pembahasan · web viewbagi manajer, tugas pengambilan keputusan adalah merupakan bagian penting...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen PerpajakanPajak dan Pengambilan Keputusan, Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak, Pemilihan Bentuk Usaha yang Tepat dari sisi Perencanaan Pajak, Penggunaan Metode Akuntansi dan Periode Akuntansidalam Perencanaan Pajak
Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi & Bisnis Akuntansi 02 84061 Eri Marlapa, S.E, M.M
Abstract KompetensiPajak dan Pengambilan Keputusan, Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Pajak dan Perencanaan Pajak, Pemilihan Bentuk Usaha yang Tepat dari sisi Perencanaan Pajak, Penggunaan Metode Akuntansi dan Periode Akuntansidalam Perencanaan Pajak
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan aspek manajemen pajak dalampemilihan bentuk usaha
PembahasanI. Pendahuluan
Bagi manajer, tugas pengambilan keputusan adalah merupakan bagian penting dari
pekerjaannya. Keputusan manajer tersebut akan memberikan kerangka bagi
anggota lainnya dalam organisasi itu untuk bertindak.
Pada hakekatnya pengambilan keputusan merupakan proses mengevaluasi
beberapa alternatif yang tersedia . Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut
adalah menyangkut masalah keuntungan dan biaya. Pemilihan alternatif hendaknya
jatuh pada alternatif yang menjanjikan keuntungan yang besar, oleh karena itu
seorang pengambil keputusan hendaknya mampu mengidentifikasi konsekuensi
potensi pajak yang terkait dengan alternatif- alternatif yang sedang dipertimbangkan
tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif yang
beban pajaknya paling efisien yang harus dibayar, akan tetapi lebih cenderung
bagaimana memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Para pengambil keputusan
hendaknya merumuskan masalah biaya setelah pajak ( after tax cost ) dan
keuntungan setelah pajak ( after tax profit ) secara bersama tanpa mengabaikan
kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan
A. PAJAK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSANBagi manajer, tugas pengambilan keputusan adalah merupakan bagian penting dari
pekerjaannya. Keputusan manajer tersebut akan memberikan kerangka bagi
anggota lainnya dalam organisasi itu untuk bertindak.
Pada hakekatnya pengambilan keputusan merupakan proses mengevaluasi
beberapa alternatif yang tersedia . Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut
adalah menyangkut masalah keuntungan dan biaya. Pemilihan alternatif hendaknya
jatuh pada alternatif yang menjanjikan keuntungan yang besar, oleh karena itu
seorang pengambil keputusan hendaknya mampu mengidentifikasi konsekuensi
potensi pajak yang terkait dengan alternatif- alternatif yang sedang dipertimbangkan
tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif yang
beban pajaknya paling efisien yang harus dibayar, akan tetapi lebih cenderung
bagaimana memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Para pengambil keputusan
hendaknya merumuskan masalah biaya setelah pajak ( after tax cost ) dan
keuntungan setelah pajak ( after tax profit ) secara bersama tanpa mengabaikan
kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan.
2017 2 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
B. PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PAJAK DAN PERENCANAAN PAJAK.1. Perhitungan pajak terutang merupakan fungsi dari tiga variabel , yaitu :
a.. variabel ketentuan peraturan perundang – undangan pajak ( Tax Law ).
b. variabel fakta ( Fact ).
c. variabel proses administrasi dan kadang kadang juga proses peradilan.
Dari ketiga variabel tersebut sedikit sekali perhatian terhadap peranan kritis dari
suatu fakta dan betapa pentingnya peranan suatu fakta untuk menentukan setiap
sen utang pajak. Fakta adalah salah satu variabel yang setiap orang dapat berbuat
sesuatu terhadapnya, berbeda dengan undang – undang pajak yang merupakan
variabel yang sudah pasti . Apabila orang tidak puas baik terhadap undang –
undang maupun administrasi dan proses peradilannya, maka relatif sedikit sekali
orang dapat berbuat untuk memenuhi ketidak puasannya itu.
Pada umumnya fakta dapat dimodifikasi dan apabila Wajib Pajak dapat mengerti
kapan dan bagaimana memodifikasinya , berarti Wajib Pajak tersebut akan dapat
mengefisienkan pembayaran pajak yang cukup berarti melalui beberapa alternatif –
alternatif penstrukturan lebih dulu fakta tersebut..
2. Prinsip Taxable dan Deductible .
Prinsip Taxable ( dapat dipajaki ) dan Deductible ( dapat dikurangi ) merupakan
prinsip yang lazim dipakai dalam perencanaan pajak, yang umumnya mengubah
biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau
sebaliknya mengubah penghasilan yang meupakan obyek pajak menjadi
penghasilan yang bukan obyek pajak, dengan konsekuensi terjadinya perubahan
pajak terutang akibat perubahan tersebut.
3. Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan.
Dalam rangka mendesain suatu perencanaan pajak, ada beberapa alternatif
pendekatan yang sistematis yang dapat dilakukan yang semua itu bertitik tolak pada
”formula umum perhitungan pajaknya”.
Perhatikan Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan di bawah ini :
1 Jumlah seluruh Pasal 4 ayat ( 1 )
2017 3 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
2 (1) pnghasilan
Penghasilan bukan obyek
Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat ( 3 )
3
4(=)
(-)
Penghasilan Bruto
Biaya Fiskal boleh
dikurangkan
Koreksi : Biaya Fiskal
tidak boleh dikurangkan
( 1 – 2 )
Pasal 6 ayat ( 1 )
Pasal 11
Pasal 11 A
Pasal 9 ayat ( 1 )
Dan ayat ( 2 )
5
67
(=)
(-)
(-)
Penghasilan Neto
Kompensasi kerugian
Penghasilan Tidak Kena
Pajak ( WP OP )
( 3 – 4 )
Pasal 6 ayat ( 2 )
Pasal 7 ayat ( 1 )
89
(=)
(X)
Penghasilan Kena Pajak
Tarif
( 5 – 6 – 7 )
Pasal 17
101
1
(=)
(-)
Pajak Penghasilan
terutang
Kredit Pajak
( 8 x 9 )
Pasal 21 ( WP OP),
Pasal 22, 23, 24, 25.
12
(=) Pajak Penghasilan
Kurang Bayar / Lebih
Bayar / Nihil Bayar.
( 10 – 11 )
Pasal 28, 28A, 29
Catatan : angka genap adalah Variabel Kritis.
4. Variabel Kritis ( Critical Variables )
Formula Variabel Kritis adalah fakta yang akan diolah dalam perencanaan
pajak, untuk membantu pengolahan ”variabel kritis” tersebut ada beberapa petunjuk
yang dapat digunakan, antara lain :
Usahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindarkan pengenaan
pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi ( top rate brackets )
2017 4 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Percepat atau tunda beberapa penghasilan dan biaya- biaya unruk memperoleh
keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti
penangguhan pengenaan PPN, PPN yang ditanggung oleh pemerintah dan
seterusnya.
Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa Wajib Pajak, sperti
pembenmtukan grup- grup perusahaan.
Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa tahun untuk mencegah
penghasilan tersebut termasuk dalam kelas yang tarifnya tinggi dan tunda
pembayaran pajaknya, seperti penjualan cicilan, kredit dan seterusnya.
Transformasikan penghasilan biasa menjadi ”capital gain” jangka panjang.Ambil
keuntungan sebesar- besarnya dari ketentuan- ketentuan mengenai pengecualian
dan potongan- potongan. Pergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak
untuk keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan- kemudahan.
Pilihlah Bentuk Usaha yang terbaik untuk operasional usahanya. Dirikan perusahaan
dalam satu jalur usaha sedemikian rupa sehingga dapat diatur secara keseluruhan
penggunaan tarif pajak, potensi menghasilkan, kerugian- kerugian dan aset yang
dapat dihapus. Keahlian dalam bidang perencanaan pajak hanya dapat diperoleh
denga cara berkesinambungan mendalami dan mempelajari masalah- masalah nya ,
karena perencanaan pajak sendiri pada hakekatnya adalah hasil penelitian yang
didesain untuk suatu kejadian atau transaksi- transaksi yang akan terjadi. Perencana
pajak meliputi penstrukturan fakta yang harus dilakukan secara berhati- hati sebelum
peristiwanya terjadi.
Oleh karena itu, langkah pertama yang harus diambil adalah mempelajari apa
yang sesungguhnya yang menjadi permasalahannya. Mungkin saja ada keinginan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan pengeluaran pajak yang paling minimal
atau keuntngan bebas pajak melalui tindakan- tindakan / persyaratan tertentu .
Sekali sudah ditentukan masalahnya, hendaknya diusahakan agar diperoleh data
sebanyak mungkin berkenaan dengan permasalahan tersebut untuk selanjutnya
diteliti fakta- fakta yang relevan, kemudian fakta apa yang harus diperoleh lagi atau
asumsi- asumsi yang harus disusun dan ketentuan- ketentuan peraturan perpajakan
mana yang sesuai dengan situasi semacam itu.
5. Faktor Pajak
Faktor pajak yang terlibat dalam setiap situasi sangat terbatas sekali dan apabila
misalnya diinginkan suatu beban pajak penghasilan yang efisien, maka harus :
Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk penghasilan yang dapat dikenakan
pajak atau penghasilan yang kena pajak diganti dengan penghasilan yang tidak kena
pajak atau pengenaan pajaknya ditangguhkan. Tingkatkan biaya- biaya yang dapat
2017 5 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
dikurangkan atau biaya tertentu yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan kena
pajak dikurangi dan dialihkan ke biaya- biaya yang dapat dikurangkan.Perpanjang
jangka waktu pengenaan pajak atas penghasilan atau perpendek jangka waktu
biaya- biaya yang dapat dikurangkan. Pertimbangkan antara naiknya penghasilan
dengan beban pajak yang meningkat, atau naiknya biaya tertentu dengan
berkurangnya beban pajak dan hasil akhir (neto) harus memperebesar laba setelah
pajak penghasilan.
6. Memaksimalkan Pengecualian- pengecualian.
Pasal di dalam Undan Undang Pajak Penghasilan yang mnyangkut dividen, bagian
laba, bunga obligasi dan penghasilan yang tidak termasuk obye k pajak , adalah
Pasal 4 ayat ( 3 ) huruf (f), (h), (i), (j) Undang Undang No. 7 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008, yang
secara lengkap berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4 ayat (3) : Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah:
Huruf ( a.)
1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Huruf ( b. )
warisan;
Huruf ( c. )
harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
Huruf ( d. )
2017 6 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak
atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
Huruf ( e ).
pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
Huruf ( f. )
dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan
usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor.
Huruf ( g )
iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Huruf ( h ).
penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
Huruf ( i. )
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
Huruf ( j ).
dihapus;
Huruf ( k ).
2017 7 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau
kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
7. Memaksimalkan Pengurangan ( Maximizing Deductions )
Memaksimalkan pengurangan dalam hal ini ialah pengalihan pemberian dalam
bentuk natura ke bentuk tunjangan- tunjangan yang dapat dikurangkan sebagai
biaya, sesuai prinsip dapat dipajaki ( taxable ) dan dapat dikurangkan ( deductible ).
8. Penyebaran Penghasilan dan Biaya
Penyebaran penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa tahun adalah untuk
mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kelas yang tarifnya tinggi
dilakukan dengan cara penjualan cicilan, kredit dan seterusnya, sedangkan
memperpendek jangka waktu biaya- biaya yang dapat dikurangkan dapat dilakuian
melalui leasing dan bukan pemilikan, sepanjang biaya leasing lebih besar dari pada
penyusutan fiskal.
9. Biaya Pendirian dan Perluasan Modal
Untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal dapat digunakan Pasal 11A
ayat ( 3 ) Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 36
Tahuan 2008, yang menyediakan dua pilihan antara tingkat tarif pnyusutan golongan
I ( 50% ) apabila menggunakan metode saldo menurun dan ( 25% ) apabila
menggunakan metode garis luus atau biaya sebagaimana dimaksud dalam Psal 6
ayat ( 1 ) huruf a sesuai dengan pembukuannya ( 100% ), yang berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 6 Ayat (1)
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk: biaya yang secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
2017 8 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
C. PEMILIHAN BENTUK USAHA YANG TEPAT Dalam peraturan perpajakan, banyak sekali celah-celah yang dapat kita
manfaatkan untuk meminimalkan beban pajak tanpa kita harus berhadapan dengan
aparat pajak dalam investigasi, yaitu dengan melalui tax management (pengaturan
pajak). Tujuan perencanaan pajak yang baik adalah memberikan keuntungan yang
sebanyak-banyaknya kepada investor agar retur yang didapat semakin tinggi.
Perencanaan pajak dapat dimulai dari tingkat setting up.Bentuk usaha apa yang
akan dipilih investor dalam menjalankan bisnisnya ? Banyak pilihan bentuk usaha
yang dapat diambil oleh investor, namun itu semua akan berakibat pada aspek
perpajakan yang akan ditanggung kelak. Diantara beberapa entitas hukum bisnis
yang ada di Indonesia dan diakui oleh UU Perpajakan kita adalah:
Perseroan Terbatas (PT)
Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)
Perseorangan
Diluar itu terdapat banyak jenis bentuk usaha lain yang kita kenal dalam lingkup
hukum kita, namun saya akan membatasi pembahasan dalam ketiga bentuk usaha
tersebut karena mengingat kebanyakan pelaku bisnis Indonesia menggunakan
ketiganya dalam menjalankan binsis mereka.
