pembagian materi

8
SOFI : reliabilitas atau kesepakatan antar pengamat Estimasi reliabilitas antar pengamat (atau kesepakatan antar pengamat) biasanya didasarkan pada skor dari dua atau lebih pengamat yang mencatat informasi sama ketika secara simultan dan secara independen mengamati anak atau kelompok yang sama (Nay, 1979). Beberapa prosedur tersedia untuk mengukur kesepakatan antar pengamat, termasuk koefisien korelasi (misalnya koefisien korelasi product-moment dan koefisien korelasi intrakelas) dan persentase indek kesepakatan (misalnya kappa dan persentase kesepakatan). Empat prosedur ini mengukur aspek beda kesepakatan antar pengamat dan dengan demikian bisa mengakibatkan reliabilitas estimasi berbeda untuk sekumpulan data yang sama. YOHANA 1. koefisien korelasi product-moment adalah cukup ketika Anda secara sederhana ingin mewujudkan apakah satu ukuran adalah berhubungan secara linier dengan beberapa ukuran lain. 2. koefisien korelasi intrakelas Adalah Ketika baik pola kesepakatan maupun tingkat kesepakatan adalah penting dan anda memiliki skala interval pengukuran, maka koefisien korelasi intraclass bisa digunakan (Fleiss, 1975). koefisien korelasi intraclass mempertimbangkan sampai tingkat mana pengamat memaknai secara pasti hal yang sama dengan penilaian mereka. SARAH Kappa

Upload: laurensia-sofiana

Post on 05-Aug-2015

114 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAGIAN MATERI

SOFI :

reliabilitas atau kesepakatan antar pengamat

Estimasi reliabilitas antar pengamat (atau kesepakatan antar pengamat) biasanya didasarkan pada skor dari dua atau lebih pengamat yang mencatat informasi sama ketika secara simultan dan secara independen mengamati anak atau kelompok yang sama (Nay, 1979).

Beberapa prosedur tersedia untuk mengukur kesepakatan antar pengamat, termasuk koefisien korelasi (misalnya koefisien korelasi product-moment dan koefisien korelasi intrakelas) dan persentase indek kesepakatan (misalnya kappa dan persentase kesepakatan). Empat prosedur ini mengukur aspek beda kesepakatan antar pengamat dan dengan demikian bisa mengakibatkan reliabilitas estimasi berbeda untuk sekumpulan data yang sama.

YOHANA

1. koefisien korelasi product-moment

adalah cukup ketika Anda secara sederhana ingin mewujudkan apakah satu ukuran adalah berhubungan secara linier dengan beberapa ukuran lain.

2. koefisien korelasi intrakelas

Adalah Ketika baik pola kesepakatan maupun tingkat kesepakatan adalah penting dan anda memiliki skala interval pengukuran, maka koefisien korelasi intraclass bisa digunakan (Fleiss, 1975). koefisien korelasi intraclass mempertimbangkan sampai tingkat mana pengamat memaknai secara pasti hal yang sama dengan penilaian mereka.

SARAH

Kappa

Kappa. Ketika data membentuk skala ordinal dan Anda tertarik membenarkan kesepakatan

kesempatan, kappa adalah indek kesepakatan sangat berguna (Cohen, 1960, 1968). Kappa

mempertimbangkan baik kejadian maupun non kejadian perilaku yang dibenarkan untuk

kesepakatan kesempatan di antara para pengamat. Kappa digunakan dalam situasi yang tidak ada

kriteria independen atau dasar-dasar untuk evaluasi ahli yang independen. Kappa mengukur

derajat consensus di antara para pengamat ; Kappa mengevaluasi ketepatan, tetapi tidak

menjelaskan apakah pengamatan tersebut adalah valid. Salah satu prosedur yang disukai, kappa

Page 2: PEMBAGIAN MATERI

bisa digunakan untuk multi pengamat dan multi kategori. Gambar 17-12 menunjukkan prosedur

untuk menghitung kappa. Program microcomputer tersedia untuk menghitung kappa untuk multi

pengamat, multi kategori, dan data yang hilang (Oud & Sattler, 1984).

4. persentase kesepakatan ; Persentase kesepakatan. Ketika anda menginginkan ukuran yang menunjukkan persentase kesepakatan di antara dua atau lebih pengamat

ADA 3 YAITU;

Kesepakatan mengenai total pengamatan ; Metode memperoleh persentase kesepakatan ini memperti jumlah total interval dan kejadian atau non kejadian perilaku dalam masing-masing interval

1. %AIR tot = Atot x 100

2. Atot + D

3. %AIR tot = interval pencatatan persentase kesepakatan bagi jumlah total interval.

4. Atot = jumlah interval yang Pengamat 1 dan Pengamat 2 sepakat mengenai apakah perilaku telah terjadi atau tidak terjadi.

5. D = jumlah interval yang Pengamat 1 dan Pengamat 2 tidak sepakat mengenai apakah perilaku telah terjadi atau tidak terjadi.

Contoh :

Dua pengamat sepakat mengenai apakah perilaku target terjadi atau tidak terjadi dalam interval 1, 2, 3, 5, 6, 7, dan 10 (tujuh kesepakatan), tetapi tidak sepakat dalam interval 4, 8, dan 9 (tiga ketidaksepakatan). Karena itu ada 70 persen nilai sepakat dalam menskor perilaku target pada jumlah total interval yang dicatat.

