pemba has an
TRANSCRIPT
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal adalah salah satu penyakit yang banyak terdapat
dalam masyarakat dan merupakan masalah masyarakat di negara maju maupun
dinegara berkembang. Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses
patologis yang mengenai jaringan periodontal. Setelah diketahui bahwa penyakit
periodontal merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara faktor lingkungan seperti patogen periodontal dan
pertahanan tubuh. Walaupun faktor-faktor lain dapat mempengaruhi jaringan
periodontal, penyabab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme yang
berkolonisasi di permukaan gigi (plak bakteri dan produk-produk yang
dihasilkannya).
Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan
periodontal yang disebabkan terutama oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang
dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan
penyangga gigi yaitu sementum dan ligamentum periodontal dan tulang alveolar.
Keadaan ini mengakibatkan hilangnya perlekatan gingiva dan terjadinya
kerusakan tulang alveolar yang dalam, pembentukan poket periodontal, migrasi
patologis yang menimbulkan diastema, kegoyangan gigi yang akan berakibat
tanggalnya gigi.
Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang
berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus dapat juga disebut hiperplasi
gingiva. Pembesaran ini sering dijumpai pada penyakit gingiva. Pembesaran
gingiva dapat menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi
fungsi bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu
estetik.
Kerusakan jaringan periodontal akibat penggunaan ortodonti dan restorasi
yang kurang tepat dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah periodonsium.
Respon dari jaringan yang mengalami kerusakan akibat adanya tekanan yang
berlebihan antara lain adalah adanya respon rasa sakit, adanya nekrosis seluler
2
pada daerah ligament periodontal dan terjadi under mining resorption atau indirect
resorbsi. Selain dari pemakaian orto cekat yang memberikan tekanan berlebih
kerusakan pada jaringan periodontal dapat juga di akibatkan oleh restorasi yang
under maupun over hanging. Hal ini di karenakan adanya penumpukan jumlah
plak yang besar pada daerah yang under ataupun over hanging terutama apa bila
kavitas tersebut dekat dengan margin gingival, hal ini akan menyebabkan adanya
inflamasi pada daerah tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya gingivitis,
apabila tidak segera di tangani maka akan dapat menyebabkan periodontitis.
Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan pada jaringan gingival.
Pada pemakaian orto cekat yang memberikan tekanan yang besar akan
mengakibatkan gigi bergerak dari soketnya dan jaringan gingival akan terdesak
dan tertekan hal inilah yang mengakibatkan terjadinya hyperplasia pada daerah
interdental, lingual dan labial. Apabila pada restorasi yang overhanging
penumpukan plak yang berada sekitar margin gingival akan mempengaruhi sel sel
inflamasi pada daerah gingival sehingga menyebabkan terjadinya proses resorbsi
pada daerah tersebut. Kerusakan lain yang timbul akibat dari orto cekat adalah
rusaknya ligament periodontal hal ini di pengaruhi oleh tekanan yang besar akan
mengakibatkan rusaknya serabut serabut ligament periodontal. Serabut serabut ini
terjepit di antara gigi dan dinding soket, sehingga pembuluh darahnya mengecil,
ligament periodontal menjadi aseluler dan terjadi hialimisasi jaringan. Hal ini
mengakibatkan terganggunya peredaran darah sehingga mengakibatkan terjadinya
nekrosis, akibatnya gigi akan menjadi goyah karena resorbsi dan terjadi pada
daerah yang mengalami tekanan yang besar
1.2 Skenario
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke dokter gigi untuk memeriksakan
gusinya yang membesar pada regio depan atas. Selain itu di region belakang
bawah kanan sakit pada saat makan. Keluhan itu muncul sejak memakai alat
ortodonsia cekat ±1 tahun yang lalu dan sejak gigi belakang bawah ditambal ±6
bulan yang lalu. Setelah diperiksa didapat gigi 22, 21, 11, 12 gingivanya pada
margin dan interdental mengalami pembesaran kearah koronal, konsistensi keras
3
dan terdapat false poket 4mm. Sedangkan pada gigi 46 terdapat tumpatan
komposit kelas II overhanging pada proksimal dostal. Secara klinis gingival pada
region gigi 46 merah, mudah berdarah, halus mengkilat dan terdapat true poket 5
mm. Gambaran radiografi gigi 46 terdapat resorbsi vertical tulang alveolar. Skor
OHI-S sedang, pasien tidak ada penyakit sistemik. Dokter gigi mendiagnosa pada
gigi 22, 21, 11, 12 hiperplasi gingival dan gigi 46 periodontitis kronis.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa respon biologis jaringan periodontal terhadap kekuatan alat orthodonsi
cekat?
