pembahasan · web viewmerupakan pondasi tiang pancang. beban yang disalurkan melalui mekanisme...

14
MODUL PERKULIAHAN Struktur & Konstruksi II Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik Arsitektur 05 12051 Christy Vidiyanti, ST, MT Abstract Kompetensi

Upload: duongdiep

Post on 19-Jun-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MODUL PERKULIAHAN

Struktur & Konstruksi IIPondasi Bangunan Bertingkat Rendah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Teknik Teknik Arsitektur 05 12051 Christy Vidiyanti, ST, MT

Abstract Kompetensi

Pembahasan mengenai pondasi bangunan bertingkat rendah (2-4 lantai), serta pembahasan material yang dapat digunakan untuk pondasi. Serta akan dibahas terkait jenis pondasi, dan faktor dalam pemilihan pondasi.

Mahasiswa mampu memahami pondasi pada konstruksi bangunan bertingkat rendah. Memahami jenis material pondasi serta karateristiknya. Dapat menentukan jenis pondasi yang cocok digunakan untuk kasus tertentu.

PembahasanCakupan Isi Materi Pertemuan 05

Materi pertemuan 05, akan membahas mengenai pondasi pada konstruksi bangunan secara

umum dan pondasi untuk konstruksi bangunan bertingkat rendah (2-4 lantai). Secara rinci,

materi yang akan disampaikan pada modul minggu ini adalah:

1. Pengertian pondasi

2. Logika pondasi

3. Jenis-jenis pondasi pada bangunan secara umum

4. Jenis-jenis pondasi pada bangunan sederhana tidak bertingkat

5. Jenis material yang dapat digunakan untuk pondasi bangunan

6. Konstruksi pondasi

7. Bentuk, dimensi, dan karateristik pondasi tertentu

Elemen struktur bangunan, yang akan menerima seluruh beban bangunan adalah pondasi.

Beberapa pengertian pondasi yaitu:

1. Elemen struktur bangunan yang menghubungkan antara bangunan dengan tanah,

sehingga tanah harus menerima beban dari bangunan tersebut baik beban mati,

beban hidup, dan beban lateral, dan tugas pondasi adalah membagi beban

bangunan untuk disalurkan ke tanah sehingga sesuai dengan daya dukung tanah.

2. Pondasi adalah elemen struktur utama pada bangunan yang berfungsi sebagai

penyangga seluruh beban bangunan diatasnya.

3. Bagian dari elemen struktur bangunan yang berfungsi meletakkan dan meneruskan

beban ke dasar tanah yang telah diperhitungkan daya dukung tanahnya sehingga

mampu memberikan reaksi serta dapat menjamin kestabilan bangunan.

Elemen struktur bangunan, yang akan menerima seluruh beban bangunan adalah pondasi.

Pondasi kemudian akan menyalurkan bebannya kepada tanah. Sehingga tanah harus

memiliki daya dukung yang tepat terhadap besarnya beban bangunan dan jenis pondasi

yang digunakan. Setiap tanah memiliki struktur lapisan tanah yang berbeda sehingga

memiliki daya dukung yang berbeda terhadap daya tahan penerimaan bebannya. Persiapan

awal pada tahap pembangunan adalah mengetahui karateristik tanah pada lahan

2015 2 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

pembangunan. Biasanya untuk bangunan dengan beban yang cukup besar, pemeriksaan

karateristik tanah dapat dilakukan dengan pengujian lapisan struktur tanah dengan alat

sondir. Melalui hasil tes tersebut maka dapat diperkirakan struktur lapisan tanah dan tingkat

kekerasan dari lapisan tanah pada lahan tersebut. Melalui hasil pengujian tersebut juga

dapat diketahui kedalaman dari tanah keras pada lahan tersebut dan dapat pula diketahui

karateristik tanah sehingga dapat ditentukan sistem pondasi yang tepat pada bangunan

tertentu.

