pemba has an
DESCRIPTION
enzimTRANSCRIPT
Dina Andrasyifa240210120125
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mutu bahan pangan biasanya sangat bergantung terutama pada warnanya.
Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan
dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan
telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Selain itu warna juga dapat
digunakan sebagai indikator kesegaran dan kematangan.
Warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam
makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan (deMan, 1997). Selain itu juga
warna dapat digunakan untuk mengukur mutu makanan dan indikator kesegaran
atau kematangan suatu bahan pangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau
pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata.
Berikut lima sebab suatu bahan makanan dapat berwarna (Herudiyanto, 2006) :
1. Pigmen yang secara alami terdapat pada hewan dan tumbuhan
2. Reaksi karamelisasi
3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard
4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara
5. Penambahan zat warna
Warna dari suatu bahan pangan dapat dijadikan sebagai faktor penentu
mutu bahan pangan, seperti karakteristik dan kesegarannya. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai indikator kematangan. Pigmen adalah zat warna alami yang
terdapat pada tumbuhan. Pigmen tergolong dalam beberapa jenis yang salah
satunya adalah klorofil, karotenoid, antosianin, antoxantin, serta tanin (Noerhadi,
2006). Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas
bersama dengan karoten dan xantofil (Winarno, 1997).
Praktikum kimia pangan kali ini, dilakukan untuk mengetahui
karakterisasi dan pengaruh berbagai perlakuan terhadap pigmen, diantaranya
percobaan mengenai pengaruh berbagai perlakuan terhadap pigmen tanaman yang
mencakup pengaruh cara pemasakan terhadap klorofil, ekstraksi pigmen tanaman
dengan pelarut lemak, dan pengaruh asam, basa, dan logam pada pigmen dan sifat
fisik bahan. Praktikum selanjutnya yaitu pengawetan warna daging dan
pemeriksaan kesegaran yang mencakup perubahan warna daging dan tes
Dina Andrasyifa240210120125
kesegaran daging yang dilakukan menggunakan dua uji coba, aitu uji amoniak dan
uji H2S. Percobaan yang terakhir ialah pengujian pencoklatan pada susu bubuk
tanpa lemak.
4.1. Pengaruh Berbagai Perlakuan terhadap Pigmen Tanaman
Perubahan warna pada pigmen dipengaruhi oleh pemanasan, keasaman,
dan logam-logam tertentu seperti Fe(besi), Cu (tembaga), Zn(seng). Selain
perubahan pigmen terjadi juga perubahan tekstur dan sifat fisik sayuran dan buah-
buah akibat pengaruh logam seperti Ca(kalsium) dan Mg (magnesium).
4.1.1. Pengaruh Cara Pemasakan terhadap Klorofil
Klorofil merupakan pigmen berwarna hijau yang menjadi penyebab warna
sayuran berdaun dan beberapa buah. Dalam daun hijau, klorofil terurai pada saat
senesens dan warna hijau cenderung hilang. Dalam tumbuhan, klorofil terisolasi
dalam kloroplastid. Klorofil merupakan pigmen tetrapirol dan dalam pigmen ini
cincin porfirin berada dalam bentuk dihidro dan atom logam pusat magnesium.
Molekul klorofil sangat besar dan terdiri dari 4 cincin pirol yang dihubungkan
dengan gugus metena (-CH=) yang membentuk sebuah molekul yang pipih
(Noerhadi, 2006).
Ada dua jenis klorofil yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a
mengandung atom magnesium yang diikat oleh nitrogen dari dua cincin pirol
dengan ikatan kovalen serta oleh dua buah atom nitrogen dari dua cincin pirol lain
melalui ikatan koordinat kovalen (Poedjiadi, 2006). Perbedaaan keduanya terletak
pada karbon no. 3. Pada klorofil b gugus metil dari atom C no. 3 digantikan
dengan gugus aldehida.Klorofil yang berwarna hijau dapat berubah menjadi
coklat akibat substitusi magnesium oleh hidrogen membentuntuk feofiitin
(klorofil yang kehilangan magnesium). Reaksi tersebut berjalan cepat pada larutan
yang bersifat asam (F.G. Winarno, 1984).
Praktikum kali ini digunakan sampel bayam. Bayam merupakan sumber
magnesium karena termasuk ke dalam sayuran hijau. Warna hijau bayam berasal
dari klorofil yang merupakan pigmen yang terdapat dalam kloroplas bersama-
sama dengan karoten dan xantofil. Lalu bayam ditambahkan aquades dan
dilakukan 2 perlakuan yaitu yang tertutup dan tidak tertutup. Sampel bayam
Dina Andrasyifa240210120125
tersebut diamati pH, warna dan tekstur. Setelah itu dipanaskan selama 15 menit
setelah mendidih. Sampel amati kembali.
