pembelajaran blok hematologi dan imunologi klinis
TRANSCRIPT
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
BLOK 14
SISTEM INDERA, HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI KLINIS
DOSEN:
dr. Teuku Husni T.R, Sp.THT.KL., M.Kes, dr. Wilda Mahdani, M.Si., Sp.MK, dr. Vivi Keumala Mutiawati, Sp.PK, dr. Firdalena Meutia, M.Kes, Sp.M,
Dr. dr. Mulya Safri, M.Kes, Sp.A,dr. T. Mamfaluti, Sp.PD, dr. Liza Salawati, M.Kes, dr.Husnah, MPH, FSIPH,FISCM, dr. sitti Hajar, Sp.KK, FINSDV,
Dr. dr. Azwar, SpMK, SpTHT-KL, Dra. Tjut Mariam Zanaia, M. S, Drs. Saminan, M.Sc, dr. Benny Kurnia, Sp.THT-KL, dr. Sakdiah, M.Sc,
Dr. dr. Dedy Syahrizal, M.Kes, dr. Novita Andayani, Sp.P, dr. Firdalena Meutia, Sp. M, dr. Saiful Basri, Sp.M, dr. Nurjannah, MPH., Ph.D,
dr. Sarah Firdausa, M.Md.Sc.Sp.PD, dr. Rima Novirianthy, Sp.Onk.Rad., Dr. dr. Fauzul Husna, M.Biomed, dr. T. Mamfaluti, Sp.PD, dr. Buchari, Sp.PK,
dr. Vivi Keumala, Sp. PK, dr. Marisa, M. Gizi, dr. Wahyu Lestari, Sp.KK, dr. Zahratul Aini, M. Biomed, dr. Iflan Nauval, M.SclH, dr. Soraya Rezeki, MKT,
dr. Zulfa Zahra, Sp.KJ, dr. RM. Agung Pranata Kusuma Atmaja, M. Biomed, Dr. dr. Budi Yanti, Sp.P,
PROGRAM STUDI PENDIDTKAN DOKTER
FAKTILTAS KEDOKTERAN
TINTVERSITAS SYIAH KUALA
2019
Mata Kuliah : Sistem Indera,Hematologi dan Imunologi Klinis
Program Studi : Pendidikan Dokter
R-E,NCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Semester
Dosen :
5 Kode : PPD30l SKS:5
(iapei;url)rnrhclajrran I)rogram Sludi (l,l,O/ C.Pl_) :
l. Komponen Sikap
2. KomponenPengetahuan
3. Komponen Keteranrpilan Khusus
CapaianPembclajaran l\Iata Kuliah ( CPMIOCLO ) :
l. N{ampu menjelaskan masalah }ang berkailan dengan penl,akit pada mata: kelainan refraksi dan akonrodasi. infeksi mata. traunra dan emerganc)'
dan penyakit mata lainn.a.
2. N4anrpu menjelaskan masalah yang berkaitan dengan penyakit pada telinga.
peny'akit pada hidung. pcn)akil pada tenggorok. pen5'akit pada kepala leher dan emergency di bidang THT-KL.3. Manrpu tnenjelaskan ntasalah yang berkailan dengan penyakit kulit dan kelamin, yaitu penyakil infeksi kulit, penyakit alergi.
auloimun dan vesibulosa. kr'lainan kelenjar sebasea dan ekrin, famrakologi obat kulit, serta kelainan pigmentasi dan neoplasia kulit.
4. Marnpu nrenjelaskan nrasaiah vang berkaitan dengan hematologi dan imunologi lanjutan. penyakit infeksi darah dan sistcm imun. serta
penl,akit autoimun.
5. Manrpu menentukan dan menjelaskan integrasi penyakit sistem indera,
hernatologi dan imunolo-oi.
