang lain yang

belum diperhatikan oleh guru.

7. Prestasi belajar hanya dititik beratkan pada aspek kognitif saja, padahal prestasi

belajar terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotorik.

8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan di kelas VIII seperti partikel-partikel

materi, bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari, namun sebagian guru belum

mengajarkan materi secara bermakna yaitu mengaitkan materi-materi tersebut.

9. Dalam pembelajaran materi kimia kelas VIII, dimana materi satu dengan materi

yang lain saling terkait tetapi guru belum menunjukkan keterkaitan konsep-

konsep tersebut.

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan judul diatas dapat menimbulkan berbagai masalah dan jangkauan

penelitian yang sangat luas. Agar permasalahan dan ruang lingkup penelitian menjadi

jelas, maka penulis memberi batasan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching Learning)

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada media

internet dan media lingkungan

3. Sikap ilmiah dikategorikan menjadi tinggi dan rendah

4. Aktivitas belajar siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah

Page 26: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

5. Prestasi belajar adalah nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa sesudah

mengikuti proses belajar mengajar dan dibatasi aspek kognitif dan afektif

6. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan

model pembelajaran CTL dengan media lingkungan dan media internet?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi dan rendah?

3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas

belajar tinggi dan rendah?

4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

Page 27: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

5. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari?

7. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model

CTL, sikap ilmiah, dan aktivitas belajarterhadap prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang menggunakan model pembelajaran CTL

menggunakan media lingkungan dan internet.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah belajar tinggi dan

rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas tinggi dan rendah.

4. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan Sehari-hari.

Page 28: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

5. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan Sehari-hari.

6. Interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa

pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

7. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL, sikap ilmiah,

dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

F. MANFAAT PENELITIAN

Aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang yang sepantasnya mengharapkan

sesuatu yang berguna untuk kepentingannya. Demikian pula dalam penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, baik yang bersifat

teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi informasi yang tepat tentang penggunaan metode yang tepat dalam

pembelajaran kimia pada SMP/MTs khususnya pada materi Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

b. Sebagai alternatif metode yang tepat dalam upaya penerapan konsep Kimia

dalam Kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memilih metode yang tepat

dalam pembelajaran

Page 29: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b. Memberi sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran

c. Memotivasi pada pengajar untuk mengembangkan model dan metode

pembelajaran dengan menyesuaikan materi, situasi, dan kondisi belajar

Page 30: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran

Smaldino dalam bukunya menyebutkan bahwa: “Learning is the development

of new knowledge, skills, or attitude as an individual interacts with information and

the environment”. (2005: 6). Harold Spears dalam Sardiman (2001:45) menegaskan

bahwa : “ Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen, to follow direction”. Dari definisi diatas bahwa belajar mempunyai ciri yang

dapat diketahui yaitu adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

sebagainya. Belajar akan lebih baik hasilnya jika subyek belajar itu mengalami dan

melakukan sendiri.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan

dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit

(tersembunyi). Kegiatan belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling

bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar

dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.

Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan,

perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Para ahli psikologi

dan guru-guru pada umumnya memandang sebagai kelakuan yang berubah,

Page 31: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar

dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Piaget dalam Paul Suparno (2005:18-21) menegaskan bahwa “Pengetahuan

bukanlah tentang dunia dari pengamatan melainkan merupakan ciptaan manusia yang

dikonstruksikan dari pengalaman antar dunia sejauh yang dialaminya”. Proses

pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi

sehingga muncul suatu pemahaman yang baru. Pengetahuan itu ada dalam diri

seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan dari

otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus

mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-

pengalaman mereka.

Winkel (1996: 53) dalam bukunya Psikologi Pengajaran,”Belajar adalah suatu

aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,

dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Perubahan-perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula

menyempurnakan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa

hasil yang utama, dapat juga berupa hasil efek sampingan. Perubahan tersebut

meliputi perubahan bersifat internal (tidak langsung dapat diamati) seperti

pemahaman, sikap, dan bersifat eksternal (langsung dapat diamati) seperti

keterampilan motorik dan berbicara (verbal).

Definisi belajar dalam penelitian ini adalah belajar sebagai hasil usaha berpikir

kritis dari siswa dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru

Page 32: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

ketika ia belajar. Dengan memilih konteks secara hati-hati, siswa secara perlahan-

lahan digerakkan pemikirannya agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran

di lingkungan kelas saja, tetapi mengaitkan aspek-aspek pembelajaran itu dengan

kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat yang

lebih luas. Pengalaman belajar siswa tidak dikotak-kotakkan dalam silabus yang

terpisah-pisah. Karenanya, guru memilih konteks dan merancang pembelajaran yang

kondusif untuk belajar, yaitu yang terintegrasi (saling berkaitan), interdisipliner

(dipandang dari berbagai bidang ilmu), dan mencerminkan situasi kehidupan nyata.

2. Teori-teori Belajar

Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses memfungsikan

unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus

yang datang dari luar, hal ini berati aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses

internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Psikologi kognitif mengatakan

bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya,

melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa

kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan

pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.

Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai

berikut: siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.

Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu, anak usia

pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika

menggunakan benda-benda konkrit, keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar

Page 33: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi

dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, untuk

menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau

informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar, pemahaman

dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola

atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks, belajar memahami akan lebih

bermakna daripada belajar menghafal, adanya perbedaan individual pada diri siswa

perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa.

Beberapa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran model Contextual

Teaching and Learning (CTL) :

a. Teori Belajar Piaget

Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis

dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang

dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut

Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis

yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang

satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung

kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan

seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya.

Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon

lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang

dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru

Page 34: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah

proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara

tidak langsung. Selanjutnya dalam proses perkembangan kognitif seseorang

diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keadaan ini disebut

dengan equilibrium. “Pada bagian lain Slavin menegaskan bahwa teori

perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan

kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna

dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi

mereka”.

Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan secara terus-

menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru.

Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah

pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan

secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu syarat keanggotaan

kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam

kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas

kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang

mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas.

Dalam pembelajaran model CTL, salah satu komponen utamanya adalah

konstruktivisme (constructivism), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit),

dan tidak secara tiba-tiba. Manusia harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya

Page 35: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dengan memberikan pembelajaran melalui pengalaman nyata. Hal ini sesuai dengan

teori Piaget.

b. Teori belajar Ausubel : Teori Belajar Bermakna

Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan

mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran

yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada

dalam struktur kognisi siswa. “Langkah-langkah yang biasanya dilakukan guru untuk

menerapkan belajar bermakna Ausubel adalah sebagai berikut: Advance organizer,

Progressive differensial, integrative reconciliation, dan consolidation” . 1) Advance

organizer: penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa. Diharapkan

siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui

sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru, 2) Progressive Differensial:

materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal

atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai

dengan contoh-contoh, 3) Integrative reconciliation: penjelasan yang diberikan oleh

guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui

dengan konsep yang baru saja dipelajari, 4) Consolidation: pemantapan materi dalam

bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih

paham dan selanjutnya siap menerima materi baru”. Siswa harus mampu mengaitkan

antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya,

sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Jadi pengetahuan yang sudah

dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.

Page 36: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Keterkaitan teori belajar bermakna dengan pembelajaran model CTL adalah

bahwa model CTL mengajak siswa untuk belajar secara bermakna, yaitu mengaitkan

materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata.

c. Teori Belajar Bruner (Penemuan)

Menurut Ratna Wilis (1989:97), Bruner merupakan ahli psikologi

perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Dalam mempelajari manusia, ia

menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta. Bruner tidak

mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya adalah

cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan

informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari belajar.

Pendekatan Bruner dalam belajar berupa pendekatan kategorisasi,

menyederhanakan terhadap apa yang dipelajari berdasarkan setiap obyek, benda

ataupun gagasan. Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan

kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean (coding). Berbagai

kategori saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai

model yang unik tentang alam. Dengan mengubah model unik setiap individu maka

model belajar baru dapat terjadi. Pengubahan tersebut dengan mengubah kategori-

kategori, menghubungkan kategori-kategori dengan suatu cara baru, atau menambah

kategori-kategori baru. Anak sebagai sosok yang aktif mampu menyelesaikan suatu

masalah sendiri yang mempunyai keunikan sendiri dalam memahami setiap masalah.

Akhirnya Bruner dalam Ratna Wilis (1989:100), menyimpulkan bahwa

pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengolahan informasi, bahkan bukan

penerapan “teori belajar” di kelas atau menggunakan hasil ujian prestasi, yang

Page 37: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

berpusat pada mata pelajaran, melainkan pendidikan merupakan usaha yang

kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan si pembelajar, dan

meyesuaikan si pembelajar dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan.

Melalui metode pemberian tugas melalui media lingkungan maupun internet, yang

didalamnya anak melakukan proses pencarian informasi dan memperoleh data, maka

anak diharapkan bisa menemukan konsep tentang apa yang dipelajarinya.

d. Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses

pembentukan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat :

Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi

pengetahuan yaitu; 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan

kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu

pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58).

Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan

memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah

kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya.

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang

yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman

baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat

mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin

Page 38: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan

pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah

memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar

konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,

melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama

dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih

untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,

kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

3. Model Pembelajaran CTL

Di zaman reformasi dewasa ini sangat diperlukan kemampuan berpikir kritis

dan imajinatif, kemampuan menganalisis fakta, menilai logika, dan melahirkan

kemungkinan-kemungkinan imajinatif atas ide-ide tradisional. Berpikir kritis dan

kreatif memungkinkan siswa mengkaji masalah-masalah secara sistematis, ditantang

untuk mencari cara-cara yang terorganisasi dengan baik dalam memecahkan suatu

masalah, dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang inovatif dan dapat

merancang pemecahan masalah secara tepat. Berpikir kritis bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang paling lengkap. Berpikir kritis membantu siswa

memahami bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri, bagaimana mereka

melihat dunia yang seluas ini, dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang

Page 39: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

lain. Itulah sebabnya, berpikir kritis menjadi salah satu prinsip yang mendasar dalam

pembelajaran kontekstual.

Contextual teaching and learning is defined as a conception of teaching and

learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations

(United Stated Departement of Education Office of Vocational and Adult Education,

2001). Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan

siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

ketrampilan baru ketika ia belajar.

USA Today (2006) has teamed with the Ohio State University’s College of Education to help prepare teachers to use Contextual Teaching And Learning strategies. The three benefits as given on USA Todays website are as follows: (a) students are more responsive when using their knowledge and skills in real world situations; (2) students are more likely to engage in their own learning if it applies directly to their lives as family members, citizens, and present/future workers; and (c) parents, students, and community members can all use and relate to these ideas. Pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari kerangka pendidikan yang

dapat digunakan untuk membantu siswa membuat pembelajaran menjadi lebih

bermakna bagi siswa. Guru memiliki konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa

dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan

dimana anak itu hidup serta budaya yang berlaku dalam masyarakat. Jadi penyajian

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap yang ada dalam silabus

dilakukan dalam keterkaitan apa yang dipelajari dalam kelas dengan kehidupan

sehari-hari siswa.

Page 40: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran

produktif, yakni:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi).

Model CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara tiba-

tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu memberi

makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan

dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa

harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,

dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar

itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan

“menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri

pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi

pusat kegiatan, bukan guru.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum

obyektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan

konstruktivis, “Strategi memperoleh pengalaman dan pengetahuan” lebih diutamakan

dibandingkan banyaknya pengetahuan yang diperoleh siswa. Untuk itu, tugas guru

Page 41: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) Menjadikan pengetahuan bermakna

dan relevan bagi siswa, 2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan

menerapkan idenya sendiri, 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka

sendiri dalam belajar.

Secara umum peran guru dalam pembelajaran yang konstruktif sebagai

fasilitator dalam penyusunan pengetahuan siswa. Siswa dimotivasi untuk menyusun

sendiri pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Menurut DEPDIKNAS

(2002:20-22) peran guru dalam pembelajaran konstruktivisme sebagai: 1) presenter,

2) pengamat, 3) pengaju pertanyaan dan masalah, 4) pengorganisasi lingkungan, 5)

koordinator hubungan kemasyarakatan, 6) pencatat kegiatan belajar siswa, dan 7)

penyusun teori.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman

berkembang semakin kuat, apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut

Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak

yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap

pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam

otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia

melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur

pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah

ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasikan

untuk menampung dan menyesuaikan dengan lahirnya pengalaman baru.

Pada umumnya, para pendidik telah menerapkan filosofi ini dalam

pembelajaran sehari-hari, yaitu pada saat merancang pembelajaran dalam bentuk

Page 42: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,

mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus selalu

merancang kegiatan yang menunjuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang

diajarkannya.

Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri, diantaranya pendapat Bruner yang dikutip oleh Tabrani Rusyan

(1989:177) adalah: 1) Stimulation, guru memulai pembelajaran dengan mengajukan

pertanyaan, mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca dan

menguraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan, 2) Problem statement,

peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan sebanyak

mungkin, memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk

dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan atau hipotesis, 3) Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan

untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,

mengamati obyeknya, mewawancarai nara sumber dan sebagainya, 4) Data

processing, semua informasi (hasil pengamatan, bacaan, wawancara, dan

sebagainya) tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasikan, dan jika perlu

dilakukan hitungan dengan cara tertentu, serta ditafsirkan dengan taraf kepercayaan

Page 43: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

tertentu, 5) Verification, berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi

yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan dahulu itu dicek,

apakah terjawab atau tidak, 6) Generalization, tahap selanjutnya berdasarkan

berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar menarik generalisasi atau

kesimpulan tertentu.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu bermula dari “bertanya”.

Sebelum tahu tentang bahan kimia, seseorang bertanya” apa yang dimaksud dengan

bahan kimia itu?”. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran

yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru

untuk mendorong, membimbing, dan menilai kreatifitas siswa. Bagi siswa, kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang

berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah

diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

Dalam pembelajaran, bertanya bermanfaat untuk: 1) menggali informasi, baik

administrasi maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan

respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5)

mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa

pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) untuk membangkitkan lebih banyak

pertanyaan yang lain dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Hampir semua aktifitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa

dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang lain yang

didatangkan ke kelas dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa

Page 44: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-

lain. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk “bertanya”.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seseorang anak tidak tahu cara

menggunakan suatu alat di laboratorium, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana

caranya menggunakan alat ini?Tolong beritahu aku!”. Lalu temannya yang sudah

tahu, menunjukkan cara memakai alat itu. Dari contoh tersebut diatas, dua anak

tersebut sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara

yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada diluar kelas,

anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok

yang anggotanya heterogen. “Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses

komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang

terlihat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat

dalam kegiatan masyarakat belajar, informasi yang diperoleh teman berbicaranya dan

sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila ada pihak yang dominan dalam

komunikasi, tidak ada yang merasa segan bertanya, atau hanya mendengarkan. Setiap

pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau

keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang mau belajar dari

orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap

Page 45: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan

teknik “learning community” ini sangat membantu proses pembelajaran dikelas.

Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam hal: 1) pembentukan kelompok kecil

dan kelompok besar, 2) mendatangkan “ahli” ke kelas (tokoh, dokter, petani, tukang

dan sebagainya), 3) bekerja dengan kelas sederajat, 4) bekerja kelompok dengan

kelas diatasnya, 5) bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung,

sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan

sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru

memberi “model” tentang bagaimana cara belajar.

Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi

contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai

model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi

yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke

belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima,

dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.

Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari,

Page 46: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-

lain.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Tes tetap dilaksanakan, sebagai salah satu sumber untuk melihat kemajuan

belajar siswa, termasuk ujian nasional. Tetapi untuk mengumpulkan data kemajuan

belajar dalam CTL tidak hanya menggunakan tes. Nilai siswa yang utama diperoleh

dari penampialn siswa sehari-hari ketika belajar. Apakah ia sudah belajar dengan

keras? Bagaimana hasil karyanya? Bagaimana cara menyampaikan ide, berdiskusi,

mengerjakan tugas-tugas? Bagaimana partisipasinya dalam bekerja kelompok?