Tabel 1. Pengaruh Cara Pemasakan terhadap KlorofilS
ampe
l
Cara Pemasakan
Sebelum Sedudah
Warna pH Tekstur Warna pH Tekstur
Bay
am
Stainless Steel
Terbuka
Hijau + 7 Keras ++++
+++
Hijau
+
8 Keras
+
Stainless Steel
Tertutup
Hijau + 7 Keras ++++
+++
Hijau
++
8 Keras
++
Alumunium
Terbuka
Hijau + 7 Keras ++++
+++
Hijau
+++
7 Keras
+++
Alumunium
Tertutup
Hijau + 7 Keras ++++
+++
Hijau
++++
9 Keras
++++
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Pemasakan yang dilakukan pada bahan pangan akan memberikan beberapa
pengaruh. Pada pemasakan sayuran, jumlah vitamin, dan mineral yang terkandung
di dalamnya akan rusak dan berkurang. Selain mineral dan vitamin, pigmen dalam
bahan pangan juga akan mengalami perubahan. Warna hijau dari klorofil akan
berubah karena pemasakan (Soedarmo, 1977).
Hasil pengamatan menunjukkan, setelah pemasakan bayam baik dengan
atau tanpa tutup, pada panci stainless steel maupun alumunium, warna hijau yang
terlihat semakin tua bahkan menuju hijau kecoklatan. Jika bayam dipanaskan,
maka klorofil dalam bayam yang berwarna hijau dapat berubah menjadi hijau
kecoklatan dan mungkin berubah menjadi coklat akibat substitusi magnesium oleh
hidrogen membentuk feofitin (klorofil yang kehilangan magnesium). Reaksi yang
dapat terjadi pada pigmen klorofil adalah sebagai berikut.
Klorofil - fitol Klorofilid
- fitol
Feofiitin Feoforbid
(Sumber: Winarno, 1992)
Dina Andrasyifa240210120125
Sifat dari feofitin ialah mudah berubah menjadi gas pada suhu tinggi. Jika panci di
tutup, maka feofitin tidak akan menjadi gas dan akan terperangkap dalam bayam
atau larutannya. Oleh sebab itu, pemasakan dengan panci tertutup akan
menghasilkan bayam dengan warna yang lebih terang dibandingkan panci yang di
tutup.
pH pada bayam sebagian besar terjadi perubahan. Hal ini dpaat
dikarenakan asam lemak pada bayam yang diebaskan, sehingga menurunkan pH
bayam pada panci yang tertutup.
Tekstur bayam baik yang tertutup maupun terbuka terjadi perubahan pada
saat sebelum pemanasan dan setelah pemanasan, dimana tekstur bayam menjadi
lunak. Hal ini disebabkan karena air masuk kedalam sel jaringan bayam sehingga
tekanan osmosis dalam sel vakuola tanaman dan dengan tekanan proroplasma
melawan dinding sel dan menyebabkannya diikat kencang. Dan bila air di dalam
sel berkurang maka sel akan lunak dan daun menjadi layu. Pemanasan
mengakibatkan stuktur dari bayam menjadi lebih lunak. Hal ini terjadi karena
bayam tersusun dari selulosa. Selulosa merupakan polimer dari glukosa dengan
ikatan glikosidik β 1-4. Ikatan glikosidik β 1-4 dapat putus dengan adanya
pemanasan. Saat dipanaskan, sebagian ikatan tersebut putus. Oleh sebab itu,
bayam menjadi lebih lunak.
4.1.2. Ekstraksi Pigmen Tanaman dengan Pelarut Lemak
Praktikum kali ini menggunakan sampel berupa buah dan sayur. Sampel
dihaluskan dengan mortar agar mepermudah pigmen-pigmen dalam jaringan
terlarutkan oleh pelarut. Lalu sampel ditambahkan 50 mL heksan. Penambahan
heksan dilakukan untuk proses ekstraksi. Heksan merupakan pelarut organik yang
bersifat nonpolar yang dapat melarutkan berbagai macam pigmen yang bersifat
nonpolar. Penyaringan filltrat dilakukan pada tahap selanjutnya untuk mengetahui
pH yang dimiliki berbagai jenis sampel tersebut. Berikut merupakan tabel hasil
pengujian yang dilakukan.
Dina Andrasyifa240210120125
Tabel 2. Ekstraksi Pigmen Tanaman dengan Pelarut Lemak
Sampel Warna pH
Semangka Merah-oranye 5
Nanas Kekuningan 4
Pepaya Oranye 6
Bayam Hijau 6
Bayam Ungu Ungu 6
Kol Ungu Ungu 5
Bit Merah 5
Wortel Oranye 6
Buncis Hijau muda 6
Terong Hijau 6
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nanas merupakan sampel dengan sampel
ternedah. Hal ini disebabkan karena nanas buah yang memiliki kandungan asam
sitrat yang cukup tingi, yang menyebabkan pH nanans menjadi rendah.