2. Apa etiologi hiperplasi gingival pada skenario dan perawatannya?
3. Apa etiologi periodontitis kronis pada skenario dan pearawannya?
4. Apa perawatan pendahuluan sebelum perawatan orthodonsi cekat dan
bagaimana pemeliharaan selama perawatan orthodonsi cekat?
5. Apa perawatan pendahuluan sebelum perawatan restorasi?
6. Apa saja yang termasuk fase pemeliharaan?
1.4 Maping
Perawatan Ortodontik dan Restoratif
Fase Pemeliharaan
Rencana Perawatan
Respon Jaringan Periodontal
Pemeliharaan selama Perawatan
Perawatan Pendahuluan
4
1.5 Tujuan Pembelajaran
1. Mampu menjelaskan dan memahami respon biologis jaringan periodontal
terhadap kekuatan alat orthodonsi cekat.
2. Mampu menjelaskan dan memahami etiologi hiperplasi gingival pada
skenario dan perawatannya.
3. Mampu menjelaskan dan memahami etiologi periodontitis kronis pada
skenario dan pearawannya.
4. Mampu menjelaskan dan memahami perawatan pendahuluan sebelum
perawatan orthodonsi cekat dan bagaimana pemeliharaan selama
perawatan orthodonsi cekat.
5. Mampu menjelaskan dan memahami perawatan pendahuluan sebelum
perawatan restorasi.
6. Mampu menjelaskan dan memahami fase pemeliharaan.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Periodontitis kronis
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal. Plak gigi
dinyatakan berperan penting dalam inisiasi periodontitis. Periodontitis umumnya
disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri,
produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan
berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan
periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan
produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan
terjadilah periodontitis.
2.1.1 Definisi
Dahulu periodontitis kronis dikenal sebagai adult periodontitis atau slowly
progressive periodontitis. Periodontitis kronis terjadi sebagai akibat dari perluasan
inflamasi dari gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam.
Gambar 1. A, Abses periodontal kronis pada gigi kaninus kanan rahang atas. B,
Setelah adminsitrasi anestesi lokal, probe periodontal dimasukkan untuk
menentukan keparahan lesi. C, Menggunakan insisi vertikal mesial dan distal,
6
dilakukan pembukaan flap full-thickness, yang menunjukkan dehisensi tulang
parah, restorasi subgingiva, dan kalkulus akar. D, Permukaan akar telah
dihaluskan dan bebas kalkulus serta restorasi dihaluskan. E, Flap full-thickness
dikembalikan ke posisi awalnya dan dijahit menggunakan absorbable suture. F,
Setelah 3 bulan, jaringan gingiva berwarna merah muda, padat, dan beradaptasi
baik dengan gigi, dengan kedalaman probing periodntal minimal.
Sumber: carranza, tahun 2008 edisi 10
2.1.2 Etiologi
Awal periodontitis pada seorang individu diduga karena adanya gen
polimorf yang menyebabkan perubahan pada aktivitas sitokin, substansi yang
mengatur aktivitas sistem imun dalam mempertahankan suatu sel. Perubahan ini
menyebabkan destruksi pada tulang dan jaringan ikat, yang biasanya terjadi sangat
lambat, dan sebagian besar asimptomatik, sehingga efeknya pada gigi berupa
hilangnya perlekatan dengan tulang terjadi pada usia sekitar 30-50 tahun. Elemen
genetik tersebut yang bisa menjelaskan mengapa periodontitis kronis seringkali
mengenai anggota keluarga yang sama.
