pembahasan masalah
DESCRIPTION
,khhkhkhhTRANSCRIPT
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1 Praktek Belajar Lapangan (PBL) Ke-1
3.1.1 Masalah-Masalah (5W + 1H)
Masalah adalah hal yang menghambat sehingga menimbulkan kesenjangan atau deviasi
atau perbedaan dengan teori (ketentuan yang telah ditetapkan) dengan kenyataan yang dihadapi
di lapangan sehingga tidak tercapainya tujuan yang diharapkan sebelumnya. Berdasarkan kutipan
Meliana (2002), meurut Kepner dan Tregoe (1965) dalam bukunya The retional, a systematic
approach to problem solving and decision making menyatakan “A problem is deviation from
standard of performance“.
Dalam bab ini permasalahan yang terjadi di wilayah Desa Nagrak yaitu kejadian
diare yang terjadi di masyarakat Desa Nagrak yang di indikasi akibat faktor perilaku.
Berdasarkan hasil orientasi kegiatan dan wawancara dengan masyarakat yaitu
Koordinator Lapangan Desa Nagrak dan Penduduk Desa Nagrak dapat disimpulkan
permasalahan yang ada di Desa Nagrak adalah :
a. Penggunaan sumber air yang kurang baik
b. Prilaku mencuci tangan yang kurang baik
Tabel 3.1
Identifikasi Masalah
What Where When Who Why
Penggunaan sumber air yang kurang baik
Desa Nagrak Teridentifikasi oleh Peneliti selama melakukan kegiatan PBL
Masyarakat Kurangnya kesadaran masyarakat akan sumber air bersih
How
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam memperoleh sumber air seperti di sungai telah dilakukan dari dahulu oleh masyarakat sekitar sehingga hal tersebut menjadi kebiasaan masyarakat sekitar serta sumur air yang terlalu dekat dengan penampungan kotoran.
Tabel 3.2
Identifikasi Masalah
What Where When Who WhyPrilaku mencuci tangan yang kurang baik
Desa Nagrak Teridentifikasi oleh Peneliti selama melakukan kegiatan PBL
Masyarakat Kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat dan cara mencuci tangan yang baik dan benar
How
Kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan yang kurang baik sudah tertanam sejak dulu, mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan menggunakan sabun di air yang mengalir.
Menggunakan air bersih adalah rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari (mandi, mencuci dan memasak) yang memenuhi syarat fisik (tidak berwarna, tidak
keruh, tidak berasa dan tidak berbau) yang berasal dari sumur terlindung, air pompa, mata air
terlindung, penampungan air hujan, dan air ledeng. Sumber air bersih antara lain : air pompa, air
sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau
limbah.
a. Sehat : apabila menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
b. Tidak Sehat : apabila tidak menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah anggota rumah tangga selalu mencuci
tangan setiap kotor, sebelum makan, sebelum merawat anak, dan sesudah buang air besar dengan
memakai sabun dan air bersih yang mengalir.
a. Sehat : bila menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir saat mencuci tangan.
b. Tidak sehat : bila tidak menggunakan air bersih yang memenuhi syrat kesehatan.
*Sumber : Petunjuk Teknis PHBS Di Rumah Tangga, 2010. Memberi Acuan Langkah-Langkah
Mencapai PHBS Di Tatanan Rumah Tangga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Bogor .
3.1.2 Prioritas Masalah
Dalam penetapan prioritas masalah, metode yang sering digunakan di bidang kesehatan
adalah metode Bryant yang menggunakan indikator-indikaor berikut :
1. Community concern atau public concern (C)
Yaitu besarnya keprihatinan masyarakat akan masalah yang dihadapi. Masalah dengan
perhatian masyarakat yang besar untuk mengatasinya mendapat prioritas tinggi.
SKOR :
1 = tidak mendapat perhatian masyarakat
2 = kurang mendapat perhatian masyarakat
3 = cukup mendapat perhatian masyarakat
4 = sangat mendapat perhatian masyarakat
2. Prevalence (P)
Yaitu jumlah individu yang terkena akibat didalam masyarakat. Prioritas tertinggi
diberikan kepada suatu masalah yang menyebar luas dalam lingkungan masyarakat.
SKOR :
1 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit
2 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sedikit
3 = jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar
4 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar
3. Seiousness (S)
Yaitu berat ringannya masalah yang ditimbulkan oleh masalah tersebut terhadap suatu
masyarakat/lingkungan masyarakat.
SKOR :
1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat
2 = masalah yang ditimbulkan cukup berat
3 = masalah yang ditimbulkan berat
4 = masalah yang ditimbulkan sangat berat
4. Manageability (M)
Yaitu tersedianya mutu dengan pembiayaan,kemungkinan hambatan pelaksanaan,
keadaan ekonomi masyarakat, dan keikutseraan masyarakat.
