pembakaran.pdf
DESCRIPTION
pembakaran adalah suatu proses oksidasi dimana menghasilkan karbon dioksida dan airTRANSCRIPT
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
1/12
a an a ar an em a aran
1
BAHAN BAKAR DAN PEMBAKARAN
I. Pengertian Umum
I.1 Bahan Bakar
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan
yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya,
disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan untuk
memperoleh kalor tersebut, untuk digunakan baik secara langsung maupun tak
langsung. Sebagai contoh penggunan kalor dari proses pembakaran secara langsung
adalah:
- untuk memasak di dapur-dapur rumah tangga,
- untuk instalasi pemanas,
sedang contoh penggunaan kalor secara tidak langsung adalah:
- kalor diubah menjadi energi mekanik, misalnya pada motor bakar,
- kalor diubah menjadi energi listrik, misalnya pada pembangkit listrik tenaga diesel,
tenaga gas dan tenaga uap.
Beberapa macam bahan bakar yang dikenal adalah:
- bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
- bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium.
Pada bahan bakar nuklir, kalor diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atom-atom
melalui peristiwa radioaktif.
- bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, minyak hewani.
Bahan bakar konvensional, ditinjau dari keadaannmya dan wujudnya dapat
padat, cair atau gas , sedang ditinjau dari cara terjadinya dapat alamiah dan non -alamiah
atau buatan atau manuvactured. Termasuk bahan bakar padat alamiah ialah: antrasit,
batubara bitumen, lignit, kayu api, sisa tumbuhan. Termasuk bahan bakar padat non-
alamiah antara lain: kokas, semi-kokas, arang, briket, bris, serta bahan bakar nuklir.
Bahan bakar cair non-alamiah antara lain: bensin atau gasolin, kerosin atau minyak
tanah, minyak solar, minyak residu, dan juga bahan bakar padat yang diproses menjadi
bahan bakar cair seperti minyak resin dan bahan bakar sintetis . Bahan bakar gas
alamiah misalnya: gas alam dan gas petroleum, sedang bahan bakar gas non-alamiah
misalnya gas rengkah (atau cracking gas) dan producer gas.
I.2 Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang
dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor.
Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi perlahan-
lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi dipakai untuk
menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai mencapai suhu nyala.
Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat
terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air (= H2O), dan gas SO2, sehingga
tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Bahasan ini dibatasi hanya pada bahan bakar dan proses pembakaran yang
biasa terjadi dalam industri.
II. Komposisi dan Spesifikasi Bahan Bakar
II.1 Komposisi
Bahan bakar fosil dan bahan bakar organik lainnya umumnya tersusun dari
unsur-unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (belerang), P
(fosfor) dan unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil, namun unsur-unsur kimia yang
penting adalah C, H dan S, yaitu unsur-unsur yang jika terbakar menghasilkan kalor,
dan disebut sebagai bahan yang dapat terbakar atau combustible matter, disingkat
dengan BDT.
Unsur-unsur lain yang terkandung dalam bahan bakar namun tidak dapat
terbakar adalah O, N, bahan mineral atau abu dan air. Komponen-komponen ini disebut
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
2/12
a an a ar an em a aran
2
sebagai bahan yang tidak dapat terbakar atau non-combustible matter, disingkat
dengan non-BDT.
Secara singkat komposisi bahan bakar padat dinyatakan menurut:
a.Analisis pendekatan (proximate analys is), yaitu kandungannya akan BDT, air,
abu.
BDT terdiri dari:
- bahan yang bila terbakar membentuk gas atau uap, yaitu gas CO2, CO, SO2, uap
air. Bahan ini disingkat dengan BTG.
- bahan yang jika terbakar tidak membentuk gas, dan pembakaran lebih lanjut
terhadap bahan ini menghasilkan kokas. Bahan ini disebut karbon tetap atau
fixed carbon disingkat KT.
Setelah proses pembakaran:
- BTG: terbakar menghasilkan gas-gas CO2, CO, SO2, dan uap air yang
keluar sebagai gas asap atau gas buang.
- non -BDT: unsur O dan N membentuk gas-gas oksigen (O2) dan nitrogen (N
2),
dan keluar sebagai gas asap. Komponen abu tetap tinggal di ruang pembakaran,
ditampung oleh penampung (ash pit), dan keluar sebagai sisa pembakaran
(refuse) disingakt SB.
- KT: terbakar membentuk kokas. Kokas mempunyai kandungan karbon
mendekati 100%.
b.Analisis tuntas (ultimate analysis), yaitu komposisi bahan sampai unsur-
unsurnya, seperti kandungan C, H, O, N, S, abu dan air. Air yang terkandung
dalam bahan bakar mencakup:
- air yang menempel secara mekanis,
- air senyawa, yaitu air yang dapat terbentuk jika unsur O dan H dalam bahan
bakar mempunyai perbandingan stoikiometeris.