Adapun etiologi dari periodontitis kronis, yaitu :
Akumulasi plak dan kalsifikasi kalkulus (tartar) diatas (supra) dan/atau
dibawah (subgingiva) pada batas gingiva.
Organisme penyebab periodontitis kronis, antara lain :
a. Porphiromonas gingivais (P.gingivais)
b. Prevotella intermedia (P.intermedia)
c. Capnocytophaga
d. A.actinomycetem comitans (A.a)
e. Eikenella corrodens
f. Campylobacter rectus(C.rectus)
Reaksi inflamasi yang diawali dengan adanya plak yang berhubungan dengan
kehilangan yang progressif dari ligament periodontal dan tulang alveolar, dan
pada akhirnya akan terjadi mobilitas dan tanggalnya gigi :
a. Perlekatan gingiva dari gigi
7
b. Membrane periodontal dan tulang alveolar mengalami kerusakan.
c. Celah yang abnormal (poket) yang berkembang antara gigi dan gingiva.
d. Debris dan poket yang dihasilkan oleh poet (pyorrhea)
Subjek cenderung rentan karena faktor genetic dan/atau lingkungan seperti :
a. Merokok
b. Polimorf gen interleukin-1
c. Depresi imun
d. Diabetes
2.1.3 Bentuk Periodontitis Kronis
Adapun bentuk dari periodontitis kronis adalah:
Reccurent periodontitis - tanda dan gejala awal dari periodontitis yang
destruktif kambuh setelah terapi periodontal diakibatkan karena penyakit
tidak dirawat secara adekuat dan/atau pasien tidak melakukan perawatan
oral hygiene yang adekuat.
Refractory periodontitis- periodontitis destruktif yang terjadi pada pasien,
dimana pada saat di lakukan pemeriksaan, terdapat kehilangan perlekatan
pada satu atau lebih dari permukaan gigi, meskipun telah dilakukan terapi
periodontal secara professional dan pasien yang telah melakukan
pemeliharaan oral hygiene serta telah mengikuti program yang dianjurkan
dari kunjungan pemeliharaan periodontal.
2.2 Hiperplasi Gingiva
Gingiva merupakan salah satu jaringan periodontal yang terlihat dari luar.
Gingiva sehat mempunyai ciri berwarna coral pink, tekstur stipling, berbentuk
tajam seperti kerah baju dan konsistensi kenyal (Newman dkk, 1996).
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang paling luas
penyebarannya pada manusia (Manson dan Eley, 1993). Salah satu penyakit
periodontal yang sering dijumpai adalah pembesaran gingiva. Pembesaran gingiva
8
ditandai dengan penambahan ukuran gingival dan dapat menimbulkan efek negatif
berupa gangguan fungsi.
2.2.1 Definisi dan Etiologi
Pembesaran gingiva merupakan keadaan dimana terjadi pertumbuhan yang
berlebih dari jaringan gingiva, pada beberapa kasus dapat juga disebut hiperplasi
gingiva. Pembesaran ini sering dijumpai pada penyakit gingiva. Pembesaran
gingiva dapat menimbulkan ketidaknyamanan, terutama jika sudah mempengaruhi
fungsi bicara dan mastikasi, dapat menimbulkan halitosis, dan mengganggu
estetik.
Gambar 2. Pembesaran gingiva
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran
gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan
kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis
adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.
Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena
adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasi gingiva
tampak sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila
interdental menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa
sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam
melakukan kontrol plak. Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai
etiologi dan juga diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi.
1. Pembesaran gingiva inflamasi
9
2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan
3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik.
Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas,
defisiensi vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.
Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit
leukemia.
4. Pembesaran neoplastik
Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang
paling umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan
terhadap infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen
molekul adhesi endotelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat. Penyebab
leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia
yaitu
Telah diketahui bahwa kerusakan jaringan dimediasi oleh substansi bakteri
yang melewati barier epitel dan menyebabkan injury secara langsung atau tidak
langsung. Produk bakteri yang dapat menyebabkan injury langsung pada jaringan
yaitu toxin seperti endotoksindan leukotoksi, dan enzim seperti hyaluronidase dan
kolagenase. Beberapa mekanisme dari injury secara tidak langsung dari jaringan
periodontal telah dipaparkan.
