pembatalan perkawinan karena tidak adanya izin...

106
i PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyarat Memperolehi Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: AHMAD KHAIRUL UMAM NIM. 1110043100016 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: vanxuyen

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

i

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA

IZIN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyarat

Memperolehi Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

AHMAD KHAIRUL UMAM

NIM. 1110043100016

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat
Page 3: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat
Page 4: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat
Page 5: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

v

ABSTRAK

Penulis Skripsi Ahmad Khairul Umam (1110043100016), dengan judul

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Putusan

Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks). Program Studi Perbandingan Madzhab

dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah (UIN) Jakarta 1438 H/2017 M.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

proses penyelesaian perkara terhadap pembatalan perkawinan karena tidak

adanya izin poligami dalam perspektif hukum Islam serta mempelajari dan

menganalisis pertimbangan hakim dalam perkara pembatalan perkawinan sesuai

dengan putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks.

Penelitian dilaksanakan di Instansi Pengadilan Agama Makassar. Selain

itu, penulis juga melakukan penelitian menggunakan teknik pengumpulan data

berupa penelitian pustaka, penelitian lapangan dengan melakukan wawancara

langsung terhadap narasumber dari instansi terkait dan dengan pihak yang dapat

memberikan informasi dalam penelitian ini.

Berdasarkan analisa, maka penulis menyimpulkan beberapa hal, antara

lain: Izin poligami pada hakekatnya merupakan izin seorang laki-laki kepada

hakim. Bukan izin kepada istri, karena dalam nash syariat tidak ada, serta pada

dasarnya poligami hukumnya mubah. Batalnya suatu pembatalan perkawinan

hanya bisa diputuskan oleh hakim. Dalam proses pembatalan perkawinan bila

didapati salah satu syarat atau rukun sahnya pernikahan tidak terpenuhi hal

demikian batal demi hukum. Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks tentang pembatalan perkawinan sudah sesuai

dengan ajaran agama Islam, dimana perkara ini unsur-unsur yang menjadi pokok

permasalahan terletak pada tidak terpenuhinya syarat dan rukun sahnya suatu

perkawinan.

Kata Kunci : Pembatalan Perkawinan, Izin Poligami, Putusan Pengadilan

Pembimbing : 1. Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA

2. Dr. Afidah Wahyuni, M. Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1961 s.d Tahun 2012

Page 6: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah

serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

yang berjudul “PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK

ADANYA IZIN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks)” ini. Al-hamdulillah telah

selsai ditulis untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh gelar

sarjana Strata Satu (S1) dalam Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(UIN) Jakarta.

Shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para umatnya yang setia terhadap

ajarannya sampai akhir zaman. Amin.

Dalam penulisan skripsi ini, penyusun menyadari bahwa tersusunnya

skripsi ini tidak lepas dari ridha dan limpahan rahmatn-Nya, serta bimbingan dan

bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati

penyusun mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si Ketua Program Studi

Perbandingan Madzhab dan Hukum

Page 7: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

vii

3. Ibu Siti Hana Lc, MA Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab dan

Hukum

4. Bapak Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA, serta Ibu Dr. Afidah

Wahyuni, M.Ag, dosen pembimbing skripsi ini yang telah meluangkan

waktu, memberikan masukan dan ilmunya selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Fakultas Syariah dan Hukum yang

telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

6. Bapak, Ibu dan Ketua serta Jajaran Pengadilan Agama Makassar yang

telah meluangkan waktu dan memberikan kemudahan pada peneliti

dalam penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang

tua penulis yang tercinta, Ayahanda Bapak Jubaedi Ahyani dan Ibunda

Marwiyah yang selalu memberikan do’a dan memberikan kasih

sayangnya pada penulis, sehingga penulis menjadi semangat untuk

mencoba memberikan yang terbaik untuk mereka.

8. Dan juga untuk my sister (Ria Nahriatu Sifa, Yuyun Jahriyatul Uyun,

Novie Nur Kholisah, dan Iis Muizatul Hayat) yang selalu memberikan

yang terbaik untuk penulis.

9. Tak luput pula teman-teman kosan (Kang Tofik, Kang Mustar, Kang

Acang, Miftah, Burhan, dan Kholis) yang selalu mensuport penulis.

10. Dan tak lupa pula besar terimakasih khususnya untuk (Pangidona

Nasution, Encep Thurmudzi, Muhammad Aqid, Imam Mufakir,

Page 8: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

viii

Muhtadin Khoirudin, Lusiana, dan Vika) atas kebersamaannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk seluruh kawanku khususnya anak-anak A Perbandingan Mazhab

Fikih angkatan 2010 yang telah banyak mengisi kehidupanku

dikampus yang akan menjadi bagian yang tidak akan terlupakan yang

lebih khususnya lagi buat orang-orang yang selalu memberikan

dukungan (Shalahudin Al-Faruqi, Januri, Nur Muhammad Maftuh,

Sigit Ilham Purwanto, Lia, Anis) trimakasih kawan. Serta kawan-

kawan yang saya tidak bias sebutkan satu persatu atas do’a dan

semangat yang diberikan kepadaku. Banyak kebahagian yang didapat

bersama kawan-kawan yang akan menjadi cerita yang menyenangkan

untuk masa depan nanti. Tidak ada yang bias penulis lakukan untuk

membalas budi baik kawan-kawan selain do’a, semoga Allah SWT

memberikan balasan kebaikan untuk kalian semua. Amin.

Akhirnya atas jasa dan batuan semua pihak baik berupa moril maupun

materil, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT, membalasnya berkali-kali

lipat. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Jakarta, 31 Juli 2017

(Ahmad Khairul Umam)

Page 9: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

ix

DAFTAR ISI

COVER DEPAN ............................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BABA I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8

1. Pembatsan Masalah ..................................................... 8

2. Perumusan Masalah ..................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 9

1. Tujuan Penelitian ......................................................... 9

2. Manfaat Penelitian ....................................................... 10

E. Review Studi Terdahulu .................................................... 10

F. Kerangka Teoritis .............................................................. 13

G. Kerangka Konseptual ........................................................ 15

Page 10: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

x

H. Metode Penelitian .............................................................. 16

1. Metode Penelitian ........................................................ 16

2. Jenis dan Sumber Data ................................................ 17

3. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 17

4. Metode Analisis ........................................................... 18

5. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ......................... 18

6. Teknik Penulisan Skripsi ............................................. 19

I. Sistematika Penulisan ........................................................ 19

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Perkawinan ........................................................................ 21

1. Pengertian Perkawinan ................................................ 21

2. Dasar Hukum Perkawinan ........................................... 23

a. Dalil Al-Qur’an ..................................................... 23

b. Dalil As-Sunnah .................................................... 24

3. Rukun dan Syarat Perkawinan .................................... 25

4. Tujuan Perkawinan ...................................................... 31

B. Poligami ............................................................................. 33

1. Pengertian Poligami .................................................... 33

2. Dasar Hukum Poligami ............................................... 36

a. Dasar Hukum Poligami dalam Islam.................... 36

b. Dasar Hukum Poligami dalam Undang-Undang di

Indonesia .............................................................. 38

3. Syarat Poligami ........................................................... 39

Page 11: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

xi

C. Izin Nikah dan Izin Poligami ............................................. 43

1. Izin Nikah .................................................................... 43

2. Izin Poligami ............................................................... 44

D. Pembatalan Perkawinan dan Sebab Akibat Terjadinya

Pembatalan Perkawinan .................................................... 45

BAB III PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA

IZIN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

NOMOR 461/Pdt.G/2016/PA Mks

A. Profil Pengadilan Agama Makassar .................................. 51

B. Gambaran Umum Perkara Pembatalan Perkawinan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks ................................................... 55

C. Dasar Hukum dan Pertimbangan Hukum Terhadap Pembatalan

Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks ................................................... 56

1. Duduk Perkara ............................................................. 56

2. Pertimbangan Hukum .................................................. 57

D. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan Putusan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks ................................................... 62

Page 12: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

xii

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DASAR DAN

PERTIMBANGAN PADA PUTUSAN NOMOR

461/Pdt.G/2016/PA Mks

A. Analisis Hukum Islam Melihat Kedudukan Izin Poligami di

Hukum Perkawinan Indonesia ........................................... 63

B. Proses Penyelesaian Perkara Pembatalan Perkawinan Putusan

Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks ....................................... 68

C. Analisis Hukum Islam Terhadap Dasar dan Pertimbangan

Hakim Pada Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks..... 70

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 74

B. Saran .................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuhan menciptakan segala makhluk yang ada dimuka bumi ini

dengan berpasang-pasangan. Manusia sebagai salah satu dari makhluk

ciptaan-Nya diperintahkan untuk menjadi khalifah dimuka bumi,

pemimpin di antara sesama. Namun, dalam hakikatnya manusia akan

mengalami fase dimana dia akan meninggalkan dunia. Maka tuhan (Allah)

memerintahkan kepada manusia untuk melakukan pernikahan dan

perkawinan yang mana tujuannya adalah sebagai bentuk dari menyambung

dan meneruskan cita-cita generasi sebelumnya.1

Perkawinan adalah suatu perjanjian suci, luas dan kokoh untuk

hidup bersama secara sah antara laki-laki dengan perempuan membentuk

keluarga yang kekal, santun menyantun, kasih mengasihi, tentram dan

bahagia.2

Menurut hukum perdata, perkawinan adalah pertalian yang sah

antara seorang laki-laki dan perempuan untuk waktu yang lama.3

1 Aisjah Dahlan, Membina Rumah Tangga Bahagia, (Jakarta: Jamunu, 1969), Cet. Ke-1,

h. 40

2 Mohammad Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.

2

3 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1982), h. 23

Page 14: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

2

Tujuan perkawinan dalam Islam yaitu:

1. Supaya umat manusia hidup dalam masyarakat yang teratur dan

tentram, baik lahir maupu batin.

2. Supaya kehidupan dalam suatu rumah tangga teratur dan tertib,

menuju kerukunan anak-anak shaleh yang berjasa dan berguna

kepada kedua orang tua, agama, masyarakat, bangsa dan negara.

3. Supaya terjalin hubungan yang harmonis antara suami dan istri,

hubungan keluarga, sehingga akan terbentuk ukhuwah yang

mendalam yang diridhoi Allah SWT.

Adapun tujuan perkawinan berdasarkan Undang-undang No. 1

tahun 1974 adalah membentuk keluarga (rumag tangga) yang bahagia dan

kekal (mendapatkan keturunan) berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Tujuan perkawinan dalam aspek kerohanian, yaitu ketenangan hati

yang dapat menumbuhkan ikatan rasa Mawaddah dan Rahmah (cinta dan

kasih sayang) diantara para anggota keluarga.4

Manusia sebagai makhluk yang berakal, perkawinan merupakan

salah satu budaya beraturan yang mengikuti perkembangan budaya

manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Budaya perkawinan dan aturan yang berlaku di dalamnya, tidak

terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu

berada serta pengetahuan, pengalaman dan kepercayaan yang dianut

4 Ahmad Azhar Basyri, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, (Yogyakarta: Titian Ilahi

Press, 1994), h. 11

Page 15: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

3

masyarakat yang bersangkutan. Seperti halnya aturan perkawinan bangsa

Indonesia, bukan saja dipengaruhi adat dan budaya masyarakat setempat

tetapi juga dipengaruhi ajaran agama. Sebagai contoh, masyarakat

Minangkabau dengan tata tertib perkawinannya yang bersendikan ke-

Ibuan, lalu masyarakat Batak yang tata tertib perkawinannya bersendikan

ke-Bapakan, dan masyarakat jawa yang tata tertib perkawinannya

bersendikan ke-Bapak-Ibuan yang di dalamnya memiliki suatu upacara

adata perkawinan yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Hukum perkawinan yang berlaku menurut Undang-undang

Perkawinan pertama-tama adalah Hukum masing-masing agama dan

kepercayaan bagi masing-masing pemeluknya. Bagi orang Islam tidak ada

kemungkinan untuk kawin dengan melanggar agamanya sendiri. Demikian

juga bagi orang Kristen dan bagi orang Hindu atau Hindu Buddha seperti

yang dijumpai di Indonesia.5

Perkawinan merupakan akad atau perjanjian, akan tetapi perjanjian

ini memiliki arti yang berbeda dengan perjanjian biasa yang diatur dalam

Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pada perjanjian biasa,

para pihak yang berjanji bebas untuk memutuskan isi dan bentuk

perjanjian, sebaliknya dalam perkawinan, para pihak tidak dapat

5 Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,

(Jakarta: Tintamas, 1975), h. 5-6

Page 16: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

4

memutuskan/menutukan isi dan bentuk perjanjian selain yang sudah

ditetapkan oleh hukum yang berlaku.6

Perbedaan lainnya adalah dalam hal berakhirnya perjanjian, bahwa

dalam perjanjian biasa, ditetapkan oleh kedua belah pihak, semisal karena

telah tercapai apa yang menjadi pokok perjanjian atau karena batas waktu

yang ditetapkan telah berakhir, jadi tidak berlangsung terus menerus.

Sebaliknya perkawinan tidak mengenal batas waktu, perkawinan harus

kekal, kecuali karena suatu hal di luar kehendak para pihak. Barulah

perkawinan bisa diputuskan, misalnya dengan cerai talak, cerai gugat,

fasid nikah, fasakh nikah, atau pembatalan sebuah perkawinan.

Pemutusan pernikahan tidak sesederhana seperti pemutusan

perjanjian biasa, dimana telah ditetapkan lebih awal dalam isi perjanjian,

seperti sebab putusnya ikatan perkawinan, prosedur maupun akibat

pemutusannya. Hal ini tidak ditetapkan oleh para pihak, melainkan

hukumlah yang menentukannya. Perjanjian dalam perkawinan mempunyai

karakter khusus, antara lain kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan)

yang mengikat persetujuan perkawinan itu saling mempunyai hak untuk

memutuskan perjanjian berdasarkan ketentuan yang sudah ada hukum-

hukumya.7

6 Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974,

(Jakarta: Tintamas, 1975), h. 11 7 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta:

Liberty, 1982), h. 10

Page 17: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

5

Penyelenggaraan perkawinan di beberapa daerah, komunitas

masyarakan berbeda-beda cara pelaksanaannya, ada kala dalam

pelaksanaannya tidak menghiraukan kehendak sebenarnya dari calon yang

hendak menikah, bahkan dalam bentuk kasus, si laki-laki atau si

perempuan baru mengetahui dengan siapa dia hendak dinikahkan pada

saat perkawinan akan dilangsungkan. Sering pula terdengar kasus bahwa

perkawinan telah berlangsung sesuai dengan kehendak yang

melangsungkan perkawinan. Tetapi bertentangan dengan kehendak pihak

lain, semisal dari pihak keluarga, baik itu keluarga laki-laki maupun

keluarga permpuan. Konsekuensi dari keadaan seperti itu menyebabkan

terjadinya dua faktor, yaitu: (1) Kebahagian dalam rumah tangga, (2)

Tidak adanya kebahagian dalam rumah tangga, serta faktor terbesar yang

tumbuh dalam masyarakat faktor nomor dua yang akhirnya dengan

terpaksa ikan pernikahan tersebut putus.