Bahan bakar cair terdiri dari seyawa hidrokarbon atau campuran beberapa
macam senyawa hidrokarbon. Pada minyak bumi, kandungan hidrokarbon terdiri dari
C5 sampai C16, meliputi seri parafin, napftena, olefin dan aromatik. Hidrokarbon-
hidrokarbon tersebut kadang-kadang merupakan senyawa ikatan dengan belerang,
oksigen dan nitrogen, yang jumlahnya beragam.
Bahan-bahan gas terdiri dari campuran senyawa-senyawa C dan H yang
mudah terbakar (CH4, C2H6, C2H4, C2H2, CO, H2 dan lain-lain), serta gas -gas yang
tidak terbakar (N2, CO2, SO2). Senyawa C dan H tersebut tidak selalu senyawa
hidrokarbon (CO, H2). Contoh bahan bakar gas:
-
Gas alam : merupakan campuran gas-gas parafin hidrokarbon jenuh seperti
metana, etana, gas nitrogen, gas karbon dioksida, dan lain -lain.
Kandungan air di dalam bahan bakar cair dan bahan bakar gas terbats pada harga nisbi
menurut kelarutanair di dalam cairan dan dalam gas tersebut. Kandungan air,
kandungan abu dan kandungan belerang dalam bahan bakar sangat menentukan mutu
bahan bakar tersebut, karena bahan-bahan tersebut mempengaruhi besarnya nilai kalor
dan sekaligus menentukan spesifikasinya.
II.2 Spesifikasi Dasar
Spesifikasi bahan bakar yang terpenting adalah:
a.Nilai Kalor atau Heating Value atau Calorific Value atau Kalor Pembakaran.
Nilai kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna 1 kilogram
atau satu satuan berat bahan bakar padat atau cair atau 1 meter kubik atu 1 satuan
volume bahan bakar gas, pada keadaan baku.
Nilai kalor atas a tau gross heating value atau higher heating value adalah kalor
yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan bakar padat
atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 250C,
apabila semua air yang mula-mula berwujud cair setelah pembakaran mengembun
menjadi cair kembali.
Nilai kalor bawah atau net heating value atau lower heating value adalah kalor
yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang diperlukan oleh
air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
3/12
a an a ar an em a aran
3
bahan bakar untuk menguap pada 250C dan tekanan tetap. Air dalam sistem,
setelah pembakaran berwujud uap air pada 250C.
b.Kandungan Air di dalam Bahan Bakar
Air yang terkandung dalam bahan bak ar padat terdiri dari:
- kandungan air internal atau air kristal, yaitu air yang terikat secara kimiawi.
- kandungan air eksternal atau air mekanikal, yaitu air yang menempel pada
permukaan bahan dan terikat secara fisis a tau mekanis.
Air dalam bahan bakar cair merupakan air eksternal, berperan sebagai
pengg anggu.
Air dalam bahan bakar gas merupakan uap air yang bercampur dengan bahan
bakar te rsebut.
Air yang terkandung dalam bahan bakar menyebabkan penurunan mutu bahan
bakar karena:
- menurunkan nilai kalor dan memerlukan sejumlah kalor untuk penguapan,
- menurunkan titik nyala,
- memperlambat proses pembakaran, dan menambah volume gas buang.
Keadaan tersebut mengakibatkan:
- pengurangan efisiensi ketel uap ataupun efisiensi motor bakar,
- penambahan biaya perawatan ketel,
- menambah biaya transportasi, merusak saluran bahan bakar cair (fuel line)
dan ruang bakar.
c.Kandungan Abu
Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tak dapat
terbakar (non-BDT) yang tertinggal setelah proses pembakaran dan perubahan-
perubahan atau reaksi-reaksi yang menyertainya selesai. Abu berperan
menurunkan mutu bahan bakar karena menurunkan nilai kalor. Di dalam dapur
atau dalam generator gas, abu dapat meleleh pada suhu tinggi, menghasilkan massa
yang disebut slag. Sifat kandungan a bu dapat ditandai oleh perubahan-perubahan
yang terjadi bila suhunya naik. Kalau suhu diberi lambang t, maka:
t1= suhu pada saat abu mulai deformasi,
t2= suhu pada saat abu mulai lunak,
t3= suhu pada saat abu mulai mencair.
Kalau abu meleleh pada suhu t3 < 13000C, maka abu bertitik leleh rendah.
Kalau abu meleleh pada suhu 13000C < t3< 1425
0C; abu bertitik leleh sedang.
Kalau abu meleleh pada suhu t3> 14250C; abu bertitik leleh tinggi.
Slagdapat menutup aliran udara yang masuk di antara batang-batang rooster (kisi-
kisi) dalam ruang pembakaran, menutupi timbunan bahan bakar dan merusak
dapur, serta abu yang terbawa oleh gas asap mengikis bidang pemanasan ketel.
d.Kandungan Belerang
Apabila bahan bakar yang mengandung belerang dibakar, belerang akan terbakar
membentuk gas belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3). Gas-gas ini
bersifat sangat koros if terhadap logam dan meracuni udara sekeliling .
e.Kandungan BTG dan Daya Pembentukan Kokas
Jika bahan bakar padat dibakar tanpa udara berlebihan, pertama -tama yang
menguap adalah air, baru kemudian gas -gas yang terbentuk dari terbakarnya BTG.
