pemba has an

5
Pembahasan 1. Problem I Pada kasus ini, pasien dengan Acites karena pada anamnesis ditemukan adanya keluhan pembesaran perut dalam satu bulan. Dan pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya pekak samping dan pekak berpindah (shifting dullnes) dan pemeriksaan undulasi positif. Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan sebelumnya yaitu pemeriksaan USG kurang lebih 1 bulan yang lalu dengan keluhan yang sama berupa pembesaran perut. Pada USG ditemukan adanya cairan dengan jumlah yang masif. Keluhan ini membuat pasien untuk datang ke RS dan dirawat pada tanggal 18 Maret 2015. Penyebab Ascites pada pasien ini dicurigai karena sirosis hepatis atau penyakit lain hepatoma. Sirosis hepatis seperti diketahui suatu fase lanjut penyakit hati kronis yang ditandai proses peradagan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difus (fibroid) dengan terbentukanya nodul yang menggangu susunan lobulus hati. Dan menurut salah satu etiologi dapat disebabkan karena virus hepatitis B. Selain sirosis hepatis, asites dapat disebabkan oleh hepatoma. Hepatoma merupakan tumor ganas hati yang berasal dari hepatosit. Pada pemeriksaan penunjangditemukan nilai yang abnormal Albumin 2.30 g/dl (menurun/ hipoalbuminemia), Globulin 3.70 (meningkat), rasio globulin terbalik. Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan lanjut yang membantu untuk menegakan

Upload: talia

Post on 15-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan

TRANSCRIPT

Page 1: Pemba Has An

Pembahasan

1. Problem I

Pada kasus ini, pasien dengan Acites karena pada anamnesis ditemukan adanya keluhan

pembesaran perut dalam satu bulan.

Dan pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya pekak samping dan pekak berpindah

(shifting dullnes) dan pemeriksaan undulasi positif. Pada pasien ini sudah dilakukan

pemeriksaan sebelumnya yaitu pemeriksaan USG kurang lebih 1 bulan yang lalu dengan

keluhan yang sama berupa pembesaran perut. Pada USG ditemukan adanya cairan dengan

jumlah yang masif. Keluhan ini membuat pasien untuk datang ke RS dan dirawat pada

tanggal 18 Maret 2015.

Penyebab Ascites pada pasien ini dicurigai karena sirosis hepatis atau penyakit lain

hepatoma. Sirosis hepatis seperti diketahui suatu fase lanjut penyakit hati kronis yang

ditandai proses peradagan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi dan penambahan jaringan

ikat difus (fibroid) dengan terbentukanya nodul yang menggangu susunan lobulus hati.

Dan menurut salah satu etiologi dapat disebabkan karena virus hepatitis B.

Selain sirosis hepatis, asites dapat disebabkan oleh hepatoma. Hepatoma merupakan

tumor ganas hati yang berasal dari hepatosit.

Pada pemeriksaan penunjangditemukan nilai yang abnormal Albumin 2.30 g/dl

(menurun/ hipoalbuminemia), Globulin 3.70 (meningkat), rasio globulin terbalik.

Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan lanjut yang membantu untuk menegakan

diagnosis pasien ini. Berupa pemeriksaan pungsi cairan asites, pada pemeriksaan ini

digunakan untuk mengetahui cairan abdomen pasien berupa transudat atau eksudat. Pada

pasien ini cairan yang didapat berupa cairan kuning jernih.

Selain itu, pada pasien juga ditemukan pemeriksaan anti HbsAg positif. Sehingga dapat

dikatakan pasien ini sudah mengalami fase lanjut penyakit hati berupa hepatitis B.

Untuk lebih menyakinkan diagnosis maka diperlukan pemeriksaan lain sebagai cara untuk

menyingkirkan diagnosis lain yaitu AFP dan CEA jika terjadi peningkatan hasil maka ini

menandakan suatu keganasan.

Untuk pengobatan ascites, yaitu dengan tirah baring. Tirah baring dapat memperbaiki

efektifitas diuretika, pada pasien ascites transudat yang berhubungan dengan hiperetnsi

porta. Perbaikan efek diuretika tersebut berhubungan dengan perbaikan aliran darah ginjal

dan filtrasi glomerolous akibat tirah baring. Diet rendah garam ringan sampai sedang

Page 2: Pemba Has An

dapat membantu diuresis. Komsumsi garam (NaCl) perhari sebaiknya dibatasi hingga 40-