Bagaimana hasil kerja kelompoknya? Bagaimana buku catatan sekolahnya? Semua

itu adalah sumber penilaian yang autentik dan nyata.

Jadi model pembelajaran CTL yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran yang mengacu pada ke tujuh pilar pembelajaran berbasis CTL, yaitu: 1)

Konstruktivisme (Constructivism), 2) Menemukan (Inquiry), 3) Bertanya (Questioning),

4) Masyarakat Belajar (Learning Community), 5) Pemodelan (Modelling), 6) Refleksi

(reflection), 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment).

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.

(Bovee, 1997:23). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan

digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses

komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa,

Page 47: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan

pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, diantaranya

adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan

dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu

pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-

bentuk stimulus yang dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran adalah suara,

lihat, dan gerakan.

Secara umum, substansi dari media pembelajaran adalah: 1) bentuk saluran

yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada

penerima pesan atau pembelajar, 2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan

pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, 3) bentuk alat fisik

yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar, dan 4)

bentuk-bentuk komunikasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar, baik

cetak maupun audio, visual, dan audio-visual.

b. Tujuan dan Manfaat Media pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah : 1)

Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efisiensi proses

pembelajaran, 3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar,

dan 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran

adalah : 1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya,

sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar

Page 48: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menguasai tujuan pengajaran dengan baik, 3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak

semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar,

pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga, 4) Pembelajar lebih

banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari

pengajar saja, tetapi juga aktifitas lain yang dilakukan seperti: mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Selain itu manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar, adalah :

1) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu: a) Memberikan pedoman, arah

untuk mencapai tujuan, b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,

c) Memberikan kerangka secara sistematis mengajar secara baik, d) Memudahkan

kendali pengajar terhadap materi pelajaran, e) Membantu kecermatan, ketelitian

dalam penyajian materi pelajaran, f) Membangkitkan rasa percaya diri seorang

pengajar, dan g) Meningkatkan kualitas pengajaran. 2) Manfaat media pembelajaran

bagi pembelajar, yaitu: a) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar, b)

Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar, c) Memberikan struktur

materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar, d) Memberikan inti

informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk

belajar, e) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis, f) Menciptakan

kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan g) Pembelajar dapat memahami materi

pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.

c. Pertimbangan Pemilihan Media

Setelah mengetahui tujuan dan manfaat media pembelajaran, langkah

selanjutnya adalah menentukan pilihan media yang akan digunakan dalam proses

Page 49: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pembelajaran di kelas. Pertimbangan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai

dengan: 1) Tujuan pengajaran, 2) Bahan pelajaran, 3) Metode mengajar, 4) Tersedia

alat yang dibutuhkan, 5) Pribadi pengajar, 6) Minat dan kemampuan pembelajar, dan

7) Situasi pengajaran yang sedang berlangsung,

Keterkaitan antara media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan

kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk

memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga

media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki

hubungan secara timbal balik dengan empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-

alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan

empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media lingkungan dan

media internet untuk dua kelas yang berbeda. Peneliti memilih media lingkungan dan

media internet karena disesuaikan dengan karakteristik materi bahan ajar yaitu

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Materi tersebut dapat diperoleh

dalam lingkungan kehidupan siswa itu sendiri, maupun dapat di download oleh siswa

melalui internet.

5. Media Lingkungan

Masih banyak orang beranggapan bahwa media pembelajaran selalu terkait

dengan teknologi tinggi, elektronika, digital dan biaya mahal contohnya yang kita

Page 50: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

kenal sebagai media pembelajaran adalah media cetak, transparansi, audio, slide

suara, video, multimedia interaktif, e-learning. Namun sesungguhnya hal tersebut

merupakan pemikiran yang sempit dalam memaknai arti dari sebuah media

pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media

pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih

dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri,

bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam dilingkungan sekitar kita yang

dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman

tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan

para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal.

Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media

alat peraga tanpa perlu biaya mahal. Beberapa benda dilingkungan kita dapat

dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung (by

utility resources) , ataupun yang dirancang terlebih dahulu (by design resources ) dan

dapat pula dengan cara rekayasa media.

1) Pengertian lingkungan sebagai sumber belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai

bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang

terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini

cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain,

range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau

segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan

bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan

Page 51: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup

lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik

(benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita

merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian

proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di

lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara

sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin

memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas

oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat

mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya

untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan

akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang

sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan

modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar

(learning society) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya

nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam

pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan.

Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru

untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman

padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh

pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru

dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas

Page 52: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah

tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan

sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan.

Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas

dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta

intelektual. Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau

ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan

kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan

lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami.

Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan

semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna

secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.

2) Keuntungan memanfaatkan media lingkungan

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak

keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain : 1) Menghemat biaya,

karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, 2) Memberikan

pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik,

3) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda

tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai

dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), 4) Pelajaran lebih

aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan

kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering

Page 53: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari, 5)

Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media

lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau

peristiwa sesungguhnya secara alamiah, 6) Lebih komunikatif, sebab benda dan

peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa,

dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat

tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita

untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai

jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita

manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal

memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan

menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan

kita ajarkan.

3) Prinsip-prinsip Rekayasa Media Pembelajaran

Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-

benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar.

Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum

dapat kita pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya

berupa alat peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di

lingkungan kita. Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada

beberapa prinsip pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu : 1) Media yang dibuat

harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya, 2) Dapat membantu

Page 54: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang

abstrak, 3) Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri), 4) Media yang

dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang

membahayakan siswa, 5) Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan

kemenarikan, 6) Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru

maupun siswa, 7) Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih

agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah, 8) Jenis

media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik.

Pada penelitian ini, media lingkungan digunakan sebagai wahana siswa untuk

mencari/menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru di sekolah. Dalam hal

ini tugas yang menyangkut materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

6. Media Internet

a. Perkembangan Internet

Perkembangan teknologi informasi telah terjadi dan membawa perubahan dan

beberapa pergeseran mendasar dan drastis paradigma dunia pendidikan.

Perkembangan pesat di dunia teknologi informasi khususnya internet, yang akhirnya

akan mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang dapat menembus batas dimensi

ruang, birokrasi, kemapanan, dan waktu. Kita perlu menyadari bahwa di internet

bukan hanya ilmu pengetahuan yang dapat ditransmisikan pada kecepatan tinggi,

akan tetapi juga data dan informasi lain.

Page 55: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Sumber ilmu pengetahuan yang selama ini dianggap terpusat pada institusi

pendidikan formal konvensional, mungkin saja akan bergeser. Sumber ilmu

pengetahuan akan tersebar dimana-mana dan setiap orang akan dengan mudah

memperoleh pengetahuan tanpa kesulitan karena diperoleh melalui sarana internet

dan media informasi lainnya. Paradigma ini dikenal sebagai distributed intelligence

(distributed knowledge) dan dengan paradigm ini, tampaknya fungsi

pengajar/guru/dosen lembaga-lembaga pendidikan yang akhirnya akan beralih dari

sebuah sumber ilmu pengetahuan menjadi mediator dari ilmu pengetahuan. Kondisi

ini, mengharuskan para pengajar harus memiliki kemampuan dan kesempatan untuk

menyesuaikan, mengakses dan dapat menggunakan sarana tersebut sebagai media

pembelajaran.

Sekarang ini dengan semakin bertambahnya sekolah yang tergabung dalam

komunitas pendidikan, dan semakin bertambahnya warnet-warnet sebagai sarana

mempercepat informasi dan seiring dengan bertambahnya rumahtangga yang

memiliki komputer yang terhubung ke internet, maka kesempatan bagi pembelajar

untuk memanfaatkan internet juga semakin tinggi. Dari sini, dapat diasumsikan

bahwa peluang memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan dan keperluan

proses pembelajaran di lingkungan sekolah di Indonesia menjadi hal mungkin dan

layak untuk dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan.

b. Internet sebagai Media Pembelajaran

Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan semakin meluas terutama di

negara-negara maju, sebab dengan media internet dimungkinkan diselenggarakannya

proses pembelajaran yang lebih efektif. Hal itu dapat terjadi karena sifat dan

Page 56: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

karakteristik internet cukup khas, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai

media pembelajaran sebagaimana media lain yang telah dipergunakan sebelumnya

seperti radio, televisi, video, cdroom interaktif, dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses

pembelajaran di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi

terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pengajar dengan pembelajar

sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang

harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi

pembelajaran yang akan dikembangkan. Secara sederhana, dapat diartikan sebagai

kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak pembelajar untuk mengerjakan

tugas-tugas dan membantu peserta dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan

dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Pada penelitian ini, media internet digunakan sebagai wahana siswa untuk

mencari/menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru di sekolah. Dalam

hal ini tugas yang menyangkut materi bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-

hari.

7. Sikap Ilmiah

Kumpulan pengetahuan atau produk sains itu berupa fakta, generalisasi, teori,

dan lain sebagainya. Kumpulan fakta saja, seperti misalnya susunan alat pendengaran

manusia, susunan udara, serta massa jenis berbagai zat, bukanlah sains sebagai

tumpukan batu bata itu bukan rumah. Keterkaitan fakta dengan fakta yang

membentuk suatu generalisasi yang memiliki ruang terapan yang luas serta daya

Page 57: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

ramal yang teliti merupakan inti hasil usaha manusia di dalam mengembangkan ilmu

sains khususnya kimia.

Menurut Unesco Handbook for Science Teachers, dijelaskan bahwa Science is

what scientist do. Sains itu adalah apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan. Adapun

yang dikerjakan oleh para ilmuwan meliputi dua hal, pertama adalah mengumpulkan

pengetahuan ilmiah sehingga menjadi body of scientific knowledge (sains sebagai

kumpulan pengetahuan), dan yang kedua adalah suatu proses untuk mendapatkan

scientific knowledge itu (Sowondo, 2004:3).

Sains sebagai proses untuk mendapatkan scientific knowledge dikenal sebagai

metode ilmiah, yang di dalam kepustakaan sains elementer dikenal sebagai proses

sains, antara lain: mengamati, mengklasifikasikan, berkomunikasi, mengambil

keputusan atau kesimpulan dari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan

pemahaman akan alam dan membangun sesuatu dari data: prinsip, hokum, teori.

Proses sains ialah bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta

mengembangkan pengetahuan tentang dunia kebendaan. Proses sains merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari sains. Dalam mendapatkan scientific knowledge

itu para saintis bekerja dengan didasari rasa ingin tahu, kerendahan hati, terbuka,

penghindaran atas dogmatisme, keobyektifan dan pendekatan positif atas kegagalan.

Sikap ilmiah yang ditunjukkan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan

pengetahuan dalam sains antara lain:

a. Rasa ingin tahu akan gejala alam

Sains muncul karena dorongan dan kebutuhan manusia yang menggerakkan

untuk mencari jawaban yang masuk akal atas berbagai pertanyaan. Motivasinya kira-

Page 58: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

kira sama seperti anak-anak senang menemukan kilapan, warna, ukuran, dan berat

pasir dipantai, atau dikotak tempat pasir karena pasir itu menarik baginya. Saintis

mempelajari keajaiban-keajaiban di alam ini karena gejala-gejala itu merangsangnya.

Keterlibatan dinamis para saintis ini dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah

atau pertanyaan menjadi pendorong bagi kegiatan-kegiatan penelitiannya. Tanpa

sikap ingin menemukan suatu penemuan, tidak akan ada penyelidikan ilmiah. Bagi

seorang saintis, tidaklah penting penerapan penemuan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan mungkin banyak yang tidak tahu kegunaan hal-hal yang ditemukannya.

Dorongan untuk menemukan sesuatu yang baru hanyalah dari kesenangan ketika

menemukan hal yang baru.

Karena haus akan pengetahuan, saintis menjadi orang yang terus belajar. Ada

suatu dorongan kuat untuk mengetahui dan setelah ia tahu maka ia makin

mengetahui bahwa pengetahuan sangat terbatas. Ini menimbulkan sikap rendah hati

dan tidak mudah percaya.

b. Sikap rendah hati

Sikap rendah hati yaitu bebas dari kesombongan dan keangkuhan, timbul pada

diri seorang saintis sebagai akibat dari semakin luasnya cakrawala ilmu yang

dihadapinya dan sebagian dari pengamatannya terhadap manusia dan kecenderungan

tingkah laku manusia. Seorang saintis selalu berusaha menghindarkan diri dari

menerima sesuatu secara membuta dan tanpa bertanya.sikap tak mudah percaya

merupakan sikap penting saintis. Ia harus berusaha agar pikirannya tidak terkekang

oleh pemikiran alternatif atau pemikiran lain. Atau, jika disuguhkan suatu pemikiran

alternatif, ia mencoba menilai pemikiran itu secara obyektif. Kepatuhan yang bersifat

Page 59: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mutlak tidak sesuai dengan pemikiran ilmiah. Orang yang dogmatis, yang suka

menonjolkan diri, dan yang secara apriori menantang buah pikiran yang lain daripada

buah pikiran sendiri, bukanlah seorang saintis, sebab pikirannya sudah tertutup bagi

sesuatu yang baru. Di pihak lain, seorang saintis tidak mudah terpengaruh oleh

gagasan atau aliran baru.

Kegagalan memungkinkan saintis mengetahui hal-hal yang sudah dicoba untuk

menghindari kesalahan di masa yang akan datang dan untuk maju kea rah yang baru.

Dapat dikatakan bahwa saintis itu pada akhirnya sampai pada sukses dari kegagalan-

kegagalan sehari-hari.

c. Keobyektifan

Seorang saintis harus senantiasa menjaga agar tidak terlalu terpengaruh oleh

perasaannya sendiri dan berusaha mengambil sikap yang obyektif agar dapat

menemukan beberapa kebenaran tentang alam ini. Seseorang yang ilmiah dan

obyektif berusaha mengambil sikap terbuka dengan mempertimbangkan data,

sekalipun data ini bertentangan dengan harapannya. Mendasarkan keputusannya atas

bukti-bukti, tidak membesar-besarkan sesuatu lebih dari yang sebenarnya ada, dan

menunda memberikan pertimbangan sebelum ia mempunyai cukup data untuk hal

tersebut.

Sikap ilmiah yang ditekankan pada penelitian ini meliputi: teliti, jujur, disiplin,

menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, sikap ingin tahu,

bekerjasama, dan kritis. Untuk penilaian sikap ilmiah dilakukan dengan angket,

sedangkan unsur-unsur yang dinilai dari sikap ilmiah adalah teliti, jujur, disiplin,

Page 60: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat/ide, sikap ingin tahu,

bekerjasama, dan kritis.

8. Aktivitas Belajar Siswa

Montessori dalam Sardiman A.M (1994:95) menegaskan bahwa “anak-anak

memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan

berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak

didiknya”. Pernyataan Montessori tersebut memberikan petunjuk bahwa yang lebih

banyak melakukan aktifitas didalam pembentukan diri anak adalah anak itu sendiri,

sedangkan pendidik hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala

kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M,

(1994:95) memberikan penjelasan bahwa “kegiatan belajar segala pengetahuan harus

diperoleh dari pengamatannya sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,

dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang dibuat sendiri, baik secara rohani

maupun teknis”. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif

sendiri, tanpa adanya aktifitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dari beberapa pendapat diatas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar

siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri,

pengalaman sendiri, menyelidiki sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas

yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan

pengamatan dari guru. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa dalam

Page 61: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas jasmani

meliputi: melakukan percobaan, berkebun, dan lain-lain.

Aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja.

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Paul B.Dierich

dalam Sardiman A.M (1994:99) berpendapat bahwa :

Daftar aktivitas belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut: a. Visual

activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, percobaan; b. Oral activities,

seperti menyatakan, bertanya, membaca saran; c. Listening activities, seperti

mendengarkan percakapan, diskusi, pidato, musik; d. Writing activities, seperti

menulis cerita, laporan, angket, menyalin; e. Drawing activities, seperti

menggambar, membuat grafik, peta, diagram; f. Mental activities, seperti mengingat,

memecahkan soal, menganalisis; g. Emotional activities, seperti menaruh minat,

berani, tenang, bersemangat”.

Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah: siswa bertanya jika ada hal

yang kurang jelas kepada guru, siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru,

siswa memberi perhatian selama presentasi kelas, siswa memberikan perhatian

selama presentasi kelompok, siswa mendengarkan penjelasan dari guru, siswa

mendengarkan penjelasan dari teman yang sedang presentasi, siswa menulis hasil

pemecahan masalah dalam diskusi, siswa menulis jawaban soal pada papan tulis

tanpa ditunjuk, siswa aktif berdiskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru, siswa memberikan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah dalam

diskusi kelompok.

Page 62: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Untuk menentukan tingkat aktivitas belajar siswa digunakan dua cara untuk

menyaring data, yaitu: dengan pengisian angket (angket yang digunakan berupa

pertanyaan tertutup dan terdiri dari 20 pertanyaan) dan observasi dalam

pembelajaran. Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan

seseorang dalam sesuatu hal. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi

terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai

umpan balik dalam pembinaan, observasi perilaku disekolah dapat dilakukan dengan

menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan

peserta didik selama di sekolah. Skala yang digunakan untuk mengukur aktivitas

belajar adalah skala interval. Tingkat aktivitas belajar siswa digolongkan menjadi 2

kategori, yaitu aktivitas belajar tinggi dan aktivitas belajar rendah yang diukur

sebelum dilakukan penelitian.

9. Prestasi Belajar

Menurut Poerwodarminto (1994:123) prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai/dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, hasil

belajar dinyatakan dengan prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dapat diperoleh

dengan melakukan evaluasi. Evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan

untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar atau prestasi belajar siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan.

Tujuan pendidikan dapat digolongkan berdasarkan taksonominya. Menurut

Bloom dalam Gulo (2004:50), hasil belajar dapat dibedakan dalam tiga ranah, yaitu

Page 63: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Rumusan tujuan pendidikan

yang berlaku dalam sistem pendidikan nasional baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah

afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari aspek penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak, yang terdiri dari aspek gerakan reflex,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketetapan,

gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interperatif.

Proses belajar akan menghasilkan produk berupa hasil belajar yang dinyatakan

dengan prestasi belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa diperlukan evaluasi

atau penilaian. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

bermakna dalam mengambil keputusan prestasi belajar siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran atau kompetensi tertentu.

Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi, yaitu

peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau

sekelompok peserta didik yang dinilai. Penilaian merupakan bagian dari proses

pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih

berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya

atau kompetensi yang siswa miliki. Siswa yang mendapat nilai tinggi akan terus

Page 64: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

terpacu untuk mendapatkan nilai yang lebih sedangkan siswa yang belum

mendapatkan nilai yang diharapkan akan selalu termotivasi untuk memperbaiki

sehingga bisa berhasil mencapai standar kompetensi yang ditentukan dari tujuan

pembelajaran tersebut.

Penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru pada saat atau setelah

pembelajaran dengan tujuan mengetahui kemampuan atau kompetensi yang

dimiliki siswa, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan

siswa dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil

penilaian belajar siswa, seorang guru dapat mengambil keputusan secara tetap

untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya dalam pembelajaran

misalnya perbaikan dalam proses pembelajaran dan pengayaan atau remidi untuk

siswa. Hasil penilaian belajar misalnya ulangan harian, ulangan tengah semester

dan akhir semester dapat memberikan motivasi siswa agar selalu belajar dan

belajar.

Penilaian hasil belajar yang dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup

semua aspek kompetensi yang meliputi: kemampuan Kognitif (kemampuan

berpikir: Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi),

kemampuan Psikomotor (gerak adaptif atau gerak terlatih dan ketrampilan

komunikasi berkesinambungan), dan kondisi Afektif (sikap, minat, dan niai-

nilai). Kondisi afektif tidak dapat diketahui dengan tes melainkan diperoleh

melalui angket. Ketiga komponen penilaian hasil belajar siswa dalam bentuk

prestasi belajar harus muncul sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu

kurikulum KTSP 2006.

Page 65: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

10. Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-ha

Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam

keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya. Seperti telah

dipelajari di kelas VII, campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat

unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan,

atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat

bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan

kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada bab ini hanya akan dibahas

beberapa kelompok bahan kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, diantaranya

adalah: pembersih, pemutih pakaian, pewangi, pestisida, zat aditif makanan.

a. Bahan Kimia Pembersih

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih,

diantaranya sabun dan detergen. Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan

minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur.

Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian

yang suka air (hidrofilik) sehingga `dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka

akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam lemak atau minyak. Jika dalam pakaian

yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat

hidrofobik masuk kedalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang

bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini akan menyebabkan

butiran-butiran minyak akan saling tolak menolak karena menjadi bermuatan sejenis.

Akibatnya kotoran lemak atau minyak yang telah lemas dari pakaian tidak dapat

saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan.

Page 66: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan

sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis

detergen sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah

yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut

akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang

limbahnya dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang

dapat ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati

adalah: 1) Rusaknya keindahan lingkungan perairan, 2) Terancamnya kehidupan hewan-

hewan yang hidup di air, 3) Merugikan kesehatan manusia.

b. Pemutih Pakaian

Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutan dan digunakan untuk

menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya

menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual dipasaran biasanya

mengandung bahan aktif Natrium Hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan

sebagai pemutih dan pembersih noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi

kuman). Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual dipasaran sudah aman untuk

dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini

juga bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian.

Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk.

c. Pewangi

Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan

kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun

sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal diantaranya diperoleh dari daun

Page 67: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga melati,

bunga mawar, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam

berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan.

d. Pestisida

Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida

dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil

produksi pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi

hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur,

bakteri, virus, tikus, bekicot, nematode (cacing). Pestisida yang biasa digunakan para

petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:

a) Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga, seperti

belalang, kepik, wereng, dan ulat. Beberapa jenis insektisida juga dipakai untuk

memberantas sejumlah serangga pengganggu yang ada dirumah, perkantoran, atau

gudang seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh insektisida adalah

basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon.

b) Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah

pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak yang ada pada daun, karat daun,

busuk daun, dan cacar daun disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa contoh

fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, karbendazim,

organomerkuri, dan natrium dikromat.

c) Bakterisida., yaitu pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Pada

umumnya, tanaman yang sudah terserang bakteri sukar untuk disembuhkan. Oleh

karena itu, bakterisida biasanya diberikan kepada tanaman yang masih sehat.

Page 68: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Salah satu contoh dari bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh virus

CVPD yang menyerang tanaman jeruk.

d) Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman

berupa hewan pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara

mencampurkannya dengan makanan kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan

tersebut harus hati-hati, jangan sampai termakan oleh binatang lain. Contoh dari

pestisida jenis ini adalah warangan.

e) Nematisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman

jenis cacing (nematoda). Hama jenis cacing biasanya menyerang akar dan umbi

tanaman. Oleh karena pestisida jenis ini dapat merusak tanaman maka pestisida

ini harus sudah ditaburkan pada tanah tiga minggu sebelum musim tanam. Contoh

dari pestisida jenis ini adalah DD, Vapam, dan dazomet.

f) Herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu

(gulma), seperti alang-alang rerumputan, dan eceng gondok. Contoh dari herbisida

adalah ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

e. Zat Aditif dalam Bahan Makanan

Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat

dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak

(protein). Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang

dan pengatur proses dalam tubuh yaitu vitamin, mineral, dan air.

Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna,

kelezatan, aroma ,atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang

diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu

Page 69: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari, kita perlu

mengkonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh

tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung

semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.

Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan seringkali kita perlu

menambahkan bahan-bahan tambahan kedalam makanan yang kita olah. Bisa kita

perkirakan bahwa seseorang tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop

yang tidak digarami atau bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal

ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif

makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi maih banyak bahan-

bahan kimia lain.

Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan

makanan untuk memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa,

memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan agar tidak cepat busuk, dan lain

sebagainya. Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:

memperbaiki kualitas atau gizi makanan, membuat makanan tampak lebih menarik,

meningkatkan cita rasa makanan, membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau

tidak cepat basi atau busuk.

Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat

proses pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk

tanpa sengaja dan bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin

terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia

yang dipakai.

Page 70: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu: zat aditif

yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat dan zat aditif sintetik

dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami sejenis, baik

susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.

Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat

dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat

aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.

a) Zat Pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat

lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat

pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:

(1) Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu,

misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit,

warna coklat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning

merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas

maka dilakukan upaya mensistesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari

bahan-bahan kimia.

(2) Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan

pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki

pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.

Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun

belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada

makanan dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan

Page 71: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan

apabila masuk kedalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit

kanker). Oleh karena itu, kita harus berhati-hati ketika membeli makanan atau

minuman yang memakai zat warna. Kita harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang

dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang

benar-benar pewarna makanan dan minuman.

b) Zat Pemanis

Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan

minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

(1) Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa,

tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-

buahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energy. Jika

kita mengkonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami

resiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya

menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu

tinggi.

(2) Zat pemanis buatan/sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh

manusia sehingga tidak berfungsu sebagai sumber energy. Oleh karena itu,

orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya

mengkonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh

pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium

siklamat, aspartam, dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan

yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki

Page 72: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun,

kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali

dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami,

kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek

samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan

menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada

bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme

dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik

(senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat

memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama dalam

pembentukan zat dalam sel.

c) Zat Pengawet

Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk

dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut

adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet)

ke dalam makanan atau minuman. Zat pengawet adalah zat-zat yang dengan

sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan

minuman tersebut tetap segar, baud an rasanya tidak berubah, atau melindungi

makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri jamur. Karena

penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi

sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan

beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual ditoko-

Page 73: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang

menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi

tanpa membahayakan kesehatan.

Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan

menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.

(1) Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat

dipakai untuk mengawetkan buah-buahan atau (manisan) dan garam dapur yang

dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.

(2) Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan

kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan

natrium propionate atau kalsium propionate dipakai untuk mengawetkan roti

dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga

biasa digunakan untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada

juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang

berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang

biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat

pengawet.

Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang

tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang

dimaksud, diantaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-

benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet

formalin untuk mengawetkan makanan seperti bakso, ikan asin, tahu, dan

makanan jenis lainnya dapat menimbulkan resiko kesehatan.

Page 74: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

d) Zat penyedap Cita Rasa

Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai

untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar,

cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya

ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah

Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia. Jika rempah-

rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa

tertentu pada makanan.

Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal

dari sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa

hasil sintesis: a) Oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah

jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini, b) Etil butirat, akan memberikan

rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan, c) Amil asetat, akan

memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang, d) Amil valerat, jika makanan

diberikan zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.

Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan diatas,

terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis

masakan, yaitu penyedap rasa Monosodium Glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa,

tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang

sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese Restaurant

Syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan dimana kepala terasa pusing dan

berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan

ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk

Page 75: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

mengkonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan

label “tidak mengandung MSG” dalam kemasannya.

Pada pembahasan sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang

pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu

diketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi.

Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging

dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga

berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi

sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas

pada makanan.

Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan

mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik,

terdapat aturan pengguanaannya yang telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily

Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan

aman bagi kesehatan. Jika kita mengkonsimsinya melebihi ambang batas maka dapat

menimbulkan resiko bagi kesehatan.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Penelitian yang dilakukan oleh Riolita Butsia Anggraini (2007) tentang pengaruh

model CTL terhadap prestasi belajar ditinjau dari kemampuan tingkat berpikir

siswa yang bertujuan: a) mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran CTL

media massa dan CTL laboratorium terhadap prestasi belajar, b) mengetahui

perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir

Page 76: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

abstrak tinggi dan rendah, c) mengetahui perbedaan prestasi belajar antara siswa

yang memiliki kemampuan berpikir konkrit tinggi dan rendah, d) mengetahui

interaksi pengaruh model pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak terhadap

prestasi belajar fisika, e) mengetahui interaksi pengaruh model pembelajaran dan

kemampuan berpikir konkrit terhadap prestasi belajar siswa diperoleh hasil bahwa

pembelajaran dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah penggunaan pembelajaran menggunakan model CTL. Sedangkan

perbedaannya adalah peneliti menggunakan media lingkungan dan media internet.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Arni Astuti (2009) tentang pengaruh model

pembelajaran CTL terhadap prestasi belajar dengan metode proyek dan

eksperimen ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi siswa.

Penelitian ini mempunyai kesamaan dalam hal pembelajaran CTL dan tinjauan

sikap ilmiah, sedangkan perbedaannya adalah peneliti menggunakan media

lingkungan dan media internet.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siswoyo (2009) tentang pembelajaran CTL

melalui metode inkuiri dan POE dalam belajar fisika dengan memperhatikan

kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas siswa. Dari penelitian tersebut

diperoleh hasil: 1) metode pembelajaran inkuiri terbimbing mempunyai pengaruh

lebih signifikan dari metode POE terhadap prestasi belajar siswa, 2) Siswa yang

mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi berpengaruh lebih signifikan

daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah terhadap

prestasi belajar, 3) Siswa yang mempunyai kreatifitas tinggi berpengaruh lebih

Page 77: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

signifikan daripada siswa yang memiliki kreatifitas rendah terhadap prestasi

belajar siswa, 4) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran kontekstual

(inkuiri terbimbing dan POE) dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi

belajar siswa, 5) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran kontekstual

(inkuiri terbimbing dan POE) dan kreatifitas terhadap prestasi belajar siswa, 6)

Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kreatifitas siswa

terhadap prestasi belajar siswa, 7) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran

kontekstual (inkuiri dan POE) dengan kemampuan berpikir abstrak dan kreatifitas

siswa terhadap prestasi belajar siswa. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan pembelajaran menggunakan model CTL.

Sedangkan perbedaannya adalah peneliti menggunakan media lingkungan dan media

internet serta tinjauan sikap ilmiah dan aktifitas belajar siswa.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) tentang pembelajaran kimia

dengan pendekatan kontekstual melalui metode eksperimen dan demonstrasi

ditinjau dari kreativitas dan sikap ilmiah siswa. Dari penelitian tersebut diperoleh

hasil: 1) Metode eksperimen lebih baik daripada metode demonstrasi, 2) Tidak

ada pengaruh kreativitas Siswa terhadap prestasi belajar kimia, 3) Siswa yang

mempunyai sikap ilmiah tinggi prestasinya lebih baik dibandingkan siswa yang

sikap ilmiahnya rendah, 4) Tidak ada interaksi metode pembelajaran dan

kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar kimia, 5) tidak ada interaksi metode

pembelajaran dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kimia, 6) Tidak ada

interaksi kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia, 7) Tidak

ada interaksi metode pembelajaran, krativitas, dan sikap ilmiah terhadap prestasi

Page 78: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

belajar kimia. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah penggunaan pembelajaran menggunakan model CTL dan tinjauan

sikap ilmiah. Sedangkan perbedaannya adalah peneliti menggunakan media

lingkungan dan media internet serta tinjauan sikap aktifitas belajar siswa.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ifraj Shamsid Deen dan Bettye P. Smith (2006)

dalam Journal of Family and Consumer Sciences Education yang

berjudul,’’Contextual Teaching and Learning Practices in The Family and

Consumer Sciences Curriculum”. Dari penelitian itu dapat diperoleh hasil bahwa,”

The chances of enabling Students to transfer learning from one teaching setting to

another and/or to real life situations can increase when teachers use contextual

teaching and learning practices”.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Bettye P Smith dalam Journal of Family and

Consumer Sciences Education (2010) yang berjudul”Instructional Strategies in

Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and

Learning Pedagogical Model”. Dari penelitian itu dapat diperoleh hasil

bahwa,”Characteristic of the Contextual Teaching and Learning classroom can

be attributed to the roles and responsibilities of the teacher, students, and

methods of assesment”.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Model pembelajaran dan media

Page 79: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan belajar siswa. Disamping itu, sikap ilmiah dan aktivitas

belajar siswa dalam pembelajaran akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar

siswa tersebut.

Pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) mengasumsikan

bahwa secara ilmiah pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata

lingkungan seseorang. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa

didalam pembelajaran akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam

dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Hal ini

sesuai dengan pengertian belajar menurut Harod Spears dalam Sardiman (2001:45),

yaitu Learning is the development of new knowledge, skills, or attitude as an

individual interacts with information and the environment.

Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran model CTL menggunakan media

lingkungan dan internet. Siswa secara berkelompok diberi tugas dengan menggunakan

media tersebut. Hal ini sesuai dengan teori belajar kognitif bahwa keterlibatan siswa

secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa

maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan

baik. Penggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran dipilih karena

disesuaikan dengan karakteristik materi “Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-

hari” yaitu bahan-bahan kimia tersebut banyak dijumpai oleh siswa dalam kehidupannya,

baik dilingkungan rumah tangga maupun dilingkungan sekitar rumah tangga.

Dengan menggunakan pembelajaran model CTL siswa diharapkan dapat lebih

memahami materi bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, karena bahan-bahan

Page 80: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kimia tersebut banyak dijumpai oleh siswa dalam kehidupannya, baik dilingkungan

rumah tangga maupun lingkungan luar rumah tangga. Dengan pemberian tugas oleh

guru yang harus dicari siswa menggunakan media lingkungan maupun media internet,

diharapkan pembelajaran”student center” dapat tercipta secara harmonis. Diharapkan

siswa dapat mengadakan pembelajaran CTL secara mandiri.

Tinjauan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

dan aktifitas belajar siswa. Tinjauan ini dipilih juga karena karakteristik dari model

pembelajaran CTL dan media yang digunakan, dalam hal ini media lingkungan dan

media internet. Diduga oleh peneliti bahwa sikap ilmiah siswa maupun aktivitas

belajar siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Siswa yang

mempunyai sikap ilmiah dan aktivitas belajar tinggi dimungkinkan memperoleh hasil

belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan

aktivitas belajar rendah siswa.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan

model CTL media lingkungan dan internet.

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan media lingkungan dan

media internet untuk dua kelas yang berbeda. Peneliti memilih media lingkungan dan

Page 81: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

media internet karena disesuaikan dengan karakteristik materi bahan ajar yaitu

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Materi Pembelajaran Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan materi yang banyak hafalan,

konseptual dan merupakan materi yang baru bagi siswa kelas VIII SMP. Siswa

merasa kesulitan belajar apalagi jika mereka belajar secara individu tidak ada tempat

berdiskusi jika menemui kesulitan.

Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat diperoleh

dalam lingkungan kehidupan siswa itu sendiri, maupun dapat di download oleh siswa

melalui internet. Keuntungan media lingkungan antara lain adalah menghemat biaya,

karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada dilingkungan, memberikan

pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkret, siswa dapat

berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya

secara alamiah dan lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di

lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa dibandingkan media yang

didesain. Sedangkan keuntungan media internet adalah berbagai informasi yang

diperlukan oleh siswa dapat dengan cepat di akses, sehingga sangat efisien dalam hal

waktu. Kekurangan media lingkungan adalah memerlukan waktu yang cukup lama

dalam melakukan observasi atau pengamatan sedangkan kekurangan media internet

adalah memerlukan biaya mahal.

Dengan menggunakan pembelajaran model CTL dan media internet maupun

lingkungan akan menyebabkan siswa-siswa tertarik dengan materi Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari sehingga diduga ada pengaruh media

lingkungan dan media internet dengan menggunakan model pembelajaran CTL

Page 82: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari.

2. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah

Sikap ilmiah adalah suatu pilihan tindakan seseorang yang berhubungan

dengan sains. Sikap ilmiah terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan

individu. Sikap ilmiah mempunyai tiga komponen yaitu kognitif (berhubungan

dengan pengetahuan), afektif (berhubungan dengan perasaan), dan psikomotoris

(berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak). Struktur kognitif merupakan

pangkal terbentuknya sikap seseorang. Struktur kognitif ini sangat ditentukan oleh

pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan sikap yang diterima seseorang.

Dalam sikap ilmiah banyak terkandung nilai paedagogis, diantaranya: sikap

mencintai kebenaran, sikap ingin tahu, sikap tidak putus asa, sikap teliti dan hati-hati,

sikap optimis serta sikap menghargai orang lain. Sehingga diduga terdapat perbedaan

prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah.

3. Perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah

Menurut teori Piaget bahwa aktivitas siswa merupakan hal penting yang dapat

menunjang kesuksesan belajarnya. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme

bahwa dengan bekal kemampuan yang telah ada dalam struktur kognitifnya siswa

Page 83: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan

akomodasi melalui aktivitas belajarnya. Jadi aktivitas belajar siswa yang biasa

dilakukan sehari-hari dimungkinkan dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa.

Pembelajaran dengan model Contextual Teaching And Learning (CTL) lebih

menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga diduga terdapat

perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dan rendah.

4. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

Media lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan

makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup

lainnya yang semuanya dapat digunakan sebagai sumber belajar oleh siswa. Dengan

memanfaatkan lingkungan tersebut, siswa dapat berinteraksi langsung dengan benda-

benda yang mengandung bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Media internet adalah media teknologi informasi yang dapat mempercepat

aliran ilmu pengetahuan yang dapat menembus batas dimensi ruang, birokrasi,

kemapanan, dan waktu. Dengan menggunakan media internet, siswa dapat mencari

informasi yang berhubungan dengan materi bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-

hari cepat.

Sikap ilmiah adalah sikap yang diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang

bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang dikutip dari E. Mulyasa (2007: 133) disebutkan bahwa

Page 84: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

salah satu tujuan mata pelajaran Kimia di SMA/SMP adalah untuk memupuk sikap

ilmiah. Sikap ilmiah tersebut adalah: 1) Jujur, 2) Terbuka, 3) Ulet, 4) Kritis, dan 5)

Dapat bekerjasama dengan orang lain.

Dari pembahasan sebelumnya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi

yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL media lingkungan akan mempunyai

perbedaan prestasi dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi yang diberi

perlakuan pembelajaran model CTL media internet. Demikian juga siswa yang

mempunyai sikap ilmiah rendah. Jadi siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan

rendah diberi perlakuan pembelajaran model CTL media lingkungan prestasi

belajarnya lebih tinggi sedangkan siswa yang diberi perlakuan model CTL media

internet prestasi belajarnya lebih rendah. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat

diduga bahwa terdapat interaksi antara penggunaan model CTL media lingkungan

dan internet dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar materi Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

5. Interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Dari pembahasan sebelumnya siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi

yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL media lingkungan akan

mempunyai perbedaan prestasi dengan siswa yang mempunyai prestasi belajar

tinggi yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL media internet. Demikian

juga siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Jadi siswa yang mempunyai

aktivitas belajar tinggi dan rendah diberi perlakuan pembelajaran model CTL

Page 85: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

media lingkungan prestasi belajarnya lebih tinggi sedangkan siswa yang diberi

perlakuan model CTL media internet prestasi belajarnya lebih rendah.

Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat diduga bahwa terdapat interaksi antara

penggunaan model CTL media lingkungan dan internet dengan aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari.

6. Interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Pada pembelajaran pokok bahasan bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-

hari dengan memperhatikan sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa dimungkinkan ada

interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa. Siswa dengan aktivitas belajar

yang tinggi akan lebih aktif dan kreatif dalam belajar, tidak demikian siswa yang

aktivitas belajarnya rendah akan cenderung pasif dan tidak mengeksplorasi pengetahuan

sendiri. Siswa yang sikap ilmiah tinggi sebagai akibat siswa tersebut mempunyai

aktivitas belajar yang tinggi, demikian juga siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah

dapat dipandang mempunyai aktivitas belajar yang rendah pula. Jadi dapat diduga

terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

kimia pokok bahasan bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

7. Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL,

sikap ilmiah, dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

Seperti telah diuraikan diatas bahwa kemungkinan siswa yang diberi pembelajaran

dengan model CTL menggunakan media lingkungan memiliki prestasi belajar yang

lebih baik dari pada diajar dengan model CTL menggunakan media internet, dan juga

Page 86: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi akan memiliki

prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah,

jadi faktor sikap ilmiah dan aktivitas belajar mempunyai peran yang sama dalam

proses belajar mengajar tersebut.

Sehingga apapun model pembelajaran yang diterapkan apakah CTL menggunakan

media lingkungan atau CTL menggunakan media internet, siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki sikap ilmiah yang rendah. Dan sebaliknya tanpa melihat sikap ilmiah yang

dimiliki tinggi atau rendah jika diberi pembelajaran model CTL menggunakan media

lingkungan akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang diajar

dengan pembelajaran model CTL menggunakan media internet. Begitu pula dengan

aktivitas belajar siswa, apapun model pembelajaran yang diterapkan, baik menggunakan

model CTL menggunakan media lingkungan atau model CTL menggunakan media

internet siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi akan memiliki prestasi belajar yang

lebih baik dari pada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah. Sebaliknya

seberapapun tingkat aktivitas belajar siswa, baik tinggi atau rendah, siswa yang diajar

dengan pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan akan memiliki

prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran model

CTL menggunakan media internet. Sehingga dapat diduga bahwa tidak terjadi interaksi

antara model pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar kimia pokok bahasan

bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

D. HIPOTESIS

Page 87: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dari uraian kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian

ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang diberi pembelajaran

menggunakan model CTL media lingkungan dan internet.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi dan rendah.

3. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari antara siswa yang memiliki aktivitas belajar

tinggi dan rendah.

4. Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan

sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

5. Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL dan

aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

6. Terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar

siswa pada pokok bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

7. Terdapat interaksi antara penggunaan media dalam pembelajaran model CTL,

sikap ilmiah, dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada pokok

bahasan Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari.

Page 88: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. POPULASI PENELITIAN

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa siswi MTs Sudirman Ngadirojo

Wonogiri. Jenis populasi menurut keragaman populasi dibedakan menjadi dua macam yaitu:

pertama populasi heterogen, yaitu populasi yang terdiri dari anggota-anggota yang

karakteristiknya bermacam-macam jika dikaitkan dengan variabel yang akan diteliti. Jenis

populasi kedua adalah populasi homogen yaitu populasi yang anggota-anggotanya memiliki

karakter yang cenderung sama atau homogen. Pada penelitian ini populasi yang dipilih

adalah jenis populasi yang heterogen

B. SAMPEL PENELITIAN

Hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel adaalh apakah anggota

sampel benar-benar telah mewakili semua anggota populasi. Peneliti menginginkan sampel

yang representatif. Pada penelitian ini sampel yang dipilih secara acak yaitu cluster random

sampling dari siswa siswi kelas VIII MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri. Sampel dibagi

menjadi dua golongan yang terinci sebagai berikut:

1. Kelas VIIIA sebagai kelompok eksperimen 1 dengan perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media lingkungan

2. Kelas VIIIB sebagai kelompok eksperimen 2 dengan perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media internet

C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Page 89: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Penelitian akan dilaksanakan pada semester dua (II) Tahun Pelajaran 2010/2011 di

MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri kelas VIII secara bertahap:

1. Tahap persiapan, meliputi, pengajuan judul, proposal/pembimbingan, seminar,

permohonan perijinan

2. Tahap pelaksanaan yaitu kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi: penyusunan

instrumen, uji coba instrumen, pelaksanaan pengajaran, dan pengambilan data

3. Tahap penyelesaian, yaitu tahap pengelolaan data, penyusunan laporan, dan konsultasi

bimbingan.

Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

No Jenis Kegiatan Tahun 2010 Tahun 2011

Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan feb Mar Apr Mei

1 Tahap Persiapan

Pengajuan judul x

Penyusunan Proposal x x x x x

Seminar proposal x

Permohonan Perijinan x

2 Tahap Pelaksanaan

Penyusunan Instrumen x

Uji coba Instrumen x x

Pelaksanaan Penelitian x

3 Tahap Penyelesaian

Pengolahan Data x x

Penyusunan Laporan x x

D. METODE PENELITIAN

Page 90: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

dengan desain faktorial 2x2x2. faktor pertama (A) adalah pembelajaran menggunakan

media lingkungan dan media internet. Faktor (B) adalah sikap ilmiah dibagi dua

kategori yaitu tinggi dan rendah. Faktor (C) adalah aktivitas belajar dibagi dua kategori

tinggi dan rendah. Desain faktorial 2x2x2 dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Desain faktorial

Pembelajaran model CTL (A)

Media

Lingkungan (A1) Media Internet (A2)

Sikap Ilmiah

Tinggi (B1)

Aktivitas belaja Tinggi

(C1) A1B1C1 A2B1C1

Aktivitas belajar Rendah

(C2) A1B1C2 A2B1C2

Sikap Ilmiah

Rendah (B2)

Aktivitas belajar

Tinggi (C1) A1B2C1 A2B1C1

Aktivitas belajar rendah

(C2) A1B2C2 A2B2C2

Keterangan:

A : pembelajaran model CTL

A1 : media lingkungan

A2 : media internet

B1 : sikap ilmiah tinggi

B2 : sikap ilmiah rendah

Page 91: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

C1 : aktivitas belajar Tinggi

C2 : aktivitas belajar Rendah

A1B1C1 : Prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan aktivitas

belajar tinggi yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media lingkungan

A1B1C2 : Prestasi belajar siswa yang memiliki sikap imiah tinggi dan aktivitas belajar

rendah yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL menggunakan

media internet

A2B1C1 : Prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan aktivitas

belajar tinggi yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media lingkungan

A2B1C2 : Prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan aktivitas

belajar rendah yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media internet

A1B2C1 : Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan sikap

ilmiah tinggi yang diberi pembelajaran model CTL menggunakan media

lingkungan

A1B2C2 : Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan sikap

ilmiah rendah yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media lingkungan

Page 92: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

A2B2C1 : Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan sikap

ilmiah tinggi yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media internet

A2B2C2 : Prestasi belajar siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dan sikap

ilmiah rendah yang diberi perlakuan pembelajaran model CTL

menggunakan media internet

E. VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia model CTL

menggunakan media lingkungan dan media internet. Pembelajaran ini lebih menekankan

kerjasama siswa dalam suatu kelompok belajar dalam mengerjakan tugas kelompok dan

dalam diskusi kelompok.

1. Variabel Moderator

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah dan aktivitas belajar

siswa. Sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini dikelompokkan dalam

dua kategori yaitu tinggi dan rendah.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia pada materi Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Indikatornya adalah nilai tes yang diberikan

pada akhir pembelajaran. Dalam penelitian ini tes prestasi belajarnya dibatasi pada tes

kognitif dan afektif.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Page 93: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Teknik pengambilan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes adalah pemberian

sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis,

tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Pada penelitian ini, tes prestasi belajar kimia materi

bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari untuk mengukur ranah kognitif

menggunakan tes tertulis tipe pilihan ganda, setelah pembelajaran selesai. Pengambilan data

sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa sebelum pembelajaran melalui angket.

G. INSTRUMEN

Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen

pengambilan data.

1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian

Instrumen ini digunakan dalam pelaksanaan penelitian meliputi: Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen ini digunakan untuk mengambilan data meliputi:

a. Instrumen sikap ilmiah siswa berupa angket sikap ilmiah

b. Instrumen aktivitas belajar siswa berupa angket aktivitas belajar siswa

c. Instrumen prestasi belajar afektif berupa angket prestasi belajar afektif

d. Instrumen tes prestasi belajar (kognitif) berupa soal obyektif materi bahan-bahan kimia

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 94: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

H. UJI COBA INSTRUMEN

1. Instrumen Tes Prestasi Belajar (kognitif)

Uji coba Instrumen ini dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan agar

dapat menghasilkan data yang baik. Pelaksanaan uji coba Instrumen harus dilaksanakan pada

sekolah yang mempunyai level yang sama dengan sekolah sebagai tempat penelitian yaitu

siswa kelas VIII MTs Sudirman Jatisrono Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011

a. Uji Validitas Soal

Sebuah Instrumen tes disebut valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan, dapat mengungkap data variabel yang diteliti dan tepat sehingga

diperoleh validitas tinggi.