Adapun pembatalan perkawinan yang diputus batal oleh hakim

karena pihak yang bersangkutan tidak melengkapi syarat atau rukun sah

suatu pernikahan/perkawinan, dengan kata lain syarat tidak terpenuhi.

Sehingga dengan tidak terlengkapinya syarat atau sahnya suatu

perkawinan tersebut dapat dinyatakan batal demi hukum sesuai dengan

ketentuan yang ada.8

8 Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan di Indonesia: Antara Fiqih dan Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 26

Page 18: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

6

Undang-undang mendapat pengaruh besar dari berbagai agama,

sebagaimana pada Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Perkawinan

ditegasakan bahwanya sahnya suatu perkawinan apabila dilaksanakan

menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan dari orang yang

melangsungkan perkawinan. Konsekuensi dari Pasal 2 Ayat (1) Undang-

Undang Perkawinan ini, bagi orang yang melangsungkan pernikahan ada

dua aturan hukum yang sekaligus menjadi pedoman, yaitu Undang-undang

Perkawinan pada satu sisi dan Hukum Agama pada sisi lainnya.

Pada Pasal 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang

pembatalan perkawinan: “perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak

tidak memenuhi syarat untuk melangsungkan perkawinan”. Persoalannya

adalah banyak orang melakukan poligami tanpa adanya izin poligami dari

Pengadilan Agama setempat. Perkawinan yang dilakukan karena tidak

adanya izin poligami, bukan hanya berakibat pernikahan dapat dibatalkan

oleh pihak tertentu, tetapi juga berakibat buruk pada hubungan silaturahmi

antar dua belahpihak baik itu penggugat maupun tergugat yang

melangsungkannya, serta berdampak kepada keluarga kedua belahpihak.

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

menjadi dasar hukum mengenai hal-hal yang menyangkut tentang

perkawinan. Perlunya ada pengawasan yang serius oleh pihak yang

berwenang mengenai syarat atau rukun sahnya suatu perkawinan agar

masyarakat dapat terhindar dari permasalahan yang menyangkut

Page 19: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

7

pernikahan. Agar tidak ada lagi masyarakat yang dirugikan dari suatu

perkawinan, khusus perkawinan poligami.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diketahui

permasalah mengenai perkawin sangatlah banyak mulai dari perceraian

antara suami dan isti yang dimana pikah salah satu diantaranya menggugat

cerai dan ada juga pembatalan pernikahan yang diajukan oleh keluarga,

baik itu pihak keluarga perempuan maupun pihak keluarga laki-laki. Yang

mana di dalamnya tidak menginginkan pernikahan diantara keduanya

berlanjut.

Permasalahan tersebut jika diidentifikasi sebagai masalah

pernikahan yang ada ditubuh masyarakat maka perlu di cari solusinya agar

menjadi pelajara bagi laki-laki atau wanita ketika hendak melangsungkan

pernikahan. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan pernikahan

yang akan mengakibatkan terjadinya pembatalan pernikahan di kemudian

hari maka perlu dilakukan penelitian-penelitian. Kemudian dari hasil

penelitian tersebut bisa menjadi acuan dan pengambilan keputusan untuk

meningkatkan mutu pernikahan yang sesuai dengan syariat Islam.

Page 20: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian skripsi ini tidak meluas dan dapat

menjaga agar tidak ada penyimpangan, maka penulis hanya membatasi

pembahasan ini sebagai berikut:

a. Pembatalan Perkawinan adalah pembatalan hubungan suami isteri

sesudah dilangsungkan akad nikah. Oleh karena itu, akan dikaji

mengenai langkah-langkah pembatalan setelah perkawinan

dilangsungkan, dan diketahui adanya syarat-syarat yang tidak

terpenuhi menurut pasal 22 undang-undang perkawinan. Namun,

bila rukun yang tidak terpenuhi berarti pernikahannya yang tidak

sah.9

b. Izin Poligami merupakan bentuk dari persyaratan pernikahan yang

dikeluarkan oleh pengadilan agama yang bentuknya menyatakan

seorang laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu orang.

c. Adapun data yang akan diteliti mengenai Pembatalan Perkawinan

tanpa adanya izin poligami adalah Putusan Nomor 461/Pdt.G/

2016/PA Mks, yang keluar pada tahun 2016, tempat Pengadilan

Agama Makassar.

9 Ali Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 37

Page 21: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

9

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar berlakang tersebut, dan agar penelitian yang

dilakukan lebih terarah dan spesifik maka penulis merumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana hukum Islam melihat kedudukan izin poligami

perkawinan?

2) Bagaimana proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan

tidak adanya izin poligami?

3) Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam perkara

pembatalan perkawinan sesuai dengan putusan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan merujuk pada pembahasan di atas maka hasil penelitian

bertujuan sebagai berikut:

a. Menjelaskan perspektif Hukum Islam melihat kedudukan izin

poligami terhadap laki-laki yang akan melakukan perkawinan.

b. Untuk mengetahui dan mempelajari proses penyelesaian perkara

terhadap pembatalan perkawinan karena tidak ada izin poligami.

c. Mengidentifikasi alasan hakim dalam mengambil keputusan

pembatalan pernikahan.

Page 22: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

10

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dan ditimbulkan dari penelitian

ini adalah:

a. Untuk menambah wawasan tingkat pemahaman dan pengetahuan

bagi penulis sendiri khususnya, dan bagi para praktisi maupun

akademisi pada umumnya dalam memahami arti pentingnya izin

poligami dalam melakukan perkawinan di dalam hukum Islam.

b. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah refrensi

terkait dengan izin poligami dalam pernikahan.

c. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam

penelitian selanjutnya, sehingga bias menjadi perbandingan bagi

peneliti yang lain.

E. Review Studi Terdahulu

Untuk menemukan pembahasan dalam penulisan skripsi ini penulis

menelaah litelatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis

kemukakan dalam penulisan skripsi, antara lain:

1. Muhamad Muslih (107044100491) “Pemalsuan Identitas Sebagai

Penyebab Pembatalan Perkawinan (Studi kasus di Pengadilan Agama

Jakarta Timur Perkara Nomor: 1852/Pdt.G 2009/PAJT)”, Konsentrasi

Peradilan Agama, Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah, Fakultas

Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Page 23: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

11

Dalam penelitian ini dibahas tentang pemalsuan identitas yang

mengakibatkan istrinya tidak menerima tunjangan gaji dari pemerintah

sehingga istrinya meminta pernikahan kedua dan akad nikah keduanya

diajukan agar mendapatkan gaji. Adapun penghulu yang membuat

akad nikah kedua mengajukan pembatalan pernikahan kepada majlis

hakim karena dia terancam hukuman pidana. Majlis hakim mengambil

ijtihad, membatalkan pernikahan kedua dan akad nikah kedua menjadi

tidak berkekuatan hukum, karena tidak boleh ada dua pernikahan dan

dua akad nikah bagi sepasang suami isteri.

2. Prihati Yuniarlin “Perlindungan Hakim Terhadap Hak-Hak Isteri

dalam Hal Suami Berpoligami di Kota Yogyakarta”, Fakultas Hukum,

Universitas Muhammadiah Yogyakarta.

Dalam jurnal ini, Hakim Pengadilan Agama selaku narasumber: (1)

Upaya-upaya yang dilakukan hakim untuk melindungi hak isteri dalam

hal suaminya akan berpoligami, yaitu: a. Hakim memanggil isteri

maupun calon isteri untuk dimintai pernyataan tentang kesediannya

untuk dimadu dan memberikan penjelasan mengenai resiko suami

berpoligami, selanjutnya pernyataan tesebut dituangkan dalam bentuk

tertulis; b. Hakim akan meminta saudara kandung isteri yang akan

dimadu agar hadir dalam persidangan untuk memberikan keterangan

dalam hal isteri sakit ingatan dan tidak dapat hadir dalam persidangan;

c. Hakim meminta suami membuat pernyataan secara tertulis yang

isinya menyatakan kesediaan akan berlaku adil dan mampu menjamin

Page 24: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

12

kehidupan isteri-isterinya dan anak-anaknya. (2) Upaya isteri untuk

mempertahankan hak-hak yang tidak terpenuhi oleh suami yang

berpoligami adalah isteri dapat megajukan tuntutan hak ke pengadilan

agama jika para pihak beragama Islam, dan ke pengadilan negeri jika

para pihak non muslim.

3. Hendra Perwira (1120115049) “Permohonan Izin Perkawinan

Poligami di Pengadilan Agama Kota Padang” Program Magister

Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2014

Dalam hal ini, mengenai Izin Poligama bagi seseorang harus sesuai

dengan Pasal 4 Ayat 1, yang menyatakan bahwa seorang suami yang

akan memiliki isteri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan

permohonan poligami kepada Pengadilan Agama setempat. Adapun

Pegawai Negeri Sipil tercantum dalam Peraturan Pemerintahan No. 10

Tahun 1983 tentang izin pernikahan dan perceraian. Bagi pegawai

Negeri Sipil pada Pasal 4 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Izin

Perkawinan dan Perceraian Pegawai Negeri Sipil, apabila seorang

Pegawai Negeri Sipil Pria akan beristeri lebih dari seorang, maka

wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari pejabat (pimpinan/atasan

dari Pegawai Negeri Tersebut) yang berwenang. Setelah itu Pegawai

Negeri Sipil harus mengajukan permohonan izin poligami secara

tertulis kepada Pengadilan. Di dalamnya harus disertai bukti-bukti dan

alasan-alasan yang mendasari permintaan izin poligami, serta

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan Undang-undang yang

Page 25: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

13

berlaku. Pelaksanaan perkawinan Poligami setelah mendapatkan izin

Poligami dari Pengadilan Agama Kota Padang dari putusan Nomor

02XX/Pdt.G/2013/PA. Pdg berjalan dengan baik. Dikarenakan ketika

pelaku poligami menikah untuk kedua kalinya berdasarkan atas

persetujuan isteri yang pertama.

F. Kerangka Teoritis

Menurut Lawrence M. Friedman, sistem hukum dapat berjalan

efektif apabila komponen-komponen penting di dalamnya berjalan sesuai

dengan yang seharusnya. Komponen-komponen tersebut terdiri dari tiga,

yaitu:10

1. Struktur Hukum (Structur of Law)

Dalam teori Lawrence M. Friedman hal ini disebut sebagai sistem

Struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu

dilaksanakan dengan baik. Struktur hukum berdasarkan UU No. 8

Tahun1981 meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan

dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas).

2. Substansi Hukum (Substance of Law)

Dalam teori Lawrence M. Friedman hal ini disebut sebagai sistem

substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu

dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang

yang berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang

10

https://www.scribd.com/doc/132230281/Teori-Sistem-Hukum-Friedman diakses pada

tanggal 29 Juli 2017

Page 26: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

14

mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun. Substansi juga

mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang

ada dalam kitab undang-undang (law books).

3. Budaya Hukum

Budaya hukum menurut Lawrence M. Friedman (2001:8) adalah sikap

manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan, nilai,

pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran

sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum

digunakan, dihindari, atau disalah gunakan. Budaya hukum erat

kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi

kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang

baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum

selama ini. Secara sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap

hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum.

Page 27: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

15

G. Kerangka Konseptual

Gambar 1. Kerangka Konseptual

PERKAWINAN -Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan

-INPRES No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi

Hukum Islam Rukun dan Syarat-

syarat Perkawinan

Terpenuhi

Perkawinan Sah

Rukun dan Syarat-Syarat

Perkawinan Tidak Terpenuhi

Perkawinan Tidak Sah

Dapat Dibatalkan (Poligami

Tanpa Izin Pengadilan)

Batal Demi Hukum

Akibat Hukum Pembatalan

Perkawinan

Suami Isteri, Anak Hasil

Perkawinan, Harta Bersama, Pihak

Ketiga

Page 28: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

16

H. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini, penulis

menggunakan metode Deskiriptif Analysis yang digunakan dalam

pendekatan Kualitatif. Deskiriptif Analysis adalah metode yang

menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan dilapangan.

Sedangkan yang dimaksud pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian

yang menghasilkan data dalam bentuk kata-kata tertulis dan lisan dari

orang atau prilaku yang diamati.11

Adapun jenis penelitian yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

a. Studi Lapangan (Field Research) untuk memperoleh informasi

yang akurat dan objektif dari tempat penelitian baik dengan

obserfasi langsung maupun dengan menggunakan data-data dalam

bentuk resmi dari lembaga.

b. Studi Pustaka (Library Research) yaitu metode pengumpulan data

yang digunakan bersama-sama metode lain seperti wawancara,

pengamatan (observasi) dan kuesioner.12

11

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2000), Cet. K3-11, h. 3 12

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), Cet. Ke-6, h. 113

Page 29: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

17

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan, antara lain:

a. Data primer, yaitu Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks,

tentang pembatalan pernikahan dan wawancara dengan ketua

majelis serta hakim anggota.

b. Data sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi

tentang bahan primer.13

Dengan jalan mengadakan studi

kepustakaan atas dokumen-dokumen.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Studi kepustakaan, yakni dilakukan dengan cara mengumpulkan

data-data berdasarkan data dilapangan yang didapat dari putusan

Pengadilan Agama Makasar.

b. Wawancara yaitu percakapan langsung dan tatap muka (face to

face) dengan maksud tertentu.14

Percakapan ini dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang memberikan

pertanyaan dan yang diwawancara (interviewee) yang memberikan

pernyataan atas jawaban pertanyaan itu.15

Dalam hal ini penulis

13

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peran dan Penggunan Perpustakaan Di dalam

Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986), h.

35 14

Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1985), h. 129

Page 30: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

18

melakukan wawancara secara terstruktur dengan memberikan

daftar pertanyaan yang telah ditentukan dengan menggunakan

pedoman wawancara.

c. Studi Dokumentasi yakni, metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat

oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek yang diteliti.

4. Metode Analisa

Metode analisa dalam penelitian ini penulis menganalisis data

menggunakan analisis deskriptif yaitu suatu metode analisis data dimana

penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

Sehingga didapatkan suatu kesimpulan objektif, logis, konsisten, dan

sistematis sesuai dengan tujuan dilakukan penulis dalam penelitian ini.16

5. Teknik Analisis

Analisi data adalah proses pencarian data secara sistematis yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain.17

Dalam menganalisis data, penulis menguraikan

dengan deskriptif kualitatif, ialah suatu teknik analisa data dimana data

15

Imam Prayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2003), h. 129

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2007), Cet. Ke-3, h. 224 17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 88

Page 31: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

19

yang diperoleh kemudian diuraikan dan selanjutnya dianalisa dengan

berpedoman dalam bentuk kalimat-kalimat.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang

diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2017.

I. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini menjelaskan seputar latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, review studi

terdahulu, kerangka teoritis, kerangka konseptual, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, dalam bab ini penulis akan

memuat tentang tinjauan teoritis yang di dalamnya terdiri

dari: Pengertian Perkawinan, Pengertian Poligami, Izin

Kawin dan Izin Poligami, Pembatalan Perkawinan dan

sebab akibat terjadinya pembatalan perkawinan.

Page 32: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

20

BAB III PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK

ADANYA IZIN POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM, dalam bab ini penulis akan

mendeskripsikan Profil Pengadilan Agama Makassar,

gambaran umum Putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks,

Dasar Hukum dan Pertimbangan hakim dalam pengambilan

putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA.Mks, tentang pembatalan

pernikahan tanpa adanya izin poligami serta Akibat

Hukumnya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DASAR DAN

PERTIMBANGAN PADA PUTUSAN NOMOR

461/Pdt.G/2016/PA Mks, dalam bab ini penulis

menjelaskan mengenai Analisis putusan hakim tentang

perkara Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks, mengenai

Pembatalan Perkawinan karena tidak adanya izin poligami

serta pandangan hukum Islam di dalamnya.

BAB V PENUTUP, dalam bab terakhir ini memuat kesimpulan dan

saran.

Page 33: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

21

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis;

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.1

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada

semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-

tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT., sebagai

jalan makhluk-Nya untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya.2

Nikah, menurut bahasa: al-jam‟u dan al-dhamu yang artinya

kumpul. Makna nikah (Zawaj) bias diartikan dengan aqdu al-tazwij yang

artinya akad nikah. Juga bias diartikan (wath‟u al-zaujah) yang bermakna

menyetubuhi isteri.3

Menurut Rahman Hakim, bahwa kata nikah berasal dari bahasa

Arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi‟il

1 Dep. Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-

3, Edisi. Ke-2, h. 456

2 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat I, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 9

3 Sulaiman Al-Mufarraj, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah, Syair,

Wasiat, Kata Mutiara, Ahli Bahasa, Kuis Mandiri Cipta Persada, (Jakarta: Qisthi Press, 2003), h.

5

Page 34: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

22

madhi) “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.4

Perkawinan atau nikah secara bahasa berarti mengumpulkan, atau

sebuah pengibaratan akan sebuah hubungan intim dan akad sekaligus,

yang di dalam syariat dikenal dengan akad nikah. sedangkan secara syariat

berarti sebuah akad yang mengandung pembolehan bersenang-senang

dengan perempuan, dengan berhubungan intim, menyentuh, mencium,

memeluk, dan sebagainya, jika perempuan tersebut bukan termasuk

mahram dari segi nasab, sesusuan, dan keluarga.5

Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual, tetapi

menurut arti majazi (mathaporic) atau arti Hukum ialah aqad (perjanjian)

yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami isteri antara

seorang pria dan seorang wanita.6

4 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 11

5 Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid. Ke-

9, h. 38-39 6 M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Ind Hillco, 1990), h. 1

Page 35: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

23

2. Dasar Hukum Perkawinan

a. Dalil Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa Ayat 3 sebagai

berikut:7

“Dan jika kamu tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka

kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua,

tiga, atau empat dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup

satu orang” (An – Nisa : 3)

Ayat ini memerintahkan kepada laki-laki yang sudah mampu untuk

melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah

adil dalam memberikan kepada isteri berupa pakaian, tempat, giliran dan

lain-lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa Islam

memperboleh poligami dengan syarat-syarat tertentu.

Dalam Al-Quran, surat Al A‟raaf Ayat 189 berbunyi:

7 Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarata: Kencana, 2009), h. 35

Page 36: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

24

“Dialah yang menciptakan kamu dari suatu zat dan daripadanya

dia menciptakan isterinya agar dia merasa senang” (Al A‟raaf :

189).

Perkawinan adalah menciptakan kehidupan keluarga antar suami

isteri dan anak-anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang

aman dan tentram (sakinan), pergaulan yang saling mencintai

(mawaddah), dan saling menyantuni (rahmah).

b. Dalil As–Sunnah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas‟ud r.a dari Rasulullah

bersabda:8

“wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian memiliki

kemampuan, maka nikahilah, karena itu dapat lebih baik menahan

pandangan dan menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak

memiliki kemampuan itu, hendaklah ia selalu berpuasa, sebab

puasa itu merupakan kendali baginya’’ (H.R. Bukhari-Muslim).

Pernikahan adalah suatu perbuatan yang dianjurkan oleh syariat

sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 32: “Dan kawinilah

orang-orang yang sendirian diantara kamu dari hamba sahaya laki-laki dan

perempuan yang patut...” dan Rasulullah pun memerintahkan kepada

setiap pemuda yang telah cukup untuk segera menikah, karena dengan

8 Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarata: Kencana, 2009), h. 35

Page 37: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

25

menikah itu akan lebih kuasa menahan mata dan hasrat. Namun bila tidak

kuasa maka hendaklah berpuasa karena itu akan menjadi penjaga baginya.

3. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun nikah adalah merupakan bagian dari hakikat akan

kelangsungan perkawinan seperti laki-laki, perempuan, wali, saksi, dan

sebagainya.9 Tanpa adanya hakikat dari pernikahan semisal laki-laki atau

perempuan, suatu pernikahan tidak bisa dilaksanakan.

Rukun nikah menurut jumhur ulama adalah hal yang menyebabkan

berdiri dan keberadaan sesuatu. Sesuatu tersebut tidak akan terwujud

melainkan dengannya. Atau dengan kata lain merupakan hal yang harus

ada. Para ulama bersepakat bahwa ijab dan qabul adalah rukun. Karena

dengan keduanya salah satu dari kedua mempelai mengikat diri dengan

yang lain, sedangankan keridhaan adalah syarat.10

Adapun rukun nikah adalah:11

a. Mempelai laki-laki;

b. Mempelai perempuan;

c. Wali;

d. Dua orang saksi;

9 Mohammad Asnawi, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), h. 50 10

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid. Ke-

9, h. 45

11 M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,

(Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 12

Page 38: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

26

e. Sigat ijab Kabul.

Dari lima rukun tersebut yang paling penting ialah Ijab Kabul

antara yang mengadakan dengan menerima akad.

Adapun rukun-rukun nikah, sebagai berikut:

a. Sigat (akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan, seperti

kata wali, “Saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama…”12

jawaban mempelai laki-laki, “Saya terima nikahnya…”

b. Wali (wali si perempuan)

Sebagaimana sabda Nabi SAW:

االربعتاالانىسأ( اخرج) نيافىكاحاباطم بغيراذن وكحت ايماامرآة

“Barang siapa di antara perempuan yang menikah tidak dengan

izin walinya, maka pernikahannya batal” (Riwayat empat orang

ahli hadis, kecuali Nasai)

c. Dua orang saksi

Sebagaimana sabda Nabi SAW:

(أحمد راي) عدل شاد االبن الوكاح

“Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil”

(Riwayat Ahmad).13

12

Hendaklah disebutkan nama pengantin perempuan itu

Page 39: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

27

Adapun syarat-syarat setiap akad, termasuk akad nikah ada empat

macam:14

1) Syarat in‟iqaad, syarat ini harus dipenuhi di dalam rukun-rukun

akad atau di dalam asasnya. Jika satu syarat darinya tidak ada maka

menurut kesepakatan para ulama akadnya menjadi batal (tidak

sah).

2) Syarat shihhah, syarat ini harus dipenuhi karena mempunyai

konsekuensi syar‟i terhadap akad. Jika satu dari syarat tersebut

tidak ada maka menurut jumhur ulama akad tersebut menjadi batal.

3) Syarat nafaadz, yaitu syarat yang menentukan konsekuensi akad

jika dilaksanakan, setelah syarat pelaksanaan dan sahnya terpenuhi.

Jika satu syarat dari syarat nafaadz ini tidak ada maka menurut

ulama Hanafiah dan Malikiah akadnya mauquf (ditangguhkan).

4) Syarat luzuum, yaitu syarat yang menentukan kesinambungan dan

kelanggengan akad. Jika satu dari syarat ini tidak ada maka akad

menjadi jaiz (boleh) atau tidak lazim. Maksudnya, salah satu dari

kedua pihak atau selain keduanya boleh membatalkan akad

tersebut.

13

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), Cet. Ke-34, h.

383 14

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid. Ke-

9, h. 54

Page 40: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

28

Syarat-syarat perkawinan dalam Undang-undang No 1 tahun 1974

pasal 6 sampai 12:

Pasal 6

1) Perkawinan harus dilandaskan atas persetujuan kedua calon

mempelai.

2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai

umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang

tua.

3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal

dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya,

maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang

tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan

kehendaknya.

4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya maka izin

diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang

mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan, lurus ke atas

selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan

kehendaknya.

5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang

disebut dalam ayat (2), (3), dan (4) pasal ini, atau salah seorang

atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka

pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan

Page 41: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

29

melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat

memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang

tersebut dalam ayat (2), (3), dan (4) pasal ini.

6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini

berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaanya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

Pasal 7

1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur

19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur

16 (enam belas) tahun.

2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat

meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang

ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak

perempuan.

3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan sah seorang atau kedua

orang tua tersebut dalam pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang

ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2)

pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6

ayat (6).

Pasal 8

Perkawinan dilarang antara dua orang yang:

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun

keatas;

Page 42: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

30

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu

antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara

seorang dengan saudara neneknya;

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan

ibu/bapak tiri;

4) Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara

susuan dan bibi/paman susuan;

5) Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau

keponakan dari isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari

seorang;

6) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain

yang berlaku, dilarang kawin.

Pasal 9

Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak

dapat kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada pasal 3 ayat (2) dan

pasal 4 undang-undang ini.

Pasal 10

Apabila suami isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang

lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka di antara mereka tidak

boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak

menentukan lain.

Page 43: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

31

Pasal 11

1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka

waktu tunggu.

2) Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur

dalam Peraturan Pemerintah lebih lanjut.

Pasal 12

Tata-cara pelaksanaan perkawinan diatur dalam peraturan

perundang-undangan tersebut.15

4. Tujuan Perkawinan

Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal dapat diartikan bahwa perkawinan itu haruslah berlangsung

seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan karena

sebab-sebab lain dari kematian diberikan suatu pembatasan yang ketat.

Sehingga pemutusan yang berbentuk perceraian hidup akan merusak jalan

terakhir, setelah jalan lain tidak dapat ditempuh lagi.16

Ahmad Azhar Basyir menyatakan bahwa tujuan perkawinan dalam

Islam adalah untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan

dengan laki-laki dan perempuan, dalam rangka mewujudkan kebahagiaan

15

Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, MA, SH, MM., Himpunan Undang-undang

Perdata Islam dan Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2008), Edisi. Ke-2, h. 523-525 16

K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia, 1976), h. 15

Page 44: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

32

keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya.17

Tujuan perkawinan dalam

pasal 3 Kompilasi Hukum Islam yaitu untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah (keluarga yang

tentram penuh kasih sayang).

Soemiyati menjelaskan, bahwa tujuan perkawinan dalam Islam

adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan berhubungan

dengan laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga

yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh

keturunan yang sah dalam masyarakat dan mengikuti ketentuan-ketentuan

yang telah diatur oleh Syariah.18

Tujuan-tujuan tersebut tidak selamanya dapat terwujud sesuai

harapan, adakalanya dalam kehidupan rumah tagga terjadi salah paham,

perselisihan, pertengkaran, yang berkepanjangan sehingga memicu

putusnya hubungan antara suami isteri. Penipuan yang dilakukan salah

satu pihak sebelum perkawinan dilangsungkan dan dikemudian hari

setelah perkawinan dilangsungkan diketahui oleh pihak lain dapat

dijadikan alasan untuk mengajukan pembatalan perkawinan.

17

Azhar Basyir Ahmad, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UI Pres, 2000), h. 86 18

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, (Yogyakarta:

Liberty, 1986), h. 8

Page 45: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

33

B. Poligami

1. Pengertian Poligami

Kata Monogamy dapat dipasangkan dengan poligami sebagai

antonim, Monogamy adalah perkawinan dengan isteri tunggal yang

artinya seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan saja,

sedangkan kata poligami yaitu perkawinan dengan dua orang perempuan

atau lebih dalam waktu yang sama. Dengan demikian makna ini

mempunyai dua kemungkinan pengertian; Seorang laki-laki menikah

dengan banyak laki-laki kemungkinan pertama disebut Polygini dan

kemungkinan yang kedua disebut Polyandry.

Sedangkan poligami yang berasal dari bahasa Inggris adalah

“Poligamy” dan disebut ددعت تاجزال dalam hukum Islam, yang berarti

beristeri lebih dari seorang wanita. Begitu pula dengan istilah poliandri

berasal dari bahasa Inggris “poliandry” dan disebut ددعت جزألا atau

dalam hukum Islam, yang berarti bersuami lebih dari seorang ددعتهعبال

pria. Maka poligami adalah seorang pria yang memiliki isteri lebih dari

seorang wanita, sedangkan poliandri adalah seorang wanita yang bersuami

lebih dari seorang pria.19

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata poligami

diartikan sistem perkawinan yang membolehkan seseorang mempunyai

19

Mahyuddin, Masailul Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), h. 59-60

Page 46: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

34

isteri atau suami lebih dari satu orang. Memoligami adalah menikahi

seseorang sebagai istri atau suami kedua, ketiga dan seterusnya.20

Hanya saja yang perkembang pengertian itu mengalami pergeseran

sehinggah poligami dipakai untuk makna laki-laki beristeri banyak,

sedangkan kata poligyni sendiri tidak lazim dipakai.21

Poligami berarti ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami)

mengawini beberapa lebih dari satu isteri dalam waktu yang bersamaan,

bukan saat ijab qabul melainkan dalam menjalani hidup berkeluarga,

sedangkan monogamy berarti perkawinan yang hanya membolehkan

suami mempunyai satu isteri pada jangka waktu tertentu.22

Menurut para ahli sejarah poligami mula-mula dilakukan oleh raja-

raja pembesar negara dan orang-orang kaya. Mereka mengambil beberapa

wanita, ada yang dikawini dan ada pula yang hanya dipergunakan untuk

melampiaskan hawa nafsunya akibat perang, dan banyak anak gadis yang

diperjualbelikan, diambil sebagai pelayan kemudian dijadikan gundik dan

sebagainya. Makin kaya seseorang makin tinggi kedudukanya, makin

banyak mengumpulkan wanita. Dengan demikian poligami itu adalah sisa-

20

Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Edisi. Ke-4, h. 1089 21

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), h. 159 22

Al-Qamar Hamid, Hukum Islam Alternative Terhadap Masalah Fiqh Kontemporer,

(Jakarta: Restu Ilahi, 2005), h. 19

Page 47: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

35

sisa pada waktu peninggalan zaman perbudakan yang mana hal ini sudah

ada dan jauh sebelum masehi.23

Poligami adalah salah satu bentuk masalah yang dilontarkan oleh

orang-orang yang memfitnah Islam dan seolah-olah memperlihatkan

semangat pembelaan terhadap hak-hak perempuan. Poligami itu

merupakan tema besar bagi mereka, bahwa kondisi perempuan dalam

masyarakat Islam sangat memprihatinkan dan dalam kesulitan, karena

tidak adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Sebagaimana dikemukakan oleh banyak penulis, bahwa poligami

itu berasal dari bahasa Yunani, kata ini merupakan penggalan kata Poli

atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang berarti

kawin atau perkawinan. Maka jikalau kata ini digabungkan akan berarti

kata ini menjadi sah untuk mengatakan bahwa arti poligami adalah

perkawinan banyak dan bisa jadi dalam jumlah yang tidak terbatas.

