pembahasan sedimen laut
TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
SEDIMEN LAUT
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Oceanografi
yang diampu oleh Bapak Bagus Setiabudi Wiwoho
Oleh
Kelompok 3
Anggota Kelompok
Mustika Purboretno (110721435015)
Maksum Ali Ridwan (110721435017)
Rini Rahmawarti (110721435027)
Nila Wardani (110721435081)
Arif Purnomo Aji (110721435083)
Uswatun Hasanah (110721435131)
Nur Wakhid Hidayat (110721435132)
Offering K 2011
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
September 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimen adalah pecahan batuan, mineral atau bahan organik yang ditransportasikan
dari berbagai sumber iendapkan oleh udara, air, dan es. Biasanya material- material sedimen
banyak terendap di daerah delta atau mulut-mulut sungai, dimana delta sungai adalah hasil
dari bentukan dari pengendapan sedimen yang dibawa oleh air sungai Bentang alam hasil
pengendapan oleh air, yang lainya adalah meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta.
Sand dunes adalah bukit pasir yang terbentuk karena adanya pasokan pasir, adanya angina
yang stabil dan adanya kendala seperti vegetasi, batuan atau pagar untuk menjebak beberapa
pasir. Sand dunes merupakan proses sedimentasi yang dikrenakan angin. Hasil pengendapan
oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya
gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo,
dan penghalang pantai. Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen
glacial. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni
lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah.
Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Tidak pahamnya masyarakat tentang ilmu mengenai sedimentologi, membuat
masyarakat awam mengenai proses pengendapan yang berpengaruh pada dampak kualitas air
yang di gunakan dan dimanfaatkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya ilmu
mengenai sedimentologi bagi kehidupan, membuat masyarakat sadar dampak pengaruh
sedimen dalam lingkungan sekitar. Di lingkungan, sedimen berpengaruh pada kualitas air.
Jika didalam suatu perairan kadar sedimen yang terendap memiliki kadar kimia logam berat
yang tinggi maka air di dalam perairan tersebut memiliki kualitas yang kurang baik.
Sebaiknya jika kadar sedimen yang terendap pada suatu perairan mengandung zat-zat kimia (
mineral ) yang di perlukan oleh tubuh maka kualitas air dalam suatu perairan tersebut baik
digunakan dan dikonsumsi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud sedimen laut?
1.2.2 Sebutkan macam-macam sedimen laut?
1.2.3 Bagaimanakah pengklasifikasian sedimen laut?
1.2.4 Apa manfaat sedimen laut dalam bagi kehidupan?
1.2.5 Faktor apa saja yang mempengaruhi sedimentasi dasar laut?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian sedimen laut secara jelas
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam sedimen laut
1.3.3 Untuk mengetahui pengklasifikasian sedimen laut
1.3.4 Untuk mengetahui manfaat sedimen laut dalam bagi kehidupan
1.3.5 Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi sedimentasi
dasar laut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sedimen Laut
Dalam kehidupan sehari-hari kata sedimen banyak sekali pengertiannya disini
diterangkan tentang beberapa pengertian sedimen dan sedimentasi. Dalam kaitannya dengan
sedimen dan sedimentasi beberapa ahli mendefinisikan sedimen dalam beberapa pengertian.
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau material
organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin,
es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang
melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.
Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen
atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau
asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai,
muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Menurut Bhatt (1978), sedimen yaitu lepasnya puing-puing endapan padat pada
permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air, atau es dibawah kondisi normal.
Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Batuan
sedimen adalah batuan yang dibentuk oleh sedimen. Tekstur sedimen yaitu hubungan
bersama antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran butir ini dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan terhadap mineral-
mineral dan struktur kimia dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana material
penyusun utamanya berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan
nonklastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan
unsur kimia (misalnya batugamping terumbu, halit, dan dolomit)
Sedangkan Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari
mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang
dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia
yang terjadi di laut.
