pembatalan hak paten akibat tidak ......pembatalan hak paten akibat tidak terpenuhinya unsur...

140
PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : HAIDAR NIM : 11140480000117 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019M

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR

KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR.

144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

HAIDAR

NIM : 11140480000117

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019M

Page 2: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …
Page 3: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …
Page 4: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …
Page 5: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

v

ABSTRAK

HAIDAR. NIM 11140480000117, “PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK

TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017)”. Konsentrasi Hukum

Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islan Negeri

Syatif Hidayatullah Jakarta. 1440H/2018M.

Toilon Indonesia mendaftarkan invensi nya yaitu insulasi panas untuk mendapatkan

hak paten kepada Direktorat Paten dengan melalui serangkaian proses pendaftaran yang

melewati berbagai macam pemeriksaan substantif yang kemudian diterbitkan lisensi hak

patennya yang bernama “Insulasi Panas” dengan nomor ID P0029369. Cintas Sentul Raya

menggugat Toilon Indonesia dan Direktorat Paten ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat karena

paten tersebut tidak memiliki unsur kebaruan (Novelty), serta Direktorat Paten selaku

pemeriksa melaksanakan sistem pendaftaran paten yang kurang teliti dan cermat.

Masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui terkait bentuk eksistensi perlindungan

hukum dalam unsur kebaruan atas paten, serta memberikan analisis yuridis atas pertimbangan

hakim yang memutus perkara pembatalan paten insulasi panas yang seharusnya dimuat dalam

putusan pembatalan paten. Metode penelitian yang digunakan penelitian ini ialah yuridis

normatif sedangkan bentuk hasil penelitian deskriptif analitis dimana semua bahan hukum atau

referensi yuridis yang dikumpulkan, menggambarkan dan menganalisis ketentuan yang

berkaitan dengan putusan majelis hakim dan Mahkamah Agung.

Dari hasil analisis yuridis diketahui bahwa Hakim memutus paten insulasi panas

tersebut dinilai tidak memiliki langkah inventif karena tidak mengandung penciptaan karena

sudah banyak ditemukan produk insulasi panas yang diperdagangkan dan teknologi insulasi

panas itu sendiri sudah ada sejak tahun 1972 oleh Furukawa yang menyebutkan bahwa

berdasarkan Pasal 3 Ayat 2, produk tersebut merupakan duplikasi invensi yang dilakukan

melalui bentuk lainnya. Atas Putusan Kasasi Mahkamah Agung yang membatalkan paten

invensi insulasi panas belum sesuai dengan Undang-Undang Paten, karena seharusnya unsur

terpenting dalam pemberian hak paten bukan hanya unsur kebaruan,akan tetapi dalam suatu

pertimbangan hakim atas kasus pembatalan paten insulasi panas setidaknya harus memuat: (1)

identifikasi invensi dalam klaim yang didukung deskripsi, (2) identifikasi invensi pembanding

yang ada sebelum tanggal penerimaan; dan (3) antisipasi invensi terdahulu terhadap invensi

yang disangka tidak baru yang dilakukan atas setiap satuan klaim dari paten yang hendak

dibatalkan. Judex Facti dan Judex Juris telah mencampuradukkan pemeriksaan paten dengan

pemeriksaan pada ranah hukum desain industri dimana kebaruan memang diukur dari

penampilan fisik. Judex Facti dan Judex Juris telah menggunakan cara penilaian kebaruan dan

langkah inventif yang salah.

Kata Kunci : Paten, Pembatalan, Insulasi Panas, Invensi, Kebaruan (novelty), Undang-Undang

Nomor 14 Tahun tahun 2001 Tentang Paten.

Pembimbing : H. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

Daftar Pustaka :Tahun 1962 sampai Tahun 2013

Page 6: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

vi

KATA PENGANTAR

حِيمِ حْمنِ الرَّ بِسْمِ اللهِ الرَّ

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam atas segala rahmatnya peneliti dapat membuat skripsi yang berjudul

“PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA

UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH

AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017)”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat yang telah membawa kita keluar

dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang saat ini. Semoga kita

diberikan syafaatnya pada yaumil akhir kelak.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa sangat sederhana karya tulis ini dan

jauh dari kata sempurna. Namun juga peneliti tidak menutup mata akan peran

berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan , arahan dan

bimbingan, sehingga dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang

tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan berupa saran

dan masukan terhadap kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

3. Syafrudin Makmur, S.H.,M.H. dosen pembimbing yang telah bersedia

menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan saran, arahan,

masukan, serta bimbingan terhadap proses penyusunan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas

Page 7: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

vii

untuk mengadakan studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh bahan

referensi untuk melengkapi hasil penelitian saya.

5. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan

atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini, dan juga menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Jakarta, 20 Desember 2018

Penulis,

Haidar

Page 8: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................................................v

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. vi

DAFTAR ISI............................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .......................................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................................6

D. Metode Penelitian ..........................................................................................................6

E. Sistematika Penulisan ..................................................................................................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual....................................................................................................12

B. Kerangka Teori..............................................................................................................14

C. Tinjauan Umum Hak Paten

1. Pengertian Paten.....................................................................................................16

2. Sejarah Hak Paten di Indonesia..............................................................................18

3. Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia..................................................................19

4. Perkembangan Hukum Paten di Indonesia.............................................................22

D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu .................................................................................. 28

Page 9: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

ix

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PATEN DAN PERAN DIREKTORAT

JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PENDAFTARAN PATEN

A. Profil Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual...........................................................30

1.Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.................................... 30

2.Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual............................................32

3.Sejarah Perkembangan Perlindungan Hukum dalam Kekayaan Intelektual..............33

B. Peran Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Dalam Pendaftaran Paten di Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual.......................................................................................37

1.Peran Direktorat Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang.....37

2.Sistem Pendaftaran Paten pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual........39

C. Perlindungan Hukum Atas Paten ......................................................................................... 46

D. Pembatalan Atas Paten..................................................................................................47

E. Jangka Waktu Perlindungan Paten ....................................................................................... 49

BAB IV ANALISIS YURIDIS PUTUSAN SENGKETA PATEN INSULASI PANAS

(PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 144

PK/Pdt.Sus-HKI/2017)

A. Posisi Kasus Pembatalan Paten Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017.............................................................................51

B. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Indonesia dalam Kasus Paten Insulasi

Panas...........................................................................................................................57

C. Analisis Putusan Pembatalan Hak Paten Insulasi Panas.............................................62

1. Pembuktian Kebaruan dalam Invensi Paten Insulasi Panas..................................62

2. Unsur-Unsur yang seharusnya menjadi Pertimbangan Mahkamah Agung..........65

3. Adanya Dualisme mengenai Kebaruan antara Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual Sebagai Panitia Pendaftaran Paten dan Majelis Hakim Mahkamah

Agung Republik Indonesia...................................................................................70

Page 10: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................72

B. Rekomendasi ..............................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................76

LAMPIRAN..................................................................................................................................80

Page 11: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup di lingkungan alam senantiasa survival

(mempertahan dan mengembangkan hidupnya). Upaya mempertahankan dan

mengembangkan diri inilah yang menjadikan manusia sebagai makluk kreatif

dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Kekuatan yang dimiliki oleh setiap

pikiran tiap manusia yang sering disebut dengan daya khayal, dan dengan daya

khayal inilah manusia dapat mencapai kemauan yang tinggi dan

kesanggupannya dalam menemukan segala hal. Menurut Cropley, A. J. (2001)

daya khayal dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu daya khayal sintesis dan

daya khayal kreatif. Daya khayal sintesis adalah untuk tidak menciptakan hal

yang baru, tetapi membentuk dan menyusun yang lama dalam bentuk

kombinasi baru. Sedangkan daya khayal kreatif adalah menciptakan hal-hal

baru yang biasa disebut Inovasi. Inovasi merupakan penerapan secara praktis

gagasan kreatif. Inovasi tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru ke dalam

kehidupan.

Manusia yang memliki daya pengembangan kreativitas yang tinggi

akan dapat merombak dan mendorong di dalam pengembangan lingkungan

usahanya menjadi berhasil1. Karena dengan kreativitas seorang dapat :

1. Meningkatkan efisiensi kerja,

2. Meningkatkan inisiatif,

3. Meningkatkan penampilan,

4. Meningkatkan mutu produk, dan

5. Meningkatkan keuntungan.

Manfaat diatas mencirikan begitu berharganya sebuah kreasi yang

berupa ide, gagasan, bahkan sebuah konsep, dijamin dalam bentuk hak paten.

1 Carol Kinsey Goman , Kreativitas Dalam Bisnis (Jakarta: Binarupa Aksara,1999),h. 29

Page 12: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

2

Negara Indonesia adalah Negara hukum, maka segala hal yang ada di

dalam Negara Indonesia ini harus didasarkan pada hukum2. Pemerintah sebagai

perwakilan rakyat haruslah mampu mengakomodir kebutuhan hak atas

kekayaan intelektual setiap rakyat, yaitu adanya rasa aman, damai dan terjaga,

baik diri, harta, maupun keluarga, agar tidak terjadi ketidakadilan di dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan sampai sesorang yang telah

dengan susah payah mencipta sebuah kekayaan intelektual kemudian dengan

mudahnya orang lain mengambil dan mengakui itu sebagai kekayaan dirinya,

dan kemudian sesukanya menyebarluaskan tanpa adanya komunikasi atau izin

dari sang pemilik kekayaan intelektual, yang hal tersebut di akomodir dalam

aturan hukum.

Sistem paten di Indonesia pertama kali dikenal dan diberlakukan pada

tahun 1910 oleh pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal dengan sebutan

Octrooiwet (patent law) yang berfungsi untuk menerima pendaftaran

permohonan-permohonan paten, Keterlibatan Indonesia didalam, perjanjian

TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right) yang artinya

adalah “Aspek-Aspek Dagang yang Terkait dengan Hak atas Kekayaan

Intelektual" pada tanggal 1 Januari 2000 memberikan harapan adanya

perlindungan bagi berbagai produk intelektual dari upaya pelanggaran hak atas

produk yang dihasilkan baik oleh individu maupun suatu korporasi dalam

bidang industri dan perdagangan dalam upaya menjaga pelanggaran hak atas

keaslian karya cipta yang menyangkut Hak Cipta, Merek, Paten, Desain

Produk, Rahasia Dagang dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.3, yang hal

tersebut menjadi terdapat pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001

Tentang Paten.

Hak-Paten memberikan kepada pemiliknya hak ekslusif untuk mencegah

atau menghentikan pihak lain untuk membuat, menggunakan, menawarkan

2 Nurul Qamar,Negara Hukum atau Negara Undang-Undang (Makassar: Refleksi, 2010),

h. 6

3 Achmad Zen Umar Purba , Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung: Alumni

2005), h. 43

Page 13: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

3

untuk dijual, menjual atau mengimpor produk atau sebuah proses, berdasarkan

temuan yang sudah dipatenkan, tanpa seizin pemilik paten4. Paten merupakan

“alat bisnis yang kuat” bagi perusahaan untuk memperoleh hak eksklusivitas

atas produk atau proses yang baru, membentuk posisi dalam pasar dengan kuat

dan menghasilkan pendapatan tambahan melalui lisensi. Sebuah produk yang

bersifat kompleks (seperti sebuah kamera, telepon genggam, atau sebuah

mobil) menggabungkan sejumlah temuan yang meliputi beberapa paten, yang

mungkin saja dimiliki oleh pemegang paten yang berbeda, namun hak paten

ini dapat dibatalkan oleh beberapa hal, salah satunya apabila tidak ada nilai

kebaruan dari ide yang yang digagas, seperti kasus PT Cintas Sentul Raya,

sebuah perusahaan yang mengimpor, menjual dan memproduksi produk

Insulasi panas untuk keperluan industri di Indonesia menggugat PT Toilon

Indonesia asal Tangerang, Banten. Cintas Sentul juga menyeret Direktorat

Paten sebagai turut tergugat. PT Cintas Sentul menggugat pembatalan paten

Nomor IDP0029369B yang berjudul "Insulasi Panas" atau peredam panas atas

nama Toilon pada Direktorat Paten pada 7 Agustus 2009 dan diberi paten pada

13 Oktober 2011.

PT. Cintas Sentul Raya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pengimporan, penjualan dan memproduksi produk insulasi panas yang

digunakan untuk keperluan industri di Indonesia. Proses dan produk insulasi

panas yang digunakan Cintas Sentul menyerupai proses dan produk

sebagaimana diklaim pada paten milik Toilon. menilai klaim-klaim pada paten

Insulasi Panas milik Toilon tidak memiliki kebaruan atau lack of novelty. Salah

satunya Tentang klaim suatu insulasi panas yang dapat digunakan untuk

insulasi suara, konstruksi dan industri yang merupakan busa dilekatkan ke

peralatan yang akan diinsulasi melalui beberapa tahap.

Klaim-klaim pada paten Insulasi Panas juga tidak mengandung langkah

inventif atau lack of inventive step. Ambil contoh klaim mengenai proses

pembuatan insulasi panas tidak mengandung langkah inventif. Soalnya

4 OK. Saidin., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Makassar: Rajawali Pers,1995), h.

223

Page 14: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

4

tahapan-tahapan dalam proses pembuatan insulasi telah dapat diduga

sebelumnya. Karena itu, PT Cintas sentul Raya meminta agar majelis hakim

menyatakan bahwa pendaftaran paten Insulasi Panas tidak mengandung

kebaruan dan langkah inventif. Terhadap upaya hukum tersebut, Mahkamah

Agung telah menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 144 PK/Pdt.Sus-

HKI/2017 yang amar putusannya menyatakan menolak permohonan kasasi

dari pemohon kasasi PT Toilon Indonesia.

Dengan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan

menganalisis putusan Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017 mengenai pembatalan

pendaftaran Hak Paten Insulasi Panas dengan maksud akan dilakukan

penelitian yang kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

“PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA

UNSUR PRINSIP KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. 144

PK/Pdt.Sus-HKI/2017) ”.

B. Idenfitikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan beberapa

masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Urgensi pemberlakuan hak paten didalam hak kekayaan intelektual.

b. Hal-hal yang dapat membatalkan Hak Paten.

c. Adanya pencabutan pada hak paten karena kurangnya langkah inventif

didalamnya.

d. Terdapat Perusahaan yang memegang lisensi hak paten Insulasi Panas yang

didaftarkan PT. Toilon Indonesia terbukti tidak baru dan tidak mengandung

langkah inventif sebagaimana seharusnya sebuah produk paten.

e. Pihak Produsen lain sebagai pesaing merasa dirugikan karena PT. Toilon

Indonesia memegang hak Paten atas Insulasi Panas yang seharusnya sudah

menjadi milik umum sehingga PT. Toilon Indonesia mendapat hak ekslusif

atas Insulasi Panas dan bisa melakukan Monopoli pada pasar.

Page 15: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

5

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam maka

peneliti memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi

variabelnya. Oleh sebab itu, peneliti membatasi diri hanya berkaitan dengan

pada Hukum Perdata umumnya terutama bidang hak paten terutama dalam

prinsip kebaruan dalam pendaftaran hak paten ,permasalahan yang akan

diungkap pada rumusan masalah, maka peneliti membatasi pembahasan dalam

penelitian ini mengenai keberadaan prinsip kebaruan yang dapat membatalkan

paten.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

dijabarkan sebelumnya yaitu adanya pelanggaran dalam pendaftaran Hak Paten

oleh PT.Toilon Indonesia dalam Paten “Insulasi Panas” yang dinilai tidak

punya nilai kebaruan (Novelty) dan mempertanyakan peran Ditjen Hki sebagai

Panitia pendaftaran Hak Paten yang diduga melakukan kesalahan dalam proses

pemeriksaan substantif dan ada dualisme dalam penafsiran unsur kebaruan

antara Ditjen Hki dan Majelis Hakim yang memutus yang mengakibatkan

ketidakjelasan dari kepastia hukum dari perlindungan hukum pemegang Hak

Paten, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini meliputi

sebagai berikut:

a. Apakah Pertimbangan Majelis Hakim dalam putusan Mahkamah Agung

terkait pembatalan Hak paten karena kurangnya unsur prinsip kebaruan

(Novelty) didalamnya sudah tepat sesuai peraturan perundang-undangan

Hak Paten yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2001 Tentang Paten?

b. Bagaimana kesalahan dalam pemeriksaan substantif dalam pendaftaran

paten, apakah terdapat dualisme dalam penafsiran Tentang unsur kebaruan

oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan Majelis Hakim

dalam Putusan Mahkamah Agung 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017?

Page 16: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang ditulis di atas,

dapat dilihat bahwa tujuan umum dari penulisan penelitian ini untuk

mengangkat suatu permasalahan, yaitu:

a. Untuk mengetahui bagaimana relevansi pertimbangan Majelis Hakim dalam

putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor.144PK/Pdt.Sus-

HKI/2017 terhadap peraturan perundang-undangan hak paten yang berlaku

di Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana prinsip Kebaruan (Novelty) dalam

pendaftaran Hak Paten di Indonesia menurut Undang Undang Nomor 14

Tahun 2001 Tentang paten apakah ada dualisme mengenai standar kebaruan

antara Majelis Hakim yang memutus dan Direktorat Paten selaku panitia

pemeriksa substantif paten insulasi panas.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penulisan ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber

pengetahuan untuk penulisan selanjutnya dan upaya pengembangan

pengetahuan mengenai analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor

144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017 Tentang sengketa Pembatalan Pendaftaran Hak

Paten Berdasarkan Kurangnya Langkah Inventif.

b. Manfaat Praktis

Penulisan ini sebagai upaya pengembangan kemampuan dan

pengetahuan hukum bagi peneliti, dalam lingkup hukum perdata khususnya

dalam bidang hukum hak kekayaan intelektual terutama dalam Hak Paten

sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu metode cara kerja untuk dapat memahami

obyek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode

Page 17: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

7

adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan memahami

lingkungan-lingkungan yang dipahami. Pada dasarnya sesuatu yang dicari

dalam penelitian ini tidak lain adalah pengetahuan atau lebih tepatnya

pengetahuan yang benar, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat

dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu. Dalam

penelitian ini, akan digunakan metode penelitian hukum secara yuridis

normatif. Penelitian secara yuridis normatif adalah penelitian yang dilakukan

dengan mengkaji dan menganalisa substansi peraturan perundang-undangan

atas pokok permasalahan atau isu hukum dalam konsistensinya dengan asas-

asas hukum yang ada.5

Ada beberapa hal terkait metode yang digunakan dalam penulisan ini

antara lain :

1. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian yang digunakan didalam skripsi ini menggunakan

studi Yuridis Normatif,6 yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum

yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan keputusan

pengadilan dalam penelitian ini mengacu pada peraturan perundang-undang

maupun serta norma-norma yang berlaku dimasyarakat, karena titik tekan

peraturan lainnya, serta azas-azas dalam Hukum Kekayaan Intelektual.

2. Pendekatan Masalah

Berkaitan dengan tipe penelitian yang peneliti lakukan, peneliti

menggunakan penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)

5 Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, Cet. Ketigabelas), h. 24

6 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya:

Bayumedia, 2005), h. 295

Page 18: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

8

Dalam hal pendekatan menggunakan perundang-undangan (Statute

Approach) peraturan perundang-undangan yang digunakan khususnya

pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Kasus ini ditelaah untuk referensi bagi isu hukum. Pendekatan ini

diperlukan guna mempelajari penerapan-penerapan norma-norma atau

kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum. Pendekatan kasus

dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari norma-norma

atau kaidah hukum dalam praktek hukum. Dalam menggunakan

pendekatan kasus, yang perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio

decidendi, yaitu alasan hukum yang digunakan hakim untuk sampai

kepada putusannya. Dalam hal ini peneliti akan menganalisa kasus

pelanggaran pendaftaran hak paten yang dinilai tidak memiliki unsur

kebaruan.

3. Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitan ini, menuggunakan 3 jenis

bahan hukum, diantaranya :

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif,

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri atas

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.Bahan

hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder berupa literatur, jurnal-

jurnal hukum,pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, dan hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian

dimaksudkan untuk memperoleh sekunder guna menunjang bahan yang

bersifat primer.

Page 19: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

9

c. Bahan non-hukum

Bahan Hukum non-hukum berupa bahan yang memberikan informasi

Tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder berupa

ensiklopedia, jurnal, kamus hukum dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan data

Bahan hukum primer, sekunder dan bahan non hukum yang telah

didapatkan serta dikumpulkan, dipadukan dan disusun serta studi

kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan perundang-

undangan, buku, hasil penelitian, surat kabar, jurnal, internet dan fakta

hukum.7

5. Analisis data

Teknis analisis data dalam penelitian diawali dengan

mengumpulkan berbagai dokumen peraturan perundang-undangan, bahan

hukum yang berhubungan dan putusan Mahkamah Agung Nomor 144

PK/Pdt.Sus-HKI/2017 analisis data dapat disimpulkan sebagai suatu proses

penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu8.

Dari pengertian yang demikian, terlihat analisis memiliki kaitan erat dengan

pendekatan masalah. Analisis data dilakukan menggunakan metode analisis

yuridis kualitatif, yaitu data dianalisis dengan cara melakukan interprestasi

atas peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum positif.

6. Teknis Penulisan

Teknik penulisan serta pedoman yang digunakan oleh penulis dalam

menyusun skripsi ini berpacu dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah

dan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri iSyarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.

7Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukumu. (Jakarta: Kencana, cet-IV 2010), h. 35

8 Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali, 1982),

h. 37

Page 20: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

10

E. Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan isi skripsi ini secara menyeluruh ke dalam

penulisan yang sistematis dan terstruktur,maka skripsi ini disusun dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab sebagai berikut:

BAB I : Bab ini dijelaskan Tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, tinjauan (review) kajian terdahulu, kerangka

konseptual,metode penelitian, sistematika penulisan, daftar

pustaka sementara.

BAB II : Bab ini menjelaskan mengenai tinjauan teori berisi uraian

materi hasil penelitian kepustakaan yang meliputi: Landasan

teori ,bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan

dengan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia terutama

perlindungan Hak Paten dan Aspek Kebaruan (Novelty)

suatu invensi, materi-materi ini merupakan landasan untuk

menganalisis putusan Mahkamah Agung Nomor 144

PK/Pdt.Sus-HKI/2017.

BAB III : Berisi Tentang Profil dan Kewenangan Direktorat Jenderal

Kekayaan Intelektual dalam Pendaftaran Paten.

BAB IV : Berisi Tentang pertimbangan majelis hakim dalam

memutuskan perkara antara PT. Cintas Sentul Raya dan PT.

Toilon dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 144

PK/Pdt.Sus-HKI/2017 dan apakah putusan majelis hakim

dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 144 PK/Pdt.Sus-

HKI/2017 sudah sesuai dengan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 13 tahun 2016 Tentang Paten dengan cara

yang menganalisis data-data yang didapat peneliti dan

mengkorelasikan dengan referensi literature-literature yang

terkait dengan penelitian.

Page 21: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

11

BAB V : Yang berisi penutup,yang meliputi kesimpulan dari analisis

bab-bab sebelumnya secara sistematis dan rekomendasi yang

diambil sebagai masukan terkait penelitian ini.

Page 22: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

Untuk lebih memahami isi penulisan ini, maka akan diuraikan beberapa

istilah yang akan digunakan dalam penulisan ini agar tidak terjadinya

interpretasi, sebagai berikut:

1. Hak Atas Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual menurut Adrian Sutedi adalah hak atau

wewenang atau kekuasaan untuk berbuat atas kekayaan intelektual tersebut

dan hak tersebut diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku,

kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi

kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis,

karikatur, pengarang lagu dan seterusnya.

2. Hak Paten

Hak Paten menurut Octroiert (patent law) ialah hak eksklusif yang

diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang

teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri

Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

melaksanakannya yang merupakan hak bagi seseorang yang telah

mendapatkan penemuan baru atau cara kerja baru dan perbaikannya yang

kesemua istilah itu tercakup dalam satu kata “invensi” dalam bidang

teknologi yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya

diperkenankan untuk menggunakannya sendiri atau atas ijinnya mengalihkan

penggunaan hak itu kepada orang lain.

3. Pencipta

Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang memiliki

kemampuan pikiran, keterampilan, kecekatan atau keahlian untuk

menghasilkan suatu karya yang baru dan dalam bentuk yang khas.1

1 Rooseno Harjowidigdo, S.H, Mengenal Hak Cipta di Indonesia, (Jakarta; Pustaka Sinar

Harapan, 1992), h. 30

Page 23: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

13

4. Invensi

Invensi menurut menurut UU 14/2001 Tentang paten artinya adalah ide

inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang

spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau

penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

5. Pengajuan Permohonan Paten

Paten diberikan atas dasar permohonan dan memnuhi persyaratan

administratif dan subtantif sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Paten.

6. Kebaruan (Novelty)

Suatu penemuan dianggap baru jika pada tanggal penerimaan

pemenuan tersebut tidak salam dengan teknologi yang diungkapkan

sebelumnya (teknologi terdahulu). 2

7. Sistem Konstitutif (First to File)

Suatu sistem pemberian Paten yang menganut mekanisme bahwa

seseorang yang pertamakali mengajukan permohonan dianggap sebagai

pemegang Paten, bila semua persyaratannya dipenuhi.

8. Inventor atau pemegang Paten Inventor

Seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara

bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang

menghasilkan invensi. Pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik

paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak

lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar

umum paten.

9. Pemeriksaan Subtantif

Pemeriksaan substansi terhadap klaim-klaim dari permohonan paten

yang diajukan yang bertujuan untuk menentukan apakah invensi yang

dimintakan paten dapat diberi paten atau tidak.

2Dian Nurfitri ,Rani Nuradi, Pengantar Hukum Paten Indonesia, (Jakarta Alumni,2013), h.

34

Page 24: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

14

10. Hak Ekslusif

Hak yang diberikan kepada pemegang Paten untuk jangka waktu

tertentu guna melaksanakan sendiri secara komersial atau memberikan hak

lebih lanjut kepada orang lain dan orang lain dilarang melaksanakan paten

tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten.

B. Kerangka Teori

Hak merupakan lembaga atau pranata sosial dan hukum. Hak selalu

berkaitan dengan dua aspek, yaitu aspek kepemilikan (owner) dan sesuatu yang

dimiliki (something owned). Terminologi hukum menggabungkan dan

menyatukannya ke dalam istilah hak (right).

Sementara kata Intelektual (intellectual) bermakna kecerdasan, daya

pikir dan kemampuan otak yang dimiliki oleh seseorang. Maka Hak Kekayaan

Intelektual dapat diartikan sebagai kekuasaan yang diberikan oleh hukum

kepada subjek hukum (manusia/badan hukum) terhadap suatu benda yang

merupakan hasil dari kecerdasan intelektual manusia. Yang dijadikan landasan

teori perlindungan hak kekayaan intelektual, antara lain, yaitu:

1. Teori Hak Alami (Natural right theory)

Teori hak alami bersumber dari teori hukum alam. Penganut teori hak

alam yaitu John Locke, Yaitu Manusia dengan kebebasan yang dimiliki

bebas untuk melakukan tindakan. Meski demikian kebebasan itu tidak

sebebas bebasnya, namun tetap terikat pada aspek moralitas dan kebebasan

yang juga dimiliki orang lain. Kebebasan membuat manusia kreatif dalam

mengolah hidupnya, mendayagunakan akal pikiran untuk membuat atau

menciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan bagi banyak orang.

Usaha mendayagunakan kerja otak itulah yang menghasilkan suatu

ciptaan, desain atau invensi baru dan selanjutnya secara alami dan otomatis

merupakan milik dari pencipta, pendesain atau inventornya. Sekaligus

juga berhak untuk memanfaatkannya, baik secara ekonomi, sosial maupun

Page 25: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

15

budaya. Sebaliknya orang lain juga wajib menghormati hak hak yang

timbul tersebut.3

2. Teori karya (Labor Theory)

Teori Karya merupakan kelanjutan dari teori hak alami yang

dikemukakan oleh David McClelland. Jika pada teori hak alami titik

tekannya pada kebebasan manusia bertindak dan melakukan sesuatu, pada

teori karya titik tekannya pada aspek proses menghasilkan sesuatu dan

sesuatu yang dihasilkan. Semua orang memiliki otak, namun tidak semua

orang mampu mendayagunakan fungsi otaknya (intelektual) untuk

menghasilkan sesuatu. Menghasilkan suatu karya (produk) tidak serba

otomatis, melainkan melalui tahap tahap yang harus dilewati. Maka proses

berkarya yang menghasilkan suatu ciptaan atau temuan (invensi) sekaligus

menimbulkan kekuasaan terhadap ciptaan, desain atau invensi

tersebut.Sehingga orang lain tidak boleh mengakui ciptaan atau invensi

orang lain, dan kepada si pencipta, pendesain atau inventor harus diberikan

perlindungan hukum.4

3. Teori Fungsional (Functional Theory)

Kajian teori fungsional atau fungsionalisme dianut oleh antara lain

Talcot Parsons dan Robert K. Merton yang berangkat dari asumsi dasar

yang menyatakan bahwa seluruh struktur sosial atau yang di prioritaskan

mengarah kepada suatu integrasi dan adaptasi sistem yang

berlaku.Eksistensi atau kelangsungan struktur atau pola yang sudah ada

dijelaskan melalui konsekuensi konsekuensi atau efek efek yang penting

dan bermanfaat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dan

berkembang dalam kehidupan masyarakat. Para fungsionalis berusaha

menunjukan suatu pola yang ada telah memenuhi kebutuhan sistem vital

untuk menjelaskan eksistensi pola tersebut. Objek kajiannya adalah

masyarakat itu sendiri.

3 Rhona K. M. Smith, dkk., Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008),

h. 12 44 Rhona K. M. Smith, dkk., Hukum Hak Asasi Manusia , ... , h. 12

Page 26: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

16

Guna memenuhi kebutuhan diri, seseorang berusaha lebih kreatif

mengelola sumber daya yang dimilikinya, baik sumber daya alam maupun

sumber daya manusianya. Sejalan dengan konsep integrasi dan adaptasi

sistem ini diyakini teori fungsional, maka ciptaan atau invensi harus

bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Artinya harus

memberikan kontribusi positif terhadap sistem kemasyarakatan dan bukan

melemahkan integrasi sistem atau masyarakat yang sudah ada.5

4. Teori Kepastian Hukum

Menurut Fance M. Wantu, kepastian hukum dirumuskan sebagai berikut:

a.Melakukan solusi autotorif yaitu memberikan jalan keluar untuk

menciptakan stabilitas yakni memberikan ketertiban dan ketentraman

bagi para pihak dan masyarakat.

b.Efisiensi prosesnya cepat, sederhana, dan biaya ringan.

c.Sesuai dengan tujuan hukum yaitu Undang-Undang yang dijadikan dasar

dari putusan untuk memberikan kepastian dalam hukum itu sendiri dan

kepastian karena hukum.6

C. Tinjauan Umum Hak Paten

1. Pengertian Paten

Paten adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil

penemuannya dibidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan

sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang

lain untuk melaksanakannya7.

Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari

kata patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik) dan hal ini

juga berasal dari praktik pada abad pertengahan di inggris yang dibuat oleh

kerajaan yang diberikan dalam bentuk surat yang tertutup segel atau dalam

5https://belapendidikan.com/landasan-teori-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual/

diakses pada tanggal 12 Februari 2018 14.00 WIB.

6 Budi Agus Riswandi, “Hukum dan Hak Cipta,” (Yogyakarta: UII, 2006), h. 11

Page 27: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

17

keadaan terbuka yang dapat dibaca tanpa merusak segel yang digunakan bagi

pemberian grasi, tanda kehormatan, perjanjian di kantor dan kemudian

pemberian, pengakuan terhadap inventor. Dan juga berasal dari istilah letter

patent adalah surat-surat terbuka dengan dibubuhi Raja Great Seal berkenaan

dengan pemberian hak yang seringkali diberikan kepada penenun atau

pengrajin-pengrajin lainnya, yang isinya mengizinkan para penenun atau

pengrajin tersebut untuk berdagang dan juga digunakan sebagai sarana untuk

menekan adanya persaingan. Surat Paten pertama diberikan pada John Kempe

pada tahun 1311, sebagai seorang penenun Flemish yang ingin berdagang di

Inggris.8

Dalam hal Paten Chairul Anwar mengatakan “Paten merupakan muara

dari dua buah sungai,yang satu menunjuk kepada ilmu pengetahuan dan

teknologi dan satu lagi menunjuk kepada Hukum”9 Dari definisi kata paten itu

sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi

kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak ekslusif

selama yang dapat dinikmati manfaat ekonominya selama masa periode

ternentu .10

Hak Paten juga merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, yang

dalam kerangka ini termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian

(Industrial Property Right). Hak Kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan

bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (benda immateril). Pengertian

benda secara yuridis adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak.

