pemba has an
DESCRIPTION
pembahasanTRANSCRIPT
Pembahasan
1. Problem I
Pada kasus ini, pasien dengan Acites karena pada anamnesis ditemukan adanya keluhan
pembesaran perut dalam satu bulan.
Dan pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya pekak samping dan pekak berpindah
(shifting dullnes) dan pemeriksaan undulasi positif. Pada pasien ini sudah dilakukan
pemeriksaan sebelumnya yaitu pemeriksaan USG kurang lebih 1 bulan yang lalu dengan
keluhan yang sama berupa pembesaran perut. Pada USG ditemukan adanya cairan dengan
jumlah yang masif. Keluhan ini membuat pasien untuk datang ke RS dan dirawat pada
tanggal 18 Maret 2015.
Penyebab Ascites pada pasien ini dicurigai karena sirosis hepatis atau penyakit lain
hepatoma. Sirosis hepatis seperti diketahui suatu fase lanjut penyakit hati kronis yang
ditandai proses peradagan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi dan penambahan jaringan
ikat difus (fibroid) dengan terbentukanya nodul yang menggangu susunan lobulus hati.
Dan menurut salah satu etiologi dapat disebabkan karena virus hepatitis B.
Selain sirosis hepatis, asites dapat disebabkan oleh hepatoma. Hepatoma merupakan
tumor ganas hati yang berasal dari hepatosit.
Pada pemeriksaan penunjangditemukan nilai yang abnormal Albumin 2.30 g/dl
(menurun/ hipoalbuminemia), Globulin 3.70 (meningkat), rasio globulin terbalik.
Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan lanjut yang membantu untuk menegakan
diagnosis pasien ini. Berupa pemeriksaan pungsi cairan asites, pada pemeriksaan ini
digunakan untuk mengetahui cairan abdomen pasien berupa transudat atau eksudat. Pada
pasien ini cairan yang didapat berupa cairan kuning jernih.
Selain itu, pada pasien juga ditemukan pemeriksaan anti HbsAg positif. Sehingga dapat
dikatakan pasien ini sudah mengalami fase lanjut penyakit hati berupa hepatitis B.
Untuk lebih menyakinkan diagnosis maka diperlukan pemeriksaan lain sebagai cara untuk
menyingkirkan diagnosis lain yaitu AFP dan CEA jika terjadi peningkatan hasil maka ini
menandakan suatu keganasan.
Untuk pengobatan ascites, yaitu dengan tirah baring. Tirah baring dapat memperbaiki
efektifitas diuretika, pada pasien ascites transudat yang berhubungan dengan hiperetnsi
porta. Perbaikan efek diuretika tersebut berhubungan dengan perbaikan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerolous akibat tirah baring. Diet rendah garam ringan sampai sedang
dapat membantu diuresis. Komsumsi garam (NaCl) perhari sebaiknya dibatasi hingga 40-
60 mcg/hari. Terapi lain seperti diuretika sprinolakton yang merupakan diuretika hemat
kalium, bekerja di tubulus distal dan menahan reabsorsi Na. Dan untuk setiap liter cairan
yag dikeluarkan sebaiknya diikuti dengan subtitusi dengan albumin parenteral sebanyak
6-8 gram. Terapi lain yaitu hepamax dan Livercare. Tiap kapsul hepamax mengandung,
Lecithin murini (PPC 95%) 150mg, Silimarin 100 mg, Schizandra ekstrak setara dengan
herba 375mg, Vit E natural 5IU. Lesitin bersifat antifibrotic, dengan memperbaiki
kerusakan dinding sel hati, precursor Choline, yang berperan dalam pembentukan
neurotransmiter dan berbagai proses metabolisme. Silymarin melindungi hati dengan
cara bekerja sebagai antioksidan dan dengan membantu meningkatkan pertumbuhan sel
hati yang baru. Silymarin dapat juga mencegah kerusakan hati yang reversibel.
Schizandra berperan sebagai “hepatic activity”, yang berguna untuk meningkatkan
protein hati dan sintesa glikogen. Schizandra juga berperan sebagai antioksidan yang
poten. Schizandra dapat menurunkan kadar SGPT secara bermakna. Vitamin E natural.
a tocopherol adalah bentuk aktif vitamin E pada tubuh manusia , yang berperan sebagai
antioksidan, melindungi sel dari proses oksidatif , menetralisasi radikal bebas, yang dapat
menyebabkan kerusakan serta mendukung sistem imun. Selain itu, vitamin E juga
memperbaiki profil lipid plasma.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta melihat gejala-
gejala klinis yang tampak pada pasien, dapat dipastikan bahwa pasien menderita Ascites
ec Sirosis Hepatis.
2. Problem 2
Pada kasus ini, pasien menderita anemia. Penegakkan diagnosa anemia ini, sebetulnya
tidak begitu jelas dalam kasus ini jika hanya ditinjau dari anamnesis saja. Kecurigaan
terhadap anemia dalam kasus ini diperoleh dari pemeriksaan fisik, dimana pada pasien ini
ditemukan adanya konjunctiva pucat pada kedua mata dan pada pemeriksaan
laboratorium menunjukkan anemia (Hb : 4.5 g/dl).
Dimana hal ini menunjukkan bahwa, anemia yang dialami oleh pasien dalam kasus ini,
bukan disebabkan karena defisiensi besi. Anemia yang dialami oleh pasien dalam kasus
ini, diduga terjadi akibat penyakit kronik, dimana anemia jenis ini akan muncul setelah 1-
2 bulan infeksi suatu penyakit kronik terjadi. Hal ini dipertegas dengan adanya kadar
leukosit yang tinggi pada pemeriksaan laboratorium terakhir, yang menunjukkan adanya
infeksi pada pasien ini.
Kemudian dalam mendiagnosa anemia akibat penyakit kronik, dapat dilakukan dengan
menemukan beberapa gejala klinis. Namun anemia akibat penyakit kronis ini, seringkali
gejala klinisnya tertutupi oleh penyakit dasarnya.
Dan untuk memastikan kondisi anemia pasien ini, dilakukanlah pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah, yakni pemeriksaan darah lengkap (terutama hemoglobin,
MCH, MCHC, dan IBC) untuk memastikan keadaan anemia pasien. Dan hasilnya,
hemoglobin pasien hanya berada diangka 7,10 g/dl, MCV berada diangka 64 fL, dan
MCH berada diangka 19 pg, yang artinya anemia yang dialami pasien merupakan anemia
mikrositik hipokrom. Dan jika merujuk dari jumlah eritrosit pasien, dapat dikatakan
bahwa angka lebih rendah daripada nilai normal. Hal ini menunjukkan adanya gangguan
pada pembentukkan sel darah merah, yang kemungkinan disebabkan penyakit kronik
yang menganggu fungsi dari sumsum tulang belakang, sehingga produksi atau kerja dari
sumsum tulang belakang tidak optimal.
Untuk kasus anemia et causa penyakit kronik dapat diberikan transfusi PRC atau
eritropoietin.
Selain itu untuk monitoring, dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin,
untuk melihat apakah pasien berada dalam kondisi anemia atau tidak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan terhadap pasien. Dapat ditegakkan diagnosis berupa
Ascites ec Sirosis Hepatis. Penatalaksanaan yang dapat digunakan berupa terapi
Sprinolakton. Albumin, cefotaxime, hepamax dan livercare. Serta pemberian transfusi
PRC atau eritropoietin pada pasien.