Berdasar pada sistem klasifikasi tahun 1989, refractory periodontitis telah
dipisahkan secara tersendiri. Dipercaya bahwa refractory periodontitis
bukan merupakan kesatuan dari suatu penyakit tunggal.
Pada klasifikasi tahun 1999, refractory dapat digunakan untuk semuatipe
penyakit periodontal yang tidak berespon terhadap perawatan. Kasus
periodontitis kronis yang tidak berespon terhadap perawatan disebut
refractory chronic periodontitis.
2.3 Perawatan ortodonsi dan oral hygiene
Pemakaian pesawat ortodonti terutama pesawat cekat membuat gigi lebih
sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi
10
pasien. Plak merupakan faktor penyebab penyakit periodontal dan kerusakan gigi.
Oleh karena itu, pemeliharaan oral hygiene dalam perawatan ortodonti sangat
penting untuk mencegah penumpukan plak.10 Perlu diperhatikan bahan yang
digunakan dalam perawatan ortodonti, karena dapat mempengaruhi oral hygiene.
2.3.1 Definisi Oral Hygiene
Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut
agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan
periodontal serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk
menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang
melekat di gigi.
11
Oral hygiene merupakan kebersihan rongga mulut seseorang yang dapat
diukur dari indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang dapat
digunakan untuk menentukan status oral hygiene seseorang yaitu indeks oral
hygiene (oral hygiene index). Oral Hygiene Index (OHI) mengukur debris dan
kalkulus yang menutupi permukaan gigi dan terdiri dari dua komponen yakni
indeks debris dan indeks kalkulus. Masing-masing indeks mempunyai rentangan
skor 0 – 3. Oral Hygiene Index (OHI) diperoleh dengan menjumlahkan nilai
indeks debris (Gambar 2) dan indeks kalkulus (Gambar 3).
12
2.4 Pemeliharaan Oral Hygiene Selama Perawatan Ortodonti
Oral hygiene sangat berperan dalam perawatan ortodonti agar
mendapatkan hasil perawatan yang memuaskan. Untuk mencegah komplikasi-
komplikasi yang terjadi, dokter gigi memiliki peranan yang harus diperhatikan,
yaitu memperhatikan oral hygiene pasien.
Membersihkan gigi dengan pesawat ortodonti cekat sedikit lebih sulit,
karena pesawat ortodonti cekat tidak dapat dilepas-lepas oleh pasien, sehingga
pemakaian pesawat ortodonti cekat dibutuhkan perawatan yang lebih intensif
untuk mencegah komplikasi yang terjadi. Dokter gigi berkewajiban untuk
memberitahukan kepada pasien bagaimana cara penyikatan gigi, dental floss,
penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan obat kumur
yang dipakai untuk memelihara oral hygiene.
2.4.1 Cara penyikatan gigi
Sikat gigi yang digunakan pada pasien ortodonti harus memiliki bulu sikat
yang lembut. Pada saat perawatan ortodonti, sikat gigi yang digunakan untuk
pesawat cekat atau lepasan terdiri dari dua jenis, yaitu sikat gigi manual dan sikat
gigi elektrik.
Sikat gigi manual merupakan prosedur pemeliharaan oral hygiene yang
telah lama dilakukan. Kelebihan sikat gigi manual adalah biaya yang dikeluarkan
lebih murah dan mudah dilakukan. Sikat gigi manual yang digunakan adalah
dimana baris tengah bulu sikat berukuran lebih pendek. Hal ini bertujuan agar
pasien dapat membersihkan bracket dengan mudah dan bulu sikat yang panjang
tetap berkontak dengan permukaan gigi pasien bagaimana cara penyikatan gigi,
dental floss, penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride, dan penggunaan
obat kumur yang dipakai untuk memelihara oral hygiene. Sikat gigi interdental
merupakan sikat gigi manual yang dipakai untuk menyingkirkan plak subgingiva
mulai dari kedalaman saku 2-2,5mm. Saat ini jenis sikat gigi interdental
bervariasi, mulai dari kekerasan bulu sikatnya, bentuk bulu sikatnya dan desain
pegangan sikatnya.