PERSEROAN TERBATASPerseroan terbatas adalah suatu entitas bisnis yang banyak digunakan di
Indonesia.Dalam Pasal 97 UU No. 40 tahun 2007 mengatur bahwa perbedaan
terbesar antara PT dengan badan hukum lainnya adalah bahwa PT tanggung jawab
perusahaan dibebankan kepada Direksi, bukan kepada shareholder.Hal ini berarti
selama Pemegang Saham tidak merangkap sebagai pengurus perusahaan, maka
dia tidak dapat dimintai pertanggunjawaban terhadap tindakan operasional
perusahaan oleh pihak manapun.
Dalam ketentuan perpajakan pasal 17 UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 36
Tahun 2008, pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income sebelum
pembagian dividen. Kepada pemegang saham.. Ilustrasi pengenaan pajak PT kita
lihat sebagai berikut:
Income Tahun 2011 Rp. 2.000.000.000.
COGS / H.P.P. Rp. 800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000.
Operating Expenses Rp. 500.000.000
Net Income before Tax Rp. 700.000.000.
2017 9 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Corporate Tax ( PPh Badan 25% ) Rp. 175.000.000.
Net Income after Tax Rp. 525.000.000.
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen
maka atas pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10% sebagai
berikut:
Net Income before tax Rp 700.000.000
Tax 25% Rp 175.000.000.
Net Income After Tax Rp 525.000.000.
Pajak Atas Dividen 10% Rp 52.500.000. ( Final )
Return yang diterima Shareholder Rp 472.500.000.
% Beban Pajak (total tax/Net Income) (Rp175.000.000,-+Rp52.500.000,-) x
100% = Rp. 700.000.000
32,5%
PERSEKUTUAN (CV, FIRMA, KONGSI)Persekutuan diatur dengan Wetboek Van Koophandel Voor Indonesie atau dikenal
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).Perbedaan persekutuan
dengan PT adalah terletak pada tanggung jawab peseronya (shareholder). Pasal 18
dan 19 buku 1 KUHD mengatur tanggung jawab renteng pemilik/pesero terhadap
semua operasional ataupun tuntutan dari pihak lain apabila terjadi suatu perkara.
Pengaturan pajak kepada CV diatur dalam pasal 6 dan Pasal 4 ayat 3 huruf i
Undang-undang PPh. Berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan
sekali pada level net income perseroan. Ketika didistribusikan kepada pemegang
saham tidak dikenakan pajak dividen lagi. Kita lihat ilustrasi dibawah ini sesuai
dengan data-data keuangan PT diatas.
Income Tahun 2011 Rp. 2.000.000.000.
COGS / H.P.P. Rp. 800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000.
Operating Expenses Rp. 500.000.000
Net Income before Tax Rp. 700.000.000.
Corporate Tax ( PPh Badan 25% ) Rp. 175.000.000.
Net Income after Tax Rp. 525.000.000.
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen
maka atas pembagian tersebut tidak akan dikenakan pajak lagi sebagai berikut:
Net Income before tax Rp 700.000.000
Tax 25% Rp 175.000.000.
2017 10 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Net Income After Tax Rp 525.000.000.
Pajak Atas Dividen 0% Rp. 0
Return yang diterima Shareholder Rp 525.000.000.
% Beban Pajak (total tax/Net Income) (Rp175.000.000,-: Rp700.000.000,-) x
100% = .
25%
Dengan demikian secara total, investor akan terbebani pajak atas keuntungannya
sebesar 25% , bila dibandingkan dengan badan usaha P.T., persentase beban pajak
atas CV/ Firma ternyata lebih rendah. Begitu juga secara nominal, keuntungan
( return ) yang diberikan kepada pemegang saham adalah lebih besar yang
diberikan oleh pemegang saham Persekutuan ( = Rp. 525 juta ) dibanding dengan
pemegang saham PT ( =Rp. 472,5 juta ).
PERSEORANGANMayoritas penduduk Indonesia, mempergunakan entitas ini daripada yang lain,
mengingat kesederhanaan pendiriannya dan flexibilitas kewajiban yang harus
dipenuhi.
Dalam perpajakan, pengaturan perseorangan diberikan banyak fasilitas, diantaranya
adalah taxableincome bukan dihitung dari net income, tapi dikurangi dulu
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).Namun perlu diingat juga terdapat
pembedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak (taxable income bracket)
antara PPh Orang Pribadi dengan PPh Badan.
Secara sederhana kita membuat ilustrasi beban pajak yang harus ditanggung
investor WP.OP sebagai berikut :
Income Tahun 2011 Rp. 2.000.000.000
COGS / HPP : Rp. 800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000.
Operating Expenses Rp. 500.000.000.
Net Income before tax Rp. 700.000.000
PTKP ( Kawin 3 anak ( K/3 ) Rp. 21.120.000.
Taxable Income Rp. 678.888.000.
Tax : PPh untuk WP OP Rp. 148.699.700.
Pada saat pnghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen,
maka atas pembagian tersebut tidak akan dikenakan pajak lagi, sebagai berikut :
2017 11 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Net Income before tax Rp 700.000.000
Tax PPh WP OP Rp 148.699.700.
Net Income After Tax Rp 551.300.300
Pajak Atas Dividen 0% Rp. 0
Return yang diterima Shareholder Rp 551.300.300
% Beban Pajak (total tax/Net Income) (Rp148.699.700,- : Rp700.000.000,-) x
100% = .
21,24%
Perhitungan PPh :
Penghasilan Kena Pajak : Rp. 678.999.000.
PPh terutang :
5% x Rp. 50.000.000 Rp.2.500.000.
15% x Rp. 200.000.000 Rp. 30.000.000.
25% x Rp. 250.000.000 Rp. 62.500.000
30% x Rp. 178.999.000 Rp. 53.699.700
Total PPh Rp.148.699.700.
Dari ilustrasi diatas, beban pajak yang harus ditanggung oleh investor dari ketiga
entitas bisnis tersebut kita bandingkan sebagai berikut:
DESKRIPSI PT Persekutuan PERSEORANGAN
Net Income Rp 2.000.000.000,- Rp 2.000.000.000,- Rp
2.000.000.000,-
Beban Pajak (Rp) Rp 227.500.000,- Rp
175.000.000,- Rp
148.699.700,-
Beban Pajak (%) 32,5% 25% 21,24%
Pemilihan salah satu entitas bisnis diatas dapat dijadikan referensi dalam
pengambilan keputusan oleh para investor untuk meminimalkan beban pajak. Sudah
barang tentu pajak bukan hanya satu-satunya pertimbangan dalam keputusan bisnis.