Sisa akhir pembakaran adalah KT atau kokas serta abu. Makin tua umur geologis
bahan bakar padat, makin rendah kandungan BTG-nya.
f.Berat Jenis (Spesific Gravity)
Berat jenis dinyatakan dalam gram per ml, dalam derajat API, dalam lb (baca:
pound) per galon, atau lb per cuft, dan derajat Baume. Berat jenis disingkat sp.
gr. atau sg.
Definisi: perbandingan berat bahan bakar terhadap berat air, diukur pada 600F,
yang pada suhu tersebut berat air = 62.4 lb/cuft.
Sg bahan bakar cair berubah oleh suhu, karena adanya ekspansi, terlebih-lebih sg
bahan bakar gas.
Ada beberapa satuan sg seperti antara lain:
1. Sg 60/600F =
5.131API
5.141
0 + , dimana
0API diukur pada 60
0F.
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
4/12
a an a ar an em a aran
4
2. =130Be
140
0 + , dimana
0Be diukur pada 60
0F.
3. =4.62
cuft/lb , dimana lb/cuft diukur pada 60
0F.
4. =34.8
gal/lb , dimana lb/gal diukur pada 60
0F.
Banyak hubungan antara sg dengan sifat-sifat penting bahan bakar minyak, yaitu:
1.Untuk pembakaran pada volume tetap;
Nilai kalor a tas, Btu/lb = 22 320 [3 780 (sg)2]
2.Untuk pembakaran pada tekanan tetap;
Nilai kalor bawah, Btu/lb = 19 960 [3 780 (sg)2] + (1 362 sg)
3.
Persen hidrogen, % = 26 (15 sg)
4.Kalor spesifik, Btu/lb0F = kal/gr
0C =
( )[ ]
sg
Ft00045.0388.0 +
5.
Kalor laten penguapan, Btu/lb = ( )[ ]sg
Ft09.09.110
Rumus pada butir 4 dan 5 sebenarnya hanya berlaku untuk bahan bakar
hidrokarbon murni tanpa adanya ikutan, namun karena biasanya bahan ikutan
jumlahnya kecil sekali, maka kedua rumus tersebut masih aman untuk digunakan.
g.Viskositas atau Kekentalan
Viskositas adalah kebalikan fluiditas atau daya alir. Makin tinggi viskositas makin
sukar mengalir. Mengingat kecepatan mengalir juga tergantung pada berat jenis,
maka pengukuran viskositas demikian dinyatakan sebagai viskositas kinematik.
Viskositas absolut = viskositas kinematik berat jenis cairan.
Satuan viskositas antara lain: poise, gram/cm detik, atau dengan skala Saybolt
Universaldiukur dalam detik.
Catatan: Agar minyak dapat dipompa harus mempunyai viskositas 10 000 detik
SU (Saybolt Universal), dan agar dapat dikabutkan dengan tekanan udara
1 psi harus mempunyai viskositas 100 detik SU.
Pengaruh viskositas pada pengabutan sangat menentukan dalam mencapai
pembakaran sempurna dan bersih. Jika pengabutan berlangsung dengan viskositas
> 100 detik SU dan tekanan udara < 1 psi, maka butiran-butiran kabut minyak
terlalu besar hingga susah bercampur dengan udara sekunder. Akibatnya akan
terbentuk gumpalan karbon yang mengganggu burner dan dapur. Bagi minyak-
minyak berat, pemanasan pendahuluan harus dilakukan sebelum pengabutan.
Pemanasan pendahuluan ini gunanya untuk menurunkan viskositas sampai di
bawah 100 detik SU.
h.Flash Point
Flash point adalah suhu dimana bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh
udara sekelilingnya disertai kilatan cahaya.
Untuk menentukan kapan minyak terbakar sendiri, Pensky-Martens memakai
sistem closed cup, sedang Cleveland memakai open cup. Uji dengan open cup
menunjukkan angka 20 -300F lebih tinggi daripada dengan closed cup.
i.Titik Bakar atau Ignition Point
Titik bakar adalah suhu dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada keadaan
baku dapat terbakar selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik.
j.Bau
Bau tak enak yang khas biasanya ditimbulkan oleh senyawa belerang dalam bahan
bakar cair. Senyawa itu adalah belerang hidrokarbon atau merkaptan yang bersifat
korosif.
k.Titik Anilin
Titik anilin adalah suhu dimana sejumlah volume yang sama dari bahan bakar cair
dan anilin tepat bercampur. Atau, suhu terendah dimana terjadi awan yang
disebabkan karena batas pemisahan fase cair dari campurannya yang homogen
sejumlah volume anilin yang sama dengan volume sampel menjadi hilang.
l.Faktor Karakterisasi dan Titik Didih
Faktor karakterisasi ini memberi petunjuk tentang watak dan sifat-sifat termal
fraksi minyak bumi. Di samping itu, juga menyatakan perbedaan sifat parafinitas
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
5/12
a an a ar an em a aran
5
hidrokarbon secara kuantitatif atau indeks parafinitas minyak bumi mentah. Faktor
karakterisasi UOP (Universal Oil Products Company) dinyatakan dalam K.
sg
3 TK
B=
TB= titik didih rata-rata pada 1 atmosfer dalam0Rankine.