Sedangkan yang dapat menjadi objek hak itu tidah hanya benda berwujud

(materiil) tetapi juga benda tidak berwujud.

8 David I. Bainbridge, intellectual property, fifth edition, (England: Pearson Education

Limited,2002), h. 311

9 Chairul Anwar, S.H., “Hukum Paten dan Perundang-undangan Paten Indonesia”

(Djambatan,Jakarta 1992), h. 1

10 Bagby, Jhon W., “Cyberlaw Handbook for E-Commerce”,(Thomson, South-Western

West, Pennsylvania, 2001), h. 177

Page 28: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

18

2. Sejarah Hak Paten di Indonesia.

Sistem paten di Indonesia pertama kali dikenal dan diberlakukan pada

tahun 1910 oleh pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal dengan sebutan

Octrooiwet (patent law) yang berfungsi untuk menerima pendaftaran

permohonan-permohonan paten, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor J.S 5/41/4(B.N.53-

69) tanggal 12 Agustus 1953 Tentang permohonan sementara pendaftaran dari

dalam negeri dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor

J.G. 1/2/17 Tahun 1953 (BN.53-91) khusus untuk menerima permohonan

pendaftaran paten dari luar negeri.

Dalam mengantisipasi kemajuan dan lingkup kepastian hukum

perlindungan Hak Kekayaan Intelektual terutama dalam lingkup Hak Paten

disamping melakukan harmonisasi atas perundang-undangannya di bidang hak

kekayaan intelektual, maka pemerintah Indonesia juga melakukan

penyempurnaan institusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 32

Tahun 1986 dengan terbentuknya Direktorat Jenderal Hak Cipta dan Paten.

Pada tanggal 1 november 1989 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) bersama-

sama dengan Pemerintah Republik Indonesia menyetujui Rancangan Undang-

undang Paten menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 Tentang paten

dan berlaku efektif pada tanggal 1 Agustus 1991. Kemudian seiring dengan

perjalanan waktu dan kebutuhan masyarakat internasional akan perlindungan

hukum hak kekayaan intelektual terutama Hak Paten, maka pemerintah

indonesia melakukan perubahan atau amandemen terhadap Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1989 Tentang Paten menjadi undang-undang Nomor 13 Tahun

1997 Tentang Paten, kemudian mengganti Undang-undang Nomor 13 Tahun

13 Tahun 1997 Tentang Paten dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

dan yang terbaru adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang

Paten.11

11 Dian Nurfitri ,Rani Nuradi, Pengantar Hukum Paten Indonesia, (Jakarta

Alumni,2013),h. 34

Page 29: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

19

3. Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia merupakan hak

yang mendapat perlindungan dari undang-undang, dan barang siapa

melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi. Perlindungan hukum di sini

dimaksudkan sebagai upaya yang diatur oleh undang-undang guna mencegah

terjadi pelanggaran Hak kekayaan intelektual oleh orang yang tidak berhak.

Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses secara hukum,

dan bila terbukti, maka dapat dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang berlaku

dengan ancaman hukuman baik yang sifatnya pidana maupun perdata,

sedangkan Tujuan perlindungan Hak kekayaan intelektual itu sendiri adalah

untuk memberikan kejelasan hukum mengenai hubungan antara kekayaan

intelektual dengan pencipta atau penemu, pemilik atau pemegang dan pemakai

yang menggunakan Hak Kekayaan Intelektual. Pebuatan pelanggaran Hak

Kekayaan Intelektual perlu dipenuhi unsur-unsur penting sebagai berikut:

a. Larangan undang-undang, Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang

pengguna Hak Kekayaan Intelektual dilarang dan diancam dengan hukuman

oleh undang undang.

b. Ijin penggunaan, Pengguna Hak Kekayaan Intelektual dilakukan tanpa

persetujuan dari pemilik atau pemegang hak tedaftar.

c. Pembatasan undang-undang, Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual

melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

d. Jangka waktu, Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan dalam

jangka waktu perlindungan yang telah ditetapkan oleh undang-undang atau

perjanjian tertulis atau lisensi.12

Hak paten memperoleh hak-hak ekslusif kepada inventornya untuk dapat

dilaksanakan menurut hukum, untuk menentukan siapa-siapa yang akan dan

siapa-siapa yang dilarang memanfaatkan penemuan yang telah dipatenkannya.

Inventor mendapat hak ini selama jangka waktu paten, asalkan membayar

12 Lena Griswanti, “Perlindungan Hukum terhadap Penerima Lisensi dalam Perjanjian

Lisensi Paten di Indonesia,” (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2005), h. 74

Page 30: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

20

biaya pemeliharaan dan pembaharuan. Perjanjian TRIP’S mensyaratkan bahwa

suatu paten harus memberikan pemiliknya hak-hak ekslusif sebagai berikut.

1.Apabila yang dipatenkan tersebut adalah barang, untuk mencegah pihak

ketiga yang tidak mempunyai izin dari pemilik dari perbuatan-perbuatan

memakai, menawarkan untuk dijual, menjual, atau mengimpor barang-

barang tersebut;

2. Apabila yang dipatenkan tersebut berupa proses, untuk mencegah pihak

ketiga yang tidak mempunyai izin dari pemilik dari tindakan menggunakan

proses, dan dari perbuatan-perbuatan menggunakan, menawarkan untuk

menjual atau mengimpor untuk tujuan-tujuan tersebut paling tidak produk

yang dihasilkan langsung oleh proses tersebut.13

Hak Kekayaan Intelektual adalah harta kekayaan yang dilindungi oleh

undang-undang dan setiap orang wajib untuk menghormatinya. Perlindungan

hukum atas hak kekayaan intelektual itu berlangsung selama jangka waktu

yang telah ditentukan menurut bidang dan klasifikasinya.Hal ini menimbulkan

konsekuensi, bahwa apabila orang lain ingin menikmati manfaat ekonomi dari

hak atas kekayan intelektual tersebut, dia wajib mendapatkan ijin dari orang

yang berhak terlebih dahulu. Penggunaan atau pemalsuan hak atas kekayaan

intelektual orang lain tanpa ijin tertulis dari pemiliknya, adalah merupakan

suatu pelangaran hukum. Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur

oleh Undang Undang guna mencegah terjadinya pelanggaran hak atas

kekayaan intelektual oleh orang yang tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran,

maka pelanggar tersebut dapat atau harus diproses secara hukum, dan dapat

dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan undang-undang jika memang

tebukti telah melakukan pelanggaran tersebut akan diadili dengan

menggunakan peraturan-peraturan Hukum Acara Perdata.

Dalam peraturan Hukum Acara Perdata diatur bagaimana cara pihak

yang dirugikan mengajukan perkaranya ke Pengadilan, bagaimana cara pihak

yang diserang mempertahankan diri, bagaimana Hakim bertindak terhadap

13 Intellectual Property Rights (Advanced), Material prepared solely for use by IASTP

Indonesian course participants Coordinated by Asian Law Group Pty Ltd., h. 110

Page 31: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

21

pihak-pihak yang berperkara, bagaimana Hakim memeriksa dan memutuskan

perkara, sehingga dapat diselesaikan secara adil, bagaimana cara melaksanakan

putusan Hakim. Dengan demikian, hak dan kewajiban sebagimana diatur

dalam Hukum perdata diperoleh dan dipenuhi sebagaiman mestinya14. Wirjono

Prodjodikoro merumuskan,”Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan

yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka

Pengadilan dan cara bagaimana Pengadilan itu harus bertindak, semuanya itu

untuk melaksanakan Hukum Perdata.”15.

Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan Undang-Undang

diberikan kepada si pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak

yang berhak memperolehnya, Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten

diberikan bagi ide dalam bidang teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah

berupa ide (immateril) yang dapat diterapkan dalam proses industri. Teknologi

pada dasarnya lahir dari karsa intelektual, sebagai karya intelektual manusia.

Karena kelahirannya telah melibatkan tenaga, waktu, dan biaya (berapapun

besarnya misalnya dalam atas permintaannya yang diajukannya kepada pihak

penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan yang

sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru dalam cara

kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat diterapkan dalam bidang

industri. Undang-Undang Paten Indonesia menyebutnya dengan istilah

Inventor dan istilah temuan disebut sebagai Invensi, maka teknologi memiliki

nilai atau sesuatu yang bernilai ekonomi, yang dapat menjadi objek harta

kekayaan (property). Dalam ilmu hukum, yang secara luas dianut oleh bangsa-

bangsa lain, hak atas daya pikir intelektual dalam bidang teknologi tersebut

diakui sebagai hak kekayaan yang sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah

yang dikenal sebagai “Paten”.

14Marni Emmy Mustafa, Prinsip-prinsip Beracara Dalam Penegakan hukum Paten di

Indonesia Dikaitkan Dengan TRIP’s-WTO (Bandung: Alumni 2007), h. 13

15 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia,(Bandung: Sumur 1962), h.

12

Page 32: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

22

4.Perkembangan Hukum Paten di Indonesia

World Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan definisi

paten sebagai berikut: Paten adalah hak yang dapat dilaksanakan secara hukum

yang diberikan berdasarkan undang-undang kepada seseorang untuk

mengecualikan, untuk waktu yang terbatas, selain dari tindakan-tindakan

tertentu dalam kaitannya dengan menjelaskan penemuan baru; hak istimewa

diberikan oleh otoritas pemerintah sebagai masalah hak orang yang dikandung

untuk mengajukan permohonan dan yang memenuhi syarat yang ditentukan16

Pengertian di atas dapat dikaji unsur penting paten, yaitu hak paten adalah

hak yang diberikan oleh pemerintah untuk melaksanakan penemuan dan

bersifat ekslusif. Pada dasarnya semua invensi di bidang teknologi dapat

diberikan paten, asal memenuhi persyaratan paten (patentability) sebagaimana

acuan ketentuan Article 27 (1) TRIPs yaitu Paten harus tersedia dan hak paten

dapat dinikmati tanpa adanya diskriminisasi berdasarkan tempat asal invensi,

dibidang teknologi serta baik produk tersebut diproduksi secara lokal ataupun

diimpor. Untuk mendapatkan paten; suatu penemuan harus melewati syarat

substantif tertentu, yaitu kebaruan (novelty), bisa dipraktikkan dalam industri

(industrial applicability), mempunyai nilai langkah inventif (inventif step), dan

memenuhi syarat formal.

Invensi diartikan sebagai Ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu

kegiatan pemecahan masalah spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk

atau suatu proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses

(Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No.14/2001 Tentang Paten). Invensi disini

lebih mengetengahkan unsur kreativitas intelektual manusia, kreasi tambahan

(artificial creation) yang timbul atau dipacu oleh kebutuhan untuk

memecahkan masalah teknis tertentu.

Hukum mensyaratkan bahwa invensi yang diberikan paten harus baru

(Novelty) bahwa pemohon paten harus memberikan kontribusi untuk sesuatu

16 Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights: Kajian Hukum terhadap Hak atas

Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 27.

Page 33: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

23

yang baru bagi masyarakat17. Tidak ada sistem paten yang diberikan untuk

invensi yang telah diketahui umum. Pada dasarnya novelty dapat dinilai dari

dua aspek yakni dari sisi teknologinya dan dari tenggang waktu pendaftarannya

setelah adanya pengungkapan sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang

No.14/2001 Tentang Paten yang menyatakan :

1. Suatu invensi tidak dianggap telah diumumkan jika dalam jangka waktu

paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal penerimaan:

a. Invensi tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran

internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui

sebagai resmi atau dalam suatu pameran nasional di Indonesia yang

resmi atau diakui sebagai resmi.

b. Invensi tersebut telah digunakan di Indonesia oleh inventornya dalam

rangka percobaan dengan tujuan penelitian dan pengembangan.

2. Invensi juga tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan sebelum Tanggal Penerimaan, ternyata ada pihak lain

yang mengumumkan dengan cara melanggar kewajiban untuk menjaga

kerahasiaan invensi tersebut.

Tujuan pemberian paten oleh Negara/Penguasa kepada si penemu pada

umumnya dirangkum dalam dua tujuan yang seolah saling bertentangan yaitu,

pada satu sisi adalah untuk memberikan insentif bagi penemu, dengan tujuan

agar pemberian perangsang tersebut dapat merangsang untuk dilakukannya

penemuan-penemuan baru yang lain atau pengembangan dari penemuan

penemuan yang terdahulu dari orang yang sama maupun dari orang lain.

Penemuan-penemuan baru yang kemudian dilaksanakan pasti akan

membawa kemajuan-kemajuan bagi masyarakat dalam bentuk kemajuan di

bidang ilmu dan teknologi, yang pada gilirannnya ilmu dan teknologi akan

memberikan berkah kemajuan di bidang perdagangan, dan industri, yang pada

akhirnya akan membuat masyarakat semakin sejahtera. Pada sisi yang lain,

bertujuan agar masyarakat umum pada suatu saat, dapat mengambil manfaat

17 Donald S.Chisum and F.Scott Kieff, Cases and Material Principle of Patent Law, Third

Edition, (New York:Thomson Foundation Press, 2004), h. 324

Page 34: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

24

dari hasil penemuan itu dengan cara melaksanakan sendiri penemuan dari si

pemegang paten tanpa harus memperoleh ijin atau memberikan kontra prestasi

kepada si pemegang paten. Menurut Bagi penemunya hak paten memberikan

arti penting kepadanya antara lain:

1. Kemanfaatan bagi diri sendiri, artinya sebagai pemegang suatu hak milik.

Penemu memiliki wewenang untuk mengambil manfaat dari penemuan itu

bagi keuntungannya sendiri dengan cara-cara yang dibenarkan oleh hukum.

Kemanfaatan itu dapat meliputi kemanfaatan di bidang materiil maupun di

bidang immaterial

2. Mengalihkan kemanfaatannya kepada orang lain, dalam bentuk

mengijinkan, menyewakan, menjual, menghibahkan, ataupun mewariskan

isi hak paten itu kepada orang lain.

3. Melarang orang lain yang tanpa hak memanfaatkan penemuan pemegang

paten yang sah.

4. Melarang importasi atau eksportasi hasil dari penemuan itu yang dilindungi

hak patennya, tanpa persetujuan dari pemegang paten yang sah. Larangan

semacam ini justeru dimungkinkan setelah perdagangan/pasar Indonesia

berkembang secara pesat, tidak hanya terbatas pada pasar domestik saja

melainkan juga telah memasuki pasar di luar negeri

5. Memproduksinya di luar negeri, prinsip pemberian paten di Indonesia

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, oleh

karena itu paten yang diberikan di Indonesia sudah seharusnya dilaksanakan

di Indonesia, agar manfaat dari penemuan tersebut dapat dinikmati oleh

bangsa Indonesia. Namun, bilamana karena lasan-alasan financial, dan

teknologi pemprosesannya belum mampu diadakan di dalam negeri sendiri,

undang-undang paten memberikan kelonggaran kepada si pemegang paten

untuk memproduksinya di luar negeri.

Oleh karena itu, Negara menjadikan hak kekayaan intelektual sebagai

salah satu sumber pendapatan negara dalam melakukan pembangunan

ekonominya. Perubahan paradigma telah terjadi terhadap aset hak kekayaan

intelektual, dimana semakin maju suatu negara maka negara tersebut semakin

Page 35: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

25

bergantung pada modal intelektualnya karena modal intelektual bersifat

“renewable and sustainable”18.

Sistem perlindungan paten terjain hubungan kerjasama dan saling

keterkaitan antara industri dengan institusi Penelitian dan Pengembangan

(R&D) merupakan tempat dihasilkan invensi teknologi yang menghasilkan

produk-produk unggulan yang berguna bagi masyarakat luas atau pasar global

yang menerima produk-produk yang dihasilkan dari paten yang dilindungi

tersebut dan pemilik paten akan menerima penghargaan yang layak atas hasil

karya intelektualnya dan seterusnya akan mendorong para pemilik paten untuk

menghasilkan pemilik paten untuk lebih menghasilkan invensi teknologi yang

lebih baik dan maju lagi yang pada akhirnya akan memajukan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dapat dilaksanakan dalam industri untuk

memajukan pembangunan ekonomi suatu negara.

Secara etimologis, kata teknologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri

dari kata Technigos yang berarti kesenian atau keterampilan, dan kata logos

yang berarti ilmu atau asas-asas utama (fundamental principle). Kata teknologi

mempunyai definisi beragam, beberapa diantaranya adalah definisi James D.

Grant, teknologi adalah keterampilan praktis (know-how) untuk penerapan

pengetahuan ilmiah dalam penciptaan produk khusus atau pelaksanaan tugas

khusus.19

World Intelectual Property Right (WIPO) mengemukakan bahwa ada

beberapa hal yang perlu dicatat dari definisi teknologi di atas, yaitu bahwa

teknologi terdiri dari pengetahuan, akan tetapi tidak semua pengetahuan

mencakup di dalamnya. Teknologi tersebut haruslah sistematis dan dapat

dikomunikasikan, dapat dialokasikan untuk memecahkan suatu problem atau

suatu kebutuhan yang timbul dari suatu kegiatan khusus manusia dalam

perindustrian, pertanian, dan komersial, sehinga WIPO mendefinisikan

18 Carlos Maria Correa “Intellectual property rights, the WTO, and Developing Countries

the TRIPS agreement and policy options”, (Argentina: Zed Books, 2000), h.134

19 Lena Griswanti, Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Lisensi Dalam Perjanjian

Lisensi Paten Di Indonesia (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2005), h. 37

Page 36: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

26

teknologi adalah suatu system pengetahuan untuk membuat suatu produk,

mengaplikasikan proses atau menjalin suatu pelayanan, di mana pengetahuan

itu dapat direfleksikan dalam suatu pendapatan, desain industri, utility model

atau new plant variety atau dalam informasi teknik atau kecakapan atau dalam

pelayanan dan bantuan bagi pabrik industri atau menajemen industri atau

perusahaan komersial dengan segenap aktifitasnya. Dari berbagai definisi

diatas serta luasnya perkembangan teknologi dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) bagian, yaitu:

1. Teknologi sebagai barang buatan, Artinya teknologi adalah istilah umum

untuk semua benda, prosedur dan system yang berdasarkan penyusunan

kreatif dihasilkan untuk pemenuhan sebagai keperluan perorangan yang

melalui fungsi-fungsi yang ditapkan melayani Tujuan-tujuan tertentu dan

dalam keseluruhan dunia.

2. Teknologi sebagai kegiatan manusi, Artinya teknologi adalah penerapan

secara teratur dari seni dan ilmu pada Tujuan-tujuan industri berguna.

3. Teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, Artinya teknologi adalah suatu

pengetahuan praktis yang teratur, didasarkan pada percobaan dan atau teori

imiah yang memperbesar kemampuan masyarakat untuk menghasilkan

bagian-bagian dan jasa-jasa yang diwujudkan dalam keterampilan

produktif, organisasi atau perindustrian. 20

Pengertian alih teknologi menurut United Nation Centre on Transnational

Commission (UNTAC) mendefinisikan alih teknologi sebagai suatu proses

penguasaan kemampuan teknologi dari luar negeri, yang dapat diuraikan dalam

3 (tiga) tahap, yaitu:

1) Peralihan teknologi yang ada ke dalam produksi barang dan jasa tertentu.

2) Asimilasi dan difusi teknologi tersebut ke dalam perekonomian Negara

penerima teknologi tersebut.

3) Pengembangan kemampuan Indigeneous Technology untuk inovasi.

20 Ridwan Khairandy, ”Hukum Alih Teknologi,” (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas

Islam Indonesia, 1995), h. 90

Page 37: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

27

Erman Radjagukguk, mengemukakan bahwa alih teknologi merupakan

salah satu cara untuk memperoleh kemampuan teknologi, di mana konsep alih

teknologi dapat dibedakan pada 2 (dua) tingkat, yaitu tingkat nasional dan

tingkat perusahaan. Pada tingkat nasional, konsep alih teknologi di antara

berbagai penulis belum beragam. Lebih jauh dikemukakan bahwa konsep alih

teknologi ini ada 4 (empat) macam konsep yang masing-masing konsep

memerlukan kemampuan teknologi dan pengalaman yang berbeda, yaitu:

1) Alih teknologi secara geografis. Alih teknologi telah terjadi jika teknologi

tersebut telah digunakan ditempat yang baru, sedangkan sumber-sumber

masukan sama sekali tidak diperhatikan

2) Alih teknologi kepada tenaga kerja lokal. Alih teknologi terjadi jika tenaga

kerja lokal sudah mampu menangani teknologi impor dengan efisien

3) Transmisi dan difusi teknologi. Alih teknologi terjadi jika teknologi

menyebar ke unit-unit produktif lokal lainnya di Negara penerima

4) Pengembngan dan adaptasi teknologi. Alih teknologi terjadi jika tenaga

kerja lokal yang memahami teknologi tersebut nilai mengadaptasi untuk

keperluan-keperluan spesifik setempat atau dapat memodifikasikan untuk

berbagai keperluan.

Pengalihan teknologi dapat dilakukan baik terhadap benda berwujud

maupun tidak berwujud. Atas hal ini ada 2 (dua) cara pengalihan teknologi,

yaitu:

1) Pengalihan teknologi non komersial adalah pengalihan teknologi yang

melibatkan pemerintah, misalnya penggunaan expertise dari luar negeri dan

program kerja sama teknik antar bangsa.

2) Pengalihan teknologi komersial adalah pengalihan teknologi yang tidak

melibatkan pemerintah dan dilakukan dengan Technology Contract,

misalnya: lisensi, joint venture dan franchise.

Pengalihan teknologi komersial yang tidak melibatkan pemerintah dan

dilakukan dengan technology contract dengan lisensi yang berarti masuk ke

ranah Hak Kekayaan Intelektual yaitu Hak Paten.

Page 38: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

28

Lebih jauh WTO mengatur Tentang pengalihan teknologi yang berkaitan

erat dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yaitu Tentang aspek-aspek

dagang dari hak atas kekayaan intelektual TRIPs. Pengaturan Tentang

pengalihan teknologi oleh WTO diatur dalam BAB I Pasal 7 lampiran 1(c)

mengenai sasaran, yaitu:

Perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual harus berkontribusi

pada promosi inovasi teknologi dan untuk transfer dan diseminasi teknologi,

untuk keuntungan timbal balik dari produsen dan pengguna pengetahuan

teknologi dan dengan cara yang kondusif untuk kesejahteraan sosial dan

ekonomi, dan untuk keseimbangan hak dan kewajiban21.

D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan pada penulisan skripsi ini dengan penelitian

Tentang klausula eksonerasi dalam hukum perlindungan konsumen, maka

penulis melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian terlebih dahulu,

diantaranya penelitian-penelitian tersebut yakni :

1. Skripsi Hukum yang berjudul “Perlindungan Hukum bagi Pemegang Hak

Desain Industri dikaitkan dengan asas Sistem pendaftaran pertama

(analisis putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01

K/N/HaKI/2005) karya Ilyas Aghnini fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2015. Dalam

skripsi ini poin bahasan yang dibahas lebih mengacu kepada bagaimana

perlindungan hukum bagi pemegang hak desain industri ditinjau dari asas

sistem pendaftaran pertama (first to file) sedangkan peneliti lebih mengacu

kepada asas kebaruan dalam pendaftaran hak paten.

2. Buku yang berjudul “Pengantar Hukum Paten Indonesia” karya Dian

Nurfitri dan Rani Nuradi ,Alumni, tahun 2013. Dalam buku ini dijelaskan

secara lengkap Tentang sejarah Paten di indonesia dan Perlindungan

21 Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights,

https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/27-trips.pdf, diakses tanggal 25 september 2018.

Page 39: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

29

terhadap pemegang lisensi Hak Paten di Indonesia serta beberapa peraturan

dasar dari buku ini untuk menjadi landasan dasar dari setiap penelitian yang

akan dilakukan peneliti. Perbedaan antara buku di atas banyak membahas

Tentang peraturan-peraturan Tentang perlindungan Hak Paten di Indonesia

sedangkan peneliti lebih berfokus kepada asas kebaruan dalam pendaftaran

Hak Paten yang sesuai dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2001 Tentang

Paten.

3. Jurnal Hukum oleh S.Sahrial dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Tentang “Aspek Hukum dalam Pendaftaran Hak cipta dan Paten di

Indonesia” Dalam jurnal ini poin bahasan yang dibahas terkait aspek hukum

perdata pada pendaftaran suatu hak cipta atau paten dan skripsi yang peneliti

kaji lebih berfokus pada pembatalan pendaftaran hak paten yang sudah

terdaftar karena tidak dianggap memiliki nilai kebaruan (Novelty)

Page 40: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

30

BAB III

PERAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

DALAM PENDAFTARAN PATEN

A. Profil Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

1. Tugas dan Fungsi Jenderal Kekayaan Intelektual

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) merupakan

lemabaga yang ditugaskan untuk memberikan perlindungan terhadap Hak

Kekayaan Intelektual seperti Hak Cipta, Hak Desain Industri, Hak Paten, Hak

Merek, Indikasi Geografis dan Rahasia Dagang. Tugas untuk melindungi Hak

Kekayaan Intelektual tersebut lahir karena Ditjen Hak Kekayaan Intelektual

merupakan lembaga yang memberikan legitimasi terhadap pendaftaran hak-

hak tersebut.1

Banyak terjadi pelanggaran dan pembajakan Hak Cipta di Indonesia.

Guna mendapatkan perlindungan hukum dan kepastian hukum sebaiknya

didaftarkan hasil karya cipta atau temuannya kepada Direktorat Jendral Hak

Kekayaan Intelektual sehingga negara mempunyai data yang lengkap setiap

pemohon yang Hak karyanya telah didaftarkan suatu karya ciptaan asli atau

yang pertama kali menciptakan suatu karya ciptaan agar dapat terlindungi

karyanya atau mendapatkan perlindungan hukum yang yang kuat agar

karyanya tidak dijiplak atau digunakan orang lain yang tidak bertanggung

jawab.2

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual adalah unsur pelaksana yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal

Kekayaan Intelektual mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

1Surianto Ruslan, Mendesain Logo, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009), h. 40

2 Syarifuddin, Perjanjian Lisensi Dan Pendaftaran Hak Cipta, (Jakarta: P.T. Alumni,

cetakan ke-1, 2013), h. 165

Page 41: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

31

pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan intelektual sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.3

Gambar 1.0 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kekayaan Hak

intelektual

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal

Kekayaan Intelektual menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang perlindungan hukum kekayaan intelektual,

penyelesaian permohonan pendaftaran kekayaan intelektual, penyidikan,

penyelesaian sengketa dan pengaduan pelanggaran kekayaan intelektual,

kerja sama, promosi kekayaan intelektual, serta teknologi informasi di

bidang kekayaan intelektual;

3 http://www.dgip.go.id/struktur-organisasi, diakses pada tanggal 1 November 2018 , pukul

14.00 WIB.

Page 42: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

32

b. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perlindungan hukum

kekayaan intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran kekayaan

intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa dan pengaduan pelanggaran

kekayaan intelektual, kerja sama, promosi kekayaan intelektual, serta

teknologi informasi di bidang kekayaan intelektual;

c. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang perlindungan

hukum kekayaan intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran

kekayaan intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa dan pengaduan

pelanggaran kekayaan intelektual, kerja sama, promosi kekayaan

intelektual, serta teknologi informasi di bidang kekayaan intelektual;

d. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Kekayaan memiliki kantor yakni yang berlokasi di

Jalan H.R. Rasuna Said Kav. 8-9, Kuningan, Jakarta Selatan yang berfungsi

sebagai tangan pertama yang menerima pelayanan permohonan dalam

Kekayaan Intelektual.

2. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Sebagai sebuah organisasi, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

(Ditjen KI) telah merumuskan tujuan dan sasaran organisasi untuk mendukung

keberhasilan perjalanan sebuah organisasi dengan merumuskan visi atau cara

pandang jauh kedepan kemana organisasi harus dibawa agar dapat hidup,

antisipatif, dan inovatif dalam menghadapi perubahan serta merumuskan misi

sebagai pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Adapun visi dan misi Ditjen KI adalah:

a. Visi: Menjadi Institusi Kekayaan Intelektual yang menjamin kepastian

hukum dan menjadi pendorong inovasi, kreatifitas dan pertumbuhan

ekonomi nasional.

Page 43: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

33

b. Misi: Mewujudkan pelayanan dan penegakan kekayaan intelektual yang

berkualitas.4

3. Sejarah Perkembangan Perlindungan Hukum dalam Kekayaan

Intelektual

Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang Kekayaan

Intelektual di Indonesia telah ada sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial

Belanda memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual pada tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda

mengundangkan undang-undang merek (1885), undang-undang paten (1910),

dan undang-undang hak cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih

bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris Convention for

the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan anggota Berne

Convention for the Protection of Literary and Artistic Works sejak tahun 1914.

Pada jaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan

perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual tersebut tetap

berlaku.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan

kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD

1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda

tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. Undang-undang

hak cipta dan undang-undang peninggalan Belanda tetap berlaku, namun tidak

demikian halnya dengan undang-undang paten yang dianggap bertentangan

dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang

paten peninggalan Belanda, permohonan paten dapat diajukan di kantor paten

yang berada di Batavia (sekarang Jakarta) namun pemeriksaan atas

permohonan paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di

Belanda.5.

4http://www.dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki,

diakses pada tanggal 1 November 2018 , pukul 14.05 WIB.

5http://www.dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki,

diakses pada tanggal 1 November 2018 , pukul 14.30 WIB.

Page 44: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

34

Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman Republik Indonesia

mengeluarkan pengumuman yang merupakan perangkat peraturan nasional

pertama yang mengatur Tentang paten, yaitu Pengumuman Menteri

Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur Tentang pengajuan sementara

permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No.

J.G. 1/2/17 yang mengatur Tentang pengajuan sementara permintaan paten luar

negeri.

Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah Republik Indonesia

mengundangkan Undang-Undang No. 21 tahun 1961 Tentang Merek

Perusahaan dan Merek Perniagaan (undang-undang merek tahun 1961) untuk

menggantikan undang-undang merek kolonial Belanda. Undang-undang

merek tahun 1961 yang merupakan undang-undang Indonesia pertama di

bidang Hak Kekayaan Intelektual. Berdasarkan Pasal 24, Undang-Undang No.

21 Tahun 1961, yang berbunyi "Undang-Undang ini dapat disebut undang-

undang merek 1961 dan mulai berlaku satu bulan setelah Undang-Undang ini

diundangkan". Undang-undang tersebut mulai berlaku tanggal 11 November

1961. Penetapan undang-undang Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi

masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan. Saat ini, setiap tanggal 11

November yang merupakan tanggal berlakunya Undang-Undang No. 21 tahun

1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari KI Nasional.

Pada tanggal 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris

Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision

1967)] berdasarkan Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi

Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia

membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1

s.d. 12, dan Pasal 28 Ayat (1).6

Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan Undang-Undang

No.6 tahun 1982 Tentang Hak Cipta ( undang-undang hak cipta tahun 1982)

untuk menggantikan undang-undang hak cipta peninggalan Belanda.

6http://www.dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki,

diakses pada tanggal 1 November 2018, pukul 14.30 WIB

Page 45: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

35

Pengesahan undang-undang hak cipta tahun 1982 dimaksudkan untuk

mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di

bidang karya ilmu, seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan

kehidupan bangsa.

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem Hak

Kekayaan Intelektual di tanah air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden Republik

Indonesia membentuk sebuah tim khusus di bidang Hak Kekayaan Intelektual

melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim

Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan

kebijakan nasional di bidang Hak Kekayaan Intelektual, perancangan peraturan

perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan sosialisasi

sistem Hak Kekayaan Intelektual di kalangan instansi pemerintah terkait,

aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres 34 selanjutnya

membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru

dalam menangani perdebatan nasional Tentang perlunya sistem paten di tanah

air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali rancangan undang-undang paten

yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989 Pemerintah

mengesahkan undang-undang paten.

Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah Republik Indonesia

mengesahkan Undang-Undang No. 7 tahun 1987 sebagai perubahan atas

Undang-Undang No. 12 tahun 1982 Tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan

Undang-Undang No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan

atas Undang-Undang No. 12 tahun 1982 dilakukan karena semakin

meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan

sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.7

Menyusuli pengesahan Undang-Undang No. 7 tahun 1987 Pemerintah

Indonesia menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta

sebagai pelaksanaan dari undang-undang tersebut. Pada tahun 1988

berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 di tetapkan pembentukan Direktorat

7http://www.dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki,

diakses pada tangga2 November 2018, pukul 14.30 WIB

Page 46: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

36

Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ HCPM) untuk mengambil alih fungsi

dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit

eselon II di lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-undangan,

Departemen Kehakiman.

Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui

rancangan undang-undang Tentang paten, yang selanjutnya disahkan menjadi

Undang-Undang No. 6 Tahun 1989 (undang-undang paten 1989) oleh Presiden

Republik Indonesia pada tanggal 1 November 1989. Undang-undang paten

1989 mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan undang-undang paten

1989 mengakhiri perdebatan panjang Tentang seberapa pentingnya sistem

paten dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam

pertimbangan undang-undang paten 1989, perangkat hukum di bidang paten

diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan suatu

iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini disebabkan

karena dalam pembangunan nasional secara umum dan khususnya di sektor

industri, teknologi memiliki peranan sangat penting. Pengesahan undang-

undang paten 1989 juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan

mempermudah masuknya teknologi ke dalam negeri. Namun demikian,

ditegaskan pula bahwa upaya untuk mengembangkan sistem, termasuk paten,

di Indonesia tidaklah semata-mata karena tekanan dunia internasional, namun

juga karena kebutuhan nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan

Hak Kekayaan Intelektual yang efektif.8

Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah Republik Indonesia

mengesahkan Undang-Undang No. 19 tahun 1992 Tentang Merek (undang-

undang merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April 1993. Undang-

undang merek 1992 menggantikan undang-undang merek 1961. Pada tanggal

15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result

of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup

8http://www.dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki,

diakses pada tangga2 November 2018, pukul 14.30 WIB

Page 47: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

37

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

(Persetujuan TRIPS). Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI

merevisi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang KI, yaitu

Undang-Undang Hak Cipta 1987 jo. Undang-Undang No. 6 tahun 1982,

Undang-Undang Paten 1989, dan Undang-Undang Merek 1992.

Di penghujung tahun 2000, disahkan tiga Undang-Undang baru di

bidang KI, yaitu Undang-Undang No. 30 tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang,

Undang-Undang No. 31 tahun 2000 Tentang Desain Industri dan Undang-

Undang No 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Dalam

upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan di bidang

Kekayaan Intelektual dengan Persetujuan TRIPs, pada tahun 2001 Pemerintah

Indonesia mengesahkan Undang-Undang No. 14 tahun 2001 Tentang Paten,

dan Undang-Undang No. 15 tahun 2001 Tentang Merek. Kedua undang-

undang ini menggantikan undang-undang yang lama di bidang terkait. Pada

pertengahan tahun 2002 Tentang Hak Cipta yang menggantikan undang-

undang yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak diundangkan nya. Untuk

sekarang Undang-Undang No.20 Tahun 2016 kini telah tergantikan dengan

undang-undang merek yang baru yaitu Undang-Undang No.20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

B. Peran Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Dalam Pendaftaran Paten

di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

1. Peran Direktorat Paten,Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia

Dagang

Direktorat Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, dan pelaksanaan

evaluasi dan pelaporan di bidang permohonan, publikasi dan dokumentasi,

klasifikasi dan penelusuran paten, pemeriksaan, sertifikasi, pemeliharaan,

Page 48: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

38

mutasi, lisensi, dan pelayanan hukum paten, desain tata letak sirkuit terpadu,

dan rahasia dagang.9

Direktorat Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang permohonan, publikasi,

klasifikasi, penelusuran, pemeriksaan, sertifikasi, pemeliharaan, mutasi,

lisensi, dan pelayanan hukum paten, desain tata letak sirkuit terpadu, dan

rahasia dagang;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang permohonan, publikasi, klasifikasi,

penelusuran, pemeriksaan, sertifikasi, pemeliharaan, mutasi, lisensi, dan

pelayanan hukum paten, desain tata letak sirkuit terpadu, dan rahasia

dagang;

3. Pelaksanaan fasilitasi komisi banding paten;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang permohonan, publikasi

dan dokumentasi, klasifikasi, penelusuran, pemeriksaan, sertifikasi,

pemeliharaan, mutasi, lisensi, dan pelayanan hukum;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang paten, desain tata letak sirkuit

terpadu, dan rahasia dagang; dan

6. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Paten, Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang.

Direktorat Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang

terdiri atas:

1) Subdirektorat Permohonan dan Publikasi;

2) Subdirektorat Klasifikasi dan Penelusuran Paten;

3) Subdirektorat Pemeriksaan Paten;

4) Subdirektorat Sertifikasi, Pemeliharaan, Mutasi dan Lisensi;

5) Subdirektorat Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Paten;

6) Subbagian Tata Usaha; dan

7) Kelompok Jabatan Fungsional.

9http://www.dgip.go.id/sejarah-perkembangan-perlindungan-kekayaan-intelektual-ki,

diakses pada tanggal 2 November 2018 , pukul 16.25 WIB

Page 49: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

39

Gambar 1.1 Struktur organisasi Direktorat Paten, Desain Tata letak

sirkuit terpadu, dan Rahasia Dagang.

2. Sistem Pendaftaran Paten pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual

Dalam paten berlaku prinsip first to file, di mana hak paten hanya akan

diberikan kepada yang pertama kali mengajukan permohonan paten yang

setidaknya sudah dilengkapi syarat minimum pengajuannya, sehingga berhak

mendapatkan Tanggal Penerimaan (filling date). Dengan demikian, paten

bersifat sangat time-sensitive sehingga waktu pengajuan permohonan menjadi

faktor yang sangat krusial. Konon dalam sejarah, Alexander Graham Bell

diakui sebagai inventor telefon hanya karena ia mengajukan permohonan paten

setengah jam lebih awal daripada kompetitornya.10

10 https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 15.00 WIB

Page 50: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

40

Apalagi syarat substantif paten dari sisi kebaruan (novelty) membuat suatu

invensi tidak akan dapat dipatenkan manakala invensi tersebut sudah terlanjur

terungkap ke publik sebelum Tanggal Penerimaan permohonannya. Dengan

demikian, wajar kiranya jika banyak orang/lembaga/perusahaan yang memilih

untuk secepatnya mengajukan permohonan paten atas invensi mereka,

meskipun mereka belum sungguh-sungguh memastikan apakah invensi

tersebut memiliki nilai komersial. Bagi banyak pihak, biaya pendaftaran paten

yang terbuang untuk sejumlah invensi yang tidak komersial tidaklah seberapa

dibandingkan kerugian tidak memilki hak paten atas satu invensi yang bernilai

komersial tinggi.

Orang yang berhak memperoleh paten adalah yang menghasilkan suatu

invensi, baik sendirian maupun beberapa orang bersama-sama, disebut dengan

istilah inventor. Inventor inilah yang paling pertama berhak mendapatkan hak

paten atas invensi yang dihasilkannya. Siapapun di luar inventor yang ingin

memiliki hak paten atas invensi tersebut harus terlebih dahulu memperoleh

pengalihan hak secara tertulis dari sang inventor.

Baik Inventor maupun pihak lain yang menerima pengalihan hak dari

inventor merupakan Pemilik/Pemegang Hak Paten (Patentee), yang memiliki

hak eksklusif untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan tersebut selama 20

tahun dihitung dari Tanggal Penerimaan. Setelah 20 tahun tersebut, invensi

yang dimaksud akan menjadi milik umum (public domain) dan dapat

dimanfaatkan oleh siapapun tanpa perlu meminta izin dari si pemegang paten.

Bagi pemohon yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia, permohonan

tersebut wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia. Pemohon tersebut

wajib menyatakan dan memilih tempat tinggal kuasanya sebagai domisili

hukumnya di Indonesia.

Sebelum mengajukan permohonan paten, sangat disarankan agar inventor

terlebih dahulu melaksanakan penelusuran (search), untuk memperoleh

gambaran apakah invensi yang diajukan memang memenuhi syarat kebaruan,

artinya belum pernah ada pengungkapan sebelumnya oleh siapapun, termasuk

oleh si inventor sendiri. Penelusuran dapat dilakukan terhadap dokumen-

Page 51: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

41

dokumen paten baik yang tersimpan pada database Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual, maupun kantor-kantor paten lain di luar negeri yang

representatif dan juga relevan terhadap teknologi dari invensi yang akan kita

patenkan; dan juga terhada dokumen-dokumen non-paten seperti jurnal-jurnal

ilmiah yang terkait. Penelusuran Paten bahkan sangat disarankan untuk

dilakukan sebelum rencana penelitian terhadap suatu teknologi dilaksanakan,

demi untuk melakukan technology mapping berdasarkan dokumen paten yang

tersedia, sehingga penelitian bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien.11

Setelah dilakukan penelusuran dan dapat diyakini bahwa invensi yang

akan dipatenkan masih mengandung kebaruan, langkah selanjutnya adalah

membuat spesifikasi paten, yang terdiri sekurang-kurangnya atas:

1. Judul Invensi;

2. Latar Belakang Invensi, yang menerangkan teknologi yang ada sebelumnya

serta masalah yang terdapat pada teknologi tersebut, yang coba

ditanggulangi oleh invensi;

3. Uraian Singkat Invensi, yang menerangkan secara ringkas mengenai fitur-

fitur yang terkandung dalam, dan menyusun, invensi;

4. Uraian Lengkap Invensi, yang menerangkan mengenai bagaimana cara

melaksanakan invensi;

5. Gambar Teknik, jika diperlukan untuk menerangkan invensi secara lebih

jelas;

6. Uraian Singkat Gambar, untuk menerangkan mengenai Gambar Teknik

yang disertakan;

7. Abstrak, ringkasan mengenai invensi dalam satu atau dua paragraf;

8. Klaim, yang memberi batasan mengenai fitur-fitur apa saja yang dinyatakan

sebagai baru dan inventif oleh sang inventor, sehingga layak mendapatkan

hak paten.

Spesifikasi Paten adalah salah-satu dari persyaratan minimum yang harus

disertakan dalam mengajukan permohonan paten untuk bisa mendapat Tanggal

11 https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 15.10 WIB

Page 52: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

42

Penerimaan, di samping Formulir Permohonan yang diisi lengkap dan dibuat

rangkap empat, dan membayar biaya Permohonan Paten sebesar Rp.

750.000,00. Apabila ketiga persyaratan minimum ini dipenuhi, maka

permohonan akan mendapat Tanggal Penerimaan (Filling Date).

Gambar 1.2 Alur Prosedur Pendaftaran Paten12

Persyaratan lain berupa persyaratan formalitas dapat dilengkapi selama

tiga bulan sejak Tanggal Penerimaan, dan dapat dua kali diperpanjang, masing-

masing untuk dua dan satu bulan. Persyaratan formalitas tersebut adalah:

1. Surat Pernyataan Hak, yang merupakan pernyataan Pemohon Paten bahwa

ia memang memiliki hak untuk mengajukan permohonan paten tersebut;

2. Surat Pengalihan Hak, yang merupakan bukti pengalihan hak dari Inventor

kepada Pemohon Paten, jika Inventor dan Pemohon bukan orang yang sama;

12 https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 15.10 WIB

Page 53: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

43

3. Surat Kuasa, jika permohonan diajukan melalui Kuasa;

4. Fotokopi KTP/Identitas Pemohon, jika Pemohon perorangan;

5. Fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum yang telah dilegalisir, jika Pemohon

adalah Badan Hukum;

6. Fotokopi NPWP Badan Hukum, jika Pemohon adalah Badan Hukum; dan

7. Fotokopi KTP/Identitas orang yang bertindak atas nama Pemohon Badan

Hukum untuk menandatangani Surat Pernyataan dan Surat Kuasa.13

Setelah masa pemeriksaan dilalui dan seluruh persyaratan formalitas

dinyatakan lengkap, maka tahap berikutnya adalah Pengumuman. Masa

pengumuman akan dimulai segera setelah 18 (delapanbelas) bulan berlalu dari

sejak Tanggal Penerimaan, dan akan berlangsung selama 6 (enam) bulan.

Memasuki masa pengumuman ini permohonan paten akan dimuat dalam Berita

Resmi Paten dan media resmi pengumuman paten lainnya. Tujuannya adalah

membuka kesempatan kepada masyarakat untuk mengetahui mengenai invensi

yang dimohonkan paten, di mana masyarakat bisa mengajukan keberatan

secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual jika

masyarakat mengetahui bahwa invensi tersebut tidak memenuhi syarat untuk

dipatenkan.

Segera setelah masa pengumuman berakhir, atau selambat-lambatnya 36

(tiga puluh enam) bulan dari Tanggal Penerimaan, pemohon dapat mengajukan

Permohonan Pemeriksaan Substantif dengan menyerahkan Formulir yang telah

dilengkapi dan membayar biaya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual. Jika pemohon tidak mengajukan Permohonan Pemeriksaan

Substantif dalam batas waktu 36 bulan dari Tanggal Penerimaan tersebut, maka

permohonannya akan dianggap ditarik kembali dan dengan demikian

invensinya menjadi public domain.14

13 https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 15.20 WIB

14 https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 16.00 WIB

Page 54: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

44

Gambar 1.3 Contoh Formulir Pendaftaran Paten

Dalam Tahap Pemeriksaan Substantif inilah Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual melalui Pemeriksa Paten akan menentukan apakah invensi

yang dimohonkan paten tersebut memenuhi syarat substantif sehingga layak

diberi paten, berdasarkan dokumen-dokumen pembanding baik dokumen paten

maupun non-paten yang relevan. Dalam waktu paling lambat 36 bulan sejak

Permohonan Pemeriksaan Substantif diajukan, Pemeriksa Paten sudah harus

memutuskan apakah akan menolak ataupun memberi paten.

Pemohon yang permohonan patennya ditolak dapat mengajukan banding ke

Komisi Banding Paten, yang dapat berlanjut ke Pengadilan Niaga hingga

akhirnya kasasi ke Mahkamah Agung. Jika pemohon menerima penolakan,

Page 55: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

45

ataupun upaya hukum yang diajukannya tetap berujung pada penolakan, maka

invensi tersebut menjadi public domain.

Terhadap Invensi yang diberi paten, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual akan segera mengeluarkan Sertifikat Hak Paten. Pengajuan

Permohonan Paten bagi sebagian orang mungkin memang melibatkan proses

yang sangat panjang dan tidak dapat dikatakan sederhana.

Dari uraian sebelumnya, satu permohonan dari mulai penerimaan hingga

pemberian paten bisa memakan waktu antara 3 hingga 6 tahun. Sebagai ilustrasi,

jika seseorang mengajukan permohonan paten dan memperoleh Tanggal

Penerimaan 1 Oktober 2014, maka permohonan tersebut baru akan memasuki

tahap Pengumuman paling cepat pada tanggal 1 April 2016. Masa Pengumuman

akan berakhir pada 1 Oktober 2016. Jika pemohon segera mengajukan

Permohonan Pemeriksaan Substantif pada hari yang sama, maka paling lambat

pemeriksaan paten akan diputus pada tanggal 1 Oktober 2019.

Jika paten diberi, maka masa perlindungan akan berlaku 20 tahun sejak

Tanggal Penerimaan yaitu tanggal 1 Oktober 2014, dan berakhir tanggal 1

Oktober 2034. Selama permohonan masih dalam proses, pemohon dapat

memproduksi invensi yang sedang dipatenkan tersebut, dan memberitahukan

kepada pihak lain mengenai proses paten yang sedang berjalan - biasanya dengan

mencantumkan istilah pending patent.

Pemohon tidak dapat mengambil tindakan hukum apapun terhadap pihak

lain yang melaksanakan invensi pemohon tanpa ijin selama paten belum diberi

dan Sertifikat Paten belum terbit, namun saat setelah Hak Paten diberi Pemilik

Paten dapat menuntut ganti kerugian atas pelanggaran paten yang dilakukan

sebelum Paten diberi. Dalam ilustrasi di atas, jika ada pihak lain yang

melaksanakan invensi tanpa ijin sejak 1 Januari 2015 hingga setelah paten diberi,

maka Pemilik Paten bisa menuntut ganti rugi yang dihitung sejak 1 Januari 2015.

Komponen Biaya Permohonan Paten adalah :

1. Biaya Permohonan sebesar Rp. 750.000,00 untuk Umum; atau Rp.

450.000,00 untuk UMKM, Lembaga Penelitian, atau Litbang Pemerintah;

Page 56: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

46

2. Jika Spesifikasi Lebih dari 30 lembar, maka setiap lembar tambahan akan

dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000,00;

3. Biaya Pemeriksaan Substantif sebesar Rp. 2.000.000,00;

4. Jika jumlah klaim lebih dari 10 klaim, maka setiap klaim tambahan akan

dikenakan biaya sebesar Rp. 50.000,00.15

Pemegang Hak Paten juga berkewajiban untuk membayar biaya tahunan

pemeliharaan paten sampai dengan tahun terakhir masa perlindungan. Jika

Pemegang Hak Paten tidak membayar biaya pemeliharaan selama tiga tahun

berturut-turut, maka paten akan dianggap batal demi hukum.

Besaran biaya pemeliharaan Paten yang harus dibayarkan setiap tahun oleh

Pemegang Hak Paten ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah terkait Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkup Kementerian Hukum dan HAM.

Komponen biaya terdiri atas biaya pokok dan biaya per klaim.

Batas waktu untuk melakukan pembayaran biaya pemeliharaan tahunan

setiap tahunnya adalah pada tanggal yang sama dengan tanggal pemberian paten.

Jika paten diberi pada tanggal 2 Februari 2019, maka setiap tanggal 2 Februari

Pemohon Paten harus membayar biaya pemeliharaan hingga masa perlindungan

paten berakhir.

C. Perlindungan Hukum Atas Paten

Menurut ketentuan undang-undang, setiap Hak Kekayaan Intelektual wajib

didaftarkan pendaftaran yang memenuhi persyaratan undang-undang merupakan

pengakuan dan pembenaran atas Hak Kekayaan Intelektual seseorang yang

dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran, sehingga memperoleh perlindungan

hukum. Pendaftaran adalah bentuk perlindungan hukum yang menimbulkan

kepastian hukum. Perlindungan hukum Hak Kekayaan Intelektual yang diawali

dengan pendaftaran tersebut sejalan dengan sistem konstitutif (First to File).

Menurut sistem konstitutif, Hak Kekayaan Intelektual milik seseorang hanya

dapat dilindungi oleh undang-undang apabila telah didaftarkan. Tidak

15 https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 17.00WIB

Page 57: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

47

didaftarkan berarti tidak ada perlindungan dan tidak ada pengakuan sistem

konstitutif antara lain dianut oleh Undang-Undang Paten.16

Perubahan yang diawali dari sistem deklaratif (first to use) dirubah menjadi

sistem konstitutif (first to file) dilakukan karena sistem konstitutif lebih

menjamin kepastian hukum dibanding sistem deklaratif. Sistem deklaratif yang

mendasar kepada perlindungan hukum untuk mereka yang menggunakan invensi

nya terlebih dahulu yang terjadi pada pemakaian merek, hal ini kurang menjamin

pada kepastian hukumnya dan menimbulkan persoalan dan hambatan dalam

dunia usaha, sehingga dirubahlah sistem dalam Hak Kekayaan Intelektual

menjadi konstitutif. Dalam penjelasan Undang-Undang Paten disebutkan bahwa

paten diberikan diberikan negara bila diminta oleh penemu, baik perseorangan

atau badan hukum yang berhak atas invensi tersebut. Selanjutnya dinyatakan

bahwa paten adalah temuan teknologi yang lahir dari karya intelektual manusia.

Melibatkan tenaga dan waktu dan biaya, maka teknologi memiliki nilai atau

manfaat ekonomi. Oleh karena itu temuan teknologi tersebut harus diberi

perlindungan hukum. Agar mendapat perlindungan hukum oleh Negara penemu

paten perlu mendaftarkan invensinya didaftarkan dan dicatatkan.

D.Pembatalan Paten

Undang-Undang Paten menegaskan bahwa ada 3 (tiga) macam

pembatalan paten, yaitu Pertama, karena batal demi hukum, Kedua, batal atas

permohonan pemegang paten, dan Ketiga, batal karena adanya gugatan. Paten

yang dinyatakan batal demi hukum apabila pemegang paten tidak memenuhi

kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh

undang-undang, yang akan diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual kepada pemegang paten serta penerima lisensi dan

mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut. Paten yang dinyatakan batal

demi hukum ini akan dicatat dan diumumkan.

16Rahmi Jened, Hukum Merek (dalam Era Globalisasi dan Integrasi Ekonomi), (Jakarta:

Kencana, 2015), h. 1-16

Page 58: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

48

Untuk pembatalan paten atas permohonan pemegang paten dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untukseluruh atau sebagian atas

permohonan paten yang diajukan. Atas pembatalan paten ini tidak dapat

dilakukan jika penerima lisensi tidak memberikan persetujuan secara tertulis

yang dilampirkan pada permohonan pembatalan tersebut. Selanjutnya keputusan

pembatalan paten tersebut diberitahukan secara tertulis oleh Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual seperti halnya batal demi hukum. Sedangkan untuk

pembatalan paten karena gugatan terjadi karena adanya gugatan yang diajukan

oleh pihak ketiga kepada pemegang paten melalui Pengadilan Niaga dalam hal

paten tersebut sama dengan paten lain yang telah diberikan kepada pihak lain

untuk invensi yang sama berdasarkan undang-undang. Gugatan pembatalan

dapat juga dilakukan oleh Jaksa terhadap pemegang paten atau penerima lisensi

dalam hal pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu mencegah

berlangsungnya pelaksanaan paten dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak

tanggal pemberian lisensi-wajib yang bersangkutan atau sejak tanggal

pemberian lisensi-wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-wajib.

Akibat hukum dari adanya pembatalan paten adalah :

1) akan menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan paten dan

hal-hal lain yang berasal dari paten tersebut;

2) penerima lisensi tetap berhak melaksanakan lisensi yang dimilikinya sampai

dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi

yaitu penerima lisensi yang dibatalkan karena alasan paten yang digugat

pembatalannya sama dengan paten lain yang telah diberikan kepada pihak

lain untuk invensi yang sama berdasarkan undang-undang;

3).Penerimaan lisensi tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang

seharusnya masih wajib dilakukan kepada pemegang paten yang patennya

dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu

lisensi yang dimilikinya kepada pemegang paten yang berhak. Apabila

pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima lisensi,

pemegang paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalti sesuai dengan

sisa jangka waktu pengguna lisensi kepada pemegang paten yang berhak.

Page 59: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

49

Ketentuan tentang Pembatalan Paten dimuat dalam Pasal 91 Undang-Undang14

Tahun 2001 yaitu:

(1) Gugatan pembatalan Paten dapat dilakukan apabila:

a.Paten tersebut menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

Pasal 6, atau Pasal 7 seharusnya tidak diberikan;

b.Paten tersebut sama dengan Paten lain yang telah diberikan kepada pihak

lain untuk Invensi yang sama berdasarkan Undang-undang ini;

c.pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu mencegah berlangsungnya

pelaksanaan Paten dalam bentuk dan cara yang merugikan kepentingan

masyarakat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal pemberian

lisensi-wajib yang bersangkutan atau sejak tanggal pemberian lisensi-

wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-wajib.

(2) Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a diajukan oleh pihak ketiga kepada Pemegang Paten melalui

Pengadilan Niaga.

(3) Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dapat diajukan oleh Pemegang Paten atau penerima Lisensi kepada

Pengadilan Niaga agar Paten lain yang sama dengan Patennya dibatalkan.

(4) Gugatan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat

diajukan oleh jaksa terhadap Pemegang Paten atau penerima lisensi-wajib

kepada Pengadilan Niaga.

E. Jangka Waktu Perlindungan Paten

Suatu ciptaan yang memenuhi persyatan perlidungan Hak Cipta secara

otomatis akan dilindungi selama jangka waktu tertentu. Ketentuan undang-

undang Hak Kekayaan Intelektual, setiap karya intelektual yang terdaftar

ditentukan masa perlindungannya, yang tentunya selama masa perlindungan

tersebut, karya intelektual tersebut tidak boleh digunakan oleh pihak lain yang

tidak memiliki izin dari pemegang lisensi karya intelektual tersebut, untuk Hak

Paten menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 negara mengatur masa

perlindungannya dibatasi sampai 20 tahun, dimulai dari tanggal penerimaan

Page 60: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

50

permintaan paten (filling date), yang tanggalnya dinyatakan dalam surat paten

yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI)

kepada Pemegang lisensi.

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 menentukan apabila masa

perlindungan paten sudah melampaui 20 tahun maka invensi tersebut sudah

resmi menjadi milik umum (public domain), siapapun diperbolehkan

menggunakan invensi tersebut tanpa perlu lisensi atau membayar royalti kepada

pemegang paten sebelumnya yang bersangkutan.

Jangka waktu yang diberikan oleh Negara menurut Undang-Undang

tergolong sangat singkat untuk dilakukan komersialisasi produk paten tersebut.

Jika Paten tidak segera dilaksanakan, komersialisasi paten tidak akan maksimal,

jika dibandingkan dengan biaya pendaftaran dan biaya pemeliharaan paten yang

cukup mahal.17

17 Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung :

OaseMedia, 2010), h.1056

Page 61: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

51

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN SENGKETA PATEN INSULASI PANAS

(PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017)

A. Posisi Kasus

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 144 PK/Pdt.Sus-

HKI/2017 merupakan kasus sengketa Paten antara perusahaan Pemegang lisensi

Hak Paten Insulasi panas yaitu P.T Toilon Indonesia selaku Tergugat dengan P.T

Cintas Sentul Raya sebagai Penggugat, sebuah perusahaan yang mengimpor,

menjual dan memproduksi produk Insulasi panas untuk keperluan industri di

Indonesia.

Gugatan pertama dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan

Nomor 50/PATEN/2012/PN.NIAGA/JKT.PST pada tanggal 14 agustus 2012. P.T

Toilon Indonesia, berkedudukan di Jalan Raya Serang, KM 16,8, Desa Telaga,

Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, yang diwakili oleh Direktur

Utama Je Kyung Jong, dalam hal ini memberi kuasa kepada Nurwidiatmo, S.H.,

M.M., M.M., Advokat, berkantor Jalan Raya Hankam Nomor 50A, Jati Rahayu,

Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal

30 November 2016 merupakan Pemegang lisensi Hak Paten atas Insulasi panas

Paten Nomor ID P0029369 B yang berjudul “Insulasi Panas” atas nama Tergugat

pada Turut Tergugat yang diajukan pada tanggal 7 Agustus 2009 dan diberi paten

pada tanggal 13 Oktober 2011.

Klaim Paten pada sertifikat Paten ID P0029369 pada dasarnya berisi Klaim

1 berisi Tentang Proses pembuatan insulasi panas yang dapat digunakan untuk

insulasi suara, konstruksi dan industri yang merupakan busa (crosslinked foam)

dilekatkan ke peralatan yang akan di-insulasi dengan proses melalui tahap-tahap

yaitu:

1) Bahan baku LDPE (Iow density polyehylene), ditimbang sesuai dengan

rencana;

2) Pengadukan bahan baku PE, TSK, OCP dalam mesin kneader;

Page 62: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

52

3) Bahan baku yang telah dipanaskan dikirim melalui konveyor;

4) Pembentukan butiran-butiran bahan baku hasil mesin kneader;

5) Pencampuran dengan bahan pembantu;

6) -Bahan tambahan (H40/KCN/HOPE/EVA);

7) Pemanasan untuk pembuatan lembaran solid sheet; pemanasan temperatur

tinggi menghasilkan busa berbentuk lembaran dan mesin foaming oven;

8) Pendinginan lembaran busa;

9) Pemotongan sisa-sisa busa;

10) Penggulungan sehingga dihasilkan busa dalam bentuk rol;

11) Pengepakan busa;

12) Proses tingkat lanjut, laminating busa dengan alumnium foil;

Klaim 2 berisi Tentang Produk Insulasi panas yang dibuat melalui Proses pada

Klaim 1, yang dapat digunakan untuk insulasi suara, konstruksi dan industri yang

merupakan busa (crosslinked foam) dilekatkan ke peralatan yang akan di-insulasi

sesuai dengan klaim 1 dimana meng gunakan bahan PP dan PE yang terdiri dari:

1) LDPE (Iow density polyethylene) yang merupakan senyawa polyethylene

berbentuk butiran; - D 1500 PE (pigmen organik sintetis berbentuk powder

yang berfungsi sebagai pengeras foam); - D 1500 TSK (pigmen organik sintetis

berbentuk powder yang berfungsi sebagai pelunak foam);

2) Master batch colour (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi

sebagai pewarna);

3) DCP (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang berfungsi sebagai

pembentukan kerangka foam);

4) LDPE (Iow density polyethylene) senyawa polyethylene berbentuk butiran;

5) D 1500 TSK (berfungsi sebagai pelunak foam, terdiri dari azodicarbonamite

30% + LOPE 70%);

6) D 1500 PE (berfungsi sebagai pengeras foam, terdiri dari LDPE 70% + 30% D

1500 PE);

7) H40 (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi sebagai bahan anti

api, terdiri dari Oearbone 25 kg + LDPE 40 kg + sb203 Antimony 8,3 Kg);

Page 63: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

53

8) KCN (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi sebagai

pengembang, terdiri dari LDPE 70% + MgOh2;

9) DCP (berfungsi sebagai pembentukan kerangka foam, terdiri dari LDPE 70 Kg

+ 3,5 Kg DCP);

Gambar 1.4 Produk Insulasi Panas Tergugat1

Gambar diatas adalah contoh produk insulasi panas yang diproduksi oleh

P.T Toilon Indonesia yaitu Crosslinked Polyethylene Foam (XPE) sheet yang

diklaim diproduksi dalam gulungan terus menerus menghasilkan busa dengan

seragam, sel tertutup dan kulit halus di kedua sisi. Ringan, fleksibel dan lembut

untuk disentuh, namun kuat, tangguh, tahan banting dan tahan terhadap

kelembapan, bahan kimia dan suhu tinggi.

1 http://www.toilon.co.id/en/xpe-foam-sheet/ diakses pada tanggal 01-11-2018 pada pukul

20.00.

Page 64: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

54

Dibandingkan dengan non-crosslinked polyethylene Foam, XPE

menawarkan stabilitas termal yang luar biasa dan sifat isolasi dimensi membaik

ditambah konsistensi dan stabilitas atas berbagai metode fabrikasi pada pengguna

akhir kondisi. Busa digunakan untuk menyerap suara isolasi dan bahan-bahan

dalam berbagai desain dan wadah yang sesuai di bidang konstruksi bangunan dan

tempat isolasi termal, melawan kelembaban, suara dan getaran yang kritis.2

Gambar 1.5 Produk Insulasi Panas Toilon

Penggugat yaitu P.T Cintas Sentul Raya menyatakan bahwa proses dan

produk insulasi panas yang digunakan oleh penggugat sama dengan yang

digunakan dan diklaim Paten dengan Nomor ID P0029369 B yang terdaftar atas

nama P.T. Toilon Indonesia selaku tergugat dan PT.Cintas Sentul Raya sebagai

pihak ketiga (3) yang berhak mengajukan gugatan Pembatalan Paten yang

terdaftar atas nama Tergugat.

P.T Cintas Sentul adalah pihak yang pernah membeli atau menjadi

distributor produk milik P.T Toilon Indonesia selama beberapa tahun/bulan,

namun karena adanya ketidakcocokan atau Penggugat mempunyai keinginan

untuk bisa memproduksi dalam jumlah banyak dan tidak terikat dengan Pemohon

Kasasi/Tergugat yang notabene sebagai pemilik paten Paten Nomor ID P0029369

yang telah secara sah diperoleh secara hukum

2 http://www.toilon.co.id/en/xpe-foam-sheet/ diakses pada tanggal 01-11-2018 pada pukul

20.00.