Karateristik tanah terkait dengan daya dukung tanah dalam menghasilkan reaksi terhadap

pondasi untuk menahan beban bangunan. Beberapa dari karateristik tanah dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel kekerasan struktur tanah

Jenis Tanah Kekokohan Landasan γ

Batu gunung keras, masif 8 - 25 kg/cm2

Cadas 4 - 8 kg/cm2

Tanah batu-batuan di pegunungan 4 - 5 kg/cm2

Pasir-kerikil padat 3 - 6 kg/cm2

Tanah lempung/liat bercampur pasir 0,8 - 1,5 kg/cm2

Tanah lempung/liat atau tanah timbunan 0,2 - 0,8 kg/cm2

Tanah daerah rawa-rawa 0,2 - 0,5 kg/cm2

Sumber: Modul Universitas Binus MK Teknologi Bangunan II, 2008

Pada bangunan sederhana tidak bertingkat, terdapat beberapa cara untuk memperbaiki

daya dukung tanah pada lahan tersebut (bila daya dukung tanah di lahan memiliki nilai yang

rendah) yaitu:

1. Mengganti lapisan tanah yang memiliki daya dukung rendah (semisal tanah rawa)

dengan tanah yang lebih padat (diurug dan dipadatkan).

2. Memberi lapisan pasir yang cukup tebal yaitu antara ± 60 cm - ± 80 cm sebagai alas

pondasi.

2015 3 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

3. Memasang cerucuk bambu atau dolken dengan jarak ± 40 cm x 40 cm satu dengan

yang lainnya dengan kedalaman sampai tanah keras (harus dipasak sampai tidak

bisa masuk lagi atau telah mencapai tanah keras).

Faktor-faktor yang menjadi penentu dalam pemilihan jenis pondasi.

1. Jenis tanah

Dalam pemilihan pondasi faktor jenis tanah sangatlah penting. Hal ini terkait dengan

daya dukung tanah, serta struktur lapisan tanah.

2. Beban bangunan yang dipikul

Pondasi untuk bangunan dengan beban rendah pasti akan berbeda dengan pondasi

untuk bangunan dengan beban yang tinggi. Hal ini terkait dengan pondasi haruslah

dapat menahan keseluruhan beban bangunan baik beban gravitasi/beban vertikal

(beban mati dan beban hidup bangunan) dan beban lateral/beban horizontal (beban

angin dan beban gempa).

3. Kondisi Geografi, Geologi, dan lingkungan sekitar lahan.

Apabila lahan berada pada daerah yang rawan bencana seperti terletak pada jalur

gempa atau bencana lainnya, maka diperlukan perhitungan khusus terkait pondasi

yang akan digunakan.

Persyaratan yang harus dipenuhi pada pondasi

1. Bentuk pondasi dan konstruksi pondasi harus merupakan konstruksi yang kokoh dan

kuat untuk menahan beban bangunan diatasnya.

2. Material yang digunakan pada pondasi hendaknya dipilih material yang tahan lama

dan tidak mudah hancur. Hal ini berguna untuk mengurangi kerusakan pondasi

sehingga tidak mendahului kerusakan bangunan di atasnya.

3. Pondasi tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi semisal

keadaan air tanah.

4. Pondasi harus terletak diatas tanah dasar yang cukup keras. Hal ini berguna untuk

mempertahankan letak pondasi agar tetap pada posisi semula sehingga tidak mudah

bergerak kesamping atau turun, bahkan mengguling.

2015 4 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

ELEMEN SUB-STRUCTURE

Elemen-Elemen Struktur Bawah

1. Pondasi (plat slab, tiang pancang, bored-pile, sumuran)

2. Kepala Pondasi (poor/pile cap)

3. Sloof

4. Basement

5. Turap/Talut (Retaining Walls)

Skema Pondasi

2015 5 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Retaining Wall

KLASIFIKASI PONDASI

Klasifikasi Pondasi berdasarkan Sistem Kerja Gayanya

Gambar 1. Klasifikasi pondasi berdasarkan sistem kerja gayanya.

2015 6 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Pondasi

Spread Foundations

Pile Foundations

Pier Foundations

1. Spread foundations

Beban yang disalurkan akan disebarkan melalui lebar telapak pondasi. Daya dukung

tanah harus lebih besar dari intensitas beban bangunan yang disalurkan ke tanah.

2. Pile foundations

Merupakan pondasi tiang pancang. Beban yang disalurkan melalui mekanisme

pergeseran antara tanah dan pondasi tiang serta melalui dukungan dari lapisan

tanah keras pada kedalaman tertentu. Pile dapat terbuat dari material kayu, baja,

beton, atau komposit, tergantung dari beban yang dipikul.

