pemba has an

53
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah salah satu penyakit yang banyak terdapat dalam masyarakat dan merupakan masalah masyarakat di negara maju maupun dinegara berkembang. Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. Setelah diketahui bahwa penyakit periodontal merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor lingkungan seperti patogen periodontal dan pertahanan tubuh. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi jaringan periodontal, penyabab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya). Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi yaitu sementum dan ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Keadaan ini mengakibatkan hilangnya perlekatan gingiva dan terjadinya kerusakan tulang alveolar yang dalam, pembentukan poket periodontal, migrasi patologis yang

Upload: iradatul-hasanah

Post on 02-Dec-2015

199 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemba Has An

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal adalah salah satu penyakit yang banyak terdapat

dalam masyarakat dan merupakan masalah masyarakat di negara maju maupun

dinegara berkembang. Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses

patologis yang mengenai jaringan periodontal. Setelah diketahui bahwa penyakit

periodontal merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara faktor lingkungan seperti patogen periodontal dan

pertahanan tubuh. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi jaringan

periodontal, penyabab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang

berkolonisasi di permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk yang

dihasilkannya).

Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan

periodontal yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang

dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan

penyangga gigi yaitu sementum dan ligamentum periodontal dan tulang alveolar.

Keadaan ini mengakibatkan hilangnya perlekatan gingiva dan terjadinya

kerusakan tulang alveolar yang dalam, pembentukan poket periodontal, migrasi

patologis yang menimbulkan diastema, kegoyangan gigi yang akan berakibat

tanggalnya gigi.

Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang

berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus dapat juga disebut hiperplasi

gingiva. Pembesaran ini sering dijumpai pada penyakit gingiva. Pembesaran

gingiva dapat menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi

fungsi bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu

estetik.

Kerusakan jaringan periodontal akibat penggunaan ortodonti dan restorasi

yang kurang tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah periodonsium.

Respon dari jaringan yang mengalami kerusakan akibat adanya tekanan yang

berlebihan antara lain adalah adanya respon rasa sakit, adanya nekrosis seluler

Page 2: Pemba Has An

2

pada daerah ligament periodontal dan terjadi under mining resorption atau indirect

resorbsi. Selain dari pemakaian orto cekat yang memberikan tekanan berlebih

kerusakan pada jaringan periodontal dapat juga di akibatkan oleh restorasi yang

under maupun over hanging. Hal ini di karenakan adanya penumpukan jumlah

plak yang besar pada daerah yang under ataupun over hanging terutama apa bila

kavitas tersebut dekat dengan margin gingival, hal ini akan menyebabkan adanya

inflamasi pada daerah tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya gingivitis,

apabila tidak segera di tangani maka akan dapat menyebabkan periodontitis.

Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan pada jaringan gingival.

Pada pemakaian orto cekat yang memberikan tekanan yang besar akan

mengakibatkan gigi bergerak dari soketnya dan jaringan gingival akan terdesak

dan tertekan hal inilah yang mengakibatkan terjadinya hyperplasia pada daerah

interdental, lingual dan labial. Apabila pada restorasi yang overhanging

penumpukan plak yang berada sekitar margin gingival akan mempengaruhi sel sel

inflamasi pada daerah gingival sehingga menyebabkan terjadinya proses resorbsi

pada daerah tersebut. Kerusakan lain yang timbul akibat dari orto cekat adalah

rusaknya ligament periodontal hal ini di pengaruhi oleh tekanan yang besar akan

mengakibatkan rusaknya serabut serabut ligament periodontal. Serabut serabut ini

terjepit di antara gigi dan dinding soket, sehingga pembuluh darahnya mengecil,

ligament periodontal menjadi aseluler dan terjadi hialimisasi jaringan. Hal ini

mengakibatkan terganggunya peredaran darah sehingga mengakibatkan terjadinya

nekrosis, akibatnya gigi akan menjadi goyah karena resorbsi dan terjadi pada

daerah yang mengalami tekanan yang besar

1.2 Skenario

Seorang wanita usia 25 tahun datang ke dokter gigi untuk memeriksakan

gusinya yang membesar pada regio depan atas. Selain itu di region belakang

bawah kanan sakit pada saat makan. Keluhan itu muncul sejak memakai alat

ortodonsia cekat ±1 tahun yang lalu dan sejak gigi belakang bawah ditambal ±6

bulan yang lalu. Setelah diperiksa didapat gigi 22, 21, 11, 12 gingivanya pada

margin dan interdental mengalami pembesaran kearah koronal, konsistensi keras

Page 3: Pemba Has An

3

dan terdapat false poket 4mm. Sedangkan pada gigi 46 terdapat tumpatan

komposit kelas II overhanging pada proksimal dostal. Secara klinis gingival pada

region gigi 46 merah, mudah berdarah, halus mengkilat dan terdapat true poket 5

mm. Gambaran radiografi gigi 46 terdapat resorbsi vertical tulang alveolar. Skor

OHI-S sedang, pasien tidak ada penyakit sistemik. Dokter gigi mendiagnosa pada

gigi 22, 21, 11, 12 hiperplasi gingival dan gigi 46 periodontitis kronis.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa respon biologis jaringan periodontal terhadap kekuatan alat orthodonsi

cekat?

2. Apa etiologi hiperplasi gingival pada skenario dan perawatannya?

3. Apa etiologi periodontitis kronis pada skenario dan pearawannya?

4. Apa perawatan pendahuluan sebelum perawatan orthodonsi cekat dan

bagaimana pemeliharaan selama perawatan orthodonsi cekat?

5. Apa perawatan pendahuluan sebelum perawatan restorasi?

6. Apa saja yang termasuk fase pemeliharaan?

1.4 Maping

Perawatan Ortodontik dan Restoratif

Fase Pemeliharaan

Rencana Perawatan

Respon Jaringan Periodontal

Pemeliharaan selama Perawatan

Perawatan Pendahuluan

Page 4: Pemba Has An

4

1.5 Tujuan Pembelajaran

1. Mampu menjelaskan dan memahami respon biologis jaringan periodontal

terhadap kekuatan alat orthodonsi cekat.

2. Mampu menjelaskan dan memahami etiologi hiperplasi gingival pada

skenario dan perawatannya.

3. Mampu menjelaskan dan memahami etiologi periodontitis kronis pada

skenario dan pearawannya.

4. Mampu menjelaskan dan memahami perawatan pendahuluan sebelum

perawatan orthodonsi cekat dan bagaimana pemeliharaan selama

perawatan orthodonsi cekat.

5. Mampu menjelaskan dan memahami perawatan pendahuluan sebelum

perawatan restorasi.