13
Teknik menyikat gigi yang banyak dianjurkan oleh para ahli karena dinilai
cukup efektif dalam membersihkan plak gigi, yaitu teknik bass. Teknik bass
merupakan teknik penyikatan yang baik karena kepala bulu sikat gigi pada
permukaan gigi, lebih tepatnya di tepi gusi (batas gigi dengan gusi), karena
disinilah banyak plak menumpuk. Miringkan kepala sikat gigi kira-kira sebesar 45
derajat menghadap permukaan gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke
celah antara gigi dengan gusi yang disebut saku gusi, dan membersihkan plak
yang ada di dalamnya agar terhindar dari komplikasi-komplikasi yang terjadi.
Pemakaian sikat gigi elektrik juga dapat digunakan untuk membersihkan
sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi. Heanue dkk (2003) dan
Robinson dkk (2005) menemukan bahwa penggunaan sikat gigi elektrik lebih
signifikan dalam menjaga oral hygiene dibandingkan sikat gigi manual. Sikat gigi
elektrik dapat lebih efektif untuk menghilangkan plak yang menempel
dipermukaan gigi dibandingkan dengan sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik
digerakkan oleh motor sehingga mempunyai kekuatan yang stabil dan dapat
menjangkau permukaan gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi manual. Sikat
gigi elektrik kurang begitu dikenal oleh masyarakat dikarenakan masih merupakan
teknologi baru.
Frekwensi penyikatan gigi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
efektifitas penyikatan gigi. Jika penyikatan lebih sering dilakukan, maka gigi dan
rongga mulut lebih bersih sehingga mencegah akumulasi plak dan timbulnya
gingivitis. Penyikatan gigi harus dilakukan minimal 3 kali sehari khususnya
setelah makan dan sebelum tidur selama 2-3 menit.
2.4.2 Dental floss
Penyikatan gigi memang efektif dalam menyingkirkan plak, tetapi
penyikatan gigi tidak selalu membuat gigi lebih bersih, khususnya pada sisi
proksimal. Oleh karena itu diperlukan pemakaian dental floss pada pasien
ortodonti.
14
Cara menggunakan dental floss adalah mengambil sekitar 45 cm dari
dental floss, kemudian lilitkan pada jari tengah di masing-masing tangan dan
sisakan sekitar 4 cm. Regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari. Arahkan dental floss yang diregangkan di antara gigi. Saat dental floss
mencapai batas gusi, lekuk menjadi seperti huruf C berlawanan dengan
permukaan gigi. Gerakkan secara perlahan ke atas, bawah , depan, dan belakang
untuk membersihkan permukaan gigi. Selanjutnya pindahkan dental floss kegigi
sebelahnya. Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan dental floss setelah
seluruh permukaan selesai dibersihkan.
2.4.3 Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride
Saat ini, ada begitu banyak produk pasta gigi yang diperkaya dengan
kandungan sesuai kebutuhan gigi kita, seperti tartar control, pemutih, atau
penyegar napas. Tetapi, pemakaian pasta gigi ber-flouride merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dalam pemeliharaan oral hygiene. Flouride
merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam mineralisasi dan
juga dapat mencegah karies.17 Menurut Academy of General Dentistry,
menggosok gigi dengan pasta gigi ber- fluoride dua kali sehari dapat mengurangi
kerusakan gigi hingga 40 persen. Pasta gigi yang diletakkan pada bulu sikat hanya
seukuran kacang, karena pasta gigi sebanyak itu dapat membuat penggosokan gigi
lebih efektif dengan membersihkan dan menghilangkan plak, noda, dan sisa
makanan
2.4.4 Penggunaan obat kumur
Obat kumur diyakini dapat mencegah pembentukan plak gigi dan
gingivitis. Obat kumur yang sering digunakan adalah chlorhexidine, triclosan dan
listerine. Chlorhexidine merupakan obat kumur yang paling efektif membunuh
bakteri gram positif dan negatif. Bahan ini memiliki kemampuan untuk bertahan
lebih lama dirongga mulut dengan cara berikatan dengan jaringan lunak dan keras
dalam rongga mulut. Tetapi bahan ini memiliki efek samping seperti perubahan
rasa, restorasi dan bahan adesif bracket ortodonti. Selain chlorhexidine, bahan
15
yang sering dipakai sebagai obat kumur adalah triclosan. Triclosan tidak
menyebabkan stain pada permukaan gigi. Bahan ini juga dipakai pada pasta gigi.
