pembacaan hermeneutika hadits tentang perempuan...

97
Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif Hans-Georg Gadamer” Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Lia Andriyani NIM: 1112034000069 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H./2017 M.

Upload: nguyennhi

Post on 19-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

“Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan

Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif Hans-Georg Gadamer”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Lia Andriyani

NIM: 1112034000069

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H./2017 M.

Page 2: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif
Page 3: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif
Page 4: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 November 2016

Lia Andriyani

Page 5: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

ii

ABSTRAK

Lia Andriyani. “PEMBACAAN HERMENEUTIKA HADITS TENTANG

PEREMPUAN KEKURANGAN AKAL DAN AGAMA: PERSPEKTIF HANS-

GEORG GADAMER”

Skripsi ini membahas penafsiran hadits tentang “perempuan kekurangan akal

dan agama” dengan perspektif hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Sejauh peneliti

dapat telusuri kajian atas hadits ini, hanya menyentuh rasionalisasi yang terkesan

diskriminasi terhadap perempuan. Hadits tersebut mengisyaratkan perempuan untuk

mengambil sikap hati-hati. Dengan cara misalanya, Hamim Ilyas melihatnya pada

fakta sosial sekarang yang menunjukan bahwa perempuan sering terbawa emosi, labil

dan tidak kuat pendirian. Sementara fokus kajian dalam skripsi sekarang mencoba

mengisi yang belum diungkap dalam kajian tersebut, yaitu aspek historikalitas hadits.

Peneliti berkeyakinan pendalaman pemahaman akan kesejarahan teks hadits ini akan

menyingkap apa yang sebenarnya dimaksudkan tentang “perempuan kekurangan akal

dan agama”.

Adapun penelitian dalam skripsi menemukan beberapa temuan menarik,

antara lain melalui analisis hermeneutika Gadamer. Penemuan pertama, analisis

cakrawala teks tentang “perempuan kekurangan akal dan agama” yang diriwayatkan

oleh al-Bukhārī, menginformasikan bahwa pesan hadits tersebut tidak dimaksudkan

untuk melemahkan perempuan. Akan tetapi, hadits tersebut hanya menginformasikan

kelemahan dan kekurangan dalam diri perempuan. Dalam arti perempuan tidak bisa

menunaikan ibadah shalat dan puasa ketika menstrulasi itulah maksud kekurangan

agama. Sedangkan kekurangan akal perempuan dalam arti perbedaan penilaian satuan

persaksian, dimana dua orang saksi perempuan sebanding dengan satu orang laki-

laki.

Penemuan kedua, analisis cakrawala pembaca menginformasikan bahwa

pesan hasil dari analisis cakrawala teks sesuai dengan perkembangan gagasan dan

kesadaran pembaca yang telah mengenal semangat zaman modern. Yaitu demokrasi,

kesetaraan dan sensifitas gender.

Penemuan ketiga, analisis peleburan cakrawala menginformasikan bahwa

pessan hadits tentang “perempuan kekurangan akal dan agama” lebih pas dibaca

secara kontekstual. Karena kekhususan-kekhususan makna yang terkandung di

dalamnya yang bersifat praktis dan tidak menyalahi semanagat besar Islam sebagai

agama yang universal, adil, demokratis, setara serta rahmat bagi sekalian alam.

Hasil dari penelitian ini tentunya masih jauh dari sempurna, masih banyak

ruang yang perlu diteliti lebih jauh. Salah satu ruang yang perlu diteliti lebih lanjut,

misalnya meneliti hadits “perempuan kekurangan akal dan agama” dari segi

semiotika.

Page 6: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

iii

KATA PENGANTAR

puji dan syuur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kekuatan jasmani, rohani, taufik, rahmat dan hidayah-Nya, serta kemudahan dan

kesabaran dalam menghapi berbagai kesulitan dan cobaan dalam menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah

Saw, Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan satu diantara tugas yang harus diselesaikan dalam

rangka mendapatkan gelar Sarjana Agama Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

jurusan Tafsir-Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Judul skripsi ini adalah “Memahami Kembali Hadits Tentang Perempuan

Kekurangan Akal dan Agama (Studi Hermeneutika Hans-Georg Gadamer), penulis

menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan sangat memerlukan

perbaikan. Oleh karena itu, penulis membuka lebar-lebar kritikan dan saran yang

sifatnya konstruktif.

Penulis menyadari sepenuhnya, karya ini bisa terwujud bukan karna hasil

karya seorang diri, namun tidak lain berkat dukungan moril dan materil yang telah

rela meluangkan waktu disela-sela kesibukannya. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof dede rosyada, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat beserta seluruh jajarannya.

Page 7: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

iv

3. Ibu Dr. Lililk Umi Kultsum, MA., dan Ibu Dra. Banun Binaningrum M.Pd.,

selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Tafsir-Hadits

4. Bapak Rifqi Muhammad Fathi, MA. dan Bapak Kusmana, MA., selaku

dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran

dengan memberikan banyak ilmu serta dukungan dan motifasi dalam

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa membalass segala

kebaikan beliau-beliau.

5. Bapak Faris Pari dan seluruh dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bnayak ilmu, bimbingan

dan motivasi selama kuliah.

6. Orang tua tercinta Bapak Anwar dan Ibu Khujaemah, yang telah

mecurahkan cinta dan kasih sayang dan do‟a sepanjang waktu. Senantiasa

berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

7. Keluarga besar H. M. Yusuf dan kost Bapak Ujang yang telah banyak

berbagi suka dan duka, dukungan serta do‟a.

8. Teman-teman seperjuangan Tafsir-Hadits angkatan 2012, semoga tali

kekeluargaan kita semua tetap berjalan dengan baik juga diberikan

kesehatan dan kemudahan dalam mencapai maksud dan tujuannya.

9. Lovely patner Aga Pratama, yang telah banyak membatu baik dari segi

moril maupun materil.

Ciputat, 22 Desember 2016

Page 8: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

v

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi.................................................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumuan Masalah ........................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

E. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 8

F. Kajian Pustaka ............................................................................................. 9

G. Metode Penelitian ...................................................................................... 14

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 19

BAB II MISOGINIS DAN EKSISTENSINYA DALAM AL-QUR’AN DAN

HADITS

A. Definisi Misoginis ...................................................................................... 21

B. Al-Qur‟an dan Misoginis .......................................................................... 23

1. Misoginis dalam Keluarga ................................................................... 23

a. Otoritas Talaq ................................................................................. 23

b. Berpoligami .................................................................................... 26

2. Misoginis dalm Muamalah ................................................................... 29

a. Status Persaksian Perempuan ......................................................... 29

b. Status Kepemimpinan Perempuan ................................................. 32

C. Hadis dan Misoginis ................................................................................... 36

1. Misoginis dalam Ibadah: Larangan Puasa Tanpa Ijin Suami ............... 36

2. Misoginis dalam Keluarga ................................................................... 38

a. Penciptaan Perempuan Dari Tulang Rusuk Laki-Laki................... 38

b. Intervensi Malaikat dalam Hubungan Seksual ............................... 40

D. Hadis Tentang Perempuan Kekurangan Akal dan Agama ......................... 43

BAB III ANALISIS HADITS MISOGINIS PERSPEKTIF HERMENEUTIKA

HANS-GEORG GADAMER

A. Pengertian Hermeneutika ........................................................................... 46

B. Hermeneutika Hans-Georg Gadamer ......................................................... 47

1. Biografi Hans-Georg Gadamer ............................................................ 47

2. Karya-karya Hans-Georg Gadamer ...................................................... 48

3. Pemikiran Hermeneutika Secara Umum .............................................. 49

4. Pemahaman Teks Hans-Georg Gadamer ............................................. 52

C. Cakrawala Teks Hadits .............................................................................. 53

a. Deskripsi Hadits ............................................................................. 54

b. Historikalitas Hadits ....................................................................... 57

Page 9: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

vi

D. Cakrawala Pembaca ................................................................................... 63

a. Kesadaran akan Sejarah ................................................................ 63

b. Pra-pemahaman (Praduga Pemahaman) ........................................ 67

E. Peleburan Cakrawala ................................................................................. 68

F. Tinjauan Kritis Pemahaman Hadits Tentang Perempuan Kekurangan Akal

dan Agama ................................................................................................. 70

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 77

B. Saran-Saran ................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

Page 10: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam “Buku Pedoman Akademik

Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

a. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan

B be

T te

Ts te dan es

J je

H h dengan garis di bawah

Kh ka dan ha

D de

Dz de dan zet

R er

Z zet

S es

Sy es dan ye

S es dengan garis di bawah

D de dengan garis di bawah

T te dengan garis di bawah

Z zet dengan garis di bawah

´ koma terbalik di atas hadap

kanan

Page 11: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

viii

Gh ge dan ha

F ef

Q ki

K ka

L el

M em

N en

W we

H ha

apostrof

Y ye

b. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,

terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A fathah

I kasrah

U dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Page 12: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

ix

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i

Au a dan u

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas

î i dengan topi di atas

û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-

diwân bukan ad-diwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ()ّ, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

Page 13: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

x

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,

hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata

.tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya الّضرورة

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Tanda Vokal Latin Keterangan

1 tarîqah

2 al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah

3 Wahdat al-wujûd

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa

Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama

Page 14: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

xi

tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama

diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

(Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi

bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-

Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.

Page 15: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan mengenai perempuan sebenarnya bukanlah kajian yang baru,

namun dari waktu kewaktu kajian ini terus bergulir dan berkembang hingga saat

ini. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa perempuan dianggap sesuatu yang

negatif, bernilai rendah bahkan diremehkan.1

Diskursus kesetaran gender ini sebenarnya telah ada sejak zaman

Rasulullah Saw hidup, hanya saja tidak terlalu diperdebatkan. Pada waktu itu,

Ummu Salamah pernah mempertanyakan kepada Rasulullah Saw tentang naskah

al-Qur‟an yang kurang memberi tempat kepada kaum perempuan dan ia kurang

berkenan dengan narasi al-Qur‟an yg memberi tempat lebih kepada laki. Ini

diperkuat oleh struktrur bahasa Arab yang memasukkan perempuan dalam bahasa

yang dipakai untuk laki- laki. Meski pertanyaan tersebut tidak mendapatkan

penjelasan lebih rinci, namun belakangan para ahli tafsir sering menjadikan

pertanyaan Ummu Salamah tersebut sebagai dasar argumen bahwa al-Qur‟an

menjadi satu-satunya kitab yang berbicara langsung kepada kaum perempuan.

Pertanyaan Ummu Salamah tersebut memantapkan kenyataan bahwa nilai realitas

perempuan diatara kaum mukminin bukan sekedar pelengkap, melainkan juga

menjadikan perempuan sebagai bagian dari wacana ketuhanan dan kemanusiaan.2

Sebagaiman Hadits yang diungkapkan oleh Nabi bahwa kaum perempuan

memilki kekurangan akal dan juga agama. Kemudian Nabi memerintahkan untuk

1 Lukman S. Thahir, Studi Islam Interdisipliner, Aplikasi Penekatan Filsafat, Sosiologi

dan Pendekatan Sejarah (Yogyakarta: Qirtas, 2014), h. 3. 2 Subhamis, “Pendekatan Feminis terhadap al-Qur‟an dan Bibel”, Jurnal Al-Ta’lim V 1,

no 3 (November 2012): h. 232.

Page 16: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

2

bersedeqah kepada seluruh umatnya baik perempuan maupun laki-laki.

Bersedeqah merupakan bagian dari cara perempuan melengkapi pengamalan

keagamaannya, dilain pihak penyebab perempuan kekurangan agama disebabkan

datangnya menstrulasi, tidak seperti laki-aki yang ibadahnya tidak terintrupsi

karna menstrulasi. Sedangkan kekurangan akal perempuan ditunjukan dengan

adanya kesaksian dua orang perempuan yang disamakan dengan kesaksian

seorang laki-laki.

Hadits Nabi tentang perempuan kekurangan akal dan agama juga banyak

dijuampai dalam literatur hadits, diantaranya kitab Jāmi’ Ṣaḥiḥ al-Bukhārī

Muḥammad bin Ismā‟īl Abū Abdillāh al- Bukhārī (1442 H), Jāmi’ Ṣaḥiḥ Muslim

karya Muslim bin al-Ḥajāj (t.t), Fatḥ al-Bārī karya Ibn Ḥajar al-„Asqalānī (1424

H), Syarḥ Saḥiḥ Muslim karya Abu Zakariyyā al-Nawawi (1422 H), Tuḥfatu al-

Aḥwadzī fi Syarḥ Sunan al-Tirmidzī karya Muḥammad Abd Rahman al-

Mubārakfūrī (1353 H), dan masih banyak lagi literatur keagamaan yang

menjadikan hadis tersebut sebagai dalil.

Adanya mainstream patriarchy yang demikian kuat ini sangat dipahami

oleh Nabi, sehingga dalam mengucapkan hadits, seringkali Nabi menggunakan

bahasa-bahasa yang elastis hal ini bisa dilihat dalam kasus hadits-hadits yang

secara tekstual dianggap mendukung pandangan-pandangan “misoginis”3. Hadits-

hadits yang tampak “misoginis” tadi mempengaruhi cara pandang mereka yang

berujung pada ketimpalan relasi gender dalam praktek-praktek kehidupan. Karena

itu hadits-hadits yang dipandang misoginis tadi perlu diteliti validasi dan isinya,

guna diperoleh pengetahuan dan pandangan baru yang memiliki tempat

3 Hadits Misoginis adalah hadits yang isinya tidak berpihak paada kaum perempuan, lihat:

Fatima Mernissi, Wanita di dalam Islam. Penerjemah Yaziar Radianti (Bandung: Pustaka, 1994),

h. 62.

Page 17: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

3

terciptanya keadilan dan keseimbangan dalam pola hubungan laki-laki dan

perempuan sebagaimana dicita-citakan Islam.4

Dalam penelitiannya, Agus Moh. Najib mengatakan bahwa agama Islam

menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sejajar. Islam datang

mendobrak budaya dan tradisi patriarki bangsa Arab, bahkan dapat dikatakan

dengan cara yang revolusioner. Tradisi Arab ketika itu secara umum

menempatkan perempuan hampir sama dengan hamba sahaya dan harta benda.

Mereka biasa mengubur hidup-hidup bayi perempuan, tidak memberikan hak

waris kepada perempuan, poligami dengan belasan istri, dan membatasi hak-hak

perempuan baik dalam wilayah publik maupun domestik. Islam datang dengan

mengecam penguburan bayi-bayi perempuan, membatasi poligami, memberikan

hak waris dan hak-hak lainnya kepada perempuan sesuai dengan fungsi dan peran

sosial perempuan ketika itu. Dengan demikian semangat dan pesan universal yang

dibawa Islam pada dasarnya adalah persamaan antara laki-laki dan perempuan

serta berusaha menegakan kesetaraan dalam masyarakat5. Yang sering disebut

dengan keadilan gender.6

Mansour Faqih dalam buku Analisis Gender dan Transformasi sosial

menjelaskan, setidaknya terdapat lima bentuk ketidak adilan gender. Pertama,

violence, kekerasan dalam kehidupan sosial. Penyebabnya adalah lemahnya kaum

perempuan. Tiadanya aturan yang dapat memperkuat posisi perempuan manakala

4 Khariroh, “Hadis-Hadis Tentang Kekurangan Akal dan Agama Bagi Perempuan”

(skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Institut Agama Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2001), h. 5-6. 5 Hamim Ilyas dkk, Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis Misoginis (Yogyakarta:

Elsaq Press dan PSW, 2008), h. 31. Lihat Qs. Al-Hujurāt (49): 13, Ali „Imran (3): 195, an-Nisā

(4): 124, dan al-Taubah (9): 71. 6 Gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara

laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, mentalitas,

dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya. Lihat John M. Echols dan Hassan Shadily.

Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1983), h. 517.

Page 18: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

4

dihadapkan pada situasi demikian. Kedua, marginalisasi, pemiskinan perempuan

dalam kehidupan ekonomi. Terdapat banyak perbedaan jenis dan bentuk, tempat

dan waktu serta mekanisme proses pemiskinan perempuan, kerena perbedaan

gender. Ketiga, stereo type, pelabelan negatif dalam kehidupan budaya. Stereo

tyipe dalam kaitannya dengan gender adalah pelabelan negatif terhadap jenis

kelamin tertentu, umumnya kaum perempuan. Perempaun tidak perlu sekolah

tinggi-tinggi, karena tugasnya hanya berkutat di sumur, dapur, dan kasur.

Pelabelan ini sangat populer di masyarakat. Keempat, Duoble burden, beban

berganda dalam kehidupan keluarga. Seorang isteri, selain melayani suami,

memasak dan merawat anak, membersihkan rumah, mencuci pakain, membentu

kerja suami ditoko, kantor, sawah, pasar, dan sebagainya. Kelima, subordinasi,

penomorduaan dalam kehidupan politik. Bentuk ketidakadilan ini antara lain,

berupa penempatan perempuan hanya pada posisi yang kurang penting, posisi

yang tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi proses pembentukan

keputusan.7

padahal Al-Qur‟an menjelaskan prinsip tentang keadilan antara laki-laki

dan perempuan, sebagaimana firman Allah surah Al- Hujarāt/ 49: 13 berikut:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

7 Munawir Haris, “Kepemimpinan Perempuan dalam Islam”, Analisis: Jurnal Studi

Keislaman V 15, no. 1 ( Juni 2015): h. 82-83.

Page 19: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

5

Hadits tentang perempuan sudah berkembang sejak lama, hal tersebut

terkait erat dengan peradaban Islam yang ditandai dengan produksi literer

(berhubungan dengan tradisi) yang bersifat masif (kuat). Pemahaman yang kurang

memperhatikan aspek-aspek historis akan menimbulkan kesalahpahaman dalam

memahami hadits Nabi, sehingga banyak pemahaman pesan hakiki hadits Nabi

tersebut tidak sampai. Pemahaman yang hanya memperhatikan aspek bahasa tidak

akan mendapatkan pesan yang terkandung dalam teks, karena teks adalah

reportase masa lalu, termaksud teks hadits. Dengan demikian, memahami hadits

Nabi tidak bisa dilepaskan dari konteks temporal masa lalu.8

Oleh karena itu, pendekatan hadits harus terbuka dalam usaha

menegosiasikan makna dan tidak hanya didominasi oleh sekelompok otoritas

tertentu. Terbukaanya pemaknaan mengembalikan hadits pada spirit Islam sebagai

agama pembebasan. Pembaca harus memperhatikan beberapa aspek terkait dalam

upaya menegosiasikan matan dengan realita kemasyarakatan sekarang ini,

termaksud dengan menggunakan kajian hermeneutika. 9

Memahami sebuah teks dengan menggunakan metode hermeneutika, di

dalam kajian al-Qur‟an dan hadits sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan

dikalangan pemikir Muslim. Banyak dari mereka menolak secara keseluruhan dan

sebagian lain menerima dan sebagian lagi menolaknya tidak secara keseluruhan.10

Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mengintegrasikan

hermeneutika sebagai teori memahami hadits misoginis karena adanya

8 Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi (Jogyakarta: Idea Press,

2008), h. 30-31. 9 Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an (Yogyakarta:

Pesantren Nawesia Press, 2009), h. 15. 10

Phil Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika al-Qur’an & Hadis (Yogyakarta: elSAQ

Press, 2010), h. 1.

Page 20: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

6

pemahaman yang bias gender. Pada wilayah inilah hermeneutika menjadi metode

interpretasi bagi problem pembacaan hadits. Meskipun secara ajaran hadits

mempunyai nilai normatif keagamaan, tetapi hadits telah manjadi sebuah teks

yang dapat dipahami oleh siapa saja yang ingin mengungkap makna yang

terkandung dalam teks. Namun terkadang menjadi persoalan ialah, apa mungkin

menghadapkan hadits yang memiliki pesan normatif keagamaan dengan kajian

hermeneutika yang memiliki kecenderungan memperlakukan semua data secara

historis (relatif dan tentatif).11

Dalam tulisan ini penulis tertarik mengkaji hadits misoginis tentang

perempuan kekurangan akal dan agama. Seperti yang telah ditegaskan dari awal,

bahwa perkembangan diskriminasi perempuan banyak berangkat dari hadits Nabi

yang terbingkai dalam relasi sosial. Oleh karena itu, judul skripsi yang penulis

ambil adalah “Pembacaan Post-Modern Hadits Perempuan Kekurangan Akal

dan Agama: Perspektif Hermeneutika Hans-Georg Gadamer”.

B. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang timbul dari latar belakang di atas,

penulis mengidentifikasi beberpa persoalan yang dapat dibagi:

1. Islam adalah agama yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan

namun ada hadits-hadits yang terkesan menempatkan perempuan menjadi

subordinasi. Padahal di dalam al-Qur‟an sendiri Allah telah menjelaskan

dalam Al-Hujurāt/49:13, bahwa manusia itu sejatinya adalah sama. Oleh

karena itu, manusia memiliki kedudukan yang sama.