6. Mampu menjelaskan dan memahami fase pemeliharaan.

Page 5: Pemba Has An

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Periodontitis kronis

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal. Plak gigi

dinyatakan berperan penting dalam inisiasi periodontitis. Periodontitis umumnya

disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri,

produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan

berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan

periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan

produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan

terjadilah periodontitis.

2.1.1 Definisi

Dahulu periodontitis kronis dikenal sebagai adult periodontitis atau slowly

progressive periodontitis. Periodontitis kronis terjadi sebagai akibat dari perluasan

inflamasi dari gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam.

Gambar 1. A, Abses periodontal kronis pada gigi kaninus kanan rahang atas. B,

Setelah adminsitrasi anestesi lokal, probe periodontal dimasukkan untuk

menentukan keparahan lesi. C, Menggunakan insisi vertikal mesial dan distal,

Page 6: Pemba Has An

6

dilakukan pembukaan flap full-thickness, yang menunjukkan dehisensi tulang

parah, restorasi subgingiva, dan kalkulus akar. D, Permukaan akar telah

dihaluskan dan bebas kalkulus serta restorasi dihaluskan. E, Flap full-thickness

dikembalikan ke posisi awalnya dan dijahit menggunakan absorbable suture. F,

Setelah 3 bulan, jaringan gingiva berwarna merah muda, padat, dan beradaptasi

baik dengan gigi, dengan kedalaman probing periodntal minimal.

Sumber: carranza, tahun 2008 edisi 10

2.1.2 Etiologi

Awal periodontitis pada seorang individu diduga karena adanya gen

polimorf yang menyebabkan perubahan pada aktivitas sitokin, substansi yang

mengatur aktivitas sistem imun dalam mempertahankan suatu sel. Perubahan ini

menyebabkan destruksi pada tulang dan jaringan ikat, yang biasanya terjadi sangat

lambat, dan sebagian besar asimptomatik, sehingga efeknya pada gigi berupa

hilangnya perlekatan dengan tulang terjadi pada usia sekitar 30-50 tahun. Elemen

genetik tersebut yang bisa menjelaskan mengapa periodontitis kronis seringkali

mengenai anggota keluarga yang sama.

Adapun etiologi dari periodontitis kronis, yaitu :

Akumulasi plak dan kalsifikasi kalkulus (tartar) diatas (supra) dan/atau

dibawah (subgingiva) pada batas gingiva.

Organisme penyebab periodontitis kronis, antara lain :

a. Porphiromonas gingivais (P.gingivais)

b. Prevotella intermedia (P.intermedia)

c. Capnocytophaga

d. A.actinomycetem comitans (A.a)

e. Eikenella corrodens

f. Campylobacter rectus(C.rectus)

Reaksi inflamasi yang diawali dengan adanya plak yang berhubungan dengan

kehilangan yang progressif dari ligament periodontal dan tulang alveolar, dan

pada akhirnya akan terjadi mobilitas dan tanggalnya gigi :

a. Perlekatan gingiva dari gigi

Page 7: Pemba Has An

7

b. Membrane periodontal dan tulang alveolar mengalami kerusakan.

c. Celah yang abnormal (poket) yang berkembang antara gigi dan gingiva.

d. Debris dan poket yang dihasilkan oleh poet (pyorrhea)

Subjek cenderung rentan karena faktor genetic dan/atau lingkungan seperti :

a. Merokok

b. Polimorf gen interleukin-1

c. Depresi imun

d. Diabetes

2.1.3 Bentuk Periodontitis Kronis

Adapun bentuk dari periodontitis kronis adalah:

Reccurent periodontitis - tanda dan gejala awal dari periodontitis yang

destruktif kambuh setelah terapi periodontal diakibatkan karena penyakit

tidak dirawat secara adekuat dan/atau pasien tidak melakukan perawatan

oral hygiene yang adekuat.

Refractory periodontitis- periodontitis destruktif yang terjadi pada pasien,

dimana pada saat di lakukan pemeriksaan, terdapat kehilangan perlekatan

pada satu atau lebih dari permukaan gigi, meskipun telah dilakukan terapi

periodontal secara professional dan pasien yang telah melakukan

pemeliharaan oral hygiene serta telah mengikuti program yang dianjurkan

dari kunjungan pemeliharaan periodontal.

2.2 Hiperplasi Gingiva

Gingiva merupakan salah satu jaringan periodontal yang terlihat dari luar.

Gingiva sehat mempunyai ciri berwarna coral pink, tekstur stipling, berbentuk

tajam seperti kerah baju dan konsistensi kenyal (Newman dkk, 1996).

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang paling luas

penyebarannya pada manusia (Manson dan Eley, 1993). Salah satu penyakit

periodontal yang sering dijumpai adalah pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva

Page 8: Pemba Has An

8

ditandai dengan penambahan ukuran gingival dan dapat menimbulkan efek negatif

berupa gangguan fungsi.

2.2.1 Definisi dan Etiologi

Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang

berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus dapat juga disebut hiperplasi

gingiva. Pembesaran ini sering dijumpai pada penyakit gingiva. Pembesaran

gingiva dapat menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi

fungsi bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu

estetik.

Gambar 2. Pembesaran gingiva

Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran

gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan

kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis

adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.

Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena

adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasi gingiva

tampak sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila

interdental menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa

sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam

melakukan kontrol plak. Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai

etiologi dan juga diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi.

1. Pembesaran gingiva inflamasi

Page 9: Pemba Has An

9

2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan

3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik.

Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas,

defisiensi vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.

Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit

leukemia.

4. Pembesaran neoplastik

Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang

paling umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan

terhadap infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen

molekul adhesi endotelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat. Penyebab

leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada

beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia

yaitu

Telah diketahui bahwa kerusakan jaringan dimediasi oleh substansi bakteri

yang melewati barier epitel dan menyebabkan injury secara langsung atau tidak

langsung. Produk bakteri yang dapat menyebabkan injury langsung pada jaringan

yaitu toxin seperti endotoksindan leukotoksi, dan enzim seperti hyaluronidase dan

kolagenase. Beberapa mekanisme dari injury secara tidak langsung dari jaringan

periodontal telah dipaparkan.

Berdasar pada sistem klasifikasi tahun 1989, refractory periodontitis telah

dipisahkan secara tersendiri. Dipercaya bahwa refractory periodontitis

bukan merupakan kesatuan dari suatu penyakit tunggal.

Pada klasifikasi tahun 1999, refractory dapat digunakan untuk semuatipe

penyakit periodontal yang tidak berespon terhadap perawatan. Kasus

periodontitis kronis yang tidak berespon terhadap perawatan disebut

refractory chronic periodontitis.

