pemba has an

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah . 1

Upload: yid-bajang

Post on 05-Feb-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahas indo

TRANSCRIPT

Page 1: Pemba Has An

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama

anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau

perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah

dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan

itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya

secara baik disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya

secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan

yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan

mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan

tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau

pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat

yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang

digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang

tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu

dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan

keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah .

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi

syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat

yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,

pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak

efektif.

B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2. Apa saja unsur-unsur kalimat?

3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?

5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

1

Page 2: Pemba Has An

  

C.        TUJUAN PEMBAHASAN1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia sehingga menjadi 

baik dan benar

2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa

3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

2

Page 3: Pemba Has An

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat EfektifKalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan

penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara

tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan

menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat

efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat

sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan

lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B. Unsur-Unsur KalimatUnsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia

lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),

predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia

baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain

(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,

atau wajib tidak hadir

1. Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau

dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain

memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,

status, ciri, atau jati diri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang

jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian

besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.

Perhatikan contoh berikut:

a.    Kuda meringkik.

b.    Ibu sedang tidur siang.

c.    Putrinya cantik jelita.

3

Page 4: Pemba Has An

d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e.    Kucingku belang tiga.

f.     Robby mahasiswa baru.

g.    Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada

kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat

(b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan

bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota

Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada

kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah

rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk

pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c.       Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu

diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada

satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa

adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan

kenapa atau ada apa dengan antor di Jln. Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota

kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau

hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,

rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan

kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

2. Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu

hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh

4

Page 5: Pemba Has An

jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan

contoh sebagai berikut ini:

a.       Ayahku  sedang melukis.

b.      Meja direktur besar.

c.       Yang berbaju batik dosen saya.

d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.

e.       Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh

kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat

pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada

benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada

kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.

Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki

tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada

kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah

benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,

pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada awal

kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata

tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas

pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis

berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S

karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a.        Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b.        Di sini melayani obat generic.

c.        Memandikan adik di pagi hari.

5

Page 6: Pemba Has An

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak

mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa

yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak

ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

3. Objek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh

nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,

yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.

a.       Nurul menimang …

b.      Arsitek merancang …

c.       Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P

yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah

yang dinamakan objek

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam

kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P

dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a.       Nenek mandi.

b.      Komputerku rusak.

c.       Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.

Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila

kalimatnya dipasifkan.

a.      1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)

6

Page 7: Pemba Has An

2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4. Pelengkap

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pel

umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis

kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau

klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.

       S P O

b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

           S P Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina

Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan

Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

        S  P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke depan menjadi S

dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh

nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat

O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-

Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.

a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

7

Page 8: Pemba Has An

d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai

bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.

Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah

frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli

membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang

tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No

.

Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian

1. Tempat Di

Ke

Dari

Pada

Di kamar, di kota

Ke Surabaya, ke rumahnya

Dari Manado, dari sawah

Pada permukaan

2. Waktu -

Pada

Dalam

Se-

Sebelum

Sesudah

Selama

Sepanjang

Sekarang, kemarin

Pada pukul 5 hari ini

Dalam 2 hari ini

Sepulang kantor

Sebelum mandi

Sesudah makan

Selama bekerja

Sepanjang perjalanan

3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil

4. Tujuan Supaya/agar

Untuk

Bagi

Supaya/agar kamu faham

Untuk kemerdekaan

Bagi masa depan

8

Page 9: Pemba Has An

Demi Demi orang tuamu

5. Cara Secara

Dengan cara

Dengan jalan

Secara hati-hati

Dengan cara damai

Dengan jalan berunding

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti

Bagaikan

Laksana

Seperti angin

Bagaikan seorang dewi

Laksana bintang di langit

8. Penyebab Karena

Sebab

Karena perempuan itu

Sebab kegagalannya

9. Penyerta Dengan

Bersama

Beserta

Dengan adiknya

Bersama orang tuanya

Beserta saudaranya

C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam

syarat berikut, yaitu adanya:

1. Kesatuan

Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah

kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari

satu kesatuan, bahkan dapat mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan

kalimatnya tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak

mempunyai hubungan sama sekali ke dalam suatu kalimat.

a. Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:

1) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang

memberi kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).

2) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (memakai kata

depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau).

3) Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan

kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi pengarahan).

b. Contoh kalimat yang jelas kesatuan gagasannya:

9

Page 10: Pemba Has An

1) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung

sekolah baru.

2) Membangunan sangat berkaitan dengan politik.

3) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan

kepada pegawai baru.