4.1.3. Pengaruh Asam, Basa, dan Logam pada Pigmen dan Sifat Fisik Bahan
Pada pengujian pengaruh asam, basa, dan logam pada pigmen dan sifat
fisik bahan sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah pepaya, buncis,
semangka, wortel, dan terong. Sampel dipotong-potong kecil kemudian
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang masing-masing berisi larutan yaitu
aquades, FeCL3, MgCl2, CaCl3, asam asetat, dan NaHCO3. Setelah dimasukan diamati
warna dan tekstur serta diukur pHnya. Tabung reaksi yang berisi sampel
dipanaskan kemudian diamati kembali warna dan tekstur serta diukur pHnya.
Tabel 3. Pengaruh Asam, Basa, dan Logam pada Pigmen dan Sifat Fisik Bahan
Sampel Perlakuan Sebelum Pemanasan Selama Pemanasan Setelah Pemanasan
Warna Tekstur pH Warna Tekstur Warna Tekstur pH
Buncis (+)aquades Hijau
muda
(+2)
Lembek
berair
6 Hijau
tambah
cerah
Lunak
(+2)
Hijau
muda cerah
(+3)
Lunak
(+4)
6
(+)FeCl3 Hijau Lembek 6 Hijau Lunak Hijau tua Lunak 2
Dina Andrasyifa240210120125
muda
(+2)
berair tambah
kecoklatan
(+2) kecoklatan (+4)
(+)MgCl2 Hijau
muda
(+2)
Lembek
berair
6 Hijau
tambah
cerah
Lunak
(+2)
Hijau
muda cerah
(+3)
Lunak
(+4)
9
(+)NaHCO3 Hijau
muda
(+2)
Lembek
berair
6 Hijau
tambah
cerah
Lunak
(+2)
Hijau
muda cerah
(+2)
Lunak
(+4)
9
(+)CaCl2 Hijau
muda
(+2)
Lembek
berair
6 Hijau
tambah
cerah
Lunak
(+2)
Hijau
muda cerah
(+2)
Lunak
(+4)
7
(+)Asam
asetat
Hijau
muda
(+2)
Lembek
berair
6 Hijau
mulai
kekuningan
Lunak
(+2)
Hijau
kekuningan
Lunak
(+4)
4
Nanas (+)aquades Kuning
(+1)
Lunak
berair
(+1)
4 Putih (+2) Lunak
(+2)
Putih (+1) Lunak
(+3)
4
(+)FeCl3 Kuning
(+1)
Lunak
berair
(+1)
4 Kuning
emas (+1)
Lunak
(+2)
Kuning
emas (+2)
Lunak
(+3)
2
(+)MgCl2 Kuning
(+1)
Lunak
berair
(+1)
4 Kuning
muda (+2)
Lunak
(+2)
Kuning
muda (+2)
Lunak
(+3)
4
(+)NaHCO3 Kuning
(+1)
Lunak
berair
(+1)
4 Kuning
cerah (+1)
Lunak
(+2)
Kuning
cerah (+2)
Lunak
(+3)
9
(+)CaCl2 Kuning
(+1)
Lunak
berair
(+1)
4 Putih (+1) Lunak
(+2)
Putih (+2) Lunak
(+3)
4
(+)Asam
asetat
Kuning
(+1)
Lunak
berair
(+1)
4 Kuning
muda (+1)
Lunak
(+2)
Kuning
muda (+2)
Lunak
(+3)
3
Dina Andrasyifa240210120125
Semangka (+)aquades Merah
(+3)
Lunak
berair
(+1)
5 Bening
kemerahan
Lunak
(+3)
Bening Lunak
(+4)
6
(+)FeCl3 Merah
(+3)
Lunak
berair
(+1)
5 Oranye Lunak
(+3)
Oranye Lunak
(+4)
2
(+)MgCl2 Merah
(+3)
Lunak
berair
(+1)
5 Merah
keruh
Lunak
(+3)
Keruh
Kemerahan
Lunak
(+4)
5
(+)NaHCO3 Merah
(+3)
Lunak
berair
(+1)
5 Merah
keruh
Lunak
(+3)
Keruh
Kemerahan
Lunak
(+4)
9
(+)CaCl2 Merah
(+3)
Lunak
berair
(+1)
5 Merah
keruh
Lunak
(+3)
Bening Lunak
(+4)
6
(+)Asam
asetat
Merah
(+3)
Lunak
berair
(+1)
5 Merah
keruh
Lunak
(+3)
Keruh
Kemerahan
Lunak
(+4)
4
Terong (+)aquades Coklat
tua (+5)
Lunak
berair
5 Coklat tua
(+4)
Lunak
(+3)
Coklat (+2) Lunak
(+4)
5
(+)FeCl3 Coklat
tua (+5)
Lunak
berair
5 Coklat tua
(+5)
Lunak
(+3)
Coklat (+3) Lunak
(+4)
3
(+)MgCl2 Coklat
tua (+5)
Lunak
berair
5 Coklat tua
(+4)
Lunak
(+3)
Coklat (+2) Lunak
(+4)
8
(+)NaHCO3 Coklat
tua (+5)
Lunak
berair
5 Coklat tua
(+4)
Lunak
(+3)
Coklat (+2) Lunak
(+4)
5
(+)CaCl2 Coklat
tua (+5)
Lunak
berair
5 Coklat tua
(+4)
Lunak
(+3)
Coklat (+2) Lunak
(+4)
5
(+)Asam
asetat
Coklat
tua (+5)
Lunak
berair
5 Coklat tua
(+3)
Lunak
(+3)
Coklat (+1) Lunak
(+4)
4
Kol Ungu (+)aquades Ungu
(+3)
Lunak
berair
7 Ungu (+3) Lunak
(+2)
Ungu (+2) Lunak
(+3)
6
Dina Andrasyifa240210120125
(+1)
(+)FeCl3 Hijau
army
Lunak
berair
(+1)
2 Coklat
kekuningan
Lunak
(+2)