2.3 Perawatan ortodonsi dan oral hygiene

Pemakaian pesawat ortodonti terutama pesawat cekat membuat gigi lebih

sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi

Page 10: Pemba Has An

10

pasien. Plak merupakan faktor penyebab penyakit periodontal dan kerusakan gigi.

Oleh karena itu, pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti sangat

penting untuk mencegah penumpukan plak.10 Perlu diperhatikan bahan yang

digunakan dalam perawatan ortodonti, karena dapat mempengaruhi oral hygiene.

2.3.1 Definisi Oral Hygiene

Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut

agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan

periodontal serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk

menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang

melekat di gigi.

Page 11: Pemba Has An

11

Oral hygiene merupakan kebersihan rongga mulut seseorang yang dapat

diukur dari indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang dapat

digunakan untuk menentukan status oral hygiene seseorang yaitu indeks oral

hygiene (oral hygiene index). Oral Hygiene Index (OHI) mengukur debris dan

kalkulus yang menutupi permukaan gigi dan terdiri dari dua komponen yakni

indeks debris dan indeks kalkulus. Masing-masing indeks mempunyai rentangan

skor 0 – 3. Oral Hygiene Index (OHI) diperoleh dengan menjumlahkan nilai

indeks debris (Gambar 2) dan indeks kalkulus (Gambar 3).

Page 12: Pemba Has An

12

2.4 Pemeliharaan Oral Hygiene Selama Perawatan Ortodonti

Oral hygiene sangat berperan dalam perawatan ortodonti agar

mendapatkan hasil perawatan yang memuaskan. Untuk mencegah komplikasi-

komplikasi yang terjadi, dokter gigi memiliki peranan yang harus diperhatikan,

yaitu memperhatikan oral hygiene pasien.

Membersihkan gigi dengan pesawat ortodonti cekat sedikit lebih sulit,

karena pesawat ortodonti cekat tidak dapat dilepas-lepas oleh pasien, sehingga

pemakaian pesawat ortodonti cekat dibutuhkan perawatan yang lebih intensif

untuk mencegah komplikasi yang terjadi. Dokter gigi berkewajiban untuk

memberitahukan kepada pasien bagaimana cara penyikatan gigi, dental floss,

penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan obat kumur

yang dipakai untuk memelihara oral hygiene.

2.4.1 Cara penyikatan gigi

Sikat gigi yang digunakan pada pasien ortodonti harus memiliki bulu sikat

yang lembut. Pada saat perawatan ortodonti, sikat gigi yang digunakan untuk

pesawat cekat atau lepasan terdiri dari dua jenis, yaitu sikat gigi manual dan sikat

gigi elektrik.

Sikat gigi manual merupakan prosedur pemeliharaan oral hygiene yang

telah lama dilakukan. Kelebihan sikat gigi manual adalah biaya yang dikeluarkan

lebih murah dan mudah dilakukan. Sikat gigi manual yang digunakan adalah

dimana baris tengah bulu sikat berukuran lebih pendek. Hal ini bertujuan agar

pasien dapat membersihkan bracket dengan mudah dan bulu sikat yang panjang

tetap berkontak dengan permukaan gigi pasien bagaimana cara penyikatan gigi,

dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan

obat kumur yang dipakai untuk memelihara oral hygiene. Sikat gigi interdental

merupakan sikat gigi manual yang dipakai untuk menyingkirkan plak subgingiva

mulai dari kedalaman saku 2-2,5mm. Saat ini jenis sikat gigi interdental

bervariasi, mulai dari kekerasan bulu sikatnya, bentuk bulu sikatnya dan desain

pegangan sikatnya.

Page 13: Pemba Has An

13

Teknik menyikat gigi yang banyak dianjurkan oleh para ahli karena dinilai

cukup efektif dalam membersihkan plak gigi, yaitu teknik bass. Teknik bass

merupakan teknik penyikatan yang baik karena kepala bulu sikat gigi pada

permukaan gigi, lebih tepatnya di tepi gusi (batas gigi dengan gusi), karena

disinilah banyak plak menumpuk. Miringkan kepala sikat gigi kira-kira sebesar 45

derajat menghadap permukaan gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke

celah antara gigi dengan gusi yang disebut saku gusi, dan membersihkan plak

yang ada di dalamnya agar terhindar dari komplikasi-komplikasi yang terjadi.

Pemakaian sikat gigi elektrik juga dapat digunakan untuk membersihkan

sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi. Heanue dkk (2003) dan

Robinson dkk (2005) menemukan bahwa penggunaan sikat gigi elektrik lebih

signifikan dalam menjaga oral hygiene dibandingkan sikat gigi manual. Sikat gigi

elektrik dapat lebih efektif untuk menghilangkan plak yang menempel

dipermukaan gigi dibandingkan dengan sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik

digerakkan oleh motor sehingga mempunyai kekuatan yang stabil dan dapat

menjangkau permukaan gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi manual. Sikat

gigi elektrik kurang begitu dikenal oleh masyarakat dikarenakan masih merupakan

teknologi baru.

Frekwensi penyikatan gigi juga merupakan faktor yang mempengaruhi

efektifitas penyikatan gigi. Jika penyikatan lebih sering dilakukan, maka gigi dan

rongga mulut lebih bersih sehingga mencegah akumulasi plak dan timbulnya

gingivitis. Penyikatan gigi harus dilakukan minimal 3 kali sehari khususnya

setelah makan dan sebelum tidur selama 2-3 menit.

2.4.2 Dental floss

Penyikatan gigi memang efektif dalam menyingkirkan plak, tetapi

penyikatan gigi tidak selalu membuat gigi lebih bersih, khususnya pada sisi

proksimal. Oleh karena itu diperlukan pemakaian dental floss pada pasien

ortodonti.

Page 14: Pemba Has An

14

Cara menggunakan dental floss adalah mengambil sekitar 45 cm dari

dental floss, kemudian lilitkan pada jari tengah di masing-masing tangan dan

sisakan sekitar 4 cm. Regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan

ibu jari. Arahkan dental floss yang diregangkan di antara gigi. Saat dental floss

mencapai batas gusi, lekuk menjadi seperti huruf C berlawanan dengan

permukaan gigi. Gerakkan secara perlahan ke atas, bawah , depan, dan belakang

untuk membersihkan permukaan gigi. Selanjutnya pindahkan dental floss kegigi

sebelahnya. Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan dental floss setelah

seluruh permukaan selesai dibersihkan.