%AIR tot = 7 x 100 = 70 %

7 + 3

Page 3: PEMBAGIAN MATERI

RANI

Kesepakatan mengenai pengamatan kejadian ; Metode ini memperoleh persentase kesepakatan hanya mempeprtimbangkan interval yang paling tidak salah satu dari dua pengamat mencatat kejadian perilaku.

%AIR occ = Aocc x 100

Aocc + D

%AIR occ = interval pencatatan persentase kesepakatan untuk interval yang kejadian perilaku diskor.

Aocc =jumlah interval yang kedua Pengamat sepakat bahwa perilaku tersebut telah terjadi.

D = jumlah interval yang pengamat tidak sepakat mengenai apakah perilaku telah terjadi.

Contoh :

Dua pengamat sepakat bahwa perilaku sasaran terjadi dalam interval 1, 3, 5, dan 10 (empat kesepakatan), tetapi perilaku dalam interval 4, 8, dan 9 (tiga ketidaksepakatan). Dengan demikian ada 57 persen tingkat kesepakatan untuk menskor perilaku

%AIR occ = 4 x 100 = 57%

4 + 3

INTAN

Kesepakatan mengenai pengamatan non kejadian ; Metode memperoleh persentase kesepakatan ini hanya mempertimbangkan interval-interval yang baik satu maupun kedua pengamat mencatat non kejadian sebuah perilaku. Kesepakatan didefinisikan sebagai kedua pengamat menskor non kejadian perilaku dalam interval tertentu.

%AIR NON = Anon x 100 Anon+ D%AIR = interval pencatatan persentase kesepakatan terhadap non kejadian interval yang diskor.Aux =jumlah interval yang kedua pengamat sepakat bahwa perilaku tidak terjadi.D = jumlah interval yang pengamat tidak sepakat mengenai apakah perilaku tidak terjadi.

Page 4: PEMBAGIAN MATERI

Contoh :Dua pengamat menyepakati bahwa perilaku sasaran tidak terjadi dalam interval 2, 6, dan 7 (tiga kesepakatan). Akan tetapi, dalam interval 4, 8, dan 9 hanya salah satu dari pengamat mencatat non kejadian dari perilaku tersebut (tiga ketidaksepakatan). Dengan demikian tingkat kesepakatan adalah 50 persen untuk menskor perilaku sasaran %AIR NON = 3 x 100 = 50 % 3+ 3 YOHANA

reliabilitas test-retest;1 alat ukur di ujikan pada dua kelompok yang sama dalam waktunya HARUS 3 bulan hal ini memang sudah aturan standarnya

reliabilitas konsistensi internal;

Reliabilitas konsisten internal menjelaskan kepada kita seberapa konsisten instrument asesemen dalam mengukur karakteristik yang sama.

AZIZAH ;

VALIDITAS PENGAMATAN PERILAKU ;Validitas adalah ketepatan, jadi dalam observasi validitas di gunakan untuk melihat ketepatan aspek yang di observasi, dalam alat ukur observasi

MELAPORKAN PENGAMATAN PERILAKU ;

Berikut ini adalah daftar item yang secara umum termasuk dalam laporan temuan

pengamatan. Tentu saja, tidak semua informasi akan bisa digunakan pada setiap situasi. Bab 23

memberi informasi lebih lanjut mengenai termasuk pengamatan perilaku dalam sebuah laporan.

1. Data personal –usia anak, jenis kelamin, halangan fisik, dan karakteristik relevan lainnya.

2. Menetapkan data –tanggal, waktu, tempat, lama pengamatan, menetapkan (termasuk tipe

ruang, orang, dan orang lain yang signifikan), metode pencatatan, dan system pemberian

kode (atau perilaku yang diamati).

3. Reliabilitas –termasuk metode reliabilitas, jika tepat.

Page 5: PEMBAGIAN MATERI

4. Validitas.

5. Intensitas –berapa banyak masalah perilaku yang terganggu dengan aktifitas lain dari anak

tersebut.

6. Keakutan –sampai tingkatmana masalah perilaku mencerminkan psikopatologi.

7. Durasi –lama episode masalah perilaku.

8. Frekuensi –seberapa sering masalah perilaku terjadi.

9. Generalitas –julah situasi yang masalah perilaku itu terjadi.

10. Norma –Seberapa sering anak perbandingan dan kawan kelompok anak yang direferensikan

(atau kelas) terlihat dalam perilaku yang sama

11. Pendahulu masalah perilaku.

12. Konsekuensi masalah perilaku –misalnya, berapa banyak masalah perilaku mengganggu

aktifitas anak-anak lain.

13. Perimanaan kawan kelompok –apakah masalah perilaku telah diterima oleh anak lain.

14. Penerimaan orang dewasa –apakah masalah perilaku diterima oleh orang dewasa.

15. Tambahan masalah perilaku –ada masalah lain yang ditunjukkan oleh anak.

16. Perilaku positif –perilaku yang mungkin berguna dalam mendesain intervensi.

17. Kesulitan pengamatan – kesulitan yang dihadapi dalam melakukan pengamatan (misalnya,

masalah dalam menentukan mulai atau penghentian jawaban, menghitung jumlah jawaban,

menjelaskan jawaban target).

18. Implikasi temuan-temuan –misalnya, apakah perilaku tersebut adalah pada usia yang tepat

atau setting yang tepat.