Namun dalam Islam, poligami mempunyai arti perkawinan yang

lebih dari satu dengan batasan. Umumnya dibolehkan hanya sampai empat

wanita saja.24

23

Aisjah Dahlan, Membina Rumah Tangga Bahagia, (Jakarta: Jamunu, 1969), Cet. Ke-1,

h. 69

24

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dengan

Academia, 1996), h. 84

Page 48: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

36

2. Dasar Hukum Poligami

a. Dasar Hukum Poligami dalam Islam

Banyak sekali pendapat para fuqoha dan ulama moderen yang

menafsirkan hukum poligami. Diantara isu-isu hukum shari‟at yang

ditentang dan dibicarakan oleh mereka adalah apa yang berkaitan dengan

poligami di dalam Islam. Terutama surat An-Nisa ayat 3, menurut

pandangan Jumhur Ulama ayat tersebut turun setelah perang Uhud, ketika

para pejuang Islam (mujahidin) yang gugur dimedan perang. Sebagai

konsekuensi, banyak anak yatim dan janda yang ditinggal mati oleh ayah

dan suaminya. Akibatnya banyak anak yatim yang terabaikan dalam

kehidupan, pendidikan, dan masa depannya.25

Muhammad Baqir Al-Habsyi berpendapat bahwa di dalam Al-

Qur‟an tidak ada satu ayat pun yang memerintahkan atau menganjurkan

poligami, sebutan tentang hal itu dalam Qs. An-Nisa ayat 3 hanyalah

sebagai informasi sampingan dalam kerangka perintah Allah agar

memperlakukan sanak keluarga terutama anak-anak yatim dan harta

mereka dengan perlakuan yang adil.26

Walaupun dengan alasan yang berbeda-beda, Islam moderat

termasuk Muhammad Abduh, berpendapat bahwa tujuan ideal Islam

dalam perkawinan adalah monogami. Tentang konsep poligami, yang

25

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dengan ,

1996), h. 85

26

Muhammad Baqir Al-Habsyi, Fiqih Praktis (Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan

Pendapat Para Ulama), (Bandung: Mizan, 2002), h. 91

Page 49: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

37

jelas-jelas tertulis dalam Al-Qur‟an, menurut sebagian dari mereka

hanyalah karena tuntutan pada zaman Nabi yang pada saat itu banyak anak

yatim dan janda, yang ditinggal bapaknya atau suaminya saat berperang,

sedangkan sebagian yang lain berpendapat, kebolehan berpoligami

hanyalah bersifat darurat.27

Bagi Abduh poligami merupakan sesuatu perbuatan yang haram

kalau tujuannya hanyalah kesenangan. Akan tetapi jika alasannya karena

tuntutan zaman atau darurat, maka kemungkinan dibolehkan untuk

melakukannya tetap saja ada. Abduh juga menyinggung prilaku poligami

pra-islam, yang menurutnya lebih sering dilakukan sebagai simbol

kekuatan atau kejantanan.28

Latar belakang inilah yang membuat

Muhammad Abduh bersikap sangat ketat terhadap hukum poligami.

Sayyid Qutub mengatakan bahwa poligami suatu perbuatan

Rukhsah. Karena rukhsah, maka bisa dilakukan hanya dalam keadaan

darurat, yang benar-benar mendesak. Kebolehan ini masih disyaratkan

berlaku adil terhadap isteri-isterinya. Keadilan yang dituntut di sini dalam

bidang nafkah, mu‟amalah, pergaulan, serta pembagian malam. Sedangkan

bagi calon suami yang tidak bisa berbuat adil, maka diharuskan cukup satu

saja.29

27

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Academia, 1996), h. 83 28

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Academia, 1996), h. 101

29

Sayyid Qutub, Fi Dhilah Al-Qur’an, (Dar Al-Kutub: Al-Ilmiyah, 1961), h. 236

Page 50: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

38

Sedangkan, menurut Al-Jashshash poligami bersifat Mubah,

kebolehan ini disertai dengan syarat kemampuan berbuat adil di antara

para isteri. Untuk ukuran keadilan disini menurut Al-Jashshash, termasuk

materil, seperti tempat tinggal, pemberian nafkah, pakaian dan sejenisnya.

Kedua kebutuhan non materil, seperti kasis sayang, kecendrungan hati dan

semacamnya. Namun dia mencatat, bahwa kemampuan berbuat adil

dibidang non materil ini sangat berat hal ini disebutkan sendiri oleh Allah

pada surat An-Nisa ayat 129.30

b. Dasar Hukum Poligami dalam Undang-undang di Indonesia

Dalam Undang-undang perkawinan di Indonesia pada dasarnya

menganut asas monogami, apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan

untuk melakukan poligami, maka hukum dan juga agama dari yang

bersangkutan mengizinkan seorang laki-laki beristeri lebih dari seorang,

yang demikian ini, perkawinanya hanya dapat dilakukan apabila telah

memenuhi berbagai syarat yang telah ditentukan dan diputuskan oleh

pengadilan.31

Dalam hal ini ada beberapa aturan atau Undang-undang yang

merupakan dasar dalam menentukan hukum poligami antara lain:

1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pada

pasal 3,4, dan 5.32

30

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Academia, 1996), h. 86

31

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1989), h. 226

32

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 289

Page 51: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

39

2) Kompilasi Hukum Islam

Adapun pasal-pasal KHI yang memuat tentang poligami adalah

pasal 55, 56, 57, dan 58.

3) Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975

Adapun pasal-pasal pada PP No. 9, yaitu: Pasal 40, 41, 42, dan 43.

Dari beberapa dasar dan aturan yang telah dikemukakan dapat

dipahami bahwa azas perkawinan adalah monogami yang tidak bersifat

mutlak, tetapi monogami terbuka.33

Oleh karena itu tidak tertutup

kemungkinan dalam keadaan tertentu seorang suami melakukan poligami

yang tentunya dengan pengawasan pengadilan.

3. Syarat Poligami

Dalam ayat Al- Qur‟an juga menerangkan tentang syarat-syarat

melakukan poligami yaitu:

a. Mampu berbuat adil kepada semua isterinya.

Dalilnya adalah firman Allah SWT. Surat An-Nisa Ayat 3, yang

artinya: “Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil,maka

kawinilah seorang saja.”

b. Mampu menjaga diri untuk tidak terperdaya dengan isteri-isterinya

itu dan tidak meninggalkan hak-hak Allah karena keberadaan

mereka.

33

Saleh Ridwan, “Poligami di Indonesia”, (No. 2, Vol. 10, 2010), h. 372

Page 52: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

40

c. Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

lahiriah dan menjaga kehormatan mereka. Hal ini bertujuan agar

isteri-isterinya itu terhindar dari kenistaan dan kerusakan, karena

Allah tidak menyukai kerusakan. Dalam sebuah hadits, Nabi SAW.

Bersabda:

ج انباءة مىكم استطع مه يامعشرانشباب فهيتس

“Hai segenap pemuda, siapa diantara kalian sanggup menikah,

maka menikahlah.” (Muttafaq „alaih)

d. Memiliki kesanggupan untuk member nafkah kepada mereka.

Selain alasan-alasan diatas, syarat-syarat untuk berpoligami

menurut ketentuan Pasal 4 dan 5 Undang-undang Perkawinan juga harus

dipenuhi, yaitu:

Pasal 4

1) Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang

sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang

ini maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan

di daerah tempat tinggalnya.

2) Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi

izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari

seorang apabila

Page 53: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

41

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

isteri;

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus

dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri.

2) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.

3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-

isteri dan anak-anak mereka.

d. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak

diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak

mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak

dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya

yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.34

Untuk melihat perbedaan antara Pasal 4 dan Pasal 5 adalah, pada

Pasal 4 disebut dengan persyaratan alternatif yang artinya salah satu harus

34

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), Cet.

Ke-3, h. 172

Page 54: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

42

ada untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Sedangkan pasal 5

adalah persyaratan komulatif dimana seluruhnya harus dapat dipenuhi

suami yang akan melakukan poligami.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, syarat poligami dijelaskan dalam

pasal 55 yang berbunyi:

a. Beristeri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas

hanya sampai empat orang isteri.

b. Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus berlaku adil

terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.

c. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin

dipenuhi, suami dilarang beristeri lebih dari seorang.

Syarat yang lain disebutkan dalam pasal 58 ayat (1) Kompilasi

Hukum Islam: Selain syarat utama yang disebut pasal 55 ayat (2) maka

untuk memperoleh izin Pengadilan Agama harus pula dipenuhi syarat-

syarat yang ditentukan pada pasal 5 Undang-undang No. 1 Tahun 1974

yaitu:

a. Adanya persetujuan isteri,

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup

Isteri-isteri dan anak-anak mereka.35

35

Syamsul Ma‟arif, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Nuansa Aulia, 2012), h. 196-197

Page 55: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

43

C. Izin Nikah dan Izin Poligami

1. Izin Nikah

Yaitu permohonan izin yang diperuntukan bagi pernikahan yang

calon suami atau calon isteri belum berusia 21 tahun dan tidak

memperoleh izin dari orangtuanya.

Sebaimana UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 5: “Dalam hal ada

perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam Ayat (2), (3)

dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak

menyatakan pendapanya, maka pengadilan dalam daerah hukum yang

tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas

permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu

mendengar orang-orang tersebut dalam Ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.”

Adapun prosedurnya sebagai berikut:

a. Calon mempelai laki-laki/perempuan yang umurnya belum 21

tahun dan tidak mendapat izin dari orangtuanya, mengajukan

permohonan tertulis ke pengadilan;

b. Permohonan diajukan ke pengadilan agama ditempat tinggal

pemohon;

c. Permohonan harus memuat:

1) Identitas pihak (calon suami/isteri yang belum umur 21 tahun

sebagai pemohon);

Page 56: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

44

2) Posita (alasan/dalil yang mendasari diajukannya permohonan,

serta identitas orangtua pemohon dan calon suami/isteri);

3) Petitum (hal yang dimohon putusannya dari pengadilan).36

2. Izin Poligami

Yaitu permohonan izin yang diajukan untuk beristeri lebih dari

seorang yang diajukan oleh suami.

Adapun prosedurnya sebagai berikut:

a. Suami yang telah beristeri satu atau tiga orang yang menghendaki

nikah lagi (pemohon), mengajukan permohonan tertulis ke

pengadilan;

b. Permohonan diajukan ke pengadilan agama ditempat tinggal

pemohon;

c. Permohonan harus memuat:

1) Identitas para pihak (pemohon dan termohon);

2) Posita (alasan/dalil yang mendasari diajukannya permohonan,

serta identitas orangtua pemohon dan calon suami/isteri);

3) Petitum (hal yang dimohon putusannya dari pengadilan);

4) Alasan izin poligami harus harus mencakup salah satu dari

alasan-alasan yang tercantum pada Pasal 4 Ayat (2) UU No. 1

Tahun 1974, jo. Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam, yaitu:

a) Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri;

36

http:///www.perbedaan.ijin/izin.kawin.id.com, Diakses Pada tanggal 28 November

2016

Page 57: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

45

b) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

c) Isteri tidak dapat memberikan keturunan.

5) Harus memenuhi syarat sebagaimana tercantum pada Pasal 5

Ayat (1) UU No.1 Tahun 1974, yaitu:

a) Adanya persetujuan isteri;

b) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin

keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak

mereka;

c) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

isteri-isteri dan anak-anak.37

D. Pembatalan Perkawinan dan Sebab Akibat Terjadinya Pembatalan

Perkawinan

Pembatalan perkawinan adalah usaha untuk tidak dilanjutkannya

hubungan perkawinan setelah sebelumnya perkawinan itu terjadi. Dalam

pemutusan permohonan pembatalan perkawinan, pengadilan harus selalu

memperhatikan ketentuan agama mempelai. Jika menurut agamanya

perkawinan itu sah maka pengadilan tidak bisa membatalkan

perkawinan.38

Dalam Hukum Islam suatu pernikahan dianggap sah jika

37

http:///www.perbedaan.ijin/izin.kawin.id.com, Diakses Pada tanggal 28 November

2016 38

Lilis Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan di Indonesia,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 83

Page 58: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

46

dalam suatu akad nikah tersebut sudah terpenuhi syarat serta rukunnya.

Jika suatu perkawinan kurang salah satu syarat maupun rukunnya maka

akad nikah tersebut dianggap tidak sah. Jika yang tidak terpenuhi hanya

salah satu rukunnya, akad tersebut adalah batal. Adapun jika yang tidak

terpenuhi adalah salah satu dari syarat maka akad nikah tersebut dianggap

fasid.39

Dalam Pasal 22 Undang-undang Perkawinan disebutkan bahwa

perkawinan dapat di batalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat

untuk melangsungkan perkawinan. Namun bila rukunnya yang tidak

terpenuhi berarti pernikahannya yang tidak sah. Perkawinan dapat

dibatalkan berdasarkan Undang-undang Perkawinan Pasal 22, 24, 26 dan

27 serta berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Pasal 70 dan 71.

1. Perkawinan batal demi hukum

Pasal 70 KHI

Perkawinan batal apabila:

a. Suami melakukan perkawinan, sedangkan ia tidak berhak

melakukan akad nikah karena sudah mempunyai empat orang

isteri, sekalipun dari keempat isterinya itu dalam iddah talak

raji‟.

b. Seseorang menikahi bekas isterinya yang telah dili‟annya.

39

Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana

Permada Media Group, 2008), h. 123

Page 59: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

47

c. Seseorang menikahi bekas isterinya yang telah dijatuhi tiga kali

talak olehnya, kecuali bila bekas isterinya tersebut pernah

menikah dengan peria lain yang kemudia bercerai lagi ba‟da

dukuhul dari pria tersebut dan telah habis masa iddahnya.40

d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai

hubungan darah, semenda dan sesusuan sampai derajat tertentu

yang menghalangi perkawinan menurut pasal 8 Undang-undang

No. 1 Tahun 1974, yaitu:

a) Berhubungan darah dalam garis lurus ke bawah atau ke

atas;

b) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping

yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang

tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;

c) Berhubungan semeda, yaitu mertua, anak tiri, menantu, dan

ibu atau ayah tiri;

d) Berhubungan susuan, yaitu orang tua sesusuan, anak

susuan, saudara sesusuan dan bibi atau paman sesusuan.

e. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau keponakan

dari isteri atau isteri-isterinya.