SKOR :
1 = tidak dapat dikelola dan diatasi
2 = cukup dikelola dan diatasi
3 = dapat dikelola dan diatasi
4 = sangat dapat dikelola dan diatasi
C x P x S x MUntuk menghitung nilai total digunakan rumus
Tabel 3.1.2
No Masalah C P S M Total
(C+P+S+M)
Skala
Perioritas
1 Penggunaan sumber air yang
kurang baik
2 4 3 1 24 II
2 Prilaku mencuci tangan
yang kurang baik
4 3 3 3 108 1
Penjelasan skor mengenai masalah Penggunaan sumber air yang kurang baik pada
indikator Community concern atau public concern ( C ) mendapat skor 2, artinya permasalahan
ini kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat karena masyarakat sekitar sudah terbiasa
dalam menggunakan sumber air alami yang berasal dari sungai. Untuk indikator Prevalence ( P )
mendapat skor 4 artinya individu yang terkena sangat besar karena banyaknya masyarakat yang
menggunakan sumber air yang kurang baik. Pada indikator Seiousness ( S ) mendapat skor 3
artinya masalah yang ditimbulkan berat. Karena dengan penggunaan sumber air yang kurang
baik dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan . Untuk indikator Manageability ( M )
mendapat skor 1 artinya masalah tersebut tidak dapat dikelola dan diatasi karena terbentur
dengan presepsi warga yang sudah terbiasa menggunakan sumber air yang yang berasal dari
sungai, kebiasaan tersebut sudah menjadi budaya di daerah desa tersebut.
Penjelasan skor mengenai masalah Prilaku mencuci tangan yang kurang baiki, pada
indikator Community concern atau public concern ( C ) mendapat skor 4 yang artinya masalah
ini sangat mendapatkan perhatian masyarakat karena masyarakat sering melakukan cuci tangan
namun tidak menggunakan sabun sehingga mudah tepaparnya masyarakat dari penyakit. Untuk
indikator Prevalence ( P ) mendapat skor 3 yang artinya individu yang terkena cukup besar
karena dengan prilaku mencuci tangan yang kurang baik dapat berdampak terhadap kesehatan
masyarakat. Untuk indikator Seiousness ( S ) mendapat skor 3 artinya masalah yang ditimbulkan
berat, mencuci tangan yang kurang baik dapat menimbukan berbagai penyakit terutama pada
saluran pencernaan. Untuk indikator Manageability ( M ) mendapat skor 3 yang artinya masalah
ini dapat dikelola dan diatasi melalui penyuluhan kepada masyarakat agar dapat merubah prilaku
mencuci tangan dengan baik dan benar serta melakukan penyeluhuan edukasi dini kepada anak-
anak di Sekolah Dasar agar dapat mengetahuinya manfaat dari mencuci tangan dengan baik dan
benar.
3.1.3 Dampak masalah
Masalah yang telah disebutkan di atas, secara langsung berdampak terhadap
prilaku masyarakat di Desa Nagrak yang akan menyebabkan penyakit diare serta ancaman
kesehatan seperti timbulnya berbagai macam penyakit kulit serta mengganggu kesehatan
pencernaan.
Dampak yang akan timbul dari masalah yang telah disebutkan di atas antara lain :
1. Mudah terpaparnya masyarakat dari penyakit Dermanitis.
2. Mudah terpaparnya masyarakat dari penyakit diare.
3.1.4 Analisis Penyebab Masalah Utama
Berdasarkan prioritas masalah di atas, Peneliti menganalisa faktor-faktor penyebab dari
masalah utama tersebut yaitu “Prilaku mencuci tangan yang kurang baik” dengan
menggunakan metode 6 M : Man (sumber daya manusia), Money (anggaran dana), Material
(sarana), Machine (prasarana), Method (metode/cara), Market (lingkungan) melalui alat bantu
yang disebut diagram Ichikawa (Tulang Ikan/Fish Bone).