60 mcg/hari. Terapi lain seperti diuretika sprinolakton yang merupakan diuretika hemat

kalium, bekerja di tubulus distal dan menahan reabsorsi Na. Dan untuk setiap liter cairan

yag dikeluarkan sebaiknya diikuti dengan subtitusi dengan albumin parenteral sebanyak

6-8 gram. Terapi lain yaitu hepamax dan Livercare. Tiap kapsul hepamax mengandung,

Lecithin murini (PPC 95%) 150mg, Silimarin 100 mg, Schizandra ekstrak setara dengan

herba 375mg, Vit E natural 5IU. Lesitin bersifat antifibrotic, dengan memperbaiki

kerusakan dinding sel hati, precursor Choline, yang berperan dalam pembentukan

neurotransmiter dan berbagai proses metabolisme. Silymarin melindungi hati dengan

cara bekerja sebagai antioksidan dan dengan membantu meningkatkan pertumbuhan sel

hati yang baru. Silymarin dapat juga mencegah kerusakan hati yang reversibel.

Schizandra berperan sebagai “hepatic activity”, yang berguna untuk meningkatkan

protein hati dan sintesa glikogen. Schizandra juga berperan sebagai antioksidan yang

poten. Schizandra dapat menurunkan kadar SGPT secara bermakna. Vitamin E natural.

a tocopherol adalah bentuk aktif vitamin E pada tubuh manusia , yang berperan sebagai

antioksidan, melindungi sel dari proses oksidatif , menetralisasi radikal bebas, yang dapat

menyebabkan kerusakan serta mendukung sistem imun. Selain itu, vitamin E juga

memperbaiki profil lipid plasma.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta melihat gejala-

gejala klinis yang tampak pada pasien, dapat dipastikan bahwa pasien menderita Ascites

ec Sirosis Hepatis.

2. Problem 2

Pada kasus ini, pasien menderita anemia. Penegakkan diagnosa anemia ini, sebetulnya

tidak begitu jelas dalam kasus ini jika hanya ditinjau dari anamnesis saja. Kecurigaan

terhadap anemia dalam kasus ini diperoleh dari pemeriksaan fisik, dimana pada pasien ini

ditemukan adanya konjunctiva pucat pada kedua mata dan pada pemeriksaan

laboratorium menunjukkan anemia (Hb : 4.5 g/dl).

Dimana hal ini menunjukkan bahwa, anemia yang dialami oleh pasien dalam kasus ini,

bukan disebabkan karena defisiensi besi. Anemia yang dialami oleh pasien dalam kasus

ini, diduga terjadi akibat penyakit kronik, dimana anemia jenis ini akan muncul setelah 1-

Page 3: Pemba Has An

2 bulan infeksi suatu penyakit kronik terjadi. Hal ini dipertegas dengan adanya kadar

leukosit yang tinggi pada pemeriksaan laboratorium terakhir, yang menunjukkan adanya

infeksi pada pasien ini.

Kemudian dalam mendiagnosa anemia akibat penyakit kronik, dapat dilakukan dengan

menemukan beberapa gejala klinis. Namun anemia akibat penyakit kronis ini, seringkali

gejala klinisnya tertutupi oleh penyakit dasarnya.

Dan untuk memastikan kondisi anemia pasien ini, dilakukanlah pemeriksaan penunjang

berupa pemeriksaan darah, yakni pemeriksaan darah lengkap (terutama hemoglobin,

MCH, MCHC, dan IBC) untuk memastikan keadaan anemia pasien. Dan hasilnya,

hemoglobin pasien hanya berada diangka 7,10 g/dl, MCV berada diangka 64 fL, dan

MCH berada diangka 19 pg, yang artinya anemia yang dialami pasien merupakan anemia

mikrositik hipokrom. Dan jika merujuk dari jumlah eritrosit pasien, dapat dikatakan

bahwa angka lebih rendah daripada nilai normal. Hal ini menunjukkan adanya gangguan

pada pembentukkan sel darah merah, yang kemungkinan disebabkan penyakit kronik

yang menganggu fungsi dari sumsum tulang belakang, sehingga produksi atau kerja dari

sumsum tulang belakang tidak optimal.

Untuk kasus anemia et causa penyakit kronik dapat diberikan transfusi PRC atau

eritropoietin.

Selain itu untuk monitoring, dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin,

untuk melihat apakah pasien berada dalam kondisi anemia atau tidak.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien. Dapat ditegakkan diagnosis berupa

Ascites ec Sirosis Hepatis. Penatalaksanaan yang dapat digunakan berupa terapi

Sprinolakton. Albumin, cefotaxime, hepamax dan livercare. Serta pemberian transfusi

PRC atau eritropoietin pada pasien.