11

Moh Mohtador “Hadits-Hadits Misoginis dalam Perspektif Gender dan Hermeneutika

(Studi Hadits Tentang Perempuan Dalam Keluarga)” (Tesis S2 Fakultas Agama dan Filsafat, UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), h. 6.

Page 21: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

7

2. Adanya mainstream patriarchy yang demikian kuat sangat dipahami oleh

Nabi, sehingga dalam mengucapkan hadits, seringkali Nabi menggunakan

bahasa-bahasa yang elastis hal ini bisa dilihat dalam kasus hadits-hadits

yang secara tekstual dianggap mendukung pandangan-pandangan

misoginis.

3. Secara ajaran hadits mempunyai nilai normatif keagamaan, tetapi hadits

telah manjadi sebuah teks yang dapat dipahami oleh siapa saja yang ingin

mengungkap makna yang terkandung dalam teks. Namun terkadang

menjadi persoalan ialah, apa mungkin menghadapkan hadits yang

memiliki pesan normatif keagamaan dengan kajian hermeneutika yang

memiliki kecenderungan memperlakukan semua data secara historis

(relatif dan tentatif).

Inilah beberapa permasalahan yang melatarbelakangi penulis untuk

mengadakan penelitian terhadap permasalahan tersebut, dengan memberikan

gmabaran tentang makna yang terkandung di dalam hadits yang menyebutkan

perempuan kekurangan akal dan agama.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Hadits tentang perempuan kekurangan akal dan agama telah banyak

diriwayatkan oleh perawi hadits, namun penulis membatasi pembahasan pada

poin ketiga dengan mengambil hadits yang diriwayatkan dalam kitab Ṣaḥiḥ al-

Bikhārī dengan menggunakan hermeneutika sebagai teori interpretasi. Karena

hadits tersebut menyatakan bahwa kodrat perempuan memiliki kekurangan, baik

kekurangan dari segi akal maupun agama, dan banyak dibincangkan mengandung

unsur-unsur misoginis atau kebencian terhadap perempuan.

Page 22: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

8

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas,

perumusan masalah yang penulis angkat di dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana penggunaan metode hermeneutika Hans-Georg Gadamer dalam

memahami hadits tentang perempuan kurangan akal dan agama?”

D. Tujuan Penelitian

Dengan seiringnya rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

yaitu:

1. Untuk memahami kembali pemahaman hadits tentang perempuan kurang

akal dan agama.

2. Untuk memahami horizon teks hadits tentang perempuan kurangan akal

dan agama, dengan menggunakan hermeneutika Hans-Georg Gadamer

sebagai teori interpretasi ketika memahami teks hadits tersebut.

E. Kegunaan Penelitian.

Dari hasil penelitian ini mempunyai kegunaan secara prakris dan teoritis.

Adapun kegunaan tersebut sebagai berikut:

1. Mendapatkan pemahaman ulang dalam memahami hadits tentang

perempuan kurang akal dan agama.

2. Mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kajian hermeneutika Hans-

Georg Gadamer sebagai teori interpretasi dalam memahami horizon teks

hadits tentang perempuan kekurangan akal dan agama.

F. Kajian Pustaka

Setelah melakukan penelusuran dari berbagai penelitian, sejauh

pengamatan dan pencarian yang dilakukan, penulis menemukan beberapa karya

ilmiah yang sejalan dengan kajian ini:

Page 23: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

9

1. Buku

penulis menemukan buku yang di dalamnya sedikit menyinggung tentang

hadits kekurangan akal dan agama, yang berjudul “Perempuan Tertindas: Kajian

Hadits-Hadits Misoginis” karya Hamim Ilyas dkk, yang diterbitkan oleh ElSAQ

Press tahun 2005. Dalam buku tersebut berisikan makalah-makalah seputar isu-isu

misoginis yang terdapat dalam hadits Nabi, yang ditulis oleh beberapa dosen

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di dalam buku tersebut ada

satu makalah yang menyinggung hadits Nabi tentang perempuan kekurangan akal

dan agama yang ditulis langsung oleh Hamim Ilyas.

Dan penulis dapati juga beberapa buku yang membahas tentang

hermeneutika, diantaranya berjudul “Kebenaran dan Metode” karya Hans-Georg

Gadamer yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Sahidah

dengan judul asli “Wahrheit and Methode”, yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar

tahun 2010. Dalam bukunya Gadamer menjelaskan tentang ruang lingkup

hermeneutika, dan tokoh-tokoh hermeneutika serta perbedaan pemikiran dalam

menafsirkan sebuah teks. Termasuk metode atau cara Gadamer sendiri dalam

melihata dan memahami sebuah teks yang ada.

2. Jurnal

Selain buku-buku seputar perempuan dan hermeneutika, penulis juga

mendapati beberapa jurnal yang membahas permasalahan yang sama. Di

antaranya ialah jurnal yang membahas seputar kajian hadits mosoginis, yang

ditulis oleh Nawang Rofiq Kholis dengan judul “Kedudukan Perempuan Dalam

Rumah Tangga” dalam jurnal AL-IFKAR Vol 1, no. 1 (Maret 2013). Ia

menjelaskan seputar perempuan dan hadits-hadits misoginis baik dari segi sanad

Page 24: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

10

maupun matan. Khususnya hadits seputar kedudukan perempuan dalam rumah

tangga, bagaimana Rasul mejelaskan tentang hadits-hadits perempuan, yang

terkesan mengandung unsur-unsur misoginis padahal Rasul sendri yang

mengangkat derajat perempuan setelah kemunculan Islam.

Jurnal lainnya yaitu, yang ditulis oleh Limmatus Sauda‟ dengan judul

“Hadits Misoginis dalam Perspektif Hermeneutika Fatima Mernissi” dalam Jurnal

Keilmuan Tafsir-Hadits, Vol 4, no. 2 (Desember 2014). Mernissi mempunyai

cara tersendiri dalam mengkritisi hadis-hadis misoginis, yaitu dengan kajian

historis dan metodologis. Pada dasarnya dua tahapan ini tidak berbeda dengan

kaidah kritik hadis konvensional, yang membedakannya adalah aspek

penerapannya. Adapun mengenai kajian historisnya, Mernissi tidak hanya

melibatkan situasi pada waktu ketika hadis itu muncul. Data historis tersebut tetap

ia gunakan untuk dijadikan sebagai pertimbangan dan bahan uji dengan situasi

kontemporer masa kini. Pada level ini Mernissi mencoba menunjukkan bahwa

hadits itu tidak hanya milik umat Islam masa lalu, umat Islam yang sekarang juga

masih terus meyakini hadits. Selain untuk mengetahui pemahaman Mernissi

tentang hadits-hadits misoginis, penjelasan Mernissi ini dipaparkan untuk

menelusuri kerangka hermeneutika hadisnya.

3. Skripsi

Selain jurnal-jurnal tersebut saya pun mendapatkan beberapa skripsi yang

membahas seputar isu-isu yang terjadi pada perempuan, antara lain:

Latifa Anwar dengan judul “Wanita Berbentuk Setan”. Yang

memfokuskan pada studi sanad dan matan, hal ini disesuaikan dengan komponen

hadits yang terdiri dari 2 komponen yaitu sanad dan matan. Adapun pemaknaan

Page 25: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

11

tentang perempuan berbentuk setan dalam Sunan al-Tirmidzi nomor indeks 1161

ialah perempuan memiliki bentuk yang indah dan mempesona sehingga sangat

berpotensi membuat kaum pria tergoda. Hadits tersebut berisi peringatan dan

pengarahan terhadap kaum pria untuk mengendalikan kaum pria, karena Allah

telah memberikan kecendrungan dalam hatinya untuk menyukai wanita yang telah

diberi keistimewaan oleh Allah dengan keindahannya. Oleh karna itu, keduanya

harus bisa saling menjaga agar tidak berlanjut pada perbuatan maksiat. Rasullah

memberikan peringatan pada kaum pria supaya berhati-hati terhadap perempuan

dan memerintahkan mendatangi istrinya jika merasa tergoda ketika melihat

perempuan lain agar terhindar dari perbuatan maksiat.

Ulfa Zakia dengan judul “Re-Interpretasi Hadits Perempuan Mayoritas

Penghuni Neraka (Kajian Hadits Misoginis)”. Di dalam tulisannya ia mencoba

berbicara tentang perempuan dalam pandangan hadits, dalam penelitiannya ia

memfokuskan untuk membahas hadits yang menyatakan bahwa perempuan

mayoritas penghuni neraka. Adapun fokus yang ia bahas dalam penelitiannya

ialah membaca kembali hadits yang menyatakan perempuan mayoritas penghuni

neraka yang ia anggap musykil.

Umi Aflaha dengan judul “Kajian Hadits Dalam Ormas-Ormas Islam Di

Indonesia (Analisa Pemahaman NU dan Muhammadiyah Terhadap Hadits-hadits

Misoginis)”. Dari uraiannya ia menyimpulkan permasalahan-permasalahan

akademis yang menjadi fokus kajian atas pemahaman ormas-ormas Islam (NU

dan Muhammadiyah) terhadap hadits Nabi SAW, khususnya mengenai hadits-

hadits misoginis ialah dengan menjawab beberapa pertanyaan tentang bagaimana

pemahaman hadits-hadits misoginis menurut ormas-ormas Islam di Indonesia.

Page 26: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

12

Juga menjawab tentang bagaimana tipologi pemahaman ormas-ormas Islam di

Indonesia terhadap hadits-hadits misoginis serta menjawab tentang implikasi

pemahaman hadits mereka ditengah-tengah masyarakat Indonesia.

Qoriatul Hasanah dengan judul “Kritik Hadits Wanita (Studi atas Tujuan

dan Metode Kritik Aisyah r.a terhadap Hadits-hadits tentang Wanita)”. Hasil

penelitian dan pembahasan yang telah Qoriatul Hasanah uraikan yaitu tema hadits

yang dikeritik Aisyah r.a adalah hadits-hadits ibadah, yang meliputi: hadits

tentang ciuman pasangan suami istri mengharuskan berwudhu, kewajiban bagi

perempuan untuk menguraikan rambutnya ketika sedang mandi, perempuan

sebagai penyebab terputusnya shalat, dan status perempuan haidh yang sedang

melakukan ibadah haji. Tema lainnya yang dikeritik oleh Aisyah r.a adalah hadits-

hadits tentang etika, yang meliputi: etika hubungan suami istri, kesialan terdapat

pada perempuan, dan perempuan diazab karena seekor kucing. Tujuan kritik

Aisyah r.a terhadap hadits-hadits tetang perempuan yang dikritiknya adalah untuk

menjelaskan dan meluruskan pemahaman dari hadits-hadits tersebut agar

diketahui dengan jelas kapan dan untuk siapa hadits itu ditunjukan.

4. Tesis

Moh. Muhtador dengan judul “Hadits-Hadits Misoginis Dalam Perspektif

Gender dan Hermeneutika (Studi Hadis Perempuan Dalam Keluarga)”. Dalam

tesisnya ia mengkaji hadits misoginis dalam keluarga dengan melihat dari segi

sosiologi, bahwa perkembangan diskriminasi perempuan banyak berangkat dari

hadits Nabi yang terbingkai dalam relasi kekeluargaan. Pada tataran penulisan

tersebut ia tertarik mengkaji karena rangkaian deskriminasi atas perempuan tidak

Page 27: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

13

terjadi pada satu masa, tapi sikap deskriminasi perempuan berkembang secara

masif, dimulai dari prapernikahan sampai seorang hidup berumah tangga.

Agus Moh. Najib dengan judul “Penciptaan Perempuan dari Tulang

Rusuk Laki-laki”. Dalam penelitiannya ia mencoba untuk mekontruksi

pemahaman yang berkembang dimasyarakat, bahwa perempuan diciptakan dari

tulang rusuk laki-laki. Penelusuran awal, Agus Najib mencari tahu status hadits

tersebut dengan mentakhrij sanadnya. Dari kesimpulan yang didapat bahwa hadits

tersebut sanadnya bernilai shahih, tetapi masih terdapat perbedaan pendapat

tentang matannya, karena matan hadits tersebut masih diperdebatkan. Setidaknya

ada dua kelompok terkait dengan matan tersebut. Kelompok pertama menerima

hadits tersebut karena sebagai tafsir An-Nisa ayat 1, dan ada yang mengartikan

bahwa hadits tersebut harus ditarik secara metafora, yaitu laki-laki harus berlaku

baik dan bijaksana dalam memperlakukan perempuan. Kelompok kedua menolak

hadits tersebut secra matan, karena tidak sesuai dengan semangat al-Qur‟an dan

tidak ada akurasi kesahihan matan yang terdapat dalam hadits tersebut.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari suatu

objek yang dapat diambil dan diteliti.12

2. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen

perpustakaan tertulis (librarty research) maka pengumpulannya ialah degan cara

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002), h. 3.

Page 28: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

14

menelusuri kitab-kitab, buku ilmiah dan referensi tertulis lainnya. Data-data

tertulis tersebut terbagi menjadi dua jenis sumber data, yaitu sumber data primer

dan sumber data sekunder. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ, yang

terdapat pada kitab al-Siyam, Bab Tarku′l Haid Al-Shaum, Jilid I hadits nomor

29 yang menyatakan bahwa kodrat perempuan kekurangan akal dan agama. Serta

buku Truth and Method dan terjemahannya Kebenaran dan Metode (2010) yang

menjealskan motode hermeneutika Gadamer sebagai interpretasi dalam

memahami teks. Adapun sumber skunder yaitu yang dapat digunakan dalam

memahami hadis secara tekstual maupun kontekstual, maka digunakanlah kitab-

kitab syarh hadis seperti kitab Fatḥ al-Bārī syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī karya Ibn

Hajar al-ʻAsqalānī. Dan jurnal serta buku-buku pendukung lainnya seperti

“Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi” karya Richard E. Palmer

(2013) dan “Hermeneutika Filosofis Hans-Georg Gadamer” karya Ridwan Inyak

M (2010).

3. Cara Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data untuk penelitian, penulis mentakhrij

hadis-hadis tentang perempuan kekurangan akal dan agama dengan menggunakan

kitab Muʻjam al-Mufahras li-Alfāẓ al-Ḥadīts al-Nabawiy, karya A.J. Wensink.

Kitab ini menyajikan data-data yang memadai. Disamping itu, kitab ini lebih

mudah digunakan.

4. Analisa data

Setelah data-data terkumpul, penulis menganalisa aspek kebahasaan di

dalam hadits yang diteliti. Kemudian menelusuri pesan yang terkandung dalam

Page 29: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

15

hadits tersebut, dengan melihat lintasan sejarah dan mengeceknya dalam

referensi-referensi terkait.

penulis juga merujuk kepada pendapat Yūsuf Qarḍāwī bahwa diantara

cara-cara yang baik dalam memahami hadis Rasulullah Saw ialah dengan

memperhatikan sebab-sebab khusus yang melatarbelakanginya. Sebagaimana

yang dinyatakan dalam hadis tersebut atau yang disimpulkannya, serta dapat

dipahami dari kejadian yang menyertainya.13

Dalam tahap ini hadits-hadits

tentang perempuan kekurangan akal dan agama akan ditinjau dari segi asbāb al-

wurūd nya dan kondisi sosial masyarakat arab ketika hadis tersebut muncul.

Langkah selanjutnya penulis menggunakan metode hermeneutika dalam

memahami hadits Nabi. Sebagai teori interpretasi hermeneutika menjadi penting

ketika dikaitkan dengan pemahaman hadis misoginis. Pemahaman yang

berkembang atas hadits Nabi menyisakan problem atas pemahaman komprehensif

tentang realitas sosial. Dengan demikian hermeneutika Gadamer menjadi penting

karena merupakan teori pemahaman, meski secara eksplisit Gadamer tidak

membicarakan tentang hadits. Teori gadamer dianggap relevan dalam kajian

pemahaman hadits dengan model keseimbangan pembacaan secara komprehensif

atas suatu hadits, sehingga membuka wacana yang lebih luas karena cara analisis

heremeneutika Gadamer membantu memahami hadits lebih dekat dengan apa

yang sesungguhnya terjadi atau terkait. Setidaknya ada tiga komponen

hermeneutika Gadamer dalam memahami sebuah teks: kesadaran sejarah diri,

prapemahan dan peleburan cakrawala.

13

Muḥ ammad Yūsuf Qarḍ āwī, Bagaimana memahami hadits Rasulullah Saw.

Penerjemah Muhammad al-Baqir (Bandung: Karisma, 1994), h. 131.

Page 30: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

16

Horizon pertama, ialah kesadaran sejarah diri. Yaitu dalam memahami

teks seseorang harus memperhatikan sejarah atau horizon-horizon tentang dirinya

yang berkaitan dengan tradisi dan menjadi bagian dalam kehidupnya. Karena hal

tersebut adalah beban dalam proses pemahaman dan sejarah bukanlah suatu

kebenaran konklusif. Seperti ungkapan Gadamer:

“Wirkungsgeschichtliches bewustsein is primarilly consciousness of the

hermeneutical situation. To acquire an awareness of a situation is, however

alwats a task of peculiar dificulty...this is also true of the hermeneutic

situation, the situation in which we find ourselves with regard to the

tradition that we are trying to understand. (Kesadaran sejarah adalah

kesadaran tentang situasi hermeneutika. Namun, untuk mendapatkan sebuah

kesadaran merupakan tugas khusus yang sulit. Ini juga terjadi pada situasi

hermeneutik, yakni situasi dimana kita menemukan diri kita berhubungan

dengan tradisi yang coba kita pahami”.14

Adapun penerapannya dalam penelitian skripsi ini tentang kesadaran akan

sejarah, menjadi hal yang penting dalam memahami suatu hadits. Yakni seorang

pembaca harus memahami sejarah atau budaya dan berhubungan dengan tradisi

yang dipahami oleh pembaca. Termaksud isu-isu dan masalah-masalah yang

berkembang dalam dunia perempuan.

Horizon kedua, ialah prapemahaman (praduga pemahaman). Yaitu

merupakan konsep yang menitik beratkan pada prasangka-prasangka yang telah

dibentuk oleh seseorang untuk memahami sesuatu, karena akal budi yang baik

secara metodologi bisa menyelamatkan seseorang dari kesalahan, hal tersebut

diungkapkan oleh Discartes.15

Sebagai media untuk memahami sesuatu

prapemahaman selalu memainkan peran, dimana prapemahaman tersebut diwarnai

oleh tradisi yang berpengaruh dalam aktivitas pemahaman, begitu juga prejudis-

prejudis yang telah termuat dalam horizon pembaca. Oleh sebab itu Gadamer

14

Hans-Georg Gadamer ,Trurh and method (London: Continuum: 1989), h. 301. 15

Hans-Georg Gadamer, Kebenaran dan Metode (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2010), h.

335.

Page 31: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

17

menilai dalam memahami teks, seorang penafsir sepantasnya untuk tidak langsung

menggali makna yang terdapat dalam teks, namun meneliti aspek-aspek yang

terkait dengan prapemahaman dan makna teks. Sebagimana diungkapkan:

“But understaning realizes its full potential only when the foremeaning that

it begins with are not arbitrary, relying solely on the fore-meaning already

available to him, but rather explicitlyto examine the legitimacy-the origin

and validy- of the fore meanings dwelling within him. (Tetapi pemahaman

mencapai potensilitas hanya seutuhnya ketika asumsi awal yang digunakan

tidak arbitrer “sewenang-wenang” , benar sekali bagi penafsir untuk tidak

mendekati teks secara langsung dengan semata-mata menyadarkan pada

asumsi awal sekaligus prapemahamannya, namun agaknya dengan menelaah

secara eksplisit kesahannya, yakni asal-usul dan kesahihan, asumsi awal yag

ada padanya)”.16

Gadamer mendefinisikan penjelasan tersebut adalah kerja prasangka

subjek. Subjek dalam mengalisis pengalaman diberi kesempatan untuk melakukan

prasangka atas sejarah teks. Menurut Heidegger, dalam penafsiran sejarah, subjek

tidak berangkat dengan otak kosong, subjek harus berangkat dari prasangka, ide

dan gagasan. Tanpa hal tersebut subjek tidak bisa menggiring sejarah pada posisi

dinamisasi. Karena pada intinya, kerja hermeneutika adalah kerja dialogisasi.

Oleh karean itu, sejarah harus dibentuk sebagai objek dinamisasi melalui

prasangka subjek. Prasangka subjek adalah pertanyaan awal atas objek.17

Adapun penerapannya dalam penelitian skripsi ini tentang pra-

pemahaman, yaitu menjadi sebuah keharusan bagi seorang pembaca untuk tidak

langsung menggali makna yang terkandung dalam teks hadits tersebut. Akan

tetapi, pembaca diharuskan untuk mengeluarkan asumsi-asumi awal yang ia

pahami dalam memahami teks hadits tersebut. Dengan tidak melepaskan sejarah

yang dipahami oleh pembaca.