2.4.3 Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride

Saat ini, ada begitu banyak produk pasta gigi yang diperkaya dengan

kandungan sesuai kebutuhan gigi kita, seperti tartar control, pemutih, atau

penyegar napas. Tetapi, pemakaian pasta gigi ber-flouride merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi dalam pemeliharaan oral hygiene. Flouride

merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam mineralisasi dan

juga dapat mencegah karies.17 Menurut Academy of General Dentistry,

menggosok gigi dengan pasta gigi ber- fluoride dua kali sehari dapat mengurangi

kerusakan gigi hingga 40 persen. Pasta gigi yang diletakkan pada bulu sikat hanya

seukuran kacang, karena pasta gigi sebanyak itu dapat membuat penggosokan gigi

lebih efektif dengan membersihkan dan menghilangkan plak, noda, dan sisa

makanan

2.4.4 Penggunaan obat kumur

Obat kumur diyakini dapat mencegah pembentukan plak gigi dan

gingivitis. Obat kumur yang sering digunakan adalah chlorhexidine, triclosan dan

listerine. Chlorhexidine merupakan obat kumur yang paling efektif membunuh

bakteri gram positif dan negatif. Bahan ini memiliki kemampuan untuk bertahan

lebih lama dirongga mulut dengan cara berikatan dengan jaringan lunak dan keras

dalam rongga mulut. Tetapi bahan ini memiliki efek samping seperti perubahan

rasa, restorasi dan bahan adesif bracket ortodonti. Selain chlorhexidine, bahan

Page 15: Pemba Has An

15

yang sering dipakai sebagai obat kumur adalah triclosan. Triclosan tidak

menyebabkan stain pada permukaan gigi. Bahan ini juga dipakai pada pasta gigi.

Tetapi efek penghambatan plak bakteri kurang bila dibandingkan chlorhexidine.

Listerine juga dipakai sebagai obat kumur, karena listerine merupakan obat kumur

essential oil/phenolic dan memiliki efek penghambat pembentukan plak yang

sedang.

Page 16: Pemba Has An

16

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Respon Biologis Jaringan Periodontal terhadap Kekuatan Alat

Orthodonsi Cekat

Respon jaringan periodontal terhadap tekanan yang dibebankan untuk

menggerakkan gigi tergantung dari besar tekanan tesebut. Pemberian tekanan

yang ringan dapat menyebabkan resorpsi tulang secara langsung (frontal

resorption atau direct resorption) dimana resorpsi ini tidak diserta dengan rasa

sakit dan akan terjadi remodelling yang teratur. Remodelling adalah perubahan

yang terjadi pada jaringan periodontal sebagai respon terhadap kekuatan mekanis

yang diaplikasikan. Tekanan yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrose

elemen seluer dalam ligamen periodontal dan terjadi resorpsi yang tidak langsung

(undermining resorption atau indiret resorpstion) pada tulang alveolar.

Pada pemberian tekanan yang ringan akan menyebabkan pengurangan

aliran darah dan akan menstimulasi monosit pada ligamen periodontal untuk

membentuk osteoklas, yang akan terlihat 36-72 jam setelah pembebanan tekanan

tersebut. Sel-sel osteoklas ini akan merusak lamina dura dan meresorpsi tulang di

daerah itu dan pergerakan gigi mulai terjadi. Hal ini yang disebut dengan resorpsi

langsung. Pemberian tekanan untuk mengasilkan resorpsi langsung tidak boleh

melebihi tekanan pembuluh kapiler yaitu 20-26 gr/cm3 menurut Graber, sedangkan

menurut Nikolai, tekanan pembuluh kapiler adalah 25-35 gr/cm3.

Pemberian tekanan yang besar akan menyebabkan pembuluh darah

tertutup sehingga terjadi nekrosis pada daerah yang tertekan, yang disebut

hialinisasi karena tidak adanya vaskularisasi. Dengan adanya hialinisasi, maka

perbaikan tulang di sebelah daerah hialinisasi dilakukan oleh sel-sel yang datang

dari daerah sekitar jaringan yang rusak, dan setelah beberapa hari elemen seluler

dari daerah ligamen periodontal yang lain mulai memasuki jaringan yang rusak

dan osteoklas yang terbentuk pada ruang sumsum tilang di belakang daerah

nekrosis . proses inilah yang disebut resorpsi tidak langsung karena resorpsi

tulang yang disebabkan osteoklas terjadi di belakang lamina dura. Bila terjadi

hialinisasi dan resorpsi tidak langsung maka terjadi kelambatan pergerakan gigi.

Page 17: Pemba Has An

17

Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas

pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi.

Tekanan yang besar akan mengakibatkan gigi bergerak dari soketnya,

jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak, sehingga jaringan gingiva akan

berubah sesuai dengan tekanan yang diterimanya. Hal ini akan mengakibatkan

terjadinya hiperplasia gingiva pada gingiva interdental, sedangkan pada bagian

labial dan lingual gingiva berwarna merah dan oedematus. Dapat juga

menyebabkan kerusakan pada serabut-serabut ligamen periodontal, ligamen

periodontal terjepit di antara gigi dan dinding soket, sehingga pembuluh darah

mengecil, ligamen periodontal menjadi aseluler dan terjadi hialinisasi jaringan.

Hal ini mengakibatkan terganggunya peredaran darah dan terjadinya nekrose

jaringan pada daerah tekanan, sedangkan pada daerah tarikan, serabut ligamen

periodontal mungkin sobek dan pembuluh darah pecah dan akan mengakibatkan

tulang nekrose karena kekurangan aliran arah, dimana terjadi resorpsi dalam

tulang. Kekuatan tarikan yang besar mengakibatkan vitalitas dari tulang

berlebihan dan osteosit rusak. Sementum mengalami resorpsi, dan resorpsi dentin

dapat juga terjadi, tetapi bila resorpi hanya sedkit, maka akan diperbaiki oleh

sementoblas.

3.2 Etiologi Hiperplasi Gingival pada Skenario dan Perawatannya

Etiologi

Pada pemeriksaan klinis didapatkan gingiva pada margin dan interdental

mengalami pembesaran kearah koronal, konsistensi keras dan terdapat false poket

4 mm. Dokter gigi mendiagnosa pasien pada gigi 22, 21, 11, 12 hiperplasi

gingival. Hiperplasi gingiva merupakan ciri adanya penyakit gingiva, disebut juga

dengan inflammatory enlargement terjadi karena adanya plak gigi, faktor yang

memudahkan terjadinya akumulasi dan perlekatan plak.

Pasien pada kasus sedang menjalani perawatan ortodonsi cekat kurang

lebih sejak satu tahun yang lalu. Pada perawatan ortodonsi terdapat ppiranti asing

yang dilekatkan pada gigi. piranti ortodonsi cekat terdiri dari bracket, band,

archwire, elastic, o-ring, dan power chain. Pada regio anterior, bagian dari piranti

Page 18: Pemba Has An

18

ortodonsi cekat terdapat bracket, archwire, dan elastic yang memungkinkan dalam

peningkatan akumulasi plak. Hal inilah yang meningkatkan resiko timbulnya

hiperplasi gingival pada gigi 22, 21, 11, 12.