Krite ria l'cnilaian : Penilaian Acuan Patokan Kompetensi Scdang
Nornor Nilai Konvcrsi
I >87 A
2 78-86 AB
69-77 D
l 60-68 BC
5 51 -59 C
6 4t -50 I)<41 L:
Item I)cnilai:rn :
Nilai akhir terdiri atas :
Nilai proses (40%).terdiri alas nilai :
. Diskusi tutorial (80%)
. Praktikum (20%)
n\ilai Ujian akhir blok (60%)
3
JADWAL. URAIAN N4ATERI DAN KEGIATAN PERKLILIAIIAI,\
Kemampua n
Akhir
Yang Diharapkan
NI inggu
Kc-
llahan Kajian
(N{ateri Pelajaran)
Stratcgi
Pcnrhelajaran
\\'a ltt u
lklajar
2x50
Pengalaman IlclajarMahasisn'a
Kuliah pakar diberikan oleh
seorarlg yang dianggap
menliliki kompetensi
akadenik dalarn bidang
yang meniadi lopik
nlasalah yang dibahas dalarn
diskusi dan tutorial. Kuliahpakar serninggu dapat
berlangsung 2 3 kali.diruang kuliah. Kuiiah pakar
ini dikemas dalanr bentuk
konrunikasi dua arah.
Kuliah pakar ini akan
nrenrbantu nrahasisrva
mengintegri'.sikan
pengetahuan ) ang
didapatnl a nrelalui proses
belajar rnandiri. praktikunr
lltail un diskusi
lvlengikuti
sistenl
pcnilaian di
atas
Kriteria
Pcnilaian
(lndikator)
llobot
N ilai
( I ) ( 2 ) 3( ) (I ) (t ) (6 ) (7 ) (8)
Minggu
I
lr,[ahasisvr,a manpumenganalisa
penyakit kulit dan
kelamin
Kelenjar Sebasea dan
Ekrin
Pen-v"akit Infcksi
Parasil. VirLrs dan
Gigitan Seranega
Penl,akit Irrfeksi
Baktcri Pada Kulit
Kuliah pakar
Kuliah pakar
Kuliah pakrrr
Kuliah pakar
Diskusi
kelompok.
tutorial dan
pleno skenario I
cmuan I
Diskusi
kelompok.
tutorial dan
2x50
2 r 50
2x50
6x50
6x50
Skabies
Skabies
Kegiatan ini bertLriuan
untuk nerangsang semua
mahasisrva agar anlusias
dalam mencari dan
menemukan jas aban
terhadap nrasalali 1'ar.rg
dihadapi. Jas aban terhadap
Introduksi dan
Penyakit Infeksi
Jamur Pada Kulit
pleno skenario I
(pcnenruan 2)
masalah ),ang didapatkan
melalui proses diskusi dan
belajar mandiri.
Diskusi bersama tutor
sebanyak 2x2 jamtiap
minggu dengan
menjalankan prinsip 7
langkaU the seven jumps
Diskusi tutorial pertama
dalarn tiap skenario hanya
menjalankan langkah l-5,selanjutnya pada diskusi
tutorial kedua akan
menyelesaikan langkah 6
dan 7.
Diskusi membahas tentang
skenario yang telah
ditetapkan
Mahasisr,"a ntanipu
nrenganalisa
hcmatologi &imrnunologi
lanjutarr
Minggu
2
Peny akit AlergiAutoinrurr darr
Vesikobu losa
Kuliah pakar 2x50 Kuliah pakar diberikan oleh
seorang yang dianggap
memiliki kompetensi
akademik dalam bidang
yang menjadi topik
masalah yang dibahas dalam
diskusi dan tutorial. Kuliah
pakar semingg,, dapal
berlangsung 2-3 kali. di
ruang kuliah. Kuliah pakar
ini dikemas dalam bentuk
konrunikasi dua arah.