16

Gadamer, Trurh and method, h. 270. 17

Salahudin, “Anatomi Teori Filsafat Hermeneutika Hans-Georg Gadamer: Dialogis

Historikalitas Dalam Memahami Teks” (Tesis S2 Fakultas Sosiologi, Universitas Muhamadiyah

Malang, 2011), h. 10.

Page 32: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

18

Horizon Ketiga, ialah peleburan cakrawala. Yaitu pertemuan dua horizon

dari unsur yang berbeda, yaitu horizon penafsir yang temporal dan horizon teks

yang historis. Sebagimana yang dikatakan Gadamer.

“Insofar as we must imagine the other situation. But into this other situation

we must bring, precisely, ourselves. (Sejauh harus kita bayangkan situasi

berbeda. Tetapi dalam situasi lain pembaca harus membawa sistemnya)”.18

Dalam setiap pemahaman dan penafsiran, kedua horizon tersebut selalu

ada termasuk bagian yang harus diperhatikan. Karena untuk mengungkap makna

yang akan dicapai keduanya harus dikomunikasikan supaya tidak terjadi

ketegangan. Seperti yang dikutip Sahiron dalam tulisan Gadamer yang lain, the

tension between the horizons of the text and the reader is dissolved19

. (ketegangan

antara cakrawala teks dan pembaca dileburkan). Dalam hal ini, seorang penafsir

harus memiliki keterbukaan untuk mengakui adanya horizon lain, yakni horizon

teks yang mungkin berbeda atau bahkan bertentangan dengan horizon pembaca.

Dengan demikian, dalam memahami teks seorang penafsir tidak boleh

hanya menggunakan makna teks saja, namun ruang yang melingkupi kemunculan

teks harus diperlihatkan. Selain itu, sisi penafsir yang telah dipengaruhi kondisi

sosial, politik, ekonomi dll, juga memberikan pengaruh. Oleh sebab itu, interaksi

antara teks dan penafsir harus bernegosiasi, karena keduanya muncul dalam ruang

dan waktu yang berbeda. Pertemuan dua unsur tersebut harus menemukan makna

baru. Karena dalam pandangan Gadamer pemahaman dan penafsiran tidak cukup

tanpa adanya penerapan. 20

18

Gadamer, Trurh and method, h. 303. 19

Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an, h. 48. 20

Muhtador, “Hadis-Hadis Misoginis Dalam Perspektif Gender dan Hermeneutika”, h.

24-25.

Page 33: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

19

Adapun penerapannya dalam penelitian skripsi ini tentang peleburan

cakrawala, yaitu pembaca harus menegosiasikan makna yang terkandung di dalam

teks hadits, yang menjadi ketegangan antara cakrawala teks dan cakrawala

pembaca untuk dileburkan. Sehingga menghasilkan makna yang dapat dipahami

minimal bagi pembaca.

5. Teknik Penulisan

Adapun mengenai teknik penulisan dan transliterasi, saya merujuk pada

buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development Ana Assurance)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Sebagai

pedoman transliterasi, saya menggunakan pedoman transliterasi Arab-Indonesia

berdasarkan Surat Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Januari 1988.

H. Sistematika Penulisan.

Dalam Skripsi ini penulis membagi bahasan menjadi empat bab dengan

rincian sebagai berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan yang mendeskripsikan perdebatan

seputar hadits tentang perempuan kekurangan akal dan agama, sehingga perlu

adanya pemahaman ulang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas

mengenai maksud dari hadis tentang perempuan kekurangan akal dan agama.

Ulasan bab ini terdiri dari: latarbelakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

pustaka, metode penelitian yang digunakan, sistematika penelitian. Dengan kata

Page 34: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

20

lain, bab ini sebagai kerangka dari seluruh ini penelitian. Sedangkan secara

terperinci hasil penelitian tersebut peneliti ulas dalam bab selanjutnya.

Bab kedua, membahas lebih jelas tentang definisi misoginis, kemudian

mengklasifikasikan hadits-hadits dan juga ayat-ayat al-Qur‟an yang diduga

mengandung unsur-unsur misoginis, dan mencari keabsahan hadits tentang

perempuan kekurangan akal dan agama. Sehingga dari sini lain akan terlihat hasil

pemahaman dari literatur-literatur Islam seputar isu Misoginis.

Bab ketiga, berbicara seputar hermeneutika Hans-Georg Gadamer, yaitu

meliputi pengertian hermeneutika secara umum, biografi Gadamer, karya-karya

Gadamer, pemikiran hermeneutika secara umum, dan pemahaman teks Gadamer.

Serta mengaplikasikasikan hadits tentang perempuan kekurangan akal dan agama

dengan menggunakan metode hermneneutka Gadamer, dengan melihat lebih jelas

maksud yang sebenarnya dalam hadits Nabi tersebut. Sehingga mendapatkan

pemahaman lain bagi pembaca tentang maksud ysng terkandung dalam hadits

Nabi tentang perempuan kekurangan akal dan agama.

Bab keempat, merupakan kesimpulan dari seluruh uraian yang telah

dikemukakan jawaban atas permaslahan yang diteliti, dilengkapi dengan saran-

saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya dari penelitian

ini, sekaligus sebagai pamungkas dari penelitian ini.

Page 35: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

21

BAB II

MISOGINIS TERMINOLOGI DAN EKSISTENSINYA DALAM AL-

QUR’AN DAN HADITS

A. Definisi Misoginis

Dalam kamus bahasa Inggris sendiri istilah misoginis berasal dari kata

“misogyny” yang berarti ”kebencian terhadap wanita”1

Dalam kamus ilmiah popular terdapat tiga ungkapan yaitu: “misogin”

berarti: benci akan perempuan, membenci perempuan, “misogini” berarti, “benci

akan perempuan, perasaan benci akan perempuan” sedang “misoginis” artinya

“laki-laki yang benci kepada perempuan”. Namun secara terminologi istilah

misoginis juga digunakan untuk doktrin-doktrin sebuah aliran pemikiran yang

secara zahir memojokkan dan merendahkan derajat perempuan, seperti yang

terdapat dalam beberapa teks hadits seputar kedudukan perempuan.2 Sedang

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan orang yang membenci wanita.3

Istilah “misoginis” yang membenci perempuan masih menimbulkan

banyak pertanyaan, fungsi Rasulullah SAW diutus Allah adalah tidak lain

mengangkat harkat dan martabat manusia termasuk kaum perempuan. Oleh

karena itu, untuk menjembatani adanya yang pro dan kontra maka penulisan

istilah misoginis di sini ditulis dalam tanda kutip. Secara luas kajian atas hadits-

1 John Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1986), h.

382. 2 A. Partantopius dan al-Barry M Dahlan, kamus Ilimah Populer (Surabaya: Arkola,

1994), h. 473. 3 Lihat, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.

660.

Page 36: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

22

hadits “misoginis” perlu dikembangkan untuk memperlihatkan wajah Islam yang

sesungguhnya.4

Klaim adanya unsur misoginis dalam hadits digunakan oleh Fatima

Mernissi5 (W 2015) di dalam bukunya Women and Islam: An Historical and

Theological Enquiry. Untuk menunjukkan hadits-hadits yang dianggapnya

membenci dan merendahkan derajat perempuan.6

Istilah hadits sebagaimana diketahui adalah suatu yang disandarkan

kepada Rasuullah SAW. Baik ucapan, perbuatan, maupun taqrir. Disebut hadits

misoginis karena di dalamnya mengandung makna-makna yang memojokan

kedudukan kaum perempuan serta deskriminasi terhadap hak dan kewajiban kaum

perempuan.

Adanya penafsiran yang mengandung unsur-unsur misoginis, salah

satunya terdapat dalam Tafsir al-Qurtubi (W 671 H) dikatakan bahwa laki-laki

memiliki kelebihan akal, managerial, kejiwaan dan naluri, yang tidak dimiliki

oleh perempuan. Naluri laki-laki diyakini didominasi oleh unsur panas dari kering

yang merupakan sumber kekuatan, sementara naluri perempuan didominasi unsur

basah dan dingin yang merupakan sumber kelembutan dan kelemahan. Senada

dengan al-Qurtubi, Zamakhsari (W 538 H) yang berasal dari kalangan Mu‟tazilah

4 Hasani Ahmad Said, “Hadis-Hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis, Menggali

Akar Sosio-Kultural”, Al-Dzikra V 6, no. 1 (Januari-Juni 2012): h. 4-5. 5 Fatima Mernissi, merupakan salah satu sarjana feminis di Timur Tengah yang paling

populer. Fatima sendiri sangat produktif dalam menerbitkan karya-karyanya baik dalam bahasa

Prancis maupun dalam bahasa Arab. Diantara karya-karyanya yang telah diterjemahkan kedalam

bahasa Inggris adalah Beyond the Veil (Indiana University Press), Doing Daily Battle (Women‟s

Press/Rutgers University Press), The Veil and the Male Elite (Addison Wesley) diterbitkan di

Inggris dengan judul Women and Islam (Blackwell), The Forgotten Queens of Islam (Polity

Press/University of Minnesota Press), Islam and Democracy (Addison Wisley/ Virago), dan

Dreams of Trespass (Addison Wesley), diterbitkan di Inggris dengan judul The Harem Within

(Doubleday). Fatima Mernissi, Pemberontakan Wanita! Peran Intelektual Kaum Wnita Dalam

Sejarah Muslim. Penerjemah Rahmani Atuti (Bandung: Mizan, 1999), h. 5. 6 Fatima Mernissi, Wanita didalam Islam. Penerjemah Yaziar Radianti (Bandung:

Pustaka, 1994), h. 62.

Page 37: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

23

dan dikenal dengan rasionalitasnya mengatakan bahwa laki-laki memiliki

berbagai kelebihan diantaranya dalam hal akal, ketegasan, kekuatan tekad, dan

kekuatan fisik. Sehingga menurutnya laki-laki pantas menjadi para Nabi, ulama,

kepala negara, dan Imam. Masih banyak ahli tafsir lain seperti Ibn Kasir (W 774

H) dan Fakhruddin al-Razi (W 1966), yang mengukuhkan superioritas laki-laki

dengan legitimasi tekstual dan dalil dari al-Qur‟an maupun Hadits.7

Dari penjelasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa istilah hadits

misoginis ialah penafsiran atau ucapan Nabi yang dituding mengandung unsur-

unsur kesenjangan sosial yang terjadi antara perempuan dan laki-laki yang

menyangkut perbedaan kedudukan, hak dan juga kewajiban, baik yang

dijelaaskan dalam al-Qur‟an maupun hadits. Oleh karena itu, disini saya mencoba

untuk mengkelompokannya ke dalam beberapa tema.

B. Al-Qur’ān dan Misoginis

Pembicaraan tentang masalah kedudukan perempuan dalam paradigma

Islam sesungguhnya telah dimulai sejak munculnya agama itu sendiri. Al-Qur‟an

sebagai kitab suci umat Islam, bahkan secara spesifik membahas hal-hal yang

menyangkut kewajiban dan kedudukan perempuan di dalam beberapa surat.8

1. Misoginis dalam Keluarga

a. Otoritas Thalaq

Sebagimana firman Allah yang tertera dalam al-Qur‟an surah At-

Thalaq/65: 1 berikut:

7 Siti Zubaedah, “Mengurai Problematika Gender dan Agama” Yin Yang V 5, no. 2 (Jul-

Des 2010): h. 258. 8 Sa‟diyah, “Isu Perempuan (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan dalam Kesetaraan

Gender)”, h. 315.

Page 38: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

24

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka

hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)

iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah

kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah

mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka

mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah. Maka

Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak

mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.

Dalam ayat ini Allah berfirman kepada Nabi-Nya, “Hai Nabi, apabila

kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada

waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya yang wajar”. Maksudnya adalah

wahai Nabi, bila kamu menthalaq istri-istrimu maka thalaqlah mereka pada saat

mereka dalam keadaan suci. Maka kamu dapat menghitungnya sebagai satu fase

masa iddah. Adapun ahli tafsir yang berpendapat sama dengan pendapat tersebut

ialah Abu Kuraib, Ibnu Basysyar, Ibnu Al Mutsanna dan Ya‟qub bin Ibrahim. 9

Thalaq adalah suatu keadaan yang menyebabkan ikatan perkawinan

menjadi terputus. Dalam Islam konsep awal thalaq ini memang dipegang oleh

pihak suami. Artinya di tangan suamilah sebuah perkawinan bisa tetap berlanjut

atau terputus.

Paling tidak, ada dua alasan mengapa hak thalaq ada di tangan suami,

Pertama, perempuan memiliki perasaan yang lebih halus ketimbang laki-laki.

Artinya secara emosional, perempuan akan lebih mudah terbawa oleh

9 Abū Ja‟far Muḥ ammad bin Jarīr al-Ṭ abarī, Tafsir al-Ṭ abarī. Penerjemah Anshari

Talim dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), Jilid XXV, h. 137.

Page 39: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

25

perasaannya. Ketika hak thalaq ada di tangan perempuan, maka dikhawatirkan dia

akan menggunakannya untuk alasan-alasan sepele yang sebenarnya tidak patut

digunakan untuk mengakhiri kehidupan rumah tangga.

Kedua, thalaq sesungguhnya memiliki konsekwensi-konsekwensi

ekonomis. Seorang suami yang masih berhutang (belum membayar) mahar

kepada isterinya, maka ia harus membayarnya ketika ia menceraikan isterinya itu.

Seorang suami juga masih berkewajiban secara lahir menafkahi isterinya selama

masa iddah. Karena konsekwensi-konsekwensi ekonomis inilah maka kemudian

sang suami tidak akan sembarangan menjatuhkan thalaq kepada isterinya.10

Dari segi kontrak pernikahan sendiri, sebenarnya sang isteri telah

mengetahui bahwa suaminyalah yang memiliki otoritas thalaq. Artinya sejak awal

perkawinan sang isteri telah mengetahui bahwa thalaq memang diputuskan oleh

pihak laki-laki. Namun demikian, sebenarnya pihak isteri bisa saja mensyaratkan

thalaq yang bisa dilakukannya seizin pihak suami pada saat kontrak nikah

dimulai. Kita megenal ini dengan istilah ta'liq thalaq. Maksudnya jika ada hal-hal

yang menurut isteri akan merugikan dirinya dan itu dilakukan oleh pihak suami,

maka saat itu thalaq bisa terjadi. Misalnya jika suami tidak bisa menafkahi lahir

batin isterinya selama enam bulan berturut-turut, dan sang isteri menjadikan itu

sebagai ta'liq thalaq, maka begitu genap enam bulan sang suami tidak

menafkahinya, secara hukum agama Islam telah terjadi thalaq. Atau ketika sang

isteri mengalami kekerasan yang dilakukan oleh suaminya, ia juga mempunyai

hak untuk melaporkannya ke pengadilan untuk meminta cerai dari suaminya.11

10

Didin Faqihuddin, “Memahami Ayat-Ayat Misogyny dalam Al-Qur‟an”, Musawa, V 2,

no 2 (Desember 2010): h. 176-177. 11

Wahbah al-Zuhailī, Al-Fiqḥ al-Islām wa Adillatuh (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), Jilid

VII, h. 360-361.

Page 40: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

26

Dengan demikian, saya dapat memahami ayat di atas terlihat jelas bahwa

hak thalaq yang ada ditangan suami adalah konsep awal yang tidak kaku. Karena

pada kenyataan nya pihak istri sendiri bisa menuntut cerai ketika ia mengalami

hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan perkawinannya. Hak thalaq

yang berada ditangan suami tidak lebih dari sekedar bahwasanya secara emosional

laki-laki lebih stabil dibandingkan dengan perempuan, ayat di atas sekaligus

memberikan nasihat agar suami tidak sembarangan dalam menjatuhkan thalaq

kepada istrinya.

b. Berpoligami

Sebagaimana firman Allah yang tertera dalam al-Qur‟an suarat surah An-

Nisaa‟/4: 3 berikut:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga atau empat. Kemudian jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,

atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat

kepada tidak berbuat aniaya”.

Jika dibaca secara sepintas ayat ini memang terkesan “menganiaya”

perasaan perempuan karena adanya redaksi yang memerintahkan laki-laki untuk

mengawini perempuan sampai jumlah empat orang. Namun memahami ayat Al-

Qur‟an tidak bisa dilakukan secara parsial, misalnya hanya dengan melihat

redaksi dan seterusnya tanpa melihat konteks sosial ayat.

Sebagian ulama berpendapat bahwa maknanya ayat tersebut yaitu, “Jika

kalian takut wahai wali-wali anak yatim untuk tidak berlaku adil dalam

Page 41: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

27

(memberikan) mahar kepada mereka (bila kamu menikahi mereka), kemudian

kalian berlaku adil dalam hal itu dan memberikan mahar kepada mereka sesuai

mahar perempuan-perempuan yang seperti mereka, maka janganlah kalian

menikahi mereka. Akan tetapi, nikahilah perempuan selain mereka yaitu

perempuan-perempuan yang telah Allah halalkan dan jadikan baik bagi kalian

mulai dari satu sampai empat. Bila kalian takut akan melampaui batas dengan

menikahi perempuan-perempuan yang asing itu lebih dari satu sehingga kalian

tidak dapat berlaku adil, maka nikahilah satu orang (saja) atau budak-budak yang

kalian miliki. Riwayat yang berpendapat sama juga dijelaskan oleh Ibnu Humaid,

Yunus bin Abdil A‟la, Yunus bin Yazid, dan Al Hasan bin Yahya.

Adapula yang berpendapat bahwa makna (firman Allah) tersebut adalah

“Dilarang menikahi dengan lebih dari empat orang perempuan, guna melindungi

harta anak yatim agar tidak dihabiskan oleh walinya. Riwayat yang berpendapat

sama juga dijelaskan oleh Ḥannad bin as-Sarī, Muḥ ammad bin Al Muṭ sanna,

dan Muḥ ammad bin Sa‟ad12

Ayat tersebut sesungguhnya bukan berisi perintah menikahi perempuan

lebih dari satu tanpa reserve (syarat). Secara kontekstual, ayat ini masih terkait

dengan ayat sebelumnya yang menjelaskan pengasuhan terhadap anak yatim. Pada

masa itu di Arabia, ada seseorang yang mengasuh anak yatim perempuan dan

bermaksud menikahinya dengan pemikiran bahwa menikahi anak yatim tidak

perlu dibayarkan maharnya seperti menikahi perempuan lainnya. Dalam

pandangan Islam hal ini mencedarai rasa keadilan. Maka Islam mempersilahkan

untuk menikahi perempuan lain saja bahkan jika mau boleh sampai empat, dengan

12

Al-Ṭ abarī, Tafsir al-Ṭ abarī, Jilid VI, h. 379-384.

Page 42: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

28

catatan mahar harus dibayar dan keadilan diantara para istri itu harus

diwujudkan.13

Menurut Ulfa Yusuf dalam bukunya Hîrah Muslimah bahwa perbincangan

poligami di dalam al-Qur‟an hanya berkisar pada dua ayat saja, yaitu dalam surah

al-Nisâ/4: 3 dan 129. Terkait dua ayat ini, para mufasir sibuk menjelaskan tentang

makna adil yang dinilai menjadi syarat keabsahan poligami. Menurutnya yang

lebih penting adalah mengamati kembali bahwa surah al-Nisâ/4: 4 tersebut sama

sekali tidak berbicara tentang keabsahan poligami secara multak. Ada syarat yang

jauh lebih penting diperhatikan, yaitu kekhawatiran menzalimi seorang anak

yatim perempuan.

Secara umum, ia menegaskan bahwa pada dasarnya perkawinan

monogamilah yang paling ideal. Hal ini didasarkan pada persyaratan Al-Qur‟ an

sebagaimana diuraikan di atas, disamping itu juga adanya argumen dari hadis

sahih. Misalnya kisah ketika Nabi tidak membolehkan Alī ibn Abū Thālib untuk

menikahi perempuan lain selama istri pertamanya (Fātimah) masih hidup, kecuali

setelah menceraikannya.14

Dengan demikian, saya dapat memahami konteks ayat di atas yaitu

sebagai kritik terhadap laki-laki yang hendak berlaku curang mengawini

perempuan yatim tanpa mau membayar maharnya. Al-Qur‟an mepersilahkan

untuk menikahi perempuan lain yang tentu maharnya harus dibayarkan. Agama

Islam membolehkan laki-laki untuk menikahi empat orang perempuan sekaligus

dengan syarat harus berlaku adil kepada perempuan-perempuan yang telah

dinikahinya. Apabila ia tidak bisa berlaku adil karena berkewajiban untuk

13

Faqihuddin, “Memahami Ayat-Ayat Misogyny dalam Al-Qur‟an”, h. 172. 14

Ahmad Fawaid, “Pemikiran Mufasir Perempuan Tentang Isu-Isu Perempuan”, Karsa V

23, no. 1 (juni 2015): h. 70.