Masih banyak lagi yang harus diperhatikan diantaranya ketentuan tentang tanggung
jawab pesero bila terjadi tuntutan pihak lain, kebutuhan perusahaan dalam
pengembangan pasar, serta kewajiban-kewajiban dan hak lain yang timbul dari
pemilihan bentuk usaha tersebut.
2017 12 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
D. PENGGUNAAN METODE AKUNTANSI DAN PERIODE AKUNTANSI DALAM PERENCANAAN PAJAK
Dalam Undang Undang Pajak tidak terdapat pasal yang mengharuskan Wajib
Pajak untuk menggunakan metode akunting tertentu, tetapi hanya mengharuskan
bahwa :
“Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak Badan di Indonesia, wajib mnyelenggarakan pembukuan”
( bunyi Pasal 28 ayat ( 1 ) Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 )
Dalam Pasal 4 ayat ( 4 ) Undang Undang yang sama menyebutkan :
“Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang
wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilengkapi dengan Laporan Keuangan
berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi serta Keterangan – keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak”
Dari uraian di atas jelas bahwa untuk kepentingan perpajakan , Wajib Pajak
harus menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tanpa mempersoalkan
prinsip pembukuan apa yang dipergunakan, akan tetapi apabila telah dipilih salah
satu prinsip pembukuan tersebut, maka sesuai dengan bunyi Pasal 28 ayat ( 5 )
Undang Undang K.U.P. tersebut diatas, bahwa :
“Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual
atau stelsel kas”
1. Metode Akunting
Pada dasarnya ada dua metode akunting yang prinsipil, yaitu :
Prinsip penerimaan dan pengeluaran kas ( Cash Basis ).
Prinsip atau metode akrual ( Acrual Basis ).
Penjelasan :
Khusus cara pembukuan dengan menggunakan metode cash basis adalah cara
membukukan penghasilan pada saat diterimanya penghasilan tersebut dan
mengurangkan pengeluarannya pada saat pengeluaran tersebut dibayar.
Sedangkan yang dimaksud dengan Acrual Basis yaitu penghasilan ditetapkan pada
waktu diperoleh dan biaya ditetapkan pada waktu terutang .
Dengan demikian komponen- komponen penghasilan dan pengeluaran yang
merupakan elemen- elemen yang menggambarkan Penghasilan Kena Pajak , tidak
berarti harus selalu dalam bentuk uang cash, akan tetapi dalam menghitung
2017 13 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Penghasilan Kena Pajak menurut metode ini dapat menggunakan tahun pajak yang
tidak sama dengan tahun takwim , yaitu tahun buku yang meliputi 12 bulan. Apabila
pembukuan Wajib Pajak meliputi peiode yang kurang atau lebih dari 12 bulan, maka
penghitungan pajak didasarkan tahun takwim yang bersangkutan dengan
memperhatikan bulan – bulan takwim dari tahun tersebut. Apabila Wajib Pajak
menggunakan Tahun Buku maka hal ini harus diberitahukan pada waktu
menyampaikan SPT Tahunan kepada Dirjen.Pajak.
Kaitan dengan perpajakan
Dalam prinsip perpajakan, penghasilan hanya dilaporkan apabila telah terjadi
transaksi penjualan, misalnya hasil panen yang baru dipetik yang dikumpulkan dan
produk akhir yang belum terjual adalah bukan obyek Pajak Penghasilan. Pengertian
penghasilan menurut penjelasan Pasal 4 UU PPh adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh. Jadi penghasilan disini dilihat
dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, yang berarti
adalah pertambahan harta usaha melalui transaksi.
Dalam arti sehari-hari diterima dan diperoleh mempunyai pengertian yang sama,
tetapi dalam perpajakan kedua istilah tersebut berbeda. Diterima artinya sama
dengan pengertian yang digariskan dalam Cash Basis, yaitu penghasilan dalam
bentuk tunai. Sebaliknya, diperoleh artinya sama dengan yang digariskan dalam
Acrual. Basis
Sekalipun akuntansi komersial dan perpajakan sama-sama menganut Acrual
Basis, tetapi Cash Basis lebih ditekankan untuk beberapa transaksi dalam
perpajakan. Hal ini disebabkan karena adanya konsep ability to pay dalam
perpajakan, yaitu konsep yang menyatakan, bahwa pajak harus dipungut pada saat
yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk membayar ( likuid ). Sebagai
contoh : uang sewa yang diterima di muka dalam perpajakan diakui sekaligus
sebagai penghasilan, sedangkan untuk akuntansi komersial penghasilan hanya
diakui pada masa persewaan.. Konsep ability to pay mengakibatkan adanya
penangguhan pengakuan terhadap biaya-biaya tertentu . Misalnya : piutang ragu-
ragu dapat diakui sebagai biaya fiskal, jika piutang tersebut nyata-nyata tidak dapat
ditagih. Sedangkan untuk keperluan akuntansi komersial “piutang ragu-ragu “ sudah
dapat dibiayakan. Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya perpajakan tidak sepenuhnya menerapkan Acrual Basis untuk
menghitung penghasilan dan biaya.
Contoh Cash Basis dan Acrual.Basis :
Penghasilan : berupa penjualan
jumlah penyerahan Rp. 15.000.000 terdiri dari :
2017 14 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
) penyerahan yang telah diterima pembayarannya = Rp. 10.000.000.
) penyerahan yang belum diterima pembayarannya = Rp. 5.000.000.
Acrual.Basis : Penghasilan = Rp. 15.000.000.
Cash Basis : Penghasilan = Rp. 10.000.000. Sisa yang belum dibayar ..
sebesar Rp. 5.000.000 ditetapkan sebagai .. …….
penghasilan pada periode berikutnya apabila ….
telah diterima tunai.
Periode Akunting / Tahun Pajak
Pemakaian Tahun Pajak, baik berdasarkan Tahun Takwim atau Tahun Buku
harus taat asas. Hal ini terutama untuk mencegah kemungkinan adanya
penggeseran laba atau rugi, apabila Wajib Pajak diberi kebebasan untuk setiap saat
berganti Tahun Pajaknya. Oleh karena itu apabila Wajib Pajak ingin mengadakan
perubahan tahun pajak maka terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari Dirjen .
Pajak ( Pasal 28 ayat ( 6 ) UU KUP ).
A. PAJAK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSANBagi manajer, tugas pengambilan keputusan adalah merupakan bagian penting dari
pekerjaannya. Keputusan manajer tersebut akan memberikan kerangka bagi
anggota lainnya dalam organisasi itu untuk bertindak.