Rumus yang dipakai adalah rumus korelasi product moment dan dirumuskan

sebagai berikut:

rxy = 䁀纵∑嵰 邹能纵∑嵰邹纵∑ 邹税揍䁀纵∑嵰潜邹能纵∑嵰邹潜租揍䁀纵∑ 潜邹能纵∑ 邹潜租 Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi

X = skor item

Y = skor total

N = banyaknya subyek (Suharsimi, 1999)

Dasar pengambilan keputusan: jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item

pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Jika r hitung

< r tabel, maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap

skor total (dinyatakan tidak valid).

Page 95: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Setelah dilakukan uji validitas, hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif

materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3. Rangkuman Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

NO UJI INSTRUMEN KETERANGAN VALID TIDAK VALID

1 VALIDITAS 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39

6, 9, 14, 24, 25, 29, 40

Jumlah 33 7

b. Uji Reliabilitas

Tujuan utama uji reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan

(precision) dan keajegan (consintency) skor tes. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu

tes mendekati 1 (satu), maka makin tinggi pula tingkat ketepatan/keajegannnya. Jika

instrumen soal itu diteskan kembali memberikan hasil yang relatif tidak berbeda. Analisis uji

reliabilitas tes menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) . Adapun rumusan

persamaan KR-20 adalah sebagai berikut:

÷÷

ø

ö

çç

è

æ -÷øö

çèæ

-= å

2

2

11 1 t

iit

s

qps

nn

r

Dimana:

11r = indeks reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir instrumen

ip = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i

Page 96: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

iq = 1- ip

2ts = variansi total (Budiyono, 2003: 69)

Suatu instrumen dianggap baik atau dapat digunakan dalam kaitannya dengan uji

reliabilitas jika indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7 atau KR-20 > 0,7.

Hasil analisis uji reliabilitas angket sikap ilmiah diperoleh = 0,93. Angket aktivitas

belajar = 0,82. Angket prestasi afektif = 0,90. Tes prestasi belajar = 0,91. Instrumen secara

keseluruhan memiliki reliabilitas tinggi.

c. Taraf Kesukaran (TK)

Taraf kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu

menunjukkan sukar mudahnya suatu soal. Didalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini

diberi simbol P singkatan dari ”Proporsi”. Rumus mencari P adalah:

P ᴠ BJS

Dimana:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan

sebagai berikut:

Soal dengan P = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P = 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

Page 97: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Soal dengan P = 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Rangkuman hasil uji taraf kesukaran tes prestasi belajar kognitif materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil uji taraf kesukaran tes prestasi belajar kognitif

Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

NO UJI INSTRUMEN

KETERANGAN SUKAR SEDANG MUDAH

2 TARAF KESUKARAN

3, 32 1, 2, 4, 7, 8, 11, 16, 17, 19, 27, 28, 30, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

5, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24,25, 26 29, 31,

JUMLAH 2 20 18

d. Daya Pembeda (DP)

Daya Pembeda (DP) soal tes adalah kemampuan butir soal yang dapat membedakan

antara kelompok siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan kelompok siswa

yang tidak//kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap

butir soal dinyatakan dalam angka -1,00 sampai +1,00. Semakin tinggi daya pembeda (DP)

suatu soal, maka soal tersebut semakin baik. Jika indeksnya negatif maka soal tidak baik

berarti siswa banyak yang belum menguasai.

Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau

kelompok unggul dan kelompok tidak pandai atau kelompok asor.

Jika seluruh kelompok unggul dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang

seluruh kelompok asor menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai D paling besar yaitu

1,00. Sebaliknya jika semua kelompok unggul menjawab salah, tetapi semua kelompok asor

menjawab benar, maka nilai D = -1,00. Tetapi jika siswa kelompok unggul dan siswa

Page 98: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

kelompok asor sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal

tersebut mempunyai nilai D = 0,00, karena tidak mempunyai pembeda sama sekali.

Rumus mencari D atau rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

D ᴠ 你抢碾抢石你橇碾橇 ᴠ P拟石 P你

Dimana:

J = jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok unggul

JB = Banyaknya peserta kelompok asor

BA = Banyaknya peserta kelompok unggul yang menjawab dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = 你抢碾抢

PA = 你橇碾橇

Klasifikasi daya pembeda:

D = 0,00 – 0,20 = jelek (poor)

D = 0,21 – 0,40 = cukup (satisfactory)

D = 0,41 – 0,70 = baik (good)

D = 0,71 – 1,00 = baik sekali (exellent)

Page 99: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Rangkuman hasil uji daya pembeda soal tes prestasi belajar kognitif materi

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil uji daya pembeda soal tes prestasi belajar kognitif

Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

NO UJI INSTRUMEN KETERANGAN

BAIK SEDANG JELEK 3 DAYA BEDA 1, 2, 16, 17,

18, 19, 20, 27, 28, 30, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39

3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 21, 22, 23, 24, 32

6, 9, 14, 25, 26, 29, 31, 40

Jumlah 17 15 8

Hasil analisis uji validitas instrumen penilaian kognitif materi Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan Sehari-hari terdapat 7 item soal yang tidak valid yaitu 6, 9, 14, 24, 25, 29,

dan 40. Karena soal sudah reliabel maka ketujuh item soal tersebut diperbaiki tanpa

diujicobakan kembali. Teknik memperbaiki soal adalah dengan cara melihat daya beda dan

tingkat kesukaran. Jadi jumlah soal yang akan digunakan untuk pengambilan data tes prestasi

belajar (tes kognitif) adalah sebanyak 40 item.

2. Instrumen sikap ilmiah, aktivitas belajar dan prestasi belajar afektif siswa

a. Penyusunan kisi-kisi angket

Setelah aspek dan indikator kemudian disusun kisi-kisi angket yang memuat tentang

ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori. Kisi-kisi angket tersebut dijadikan pedoman

pembuatan pertanyaan dan persyaratan.

b. Penyusunan item angket

Meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban, dan petunjuk pengisian angket.

Soal-soal disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap soal

Page 100: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pernyataan adalah sebagai berikut: Skor 4 untuk jawaban paling baik, skor 3 untuk jawaban

baik, skor 2 untuk jawaban kurang, dan skor 1 untuk jawaban sangat kurang.

Soal yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut: skor 1

untuk jawaban paling baik, skor 2 untuk jawaban baik, skor 3 untuk jawaban kurang, dan

skor 4 untuk jawaban paling kurang. Sebelum digunakan untuk mengambil data penilaian,

instrumen penilaian sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa di uji cobakan terlebih dahulu

untuk mengetahui kualitas item angket, dengan menguji validitas dan reliabilitas.

1). Uji Validitas

Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks

korelasi X dan Y yang dapat dirumuskan korelasi product moment dengan angka kasar

dengan rumus sebagai berikut:

rxy = 䁀纵∑嵰 邹能纵∑嵰邹纵∑ 邹税揍䁀纵∑嵰潜邹能纵∑嵰邹潜租揍䁀纵∑ 潜邹能纵∑ 邹潜租 Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan

X : Skor butir soal nomor tertentu

Y : Skor total

N : Jumlah Subyek

Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 0,05. Kriteria validitas suatu

tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan dapat dibandingkan dengan

tabel r product moment. Soal dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rtabel

Rangkuman hasil uji validitas angket sikap ilmiah dapat dilihat pada Tabel 3.6

Page 101: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil uji validitas angket sikap ilmiah

NO UJI INSTRUMEN KETERANGAN

VALID TIDAK VALID 1 VALIDITAS 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40

5, 9, 16, 22, 25, 30, 35, 39

Jumlah 32 8

Rangkuman hasil uji validitas angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada

Tabel 3.7

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil uji validitas angket aktivitas belajar

NO UJI INSTRUMEN KETERANGAN VALID TIDAK VALID

1 VALIDITAS 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20

2, 13, 16

Jumlah 17 3

Rangkuman hasil uji validitas prestasi belajar afektif dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil uji validitas prestasi belajar afektif

NO UJI INSTRUMEN KETERANGAN

VALID TIDAK VALID 1 VALIDITAS 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 36

11, 12, 18, 19, 22, 23, 24, 27, 32, 34, 35

Jumlah 25 11

2). Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari

reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut:

Page 102: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

辊 ᴠ 足 柜柜石1卒组1石∑徽挠徽挠钻

dimana:

r11 = reliabilitas yang dicari

∑徽挠 = jumlah varians skor tiap-tiap item

徽挠 = varians total

Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas, angket sikap ilmiah diperoleh = 0,93. Angket

aktivitas belajar = 0,82. Angket prestasi afektif = 0,90.

Untuk angket sikap ilmiah soal sebanyak 40 item, tidak valid 8 item yaitu nomor 5,

9, 16, 22, 25, 30, 35, dan 39. Harga r hitung mendekati r tabel sehingga 8 item soal tersebut

diperbaiki tanpa diujicobakan kembali, dengan cara memperbaiki narasi soal. Jadi jumlah

soal yang akan digunakan untuk pengambilan data angket sikap ilmiah adalah sebanyak 40

item.

Untuk angket aktivitas belajar soal sebanyak 20 item, tidak valid 3 item yaitu

nomor 2, 13, dan 16. Harga r hitung mendekati r tabel sehingga 3 item soal tersebut

diperbaiki tanpa diujicobakan kembali, dengan cara memperbaiki narasi soal. Jadi jumlah

soal yang akan digunakan untuk pengambilan data angket sikap ilmiah adalah sebanyak 20

item.

Untuk angket prestasi belajar afektif soal sebanyak 36 item, tidak valid 11 item

yaitu nomor 11, 12, 18, 19, 22, 23, 24, 27, 32, 34, dan 35. Untuk nomor 11, 19, 22, 23, 24,

32, 34 dan 35 harga r hitung mendekati r tabel sehingga 8 item soal tersebut diperbaiki tanpa

diujicobakan kembali, dengan cara memperbaiki narasi soal. Sedangkan untuk nomor 12, 18,

27 karena r hitung sangat jauh dari r tabel dan semua indikator telah terpenuhi maka soal

Page 103: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Jadi jumlah soal yang akan digunakan untuk

pengambilan data angket prestasi belajar afektif adalah sebanyak 33 item.

I. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data pada penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu analisis diskriptif dan

analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data melalui tabel

distribusi frekuensi, histogram. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.

Pengujian hipotesis diajukan untuk mengolah data yang berupa angka sehingga dapat ditarik

keputusan logis.

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis varian (Anava) tiga jalan yaitu 3 variabel

bebas yaitu pembelajaran model CTL media lingkungan dan internet, sikap ilmiah, dan

aktivitas belajar siswa serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa pada kompetensi

dasar ”Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari”. Sebagai uji prestasi analisis

varians dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data penelitian.

1. Uji Prasarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menyelidiki normal atau tidaknya populasi yang

menjadi subyek penelitian. Uji normalitas dalam minitab 16 yang digunakan pada penelitian

ini yaitu metode Ryan-Joiner dengan prosedur sebagai berikut:

1). Menetapkan Hipotesis

Ho = Sampel yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Hi = Sampel yang tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Page 104: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

2). Menentukan Statistik Uji

Statistik ujinya adalah

R = ∑ 腮贫腮瞬骗潜纵坡能邹∑贫腮潜

Yi : Data observasi

bi : Skor normal data observasi

s : Variansi sampel

3). Daerah Kritik

DK = {R/R > R α,n} dari tabel koefisien korelasi

4). Menetapkan Statisik Uji

Ho ditolak jika L Ï DK

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan adalah metode Barlett dengan prosedur sebagai

berikut:

1) Hipotesis

2) Taraf signifikansi α = 5%

3) Kriteria pengujian Ho ditolak apabila P < α

4) Statistik uji Barlett

2. Uji Hipotesis

a. Anava

Pengujian hipotesis untuk mengolah data yang berupa angka sehingga dapat

ditarik suatu keputusan logis dengan analisis Varians atau ANAVA minitab 16

1) Tujuan

Page 105: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tujuan analisis variansi tiga jalan pada penelitian ini adalah untuk menguji signifikansi

efek tiga variabel bebas A (pengaruh media dengan pembelajaran model CTL ), B (sikap

ilmiah), dan C (aktivitas belajar siswa) terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa.

2) Model

Xjkl = µ + αi + βj + αβij + eijk

Xijkl = Observasi pada subyek ke-k dibawah faktor l kategori ke 1 dan faktor II kategori

ke-j

i = 1,2,3,4,5,..........p

j = 1,2,3,4,5,..........q

k = 1,2,3,4,5,..........n

µ = Grand mean (konstan)

αi = Efek faktor I kategori i terhadap Xijk

βj = Efek faktor II kategori j terhadap Xijk

αβij = Kombinasi efek faktor I dan II terhadap Xijk

eijk = Kesalahan pada Xijk

3) Hipotesis

a) Pengaruh penggunaan pembelajaran model CTL dengan menggunakan media

lingkungan dan media internet terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.

HOA : Tidak ada pengaruh pembelajaran model CTL dengan menggunakan media

lingkungan dan internet terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa

HIA : Ada pengaruh pembelajaran pembelajaran model CTL dengan menggunakan

media lingkungan dan internet terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa

b) Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa

Page 106: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

HOB : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmia rendah terhadap

prestasi belajar yang dicapai siswa

HIB : Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi

belajar yang dicapai siswa

c) Pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa

HOC : Tidak ada pengaruh tinggi dan rendahnya aktivitas belajar siswa terhadap

prestasi belajar yang dicapai siswa.

HIC : Ada pengaruh tinggi dan rendahnya aktivitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar yang dicapai siswa.

d) Interaksi media pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar yang dicapai

siswa

HOAB : Tidak ada interaksi pembelajaran model CTL dengan media lingkungan dan

media internet, dan sikap imiah terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa

HIAB : Ada interaksi pembelajaran model CTL dengan media lingkungan dan media

internet, dan sikap imiah terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa

e) Interaksi media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar yang

dicapai siswa

HOAC : Tidak ada interaksi pembelajaran model CTL dengan media lingkungan dan

media internet, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar yang

dicapai siswa

HIAC : Ada interaksi pembelajaran model CTL dengan media lingkungan dan media

internet, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai

siswa

f) Interaksi sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai

siswa

Page 107: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

HOBC :Tidak ada interaksi sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar siswa

HIBC : Ada interaksi sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

siswa

g) Interaksi media pembelajaran, sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap

peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa

HOABC : Tidak ada interaksi pembelajaran model CTL dengan media pembelajaran,

sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa

HIABC : Ada interaksi pembelajaran model CTL dengan media pembelajaran, sikap

ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa

4) Komputasi

a. Data Sel

Tabel 3.9 Desain anava 2x2x2

Pembelajaran Model CTL (A)

Media

Lingkungan (A1)

Media Internet

(A2)

Sikap Ilmiah Tinggi (B1)

Aktivitas Belajar Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1

Aktivitas Belajar Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2

Sikap ilmiah Rendah (B2)

Aktivitas Belajar Tinggi (C1) A1B2C1 A2B1C1

Aktivitas Belajar Rendah (C2) A1B2C2

A2B2C2

b. Uji Lanjut Anava

Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji

Mean dan Interaction Plot. Tujuan dari uji Mean adalah untuk mengetahui besarnya

pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan metode uji Mean, kita dapat

Page 108: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

melakukan juga melalui uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada

pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari

Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi

belajar. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada interaksi jika terjadi perpotongan.

Page 109: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI DATA

Pada penelitian ini diperoleh data skor sikap ilmiah, skor aktivitas belajar dan skor

prestasi kimia materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari, data tersebut

diperoleh dari kelas VIIIA MTs Sudirman Ngadirojo, Wonogiri sebagai kelas eksperimen

dengan model CTL menggunakan media lingkungan dan kelas VIIIB MTs Sudirman

Ngadirojo, Wonogiri sebagai kelas eksperimen dengan model CTL menggunakan media

internet.

1. Data Skor Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah dibagi menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah berdasarkan skor rataan

pada kedua kelas eksperimen. Siswa yang memiliki skor diatas rataan dikelompokkan dalam

kategori tinggi dan yang sama dengan rataan serta yang lebih kecil dari rataan dikelompokkan

sebagai kategori rendah. Dengan kriteria tersebut dari 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas

eksperimen dengan pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan dan 30 siswa

dengan pembelajaran model CTL penggunakan media internet terdapat 30 siswa memiliki sikap

ilmiah tinggi dan 30 siswa memiliki sikap ilmiah rendah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah siswa yang memiliki Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

Sikap ilmiah Model CTL media lingkungan Model CTL media Internet

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

Rendah 14 46,67 16 53,33

Tinggi 16 53,33 14 46,67

jumlah 30 100 100 100

Page 110: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Untuk memperjelas kedua distribusi frekuensi sikap ilmiah tersebut disajikan

histogram dari masing-masing distribusi pada gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Sikap Ilmiah

2. Data Skor Aktivitas Belajar

Skor aktivitas belajar diperoleh dari angket aktivitas belajar. Berdasarkan data yang

diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah berdasarkan

skor rataan pada kedua kelas eksperimen. Siswa yang memiliki skor diatas rataan

dikelompokkan dalam kategori tinggi dan yang sama dengan rataan serta lebih kecil dari

rataan dikelompokkan sebagai kategori rendah. Dengan kriteria tersebut dari 60 siswa yang

terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dengan pembelajaran model CTL menggunakan media

lingkungan dan 30 siswa dengan pembelajaran model CTL penggunakan media internet

terdapat 30 siswa memiliki sikap ilmiah tinggi dan 30 siswa memiliki sikap ilmiah rendah.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah siswa yang memiliki Aktivitas Belajar Rendah dan Tinggi

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Rendah Tinggi

Model CTL Media Lingkungan Model CTL Media Internet

Page 111: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Aktivitas Belajar Model CTL media lingkungan Model CTL media Internet

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

Rendah 15 50 14 46,67

Tinggi 15 50 16 53,33

jumlah 30 100 30 100

Untuk memperjelas kedua distribusi frekuensi aktivitas belajar tersebut disajikan

histogram dari masing-masing distribusi pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar

3. Data Prestasi Belajar Kimia Aspek Kognitif

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Rendah Tinggi

Model CTL Media Lingkungan Model CTL Media Internet

Page 112: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Data hasil belajar yang berupa prestasi kognitif pada materi Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari dianalisis dengan menggunakan analisis of variance (ANAVA) tiga

jalan dengan isi sel tak sama, dilanjutkan dengan uji lanjut anava yang diolah dengan

bantuan program software MINITAB 16.

a. Prestasi Belajar Model CTL Media Lingkungan dan Model CTL Media Internet

Data prestasi belajar kedua media dapat ditunjukkan pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Prestasi Belajar Kedua Media (kognitif)

Model CTL Media Lingkungan Model CTL Media Internet

N = 30

Mean = 75,5

StDev = 9,187

MIN = 60

MAX = 90

N = 30

Mean = 72,03

StDev = 6,589

MIN = 67

MAX = 88

Tabel 4.3 menunjukkan prestasi belajar kimia pada model CTL menggunakan media

lingkungan dengan jumlah siswa 30 diperoleh nilai minimum 60, nilai maksimum 90 dengan

rata-rata 75,5 dan standar deviasi 9,187 sedangkan pada model CTL menggunakan media

internet dengan jumlah siswa 30 diperoleh nilai minimum 67, nilai maksimum 88 dengan

rata-rata 72,03 dan standar deviasi 6,589. Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia dengan

model CTL media Lingkungan dan model CTL media internet dapat ditunjukkan pada tabel

4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar dengan Model CTL media Lingkungan

dan Model CTL media Internet (kognitif)

No Interval Model CTL Media

Lingkungan Model CTL Media

Internet Frekuensi Frekuensi

Page 113: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

1

2

3

4

5

6

7

8

9

58 – 61,9

62 – 65,9

66 – 69,9

70 – 73,9

74 – 77,9

78 – 81,9

82 – 85,9

86 – 89,9

90 – 93,9

1

9

5

2

5

4

2

1

1

2

11

3

4

4

3

2

1

-

30 30

968880726456

8

7

6

5

4

3

2

1

0

968880726456

INTERNET

KOGNITIF

Freq

ue

ncy

LINGKUNGANMean 72.03StDev 6.589N 30

INTERNET

Mean 75.5StDev 9.187N 30

LINGKUNGAN

Histogram (with Normal Curve) of KOGNITIF by MET

Panel variable: MET

Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar dengan model CTL media Lingkungan dan

model CTL media Internet (kognitif)

b. Prestasi Belajar Siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

Prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dan tinggi dapat

ditunjukkan pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Prestasi Belajar Kimia Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan

Tinggi (kognitif)

Page 114: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

N = 30

Mean = 70,13

StDev = 7,026

MIN = 60

MAX = 88

N = 30

Mean = 77,4

StDev = 7,573

MIN = 65

MAX = 90

Tabel 4.5 menunjukkan prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai sikap ilmiah

rendah diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 60, nilai maksimum 88, dengan rata-rata

70,13 dan standar deviasi 7,026 sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi

diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 65, nilai maksimum 90, dengan rata-rata 77,4 dan

standar deviasi 7,573. Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan sikap ilmiah

rendah dan tinggi dapat ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan sikap ilmiah rendah

dan tinggi (kognitif)

No Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

Frekuensi Frekuensi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

58 – 61,9

62 – 65,9

66 – 69,9

70 – 73,9

74 – 77,9

78 – 81,9

82 – 85,9

86 – 89,9

90 – 93,9

2

12

6

5

1

3

-

1

-

1

8

2

1

8

3

4

2

1

30 30

Page 115: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

8880726456

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

8880726456

RENDAH

KOGNITIF

Fre

qu

en

cy

TINGGIMean 70.13StDev 7.026N 30

RENDAH

Mean 77.4StDev 7.573N 30

TINGGI

Histogram (with Normal Curve) of KOGNITIF by KRITERIA SIKAP ILMIAH

Panel variable: KRITERIA SIKAP ILMIAH

Gambar 4.4 Histogram prestasi belajar kimia siswa dengan sikap ilmiah rendah dan

tinggi (kognitif)

c. Prestasi Belajar Siswa yang mempunyai Aktivitas Belajar Rendah dan Tinggi

Prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah dan tinggi dapat

ditunjukkan pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Prestasi Belajar Siswa yang mempunyai Aktivitas Belajar Rendah dan

Tinggi (kognitif).

Aktivitas Belajar Rendah Aktivitas Belajar Tinggi

N = 30

Mean = 71,37

StDev = 8,401

MIN = 68

MAX = 90

N = 30

Mean = 76,17

StDev = 7,178

MIN = 75

MAX = 90

Tabel 4.7 menunjukkan prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai aktivitas belajar

rendah diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 68, nilai maksimum 90, dengan rata-rata

Page 116: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

71,37 dan standar deviasi 8,401 sedangkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi

diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 75, nilai maksimum 90, dengan rata-rata 76,17

dan standar deviasi 7,178. Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan aktivitas

belajar rendah dan tinggi dapat ditunjukkan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan aktivitas belajar

rendah dan tinggi (kognitif).

No Interval Aktivitas Belajar Rendah Aktivitas Belajar Tinggi

Frekuensi Frekuensi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

58 – 61,9

62 – 65,9

66 – 69,9

70 – 73,9

74 – 77,9

78 – 81,9

82 – 85,9

86 – 89,9

90 – 93,9

2

10

6

3

3

3

-

1

1

1

10

2

3

6

3

4

2

-

29 31

8880726456

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

8880726456

RENDAH

KOGNITIF

Fre

que

ncy

TINGGIMean 71.37StDev 8.401N 30

RENDAH

Mean 76.17StDev 7.178N 30

TINGGI

Histogram (with Normal Curve) of KOGNITIF by KRITERIA A B

Panel variable: KRITERIA A B

Page 117: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Gambar 4.5 Histogram prestasi belajar kimia siswa dengan aktivitas belajar rendah dan tinggi (kognitif).

d. Deskripsi Prestasi Belajar untuk Tiap-tiap Sel

Data prestasi kimia siswa yang dipengaruhi oleh media, sikap ilmiah dan aktivitas belajar

ditunjukkan pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Prestasi Belajar Kimia siswa dengan model CTL Media Lingkungan dan

Media Internet (kognitif).

Model CTL

Media Lingkungan Media Internet

Sikap Ilmiah

Rendah

Aktivitas Belajar

Siswa Rendah

N = 9

StDev = 5,523

Mean = 67,33

N = 9

StDev = 8,531

Mean = 70,56

Aktivitas Belajar

Siswa Tinggi

N = 5

StDev = 8,871

Mean = 73,8

N = 7

StDev = 4,995

Mean = 70,57

Sikap Ilmiah

Tinggi

Aktivitas Belajar

Siswa Rendah

N = 7

StDev = 9,744

Mean = 78,43

N = 5

StDev = 5,975

Mean = 70,2

Aktivitas Belajar

Siswa Tinggi

N = 9

StDev = 5,292

Mean = 82,33

N = 9

StDev = 5,172

Mean = 75,67

Tabel 4.9 menunjukkan prestasi belajar kimia masing-masing kelompok eksperimen

yang dipengaruhi oleh media, sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 5,523; Mean = 67,33

Page 118: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

2. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 8,531; Mean = 70,56

3. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 5; StDev = 8,871; Mean = 73,8

4. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 7; StDev = 4,995; Mean = 70,57

5. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 7; StDev = 9,744; Mean = 78,43

6. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 5; StDev = 5,975; Mean = 70,2

7. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 5,292; Mean = 82,33

8. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 5,172; Mean = 75,67

Untuk mendapatkan gambaran mengenai adanya perbedaan prestasi belajar kimia siswa

antara model CTL menggunakan media lingkungan dan model CTL menggunakan media

Page 119: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

internet ditinjau dari sikap ilmiah siswa rendah tinggi dan aktivitas belajar siswa rendah tinggi

dapat dilihat dari nilai rata-rata keduanya. Hasil perhitungan rerata dari masing-masing kelompok

dapat ditunjukkan pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Rata-rata Prestasi Belajar Kognitif Masing-masing kelompok

No Kelompok Rata-rata Prestasi Belajar Kognitif

1 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan 75,5

2 Siswa yang diberi model CTL media Internet 72,03

3 Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi 77,4

4 Siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah 70,13

5 Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi 76,17

6 Siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah 71,37

7 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar rendah

67,33

8 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar tinggi

73,8

9 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar rendah

78,43

10 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi

82,33

11 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar rendah

70,56

12 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar rendah

70,2

13 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar tinggi

70,57

14 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi

75,67

4. Data Prestasi Belajar Kimia Aspek afektif

Data hasil belajar yang berupa prestasi afektif pada materi Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan Sehari-hari dianalisis dengan menggunakan analisis of variance

(ANAVA) tiga jalan dengan isi sel tak sama, dilanjutkan dengan uji lanjut anava yang diolah

dengan bantuan program software MINITAB 16.

Page 120: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

a. Prestasi Belajar Model CTL Media Lingkungan dan Model CTL Media Internet

Data prestasi belajar kedua media dapat ditunjukkan pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Prestasi Belajar Kedua Media (afektif). Model CTL Media Lingkungan Model CTL Media Internet

N = 30

Mean = 78,83

StDev = 6,529

MIN = 65

MAX = 89

N = 30

Mean = 76,97

StDev = 7,595

MIN = 65

MAX = 88

Tabel 4.11 menunjukkan prestasi belajar kimia aspek afektif pada model CTL

menggunakan media lingkungan dengan jumlah siswa 30 diperoleh nilai minimum 65, nilai

maksimum 89 dengan rata-rata 78,83 dan standar deviasi 6,529 sedangkan pada model CTL

menggunakan media internet dengan jumlah siswa 30 diperoleh nilai minimum 65, nilai

maksimum 88 dengan rata-rata 76,97 dan standar deviasi 7,595. Distribusi frekuensi prestasi

belajar afektif dengan model CTL media Lingkungan dan model CTL media internet dapat

ditunjukkan pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar dengan Model CTL media Lingkungan dan Model CTL media Internet (afektif).

No Interval Model CTL Media

Lingkungan Model CTL Media

Internet Frekuensi Frekuensi

1

2

3

4

5

6

7

62 – 65,9

66 – 69,9

70 – 73,9

74 – 77,9

78 – 81,9

82 – 85,9

86 – 89,9

2

2

-

8

7

6

5

1

7

2

5

4

6

5 30 30

Page 121: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

9590858075706560

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

9590858075706560

INTERNET

AFEKTIF

Fre

que

ncy

LINGKUNGANMean 76.97StDev 7.595N 30

INTERNET

Mean 78.83StDev 6.529N 30

LINGKUNGAN

Histogram (with Normal Curve) of AFEKTIF by MET

Panel variable: MET

Gambar 4.6 Histogram Prestasi Belajar dengan Model CTL media Lingkungan dan Model CTL media Internet (afektif).

b. Prestasi Belajar Siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

Prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dan tinggi dapat

ditunjukkan pada Tabel 4.13

Tabel 4.13 Prestasi Belajar Kimia Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi (afektif). Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

N = 30

Mean = 75,50

StDev = 7,56

MIN = 65

MAX = 89

N = 30

Mean = 80,30

StDev = 5,74

MIN = 67

MAX = 88

Tabel 4.13 menunjukkan prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai sikap ilmiah

rendah diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 65, nilai maksimum 89, dengan rata-rata

75,50 dan standar deviasi 7,56 sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi diperoleh

jumlah siswa 30, nilai minimum 67, nilai maksimum 88, dengan rata-rata 80,30 dan standar deviasi

5,74. Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan sikap ilmiah rendah dan tinggi dapat

ditunjukkan pada tabel 4.14

Page 122: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan sikap ilmiah rendah dan tinggi.

No Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

Frekuensi Frekuensi

1

2

3

4

5

6

7

62 – 65,9

66 – 69,9

70 – 73,9

74 – 77,9

78 – 81,9

82 – 85,9

86 – 89,9

3

7

1

7

6

1

5

-

2

1

8

4

13

3

30 30

90858075706560

12

10

8

6

4

2

0

90858075706560

RENDAH

AFEKTIF

Fre

qu

en

cy

TINGGIMean 75.5StDev 7.565N 30

RENDAH

Mean 80.3StDev 5.742N 30

TINGGI

Histogram (with Normal Curve) of AFEKTIF by KRITERIA SIKAP ILMIAH

Panel variable: KRITERIA SIKAP ILMIAH

Gambar 4.7 Histogram prestasi belajar kimia siswa dengan sikap ilmiah rendah dan tinggi (afektif)

c. Prestasi Belajar Siswa yang mempunyai Aktivitas Belajar Rendah dan Tinggi

Prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah dan tinggi dapat

ditunjukkan pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Prestasi Belajar kimia yang mempunyai Aktivitas Belajar Rendah dan Tinggi Aktivitas Belajar Rendah Aktivitas Belajar Tinggi

N = 30

Mean = 75,70

N = 30

Mean = 80,10

Page 123: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

StDev = 7,07

MIN = 65

MAX = 88

StDev = 6,49

MIN = 65

MAX = 89

Tabel 4.15 menunjukkan prestasi belajar kimia siswa yang mempunyai aktivitas

belajar rendah diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 65, nilai maksimum 88, dengan

rata-rata 75,70 dan standar deviasi 7,07 sedangkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar

tinggi diperoleh jumlah siswa 30, nilai minimum 65, nilai maksimum 89, dengan rata-rata

80,10 dan standar deviasi 6,49. Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan

aktivitas belajar rendah dan tinggi dapat ditunjukkan pada tabel 4.16

Tabel 4.16 Distribusi frekuensi prestasi belajar kimia siswa dengan aktivitas belajar rendah dan tinggi (afektif).