Coklat
kekuningan
Lunak
(+3)
2
(+)MgCl2 Ungu
(+2)
Lunak
berair
(+1)
6 Ungu tua
(+2)
Lunak
(+2)
Ungu (+2) Lunak
(+3)
5
(+)NaHCO3 Biru
laut
Lunak
berair
(+1)
10 Tosca tua Lunak
(+2)
Tosca tua Lunak
(+3)
9
(+)CaCl2 Ungu
muda
Lunak
berair
(+1)
6 Ungu (+2) Lunak
(+2)
Ungu (+1) Lunak
(+3)
5
(+)Asam
asetat
Merah
magenta
Lunak
berair
(+1)
3 Ungu agak
pink
Lunak
(+2)
Ungu
muda pink
Lunak
(+3)
4
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Bahan pangan yang direndam dalam larutan basa akan memiliki pH lebih
tinggi daripada yang direndam dalam larutan basa atau garam logam, dan bahan
yang direndam dalam larutan asam memiliki pH paling rendah. Secara umum,
pemanasan menyebabkan pH bahan pangan menurun. Hal ini disebabkan oleh
asam-asam organik yang terbentuk saat pemanasan. Penambahan reaksi-reaksi
tersebut juga secara umum menyebabkan penurunan warna dan tekstur setelah
pemanasan.
Pepaya, wortel dan nenas mengandung pigmen karotenoid sehingga
warnanya menjadi kuning dan oranye. Warna itu terjadi akibat adanya ikatan
rangkap dua yang terkonjugasi. Warna hijau pada buncis dan bayam disebabkan
oleh adanya kandungan klorofil. Terong, bayam ungu, kol ungu dan bit
mengandung pigmen antosianin. Sedangkan semangka mengandung pigmen
likopen.
Pada sampel yang mengandung pigmen karotenoid, yaitu pepaya, wortel,
dan nenas setelah proses pemanasan warnanya menjadi semakin kecoklatan pada
Dina Andrasyifa240210120125
suasana asam dan menjadi semakin cerah atau terang pada suasana basa. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pigmen karoten warnanya akan
semakin memudar dalam suasana asam, sedangkan apabila dalam larutan basa
warnanya menjadi lebih terang. Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang
berwarna kuning, orange, merah orange serta larut dalam minyak (lipida).
Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0,5%) bersama-sama dengan klorofil
(9,3%), terutama pada bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel-sel
palisade.
Pada sampel yang mengandung pigmen antosianin (terong, bayam ungu,
kol ungu dan bit), setelah proses pemanasan pada suasana asam warna sampel
menjadi lebih pekat dan pada suasana basa warnanya menjadi lebih pucat. Dari
data tersebut diduga pigmen antosianin terdapat pada kulit terong. Data
pengamatan diatas agak melenceng dari teori yang ada, yang menyebutkan bahwa
pengaruh asam pada pigmen antosianin warnanya menjadi merah sesuai dengan
sifat antosianin yang apabila dalam kondisi asam akan berwarna merah sedangkan
dalam larutan basa berwarna ungu. Antosianin dapat lebih stabil dalam perlakuan
asam dibandingkan pada perlakuan netral atau basa. Adanya data pangamatan
yang kurang tepat tersebut kemungkinan disebabkan oleh proses pemanasan yang
terlalu lama.
Pada sampel yang mengandung pigmen klorofil (buncis & bayam), setelah
proses pemanasan pada suasana asam warna buncis menjadi semakin hijau
sedangkan pada suasana basa warna buncis menjadi agak pudar. Hali ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa pengaruh asam dan basa terhadap
pigmen klorofil akan menyebabkan warnanya semakin tua jika larutan semakin
asam, dan menjadi hijau kekuningan jika semakin basa larutan.
Berdasarkan data hasil pengamatan, pengaruh logam pada pigmen
klorofil, setelah direndam dalam larutan logam maka warnanya berubah menjadi
hijau tua, dan pH nya menjadi turun (agak asam) dan teksturnya lebih lunak.