Page 65: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

55

Penggugat menyatakan bahwa Paten ID P0029369 B yang tergugat ajukan

dinilai tidak memiliki nilai kebaruan (Lack of Novelty), Penggugat menyatakan

bahwa Teknologi Insulasi Panas yang diajukan Paten oleh tergugat dianggap telah

diungkap sebelumnya sesuai dengan Pasal 3 Ayat (1) Undang Undang Nomor

14/2001 Tentang Paten menyatakan “Suatu Invensi dianggap baru jika pada

tanggal Penerimaan, Invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang

diungkapkan sebelumnya” dan dianggap banyak dijumpai produk-produk yang

sama dengan klaim tergugat diperdagangkan yang berarti digunakan jauh sebelum

Sertifikat Paten milik Tergugat didaftarkan kepada Turut Tergugat.

Proses pembuatan insulasi panas pada klaim 1 dinilai tidak baru

dikarenakan tahapan-tahapan dalam proses pembuatan insulasi panas tersebut

adalah telah umum, telah dikenal atau diketahui, sama dengan teknologi yang

diungkapkan sebelumnya dan dinilai tidak jelas (Lack of Clarity) dan Tidak dapat

diterapkan dalam Industri (Lack of Industrial Applicable), yang diatur dalam Pasal

5 Undang-Undang 14 tahun 2001 Tentang paten yang menyatakan, "Suatu invensi

dapat diterapkan dalam industri jika invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam

industri sebagaimana yang diuraikan dalam permohonan”, Penjelasan Pasal 5

Undang Undang Nomor 14/2001 Tentang Paten menyatakan “Jika invensi

tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus mampu dibuat secara

berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika

invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu dijalankan atau digunakan

dalam praktik”.

Gugatan yang diajukan penggugat kepada Pengadilan Niaga pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat adalah :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya

2. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak baru (lack of novelty);

3. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak mengandung langkah Inventif (lack of

inventive step);

Page 66: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

56

4. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak jelas dan tidak dapat diterapkan di dalam

Industri (lack of industrial applicable);

5. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” tidak memenuhi persyaratan patentabilitas

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 Undang Undang 14/2001 Tentang Paten

sehingga klaim-klaim tersebut seharusnya tidak diberikan paten atau ditolak;

6. Membatalkan klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” yang terdaftar atas nama Tergugat;

7. Membatalkan Sertifikat Paten Nomor ID. P0029369 B tertanggal Pemberian

13 Oktober 2011 untuk Invensi dengan Judul “Insulasi Panas” atas nama

Pemegang Paten PT Toilon Indonesia yang beralamat di JaIan Raya Serang

Km. 16.8 Desa Telaga, Cikupa, Tangerang;

8. Memerintahkan kepada Turut Tergugat untuk mencatat dan mengumumkan

Putusan Pembatalan Paten atas nama Tergugat;

9. Menghukum Tergugat untuk membayar bea perkara.

Dapat disimpulkan bahwa Invensi yang diajukan tergugat terbukti bukanlah

hal yang baru dan sudah diungkap jauh sebelumnya yaitu tidak mengandung

langkah inventif sehingga tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 5

Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten, oleh karenanya klaim 1

dan klaim 2 invensi ID P0029369 B tersebut harusnya tidak diberi paten atau

ditolak oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual selaku panitia pendaftaran

yang memegang penuh kuasa tertinggi dalam hal kekayaan Hak intelektual yaitu

hak Paten.

Klaim 1 khususnya pada halaman 8 baris ke 20-21 dalam dokumen paten

tersebut dimana disebutkan “pemanasan temperatur tinggi menghasilkan busa

berbentuk lembaran dan mesin foaming oven” dinilai tidak jelas, Dalam hal ini,

sangatlah tidak mungkin untuk dapat melaksanakan tahapan proses menurut klaim

1 tersebut dikarenakan tidak mungkinnnya tahapan pekerjaan pemanasan

temperatur tinggi tersebut menghasilkan "mesin foam oven".

Page 67: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

57

Pada klaim 2 fitur produk insulasi panas yang dihasilkan tidak memiliki

kejelasan khususnya pada pernyataan dimana disebutkan dimana menggunakan

bahan PP dan PE, yang artinya komposisi di dalam produk insulasi panas menurut

invensi ID P0029369 B harus mengandung bahan PP dan PE. Namun, fitur-fitur

klaim 2 tersebut temyata tidak pernah menyebutkan PP dan PE akan tetapi produk

insulasi panas tersebut hanya menyebutkan bahan PE saja sehingga klaim 2

tersebut dinyatakan tidak jelas dan tidak didukung oleh fitur-fitur klaim 2 tersebut

yang tidak pernah menyebutkan bahan PP sebagai komposisi bahan utamanya.

Produk yang dijelaskan pada klaim 2 yang dibuat dengan tahapan sesuai yang

disebut dalam klaim 1 dan semua tahapan tersebut harus terpenuhi agar produk

insulasi panas yang dimaksud dapat terbentuk, Akan tetapi klaim 2 invensi ID

P0029369 B sangat tidak jelas sehubungan dengan tidak adanya fitur mengenai

aluminium foil sebagai bagian utama dari produk insulasi panas yang dihasilkan

oleh proses pembuatan pada klaim 1 tersebut .

Bahwa ketidakberadaan aluminium foil yang merupakan komponen yang

harus ada ketika tahapan proses pembuatan insulasi panas pada klaim 1 dilakukan

dan menjadikan klaim 2 invensi ID P0029369 B dinilai tidak jelas dan tidak dapat

diterapkan dalam industri yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 Undang

Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten dan seharusnya tidak diberi paten

atau ditolak.

Bukti yang diajukan Penggugat Tentang teknologi yang dianggap proses

teknis dan cara produksinya yang telah diungkap sebelumnya berupa Teknologi

insulasi untuk alat-alat audio dan pengeras suara dengan bahan polistirena untuk

peredam panas yang sudah banyak diperdagangkan di pasar umum dan dinilai

bukan sesuatu yang baru yang tidak perlu diberikan sertifikat paten.

B. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Indonesia dalam Kasus Paten

Insulasi Panas

Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai badan tertinggi pelaksana

kekuasaan kehakiman yang membawahi 4 (empat) badan peradilan di bawahnya,

yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata

Page 68: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

58

usaha negara telah menentukan bahwa putusan hakim harus mempertimbangkan

segala aspek yang bersifat yuridis, filosofis, dan sosiologi, sehingga keadilan yang

ingin dicapai, diwujudkan, dan dipertanggungjawabkan dalam putusan hakim

adalah keadilan yang berorientasi pada keadilan hukum (legal justice), keadilan

moral (moral justice), dan keadilan masyarakat (social justice). 3

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, disamping itu

juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga

pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat.4. Pada

kasus ini Majelis Hakim Mahkamah Agung telah memberikan pertimbangan

terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

telah memberi Putusan Nomor 50/Paten/2012/PN Niaga Jkt. Pst.,tanggal 18-09-

2014 yang amarnya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan bahwa Klaim 1 dan Klaim Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak baru (lack of novelty);

3. Menyatakan bahwa Klaim 1 dan Klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak mengandung langkah Inventif (lack of

inventive step);

4. Menyatakan bahwa Klaim 1 dan Klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak jelas dan tidak dapat diterapkan di dalam

Industri (lack of industrial applicable);

5. Menyatakan bahwa Klaim 1 dan Klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” tidak memenuhi persyaratan patentabilitas

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 Undang Undang 14/2001 Tentang Paten

sehingga klaim-klaim tersebut seharusnya tidak diberikan paten atau ditolak

3Achmad Rifa’I, Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif Hukum Progresif),

(Jakarta:Sinar Grafika, 2011), h. 126

4Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), h. 140

Page 69: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

59

6. Membatalkan Klaim 1 dan Klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” yang terdaftar atas nama Tergugat;

7. Membatalkan Sertifikat Paten Nomor ID. P0029369 B tertanggal Pemberian 13

Oktober 2011 untuk Invensi dengan Judul “Insulasi Panas” atas nama

Pemegang Paten PT Toilon Indonesia yang beralamat di JaIan Raya Serang

Km. 16.8 Desa Telaga, Cikupa, Tangerang;

8. Memerintahkan kepada Turut Tergugat untuk mencatat dan mengumumkan

Putusan Pembatalan Paten atas nama Tergugat;

9. Menghukum Tergugat untuk membayar bea perkara;

Bahwa terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat dan Turut Tergugat tidak

dapat menerima hasil putusan Pengadilan Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat Putusan Nomor 50/Paten/2012/PN Niaga Jkt. Pst., tanggal

18 September 2014, oleh karena itu Tergugat mengajukan Eksepsi yang

menyatakan atas gugatan yang diajukan penggugat bahwa PT.Cintas Sentul Raya

tidak dapat dikualifikasi sebagai pihak yang dapat mengajukan gugatan

pembatalan yang bersifat pembatalan karena penggugat bukan pemegang paten

atau penerima lisensi dan diangap secara hukum bahwa gugatan penggugat adalah

cacad hukum sehingga patut dinyatakan tidak dapat diterima gugatannya.

Tergugat juga berpendapat bahwa Dokumen-dokumen asing yang

digunakan sebagai bukti oleh penggugat dinilai tidak sah karena tidak dilegalisasi

dan bukti tersebut dalam bentuk fotokopi yang tidak pernah diperlihatkan aslinya

di persidangan, karena bukti yang sah dalam kaidah hukum positif yang doktrin

hukum dari Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H menyatakan bahwa fotokopi

dapat diterima sebagai alat bukti apabila fotokopi itu disertai "Keterangan atau

dengan jalan apapun secara sah dari mana ternyata bahwa fotokopi-fotokopi

tersebut dengan aslinya"5. P.T Toilon Indonesia mengklaim bahwa produk mereka

dinilai memiliki nilai invensi bahwa sebenarnya teknologi pada paten terdaftar

milik P.T Toilon Indonesia adalah suatu paten yang baru dan mengandung

langkah inventif karena memiliki fungsi teknis yang berbeda secara fundamental

5 Sudikno, Mertokusumo, "Hukum Acara Perdata Indonesia", (Yogyakarta,Penerbit

Liberty,1979), h. 167

Page 70: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

60

dengan seluruh teknologi pembanding yang diajukan Penggugat dan dianggap

telah terbukti bahwa bahan baku dan fungsi yang berbeda dengan teknologi

pembanding tersebut dan Invensi tergugat merupakan penyempurnaan dari

seluruh teknologi-teknologi sebelumnya

Terhadap upaya hukum permohonan kasasi, Mahkamah Agung telah

menjatuhkan putusan Nomor 54 K/Pdt.Sus-HKI/2015 yang amar putusannya

menyatakan menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi P.T Toilon

Indonesia dan Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya

perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Mahkamah Agung yang telah dalam yurisprudensi nya yang berkekuatan hukum

tetap juga telah menyatakan bahwa telah dapat dibuktikan dan dipertimbangkan

dengan benar oleh Judex Facti kepemilikan paten yang diterima Tergugat adalah

tidak baru, oleh karena memang sudah ada sebelumnya sehingga pemberian paten

“Insulasi Panas” kepada Tergugat tidak mengandung langkah inventif.

Bahwa sesudah Putusan Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum

tetap tersebut diberitahukan kepada Pemohon Kasasi dahulu Tergugat pada

tanggal 17 Februari 2015, terhadap putusan tersebut, oleh P.T Toilon Indonesia

dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30

November 2016 mengajukan permohonan pemeriksaan peninjauan kembali di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 13 Januari

2017 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan Kembali.

Pihak P.T Toilon Indonesia menyatakan bahwa gugatan penggugat atas

pendaftaran paten dengan Nomor ID P0029369 B atas nama P.T Toilon Indonesia

tidak ada terdaftar di kantor Paten sehingga tidak bisa dieksekusi karena yang

terdaftar adalah P00290369 (tidak ada huruf B). Huruf B oleh Termohon

Peninjauan Kembali mungkin terlihat sederhana dan tidak signifikan. Namun

demikian pada kenyataannya pencantuman huruf B tersebut menjadi sangat

fundamental untuk menentukan apakah gugatan pembatalan paten yang diajukan

oleh Termohon Peninjauan Kembali dapat diterima atau tidakdan dinilai gugatan

yang diajukan P.T Cintas Sentul Raya adalah cacad hukum sehingga patut

dinyatakan tidak dapat diterima gugatannya. Pemohon Peninjauan Kembali

Page 71: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

61

memohon kepada Majelis Hakim Agung yang Terhormat untuk membatalkan

Putusan Judex Facti dan Putusan Judex Juris dan menyatakan gugatan Termohon

Peninjauan Kembali tidak dapat diterima karena telah terbukti bahwa putusan-

putusan justru membatalkan lampiran sertifikat paten dan bukan sertifikat paten

itu sendiri.

Bahwa setelah membaca dan meneliti secara saksama memori peninjauan

kembali dan kontra memori peninjauan kembali para pihak dihubungkan dengan

pertimbangan hukum Putusan Judex Facti dan Judex Juris dalam perkara a quo,

di samping tidak terdapat kekhilafan Hakim ataupun kekeliruan yang nyata,

ternyata bukti-bukti baru (novum) yang dimaksud Pemohon Peninjauan Kembali

dahulu Tergugat selain dari pada beberapa bukti baru (novum) berupa Peraturan

Pemerintah, Peraturan Menteri dan Surat Edaran serta buku, bukti-bukti baru

(novum) selebihnya ternyata bukan merupakan bukti yang menentukan dalam

perkara a quo karena di samping bukti-bukti baru (novum) tersebut sebagian besar

tidak dapat diperlihatkan aslinya dan juga bukti-bukti baru (novum) selebihnya

tidak mempunyai hubungan langsung dengan pokok sengketa sehingga Pemohon

Peninjauan Kembali dahulu Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa paten telah

mengandung unsur kebaruan dalam inventifnya;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah Agung

berpendapat permohonan pemeriksaan peninjauan kembali yang diajukan oleh

Pemohon Peninjuan Kembali: PT TOILON INDONESIA tidak beralasan,

sehingga harus ditolak; Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan

kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali ditolak, maka Pemohon Peninjauan

Kembali dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan

kembali.

Mahkamah Agung telah salah dalam melakukan pemeriksaan perkara

perdata di Pengadilan bila dihadiri kedua belah pihak, yaitu pihak Penggugat dan

pihak Tergugat, maka kita mengenal suatu asas pemeriksaan perkara yaitu asas

audi et alteram partem Asas ini berarti bahwa hakim tidak boleh menerima

keterangan dari salah satu pihak sebagai benar, bila pihak lawan tidak didengar

atau tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini berarti

Page 72: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

62

juga pengajuan alat bukti harus dilakukan dimuka sidang yang dihadiri kedua

belah pihak. Asas ini juga mengandung pengertian, bahwa dalam hukum acara

perdata kedua belah pihak harus diperlakukan sama, tidak memihak dan harus

didengar secara bersama-sama; Penerapan asas tersebut bertujuan untuk

memberikan jaminan, bahwa proses peradilan perdata berlangsung secara tidak

memihak (imparsial) guna menegakkan kebenaran dan keadilan6. Disamping itu

penerapan asas ini diharapkan dapat menepis pendapat yang miring terhadap

lembaga Peradilan, bahwa keadilan dalam perkara perdata itu hanya didapatkan

oleh orang berpunya dan tidak akan didapatkan oleh orang yang papa;

Bahwa menurut peneliti putusan Mahkamah Agung dalam memutus kasus

Paten Insulasi Panas belum tepat karena seharusnya unsur terpenting dalam

pemberian hak paten bukan hanya unsur kebaruan,akan tetapi dalam suatu

pertimbangan hakim atas kasus pembatalan paten insulasi panas setidaknya harus

memuat: (1) identifikasi invensi dalam klaim yang didukung deskripsi, (2)

identifikasi invensi pembanding yang ada sebelum tanggal penerimaan; dan (3)

antisipasi invensi terdahulu terhadap invensi yang disangka tidak baru yang

dilakukan atas setiap satuan klaim dari paten yang hendak dibatalkan.

C.Analisis Putusan Pembatalan Hak Paten Insulasi Panas

1. Pembuktian Kebaruan dalam Invensi Paten Insulasi Panas

Bahwa sesuai dengan tujuan pemberian Paten yaitu untuk memberikan

penghargaan atas suatu hasil karya berupa penemuan baru yang dengan adanya

penghargaan dimaksud akan mendorong penemuan teknologi baru, maka sudah

sepatutnya Undang-undang memberikan perlindungan atas Invensi dimaksud bagi

para Inventornya P.T Toilon Indonesia mendaftarkan invensinya pada 2009 yaitu

Suatu insulasi panas yang dapat digunakan untuk insulasi suara, konstruksi, dan

industri, yang merupakan busa (crosslinked foam) dilekatkan ke peralatan yang

akan diinsulasi sangat jelas perbedaanya secara signifikan dengan invensi lain

yang dijadikan pembanding dilihat dari struktur bahan insulasi panas yang terdiri

6 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta, cetakan ke-

3,Liberti,1981), h. 12

Page 73: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

63

dari tiga layer/lapis, yaitu lapis tengah, dan lapis dasar. Sedangkan bahan yang

digunakan dalam teknologi pembanding menggunakan folium alumunium, dan

polyuethane, bahan ini jelas tidak digunakan dalam paten ID P0029369 Insulasi

Panas dan jika dibandingkan dengan invensi EP 1273435A1 dari Kantor Paten

Eropa yaitu paten Lembar Laminasi (Laminate Sheet), memang ada kesamaan

dalam penggunaan poliethylene tapi penggunaannya yang berbeda karena invensi

dari ID P0029369 B Tentang Insulasi Panas yaitu adalah pemanfaatan bahan

polyethilen bersama dengan bahan-bahan yang lain yang kemudian menghasilkan

suatu insulasi panas dengan struktur dan kualitas tertentu yang diklaim pada klaim

2 Paten milik Tergugat.

Suatu invensi dapat dikatakan baru jika tidak didahului pengetahuan dan

kecakapan terdahulu (prior art). Penemuan terdahulu adalah penemuan dan segala

bentuk informasi yang terkait dengan penemuan tersebut yang telah ada sebelum

penemuan yang bersangkutan diajukan permintaan paten atau sebelum tanggal

pengajuan permintaan paten yang bersangkutan; Bahwa, pengetahuan dan

kecakapan terdahulu (prior art) meliputi halhal yang diungkapkan(disclose)

kepada umum dengan cara: 1. Publikasi dalam bentuk yang nyata seperti tulisan,

gambar dan rekaman, atau; 2. Bentuk pengungkapan lain seperti pameran,

peragaan dan ungkapan melalui penggunaan produk atau proses;

Pihak P.T Toilon Indonesia menilai bahwa invensi teknologi nya dalam

bidang insulasi panas merupakan suatu invensi yang baru karena jika dimaknai

invensi tergugat merupakan perpaduan pemecahan teknologi yang terdiri dari

perpaduan beberapa komposisi yang berarti invensi tersebut merupakan

penyempurnaan teknologi Insulasi Panas yang sudah ada sebelumnya. Ir. Syah

Johan Ali Nasirin, M.Sc., Ph.D menyatakan bisa terjadi dua produk yang keluar

sama tetapi pembuatannya berbeda. Pembuatan busa bisa tidak melalui

mekanisme kneader tapi melalui twin struder. Bahwa teknologi kneader sendiri

setahu ahli sudah sejak tahun 1950-an dan sudah ada patennya sejak tahun 1972

oleh Furukawa. Bahwa saksi ahli mengetahui adanya insulasi panas sejak tahun

1970 tapi dalam bentuk yang lain yaitu stereofoam.

Page 74: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

64

Dokumen invensi pembanding yang diajukan penggugat dalam gugatannya

menggunakan metode yang salah karena pembandingan tersebut berupa

pembandingan tiap klaim paten, Termohon Kasasi/Penggugat dengan dokumen

pembanding secara terpisah-pisah (perbagian kalimat/fitur dari klaim) dengan

data dalam dokumen pembanding. Metode ini tidak tepat karena dalam

membandingkan klaim paten dari suatu dokumen paten dengan prior art ataupun

paten terdahulu, yang harus dibandingkan adalah tiap klaim secara utuh, yang

mana klaim tersebut mewujudkan sebuah invensi yang memiliki kebaruan dan

langkah inventif, dari sudut fungsi, kualitas, maupun perpaduan dari komposisi

atau susunan fitur-fitur yang menjadikannya sebagai satu kesatuan invensi;

Sebagai contoh sebuah klaim paten A yang tersusun dari bahan (fitur) B, C,

D, dan X. Apabila B atau C merupakan alat atau teknologi yang sudah ada, bukan

berarti serta merta A merupakan invensi yang tidak baru. Karena nilai kebaruan

dalam klaim paten A disini harus dimaknai secara utuh yaitu adalah produk/proses

kombinasi atau perpaduan pemecahan masalah teknologi yang terdiri dari

perpaduan B, C, D, dan X yang menyebabkan A menjadi suatu produk yang

memiliki kualitas atau wujud yang berbeda dengan kualitas atau wujud B, C, D,

dan X itu sendiri. Dengan demikian merupakan metode yang salah apabila yang

diperbandingkan dengan prior art adalah bagian-bagian fitur dari klaim. Bukan

klaim secara utuh. Dalam doktrin hukum paten, klaim paten harus mengikuti

kaedah one sentence rule, yaitu klaim paten harus dibuat dalam bentuk sebuah

kalimat utuh, dimana pemaknaan dari lingkup/cakupan klaim juga harus dilihat

sebagai satu atau sebuah klaim secara utuh, dimana bagian-bagian klaim

(komposisi, bahan, atau proses) hanya merupakan ciri-ciri khusus yang

mempertajam klaim, namun bagian/fitur klaim itu bukan dapat dianggap sebagai

sebuah klaim yang berdiri sendiri;

Bahkan hanya mengenai tutup botol air mineral merk “AQUA” dan selang

pada motor milik Astra bisa dipatenkan. Hal ini menunjukkan meski dalam

lingkup atau bidang yang sama asalkan memiliki “sedikit” kebaruan dengan

tahapan yang detail dapat memperoleh paten. Hal ini tidaklah berlebihan jika kita

membandingkan dengan syarat memperoleh gelar “Doktor”, dengan sedikit

Page 75: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

65

penemuan yang baru dalam disertasi atas suatu teori maka bisa sangat

dimungkinkan dengan proses yang terstandarisasi dapat memperoleh gelar

Doktor.

Pembatalan paten insulasi panas milik P.T Toilon tidak sesuai dengan teori

karya yang titik tekannya ada pada aspek proses menghasilkan sesuatu dan sesuatu

yang dihasilkan. Semua orang memiliki otak, namun tidak semua orang mampu

mendayagunakan fungsi otaknya (intelektual) untuk menghasilkan sesuatu.

Menghasilkan suatu karya (produk) tidak serba otomatis, melainkan melalui tahap

tahap yang harus dilewati. Maka proses berkarya yang menghasilkan suatu ciptaan

atau temuan (invensi) sekaligus menimbulkan kekuasaan terhadap ciptaan, desain

atau invensi tersebut.Sehingga orang lain tidak boleh mengakui ciptaan atau

invensi orang lain, dan kepada si pencipta, pendesain atau inventor harus

diberikan perlindungan hukum.

Hal ini menandakan dengan adanya Putusan Judex Facti yang mengabulkan

gugatan pembatalan paten milik Pemohon Kasasi/Tergugat, menunjukan bahwa

perlindungan terhadap pihak inventor berupa hak eksklusif yang diberikan oleh

Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya menjadi hanya isapan jempol

semata. Karena begitu mudah pihak yang mengaku-ngaku mempunyai

kepentingan dalam sebuah kegiatan distributor pada kasus a quo, untuk bisa

mengajukan gugatan pembatalan paten dan hal ini jelas bisa mengurangi niat para

calon inventor untuk bisa melakukan penemuan baru dibidang teknologi;

2. Unsur-Unsur yang seharusnya menjadi Pertimbangan Majelis Hakim

Mahkamah Agung

Penilaian yang dilakukan oleh Judex Facti dan diafirmasi oleh Judex Juris

dinilai menggunakan pemeriksaan kasat mata. Dalam hal ini, Judex Facti telah

memperbandingkan antara produk dengan paten terdaftar milik Pemohon

Peninjauan Kembali dengan memperbandingkan fisik dan penampilan dan produk

tersebut dengan bukti-bukti yang diajukan oleh P.T Cintas Sentul Raya. Cara

penilaian ini jelas salah karena seharusnya yang diperbandingkan adalah teknologi

yang digunakan pada tiap-tiap produk.

Page 76: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

66

Judex Facti dan Judex Juris telah mencampuradukkan pemeriksaan paten

dengan pemeriksaan pada ranah hukum desain industri dimana kebaruan memang

diukur dari penampilan fisik. Judex Facti dan Judex Juris telah menggunakan cara

penilaian kebaruan dan langkah inventif yang salah. Pemeriksaan kasat mata

tidaklah cukup, karena ada begitu banyak jenis produk yang sama yang telah

tercipta sejak dahulu. Untuk melihat sebuah produk yang telah mempunyai paten

dapat dikatakan sama atau berbeda dengan produk yang sama jenisnya, “Tidak

bisa dilihat dari kasat mata/secara fisik, melainkan harus di uji lab terlebih dahulu

untuk bisa mengetahui komposisinya maupun cara/proses pembuatannya , salah

satu bukti adalah produk handphone (telepon selular) yang banyak beredar di

pasaran dengan bentuk fisik dan penampilan yang sama bahkan identik, padahal

diciptakan oleh produsen yang berbeda dan menggunakan teknologi yang berbeda

pula. Pertanyaannya tentu saja apakah suatu handphone dapat dikatakan

melanggar teknologi paten pada handphone lainnya semata-mata dengan

mengamat-amati fisik produk? Tentu saja tidak. Yang harus diperbandingkan

adalah teknologi yang digunakan pada kedua handphone tersebut. Demikian juga

ilustrasi kasus di atas harus berlaku di dalam perkara a quo. Judex Facti dan Judex

Juris seharusnya tidak menggunakan penilaian secara fisik untuk menilai

kebaruan dan langkah inventif dalam perkara pembatalan paten dengan objek

perkara masalah teknologi paten. Judex Facti dan Judex Juris seharusnya

memeriksa, mencermati, meniliti dan terakhir, memperbandingkan paten yang

digunakan dalam bukti-bukti pembanding yang diajukan oleh Termohon

Peninjauan Kembali dengan teknologi paten pada paten terdaftar milik Pemohon

Peninjauan Kembali sebelum memutusan apapun..

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, banyak hasil invensi yang

merupakan hasil penyempurnaan dari invensi yang sudah ada, sama halnya

dengan invensi Paten ID P0029369 mengenai Insulasi Panas milik P.T Toilon

Indonesia yang diklaim adalah cara baru untuk teknologi insulasi panas yang lebih

efisien dengan memanfaatkan bahan polyethilen bersama dengan bahan-bahan

yang lain yang kemudian menghasilkan suatu insulasi panas dengan struktur dan

kualitas tertentu merupakan perpaduan pemecahan teknologi yang terdiri dari

Page 77: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

67

perpaduan beberapa komposisi yang berarti invensi tersebut merupakan

penyempurnaan teknologi Insulasi Panas yang sudah ada Keadaan ini biasanya

terjadi dalam pelaksanaan Paten yang merupakan hasil penyempurnaan atau

pengembangan Invensi yang lebih dahulu telah dilindungi paten. Pasal 1 Ayat (2)

Undang-Undang 14 tahun 2001 Tentang Paten menyatakan bahwa “Invensi

adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah

yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan

dan pengembangan produk atau proses” dan pada Pasal 82 Ayat (1) Undang-

Undang no 14 tahun 2001 mengatur Tentang Paten yang merupakan hasil

penyempurnaan atau pengembangan Invensi yang lebih dahulu telah dilindungi

Paten karenanya pelaksanaan Paten yang baru tersebut berarti melaksanakan

sebagian atau seluruh Invensi yang telah dilindungi Paten yang dimiliki oleh pihak

lain. Apabila Pemegang Paten terdahulu memberi Lisensi kepada Pemegang Paten

berikutnya, yang memungkinkan terlaksananya Paten berikutnya tersebut, maka

dalam hal ini tidak ada masalah pelanggaran Paten.

Hal ini hanya dapat terlaksana apabila lisensi-wajib diberikan oleh

Direktorat Jenderal. Contoh mengenai hal ini adalah sebagai berikut:

1.)Paten A terdiri atas empat klaim yang seluruhnya merupakan satu kesatuan.

2.)Paten B yang diperoleh sesudah Paten A, pada dasarnya berisikan tiga klaim

yang pada hakekatnya merupakan penyempurnaan dan pengembangan tiga klaim

di antara empat klaim pada Paten A. Sebagai hasil penyempurnaan dan

pengembangan, sudah barang tentu Paten B memiliki basis teknologi yang ada

pada Paten A. Seandainya Pemegang Paten B bermaksud akan melaksanakan

Patennya hal tersebut akan sulit tanpa melanggar salah satu klaim dalam Paten A.

Bila Pemegang Paten A memberikan Lisensi kepada Pemegang Paten B untuk

melaksanakan satu klaim miliknya, jelas tidak akan timbul masalah. Tetapi kalau

Pemegang Paten A tidak bersedia memberikan Lisensi maka satu-satunya jalan

bagi Pemegang Paten B adalah meminta lisensi-wajib ke Direktorat Jenderal.

Uraian diatas didukung dengan pendapat saksi ahli Drs. Sudirman, M.Si.

yang menyatakan bahwa paten milik tergugat sudah ada diluar negeri yakni

dengan menggunakan senyawa polymer sehingga tidak diberikan hak paten,

Page 78: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

68

namun beliau menyatakan dan menyetujui bahwa sangat mungkin dari teknologi

Insulasi panas bisa menghasilkan banyak/puluhan produk yang bisa mendapatkan

paten baru, tinggal bagaimana dilihat dari proses pembuatan dan adanya bahan

adiktif yang digunakan dalam produk tersebut sehingga bisa menghasilkan produk

yang mempunyai nilai kebaruan. Hal ini didukung dari keterangan ahli dari pihak

Penggugat Ir. Syah Johan Ali Nasirin, M.Sc., Ph.D., yang memberikan keterangan

bahwa dari paten insulin panas tahun 1972 sampai sekarang menghasilkan 46

paten dengan inovasi-inovasi.

Mobil, motor, kereta api, handphone, dan semua barang-barang yang

diberikan paten dan dilindungi juga terdaftar dari sejak jaman dahulu kala. Apakah

dengan demikian semua barang tersebut tidak baru dan tidak mengandung langkah

inventif juga? Salah, tentu saja salah, karena rejim paten mengenal pengembangan

teknologi dimana setiap orang dipacu untuk senantiasa berkreasi menciptakan

produk-produk baru demi kemakmuran umat manusia. Tidak ada satupun orang

di dunia ini yang dapat menyatakan bahwa suatu teknologi tidak baru atau

terungkap atau tidak mengandung langkah inventif apabila tidak melakukan

pemeriksaan secara mendetail atas teknologi yang digunakan dan

memperbandingkannya dengan prior art atau teknologi yang telah ada

sebelumnya.

Uraian diatas mengatur mengenai invensi yang sudah dipatenkan di

Indonesia namun ada invensi lain di yang merupakan penyempurnaan teknologi

invensi paten yang sudah terdaftar dalam Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual. Dengan menggunakan penilaian perbandingan produk untuk suatu

perkara paten, maka sebenarnya Judex Facti dan Judex Juris telah

mencampuradukkan pemeriksaan paten dengan pemeriksaan pada ranah hukum

desain industri dimana kebaruan memang diukur dari penampilan fisik. Majelis

Hakim Agung yang Terhormat Judex Facti dan Judex Juris telah menggunakan

cara penilaian kebaruan dan langkah inventif yang salah.

Pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh hakim atas sengketa yang

diperiksa dan diadilinya. Hakim harus dapat mengolah dan memproses data-data

yang diperoleh selama proses persidangan, baik dari bukti surat, saksi,

Page 79: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

69

persangkaan, pengakuan maupun sumpah yang terungkap dalam persidangan

(Lihat Pasal 164 HIR). Sehingga keputusan yang akan dijatuhkan dapat didasari

oleh rasa tanggung jawab, keadilan, kebijaksanaan, profesionalisme dan bersifat

obyektif. Pada Pasal 5 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman, dalam memutus perkara yang terpenting adalah kesimpulan hukum

atas fakta yang terungkap dipersidangan. Untuk itu hakim harus menggali nilai-

nilai, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup

dalam masyarakat.

Hal ini tidak sesuai dengan Prinsip Keadilan (The Principle of Natural

Justice) yaitu hukum memberikan perlindungan kepada pencipta/inventor berupa

suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak.

Pencipta yang menghasilkan suatu karya berdasarkan kemampuan intelektualnya

wajar jika diakui kasil karyanya.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia, supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS. an-Nisaa’: 58).

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang

diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan

berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu

dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka

berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa

sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka

disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan

manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al Maidah Ayat 49).”

Page 80: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

70

Dua Ayat diatas menurut peneliti merupakan anjuran bahwa seorang yang

mempunyai hak untuk memutuskan sesuatu yang dalam lingkup hukum berarti

Majels Hakim agar senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Kebenaran, Keadilan

dan Kemandirian didalam menjalankan tugasnya dalam penyelesaian terhadap

kasus-kasus yang diadili. Karena tanpa nilai Kebenaran, Keadilan dan

Kemandirian, maka Profesionalisme jabatan Hakim menjadi bernuansa

materialistis dan pragmatis, bukan bernuansa penjaga dan penegak keadilan bagi

masyarakat. Hakim senantiasa dituntut untuk meningkatkan intlektualitas dan

profesionalisme keilmuannya . semua itu terangkum dalam sifat Siddiq, Amanah,

Tablig dan Fathanah; Wibawa hukum dan kepastian hukum adalah buah atau hasil

dari pelaksanaan atau penegakan hukum yang benar, adil dan mandiri. Apabila

hukum ditegakkan sesuai dengan perinsip-perinsip dan kaidah-kaidah seperti

yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para Shahabatnya, maka wibawa dan

kepastian hukum pasti akan dapat ditegakkan;

3. Adanya Dualisme mengenai Kebaruan antara Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual Sebagai Panitia Pemeriksa Pendaftaran Paten dan

Hakim Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Tergugat sebagai pemegang hak paten dinyatakan tidak memiliki nilai

kebaruan (novelty), padahal sebuah permohonan paten harus melewati

pemeriksaan substantif sehingga permohonan paten tersebut bisa dikabulkan

dengan melihat 3 syarat, yakni 1. adanya sebuah kebaruan, 2. Langkah inventif

dan 3. industrial applicability, Dan ini domain dari pemeriksa paten di Ditjen Hak

Kekayaan Intelektual.

Jelas hal ini menafikan sebuah proses panjang untuk mendapatkan Sertifikat

Paten yang dikeluarkan oleh Direktorat Paten, dimana pihak pemegang paten telah

melalui rangkaian proses permohonan pemeriksaan subtantif kemudian

dipenuhinya persyaratan untuk diberi paten-hingga terbit Sertifikat Paten Nomor

P0029369, “tanpa ada penolakan permohonan paten pada komisi banding”, yang

secara keseluruhan proses administrasinya sudah memakan waktu 38 bulan (3

tahun 2 bulan).

Page 81: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

71

Sedangkan Hakim pada putusannya memutus untuk membatalkan Paten

Insulasi Panas milik Tergugat dan menyatakan bahwa invensinya tidak memiliki

nilai kebaruan yang sejatinya telah diperiksa penuh oleh Direktorat Paten dan

dinyatakan memiliki kebaruan sehingga diterbitkan sertifikat Patennya. Hal ini

seharunya tentu menimbulkan masalah yang ditimbulkan akibat terdapat

perbedaan penafsiran standar kebaruan antara Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual sebagai panitia pendaftaran paten yang meloloskan sebuah invensi

paten yang ternyata tidak memiliki unsur kebaruan (novelty) atau sudah menjadi

milik publik (public domain), dan hal ini jelas bisa mengurangi niat para calon

inventor untuk bisa melakukan penemuan baru dibidang teknologi.

Pembatalan Hak Paten yang sudah terdaftar sebelumnya dan dinyatakan

tidak memiliki unsur kebaruan (novelty) akan berpotensi menciptakan iklim

persaingan usaha yang tidak sehat (unfair competition) antara pemegang paten

dan kompetitornya. Hak paten memberikan kepada inventor hak-hak ekslusif

untuk menggunakan, memproduksi, dan memanfaatkan invensi tersebut dan

mencegah pihak lain untuk melaksanakan hak-hak tersebut tanpa izin, Adanya

dualisme dalam penerapan Hak Paten di Indonesia tentu merugikan inventor

karena perlindungan terhadap pihak inventor berupa hak eksklusif yang diberikan

oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya menjadi hanya isapan jempol

semata. Karena begitu mudah pihak yang mengaku-ngaku mempunyai

kepentingan dalam sebuah kegiatan distributor pada kasus a quo, untuk bisa

mengajukan gugatan pembatalan paten dan hal ini jelas bisa mengurangi niat para

calon inventor untuk bisa melakukan penemuan baru dibidang teknologi;

Bahwa pada dasarnya pihak penggugat yaitu P.T Cintas Sentul Raya adalah

pihak yang pernah menjadi distributor produk milik PT. Toilon namun karena

adanya ketidakcocokan pihak penggugat memiliki keinginan untuk bisa

memproduksi sendiri dalam jumlah banyak dan tidak terikat dengan pihak

tergugat yang sah sebagai pemegang paten insulasi panas yang telah melalu

rangkaian proses permohonan pemeriksaan substantif tanpa ada penolakan oleh

komisi banding .

Page 82: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uruian pembahasan yang sebagaimana yang telah disampaikan

diatas, maka dapat ditarik kesimpulan atas beberapa hal, yaitu:

1.Dari hasil analisis yuridis diketahui Putusan Mahkamah Agung yang

membatalkan paten tersebut berdasarkan kajian yuridis dalam penelitian bahwa

tidak sesuai dengan Undang-Undang 14 Tahun 2001 Tentang Paten karena

Penilaian yang dilakukan oleh Judex Facti dan diafirmasi oleh Judex Juris di atas

adalah penilaian dengan menggunakan pemeriksaan kasat mata invensi yang

merupakan inovasi terhadap inovasi yang sudah diungkap. Pemeriksaan kasat

mata tidaklah cukup, karena ada begitu banyak jenis produk yang sama yang telah

tercipta sejak dahulu. Salah satu bukti adalah produk handphone (telepon selular)

yang banyak beredar di pasaran dengan bentuk fisik dan penampilan yang sama

bahkan identik, padahal diciptakan oleh produsen yang berbeda dan menggunakan

teknologi yang berbeda pula. Bahwa Paten ID P0029369 “Insulasi Panas” terdapat

kesamaan fungsi teknis dengan paten yang sudah ada patennya sejak tahun 1972

oleh Furukawa. Pasal 1 (2) Undang-Undang 14 tahun 2001 Tentang Paten

menyatakan bahwa “Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu

kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk

atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.” Yang

berarti Paten milik Tergugat sangat layak diberi lisensi Paten karena merupakan

pengembangan atau penyempurnaan dari invensi yang sudah ada

sebelumnya.Pendapat saksi ahli Drs. Sudirman, M.Si. yang menyatakan bahwa

paten milik tergugat sudah ada diluar negeri, namun beliau menyatakan dan

menyetujui bahwa sangat mungkin dari teknologi Insulasi panas bisa

menghasilkan banyak/puluhan produk yang bisa mendapatkan paten baru, tinggal

bagaimana dilihat dari proses pembuatan dan adanya bahan adiktif yang

digunakan dalam produk tersebut sehingga bisa menghasilkan produk yang

mempunyai nilai kebaruan.

Page 83: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

73

Putusan Judex Facti yang mengabulkan gugatan pembatalan paten milik

Pemohon Kasasi/Tergugat, menunjukan bahwa perlindungan terhadap pihak

inventor berupa hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas

hasil Invensinya menjadi hanya isapan jempol semata. Karena begitu mudah pihak

yang mengaku-ngaku mempunyai kepentingan dalam sebuah kegiatan distributor

pada kasus a quo, untuk bisa mengajukan gugatan pembatalan paten dan hal ini

jelas bisa mengurangi niat para calon inventor untuk bisa melakukan penemuan

baru dibidang teknologi;

2.Ada Dualisme dalam penafsiran Nilai kebaruan antara Direktorat Paten dan

Majelis Hakim yang memutus pembatalan Paten Nomor P0029369 Insulasi Panas,

Jelas hal ini menafikan sebuah proses panjang untuk mendapatkan Sertifikat Paten

yang dikeluarkan oleh Direktorat Paten, dimana pihak pemegang paten telah

melalui rangkaian proses permohonan pemeriksaan subtantif kemudian

dipenuhinya persyaratan untuk diberi paten-hingga terbit Sertifikat Paten Nomor

P0029369, “tanpa ada penolakan permohonan paten pada komisi banding”, yang

secara keseluruhan proses administrasinya sudah memakan waktu 38 bulan (3

tahun 2 bulan). Sedangkan Hakim pada putusannya memutus untuk membatalkan

Paten Insulasi Panas milik Tergugat dan menyatakan bahwa invensinya tidak

memiliki nilai kebaruan yang sejatinya telah diperiksa penuh oleh Direktorat

Paten dan dinyatakan memiliki kebaruan sehingga diterbitkan sertifikat Patennya.

Hal ini seharunya tentu menimbulkan masalah yang ditimbulkan akibat

terdapat perbedaan penafsiran standar kebaruan antara Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual sebagai panitia pendaftaran paten yang meloloskan sebuah

invensi paten yang ternyata tidak memiliki unsur kebaruan (novelty) atau sudah

menjadi milik publik (public domain), dan hal ini jelas bisa mengurangi niat para

calon inventor untuk bisa melakukan penemuan baru dibidang teknologi.

Pembatalan Hak Paten yang sudah terdaftar sebelumnya dan dinyatakan tidak

memiliki unsur kebaruan (novelty) akan berpotensi menciptakan iklim persaingan

usaha yang tidak sehat (unfair competition) antara pemegang paten dan

kompetitornya. Hak paten memberikan kepada inventor hak-hak ekslusif untuk

Page 84: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

74

menggunakan, memproduksi, dan memanfaatkan invensi tersebut dan mencegah

pihak lain untuk melaksanakan hak-hak tersebut tanpa izin.

Adanya dualisme dalam penerapan Hak Paten di Indonesia tentu merugikan

inventor karena perlindungan terhadap pihak inventor berupa hak eksklusif yang

diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya menjadi hanya isapan

jempol semata. Karena begitu mudah pihak yang mengaku-ngaku mempunyai

kepentingan dalam sebuah kegiatan distributor pada kasus a quo, untuk bisa

mengajukan gugatan pembatalan paten dan hal ini jelas bisa mengurangi niat para

calon inventor untuk bisa melakukan penemuan baru dibidang teknologi juga

merugikan inventor yang mencurahkan segala daya upayanya dan mengeluarkan

sumber dayanya yang cukup banyak untuk mendaftarkan paten yang pada

akhirnya tidak bisa dinikmati keuntungan ekonomisnya.

Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran, yaitu:

1.Upaya Melakukan perubahan atau amandemen ketentuan Perundang-undangan

Tentang Paten, khususnya mengenai suatu standar sebuah kebaruan Invensi yang

merupakan penyempurnaan paten yang sudah ada yang menjadi fokus pada

penelitian penulis. Sehingga tidak timbul dualisme dalam penegakan penerapan

prinsip kebaruan di Indonesia, dan tidak terjadi lagi pelanggaran yang dilakukan

invensi baru terhadap invensi yang sudah ada lebih dahulu. Dengan begitu akan

menimbulkan kepastian hukum bagi para inventor yang akan lebih termotivasi

untuk menghasilkan invensi-invensi yang akan menyelesaikan masalah manusia

atau memberikan kemudahan bagi manusia.

2.Dalam menjatuhkan suatu putusan hakim lebih bisa menimbang dalam putusanya

tidak mencampuradukkan pemeriksaan paten dengan pemeriksaan pada ranah

hukum desain industri dimana kebaruan memang diukur dari penampilan fisik

yang pada dasarnya membedakan paten tidak sekedar menyandingkan atau

membandingkan paten-paten namun juga perlu di lakukan uji laboratorium untuk

mengetahui nilai kebaruan suatu paten.

3.Hendaknya dalam proses persidangan gugatan pembatalan Paten, Pejabat

Direktorat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bertanggung jawab kepada

Page 85: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

75

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang melakukan pemeriksaan dihadirkan

sebagai saksi agar didengar keterangannya untuk mengetahui bagaimana pendapat

dan kesaksiannya selaku pemeriksa langsung dan meloloskan Paten yang digugat

akibat kurangnya kebaruan dalam Invensinya apakah dokumen yang digunakan

dalam pemeriksaan sudah tepat.

4.Penyamaan pemahaman mengenai kriteria kebaruan (novelty), oleh para kalangan

saksi ahli, Dirjen HKI, aparat penegak hukum, maupun sosialisasi mengenai

kebaruan kepada orang yang bergerak di bidang hukum sehingga tidak timbul lagi

ketidakjelasan dari kriteria unsur kebaruan yang terkandung dalam perundang-

undangan Tentang Paten yang akan menimbulkan permasalahan dalam penegakan

hukum dilapangan. Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan proses pembenahan

atau perubahan dari Undang-Undang Paten.

Page 86: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

75

DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab Suci

Al-Qur’anul Karim.

B. Buku

Agus Riswandi, Budi, “Hukum dan Hak Cipta,” Bahan Ajar (Yogyakarta: UII, 2006).

Anwar, Chairul, “Hukum Paten dan Perundang-undangan Paten Indonesia”

(Djambatan: Jakarta 1992).

Arto, Mukti , Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004).

Bagby, Jhon W., “Cyberlaw Handbook for E-Commerce”,( Pennsylvania: Thomson,

South-Western West,2001.)

Bainbridge, David I, intellectual property, fifth edition, (England: Pearson Education

Limited,2002.)

Correa , Carlos Maria “Intellectual property rights, the WTO, and Developing

Countries the TRIPS agreement and policy options”, (Buenos Aeires:Zed Books,

2000.)

Donald S.Chisum and F.Scott Kieff, I, Third Edition, (New York:Thomson,Foundation

Press, 2004.)

Marni Emmy Mustafa, Prinsip-prinsip Beracara Dalam Penegakan hukum Paten di

Indonesia Dikaitkan Dengan TRIP’s-WTO (Alumni,Bandung 2007).

Qamar, Nurul, ,Negara Hukum atau Negara Undang-Undang, (Makassar:Refleksi,

2010.)

Goman ,Carol Kinsey , Kreativitas Dalam Bisnis,(Jakarta: Binarupa Aksara,1999).

Page 87: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

76

Griswanti, Lena, “Perlindungan Hukum terhadap Penerima Lisensi dalam Perjanjian

Lisensi Paten di Indonesia,” Skripsi (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,

2005).

Harjowidigdo, Rooseno, Mengenal Hak Cipta di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1992).

Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

(Surabaya:Bayumedia, 2005).

Intellectual Property Rights (Advanced), Material prepared solely for use by IASTP

Indonesian course participants Coordinated by Asian Law Group Pty Ltd.

Khairandy, Ridwan, Hukum Alih Teknologi, Modul II (Yogyakarta: Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia, 1995).

Nurfitri, Dian, dan ,Rani Nuradi, , Pengantar Hukum Paten Indonesia, (Jakarta:

Alumni,2013).

Marzuki, Mahmud Peter, Penelitian Hukum. (Jakarta: Kencana, cet-IV 2010).

Mertokusumo, Sudikno, .Hukum Acara Perdata Indonesia, cetakan ke-3, (Yogyakarta:

Liberti, 1981).

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Bandung: Sumur

Bandung,1962).

Purwaningsih ,Endang, Intellectual Property Rights: Kajian Hukum terhadap Hak atas

Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2005).

Rifa’I, Achmad Penemuan Hukum oleh Hakim (Dalam Perspektif Hukum Progresif),

(Jakarta:Sinar Grafika, 2011).

Page 88: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

77

Ruslan, Surianto, Mendesain Logo, (Jakarta: Garmedia Pustaka, 2009).

Smith, Rhona K. M., dkk., Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PUSHAM UII,

2008).

Saidin, H. OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Makassar: Rajawali Pers,

2,1995).

Soemitro, Ronny Hanijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990).

Soekanto, Soerjono, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali,

1982).

Soekanto, Soerjono Soekanto dan Mahmudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011).

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Rajawali Press,2006).

Sudaryat, Sudjana, dan Rika Ratna Permata, Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung:

OaseMedia), 2010.

Syarifuddin, Perjanjian Lisensi Dan Pendaftaran Hak Cipta, (Jakarta: P.T. Alumni:

cetakan ke-1, 2013).

Umar Purba , Achmad Zen, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung:

Alumni, 2005).

Website :

Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights,

https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/27-trips.pdf, diakses tanggal 25

september 2018.

Page 89: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

78

https://belapendidikan.com/landasan-teori-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual/

diakses pada tanggal 12 Februari 2018 14.00 WIB.

http://www.dgip.go.id/struktur-organisasi, diakses pada tanggal 1 November 2018 ,

pukul 14.00 WIB.

https://www.hki.co.id/paten.html diakses pada 17 November 2019, pukul 15.00 WIB

http://www.toilon.co.id/en/xpe-foam-sheet/ diakses pada tanggal 01-11-2018 pada

pukul 20.00.

Page 90: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 1 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

P U T U S A NNomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus hak kekayaan intelektual (desain

industri/desain tata letak sirkuit terpadu/paten/merek/hak cipta) pada

pemeriksaan peninjauan kembali telah memutus sebagai berikut dalam perkara

antara:

PT TOILON INDONESIA, berkedudukan di Jalan Raya Serang,

KM 16,8, Desa Telaga, Kecamatan Cikupa, Kabupaten

Tangerang, Banten, yang diwakili oleh Direktur Utama Je Kyung

Jong, dalam hal ini memberi kuasa kepada Nurwidiatmo, S.H.,

M.M., M.M., Advokat, berkantor Jalan Raya Hankam Nomor 50A,

Jati Rahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 30 November 2016;

Pemohon Peninjauan kembali dahulu Pemohon Kasasi/Tergugat;

L a w a n

PT CINTAS SENTUL RAYA, berkedudukan di Jalan Desa Sentul,

Nomor 88, RT.001/05, Desa Sentul, Kecamatan Babakan Madang,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat, diwakili oleh Presiden Direktur

Probo Prasetio, dalam hal ini memberi kuasa kepada Juliane Sari,

S.H., dan kawan-kawan, Para Advokat, berkantor di Suite 702,

Wisma Pondok Indah 2, Jalan Sultan Iskandar Muda Kav. V-TA,

Pondok Indah, Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal

13 Maret 2017;

Termohon Peninjauan Kembali dahulu Termohon Kasasi/

Penggugat;

Dan

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. KEMENTRIAN

HUKUM & HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA Cq.

DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Cq.

DIREKTORAT PATEN, berkedudukan di Jalan Daan Mogot, KM.

24 Tangerang, Banten;

Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Turut Termohon

Kasasi/Turut Tergugat;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 91: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 2 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa Pemohon

Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Tergugat telah mengajukan

permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor

54 K/Pdt.Sus-HKI/2015 tanggal 17 Februari 2015 yang telah berkekuatan

hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu

Termohon Kasasi/Penggugat dan Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu

Turut Termohon Kasasi/Turut Tergugat, pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa gugatan ini mengenai Pembatalan Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” atas nama Tergugat pada Turut Tergugat

yang diajukan pada tanggal 7 Agustus 2009 dan diberi paten pada tanggal

13 Oktober 2011 (bukti P.1);

2. Bahwa permohonan pendaftaran Paten milik Tergugat pada Turut Tergugat

adalah berdasarkan permohonan paten yang diajukan tanpa menggunakan

Hak Prioritas;

3. Bahwa permohonan pendaftaran Paten milik Tergugat pada Turut Tergugat

adalah berdasarkan permohonan paten yang diajukan dengan klaim-klaim

yang Tergugat ajukan pada Turut Tergugat sebagai dasar pemberian paten

Nomor ID P0029369 B adalah sebagai berikut:

Klaim:

3.1. Suatu insulasi panas yang dapat digunakan untuk insulasi suara,

konstruksi dan industri yang merupakan busa (crosslinked foam)

dilekatkan ke peralatan yang akan di-insulasi dengan proses melalui

tahap-tahap yaitu:

- bahan baku LDPE (Iow density polyehylene), ditimbang sesuai

dengan rencana;

- pengadukan bahan baku PE, TSK, OCP dalam mesin kneader;

- bahan baku yang telah dipanaskan dikirim melalui konveyor;

- pembentukan butiran-butiran bahan baku hasil mesin kneader;

- pencampuran dengan bahan pembantu;

- bahan tambahan (H40/KCN/HOPE/EVA);

- pemanasan untuk pembuatan lembaran solid sheet;

- pemanasan temperatur tinggi menghasilkan busa berbentuk

lembaran dan mesin foaming oven;

- pendinginan lembaran busa;

- pemotongan sisa-sisa busa;

- penggulungan sehingga dihasilkan busa dalam bentuk rol;

- pengepakan busa;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 92: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 3 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

- proses tingkat lanjut, laminating busa dengan alumnium foil;

3.2. Insulasi panas yang dapat digunakan untuk insulasi suara, konstruksi

dan industri yang merupakan busa (crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi sesuai dengan klaim 1 dimana meng -

gunakan bahan PP dan PE yang terdiri dari:

- LDPE (Iow density polyethylene) yang merupakan senyawa

polyethylene berbentuk butiran;

- D 1500 PE (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang

berfungsi sebagai pengeras foam);

- D 1500 TSK (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang

berfungsi sebagai pelunak foam);

- Master batch colour (pigmen organik sintetis berbentuk butiran

berfungsi sebagai pewarna);

- DCP (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang berfungsi

sebagai pembentukan kerangka foam);

- LDPE (Iow density polyethylene) senyawa polyethylene berbentuk

butiran;

- D 1500 TSK (berfungsi sebagai pelunak foam, terdiri dari

azodicarbonamite 30% + LOPE 70%);

- D 1500 PE (berfungsi sebagai pengeras foam, terdiri dari LDPE 70%

+ 30% D 1500 PE);

- H40 (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi sebagai

bahan anti api, terdiri dari Oearbone 25 kg + LDPE 40 kg + sb203

Antimony 8,3 Kg);

- KCN (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi sebagai

pengembang, terdiri dari LDPE 70% + MgOh2;

- DCP (berfungsi sebagai pembentukan kerangka foam, terdiri dari

LDPE 70 Kg + 3,5 Kg DCP);

4. Bahwa adapun dasar gugatan pembatalan paten ini diajukan adalah sesuai

dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

I. Pasal 91 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang

Paten (Undang Undang Nomor 14/2001) yang menyatakan:

“Gugatan paten dapat dilakukan apabila:

Paten tersebut menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2, Pasal 6, atau Pasal 7 seharusnya tidak diberikan”;

dimana;

Pasal 2 menyatakan:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 93: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 4 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

“(1) Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung langkah

inventif serta dapat diterapkan dalam industri;

(2) Suatu Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi

seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik

merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya;

(3) Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat

diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian

yang ada pada saat Permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat

diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu diajukan

dengan Hak Prioritas”;

Pasal 6 menyatakan:

“Setiap Invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai

kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, konstruksi, atau

komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk

Paten Sederhana”;

Pasal 7 menyatakan:

“Paten tidak diberikan untuk Invensi tentang:

a. Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;

b. Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan

yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan;

c. Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau;

d. Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik, ii. Proses biologis yang

esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses

non-biologis atau proses mikrobiologis”;

II. Pasal 91 ayat (2) menyatakan:

“Gugatan pembatalan karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a diajukan oleh Pihak Ketiga kepada Pemegang Paten melalui

Pengadilan Niaga”;

5. Bahwa dalil-dalil hukum dan teknis terhadap gugatan Penggugat mengenai

Pembatalan Paten milik Tergugat adalah sebagai berikut:

5.1. Penggugat Adalah Pihak Ketiga Yang Berkepentingan;

Bahwa Penggugat adalah pihak yang mengimpor, menjual dan

memproduksi di Indonesia suatu produk insulasi panas yang digunakan

untuk keperluan industri;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 94: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 5 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

1. Bahwa Proses dan Produk insulasi panas yang digunakan oleh

Penggugat menyerupai Proses dan Produk sebagaimana diklaim pada

Paten Nomor ID P0029369 B yang terdaftar atas nama Tergugat;

2. Bahwa berdasarkan Pasal 91 ayat (2) Undang Undang Nomor

14/2001 tentang Paten maka Penggugat adalah sebagai Pihak

Ketiga yang berhak untuk mengajukan gugatan Pembatalan Paten

yang terdaftar atas nama Tergugat;

5.2. Klaim-Klaim Pada Paten ID P0029369 B Yang Tergugat Ajukan Tidak

Memiliki Kebaruan (Lack Of Novelty);

1. Bahwa Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 14/2001 tentang

Paten menyatakan “Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan

mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri”;

2. Pasal 3 ayat (1) Undang Undang Nomor 14/2001 menyatakan “Suatu

Invensi dianggap baru jika pada tanggal Penerimaan, Invensi tersebut

tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya”;

3. Penjelasan Pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa “'yang dimaksud

tidak sama pada ayat ini adalah bukan sekedar beda, tetapi harus

dilihat sama tidak samanya fungsi ciri teknis (features) Invensi

tersebut dengan ciri teknis Invensi sebelumnya”;

4. Bahwa di pasaran sangat banyak dijumpai produk-produk yang sama

milik Tergugat yang telah diperdagangkan, digunakan jauh sebelum

Sertifikat Paten milik Tergugat didaftarkan kepada Turut Tergugat;

6. Bahwa hal-hal yang berkenaan dengan klaim-klaim pada Paten ID

P0029369 B yang Tergugat ajukan tidak baru adalah sebagai berikut:

6.1. klaim 1 dan klaim 2 (klaim-klaim utama/ independent claim);

klaim 1 adalah tentang:

Suatu insulasi panas yang dapat digunakan untuk insulasi suara,

konstruksi dan industri yang merupakan busa (cross linked foam)

dilekatkan ke peralatan yang akan di-insulasi dengan proses melalui

tahap-tahap:

- Bahan baku LDPE (Iow density polyehylene), ditimbang sesuai

dengan rencana;

- Pengadukan bahan baku PE, TSK, OCP dalam mesin kneader;

- Bahan baku yang telah dipanaskan dikirim melalui konveyor;

- Pembentukan butiran-butiran bahan baku hasil mesin kneader;

- Pencampuran dengan bahan pembantu;

- Bahan tambahan (H40/KCN/HOPE/EVA);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 95: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 6 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

- Pemanasan untuk pembuatan lembaran solid sheet;

- Pemanasan temperatur tinggi menghasilkan busa berbentuk

lembaran dan mesin foaming oven;

- Pendinginan lembaran busa;

- Pemotongan sisa-sisa busa;

- Penggulungan sehingga dihasilkan busa dalam bentuk rol;

- Pengepakan busa;

- Proses tingkat lanjut, laminating busa dengan alumnium foil;

Klaim 2 adalah tentang:

Insulasi panas yang dapat digunakan untuk insulasi suara,

konstruksi dan industri yang merupakan busa (crosslinked foam)

dilekatkan ke peralatan yang akan di-insulasi sesuai dengan klaim 1

dimana menggunakan bahan PP dan PE yang terdiri dari:

- LDPE (Iow density polyehylene) yang merupakan senyawa

polyethylene berbentuk butiran;

- D 1500 PE (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang

berfungsi sebagai pengeras foam);

- D 1500 TSK (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang

berfungsi sebagai pelunak foam);

- Master batch colour (pigmen organik sintetis berbentuk butiran

berfungsi sebagai pewarna);

- DCP (pigmen organik sintetis berbentuk powder yang berfungsi

sebagai pembentukan kerangka foam);

- LDPE (Iow density polyethylene) senyawa polyethylene berbentuk

butiran;

- D 1500 PE (berfungsi sebagai pengeras foam, terdiri dari LDPE 70%

+ 30% D 1500 PE);

- H40 (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi sebagai

bahan anti api, terdiri dari Dearbone 25 kg + LDPE 40 kg + sb203

Antimony 8,3 kg);

- KCN (pigmen organik sintetis berbentuk butiran berfungsi sebagai

pengembang, terdiri dari LDPE 70% + MgOh2;

- DCP (berfungsi sebagai pembentukan kerangka foam, terdiri dari

LDPE 70 kg + 3,5 kg DCP);

6.2. Bahwa klaim 1 pada dasarnya adalah klaim tentang Proses pembuatan

insulasi panas, sedangkan klaim 2 adalah tentang Produk insulasi

panas yang dibuat melalui Proses pada klaim 1;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 96: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 7 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

6.3. Bahwa proses pembuatan insulasi panas pada klaim 1 tidak baru

dikarenakan tahapan-tahapan dalam proses pembuatan insulasi panas

tersebut adalah telah umum, telah dikenal atau diketahui, sama dengan

teknologi yang diungkapkan sebelumnya;

6.4. Bahwa secara umum dalam membuat suatu insulasi panas yang

menggunakan bahan baku LDPE (Iow density polyethylene) akan

melalui tahapan-tahapan sebagaimana diungkapkan di dalam tahapan-

tahapan seperti pada klaim 1 invensi ID P0029369B;

6.5. Bahwa banyak bukti-bukti/dokumen-dokumen pembanding berupa

dokumen paten yang telah mengungkapkan teknologi atau informasi

mengenai proses pembuatan insulasi panas yang sesuai dengan

invensi pada klaim 1 ID P0029369 B, beberapa diantaranya adalah:

Bukti P-2: KR 100908189 B1 yang dipublikasi pada 16-7-2009;

Bukti P-3: KR 100884259 B 1 yang dipublikasi pada 18-2-2009;

Bukti P-4: GB 1215137 (A) yang dipublikasi pada 9-12-1970;

Bukti P-5: KR20040107773 (A) yang dipublikasi pada 23-12-2004;

Bukti P-6: CN 2764669 (Y) yang dipublikasi pada 15-3-2006;

Bukti P-7: EP 1273435 A 1 yang dipublikasi pada 8-1-2003;

Bukti P-8: US 3651183 yang dipublikasi pada 21-3-1972;

6.6. Bahwa untuk dapat mengetahui tahapan-tahapan pada proses invensi

ID P0029369 B sudah tidak baru adalah salah satunya melalui suatu

matriks klaim yang menganalisa perbandingan fitur-fitur klaim invensi ID

P0029369 B dengan fitur-fitur yang ada pada dokumen-dokumen

pembanding tersebut yaitu:

Fitur-fitur klaim 1 invensi ID P0029369 B:

Suatu insulasi panas yang dapat

digunakan untuk insulasi suara,

konstruksi dan industri yang merupakan

busa (crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi dengan

proses melalui tahap-tahap:

Bukti

P-2

Bukti

P-3

Bukti

P-4

Bukti

P -5

Bahan baku LDPE (Iow density

polyehylene), ditimbang sesuai dengan

rencana;

v v v v

pengadukan bahan baku PE, TSK, DCP

dalam mesin kneader

v v v v

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 97: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 8 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Bahan baku yang telah dipanaskan

dikirim melalui konveyor;

v v v v

pembentukan butiran-butiran bahan baku

hasil mesin kneader;

v v v v

pencampuran dengan bahan pembantu; v v v v

Bahan tambahan (H40/KCN/HDPE/ EVA); v v v v

Pemanasan untuk pembuatan lembaran

solid sheet;

v v v v

Pemanasan temperatur tinggi

menghasilkan busa berbentuk lembaran

dan mesin foaming oven;

v v v v

Pendinginan lembaran busa; v v v v

Pemotongan sisa-sisa busa; v v v v

Penggulungan sehingga dihasilkan busa

dalam bentuk rol;

v v v v

pengepakan busa; v v v v

Proses tingkat lanjut, laminating busa

dengan alumnium foil;

v v v v

V = terungkap di dalam dokumen;

6.7. (a) Dari matriks klaim di atas terlihat bahwa semua fitur tahapan yang

dilakukan menurut klaim 1 invensi ID P0029369 B bukanlah hal yang baru

karena telah pernah diungkapkan sebelumnya oleh dokumen-dokumen

pembanding yang ada (bukti P-2 sampai bukti P- 8);