2. Kepaduan (koherensi)

Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk

kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tanda baca

yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam kalimat.

a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:

1) Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin

mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak jelas).

2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)

3)   Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur S- P-O tidak

berkaitan erat)

4)   Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran dari

pada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan frasa).

b. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:

1) Setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin mengemudi.

2) Rumah saya baru saja diperbaiki.

3) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

4) Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi anggaran proyek itu.

3. Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur

yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.

Umpamanya dalam sebuah perincian , unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan

seterusnya juga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya juga

harus nomina.

a. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:

10

Page 11: Pemba Has An

1) Kegiatan di perpustaakan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-

buku diberi label.

2) Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?

3) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terimma

kasih.

4) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu produk,

memperbanyak waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang lebih gencar.

b. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:

1) Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog dan

pelabelan buku.

2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?

3) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan terima kasih.

4) Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk,

meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan pemasaran.

4. Penekanan

Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian

kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai

untuk memberi perlakuan khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:

a. Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,

Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal

kalimat:

1)   Pada bulan Desember kita ujian akhir semester. (bukan akhir november)

2)   Kita akan ujian akhir semester pada bulan Desember. (bukan mereka)

3)   Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Desember. (bukan ujian tengah

semester)

b. Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),

Contoh penekanan dengan pengulangan kata:

11

Page 12: Pemba Has An

1)   Saya senang melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat

lukisan yang indah; dan saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang

indah.

2)   Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak

suka dibodohi.

c. Dengan melakukan pengontrasan kata kunci,

Contoh  penekanan dengan pengontrasan kata kunci:

1)   Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara,

tetapi bantuan yang bersifat permanen.

d. Dengan menggunakan partikel/penegas.

Contoh peneknanan dengn menggunakan partikel penegas:

1)   Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.

2) Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.

5. Kehematan

         Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.

Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat.

Hemat di sini berarti “ekonomis” tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang

subjek, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata,

diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

a.         Contoh kalimat yang tidak hemat kata:

1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu

belajar seharian dari pagi sampai petang.

2) Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan

suatu perundingan yang membicarakan perparkiran.

3) Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu

dengan direkturnya.

4) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda

harus belajar dengan sebaik-baiknya.

12

Page 13: Pemba Has An

b.        Contoh kalimat yang hemat kata:

1) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.

2) Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur DKI dilakukan

perundingan tentang perparkiran.

3) Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.

4) Agar Anda memperoleh nilai ujian yan memuaskan, belajarlah baik-baik

.

6. Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal.

Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam

penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah

benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak

masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi

logika berbahasa berikut ini:

a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong anti air).

b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal

di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).

c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima

puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi

logika).

d. Kepada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak

perlu dipersilahkan).

e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada

waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur

kepada Tuhan).

7. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari

kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)

Contoh:

13

Page 14: Pemba Has An

1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

(ketegasan)

3) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan

kemampuan yang ada pada dirinya.

4) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

(ketegasan)

b. Membuat urutan kata yang bertahap.

Contoh:

1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan

kepada anak-anak terlantar. (salah)

2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan

kepada anak-anak terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)

Contoh:

Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.

Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –

kah.

Contoh:

1) Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

2) Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini

D. Syarat-Syarat Kalimat EfektifSyarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

14

Page 15: Pemba Has An

2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau

pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

E. Struktur Kalimat EfektifStruktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk,

sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang

strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya

kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan

merupakan suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur

yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi

yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-

aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap

penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh

masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang

ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

1. Buat Papa menulis surat saya.

2. Surat saya menulis buat Papa.

3. Menulis saya surat buat Papa.

4. Papa saya buat menulis surat.

5. Saya Papa buat menulis surat.

6. Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.

Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.

Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan

berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural

pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal

ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum yang sudah

dibiasakan.

15

Page 16: Pemba Has An

Study Kasus

16

Page 17: Pemba Has An

Analisis Study Kasus

17

Page 18: Pemba Has An

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang benar-benar dapat menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi yang baik. Akan tetapi, membuat kalimat efektif tidaklah gampang karena memerlukan keterampilan tersendiri. Kesalahan yang banyak ditemukan dapat dikelompokkan sebagai berikut, ketidaklengkapan unsur kalimat, kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, kalimat ambigu (mengandung makna ganda), kalimat bermakna tidak logis, kalimat mengandung gejala pleonasme (pemborosan kata), dan kalimat dengan struktur rancu (tidak lengkap dan tidak paralel). Sebuah kalimat dapat  dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu memiliki kesepadanan dan kesatuan, pararelisme, kelogisan, kehematan, dan kevariasian.

18