III. Macam-macam Bahan Bakar
III.1 Bahan Bakar Padat
Bahan bakar padat yang biasa dipakai dalam industri dan transportasi adalah
batubara. Batubara termasuk bahan bakar fosil karena terbentuk dari sisa tumbuh-
tumbuhan yang mengalami proses geologis dalam jangka waktu jutaan tahun.
Berdasarkan perbedaan umur geologis, berturut-turut dari yang paling tua, batubara
dibagi sebagai:
-
antrasit,- semi-bitumen ,
-
bitumen,
- sub-bitumen,
- lignit.
Makin muda umur batubara, makin besar kandungan unsur hidrogennya, makin rendah
nisbah KT terhadap BTG. Karena berasal dari tumbuh-tumbuhan maka batubara
tersusun terutama oleh bahan organik. Untuk menyatakan komposisi batubara,
digunakan analisis pendekatan dan analisis tuntas. Nilai kalor berkisar antara 9 000-10
000 kkal/kg, yang dipengaruhi oleh kadar C, H dan S.
Beberapa rumus pendekatan yang diperoleh secara empiris, menyatakan
hubungan antara nilai kalor, kadar C, kadar H dan kadar S, ataupun kadar KT dan
BTG.
Rumus Dulong:
Nilai kalor atas, NKA = 14 490 C + 61 000 Ha+ 5 550 S
C, S, Ha = fraksi berat karbon, belerang dan hidrogen bebas.
NKA = dalam Btu/lb.
Catatan: 1 Btu = 252 kalori
1 lb = 453.6 gram.
Rumus Calderwood:
C = ( )
55.1
kt
BTG
100800053.0S5.40NKA00512.088.5
+
C, S, BTG, KT = % berat C, S, BTG, KT dalam batubara
Kalau 100 BTG/KT > 80, tanda pada suku terakhir negatif.
III.2 Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun
rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran berbagai
hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naphtena, olefin, dan
aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam kandungan
hidrogennya.
Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam fraksi,
seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar, minyak bakar,
dan lain-lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung keempat kelompok
senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda. Perbedaan minyak mentah yang
utama ialah:
- minyak aspaltik, yang terdiri sebagian besar naphtena dan aromatik,
- minyak prafin, sebagian besar berupa parafin (lilin).
III.2.1 Bensin atau Gasolin atau Premium
Gasol in dibuat menurut kebutuhan mesin, seperti avgas (aviation gasoline),
premium dan gasol in biasa , terdiri dari C4 sampai C12. Sifat yang terpenting pada
gasolin adalah angka oktana. Angka oktana adalah angka yang menyatakan besarnya
kadar isooktana dalam campurannya dengan normal heptana. Isooktana mempunyai
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
6/12
a an a ar an em a aran
6
angka oktana = 100, sedang normal heptana mempunyai angka oktana = 0. Makin
tinggi angka oktana gasolin semakin baik unjuk kerjanya.
III.2.2 Kerosen
Termasuk kerosen adalah:
- Bahan bakar turbin gas pada pesawat terbang.
-
Minyak bakar, biasa dipakai untuk dapur rumah tangga, bahan bakar kapal laut,
dan penerangan lampu kereta api di masa lalu.
Mutu kerosen tergantung pada sifatnya dalam uji lamu (lamp test) dan uji bakar, seperti
timbulnya asap dan kabut putih. Asap disebabkan oleh hidrokarbon aromatik sedang
kabut putih oleh disulfida.
III.2.3 Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel atau minyak diesel dipakai untuk mengoperasikan mesin
diesel atau compression ignition engine. Mutunya ditentukan oleh angka cetana.
Makin tinggi angka cetana, makin tinggi unjuk kerja yang diberikan oleh bahan bakar
diesel. Angka cetana adalah besarnya kadar volume cetana dalam campurannya dengan
metilnaphtalen. Cetan murni mempunyai angka cetana = 100, sedang aromatik
mempunyai angka cetana = 0. Unjuk kerja adalah persentase rata-rata daya yang dapat
diperoleh dari mesin dengan bahan bakar tertentu dibandingkan dengan daya yang
diperoleh dari bahan bakar yang mempunyai angka cetana = 100.
III.2.4 Minyak Residu
Minyak residu biasa digunakan pada ketel uap, baik yang stasioner maupun
yang bergerak. Dalam hal instalasinya, pemakaian minyak residu dalam ketel uap akan
lebih murah dibanding batubara. Disamping itu, pemakaian minyak residu tidak
menimbulkan masalah abu. Akan tetapi pada ketel uap tekanan tinggi dan suhu tinggi
dapat menimbulkan korosi dan kerusakan pada superheater tube. Pemakaian minyak
residu kecuali dalam ketel uap antara lain:
- Tanur dalam industri baja, tanur tinggi dalam industri semen dan industri lain
yang mempunyai kaitan dengan semen, serta berbagai dapur dalam industri
petroleum dan industri k imia.