6.8. (b) Bahwa selain bukti dokumen-dokumen pembanding berupa

dokumen paten yang telah mengungkapkan suatu proses pembuatan

insulasi panas yang sesuai dengan proses menurut klaim 1 invensi ID

P0029369 B terdapat pula bukti-bukti lain yang merupakan bukan

dokumen paten misalnya:

Bukti P-9: bukti-bukti penjualan AC yang diduga menggunakan insulasi

panas serupa dengan proses pada klaim 1 invensi ID P0029369 B;

Bukti P-10: informasi pada laman internet produk-produk perusahaan

“indiamart” (berdiri sejak tahun 2004) mengenai thermal insulation;

Bukti P-11: informasi pada laman internet produk-produk perusahaan

“EC21” (sejak 2008) mengenai crosslinked polyethylene foam;

Bukti P-12: buku mengenai “Polymeric Foams and Foam Technology) 2nd

edition tahun 2004 yang ditulis Daniel Klemper dan Vahid sendijarevic;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 98: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 9 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

6.9. Bahwa, berdasarkan bukti-bukti berupa dokumen-dokumen paten dan

bukan dokumen paten di atas (a dan b) maka disimpulkan klaim 1 invensi

ID P0029369 B adalah tidak baru (lack of novelty) sehingga tidak

memenuhi ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 5 Undang Undang

Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, oleh karenanya klaim 1 invensi ID

P0029369 B tersebut seharusnya tidak diberi paten atau ditolak;

6.10. Bahwa, klaim 2 adalah mengenai Produk insulasi panas yang dibuat

berdasarkan tahapan proses menurut klaim 1 invensi ID P0029369 B;

6.11. Bahwa banyak dokumen-dokumen pembanding berupa dokumen

paten yang telah mengungkapkan teknologi atau informasi mengenai

produk insulasi panas yang sesuai dengan invensi pada klaim 1

sebagai kelanjutan ke klaim 2 dalam Paten ID P0029369 B milik

Tergugat adalah, beberapa diantaranya adalah:

Bukti P-2: KR 100908189 B 1 yang dipublikasi pada 16-7-2009;

Bukti P-3: KR 100884259 B 1 yang dipublikasi pada 18-2-2009;

Bukti P-4: GB 1215137 (A) yang dipublikasi pada 9-12-1970;

Bukti P-5: KR20040 107773 (A) yang dipublikasi pada 23-12-2004;

Bukti P-6: CN 2764669 (Y) yang dipublikasi pada 15-3-2006;

Bukti P-7: EP 1273435 A 1 yang dipublikasi pada 8-1-2003;

Bukti P-8: US 3651183 yang dipublikasi pada 21-3-1972;

6.12. Bahwa untuk dapat mengetahui Produk invensi ID P0029369 B sudah

tidak baru adalah salah satunya melalui suatu matriks klaim yang

menganalisa perbandingan fitur-fitur klaim invensi ID P0029369 B

dengan fitur-fitur yang ada pada dokumen-dokumen pembanding

tersebut yaitu:

Fitur-fitur klaim 2 invensi ID P0029369 B:

Insulasi panas yang dapat digunakan

untuk insulasi suara, konstruksi dan

industri yang merupakan busa

(crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi sesuai

dengan klaim 1 dimana menggunakan

bahan PP dan PE yang terdiri dari

Bukti

P-2

Bukti

P-3

Bukti

P-4

Bukti

P -5

Insulasi panas yang dapat digunakan

untuk insulasi suara, konstruksi dan

industri yang merupakan busa

v v v v

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 99: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 10 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

(crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi sesuai

dengan klaim 1 dimana menggunakan

bahan PP dan PE yang terdiri dari:

D 1500 PE (pigmen organik sintetis

berbentuk powder yang berfungsi

sebagai pengeras foam)

v v v v

D 1500 TSK (pigmen organik sintetis

berbentuk powder yang berfungsi

sebagai pelunak foam)

v v v v

Master batch colour (pigmen organik

sintetis berbentuk butiran berfungsi

sebagai pewarna);

v v v v

DCP (pigmen organik sintetis berbentuk

powder yang berfungsi sebagai

pembentukan kerangka foam)

v v v v

LDPE (low density polyethylene)

senyawa polyethylene berbentuk butiran

v v v v

D 1500 TSK (berfungsi sebagai pelunak

foam, terdiri dari azodicarbonamite 30%

+ LDPE 70%);

v v v v

Pemanasan temperatur tinggi

menghasilkan busa berbentuk lembaran

dan mesin foaming oven;

v v v v

D 1500 PE (berfungsi sebagai pengeras

foam, terdiri dari LDPE 70% + 30% D

1500 PE);

v v v v

H40 (pigmen organik sintetis berbentuk

butiran berfungsi sebagai bahan anti api,

terdiri dari Dearbone 25 kg + LDPE 40 kg

+ sb203 Antimony 8,3 kg

v v v v

KCN (pigmen organik sintetis berbentuk

butiran berfungsi sebagai pengembang,

terdiri dari LOPE 70% + MgOh2;

v v v v

DCP (berfungsi sebagai pembentukan

kerangka foam, terdiri dari LDPE 70 kg +

v v v v

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 100: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 11 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

3,5 kg DCP);

V = terungkap di dalam dokumen;

6.13. (a) dari matriks klaim di atas terlihat bahwa semua fitur produk insulasi

panas menurut klaim 2 invensi ID P0029369 B bukanlah hal yang baru

karena telah pernah diungkapkan sebelumnya oleh dokumen-

dokumen pembanding yang ada (P-2 sampai P-8);

6.14. (b) Bahwa selain bukti dokumen-dokumen pembanding berupa dokumen

paten yang telah mengungkapkan suatu produk insulasi panas yang

sesuai dengan proses menurut klaim 2 invensi ID P0029369 B terdapat

pula bukti-bukti lain yang bukan dokumen paten misalnya:

- Bukti P-9 bukti-bukti penjualan AC yang diduga menggunakan

insulasi panas serupa dengan proses pada klaim 1 invensi ID

P0029369 B;

- Bukti P-10: informasi pada halaman internet produk-produk

perusahaan “indiamart” (berdiri sejak tahun 2004) mengenai

thermal insulation;

- Bukti P-11: informasi pada laman internet produk-produk

perusahaan “EC21” (sejak 2008) mengenai crosslinked

polyethylene foam;

- Bukti P-12: buku mengenai “Polymeric Foams and Foam

Technology) 2nd edition tahun 2004 yang ditulis Daniel Klemper dan

Vahid Sendijarevic;

6.15. Bahwa, berdasarkan bukti-bukti berupa dokumen-dokumen paten dan

bukan dokumen paten di atas (a dan b) maka disimpulkan klaim 2

invensi ID P0029369 B adalah tidak baru (lack of novelty) sehingga

tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 5

Undang Undang Paten tahun 2001 tentang paten, oleh karenanya

klaim 2 invensi ID P0029369 B tersebut seharusnya tidak diberi paten

atau ditolak;

7. Klaim-Klaim Pada Paten ID Yang Tergugat Ajukan Tidak Mengandung

Langkah Inventif (Lack Of Inventive Step);

Bahwa Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 14/2001 tentang Paten

menyatakan, “Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung

langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri”;

Pasal 2 ayat (2) Undang Undang Nomor 14/2001 menyatakan "Suatu

Invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 101: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 12 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang

tidak dapat diduga sebelumnya”;

Bahwa dalil-dalil dalam klaim-klaim pada Paten ID yang Tergugat ajukan

tidak mengandung langkah inventif adalah sebagai berikut:

7.1. klaim 1 dan klaim 2 (klaim-klaim utama/independent claim);

7.2. Bahwa klaim 1 pada dasamya adalah klaim mengenai proses

pembuatan insulasi panas sedangkan klaim 2 adalah mengenai produk

insulasi panas yang dibuat melalui proses tersebut;

7.3. Bahwa proses pembuatan insulasi panas sebagaimana disebutkan di

dalam klaim 1 tidak mengandung langkah inventif dikarenakan tahapan-

tahapan dalam proses pembuatan insulasi tersebut telah dapat diduga

sebelumnya;

7.4. Bahwa banyak dokumen-dokumen pembanding berupa dokumen paten

yang telah mengungkapkan teknologi atau informasi mengenai proses

pembuatan insulasi panas yang sesuai dengan invensi pada klaim 1 ID

P0029369 B, beberapa diantaranya adalah:

Bukti P-2: KR 100908189 B 1 yang dipublikasi pada 16-7-2009;

Bukti P-3: KR 100884259 B 1 yang dipublikasi pada 18-2-2009;

Bukti P-4: GB 1215137 (A) yang dipublikasi pada 9-12-1970;

Bukti P-5: KR20040 107773 (A) yang dipublikasi pada 23-12-2004;

Bukti P-6: CN 2764669 (Y) yang dipublikasi pada 15-3-2006;

Bukti P-7: EP 1273435 A 1 yang dipublikasi pada 8-1-2003;

Bukti P-8: US 3651183 yang dipublikasi pada 21-3-1972;

7.5. Bahwa untuk dapat mengetahui tahapan-tahapan pada proses invensi

ID P0029369 B tidak mengandung langkah inventif adalah salah

satunya melalui suatu matriks klaim yang menganalisa perbandingan

fitur-fitur klaim invensi ID P0029369 B dengan fitur- fitur yang ada pada

dokumen-dokumen pembanding tersebut yaitu:

Fitur-fitur klaim 1 invensi ID P0029369 B:

Suatu insulasi panas yang dapat

digunakan untuk insulasi suara,

konstruksi dan industri yang merupakan

busa (crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi dengan

proses melalui tahap-tahap:

Bukti

P-2

Bukti

P-3

Bukti

P-4

Bukti

P -5

Bahan baku LDPE (Iow density v v v v

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 102: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 13 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

polyehylene), ditimbang sesuai dengan

rencana;

pengadukan bahan baku PE, TSK, DCP

dalam mesin kneader

v v v v

Bahan baku yang telah dipanaskan

dikirim melalui konveyor;

v v v v

pembentukan butiran-butiran bahan baku

hasil mesin kneader;

v v v v

pencampuran dengan bahan pembantu; v v v v

Bahan tambahan (H40/KCN/HDPE/ EVA); v v v v

Pemanasan untuk pembuatan lembaran

solid sheet;

v v v v

pemanasan temperatur tinggi

menghasilkan busa berbentuk lembaran

dan mesin foaming oven;

v v v v

Pendinginan lembaran busa; v v v v

Pemotongan sisa-sisa busa; v v v v

Penggulungan sehingga dihasilkan busa

dalam bentuk rol;

v v v v

pengepakan busa; v v v v

Proses tingkat lanjut, laminating busa

dengan alumnium foil;

v v v v

V = terungkap di dalam dokumen;

7.6. (a) Bahwa, dari matriks klaim tersebut dapat dianallisa fitur-fitur klaim 1

invensi ID P0029369B tidak mengandung langkah inventif berdasarkan

dokumen pembanding yang ada. Dalam hal ini, tahapan-tahapan proses

pada invensi ID P0029369B dapat diduga oleh orang yang ahli di

bidangnya (skilled person in the art) dimana dengan melihat dari

Informasi teknologi yang ada dari dokumen pembanding maka dengan

mudah dibuat tahapan proses pembuatan insulasi panas yang dilakukan

pada invensi ID P0029369 B;

7.7. (b) Bahwa selain bukti dokumen-dokumen pembanding berupa dokumen

paten yang telah mengungkapkan suatu proses pembuatan insulasi

panas yang sesuai dengan proses menurut klaim 1 invensi ID P0029369

B terdapat pula bukti-bukti lain yang bukan dokumen paten misalnya:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 103: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 14 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

- Bukti P-9: bukti-bukti penjualan AC yang diduga menggunakan

insulasi panas serupa dengan proses pada klaim 1 invensi ID

P0029369 B;

- Bukti P-10: informasi pada halaman internet produk-produk

perusahaan “indiamart” (berdiri sejak tahun 2004) mengenai thermal

insulation;

- Bukti P-11: informasi pada laman internet produk-produk perusahaan

“EC21” (sejak 2008) mengenai crosslinked polyethylene foam;

- Bukti P-12: buku mengenai “Polymeric Foams and Foam

Technology) 2nd edition” tahun 2004 yang ditulis Daniel Klemper dan

Vahid Sendijarevic;

7.8. Bahwa, berdasarkan bukti-bukti berupa dokumen-dokumen paten dan

bukan dokumen paten di atas (a dan b) maka disimpulkan klaim 1 invensi

ID P0029369 B adalah tidak mengandung langkah inventif (lack of

inventive step) karena tahapan-tahapan tersebut dapat diduga sebelumnya

dan tidak ada solusi teknis yang diselesaikan dari tahapan proses

pembuatan insulasi panas invensi ID P0029369 B, sehingga invensi

tersebut tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 5 Undang

Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, oleh karenanya klaim 1 dan

klaim 2 invensi ID P0029369 B tersebut seharusnya tidak diberi paten atau

ditolak;

7.9. Bahwa, klaim 2 adalah mengenai Produk insulasi panas yang dibuat

berdasarkan tahapan proses menurut klaim 1 invensi ID P0029369 B;

7.10. Bahwa banyak dokumen-dokumen pembanding berupa dokumen paten

yang telah mengungkapkan teknologi atau informasi mengenai produk

insulasi panas yang sesuai dengan invensi pada klaim 2 ID P0029369 B

adalah, beberapa diantaranya adalah:

Bukti P-2: KR 100908189 B 1 yang dipublikasi pada 16-7-2009;

Bukti P-3: KR 100884259 B 1 yang dipublikasi pada 18-2-2009;

Bukti P-4: GB 1215137 (A) yang dipublikasi pada 9-12-1970;

Bukti P-5: KR20040 107773 (A) yang dipublikasi pada 23-12-2004;

Bukti P-6: CN 2764669 (Y) yang dipublikasi pada 15-3-2006;

Bukti P-7: EP 1273435 A 1 yang dipublikasi pada 8-1-2003;

Bukti P-8: US 3651183 yang dipublikasi pada 21-3-1972;

7.11. Bahwa untuk dapat mengetahui Produk invensi ID P0029369 B tidak

mengandung langkah inventif adalah salah satunya melalui suatu matriks

klaim yang menganalisa perbandingan fitur-fitur klaim invensi ID

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 104: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 15 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

P0029369 B dengan fitur-fitur yang ada pada dokumen-dokumen

pembanding tersebut yaitu:

Fitur-fitur klaim 2 invensi ID P0029369 B:

Insulasi panas yang dapat digunakan

untuk insulasi suara, konstruksi dan

industri yang merupakan busa

(crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi sesuai

dengan klaim 1 dimana menggunakan

bahan PP dan PE yang terdiri dari

Bukti

P-2

Bukti

P-3

Bukti

P-4

Bukti

P -5

Insulasi panas yang dapat digunakan

untuk insulasi suara, konstruksi dan

industri yang merupakan busa

(crosslinked foam) dilekatkan ke

peralatan yang akan di-insulasi sesuai

dengan klaim 1 dimana menggunakan

bahan PP dan PE yang terdiri dari:

v v v v

D 1500 PE (pigmen organik sintetis

berbentuk powder yang berfungsi

sebagai pengeras foam)

v v v v

D 1500 TSK (pigmen organik sintetis

berbentuk powder yang berfungsi

sebagai pelunak foam)

v v v v

Master batch colour (pigmen organik

sintetis berbentuk butiran berfungsi

sebagai pewarna);

v v v v

DCP (pigmen organik sintetis berbentuk

powder yang berfungsi sebagai

pembentukan kerangka foam)

v v v v

LDPE (low density polyethylene)

senyawa polyethylene berbentuk butiran

v v v v

D 1500 TSK (berfungsi sebagai pelunak

foam, terdiri dari azodicarbonamite 30%

+ LDPE 70%);

v v v v

Pemanasan temperatur tinggi

menghasilkan busa berbentuk lembaran

v v v v

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 105: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 16 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

dan mesin foaming oven;

D 1500 PE (berfungsi sebagai pengeras

foam, terdiri dari LDPE 70% + 30% D

1500 PE);

v v v v

H40 (pigmen organik sintetis berbentuk

butiran berfungsi sebagai bahan anti api,

terdiri dari Dearbone 25 kg + LDPE 40 kg

+ sb203 Antimony 8,3 kg

v v v v

KCN (pigmen organik sintetis berbentuk

butiran berfungsi sebagai pengembang,

terdiri dari LOPE 70% + MgOh2;

v v v v

DCP (berfungsi sebagai pembentukan

kerangka foam, terdiri dari LDPE 70 kg +

3,5 kg DCP);

v v v v

V = terungkap dalam dokumen;

7.12. (a) dari matriks klaim di atas terlihat bahwa semua fitur produk insulasi

panas menurut klaim 2 invensi ID P0029369 B tidak mengandung

langkah inventif karena telah pernah diungkapkan sebelumnya oleh

kombinasi dokumen-dokumen pembanding yang ada vide bukti-bukti;

7.13. (b) Bahwa selain bukti dokumen-dokumen pembanding berupa dokumen

paten yang telah mengungkapkan suatu produk insulasi panas yang

sesuai dengan proses menurut klaim 1 invensi ID P0029369 B terdapat

pula bukti-bukti lain yang bukan dokumen paten misalnya:

- Bukti P-9: bukti-bukti penjualan AC yang diduga menggunakan

insulasi panas serupa dengan proses pada klaim 1 invensi ID

P0029369 B;

- Bukti P-10: informasi pada halaman internet produk-produk

perusahaan “indiamart” (berdiri sejak tahun 2004) mengenai

thermal insulation;

- Bukti P-11: informasi pada laman internet produk-produk

perusahaan “EC21” (sejak 2008) mengenai crosslinked

polyethylene foam;

- Bukti P-12: buku mengenai “Polymeric Foams and Foam

Technology) 2nd edition” tahun 2004 yang ditulis Daniel Klemper

dan Vahid Sendijarevic;

7.14. Bahwa, berdasarkan bukti-bukti berupa dokumen-dokumen paten dan

bukan dokumen paten di atas (a dan b) maka disimpulkan klaim 2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 106: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 17 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

invensi ID P0029369 B adalah tidak mengandung langkah inventif

sehingga tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 dan Pasal 5

Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, oleh

karenanyanya klaim 2 invensi ID P0029369 B tersebut seharusnya

tidak diberi paten atau ditolak;

8. Bahwa Klaim-Klaim Pada Paten ID P0029369 B Yang Tergugat Ajukan

Tidak Jelas (Lack Of Clarity) Dan Tidak Dapat Diterapkan Dalam Industri

(Lack Of Industrial Applicable);

Bahwa berkaitan dengan Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor

14/2001 tentang Paten, masalah penerapan suatu invensi dalam industri

(industrial applicable) juga diatur menurut Pasal 5 Undang Undang Nomor

14/2001 yang menyatakan, "Suatu invensi dapat diterapkan dalam industri

jika invensi tersebut dapat dilaksanakan dalam industri sebagaimana yang

diuraikan dalam permohonan”;

Penjelasan Pasal 5 Undang Undang Nomor 14/2001 tentang Paten

menyatakan “Jika invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk

tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan

kualitas yang sama, sedangkan jika invensi berupa proses, proses tersebut

harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktik”;

Bahwa Hal-hal yang berkenaan dengan klaim-klaim pada Paten ID P0029369 B

yang Tergugat ajukan tidak jelas dan tidak dapat diterapkan dalam industri

adalah sebagai berikut:

8.1. klaim 1 dan klaim 2 (klaim-klaim utama/ independent claims);

8.2. Bahwa, memperhatikan klaim 1 invensi ID P0029369 B tersebut

khususnya pernyataan pada halaman 8 baris ke 20-21 dalam dokumen

paten tersebut dimana disebutkan “pemanasan temperatur tinggi

menghasilkan busa berbentuk lembaran dan mesin foaming oven”;

8.3. Bahwa, pernyataan pada halaman 8 baris 20-21 pada fitur klaim 1 ID

P0029369 B tidak jelas. Dalam hal ini, sangatlah tidak mungkin untuk

dapat melaksanakan tahapan proses menurut klaim 1 tersebut

dikarenakan tidak mungkinnnya tahapan pekerjaan pemanasan

temperatur tinggi terse but menghasilkan "mesin foam oven";

8.4. Bahwa, pada klaim 2 fitur produk insulasi panas yang dihasilkan oleh

tahapan menurut klaim 1 invensi ID P0029369 B tidak memiliki kejelasan

khusnya pernyataan pada halaman 9 baris 1, dimana disebutkan”… klaim

1 dimana menggunakan bahan PP dan PE”;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 107: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 18 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

8.5. Bahwa, pada klaim 2 invensi ID P0029369 B dinyatakan produk insulasi

panas yang terbuat oleh tahapan proses menurut klaim 1 dimana

menggukan bahan PP dan PE, artinya komposisi yang ada di dalam

produk insulasi panas menurut invensi ID P0029369 B harus mengandung

bahan PP dan PE. Namun, fitur-fitur klaim 2 tersebut temyata tidak pernah

menyebutkan PP dan PE akan tetapi produk insulasi panas tersebut hanya

menyebutkan bahan PE saja sehingga klaim 2 tersebut dinyatakan tidak

jelas dan tidak didukung oleh fitur-fitur klaim 2 tersebut yang tidak pernah

menyebutkan bahan PP sebagai bahan utamanya;

8.6. Bahwa klaim 2 invensi ID P0029369 B pada dasarnya mengenai produk

insulasi panas yang dibuat dengan tahapan sesuai dengan klaim 1 invensi

ID P0029369 B, dalam hal ini semua tahapan tersebut harus terpenuhi

agar produk insulasi panas yang dimaksud dapat terbentuk;

Akan tetapi klaim 2 invensi ID P0029369 B sangat tidak jelas sehubungan

dengan tidak adanya fitur mengenai aluminium foil sebagai bagian utama

dari produk insulasi panas yang dihasilkan oleh proses klaim 1 invensi ID

P0029369 tersebut;

8.7. Bahwa ketidak beradaan fitur aluminium foil yang merupakan komponen

yang harus ada ketika tahapan proses pembuatan insulasi panas pada

klaim 1 dilakukan menjadikan klaim 2 invensi ID P0029369 B tidak jelas

dan tidak dapat diterapkan di dalam industri;

8.8. Bahwa dikarenakan klaim 1 dan klaim 2 invensi ID P0029369 B yang tidak

jelas tersebut maka sulit untuk dapat melaksanakan dan tidak dapat

diterapkan di dalam industri terhadap apa yang dinyatakan dalam klaim-

klaim tersebut. sehingga klaim 1 dan klaim 2 invensi ID P0029369 B tidak

memenuhi ketentuan Pasal 5 Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001

tentang Paten;

8.9. Bahwa dikarenakan klaim 1 dan klaim 2 invensi ID P0029369 B tidak jelas

dan tidak dapat diterapkan di dalam industri maka klaim 1 dan klaim 2

tersebut tidak memenuhi Pasal 5 Undang Undang Nomor 14/2001 tentang

Paten oleh karenanya klaim 1 dan klaim 2 tersebut seharusnya tidak diberi

paten atau ditolak;

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada

Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan

putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 108: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 19 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

2. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak baru (lack of novelty);

3. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak mengandung langkah Inventif (lack of

inventive step);

4. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak jelas dan tidak dapat diterapkan di dalam

Industri (lack of industrial applicable);

5. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” tidak memenuhi persyaratan patentabilitas

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 Undang Undang 14/2001 tentang

Paten sehingga klaim-klaim tersebut seharusnya tidak diberikan paten atau

ditolak;

6. Membatalkan klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” yang terdaftar atas nama Tergugat;

7. Membatalkan Sertifikat Paten Nomor ID. P0029369 B tertanggal Pemberian

13 Oktober 2011 untuk Invensi dengan Judul “Insulasi Panas” atas nama

Pemegang Paten PT Toilon Indonesia yang beralamat di JaIan Raya Serang

Km. 16.8 Desa Telaga, Cikupa, Tangerang;

8. Memerintahkan kepada Turut Tergugat untuk mencatat dan mengumumkan

Putusan Pembatalan Paten atas nama Tergugat;

9. Menghukum Tergugat untuk membayar bea perkara;

Atau, maka Penggugat mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Bahwa, terhadap gugatan tersebut di atas, Tergugat mengajukan eksepsi

yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Mencermati dalil gugatan Penggugat butir 5.1. yang menyatakan bahwa

Penggugat adalah pihak yang mengimpor, menjual dan memproduksi di

Indonesia suatu produk insulasi panas yang digunakan untuk keperluan

industri. Selanjutnya dinyatakan bahwa Proses dan Produk insulasi panas

yang digunakan oleh Penggugat menyerupai Proses dan Produk

sebagaimana diklaim pada Paten Nomor ID P0029369 B yang terdaftar atas

nama Tergugat;

2. Apabila dicermati Posita gugatan Penggugat butir 5.1. angka 1 dan 2

(halaman 4), secara tegas Penggugat menyatakan bahwa Penggugat adalah

pihak yang menggunakan Paten yang menyerupai Paten Tergugat daftar

Nomor ID P0026393 B. Selanjutnya apabila dicermati dalil penggugat

tersebut eksistensi Penggugat dalam gugatan a quo jelas memposisikan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 109: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 20 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

dirinya sebagai pemegang paten atau pemilik paten atau pihak yang

menerima hak lebih lanjut. Dengan demikian apabila Penggugat mendalilkan

bahwa eksistensi Penggugat adalah pengguna Paten yang menyerupai

Paten terdaftar milik Tergugat, dengan demikian pengajuan gugatan

pembatalan paten sekarang adalah didasarkan pada alasan sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Pasal 91 ayat (1) huruf b Undang Undang Nomor

14 Tahun 2001 tentang Paten;

3. Bahwa apabila Penggugat mengajukan gugatan dan memposisikan diri

sebagai pengguna paten yang menyerupai paten Tergugat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1) huruf b Undang Undang Nomor 14 Tahun

2001 tentang Paten dan selanjutnya juga apabila dicermati ketentuan Pasal

91 ayat (3) Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, maka

apabila Penggugat memposisikan dirinya/kapasitasnya sebagaimana

tersebut diatas, secara hukum para pihak yang berhak mengajukan gugatan

pembatalan paten terdaftar adalah hanya pemegang Paten dan Penerima

Lisensi;

Yang dimaksud Pemegang Paten sebagaimana terdapat dalam ketentuan

Pasal 1 angka 6 Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

adalah sebagai berikut: Pemegang Paten adalah inventor sebagai pemilik

Paten atau Pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak

lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut yang terdaftar dalam Daftar

Umum Paten;

Penerima Lisensi adalah pihak yang diberikan izin untuk menikmati manfaat

ekonomi dari suatu Paten yang diberikan perlindungan hukum oleh

pemegang paten;

4. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas pada angka 2 dan 3 Jawaban

Tergugat dan dibandingkan dengan kapasitas Penggugat sebagaimana

telah disampaikan Penggugat didalam gugatannya, secara hukum

Penggugat tidak dapat dikualifikasi sebagai pihak yang dapat mengajukan

gugatan yang bersifat pembatalan, karena Penggugat bukan pemegang

paten atau penerima lisensi. Dengan demikian, secara hukum gugatan

Penggugat adalah cacad hukum sehingga patut untuk dinyatakan tidak

dapat diterima;

Bahwa, terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat telah memberi putusan Nomor

50/Paten/2012/PN.NIAGA/JKT.PST, tanggal 18 September 2014 yang amarnya

sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 110: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 21 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak baru (lack of novelty);

3. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak mengandung langkah Inventif (lack of

inventive step);

4. Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” tidak memenuhi persyaratan patentabilitas

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 Undang Undang Nomor 14 Tahun

2001 tentang Paten sehingga klaim-klaim tersebut seharusnya tidak

diberikan atau ditolak;

5. Membatalkan klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B yang

berjudul “Insulasi Panas” yang terdaftar atas nama Tergugat;

6. Membatalkan Sertifikat Paten Nomor ID. P0029369 B tertanggal Pemberian

13 Oktober 2011 untuk Invensi dengan Judul “Insulasi Panas” atas nama

Pemegang Paten PT Toilon Indonesia yang beralamat di JaIan Raya Serang

Km. 16.8 Desa Telaga, Cikupa, Tangerang;

7. Memerintahkan kepada Turut Tergugat untuk mencatat dan mengumumkan

Putusan Pembatalan Paten atas nama Tergugat;

8. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini

ditaksir sebesar Rp1.516.000,00 (satu juta lima ratus enam belas ribu

rupiah);

9. Menolak Penggugat untuk selebihnya;

Menimbang, bahwa amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 54

K/Pdt.Sus-HKI/2015 tanggal 17 Februari 2015 sebagai berikut:

1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT TOILON INDONESIA

tersebut;

2. Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya perkara

dalam tingkat kasasi sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);

Menimbang, bahwa sesudah Putusan Mahkamah Agung yang telah

berkekuatan hukum tetap tersebut diberitahukan kepada Pemohon Kasasi

dahulu Tergugat pada tanggal 17 Februari 2015, terhadap putusan tersebut,

oleh Pemohon Kasasi dahulu Tergugat dengan perantaraan kuasanya

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 November 2016 mengajukan

permohonan pemeriksaan peninjauan kembali di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 13 Januari 2017 sebagaimana

ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan Kembali Nomor 01 PK/Pdt.Sus-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 111: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 22 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

HKI/2017/PN.Niaga.Jkt.Pst. Jo. Nomor 54 K/Pdt.Sus-HKI/2015. Jo. Nomor

50/Pdt.Sus-Paten/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst. Jo. Nomor 143 K/Pdt.Sus-HaKI/2013.

Jo. Nomor 50/Pdt.Sus-Paten/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 13 Januari 2017,

permohonan tersebut disertai dengan alasan-alasannya yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat tersebut pada hari itu

juga;

Bahwa alasan-alasan peninjauan kembali telah diberitahukan kepada Para

Termohon Peninjauan Kembali pada tanggal 6 Maret 2017 dan 10 Februari

2017, Para Termohon Peninjauan Kembali mengajukan jawaban alasan

peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga

Jakarta Pusat pada tanggal 5 April 2017 dan 3 Maret 2017;

Menimbang, bahwa oleh karena Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001

tentang Paten tidak mengatur mengenai pemeriksaan peninjauan kembali,

maka Mahkamah Agung dalam mempertimbangkan perkara ini mengacu

kepada ketentuan Pasal 67, 68, 69, 71, dan 72 Undang Undang Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang

Undang Nomor 3 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa permohonan pemeriksaan peninjauan kembali a quo

beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan

saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan

dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan pemeriksaan

peninjauan kembali tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan

alasan-alasan peninjauan kembali yang pada pokoknya sebagai berikut:

Yang Terbukti Dari Bukti PK-1 Sampai Dengan Bukti PK-28

Amar Putusan Judex Facti seharusnya "gugatan tidak dapat diterima" karena

gugatan Termohon Kasasi cacat formil dan putusan tidak akan pernah bisa

dieksekusi

Pengantar

Bahwa berdasarkan seluruh informasi yang ada di dalam Bukti PK-1 sampai

dengan Bukti PK-28, Pemohon Peninjauan Kembali berkeyakinan bahwa Judex

Facti ketika mengadili perkara a quo seharusnya menjatuhkan amar Putusan

dengan menyatakan bahwa gugatan Termohon Peninjauan Kembali tidak dapat

diterima (niet ontvankelijke verklaard).

Gugatan Termohon Peninjauan Kembali perlu dinyatakan tidak dapat

diterima karena Termohon Peninjauan Kembali telah melakukan kesalahan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 112: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 23 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

yang begitu fundamental dalam menyusun gugatannya yang telah

menyebabkan gugatan cacat formil dan Putusan Judex Facti dan Judex Juris

yang menguntungkan Termohon Peninjauan Kembali menjadi tidak bisa

dieksekusi.

Uraian dalil yang terbukti dari novum

Berikut adalah penjelasan dari Bukti PK-1 sampai dengan Bukti PK-28 yang

memberikan uraian secara detail dari dalil-dalil pada pengantar tersebut di atas.

1. Bahwa Bukti PK-1 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1991

tentang Tata Cara Pemberian Paten, telah mengatur ketentuan sebagai

berikut:

Pasal 59

(1) Paten dianggap diberikan pada tanggal pencatatan Surat Paten dalam

Daftar Umum Paten dan selanjutnya diumumkan dalam Berita Resmi

Paten.