Tetapi efek penghambatan plak bakteri kurang bila dibandingkan chlorhexidine.
Listerine juga dipakai sebagai obat kumur, karena listerine merupakan obat kumur
essential oil/phenolic dan memiliki efek penghambat pembentukan plak yang
sedang.
16
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Respon Biologis Jaringan Periodontal terhadap Kekuatan Alat
Orthodonsi Cekat
Respon jaringan periodontal terhadap tekanan yang dibebankan untuk
menggerakkan gigi tergantung dari besar tekanan tesebut. Pemberian tekanan
yang ringan dapat menyebabkan resorpsi tulang secara langsung (frontal
resorption atau direct resorption) dimana resorpsi ini tidak diserta dengan rasa
sakit dan akan terjadi remodelling yang teratur. Remodelling adalah perubahan
yang terjadi pada jaringan periodontal sebagai respon terhadap kekuatan mekanis
yang diaplikasikan. Tekanan yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrose
elemen seluer dalam ligamen periodontal dan terjadi resorpsi yang tidak langsung
(undermining resorption atau indiret resorpstion) pada tulang alveolar.
Pada pemberian tekanan yang ringan akan menyebabkan pengurangan
aliran darah dan akan menstimulasi monosit pada ligamen periodontal untuk
membentuk osteoklas, yang akan terlihat 36-72 jam setelah pembebanan tekanan
tersebut. Sel-sel osteoklas ini akan merusak lamina dura dan meresorpsi tulang di
daerah itu dan pergerakan gigi mulai terjadi. Hal ini yang disebut dengan resorpsi
langsung. Pemberian tekanan untuk mengasilkan resorpsi langsung tidak boleh
melebihi tekanan pembuluh kapiler yaitu 20-26 gr/cm3 menurut Graber, sedangkan
menurut Nikolai, tekanan pembuluh kapiler adalah 25-35 gr/cm3.
Pemberian tekanan yang besar akan menyebabkan pembuluh darah
tertutup sehingga terjadi nekrosis pada daerah yang tertekan, yang disebut
hialinisasi karena tidak adanya vaskularisasi. Dengan adanya hialinisasi, maka
perbaikan tulang di sebelah daerah hialinisasi dilakukan oleh sel-sel yang datang
dari daerah sekitar jaringan yang rusak, dan setelah beberapa hari elemen seluler
dari daerah ligamen periodontal yang lain mulai memasuki jaringan yang rusak
dan osteoklas yang terbentuk pada ruang sumsum tilang di belakang daerah
nekrosis . proses inilah yang disebut resorpsi tidak langsung karena resorpsi
tulang yang disebabkan osteoklas terjadi di belakang lamina dura. Bila terjadi
hialinisasi dan resorpsi tidak langsung maka terjadi kelambatan pergerakan gigi.
17
Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas
pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi.
Tekanan yang besar akan mengakibatkan gigi bergerak dari soketnya,
jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak, sehingga jaringan gingiva akan
berubah sesuai dengan tekanan yang diterimanya. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya hiperplasia gingiva pada gingiva interdental, sedangkan pada bagian
labial dan lingual gingiva berwarna merah dan oedematus. Dapat juga
menyebabkan kerusakan pada serabut-serabut ligamen periodontal, ligamen
periodontal terjepit di antara gigi dan dinding soket, sehingga pembuluh darah
mengecil, ligamen periodontal menjadi aseluler dan terjadi hialinisasi jaringan.