Kuliah pakar ini akan
menrbantu mahasiswa
N4engikuti
sisten.r
penilaian di
atasKelainan Pigmentasi
dan Neoplasia KulitKuliah pakar 2x50
Penyakit lnf'eksi
Darah dan Sistenr
Inrun
Kuliah pakar 2x50
mengintegrasikan
pengetahuan vang
didapatnya n:clalui proses
belajar mandiri. praktikum
ur.r diskusi
Dermatitis Atopi Diskusi
kelompok,
tutorial dan
pleno skenario 2
uan I
6x50
Dclnrat iti" i\topi Diskusi
kelompok.
tutorial dan
pleno skenario 2
(pertcmuan 2)
6x50
Kegiatan ini bertujuan
untuk merangsang semua
mahasisu'a agar antnsias
dalam mencari dan
menemukan jawaben
terhadap masalah 1'ang
dihadapi. .larvaban terhadap
masalah 1'ang didapatkan
melalui proses diskusi dan
belajar mandiri.
Diskusi bersama tutor
sebanyak 2 x 2 janr liap
minggu dengan
menjalankan prinsip 7
langkah/ the seven jumps
Diskusi tutorial pertama
dalam tiap skenario hanya
nrenjalankan langkah l-5,selanjutnl,a pada diskusi
tutorial kedua akan
menyelesaikan langkah 6
dan 7.
Diskusi membahas tentang
skenario yang telah
dir kan
N4in LI Mahasisu a ntanr Li Penvakit Pada akarKuliah 2x50 KLrliah akar diberikan oleh Men ikuti
Telinqa Dalarn
'l'elin 't'
Penyakit Pada
Telinga Luar dan
Kuliah pakar 2x50
Penyakit Hidung Kuliah pakar 2x50
Penyakit Tenggorok,
Kepala dan l,eherKuliah pakar 2x50
Kegawat l)aruratan
Pada THI'Kuliah pakar 2x50
seorang Yang dianggap
nremiliki konrpetensi
akademik dalam bidang
yang menjadi topikmasalah yang dibahas dalanr
diskusi dan tutorial. Kuliahpakar seminggu dapat
berlangsung 2-3 kali, di
ruang kuliah. Kuliah pakar
ini dikcrnas dalam bcntuk
kornunikasi dua arah.
Kuliah pakar ini ak.rn
membaDtu mahasiswa
nrenginlegrasikan
pengetahuan l ang
didapatnya melalui proses
belaj ar mandiri. praktikum
llta un diskusi
Otitis nredia sLrpuratif
kronis (OMSK)Diskusi
kelompok.
lutorial dan
pleno skenario 3
uln I
6x50
menganalisa
penyakit Ttll'
Otitis mcdia supuratif
kronis (ON'lSK)Diskusi
kelompok.
tutorial dan
plerc skenario 3
(perteniuan 2)
srsten.r
penilaian di
atas
6x50
Kegiatan ini be(ujuan
untuk merangsang semua
mahasis\\'a agar antusias
dalam nrencari dan
menemukan jarvaban
terhadap masalah )'ang
dihadapi. Jawaban terhadap
masalah yang didapatkan
melalui proses diskusi dan
belajar mandiri.
Diskusi bersama tutor
sebanyak 2 x2 jamtiap
minggu dengan
lrenjalankalr prinsip 7
langkal"r lhe .ycvcn jumps
I-liskusi tutorial pertama
dalam tiap skenario hanya
men jalankan langkah I -5,selanjutnya pada diskusi
tutorial kedua akan
n.ren1'elesaikan langkah 6
dan 7.
Diskusi rnembahes tentang
skerrario yang telah
lditetapkan
N4ingeu 4
Mahasisu,a manrpu
mcnganalisa
penyakit ntata
'I'rarrrn:r l\'lrta Kuliah pakar 2x50 Kuliah pakar diberikan oleh
seorang yang dianggap
menriliki konrpetensi
akadenrik dalam bidang
1'ang menjadi topikmasalah l ang dibahas dalam
diskusi dan tutorial. Kuliahpakar seminggu dapat
bcrlangsung 2-3 kali. di
ruang kulia}r. Kuliah pakar
ini dikemas dalarn bentuk
konrunikasi dua arah.