Peneliti memahami bahwa setiap wilayah memiliki lingkungan yang berbeda.Oleh karena
itu Peneliti menganalisis penyebab masalah utama dari aspek 2 M saja, dimana dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 3.1.4Gambar Analisis Penyebab Masalah Utama Ichikawa (Tulang Ikan)
“Prilaku mencuci tangan yang kurang baik (PHBS)
Man1. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam prilaku mencuci tangan yang baik2. Kebiasaan masyarakat yang turun -menurun
Method Tidak digunakannya sabun oleh masyarakat dalam mencuci tangan sehari-hariPrilaku Mencuci Tangan Yang Kurang Baik
Sumber: Adaptasi teori Hendrawan (2012). Majalah Dokter Kita serta hasil observasi dan wawancara
melalui kuesioner selama di lapangan
3.1.5 Penetapan Penyebab Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan kuesioner melalui wawancara lapangan pada masyarakat
di Desa Nagrak, Kabupaten Bogor, Peneliti berkesimpulan bahwa penyebab dari masalah
“Prilaku mencuci tangan yang kurang baik” adalah:
1. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam prilaku mencuci tangan yang
baik
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara di Desa Nagrak masyarakat di sana masih
rendah akan pengetahuan tentang PHBS terutama pada prilaku mencuci tangan yang baik dan
benar dikarenakan tingkat kesadaran, pengetahuan serta pendidikan yang rendah dan kurangnya
informasi yang diserap oleh masyarakat mengenai prilaku mencuci tangan yang baik dan benar.
2. Tidak digunakannya sabun oleh masyarakat dalam mencuci tangan sehari-hari
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara di desa Nagrak, terlihat masih banyaknya
masyarakat yang tidak menggunakan sabun dalam mencuci tangan sehari-hari terutama sehabis
bekerja sehingga masyarakat mudah terpapar penyakit diare.
BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan suatu upaya untuk mengatasi penyebab
dari terjadinya masalah, sehingga masalah yang dihadapi dapat diatasi dan mutu pelayanan dapat
lebih ditingkatkan. Dalam pemecahan masalah ini campur tangan dari manajemen puncak sangat
dibutuhkan karena pihak manajemen yang menetapkan berbagai kebijakan dalam mengatur
kegiatan dalam suatu organisasi instansi terkait.Tujuan dari pemecahan masalah adalah sebagai
pedoman untuk menyusun alternative pemecahan masalah. Dapat diumpamakan kita tidak dapat
memilih jalan yang terkait untuk menuju suatu tempat kecuali kita telah menentukan kemana kita
akan pergi. Dengan tujuan sebagai pedoman tersebut maka kita dapat menyusun beberapa
rencana penyelesaian masalah.
Banyak model proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh para ahli dan pada
umumnya mencakup 8 (delapan) langkah: identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah,
analisis penyebab masalah, penentuan penyebab utama dari prioritas masalah, penentuan solusi
potensial sebagai alternatif solusi, penentuan solusi terbaik pelaksanaan solusi, dan evaluasi hasil
pelaksanaan solusi. Peneliti laporan ini hanya membahas hingga pemilihan solusi terbaik karena
pelaksanaan solusi merupakan hal yang bersifat teknis dan memerlukan perencanaan matang
yang disusun oleh pihak manajemen puncak, lalu didelegasikan kepada seluruh petugas atau
perekam medis secara bertahap dalam jangka waktu yang telah ditetapkan (Meliana, 2002).
4.1.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Peneliti mencoba menawarkan alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah yang telah diprioritaskan sehingga nantinya alternatif masalah ini dapat
dijalankan oleh Petugas Kesehatan, Kader PKK, pengurus RT/RW, beserta Tokoh Masyarakat
Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, kota Bogor. Solusi ini diperoleh dari literatur yang peneliti
dapat untuk menunjang hasil penelitian ini, tanpa mengurangi fungsi dan tugas tenaga kesehatan
Desa Nagrak Kecamatan Sukaraja, kota Bogor. Ada beberapa usulan yang dapat diambil agar
prilaku mencuci tangan pakai sabun dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, yaitu :
1. Pembuatan sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangan dengan
baik dan benar
2. Penyuluhan mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar serta peneyebaran poster
4.1.2 Alternatif Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan 2 solusi yang ditawarkan peneliti, akan diambil satu sebagai prioritasnya
dengan menggunakan metode perbandingan efektifitas dan efisiensi.
1. Efektifitas, terdiri dari:
a. Magnitude (M), menyatakan besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh alternative solusi
yang ditawarkan. Solusi yang memecahkan masalah tesebut adalah yang layak untuk
diprioritaskan.
b. Importance (I), menyatakan tingkat urgensi solusi yang ditawarkan. Solusi yang dapat
memecahkan masalah terpenting adalah yang layak diprioritaskan.
c. Sensitivity/vulnerability (V), menyatakan sensitifotas alternative pemecahan dalam
mempengaruhi masalah (salah satunya adalah kesiapan teknologi).
Alternative pemecahan yang paling mempengaruhi pemecahan masalah adalah yang
layak diprioritaskan.