No Interval Aktivitas Belajar Rendah Aktivitas Belajar Tinggi

Frekuensi Frekuensi

1

2

3

4

5

6

7

62 – 65,9

66 – 69,9

70 – 73,9

74 – 77,9

78 – 81,9

82 – 85,9

86 – 89,9

3

7

1

9

3

5

3

1

2

1

4

8

6

7

31 29

Page 124: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

9590858075706560

10

8

6

4

2

0

9590858075706560

RENDAH

AFEKTIF

Freq

uenc

y

TINGGIMean 75.7StDev 7.072N 30

RENDAH

Mean 80.1StDev 6.488N 30

TINGGI

Histogram (with Normal Curve) of AFEKTIF by KRITERIA A B

Panel variable: KRITERIA A B

Gambar 4.8 Histogram prestasi belajar kimia siswa dengan aktivitas belajar rendah dan tinggi (afektif).

d. Deskripsi Prestasi Belajar untuk Tiap-tiap Sel

Data prestasi kimia siswa yang dipengaruhi oleh media, sikap ilmiah dan aktivitas belajar

ditunjukkan pada tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.17 Prestasi Belajar Kimia siswa dengan model CTL Media Lingkungan

dan Media Internet (afektif).

Model CTL

Media Lingkungan Media Internet

Sikap Ilmiah

Rendah

Aktivitas Belajar

Siswa Rendah

N = 9

StDev = 7,457

Mean = 73,11

N = 9

StDev = 6,754

Mean = 72,11

Aktivitas Belajar

Siswa Tinggi

N = 5

StDev = 5,07

Mean = 80,2

N = 7

StDev = 7,807

Mean = 79,57

Sikap Ilmiah

Tinggi

Aktivitas Belajar

Siswa Rendah

N = 7

StDev = 4,546

Mean = 80

N = 5

StDev = 4,494

Mean = 80,8

Aktivitas Belajar N = 9 N = 9

Page 125: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Siswa Tinggi StDev = 3,566

Mean = 82,89

StDev = 8,093

Mean = 77,67

Tabel 4.17 menunjukkan prestasi belajar kimia masing-masing kelompok eksperimen

yang dipengaruhi oleh media, sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 7,457; Mean = 73,11

2. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 6,754; Mean = 79,57

3. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 5; StDev = 5,07; Mean = 80,2

4. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 7; StDev = 7,807; Mean = 79,57

5. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 7; StDev = 4,546; Mean = 80

6. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar rendah diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 5; StDev = 4,494; Mean = 80,8

Page 126: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

7. Kelompok siswa dengan model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 3,566; Mean = 82,89

8. Kelompok siswa dengan model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan

aktivitas belajar tinggi diperoleh prestasi belajar kimia sebagai berikut:

N = 9; StDev = 8,093; Mean = 77,67

Untuk mendapatkan gambaran mengenai adanya perbedaan prestasi belajar kimia

siswa antara model CTL menggunakan media lingkungan dan model CTL menggunakan

media internet ditinjau dari sikap ilmiah siswa rendah tinggi dan aktivitas belajar siswa

rendah tinggi dapat dilihat dari nilai rata-rata keduanya. Hasil perhitungan rerata dari

masing-masing kelompok dapat ditunjukkan pada tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4.18 Rata-rata Prestasi Belajar Afektif Masing-masing kelompok No Kelompok Rata-rata Prestasi

Belajar Kimia

1 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan 78,83

2 Siswa yang diberi model CTL media Internet 76,97

3 Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi 80,30

4 Siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah 75,50

5 Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi 80,10

6 Siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah 75,7

7 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar rendah

73,11

8 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar tinggi

80,2

9 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar rendah

80

10 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi

82,89

11 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar rendah

72,11

12 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar rendah

79,57

Page 127: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

13 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar tinggi

80,8

14 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi

77,67

B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang

terdistribusi normal atau tidak normal. Pada penelitian ini alat uji yang digunakan adalah

minitab 16. Untuk membuktikan bahwa data terdistribusi normal hasil komputasinya dapat

dilihat pada lampiran dan hasilnya disajikan pada gambar berikut:

1009080706050

99.9

99

9590

80706050403020

10

5

1

0.1

KOGNITIF

Perc

ent

Mean 73.77StDev 8.116N 60RJ 0.985P-Value >0.100

Probability Plot of skor prestasiNormal

Gambar 4.9 Uji Normalitas Prestasi Belajar Kimia Materi Bahan-Bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi (a)

yang digunakan adalah 0,05 maka p value > a maka Ho tidak ditolak. Dapat diartikan bahwa

data terdistribusi normal.

Page 128: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

14012010080604020

99.9

99

9590

80706050403020

10

5

1

0.1

SIKAP ILMIAH

Perc

ent

Mean 77.97StDev 15.92N 60RJ 0.974P-Value 0.021

Probability Plot of Skor Sikap IlmiahNormal

Gambar 4.10 Uji Normalitas Skor Sikap Ilmiah

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi (a)

yang digunakan adalah 0,05 maka p value > a maka Ho tidak ditolak. Dapat diartikan bahwa

data terdistribusi normal.

90807060504030

99.9

99

9590

80706050403020

10

5

1

0.1

AKTIVITAS BELAJAR

Perc

ent

Mean 59.68StDev 9.568N 60RJ 0.980P-Value 0.056

Probability Plot of Skor Aktivitas BelajarNormal

Gambar 4.11 Uji Normalitas Skor Aktivitas Belajar

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi (a)

yang digunakan adalah 0,05 maka p value > a maka Ho tidak ditolak. Dapat diartikan bahwa

data terdistribusi normal.

Page 129: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Hasil uji normalitas secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.19

Tabel 4.19 Hasil uji normalitas data prestasi kognitif dan afektif kimia

No Uji Normalitas (Ryan-Joiner)

Alpha = 0,05 p-v Keputusan Kesimpulan

1 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan

>0,100 Ho : ditolak Normal

2 Siswa yang diberi model CTL media Internet

>0,100 Ho : ditolak Normal

3 Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi >0,100 Ho : ditolak Normal

4 Siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah >0,100 Ho : ditolak Normal

5 Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi >0,100 Ho : ditolak Normal

6 Siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah >0,100 Ho : ditolak Normal

7 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar rendah

>0,100 Ho : ditolak Normal

8 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar tinggi

>0,100 Ho : ditolak Normal

9 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar rendah

>0,100 Ho : ditolak Normal

10 Siswa yang diberi model CTL media lingkungan dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi

>0,100 Ho : ditolak Normal

11 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar rendah

>0,100 Ho : ditolak Normal

12 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar rendah

>0,100 Ho : ditolak Normal

13 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah rendah dan aktivitas belajar tinggi

>0,100 Ho : ditolak Normal

14 Siswa yang diberi model CTL media internet dengan sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi

>0,100 Ho : ditolak Normal

2. Uji Homogenitas

Page 130: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variasi-variasi dari sejumlah populasi

sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah tes for equal variances menggunakan minitab 16.

Rangkuman Uji homogenitas prestasi kimia materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

sehari-hari, skor sikap ilmiah, dan skor aktivitas belajar prestasi belajar kognitif dapat dilihat

pada gambar 4.12, gambar 4.13, dan gambar 4.14 sebagai berikut:

LINGKUNGAN

INTERNET

14121086

MET

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

LINGKUNGAN

INTERNET

90858075706560

MET

KOGNITIF

Test Statistic 0.56P-Value 0.119

Test Statistic 3.80P-Value 0.056

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Skor Prestasi

Gambar 4.12 Uji homogenitas Media terhadap prestasi kimia Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan Sehari-hari (kognitif)

Dari gambar terlihat bahwa Ho tidak ditolak karena p value = 0,056 > 0,05 artinya

data homogen.

Page 131: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

TINGGI

RENDAH

111098765KR

ITE

RIA

SIK

AP

IL

MIA

H

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

TINGGI

RENDAH

90858075706560KR

ITER

IA S

IKA

P I

LM

IAH

KOGNITIF

Test Statistic 0.86P-Value 0.689

Test Statistic 0.45P-Value 0.504

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Skor Sikap Ilmiah

Gambar 4.13 Uji Homogenitas Sikap Ilmiah terhadap prestasi kimia Bahan-bahan

Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (kognitif)

Dari gambar terlihat bahwa Ho tidak ditolak karena p value = 0,504 > 0,05 artinya

data homogen.

TINGGI

RENDAH

12111098765

KR

ITER

IA A

B

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

TINGGI

RENDAH

90858075706560

KR

ITER

IA A

B

KOGNITIF

Test Statistic 1.37P-Value 0.402

Test Statistic 0.50P-Value 0.483

F-Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for Skor Aktivitas Belajar

Gambar 4.14 Uji Homogenitas Aktivitas Belajar terhadap Prestasi Kimia Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (kognitif)

Page 132: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Dari gambar terlihat bahwa Ho tidak ditolak karena p value = 0,483 > 0,05 artinya

data homogen.

Kesimpulan hasil uji homogenitas data prestasi belajar kimia aspek kognitif dan

afektif dapat dilihat pada tabel 4.18

Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kimia

No Faktor P – v

kognitif

P – v

afektif Jenis Tes Keputusan Kesimpulan

1 Media Pembelajaran

0,109 0,420 F – Test Ho : ditolak Homogen

0,056 0,117 Levene’s Ho : ditolak Homogen

2 Sikap Ilmiah

0,689 0,144 F – Test Ho : ditolak Homogen

0,504 0,170 Levene’s Ho : ditolak Homogen

3 Aktivitas Belajar

Siswa

0,402 0,646 F – Test Ho : ditolak Homogen

0,483 0,603 Levene’s Ho : ditolak Homogen

C. UJI HIPOTESIS

1. Anava Tiga Jalan GLM (General Linier Model)

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis tiga jalan dengan sel tak

sama yaitu GLM (General Linier Model), dan uji lanjut anava dilakukan jika hipotesis nol

ditolak.

Dari hasil analisis of varians dengan langkah General Linier Model prestasi belajar kimia

aspek kognitif secara ringkas dapat ditunjukkan pada tabel 4.21 sebagai berikut:

Tabel 4.21 Analisis of varians General Linier Model aspek Kognitif

No source P – value

1 Media Pembelajaran 0,046

Page 133: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

2 Sikap Ilmiah 0,002

3 Aktivitas Belajar 0,034

4 Media pembelajaran*Sikap Ilmiah 0,046

5 Media Pembelajaran*Aktivitas Belajar 0,505

6 Sikap Ilmiah*Aktivitas Belajar 0,693

7 Media Pembelajaran*Sikap Ilmiah*Aktivitas Belajar 0,276

Melihat hasil p value jika dibandingkan dengan a = 0,05 maka dari analisis General

Linier Model dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara pembelajaran model CTL dengan menggunakan media lingkungan

dan internet terhadap prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p

value = 0,046 < a 0,05).

2. Ada pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,002 < a 0,05).

3. Ada pengaruh antara aktivitas belajar siswa tinggi dan aktivitas belajar siswa rendah

terhadap prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value =

0,034 < a 0,05)

4. Ada interaksi antara media pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar Bahan-

bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,046 < a 0,05).

5. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap

prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,505 > a

0,05).

6. Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,693 > a 0,05).

Page 134: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

7. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value =

0,276 > a 0,05).

Adapun rangkuman hasil analisis anava tiga jalan untuk prestasi afektif disajikan

pada tabel 4. 22

Tabel 4.22 Analisis of varians General Linier Model aspek Afektif

No source P – value

1 Media Pembelajaran 0,376

2 Sikap Ilmiah 0,019

3 Aktivitas Belajar 0,039

4 Media pembelajaran*Sikap Ilmiah 0,682

5 Media Pembelajaran*Aktivitas Belajar 0,408

6 Sikap Ilmiah*Aktivitas Belajar 0,063

7 Media Pembelajaran*Sikap Ilmiah*Aktivitas Belajar 0,349

Melihat hasil p value jika dibandingkan dengan a = 0,05 maka dari analisis General

Linier Model dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada pengaruh antara pembelajaran model CTL dengan menggunakan media

lingkungan dan internet terhadap prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan

Sehari-hari (p value = 0,376 > a 0,05).

2. Ada pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,019 < a 0,05).

3. Ada pengaruh antara aktivitas belajar siswa tinggi dan aktivitas belajar siswa rendah

terhadap prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value =

0,039 < a 0,05)

Page 135: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

4. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,682 > a 0,05).

5. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap

prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,408 > a

0,05).

6. Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value = 0,063 > a 0,05).

7. Tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (p value =

0,349 > a 0,05).

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan

Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui karakteristik

pada variabel bebas dan variabel terikat. Pada penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan

pada hipotesis kesatu sampai keempat untuk aspek kognitif dan hipotesis ke dua dan ketiga

untuk aspek afektif. Sedangkan hipotesis yang lainnya tidak dilakukan uji komparansi ganda

karena Ho tidak ditolak.

Page 136: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

LINGKUNGANINTERNET

76

75

74

73

72

71

MET

Mea

n71.701

75.832

73.767

One-Way Normal ANOM for KOGNITIFAlpha = 0.05

Gambar 4.15 Uji lanjut anava Pengaruh Metode terhadap Prestasi Belajar Kimia materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari (kognitif)

Pada gambar 4.15 terlihat bahwa dengan strategi model CTL menggunakan media

lingkungan berpengaruh kearah lebih tinggi terhadap prestasi belajar, sedangkan dengan

strategi model CTL menggunakan media internet berpengaruh lebih rendah terhadap prestasi

belajar.

TINGGIRENDAH

78

76

74

72

70

KRITERIA SIKAP ILMIAH

Mea

n

71.879

75.654

73.767

One-Way Normal ANOM for KOGNITIFAlpha = 0.05

Page 137: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Gambar 4.16 Uji lanjut anava Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Kimia Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada gambar 4.16 garis biru, ada yang melewati garis merah, berarti sikap ilmiah

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kimia. Pada gambar tersebut terlihat bahwa

sikap ilmiah tinggi berpengaruh kearah lebih tinggi terhadap prestasi belajar, sedangkan sikap

ilmiah rendah berpengaruh lebih rendah terhadap prestasi belajar.

TINGGIRENDAH

77

76

75

74

73

72

71

KRITERIA A B

Mea

n

71.747

75.786

73.767

One-Way Normal ANOM for KOGNITIFAlpha = 0.05

Gambar 4.17 Uji lanjut anava Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Kimia Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada gambar 4.17 garis biru, ada yang melewati garis merah, berarti aktivitas belajar

siswa berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kimia. Pada gambar tersebut terlihat

bahwa aktivitas belajar siswa tinggi berpengaruh kearah lebih tinggi terhadap prestasi

belajar, sedangkan aktivitas belajar siswa rendah berpengaruh lebih rendah terhadap prestasi

belajar.

Page 138: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

LINGKUNGANINTERNET

78

77

76

75

74

73

72

71

70

TINGGIRENDAH

MET

Me

an

KRITERIA SIKAP ILMIAH

Main Effects Plot for KOGNITIFData Means

Gambar 4.18 Uji lanjut anava Strategi Pembelajaran dan Sikap Ilmiah terhadap Prestasi

Belajar Kimia (kognitif)

Pada gambar 4.18 terlihat bahwa nilai mean pada model CTL menggunakan media

lingkungan prestasi belajarnya lebih baik daripada model CTL menggunakan media internet.

Sedangkan faktor sikap ilmiah tinggi lebih efektif pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia

materi bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

TINGGIRENDAH

81

80

79

78

77

76

75

KRITERIA SIKAP ILMIAH

Me

an

76.165

79.635

77.9

One-Way Normal ANOM for AFEKTIFAlpha = 0.05

Page 139: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Gambar 4.19 Uji lanjut anava Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Kimia (afektif)

Pada gambar 4.16, dari plot rata-rata (mean) terlihat bahwa siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi (1) berada pada posisi atas dibanding siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (2).

Selain itu ada perpotongan antara garis biru dan garis merah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

yang memiliki sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa

yang memiliki sikap ilmiah rendah.