Pada hakekatnya pengambilan keputusan merupakan proses mengevaluasi
beberapa alternatif yang tersedia . Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut
adalah menyangkut masalah keuntungan dan biaya. Pemilihan alternatif hendaknya
jatuh pada alternatif yang menjanjikan keuntungan yang besar, oleh karena itu
seorang pengambil keputusan hendaknya mampu mengidentifikasi konsekuensi
potensi pajak yang terkait dengan alternatif- alternatif yang sedang dipertimbangkan
tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif yang
beban pajaknya paling efisien yang harus dibayar, akan tetapi lebih cenderung
bagaimana memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Para pengambil keputusan
hendaknya merumuskan masalah biaya setelah pajak ( after tax cost ) dan
keuntungan setelah pajak ( after tax profit ) secara bersama tanpa mengabaikan
kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan.
B. PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN PAJAK DAN PERENCANAAN PAJAK.1. Perhitungan pajak terutang merupakan fungsi dari tiga variabel , yaitu :
a.. variabel ketentuan peraturan perundang – undangan pajak ( Tax Law ).
b. variabel fakta ( Fact ).
c. variabel proses administrasi dan kadang kadang juga proses peradilan.
2017 15 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Dari ketiga variabel tersebut sedikit sekali perhatian terhadap peranan kritis dari
suatu fakta dan betapa pentingnya peranan suatu fakta untuk menentukan setiap
sen utang pajak. Fakta adalah salah satu variabel yang setiap orang dapat berbuat
sesuatu terhadapnya, berbeda dengan undang – undang pajak yang merupakan
variabel yang sudah pasti . Apabila orang tidak puas baik terhadap undang –
undang maupun administrasi dan proses peradilannya, maka relatif sedikit sekali
orang dapat berbuat untuk memenuhi ketidak puasannya itu.
Pada umumnya fakta dapat dimodifikasi dan apabila Wajib Pajak dapat mengerti
kapan dan bagaimana memodifikasinya , berarti Wajib Pajak tersebut akan dapat
mengefisienkan pembayaran pajak yang cukup berarti melalui beberapa alternatif –
alternatif penstrukturan lebih dulu fakta tersebut..
2. Prinsip Taxable dan Deductible . Prinsip Taxable ( dapat dipajaki ) dan Deductible ( dapat dikurangi ) merupakan
prinsip yang lazim dipakai dalam perencanaan pajak, yang umumnya mengubah
biaya yang tidak boleh dikurangkan menjadi biaya yang boleh dikurangkan atau
sebaliknya mengubah penghasilan yang meupakan obyek pajak menjadi
penghasilan yang bukan obyek pajak, dengan konsekuensi terjadinya perubahan
pajak terutang akibat perubahan tersebut.
3. Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan.
Dalam rangka mendesain suatu perencanaan pajak, ada beberapa alternatif
pendekatan yang sistematis yang dapat dilakukan yang semua itu bertitik tolak pada
”formula umum perhitungan pajaknya”.
Perhatikan Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan di bawah ini :
1
2 (
1
)
Jumlah seluruh pnghasilan
Penghasilan bukan obyek Pajak
Penghasilan
Pasal 4
ayat ( 1 )
Pasal 4
ayat ( 3 )
3
4(
=
)
Penghasilan Bruto
Biaya Fiskal boleh dikurangkan
( 1 – 2 )
Pasal 6
ayat ( 1 )
2017 16 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
(
-
)
Koreksi : Biaya Fiskal tidak boleh
dikurangkan
Pasal 11
Pasal 11 A
Pasal 9
ayat ( 1 )
Dan ayat
( 2 )
5
67
(
=
)
(
-
)
(
-
)
Penghasilan Neto
Kompensasi kerugian
Penghasilan Tidak Kena Pajak
( WP OP )
( 3 – 4 )
Pasal 6
ayat ( 2 )
Pasal 7
ayat ( 1 )
89
(
=
)
(
X
)
Penghasilan Kena Pajak
Tarif
( 5 – 6 – 7 )
Pasal 17
1011
(
=
)
(
-
)
Pajak Penghasilan terutang
Kredit Pajak
( 8 x 9 )
Pasal 21
( WP OP ),
Pasal 22,
23, 24, 25.
12 (
=
)
Pajak Penghasilan Kurang Bayar /
Lebih Bayar / Nihil Bayar.
( 10 – 11 )
Pasal 28,
28A, 29
Catatan : angka genap adalah Variabel Kritis.
2017 17 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
4. Variabel Kritis ( Critical Variables ) Formula Variabel Kritis adalah fakta yang akan diolah dalam perencanaan
pajak, untuk membantu pengolahan ”variabel kritis” tersebut ada beberapa petunjuk
yang dapat digunakan, antara lain :
Usahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindarkan pengenaan
pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi ( top rate brackets )
Percepat atau tunda beberapa penghasilan dan biaya- biaya unruk memperoleh
keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau rendah, seperti
penangguhan pengenaan PPN, PPN yang ditanggung oleh pemerintah dan
seterusnya.
Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa Wajib Pajak, sperti
pembenmtukan grup- grup perusahaan.
Sebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa tahun untuk mencegah
penghasilan tersebut termasuk dalam kelas yang tarifnya tinggi dan tunda
pembayaran pajaknya, seperti penjualan cicilan, kredit dan seterusnya.
Transformasikan penghasilan biasa menjadi ”capital gain” jangka panjang.
Ambil keuntungan sebesar- besarnya dari ketentuan- ketentuan mengenai
pengecualian dan potongan- potongan.
Prgunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan perluasan
perusahaan yang mendapatkan kemudahan- kemudahan.
Pilihlah Bentuk Usaha yang terbaik untuk operasional usahanya.
Dirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa sehingga dapat diatur
secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi menghasilkan, kerugian-
kerugian dan aset yang dapat dihapus.
Keahlian dalam bidang perencanaan pajak hanya dapat diperoleh denga cara
berkesinambungan mendalami dan mempelajari masalah- masalah nya , karena
perencanaan pajak sendiri pada hakekatnya adalah hasil penelitian yang didesain
untuk suatu kejadian atau transaksi- transaksi yang akan terjadi. Perencana pajak
meliputi penstrukturan fakta yang harus dilakukan secara berhati- hati sebelum
peristiwanya terjadi.
Oleh karena itu, langkah pertama yang harus diambil adalah mempelajari apa
yang sesungguhnya yang menjadi permasalahannya. Mungkin saja ada keinginan
untuk mencapai tujuan perusahaan dengan pengeluaran pajak yang paling minimal
atau keuntngan bebas pajak melalui tindakan- tindakan / persyaratan tertentu .
Sekali sudah ditentukan masalahnya, hendaknya diusahakan agar diperoleh data
sebanyak mungkin berkenaan dengan permasalahan tersebut untuk selanjutnya
2017 18 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
diteliti fakta- fakta yang relevan, kemudian fakta apa yang harus diperoleh lagi atau
asumsi- asumsi yang harus disusun dan ketentuan- ketentuan peraturan perpajakan
mana yang sesuai dengan situasi semacam itu.