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa sedimen laut merupakan akumulasi
dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran
cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat
proses kimia yang terjadi di laut.
2.2 Macam-macam Sedimen Laut
1. Sedimen laut daerah perairan dangkal
Seperti endapan yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng
benua (Continental Slope). Dijelaskan oleh Hutabarat (1985) dan Bhatt (1978) bahwa
“Continental Shelf” adalah suatu daerah yang mempunyai lereng landai kurang lebih
0,4% dan berbatasan langsung dengan daerah daratan, lebar dari pantai 50 – 70 km,
kedalaman maksimum dari lautan yang ada di atasnya di antara 100 – 200 meter.
Pada umumnya ‘Glacial Continental Shelf’ dicirikan dengan susunan utamanya
campuran antara pasir, kerikil, dan batu kerikil. Sedangkan ‘Non Glacial Continental
Shelf’’ endapannya biasanya mengandung lumpur yang berasal dari sungai. Di tempat
lain (continental shelf) dimana pada dasar laut gelombang dan arus cukup kuat, sehingga
material batuan kasar dan kerikil biasanya akan diendapkan.
‘Continental Slope’ adalah daerah yang mempunyai lereng lebih terjal dari
continental shelf, kemiringannya anatara 3 – 6 %. Sebagian besar pada ‘Continental
slope’ kemiringannya lebih terjal sehingga sedimen tidak akan terendapkan dengan
ketebalan yang cukup tebal. Daerah yang miring pada permukaannya dicirikan berupa
batuan dasar (bedrock) dan dilapisi dengan lapisan lanau halus dan lumpur. Kadang
permukaan batuan dasarnya tertutupi juga oleh kerikil dan pasir.
2. Sedimen laut daerah perairan dalam
Seperti endapan yang terjadi pada laut dalam. Sedimen laut dalam dapat dibagi
menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik Pelagis.
1) Sedimen Biogenik Pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri
atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-
sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya
satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton
yang perlahan, tetapi kontinue di dalam kolam air untuk membentuk lapisan
sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti
kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
2) Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-
materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke
lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi.
Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke
laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil
dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus
kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
2.3 Pengklasifikasian Sedimen Laut
1. Berdasarkan Asalnya
1) Sedimen Lithogenous (Sedimen Terigin)
Jenis sedimen ini berasal dari hasil pengikisan batuan di darat. Batuan
beku atau batuan sediment telah mengalami proses desintegrasi (proses pecahnya
batuan secara mekanis menjadi batuan yang lebih kecil), maupun proses
decomposisi (proses perubahan susunan kimiawi dari batuan sehungga lapuk
akibat pengerjaan air maupun udara). Partikel-partikel dari hasil proses
desintegrasi maupun proses decomposisi itu diangkut baik oleh air sungai, angin
ke laut.
Contoh bahan sediment dari proses desintegrasi; mineral kwarsa, mica,
feldspar, pyroxenes, ampobol dan mineral berat lainnya. Sedangkan dari hasil
proses decomposisi; clay (lempung), hidroksida besi yang bebas, alumina,
colloidal silica, dll.
Sedimen asal darat ini diendapkan di sekitar pantai, dimulai dari endapan
yang kasar (pasir) kemudian diikuti oleh partikel-partikel halus. Kecepatan
tenggelam partikel-partikel ini telah dihitung, dimana partikel pasir hanya
memerlukan waktu sekitar 1,8 hari untuk tenggelam ke dasar laut yang
kedalamannya 4.000 meter, sedangkan partikel lumpur sekitar 185 hari dan
partikel liat 51 tahun.
Endapan lumpur dan tanah liat diangkut lebih jauh ke tengah laut dan
kebanyakan akan mengendap pada daerah continental shelf. Partikel-partikel yang
lebih halus diendapkan pada dasar laut yang dalam.
2) Sedimen Biogenous
Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti
cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami
dekomposisi. Sedimen ini berasal dari sisa-sisa kerangka organisme hidup yang
akan membentuk endapan partikel-partikel halus yang dinamakan ooze yang
mengendap pada daerah yang jauh dari pantai. Sedimen ini digolongkan menjadi
2 tipe. yaitu: Calcareous dan Siliseous Ooze. Hal ini tergantung oleh organisme
darimana mereka berasal.
a. Tipe Calcareous
a) Globerigina ooze
Globerigina adalah dari salah satu group organisme yang
bersel tunggal yang dikenal sebagai poraminifera. Sisa-sisa
organisme ini membentuk ooze yang menutupi 35% bagian
permukaan dasar laut yang kebanyakan dijumpai pada daerah-
daerah panas di dunia.
b) Pteropod ooze
Pteropod adalah golongan mollusca yang bersifat sebgai
plankton dimana tubuh mereka meiliki kulit yang mengandung zat
kapur. Ooze ini menutupi hanya 1% permukaan laut walaupun
terkadang mereka sudah tercampur dengan ooze yang dari jenis
lain.
b. Tipe Silleceous
a) Diatom ooze
Diatom adalah golongan tumbuhan yang bersel tunggal
memiliki kulit yang mengandung silica, ooze yang terbentuk
menutupi 9% dasar laut. Mereka banyak dijumpai pada daerah
dingin yang bersalinitas rendah seperti daerah laut Hindia pada
bagian paling selatan.
b) Radiolaria ooze
Merupakan golongan protozoa bersel satu yang endapannya
menutupi 1-2% permukaan dasar laut.
c) Red Clay ooze
Bentuk ooze ini mempunyai kandungan silica yang tinggi,
tapi asalnya sampai saat ini belum diketahui. Diduga butiran halus
ooze yang terdapat di laut dalam berasal dari sedimen biogenous
tetapi mengalami perubahan yang besar di dalam laut karena
pengaruh tinggi tekanan dan konsentrasi Carbon acid. Endapan red
clay ini banyak dijumpai di timur laut Hindia.
3) Sedimen Hidreogenous
Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan
membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke
dasar laut. Sebagai contoh manganese nodules (bongkahan-bongkahan mangan)
berasal dari endapan lapisan oksida dan hidroksida dari besi dan mangan yang
terdapat di dalam sebuah rangkaian lapisan konsentris di sekitar pecahan batu atau
runtuhan puing-puing. Jenis logam-logam lain seperti copper (tembaga), cobalt
dan nikel juga tergabung di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi di sini bersifat
sangat lambat, di mana untuk membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan
waktu berjuta-juta tahun dan proses ini akan berhenti sama sekali jika nodule
telah terkubur dalam sedimen. Sebagai akibatnya nodule-nodule ini menjadi
begitu banyak dijumpai di Lautan Pasifik daripada di Lautan Atlantik. Hal ini
disebabkan karena tingkat kecepatan proses sedimentasi untuk mengukur nodule-
nodule yang terjadi di Lautan Pasifik lebih lambat jika dibandingkan dengan di
Lautan Atlantik.
4) Sedimen Cosmogenous
Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui
jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa,
aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material
yang berasal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di
atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang berasal dari letusan gunung berapi dapat
berukuran halus berupa debu volkanik, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat.
Sedangkan sedimen yang berasal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak
terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat
juga terjadi pada daerah subtropis saat musim kering dan angin bertiup kuat.
Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan
sumber-sumber yang lain. (Sugeng Widada)
2. Berdasarkan Ukuran Butir
Dapat dibagi menjadi 7 tipe sediment
1) boulders, memiliki ukuran butir > 256 mm
2) cobbles, memiliki ukuran butir 64-256 mm
3) pebbles, memiliki ukuran butir 4-64 mm
4) granules, memiliki ukuran butir 2-4 mm
5) sand, memiliki ukuran butir 0,062-2 mm
6) silt, memiliki ukuran butir 0,004-0,062 mm
7) clay, memiliki ukuran butir <0,004 mm
Wentworth (1922) mengklasifikasikan jenis sedimen berdasarkan ukurannya
menjadi 6 jenis.
Klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran butir (Wentworth, 1922)
No. Nama Partikel Ukuran Sedimen Nama Batu
1 Bongkah/Boulder >256 mm Gravel Konglomerat dan Breksi
berdasarkan kebundaran
partikel
2 Kerakal/Cobble 64-256 mm Gravel
3 Kerikil/Pebble 2-64 mm Gravel
4 Pasir/Sand 0.0625-2 mm Sand Sandstone
5 Lanau/Silt 0.0039-0.0625 mm Silt Batu Lanau
6 Lempung/Clay <0.0039 mm Clay Batu Lempung
3. Berdasarkan Lokasi Persebarannya
Sedimen laut berdasarkan lokasi persebarannya dapat dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu:
1) Neritik sedimen
Yang tersebar pada paparan benua, lereng benua, kaki benua yang
memiliki sumber material dari lithogenous, biogenous, hydrogenous dan
kosmogenous.
Neritik sedimen komposisi utamanya berasal dari material terrigenous
yang dibawa kelaut dengan aliran sungai maupun aliran permukaan. Neritik
sedimen memiliki variasi ukuran butir yang besar sehingga dapat dijumpai
endapan dari yang berbutir kasar sampai yang terhalus.
2) Pelagic sedimen
Yang tersebar pada perairan laut dalam yang memiliki sumber material
dari lithogenius, biogenius, hidrogenius dan kosmogenius. Pelagic sedimen
memiliki variasi ukuran butir yang sangat kecil sehingga hanya dapat dijumpai
material yang berbutir halus dan tersebar secara merata pada perairan laut dalam.
3) Bathyal
Sedimen yang tersebar pada perairan dengan kedalaman 200-3700 m
dengan sumber material dari terrigenous, biogenous, hydrogenous.
4) Abyssal
Sedimen yang berada pada kedalaman 3700-6000 m dengan sumber
material beraasal dari terrigenous, biogenous, hydrogenous dan cosmogenous.
5) Hadal
Sedimen yang berada pada kedalaman 6000 m dengan sumber material
berasal dari terrigenous yang berupa lempung dan debu.
2.4 Manfaat Sedimen Laut Dalam Bagi Kehidupan
Sedimen laut dalam dengan bentuk butir dan tekstur yang lebih halus dan kecil
melayang – layang di kolom air,yang nantinya akan terendap di dasar laut berdasarkan besar
kecilnya bentuk dan teksturnya, apabila sedimen memiliki bentuk dan tekstur yang besar
akan lebih cepat mengendap, dan sebaliknya bila tekstur sedimen lebih kecil maka sedimen
akan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengendap di dasar.
Sedimen laut terdiri dari bahan organic dan anorganic, sedimen dari bahan organic
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun hewan laut.
Biasanya sedimeen organic ini dimanfaatkan oleh hewan laut dalam untuk sumber
makannya. Ada pula sedimen laut dimanfaat untuk tempat perlindungan dari bahaya
predator, dengan demikian sedimen di dasar laut dalam sebagai ekosistem baru bagi hewan
laut dalam. Sedimen organic juga dapat dirubah oleh detritus menjadi ion–ion yang
diperlukan mahluk hidup. Sedangkan sedimen anorganik biasanya mengandung elemen
kimia seperti logam berat yang apabila logam berat tersebut masuk dan terakumulasi pada
tubuh mahluk hidup maka akan mengakibatkan kematian. Tetapi logam berat di lautan
konsentrasinya sangat sedikit.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi Dasar Laut
Peristiwa akresi dan abrasi dapat terjadi karena adanya variasi kondisi oseanografi.
Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh terjadinya
fenomena alam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan salinitas serta angin.
Fenomena tersebut memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan lautan
sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda-beda. Wilayah pantai
memiliki dinamika perairan yang kompleks. Proses-proses utama yang sering terjadi
meliputi sirkulasi massa air, percampuran (terutama antara dua massa air yang berbeda),
sedimentasi dan erosi, dan upwelling. Proses tersebut terjadi karena adanya interaksi antara
berbagai komponen seperti daratan, laut, dan atmosfir (Putinella, 2002). Adapun komponen-
komponen tersebut antara lain seperti pasang surut, gelombang, arus, angin, struktur geologi
pantai, kemiringan dan arah garis pantai.
1) Pasang Surut
Pengaruh gaya tarik bulan dan matahari mengakibatkan air laut di sepanjang
pantai menjadi naik (air pasang) pada saat bersamaan di sepanjang pantai bagian
bumi yang lainnya mengalami penurunan muka air laut (air surut). Gaya tarik bulan
terhadap timbulnya gelombang pasang besarnya 2,5 kali lebih kuat dari pada gaya
tarik matahari karena posisi bulan jauh lebih dekat dibandingkan dengan matahari.
Ketinggian maksimum gelombang pasang terjadi di daerah khatulistiwa beriklim
tropis dan daerah sub tropis. (Mulyo, 2004).
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga
yang terjadi di lautan, yang berasal dari gaya sentrifugal yang disebabkan oleh
perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan. Gaya
sentrifugal adalah suatu gaya yang didesak ke arah luar dari pusat bumi yang
besarnya lebih kurang sama dengan tenaga yang ditarik ke permukaan bumi.
Gaya gravitasi juga mempengaruhi terjadinya pasang walaupun tenaga yang
ditimbulkan terhadap lautan hanya sekitar 47% dari tenaga yang dihasilkan oleh gaya
gravitasi bulan. Selain itu faktor-faktor setempat seperti bentuk dasar lautan dan
massa daratan di sekitarnya kemungkinan menghalangi aliran air yang dapat
berakibat luas terhadap sifat-sifat pasang (Hutabarat dan Evans, 1985).
Ketika kedudukan matahari, bumi, bulan satu garis lurus (sudut 00). Gaya tarik
gabungan antara matahari dan bulan menghasilkan air pasang yang lebih besar.
Pasang yang terjadi pada saat itu biasa disebut pasang purnama atau pasang tinggi
yang dinamakan spiring tide. Pada waktu bulan seperempat dan tiga perempat,
matahari dan bulan membentuk sudut 900, sehingga gaya tarik keduanya saling
melemah. Pasang yang terjadi pada saat itu adalah pasang kecil atau pasang perbani
yang dinamakan neap tide. (Rosmini, 2006).
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam satu
hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di
berbagai daerah dibedakan dalam empat tipe:
a) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide), yaitu dalam satu
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, dengan tinggi
yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara
teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai laut
Andaman.
b) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), yaitu dalam satu hari
terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang
surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi
diperairkan selat Karimata.
c) Pasang surut campuran condong ke hari ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal), yaitu dalam satu hari terjadi dua kali air
pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.
Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
d) Pasang surut campuran condong ke hari tunggal (mixed tide
prevailing diurnal), dimana pada tipe ini dalam satu hari terjadi
satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang
untuk sementara waktu terjadi dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di
selat Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
Pengaruh gaya pasang surut mempengaruhi peristiwa abrasi dan sedimentasi.
Wilayah pantai yang mengalami peristiwa pasang surut harian ganda atau pasut surut
tipe campuran condong ke ganda memiliki pengaruh yang berbeda dengan wilayah
pantai yang hanya mengalami pasang surut harian tunggal, dimana wilayah yang
memiliki pasang surut tipe harian ganda dan campuran condong ke ganda mengalami
proses transportasi sedimen yang lebih dinamis jika dibandingkan dengan pasang
surut harian tunggal.
Selain tipe pasang surut, perbedaan lama waktu antara pasang dan surut juga
mempengaruhi peristiwa abrasi sedimentasi. Kawasan pantai yang mengalami proses
pasang yang cenderung lebih lama dari waktu surut, akan berakibat memberikan
peluang waktu yang lebih banyak bagi gelombang untuk mengabrasi wilayah
daratan.
2) Gelombang
Gelombang laut adalah gerakan melingkar molekul-molekul air yang tampak
sebagai gerakan naik turun. Gelombang laut disebabkan oleh angin yang berhembus
pada permukaan laut yang mendesak air laut.
Menurut Dahuri (1996), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan
besar dalam pembentukan pantai, baik pantai abrasi maupun pantai sedimentasi.
Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar
laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya ombak yang terdapat di
dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi besar dan sangat
berperan dalam pembentukan morfologi pantai, seperti menyeret sedimen (umumnya
pasir dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir.
Di samping mengangkut sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam
menghancurkan daratan (abrasi laut). Daya penghancur ombak terhadap
daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keterjalan garis pantai,
kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pantai, bentuk
pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantai dan sebagainya.
Gelombang yang ditemukan di permukaan laut pada umumnya terbentuk
karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat
tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala
arah membawa energi tersebut kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk
hempasan ombak. Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer
sebelum mencapai suatu pantai. Gelombang yang mendekati pantai akan mengalami
pembiasan (refraction), dan akan memusat (covergence) jika mendekati
semenanjung, dan akan menyebar (divergence) jika menemui cekungan. Di samping
itu gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling,
plunging atau surging. Semua fenomena yang dialami gelombang tersebut pada
hakekatnya disebabkan oleh topografi dasar lautnya (sea bottom topography).
(Dahuri, 1996).
Tipe gelombang spilling terjadi jika gelombang yang memiliki kemiringan
kecil menuju pantai yang datar. Pada jarak yang jauh dari pantai, gelombang tersebut
mulai pecah secara berangsur-angsur menghasilkan buih pada pada puncak
gelombang dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang.
Tipe gelombang plunging terjadi jika kemiringan gelombang dan dasar
bertambah. Gelombang yang pecah dengan puncak gelombangnya akan terjun ke
depan dan energinya dihancurkan dalam turbulensi yang mana sebagian kecil akan
dipantulkan pantai ke laut dan tidak banyak gelombang baru yang terjadi pada air
yang lebih dangkal.
Tipe gelombang pecah surging terjadi pada pantai yang memiliki kemiringan
yang sangat besar, seperti pada pantai berkarang. Tipe ini memiliki daerah
gelombang pecah yang sangat sempit dibandingkan dengan dua tipe lainnya dan
sebagian besar energi yang dimiliki dipantulkan kembali ke laut dalam dan sebelum
puncak gelombang terjun ke depan, dasar gelombangnya sudah pecah (Hutabarat dan
Evans, 1985).
3) Arus
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horisontal massa
air. Sistem-sistem arus laut utama dihasilkan oleh beberapa daerah angin utama yang
berbeda satu sama lain, mengikuti garis lintang sekeliling dunia dan di masing-
masing daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak
berubah-ubah (Nybakken, 1988 dalam Putinella, 2002).
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut, terutama
yang mengalir sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain dalam
membentuk morfologi pantai. Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam
selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pantai
secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegak lurus
terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun
yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah pergerakan arus,
umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo, beach
ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty dan tanggul pantai menunjukkan hasil
kerja arus laut.
Pola arus pantai ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara
gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang itu cukup besar, maka
akan terbentuk arus menyusur pantai (longshore current) yang disebabkan oleh
perbedaan tekanan hidrostatik. Jika sudut datang relatif kecil atau sama dengan nol
(gelombang yang datang sejajar dengan pantai), maka akan terbentuk arus meretas
pantai (rip current) dengan arah menjauhi pantai di samping terbentuknya arus
menyusur pantai. Diantara kedua jenis arus pantai ini, arus menyusur pantailah yang
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transportasi sedimen pantai (Dahuri,
1996).