Page 43: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

29

membiayai dan memenuhi kebutuhan istri-istrinya, maka cukup nikahi satu orang

istri saja. Hal demikian yang lebih baik untuk dikerjakan.

2. Misoginis dalam Muamalah

a. Status Persaksian Perempuan.

Sebagaimana firman Allah yang tertera dalam al-Qur‟an surah Al-

Baqarah/2: 282 berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.

Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun

daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau

lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka

hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan

dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang

lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi

yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang

Page 44: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

30

mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik

kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu

lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat

kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu‟amalahmu itu),

kecuali jika mu‟amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara

kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan

persaksikanlah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi

saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka

sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah

kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala

sesuatu”.

Maksud ayat tersebut ialah, mintalah kesaksian dari dua orang laki-laki.

Apabila tidak ada dua orang laki-laki, boleh dengan seorang laki-laki dan dua

orang perempuan. Yang demikian ini adalah dalam urusan harta benda, seperti

hutang piutang, jual beli, sewa menyewa, penggadaian, pengakuan harta benda

dan penggasaban (pemanfaatan barang taapa izin pemiliknya).

Dalam kitab ringkasan Ibnu Katsir disebutkan bahwa Sufyan al-Ṭ sauri

meriwayatkan dari Ibnu Abbās “Ayat yang diturunkan berkaitan dengan masalah

salam (mengutangkan) hingga waktu tertentu. Saya bersaksi bahwa salam yang

dijamin untuk diselesaikan pada tempo tertentu adalah di halalkan dan di izinkan

oleh Allah. 15

Perintah ayat ini secara redaksional ditunjukan kepada orang-orang

beriman tetapi yang dimaksud ialah mereka yang melakukan transaksi hutang

piutang, bahkan secara lebih khusus adalah yang berutang. Hal ini agar yang

memberi piutang merasa tenang dengan punulisan itu. Sebab menulisnya adalah

perintah atau tuntunan yang sangat dianjurkan.16

Ibnu Ḥajar al-Asqalānī dalam kitabnya Fatḥ ul Bārī memberi keterangan

bahwasanya Jumhur Ulama mengkhususkan hadits tersebut pada masalah

15

Al-Ṭ abarī, Tafsir al-Ṭ abarī, h. 43. 16

Muzakir S, “Regulasi Hutang Piutang dalam Tinjauan Ekonomi Islam (Telaah

Terhadap Surat al-Baqarah Ayat 282)”, Iqtishaduna V 5, no 1 (Juni 2014): h. 69.

Page 45: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

31

kebendaan, dan mereka tidak membolehkan kesaksian perempuan di dalam

masalah hudud dan qishas. Jumhur ulama juga berselisih di dalam masalah nikah

dan thalaq.

Berbeda dengan pendapat Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa

perempuan tidak diperbolehkan menjadi saksi dalam hudud. Imam Malik dan

Imam Syafi‟i memperbolehkan kesakisian seorang laki-laki dan dua orang

perempuan dalam hal harta benda, akan tetapi kesaksian perempuan tidak diterima

dalam hal hukum badani seperti hudud, qishash, nikah, thalaq, dan rujuk.

Maka berbeda halnya dengan pendapat Ibn Hazm, menurutnya perempuan

dapat menjadi saksi untuk semua perkara tanpa terkecuali dengan ketentuan untuk

kedudukan satu orang laki-laki dapat ditempati oleh dua orang perempuan dalam

kesaksian.

Dari keterangan Ibnu Hazm di atas telah jelas bahwa ia dengan tegas

menerima kesaksian perempuan, tidak hanya menerima perempuan menjadi saksi

dalam wilayah hukum hudud dan qishash saja. Tetapi Ibnu Hazm menerima

kesaksian perempuan dalam semua perkara dan kejadian, dan mengagap

kesaksian perempuan mempunyai kekuatan yang sama sebagaimana kerasksian

orang laki-laki. Adapun yang menjadi alasan Ibnu Hazm dalam memberikan

kedudukan perempuan untuk menjadi saksi dalam semua perkara atau kejadian

ialah dengan merujuk firman Allah surah Al-Imran/3: 77.17

17

Pradita Nur Alim, “ Status Kesaksian Wanita dalam Hukum Pidana Islam Menurut

Pendapat Ibn Hazm” (Skripsi S1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Universitas Islam Negri

Semarang, 2016), h. 46-48.

Page 46: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

32

Sedangkan alasan mengapa dianjurkannya dua orang saksi perempuan,

sebab bila yang seorang lupa maka yang lainnya bisa mengingatkannya dan

melengkapi kesaksiannya.18

Dengan demikian, saya dapat memahami bahwa ayat diatas mengandung

perintah penting yaitu anjuran untuk mencatat dan mendatangkan saksi apabila

dibutuhkan, hal itu sebagai upaya dalam memperkuat bukti atau sebagai arsip

bagi kedua belah pihak. Sehingga tidak ada salah satu pihak yang dirugikan.

b. Status Kepemimpinan Perempuan

Sebagaimana firman Allah yang tertera dalam al-Qur‟an surah An-

Nisaa‟/4: 34 berikut:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang

lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada

Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena

Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan

nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat

tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu,

Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.

Ahli tafsir menyatakan bahwa qowwam berarti pemimpin, pelindung,

pengatur dan lain-lain. Ketika menjelaskan surah al-Nisā/4:34, para mufasir

memiliki penafsiran yang beraneka ragam. Al-Ṭ habarī menafsirkan potongan ayat

18

Muzakir S, “Regulasi Hutang Piutang dalam Tinjauan Ekonomi Islam (Telaah

Terhadap Surat al-Baqarah Ayat 282)”, Iqtishaduna V 5, no. 1 (Juni 2014): h. 71-72.

Page 47: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

33

tersbut bahwa laki-laki adalah orang yang pantas memimpin istri-istrinya, baik

dalam hal mendidik mereka atau dalam hal mengarahkannya untuk melaksanakan

tanggung jawab Allah dan tanggung jawab

Keunggulan laki-laki disebabkan oleh keunggulan akal dan fisiknya,

demikian ungkap al-Razy dalam Tafsir al-Kabir. Di samping itu, al-Zamakhsari

dalam Tafsir al-Kasysyaf mengungkapkan keunggulan laki-laki atas perempuan

adalah karena akal, ketegasan, tekad yang kuat, kekuatan fisik, secara umum

memilik kemampuan baca tulis dan keberanian. Thaba‟thaba‟i mengungkapkan

kelebihan laki-laki disebabkan oleh akalnya saja mampu melahirkan jiwa-jiwa

seperti keberanian, kekuatan, dan kemampuan dalam mengatasi kesulitan.

Sebaliknya, perempuan lebih sensitif dan emosional. Oleh sebab itu, banyak tugas

berat yang diembankan kepada laki-laki sebagai Nabi, imam, guru dan

sebagainya. Demikian pula dalam jihad, azan shalat jum‟at, sedangkan wali

perempuan tidak banyak dilibatkan dan tidak memiliki otoritas.

Konsep qowwam dalam al-Qur‟an tersebut adalah laki-laki sebagai

pemimpin perempuan dalam ruang lingkup rumah tangga. Hal ini ditegaskan

dengan kewajiban laki-laki untuk memberi nafkah kepada perempuan, pemberian

nafkah hanya dilakukan suami kepada istrinya dan tidak ada kewajiban untuk

menafkahi perempuan selain istrinya. Ibn Katsir, Ibn Arabi, dan al-Maraghi

mempunyai titik kesamaan terkait dengan kelebihan antara laki-laki terhadap

perempuan.

Kalimat Arrijalu qawwamūn ala an-nisā yang terdapat dalam ayat tersebut

selalu menjadi salah satu dasar normatif superioritas laki-laki atas perempuan.

Kalimat ini sering diartikan kewajiban laki-laki untuk dijadikan sebagai seseorang

Page 48: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

34

pemimpin bagi perempuan dalam segala urusan, baik itu urusan domestik maupun

urusan publik.

Pelarangan kepemimpinan perempuan juga didasarkan pada hadits Nabi

Saw yang diriwayatkan oleh Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī, ketika beliau mendengar berita

bahwa masyarakat persi telah memilih putri Kisra sebagai pemimpin. Kemudian

Nabi bersabda “Apabila suatu kaum menyerahkan urusannya kepada perempuan

maka rusaklah kaum itu”. 19

Menurut Abū Ja‟far kelebihan yang Allah berikan kepada kaum laki-laki

atas istri-istrinya disebabkan pemberian mahar, pemberian nafkah dari hartanya,

dan merekalah yang mencukupi kebutuhn istri-istri mereka. Itu merupakan

keutamaan yang Alah berikan kepada kaum laki-laki atas istri-istri mereka,

sekaligus orang yang melaksanakan apa yang Allah wajibkan kepada mereka

dalam urusan istri-istri mereka.20

Berbeda dengan pandangan Izzat Darwazah yang mengatakan bahwa ayat

tersebut meskipun menggunakan redaksi umum, tapi dilihat dari semangat

ayatnya berhubungan dengan kepemimpinan laki-laki terhadap perempuan

diranah domestik seperti ranah rumah tangga. Namun, dalam konteks publik ayat

tersebut tidak tepat untuk digunakan. Meskipun ayat ini absen menjelaskan

kebebasan perempuan dalam ranah sosial politik, hal itu tidak berarti bahwa hak

politik perempuan ditundukkan oleh otoritas laki-laki. Ini didasarkan bahwa Al-

Qur‟an memberikan hak yang sama, baik pada laki-laki maupun perempuan,

19

Ida Novianti, “Dilema Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam”, Yinyang V 3, no 2

(Juli-Desember 2008):h. 2. 20

al-Ṭ abarī, Tafsir al-Ṭ abarī, Jilid VI, h. 881.

Page 49: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

35

dalam keimanan, beramal, mencari pengetahuan, berpikir, berjihad, berdakwah

pada kebaikan, berinfak dan lain sebagainya.21

Pendapat yang serupa diucapkan oleh Jamaluddin Muḥ ammad Maḥ mud.

Menurutnya, tidak ditemukan satu ketentuan yang dapat dipahami sebagai

larangan keterlibatan wanita dalam bidang politik, atau ketentuan agama yang

membatasi bidang tersebut hanya pada kaum laki-laki.

Pendapat lainnya mengenai larangan perempuan dalam dunia politik dan

kepemimpinan, M. Quraish Shihab dalam salah satu makalahnya mengenai:

Kosnep Wanita Menurut Al-Qur’an, Hadits dan Sumber-sumber Ajaran Islam,

memberi kupasan yang cukup lengkap mengenai hak-hak perempuan dalam

bidang politik. Menurutnya, wanita mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.22

Dengan demikian, saya dapat memahami bahwa ayat di atas menjelaskan

pemimpin yang ideal dalam agama Islam baik dalam ruanglipkup domestik

maupun publik. Adapun anggapan laki-laki sebagai pemimpin yang paling utama

dikarnakan kemampuan laki-laki dalam memberikan nafkah kepada perempuan,

dan apabila laki-laki tidak sanggup lagi dalam memberikan nafkah untuk

keluarganya maka istri dapat mengambil alih peran qawwam itu. Oleh karena itu,

ayat diatas tidak bisa digunakan untuk melarang perempuan tampil sebagai

pemimpin publik seperti presiden atau yang lainnya. Sebagaimana dadalm al-

Qur‟an surat al-Hujarat/49: 3, menjelaskan dengan sangat gamblang bahwa

hubungan laki-laki dan perempuan merupakan mitra sejajar dalam berbagai hal,

baik kesamaan dalam hak dan juga kewajiban.

21

Fawaid, “Pemikiran Mufasir Perempuan Tentang Isu-Isu Perempuan”, h. 68. 22

Nur Khoirin, “Laporan Hasil Penelitian Telaah Terhadap Otentitas Hadits-Hadits

Misogini” (IAIN Sunan Kalijjaga Yogyakarta, 2000), h. 75-76.

Page 50: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

36

Demikian ayat-ayat diatas yang banyak diklaim dan dipahami

mengandung unsur-unsur misoginis dan menjadikan perempuan sebagai

subordinat, dan sering dijadikan dalil untuk menjatuhkan kelompok lainnya.

Sehingga terjadi kesenjangan sosial antara laki-laki dan perempuan.

C. Hadits dan Misoginis

Hadits-hadits yang dimaksud ialah riwayat-riwayat yang disandarkan

kepada Nabi Muhammad Saw, yang isinya bernada merendahkan perempuan

lebih rendah martabatnya dibandingkan laki-laki sebagai lawan jenisnya.

Dalam hadits-hadits misoginis secara eksplisit laki-laki memperoleh

kedudukan yang kuat. Laki-laki diposisikan sebagai pemimpin, pembanding, dan

sekaligus sebagai pelindung. Sedangkan perempuan sebagai makhluk yang lemah

secara tabi’i (fitrah) yang harus dipimpin, dibimbing, dan dilindungi agar

perjalanan hidupnya terarah dan ampai pada tujuan. Sebagai konsekuensinya,

seorang perempuan selaku istri harus terkait secara ekonomis, psikologis, dan

bahkan secara teologis. Dengan kata lain, gambaran seorang perempuan yang baik

adalah yang mampu menyerahkan dirinya secara total dan mentaati suaminya

dengan penuh rasa pengabdian.23

Adapun hadits-hadits yang diklaim mengandung unsur-unsur misoginis.

Di antaranya ialah sebagai berikut:

1. Misoginis dalam Ibadah: Larang Berpuasa Tanpa ijin Suami

23

Khoirin, “Laporan Hasil Penelitian Telaah Terhadap Otentitas Hadits-Hadits

Misogini”, h. 16. 24

Muḥ ammad bin Ismā‟īl Abū Abdillāh al- Bukhārī, Jāmi’ Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī

(Damaskus: Dār Ṭ hauq al-Najah, 1442 H), Jilid IV, h. 30.

Page 51: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

37

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil Telah

mengabarkan kepada kami Abdullah Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar

dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam, beliau bersabda: "Janganlah seorang wanita berpuasa padahal

suaminya sedang ada, kecuali dengan seizinnya."

Secara harfiah hadits tersebut memberikan pengertian bahwa soeorang istri

yang melakukan puasa sunah, tatkala suaminya ada di rumah, diharuskan meminta

izin kepada suaminya. Berdasarkan pemahaman tekstual ini, matoritas ulama

terdahulu berpendapat bahwa ketika suami ada di rumah haram hukumnya

seorang istri berpuasa sunah. Manakala puasa sunah tetap dilakukan, maka alih-

alih mendapakan pahala yang terjadi malah ia telah melakukan dosa karena

mengerjakan perbuatan yang dilarang. Pendapat demikian hingga saat ini dianut

oleh umumnya masyarakat Muslim.

Peralihan nilai puasa yang semula berpehala menjadi berdosa karena

tatkala istri berpuasa sunah dipandang telah membiarkan suaminya tanpa

diberikan hak “pelayanan”. Dalam hubungan ini an-Nawawi mengatakan bahwa

seorang istri dalam situasi apa pun harus siap memberikan pelayanan kepada

suaminya. Karena apabila ia melakukan perbuatan yang nilainya hanya sunah,

maka suamilah yang harus didahulukan, karena memberikan pelayanan kepada

suami hukumnya wajib dan tidak dapat dikalahkan oleh perbuatan sunah.25

Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sofyan A.P dan

Zulkarnain Suleman, menyebutkan bahwa hadits tersebut tidak cukup dipahami

secara tekstual sebagaimana dipahami kebanyakan ulama. Sebab „illat hukum

(kausa legis) yang mendasari keharusan istri meminta izin kepada suami untuk

puasa sunah adalah wa zawjuhā syāhid (selama suaminya berada dirumah). Oleh

25

Hamim Ilyas dkk, Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis Misoginis (Yogyakarta:

eLSAQ Press, 2008), h. 158-159.

Page 52: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

38

karena itu, jika suami tidak berada dirumah, maka istri tidak perlu izin. Jika hal ini

dipandang sebagai „illah al-ḥ ukum (kausa legis), sedangkan hukum berubah

seiring dengan ada tidaknya (al-ḥ ukum yadūru ma’a ‘illatih wujūdan wa

‘adaman), maka ketentuan hukum tentang meminta izin dapat berubah. Secara

substansial hadits tersebut tidak sedang menegaskan kewajiban istri meminta izin

kepada suami. Akan tetapi, pesan moral hadits tersebut adalah kemampuan istri

dalam menyeimbangkan kewajibannya terhadap suami dan keinginan dirinya

beribadah kepaa Tuhannya.

Dengan demikian, saya dapat memahami bahwa hadits tentang dilarangnya

perempuan berpuasa tanpa izin suami, apabila dipahami secara tekstual maka

maknanya akan sangat memojokan perempuan. Sehingga perempuan tidak dapat

melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, peralihan nilai puasa yang semula

berpahala menjadi berdosa dikarnakan istri sedang berpuasa sunah tanpa ijin

suaminya. Yang dipandang telah membiarkan suaminya tanpa hak pelayanan apa

pun. Akan tetapi, jika melihatnya dari segi tekstual maupun kontekstual seorang

istri boleh melaksanakan ibadah puasa sunah tanpa izin suami. Apabila suami

sedang tidak dirumah, seperti berpergian.

2. Misoginis dalam Keluarga

a. Penciptaan Perempuan dari Tulang Rusuk Laki-Laki

“Telah bercerita kepada kami Abu Kuraib dan Musa bin Hizam

keduanya berkata, telah bercerita kepada kami Husain bin "Ali dari Za'idah

dari Maisarah Al Asyka'iy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah radliallahu

'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nasehatilah

para wanita karena wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan

26

Al-Bukhārī, Jāmi‟ Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī, Jilid III, h. 133.

Page 53: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

39

yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu

mencoba untuk meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu

biarkan maka dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita".

Hadits tersebut secara tekstual memiliki arti bahwa perempuan diciptakan

dari tulang rusuk, atau perempuan seperti tulang rusuk. Dalam hadits tersebut

tidak dijelaskan siapa perempuan yang dimaksud dan diciptakan dari tulang rusuk

siapa. Namun, teks hadits inilah yang berkembang dimasyarakat, bahkan mereka

memberikan penafsiran lebih lanjut bahwa perempuan yang dimaksud hadits

tersebut adalah perempuan pertama, yaitu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk

Adam.

Pemahaman bahwa Hawwa (perempuan) diciptakan dari tulang rusuk

Adam (laki-laki) yang diyakini berasal dari hadits Nabi. Kemudian menjadi

doktrin teologi yang dipercayai oleh kebanyakan masyarakat Islam.27

M. Quraish Shihab dalam karyanya Wawasan al-Quran mengatakan ada

sifat, karakter dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan pria. Mereka

tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan wanita, sebagaimana

tidak berhasilnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.

Dikemukakan pula oleh Fatima Mernissi dalam bukunya Women and

Islam: An Historical and Theological Enquiry, keduanya menolak pandangan

penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam. Dengan alasan bahwa, konsep

semacam ini datang dari Injil masuk lewat kepustakaan hadis yang penuh

kontroversi.

Dalam syarah Umdat al-Qari karya al-Aini dikatakan bahwa maksud hadis

tersebut adalah “carilah wasiat dari dirimu sendiri tentang hak-hak mereka (kaum

27

Ilyas dkk, Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis Misoginis, h. 42-43.

Page 54: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

40

wanita) dengan baik”. Ini mengandung makna anjuran untuk berbuat baik kepada

kaum wanita.28

Dengan demikian, saya dapat memahami bahwa hadits penciptaan wanita

dari tulang rusuk laki-laki tidak sesuai apabila dipahami sebagai informasi bahwa

perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Apabila dicermati lebih jauh hadits

tersebut sebenarnya berisi anjuran atau perintah kepada laki-laki untuk saling

menasihati satu sama lain, dan berbuat baik serta bijaksana terhadap istri-istri

mereka.

b. Intervensi Malaikat dalam Hubungan Seksual

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar Telah

menceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi dari Syu'bah dari Sulaiman dari

Abu Hazim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam, beliau bersabda: "Jika seorang suami mengajak isterinya ke

tempat tidur, lalu ia enggan untuk memenuhi ajakan suaminya, maka ia akan

dilaknat Malaikat hingga pagi."

Hadits di atas berkaitan dengan campur tangan malaikat dalam

hubungan seksual suami-istri, salah satunya diriwayatkan oleh Bukhārī dan

Muslim. Apabila dipahami secara harfiah hadis tersebut megatakan bahwa

melayani kebutuha seksual suami adalah sebuah keharusan yang tidak dapat

ditunda-tunda. Istri hanya boleh menolak ajakan suami jika ia dalam keadaan

haidh dan nifas.

Mengenai hadits tersebut, para ulama dan ilmuwan berbeda pendapat

dalam memahaminya. Ada kelompok yang menerima hadits tersebut apa

28

Hasani Ahmad Said, “Hadis-Hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis, Menggali

Akar Sosio-Kultural”, Al-Dzikra V. 6, no. 1 (Januari - Juni 2012): h. 8-9. 29

Al-Bukhārī, Jāmi’ Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī, Jilid VII, h. 30.