Penilaian:
a. Nilai 1, tidak penting untuk diprioritaskan.
b. Nilai 2, kurang penting untuk diprioritaskan.
c. Nilai 3, cukup penting untuk diprioritaskan.
d. Nilai 4, penting untuk diprioritaskan.
e. Nilai 5, sangat penting untuk diprioritaskan.
1. Efficiency (E)
Menyatakan hubungan alternative solusi dengan besarnya biaya yang ditimbulkan. Solusi
dengan biaya terkecil adalah layak diprioritaskan.
Penilaian:
a. Nilai 1, sangat penting, biaya sangat kecil.
b. Nilai 2, penting, biaya kecil.
c. Nilai 3, cukup penting, biaya cukup kecil.
d. Nilai 4, kurang penting, biaya besar.
e. Nilai 5, tidak penting, biaya sangat besar.
Untuk menghitung nilai total digunakan rumus ∑ = ( M x I x V )
E
Tabel 4.2
No Alternatif SolusiEfektivitas
E
∑ = ( M x I x V)
EPrioritasM I V
1 Pembuatan sumber air bersih yang mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangan dengan baik dan benar
3 2 2 4 3 II
2 Penyuluhan mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar serta peneyebaran poster
4 4 4 2 8 I
Nilai/Skor pada table di atas diperoleh melalui brainstorming dengan Kepala Puskesmas, Bidan
Desa, Kader PKK, dan Pengurus RW
Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah Pembuatan sumber air bersih yang
mengalir guna menunjang kegiatan mencuci tangan dengan baik dan benar yaitu untuk
indikator Magnitude (M) skor 3, artinya cukup penting untuk diprioritaskan, karena melalui
pembuatan sumber air bersih yang mengalir dapat menunjang kegiatan mencuci tangan dengan
baik dan benar untuk masyarakat desa. Untuk indikator Importance (I) skor 2, artinya kurang
penting untuk diprioritaskan, karena masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap prilaku
mencuci tangan secara baik dan benar dengan menggunakan sabun. Untuk indikator
Sensitivity/vulnerability (V) skor 2, artinya kurang penting untuk diprioritaskan karena
membutuhkan banyak alat-alat dalam pembuatan sumber air. Untuk indikator Efficiency (E) skor
4, artinya kurang penting biaya besar, karena untuk pembuatan sumber air membutuhkan biaya
yang besar dan memakan waktu yang cukup lama.
Penjelasan skor untuk alternatif pemecahan masalah mengenai Penyuluhan mencuci
tangan pakai sabun dengan baik dan benar serta peneyebaran poster yaitu untuk indikator
Magnitude (M) skor 4 artinya sangat penting untuk diprioritaskan, karena melalui penyuluhan
diharapkan masyarakat dapat mengetahui cara-cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan
baik dan benar. Untuk indikator Importance (I) skor 4, artinya sangat penting untuk
diprioritaskan, karena melalui penyuluhan masyarakat diharapkan sadar dan mengubah
prilakunya menjadi lebih baik dalam mencuci tangan menggunakan sabun. Untuk indikator
Sensitivity/vulnerability (V) skor 4 , artinya sangat penting untuk diprioritaskan, Karena tidak
banyak teknologi yang di gunakan dalam penyuluhan. Untuk indikator Efficiency (E) skor 2,
artinya penting, biaya kecil, penyuluhan yang akan dilakukan tidak memakan banyak biaya dan
waktu.
Berdasarkan hasil perhitungan skor dengan menggunakan metode Perbandingan Efektifitas
dan Efisiensi di atas, maka alternatif masalah yang mendapatkan skor terbanyak adalah nomer
satu yaitu “Penyuluhan mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar serta
peneyebaran poster” menjadi prioritas utama, karena alternatif ini dianggap paling
mempengaruhi pemecahan masalah utama.
4.1.3 Analisis Prioritas Pemecahan Masalah
Prioritas Pemecahan masalah yang diperoleh dari table alternatif solusi diatas
selanjutnya akan dianalis melalui metode SWOT. Metode ini menjabarkan kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan ancama (threat) yang dapat muncul
sebagai implikasi pelaksanaan prioritas pemecahan masalah.