Kuliah pakar ini akan
membantu mahasisrva
nrcngintegrasikan
pengetahuan 1'angdidapatnya rnelalui proses
belajar mandiri. praktikum
nraupun diskr.rsi
N4engikuti
sistenl
penilaian di
atas
Infcksi N4ata Kuliah pakar 2x50
Kega\\ al Daruratan
Pada Mata
Klrliah pakar 2x50
Penvakit Mata Lain Kuliah pakar 2x50Kelainan Reflaksi
darr AkornodasiKuliah pakar 2x50
Konjungtivitis Diskusi
kelornpok.
6 x 50 Kegiatan ini befiujuan
trrtorial dan
plcno skenalio .1
(perlemuan I )
untuk merangsalrg semua
nrahasiswa agar antusias
dalam mencari dan
menemukan jau'aban
terhadap masalah yang
dihadapi. Jawaban terhadap
masalah yang didapatkan
nrelalui proses diskusi dan
belajar nlandiri.
Diskusi bersanra tutor
sebanl,ak 2x2 jamtiap
nringgu dengan
nrcnjalanlian prinsip 7
langkahl the seven jumps
Diskusi tutorial per(ama
dalam tiap skenario hanya
menjalankan langkah l-5,selanjutnya pada diskusi
lu(orial kedua akan
nrenyelesaikan larrgkah 6
dan7.
Diskusi membahas tentang
skenario yang telah
ditetapkan
Konj ungtivitis Diskusi
kelompok,
tutorial dan
pleno skenario 4
(pertentuan 2)
6x50
Minggu 5
N4alr:sisu a nrarnpu
nrerT ginteg:"itasikan
seluruh
pengetahuanyar.rg
telah didapatkan
diblok ini
Tronrbosis dan
Ilenrostasis Lan-jutan
Kuliah pakar 2x50 Kuliah pakar diberikan oleh
seorang yang dianggap
memiliki kompetensi
akademik dalam bidang
yang menjadi topikmasalah yang dibahas dalam
diskusi dan tutorial. Kuliah
Mengikuti
sistem
penilaian di
atasImunohernatologi I Kuliah pakar 2x50
Penvakit Autoimun Kuliah pakar 2x50
Inrunohcmatologi Il Kuliah pakar 2x50
pakar seminggu dapat
bcrlangsung 2 3 kali.diruzmg kuliah. Kuliah pakar
ini dikemas dalam bentuk
komunikasi dua arah.
Kuliah pakar ini akan
membantu mahasisq'a
mengintegrasikan
pengetahuan yang
didapatnya n.relalui proses
belajar nrandiri, praktikunr
maupun diskusi
Anafi laks is Diskusi
kelompok.
tutorial dan
pleno skenario 5
(pertemuan I )Analllaksis Diskusi
kelompok,
tutorial dan
pleno skenario 5
(pertemuan 2)
Kegialan ini bcrtujuan
unluk merangsang sL'nlua
mahasiswa agar anlusias
dalam mencari dan
menemukan jawaban
tcrhadap masalah yang
dihadapi. Jarvaban terhadap
nasalah yang didapatkan
nelilui proses diskusi dan
belaj ar mandiri.
Diskusi bersarna tutor
sebanyak 2x2 jamtiap
' ', inggu dengan
menjalankan prinsip 7
langkah/ the seven jumps
Diskusi tutorial pertama
dalam tiap skenario hanya
menjalankan langkah 1-5.
6r50
6x50
sc littt utn a disk us i
trilorial kedua akan
nrcnvelcsaikan langkah 6
dan 7.
Diskusi rnembahas tentang
skenario vang telah
ditetapkan
Sunrber llelai a r/ Refercnsi
1. Adatrrs GL, Boies LR, Higler PIl. Boics: Buku ajar pcn),akit THT (Fundantotals of otolaryngolog). Alih bahasa Wijaya C. Effendi H. editor. Edisikeenam. Jakarta. EGC. 1997.