Sedangkan pada sampel yang mengandung pigmen antosianin pengaruh logam
adalah membuat warna pada kulit sampel berubah menjadi berwarna kecoklatan,
pH nya berada pada suasan asam dan teksturnya menjadi lebih lunak. Pada sampel
Dina Andrasyifa240210120125
yang mengandung pigmen karotenoid, penambahan logam menyebabkan
warnanya menjadi lebih cerah.
Setelah proses penambahan senyawa-senyawa di satas dan pemanasan,
tekstur semua contoh berubah. Contoh pepaya, buncis, terong dan lain-lain
berubah menjadi semakin lunak karena perusakan jaringan oleh pemanasan dan
senyawa kimia.
4.2. Pengawetan Warna Daging dan Pemeriksaan Kesegaran
Daging merupakan bahan pangan yang mengandung banyak protein yang
sering dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu, kita perlu melakukan pengujian
untuk mengetahui kesegaran daging agar aman dikonsumsi. Daging memiliki
mioglobin dan hemoglobin yang membuatnya berwarna merah segar. Kedua
pigmen tersebut mengandung protein globin dan gugus heme (feroprotoporfirin)
yang terdiri atas sistem cincin porfirin dan atom besi sebagai pusat. Akan tetapi
hemoglobin dan mioglobin bukan merupakan satu-satunya pigmen yang terdapat
pada daging, pigmen lain yang terdapat pada daging adalah sitokrom dan flavin.
Mioglobin merupakan pigmen otot yang sangat penting yaitu protein yang
memiliki warna agak ungu. Ketika itu kontak dengan oksigen, berubah menjadi
oksimioglobin, yang mempunyai warna merah yang terang. Demikian, ketika
daging segar dipotong, warnanya ungu tetapi permukaannya cepat berubah
menjadi warna merah di tempat yang langsung kontak dengan udara. Pemotongan
yang besar mungkin warnanya merah terang pada permukaannya tetapi lebih ungu
pada bagian dalamnya oleh karena kehilangan oksigen. Warna merah terang yang
layak pada oksimioglobin jumlahnya tidak stabil, apabila diperpanjang kontak
dengan udara dan banyak mengalami oksidasi maka akan berubah menjadi
metmioglobin, yang memiliki warna cokat.
4.2.1. Perubahan Warna Daging
Pada percobaan kali ini, dilakukan 3 macam perlakuan yaitu:
1. Mengamati langsung warna pada bidang potong daging yang telah didiamkan
selama 20’
2. Mengamati perubahan warna daging yang sebelumnya ditambahkan aquades
Dina Andrasyifa240210120125
3. Mengamati perubahan warna daging yang sebelumnya ditambahkan aquades
dan dipanaskan
Untuk perlakuan yang pertama adalah dengan menyiapkan 2 potong
daging segar, amati warna pada bidang potong, biarkan selama 20 menit dan
terakhir amati warna pada bidang potong yang sama seperti sebelum didiamkan.
Berikut merupakan tabel hasil pengamatan yang diperoleh.
Tabel 4. Perubahan Warna Daging
Sampel Perlakuan Warna
Daging
Segar
Didiamkan Merah (+3)
(+) aquades Coklat (+1)
(+) aquades panas Coklat (+2)
(Sumber: Dokumentai Pribadi, 2013)
Dari data hasil pengamatan di atas, didapat hasil bahwa pada tabung, daging yang
awalnya berwarna merah segar setelah didiamkan warnanya menjadi pucat. Hal
ini dapat terjadi karena mioglobin pada daging yang didiamkan tersebut
mengalami proses oksidasi sehingga terbentuk metmioglobin. Metmioglobin
adalah bentuk mioglobin yang teroksidasi, tidak dapat mengikat oksigen, dan
mempunyai warna merah kecoklatan.
Mioglobin adalah pigmen yang berwarna merah keunguan yang dapat
mengalami perubahan bentuk akibat reaksi kimia. Oksigenasi mioglobin-
mioglobin akan membentuk oksimioglobin yang berwarna merah cerah. Reaksi
oksidasi besi dalam oksimioglobin atau oksimioglobin akan mengubah keduanya
menjadi metioglobin yang berwarna coklat. Perubahan warna menjadi coklat,
terjadi dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut:
MbO2 ↔ Mb ↔ MetMb
Merah merah kelembayungan kecoklatan
Daging segar yang terkena udara menunjukkan warna merah segar
oksimiogobin pada permukaan. Di bagian dalam, myoglobin berada dalam
keadaaan tereduksi dan daging berwarna ijas atau lembanyung gelap. Selama ada
senyawa yang mereduksi dalam daging, mioglobin akan tetap berada dalam
bentuk tereduksi. Jika senyawa yang mereduksi habis, warna coklat metmioglobin
akan menonjol. Berikut ini merupakan skema perubahan warna daging.