1. Kekuatan (strength)
Pelaksanaan prioritas pemecahan masalah ini memiliki kekuatan atau kelebihan sebagai
berikut :
a. Masyarakat tidak mudah terpapar oleh suatu punyakit terutama diare
Apabila dilakukannya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat, hal itu dapat
menghindarkan masyarakat dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit diare.
b. Masyarakat menjadi tahu cara mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik dan benar
Dengan adanya penyuluhan maka masyarakat merubah perilaku menjadi lebih baik dengan
mencuci tangan menggunakan sabun sehingga dapat mningkatkan derrajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam peraktek mencuci tangan dengan sabun dalam
kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari maka masyarakat akan melakukan cuci tangan dengan sabun
setelah mengetauhi manfaatnya dan dampak dari tidak mencuci tangan dengan sabun.
d. Dapat dijadikan pengetahuan secara dini bagi anak-anak disekolah dasar
Pengetahuan disekolah dasar mengenai prilaku mncuci tangan menggunakan sabun melalui
penyuluhan dapat menjadi pendidikan sejak dini bagi anak-anak sehingga kebersihan sudah
tertanam sejak kecil.
e. Biaya relatif kecil
Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan alternatif lainnya karena penyuluhan tidak
memerlukan biaya yang banyak.
2. Kelemahan (weakness)
Pelaksanaan priorits pemecahan masalah ini memang yang terbaik diantara alternative solusi
lainnya,namun dalam pelaksanaanya tetap memiliki kekuarangan sebagai berikut :
a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan prilaku mencuci tangan menggunakan
sabun.
Masyarakat menganggap bahwa hanya dengan mencuci tangan di air tanpa menggunakan sabun
maka tangan sudah bersih dan bebas dari kuman penyakit.
b. Rendahnya kemauan masyarakat dalam berprilaku mencuci tangan menggunakan sabun
Masyarakat yang menganggap bahwa mencuci tangan menggunakan sabun secara baik dan benar
akan memakan waktu yang lama.
3. Kesempatan (opportunity)
Pelaksanaan prioritas pemecahan masaalah ini dapat menghasilkan kemungkinan yang
positif untuk memperbaiki system yang ada,kesempatan ini meliputi :
a. Mendapat dukungan dari Puskesmas, Bidan Desa, Lurah, Kader, RT/RW
Dukungan ini kami peroleh dari pertemuan-pertemuan yang kita lakukan secara door to door.
b. Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu pilar strategi Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM), yang tertuang dalam surat keputusan Mentri Kesehatan RI No.
852/SK/Menkes/ IX/ 2008.
4. Ancaman (threat)
a. Masyarakat Kurang Berpartisipasi Secara Menyeluruh
Ketidak pedulian yang sudah tertanam didalam diri masyarakat dapat menghambat berjalannya
prilaku mencuci tangan menggunakan sabun dalam kehidupan sehari-hari.
b. Perbedaan dalam pola pikir masyarakat
Pola fikir masyarakat yang beragam menjadi salah satu ancaman berjalannya program prilaku
mencuci tangan menggunakan sabun ini.
Metode SWOT di atas menjabarkan apa saja yang dapt terjaadi ketika perencanaan dan
pelaksanaan prioritas pemecahan masalah ataupun pada saat dan setelah realisasi kegiatan
tersebut. Kekurangan dan hambatan yang mungkin timbul hendaknya ditutupi dengaan kelebihan
yang ada sehingga tidak menimbulkan masalah baru lebih serius.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan kepada masyarakat yang telah kami lakukan
pada PBL 1 ini, terdapat beberapa masalah yang kami temukan di Desa Nagrak terkait masih
tingginya angka kejadian diare yaitu:
1. Penggunaan sumber air yang kurang baik
2. Prilaku mencuci tangan yang kurang baik
Masalah-masalah diatas diidentifikasi dengan menggunakan 5W + 1H dan satu
dari dua masalah tersebut ditetapkan menjadi prioritas masalah dengan menggunakan metode
Bryant. Berdasarkan skor tertinggi yang didapat maka masalah dengan skor tertinggi tersebut
dijadikan prioritas. Dalam tingginya prevalensi diare, masalah yang dijadikan prioritas adalah
“Prilaku mencuci tangan yang kurang baik”.
Berdasarkan penyebab masalah dengan menggunakan diagram Ichikawa (tulang
ikan/fishbone), ditemukan beberapa faktor yang menimbulkan tingginya prilaku mencuci tangan
yang kurang baik di Desa Nagrak antara lain:
1. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam prilaku mencuci tangan yang baik
2. Kebiasaan masyarakat yang turun –menurun
3. Tidak digunakannya sabun oleh masyarakat dalam mencuci tangan sehari-hari
5.2 Saran
1. Memberdayakan masyarakat melalui penyuluhan agar masyarakat mau untuk berprilaku
mencuci tangan menggunakan sabun agar terhindar dari paparan suatu penyakit.
2. Melakukan kerjasama antara RT, RW dan masyarakat tentang penggunaan sumber air
bersih guna menunjang prilaku mencuci tangan dengan sabun.