Pembesaran gingiva merupakan suatu manifestasi umum penyakit gingiva

(penyakit periodontal). Penyakit yang menyebabkan kondisi gingiva enlargement

dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi dan kombinasi keduanya. Tanda klinis

pembesaran gingiva karena proses inflamasi, secara umum menampakkan adanya

perubahan pada kontur gingiva menjadi membengkak di daerah interdental dan

margin gingiva, sehingga tampak membulat tumpul dengan warna memerah.

Tekstur gingiva menjadi halus dan licin mengkilat dengan konsistensi lunak,

edema, fibrotik, biasanya disertai tendensi perdarahan, terbentuknya poket bisa

juga tampak adanya eksudat inflamasi. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi

biasanya terdapat rasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis tidak tampak.

Penatalaksanaan

Perawatan periodontal diawali dengan fase perawatan tahap awal yang

meliputi dental health education (DHE), supra dan subgingival scaling, dan

polishing. Pada gingivitis hiperplasi dapat dirawat dengan scaling, bila gingiva

tampak lunak dan ada perubahan warna, terutama bila terjadi edema dan infiltrasi

seluler, dengan syarat ukuran pembesaran tidak mengganggu pengambilan

deposits pada permukaan gigi. Apabila gingivitis hiperplasi terdiri dari komponen

fibrotik yang tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling atau ukuran

pembesaran gingiva menutupi deposits pada permukaan gigi, dan mengganggu

akses pengambilan deposits, maka perawatannya adalah pengambilan secara

bedah (gingivektomi).

Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingival dengan membuang

dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan keradangan

gingival sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik baik.

Keuntungan teknik gingivektomi adalah teknik sederhana, dapat mengeliminasi

poket secara sempurna, lapangan penglihatan baik, morfologi gingival dapat

diramalkan sesuai keinginan.

Page 19: Pemba Has An

19

Setelah 12–24 jam, sel epitel pinggiran luka mulai migrasi ke atas jaringan

granulasi. Epitelisasi permukaan pada umumnya selesai setelah 5–14 hari. Selama

4 minggu pertama setelah gingivektomi keratinisasi akan berkurang, keratinisasi

permukaan mungkin tidak tampak hingga hari ke 28–42 setelah operasi. Repair

epithel selesai sekitar satu bulan, repair jaringan ikat selesai sekitar 7 minggu

setelah gingivektomi. Vasodilatasi dan vaskularisasi mulai berkurang setelah hari

keempat penyembuhan dan tampak hampir normal pada hari keenam belas.6

Enam minggu setelah gingivektomi, gingiva tampak sehat, berwarna merah muda

dan kenyal.

Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, laser, maupun

kimia namun metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel

(Carranza, 2006).

Manson and Eley (1993) menyatakan bahwa indikasi gingivektomi adalah:

1. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap ada

walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat

berkali-kali, dan keadaan di mana prosedur gingivektomi akan menghasilkan

daerah perlekatan gingiva yang adekuat.

2. Adanya pembengkakan gingiva yang menetap di mana poket ‘sesungguhnya’

dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva yang cukup

besar. Bila jaringan gingiva merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi

merupakan cara perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil

yang memuaskan.

3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana terdapat

daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar.

4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.

5. Flap perikoronal.

Sedangkan kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk (2004) adalah:

1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari

pertautan mukogingiva.

2. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosaa alveolar.

3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah.

Page 20: Pemba Has An

20

4. Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni.

5. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik.

6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia (sehingga jika

gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari mukosa alveolar).

Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan poket

marker, jaringan gingiva kemundian dieksisi dengan sudut 45o kemudian gingiva

dibentuk sesuai kontur gingiva normal. Gingivektomi selalu diikuti dengan

gingivoplasti untuk mendapatkan kontur dan bentuk ketajaman tepi gingiva yang

normal baik anatomis maupun fisiologis (Suproyo, 2005).

Menurut Fedi, dkk (2004) teknik gingivektomi adalah:

1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi.

Anestesi lokal

2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe terkalibrasi.

Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan gingiva dengan

poket marker untuk membuat titik-titik perdarahan. Apabila keseluruhan daerah

Page 21: Pemba Has An

21

operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap, titik-titik perdarahan tersebut

akan membentuk ragangan (outline) insisi yang harus dilakukan.

menandai dasar poket dengan pocket marker

3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke apikal dari titik-titik

tersebut dengan pisau bermata lebar seperti Kirkland No. 15/16. Insisi dibevel

pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung

atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Apabila gingiva cukup

tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk menghilangkan bahu atau plato.

Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau sulit dicapai sehingga bevel yang

cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal. Pada keadaan ini, bevel dapat

diperbaiki nantinya, menggunakan pisau bermata lebar untuk mengerok atau bur

intan kasar.

(a) Garis Insisi (b) Pisau Kirkland

4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau bermata kecil

seperti pisau Orban No. 1/2 . Perhatikan bahwa sudut mata pisau tersebut kira-kira

sama dengan sudut mata pisau yang lebar ketika melakukan insisi awal.

Page 22: Pemba Has An

22

Pisau Orban

5. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang.

(a) Pengambilan jaringan (b) Jaringan yang telah dieksisi

6. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan skaling dan

root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak poket

periodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas

lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan

permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur bedah.

Skaling dan root planing

7. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan atau

pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.

Page 23: Pemba Has An

23

8. Merapikan sobekan jaringan dengan gunting atau nipper.

9. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk

membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.

10. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau

larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.

11. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran kecil, bersudut di

daerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya, pasang

gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal serta

hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh

daerah luka ditutup dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah

perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang

terlalu lebar sehingga terasa mengganggu.

Pemasangan periodontal dressing

12. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai

jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel

akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya aktivitas

mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.

Penyembuhan luka

Page 24: Pemba Has An

24

13. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan pasien untuk

melakukan pengendalian plak dengan baik.

Dressing dilepas dan gigi dipoles

Penampakan klinis gingiva pasca gingivektomi

3.3 Etiologi Periodontitis Kronis pada Skenario dan Pearawannya

Etiologi

Didalam Jurnal Status Periodontal dan Kehilangan Tulang Alveolar pada

Restorasi Proximal yang Overhang dijelaskan bahwa didapatkan nilai indeks plak

sedang-buruk, kedalaman poket > 3mm dan kehilangan tulang alveolar pada kasus

restorasi yang overhanging.