Dina Andrasyifa240210120125
Pigmen yang terdapat dalam daging segar adalah mioglobin. Apabila
mioglobin mengalami oksidasi, maka warnanya akan berubah menjadi merah
kecoklatan sampai coklat seluruhnya. Apabila kontak dengan udara diteruskan,
maka tingkat oksidasi mioglobin akan menjadi lebih tinggi sehingga
mengakibatkan warna daging akan semakin coklat. Warna coklat tersebut adalah
hasil oksidasi mioglobin menjadi oksimioglobin. Reaksi oksidasi besi dalam
oksimioglobin atau oksimioglobin akan mengubah keduanya menjadi metioglobin
yang berwarna coklat.
Terdapat pula percobaan dengan dua perlakuan yaitu daging yang diberi
pemanasan hingga mendidih dan daging yang dibiarkan larut dalam aquades tanpa
pemanasan. Hasil yang didapat adalah daging yang diberi perlakuan pemanasan
warnanya berubah menjadi coklat keabuan sedangkan daging tanpa pemanasan
berwarna merah muda. Hal ini dapat terjadi karena pemanasan pada daging,
mengakibatkan terbentuknya sejumlah pigmen. Globin terdenaturasi. Selain itu,
besi dioksidasi menjadi besi (III). Pigmen daging yang dimasak berwarna coklat
dan disebut hemikrom. Jika terdapat senyawa pereduksi seperti yang terjadi di
dalam daging yang dimasak, besi dapat direduksi menjadi besi (II), pigmen yang
terbentuk adalah hemokrom merah jambu.
4.2.2. Tes Kesegaran Daging
Dina Andrasyifa240210120125
Percobaan yang dilakukan kali ini menggunakan dua uji, diantaranya uji
amoniak dan uji H2S. Keua uji ini dilakukan untuk mengetahui kesegaran pada
daging yang diuji. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan berkaitan dengan tes
kesegaran daging.
Tabel 5. Uji Kesegaran Daging
Uji Keterangan
Uji Amoniak (+) terdapat asap putih
Uji H2S (-) tidak terbentuk warna hitam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Uji amoniak dilakukan untuk mengetahui kesegaran pada daging. Pada uji
ini digunakan larutan eber untuk menguji kesegaran daging dengan mengamati
terbentuknya asap atau tidak saat daging didekatkan dengan larutan eber. Larutan
eber tersebut terdiri dari campuran eter dan etanol. Pada percobaan tes kesegaran
daging ini, digunakan sampel daging sapi, yang dilakukan adalah daging
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan eber tersebut. Penggunaan
eber pada uji kesegaran daging akan mengeluarkan asap putih yang merupakan
NH3 yang menguap dan keluar jika daging tidak segar lagi. Jika terdapat amoniak
pada daging yang diujicobakan, maka pada saat didekatkan dengan larutan eber
maka akan terbentuk asap putih.. Pada percobaan ini didapat hasil yang positif
pada daging busuk, dimana sebelum daging menyentuh larutan sudah terdapat
asap putih. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa pada daging
busuk biasanya menghasilkan amoniak.
Uji H2S dilakukan untuk mengetahui mutu dan tingkat kesegaran suatu
daging. Pada percobaan uji kesegaran H2S ini, yang dilakukan adalah daging
ditutup dengan menggunakan kertas saring. Kertas saring memiliki fungsi untuk
meneteskan Pb-asetat 5% dan untuk memudahkan dalam mengamati perubahan
warna yang terdapat pada kertas saring. Berdasarkan hasil pengamatan, daging
segar tidak menunjukan adanya noda coklat atau endapan hitam, sedangkan
keberadaan noda coklat atau endapan hitam tersebut menunjukkan adanya
kerusakan yang terjadi pada daging (daging busuk). Berikut reaksi Pb-asetat yang
ditambahkan dan H2S yang selanjutnya membentuk endapan:
H2S + (CH3COO)2Pb PbS + 2CH3COOH
Dina Andrasyifa240210120125
Daging yang tidak segar akan bereaksi positif dengan Pb-asetat dengan
membentuk PbS, yang meninggalkan bekas warna coklat pada kertas saring
setelah diteteskan Pb-asetat. Hal ini disebabkan karena daging yang tidak segar
telah banyak mengandung sulfur. Noda-noda berwarna hitam yang terdapat dalam
kertas saring tersebut merupakan endapan PbS.
4.2.3. Pengawetan Warna Daging
Pengawetan warna daging dilakukan dengan penambahan campuran
larutan pengawet, yaitu : Na-nitrat (NaNO3), Na-nitrit (NaNO2), Vitamin C, dan
akuades. Larutan I terbuat dari 0.1 gram Na-nitrat, 0.1 gram Na-nitrit, 0.05 gram
vitamin C dan 100 ml akuades. Larutan II terbuat dari 0.2 gram Na-nitrat, dan 100
ml akuades. Larutan II terbuat dari 0.2 gram Na-nitrit dan 100 ml akuades.