5. Faktor Pajak Faktor pajak yang terlibat dalam setiap situasi sangat terbatas sekali dan apabila
misalnya diinginkan suatu beban pajak penghasilan yang efisien, maka harus :
Usahakan penghasilan tersebut tidak termasuk penghasilan yang dapat dikenakan
pajak atau penghasilan yang kena pajak diganti dengan penghasilan yang tidak kena
pajak atau pengenaan pajaknya ditangguhkan.
Tingkatkan biaya- biaya yang dapat dikurangkan atau biaya tertentu yang tidak
dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak dikurangi dan dialihkan ke biaya-
biaya yang dapat dikurangkan.Perpanjang jangka waktu pengenaan pajak atas
penghasilan atau perpendek jangka waktu biaya- biaya yang dapat dikurangkan.
Pertimbangkan antara naiknya penghasilan dengan beban pajak yang meningkat,
atau naiknya biaya tertentu dengan berkurangnya beban pajak dan hasil akhir
(neto) harus memperebesar laba setelah pajak penghasilan.
6. Memaksimalkan Pengecualian- pengecualian.
Pasal di dalam Undan Undang Pajak Penghasilan yang mnyangkut dividen, bagian
laba, bunga obligasi dan penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak , adalah
Pasal 4 ayat ( 3 ) huruf (f), (h), (i), (j) Undang Undang No. 7 Tahun 1983
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008, yang
secara lengkap berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4 ayat (3) : Yang dikecualikan dari Objek Pajak adalah:
Huruf ( a.)
1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
2017 19 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
Huruf ( b. )
warisan;
Huruf ( c. )
harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
Huruf ( d. )
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak
atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
Huruf ( e ).
pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
Huruf ( f. )
dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan
usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor.
Huruf ( g )
iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
Huruf ( h ).
2017 20 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan;
Huruf ( i. )
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
Huruf ( j ).
dihapus;
Huruf ( k ).
penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau
kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
7. Memaksimalkan Pengurangan ( Maximizing Deductions )Memaksimalkan pengurangan dalam hal ini ialah pengalihan pemberian dalam
bentuk natura ke bentuk tunjangan- tunjangan yang dapat dikurangkan sebagai
biaya, sesuai prinsip dapat dipajaki ( taxable ) dan dapat dikurangkan ( deductible ).
8. Penyebaran Penghasilan dan Biaya Penyebaran penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa tahun adalah untuk
mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kelas yang tarifnya tinggi
dilakukan dengan cara penjualan cicilan, kredit dan seterusnya, sedangkan
memperpendek jangka waktu biaya- biaya yang dapat dikurangkan dapat dilakuian
melalui leasing dan bukan pemilikan, sepanjang biaya leasing lebih besar dari pada
penyusutan fiskal.
9. Biaya Pendirian dan Perluasan Modal Untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal dapat digunakan Pasal 11A
ayat ( 3 ) Undang- undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 36
2017 21 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Tahuan 2008, yang menyediakan dua pilihan antara tingkat tarif pnyusutan golongan
I ( 50% ) apabila menggunakan metode saldo menurun dan ( 25% ) apabila
menggunakan metode garis luus atau biaya sebagaimana dimaksud dalam Psal 6
ayat ( 1 ) huruf a sesuai dengan pembukuannya ( 100% ), yang berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 6 Ayat (1)
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
C. PEMILIHAN BENTUK USAHA YANG TEPAT Dalam peraturan perpajakan, banyak sekali celah-celah yang dapat kita
manfaatkan untuk meminimalkan beban pajak tanpa kita harus berhadapan dengan
aparat pajak dalam investigasi, yaitu dengan melalui tax management (pengaturan
pajak). Tujuan perencanaan pajak yang baik adalah memberikan keuntungan yang
sebanyak-banyaknya kepada investor agar retur yang didapat semakin tinggi.
Perencanaan pajak dapat dimulai dari tingkat setting up.Bentuk usaha apa yang
akan dipilih investor dalam menjalankan bisnisnya ? Banyak pilihan bentuk usaha
yang dapat diambil oleh investor, namun itu semua akan berakibat pada aspek
perpajakan yang akan ditanggung kelak. Diantara beberapa entitas hukum bisnis
yang ada di Indonesia dan diakui oleh UU Perpajakan kita adalah:
Perseroan Terbatas (PT)
Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)
Perseorangan
Diluar itu terdapat banyak jenis bentuk usaha lain yang kita kenal dalam lingkup
hukum kita, namun saya akan membatasi pembahasan dalam ketiga bentuk usaha
tersebut karena mengingat kebanyakan pelaku bisnis Indonesia menggunakan
ketiganya dalam menjalankan binsis mereka.
PERSEROAN TERBATASPerseroan terbatas adalah suatu entitas bisnis yang banyak digunakan di
Indonesia.Dalam Pasal 97 UU No. 40 tahun 2007 mengatur bahwa perbedaan
terbesar antara PT dengan badan hukum lainnya adalah bahwa PT tanggung jawab
perusahaan dibebankan kepada Direksi, bukan kepada shareholder.Hal ini berarti
selama Pemegang Saham tidak merangkap sebagai pengurus perusahaan, maka
2017 22 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
dia tidak dapat dimintai pertanggunjawaban terhadap tindakan operasional
perusahaan oleh pihak manapun.
Dalam ketentuan perpajakan pasal 17 UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 36
Tahun 2008, pengenaan pajak PT dikenakan pada level net income sebelum
pembagian dividen. Kepada pemegang saham.. Ilustrasi pengenaan pajak PT kita
lihat sebagai berikut:
Income Tahun 2011 Rp. 2.000.000.000.
COGS / H.P.P. Rp. 800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000.
Operating Expenses Rp. 500.000.000
Net Income before Tax Rp. 700.000.000.
Corporate Tax ( PPh Badan 25% ) Rp. 175.000.000.
Net Income after Tax Rp. 525.000.000.
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen
maka atas pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10% sebagai
berikut:
Net Income before tax Rp 700.000.000
Tax 25% Rp 175.000.000.
Net Income After Tax Rp 525.000.000.
Pajak Atas Dividen
10%
Rp 52.500.000. ( Final )
Return yang diterima
Shareholder
Rp 472.500.000.
% Beban Pajak (total
tax/Net Income)
(Rp175.000.000,-+Rp52.500.000,- ) x 100%
= Rp. 700.000.000
32,5%
2017 23 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
PERSEKUTUAN (CV, FIRMA, KONGSI)Persekutuan diatur dengan Wetboek Van Koophandel Voor Indonesie atau dikenal
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).Perbedaan persekutuan
dengan PT adalah terletak pada tanggung jawab peseronya (shareholder). Pasal 18
dan 19 buku 1 KUHD mengatur tanggung jawab renteng pemilik/pesero terhadap
semua operasional ataupun tuntutan dari pihak lain apabila terjadi suatu perkara.