Selain faktor angin, arus juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
a) Bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di
sekitarnya. Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh
massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus ekuator counter di
sisi yang keempat. Batas-batas ini menghasilkan sistem aliran yaitu
hampir tertutup dan cenderung membuat aliran air mengarah dalam
suatu bentuk bulatan. Dari sinilah terbentuk gyre (arus berputar)
(Hutabarat dan Evans, 1984).
b) Efek Coriolis atau gaya Coriolis. Gaya Coriolis adalah gaya semu
yang ditimbulkan akibat efek dua gaya gerakan. Yaitu gerakan
rotasi bumi dan gerakan benda relatif terhadap permukaan bumi.
Gaya ini menyebabkan terjadinya perpindahan zat cair di belahan
bumi utara di belokkan ke kanan dan di belahan bumi selatan
dibelokkan ke kiri (Kanginan, 1999)
c) Spiral Ekman atau perpindahan Ekman oleh V. walfrid Ekman,
seorang ahli dari Swedia, pada tahun 1982 menunjukkan secara
matematis bahwa di bawah kondisi samudra yang ideal akan
menghasilkan sebuah pengurangan kecepatan arus sistematis dan
sebuah perubahan pada arahnya dalam meningkatkan kedalaman
(Rosmini, 2006).
Selain ketiga faktor di atas, gerakan air yang luas dapat
diakibatkan oleh perbedaan densitas lapisan lautan yang mempunyai kedalaman
berbeda. Perbedaan itu timbul terutama disebabkan oleh salinitas dan suhu
(Hutabarat dan Evans, 1984).
4) Angin
Angin disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara yang merupakan
hasil dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-
tempat yang berbeda di permukaan bumi. Keadaan ini mengakibatkan naiknya
sejumlah besar massa udara yang ditandai dengan timbulnya sifat khusus yaitu
terdapatnya tekanan udara yang tinggi dan rendah. Sebagai contoh, massa udara yang
bertekanan tinggi dibentuk di atas daerah-daerah kutub, sedangkan massa udara yang
bertekanan rendah yang kering dan panas terkumpul di daerah subtropik. Massa
udara ini tidak tetap tinggal pada tempat di mana mereka ini dibentuk, tetapi begitu
mereka melewati daerah daratan mereka akan tersesat oleh aliran angin yang
ditimbulkan dengan adanya perubahan dan variasi iklim setempat. Massa udara yang
bertekanan tinggi ini dikenal sebagai anti-cyclones ; udara yang beredar di dalamnya
berputar ke arah lawan jarum jam (anti-clockwise) pada bagian belahan bumi sebelah
Selatan, sedangkan di belahan bumi sebelah Utara mereka berputar ke arah jarum
jam (clockwise). Massa udara yang bertekanan rendah dinamakan cyclones. Gerakan
massa udara di dalamnya bergerak ke arah jarum jam di belahan bumi Selatan dan ke
arah lawan jarum jam di belahan bumi Utara.
Gelombang yang terjadi di laut disebabkan oleh hembusan angin (Nontji,
1999). Faktor yang mempengaruhi bentuk/besarnya gelombang yang disebabkan
oleh angin adalah: kecepatan angin, lamanya angin bertiup, kedalaman laut,
dan luasnya perairan, serta fetch (F) yaitu jarak antara terjadinya angin sampai
lokasi gelombang tersebut.
5) Sedimen Pantai
Sedimen pantai adalah partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran
batuan-batuan dari daratan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa-sisa
rangka-rangka organisme laut. Tidaklah mengherankan jikalau ukuran partikel-
partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen
yang terdapat pada berbagai tempat di dunia mempunyai sifat-sifat yang sangat
berbeda satu sama lain. Misalnya sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh
jenis partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus. Sedangkan
hampir semua pantai ditutupi oleh partikel berukuran besar yang terdiri dari sedimen
kasar.
Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan
pengangkutan sedimen di muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran
pantai. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh
ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila
jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya,
maka dataran pantai akan bertambah (Putinella, 2002).