(2) Dalam Surat Paten dicantumkan:

a. nomor paten;

b. judul penemuan;

c. nama dan alamat pemegang paten;

d. nama penemu;

e. tanggal penerimaan permintaan dan nomor permintaan paten;

f. nama negara atau negara-negara dimana permintaan paten telah

diajukan, dalam hal permintaan diajukan dengan hak prioritas;

g. tanggal pemberian paten.

2. Bahwa Bukti PK-2 yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1993

tentang Bentuk dan Isi Surat Paten, telah mengatur ketentuan sebagai

berikut:

Pasal 1

Surat Paten diberikan dengan bentuk dan isi sesuai dengan contoh

terlampir pada Peraturan Pemerintah ini.

Adapun contoh surat paten yang dimaksud oleh Pasal 1 pada Bukti PK-2

adalah sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 113: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 24 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

3. Bahwa Bukti PK-3 dan Bukti PK-4 merupakan contoh pendaftaran paten

yang dilakukan berdasarkan panduan pada Bukti PK-1 dan Bukti PK-2.

Apabila diperhatikan tata cara pemberian nomor paten pada Bukti PK-3 dan

Bukti PK-4 telah terbukti bahwa nomor untuk pendaftaran paten terdiri atas:

komposisi huruf "P", diikuti dengan penggunaan tiga (3) digit angka 0

selanjutnya diikuti oleh tiga (3) digit nomor register untuk paten yang

diberikan.

4. Bahwa dari Bukti PK-1 sampai dengan Bukti PK-4 telah membuktikan

dengan sempurna bahwa pada tahun 1990-an, praktek pemberian nomor

pendaftaran paten senantiasa dengan menggunakan komposisi huruf "P",

diikuti dengan penggunaan tiga (3) digit angka 0 selanjutnya diikuti oleh tiga

(3) digit nomor register untuk paten yang diberikan.

5. Bahwa Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (“Undang

Undang Paten) melalui Pasal 57 selanjutnya memperkenalkan istilah

"Sertifikat Paten untuk menggantikan istilah "Surat Paten".

Walaupun Pasal 59 Undang Undang Paten telah mengatur bahwa

"Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Sertifikat Paten, bentuk dan

isinya, dan ketentuan lain mengenai pencatatan serta permohonan salinan

dokumen Paten diatur dengan Peraturan Pemerintah", namun demikian

Pemerintah Republik Indonesia tidak mengeluarkan suatu Peraturan

Pemerintah yang mengatur tentang bentuk dan isi sertifikat paten.

Oleh karena itu, di dalam praktek, penyusunan bentuk serta isi dari suatu

sertifikat paten diserahkan sepenuhnya kepada Kantor Turut Termohon

Peninjauan Kembali. Dari waktu ke waktu, Turut Termohon Peninjauan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 114: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 25 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Kembali memberikan bentuk penomoran pendaftaran paten yang

disesuaikan dengan kebutuhan.

6. Pada tahun 2009 - sebagaimana terbukti dari contoh-contoh sertifikat paten

pada Bukti PK-5 sampai dengan Bukti PK-8 - telah terbukti bahwa Turut

Termohon Kasasi Peninjauan Kembali menggunakan sistem penomoran

pendaftaran paten pada sertifikat paten sebagai berikut:

komposisi huruf T. "D" dan huruf "P", diikuti dengan penggunaan dua (2)

digit angka 0 selanjutnya diikuti oleh lima (5) digit nomor register untuk

paten yang diberikan.

Berikut adalah sistem penomoran pendaftaran paten pada Bukti PK-5

sampai dengan Bukti PK-8:

Bukti PK-5 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0023070

Bukti PK-6 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0023121

Bukti PK-7 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0002353

Bukti PK-8 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0024132

Bukti PK-5 sampai dengan Bukti PK-8 telah membuktikan bahwa pada

tahun 2009, Turut Termohon Peninjauan Kembali menggunakan komposisi

huruf "I", "D" dan huruf "P", diikuti dengan penggunaan dua (2) digit angka 0

selanjutnya diikuti oleh lima (5) digit nomor register untuk paten yang

diberikan

7. Pada tahun 2009 - sebagaimana terbukti dari contoh-contoh sertifikat paten

pada Bukti PK-9 sampai dengan Bukti PK-13 - telah terbukti bahwa Turut

Termohon Kasasi Peninjauan Kembali menggunakan sistem penomoran

pendaftaran paten pada sertifikat paten sebagai berikut:

komposisi huruf T, "D" dan huruf "P", diikuti dengan penggunaan dua (2)

digit angka 0 selanjutnya diikuti oleh lima (5) digit nomor register untuk

paten yang diberikan.

Berikut adalah sistem penomoran pendaftaran paten pada Bukti PK-9

sampai dengan Bukti PK-13:

Bukti PK-9 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0026307

Bukti PK-10 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0026312

Bukti PK-11 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0026010

Bukti PK-12 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0026484

Bukti PK-13 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0026839

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 115: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 26 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Bukti PK-9 sampai dengan Bukti PK-13 telah membuktikan bahwa pada

tahun 2009, Turut Termohon Peninjauan Kembali menggunakan komposisi

huruf "I", "D" dan huruf "P", diikuti dengan penggunaan dua (2) digit angka

0 selanjutnya diikuti oleh lima (5) digit nomor register untuk paten yang

diberikan.

8. Praktek sistem penomoran pendaftaran paten pada sertifikat paten yang

digunakan pada tahun 2010 tersebut menjadi sistem penomoran yang

dianut oleh Turut Termohon Peninjauan Kembali hingga hari ini. Oleh

karena itu, seluruh sertifikat Paten yang diterbitkan sejak tahun 2010 oleh

Turut Termohon Peninjauan Kembali senantiasa menggunakan sistem

penomoran sebagai berikut:

komposisi huruf T. "D" dan huruf "P", diikuti dengan penggunaan dua (2)

digit angka O selanjutnya diikuti oleh lima (5) digit nomor register untuk

paten yang diberikan.

9. Fakta bahwa sistem penomoran pendaftaran paten pada sertifikat paten dari

tahun 2010 memang dianut oleh Turut Termohon Peninjauan Kembali dapat

dicermati dari Bukti PK-14 sampai dengan Bukti P K-28, sebagai berikut:

Tahun Terbit Nomor Bukti PK Nomor Pendaftaran

2011 Bukti PK-14 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0029099

Bukti PK-15 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0029327

Bukti PK-16 Nomor pendaftaran Paten: IDP 0029662

Bukti PK-17 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0029759

Bukti PK-18 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0029823

2012 Bukti PK-19 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0030402

Bukti PK-20 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0030953

Bukti PK-21 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0031137

Bukti PK-22 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0031201

Bukti PK-23 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0031741

2013 Bukti PK-24 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0033222

Bukti PK-25 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0033236

Bukti PK-26 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0033638

Bukti PK-27 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0034068

Bukti PK-28 Nomor pendaftaran Paten: ID P 0034098

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 116: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 27 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Bahwa penggunaan sistem penomoran ID P 000000 sebagaimana diuraikan

di atas tersebut menjadi praktek yang dianut dan digunakan hingga hari ini.

Seluruh sertifikat paten yang diterbitkan oleh Turut Termohon Peninjauan

Kembali senantiasa menggunakan sistem penomoran tersebut.

Mengingat Turut Termohon Peninjauan Kembali selaku instansi

pemerintahan yang berwenang untuk menerbitkan sertifikat paten juga

diikut-sertakan di dalam perkara a quo, maka Pemohon Peninjauan Kembali

percaya bahwa Turut Termohon Peninjauan Kembali akan memberikan

penjelasan yang menkonfirmasi kebenaran seluruh uraian dalil di atas.

10. Bahwa ternyata gugatan yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali,

baik di dalam Posita maupun di dalam Petitum, telah mencantumkan nomor

pendaftaran paten salah untuk dimohonkan pembatalannya.

Nomor pendaftaran paten milik Pemohon Peninjauan Kembali, yang

menjadi objek perkara a quo, adalah ID P00293369.

Sementara itu, nomor pendaftaran paten yang digugat oleh Termohon

Peninjauan Kembali adalah ID P00293369 B.

Berikut adalah perbandingannya:

Nomor paten terdaftar Nomor paten yang digugat

ID P00293369

(tidak ada huruf B)

ID P00293369 B

(menggunakan huruf B)

11. Sebagai referensi yang lebih jelas bagi Majelis Hakim Agung yang

Terhormat, berikut adalah contoh-contoh bagian-bagian dari Posita

Termohon Peninjauan Kembali, yang secara salah menyatakan nomor

paten milik Pemohon Peninjauan Kembali sebagai ID P00293369 B.

Butir 1 Halaman 2

"Bahwa gugatan ini mengenai Pembatalan Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “insulasi panas” atas nama Tergugat ... dst ...”

Butir 3 Halaman 2

“... dengan klaim-klaim yang Tergugat ajukan pada Turut Tergugat sebagai

dasar pemberian paten Nomor ID P0029369 B adalah sebagai berikut

...dst..."

Butir 5.2 Halaman 4

"Klaim-klaim pada Paten ID P029369 B yang Tergugat ajukan tidak memiliki

kebaruan (lack of novelty)"

Butir 6 Halaman 4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 117: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 28 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

"...klaim-klaim pada Paten ID P029369 B yang Tergugat ajukan tidak baru

adalah sebagai berikut: ...dst..."

Demikian juga halnya dengan petitum dari gugatan Termohon Peninjauan

Kembali yang juga mencantumkan nomor pendaftaran salah ID P029369 B

sebagai berikut.

1). Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2). Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” tidak baru (lack of novelty);

3). Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” tidak mengandung langkah inventif

(lack ofinveative step);

4). Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 Paten Nomor ID P00290369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” tidak jelas dan tidak dapat diterapkan di

dalam industry (lack of industrial applicable)

5). Menyatakan bahwa klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID

P0029369 B yang berjudul “Insulasi Panas” tidak memenuhi

persyaratan patentabilitas sebagaimana ditentukan Pasal 2 Undang

Undang 14/2001 tentang Paten sehingga klaim-klaim tersebut

seharusnya tidak diberikan atau ditolak;

6). Membatalkan klaim 1 dan klaim 2 dalam Paten Nomor ID P0029369 B

yang berjudul “Insulasi Panas” yang terdaftar atas nama "Tergugat";

7). Membatalkan Sertifikat Paten Nomor ID P0029369 B tertanggal 13

Oktober 2011 untuk invensi dengan judul “Insulasi Panas” atas nama

Pemegang Paten PT Toilon Indonesia yang beralamat di Jalan Raya

Serang Km 16,8 Desa Telaga, Cikupa, Tangerang;

8). Memerintahkan kepada Turut Tergugat untuk mencatat dan

mengumumkan putusan pembatalan paten atas nama Tergugat;

9). Menghukum Tergugat untuk membayar bea perkara.

Bahwa uraian di atas, terbukti bahwa seluruh uraian posita dan petitum di

dalam gugatan Pembatalan Paten yang diajukan oleh Termohon Peninjauan

Kembali adalah untuk membatalkan Paten terdaftar Nomor ID P0029369 B.

dan bukan paten Nomor ID P0029369 milik Pemohon Peninjauan Kembali.

12. Bahwa selanjutnya perlu untuk perhatian Majelis Hakim Agung yang

Terhormat, bahwa penggunaan referensi huruf B di dalam praktek adalah

mengacu kepada lembar kedua yang merupakan lampiran dari sertifikat

paten. Huruf B tersebut tidak digunakan di dalam sertifikat paten yang diakui

sebagai bukti hak atas kepemilikan paten yang bersangkutan. Oleh karena

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 118: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 29 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

itu, suatu perkara paten tidak mungkin diajukan untuk membatalkan

lampiran dari suatu sertifikat paten. Yang dibatalkan adalah sertifikat paten

dengan mengacu kepada nomor pendaftaran sertifikat tersebut. Seandainya

dikabulkan sekalipun, maka kalau lampiran sertifikat yang dibatalkan, maka

sertifikat paten tersebut tentu saja masih berlaku.

Sebagaimana telah terbukti dari Bukti PK-1 hingga Bukti PK-28, seluruh

nomor pendaftaran paten tidak ada satupun yang menggunakan huruf B.

Termohon Peninjauan Kembali sendiri sebenarnya telah menyadari dan

mengakui bahwa paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali adalah

terdaftar dengan Nomor ID P0029369 dan bukan Nomor ID P0029369 B.

Hal ini dapat dicermati dari Bukti P-1 yang diajukan sendiri oleh Termohon

Peninjauan Kembali, sebagaimana juga diterangkan di dalam akta bukti

Termohon Peninjauan Kembali.

13. Majelis Hakim Agung yang Terhormat, pencantuman huruf B oleh Termohon

Peninjauan Kembali mungkin terlihat sederhana dan tidak signifikan. Namun

demikian pada kenyataannya pencantuman huruf B tersebut menjadi sangat

fundamental untuk menentukan apakah gugatan pembatalan paten yang

diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali dapat diterima atau tidak.

Sebagaimana telah disinggung di atas, referensi huruf B setelah nomor

pendaftaran paten senantiasa menandakan bahwa dokumen tersebut

adalah lampiran dari sertifikat paten dan bukan sertifikat pendaftaran paten

itu sendiri.

Oleh karena itu, fakta bahwa Termohon Peninjauan Kembali menggugat

gugatan terhadap paten Nomor ID P0029369 B tidak dapat dipandang

dengan cara lain selain kenyataan bahwa Termohon Peninjauan Kembali

sebenarnya gugatan pembatalan terhadap lampiran dari suatu sertifikat

pendaftaran paten dan bukan terhadap pendaftaran paten itu sendiri.

Pasal 57 ayat (1) Undang Undang Paten telah menentukan bahwa

"Sertifikat Paten merupakan bukti hak atas Paten". Oleh karena itu, jelas

bahwa gugatan pembatalan terhadap lampiran sertifikat paten tidak bisa

disamakan dengan gugatan terhadap paten itu sendiri. Mengajukan gugatan

terhadap lampiran pendaftaran paten dengan demikian tidak akan

membatalkan pendaftaran paten atas dasar sertifikat pendaftaran paten.

14. Bahwa Putusan Judex Juris yang menguatkan Putusan Judex Facti untuk

membatalkan pendaftaran paten Nomor ID P0029369 B dijatuhkan pada

tanggal 17 Februari 2015. Melalui Putusan Judex Juris tersebut, maka

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 119: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 30 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

perkara pembatalan pendaftaran paten Nomor ID P0029369 B tersebut

menjadi berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

15. Oleh karena telah berkekuatan hukum tetap, maka demi hukum, Turut

Termohon Peninjauan Kembali harus mengeksekusi Putusan dari Judex

Facti yaitu dengan cara membatalkan pendaftaran paten tersebut dan

melakukan coretan dari daftar umum paten.

16. Namun demikian, Turut Termohon Peninjauan Kembali menolak dengan

tegas mengeksekusi Putusan Judex Juris karena memang pada kenyataan

tidak ada terdaftar paten Nomor ID P00290369 B di kantor Turut Termohon

Peninjauan Kembali. Turut Termohon Peninjauan Kembali menerbitkan

Surat Direktur Paten, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia

Dagang, Direktorat Jenderal Kekayaan Intellektual, Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik gugatan diajukan terhadap lampiran

sertifikat namun tidak terhadap sertifikat itu sendiri.

17. Bahwa dari seluruh uraian di atas yang didasarkan pada Bukti PK-1 sampai

dengan Bukti PK-28, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa

sebenarnya gugatan pembatalan paten yang diajukan oleh Termohon

Peninjauan Kembali adalah cacat formil karena tidak pernah ada

pendaftaran paten dengan Nomor ID P0029369 B atas nama Pemohon

Peninjauan Kembali.

18. Demi kepastian hukum, Pemohon Peninjauan Kembali memohon kepada

Majelis Hakim Agung yang Terhormat untuk membatalkan Putusan Judex

Facti dan Putusan Judex Juris dan menyatakan gugatan Termohon

Peninjauan Kembali tidak dapat diterima karena telah terbukti bahwa

putusan-putusan justru membatalkan lampiran sertifikat paten dan bukan

sertifikat paten itu sendiri.

19. Perlu Majelis Hakim yang Terhormat ketahui bahwa Pengadilan Tata Usaha

Negara juga telah menolak mengabulkan gugatan Tata Usaha Negara yang

diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali terhadap Surat Direktur Paten

Nomor HKI.3-Hl.05.06.145.

Oleh karena itu, Putusan Judex Facti dan Judex Juris adalah putusan yang

tidak bisa dieksekusi dan mohon agar kiranya Majelis Hakim Agung dalam

tingkat Peninjauan Kembali dapat memperbaiki kesalahan tersebut dengan

menyatakan bahwa gugatan Termohon Peninjauan Kembali tidak dapat

diterima.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 120: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 31 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Yang Terbukti Dari Bukti PK-29 Dan Bukti PK-30

Bukti sertifikat paten dari luar negeri (vide Bukti P-2, P-3, P-4, P-5, P-6, P-7,

P-8) yang didalilkan mengantisipasi kebaruan paten milik Pemohon

Peninjauan Kembali tidak sah, cacat hukum dan seharusnya ditolak

Pengantar

Bahwa berdasarkan kaidah hukum yang terkandung pada Bukti PK-29 dan

Bukti PK-30, Pemohon Peninjauan Kembali berkeyakinan bahwa Judex

Facti ketika mengadili perkara a quo menjatuhkan amar Putusan dengan

menolak Gugatan Termohon Peninjauan Kembali.

Gugatan Termohon Peninjauan Kembali seharusnya dinyatakan ditolak

karena seluruh bukti-bukti berupa dokumen pembanding pendaftaran paten

dari luar negeri tidak sah dan cacat hukum dan tidak memenuhi syarat

formalitas suatu bukti.

Uraian dalil yang terbukti dari novum

Berikut adalah penjelasan dari Bukti PK-29 dan Bukti PK-30 yang

memberikan uraian secara detail dari dalil-dalil pada pengantar tersebut di

atas.

20. Bahwa Bukti PK-29 adalah Peraturan Menteri Luar Negeri Republik

Indonesia Nomor 09/A/KP/XI1/2006/01 tentang Panduan Umum Tata Cara

Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah beserta

lampirannya.

Indonesia Nomor HKI.3-HI.05.06.145 tanggal 12 April 2016, perihal

Penolakan Pencatatan dan Pengumuman Isi Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 54 K/Pdt.Sus-HKI/2015., jo.

Putusan Pengadila pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor

50/Paten/2012/PN.Niaga tentang Pembatalan Paten nomor ID P00290369

B dengan judul "Insulasi Panas atas nama PT Toilon Indonesia".

Adapun alasan penolakan eksekusi putusan oleh Turut Termohon Penin

Kembali tersebut adalah karena memang pada kenyataannya Paten not M.

P00290369 B tidak ada terdaftar di kantor Paten sehingga tidak ada yang

bisa dieksekusi dari Putusan Mahkamah Agung Nomor 54 K/Pdt.Sus-

HKI/2015.

15. Bahwa Termohon Peninjauan Kembali tidak dapat menerima Surat

Penolakan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 54 K/Pdt.Sus-

HKI/2015 yang diterbitkan oleh Turut Termohon Peninjauan Kembali.

Pada tanggal 1 Juli 2016, Termohon Peninjauan Kembali mengajukan

Gugatan Tata Usaha Negara terhadap Surat Direktur Paten Nomor HKI.3-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 121: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 32 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

HI.05.06.145 dan tercatat dalam register perkara Nomor

165/G/2016/PTUN.JKT.

Majelis Hakim di dalam Pengadilan Tata Usaha Negara juga telah

memberikan putusan yang menolak gugatan Termohon Peninjauan Kembali

dan membenarkan tindakan dari Turut Termohon Peninjauan Kembali yang

menolak untuk eksekusi atas Putusan Mahkamah Agung Nomor 54

K/Pdt.Sus-HKI/2015.

Quon non, perkara Tata Usaha Negara dengan register perkara Nomor

165/G/2016/PTUN.JKT memang tidak memiliki hubungan langsung dengan

perkara a quo, terbukti secara tegas bahwa memang tidak ada nomor

pendaftaran Paten ID 0029369 B di kantor Turut Termohon Peninjauan

Kembali.

Gugatan Perkara Tata Usaha Negara dengan register perkara Nomor

165/G/2016/PTUN.JKT yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali

juga membuktikan bahwa Termohon Peninjauan Kembali juga mengakui

kesalahannya dan berharap mekanisme Pengadilan Tata Usaha Negara

dapat memperbaiki kesalahan tersebut.

Mengingat bahwa Turut Termohon Peninjauan Kembali adalah pihak di

dalam perkara a quo, Pemohon Peninjauan Kembali berkeyakinan bahwa

Turut Termohon Peninjauan Kembali akan memberikan penjelasan lebih

detail yang mengkonfirmasi bahwa Putusan Judex Juris memang tidak bisa

dieksekusi karena adanya kesalahan gugatan yaitu menggugat lampiran

sertifikat paten.

16. Kontra memori peninjauan kembali oleh Termohon Peninjauan Kembali

nanti akan berdalil bahwa nomor pendaftaran ID P0029369 dan nomor

pendaftaran ID P0029369 B kedua-duanya berasal dari satu sertifikat

pendaftaran paten yang dikeluarkan oleh Turut Termohon Peninjauan

Kembali, maka oleh karena itu kedua nomor tersebut adalah nomor yang

sama dan Putusan Judex Facti dan Judex Juris harus berlaku juga terhadap

pendaftaran paten Nomor ID P0029369.

Pemohon Peninjauan Kembali memohon kepada Majelis Hakim Agung yang

Terhormat untuk menolak dalil-dalil seperti di atas karena nomor pada

lampiran sertifikat paten tidaklah sama dengan sertifikat paten. Bagaimana

mungkin suatu Bukti PK-29 merupakan peraturan umum mengenai

legalisasi suatu dokumen diterbitkan di luar negeri dan akan dipergunakan

untuk kepentingan persidangan di Indonesia.

Bukti PK-29 telah memberikan petunjuk sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 122: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 33 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Butir 68

Legalisasi artinya pengesahan terhadap dokumen dan hanya dilakukan

tema: tangan dan tidak mencakup kebenaran isi dokumen. Setiap dokumen

Indonesia yany akan dipergunakan di negara lain atau dokumen asing yang

akan dipergunakan di Indonesia perlu dilegalisasi oleh instansi yang

berwenang.

Butir 70

Dokumen-dokumen asing yang diterbitkan di luar negeri dan ingin

dipergunakan di wilayah Indonesia, harus pula melalui prosedur yang sama,

yaitu dilegalisasi oleh Kementehan Kehakiman dan/atau Kementehan Luar

Negeri negara dimaksud dan Perwakilan Republik Indonesia di negara

setempat.

Butir 71

Atas dasar itu, semua pihak yang berkepentingan di Indonesia khususnya di

Daerah harus menolak dokumen-dokumen yang tidak atau belum

dilegalisasi sesuai dengan ketentuan yang dimaksud di atas.

Berdasarkan ketentuan pada Butir 68, Butir 70 dan Butir 71 pada Bukti PK-

29, secara tegas menyebutkan bahwa agar suatu dokumen-dokumen asing

yang diterbitkan di luar negeri dan ingin dipergunakan di wilayah Indonesia,

harus dilegalisasi oleh Kementerian Kehakiman dan/atau Kementerian Luar

Negeri negara dimaksud dan Perwakilan Republik Indonesia di negara

setempat.

21. Bahwa selanjutnya Bukti PK-30 adalah Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 7 tahun 2012 tentang Rumusan Hukum Hasil rapat Pleno Kamar

Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Peradilan.

Berdasarkan Bukti ini telah terbukti bahwa salah satu topik dari Hasil Rapat

Kamar Perdata Khusus di Tangerang tanggal 19-21 April 2012, adalah

pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana proses Legalisasi Dokumen Asing agar dapat diterima sebagai

alat bukti pada peradilan Indonesia?

Rapat Kamar Perdata Khusus Mahkamah Agung telah memberikan

pedoman bagi seluruh Peradilan Indonesia (termasuk dalam hal ini

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat) mengenai cara pemeriksaan legalisasi

dokumen asing, sebagai berikut:

Sertifikat dan dokumen asing sebagai alat Bukti harus memenuhi syarat-

syarat legalisasi baik di negara asal dan di Indonesia, disamping itu iuga

harus diterjemahkan oleh seorang oenteriemah resmi dan disumpah di RI.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 123: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 34 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Dokumen asing harus dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh

Konsul Jenderal RI di negara setempat.

Oleh karena itu, Mahkamah Agung telah memberikan pedoman bahwa

dokumen asing harus dilegalisir oleh Notaris publik dan disahkan oleh

Konsulat Jenderal RI di negara setempat

22. Bahwa bukti-bukti yang berasal dan diterbitkan di luar negeri yang diajukan

oleh Termohon Peninjauan Kembali pada pengadilan tingkat pertama

adalah sebagai berikut:

Nomor Bukti Keterangan Bukti Negara asal bukti

Bukti P-2 Abstrak Paten nomor pendaftaran

100908189 B1 tertanggal 9 Juli 2009

Korea

Bukti P-3 Abstrak Paten nomor pendaftaran

100884259 B1 tertanggal 11 Februari

2009

Korea

Bukti P-4 Spefisikasi Paten 1215137 dengan

nomor pengajuan 8617/67 tertanggal 9

Desember 1970

Korea

Bukti P-5 Paten Korea nomor pendaftaran

200328851 tertanggal 1 Oktober 2003

Korea

Bukti P-6 Penjelasan Paten Fungsi Model Baru

nomor Paten ZL 200520001340.2

tanggal 15 Maret 2006

Republik Rakyat

China

Bukti P-7 Permohonan Paten dengan nomor

1273435 dipublikasikan pada tanggal 8

Januari 2003

Paten Eropa

Bukti P-8 Paten Nomor 3651183 tertanggal 21

Maret 1972

Amerika Serikat

Dari tabel di atas, dokumen pembanding paten luar negeri yang diajukan

oleh Termohon Peninjauan Kembali berasal dari 4 (empat) Negara yaitu

Korea, China, Eropa dan Amerika Serikat.

23. Dokumen-dokumen berupa pendaftaran Paten yang diajukan oleh

Termohon Peninjauan Kembali (vide Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-8)

adalah cacat formil dan tidak memenuhi ketentuan legalisasi dokumen luar

negeri, karena alasan-alasan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 124: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 35 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

- Untuk membuktikan bahwa paten milik Pemohon Peninjauan Kembali

tidak baru maka Termohon Peninjauan Kembali telah mengajukan

bukti-bukti dalam bentuk print out

- Bukti-bukti dalam bentuk print out tersebut didalilkan telah diterbitkan

oleh Kantor Paten dari negara Korea, China, Eropa dan Amerika

Serikat.

- Seluruh dokumen asing berupa print out tidak dilegalisasi di negara

asal dimana dokumen tersebut diterbitkan - sesuai dengan ketentuan

dalam Bukti PK-35 dan PK-36, namun melainkan diperoleh dari

internet.

Dari uraian di atas, telah terbukti bahwa Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-8

adalah dokumen-dokumen yang cacat hukum dan tidak memenuhi syarat

formil karena menyalahi ketentuan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik

Indonesia Nomor 09/A/KP/XI1/2006/01 berserta Surat Edaran Mahkamah

Agung Nomor 7 tahun 2012.

24. Selain daripada itu, mohon perhatian Majelis Hakim yang Terhormat bahwa

Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-8 merupakan dokumen-dokumen yang

berasal dari internet namun tidak menyebutkan secara jelas dari situs

(website) mana dokumen tersebut diperoleh dan kapan dokumen tersebut

diunduh. Oleh karena itu jelas tidak dapat dijamin ketersediaan, keutuhan,

keautentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan, bukti-bukti tersebut

sebagaimana telah disyaratkan oleh ketentuan Pasal 6 dan Pasal 16

Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

elektronik.

25. Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-8 merupakan salah satu bagian inti dan

pertimbangan Judex Juris untuk menyatakan bahwa teknologi dalam Paten

milik Pemohon Peninjauan Kembali tidak baru. Oleh karena itu, berdasarkan

Bukti PK 26 dan Bukti PK-30, seharusnya Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-

8 disingkiran dan tidak dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.

Yang Terbukti Dari Bukti PK-31 Dan Bukti PK-32

Bukti pokok perkara dari Pemohon Peninjauan Kembali adalah dalam

bentuk fotokopi sehingga tidak sah, cacat hukum dan seharusnya ditolak

Pengantar

Bahwa berdasarkan kaidah hukum yang terkandung pada Bukti PK-31 dan

Bukti PK-32, Pemohon Peninjauan Kembali berkeyakinan bahwa Judex

Facti dan Judex Juris seharusnya menjatuhkan amar putusan dengan

menolak gugatan Termohon Peninjauan Kembali.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 125: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 36 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Gugatan Termohon Peninjauan Kembali seharusnya dinyatakan ditolak

karena bukti-bukti yang digunakan untuk membuktikan pokok perkara terdiri

dari bukti dalam bentuk fotocopy yang tidak pernah diperlihatkan aslinya di

persidangan, sehingga dengan demikian seharusnya ditolak karena banyak

pokok-pokok gugatan yang harus dibuktikan dari dokumen asli.

Uraian dalil yang terbukti dari novum

Berikut adalah penjelasan Bukti PK-31 dan Bukti PK-32 yang memberikan

uraian secara detail dari dalil-dalil pada pengantar tersebut di atas.

26. Bahwa Bukti PK-31 adalah doktrin hukum dari Prof. Dr. Sudikno

Mertokusumo, S.H., pada bukunya dengan judul "Hukum Acara Perdata

Indonesia", Penerbit Liberty, Yogyakarta, Edisi Ke Delapan, Halaman 167.

Di dalam Bukti P-31 telah dinyatakan sebagai berikut:

"Tentang fotocopi dapat disimpulkan dari Putusan MA tanggal 14 April 1976

Nomor 701K/Sip/1974 (Y.l. 1976 hal. 549) bahwa fotokopi dapat diterima

sebagai alat bukti apabila fotokopi itu disertai "Keterangan atau dengan

jalan apapun secara sah dari mana ternyata bahwa fotokopi-fotokopi

tersebut dengan aslinya".

27. Bahwa Bukti PK-32 adalah doktrin hukum dari R. Soeroso S.H., dengan

judul "Yurisprudensi Hukum Acara Perdata Bagian 4 Tentang Pembuktian",

Penerbit Sinar Grafika, cetakan kedua, halaman 227, yaitu salinan atas

Putusan Mahkamah Agung Nomor 701K/Sip/1974 tanggal 1 April 1976,

antara Ny. Ong Hwie Liang melawan Goenandi, dengan kaidah hukum

sebagai berikut:

"Karena Judex Facti mendasarkan keputusannya melulu atas surat-surat

bukti yang terdiri dari fotokopi-fotokopi yang tidak secara sah dinyatakan

sesuai dengan aslinya sedang terdapat diantaranya yang penting-penting

yang secara substansiil masih dipertengkarkan oleh kedua pihak, Judex

Facti sebenarnya telah memutuskan perkara ini berdasarkan bukti-bukti

yang tidak sah"

28. Bukti PK-31 dan Bukti PK-32 membuktikan bahwa bukti yang dianggap sah

uau mempunyai kekuatan pembuktian yang mutlak adalah bukti asli.

Dari kaidah hukum positif yang berlaku, bukti dalam bentuk fotokopi

terutama harus ditolak apabila ternyata bukti fotokopi tersebut bertujuan

untuk membuktikan sesuatu yang bersifat substansial dan menjadi pokok

sengketa dari suatu perkara (vide Bukti PK-32).

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 126: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 37 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

29. Untuk mendukung gugatannya, Termohon Peninjauan Kembali mengajukan

sebanyak 28 bukti. Apabila dicermati, dari total 28 bukti, setidaknya ada 21

bukti yang diajukan dalam bentuk fotokopi, sebagai berikut:

Nomor Bukti Tujuan Bukti Bentuk bukti

Bukti P-2

sampai dengan

Bukti P-8

Sebagai dokumen pembanding

untuk membuktikan bahwa

teknologi atau informasi pada paten

terdaftar milik Pemohon Peninjauan

Kembali tidak baru karena telah

terungkap.

Dokumen dalam

bentuk printout. tidak

ada referensi situs dan

tidak pernah

diperlihatkan aslinya di

persidangan

Bukti P-9.a

sampai dengan

Bukti P-9.e

Sebagai bukti bahwa produk

dengan teknologi paten terdaftar

milik Pemohon Peninjauan Kembali

telah diperdagangan pihak ketiga

sebelum pendaftaran paten.