- Mesin diesel, kecuali pada mesin diesel kecepatan tinggi seperti pada truk dan
lokomotif, pada mesin diesel kapal serta mesin diesel berkecepatan rendah untuk
pembangkit tenaga listrik.
-
Turbin gas.
III.3 Bahan Bakar Gas
Termasuk dalam bahan bakar gas antara lain:
III.3.1 Asetilin
Gas asetilin digunakan dalam pengelasan dan pemotongan logam, yang
memerlukan suhu nyala yang tinggi, dapat juga dipakai untuk lampu karbida. Gas
asetilin dapat membentuk asetilida yang eksplosif jika dicampur dengan tembaga (Cu),
terlebih-lebih dengan udara.
III.3.2 Blast Furnace Gas
Gas ini merupakan hasil samping peleburan bijih besi dengan kokas dan udara
panas di da lam blast furnace.
III.3.3 Gas Air Biru (Blue Water Gas)
Dibuat dari reaksi antara kukus (steam) dengan karbon padat yang dipanasi
pada suhu tinggi, merupakan campuran antara gas H2 dan gas CO.
III.3.4 Gas Batubara
Gas batubara disebut juga gas kota, dibuat dari dis tilasi destruktif batubara
dalam retort tertutup dengan pemanasan tinggi.
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
7/12
a an a ar an em a aran
7
III.3.5 Gas Alam
Gas alam tersusun dari parafin hidrokarbon, khususnya gas metana bercampur
dengan nitrogen, N2, dan karbon dioksida, CO2, diperoleh dari tambang dengan
pengeboran tanah melalui batuan kapur atau batuan pasir. Kandungan metananya di
atas 90%.
III.3.6 Gas Petroleum
Gas petroleum diperoleh dari fraksionasi minyak bumi mentah, dan dapat juga
dari gas alam, mengandung propana dan butana sebagai komponen terbesar.
IV. Proses dan Operasional Pembakaran
IV.1 Proses Pembakaran
Dalam pembakaran proses yang terjadi adalah oksidasi dengan reaksi sebagai
berikut:
Karbon + oksigen = Karbon dioksida + panas
Hidrogen + oksigen = Uap air + panas
Sulfur + oksigen = Sulfur dioksida + panas
Pembakaran di atas dikatakan sempurna bila campuran bahan bakar dan oksigen (dari
udara) mempunyai perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh sisa.
Bila oksigen terlalu banyak, dikatakan campuran lean (kurus). Pembakaran ini
menghasilkan api oksidasi.
Sebaliknya, bila bahan bakarnya terlalu banyak (atau tidak cukup oksigen), dikatakan
campuran rich (kaya). Pembakaran ini menghasilkan api reduksi. Api reduksi
ditandai oleh lidah api panjang, kadang-kadang sampai terlihat berasap. Keadaan ini
juga disebut pembakaran tidak sempurna .
Seperti diketahui, oksigen untuk pembakaran diperoleh dari udara yang terdiri
dari 20% O2dan 80% N2. Sebagai contoh, bila diperlukan 1 lb O2, berarti memerlukan
4.32 lb udara atau setiap cuft O2perlu 4.78 cuft udara. Gas N2yang mengisi 80% dari
udara, tidak ikut dalam reaksi pembakaran, malahan menghisap panas dari hasil reaksi
pembakaran. Untuk menentukan jumlah O2 yang tepat pada setiap pembakaran,
merupakan hal yang tidak mudah. Pada umumnya dipakai kelebihan udara.
Keuntungannya tidak terjadi pemborosan bahan bakar. Kerugiannya mengurangi panas
hasil pembakaran. Untuk ini dijaga ada kelebihan udara, tetapi tidak terlalu banyak
(antara 5-15%).
Dalam pembakaran, ada pengertian udara primer yaitu udara yang
dicampurkan dengan bahan bakar di dalam burner (sebelum pembakaran) dan udara
sekunder yaitu udara yang dimasukkan dalam ruang pembakaran setelah burner,
melalui ruang sekitar ujung burner atau melalui tempat lain pada dinding dapur.
IV.2 Perbandingan Udara-Bahan Bakar
Untuk memperoleh reaksi pembakaran yang baik diperlukan:
1.Perbandingan tertentu antara bahan bakar dengan udara.
2.Pencampuran yang baik antara bahan bakar dengan udara.
3.Permulaan dan kelangsungan penyalaan campuran.
Penjelasan 1: lihat tabel 1.
Penjelasan 2: Campuran yang baik adalah yang homogen dan tiap partikel bahan bakar
harus kontak langsung dengan partikel udara.