Pengaturan pajak kepada CV diatur dalam pasal 6 dan Pasal 4 ayat 3 huruf i
Undang-undang PPh. Berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan
sekali pada level net income perseroan. Ketika didistribusikan kepada pemegang
saham tidak dikenakan pajak dividen lagi. Kita lihat ilustrasi dibawah ini sesuai
dengan data-data keuangan PT diatas.
Income Tahun 2011 Rp. 2.000.000.000.
COGS / H.P.P. Rp. 800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000.
Operating Expenses Rp. 500.000.000
Net Income before Tax Rp. 700.000.000.
Corporate Tax ( PPh Badan 25% ) Rp. 175.000.000.
Net Income after Tax Rp. 525.000.000.
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen
maka atas pembagian tersebut tidak akan dikenakan pajak lagi sebagai berikut:
Net Income before tax Rp 700.000.000
Tax 25% Rp 175.000.000.
Net Income After Tax Rp 525.000.000.
Pajak Atas Dividen 0% Rp. 0
Return yang diterima
Shareholder
Rp 525.000.000.
% Beban Pajak (total
tax/Net Income)
(Rp175.000.000,-: Rp700.000.000,-) x
100% = .
2017 24 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
25%
Dengan demikian secara total, investor akan terbebani pajak atas keuntungannya
sebesar 25% , bila dibandingkan dengan badan usaha P.T., persentase beban pajak
atas CV/ Firma ternyata lebih rendah. Begitu juga secara nominal, keuntungan
( return ) yang diberikan kepada pemegang saham adalah lebih besar yang
diberikan oleh pemegang saham Persekutuan ( = Rp. 525 juta ) dibanding dengan
pemegang saham PT ( =Rp. 472,5 juta ).
PERSEORANGANMayoritas penduduk Indonesia, mempergunakan entitas ini daripada yang lain,
mengingat kesederhanaan pendiriannya dan flexibilitas kewajiban yang harus
dipenuhi.
Dalam perpajakan, pengaturan perseorangan diberikan banyak fasilitas, diantaranya
adalah taxableincome bukan dihitung dari net income, tapi dikurangi dulu
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).Namun perlu diingat juga terdapat
pembedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak (taxable income bracket)
antara PPh Orang Pribadi dengan PPh Badan.
Secara sederhana kita membuat ilustrasi beban pajak yang harus ditanggung
investor WP.OP sebagai berikut :
Income Tahun 2011 Rp. 2.000.000.000
COGS / HPP : Rp. 800.000.000
Gross Income Rp. 1.200.000.000.
Operating Expenses Rp. 500.000.000.
Net Income before tax Rp. 700.000.000
PTKP ( Kawin 3 anak ( K/3 ) Rp. 21.120.000.
Taxable Income Rp. 678.888.000.
Tax : PPh untuk WP OP Rp. 148.699.700.
Pada saat pnghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen,
maka atas pembagian tersebut tidak akan dikenakan pajak lagi, sebagai berikut :
2017 25 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Net Income before tax Rp 700.000.000
Tax PPh WP OP Rp 148.699.700.
Net Income After Tax Rp 551.300.300
Pajak Atas Dividen 0% Rp. 0
Return yang diterima
Shareholder
Rp 551.300.300
% Beban Pajak (total
tax/Net Income)
(Rp148.699.700,- : Rp700.000.000,-) x
100% = .
21,24%
Perhitungan PPh :
Penghasilan Kena Pajak : Rp. 678.999.000.
PPh terutang :
5% x Rp. 50.000.000 Rp.2.500.000.
15% x Rp. 200.000.000 Rp. 30.000.000.
25% x Rp. 250.000.000 Rp. 62.500.000
30% x Rp. 178.999.000 Rp. 53.699.700
Total PPh Rp.148.699.700.
Dari ilustrasi diatas, beban pajak yang harus ditanggung oleh investor dari ketiga
entitas bisnis tersebut kita bandingkan sebagai berikut:
DESKRIPSI
PT Persekutuan PERSEORANGAN
Net
Income
Rp
2.000.000.00
0,-
Rp
2.000.000.00
0,-
Rp
2.000.000.000,-
Beban
Pajak (Rp)
Rp
227.500.000,-
Rp
175.000.000,-
Rp
148.699.700,-
Beban 32,5% 25% 21,24%
2017 26 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Pajak (%)
Pemilihan salah satu entitas bisnis diatas dapat dijadikan referensi dalam
pengambilan keputusan oleh para investor untuk meminimalkan beban pajak. Sudah
barang tentu pajak bukan hanya satu-satunya pertimbangan dalam keputusan bisnis.
Masih banyak lagi yang harus diperhatikan diantaranya ketentuan tentang tanggung
jawab pesero bila terjadi tuntutan pihak lain, kebutuhan perusahaan dalam
pengembangan pasar, serta kewajiban-kewajiban dan hak lain yang timbul dari
pemilihan bentuk usaha tersebut. Semuanya berpulang pada keputusan Anda
sebagai investor, pajak bukanlah hambatan bisnis.....!
IV. PENGGUNAAN METODE AKUNTANSI DAN PERIODE AKUNTANSI DALAM PERENCANAAN PAJAK Dalam Undang Undang Pajak tidak terdapat pasal yang mengharuskan Wajib
Pajak untuk menggunakan metode akunting tertentu, tetapi hanya mengharuskan
bahwa :
“Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dan Wajib Pajak Badan di Indonesia, wajib mnyelenggarakan pembukuan”
( bunyi Pasal 28 ayat ( 1 ) Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 )
Dalam Pasal 4 ayat ( 4 ) Undang Undang yang sama menyebutkan :
“Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang
wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilengkapi dengan Laporan Keuangan
berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi serta Keterangan – keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak”
Dari uraian di atas jelas bahwa untuk kepentingan perpajakan , Wajib Pajak
harus menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tanpa mempersoalkan
prinsip pembukuan apa yang dipergunakan, akan tetapi apabila telah dipilih salah
satu prinsip pembukuan tersebut, maka sesuai dengan bunyi Pasal 28 ayat ( 5 )
Undang Undang K.U.P. tersebut diatas, bahwa :
“Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual
atau stelsel kas”
1. Metode AkuntingPada dasarnya ada dua metode akunting yang prinsipil, yaitu :
Prinsip penerimaan dan pengeluaran kas ( Cash Basis ).
Prinsip atau metode akrual ( Acrual Basis ).
2017 27 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Penjelasan :
Khusus cara pembukuan dengan menggunakan metode cash basis adalah cara
membukukan penghasilan pada saat diterimanya penghasilan tersebut dan
mengurangkan pengeluarannya pada saat pengeluaran tersebut dibayar.