3. Pier Foundations

Merupakan pondasi sumuran. Pondasi berupa konstruksi sumuran vertikal yang

mencapai tanah keras. Biasa digunakan pada lokasi dimana tanah berpasir dan letak

tanah keras ada pada lapisan yang dalam.

Klasifikasi Pondasi berdasarkan Material yang Digunakan

1. Bambu dan kayu (pondasi friction)

2. Batu Bata (pondasi setempat, menerus)

3. Batu Kali (pondasi setempat, menerus)

4. Besi/Baja (pondasi friction, tiang pancang)

5. Beton, Beton Bertulang (pondasi setempat, menerus, plat, sumuran, tiang pancang,

rakit, dan bore pile)

Klasifikasi Pondasi berdasarkan Kedalamannya

Gambar 2. Klasifikasi pondasi berdasarkan kedalaman pondasi

2015 7 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Pondasi

Dangkal (≤ 2m)

Setempat

Lajur

Pelat

Box

Raft

Dalam (> 2m)

Raft

Tiang (friction)

Tiang pancang

Tiang Strauss

Sumur

Bore pile

Gambar 3. Klasifikasi pondasi

Sumber: Modul UMB MK Konstruksi Bangunan I, Susilo Ir. MM.

2015 8 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Pondasi untuk Rumah Tinggal Bertingkat Rendah

Bangunan rumah tinggal bertingkat rendah (2-4 lantai) termasuk ke dalam bangunan

dengan beban yang menengah. Jenis pondasi yang dapat digunakan untuk bangunan

rumah tinggal tidak bertingkat adalah pondasi dangkal. Pondasi untuk rumah tinggal

bertingkat rendah (2-4 lantai) biasanya terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Kolom Utama

Biasa menggunakan pondasi setempat dengan material beton bertulang (pondasi

cakar ayam).

2. Kolom praktis

Biasa menggunakan pondasi menerus menggunakan material batu kali.

Perhitungan untuk menghitung dimensi pondasi adalah dengan persamaan:

σ= PF

Dimana,

σ = daya dukung pondasi (kg/cm2)

P = beban bangunan (kg)

F = luas penampang pondasi (cm2)

2015 9 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

Daftar PustakaAllen, E. (2003). Dasar-Dasar Konstruksi Bangunan; Bahan-Bahan dan Metodenya, Jilid 1 &

2, Edisi 3. Erlangga.

Ching, Francis D.K (2008). Ilustrasi Konstruksi Bangunan, Edisi 3. Erlangga.

Frick, Heinz & Pujo L.S. (2001). Ilmu Konstruksi Bangunan. Kanisius.

Frick, H. (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Kanisius.

Jassin, M. B. Teknik Menggambar Arsitektur.

Julistiono H. (2003), Menggambar Struktur Bangunan. Grasindo.

MacDonald, A. J. (2002). Struktur dan Arsitektur, Edisi 2. Erlangga.

Osbourn, D (1997). Mitchell’s Introduction to Building, 2nd Ed. Longman.

Salvadori, M. (1979). Building : The Fight Against Grafity. McClelland & Steward Ltd.

Seno, A. Modul perkuliahan Struktur dan Konstruksi I. Jurusan Arsitektur UMB

Snyder, James, C., Pengantar Arsitektur, Erlangga.

Spruyt, V. M. (1982). Membangun Ilmu Bangunan. Jilid 1 s/d 3. Elangga.

Subarkah Imam. Konstruksi : Bangunan Tidak Bertingkat.

Sugihardjo, BaE. Gambar-Gambar Dasar Ilmu Bangunan. Bina Bangunan.

Supribadi, I.K. (1986). Ilmu Bangunan Gedung. Armico-Bandung.

Susilo, Ir, MM. Diktat Perkuliahan Konstruksi Bangunan I. Jurusan Arsitektur UMB.

. (2008) Modul perkuliahan Teknologi Bangunan II. Jurusan Arsitektur Universitas Binus.

. (2008) Modul perkuliahan Teknologi Bangunan III. Jurusan Arsitektur Universitas Binus.

2015 10 Struktur dan Konstruksi II

PusatBahan Ajar dan eLearningChristy Vidiyanti, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id