Dengan adanya kerjasama maka akan tercipta warga desa yang bersih dan sehat serta
tahu, mau, dan mampu dalam pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
yang setinggi tingginya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
1. Tema : Hipertensi2. Tujuan :
1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, keluarga Ny.S mampu memahami penyakit hipertensi
2. Tujuan Khusus: Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, Ny.S mampu menjelaskan:
1. Pengertian hipertensi2. Jenis hipertensi3. Penyebab hipertensi4. Tanda dan gejala hipertensi5. Komplikasi hipertensi6. Pengobatan hipertensi7. Pencegahan hipertensi8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi9. Makanan yang perlu dihindari10. Melakukan pengobatan tradisional untuk hipertensi
3. Sasaran : Ny.S dan keluarganya4. Tempat : Rumah Ny.S, Desa………Kelurahan……..Kecamatan……Kab……..5. Waktu : Pukul 08.30 WIB6. Penyuluh : …… (Mahasiswa AKPER……….)7. Materi:
1. Pengertian hipertensi2. Jenis hipertensi3. Penyebab hipertensi4. Tanda dan gejala hipertensi5. Komplikasi hipertensi6. Pengobatan hipertensi7. Pencegahan hipertensi8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi9. Makanan yang perlu dihindari10. Cara membuat jus mentimun untuk penderita hipertensi
8. Kegiatan belajar mengajar
No FASEKEGIATAN
PENYULUH SASARAN
1 Pra Interaksi Menyiapkan
2 Orientasi
- Salam - Mengucap salam - Menjawab salam
- Perkenalan - Meperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan - Menjelaskan Tujuan - Memperhatikan
- Kontrak waktu
3
Kerja
- Melakukan appersepsi - Mengajukan pertanyaan - Menjawab pertanyaan
Menjelaskan materi dengan metode
- Menjelaskan materi dengan metode:
a. Ceramah a. Ceramah a. Memperhatikan
b. Tanya jawab b. Tanya jawabb. Menjawab pertanyaan
c. Demonstrasi c. Demonstrasi c. Memperhatikan
- Memberikan kesempatan bertanya
- Mempersilahkan untuk bertanya- Mengajukan pertanyaan
4Terminasi - Mengajukan pertanyaan - Menjawab pertanyaan
- Salam - Mengucapkan salam - Menjawab salam
9. Metode 1. Ceramah2. Tanya jawab3. Demonstrasi
10. Media dan alat peraga 1. Leaflet tentang pengertian hipertensi, jenis hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan
gejala hipertensi, komplikasi hipertensi, pengobatan hipertensi, pencegahan hipertensi, makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi, makanan yang perlu dihindari, cara pengobatan tradisional untuk penderita hipertensi
2. Mentimun, alat penyaring, serutan, gelas/tempat jus untuk membuat obat tradisional jus mentimun
11. Rencana Evaluasi 1. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan pengertian hipertensi2. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan jenis hipertensi3. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan penyebab hipertensi4. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan tanda dan gejala hipertensi5. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan komplikasi hipertensi6. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan pengobatan hipertensi7. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan pencegahan hipertensi8. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi
9. Ny.S dan keluarganya dapat menjelaskan makanan yang perlu dihindari10. Ny.S dan keluarganya dapat mendemonstrasikan cara membuat jus mentimun untuk
penderita hipertensi12. Daftar Pustaka
Surakarta, 17 Juli 2009Penyuluh
(………...)