2. Perkawinan yang dapat dibatalkan

a. UU No. 1 Tahun 1974

Pasal 22

40

Drs. H. Abdul Manan, SH, S.IP, M.Hum. dan Drs. M. Fauzanm SH., Pokok-pokok

Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 16

Page 60: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

48

Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak

memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Pasal 24

Barangsiapa karena perkawinan masih terikat dirinya dengan

salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih adanya

perkawinan dapat mengajukan pembatalan perkawinan yang baru,

dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 3 ayat (2) dan pasal 4

Undang-undang ini.

Pasal 26

1) Perkawinan yang dilangsungkan di muka pegawai pencatat

perkawinan yang tidak berwenang, wali nikah yang tidak

sah atau yang dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua)

orang saksi dapat dimintakan pembatalan oleh para keluarga

dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau istri,

jaksa dan suami atau istri.

2) Hak untuk membatalkan oleh suami dan isteri berdasarkan

alasan dalam ayat (1) pasal ini gugur apabila mereka telah

hidup bersama suami isteri dan dapat memperlihatkan akte

perkawinan yang dibuat pegawai pencatat perkawinan yang

tidak berwenang dan perkawinan harus diperbaharui supaya

sah.

Page 61: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

49

Pasal 27

1) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan

di bawah ancaman yang melanggar hukum.

2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya

perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau

isteri.

b. Kompilasi Hukum Islam

Pasal 71

Suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila:

1) Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan

Agama;

2) Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui

masih menjadi isteri pria yang mufqud;

3) Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari

suami lain;

4) Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan,

sebagaimana ditetapkan pasal 7 Undang-undang No. 1

Tahun 1974;

5) Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan

oleh wali yang tidak berhak;

6) Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.

Page 62: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

50

Pasal 72

1) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan

di bawah ancaman yang melanggar hukum.

2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila waktu berlangsungnya

perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai

diri suami atau isteri.

c. BW pada bagian 6 Buku 1 tentang Batalnya Pernikahan,

dengna alasan-alasan sebagai bertikut:41

1) Karena adanya perkawinan rangkap (poligami);

2) Karena tidak adanya persetujuan yang bebas diantara para

pihak;

3) Karena salah satu pihak dianggap tidak cakap melakukan

perbuatan hukum;

4) Karena adanya larangan perkawinan;

5) Karena perkawinan yang dilangsungkan akibat dari suatu

hubungan zina (overspell);

6) Karena tidak adanya izin dari pihak yang berkepentingan,

antara lain orang tua dan wali;

41

Kama Rusdiana, MH dan Jaenal Aripin, MA, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2007), h. 13

Page 63: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

51

BAB III

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM NOMOR 461/Pdt.G/

2016/PA Mks

A. Profil Pengadilan Agama Makassar

Kewenangan Hakim diminimalisir dan diserahkan kepada Qadhi

atau hal-hal yang menyangkut perkara Syariah agama Islam. Wewenang

Qadhi ketika itu termasuk Cakkara atau Pembagian harta gono-gini karena

cakkara berkaitan dengan perkara nikah.

Pada zaman penjajahan Belanda, sudah terbagi yuridiksi Qadhi,

yakni Makassar, Gowa dan lain-lain. Qadhi Pertama di Makassar adalah

Maknun Dg. Manranoka, bertempat tinggal dikampung laras, Qadhi lain

yang dikenal ialah K.H. Abd. Haq dan Ince Moh. Sholeh, dan Ince Moh.

Sholeh adalah Qadhi terakhir, jabatan Ince Moh. Sholeh disebut Acting

Qadhi. Qadhi dahulu berwenang dan berhak mengangkat sendiri para

pembantu-pembantunya guna menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi

dan tugasnya, dan pada zaman pemerintahan Belanda saat itu dipimpin

oleh Hamente.

Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah Makassar terbentuk pada

tahun 1960, yang meliputi wilayah Maros, Takalar dan Gowa, karena pada

waktu itu belum ada dan belum dibentuk di ketiga daerah tersebut, jadi

masih disatukan dengan wilayah Makassar.

Page 64: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

52

Sebelum terbentuknya Mahkamah Syariah yang kemudian

berkembang menjadi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah, maka dahulu

yang mengerjakan kewenangan Pengadilan Agama adalah Qadhi yang

pada saat itu berkantor dirumah tinggalnya sendiri. Pada masa itu ada dua

kerajaan yang berkuasa di Makassar yaitu kerajaan Gowa dan Kerajaan

Tallo dan dahulu Qadhi diberi gelar Daengta Syeh kemudian gelar itu

berganti menjadi Daengta Kalia.

Setelah keluarnya PP. No. 45 Tahun 1957, maka pada tahun 1960

terbentuklah Pengadilan Agama Makassar yang waktu itu disebut

“Pengadilan Mahkamah Syariah” adapun wilayah Yurisdiksinya dan

keadaan gedungnya seperti diuraikan pada penjelasan berikut:

1. Sebelah Barat berbatasan dengan selat Makassar;

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros;

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone;

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.

Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama/ Mahkamah Syariah

Makassar dahulu hanya terdiri 9 (Sembilan) Kecamatan selanjutnya

berkembang menjadi 14 (Empat Belas) Kecamatan.

Semenjak dari awal berdirinya hingga sampai tahun 1999

Pengadilan Agama Klas 1 A Makassar telah mengalami perpindahan

gedung kantor sebanyak enam kali. Pada tahun 1976 telah memperoleh

gedung permanen seluas 150 m2 untuk Rencana Pembangunan Lima

Tahun, akan tetapi sejalan dengan perkembangan jaman dimana

Page 65: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

53

peningkatan jumlah perkara yang meningkat dan memerlukan jumlah

personil dan SDM yang memadai maka turut andil mempengaruhi keadaan

kantor yang butuh perluasan serta perbaikan sarana dan prasarana yang

menunjang dan memadai, maka pada tahun 1999 Pengadilan Agama

Makassar merelokasi lagi gedung baru dan pindah tempat ke Gedung baru

yang bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan Km.14 Daya Makassar

dengan luas lahan (Tanah) 2.297 M2 dan Luas Bangunan 1.887,5 M2.

Awal mula terbentuknya Pengadilan Agama/ Mahkamah Syariah

Makassar dengan wilayah Yurisdiksi Makassar, Gowa, Takalar dan Maros

jumlah pegawai (SDM) sebanyak 9 orang yang waktu itu diketuai oleh

K.H. Chalid Husain dengan susunan personil Muh. Alwi, K.H. Ahmad

Ismail, M. Sholeha Matta, M. Jusuf Dg. Sitaba, Mansyur Surulle, Abd.

Rahman Baluku, M. Haya dan Nisma.

Hakim Ketua Honorer yaitu H. Kallasi Dg. Mallaga, K.H.M. Syarif

Andi Rukka, Syarid Soleh Al Habayi, H. Abd. Dg. Mai, Daeng Takadi (H.

Andi Mansyur) dan Daeng Mannu. Pada masa K. H. Harun Rasyid

menjadi Ketua, hanya memiliki 7 orang pegawai (personil), sedangkan

sekarang ini jumlahnya telah bertambah karena berdasarkan pelaksanaan

UU Nomor 1 Tahun 1974, maka penambahan jumlah pegawai (personil)

sudah dinyatakan perlu guna untuk mengimbangi melonjaknya jumlah

Volume perkara. Berikut ini adalah susunan Ketua Pengadilan Agama

Makassar berdasarkan periode kepemimpinan dari masa ke masa:

Page 66: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

54

1. Ketua Pertama: K.H. Chalid Husain: Periode Tahun 1960 s/d

Tahun 1962;

2. Ketua Kedua: K.H. Syekh Alwi Al Ahdal: Periode Tahun 1962 s/d

Tahun 1964;

3. Ketua Ketiga: K.H. Haruna Rasyid: Periode Tahun 1964 s/d Tahun

1976;

4. Ketua Keempat: K.H. Chalid Husain: Periode Tahun 1976 s/d

Tahun 1986;

5. Ketua Kelima: Drs. H. Jusmi Hakim, S.H: Periode Tahun 1986 s/d

Tahun 1996;

6. Ketua Keenam: Drs. H. Abd. Razak Ahmad, S.H., M.H: Periode

Tahun 1996 s/d Tahun 1998;

7. Ketua Ketujuh: Drs. H. M. Djufri Ahmad, S.H., M.H: Periode

Tahun 1998 s/d Tahun 2004;

8. Ketua Kedelapan: Drs. H. M. Tahir R, S.H.: Periode Tahun 2004

s/d Tahun 2005;

9. Ketua Kesembilan: Drs. Anwar Rahmad, M.H.: Periode Tahun

2005 s/d Tahun 2008;

10. Ketua Kesepuluh: Drs. Khaeril R, M.H.: Periode Tahun 2008 s/d

Tahun 2010;

11. Ketua Kesebelas: Drs. H. M. Nahiruddin Malle, S.H., M.H:

Periode Tahun 2010 s/d 2013;

Page 67: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

55

12. Ketua Duabelas: Drs. H. Usman S,SH: Periode Tahun 2013 s/d

2014.

13. Ketua Tigabelas: Drs. Moh. Yasya', SH.,MH.: Priode Tahun 2014

s/d sekarang.1

B. Gambaran Umum Perkara Pembatalan Perkawinan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks

Perkara Pembatalan Perkawinan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA MKs,

merupakan gugatan dari Penggugat seorang wanita (isteri) terhadap

Tergugat satu (suami) dan Tergugat dua (isteri) ke dua dari tergugat

pertama. Dimana Tergugat pertama (suami) melangsungkan

pernikahan/perkawinan dengan Tergugat ke dua tanpa sepengetahuan serta

izin dari isteri pertama (Penggugat) serta tidak ada putusan Pengadilan

Agama yang memberikan izin kepada Penggugat satu (suami) untuk

menikah lagi, yang dimana pernikahan/perkawinan antara tergugat satu

(suami) dan tergugat dua dilangsungkan pada tanggal 26 April 2013,

bertempat di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Propinsi

Banten. Dimana status tergugat pertama (suami) masih terikat

Pernikahan/perkawinan dengan Penggugat (isteri). Inilah yang menjadi

landasan dari gugatan penggugat (isteri) terhadap tergugat satu (suami)

dan tergugat dua untuk, pernikahan/perkawinan antara tergugat satu

(suami) dengan tergugat dua dibatalkan.

1 http:///pa-makassar.go.id, Diakses pada tanggal 29 November 2016

Page 68: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

56

C. Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakum Terhadap Pembatalan

Perkawinan Karena Tidak Ada Izin Poligami Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks

1. Duduk Perkara

Primer:

a. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

b. Membatalkan Perkawinan antara Tergugat I (TERGUGAT I) dan

Tergugat II (TERGUGAT II).

c. Menyatakan perkawinan antara Tergugat I (TERGUGAT I) dan

Tergugat II (TERGUGAT II), yang dilaksanakan pada tanggal 26

April 2013, di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan,

Propinsi Banten, tidak berkekuatan hukum dan batal demi hukum.

d. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Makassar untuk

mengirimkan salinan putusan ini kepada Pegawai Pencatat Nikah

Kantor Urusan Agama (KUA) yang wilayahnya meliputi tempat

perkawinan Tergugat I dan Tergugat II dilangsungkan, setelah

mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dicatatkan dalam daftar

untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu.

Membebankan biaya perkara sesuai dengan peraturan parundang-

undangan yang berlaku

Subsider:

Apabila majelis hakim berpendapat lain dalam kaitannya dengan

perkara ini mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Page 69: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

57

2. Pertimbangan Hukum

Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai

perkara tertentu. Pengadilan Agama Makassar memiliki wewenang

memeriksa perkara sesuai kewenangan absolut yang berdasarkan Pasal 2

dan 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-undang 50

Tahun 2009 perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama. Dalam Pasal 2 ini Pengadilan Agama terkait dengan

asas Personalitas KeIslaman dan memeriksa, memutus, menyelesaikan

perkara diantara orang-orang yang beragama Islam.

Penulis melakukan wawancara dengan hakim Pengadilan Agama

Makassar yaitu: Drs. Muhammad Arief Musi, S.H (selaku Ketu Majelis)

pada hari Rabu 28 September 2016 di Pengadilan Agama Makassar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan hakim Drs. Muhammad Arief Musi,

S.H yang dilakukan penulis, tentang perkara Putusan Nomor

461/Pdt.G/2016/ PA Mks.

Perkawinan merupakan sutau peristiwa yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat dan bagi umat Islam merupakan fitroh setiap

manusia. Perkawinan yang dilangsungkan harus sesuai dengan peraturan

Perundang-undangan yang berlaku, yaitu: Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan. Dalam suatu perkawinan ada Rukun dan Syarat,

yang dimana harus dipenuhi. Apabila Rukun dan Syarat terpenuhi maka

Page 70: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

58

pernikahan tersebut sah namun, apabila Rukun dan Syarat tidak terpenuhi

maka perkawinan tersebut bisa dibatalkan.2

Putusnya perkawinan bukan hanya disebabkan oleh perceraian dan

kematian saja melainkan termasuk putusan perkawinan disebabkan oleh

putusan hakim. Putusan perkawinan atas putusan pengadilan dapat terjadi

karena pembatalan suatu perkawinan. Berdasarkan Pasal 22 Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa perkawina dapat dibatalkan apabila

para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melakukan perkawinan.

Pada Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa

perkawinan yang tidak memenuhi syarat tidak dengan sendirinya menjadi

batal melainkan harus diputuskan oleh Pengadilan.

Alasan-alasan yang dapat diajukan dalam pembatalan perkawinan

diatur dalam Pasal 26 sampai Pasal 27 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan. Adapun alasan-alasannya sebagai burikut:

a. Perkawinan yang dilangsungkan dihadapan Pegawai Pencatat

Perkawinan yang tidak berwenang;

b. Wali nikah yang melakukan perkawinan ini tidak sah;

c. Perkawinan dilangsungkan tanpa dihadiri oleh dua orang saksi;

d. Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar

hukum;

2 Drs. Muhammad Arief Musi, S.H, Ketu Majelis, Pengadilan Agama Makassar, Rabu 28

September 2016

Page 71: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

59

e. Ketika perkawinan berlangsung terjadi salah sangka mengenai diri

suami atau isteri.

Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada Pasal 71 dan 72

Kompilasi Hukum Islam mengenai alasan-alasan pengajuan pembatalan

perkawinan yaitu:

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih

menjadi isteri pria yang mafqud;

c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami

lain;

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974;

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali

yang tidak berhak;

f. Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan;

g. Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar

hukum;

h. Pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah

sangka mengenai diri suami atau isteri.