Larutan IV terbuat dari 0.2 gram vitamin C dan 100 ml akuades. Potongan daging
dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi keempat larutan pengawet
tersebut. Kedalam tabung ditambahkan 2-3 tetes asam cuka 95% kemudian
didiamkan selama 15 menit. Penambahan asam asetat 95% pada masing-masing
tabung yang berisi daging dan larutan garam bertujuan untuk menurunkan pH
daging karena mioglobin larut pada pH rendah. Asam akan bereaksi dengan
mioglobin membentuk nitromioglobin sebelum daging dipanaskan.Setelah 15
menit, diamati perubahan warna yang terjadi kemudian dipanaskan selama 15
menit. Berikut merupakan keadaan dan warna daging ebelum dipanaskan.
Gambar 1. Warna daging sebelum pemanasan(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Setelah dipanaskan selama 15 menit, daging kembali diamati perubahan warna
yang terjadi. Setiap daging pada setiap larutan memberikan hasil yang berbeda-
beda.
Tabel 6. Pengawetan warna DagingPerlakuan Warna
Dina Andrasyifa240210120125
Sebelum Setelah
Ditambahkan NaNO2,
NaNO3, Vit. C, Akuades
Merah cerah selaput putih Coklat muda
Ditambahkan NaNO3 Merah kecoklatan Coklat muda
Ditambahkan NaNO2 Merah kecoklatan Coklat keabuan
Ditambahkan Vitamin C Pucat kecoklatan sedikit
putih
Kecoklatan & sedikit
kekuningan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2013)Berikut merupakan warna daging setelah dilakukan pemanasan selama 15 menit.
Gambar 2. Warna daging setelah pemanasan(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Reaksi biologis yang mereduksi nitrat menjadi nitrit dan NO, yang mampu
mereduksi feri menjadi fero kemudian pigmen hem bereaksi dengan nitrit-hem
disebut nitrosomyoglobin yang berwarna merah, tetapi tidak begitu stabil. Dalam
tabung reaksi, campuran larutan pengawet denngan daging memberikan warna
yang berbeda-beda karena pigmen yang terkandung menyebar. Pada percobaan,
yang paling baik digunakan untuk pengawetan warna daging adalah larutan I
karena warna daging setelah dipanaskan. sama dengan warna daging awal.
Dari tabel hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa nitrat dan nitrit
mempertahankan warna daging lebih efektif. Pemberian nitrit pada daging dapat
mempertahankan warna. Akan tetapi jika jumlah nitritnya terlalu kecil, maka
warna yang terbentuk lemah dan kestabilan rendah. Sebaliknya, bila jumlahnya
terlalu banyak maka akan terbentuk oksida oksimioglobin yang berwarna hijau
keabuan. Mioglobin setelah dipanaskan akan membentuk
nitrosomiokromagen.Reaksi penambahan nitrit pada daging (mioglobin) akan
tampak di bawah ini :
Dina Andrasyifa240210120125
Nitrit + mioglobin nitrosomioglobin (merah), tidak stabil
apabila dipanaskan menjadi :
Nitrosomioglobin nitrosohemokrom (lebih stabil)
Secara visual, daging yang masih segar ditandai oleh adanya warna merah,
bau darah yang segar, dan masih kenyal. Pigmen yang terdapat pada daging
adalah mioglobin. Dalam daging ternak, jumlah besi yang ada sebagian besar
terdapat pada mioglobin (95%) dibanding hanya 10% pada badan ternak yang
masih hidup. Pigmen lain yang terdapat pada daging adalah sitokrom dan flavin.
Mioglobin merupakan bagian dari sarkoplasma daging yang bersifat larut
dalam air dan dalam larutan garam encer. Panjang gelombang absorpsi
maksimumnya 555 nm (pada bagian hijau) serta nampak sebagai warna abu-abu.
Sedang metmioglobin mempunyai panjang gelombang maksimum 505 nm dan
627 nm, dan nampak sebagai warna coklat.
Pengawetan warna daging dapat dilakukan dengan memberikan berbagai
macam perlakuan, diantaranya dengan curing, yaitu dengan penambahan garam
(Apriyantono, 1989). Nitrit berpengaruh pada pengawetan warna yakni pada
pembentukan warna yang tidak stabil. Jika jumlah nitrit terlalu kecil maka warna
menjadi lebih lemah dan kestabilan rendah. Jika jumlah nitrit terlalu banyak maka
akan terjadi oksidasi oksimioglobin. Warna produk menjadi hijau keabuan. Hal ini
terjadi pada kondisi suhu tinggi dan asam tinggi. Selama curing juga akan terjadi
reaksi warna antara pigmen mioglobin dengan garam nitrat. Garam nitrat akan
mengalami :
NO3 reduksi NO2
Micrococcuc auranticus
NO2 disosiasi HONO
3HONO reduksi HNO3 + 2 NO + H2O
Pemakaian senyawa nitrit/ nitrat harus dalam batasan tertentu karena
bersifat toksin. Kandungan senyawa nitrit pada produk akhir harus kurang dari
200 ppm. Pigmen hem yang merupakan senyawa tetrapirol secara alami terdapat
dalam daging. Struktur dasar pigmen hem terdiri atas empat satuan pirol yang
disambung-sambungkan menjadi cincin porfirin, atom nitrogen terikat pada atom
besi pusat.