Page 55: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

41

adanya secara tekstual, sedangkan kelompok yang lain mencoba untuk

melihat dari konteksnya. Perbedaan pandangan antara kelompok pertama dan

kedua menurut Mas‟udi disebabkan oleh perbedaan konstruk tentang

seksualitas itu sendiri.

Kelompok pertama mengatakan bahwa melayani ajakan suami untuk

berhubungan seksual adalah sebuah keharusan kapan pun dan sesibuk apa

pun. Salah satu hak suami yang harus dipenuhi istri adalah melayani

kebutuhan seksualitas suami.

Berbeda dengan kelompok sebelumnya, kelompok kedua banyak

dipelopori oleh tokoh-tokoh gerakan perempuan yang menyatakan bahwa

hadits tersebut perlu dilihat kembali. Jika dilihat secara tekstual saja maka

ada kesan bahwa perempuan atau istri tidak mempunyai hak akan kepuasan

seksual. Dalam tasawuf seks, orgasme merupakan jalan menyatukan diri

seorang hamba dengan Tuhannya. Karena itu baik laki-laki maupun

perempuan sama-sama memiliki hak untuk dapat menikmati hubungan seks

yang mereka lakukan. 30

Masdar F Mas‟udi menyatakan meskipun hadits ini diriwayatkan Bukhari

dan Muslim, tapi tidak dapat diterima begitu saja karena Rasulullah saw tidak

mungkin mensabdakan ketidakadilan suami terhadap istri. Kritik yang sama

diungkapkan Siti Musdah Mulia bahwa pemahaman tekstual terhadap hadits

tersebut akan menimbulkan kesan yang kuat tentang ketinggian derajat lelaki atas

perempuan, bahkan menjadi alat legitimasi bagi lelaki untuk memaksa dan

mengeksploitasi perempuan dalam hubungan seksual. Menurutnya, jika penolakan

30

Ilyas dkk, Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis Misoginis, h. 216-219.

Page 56: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

42

dikarenakan kondisi istri sedang tidak sehat atau tidak bergairah atau karena

suami mengajak dengan kasar dan tidak manusiawi, maka seharusnya suamilah

yang mendapat laknat malaikat karena dia dianggap melakukan nusyuz terhadap

istri. Zaitunah Subhan juga berpendapat serupa, bahwa laknat malaikat tidak bisa

disimpulkan mutlak menimpa istri yang tidak memenuhi ajakan suaminya saja,

tetapi juga berlaku bagi suami, karena Islam mengakui keberadaan perempuan

sebagai individu independen yang juga mempunyai hak yang dapat dituntut.31

Dengan demikian, saya dapat memahami bahwa laknat malaikat terhadap

istri yang menolak ajakan suami tidak bisa difahami secara konteks saja. Dalam

urusan seksualitas bukan hanya kewajiban seorang istri akan tetapi keduanya,

dalam hal tersebut tidak hanya mementingkan kepuasan laki-laki tetapi kepuasan

bersama. Oleh karena itu, peran keduannya sangat penting dalam hal berhubungan

dan harmonis. Adapun perempuan yang menolak ajakan suami tidak bisa

dianggap telah dilaknat oleh malaikat, tetapi kembali kepada psikologi suami,

apabila ia memaafkan istrinya maka hal tersebut tidak berlaku padanya.

Begitupun sebaliknya apabila suami memaksa sedangkan istri dalam keadaan

kurang baik, maka pada hakikatnya suami telah melanggar prinsip mu’asyarah bil

ma’ruf. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Nisa‟/4:19.

D. Hadis Tentang Perempuan Kekurangan Akal dan Agama

31

Nawang Rofiq Kholis, “Kedudukan Perempuan dalam Rumah Tangga: Kajian Hadits

Misoginis” AL-IFKAR V 1, no. 01 (Maret 2013): h. 93.

Page 57: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

43

Berbicara seputar hadis misoginis tentang perempuan kekurangan akal dan

agama, terdapat dalam beberapa kitab induk hadits selain dari Ṣaḥ iḥ Bukhārī

hadits tersebut pun diriwayatkan oleh riwayat lain, diantaranya sebagai berikut:

1. Terdapat dalam Kitab Ṣaḥ iḥ Bukhārī

“Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam berkata,

telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah

mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari 'Iyadl bin 'Abdullah

dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat shalat, beliau

melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita! Hendaklah

kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah

yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya, "Apa sebabnya

wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan banyak

mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari tulang

laki-laki yang akalnya lebih cepat hilang dan lemah agamanya selain kalian."

Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan

lemahnya agama?" Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita

setengah dari persaksian laki-laki?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata

lagi: "Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia

sedang haid dia tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau

berkata: "Itulah kekurangan agamanya."Telah menceritakan kepada kami

Ibnu Abu Maryam telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far

berkata, telah menceritakan kepada saya Zaid dari 'Iyadh dari Abu Sa'id

radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Apabila (seorang wanita) sedang mengalami haidh, maka dia tidak shalat

dan tidak puasa. Yang demikian itu menunjukkan kurangnya agamanya".

Adapun hadits serupa, memiliki lafad yang sama dengan Ṣaḥ iḥ Bukhārī

diriwayatkan juga oleh Ibn Majah33

, Sunan Abī Daud34

, dan Sunan Ad-Dārimī35

.

32

Al- Bukhārī, Jāmi Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī, Jilid I, h. 68. 33

Yazid al-Quzwainī, Sunan Ibn Mājah, Jilid I, h. 1326 34

Abū Daud Sulaimān bin al-Asy‟as Abū Daud, Sunan Abī Daud (Beirut: Maktabah Al-

Asyriyah, tt.), Jilid IV, h. 214. 35

Abdullāh bin Abdurahmān al-Dārimī, Musnad al-Dārimī (Saudi Arabiyah: Dāru al-

Mughnī linasyr wa al-Tauzī”, 1412 M), Jilid I, h. 684.

Page 58: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

44

2. Terdapat dalam Kitab Ṣ aḥ iḥ Muslim

“Telah meriwayatkan Muhammad bin Rumh bin al-Muhajir al-

Mishri telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Ibnu al-Had dari

Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Wahai kaum wanita!

Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar. Karena, aku melihat

kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni Neraka." Seorang

wanita yang pintar di antara mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa

kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni Neraka?" Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kalian banyak mengutuk dan

mengingkari (pemberian nikmat dari) suami. Aku tidak melihat mereka yang

kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal, daripada

golongan kamu." Wanita itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah! Apakah

maksud kekurangan akal dan agama itu?" Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam menjawab: "Maksud kekurangan akal ialah persaksian dua orang

wanita sama dengan persaksian seorang lelaki. Inilah yang dikatakan

kekurangan akal. Begitu juga kaum wanita tidak mengerjakan shalat pada

malam-malam yang dilaluinya kemudian berbuka pada bulan Ramadlan

(karena haid). Maka inilah yang dikatakan kekurangan agama." Dan telah

menceritakan tentangnya kepada kami Abu ath-Thahir telah mengabarkan

kepada kami Ibnu Wahab dari Bakar bin Mudlar dari Ibnu al-Had dengan

sanad ini semisalnya." Dan telah menceritakan kepadaku al-Hasan bin Ali al-

Hulwani dan Abu Bakar bin Ishaq keduanya berkata, telah menceritakan

kepada kami Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami

Muhammad bin Ja'far dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Zaid bin

Aslam dari Iyadl bin Abdullah dari Abu Sa'id al-Khudri dari Nabi shallallahu

'alaihi wasallam. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah mengabarkan

kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibnu Hujr mereka

bertanya, telah menceritakan kepada kami Ismail -yaitu Ibnu Ja'far- dari

Amru bin Abu Amru dari al-Maqburi dari Abu Hurairah dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam, seperti hadits yang semisal dengan hadits Ibnu

Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam”.

36

Muslim bin al-Ḥajāj, Jāmi’ Ṣ aḥ iḥ Muslim (Beirut: Dār al-Iḥ yā al-Turās al-Arabī, tt.),

Jilid I, h. 86.

Page 59: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

45

Adapun hadits serupa, memiliki lafad yang sama dengan Ṣ aḥ iḥ Muslim

diriwayatkan oleh Sunan Abū Daud37

.

Berdasarkan pengumpulan hadits yang setema tersebut, dapat dilihat hadits

tersebut memiliki beberapa jalur sanad. Hal ini menunjukan bahwasanya hadits ini

banyak diriwayatkan dan memilki kwalitas yang tinggi, terbukti hadits tersebut

terdapat dalam kitab-kitab induk hadits yang memiliki kreadibilitas yang tinggi

diantaranya terdapat dalam Ṣaḥ iḥ al-Bukhārī dan Ṣaḥ iḥ Muslim. Selain itu,

varian hadits-hadits tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaannya hanya terdapat dalam redaksi yang sedikit berbeda saja, tidak

berbeda dalam hal makna.38

37

Daud Sulaiman, Sunan Abī Daud, Jilid IV, h. 214. 38

Ulfa Zakiyah, “Re-Interpretasi Hadis Perempuan Mayoritas Penghuni Neraka (Kajian

Hadis Misoginis)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2015), h. 71-72.

Page 60: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

46

BAB III

ANALISIS HADITS MISOGINIS PERSPEKTIF HERMENEUTIKA

HANS-GEORG GADAMER

A. Pengertian Hermeneutika

Kata hermeneutika secara etimologis, kata hermeneutik berasal dari kata

Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan. Maka kata benda hermeneueia

secara harfiah dapat diartikan sebagai “penafsiran” atau interpretasi. Istilah

hermeneutik merujuk pada mitos Hermes (Dewa Yunani) yang bertugas

menyampaikan berita dari Sang Maha Dewa kepada manusia.1 Menurut Hossein

Nasr sebagaimana yang dikutip oleh Komaruddin Hidayat, Hermes tak lain adalah

Nabi Idris a.s. yang disebut dalam Alquran. Sementara menurut cerita yang

beredar dikalangan pesantren, pekerjaan Nabi Idris adalah sebagai tukan tenun.

Jika propesi tukang tenun dikaitkan dengan mitos Yunani tentang Dewa Hermes,

di sana terdapat korelasi positif. Kata kerja “menenung” atau “memintal” yang

dalam bahasa latin adalah tegere, sedangkan produknya disebut textus atau text,

memang merupakan isu sentral dalam kajian hermeneutika yang dinisbahkan pada

Hermes. Jadi, kata hermeneutika adalah sebuah ilmu dan seni membangun makna

melalui interpretasi rasional dan imajinatif dari bahan baku berupa teks. Bagi Nabi

Idris atau Dewa Hermes, ketika persoalan pertama yang dihadapi adalah

bagaimana menyampaikan pesan-pesan Tuhan yang berbicara dengan bahasa

“langit” agar bisa dipahami manusia yang berbicara dengan bahasa “bumi”2.

1 Abdul Hadi W. M, Hermeneutika Sastra Barat dan Timur, (Jakarta: Sadra Press, 2014),

h. 26. 2Sulaiman Ibrahim, “Hermeneutika Teks: Sebuah Wacana Metode Tafsir Qur‟an” Studia

Islamika V 11, no.1 (Juni 2014): h. 27.

Page 61: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

47

Sedangkan menurut Carl Braaten mendefinisikan hermeneutika sebagai

“ilmu yang mencoba menggambarkan bagaimana sebuah kata atau satu kejadian

dalam waktu dan budaya lampau dapat dimengerti dan menjadi bermakna secara

eksistensial dalam situasi kita sekarang”.3

B. Hermeneutika Hans-Georg Gadamer

1. Biografi Hans-Georg Gadamer

Hans-Georg Gadamer merupakan salah satu tokoh yang sangat terkenal

diantara para tokoh filsafat hermeneutika. Gadamer lahir pada tanggal 11 Februari

1900 ia terlahir sebagai anak kedua di tengah keluarga pasangan Emma Caroline

Johanna Gewiese (1869-1904) dan Dr. Johannes Gadamer (1867-1928) dikota

Marburg, sebuah kota bagian selatan Jerman. Sejak berusia dua tahun, ia pindah

ke kota Breslau (sekarang dikenal dengan nama Wroclau, Polandia) karena

ayahnya diminta menjadi profesor luar biasa di Universitas Breslau.

Gadamer mempelajari filsafat kepada sejumlah filsuf diantaranya ialah

Paul Natorp, Nikolai Hartman, Martin Heidegger, dan Rudolf Blutmann. Pada

tahun 1922 Gadamer berhasil merebut gelar doktor dengan sebuah disertasi

berjudul “The Nature of Pleasure According to Platos Dialogues” di bawah

bimbingan filsuf Paul Natorp. Gadamer mengikuti kuliah Martin Heidegger pada

tahun 1923 di Universitas Freiburg. Pada tahun 1927 Heidegger mengusulkan

kepada Gadamer untuk membuat Habilitation. Dalam sistem akademis di Jerman,

orang yang memiliki gelar doktor filsafat harus membuat tulisan Habilitation

sebelum bisa diangkat sebagai dosen di Universitas. Dibawah bimbingan

3 Farid Esack, Membebaskan Yang Tertindas: Al-Qur’an, Liberalisme, Pluralisme.

Penerjemah Watung A. Budiman (Bandung: Mizan, 2000), h. 83.

Page 62: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

48

Heidegger akhirnya Gadamer berhasil membuat Habilitation tentang etika

dialektis Plato. Akhirnya Gadamer diangkat menjadi dosen di Universitas

Marburg.4 Gadamer meninggal di Jerman, 13 Maret 2002 pada umur 102 tahun.

2. Karya-Karya Hans-Georg Gadamer

Karya-karya Gadamer diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.

Keseluruhan karya itu telah dikumpulkan dalam edisi khusus sebanyak 10 jilid

Gesammelte Worke (The Complete Works).

Gadamer juga dikenal sebagai seorang penulis kontemporer dalam bidang

hermeneutika yang amat terkemuka, lewat karya monumentalnya Wahrheit and

Methode: Grundzuge einer Philosophischen Hermeneutik (Kebenaran dan

Metode: Sebuah Hermeneutika Filosofis menurut garis besarnya)5. Kemudian

diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan judul Truth anda Method6.

Penelitian tersebut menjadi adikarya Gadamer karena di dalamnya terangkum

pemikiran-pemikiran inti yang telah beliau rintis sejak masa perkuliahannya,

sekaligus mejadi titik acuan bagi perkembangan pemikirannya. Buku ini menjadi

berat karena kepadatan isinya, keluasan, dan kedalaman analisisnya. Hal ini

berangkat dari pertanyaan-pertanyaan perihal epistemologi

Geisteswissenschaften, lalu menyususri wilayah seni, sejarah, dan berakhir dia

analisis tentang bahasa.

4 Inyak Ridwaan Munzir, Hermenutika Filosofis Hans-Georg Gadamer (Yogyakarta: AR

RUZZ MEDIA, 2010), h. 40-44. 5 Sofyan A.P. Kau, “Hermeneutika Gadamer dan Relevansinya dengan Tafsir”, Farabi V

11, no 1. (Juni 2014): h, 5. 6 Truth and Method adalah karya Gadamer yang telah di terjemahkan kedalam bahasa

Inggris diterjemahkan oleh J. Weinsheirmer dan D.G. Marshall, Truth and Method, (New York:

Seabury Press, 1989). Dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Sahidah,

Kebenaran dan Metode (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010).

Page 63: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

49

Adapun karya-karya Hans-Georg Gadamer dalam bahasa Jerman,

diantaranya ialah :

Der Anfong der Philohie. Stuttgart: Reclam, (1996).

Das Erbe Europas: Beitrnge. Frankfurt:Suhrkamp, (1989).

Hermeneutische Entwiirfe. Tubigen: Mohr Siebeck. (2000).

Dan karya-karya Hans-Georg Gadamer yang telah diterjemahkan dalam

bahasa Inggris, diantaranya ialah:

The Beginning of Philosopy. Translated by Rod Coltman (New York:

Continuum, 1998).

Hegel’s Dialectic: Five Hermeneutical Studies. Translated by F.

Christopher Smith (New Haven: Yale University Press, 1976).

Lectures on Philosophical Hermeneutics (Pretoria: Universiteit van

Pretoria, 1981).

Truth and Method. Translated by J. Weinsheimer and D. G. Marshall

(New York: Seabury Press, 1989).7

3. Pemikiran Hermeneutika Secara Umum

Kehadiran hermeneutika tidak terlepas dari pertumbuhan dan kemajuan

pemikiran tentang bahasa dalam wacana filsafat dan keilmuan lainnya. Pada

awalnya hermeneutika banyak dipakai oleh mereka yang berhubungan erat dalam

kitab suci injil dalam menafsirkan kehendak Tuhan kepada manusia, model ini

dikenal dengan Ilmu Tafsir Kitab Suci. Namun, hermeneutika tidak mutlak hanya

7 Munzir, Hermenutika Filosofis Hans-Georg Gadamer, h. 58-59.

Page 64: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

50

milik kaum penafsir kitab suci saja, ia berkembang pesat dalam berbagai disiplin

ilmu yang luas.8

Josef Bleicher (2007) membagi hermeneutika kedalam tiga bagian yaitu

Teori Hermeneutika, Filsafat Hermeneutika, dan Hermeneutika Kritis. Tiga

bagian tersebut memiliki kajian berbeda.

Teori hermeneutika bertitik pada kajian untuk memahami apa yang

dimaksud dengan konsep hermeneutika, yang selanjutnya dikembangkan oleh

Dilthey. Ia berurusan dengan epistemologi dalam konteks “Critique of Historical

Reason” yang mengusahakan sebuah penelitian transendental atas kondisi-kondisi

mengenai kemungkinan pengetahuan historis dengan mengikuti contoh yang telah

disediakan oleh Kant dalam “Critique of Pure Reason”. Dilthey mempertajam

aspek metodologisnya menjadi interpretasi atas dokumen-dokumen yang secara

linguistik sempurna (Bleicher, 2007).

Filsafat hermeneutika terfokus pada kajian dalam menemukan metode

hermeneutika. Salah satu pandangan utama filsafat hermeneutik menegaskan

bahwa ilmuwan sosial atau interpretator dan obyek yang diinterpretasikan pada

prinsipnya telah dihubungkan oleh sebuah konteks tradisi. Hal ini

mengindikasikan, bahwa ia telah memiliki sebuah pra-pemahaman atas objek

tersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran yang

netral. Filsafat hermeneutika tidak bertujuan mencapai sebuah pengetahuan

objektif dengan menggunakan prosedur-prosedur metodis, melainkan pada

pengungkapan dan deskripsi fenomenologis mengenai Dasein manusia dalam

temporalitas dan historisitasnya (Bleicher, 2007).

8 Ibrahim, ““Hermeneutika Teks: Sebuah Wacana Metode Tafsir Qur‟an”, h. 26.

Page 65: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

51

Hermeneutika kritis mengkaji bagaimana menerapkan konsep

hermeneutika kedalam tindakan praktis. Apel dan Habermas melangkah pada

bidang hermeneutika kritis ini. Mereka mengkombinasikan pendekatan metodik

dan objektif dengan mengusahakan pengetahuan yang secara praktis relevan.

Yang dimaksud “Kritis” di sini secara umum adalah penaksiran atas hubungan-

hubungan yang telah ada dalam pandangan standar yang berasal dari pengetahuan

mengenai sesuatu yang lebih baik yang telah ada sebagai sebuah potensi atau

tendensi di masa kini; ia dituntun oleh prinsip rasio sebagai tuntutan komunikasi

tanpa tekanan dan pembatasan diri (Bleicher, 2007).9

Meskipun terdapat perbedaan kajian, ketiga bidang hermeneutika tersebut

tidak dapat berdiri sendiri, namun memiliki kesatuan historis. Hal ini dilihat dari

pemikir-pemikir hermeneutika yang kajian hermeneutiknya tidak dibatasi oleh

ruang pembagian tersebut. Misalnya, Hans-Goerg Gadamer oleh Josef Bleicher

ditempatkan pada bidang kajian filsafat hermeneutika. Meskipun demikian,

Gadamer juga mengkaji hermeneutika pada bidang kritis dan mengkaji

pemahaman epistimologis hermeneutika. Inilah yang dimaksud dengan kesatuan

historis.

Josef Bleicher menggolongkan Gadamer pada bidang filsafat

hermeneutika, alasannya karena Gadamer menghabiskan banyak waktu dalam

membicarakan pertanyaan, metode apa yang tepat untuk melakukan pemaknaan

9Sembodo Ardi Widodo, “Metode Hermeneutika dalam Pendidikan”, UNISIA V 31, no 70

(Desember 2008): h. 325-326.