BAB III
PENUTUP
2.6 Kesimpulan
Sedimen adalah sebagai material fragmental yang terjadi pada penghancuran batuan
dan bahan-bahan organik yang terendap oleh tenaga air, angin atau es.Sedimentasi adalah
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin.
Sedangkan sedimen laut adalah akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan
yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut sertabeberapa
partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut.
Sedimen laut terbagi atas dua macam, yaitu sedimen laut daerah perairan dangkal dan
sedimen laut daerah perairan dalam. Sedimen laut daerah perairan dangkal seperti endapan
yang terjadi pada paparan benua (Continental Shelf) dan lereng benua (Continental Slope).
Sedangkan sedimen laut daerah perairan dalam sendiri terbagi atas dua macam yaitu sedimen
terigen pelagis dan sedimen biogenik pelagis.
Asal sedimen laut antara lain: Lithogenous sedimen (Batuan), Biogenous sedimen
(tumbuhan dan hewan), Hydrogenous sedimen (reaksi kimia dlm air laut), dan Cosmogenous
sedimen (partikel luar angkasa). Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan
(weathering) batuan dari daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan
vulkanik. Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari
remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan mikro.
Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut dengan
konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di dasar laut.
Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut
melalui jalur media udara/angina. Sedimen laut berdasarkan asal pembentukannya atas dua
jenis yaitu Sedimen klastik dan Sedimen biogenic.
Sedimen laut berdasarkan ukurannya terbagi menjadi 7 bagian yaitu : boulders,
memiliki ukuran butir > 256 mm; cobbles, memiliki ukuran butir 64-256 mm; pebbles,
memiliki ukuran butir 4-64 mm; granules, memiliki ukuran butir 2-4 mm; sand, memiliki
ukuran butir 0,062-2 mm; silt, memiliki ukuran butir 0,004-0,062 mm; clay, memiliki
ukuran butir <0,004 mm.
Sedimen laut berdasarkan lokasi persebarannya terbagi atas 5 bagian antara lain:
Neritik sedimen, yang tersebar pada paparan benua, lereng benua, kaki benua yang memiliki
sumber material dari lithogenous, biogenous, hydrogenous dan kosmogenous; Pelagic
sedimen yang tersebar pada perairan laut dalam yang dengan yang memiliki sumber material
dari lithogenius, biogenius, hidrogenius dan kosmogenius; Bathyal sedimen yang tersebar
pada perairan dengan kedalaman 200-3700 m dengan sumber material dari terrigenous,
biogenous, hydrogenous; Abyssal sedimen yang berada pada kedalaman 3700-6000 m
dengan sumber material beraasal dari terrigenous, biogenous, hydrogenous dan
cosmogenous; Hadal sedimen yang berada pada kedalaman 6000 m dengan sumber material
berasal dari terrigenous yang berupa lempung dan debu.
Sedimen laut dalam yang organic sedimen dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan untuk hewan laut dalam, habitat baru bagi hewan laut dalam. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi pengendapan dasar laut diantaranya adalah pasang surut, arus, angin,
gelombang, dan sedimen pantai.
Daftar Rujukan
Evanas Stewart M, Hutabarat Sahala. Pengantar Oseanografi. UI Press. 1984
Wiwoho Bagus Setiabudi. Pengantar Oseanografi. UM. 1999
http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2012/12/sedimen-dasar-laut.html
http://luftirangga.blogspot.com/2013/01/sedimen-dasar-laut.html
http://dhayatgeo.blogspot.com/2011/12/abrasi-dan-sedimetasi-pantai.html
SEDIMEN LAUT
Soal:
1. Sebutkan dan jelaskan pengkalsifikasian sedimen laut berdasarkan asalnya ?
2. Sebut dan Jelaskan manfaat sedimen laut bagi kehidupan ?
3. Jelaskan macam-macam sedimen laut!
4. Mengapa proses terjadinya sedimen laut biasanya sering terjadi di daerah pantai (laut) utara
Jawa ?