Salah satu permohonan Pembatalan Perkawinan yang diajukan di

Pengadilan Agama Makassar adalah Putusan Nomor 461/Pdt.G/20016/PA

Page 72: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

60

Mks, dimana Pemohon menerangkan dalam surat permohonannya adalah

sebagai berikut:3

a. Bahwa Penggugat dan Tergugat I adalah pasangan suami isteri

yang menikah pada tanggal 30 Desember 1997 dan tercatat pada

PPN KUA Kecamatan T. Betung Selatan, Kota Bandar Lampung,

Propinsi Lampung, dengan Kutipan Akta Nikah Nomor:

556/13/I/1998, tanggal 30 Desember 1997;

b. Bahwa Penggugat dan Tergugat I pernah hudup rukun dan

dikaruniai 3 orang anak yang masing-masing bernama:

1) Anak, Lahir tanggal 15 April 1998

2) Anak, Lahir tanggal 7 Maret 2002

3) Anak, Lahir tanggal 1 Juli 2011

c. Bahwa pada tanggal 26 April 2013 Tergugat I telah menikah

dengan Tergugat II, di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang

Selatan, Propinsi Banten;

d. Bahwa saat Tergugat I dan Tergugat II menikah, Tergugat I masih

terikat perkawinan dengan Penggugat;

e. Bahwa perkawinan Tergugat I dengan Tergugat II dilakukan tanpa

sepengetahuan Penggugat selaku isteri dan tidak ada putusan

Pengadilan Agama yang memberikan izin kepada Tergugat I untuk

menikah lagi (poligami liar);

3 Putusan Pengadilan Agama Makassar Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks

Page 73: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

61

f. Bahawa turut Tergugat menikahkan Tergugat I dengan Terggugat

II tudak melalui proses verifikasi/penelitian yang valid mengenai

status perkawinan Tergugat I, oleh karenanya perkawinan antara

Tergugat I dengan Tergugat II dinilai cacat prosedur dan

administrasi.

Menurut Drs. Muhammad Arief Musi, S.H, perkawinan yang

dilangsungkan tersebut tidak memenuhi syarat sah perkawinan karena,

Tergugat I bersetatus masih atau telah beristeri, sehingga perkawinan

antara Tergutat I dengan Tergugat II tersebut merupakan poligami yang

seharusnya memenuhi ketentuan Pasal 3, 4, dan 5 Undang-undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo Pasal 40, 41 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, serta Pasal 55 dan 56 Kompilasi Hukum Islam.

Selain itu permohonan pemohon telah terbukti menurut hukum sesuai

dengan ketentuan Pasal 22, 23, dan 24 Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 jo Pasal 37 dan 39 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo

Pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam.4

Perkawinan tersebut dapat dibatalkan oleh Pengadilan Agama

karena alasan-alasan pembatalan perkawinan terpenuhi yaitu, seorang

suami melakukan poligami tanpa ada izin Pengadilan Agama. Selain itu,

yang menjadi dasar hukum bagi hakim Pengadilan Agama Makassar

dalam memutuskan pembatalan perkawinan tersebut adalah perkawinan

4 Drs. Muhammad Arief Musi, S.H, Ketu Majelis, Pengadilan Agama Makassar, Rabu 28

September 2016

Page 74: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

62

yang dilangsungkan tersebut melanggar syarat administratif yaitu

pemalsuan identitas yang berupa pemalsuan status calon suami yang

mengaku perjaka serta menyangkut legalitas hukum perkawinan

berdasarkan Peraturan Ketua Mahkamah Agung Nomor

KMA/032/SK/IV/2006 tanggal 4 April 2006.

D. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan Putusan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks

Adapun akibat hukum dari Pembatalan Perkawinan dalam putusan

No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks, dimana Hakim memutuskan:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

2. Membatalkan Perkawinan antara Tergugat I (TERGUGAT I)

dengan Tergugat II (TERGUGAT II).

3. Menyatakan Akta Nikah No. 0692/154/IV/2013 yang diterbitkan

oleh KUA Kecamatan Ciputat, kota Tangerang Selatan, Banten;

tidak mempunyai kekuatan hukum.

4. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp 561.000 (lima ratus enam puluh satu ribu rupiah)

Page 75: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

63

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DASAR DAN

PERTIMBANGAN PADA PUTUSAN NOMOR 461/Pdt.G/2016/PA Mks

A. Analisis Hukum Islam Melihat Kedudukan Izin Poligami di Hukum

Perkawinan Indonesia

Dr. Abdul Karim Zaidan menyebutkan bahwa tidak ada nash

syariat yang menyebutkan bahwa seorang suami harus meminta izin

kepada seorang isteri untuk berpoligami. Dalam Muktamar Majma‟ al-

Buhuts al-Islamiyah ke-2 yang diadakan di Kairo pada tahun 1385 H atau

1965 M menyebutkan bahwa hukum poligami adalah mubah dan tidak

perlu izin kepada seorang hakim, selain itu tidak terdapat ijma‟ (konsesus)

dari ulama semenjak masa nabi Muhammmad saw dan setelahnya bahwa

seorang lelaki yang mau berpoligami harus meminta izin kepada seorang

hakim.1

Dalam perspektif lain, kebolehan poligami dewasa ini yang diatur

dalam peraturan perkawinan di beberapa negara Islam, memang tidak

hanya dikaitkan dengan keadilan ataupun kemampuan nafkah dalam

ketetapan fiqih klasik, tetapi semata-mata karena adanya halangan2 untuk

melangsungkan perkawinan yang sehat. Pemikiran seperti ini tidak ada

1 Al-Mufashal fil Ahkam al-Mar‟ah: 6/294

2 Hal ini bisa dipahami dalam kerangka dar’u al-marasid dan juga konsep sadd az-

Dzari‟ah

Page 76: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

64

rujukannya secara material dalam fiqih, meskipun secara filosofis dapat

dipahami dalam kerangka konsep istislah yang lebih banyak

dikembangkan di lingkungan madzhab Maliki.3

Maka seorang suami yang ingin melakukan poligami tidak perlu

meminta izin kepada istrinya. Meski demikian hendaknya seorang suami

jangan terlalu terburu-buru melakukan poligami tanpa mengamati lebih

jauh siapa wanita yang ia nikahi. Sehingga akhirnya ia terseret dalam

kesalahan yang fatal dan dapat merusak kebahagiaan rumah tangganya.

Dan bagi seorang istri hendaknya menyadari sepenuhnya masalah

poligami ini. Seperti apa pun beratnya bila sang suami harus membagi

cinta dengan wanita lain, ia harus tetap tabah dan mampu mengendalikan

diri menghadapi ketentuan syariat ini. Sebab bagaimana pun juga poligami

mengandung berbagai manfaat yang tidak mungkin dipungkiri.4

Ketentuan pasal-pasal tentang poligami, sebagaimana diatur pada

bab IX KHI, ternyata syarat-syarat yang diberikan tidak hanya bersifat

substansial tetapi juga syarat-syarat formal.

Pasal 55 yang memuat syarat substansial dari pendapat poligami

yang melekat pada seorang suami yaitu terpenuhinya keadilan yang telah

ditetapkan, bunyi dalam pasal 55:

3 Mudzhar, Atho dan Khairuddin, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, (Jakarta:

Ciputat Press, 2003), Cet. 1, h. 75

4 Dr. Nashir bin Sulaiman al-„Umr, Muqawamatus Sa’adati az-Zaujiyyah (Sendi-sendi

Kebahagian Suami Isteri), Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995), Cet. Ke-5, h.

77

Page 77: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

65

1. Beristeri lebih satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya

sampai empat isteri.

2. Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu

berlaku adil terhadap ister-isteri dan anak-anaknya.

3. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin

dipenuhi, suami dilarang beristeri dari seorang.

Syarat ini adalah inti dari poligami, sebab dari sinilah munculnya

ketidak sepakatan dalam hukum akan adanya poligami. Dan dipertegas

pula didalamnya bahwa apabila keadilan tidak dapat dipenuhi maka

seorang suami dilarang berpoligami.

Pasal 56 yang berbunyi:

1. Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat

izin dari Pengadilan Agama.

2. Pengajuan permohonan Izin dimaksud pada ayat (1) dilakukan

menurut pada tata cara sebagaimana diatur dalam Bab.VIII

Peraturan Pemeritah No.9 Tahun 1975.

3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau

keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai

kekuatan hukum.

Pasal 56 diatas merupakan syarat-syarat formal poligami yang

harus dijalani seorang suami. Peraturan ini dibuat sebagai perlindungan

hukum bagi pelaku poligami karena di Indonesia adalah negara hukum

Page 78: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

66

sehingga segala urusan hubungan manusia maka pelaksanaannya harus

diketahui oleh instansi yang berwenang yaitu Pengadilan Agama (PA).

Pasal 57, yang berbunyi:

Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami

yang akan beristeri lebih dari seorang apabila:

1. Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai isteri;

2. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan;

3. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

Pasal 57 diatas merupakan syarat-syarat substansial yang melekat

pada seorang isteri yaitu kondisi-kondisi nyata yang melingkupinya

sehingga menjadi alasan logis bagi seorang suami untuk berpoligami.

Pasal 58 yang berbunyi:

1. Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk

memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-

syarat yang ditentukan pada pasal 5 Undang-Undang No.1 Tahun

1974 yaitu :

a. Adanya pesetujuan isteri;

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan

hidup ister-isteri dan anak-anak mereka.

Page 79: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

67

2. Dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 41 huruf b Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975, persetujuan isteri atau isteri-isteri

dapat diberikan secara tertulis atau denganlisan, tetapi sekalipun

telah ada persetujuan tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan

persetujuan lisan isteri pada sidang Pengadilan Agama.

3. Persetujuan dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak diperlukan bagi

seorang suami apabila isteri atau isteri-isterinya tidak mungkin

dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian atau apabila tidak ada kabar dari isteri atau isteri-

isterinyasekurang-kurangnya 2 tahun atau karena sebab lain yang

perlu mendapat penilaian Hakim.

Pasal 58 diatas merupakan syarat-syarat formal yang diperankan

seorang isteri sebagai respon terhadap suami yang hendak memadu dirinya

yang melibatkan instansi yang berwenang. Aturan-aturan ini sebagai

antisipasi untuk menjaga hubungan baik dalam keluarga setelah

berjalannya keluarga poligami.

Pasal 59 yang berbunyi:

Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan

permohonan izin untuk beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas

salah satu alasan yang diatur dalam pasal 55 ayat (2) dan 57, Pengadilan

Agama dapat menetapkan tenyang pemberian izin setelah memeriksa dan

mendengar isteri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama,

Page 80: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

68

dan terhadap penetapan ini isteri atau suami dapat mengajukan banding

atau kasasi.

Bunyi pasal 59 diatas menjelaskan sikap Pengadilan Agama untuk

bertindak dalam menghadapi perkara poligami dari isteri yang saling

mempertahankan pendapatnya. Dengan demikian ketentuan poligami

dalam KHI tidak bertentangan dengan ruh nash.

B. Proses Penyelesaian Perkara Pembatalan Perkawinan Putusan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks.

Pembatalan perkawinan dapat diputuskan oleh hakim bila mana

salah satu syarat atau rukun sah perkawinan tidak terpenuhi dan hal

demikian batal oleh hukum. Undang-undang No 1 tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang perkawinan, selain itu di dalam

Al-Qur‟an mempertegas adanya rukun dan syarat nikah yang wajib

dipenuhi dalam melangsungkan pernikahan.

Perkara yang diteliti adalah putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA

Mks, dimana isteri pertama (penggugat) menggugat suaminya (tergugat I)

untuk melakukan pembatalan perkawinan terhadap perkawinan suami

(tergugat I) dan isteri keduanya (tergugat II). Dimana perkawinan antara

suami dan isteri keduannya adalah tidak sah, baik secara hukum Nasional

maupun hukum Islam.

Page 81: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

69

Menurut Drs. Muhammad Arief Musi, S.H (selaku Ketu Majelis)

di Pengadilan Agama Makassar yang mengadili perkara ini, perkawinan

tersebut dibatalkan karena salah satu rukun atau syarat sah nikah tidak

terpenuhi. Dalam perkara ini yang menjadi dasar dari pembatalan

perkawinan yang diputuskan oleh hakim yaitu pasal 71 (a), (e) dan (h)

Kompilasi Hukum Islam.5

Suami (tergugat I) melakukan perkawinan tanpa adanya izin

poligami dari Pengadilan Agama (pasal 71 (a) KHI), dalam perkawinan ini

yang bertindak sebagai wali nikah isteri ke dua (tergugat II) dalah suami

saudara permpuan (ipar), dengan kata lain wali nikahnya tidak sah karena

tidak ada hubungan darah (71 (e) KHI). Dalam perkara ini juga diduga ada

unsur penipuan karena tergugat I mengungkapkan kepada tergugat II

bahwa dirinya masih lajang (71 (h) KHI).

Berdasarkan ketentuan tersebut, hal ini dapat batal demi hukum

karena beberapa alasan sebagaimana telah dipaparkan. Sebagaimana

hukum yang berlaku hakim dapat memberi putusan pembatalan

perkawinan terhadap perkawinan tergugat I dan tegugat II, dengan

demikian perkawinan tersebut diputus batal demi hukum oleh hakim.

5 Drs. Muhammad Arief Musi, S.H, Ketu Majelis, Pengadilan Agama Makassar, Rabu 28

September 2016

Page 82: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

70

C. Analisis Hukum Islam Terhadap Dasar dan Pertimbangan Hakim

Pada Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks

Pertimbangan hakim mengenai pembatalan perkawinan dalam

putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks, dimana dalam memutuskan

perkara ini hakim tidak melakukan mediasi, berdasarkan putusan

Peraturan Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA/032/SK/IV/2006 tanggal

4 April 2006. Tentang legalitas hukum perkawinan, dimana yang menjadi

pokok sengketa dalam perkara ini ialah Penggugat mengajukan gugatan

pembatalan perkawinan antara Tergugat I dengan Tergugat II dengan dalil

perkawinan tersebut tidak memenuhi syarat perkawinan, yaitu adanya

halangan perkawinan karena Tergugat I masih terikat oleh perkawinan

yang sah dengan Penggugat kemudian kawin dengan Tergugat II tanpa

melalui prosedur yang sah menurut Undang-Undang.

Tergugat I dalam jawabannya mengakui secara murni dalil-dalil

gugatan Penggugat aquo perkawinan antara Tergugat I dengan Tergugat II

dilaksanakan dengan melanggar Undang-Undang Perkawinan. Maka,

berdasarkan Pasal 311 R.Bg, pengakuan tersebut merupakan bukti yang

sempurna.

Tergugat I juga mengakui perkawinannya dengan Tergugat harus

dibatalkan karena waktu itu Tergugat I dalam keadaan khilaf.

Page 83: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

71

Serta tidak sesuai dengan pasal 71 (a) Kompilasi Hukum Islam dan

perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum sesuai dengan

pasal 56 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam.

Kekhilafan Tergugat I sebagaimana dimaksud, baik dalam

kedudukannya sebagai pegawai negeri sipil yang melakukan poligami

tanpa izin, maupun dalam kaitannya dengan pengajuan dokumen

perkawinan, dimana Tergugat I menyatakan status diri sebagai jejaka.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka gugatan

Penggugat agar perkawinan antara Tergugat I dengan Tergugat II

dibatalkan, dapat dikabulkan.