Page 66: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

52

(penafsiran) terhadap teks, dan bagimana menerapkan pemaknaan. Hal ini dapat

dijumpai pada isi bukunya yang berjudul Truth and Method.10

4. Pemahaman Teks

Problematika mendasar dalam mengkaji hermeneutika adalah problem

penafsiran teks, baik teks historis maupun teks keagamaan. Oleh karena itu,

persoalan-persoalan yang akan dicoba untuk diselesaikan adalah berbagai

persoalan seputar teks dalam kaitannya dengan tradisi di satu sisi, dengan

pengarang di sisi lain. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana agar

problem tersebut tidak mengacaukan relasi antara penafsir dengan teks. Relasi

antara penafsir dengan teks ini adalah masalah serius dan merupakan pijakan awal

bagi para filosof hermeneutika.

Teks sebagai hasil komunikasi sebenarnya muncul dalam sekali waktu

ketika proses komunikasi terjadi. Namun demikian ketika teks mula-mula muncul

dalam bentuk ucapan diproduksi kembali ke dalam teks tertulis, keberadaan teks

menjadi lebih mapan dan tahan lama. teks dalam bentuk ucapan mudah

mengalami perubahan karena lebih mengandalkan hapalan dan proses

penyebarannya lebih mengandalkan pada peralihan suara, maka teks tertulis

memberikan jaminan keberlangsungan yang lebih mapan dari segi materinya.

Meskipun bentuk materinya sangat dimungkinkan mengalami perubahan juga.11

Memahami teks adalah proses dialogis antara interpertator dengan teks.

Interpretator melakukan komunikasi intensif terhadap teks sebagai objek

interpretatif. Interpretator menyampaikan pertanyaan-pertanyaan penting terhadap

10

Salahudin, “Anatomi Teori Filsafat Hermeneutika Hans-Georg Gadamer: Dialogis

Historikalitas Dalam Memahami Teks” (Tesis S2 Fakultas Sosiologi, Universitas Muhamadiyah

Malang, 2011), h. 8-9. 11

Ibrahim, ““Hermeneutika Teks: Sebuah Wacana Metode Tafsir Qur‟an”, h. 28-29.

Page 67: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

53

objek. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menurut Gadamer harus mampu

mengeksplorasikan hakikat yang ada dibalik teks. Inilah tugas utama interpretator

dalam hermeunitika teks.

“Tugas utama interpretator adalah menemukan pertanyaan yang padanya

sebuah teks menghadirkan jawaban, memahami sebuah teks adalah

memahami pertanyaan. Pada waktu yang sama, sebuah teks hanya menjadi

sebuah objek interpretasi dengan menghadirkan interpretator yang bertanya

(Josef Bleicher,2007:166)”.

Proses tanya jawab yang demikian memungkinkan terjadinya keterbukaan

antara interpretator dengan objek interpretatif. Pertanyaan yang disampaikan oleh

interpretator menjadi hal penting bagi teks untuk mengeluarkan jawaban atas teks

yang dituangkan.12

C. Cakrawala Teks Hadits

Cakrawala teks adalah tebaran pandangan (Gesichtskreis) yang

merangkum dan mencakup segala hal yang dapat dilihat dari suatu titik pandang

terhadap teks-teks. Dalam menganalisa hadits ini, maka cakrawala teks hadits

yang dimakasud adalah wawasan atau gambaran yang terkandung dalam teks

hadits itu sendiri dengan memaknai esensi yang terkandung di dalam hadits.

Hadits yang saya teliti disini mengenai kodrat perempuan yang kekurangan akal

dan juga agamanya. Oleh karena itu, perlu adanya pembuktian dan pemahaman

yang lebih jelas.

12

Salahudin, “Anatomi Teori Filsafat Hermeneutika Hans-Georg Gadamer: Dialogis

Historikalitas Dalam Memahami Teks”, h. 17-18.

Page 68: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

54

“Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam berkata,

telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah

mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari 'Iyadl bin 'Abdullah

dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat shalat, beliau

melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para wanita! Hendaklah

kalian bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah

yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya, "Apa sebabnya

wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian banyak melaknat dan banyak

mengingkari pemberian suami. Dan aku tidak pernah melihat dari tulang

laki-laki yang akalnya lebih cepat hilang dan lemah agamanya selain kalian."

Kami bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan

lemahnya agama?" Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita

setengah dari persaksian laki-laki?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata

lagi: "Itulah kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia

sedang haid dia tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau

berkata: "Itulah kekurangan agamanya."Telah menceritakan kepada kami

Ibnu Abu Maryam telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far

berkata, telah menceritakan kepada saya Zaid dari 'Iyadh dari Abu Sa'id

radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Apabila (seorang wanita) sedang mengalami haidh, maka dia tidak shalat

dan tidak puasa. Yang demikian itu menunjukkan kurangnya agamanya".

1. Deskripsi Hadist

Dalam memahami hadits perlu dilihat lafadz dan juga makna yang

terkandung di dalamnya. Kata yang saya teliti dalam hadits perempuan

kekurangan akal dan agama ialah lafad “Nisā’, Nuqṣ ān dan „Aql”.

Dalam bahasa Arab perempuan disebut dengan ungkapan “al-Mar’ah”

atau “Imra’ah” selain itu disebut pula “an-Nisā” atau “Niswah”. 14

Nisā‟ adalah bentuk jama‟ dari kata mar’ah yang berarti perempuan. Kata

nisā‟pada dasarnya berasal dari kata kerja nasa-yansu yang berarti meninggalkan,

yaitu meninggalkan masa kanak-kanak kemudian dewasa dan menjadi ibu. Oleh

13

Muḥ ammad bin Ismā‟il al- Bukhārī , Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī (Damaskus: Dāru Ṭ hauq al-

Najah, 1442 H), Jilid I, h. 68. 14

Marwati, “Pemberdayaan Perempuan (Kajian Tafsir al-Qur‟an surah an-Nisa ayat 1)” ,

Adabiyah V 15, no. 2 (2015): h, 103.

Page 69: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

55

karena itu, kata ini biasanya diterjemahkan dengan istri atau perempuan yang

sudah berkeluarga. Sebagaimana imra’ah, kata an- Nisā’ tidak pernah digunakan

untuk perempuan di bawah umur. Bahkan kedua kata ini lebih banyak digunakan

dalam kaitan tugas reproduksi.

Di samping kata nisā‟, al-Qur‟an juga menggunakan kata niswah yang

juga berarti perempuan. Keduanya menunjukkan jama‟, dalam al-Qur‟an kata

nisā’ disebut sebanyak 57 kali, tersebar dalam beberapa ayat dan surah,

sedangkan kata niswah disebut 2 kali, yaitu pada QS. Yūsuf /12: 30 dan 50.

Walaupun kedua kata nisā’ dan niswah itu berasal dari akar kata yang sama,

namun dalam pengertian dan penggunaannya dalam al-Qur‟an terdapat perbedaan.

Perbedaan itu diantaranya sebagai berikut: Pertama, dari segi pengertian kata nisā‟

digunakan untuk menyatakan wanita di dalam jumlah yang lebih kecil, sedangkan

kata niswah digunakan untuk menyatakan wanita di dalam jumlah yang lebih

besar. Ath-Thabārī, ketika menafsirkan kata niswah di dalam QS. Yūsuf/12: 30,

menerangkan bahwa niswah adalah jamā’ah min an-nisā’ (sekelompok besar

wanita). Kedua kata nisā‟ digunakan di dalam konteks pembicaraan tentang

perempuan secara umum, sedangkan kata niswah digunakan al-Qur‟an dalam

konteks pembicaraan tentang perempuan-perempuan pada masa Nabi Yusuf as.

Dalam al-Qur‟an kata nisā‟ pada umumnya diungkap dalam konteks pembicaraan

tentang perkawinan, hubungan suami-istri, perceraian atau talak, pewarisan, dan

soal aurat atau kesopanan. Karena itu hanya perempuan dewasa yang sudah

berkewajiban menutup aurta.15

15

Waryono Abdul Ghafur, Tafsir QS, An-Nisa’ [4]: 34-35 Menurut Beberapa Mufasir.

Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, h. 2-3.

Page 70: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

56

Sedangkan lafadz nuqṣ ān sendiri adalah bentuk maṣ dar dari kata naqasā

dalam kitab Lisān al-Arab disebutkan qadr al-syai’ al-dzāhib min al-manqūṣ

yang artinya kadar sesuatu yang hilang dari sesuatu yang dikurangi, sedangkan

bentuk masdar yang lainnya adalah Naqsān dan Naqīsātan,16

Adapun makna lain

dari lafad Nuqsān ialah sesuatu yang hilang setelah ia sempurna17

.

Kemudian kata Al-‘Aql merupakan maṣ hdar dari kata „aqala-ya’qilu-

‘aqlan-wama’qūlan yang diartikan dalam Kamus Bahasa Arab disebut dengan tali

pengikat, pikiran, ingatan, paham dan rasio18

. Menurut Ibn Manzūr dinamakan

„aql karena mencegah pemiliknya dari keadaan kosong, ‘aql juga sebagai

pembeda antara manusia dan semua jenis binatang. „aql secara bahasa pengikat

atau penghalang. Maka dari itu, kita dapati dalam al-Qur‟ān menggunakannya

sebagai “Sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam

kesalahan atau dosa”. Oleh sebab itu, dalam kitab Lisān al-Arab kata „aqil

disebutkan sebagai orang yang menjaga diri atau menjauhkan diri dari hawa nafsu

dan perbuatan tercela19

. Dapat diartikan bahwa orang yang berakal ialah orang

yang dapat menahan amarahnya, mengendalikan hawa nafsunya sehingga dapat

mengambil sikap dan tindakan yang bijaksana dalam setiap persoalan yang

dihadapinya. Orang-orang yang berfikir atau berakal sering juga disebut sebagai

Ulil AlBāb dan al-Qur‟an pun memberikan pujian pada mereka yang tidak hanya

terbatas pada kaum lelaki saja, tetapi kaum perempuan juga. Hal ini menunjukan

16

Ibn Manzūr, Lisān al-Arab, Jilid VIII (Qairo: Dār al-Ḥadīts, 2013), h. 675 17

Murtadhā al-Zabīdī, Tāj al-Arūs min Jawāhir al-Qāmūs, Jilid XVIII (tpn: Dār al-Hidāyah,

tt), h. 189 18

Achmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),

h. 957. 19

Manzūr, Lisān al-Arab, Jilid IV, h. 3046.

Page 71: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

57

bahwa kaum perempuan juga dapat berfikir, mengingat, memahami, mempelajari

dan kemudian mengamalkan seperti kaum laki-laki.

2. Historikalitas Hadits

Point pertama. Sejarah status dan tradisi perempuan di jazirah Arab

sebelum datangnya Islam sama halnya dengan status perempuan di luar jazirah

Arab. Status perempuan pada dasarnya tidak lebih baik dari peradaban dan

agama-agama yang sudah ada. Berbagai literatur sejarah menceritakan bahwa

nasib perempuan sebelum datangnya Islam tidak pernah mendapatkan warisan

dari manapun, termasuk dari keluarga dekatnya seperti ayah, suami, anak atau

saudara laki-lakinya.20

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya

masyarakat pada masa tersebut tidak memberikan perhatian khusus kepada

perempuan. Terlebih dalam hal waris perempuan dan anak-anak tidak memiliki

hak waris, hak waris mutlak diberikan kepada laki-laki yang memiliki kekuatan

untuk berperang. Selain perempuan tidak memiliki hak waris, perempuan juga

bisa dijadikan barang warisan. Perempuan masuk kelompok hak kekayaan

(property) yang dapat diwariskan, sama halnya dengan hak kepemilikan benda-

benda lain.21

Seperti pada umumnya masyarakat dikawasan Timur Tengah pada

saat itu menganut sistem patriarki. Otoritas bapak atau suami menempati posisi

yang dominan dan peranannya penting di dalam keluarga.22

Kontinuitas budaya bangsa Arab pra-Islam menurut Lapidus terjadi dalam

berbagai bidang, seperti struktur keluarga dan ideologi patriarki. Keluarga

20

Nasaruddin Umar, Fiqih Wanita Untuk Semua, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010),

h. 135. 21

Zakiyah, ”Re-Interpretasi Hdis Perempuan Mayoriytas Penghuni Neraka (Kajian Hadis

Misoginis)”, h. 33-34. 22

Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an, h. 128-129.

Page 72: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

58

masyarakat Arab pra-Islam dapat dibedakan atas lima bentuk, yaitu: kabilah,

subkabilah, suku, keluarga besar, dan keluarga kecil. Namun, apapun nama dan

bentuk kesatuan sosialnya, kedudukan laki-laki di dalam lima kelompok

masyarakat tersebut tetap sentral sifatnya. Segala kebijakan prinsip baik dalam

lingkungan keluarga terkecil sampai kepada lingkungan kelompok terbesar berada

ditangan laki-laki. Sebaliknya, kaum perempuan berada pada posisi yang

subordinatif. Yang bertindak sebagai pimpinan dalam kelompok-kelompok

tersebut adalah laki-laki.23

Point kedua. Setelah Islam datang derajat kaum perempuan menjadi lebih

baik, mereka dihormati, dimuliakan, dan diberikan kedudukan yang sejajar

dengan kaum laki-laki. Terbukti Pada zaman Nabi banyak sekali sahabat

perempuan yang pintar dan juga cerdas, perempuan pada masa Nabi memiliki

peran yang penting dalam periwayatan hadis. Bahkan sepanjang sejarah

periwayatan hadis, masa Nabi adalah masa dimana jumlah perempuan periwayat

hadis memiliki jumlah yang paling banyak. Diantaranya 'Aisyah dan Ummu

Salamah, beliau adalah isteri Nabi yang paling banyakmeriwayatkan hadis. Selain

para isteri Nabi, beberapa sahabat perempuan juga tercatat sebagai periwayat

hadis, seperti Zainab binti Abī Salamah, Asma' binti Abū bakar, Ummu 'Athiyah,

Fathimah binti Abī Thalib atau Ummu Hani', Fathimah binti Qays dan

sebagainya.24

Perempuan-perempuan lainnya di kubu Muslim disebut-sebut

sebagai perawat mereka yang terluka, memindahkan mereka yang gugur dan

23

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an (Jakarta:

Penerbit Paramadina, 2001), h. 124-125. 24

Atiyatul Ulya, Proposal Penelitian "Pembacaan Ulang Kualitas Matan Hadis Perempuan

Lemah Akalnya" Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Page 73: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

59

terluka dari medan perang.25

Tokoh Umarah pun menjadi sorotan, ia juga turut

bertempur dalam sebuah peranng dikubu Muslim bersama suami dan anak-

ankanya. Keberanian dan kemahirannya dalalm menggunakan senjata membuat

Nabi tahu bahwa ia lebih hebat dari kebanyakan laki-laki.26

Dengan demikian

laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan dan kewajiban yang sama yang

menjadi pembeda adalah ketaqwaannya, sebagaimana telah dijelaskan dalam

surah al-Hujurāt/49:13. Karna pada dasarnya prinsip universal Islam menyuarakan

nilai-nilai kesetaraan (Al-Musawah), pembebasan (Al-Hurriyah), anti kekerasan

(Al-Salam), toleransi (Al-Tasamuh), solidaritas kemanusiaan (Al-Ukhuwwah Al-

Basyariyah), cinta dan kasih sayang (Al-Mahabbah).27

Point ketiga. Taqwa sendiri dapat dipahami sebagai prilaku untuk selalu

menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, sebagai balasannya

Allah menjanjikan syurga bagi orang-orang yang bertaqwa. Begitupun sebaliknya

Allah telah menyiapkan neraka bagi orang-orang yang tidak bertaqwa kepada

Allah. Penghuninya terdiri dari para pelaku maksiat, kezaliman dan seumpama

dengan itu. Neraka digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan kesengsaraan

tanpa kesudahan dan pengurangan. Neraka disimpulkan sebagai tempat yang

penuh dengan keburukan tanpa ada sedikitpun di dalamnya kebaikan. Kata al-

Nar ialah sesuatu yang membakar, dan selalu memiliki kesan dengan menyala

(lahib) serta dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Kata al-Nar juga

25

Leila Ahmed, Wanita dan Gender dalam Islam (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000),

h. 62. 26

Leila Ahmed, Wanita dan Gender dalam Islam (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2000),

h.. 85. 27

Munawir Haris, “Kepemimpinan Perempuan dalam Islam”, Analisis: Jurnal Studi

Keislaman V 5, no. 1 (Juni 2015): h, 83.

Page 74: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

60

memiliki sifat panas28

, seperti dapat dilansir dari surah al-Baqarah/2:24.

“peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang

disediakan bagi orangorang kafir”.

Point keempat. Hadits tentang kodrat perempuan kekurangan akal dan

agama, disebebkan karna prilaku tidak taqwa sehingga menyebabkannya menjadi

penghuni neraka. Diantaranya tidak melaksanakan perintah agama seperti

sedekah, puasa, shalat, dan memperbanyak istighfar. Serta melakukan

pelanggaran yang dilarang seperti melaknat suami, dan tidak mensyukuri

pemeberian suami. Kedua prilaku tersebut dilakukan karena kurang pengetahuan

agama dan kurang dalam penggunaan akal, sebab tidak shalat dan puasa diwaktu

haidh merupakan perintah dari agama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh An-

Nawawi dalam al-Majmū’, berkata juga Abu Ja‟far dalam kitabnya Ikhtilāfu al-

Fuqahā berkata: “ para ulama sepakat bahwasanya perempuan yang sedang

berhalangan wajib untuk meninggalkan shalat yang fardhu maupun yang sunah,

menjauhi semua puasa wajib maupun puasa sunah, serta mengabaikan semua

thawaf yang wajib maupun yang sunah. Kalaupun ia mengerjakan shalat, puasa

atau thawaf, maka hal itu tetap tidak bisa menggantikan yang diwajibkan atasnya

(pada saat tidak haidh). Begitupun dalam al-Muhallā ddikatakan: “ larangan

mengerjakan shalat, puasa, thawaf, dan bersetubuh dalam masa haidh adalah ijma‟

yang diyakini dan pasti. Tidak ada perselisihana diantara umat Islam pada

28

Deddy Ilyas, “Antara Surga dan Neraka: Menanti Kehidupan nan Kekal Bermula”, Jia

V 14, no. 2 (Desember 2013): h, 171.

Page 75: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

61

masalah ini”.29

oleh karena itu, seseorang yang meninggalkan shalat dan puasa

diwatu haidh bukan termaasuk dosa besar. orang yang bertaqwa. Begitupula

kedudukan dua orang perempuan sebagai saksi yang sama dengan satu orang laki-

laki. Hal tersebut menunjukan perbuatan yang bertaqwa karena telah mengerjakan

pekerjaan yang dilarang, sedangkan balasan orang-orang yang bertakwa ialah

mendaptkan surga yang telah dijanjikan dan disediakan oleh Allah. Dengan

demikian kasus persaksian dua orang perempuan dan tidak mengerjakan shalat

serta puasa diwaktu haidh menggambarkan bahwa perempuan yang diajak bicara

oleh Nabi saat itu kurang pengetahuan akan agama dan kurang akal penggunaan

akal. Karena menurut Zaitunah Subhah pada masa itu perempuan masih sedikit

sekali yang berkemampuan, berkreasi, dan ini dapat dimaklumi karena wanita

baru mendapat kebebasan untuk hidup (dihargai sebagai manusia), yaitu sejak

Nabi Muhammad menjadi Rasul utusan Allah.

Point kelima, Mengenai sebab turunnya hadits perempuan kekurangan

akal dan agama tidak ada asbab al-wurud yang jelas, Nabi menyampaikan hadits

tersebut ketika hari Raya Id. Namun, ada keraguan dari perawi apakah dihari Raya

Id al-Fitri atau Id al-Adha.30

Dalam kitab Fatḥ ul Bārī dijelaskan bahwa Nabi

hendak melaksanakan shalat di hari Raya, ketika Nabi melewati kerumunan

perempuan. Pada waktu itu Nabi berjanji untuk memberikan khutbah khusus bagi

perempuan, dan pada saat itu Nabi menepati janjinya untuk memberikan nasihat

serta kabar gembira bagi kaum perempuan. Hadits tersebut diawali dengan

29

Syaikh Husain bin „Audah al-„Awaisyah, Ensiklopedi Fiqih Praktis Menurut al-Qur’an

dan as-Sunnah. Penerjemah Abu Ihsan al-Atsari dkk (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2009), h.

226-227. 30

Burhanuddīn bin Hamzah al-Damaski, Al-Bayān wa al-Ta’rīf fī Asbab al-Wurūd Al-

Hadits Al-Syarīf (Beirut: Dar al-Kitāb al-A‟rābi, tth), Jilid I, h. 306.