Dokumen dalam

bentuk fotocopy tidak

pernah diperlihatkan

aslinya di persidangan

Bukti P-10 Sebagai bukti bahwa invensi dari

paten terdaftar milik Pemohon

Peninjauan Kembali tidak

mengandung kebaruan

Dokumen dalam

bentuk print out

tidak ada referensi

situs dan tidak pernah

diperlihatkan aslinya di

persidangan

Bukti P-12 Sebagai bukti bahwa paten yang

terdaftar atas nama Pemohon

Peninjauan Kembali telah menjadi

milik publik sebelum

pendaftarannya

Dokumen dalam

bentuk print out.

tidak ada referensi

situs dan tidak pernah

diperlihatkan aslinya di

persidangan

Bukti P-14 Sebagai bukti adanya pihak ketiga

yang memproduksi insulasi panas

Dokumen dalam

bentuk print out.

tidak ada referensi

situs dan tidak pernah

diperlihatkan aslinya di

persidangan

Bukti P-16a Sebagai bukti pembelian produk Dokumen dalam

bentuk fotocopy tidak

pernah diperlihatkan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 127: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 38 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

aslinya di persidangan

Bukti P-17a

dan

Bukti -17b

Sebagai bukti adanya penggunaan

suatu merek pada bagian klaim

paten

Dokumen dalam

bentuk fotocopy tidak

pernah diperlihatkan

aslinya di persidangan

Bukti P-19

dan

Bukti P-20

Sebagai bukti bahwa keberadaan

perusahaan-perusahaan yang

memproduksi bahan baku

untuk

Dokumen dalam

bentuk fotocopy tidak

pernah diperlihatkan

aslinya di

30. Termohon Peninjauan Kembali mendalilkan bahwa Paten terdaftar milik

Pemohon Peninjauan Kembali tidak baru karena teknologinya telah

terungkap oleh dokumen Pembanding (vide Bukti P-2 sampai dengan Bukti

P-8) dan juga telah dibahas dalam buku (vide Bukti P-12), serta telah

diproduksi oleh pihak lain (vide Bukti P-9, Bukti 10, Bukti 14 sampai dengan

Bukti P-20).

Ternyata seluruh bukti-bukti yang diajukan untuk mendukung dalil-dalil

tersebut di atas adalah dalam bentuk print out dari internet atau fotocopy

dan tidak pernah diperlihatkan aslinya. Seharusnya Judex Facti dan Judex

Juris dapat melihat bahwa bukti-bukti fotocopy tersebut adalah bukti-bukti

yang bersifat substansial dan penting yang dipersengketakan dalam pokok

perkara, oleh karena itu harus diajukan dalam bentuk asli agar penilaian

pembuktian menjadi sempurna.

31. Dengan mengacu kepada Bukti PK-31 dan Bukti PK-32, maka seharusnya

seluruh bukti yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali dalam

bentuk fotokopi haruslah ditolak karena menyangkut bukti-bukti pokok

perkara yang penting dan dipersengketakan.

Yang Terbukti Dari Bukti PK-33 Sampai Dengan Bukti PK-39

Paten Terdaftar Milik Pemohon Peninjauan Kembali adalah Paten yang

Baru dan mengandung Langkah Inventif

Pengantar

Bahwa berdasarkan kaidah hukum yang terkandung pada Bukti PK-33 dan

Bukti PK-39, Pemohon Peninjauan Kembali berkeyakinan bahwa Judex

Facti dan Judex Juris seharusnya tidak membatalkan paten terdaftar milik

Pemohon Peninjauan Kembali.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 128: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 39 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Novum yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali pada bagian ini

bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka berpikir untuk penilaian

kebaruan dan langkah inventif yang digunakan oleh Judex Facti - yang

selanjutnya dikuatkan oleh Judex Juris - adalah keliru dan tidak tepat.

Oleh karena itu, seluruh uraian dalil di bagian ini bukanlah mendalilkan

mengenai keberatan atas penilaian hasil pembuktian yang merupakan

penghargaan atas kenyataan. novum di bagian ini meluruskan adanya

kesalahan cara penilaian yang merupakan bagian dari kerangka berpikir.

Paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali seharusnya dinyatakan

sebagai paten yang baru dan mengandung langkah inventif karena

menggunakan teknologi yang belum pernah terungkap sebelum Paten

tersebut diberikan oleh Turut Termohon Peninjauan Kembali.

Uraian dalil yang terbukti dari novum

32. Bahwa Bukti PK-33 adalah petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanan untuk

pemeriksaan permohonan paten yang digunakan sebagai petunjuk utama

oleh para pemeriksa di kantor Turut Termohon Peninjauan Kembali untuk

penilaian k dan langkah inventif dalam permohonan paten.

Untuk penilaian unsur kebaruan, Bukti PK-33 telah menyatakan maka harus

diperhatikan petunjuk sebagai berikut:

Halaman 50 Suatu Invensi dianggap baru jika pada tanggal

penerimaan invensi tersebut tidak sama dengan teknologi

yang diungkap sebelumnya (teknologi terdahulu). Dalam

Undang Undang Paten Indonesia teknologi terdahulu

adalah teknologi yang diumumkan di Indonesia atau di

luar Indonesia dalam suatu tulisan, uraian lisan atau

melalui peragaan, atau dengan cara lain yang

memungkinkan seseorang yang ahli untuk melaksanakan

invensi tersebut sebelum tanggal penerimaan atau

tanggal prioritas

Halaman 51 Yang dimaksud dengan tidak sama pada ayat ini adalah

bukan sekedar beda, tapi harus dilihat sama atau tidak

samanya fungsi ciri teknis (features) invensi tersebut

dengan ciri teknis invensi sebelumnya.

Untuk penilaian unsur langkah inventif, Bukti PK-33 telah menyatakan maka

harus diperhatikan petunjuk sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 129: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 40 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Halaman 64 Suatu invensi mempunyai langkah inventif jika invensi

tersebut tidak dapat diuga bagi orang dengan keahlian biasa

dalam bidang teknik terdahulu (Pasal 2 ayat (2). Dalam hal

ini, orang tersebut akan disebut sebagai "orang yang ahli".

Sesuatu "dapat diuga" jika dapat diperoleh secara logis dari

teknologi terdahulu, hal tersebut tidak melibatkan keahlian

khusus, di luar apa yang dapat diharapkan secara normal

oleh orang yang ahli.

Halaman 65 4. Pendekatan Masalah dan Pemecahannya

4.1. Tahap pertama adalah untuk membandingkan invensi

sebagaimana yang diklaim dengan teknologi terdahulu

yang tersedia (merujuk pada deskripsi dari

permohonan dan/atau yang ditemukan selama

penelusuran atau bahkan yang diberikan oleh pihak

ketiga selama periode pengumuman, sehingga

pengungkapan teknologi terdahulu yang terdekat

ditentukan).

Pengungkapan teknologi yang terdekat dapat merupakan

salah satu dari:

- Mengungkapkan efek teknik, tujuan atau

penggunaannya yang paling mirip dengan invensi yang

diklaim, atau

- Memiliki jumlah fitur teknik umum terbesar dengan

invensi dan mampu melakukan fungsi dari invensi.

33. Bahwa, Bukti PK-33 telah membuktikan bahwa dalam pemeriksaan unsur

kebaruan dan unsur langkah inventif, maka harus diperhatikan fakta-fakta

sebagai berikut:

- Unsur kebaruan harus memperhatikan sama atau tidak samanya fungsi

ciri teknis (features) invensi tersebut dengan ciri teknis invensi sebelum»

- Unsur langkah inventif harus memperhatikan efek teknik, tujuan atau

penggunaan yang paling mirip dengan invensi yang diklaim.

34. Di dalam perkara a quo, Judex Juris telah menjatuhkan putusan - yang

dikuatkan oleh Judex Juris dalam tingkat Kasasi - bahwa paten terdaftar

milik Pemohon Peninjauan Kembali tidak baru dan tidak mengandung

langkah inventif, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 130: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 41 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Adanya pengungkapan dari dokumen pendaftaran paten di luar negeri,

sebagaimana diuraikan dalam Halaman 47 dan 48 Putusan Judex Facti:

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-2 bahwa pada

tanggal 09-07-2009 Kantor Kekayaan Intelektual Korea telah mengeluarkan

hak ekslusif paten atas nama penemu Song Jeong Gon yang diajukan pada

tanggal 06-04-2008 untuk sistem dan metode pembuatan insulator panas

dengan refleksi tinggi dan radiasi rendah.

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-3, bahwa pada

tanggal 11-02-2009 Kantor Kekayaan Intelektual Korea telah mengeluarkan

hak eksklusif paten atas nama penemu Park Jeong Seo yang diajukan pada

tanggal 31.07.2008 untuk Bahan Insulasi Untuk Dinding Dalam Untuk

Mencegah Munculnya Jamur dan Kelembaban;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-4, bahwa pada

tangggal 9 Desember 1970 Kantor Patent London telah mengeluarkan hak

eksklusif paten atas nama penemu Thomas Alfred George

Muggeridge yang diajukan tanggal 23 Feb 1967 untuk Bahan Insulasi

Termal Yang Telah Ditingkatkan,

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-5, bahwa pada

tanggal 1 Oktober 2013 Kantor Kekayaan Intelektual Korea telah

mengeluarkan hak eksklusif paten atas Yang Terdiri Dari Aluminium

Foil Atau Silver Foil, Foaming Agent, Busa Polietilen, Serat

Dan Tenunan;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-6, pada tanggal 15-

3-2006 Kantor Hak Paten Intelektual RRC telah mengeluarkan hak eksklusif

paten atas nama penerima hak paten PT. Beijing Fangji Hengchimao,

peranang Li Zhuguang, Long Zhongwu, Chen Yong, Xi Guohui Qian Lei,

tanggal permohonan 21.3.2006, produk peredam kebisingan & perlindungan

suhu panas;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-7, pada tanggal 8-

1-2003 Kantor Paten Eropa telah mengeluarkan hak eksklusif paten atas

nama penemu Chikamori, Seishi Saitama-shi, Saitama 336-0923 (JP), atas

nama pemohon IST Co., Ltd. Tokyo 104-0061 (JP), tanggal pengarsipan

15.03.2002, guna meningkatkan efek tahan panas dan menginsulasi panas

yang sangat besar;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-8, kantor Paten

Amerika Serikat telah mengeluarkan hak eksklusif paten atas nama penemu

Kiroku Hosada, Yokohama, dan Naonori Shiina, Tokyo, Jepang, para

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 131: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 42 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

pemberi pengarah tugas The Furukawa Elektrik Company Limited,

Chiyodaku, Tokyo, dipatenkan tanggal 21 Maret 1972, pemanasan

permukaan preform polyolefin yang dapat dibusakan sebelum pembusaan

dan pengikatan silang kimia;

Adanya fakta bahwa produk yang sama telah diperdagangkan sebelum

tanggal penerimaan permohonjan paten milik Pemohon Peninjauan

Kembali, sebagaimana diuraikan dalam halaman 48 dan halaman 49,

sebagai berikut:

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-9a, P-9b, P-9c, P-

9d, bahwa barang-barang insulasi panas tersebut telah diperjualbelikan

pada tahun 2006 dan 2007, sedangkan pada P-10 untuk barang sejenis

sudah ditawarkan secara on line;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-9e, bahwa

Penggugat telah membeli barang-barang sejenis dari PT. Sumbermetal

Internasional pada tanggal 29 Agustus 2006;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-12, P-13a, P-13b,

P-13, P-13d, P-14, P-15, P-16a, barang-barang sejenis telah diperjuabelikan

dan bukti P-16b adalah contoh barangnya;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-17a, 17b, sejak 17

Juli 1989 PT. Lautan Otsuka Hemical adalah agen penjualan barang-barang

sejenis di Indonesia, sedangkan dalam bukti P-18, P-19 dan P-20 barang-

barang insulasi panas sejenis telah diproduksi sejak November 1955;

Adanya keterangan ahli, sebagaimana diuraikan dalam halaman 49,

sebagai berikut:

Menimbang, bahwa menurut pendapat ahli yang bernama Drs.

Sudirman, Msi, sejak tahun 1970 sudah ada insulasi panas dari foam dan

teknologi ini sudah 4 perusahaan Jepang yang memproduksi insulasi panas

dari foam yaitu Kurikawa, Hitachi, Toray dan Seki Sui, sedangkan insulasi

panas dari foam saat ini sudah ketinggalan jaman;

Menimbang, bahwa menurut pendapat ahli yang bernama Ir. Syah

Johan Ali Nasiri, Msc. Insulasi panas dari foam sudah dikenal sejak tahun

1970, dan pada tahun 1972 cara membuat insulasi panas dari foam telah

dikenalkan oleh Furukawa;

Selanjutnya, berdasarkan seluruh pertimbangan di atas, maka

Judex Facti kemudian memberikan pertimbangan sebagai berikut:

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di

atas terbukti bahwa yang dimohonkan hak eksklusif paten atas nama

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 132: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 43 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Tergugat Sertifikat Paten Nomor P0029369 yang diajukan pada tanggal 7

Agustus 2009 dan diberi paten pada tanggal 23 Oktober 20, ternyata jauh

sebelum tersebut sudah ada produk serupa yang telah dipatenkan Negara

dari berbagai pemohon dan telah dikeluarkan sertifikat patennya serta

produknya telah diperjualbelikan;

35. Bahwa berdasarkan pertimbangan Judex Facti tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa Judex Facti telah menilai kebaruan dan langkah inventif

dengan cara sebagai berikut:

- adanya persamaan antara elemen-elemen yang terkandung di dalam

paten pada dokumen pembanding (yang tidak dinotarisasi dan

dilegalisasi);

- adanya pertimbangan perbandingan berdasarkan pengamatan kasat

mata atas produk-produk yang beredar di pasaran dengan produk hasil

teknologi paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali.

Cara menilai yang digunakan oleh Judex Facti tersebut di atas adalah keliru

karena berdasarkan Bukti PK-33, penilai kebaruan tidak bisa didasarkan

pada adanya persamaan berdasarkan pengamatan atas bahan baru atau

elemen dasar yang digunakan untuk membuat patent tersebut. Bukti PK-33

juga telah menentukan bahwa untuk menilai kebaruan dan langkah inventif

maka yang harus dinilai adalah:

- Sama atau tidak samanya fungsi ciri teknis (features) invensi tersebut

dengan ciri teknis invensi sebelumnya;

- Efek teknik, tujuan atau penggunaan yang paling mirip dengan invensi

yang diklaim.

36. Berdasarkan uraian di atas tersebut, maka seharusnya Judex Facti

menjatuhkan putusannya setelah memeriksa fungsi-fungsi teknik dari

seluruh dokumen pembanding yaitu pendaftaran paten di luar negeri (vide

Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-8, maka akan terlihat bahwa fungsi teknik

dari paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali adalah berbeda

secara fundamental, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Nomor

Bukti

Teknologi yang terungkap Catatan

Bukti P-2 Metode insulasi panas dengan

menggunakan refleksi tinggi dan

radiasi rendah

Teknologi insulasi

untuk alat-alat audio

dan pengeras suara

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 133: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 44 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Bukti P-3 Terkait dengan bahan isulasi untuk

mencegah munculnya jamur dan

kelembaban pada dinding

Teknologi

pemerantasan jamur

dan kelembaban.

Bukti P-4 Terkait dengan paten untuk peredam

panas yang digunakan untuk atap

bangunan dengan bahan dasar

Polistirena pengikat bersel tertutup.

Teknologi peredam

panas dengan bahan

dasar Polistirena

Bukti P-6 Terkait dengan bantalan pelindung

sebagai peredam bunyi yang

berfungsi juga untuk meredam panas

Teknologi peredam

suara dan panas pada

alat-alat audio atau >

pengeras suara

Bukti P-7 Terkait dengan lapisan laminasi

untuk isolasi panas yang mampu

mempercepat pencairan salju dan

memancarkan sinar inframerah

Teknologi untuk

mencairkan salju

Bukti P-8 Terkait dengan paten proses untuk

lapisan busa yang dipanaskan untuk

mencegah penempelan dengan

lembar media, digunakan dalam

aplikasi materi bangunan, materi

pengepakan, materi yang

mengambang dan materi agrikultur

(vide latar belakang invensi dari Bukti

P-8 halaman)

Paten proses untuk

penggunaan busa

secara komersial

dalam bidang

pembangunan,

pengepakan, metode

pengepakan dan

agrikultur.

37. Dari uraian tersebut diatas, dan dengan memperbandingkan langkah-

langkah penentuan kebaruan dan langkah inventif sesuai dengan Bukti

PK-33, maka telah terbukti bahwa sebenarnya teknologi pada paten

terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali adalah suatu paten yang baru

dan mengandung langkah inventif karena memiliki fungsi teknis yang

berbeda secara fundamental dengan seluruh dokumen pembanding yang

diajukan sebagai Bukti P-2 samai dengan Bukti P-8 oleh Termohon

Peninjauan Kembali. Perbedaan tersebut dapat dicermati secara nyata dari

perbandingan sebagai berikut:

Fungsi teknis Paten Fungsi teknis dari Dokumen Pembanding

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 134: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 45 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

terdaftar milik Pemohon

Peninjauan Kembali

Bukti P-2 sampai dengan Bukti P-8 yang

diajukan Termohon Peninjauan Kembali

Nomor

Bukti

Teknologi yang terungkap

Insulasi Panas yang dapat

digunakan untuk insulasi

suata, konstruksi dan

industry dengan bahan

Polyethylene dan

Polypropylene

Bukti P-2 Teknologi insulasi untuk alat-alat

audio dan pengeras suara

Bukti P-3 Teknologi pemerantasan jamur

dan kelembaban.

Bukti P-4 Teknologi peredam panas dengan

bahan dasar Polistirena

Bukti P-6 Teknologi peredam suara dan

panas pada alat-alat audio atau

pengeras suara

Bukti P-7 Teknologi untuk mencairkan salju

Bukti P-8 Paten proses untuk penggunaan

busa secara komersial dalam

bidang pembangunan,

pengepakan, metode pengepakan

dan agrikultur.

Sebagaimana dapat dicermati dari perbandingan di atas, maka telah

terbukti secara sempurna bahwa teknologi pada paten terdaftar milik

Pemohon Peninjauan Kembali adalah teknologi baru karena merupakan

penyempurnaan dari seluruh teknologi-teknologi sebelumnya.

38. Satu-satunya teknologi pada dokumen pembanding yang cukup dengan

teknologi pada paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali adalah

Bukti P-4, karena sama-sama memiliki fungsi teknik untuk meredam panas

dan dapat diterapkan untuk insulasi suara, konstruksi dan industry. Namun

demikian, kedua paten ini juga berbeda karena bahan dasar yang

digunakan untuk mencapai fungsi teknik pada paten terdaftar milik

Pemohon Peninjauan Kembali adalah Polyethylene dan Polypropylene

dan bukan bahan dasar Polistirena seperti pada Bukti P-4.

Dari uraian di atas telah terbukti dengan sempurna bahwa teknologi pada

paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali adalah suatu teknologi

yang baru dan mengandung langkah inventif karena telah menghasilkan

suatu fungsi teknis yang baru yang jelas-jelas berbeda dengan teknologi

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 135: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 46 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

yang telah terungkap sebelumnya, dan dengan demikian telah memenuhi

ketentuan dan syarat patentabilitas dalam Undang Undang Paten, yaitu:

- baru karena pada Tanggal Penerimaan, Invensi milik Pemohon

Peninjauan Kembali tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan

sebelumnya.

- mengandung langkah inventif karena seseorang yang mempunyai

keahlian tertentu di bidang teknik tidak akan menduga hasil fungsi

teknik yang dihasilkan oleh Invensi milik Pemohon Peninjauan

Kembali.

39. Berdasarkan uraian di atas, maka telah terbukti bahwa seluruh dalil-dalil

yang dikemukakan berserta bukti yang diajukan oleh Termohon

Peninjauan Kembaili dapat mengantisipasi kebaruan dari paten terdaftar

milik Pemohon Peninjauan Kembali;

40. Bahwa di Indonesia, kantor Turut Termohon Peninjauan Kembali juga

telah memberikan paten kepada pihak ketiga dengan teknologi-teknologi

terkait denaan manipulasi panas dan cara mengisolirnya. Adapun paten-

paten yang diberikan oleh Turut Termohon Peninjauan Kembali sebagai

novum dalam perkara a quo, yaitu sebagai berikut:

> Bukti PK-34 yaitu petikan resmi dari sertifikat pendaftaran paten untuk

invensi dengan judul Kabel Listrik dengan Pelindung Insulasi Semi-

Konduktif Berbusa, nomor pendaftaran ID00021429

> Bukti PK-35 yaitu petikan resmi dari sertifikat pendaftaran paten untuk

invensi dengan judul Isolasi Kabel Listrik, nomor pendaftaran

ID00011049

> Bukti PK-36 yaitu petikan resmi dari sertifikat pendaftaran paten untuk

invensi dengan judul Panel Dengan Lapisan Kedap-Suara dan Metode

Pembuatannya, nomor pendaftaran ID00025902

> Bukti PK-37 yaitu petikan resmi dari sertifikat pendaftaran paten untuk

invensi dengan judul Sistem Selubung Penahan Panas, nomor

pendaftaran ID00021562

> Bukti PK-38 yaitu petikan resmi dari sertifikat pendaftaran paten untuk

invensi dengan judul Komposisi Untuk Lapisan Penyekat Panas,

nomor pendaftaran ID00029490

> Bukti PK-39 yaitu petikan resmi dari sertifikat pendaftaran paten untuk

invensi dengan judul Pelapis Tahan Panas, nomor pendaftaran

ID00033322

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 136: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 47 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Bahwa dari seluruh bukti-bukti tersebut di atas, telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bahwa memang benar telah terdaftar berbagai invensi

yang berhubungan dengan manipulasi panas dan cara mengisolirnya.

Namun demikian, tidak ada satupun dari paten-paten terdaftar pada Bukti

PK-40 sampai dengan Bukti PK-45 yang sama dengan Paten terdaftar

Insulasi Panas milik Pemohon Peninjauan Kembali.

Oleh karena itu, pertimbangan Turut Termohon Peninjauan Kembali telah

tepat dan benar karena memang tidak ada teknologi yang dapat

mengungkapkan tekonologi yang digunakan pada insulasi panas milik

Pemohon Peninjauan Kembali.

41. Bahwa Judex Facti juga memberikan pertimbangan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-9a, P-9b, P-9c, P-

9d, bahwa barang-barang insulasi panas tersebut telah diperjualbelikan

pada tahun 2006 dan 2007, sedangkan pada P-10 untuk barang sejenis

sudah ditawarkan secara on line;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-9e, bahwa

Penggugat telah membeli barang-barang sejenis dari PT Sumbermetal

Internasional pada tanggal 29 Agustus 2006;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-12, P-13a, P-13b,

P-13, P-13d, P-14, P-15, P-16a, barang-barang sejenis telah

diperjualbelikan dan bukti P-16b adalah contoh barangnya;

Menimbang, bahwa sebagaimana dalam bukti P-17a, 17b, sejak 17

Juli 1989 PT Lautan Otsuka Hemical adalah agen penjualan barang-

barang sejenis di Indonesia, sedangkan dalam bukti P-18, P-19 dan P-20

barang-barang insulasi panas sejenis telah diproduksi sejak November

1955;

Pertimbangan yang diberikan oleh Judex Facti di atas harus ditinjau ulang

karena telah menggunakan kerangka berpikir yang salah untuk menilai

kebaruan dan langkah inventif dalam paten.

42. Penilaian yang dilakukan oleh Judex Facti dan diafirmasi oleh Judex Juris

di atas adalah penilaian dengan menggunakan pemeriksaan kasat mata.

Dalam hal ini, Judex Facti telah memperbandingkan antara produk dengan

paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali dengan

memperbandingkan fisik dan penampilan dan produk tersebut dengan

bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali.

Cara penilaian ini jelas salah karena seharusnya yang diperbandingkan

adalah teknologi yang digunakan pada tiap-tiap produk. Pemeriksaan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 137: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 48 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

kasat mata tidaklah cukup, karena ada begitu banyak jenis produk yang

sama yang telah tercipta sejak dahulu.

Salah satu bukti adalah produk handphone (telepon selular) yang banyak

beredar di pasaran dengan bentuk fisik dan penampilan yang sama

bahkan identik, padahal diciptakan oleh produsen yang berbeda dan

menggunakan teknologi yang berbeda pula. Pertanyaannya tentu saja

apakah suatu handphone dapat dikatakan melanggar teknologi paten pada

handphone lainnya semata-mata dengan mengamat-amati fisik produk?

Tentu saja tidak. Yang harus diperbandingkan adalah teknologi yang

digunakan pada kedua handphone tersebut.

Demikian juga ilustrasi kasus di atas harus berlaku di dalam perkara a quo.

Judex Facti dan Judex Juris seharusnya tidak menggunakan penilaian

secara fisik untuk menilai kebaruan dan langkah inventif dalam perkara

pembatalan paten dengan objek perkara masalah teknologi paten. Judex

Facti dan Judex Juris seharusnya memeriksa, mencermati, meniliti dan

terakhir, memperbandingkan paten yang digunakan dalam bukti-bukti

pembanding yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali dengan

teknologi paten pada paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan Kembali

sebelum memutusan apapun.

Dengan menggunakan penilaian perbandingan produk untuk suatu perkara

paten, maka sebenarnya Judex Facti dan Judex Juris telah

mencampuradukkan pemeriksaan paten dengan pemeriksaan pada ranah

hukum desain industri dimana kebaruan memang diukur dari penampilan

fisik.

Majelis Hakim Agung yang Terhormat, Bukti novum PK-33 dan

diperbandingkan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon

Peninjauan Kembali telah membuktikan bahwa Judex Facti dan Judex

Juris telah menggunakan cara penilaian kebaruan dan langkah inventif

yang salah.

43. Bahwa untuk membatalkan paten terdaftar milik Pemohon Peninjauan

Kembali, Judex Facti juga memberikan pertimbangan sebagai berikut (vide

Halaman 49 Putusan Judex Facti):

Menimbang, bahwa menurut pendapat ahli yang bernama Drs.

Sudirman, M.Si., sejak tahun 1970 sudah ada insulasi panas dari foam dan

teknologi ini sudah 4 perusahaan Jepang yang memproduksi insulasi

panas dari foam yaitu Kurikawa, Hitachi, Toray dan Seki Sui, sedangkan

insulasi panas dari foam saat ini sudah ketinggalan jaman;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 138: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 49 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

Menimbang, bahwa menurut pendapat ahli yang bernama Ir. Syah

Johan Ali Nasiri, M.Sc. Insulasi panas dari foam sudah dikenal sejak tahun

1970, dan pada tahun 1972 cara membuat insulasi panas dari foam telah

dikenalkan oleh Furukawa.

Ahli Drs Sudirman Msi dan Ahli Syah Johan Ali Nasiri telah memberikan

keterangan lebih daripada kapasitas yang diketahuinya. Dengan mengacu

kepada Bukti PK-33, maka seharusnya ahli-ahli ini tidak dengan

sembarangan menyatakan sesuatu hal yang tidak diketahuinya, kecuali

dapat menunjukkan bagian mana dari teknologi milik Pemohon Peninjauan

Kembali yang telah terungkap dengan bukti-bukti yang diajukan oleh

Termohon Peninjauan Kembali.

44. Ahli Drs Sudirman Msi dan Ahli Syah Johan Ali menyatakan teknologi

insulasi panas telah dikenal sejak tahun 1970. Mobil, motor, kereta api,

handphone, dan semua barang-barang yang diberikan paten dan

dilindungi juga terdaftar dari sejak jaman dahulu kala. Apakah dengan

demikian, di tiap-tiap kesaksian Ahli Drs Sudirman Msi dan Ahli Syah

Johan Ali juga akan menyatakan bahwa semua barang tersebut tidak baru

dan tidak mengandung langkah inventif juga? Salah, tentu saja salah,

karena rejim paten mengenal pengembangan teknologi dimana setiap

orang dipacu untuk senantiasa berkreasi menciptakan produk-produk baru

demi kemakmuran umat manusia. Tidak ada satupun orang di dunia ini

yang dapat menyatakan bahwa suatu teknologi tidak baru atau terungkap

atau tidak mengandung langkah inventif apabila tidak melakukan

pemeriksaan secara mendetail atas teknologi yang digunakan dan

memperbandingkannya dengan prior art atau teknologi yang telah ada

sebelumnya.

Judex Facti dan Judex Juris tergiring untuk memberikan pertimbangan

yang salah karena kesaksian sesat dan menyesatkan yang diberikan oleh

Ahli Drs Sudirman Msi dan Ahli Syah Johan Ali.

Oleh karena, mohon agar kiranya Majelis Hakim Agung yang terhormat

dapat memperbaiki kesalahan Judex Facti dan Judex Juris dengan

menolak gugatan Penggugat.

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut

Mahkamah Agung berpendapat:

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena

setelah meneliti secara saksama alasan-alasan peninjauan kembali tanggal 13

Januari 2017 dan jawaban alasan peninjauan kembali tanggal 5 April 2017 dan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 139: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 50 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

3 Maret 2017 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Juris ternyata bukti-

bukti peninjauan kembali yang diajukan Pemohon Peninjauan Kembali tidak

dapat diterima sebagai bukti baru yang bersifat menentukan, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa setelah membaca dan meneliti secara saksama memori

peninjauan kembali dan kontra memori peninjauan kembali para pihak

dihubungkan dengan pertimbangan hukum Putusan Judex Facti dan Judex Juris

dalam perkara a quo, di samping tidak terdapat kekhilafan Hakim ataupun

kekeliruan yang nyata, ternyata bukti-bukti baru (novum) yang dimaksud

Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Tergugat selain dari pada beberapa bukti

baru (novum) berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Surat

Edaran serta buku, bukti-bukti baru (novum) selebihnya ternyata bukan

merupakan bukti yang menentukan dalam perkara a quo karena di samping

bukti-bukti baru (novum) tersebut sebagian besar tidak dapat diperlihatkan

aslinya dan juga bukti-bukti baru (novum) selebihnya tidak mempunyai

hubungan langsung dengan pokok sengketa sehingga Pemohon Peninjauan

Kembali dahulu Tergugat tidak dapat membuktikan bahwa paten telah

mengandung unsur kebaruan dalam inventifnya;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah

Agung berpendapat permohonan pemeriksaan peninjauan kembali yang

diajukan oleh Pemohon Peninjuan Kembali: PT TOILON INDONESIA tidak

beralasan, sehingga harus ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali dari

Pemohon Peninjauan Kembali ditolak, maka Pemohon Peninjauan Kembali

dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan

kembali;

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten,

Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,

Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004

dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta

peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I:

1. Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali PT TOILON INDONESIA tersebut;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 140: PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK ......PEMBATALAN HAK PATEN AKIBAT TIDAK TERPENUHINYA UNSUR KEBARUAN (NOVELTY) (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR. 144 PK/Pdt.Sus …

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 51 dari 51 hal. Put. Nomor 144 PK/Pdt.Sus-HKI/2017

2. Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya

perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali sebesar

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada

Mahkamah Agung pada hari Selasa tanggal 14 November 2017 oleh H. Hamdi,

S.H., M.Hum., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung

sebagai Ketua Majelis, H. Panji Widagdo, S.H., M.H. dan Dr. Ibrahim, S.H.,

M.H., LL.M., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai Anggota, putusan

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua

dengan dihadiri oleh Anggota-Anggota tersebut dan Hari Widya Pramono, S.H.,

M.H., Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh para Pihak.

Anggota-Anggota, Ketua,

Ttd Ttd

H. Panji Widagdo, S.H., M.H. H. Hamdi, S.H., M.Hum.

Ttd

Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M.

Panitera Pengganti

Ttd

Hari Widya Pramono, S.H., M.H.

Biaya-biaya:1. Meterai : Rp 6.000,002. Redaksi : Rp 5.000,003. Administrasi

Peninjauan kembali : Rp 9.989.000,00 +Jumlah : Rp 10.000.000,00

MAHKAMAH AGUNG R.I

A.n. Panitera

Panitera Muda Perdata Khusus

Rahmi Mulyati, S.H., M.H.,

NIP. 19591207 198512 2 002

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51