Pada umumnya bahan bakar telah berubah menjadi uap (combustible vapor) sebelum
terbakar. Untuk mempercepat terjadinya combustible vapor diperlukan proses
pengabutan.
Butiran-butiran kabut tersebut luas permukaannya menjadi sangat besar, hingga
mempercepat penguapan. Untuk bahan bakar padat, tentunya tidak dapat dilakukan
pengabutan. Untuk mendekati bentuk kabut tersebu t diperlukan
pemecahan/penghalusan butirannya dalam pulverizer dansprayer.
Penjelasan 3: Pada awal pembakaran, diperlukan nyala api atau loncatan api listrik
setelah sebagian kecil bahan bakar mulai terbakar, maka sebagian
panas pembakaran digunakan untuk menaikkan suhu bahan bakar
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
8/12
a an a ar an em a aran
8
ruang
embakaran
bahan bakar = a
udara uap air = b
gas hasil pembakaran = c kg
sisa udara + air = d
sisa pembakaran = e kg
- sisa bahan bakar
- abu
-
air
sampai suatu saat suhu bahan bakar cukup tinggi untuk terbakar
sendiri. Bila kondisi ini sudah dicapai, bantuan nyala api sudah tidak
diperlukan lagi.
IV.3 Susunan Gas Asap
Apabila pembakaran berlangsung sempurna, maka susunan gas asap hanya
terdiri dari: CO2, H2O, SO2, N2 dari udara dan O2 kelebihan. Pembakaran tidak
sempurna, maka disamping gas-gas tersebut di atas, terjadi pula gas CO serta sisa
bahan bakar yang tidak terbakar. Besarnya kadar gas CO2 dalam gas asap merupakan
indikator sempurna atau tidak sempurnanya pembakaran.
IV.4 Neraca Bahan dan Neraca Kalor
Berat massa bahan yang masuk ruang pembakaran = berat massa bahan yang keluar.
(a + b) = (c +d +e)
a = berat bahan bakar kering + air (kelembaban).
b = berat udara + uap air yang terkandung dalam udara.
Air dalam d dan e = (air yang terkandung dalam bahan bakar) + (air dari kelembaban
udara) + (air yang terbentuk dari reaksi pembakaran).
IV.5 Operasi Pembakaran
Kalor pembakaran yang diperoleh dari reaksi bahan bakar dengan udara,
dipergunakan untuk:
- Menaikkan suhu bahan bakar yang dibakar dalam dapur.
- Menaikkan suhu campuran bahan bakar dan udara.
- Sebagian besar yang lain terbuang sebagai:
- radiasi ke sekeliling,
- terbawa keluar cerobong dalam gas asap,
- konduksi dan konveksi ke peralatan dapur.
Temperatur dapur akan maksimum bila kehilangan-kehilangan di atas minimum.
Pada pengoperasian burner memperhatikan kecepatan nyala:
- Pada nyala yang stabil, kecepatan nyala sama dengan kecepatan campuran
bahan bakar dan udara yang keluar dari burner.
- Bila kecepatan nyala lebih besar akan terjadi flash back.
- Bila kecepatan nyala lebih kecil akan terjadi blow off.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan nyala:
- tekanan campuran bahan bakar dan udara,
- suhu pembakaran,
- perbandingan udara primer dan bahan bakar,
-
efek pendinginan dari lingkungan.
Kecepatan nyala ini tidak dapat diperhitungkan lebih dahulu, kecuali pada keadaan
yang sangat tertentu saja.
Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi dalam pengoperasian dapur, perlu
alat-alat kontrol sebagai berikut:
- Kontrol Suhu
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
9/12
a an a ar an em a aran
9
Bahan bakar yang masuk ke dalam dapur banyaknya dikontrol oleh temperatur
dalam dapur, antara lain pirometer radiasi dan temperatur atap dapur. Bila
dibaca terlalu tinggi, maka jumlah bahan bakar harus dikurangi dan seteru snya.
- Kontrol Pembakaran
Pengaturan bahan bakar/udara digunakan flow meter yang disambungkan
dengan mekanisme servo pada katup kontrol otomatis.
-
Kontrol Aliran
Menjaga kesetimbangan aliran pemasukan udara/bahan bakar dan pengeluaran
gas asap.
IV.6 Petunjuk kepada Operator
Di bawah ini beberapa petunjuk yang akan membantu para Operator dalam
menangani beberapa jenis oven.
Oven dengan bahan bakar batubara.
1.Kedalaman api 15 inchi dari pintu.
Pemasukan batubara 1.5-2 sekop penuh tiap sqft luas pembakaran. Bila
kebanyakan menghasilkan asap dan boros bahan bakar.
2.Kisi-kisi pembakaran harus selalu tertutup oleh bahan bakar, dijaga ketinggian nyala
api, garukan digunakan bila perlu.
3.Bara api yang tertutup abu harus dicegah dengan membersihkan api secara hati-hati.
Setelah pembersihan nyala api akan bersih kembali.
4.Jarak batangan penyangga api harus teratur dan bila bengkok harus segera
diluruskan.
5.