TINGGIRENDAH

81

80

79

78

77

76

75

KRITERIA A B

Mea

n

76.146

79.654

77.9

One-Way Normal ANOM for AFEKTIFAlpha = 0.05

Gambar 4.20 Uji lanjut anava Pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap Prestasi Belajar Kimia (afektif)

Pada gambar 4.20, dari plot rata-rata (mean) terlihat bahwa siswa yang memiliki

aktivitas belajar tinggi (1) berada pada posisi atas dibanding siswa yang memiliki aktivitas

belajar rendah (2). Selain itu ada perpotongan antara garis biru dan garis merah. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi yang

lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.

D. PEMBAHASAN

1. Hipotesis Pertama

Page 140: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama

menunjukkan harga p-value sebesar 0,046, sehingga Ho (model pembelajaran tidak berpengaruh

terhadap prestasi kognitif) ditolak. Jadi model pembelajaran CTL menggunakan media lingkungan

dan internet memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif. Sementara itu pada

prestasi afektif diperoleh p-value sebesar 0,376, sehingga Ho (model pembelajaran tidak

berpengaruh pada prestasi afektif) diterima. Jadi model pembelajaran tidak berpengaruh terhadap

prestasi afektif. Dari uji lanjut anava, pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan

berpengaruh kearah lebih tinggi terhadap prestasi belajar kognitif, sedangkan dengan pembelajaran

model CTL menggunakan media internet berpengaruh lebih rendah terhadap prestasi belajar

kognitif.

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan

pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan

bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana

untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media,

diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan

dan suara yang direkam. Maka dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar

mempelajari bahan pelajaran.

Dilihat dari skor prestasi belajar, siswa dengan model CTL menggunakan media lingkungan

mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan model CTL menggunakan

media internet. Hal ini karena siswa yang menggunakan media lingkungan dapat melihat secara

Page 141: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

fisik benda-benda yang mengandung bahan-bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari sehingga

lebih memahami materi pelajaran secara mendalam.

Pada kedua model pembelajaran ini juga menerapkan kerja sama dalam kelompok

dimana tiap anggota kelompok akan bekerja sama saling membantu yang dapat

menumbuhkan kepedulian dan empati antar teman, saling menghargai, dan juga

meningkatkan kemandirian dalam menyelesaikan tugas dan membentuk pribadi yang jujur

dalam diri tiap-tiap siswa. Hal itulah yang menyebabkan kedua model pembelajaran tidak

ada pengaruhnya secara signifikan terhadap prestasi afektif.

2. Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama

menunjukkan harga p-value sebesar 0,002, sehingga Ho (sikap ilmiah tinggi dan rendah

tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Jadi sikap ilmiah tinggi dan rendah

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif. Sementara itu pada prestasi

afektif diperoleh p-value sebesar 0,019, sehingga Ho (sikap ilmiah tinggi dan rendah tidak

berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Jadi sikap ilmiah tinggi dan rendah

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi afektif. Sedangkan pada uji lanjut

anava, baik kognitif maupun afektif, garis biru, ada yang melewati garis merah, berarti sikap

ilmiah berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kimia. Pada gambar tersebut terlihat

bahwa sikap ilmiah tinggi berpengaruh kearah lebih tinggi terhadap prestasi belajar,

sedangkan sikap ilmiah rendah berpengaruh lebih rendah terhadap prestasi belajar.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern,

salah satunya adalah sikap ilmiah. Sikap ilmiah merupakan faktor intern siswa. Sikap

ilmiah dalam penelitian ini adalah sikap yang diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang

bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu. Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki sikap

Page 142: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

ilmiah tinggi adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, mau menerima gagasan baru,

memiliki kejujuran, memiliki rasa kerendahan hati, Obyektif, mampu bekerjasama dengan

baik, teliti, berpikir positif atas kegagalan, bertanggung jawab. Sikap ilmiah sesuai dengan

ciri-ciri diatas dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya prestasi belajar. Maka sesuai

dengan hasil penelitian bahwa siswa yang sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar

lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.

3. Hipotesis Ketiga

Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama

menunjukkan harga p-value sebesar 0,034, sehingga Ho (aktivitas belajar tinggi dan rendah tidak

berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Jadi aktivitas belajar tinggi dan rendah

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif. Sementara itu pada prestasi

afektif diperoleh p-value sebesar 0,039, sehingga Ho (aktivitas belajar tinggi dan rendah tidak

berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Jadi aktivitas belajar tinggi dan rendah

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi afektif. Sedangkan pada uji lanjut anava,

baik kognitif maupun afektif, garis biru, ada yang melewati garis merah, berarti aktivitas belajar

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kimia. Pada gambar tersebut terlihat bahwa

aktivitas belajar tinggi berpengaruh kearah lebih tinggi terhadap prestasi belajar, sedangkan

aktivitas belajar rendah berpengaruh kearah lebih rendah terhadap prestasi belajar.

Hasil penelitian sesuai dengan teori belajar bahwa aktivitas belajar siswa sebagai

faktor intern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia. Tingkat aktivitas siswa yang

berbeda mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap prestasi belajar. Piaget dalam

Ratna Wilis Dahar (1989;149) menjelaskan bahwa anak itu berpikir sepanjang ia berbuat,

tanpa perbuatan anak itu tidak berpikir, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi

kesempatan untuk berbuat sendiri. Siswa akan lebih memahami materi bahan-bahan kimia

Page 143: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

dalam kehidupan sehari-hari dengan mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan

mereka.

Hal ini berarti siswa dengan pembelajaran model CTL media lingkungan maupun

media internet yang mempunyai aktivitas tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan

siswa yang mempunyai aktivitas rendah.

4. Hipotesis Keempat

Hasil analisis anava tiga jalan (General Linier Model) pada hipotesis keempat untuk

prestasi kognitif diperoleh p - value = 0,046 < a (0,05), maka H0 Tidak ada interaksi antara media

pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif ditolak, artinya ada interaksi antara

media pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif. Untuk prestasi afektif

diperoleh p – value = 0,682 > a (0,05), makaH0 Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan

sikap ilmiah terhadap prestasi belajar afektif diterima, artinya tidak ada interaksi antara media

pembelajaran dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif Sedangkan pada uji lanjut anava

untuk prestasi kognitif terlihat bahwa nilai mean pada model CTL menggunakan media lingkungan

prestasi belajarnya lebih baik daripada model CTL menggunakan media internet, faktor sikap

ilmiah tinggi lebih efektif pengaruhnya terhadap prestasi belajar kimia materi bahan-bahan kimia

dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah dapat dijelaskan sebagai

berikut. Berdasarkan hipotesis pertama, pembelajaran kimia menggunakan model CTL

menggunakan media lingkungan lebih baik dari pada menggunakan model CTL menggunakan

media internet terhadap prestasi belajar. Adapun pada hipotesis kedua sikap imiah tinggi dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa, terbukti siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan sikap ilmiah rendah. Media

pembelajaran dan sikap ilmiah mempengaruhi prestasi belajar secara bersama, sehingga ada

Page 144: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

interaksi antara keduanya, karena keduanya mendukung pembelajaran model CTL. Sedangkan

pada prestasi afektif, tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa. Hal

ini dapat dijelaskan bahwa pada kedua model pembelajaran ini juga menerapkan kerja sama dalam

kelompok dimana tiap anggota kelompok akan bekerja sama saling membantu yang dapat

menumbuhkan kepedulian dan empati antar teman, saling menghargai, dan juga meningkatkan

kemandirian dalam menyelesaikan tugas dan membentuk pribadi yang jujur dalam diri tiap-tiap

siswa.

5. Hipotesis Kelima

Hasil analisis anava tiga jalan (General Linier Model) pada hipotesis kelima untuk

prestasi kognitif diperoleh p - value = 0,505 > a (0,05), maka H0 Tidak ada interaksi antara

media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif tidak

ditolak, artinya tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada prestasi afektif diperoleh p – value =

0,408 > a (0,05), maka H0 Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dan aktivitas

belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif tidak ditolak, artinya tidak ada interaksi antara

media pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif.

Tidak adanya interaksi antara media pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa

disebabkan oleh banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi

belajar baik intern maupun ekstern siswa. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor

tersebut diluar kegiatan belajar mengajar.

Menurut teori konstruktivisme pengetahuan dibentuk secara aktif oleh seseorang

yang sedang belajar. Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif dalam

membangun suatu pengetahuan baru. Dalam pembelajaran siswa akan berinteraksi langsung

dengan lingkungan dan berkomunikasi dengan temannya sehingga diperoleh pengalaman

Page 145: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget maka pengalaman baru tersebut diasimilasi dan

dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan

demikian tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa.

6. Hipotesis Keenam

Hasil analisis anava tiga jalan (General Linier Model) pada hipotesis keenam untuk

prestasi kognitif diperoleh p - value = 0,505 > a (0,05), maka H0 Tidak ada interaksi antara sikap

ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif tidak ditolak, artinya tidak ada

interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif.

Sedangkan untuk prestasi afektif diperoleh p - value = 0,063 > a (0,05), maka H0 Tidak ada

interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif tidak

ditolak, artinya tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap

prestasi belajar afektif.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi akan memiliki

prestasi belajar kimia yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah

rendah dan aktivitas belajar rendah, tetapi didalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak

ada interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia.

Hal ini dimungkinkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi

belajar baik intern maupun ekstern siswa diluar faktor sikap ilmiah dan aktivitas belajar

siswa yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor

tersebut diluar kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian tidak ada interaksi antara sikap

ilmiah dan aktivitas belajar siswa.

Page 146: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

7. Hipotesis Ketujuh

Hasil analisis anava tiga jalan (General Linier Model) pada hipotesis ketujuh untuk

prestasi kognitif diperoleh p - value = 0,276 > a (0,05), maka H0 tidak ada interaksi antara

media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

kognitif tidak ditolak, artinya tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah,

dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan untuk prestasi

afektif diperoleh p - value = 0,349 > a (0,05), maka H0 tidak ada interaksi antara media

pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif tidak

ditolak, artinya tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas

belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif.

Tidak adanya interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar kimia dapat dijelaskan sebagai berikut. Berdasarkan hipotesis

pertama, siswa yang memperoleh pembelajaran kimia menggunakan model CTL

menggunakan media lingkungan mempunyai prestasi belajar kimia yang lebih baik dari pada

menggunakan model CTL menggunakan media internet. Pada hipotesis kedua siswa yang

mempunyai sikap imiah tinggi mempunyai prestasi belajar kimia yang lebih baik

dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Sedangkan hipotesis yang ketiga

siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.

Apapun media yang digunakan, baik media lingkungan maupun media internet,

siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi maupun aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar

kimia yang lebih baik.sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara media

pembelajaran, sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan karena banyaknya

faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik intern maupun

Page 147: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

ekstern siswa diluar faktor sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa yang digunakan dalam

penelitian ini. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut diluar kegiatan belajar

mengajar. Dengan demikian tidak ada interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan

aktivitas belajar siswa.

E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Data angket sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa yang diperoleh dengan berupa tes

tertulis yang mana skor kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda.

2. Soal tes kognitif yang digunakan masih kurang mewakili kelima tingkat kesukaran yaitu

mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali.

3. Efektivitas kerjasama kelompok masih rendah sehingga saat melakukan pembelajaran

hanya beberapa siswa saja yang bekerja.

4. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan sebenarnya dirasa

sangat kurang, sehingga ada kemungkinan pengaruh perlakuan belum tampak jelas. Ada

keinginan dari peneliti untuk menambah jumlah jam pertemuan akan tetapi terkait dengan

pembagian alokasi waktu tiap kompetensi dasar.

Page 148: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis sampai pengujian hipotesis, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dengan menggunakan model CTL menggunakan Media Lingkungan dan Internet ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Aktivitas Belajar Siswa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan media lingkungan dengan model CTL akan mempengaruhi prestasi belajar

kimia lebih baik, karena media lingkungan mendukung siswa dalam mengaitkan antara

materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Terbukti dengan hasil yang

dicapai oleh kelompok eksperimen media lingkungan mempunyai nilai rata-rata lebih

tinggi dibandingkan dengan media internet. Nilai rata-rata kelompok eksperimen media

lingkungan adalah 75,5 untuk prestasi kognitif, dan 78,83 untuk prestasi afektif

sedangkan nilai rata-rata kelompok eksperimen media internet adalah 72,03 untuk

prestasi kognitif, dan 76, 97 untuk prestasi afektif.

2. Sikap ilmiah (tinggi dan rendah) dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia.

Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Nilai rata-rata siswa yang

mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah 77,4 untuk prestasi kognitif dan 80,30 untuk

prestasi afektif sedangkan nilai rata-rata siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah

adalah 70,13 untuk prestasi kognitif dan 75,50 untuk prestasi afektif.

3. Siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar kimia yang

lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah. Nilai rata-rata

siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi adalah 76,17 untuk prestasi kognitif dan

80,10 untuk prestasi afektif sedangkan nilai rata-rata siswa yang mempunyai aktivitas

rendah adalah 71,37 untuk prestasi kognitif dan 75,70 untuk prestasi afektif.

Page 149: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

4. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi antara media pembelajaran dan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar kimia. Media pembelajaran dan sikap ilmiah

mempengaruhi prestasi belajar secara bersama, sehingga ada interaksi antara keduanya,

karena keduanya mendukung pembelajaran model CTL.

5. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dan

aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. Tidak adanya interaksi antara

media pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa disebabkan oleh banyaknya faktor

yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik intern maupun

ekstern siswa.

6. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar kimia. Hal ini disebabkan siswa MTs masih taraf operasi

konkrit , sehingga sikap ilmiahnya belum mampu memadukan dengan aktivitas belajarnya

untuk mempengaruhi prestasi belajar kimia.

7. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran, sikap

ilmiah, dan aktivitas belajar siswa. Pembelajaran model CTL dengan media lingkungan dan

media internet belum mampu menjembatani sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar kimia.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah menambah pengetahuan dalam mempelajari materi bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari menggunakan pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan ditinjau dari sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan aktivitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik, maka dalam mempelajari materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat menggunakan pembelajaran model CTL menggunakan media lingkungan dan perlu memperhatikan sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa. 2. Implikasi Praktis

Page 150: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasi praktis yang dapat dikemukakan adalah: a. Pembelajaran model CTL dengan menggunakan media lingkungan memberikan pengaruh

yang lebih baik terhadap prestasi belajar kimia dibandingkan dengan pembelajaran model

CTL dengan menggunakan media internet. Maka guru perlu memperhatikan model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran sehingga diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Bahan-bahan Kimia dalam

Kehidupan Sehari-hari.

b. Sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa sebagai faktor internal berpengaruh terhadap

prestasi belajar pada materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari. Oleh

karena itu guru perlu mempertimbangkan sikap ilmiah dan aktivitas belajar siswa

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Bahan-bahan Kimia

dalam Kehidupan sehari-hari.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian untuk membantu pemikiran yang berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar siswa, maka ada beberapa saran yaitu:

1. Bagi Kepala Sekolah

a. Memberi kesempatan guru agar aktif dalam menggali pengetahuan dan merancang model

pembelajaran yang inovatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar kimia.

b. Menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam segala kegiatan yang menunjang kreatifitas

guru dan siswa.

2. Bagi Guru

a. Dalam memilih model pembelajaran yang tepat, guru hendaknya lebih melibatkan siswa

secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan

motivator saja.

Page 151: PEMBELAJARAN KIMIA MODEL CTL (CONTEXTUAL … · Kasus Pembelajaran Kimia pada Materi Bahan-bahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari Kelas VIII di MTs Sudirman Ngadirojo Wonogiri Tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

b. Faktor internal siswa yaitu sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga

peru dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa, diantaranya

berusaha untuk selalu jujur, meningkatkan keingintahuan tentang materi pelajaran, tidak

masa bodoh dengan keadaan sekitarnya.

c. Faktor internal siswa yaitu aktivitas belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar,

sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa,

diantaranya membaca sebelum proses belajar berlangsung, meringkas, berdiskusi dan

gemar bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami.

3. Bagi Peneliti

a. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis yaitu model

pembelajaran, dan media.

b. Peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian dengan melibatkan variabel yang lebih

banyak yang berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.