2. Agak GW. Qin M, Nobe J. Propionibacteriunr Acnes Induces an Interleukin-17 Response in Acne Vulgaris that is Regulated by Vitanin Aand Vitamin D. Joumal Invest Dcrrnatology. 2014 Februari: 1 34.
3. Amadi. A., et al.. 2009. Comnron Ocular Problems in Aba nretropolis of Albia State, Eastem Nigeria. Federal lv{edical Center Owerri.http://docsdrive.com,/pdfs/med* clliou rnals/p.jssci/2009 /32-35.pd|. Alses 1l Februari 2012.
4. American Acaderrry of Opthalmologr'. Flxtemal Disease and Comea. Scctionl l. SanFransisco: I\,[D Association. 2C05-2006
5. Ballenger JJ. Discuse o/ the |ttose . l'hrout, Ear. Heutl antl .\cc&. Staf ahli bagian THT RSCM-FKUI. editor. Penyakit Telinga, Hidung. 1'enggrok,Kepala dan Lelrer. Edisi ketigabclas. Jakarta Barat. Binarupa Aksara. 1994.
6. Boro,'a1a A" Dornbrouski Y. Zriicker S. Olisova O. Ruzicka T. \\'olf R. isotrelinoin l herapl Changes The Iixpression oi Antimicrobial Peptidcs inAcnc Vulgaris. Arch Dcnlatologl, Res. 2014 .luni 11.p. 2.
7. Buil TR. Color Arlus of E|\'T Diagnosis.4th ed. Ne* \'ork. Thieme. 2003.
8. Depanemen Kesehatan. 2003. Pedonran Tatalaksana Kasus danPenreriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit. Leptospira.
Hlm. 8- 15. Bagian Pemberantasan Pentakit Menular dan Pen\ehatan I-ingkungan : .lakarla9. Dit Jen PPM & PL RSPI Prof, DR. Sulianti Saroso. (2003/. Pedonrutt Titrulaksana Kasus dan Pemcriksaan Laboratoriunt Leptospirosis di
Rumah Sakit. Depaftemen Kesehatan RI : Jakarta.
10. Djafaar ZA. Restuti RD. Kelainan Telinga Tengali. Iluku Ajar Ilnru Keschatan 'l elinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta: Balaipenerbit FKUI. 2007; Hal 64-77.
I l. Gasem \'lH. Redhono D, Suharti C. Anicteric leptospirosis can lre rnisdiagnosed as dengue infection. Buku Abstrak Konas VIII PETRI,Malang,2002
12. Grattarr CEH dan Black AK. Urlicaria and Mastocytosis. Dalam: Burns T. Breahnasc S. Cox N. Griftrths C. Rook's l'extbook of Dennatology. Edisike 8. Wiley-Blackrvell. 2010; 22: l-35.
13. Ityas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mara. 3rd 1cJ). FKUI..taka(a14. Iskandar Z; Nelu'an RHH; Suhendro. d}:k. Lep'Lospirosis Gambaran Klinis di RSUPNCM, 2002.15. James WD, Berger TG, Elston. Urticaria. Dalarn: Andrew's Diseases of the
Skin Clinical Dermatology. Edisi ke- I I . Saunder-Elsevier Inc. 201 I : 147- l -i.1.16. James. Brus, dkk. 2005. Lecture Notes Ofialmologi. Jakarra: Erlangga
and Aesthetic Dermatology. 2013 February; 6.Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umunr. t+nd 1ed;. Widya Medika. Jak^rta.2OO0: gg-128
17. Visscher. K.L., et aI.,2009. Evidence-based Treatment of Acute. Conjungtivitis. Car.radian Famitl, Physician.
18. \\'idjalanto B 1999. Nilai l)iagnostik Lcptodipstik pada l-eptospirosis. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Dipong"61o.