Page 76: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

62

pernyataan Nabi yang memerintahkan untuk bersedekah kepada para perempuan

yang sedang berkumpul pada hari Raya Id31

. Adapun keadaan pada saat itu sudah

sangat mendesak, dan ketika Nabi khutbah dihari Raya Id beliau memerintahkan

kepada para perempuan untuk bersedekah. Karena pada saat itu sedekah

merupakan kebaikan yang paling utama. Kemudian perintah untuk bersedekah

tersebut dilanjutkan dengan cerita surga dan neraka yang Nabi lihat ketika

peristiwa isra’ dan mi’raj32

. Perkataan Nabi tersebut seolah menjadi bentuk

pernyataan agar kaum perempuan pada saat itu lebih memperhatikan sekaligus

menggugah kaum perempuan untuk bersedekah.33

Abū Syuqqah memberikan penjelasan yang cukup menarik mengenai

bagaimana memahami hadits perempuan kekurangan akal dan agama.

Menurutnya, hadits tersebut memiliki konteks khusus yang tidak bisa

digeneralisasikan begitu saja. Abū Syuqqah juga menegaskan bahwa hadits itu di

nyatakan Nabi pada hari Raya Idul Fitri, yakni ketika Nabi bersama para sahabat

sedang bercakap-cakap di dalam masjid setelah menunaikan shalat Ied. Dalam

suasana Ied seperti itu, tidak mungkin Nabi secara sengaja mengungkapkan kata-

kata yang menyakiti umatnya, termaksud dalam hal ini adalah menyakiti kaum

perempuan. Apalagi dalam prilaku keseharian Nabi dikenal sangat santun dalam

memperlakukan istri dan anak-anak perempuannya.

Abū Syuqqah juga memandang, bahwa dari segi audiens atau orang-orang

yang mendengarkan perkataan Nabi, hadits tersebut ditunjukan kepada para

31

Ibnu Ḥajar al-Asqalānī, Fatḥ ul Bārī (Jakarta: Pustaka Azam, 2009), Jilid IV, h. 53. 32

al-Asqalānī, Fatḥ ul Bārī, Jilid III, h. 508. 33

Ulfah Zakiyah, ”Re-Interpretasi Hdis Perempuan Mayoriytas Penghuni Neraka (Kajian

Hadis Misoginis)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 73-74.

Page 77: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

63

perempuan Anshar yang pada umumnya dikenal berani dan pandai berbicara. Abū

Syuqqah menceritakan bahwa sifat yang demikian sempat mengusik hati Umar

bin Khattab. Umar mengkhawatirkan bahwa para perempuan Muhajirin ikut

meniru perangai mereka. Dengan melihat karakter audiens yang demikian, Nabi

mengucapkan hadits tersebut untuk menjadi peringatan bagi perempuan yang

pandai berbicara, khususnya perempuan Anshar. Itulah alasan yang membuat

Nabi mengatakan hal demikian kepada kaum perempuan.

D. Cakrawala Pembaca

1. Kesadaran Akan Sejarah Diri

Saya Lia Andriyani lahir di Desa Gelam Jaya dan kuliah di Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, berbicara tentang perempuan dalam

kajian agama bukanlah kajian yang baru. Jika melihat realitas zaman sekarang,

banyak kaum perempuan yang memiliki kecerdasan melebihi kaum laki-laki.

Dimana konteks perempuan sekaranng mengalami pergeseran, perempuan saat ini

lebih aktif dan dapat bebas bersaing dengan laki-laki dalam bidang pekerjaan.

Sehingga dapat membedakan mana prilaku yang baik yang dapat berguna bagi

dirinya sendiri dan orang lain serta prilaku yang buruk yang dapat merugikan

dirinya sendiri dan orang lain, bahkan perempuan saat ini berlomba-lomba untuk

mendapatkan pendidikan yang layak dan baik untuk dapat meraih apa yang ia

cita-citakan. Hal tersebut menunjukan bahwa perempuan saat ini lebih diakui

keberadaannya dan kebebasan dalam memilih.

Hal tersebut terbukti dengan adanya Undang-Undang Repubik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2004 untuk mengatur dan melindungi kaum perempun, dan

Page 78: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

64

adanya gerakan-gerakan feminisme serta konferensi-konferensi PBB yang

meratifasi anti diskrimani dan penyamaan hak dan kesempatan dalam berbagai

bidang. Terbukti Pada tahun 1975 diadakan deklarasi konferensi PBB dengan

tema Women In Development (WID), yaitu memprioritaskan pembangunan bagi

perempuan yang dikembangkan dengan mengintegrasi perempuan dalam

pembangunan. Kemudian pada tahun 1980 tema WID diubah menjadi Women and

Development (WAD), karena di dalam studi menunjukan bahwa kualitas

kesetaraan lebih penting daripada kuantitas. Pada tahun 1981 diberlakukan

Konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

International Convention on Elimination of All Forms of Discrimation Againts

Women (ICEDAW) sebuah kesepakatan hak asasi internasional yang secara

khusus mengatur hak-hak perempuan . Kemudian pada tahun 1992 dan 1993

dipergunakan pendekatan gender yang dikenal dengan Gender and Development

(GAD) yang menekankan prinsip hubungan kemitraan dan keharmonisan antara

perempuan dan laki-laki, dan pada tahun 2000 konferensi PBB menghasilkan The

Millenium Development Goals (MDGs) yang memproklamasikan kesetaraan

gender dan pemberdayaan perempuan sebagai cara efektif untuk memerangi

kemiskinan, kelaparan, dan penyakit serta menstimulasi pembangunan yang

sungguh-sungguh dan berkelanjutan.

Adanya paham-paham misoginis atau unsur-unsur kebencian banyak

ditemukan dalam literatur keagamaan, sehingga paham misoginis tersebut

digunakan untuk doktrin-doktrin sebuah aliran pemikiran yang secara zahir

memojokkan dan merendahkan derajat perempuan Adanya teks-teks tersebut

Page 79: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

65

merupakan respon atas masyarakat pada saat Nabi yang berbudaya patriarkhi dan

menindas perempuan.

Mengenai faktor biologis dan fisiologis perempuan dan laki-laki memiliki

perbedaan. Secara fisiologis, kaum perempuan memang diciptakan Allah dengan

struktur anatomi tubuh khusus yang berbeda dengan laki-laki. Pada perempuan

harus terjadi proses pendarahan sebagai lahan untuk terjadinya pembuahan dalam

rangka keberlangsungan hidup generasi manusia. Dengan demikian menstruasi

atau haidh merupakan sesuatu di luar kehendak kaum perempuan yang sudah

menjadi suratan takdir yang telah diberikan oleh Allah kepada kaum perempuan.

Hasil riset pakar biologi dan anatomi membuktikan bahwa pada masa

haidh, wanita mengalami beberapa perubahan sebagai berikut:

1. Daya tahan suhu tubuh semakin menurun sehingga suhu dan temperature

tubuhnya rendah.

2. Denyut jantung semakin pelan, tekanan darah menurun, dan sel-sel darah

merahnya berkurang.

3. Alat cerna terganggu, pita suara mengalami perubahan, dan kekuatan tarikan

nafas melemah.

4. Indera perasa melemah, anggota tubuh terasa tak bergairah.

5. Ingatan berkurang, sementara pemusatan pikiran bertambah.

Semua perubahan ini membuat perempuan yang awalnya sehat pun

seolah-olah sedang sakit dan berpengaruh bagi kejiwaan perempuan. Dengan

adanya dispensasi untuk tidak shalat dan tidak puasa, hal tersebut membuat

perempuan merasakan kenyamanan, dan inilah letak keadilannya. Sehingga wajar

Page 80: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

66

saja jika Allah memutuskan hukum terebut sebagai keringanan yang harus

disyukuri.

Selain merasakan efek samping yang kurang nyaman, ternyata pasca haidh

memiliki dampak yang baik bagi kesehatan tubuh. Petama, membersihkan

tubuh. Siklus menstruasi yang berjalan normal setiap bulan sangat berguna untuk

membersihkan tubuh dari berbagai macam organisme seperti bakteri. Kedua,

mempengaruhi penampilan. Pengaruh hormonal pada waktu menstruasi akan

memberikan dampak positif setelah menstruasi. Ketiga, membuat kondisi tubuh

lebih sehat. Proses menstruasi akan membantu menyeimbangkan kadar zat besi di

dalam tubuh sehingga akan membuat kondisi tubuh tetap bugar dan berstamina.

Keempat, menjaga berat badan ideal. Manfaat menstruasi yang selanjutnya yaitu

untuk menjaga berat badan supaya tetap ideal. Kelima, menstabilkan kondisi

tubuh. Menstruasi merupakan salah satu tanda bahwa hormone-hormon di dalam

tubuh tetap seimbang sehingga hal ini menjadi indikator kesehatan.

Sedangkan perbedaan biologis yang terjadi antara laki-laki dan perempuan

sebagai berikut:

1. Emosi, Salah satu hal paling jelas mengenai perbedaan antara pria dan wanita

adalah emosi. Wanita mempunyai sistem limbik (struktur neural di otak terkait

emosi) yang lebih besar daripada pria, hal ini memperbolehkan mereka untuk

lebih "mendalami" perasaan mereka dan lebih baik mengekspresikan diri

mereka.

2. Rasa Sakit, Wanita dan pria mempersepsikan rasa sakit dalam arti yang

berbeda. Studi menunjukkan bahwa wanita lebih membutuhkan morfin lebih

banyak daripada pria untuk mengurangi rasa sakit dalam tingkat yang sama.

Page 81: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

67

3. Kinerja Otak, Seperti yang kita ketahui bahwa otak manusia dapat dibagi

menjadi dua bagian, yakni otak kiri dan otak kanan. Dimana otak kiri terkait

dengan fungsi logika dan perhitungan sedangkan otak kanan terkait dengan

fungsi kreativitas dan emosi. Hasil penelitian disebutkan bahwa pria lebih kuat

terkait dengan penggunaan otak kiri sedangkan wanita lebih mengarah ke otak

kanan hal inilah kenapa pria lebih berorientasi tugas dalam memecahkan

masalah, sedangkan wanita lebih memecahkannya secara kreatif.

2. Pra-Pemahaman (Praduga Pemahaman)

Praduga penulis ketika membaca dan meneliti hadits Nabi yang

menyebutkan kodrat perempuan kekurangan akal dan agama, merupakan salah

satu hadits yang mengandung unsur-unsur misoginis. Karena hadits tersebut

mengandung faktor kebencian terhadap perempuan bahkan merendahkan derajat

dan kedudukan perempuuan, perempuan sering dianggap sebagai suatu musibah

atau kesialan yang sangat besar. Pada zaman dahulu banyak bayi perempuan yang

dikubur hidup-hidup, perempuan dianggap sebagai makhluk yang paling hina dan

banyak memiliki kekurangan. Dianataranya kekurangan akal dan kekurangan

agama, kekurangan akal pada perempuan berupa persaksian. Sehingga perempuan

tidak bisa dijadikan saksi yang valid dalam memecahkan suatu permasalahan.

Oleh karena itu, dalam hal persaksin kesaksian dua orang perempuan setara

dengan kesaksian seorang laki-laki. Secara tidak langsung laki-laki memiliki

kemampuan diatas perempuan, sehingga kemampuan perempuan dianggap jauh

lebih tertinggal dibandingkan dengan laki-laki. Begitupun dalam hal keagamaan,

perempuan dianggap memiliki kekurangan dalam beribadah karena perempuan

memiliki fase menstrulasi yang dianggap sebagai musibah yang ada dalam diri

Page 82: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

68

perempuan. Diamana pada masa menstrulasi perempuan dilarang untuk

melaksanakan ibadah „Amaliyah seperti shalat dan juga puasa, sehingga apabila

dibadingkan ibadah perempuan jauh lebih berkurang dibandingkan dengan ibadah

yang dilakukan laki-laki. Dengan demikian hal tersebut dipahami sebagai bentuk

kerugian yang dimiliki oleh kaum perempuan.

E. Peleburan Cakrawala

Adapun peleburan cakrawala yang dihasilkan dari peleburan cakrawala

teks dengan cakrawala pembaca, menghasilkan beberapa pemahaman yang dapat

dipahami oleh pembaca.

Peleburan pertama, perempuan pada masa jahiliyah tidak dihormati,

dibunuh hidup-hidup dan tidak diberikan warisan. kemudian pada saat Rasul

perempuan diangkat derajatnya, dilindungi dan dimuliakan. Sedangkan realitas

kehidupan perempuan saat ini lebih diakui keberadaannya, dihormati, dilindungi

bahkan dimuliakan. Dimana perempuan memiliki derajat yang sama dengan

derajat laki-laki, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan. Sebab

kepatuhan terhadap perintah Allah merupakan iman yang tertinggi, sedangkan

Islam sendiri artinya ialah ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan pada Allah.

Oleh karena itu, orang yang tinggi tingkat kepatuhannya menandakan kualitas

iman yang baik.

Peleburan kedua. Penyebab perempuan masuk neraka karena prilaku

kurang baik (tidak bertaqwa) yang terimplementasi dari prilaku-prilaku yang

buruk, karena dapat merugikan dirinya maupun orang lain. Diantara prilaku

perempuan yang paling banyak menjadi penghuni neraka dalam hadits Nabi

Page 83: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

69

tersebut, karena prilaku yang sering melaknat orang lain serta mengingkari

pemberian suami (tidak bersyukur). Inilah yang menjadi alasan Nabi

mengucapkan hadits tersebut, sebab pada saat itu perempuan anshar dikenal

sebagai perempuan yang pemberani dan pandai berbicara, dan sempat mengusik

hati Umar bin Khattab. Sedangkan perempuan pada saat ini sering terbawa emosi,

alih-alih menahannya perempuan lebih suka mengeluarkannya dengan bentuk

umpatan atau makian. Dengan demikian. prilaku perempuan pada masa lalu dan

sekarang memiliki kesamaan. sehingga prilaku inilah yang menyebabkan

perempuan menjadi penghuni neraka.

Peleburan ketiga. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits tersebut,

bahwa tidak shalat dan puasa merupakan bentuk kekurangan yang ada dalam diri

perempuan. Namun tidak shalat dan tidak puasa diwaktu haid tidak

mengakibatkan perempuan menjadi penghuni neraka, Justru sebaliknya, tidak

melaksanakan shalat dan puasa diwaktu haidh menyebabkan perempuan masuk ke

dalam syurga. Jika dipahami tidak logis perempuan masuk neraka berdasarkan

prilaku yang suka meninggalkan shalat dan puasa diwaktu datangnya haidh.

Karena hal tersebut merupakan larangan yang telah diperintahkan oleh Allah, dan

menjadi bukti kemuliaan kodrat perempuan serta kelebihan yang dimiliki

perempuan. Sedangkan makna kekurangan akal dan agama pada perempuan

tersebut akibat dari prilaku yang tidak bertaqwa, karena disebabkan kurang

pengetahuan agama dan kurang penggunaan akal.

Page 84: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

70

F. Tinjauan Kritis Pemahaman Hadits Perempuan Kekurangan Akal dan

Agama

Sebelum membaca dan meneliti hadits tentang perempuan kekurangan

akal dan agama, penulis membaca dan merangkum buku “Perempuan Tertisdas?

Kajian Atas Hadits-Hadits Misoginis” yang ditulis oleh Hamim Ilyas dkk. Salah

satunya penelitian hadits tentang kodrat perempuan kekurangan akal dan agama

yang diteliti oleh Hamim Ilyas. Adapun metode analisis yang ia pakai dalam

mengkaji hadits Nabi tersebut ialah dengan metode takhrij hadits, yaitu dengan

meneliti hadits dari segi sanad maupun matan. Setelah diteliti hadits perempuan

kekurangan akal dan agama diriwayatkan dalam enam kitab hadits seperti al-

Bukhārī, Muslim, Aḥ mad bin Hambal, Ibn Mājah, Abū Dāwud, dan At-Tirmīzi.

Dari hasil penelitiannya melalui jalur sanad hadits, bisa diketahui hadits yang

menyebutkan kekurangan akal dan agama pada perempuan nilainya saḥ iḥ .

Kesaḥ iḥ an hadits itu menurut hirarki hadits-hadits saḥ iḥ yang dikemukakan an-

Nawawi berada pada tingkatan yang pertama, karena diriwayatkan oleh Bukhāri

dan Muslim, yang kitab himpunan hadits keduanya diakui sebagai kitab hadits

yang paling saḥ iḥ dan otoritatif dibandingkan dengan himpunan-himpunan kitab

hadits lain. Kemudian ia dapati jumlah periwayat dari kalangan sahabat Nabi

terdiri dari tiga orang, dan dari kalangan generasi berikutnya meningkat yaitu

lebih dari tiga. Hadits tersebut termasuk hadits yang mustafid yang derajat

kesaḥ iḥ an nya hanya berbeda satu tingkat dibawah hadits mutawatir. Oleh

karena itu, apa yang diungkapkan oleh hadits, tidak bisa harus diterima sebagai

fakta sejarah yang benar-benar terjadi dimasa Nabi.

Page 85: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

71

Sedangkan bagian awal matan, Hamim Ilyas menjelaskan situasi makro

dari hadis tersebut bahwa Nabi menyatakan sabdanya itu dijalan ketika beliau

menuju lapangan untuk melakukan salat Idul Adha. Kedua shalat sunat ini

disyariatkan setelah hijrah, hal tersebut menujukan kalau nabi melakukan dialog

itu di salah satu jalan di Madinah. Jalan-jalan di Madinah ketika itu, seperti jalan-

jalan dipemukiman yang lain, dulu dan sekarang. Bahkan biasa digunakan baik

oleh laki-laki maupun perempuan untuk duduk-duduk di depan rumah sambil

mengobrol kesana kemari, kebiasaan ini diantaranya melatarbelakangi turunnya

surat an-Nur/24:30-31 yang berisikan perintah kepada kaum Mu‟minin untuk

menundukkan pandangan mata. Kebiasaan itu nampaknya kuat berakar

dikalangan penduduk Madinah, Nabi pernah bermaksud untuk melarang

kebiasaan itu. Namun banyak orang yang berkeberatan, sehingga beliau

membolehkan para sahabat untuk tetap melakukannya dengan syarat mereka harus

mau memenuhi hak-hak jalan. Hak-hak itu disebutkan Nabi diantaranya adalah:

menundukkan pandangan mata, menahan diri dari menyakiti pihak lain,

menjawab salam, menganjurkan yang ma‟ruf dan melarang yang munkar.

Riwayat tersebut dapat kita lihat di dalam riwayat Imam al-Bukhari, Muslim, dan

Abu Dawud dari Abu Sa‟id al-Khudri).

Berkaitan dengan ini ada kekosongan informasi tentang perempuan-

perempuan yang dijumpai Nabi di jalan itu, apakah mereka itu sedang duduk-

duduk didepan rumah, sedang lewat atau sedang melakukan kegiatan yang lain.

Mengingat kuatnya kebiasaan itu, nampaknya mereka itu sedang duduk.

Pertanyaannya kemudian adalah apa saja yang mereka bicarakan dalam keisengan

itu.

Page 86: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

72

Tidak ada informasi yang jelas mengenai hal tersebut, namun dalam hadis itu

sendiri ada petunjuk yang bisa digunakan untuk dijadikan petunjuk informasi

bahwa mereka yang melakukan kebiasaan tersebut sering terbawa oleh situasi.

Sehingga mereka tidak bisa memenuhi hak-hak jalan yang disebutkan dalam hadis

dari Abu Sa‟id al-Khudri tersebut. Bukannya mereka menahan pandangan mata

tetapi malah mengumbarnya, bahkan juga mengumbar mulut mereka untuk

menggunjing dan menyoraki orang-orang yang lewat. Mereka yang dijumpai Nabi

dijalan itu nampaknya juga tidak bisa memenuhi harapan toleransi Nabi dengan

melaksanakan etika duduk-duduk dijalan yang beliau ajarkan. Jelaslah bahwa

kekurangan akal dan agama tersebut bukan merupakan kodrat perempuan, tapi

merupakan nasihat atau kritik terhadap perempuan-perempuan di zaman Nabi

yang memiliki perilaku tertentu. Bila penerapan pandangan itu diperluas, maka

orang-orang yang bisa dinilai seperti itu bukan hanya perempuan saja. Tapi juga

orang-orang lain yang memiliki perilaku yang sama dengan perilaku mereka, baik

perempuan maupun laki-laki.

Sedangkan analisis yang dilakukan Abū Syuqqah atas teks hadits tersebut

belum tuntas, ia meneliti hadits tersebut hanya sebatas pada historikalitas teks

dengan melihat sebab yang melatabelakangi turunnya hadits tersebut dan melihat

realitas kehidupan perempuan pada masa itu. Namun Abū Syuqqah memberikan

penjelasan yang cukup menarik mengenai bagaimana memahami hadits

perempuan kekurangan akal dan agama. Menurutnya, hadits tersebut memiliki

konteks khusus yang tidak bisa digeneralisasikan begitu saja. Abū Syuqqah juga

menegaskan bahwa hadits itu di nyatakan Nabi pada hari Raya Idul Fitri, yakni

ketika Nabi bersama para sahabat sedang bercakap-cakap di dalam masjid setelah

Page 87: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

73

menunaikan shalat Ied. Dalam suasana Ied seperti itu, tidak mungkin Nabi secara

sengaja mengungkapkan kata-kata yang menyakiti umatnya, termaksud dalam hal

ini adalah menyakiti kaum perempuan. Apalagi dalam prilaku keseharian Nabi

dikenal sangat santun dalam memperlakukan istri dan anak-anak perempuannya.

Abū Syuqqah juga memandang, bahwa dari segi audiens atau orang-orang

yang mendengarkan perkataan Nabi, hadits tersebut ditunjukan kepada para

perempuan Anshar yang pada umumnya dikenal berani dan pandai berbicara. Abū

Syuqqah menceritakan bahwa sifat yang demikian sempat mengusik hati Umar

bin Khattab. Umar mengkhawatirkan bahwa para perempuan Muhajirin ikut

meniru perangai mereka. Dengan melihat karakter audiens yang demikian, Nabi

mengucapkan hadits tersebut untuk menjadi peringatan bagi perempuan yang

pandai berbicara, khususnya perempuan Anshar. Itulah alasan yang membuat

Nabi mengatakan hal demikian kepada kaum perempuan.

Adapun pandangan para ulama tradisional dalam memahami Hadis tentang

kekurangan akal dan agama perempuan cenderung tekstual, hal itu bisa dilihat

dari hasil penafsiran-penafsiran mereka yang menonjolkan supremasi laki-laki

atas perempuan. Adapun pendapat para ulama tradisional ketika memahami

maksud yang terkandung dalam hadits tersebut ialah: Pertama, banyak perempuan

yang menjadi penghuni neraka karena mereka tidak mensyukuri dan berterima

kasih terhadap nafkah yang telah diberikan oleh suami, mereka juga sering

mengumpat dan mencaci maki suami mereka. Ini adalah akibat sifat emosional

perempuan yang lebih mendominasi dari pada akalnya. Kedua, beberapa

kekurangan yang dimiliki perempuan tersebut yang mendorong Rasulullah untuk

menasihati kaum wanita agar banyak beristighfar dan bersedekah sehingga dapat

Page 88: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

74

menjadi penyeimbang. Ketiga, maksud kekurangan agama menurut ulama

tradisional adalah ketika perempuan itu haid dan dia harus meninggalkan shalat

dan puasa, maka ini akan mengurangi aktifitas ibadah kaum perempuan. Begitulah

tafsiran yang menjadi pemahaman umum tersebut, sehingga tafsiran tersebut

menjadi kebenaran mutlak dimasyarakat. Sehingga hadits tersebut banyak

dijadikan argumen oleh para ulama tradisional dalam menafsirkan ayat-ayat al-

Qur‟an, di antaranya dapat dijumpai dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓ īm karya Ibn

Katsīr, Fatḥ al-Bārī karya Ibn Ḥajar al-„Asqalānī, Bidāyatul Mujtahid karya Ibn

Rusyd, Tafsīr Aḥ kam al-Qur’ān karya al-Jaṣ ṣ aṣ dan kitab Al-Ṭ uruq al-

Ḥukmiyyah kaya Ibn al-Qayyim, dan masih banyak lagi literatur keagamaan yang

menjadikan hadis tersebut sebagai dalil.

Selanjutnya penelitian Nawang Rofik Kholis yang merupakan salah satu

pemerhati perempuan. Dalam penelitiannya ia tidak hanya meneliti hadits dari

segi sanad maupun matan, ia juga meneliti perbedaan fisiologis dan psikologis

laki-laki dan perempuan. Kajian dari sanad hadist diperoleh dari lima sahabat

yaitu Abu Said Al- Khudri, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Hurayrah, dan Ibn

Mas‟ud. Dengan banyak sekali jalur periwayatan yang ditulis dalam kitab hadits

mu‟tabar seperti Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī, Ṣ aḥ iḥ Muslim, Tirmīzi, Ibn Mājah dan

Aḥ mad bin Ḥanbal. Dua hadits diriwayatkan Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī dan satu riwayat

dalam Ṣ aḥ iḥ Muslim, sehingga tidak diragukan kesahihannya. Sementara al-

Albāni juga menyatakan hadis riwayat Tirmizi dan Ibn Majah adalah sahih.

Sedangkan kajian dari segi matan hadits, jika hadits ini dipahami secara tekstual

saja tentu kita akan salah memahaminya. Mengapa perempuan disebutkan lebih

banyak masuk neraka, padahal perempuan diciptakan sama seperti lelaki, yaitu

Page 89: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

75

tanpa dosa asal. Oleh karena itu, hadits ini harus dipahami bersama-sama dengan

hadits lain yang semakna dengannya. Sehingga ada beberapa hal yang mesti

diperhatikan yaitu: Pertama. Apakah hadits ini berarti perempuan lebih dominan

dikuasai kejahatan dalam fitrah mereka sementara lelaki tidak? Jawabannya tentu

tidak, jika memang kejahatan telah ada pada diri perempuan, tentu mereka tidak

akan diminta pertanggungjawaban darinya. Akan tetapi, hadits tersebut

menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap apa yang mereka

kerjakan sendiri, seperti tidak patuh kepada suami. Kedua. Peringatan Rasulullah

saw dalam hadits ini mudah diterima oleh muslimah pada zaman Rasulullah saw

karena mereka sering mengingat dan diingatkan tentang hari kebangkitan, padang

mahshar, syurga dan neraka. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memahami hadits

ini sesuai suasana masyarakat ketika ia disabdakan. Ketiga. Hadits ini bermanfaat

bagi seluruh kaum muslimin baik lelaki maupun perempuan agar mereka berusaha

sedaya upaya untuk menghindarkan diri dari siksa neraka. Bagi kaum perempuan,

dapat dilakukan dengan memperbanyak sedekah dan meninggalkan sikap durhaka

terhadap suami atau kufur terhadap budi baiknya. Sedangkan bagi lelaki, dengan

memelihara ibu-ibu, istri-istri, puteri- puteri, dan saudari-saudarinya dengan baik.

Dia berkewajiban menyediakan kesempatan yang cukup bagi mereka untuk

mendapatkan pengajaran dan melakukan berbagai ibadah dan ketaatan pada Allah,

agar hati mereka dipenuhi nilai-nilai iman dan taqwa. Sehingga di dalam hadis ini

terdapat anjuran menyampaikan nasihat kepada perempuan sebab nasihat dapat

menghilangkan sifat tercela, sedangkan bersedekah yang dianjurkan kepada

perempuan dapat menghindarkan azab dan menghapuskan dosa yang terjadi

antara para makhluk.

Page 90: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

76

Sedangkan penelitian yang dialkukan oleh penulis saat ini, yaitu dengan

melakukan analisis dan penafsiran terhadap teks hadis Rasulullah SAW dengan

menggunakan teori hermeneutika Hans-Georg Gadamer sebagai teori interpretasi

ketika memahami memahami teks hadits Nabi. Dimana hermeneutika Gadamer

merupakan proses produksi, bukan reproduksi. Oleh karena itu, suatu teks

dipahami tidak untuk mencari tau ide-ide penulis saja (proses reproduksi),

melainkan suatu sintesa (proses produksi) dari proses peleburan cakrawala (fusion

of horizons) yang dilakukan oleh pembaca ketika membaca teks tersebut.

Penulis juga melakukan analisa terhadap cakrawala teks hadits tersebut,

dengan melakukan penelitian terhadap deskripsi teks mengunakan pendekatan

bahasa dan historikalitas teks menggunakan pendekatan kesejarahan. Selanjutnya

melakukan analisa terhadap cakrawala pembaca atau peneliti, tentang kesadaran

akan sejarah dan pra-pemahaman, untuk mendapatkan peleburan cakrawala.

Adapun hasil peleburan tersebut dapat dilihat bahwa realitas perempuan saat ini

dengan saat Rasul memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama dilindungi, dihormati,

bahkan dimuliakan yang memjadi pembeda hanyalah tingkat ketaqwaan.

Diceritakan bahwa prilaku kurang baik, seperti banyak melaknat dan tidak

mensyukuri pemberian suami menjadi penyebab perempuan saat itu menjadi

penghuni terbanyak di dalam neraka. Begitupun sebaliknya, perempuan pada saat

ini memiliki peluang yang sama untuk menjadi penghuni neraka apabila ia

melakukan kesalahan yang serupa. Sedangkan tidak shalat dan puasa diwaktu

haidh bukan sebuah dosa atau kekurangan, justru sebaliknya tidak mengerjakan

shalat dan puasa diwaktu haidh merupakan bagian dari kebaikan (taqwa) dan

menjadi bukti kelebihan kodrat perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan

Page 91: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

77

kata kekurangan akal dan agama dalam hadits tersebut ditunjukan sebagai

peringatan untuk berprilaku, baik peringatan untuk belajar pengetahuan agama

maupun peringatan dalam penggunaan akal (yang holistik). Serta mennjukan

kemulian kedudukan perempuan, dimana perempuan masa Nabi dan masa

sekarang memiliki kesamaan. Sehingga jika dilihat hadits tersebut masih relevan

sampai saat ini.

Nama Metode Hasil

Tradisional Literal Diterima sebagai fakta kebenaran

Abū Syyuqah Historis Belum tuntas

Hamim Ilyas Kritik Sanad

Historis

Makna

Peringatan (lebih kepada prilaku)

Nawang Rofik

Kholis

Kritik Sanad

Historis

Maksud

Anjuran untuk menyampaikan

nasihat kepada perempuan karena

dapat menghilangkan sifat tercela

dan anjuran untuk bersedekah

kepada perempuan karena dapat

menghindarkan azab dan

menghapuskan dosa yang terjadi

antara para makhluk

Peneliti Fusion of Horizon

Gadamer

1 Horizon

1. Peringatan

a. Prilaku

b. Untuk belajar agama

Page 92: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

78

Historis

2 Horizon saat

ini

3 Peleburan

(pengetahua)

c. Penggunaan akal (yang

holistik)

2. Kemuliaan perempuan

3. Perempuan masa lalu dan masa

sekarang sama.

Page 93: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

79

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hadits Nabi tentang

perempuan kekurangan akal dan agama tidak dapat dipahami secara tekstual saja.

Kata kekurangan akal dan agama dalam hadis ini tidak berarti perempuan secara

potensial tidak mampu menyamai atau melampaui prestasi dan kreatifitas akal dan

ibadah laki-laki. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang lebih jauh dalam

melihat hadits perempuan kekurangan akal dan agama, sehingga dapat memahami

maksud Nabi yang sebenarnya dalam hadits tersebut.

Pemakain metode hermeneutika Gadamer dalam memahami hadits yang

bias gender, membantu pembaca untuk memahami hadits lebih dekat dengan apa

yang sebenarnya terjadi atau terkait. Karena metode Gadamer dianggap relevan

dengan model keseimbangan pembacaan secara kompeherensif, dimana pembaca

diberikan ruang untuk ikut berbaur di dalam teks hadits tersebut, terbukti dengan

adanya pra-pemahaman dan fusion of horizon terhadap teks yang dipahami.

Adapun makna kekurangan akal dan agama yang diucapkan Nabi di dalam

hadits ini, bukan menunjukan kodrat perempuan sebagai makhluk yang memiliki

kekurangan. Karena kedudukan perempuan sebagai saksi dan tidak melaksanakan

shalat serta puasa ketika datangnya haidh bukanlah bentuk dari kekurangan atau

kesalahan. Akan tetapi anjuran untuk belajar pengetahuan agama dan penggunaan

akal. Serta senantiasa untuk berprilaku baik, sebab dosa yang paling banyak

menyeret perempuan masuk ke neraka adalah kemaksiatan tehadap suaminya dan

Page 94: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

80

pengingkaran terhadap segala kebaikan suaminya. Sehingga penulis memahami

hadits tersebut bukan hanya sekedar peringatan Nabi kepada kaum perempuan.

Akan tetapi, termasuk bukti kemuliaan kedudukan perempuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, tidak sedikitpun kita temukan fakta bahwa

terdapat unsur misoginis di dalam hadis Nabi tersebut. Bahkan semua ini semakin

mengukuhkan syari’at Islam sebagai satu-satunya agama yang menjaga dan

mengatur secara terperinci hak-hak setiap individu lelaki maupun wanita, agar

dapat terpenuhi sesuai fitrahnya masing-masing.

B. Saran-Saran

Seperti kutipan dalam Al-Qur’an, bahwa tiada makhluk yang lebih

sempurna dibandingkan Allah SWT. Begitu pula dengan skripsi ini yang sangat

jauh dari kesempurnaan. Berkenaan dengan pembahasan ini bahwasanya masih

banyak yang bisa lebih di eksplor dalam skripsi ini, seperti halnya bagaimana

Islam memahami hadits yang dituduh mengandung unsur-unsur misoginis dan

mengapa hadits tersebut tersebar dalam kajian-kajian keagamaan.

Selain itu, hadits ini berangkat dari kwalitas hadits yang ṣ aḥ iḥ yang

banyak diriwayatkan oleh perawi-perawi hadits. Bahkan hadits ini sering

dipolitisasi untuk dijadikan senjata dalam menjatuhkan kaum tertentu. Oleh

karena itu, untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti lebih jauh hadits tentang

“Perempuan Kekurangan Akal dan Agama dalam Perspektif Semiotika”.

Page 95: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmān, Abdullāh bin al-Dārimī. Musnad al-Dārimī. Saudi Arabiyah: Dāru

al-Mughnī linasyr wa al-Tauzī”, 1412 M

Ahmed, Leila. Wanita dan Gender dalam Islam. Jakarta: PT Lentera Basritama,

2000.

Ahmad, Hasani Said. “Hadis-Hadis Misoginis: Wacana Pemahaman Hadis,

Menggali Akar Sosio-Kultural”, Al-Dzikra V 6, no. 1 (Januari-Juni 2012): h.

4-5.

Ardi, Sembodo Widodo. “Metode Hermeneutik dalam Pendidikan”, UNISIA, V

XXXI, no. 70 (Desember 2008): h. 6.

Esack, Farid. Membebaskan Yang Tertindas: Al-Qur’an, Liberalisme, Pluralisme.

Terjemahan Watung A. Budiman. Bandung: Mizan, 2000.

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia, 1983.

Faqihuddin, Didin. “Memahami Ayat-Ayat Misogyny dalam Al-Qur’an”,

Musawa, Vol. 2, No 2 (Desember 2010): h. 176-177.

Georg , Hans Gadamer. Kebenaran dan Metode. Yogyakarta: Puataka Pelajar,

2010.

Ibrahim, Sulaiman. “Hermeneutika Teks: Sebuah Wacana Metode Tafsir Qur’an”

Studia Islamika V 11, No.1, (Juni 2014): h. 26-27.

Al-Ḥajāj. Muslim bin. Jāmi’ Ṣ aḥ iḥ Muslim. Beirut: Dār al-Iḥ yā al-Turās al-

Arabī, t.t.

Hamzah, Burhanudin bin Al-Damaski. Al-Bayān wa al-Ta’rīf fī Asbab al-Wurūd

Al-Hadits Al-Syarīf. Beirut: Dar al-Kitāb al-A’rābi, tt.

Ismā’īl, Muḥ ammad bin Abū Abdillāh al- Bukhārī. Jāmi’ Ṣ aḥ iḥ al-Bukhārī.

Damaskus: Dār Ṭ hauq al-Najah, 1442 H.

Ilyas, Hamim dkk. Perempuan Tertindas? Kajian Hadis-Hadis Misoginis.

Yogyakarta: eLSAQ Press, 2008.

Ja’far, Abū Muḥ ammad bin Jarīr al-Ṭ abarī. Tafsir al-Ṭ abarī. Penerjemah

Anshari Talim dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Jannah, Nur Ismail. Peremuan dalam Pasungan. Yogyakarta: Lkis, 2003.

Khariroh, “Hadis-Hadis Tentang Kekurangan Akal dan Agama Bagi

Perempuan”. Skripsi S1. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Institut Agama

Islam Sunan Kalijaga, 2001.

Khoirin, Nur “Laporan Hasil Penelitian Telaah Terhadap Otentitas Hadits-Hadits

Misogini”. IAIN Sunan Kalijjaga. Yogyakarta, 2000.

Manzūr, Ibn. Lisān al-Arab, Juz VIII. Qairo: Dār al-Ḥadīts, 2013.

Mernissi, Fatima. Pemberontakan Wanita! Peran Intelektual Kaum Wnita Dalam

Sejarah Muslim, Terjemahan Rahmani Atuti. Bandung: Mizan, 1999.

Mernissi, Fatima. Wanita di dalam Islam, Penerjemah Yaziar Radianti. Bandung:

Pustaka, 1991.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002.u

Monady, Hanief. “Hermeneutika Hadits Abū Syuqqah,” artikel diakses pada 29

September 2016 dari

http://www.academia.edu/20309569/Hermeneutika_Hadis_Abu_Syuqqah

Page 96: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

82

Muhtador, Moh. “Hadis-Hadis Misoginis Dalam Perspektif Gender dan

Hermeneutika”, Tesis S2 Fakultas Agama dan Filsafat, Universitas Islam

Negri Sunan Klijaga, 2015.

Mustaqim, Abdul. Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi. Jogyakarta: Idea

Press, 2008.

Munhanif, Ali. Mutiara Terpendam Perempuan dalam Literatur Islmak Klasik.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002

Novianti, Ida. “Dilema Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam”, Yinyang V 3,

No 2 (Juli-Desember 2008):h. 2.

Phil, Sahiron Syamsuddin. Hermeneutika al-Qur’ᾱ n & Hadis. Yogyakarta:

elSAQ Press, 2010.

Sa’diyah, Dewi. “Isu Perempuan” (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan dalam

Kesetaraan Gender)” Ilmu Dakwah V 4, no. 12 (Juli – Desember 2008): h.

325-326.

Sahidah, Ahmad. Kebenaran dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Salahudin, “Anatomi Teori Filsafat Hermeneutika Hans-Georg Gadamer: Dialogis

Historikalitas Dalam Memahami Teks”. Tesis S2 Fakultas Sosiologi,

Universitas Muhamadiyah Malang, 2011.

Ridwan, Inyak Munzir. Hermenutika Filosofis Hans-Georg Gadamer.

Yogyakarta: AR RUZZ MEDIA, 2010.

Rofiq, Nawang Kholis. “Kedudukan Perempuan Dalam Rumah Tangga: Kajian

Hadis Misoginis”, Al-Ifkar V 1, no. 1 (Maret 2013): h. 89.

Sa’diyah, Dewi. “Isu Perempuan (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan dalam

Kesetaraan Gender)”, Jurnal Ilmu Dkwah, V 4, no. 12 (Juli-Desember

2008): h. 315.

S, Muzakir. “Regulasi Hutang Piutang dalam Tinjauan Ekonomi Islam (Telaah

Terhadap Surat al-Baqarah Ayat 282)”, Iqtishaduna V 5, No 1 (Juni

2014):h. 71-72.

Subhan, Zaitunah. Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur’an.

Yogyakarta: LKiS, 1999

Subhamis, “Pendekatan Feminis terhadap al-Qur’an dan Bibel”, Jurnal Al-Ta’lim

V 1, no 3 (November 2012): h. 232.

Thahir, Lukman S. Studi Islam Interdisipliner, Aplikasi Penekatan Filsafat,

Sosiologi dan Pendekatan Sejarah. Yogyakarta: Qirtas, 2014..

Tuttle, Lisa. Encyclopedia of Feminism, New York: Facts On File Publication,

1986.

Ulya, Atiyatul. Proposal Penelitian "Pembacaan Ulang Kualitas Matan Hadis

Perempuan Lemah Akalnya" Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2015.

Umar, Nasaruddin. Fiqih Wanita Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,

2010.

Umar, Nasaruddin.Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-Qur’an. Jakarta:

Penerbit Paramadina, 2001.

Warson, Achmad Munawwir dan Fairuz, Muhammad. Al-Munawwir Kamus

Indonesia-Arab. Surabaya: Pustaka Progresif, 2007.

Weinsheirmer, J. dan Marshall, D.G. Truth and Method. New York: Seabury

Press, 1989.

Page 97: Pembacaan Hermeneutika Hadits Tentang Perempuan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34433/2/LIA... · Hadits Tentang Perempuan . Kekurangan Akal dan Agama: Perspektif

83

Yazid, Muḥ ammad bin al-Quzwainī, Sunan Ibn Mājah. Beirut: Dār al-Iḥ ya’ āl-

Islāmiyyah, t.t.

Daud, Abū Sulaimān bin al-Asy’as Abū Daud. Sunan Abī Daud. Beirut: Maktabah

Al-Asyriyah, tt.

Zakiyah, Ulfa. “Re-Interpretasi Hadis Perempuan Mayoritas Penghuni Neraka

(Kajian Hadis Misoginis)”. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

Zubaedah, Siti. “Mengurai Problematika Gender dan Agama” Yin Yang V 5, no. 2

(Jul-Des 2010): h. 258.