Adapun kemungkinan mekanisme terjadinya periodontitis kronis pada gigi

46 adalah :

Restorasi yang overhanging retensi plak produk merusak sulkuler

epitelium dan junctional epitelium (mikroulserasi) merusak jaringan ikat /

subepitel (bakteri dan produk) respon imun tubuh netrofil dan makrofag

aktifasikan limfosit dan limfokin selplasma (IgE), aktivasi osteoklas &

fibroblast sitotoksik.

Page 25: Pemba Has An

25

Sel plasma (IgE) mennyebabkan pecahnya sel mas dan mengeluarkan

histamine, heparin dan enzim proteolitik sehingga menyebabkan vasodilatasi,

proliferasi, meningkatkan permeabilitas dan menyebabkan gingivitis /

periodontitis. Aktivasi osteoklas membentuk banyak osteoklas dapat

menyebabkan periodontitis. Fibroblas sitotoksik menyebabkan rusaknya jaringan

ikat pada gingiva, ligament dan sementum, membentuk poket periodontal.

Mikroorganisme dan produk masuk ke dalam sulkus gingiva dan

membentuk poket periodontal ( sulkus gingiva bertambah dalam).

Rencana perawatan pada gigi 46:

Terapi fase 1 :

- DHE

- Memperbaiki restorasi yang overhanging

- Scalling dan root planning

Reevaluasi

- Apabila setelah dilakukan terapi fase 1 namun tidak ditemui kondisi

jaringan yang mengalami perbaikan, maka dilanjutkan dengan terapi fase

2.

Terapi fase 2 :

- Kuretase

- Bone graft (tergantung dengan besar keparahan resorbsi tulang alveolar)

Kuretase tertutup terbagi menjadi 2 yaitu kuretase gingival dan kuretase

subgingival. Kuretase gingival adalah prosedur dimana dilakukan penyingkiran

jaringan lunak terinflamasi yang berada di lateral dinding poket. Sebaliknya

kuretase subgingival adalah prosedur yang dilakukan dari epitel penyatu, dimana

perlekatan jaringan ikat disingkirkan sampai ke tulang alveolar.

Daerah pengkuretan pada kuretase gingival (panah putih) dan kuretase

subgingival (panah hitam)

Prosedur kuretase mencakup penyingkiran jaringan granulasi yang

terinflamasi kronis yang berada pada dinding saku periodontal. Berbeda dengan

Page 26: Pemba Has An

26

jaringan granulasi pada keadaan yang normal, jaringan granulasi pada dinding

jaringan ikat saku periodontal mengandung daerah-daerah yang terinflamasi

kronis, disamping adanya partikel-partikel kalkulus dan koloni-koloni bakteri.

Adanya koloni bakteri tersebut akan mempengaruhi gambaran patologis dari

jaringan dan menghambat penyembuhan. Jaringan granulasi yang terinflamasi

dilapisi oleh epitel, dan bagian epitel yang penetrasi sampai ke jaringan. Adanya

epitel tersebut akan menghambat perlekatan serat-serat gingiva dan ligamen

periodontal yang baru ke permukaan sementum pada daerah tersebut.

Kuretase sebenarnya dapat menyingkirkan sebagian atau keseluruhan

epitel yang mendindingi saku (epitel saku), perluasan epitel yang penetrasi ke

jaringan granulasi, dan epitel penyatu. Kegunaan kuretase masih diperlukan

terutama bila diharapkan terjadinya perlekatan baru pada saku infraboni. Namun

ada perbedaan pendapat dalam hal terjaminnya penyingkiran epitel dinding saku

dan epitel penyatu. Beberapa peneliti menemukan bahwa dengan penskeleran dan

penyerutan akar epitel dinding saku hanya terkoyak dan epitel dinding saku serta

epitel penyatu tidak tersingkirkan. Sekelompok peneliti lain menemukan

terjadinya penyingkiran epitel saku dan epitel penyatu, meskipun tidak tuntas.

Indikasi Kuretase

Kuretase dapat dilakukan sebagai bagian dari prosedur perlekatan baru

pada saku infraboni dengan kedalaman sedang yang berada pada sisi yang

aksesibel dimana bedah “tertutup” diperhitungkan lebih menguntungkan. Namun

demikian, hambatan teknis dan aksesibilitas yang inadekuat sering menyebabkan

tehnik ini dikontraindikasikan.

Kuretase dapat dilakukan sebagai perawatan nondefinitif (perawatan

alternatif) untuk meredakan inflamasi sebelum penyingkiran saku dengan tehnik

bedah lainnya, atau bagi pasien yang karena alasan medis, usia dan psikologis

tidak mungkin diindikasikan teknik bedah yang lebih radikal seperti bedah flep

misalnya. Namun harus diingat, bahwa pada pasien yang demikian, tujuan

penyingkiran saku adalah dikompromikan, dan prognosis menjadi kurang baik.

Indikasi yang demikian hanya berlaku apabila tehnik bedah yang sebenarnya

Page 27: Pemba Has An

27

diindikasikan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Baik klinisi maupun pasien

harus memahami keterbatasan dari perawatan nondefinitif ini.

Kuretase sering juga dilakukan pada kunjungan berkala dalam rangka fase

pemeliharaan, sebagai metoda perawatan pemeliharaan pada daerah-daerah

dengan rekurensi/kambuhnya inflamasi dan pendalaman saku, terutama pada

daerah dimana telah dilakukan bedah saku.

 

Tahapan Prosedur Kuretase

Tahapan prosedur teknik kuretase adalah sebagai berikut:

1. Anestesi. Sebelum melakukan kuretase gingival atau kuretase subgingival,

daerah yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.

2. Penskeleran dan penyerutan akar. Permukaan akar gigi dievaluasi untuk

melihat hasil terapi fase I. Apabila masih ada partikel kalkulus yang tertinggal

atau sementum yang lunak, penskeleran dan penyerutan akar diulangi kembali.

3. Penyingkiran epitel saku. Alat kuret, misalnya kuret universal Columbia 4R –

4L, atau kuret Gracey no. 13 – 14 (untuk permukaan mesial) dan kuret Gracey

no. 11 – 12 (untuk permukaan distal) diselipkan ke dalam saku sampai

menyentuh epitel saku dengan sisi pemotong diarahkan ke dinding jaringan

lunak saku. Permukaan luar gingival ditekan dari arah luar dengan jari dari

tangan yang tidak memegang alat, lalu dengan sapuan ke arah luar dan koronal

epitel saku dikuret. Untuk penyingkiran secara tuntas semua epitel saku dan

jaringan granulasi perlu dilakukan beberapa kali sapuan.

4. Penyingkiran epitel penyatu. Penyingkiran epitel penyatu hanya dilakukan

pada kuretase subgingival. Kuret kemudian diselipkan lebih dalam sehingga

meliwati epitel penyatu sampai ke jaringan ikat yang berada antara dasar saku

dengan krista tulang alveolar. Dengan gerakan seperti menyekop ke arah

permukaan gigi jaringan ikat tersebut disingkirkan.

5. Pembersihan daerah kerja. Daerah kerja diirigasi dengan akuades (aquadest)

untuk menyingkirkan sisa-sisa debris.

6. Pengadaptasian. Dinding saku yang telah dikuret diadaptasikan ke permukaan

gigi dengan jalan menekannya dengan jari selama beberapa menit. Namun

Page 28: Pemba Has An

28

apabila papila interdental sebelah oral dan papilla interdental sebelah

vestibular terpisah, untuk pengadaptasiannya dilakukan penjahitan.

7. Pemasangan pembalut periodontal. Pemasangan pembalut periodontal tidak

mutlak dilakukan, tergantung kebutuhan.

3.4 Perawatan Pendahuluan sebelum Perawatan Orthodonsi Cekat dan

Pemeliharaan selama Perawatan Orthodonsi Cekat

Perawatan sebelum perawatan ortodonsi :

1. Instruksi kebersihan rongga mulut

Kebersihan gigi dan mulut apabila dilakukan dengan benar dapat

mengurangi tingkat plak dan keradangan pada daerah gingiva.

Bagaimanapun juga pada pasien yang memiliki kedalaman poket (>5mm),

mengontrol keadaan plak dapat mengurangi infeksi pada subgingival dan

keradangan. Pasien harus mampu mempertahankan standar perawatan gigi

sehari-hari yang baik.

2. Instruksi diet

Makan makanan yang keras bisa membuat bracket terlepas dari

permukaan gigi. Hal tersebut dapat terjadi karena bracket, menerima daya

atau tekanan yang cukup kuat sehingga terlepas dari permukaan gigi.

Apabila ingin sekali makan-makanan tersebut, mohon agar dipotong-

potong dahulu menjadi bentuk yang kecil-kecil, dan agak lunak.

3. Perawatan pada gigi yang karies

4. Scaling dan Root Planing

Kombinasi antara scaling dan root planing dengan menjaga kesehatan gigi

dan mulut menunjukan dapat mengurangi keradangan pada subgingival

secara signifikan dan tingkat pertumbuhan periodontitis.

5. Evaluasi kembali

Dalam waktu empat minggu jaringan gingival di evaluasi untuk

menentukan kebersihan gigi dan mulut,respon jaringan lunak, dan

kedalaman poket. Dalam waktu empat minggu merupakan waktu yang

cukup tahap penyembuhan, menurunkan keradangan dan kedalaman poket

Page 29: Pemba Has An

29

dan mendapatkan tingkat perlekatan. Pada kedalaman poket (>5mm) dapat

menghilangkan plak dan kalkulus walau tidak benar-benar sempurna, dan

dapat mengurangi kerusakan selanjutnya. Hasilnya, Instrumensasi pada

bedah periodontal dapat dilakukan untuk mengakses permukaan akar

menurunkan kedalaman poket juga harus diperhatikan untuk melanjutkan

perawatan.

Selama perawatan ortodonsi :

1. Pada saat perawatan ortodonsi akan dipasangkan, gigi harus dibersihkan

dan dipoles, aplikadi flour topikal dapat diaplikasikan. Pada beberapa

situasi, gigi-gigi posterior yang bebas karies dan baru bererupsi bisa diberi

sealent fisur sebelum aplikasi flour topikal.

2. Pada waktu pemasangan bracket, setelah bracket terpasang pada

permukaan gigi, bersihan / baung sisa kelebihan pasta yang digunakan

untuk merekat bracket. Hasil ini berguna untuk kebersihan gigi, dan

mencegah menumpuknya plak gigi pada permukaan gigi, serta mencegah

terjadinya karies gigi. Apabila pasta tersebut merekat pada permukaan gigi

serta dengan permukaan gingiva, maka kemungkinan akan mengiritasi

gingiva, dan selanjutnya akan terjadi gingivitis, bahkan timbul kalkulus.

3. Menyikat gigi paling sedikit 2 kali sehari, yaitu setelah makan pagi dan

malam sebelum tidur. Namun sebaiknya gigi disikat pula setelah makan

siang. Sebaiknya menyikat gigi di depan cermin, agar penderita melihat

apakah gigi telah benar-benar bersih dari plak maupun sisa makanan yang

telah terlepas dari permukaan gigi.

4. Menggunakan sikat gigi khusus untuk ortodonti, dan alat bantu tambahan

yakni sikat gigi kecil khusus untuk interdental. Hal ini digunakan untuk

membersihkan daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi biasa.

Disarankan pula untuk menyikat gigi di depan cermin agar semua

permukaan gigi bersih.

5. Kontrol teratur ke dokter gigi untuk aktivasi, yang berguna untuk

kemajuan perawatan ortodonti. Apabila gigi telah bergerak maka ada

Page 30: Pemba Has An

30

batasnya, sehingga perlu diaktivasi lagi. Selain itu perlu pula dalam

pengontrolan terhadap plak gigi.

6. Menggunakan obat kumur bila perlu, misalnya ada ulkus pada mukosa

mulut, obat ini dapat dihentikan bila ulkus telah sembuh.

7. Selama perawatan dapat diberikan aplikasi flour topikal. Aplikasi topikal

flour dapat dilakukan dengan flour fosfat asidulat dengan F 0,6% setiap

kunjungan bulanan bisa menghambat perkembangan lesi deklasifikasi

pada pasien yang memakai pesawt ortodonsi cekat atau aplikasi F 1,2 %

segera setelah bonding.

8. Terapi tambahan pada Ortodonsi

Perawatan jaringan periodontal juga dibutuhkan dalam perawatan

ortodontik. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol penyakit yang masih

ada. Apabila tanpa melakukan bedah sudah cukup, terapi kedalaman poket

dapat ditunda sampai perawatan ortodontik selesai. Hal ini memiliki

manfaat yang baik pada perubahan tulang dimana terapi ortodontik dapat

dilakukan. Namun, kedalaman poket dan furkasi perlu diketahui pada

bedah agar alat instrumen akar dapat digunakan pada perawatan

ortodontik. Kegagalan dalam mengontrol penyakit periodontitis dapat

mengakibatkan eksaserbasi akut dan kehilagan tulang pada saat

pergerakan gigi. Selama kesehatan jaringan periodontal dijaga, dalam

diakukan perawatan.