Melihat dari putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks di mana

hakim mengabulkan semua gugatan Penggugat karena sudah sejaln dengan

UU yang berlaku, dimana Tergugat melanggar beberapa pasal dimana kita

bisa mengelompokannya pada pasal 71 (a,e dan h) Kompilasi Hukum

Islam yang mana salah satunya berbunyai: a. Seorang suami melakukan

poligami tanpa izin Pengadilan Agama; e. Perkawinan dilangsungkan

tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak; dan h. Pada

waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka

mengenai diri suami atau isteri.

Serta ketentuan pasal 19 Kompilasi Hukum Islam disebutkan

“Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi

bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahinya”

Page 84: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

72

Sebagaimana sabda Nabi SAW:

(االربعةاالالنسأى اخرجه) ليهافنكاحهاباطل بغيراذن نكحت ايماامرآة

“Barang siapa di antara perempuan yang menikah tidak dengan

izin walinya, maka pernikahannya batal” (Riwayat empat orang

ahli hadis, kecuali Nasai).

Dalam pasal 21 Kompilasi Hukum Islam telah disebutkan urutan-

urutan wali, sehingga perkawinan yang dilangsungkan oleh wali yang

tidak sah dan tidak berhak menyebabkan perkawinan tersebut dapat

dibatalkan.

Serta Pasal 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa

perkawina dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-

syarat untuk melakukan perkawinan.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, ada beberapa syarat-syarat yang

dipenuhi atau pelanggaran dalam pelaksanaannya, serta bedasarkan

pertimbangan-pertimbangan majelis hakim berpendapat bahwa,

perkawinan termohon I dengan termohon II terbukti menyalai peraturan 4

dan 5 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan

kentuan pasal 19 Kompilasi Hukum Islam.

Adapun yang menjadi inti dari pertimbangan terhadap pembatalan

pernikahan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks adalah Pasal 71 (a) INPRES

Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, yaitu “Suatu

Page 85: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

73

perkawinan dapat dibatalkan apabila seorang suami melakukan poligami

tanpa izin Pengadilan Agama”, Pasal 71 (e) INPRES Nomor 1 Tahun 1991

tentang Kompilasi Hukum Islam, yaitu “Suatu perkawinan dapat

dibatalkan apabila perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau

dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak”, Pasal 71 (h) INPRES Nomor 1

Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, yaitu “Suatu perkawinan

dapat dibatalkan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi

penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau isteri.

Page 86: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai bagian akhir dari penyusunan skripsi yang berjudul

“Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami dalam

Persfektif Hukum Islam (Studi Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA

Mks)”, penyusun mencoba menyimpulkan kesimpulan dan saran yang

dihasilkan dari proses penelitian yang telah dilakukan. Diharapkan

kesimpulan dan saran dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu

hukum pada umumnya dan masyarakat pada khususnya.

1. Poligami dalam pandangan pada dasarnya adalah mubah dan

izin poligami hakekatnya tidak ada izin kepada istri, dalam

hukum Islam.

2. Proses Pembatalan perkawinan sama dengan tata cara gugatan

perceraian, baik itu pemanggilan, pemeriksaan dan putusan

pembatalan perkawinan poligami, sebagaimana diatur dalam

Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 PP No. 9 tahun 1975

3. Hakim melihat rukun dan syarat sah suatu perkawinan baik

yang tertera dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

maupun Kompilasi Hukum Islam yang rujuknya sendiri dari

Al-Qur’an dan As-Sunah tidak terpenuhi.

Page 87: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

75

B. Saran

Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan setelah melakukan

penelitian dan pembahasan atas perkara Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks,

di Pengadilan Agama Makassar adalah sebagai berikut:

1. Kiranya dalam pelaksanaan perkawinan perlu diperhatikan

mengenai identitas calon. Pengecekan identitas tidak hanya

mengutamakan kebenaran secara administratif saja, namun

diupayakan dapat dengan dilakukan pengecekan lapangan.

Sehingga tidak mudah tertipu dan tidak menyesal dikemudian

hari.

2. Terhadap pejabat yang berwenang yang mengawasi

pelaksanaan perkawinan dalam melaksanakan tugasnya agar

lebih teliti dan lebih cermat. Untuk menghindari adanya kasus

penipuan identitas. Melakukan pemeriksaan mengenai

kebenaran status mempelai dan surat-surat sebelum perkawinan

dilangsungkan. Agar tidak ada lagi pihak-pihak yang dirugikan

dalam perkawinan poligami, dengan demikian secara tidak

langsung dapat mencegah penganiayaan terhadap wanita.

3. Usaha-usaha maksimal dari penegak hukum, belum dapat

menyadarkan masyarakat untuk bertindak sesuai dengan

ketentuan-ketentuan hukum. Untuk itu serangkai kegiatan yang

bersifat pembelajaran dan penyuluhan hukum dibidang hukum

perkawinan husunya pada masyarakat perlu ditingkatkan.

Page 88: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an dan Tarjemahnya

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya,

Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1990

B. Buku Referensi

Abidin, Slamet dan Aminuddin, Fiqh Munakahat I, Bandung: Pustaka

Setia, 1999

Ahmad, Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UI Pres,

2000

Al-‘Umr, Nashir bin Sulaiman, Muqawamatus Sa’adati az-Zaujiyyah

(Sendi-sendi Kebahagian Suami Isteri), Cet. Ke-5, Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 1995

Al-Habsyi, Muhammad Baqir, Fiqih Praktis (Menurut Al-Qur’an, As-

Sunnah, dan Pendapat Para Ulama), Bandung: Mizan, 2002

Al-Mufarraj, Sulaiman, Bekal Pernikahan: Hukum, Tradisi, Hikmah,

Kisah, Syair, Wasiat, Kata Mutiara, Ahli Bahasa, Kuis Mandiri

Cipta Persada, Jakarta: Qisthi Press, 2003

Amir, Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia: Antara Fiqih dan

Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, Jakarta: Kencana,

2009

Page 89: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Asnawi, Mohammad, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan,

Yogyakarta: Darussalam, 2004

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Jilid. Ke-9, Jakarta:

Gema Insani, 2011

Basyri, Ahmad Azhar, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, Yogyakarta:

Titian Ilahi Press, 1994

Dahlan, Aisjah, Membina Rumah Tangga Bahagia, Cet. Ke-1, Jakarta:

Jamunu, 1969

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Cet. Ke-3, Edisi. Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa, Edisi. Ke-4, Jakarta: PT. Gramedia, 2008

Hakim, Rahmat, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000

Hamid, Al-Qamar, Hukum Islam Alternative Terhadap Masalah Fiqh

Kontemporer, Jakarta: Restu Ilahi, 2005

Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor 1

Tahun 1974, Jakarta: Tintamas, 1975

Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989

Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1985

Kuzari, Achmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grafindo,

1995

Page 90: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Ma’arif, Syamsul, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Nuansa Aulia, 2012

Mahyuddin, Masailul Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia, 2003

Manan, Abdul dan M. Fauzanm, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang

Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002

Moleong, Lexi J., Metode Penelitian Kualitatif, Cet. K3-11, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2000

Mudzhar, Atho dan Khairuddin, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern,

Cet. 1, Jakarta: Ciputat Press, 2003

Nasution, Khoiruddin, Riba dan Poligami, Yogyakarta: Academia, 1996

Nasution, Khoiruddin, Riba dan Poligami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dengan, 1996

Prayogo, Imam dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2003

Qutub, Sayyid, Fi Dhilah Al-Qur’an, Dar Al-Kutub: Al-Ilmiyah, 1961

Ramulyo, M. Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Ind

Hillco, 1990

Ramulyo, Mohammad Idris, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 1996

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Cet. Ke-34, Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2011

Rasjidi, Lilis, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan di

Indonesia, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991

Page 91: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Cet. Ke-3, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1998

Rusdiana, Kama, MH dan Jaenal Aripin, MA, Perbandingan Hukum

Perdata, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007)

Saleh, K. Wantjik, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia, 1976

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Peran dan Penggunan

Perpustakaan Di dalam Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat

Dokumentasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,

Yogyakarta: Liberty, 1982

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan,

Yogyakarta: Liberty, 1986

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1982

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: Alfabeta, 2009

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke-3,

Bandung: Alfabeta, 2007

Suma, Muhammad Amin, Himpunan Undang-undang Perdata Islam dan

Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia,

Edisi. Ke-2, Jakarta: Rajawali Pers, 2008

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. Ke-6, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Page 92: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Tihami, M. A dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah

Lengkap, Jakarta: Rajawali Press, 2010

Tutik, Titik Triwulan, Hukum Perdata dalam Hukum Nasional, Jakarta:

Kencana Permada Media Group, 2008

Zainuddin, Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2007

C. Jurnal

Al-Mufashal fi Ahkam al-Mar’ah : 6/294

Saleh Ridwan, Poligami di Indonesia, No. 2, Vol. 10, 2010

D. Lain-Lain

http://pamakassar.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id

=67&Itemid=115

http.///www.perbedaan.ijin/izin.kawin.http

http.///www.perbedaan.ijin/izin.kawin.id.com

https://www.scribd.com/doc/132230281/Teori-Sistem-Hukum-Friedman

Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks

Page 93: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

DAFTAR PERTANYAAN

Wawancara Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami

Dalam Perspektif Hukum Islam

(Studi Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks)

1. Nama Responden?

2. Jabatan Responden?

3. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu bekerja di Peradilan Agama Makassar?

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui perkara persidangan Pembatalan

Perkawinan dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui siapa saja yang menjadi Hakim dalam

persidangan Pembatalan Perkawinan dalam putusan No.

461/Pdt.G/2016/PA Mks?

6. Apakah Bapak/Ibu yang menjadi Hakim dalam Persidangan Pembatalan

Perkawinan dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui siapa saja yang menjadi Penggugat dan

Tergugat dalam perkara persidangan Pembatalan Perkawinan dalam

putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Duduk Perkara dalam persidangan

Pembatalan Perkawinan dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

9. Bisakah Bapak/Ibu jelaskan?

10. Apa pertimbangan hukum dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

11. Apa yang menjadi landasan Bapak/Ibu mengambil putusan tersebut?

12. Bagaimana Bapak/Ibu mengambil keputusan dalam persidangan dalam

putusan Pembatalan Perkawinan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Page 94: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

DAFTAR PERTANYAAN

Wawancara Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami

Dalam Perspektif Hukum Islam

(Studi Putusan Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks)

1. Nama Responden?

Jawab: Drs. Muhammad Arief Musi, S.H

2. Jabatan Responden?

Jawab: Hakim Peradilan Agama Makassar

3. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu bekerja di Peradilan Agama Makassar?

Jawab: Ya, saya mengetahui

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui perkara persidangan Pembatalan

Perkawinan dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Jawab: Kira-kira sudah 20 tahun lebih

5. Apakah Bapak/Ibu mengetahui siapa saja yang menjadi Hakim dalam

persidangan Pembatalan Perkawinan dalam putusan No.

461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Jawab: Ya, Drs. Muhammad Arief Musi, S.H (Ketua Majelis), Dra. Hj.

Mardianah R, S.H (Hakim Anggota), Drs. H. Muhammad Anwar Saleh,

S.H, M.H (Hakim Anggota)

6. Apakah Bapak/Ibu yang menjadi Hakim dalam Persidangan Pembatalan

Perkawinan dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Jawab: Ya

7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui siapa saja yang menjadi Penggugat dan

Tergugat dalam perkara persidangan Pembatalan Perkawinan dalam

putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Jawab: Ya, tapi mohon maaf mas saya tidak bisa menyebutkan nama-nama

yang berkara tersebut

8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Duduk Perkara dalam persidangan

Pembatalan Perkawinan dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Page 95: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Jawab: Ya

9. Bisakah Bapak/Ibu jelaskan?

Jawab: Dalam duduk perkara putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks, terdiri

dari enam poin diantaranya: Penggugat dan Tergugat I adalah pasangan

suami isteri yang menikah pada tanggal 30 Desember 1997 dan tercatat

pada PPN KUA Kecamatan T. Betung Selatan, Kota Bandar Lampung,

Propinsi Lampung, dengan kutipan Akta Nikah Nomor: 556/13/I/1998,

tanggal 30 Desember 1997. Penggugat dan Tergugat I pernah hidup rukun

dan dikarunia 3 orang anak. Pada tanggal 26 April 2013 Tergugat I telah

menikah dengan Tergugat II, di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang

Selatan, Propinsi Banten. Tergugat I dan Tergugat II menikah, Tergugat I

masih terikat perkawinan dengan Penggugat. Perkawinan Tergugat I

dengan Tergugat II dilakukan tanpa sepengetahuan Penggugat selaku isteri

dan tidak ada putusan Pengadilan Agama yang memberikan izin kepada

Tergugat I untuk menikah lagi (poligami liar). Turut Tergugat I menikah

dengan Tergugat II tidak melalui proses verifikasi/penelitian yang valid

mengenai status perkawinan Tergugat I, oleh karenanya perkawinan antara

Tergugat I dan Tergugat II dinilai cacat prosedur dan administrasi

10. Apa pertimbangan hukum dalam putusan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Jawab: Dalam perkara ini menyangkut legalitas hukum perkawinan bagi

Tergugat I dan Tergugat II, tidak perlu adanya mediasi berdasarkan

Peraturan Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA/032/SK/IV/2006 tanggal

4 April 2006. Dalam pemeriksaan persidangan, harus dipenuhi oleh

Penggugat dengan Tergugat I dan Tergugat II turut Tergugat tidak datang

menghadap, medki demikian tidak menjadi halangan bagi Majelis Hakim

untuk melanjutkan persidangan kemudian menjatuhkan putusan atas

perkara ini. Bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam perkara ini ialah

Penggugat mengajukan gugatan pembatalan perkawinan antara Tergugat I

dengan Tergugat II dengan dalil perkawinan tersebut tidak memenuhi

syarat perkawinan, yaitu adanya halangan perkawinan karena Tergugat I

masih terikat oleh perkawinan yang sah dengan Penggugat kemudian

Page 96: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

kawin dengan Tergugat II tanpa melalui prosedur yang sah menurut

Undang-undang. Bahwa Tergugat I dalam jawabannya mengakui secara

murni dalil-dalil gugatan Penggugat aquo perkawinan antara tergugat I

dengan Tergugat II dilaksanakan dengan melanggar Undang-undang

Perkawinan. Bahwa Tergugat I juga mengakui perkawinannya dengan

Tergugat II harus dibatalkan karena waktu itu Terguagat I dalam keadaan

khilaf. Kehilafan Tergugat I sebagimana dikasud, baik dalam

kedudukannya sebagai pegawai negeri sipil yang melakukan poligami

tanpa izin, maupun dalam kaitannya dengan pengajuan dokumen

perkawinan, dimana Tergugat I menyatakan status dirinya sebagai jejaka,

oleh karen Tergugat I memberikan pengakuan murni, maka berdasarkan

Pasal 311 R.Bg., pengakuan tersebut merupakan bukti yang sempurna.

Bahwa dalil-dalil Penggugat sebagaimana tertuang di dalam surat gugatan

harus dinyatakan terbukti secara sah. Berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tersebut, maka gugatan Penggugat agar perkawinan antara

Tergugat I dengan Terguagat II dibatalkan, dapat dikabulkan

11. Apa yang menjadi landasan Bapak/Ibu mengambil putusan tersebut?

Jawab: Yang menjadi landasan pembatalan pernikahan tersebut karena,

Tergugat I berstatus masih atau telah beristeri, sehingga perkawinan antara

Tergugat I dengan Tergugat II tersebut merupakan poligami yang

seharusnya dimana memenuhi ketentuan Pasal 3,4 dan 5 Undang-undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo Pasal 40, 41 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, serta Pasal 55 dan 56 Kompilasi Hukum

Islam. Selain itu permohonan pemohon telah terbukti menurut hukum

sesuai dengan ketentuan Pasal 22,23, dan 24 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 jo Pasal 37 dan 39 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 jo Pasal 71 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam. Perkawinan tersebut

dapat dibatalkan oleh Pengadilan Agama karena alasan-alasan pembatalan

perkawinan terpenuhi yaitu, sorang suami melkukan poligami tanpa da

izin Pengadilan Agama. Selain itu, yang menjadi dasar hukum bagi hakim

Pengadila Agama Makassar dalm memutuska pembatalan perkawinan

Page 97: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

tersebut adalah perkawina yang dilangsungkan tersebut melanggar syarat

administrasi yaitu pemelsuan identitas yang berupa pemlsuan status calon

suami yang mengaku perjaka

12. Bagaimana Bapak/Ibu mengambil keputusan dalam persidangan dalam

putusan Pembatalan Perkawinan No. 461/Pdt.G/2016/PA Mks?

Jawab: Dengan cara melihat Duduk Perkara, dalil-dalil yang dipaparkan

oleh tergugat, mengdengarkan kesaksian-kesaksian yang dihadirkan dalam

persidangan, melihat bukti-bukti yang ada dan terakhir mendiskusikan

dengan para anggota hakim yang ada, kurang lebih seperti itu

Page 98: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 1 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

P U T U S A N

Nomor 461/Pdt.G/2016/PA Mks

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Makssar yang memeriksa dan mengadili

perkara tentang pada tingkat pertama dalam sidang majelis telah

menjatuhkan putusan perkara Pembatalan Nikah, antara:

PENGGUGAT, umur 39 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA,

pekerjaan tidak ada, tempat tinggal di Kelurahan Kassi-

Kassi, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, selanjutnya

disebutkan sebagai Penggugat;

melawan

TERGUGAT I, umur 42 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir S-1,

pekerjaan PNS, tempat tinggal di Kelurahan Kassi-Kassi,

Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, selanjutnya disebut

sebagai Tergugat I.

TERGUGAT II, umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan terarakhir SMA,

pekerjaan Karyawan Swasta, Tempat tinggal di Kelurahan

Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang

Selatan, Propinsi Banten, selanjutnya disebut sebagai

Tergugat II.

TURUT TERGUGAT, Kota Tangerang Selatan, yang beralamat di

Kelurahan kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota

Tangerang Selatan, Propinsi Banten, selanjutnya disebut

sebagai Turut Tergugat.

Pengadilan Agama tersebut;

Telah mempelajari surat-surat yang berkaitan dengan perkara ini;

Telah mendengar keterangan Penggugat dan Tergugat I di muka sidang;

Page 99: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 2 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 01

Maret 2016 telah mengajukan gugatan, yang telah didaftar di

Kepaniteraan Pengadilan Agama Makassar dengan Nomor

461/Pdt.G/2016/PA Mks, tanggal 01 Maret 2016, dengan dalil-dalil

sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat I adalah pasangan suami isteri yang

menikah pada tanggal 30 Desember 1997 dan tercatat pada PPN KUA

Kecamatan T. Betung Selatan, Kota Bandar Lampung, Propinsi

Lampung, dengan Kutipan Akta Nikah Nomor: 566/13/I/1998, tanggal

30 Desember 1997.

2. Bahwa Penggugat dan Tergugat I pernah hidup rukun dan dikaruniai 3

orang anak yang masing-masing bernama:

a. ANAK, Lahir tanggal 15 April 1998;

b. ANAK, Lahir tanggal 7 Maret 2002;

c. ANAK, Lahir tanggal 1 Juli 2011;

3. Bahwa pada tanggal 26 April 2013 Tergugat I telah menikah dengan

Tergugat II, di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Propinsi

Banten.

4. Bahwa saat Tergugat I dan Tergugat II menikah, Tergugat I masih

terikat perkawinan dengan Penggugat.

5. Bahwa perkawinan Tergugat I dengan Tergugat II dilakukan tanpa

sepengetahuan Penggugat selaku isteri dan tidak ada putusan

Pengadilan Agama yang memberikan izin kepada Penggugat I untuk

menikah lagi (poligami liar).

6. Bahwa Turut Tergugat menikahkan Tergugat I dengan Tergugat II tidak

melalui proses verifikasi/ penelitian yang valid mengenai status

perkawinan Tergugat I, oleh karenanya perkawinan antara Tergugat I

dan Tergugat II dinilai cacat prosedural dan administrasi.

Page 100: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 3 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan di atas, maka

Penggugat mengajukan gugatan kepada Ketua Pengadilan Agama

Makassar dengan perantaraan majelis hakim yang memeriksa dan

mengadili perkara ini, agar kiranya berkenan menjatuhkan putusan

yang amarnya adalah sebagai berikut:

Primer:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

2. Membatalkan Perkawinan antara Tergugat I (TERGUGAT I) dan

Tergugat II (TERGUGAT II).

3. Menyatakan perkawinan antara Tergugat I (TERGUGAT I) dan

Tergugat II (TERGUGAT II), yang dilaksanakan pada tanggal 26

April 2013, di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan,

Propinsi Banten, tidak berkekuatan hukum dan batal demi demi

hukum.

4. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Makassar untuk

mengirimkan salinan putusan ini kepada Pegawai Pencatatan

Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) yang wilayahnya meliputi

tempat perkawinan Tergugat I dan Tergugat II dilangsungkan,

setelah mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dicatatkan dalam

daftar untuk dicatat dalam daftar yang disebutkan untuk itu.

5. Membebankan biaya perkara sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

Subsider :

Apabila majelis hakim berpendapat lain dalam kaitannya dengan perkara

ini mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa pada hari-hari persidangan perkara ini

Penggugat dan Tergugat I datang menghadap, sedang Tergugat II dan

turut Tergugat tidak datang meskipun telah dipanggil secara resmi dan

patut. Majelis hakim kemudian melanjutkan pemeriksaan dengan

membacakan surat gugatan Penggugat, dan atas pertanyaan Ketua,

Page 101: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 4 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

Penggugat menyatakan berkeberatan pada gugatan untuk menuntut

pembatalan perkawinan antara Tergugat I dengan Tergugat II.

Menimbang, bahwa atas gugatan tersebut, Tergugat I memberikan

jawaban sebagai berikut

- Bahwa Tergugat I mengakui Penggugat sebagai isterinya yang sah.

- Bahwa Tergugat I hidup rukun bersama Penggugat sebagaimana

layaknya suami isteri, dan telah dikaruniai 3 orang anak yang

masing-masing bernama : 1. ANAK, perempuan, berumur 18

tahun, 2. ANAk, laki-laki, berumur 14 tahun; 3. ANAK, perempuan,

berumur 4 tahun, yang masih dalam asuhan Penggugat dan

Tergugat;

- Bahwa Tergugat I mengakui kebenaran gugatan Penggugat yang

mengajukan gugatan pembatalan perkawinan, karena perkawinan

antara Tergugat I dengan II dilaksanakan tanpa melalui prosedur

hukum yang sah menurut hukum.

- Bahwa Tergugat I melangsungkan akad nikah dengan tergugat II

tanggal 26 April 2013 di Kantor Urusan Agama Kecamatan Ciputat,

Kota Tangerang.

- Bahwa atas perkawinan dengan Tergugat II tersebut, Tergugat I

menyatakan telah melakukan kesalahan.

- Bahwa yang melatarbelakangi sehingga Tergugat I dan Tergugat II

menikah ialah sering bertemu dengan Tergugat II di Jakarta, karena

selalu bertemu dan jalan berdua sehingga benih-benih cinta

bersemi diantara kami, dan kami memutuskan agar mengukuhkan

hubungan kami dengan jalan menikah, untuk menghindari hal-hal

yang dilarang oleh agama;

- Bahwa penulisan status diri Tergugat I sebagai jejaka di dalam

Daftar Pemeriksaan Nikah (DPN) adalah merupakan kesalahan

Tergugat I.

Page 102: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 5 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

- Bahwa selain karena memanipulasi status diri, dalam hal Tergugat I

melakukan poligami tanpa prosedur hukum yang sah, juga

merupakan kesalahan Tergugat I.

- Bahwa Tergugat I saat ini tetap dalam keadaan rukun dengan

Penggugat dan Tergugat I.

- Bahwa Tergugat I sudah tidak menjalin komunikasi lagi dengan

Tergugat II.

Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat I keudian

menyatakan tidak akan memberikan keterangan lagi

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatan

Penggugat telah mengajukan alat-alat bukti berupa :

Fotokopi Daftar Pemeriksaan Nikah (DPN) yang oleh Tergugat I

dinyatakan diterbitkan oleh KUA Ciputat No. 0692/154/IV/2013 telah

memperlihatkan aslinya dan telah dimaterai cukup, selanjutnya diberi

tanda P.

Selanjutnya untuk singkatnya uraian putusan ini, maka semua hal

yang termuat dalam berita acara sidang ini merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari putusan ini;

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah

sebagaimana diuraikan di atas.

Menimbang, bahwa perkara ini menyangkut legalitas hukum

perkawinan bagi Tergugat I dan Tergugat II, maka berdasarkan

Peraturan Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA/032/SK/IV/2006 tanggal

4 April 2006, tidak perlu dilakukan mediasi.

Menimbang, bahwa dalam pemeriksaan persidangan, hanya

dihadiri oleh Penggugat dengan Tergugat I, adapun Tergugat II dan Turut

Tergugat tidak datang menghadap, meski demikian ketidakdatangan

Page 103: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 6 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

Tergugat II dan turut Tergugat tersebut tidak menjadi halangan bagi

Majelis Hakim untuk melanjutkan persidangan kemudian menjatuhkan

putusan atas perkara ini.

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam perkara

ini ialah Penggugat mengajukan gugatan pembatalan perkawinan antara

Tergugat I dengan Tergugat II dengan dalil perkawinan tersebut tidak

memenuhi syarat perkawinan, yaitu adanya halangan perkawinan karena

Tergugat I masih terikat oleh perkawinan yang sah dengan Penggugat

kemudian kawin dengan Tergugat II tanpa melalui prosedur yang sah

menurut Undang-Undang.

Menimbang, bahwa Tergugat I dalam jawabannya mengakui

secara murni dalil-dalil gugatan Penggugat aquo perkawinan antara

Tergugat I dengan Tergugat II dilaksanakan dengan melanggar Undang-

Undang Perkawinan.

Menimbang, bahwa Tergugat I juga mengakui perkawinannya

dengan Tergugat harus dibatalkan karena waktu itu Tergugat I dalam

keadaan khilaf.

Menimbang, bahwa kekhilafan Tergugat I sebagaimana dimaksud,

baik dalam kedudukannya sebagai pegawai negeri sipil yang melakukan

poligami tanpa izin, maupun dalam kaitannya dengan pengajuan dokumen

perkawinan, dimana Tergugat I menyatakan status diri sebagai jejaka.

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat I memberikan

pengakuan murni, maka berdasarkan Pasal 311 R.Bg., pengakuan

tersebut merupakan bukti yang sempurna.

Menimbang, bahwa meskipun demikian, Penggugat tetap

mengajukan surat bukti berupa Bukti P.

Menimbang, bahwa atas Bukti P tersebut Tergugat I menyatakan

menerima.

Menimbang, bahwa dalil-dalil Penggugat sebagimana tertuang di

dalam surat gugatan harus dinyatakan terbukti secara sah.

Page 104: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 7 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut, maka gugatan Penggugat agar perkawinan antara Tergugat I

dengan Tergugat II dibatalkan, dapat dikabulkan

Menimbang, bahwa petitum gugatan Penggugat agar salinan

putusan ini disampaikan kepada KUA yang wilayahnya meliputi tempat

tinggal Tergugat I dan Tergugat II dilangsungkan, juga tidak dapat

diterima, karena aturan mengenai penyampaikan salinan putusan hanya

berlaku khusus untuk putusan perceraian.

Menimbang, bahwa perkara ini adalah perkara perkawinan, maka

berdasarkan Pasal 89 ayat (1) UU Nomor 7 tahun 1989, biaya perkara

dibebankan kepada Penggugat.

Mengingat, Pasal 24 Nomor 1 Tahun 1974.

Mengingat, Pasal 71 (a) Kompilasi Hukum Islam.

Memperhatikan segala Ketentuan hukum Syariat dan Peraturan

perundang-undangan lainnya yang bersangkutan dengan perkara ini.

M E N G A D I L I

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.

2. Membatalkan Perkawinan antara Tergugat I (TERGUGAT I) dengan

Tergugat II (TERGUGAT II).

3. Menyatakan Akta Nikah No. 0692/154/IV/2013 yang diterbitkan oleh

KUA Kecamatan Ciputat, kota Tangerang Selatn, Banten; tidak

mempunyai kekuatan hukum.

4. Membebenkan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp 561.000 (lima ratus enam puluh satu ribu rupiah)

Demikian putusan ini dijatuhkan pada hari Kamis tanggal 14 April

2016 Masehi, bertepatan dengan tanggal 6 Rajab 1437 Hijriyah, oleh kami

Drs. Muh. Arief Musi, S.H. sebagai Ketua Majelis, Dra. Hj. Mardianah

R, S.H dan Drs. H. Muh. Anwar Saleh, S.H., M.H. masing-masing sebagai

Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk

Page 105: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 8 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

umum oleh Ketua Majelis tersebut dengan didampingi oleh Hakim

Anggota dan dibantu oleh Hariyati, S.H. sebagai Panitera Pengganti serta

dihadiri oleh Penggugat dan Tergugat I tanpa hadirnya Tergugat II dan

turut Tergugat.

Hakim Anggota, Ketua Majelis,

Dra. Hj. Mardianah R, S.H Drs. Muh. Arief Musi, S.H.

Drs. H. Muh. Anwar Saleh, S.H., M.H.

Panitera Pengadilan,

Hariyati, S.H

Page 106: PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA TIDAK ADANYA IZIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41528/1/AHMAD... · terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat

Hal 9 Dari 9 Put. Nomor 461 /Pdt.G/2016/PA Mks

Perincian Biaya Perkara :

1. Pendaftaran : Rp. 30.000,00

2. Proses : Rp. 50.000,00

3. Panggilan : Rp 470.000,00

4. Redaksi : Rp. 5.000,00

5. Meterai : Rp. 6.000,00

Jumlah : Rp 561.000,00