Pemasukan udara dijaga agar nyala api baik.
6.Kebocoran oven harus dicegah agar tidak ada udara luar masuk.
Oven dengan bahan bakar gas .
1.Burnerharus selalu bersih dan dipelihara secara rutin. Semua bagian pengatur harus
mudah digerakkan. Pengontrol udara pada injektor seringkali macet oleh
kotoran/korosi atau rusak.
2.Penutup oven harus bebas, bekerja baik dan rapat, agar udara luar tidak masuk.
3.Pengendalian udara yang tepat harus selalu dijaga agar nyala api baik. Untuk lebih
tepat dilakukan analisa gas asap. Akan lebih membantu para Operator bila dilengkapi
alat pencatat CO2.
4.Pada blast furnaceyang umumnya bekerja dengan nyala api non luminous, nyala api
yang panjang dan lemah, menunjukkan terlalu banyak gas. Aliran gas harus
dikecilkan, hingga nyala api lebih pendek dan berwarna kekuning-kuningan. Atau
menambah suplai udara hingga terdengar nyala api terkuat.
Nyala api kekuning-kuningan dan cerah adalah yang paling baik. Makin cerah makin
baik.
5.Sekali burner disetel dengan menghasilkan nyala yang baik, jangan diubah-ubah
lagi.
6.Klep pada cerobong harus disetel untuk memperoleh kesetimbangan aliran dalam
dapur.
Cara pengetesan:
Hembuskan asap/dekatkan nyala api kecil pada lubang di dinding oven. Bila asap
tidak terisap masuk atau lidah api nyala tidak menuju ke lubang, maka letak
damper betul.
7.Bila oven tidak dipakai, saluran gas, udara dan damperharus d itutup.
Oven dengan bahan bakar minyak.
1.Viskositas minyak harus benar.
2.Minyak harus bebas air, karena dapat menunda pembakaran dan membentuk asap
tebal.
3.Burner harus dilengkapi dengan katup berskala yang menunjukkan besar-kecilnya
aliran minyak.
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
10/12
a an a ar an em a aran
10
4.Burnerharus dibuka dan dibersihkan secara teratur, sebaiknya tiap penggantian shift.
5.
Bila oven dimatikan, burner harus dipindahkan untuk melindungi dari panas radiasi.
6.Celah lubang burnerharus dicek secara periodik.
Aturan umum untuk penghematan bahan bakar:
1.Dengan alat yang ada harus dibuat rencana agar beban oven selalu penuh .
2.
Nyala api harus selalu dijaga berada dalam oven. Agar dicegah terjadinya
pembakaran di luar oven atau pada a liran gas asap.
3.Pintu-pintu harus selalu dijaga dalam kondisi baik dan tertutup rapat/tidak bocor.
4.Penggunaan bahan bakar harus disesuaikan dengan kondisi pembakaran.
5.Jumlah bahan bakar harus selalu dicatat, demikian juga dengan berat bahan yang
dipanaskan.
6.Kebocoran pada dinding oven adalah penyebab besarnya kehilangan panas.
Dinding oven harus selalu disemir dengan bahan tertentu antara lain campuran tanah
liat dan semen api untuk mencegah bocoran udara.
V. Pencemaran
Pada proses pembakaran bahan bakar konvensional (bukan bahan bakar
nuklir), tak dapat dihindari kemungkinan terjadinya pencemaran, baik oleh komponen-
komponen dalam gas asap yang bersifat racun bagi kesehatan serta mengganggu
kenyamanan manusia, maupun oleh radiasi kalor.
Khusus pencemaran oleh bahan-bahan hasil pembakaran, meliputi 5 macam
bahan pencemar utama yaitu:
1.
Partikulat, yaitu padatan atau cairan yang sangat ke cil, tersuspensi dalam gas asap.
Partikulat ini terlepas ke atmosfer, dan efek yang ditimbulkan berupa:
- terganggunya penglihatan oleh kabut partikulat,
- menyebabkan bronkhitis, emphysema dan kanker.
2.Bas belerang oksida, atau SOx, yaitu SO2dan SO3.
Biasanya gas SO3terbentuk dalam dapur karena oksidasi SO2menjadi SO3. Akibat
yang ditimbulkan oleh gas-gas ini ialah:
- Apabila terjadi kontak dengan air akan terbentuk asam belerang (H2SO4) yang
bersifat korosif terhadap logam dan merusak instalas i dapur.
- Gas SO2 dan SO3 membentuk kabut di atmosfer, mengakibatkan terjadinya
hujan asam yang membahayakan kehidupan tumbuh-tumbuhan.
-
Menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
3.Gas nitrogen oksida, terbentuk apabila pembakaran dilakukan dalam udara, pada
suhu yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena gas nitrogen N2 dan gas oksigen O2
bereaksi membentuk NO dan NO2. Efek yang ditimbulkan oleh gas ini ialah:
- dapat merusak kehidupan tanaman dan binatang,
- mengganggu kesehatan manusia karena menimbulkan iritasi pada saluran
perna fasan ,
- bersifat korosif pada logam,
- menimbulkan hujan asam oleh terbentuknya asam nitrat di atmosfer,
- apabila bereaksi dengan uap atau gas da ri senyawa organik dengan bantuan sinar
matahari dapat menimbulkan kabut fotokimia.