3.5 Perawatan Pendahuluan sebelum Perawatan Restorasi

Sebelum dilakukan perawatan restorasi perlu dilakukan beberapa

perawatan pendahuluan diagnosa dari indikasi perawatan restorasi. Perawatan

yang dilakukan seperti memberikan medikasi pada keluhan yang diderita pasien

dan penanganan kasus segera seperti drainase pada fistula gigi gangren radiks.

Selain itu diperlukan perawatan jaringan periodontal guna mendukung

keberhasilan suatu perawatan restorasi. Perawatan yang dapat dilakukan meliputi

perawatan periodontal fase 1 (etiotropik) seperti kontrol plak, scalling dan root

planning.

Page 31: Pemba Has An

31

Scalling adalah suatu proses dimana plak dan kalkulus dibuang dari

permukaan supragingiva dan subgingiva gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah

hands instruments scaler atau manual scalervdan ultrasonic scaler. Root planing

adalah proses dimana sisa kalkulus yang berada di sementum dikeluarkan dari

akar untuk menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras, dan bersih. Tujuan

utama dari scaling dan root planing untuk memulihkan kesehatan gusi secara

menyeluruh untuk menghapus elemen yang dapat menyebabkan inflamasi gusi

dari permukaan gigi.

Permukaan akar yang terkena plak dan kalkulus menimbulkan masalah

yang berbeda. Deposit kalkulus pada permukaan akar sering tertanam dalam

sementum irregular. Ketika dentin terkena , bakteri pada plak dapat menyerang

tubulus dentin. Oleh karena itu perawatan skeling saja tidak cukup sehingga root

planning dilakukan dimana bagian dari permukaan akar tersebut dibuang untuk

menghilangkan plak dan kalkulus yang menempel.

Selain perawatan fase 1 pada jaringan periodontal juga dapat dilakukan

perawatan fase 2 ( bedah periodontal) pada pasien yang berindikasi dan perawatan

yang akan dilakukan adalah perwatan restorasi. Perawatan pada fase 2 meliputi

kuretase maupun gingivektomi serta perawatan saluran akar pada kasus yang

diindikasikan perawatan tersebut.

Kuretase merupakan pengerokan dinding gingival pada poket periodontal

untuk memisahkan jaringan lunak yang sakit. Indikasi dari kuretase yaitu :

1. Pocket infraboni dengan kedalaman sedang yang berada pada sisi yang

aksesibel dimana bedah tertutup diperhitungkan lebih menguntungkan.

Namun demikian, hambatan teknis dan aksesibilitas yang inadekuat sering

menyebabkan teknik ini dikontraindikasikan

2. Perawatan nondefinitif (perawatan alternatif) untuk meredakan inflamasi

sebelum menyingkirkan pocket dengan teknik bedah lainnya, atau bagi

pasien yang karena alas an medis, usia dan psikologis tidak mungkin

diindikasikan teknik bedah yang lebih radikal seperti bedah flap misalnya.

Namun harus diingat, bahwa pada pasien yang demikian, tujuan

penyingkiran pocket adalah dikompromikan dan prognosis menjadi kurang

Page 32: Pemba Has An

32

baik. Indikasi yang demikian hanya berlaku apabila teknik bedah yang

sebenarnya diindikasikan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Baik

klinisi maupun pasien harus memahami keterbatasan dari perawatan

nondefinitif ini.

3. Rekurensi/kambuhnya inflamasi dan pendalaman pocket, terutama pada

daerah dimana telah dilakukan bedah pocket pada kunjungan berkala

sebagai fase pemeliharaan (Carranza, 1996).

4. Poket dangkal – sedang (3-5 mm).

Gingivektomi adalah eksisi gingival, dengan membuang dinding poket,

menyediakan lapang pandang dan akses untuk membersihkan kalkulus dan

kehalusan akar. Bertujuan untuk menghilangkan poket dan keradangan gingival

sehingga didapat gingival yang fisiologis, fungsional, dan estetik baik. Indikasi

dari gingivektomi sendiri meliputi:

1. Adanya poket supraboni denga kedalaman 4-5 mm, yang tetap ada

walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat

dan berkali-kali dan keadaan di mana prosedur gingivektomi akan

menghasilkan perlekatan gingival yang adekuat.

2. Adanya pembengkakan gingival yang menetap di mana poket

sesungguhnya dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva

yang cukup besar. Bila jaringan gingival merupakan jaringan fibrosa,

gingivektomi merupakan cara perawatan yang paling cocok dan dapat

memberikan hasil yang memuaskan.

3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa desertai cacat tulang)di mana terdapat

daerah perlekatan gingival yang cukup lebar.

4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.

5. Flap perikoronal.

6. Eliminasi enlargement gingiva.

7. Eliminasi abses periodontal.

8. Interdental gingival creater.

Page 33: Pemba Has An

33

9. Eliminasi suprabony poket dimana terdapat deposit pada akar gigi yang

sulit dijamgkau atau dibersihkan hanya dengan menggunakan alat scaler

(J.D. Manson, 1993).

10. Pada pasien dengan:

herediter gingivofibromatosis

abses gingiva

delayed passive eruption

Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan

mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran

akar, kemudian diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi

kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan

gigi selama mungkin di dalam rahang, sehingga fungsi dan bentuk lengkung gigi

tetap baik.

Perawatan saluran akar bermacam – macam jenisnya yaitu pulp capping,

pulpotomi, pulpektomi, dan endointrakanal. Pulp Capping didefinisikan sebagai

aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang

terbuka. Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian

diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan

atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpektomi adalah

pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan perawatan untuk

jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau

untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Endo intrakanal adalah

pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati seluruhnya. Endo intrakanal

merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang

bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas.

3.6 Fase Pemeliharaan

Dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit

periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini :

1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien

Page 34: Pemba Has An

34

2. Reevaluasi kesehatan periodontal selama 6 bulan degan mencatat skor

plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.

3. Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembanan periodontal dan

tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.

4. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah terjadinya karies.

Page 35: Pemba Has An

35

DAFTAR BACAAN

.

Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta

Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Ed. 3. Jakarta : EGC.

Manson, J.D. dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta.

Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A, 1996, Carranza’s Clinical Periodontology, 9th ed., Saunders Comp., Phildelphia.

Ruhadi, Iwan dan Izzatul Aini. Kekambuhan gingivitis hiperplasi setelah gingivektomi (Recurrent of hyperplastic gingivitis after gingivectomy). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga dalam http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-3-02.pdf. 108-111. diakses pada 20 April 2013

Yohana, Winny. 2009. Pentingnya Kesehatan Mulut pada Pemakaian Alat Orthodontik Cekat. Bandung : Unpad.