Sedangkan yang dimaksud dengan Acrual Basis yaitu penghasilan ditetapkan pada
waktu diperoleh dan biaya ditetapkan pada waktu terutang .
Dengan demikian komponen- komponen penghasilan dan pengeluaran yang
merupakan elemen- elemen yang menggambarkan Penghasilan Kena Pajak , tidak
berarti harus selalu dalam bentuk uang cash, akan tetapi dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak menurut metode ini dapat menggunakan tahun pajak yang
tidak sama dengan tahun takwim , yaitu tahun buku yang meliputi 12 bulan. Apabila
pembukuan Wajib Pajak meliputi peiode yang kurang atau lebih dari 12 bulan, maka
penghitungan pajak didasarkan tahun takwim yang bersangkutan dengan
memperhatikan bulan – bulan takwim dari tahun tersebut. Apabila Wajib Pajak
menggunakan Tahun Buku maka hal ini harus diberitahukan pada waktu
menyampaikan SPT Tahunan kepada Dirjen.Pajak.
Kaitan dengan perpajakan Dalam prinsip perpajakan, penghasilan hanya dilaporkan apabila telah terjadi
transaksi penjualan, misalnya hasil panen yang baru dipetik yang dikumpulkan dan
produk akhir yang belum terjual adalah bukan obyek Pajak Penghasilan. Pengertian
penghasilan menurut penjelasan Pasal 4 UU PPh adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh. Jadi penghasilan disini dilihat
dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada Wajib Pajak, yang berarti
adalah pertambahan harta usaha melalui transaksi.
Dalam arti sehari-hari diterima dan diperoleh mempunyai pengertian yang sama,
tetapi dalam perpajakan kedua istilah tersebut berbeda. Diterima artinya sama
dengan pengertian yang digariskan dalam Cash Basis, yaitu penghasilan dalam
bentuk tunai. Sebaliknya, diperoleh artinya sama dengan yang digariskan dalam
Acrual. Basis
Sekalipun akuntansi komersial dan perpajakan sama-sama menganut Acrual
Basis, tetapi Cash Basis lebih ditekankan untuk beberapa transaksi dalam
perpajakan. Hal ini disebabkan karena adanya konsep ability to pay dalam
perpajakan, yaitu konsep yang menyatakan, bahwa pajak harus dipungut pada saat
yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk membayar ( likuid ). Sebagai
contoh : uang sewa yang diterima di muka dalam perpajakan diakui sekaligus
sebagai penghasilan, sedangkan untuk akuntansi komersial penghasilan hanya
diakui pada masa persewaan.. Konsep ability to pay mengakibatkan adanya
2017 28 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
penangguhan pengakuan terhadap biaya-biaya tertentu . Misalnya : piutang ragu-
ragu dapat diakui sebagai biaya fiskal, jika piutang tersebut nyata-nyata tidak dapat
ditagih. Sedangkan untuk keperluan akuntansi komersial “piutang ragu-ragu “ sudah
dapat dibiayakan. Dari keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya perpajakan tidak sepenuhnya menerapkan Acrual Basis untuk
menghitung penghasilan dan biaya.
Contoh Cash Basis dan Acrual.Basis :
Penghasilan : berupa penjualan
jumlah penyerahan Rp. 15.000.000 terdiri dari :
) penyerahan yang telah diterima pembayarannya = Rp. 10.000.000.
) penyerahan yang belum diterima pembayarannya = Rp. 5.000.000.
Acrual.Basis : Penghasilan = Rp. 15.000.000.
Cash Basis : Penghasilan = Rp. 10.000.000. Sisa yang belum dibayar ..
sebesar Rp. 5.000.000 ditetapkan sebagai .. …….
penghasilan pada periode berikutnya apabila ….
telah diterima tunai.
Periode Akunting / Tahun Pajak Pemakaian Tahun Pajak, baik berdasarkan Tahun Takwim atau Tahun Buku
harus taat asas. Hal ini terutama untuk mencegah kemungkinan adanya
penggeseran laba atau rugi, apabila Wajib Pajak diberi kebebasan untuk setiap saat
berganti Tahun Pajaknya. Oleh karena itu apabila Wajib Pajak ingin mengadakan
perubahan tahun pajak maka terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari Dirjen .
Pajak ( Pasal 28 ayat ( 6 ) UU KUP ).
Tugas pengambilan keputusan adalah merupakan bagian penting dari pekerjaannya.
Keputusan manajer tersebut akan memberikan kerangka bagi anggota lainnya
dalam organisasi itu untuk bertindak
Petunjuk pelaksanaan pelaksanaan manajemen pajak dan perencanaan pajak
meliputi :
1. pajak terutang merupakan fungsi dari tiga variabel
2. Prinsip Taxable dan Deductible
3. Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan.
4. Variabel Kritis ( Critical Variables )
5. Faktor pajak
6. Memaksimalkan Pengecualian- pengecualian
7. Memaksimalkan Pengurangan ( Maximizing Deductions
8. Penyebaran Penghasilan dan Biaya
9. Biaya Pendirian dan Perluasan Modal
2017 29 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Tugas pengambilan keputusan adalah merupakan bagian penting dari
pekerjaannya. Keputusan manajer tersebut akan memberikan kerangka bagi
anggota lainnya dalam organisasi itu untuk bertindak
Petunjuk pelaksanaan pelaksanaan manajemen pajak dan perencanaan
pajak meliputi :
1. pajak terutang merupakan fungsi dari tiga variabel
2. Prinsip Taxable dan Deductible
3. Formula Umum Perhitungan Pajak Penghasilan.
4. Variabel Kritis ( Critical Variables )
5. Faktor pajak
6. Memaksimalkan Pengecualian- pengecualian
7. Memaksimalkan Pengurangan ( Maximizing Deductions
8. Penyebaran Penghasilan dan Biaya
9. Biaya Pendirian dan Perluasan Modal
2017 30 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka1. Chairil Anwar Pohan, 2013, Manajemen Perpajakan, Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
2. Erly Suandi, 2011, Perencanaan Pajak, Penerbit Salemba Empat ( ES )
3. Muhammad Zain, 2007, manajemen Pajak, Penerbit Salemba Empat ( MZ )
4. Primandita F dkk, 2009, Kompilasi UU Pajak, Penerbit Salemba Empat ( PF )
5. Peraturan Pemenrintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak dan
Peraturan Perpajakan lainnya.
6. Gunadi, 2007, Perpajakan Internasional, Salemba Empat.
7. __________, UU Republik Indonesia No. 7 Tahun 2983, sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2017 31 Manajemen Perpajakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearningEri Marlapa, S.E, M.M http://www.mercubuana.ac.id