Dina Andrasyifa240210120125
4.4. Pencoklatan pada Ssusu Bubuk Tanpa Lemak
Warna putih pada susu disebabkan oleh penyebaran butiran-butiran lemak,
kalsium kaseinat dan kalsium fosfat. Pada praktikum kali ini, akan diamati
pencoklatan susu bubuk karena pemanasan yang dilakukan. Pemanasan ini
dilakukan dengan oven suhu 1050C dan diamati pada menit ke- 0,10, 20, 30, 40
dan 50.
Pencoklatan susu bubuk tanpa lemak merupakan pencoklatan non-
enzimatis atau reaksi Maillard. Pencoklatan non-enziamtis diakibatkan dari
pigmen-pigmen coklat yang terbentuk karena protein bereaksi dengan gula-gula
mereduksi (mempunyai gugus aldehid atau keton bebas). Pemanasan yang lama
menagkibatkan susu bubuk tanpa lemak tersebut berubah warna menjadi coklat
yang mulanya berwarna putih dan bertambah kering Warna yang terlihat semakin
coklat seiring semakin lamanya waktu pemanasan. Begitu pula dengan tekstur
susunya, semakin lama waktu pemanasan teksturnya semakin keras dan menyatu
atau menggumpal. Berikut merupakan tabel hasil pengamatan berdasarkan
pengujian yang dilakukanx di laboratorium.
Tabel 7. Pencoklatan pada Susu Tanpa Lemak
Waktu Oven (menit) Warna
0 Putih kekuningan (+1)
10 Kekuningan (+1)
20 Kekuningan (+2)
30 Kekuningan (+4)
40 Kekuningan (+7)
60 Kekuningan (+10)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Proses pemanasan susu dengan suhu tinggi dalam waktu yang cukup lama juga
dapat menyebabkan terjadinya rasemisasi asam-asam amino yaitu perubahan
konfigurasi asam amino dari bentuk L ke bentuk D. Tubuh manusia umumnya
hanya dapat menggunakan asam amino dalam bentuk L. Dengan demikian proses
rasemisasi sangat merugikan dari sudut pandang ketersediaan biologis asam-asam
amino di dalam tubuh.
Dina Andrasyifa240210120125
Reaksi pencoklatan yang terjadi adalah reaksi Maillard yang terjadi antara
gugus karbonil gula pereduksi yaitu laktosa pada susu dan gugus amino dari
kasein sebagai protein susu. Reaksi ini akan menghasilkan melanoidin sehingga
susu berwarna coklat. Reaksi pencoklatan pada susu ini adalah reaksi yang tidak
diinginkan karena juga mempengaruhi flavor susu tersebut. Tekstur susu yang
mengeras dan cenderung menyatu dikarenakan dehidrasi yang dialami susu.
VI. KESIMPULAN
Dina Andrasyifa240210120125
1. Pada pengujian pengaruh cara pemasakan terhadap klorofil, sampel bayam
yang dimasak dengan panci tertutup menunjukan kerusakan pigmen (klorofil)
yang lebih besar dibandingkan bayam yang dimasak dengan panci terbuka
2. Pada pengujian ekstraksi pigmen, sampel menunjukan perubahan klorofil dan
penurunan pH yang lebih signifikan dibandingkan dengan kacang polong segar
3. Pada pengujian pengaruh asam, basa, dan logam, penambahan asam, basa, dan
logam menyebabkan perubahan pada sampel terhadap warma, tekstur, dan pH
4. Semakin kuat asam atau basa maka perubahan yang terjadi semakin besar
5. Pada pengujian perubahan warna daging, warna daging menjadi kecoklatan
seteleh didiamkan selama 15 menit dan diberi perlakuan pemanasan selama 15
menit
6. Pada pengujian kesegaran daging, daging yang busuk positif mengandung
amoniak dan H2S
7. Pada pengujian pengawetan warna daging, larutan pengawet yang paling
efektif mempertahankan warna daging adalah larutan I (0.1 gram Na-nitrat, 0.1
gram Na-nitrit, 0.05 gram vitamin C dan 100 ml akuades)
8. Pada pengujian pencoklatan susu bubuk non-lemak, semakin lama proses
pemanasan maka warna coklat yang terbentuk pada susu semakin banyak
DAFTAR PUSTAKA
Dina Andrasyifa240210120125
Apriyantono A, dkk. 1989. Analisa Pangan. PAU IPB : Bogor
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press : Jakarta
deMan, John. M. 1997. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Kimia Makanan. ITB : Bandung
Herudiyanto, Marleen, Ir., M.S. 2006. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan : Jatinangor
Nurhadi, Bambang, dkk, 2006. Biokimia Pangan II. Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran : Jatinangor
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press : Jakarta
Soedarmo, Poerwo, prof dan dr. A. Djaeni Sedioetama. 1977. Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta