pemba has an
DESCRIPTION
bahas indoTRANSCRIPT
![Page 1: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGBahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah
dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan
itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya
secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan
yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau
pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat
yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang
tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah .
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat
yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif.
B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
1
![Page 2: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/2.jpg)
C. TUJUAN PEMBAHASAN1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehingga menjadi
baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia
2
![Page 3: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat EfektifKalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan
menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. Unsur-Unsur KalimatUnsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir
1. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian
besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
3
![Page 4: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/4.jpg)
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada
satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa
adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan
kenapa atau ada apa dengan antor di Jln. Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota
kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau
hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan
kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
4
![Page 5: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/5.jpg)
jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh
kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki
tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah
benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata
tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
5
![Page 6: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/6.jpg)
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa
yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak
ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P
yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah
yang dinamakan objek
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P
dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
6
![Page 7: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/7.jpg)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan
Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat
O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-
Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
7
![Page 8: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/8.jpg)
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah
frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No
.
Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di
Ke
Dari
Pada
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2. Waktu -
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
Sepanjang
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar
Untuk
Bagi
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
8
![Page 9: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/9.jpg)
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti
Bagaikan
Laksana
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena
Sebab
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan
Bersama
Beserta
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya
C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam
syarat berikut, yaitu adanya:
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah
kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari
satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan
kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan sama sekali ke dalam suatu kalimat.
a. Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
1) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang
memberi kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).
2) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai kata
depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau).
3) Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan
kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).
b. Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:
9
![Page 10: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/10.jpg)
1) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung
sekolah baru.
2) Membangunan sangat berkaitan dengan politik.
3) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan
kepada pegawai baru.
2. Kepaduan (koherensi)
Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk
kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tanda baca
yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.
a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin
mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).
2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak
berkaitan erat)
4) Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran dari
pada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).
b. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1) Setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.
2) Rumah saya baru saja diperbaiki.
3) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
4) Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran proyek itu.
3. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur
yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan
seterusnya juga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga
harus nomina.
a. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
10
![Page 11: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/11.jpg)
1) Kegiatan di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-
buku diberi label.
2) Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?
3) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terimma
kasih.
4) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu produk,
memperbanyak waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang lebih gencar.
b. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
1) Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan
pelabelan buku.
2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
3) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.
4) Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk,
meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.
4. Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian
kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai
untuk memberi perlakuan khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:
a. Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,
Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal
kalimat:
1) Pada bulan Desember kita ujian akhir semester. (bukan akhir november)
2) Kita akan ujian akhir semester pada bulan Desember. (bukan mereka)
3) Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Desember. (bukan ujian tengah
semester)
b. Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
11
![Page 12: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/12.jpg)
1) Saya senang melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat
lukisan yang indah; dan saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang
indah.
2) Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak
suka dibodohi.
c. Dengan melakukan pengontrasan kata kunci,
Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:
1) Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara,
tetapi bantuan yang bersifat permanen.
d. Dengan menggunakan partikel/penegas.
Contoh peneknanan dengn menggunakan partikel penegas:
1) Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.
2) Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
5. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat.
Hemat di sini berarti “ekonomis” tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang
subjek, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
a. Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu
belajar seharian dari pagi sampai petang.
2) Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan
suatu perundingan yang membicarakan perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu
dengan direkturnya.
4) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda
harus belajar dengan sebaik-baiknya.
12
![Page 13: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/13.jpg)
b. Contoh kalimat yang hemat kata:
1) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
2) Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan
perundingan tentang perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.
4) Agar Anda memperoleh nilai ujian yan memuaskan, belajarlah baik-baik
.
6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal.
Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam
penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah
benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak
masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi
logika berbahasa berikut ini:
a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong anti air).
b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal
di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).
c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima
puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi
logika).
d. Kepada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak
perlu dipersilahkan).
e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada
waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur
kepada Tuhan).
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
13
![Page 14: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/14.jpg)
1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
3) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
4) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (salah)
2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –
kah.
Contoh:
1) Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2) Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
D. Syarat-Syarat Kalimat EfektifSyarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
14
![Page 15: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/15.jpg)
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
E. Struktur Kalimat EfektifStruktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk,
sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang
strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya
kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur
yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi
yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-
aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap
penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menulis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.
Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal
ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yang sudah
dibiasakan.
15
![Page 16: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/16.jpg)
Study Kasus
16
![Page 17: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/17.jpg)
Analisis Study Kasus
17
![Page 18: Pemba Has An](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf85db550346484b92103c/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang benar-benar dapat menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi yang baik. Akan tetapi, membuat kalimat efektif tidaklah gampang karena memerlukan keterampilan tersendiri. Kesalahan yang banyak ditemukan dapat dikelompokkan sebagai berikut, ketidaklengkapan unsur kalimat, kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, kalimat ambigu (mengandung makna ganda), kalimat bermakna tidak logis, kalimat mengandung gejala pleonasme (pemborosan kata), dan kalimat dengan struktur rancu (tidak lengkap dan tidak paralel). Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu memiliki kesepadanan dan kesatuan, pararelisme, kelogisan, kehematan, dan kevariasian.
18