Lampiran: I. Materi Hipertensi
1. Pengertian hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik diatas 150 mmHg dan tekanan darah diastolik = 100 mmHg. Jika tekanan darah anda adalah 170/100 mmHg, maka
1. Tekanan sistoliknya : 170 mmHg2. Tekanan diastoliknya: 100 mmHg
2. Jenis-jenis hipertensi adalah: 1. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 – 159 mmHg dan atau tekanan
diastolik antara 90 – 95 mmHg2. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 – 179 mmHg dan atau tekanan
diastolik antara 100 – 109 mmHg3. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 – 209 mmHg dan atau tekanan
diastolik antara 110 – 120 mmHg3. Penyebab hipertensi antara lain adalah stres, usia, merokok, obesitas (kegemukan), alkohol,
faktor keturunan, faktor lingkungan (gaduh/bising)4. Tanda dan gejala hipertensi antara lain adalah sakit kepala, pusing, lemas, kesemutan kelelahan,
rasa berat di tengkuk, gangguan tidur.5. Komplikasi hipertensi antara lain:
1. Penyakit jantung (gagal jantung)2. Penyakit ginjal (gagal ginjal)3. Penyakit otak (stroke)
6. Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut: 1. Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin dokter2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan
1. Mengurangi asupan garam dan lemak2. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol bagi yang
mengkonsumsinya3. Berhenti merokok bagi yang merokok4. Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan5. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang6. Menghindari ketegangan7. Istirahat cukup8. Hidup tenang
7. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi 1. Kontrol teratur2. Minum obat teratur3. Diit rendah garam dan lemak
8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:
1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya2. Buah-buahan keculi buah durian3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan putih telurnya
saja5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung lemak)
9. Makanan yang perlu dihindari 1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman kaleng2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin
10. Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumah antara lain dengan mengkonsumsi secara teratur jus:
1. Buah mentimun2. Buah belimbing3. Daun seledri
Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah
4. ½ kg buah mentimun dicuci bersih5. Dikupas kulitnya kemudian diparut6. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih7. Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. “Penuntun Diet”; Edisi Baru, Jakarta, 2004, PT Gramedia Pustaka Utama
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakrta, 1999
SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Pokok Bahasan : Bahaya Merokok
II. Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian rokok
2. Kandungan rokok
3. Bahaya merokok
4. Penyakit akibat merokok
5. Mengapa orang merokok
6. Tips berhenti merokok
7. Upaya pencegahan
III. Sasaran : Jamaah yasinan laki-laki dusun sidomakmur
IV. Waktu : Jumat, 30 April 2012
V. Tempat : Masjid istiqomah
VI. Tujuan :
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang bahaya merokok terhadap tubuh, peserta
penyuluhan mampu mengerti mengenai dampak menggunakan atau mengkonsumsi rokok.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu :
1. Menjelaskan pengertian rokok secara benar
2. Menyebutkan kandungan rokok
3. Menjelaskan bahaya merokok
4. Menyebutkan penyakit akibat merokok
5. Mengetahui mengapa orang merokok
6. Menyebutkan tips berhenti merokok
7. Menyebutkan upaya pencegahan
VII. Kegiatan Belajar Mengajar
No Kegiatan Respon masyarakat Waktu
1 Pendahuluan
a. Penyampaian salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan topic penyuluhan
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelaskan waktu pelaksanaan
a. Membalas salam
b. Memperhatikan
c. Memperhatikan
d. Memperhatikan
e. Memperhatikan
5 menit
2 Penyampaian materi
1. Materi
a. Pengertian rokok
b. Kandungan rokok
c. Bahaya merokok
d. Penyakit akibat merokok
e. Mengapa orang merokok
f. Tips berhenti merokok
g. Upaya pencegahan
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan peserta
1.Memperhatikan penjelasan dan mencermati materi
2. Bertanya
3.Memperhatikan jawaban
30 menit
3 Penutup
a. Menyimpulkan hasil penyuluhan
b. Mengakhiri dengan salam
a. Memperhatikan
b. Menjawab salam
5 menit
VIII. Metode :
Ceramah dan tanya jawab
IX. Media :
Leaflet/ Poster
X. Evaluasi :
Audience mampu :
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan rokok
2. Menyebutkan 2 dari 3 kandungan rokok
3. Menyebutkan 3 dari 5 bahaya merokok
4. Menyebutkan 4 panyakit yang dapat ditimbulkan akibat merokok
5. Mengidentifikasi beberapa penyebab alasan orang merokok
6. Menyebutkan 3 tips berhenti merokok
7. Menyebutkan upaya pencegahan merokok
XI. Referensi :
Jacksen, A. 2002. Bye..Bye..Smoke. Jakarta : Nexxmedia.
http://bahayarokok.blogspot.com/
http://www.e-psikologi.com/remaja
http://www.pjnhk.go.id/content/view/175/31/
http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok
httphttp://id.wikipedia.org/wiki/Rokok
XII. Materi
Terlampir
LAMPIRAN MATERI
ROKOK
1. PENGERTIAN ROKOK
Rokok merupakan salah satu zat aditif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya kesehatan bagi
diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi
kesehatan
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang
mengandung “nikotin” dan “tar” dengan atau tanpa bahan tambahan.
2. KANDUNGAN ROKOK
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan
berbahaya bagi kesehatan dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.
Racun utama bagi rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, mengandung
bahan kimia yang beracun, sebagian merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker.
Nikotin adalah zat aditif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat yang bersifat karsinogen,
dan memicu kanker paru yang mematikan.
Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu
mengikat oksigen.
Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang
digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga
(DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide).