4.Gas karbon monoksida yang terbentuk apabila pembakaran tidak sempurna. Efek
yang ditimbulkan oleh gas CO bagi kesehatan manusia ialah:
- apabila gas tersebut terhisap melalui pernafasan, gas CO bereaksi dengan
haemoglobin dalam darah, sehingga menghambat transfer oksigen yang
membahayakan kehidupan manusia.
5.Gas-gas senyawa organik.
Akibat yang ditimbulkan oleh adanya gas ini adalah:
Di atmosfer dengan gas NOxmembentuk oksidant, berupa kabut. Kabut oksidant
ini menimbulkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan.
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
11/12
a an a ar an em a aran
11
Table 1 Proper Combining Proportions for Perfect Combustion
FuelState Symbol
cu ft O2
per
cu ft fuel
cu ft air
per
cu ft fuel
lb O2
per
lb fuel
lb air
per
lb fuel
cu ft O2
per
lb fuel
cu ft air
per
lb fuel
Carbon Solid C 2.667 11.52 31.65 151.3
Hydrogen Gas H2 0.5 2.39 8 34.5 94.8 453
Carbon
monoxide Gas CO 0.5 2.39 0.572 2.47 6.79 32.5
Sulfur Solid S 1 4.32 11.87 56.7
Methane Gas CH4 2 9.56 4 17.28 47.4 226.5
Ethane Gas C2H6 3.5 16.72 3.735 16.12 44.3 212
Propane Vapor C3H8 5 23.9 3.635 15.68 43.1 206.5
Butane Vapor C4H10 6.5 31.1 3.585 15.48 42.6 203.5
Octane Liquid C8H18 3.51 15.15 41.6 199
Table 2 Gross and Net Heating Values of Simple Fuels
Gross heating value Net heating valueFuel Symbol
Btu/cu ft Btu/lb Btu/cu ft Btu/lb
Carbon C 14,093 14,093
Hydrogen H2 325.0 61,100 275.0 51,623
Carbon monoxide CO 321.8 4,347 321.8 4,347
Sulfur S 3,982 3,982
Methane CH4 1013.2 23.879 913.1 21,520
Ethane C2H6 1792.0 22,320 1641 20,432
Propane2 C3H8 2590.0 21,661 2385 19,944
Normal butane2 N-C4H10 3370.0 21,308 3113 19,680
Acetylene2 C2H2 1488.0 21,344 1438 20,617
Hydrogen sulfide2 H2S 647.0 7,100 596 6,545
2Heating values may be somewhat less for commercial forms of these compounds
-
5/20/2018 Pembakaran.pdf
12/12
a an a ar an em a aran
12
Table 3 combustion Characteristics of Fuelsa(See also Table 18)
Theoretical flame
temperature 0F
(dissociation considered)
Flammability limits
% by volume gas
in mixture
Fuel Minimum
ignition
temp 0F in air in oxygen Lower limit Upper limit
Maximum
flame
velocity
ft per sec
% theore -
ical air
for max
flame
velocity
Hydrogen (H2) 1056 3887 5385 4.00 74.2 9.2
c
57Carbon Mono-xide
(CO) 1128 3850 12.50 74.2 1.7 57
Acetylene (C2H2) 804 5630 2.50 80.0 4.9c 91
Methane (CH4) 1170 3484 5.00 15.0 1.5c 90
Ethane (C2H6) 882 3540 3.10 12.45 1.4c 94
Propane (C3H8) 898 3573 2.10 10.10 1.4c 96
Normal Butane
(n-C4H10) 826 3583 1.86 8.41 1.3c 97
Hydrogen Sulfide
(H2S) 558 4.3 45.5
Natural Gas 3525d 4790
d 4.9 15.0 0.99 100
Producer Gas 3010 20.7 73.7 0.87 69
Carbureted
Water Gas 3700 5050 6.4 37.7 2.15 90
Blast Furnace Gas 2650 35.0 73.5
Coke Oven Gas 3610 5.1 30.0 2.2 93
Commercial
Propaneb
920-1020 3595 2.4 9.6
Commercial
Butaneb
900-1000 3615 1.9 8.6
Gasoline 536-804 1.4-1.5 7.4-7.6
aData in this table is for combustion in air at atmospheric
pressure. Theoretical flame temperatures are calcul ated
for 100% theoretical air, dissociation considered. Data is
primarily from Gaseous Fuels, L. Shaidman (Editor),
American Gas Association, New York, 1948.
bData is from The Science of Petroleum, Vol. II, Oxford
University Press, 1938.
c From Scholte and Vaags as reported in Combustion And
Flame , Vol. 3, No. 4, Dec. 1959, page 498.
dFrom Gas-Air-Oxygen Combustion Studies, AGA
Project IGR-61