I t). Wi.iana. N. 1993. Korrj ungtivitis. d;rlam llntu Penl'akit Mata. FK[-rl. .lakarta
a. :.{6-6920. Willianrs l-lC. Dellavalle RP. Garner S. Acr.re Vulgaris. The Lancet. 2012. Januari;379: p. 361-372.21. World l{ealth Organization/ Intemational Leptospirosis Society. Human Leptospirosis guidance tbr diagnosis, surveillance and conlrol. Geneva :
wlto.2003.l0e22. Y adat' S, Kanrvar A.l. Parsad D, Minz RW. Chronic idiopathic urticarial and thyroid autoirnmunity: perplexing association. lndian J Dermotol .
2013; 58 (4):325-330.
23. Zaenglcin AL. Graber EM. Thiboutot DM. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. In Goldsmith LA, Stephen KI. Gilchrest BA. Pallcr AS. LelfellI)J. Klaus \\;. Fitzpatrick's Demratologr in General Medicine. New Yolk: Mc Grarv Hill;2012. p.897-917.
21. Ze h Umar. (2006). ''Leptospirosis". Buku A.iar llmu Penlakit Dalam, JilidIll. edi:i J. IrKUI : Jakarta. Ilal.18.{5 - 1848.
25. ZoLrboulis CC. Kligman AM. Katsarnbas AD. Pathogenesis And Treatnlent of Acne and Rosacea I-ondon: Springer; 2014.p.605-9.
26. Ronl I)H. Skasbies. Dalarn: Ilmu Penlakit Kulit dan Kelarnin Edisi Keenam. Editor. Mochtar H. Siti A. Jakarta: Balai Penelbit FKUI;2010. hlm.
122-125
27. Audhah t.'A. Unrnilati SR dan sisuati AS. Skabies Risk Iractor on student of Islamic boarding school (stud1'at darul hijrah lslamic boarding scliool.
cindai alus village. martapura subdistrict. banjar district. south Kalimantan. .l Buski. 2012
28. Anrinah P. Sibero HT darr Ratna N'lG. ilubungan Tingkat pengetahuan dengan kejadian skabies. J rnajority. 2015.hal.l4-2229. S1'ailcndta F. lvlutiara H. Skabies. J majorin.20l6:5(2). hal 40-41
30. Bulklarl CN. Burkhtat CG.Scabies. other mitcs. and pediculosis. Dalanr Goldsmith LA, Katz SI. Gilchrest BA. Paller AS, Lelfell D.l. \\/olll'K.Fitzpatrick's Dernralologv in Gencral N{edicinc. Ed.E. Vol.l.The Mc Graru Hill Company. 2012
31. Bum DA. l)isease caused bl Arlhropods ar.rd Other Noxious Animal. Dalanr Burns T. Breathnach S, Cox N. Griffiths C. Rook's Texbooks of'
Deln.ratologl'. 8'r' Ed. Vol.2.Wiler,-Blacuell.S'ngrapore. 2010.
32. Koncinska J, Dzika E. Lepzrrrska N4. Kubiak K. Skabies: Clinical manisfestations and diagnosis. Polish Annals oflr4edicine. Poland. 2015
33.I'larv RJ. Steer AC. Engeh.nan D. Walton S. Skabies in the developing u,orld-its prevalence, complications and management. Clinical Ir4icrobiologl'
and Infection. London. 201 2
34. Ycoh DK. Bou'en,^,C, Carapetis JR. lmpetigo-and skabies-Disease burden and n.rodem treatmenl stralegies. Bnllsh Infection Association. Australia.
2016.
35. Janres WD. Elston DM. Berger TC. Andrervs' Disease of The Skin Clinical Dermatology. Edisi ke-lT.United Kingdom. 201 I
36. Thomas J, Kumar P, Balaji SR. Devaraj DK. Genital Dermatoses. Jaypee Brothers Medical Publisher. Neq, Delhi, India. 2016. lltm. l4-15.37. Craig N, Craig G. Scabies. ln Goldsmith L. Kalz S, Gilchrest B, Paller A, Leffelt D, Wollf K. Fitzpatrick's Derrnatology in General N4edicine. New
York: McGrarv-Hill Companies: 2012. p. 25 69 -7 3
38. kejadian skabies. J majority. 2015,ha|.|4-22
39. Burns D. Disease caused b1 a(hropods and other noxious aninrals. In Burns 1', Breathnach S. Cor N. Grifflths C. Rook's Textbook of Dermatologl .
8th ed. UK: Blackrvell Publishing; 2010. p. 1830-40
40. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniervicz NI. Atopic dermatitis (atopic eczenra). Dalam: Wolff K, Goldsmith LA. Katz SI. Gilchrest BA. Paller AS.
I-effcl DJ, penyunting. Fitzpatick's Dcrmatology In General Medicine. Edisi ke-7. United State: Mc Graw-l lill. 2008:h I 65- I 81 .
4l. Sularsito SA. Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A. Hamzah M. Aisah S, penl'unting. Ilmu Penyakit Kulit 7 dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakana:
Balai Pencrbit FK IJI. 201 I ;h: I 38- 147
42. \\Iatsor.r W, Kapur S. Atopic dermatitis. Allergt, Asthnn & Clinical Imntunolog,,. 201l;7:l-7 4.
43. Eichen field LF, Tonr WL. Berger TG. Krol A, Paller AS, et al. Management and treatment of atopic dermatitis with topical therapies..l Ant Acctd
Dcrnmtol.2014: 7l (l): 116-32.
44. Anrtrld P Oranje.Er,idence - based phamracological treatment of atopic dermatitis: An expert opinion arrd nerv expectations. ltlt J Dcrmdtol. 201.1: 59
(2): 140-142.
45. Adanrs GL. Boies LR. Higler PH. Boies: Buku aiar penyakit THT (Fundanenruls of oroloryngolog,). Alih bahasa Wiial,a C. Ellendi il, editor'.
Edisi keenam. Jakarta. EGC. 1997.
46. Dja{aar ZA. Restuti RD. Kelainan Telinga 'fengah. Dalarn Soepardi liA.47. Iskandar N. Bashiruddin J. Restuti RD. Buku Ajar IImu Kesehatan Telinga. I{idung. Tenggorok. Kcpala & Leher. F]disi keenam. .laka(a. FKt-ll.
200i: p 64-77 .
48. Ballenger J!. Diseasrt o/' the Nose. Throat. Ear. Hcad ond Neck.Staf ahli bagian TIIT RSCM-I'-KUI. editor. Penlakit Telinga. Hidung.
Tenggrok, Kepala dan Leher. Edisi ketigabelas. Jakarta Barat. Binarupa Aksara. 1994.
49. Bull TR. Color Arlas ofENT Diagnosis. 4thed. Neu York. Thienre.2003.
50. l-alrlani AK. Currenr tliagno.sis & treatment, otolaryngolog,' he ad unrl nec:k surg"ry. 2nded. Nerv York, I-ange. 2008.
51. t.ee KJ. Essentittl orolarl,ngologl,, lteacl and nec'k surgery. gthed.Neu, York, lr'fcdical.2008.52. I\4c'rirrer.l Pocket Cuidc to the Ear. Nerv York. Thieme. 2003.
53. Soepardi EA. Pemeriksaan telinga. hidung. tenggorok kepala dan leher. Dalam Soepardi EA, Iskandar N. Bashiruddin J, Restuti RD. Buku A.iar Ilnru
Kesehatan Telinga. Hidung. Tenggorok. Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta. F'KUI. 2007:p l-9.54..lames. Brus, dkk.2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakatra: Erlangga
J5. \'ijana. N. 1993. Konjungtivitis. dalanl Ilnru Penlakit Mata. FKUL Jakarra : 46-69
5(r. Illas. S.2005. Ilmu Penl'akit Mata.3'd (ed). FKUI. Jakart
57. American Academy of Opthalmology. Extemal Disease and Comea. Sectionl l. SanFransisco: IvlD Association. 2005-2006
58. Vaugharr, Daniet G. dtrk. Oftalmologi Umum, l4'd (ed), Widya Medika, .Takarta. 2000: 99-12859. Kanski.JJ. Conjungliva. ln: Clinical Ophthalmolog'. 5th ed. Butterworth Heinemann. Philadelphia: 2003,66-6760. Sih emran. N. 2007. Conj u nctivitis. http://wur'.nlerck.com61. Jatla. K.K.. 2009. Neonatal Conjunglivitis. University of Colorado Denver Ilealth Science Center
62. Rapuano, C.J., et al., 2008. Conjungtivitis. American Academy of Ophthalmology
63. Visscher, K.L., et al., 2009, Evidence-based Treatment of Acute Conjungtivitis. Canadian Family Physician.
64. Amadi, A., et al., 2009. Common Ocular Problems in Aba metropolis of Albia State, Eastem Nigeria. Federal Medical Center Owerri.
http:/idocsdrive.com/pdfs/medwelljou rnals/pj ssci /2009132-35.fif . Akses I I Februari 2012.
65. Marlin, D.S. 2009. Bacterial Conjungtivitis. Penn State College of Medicine [http://emedicine.medscape,com/article/l 191370]
66. Chairul Effendi. Anaphilaxis. Dalam naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XV. Surabaya, 29-30 September 2000; 9l67. Chairul Effendi. Prevention And Management Allergic Diseases. Dalam naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXI. Surabaya 5-6
Agustus 2006;
68. Frank Austen K. Allergies, Anaphylaxis and Systemic Mastocytosis. ln: Harisson's Principles of Intemal Medicine. 166 Edition. Editors: Kasper,
Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Mc Graw-Hill Company, 2005.248; 1947-1956.
69. Heru Sundaru. Anafilaxis, in : llmu Penyakit Dalam (Soeparman), Second Ed. Jakarta. 1994; 53,57.
70. Iris Rengganis. Deteksi dan tatalaksana Renjatan Anafilaktik dalam Naskah Lengkap Pertemuan Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2005. Editor : Setiati
S, Alwi I, Simadibrata M, Kemala SN, Khie Chen, 2005. Balai Penerbit FKUI, pp 87-91.
71. Iris Rengganis, Heru Sundaru, Nanang S, Dina M. Renjatan Anafilaktik. In :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV. Editor: Aru WS, Bambang S,
Idrus A, Simadibrata M, Setiati S, 2006. Balai Penerbit FKUI, 39; 193-195.
72. Kamen GB, Iris R. Imunologi Dasar. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV. Editor: Aru WS, Bambang S, Idrus A, Simadibrata M, Setiati S,
2006. Balai penerbit FKUI: 53; 237-243.
73. Lieberman P, Ewan PW. Anaphylaxis. In: Holgate ST, Church MK, Broide DH eds, Allergy. Elsevier Saunders. 4th edition 2012.331 .
74. Margaretha RN. Syok Anafilaktik patofisiologi dan penanganan, dalam naskah lengkap Up date on Shock. 6-7 Mei 2000;69.75. Mc. Grath K. Anaphylaxis. In : Patterson R, Grammer LC, Greenberger PA, Zeiss CR, Allergic Disease : diagnosis and management. Philadelphia: J.
B. Lippincott Co. 4'h Edition 1993; 587-610.
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran Unsyiah
dr. Dedy Sy M.Kes
Banda Aceh, l9 Agustus 2019
Koordinator/ Penanggungawab,
Fakultas Kedokteran Unsyiah
dr. Teuku Husni T.R, Sp.THT.KL., M.Kes,
NrP. 196606061 997021001x NIP. 19791203 200312 1 00r?