3. BAHAYA ROKOK
a. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun
dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat
berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
b. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di
udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin
pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat
yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di
jalanan raya yang macet.
c. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu
yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih
merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.
d. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin,
sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk
membeli rokok.
e. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa
4. PENYAKIT AKIBAT MEROKOK
Kanker mulut
Kanker paru-paru
Kanker perut
Kanker payudara
Penyakit jantung
Stroke
Kemandulan
Bronchitis
Osteoporosis
5. MENGAPA ORANG MEROKOK
a. Rokok tanda kejantanan
b. Ekspresi perlawanan dan pemberontakan
c. Kebiasaan sehari-hari (budaya)
d. Peer pressure (tekanan teman sebaya)
e. Pencapaian kebebasan
f. Pelarian tekanan hidup
6. TIPS BERHENTI MEROKOK
Dikenal dengan 8M :
Memiliki niat dan motivasi
Minum air atau juice buah
Memohon doa
Membuat sesuatu
Mengunyah sesuatu
Menarik nafas panjang
Melengahkan nyalaan api rokok
Melakukan olahraga
7. UPAYA PENCEGAHAN
Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan
dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba
untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang
datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua.
Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya
pencegahan agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang
menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film
dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan
untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio.
Pesan-pesan yang disampaikan meliputi:
♥ Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena kamu mempunyai akal yang
dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri.
♥ Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak
terpengaruh oleh iklan seperti itu.
♥ Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu bisa menolak ajakan
mereka untuk ikut merokok.
SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Gizi Pada Anak SATUAN ACARA PENYULUHAN
POKOK BAHASAN : Gizi pada Anak
SUB POKOK BAHASAN : Gizi Seimbang untuk Anak
SASARAN : Keluarga Anak N dengan status gizi kurang
HARI/TANGGAL :
WAKTU : 60 menit
TEMPAT : Rumah Anak N
I. LATAR BELAKANGKonsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor
eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang
yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun
bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang
tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang
menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan
kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan
makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang
cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
II. TUJUAN PENYULUHAN UMUM
Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang gizi seimbang untuk anakselama 1 x 35 menit keluarga
mengetahui makanan yang baik pada anak dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
III. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta mampu:
1. Mengetahui manfaat gizi seimbang pada anak
2. Mengetahui gizi yang baik bagi anak
IV. SETTING/TEMPAT
V. MEDIA DAN ALAT
Laptop, speaker, video
VI. METODE
a. Ceramah
b. Praktek
c. Tanya jawab
VII. KISI-KISI MATERI
1. Definisi makanan seimbang
2. Kebutuhan gizi balita
3. Hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi
4. Makanan selingan bagi balita
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU
KEGIATAN
PENYULUH PESERTA
1.
2.
5 Menit
20 Menit
Pembukaan
a. Salam pembukaan
b. Perkenalan
c. Apersepsi
d. Mengkomunikasikan tujuan
Kegiatan inti penyuluhan
a. Menjelaskan dan menguraikan materi
b. Membuka sesi Tanya jawab
c. Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi yang belum jelas.
Penutup
a. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Menjawab salam
Memperhatikan
Berpartisipasi aktif
Memperhatikan
Memperhatikan
Bertanya
3. 10 menit
b. Melakukan evaluasi penyuluhan dengan pertanyaan secara lisan.
c. Mengakhiri kegiatan penyuluhan.
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
X. SUMBER.
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan
Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas Kedokteran UI.
MATERI PENYULUHAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK
DEFINISI
Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif dan
sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap sehat
KARAKTERISTIK BALITA
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai
bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya
lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
PERAN MAKANAN BAGI BALITA
Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita,
tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh
karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ
tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti
yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak
( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
KEBUTUHAN GIZI BALITA
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada
umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan
dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar
daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN GIZI
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi
dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak
Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan
cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi
tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah
makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya
makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya
digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti
genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa
daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai
terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya
berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
d. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat
cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh
buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
e. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme
makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
f. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh
karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat
merawatnya secara baik.
g. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan
maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka
bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang
masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
h. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-
kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena
produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi
buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
i. Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
j. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
k. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang
memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut
dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika
kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang
lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
a. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
b. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak
menjadi tertekan
c. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
d. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan
sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
e. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau
faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya
melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
a. Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah
selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
b. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
c. Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu
makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan
bersama keluarga (orangtua)
d. Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari
dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
a. Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
b. Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang
agar anak tetap mau makan nasi.
c. Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya
sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun
kebersihannya.
d. Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan
gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
e. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
MENU MAKANAN BALITA
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya,
pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-
jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu.
MAKANAN SELINGAN BALITA
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat
tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin
melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan
sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan
makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat
dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui,
mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan
meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan
selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan.
Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu
nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi
ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di
luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya
sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus
sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa
sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor
risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.