Hal ini mengakibatkan terganggunya peredaran darah dan terjadinya nekrose
jaringan pada daerah tekanan, sedangkan pada daerah tarikan, serabut ligamen
periodontal mungkin sobek dan pembuluh darah pecah dan akan mengakibatkan
tulang nekrose karena kekurangan aliran arah, dimana terjadi resorpsi dalam
tulang. Kekuatan tarikan yang besar mengakibatkan vitalitas dari tulang
berlebihan dan osteosit rusak. Sementum mengalami resorpsi, dan resorpsi dentin
dapat juga terjadi, tetapi bila resorpi hanya sedkit, maka akan diperbaiki oleh
sementoblas.
3.2 Etiologi Hiperplasi Gingival pada Skenario dan Perawatannya
Etiologi
Pada pemeriksaan klinis didapatkan gingiva pada margin dan interdental
mengalami pembesaran kearah koronal, konsistensi keras dan terdapat false poket
4 mm. Dokter gigi mendiagnosa pasien pada gigi 22, 21, 11, 12 hiperplasi
gingival. Hiperplasi gingiva merupakan ciri adanya penyakit gingiva, disebut juga
dengan inflammatory enlargement terjadi karena adanya plak gigi, faktor yang
memudahkan terjadinya akumulasi dan perlekatan plak.
Pasien pada kasus sedang menjalani perawatan ortodonsi cekat kurang
lebih sejak satu tahun yang lalu. Pada perawatan ortodonsi terdapat ppiranti asing
yang dilekatkan pada gigi. piranti ortodonsi cekat terdiri dari bracket, band,
archwire, elastic, o-ring, dan power chain. Pada regio anterior, bagian dari piranti
18
ortodonsi cekat terdapat bracket, archwire, dan elastic yang memungkinkan dalam
peningkatan akumulasi plak. Hal inilah yang meningkatkan resiko timbulnya
hiperplasi gingival pada gigi 22, 21, 11, 12.
Pembesaran gingiva merupakan suatu manifestasi umum penyakit gingiva
(penyakit periodontal). Penyakit yang menyebabkan kondisi gingiva enlargement
dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi dan kombinasi keduanya. Tanda klinis
pembesaran gingiva karena proses inflamasi, secara umum menampakkan adanya
perubahan pada kontur gingiva menjadi membengkak di daerah interdental dan
margin gingiva, sehingga tampak membulat tumpul dengan warna memerah.
Tekstur gingiva menjadi halus dan licin mengkilat dengan konsistensi lunak,
edema, fibrotik, biasanya disertai tendensi perdarahan, terbentuknya poket bisa
juga tampak adanya eksudat inflamasi. Pada kondisi akut dan akut eksaserbasi
biasanya terdapat rasa sakit, sedangkan pada kondisi kronis tidak tampak.
Penatalaksanaan
Perawatan periodontal diawali dengan fase perawatan tahap awal yang
meliputi dental health education (DHE), supra dan subgingival scaling, dan
polishing. Pada gingivitis hiperplasi dapat dirawat dengan scaling, bila gingiva
tampak lunak dan ada perubahan warna, terutama bila terjadi edema dan infiltrasi
seluler, dengan syarat ukuran pembesaran tidak mengganggu pengambilan
deposits pada permukaan gigi. Apabila gingivitis hiperplasi terdiri dari komponen
fibrotik yang tidak bisa mengecil setelah dilakukan perawatan scaling atau ukuran
pembesaran gingiva menutupi deposits pada permukaan gigi, dan mengganggu
akses pengambilan deposits, maka perawatannya adalah pengambilan secara
bedah (gingivektomi).
Gingivektomi adalah pemotongan jaringan gingival dengan membuang
dinding lateral poket yang bertujuan untuk menghilangkan poket dan keradangan
gingival sehingga didapat gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik baik.
Keuntungan teknik gingivektomi adalah teknik sederhana, dapat mengeliminasi
poket secara sempurna, lapangan penglihatan baik, morfologi gingival dapat
diramalkan sesuai keinginan.
19
Setelah 12–24 jam, sel epitel pinggiran luka mulai migrasi ke atas jaringan
granulasi. Epitelisasi permukaan pada umumnya selesai setelah 5–14 hari. Selama
4 minggu pertama setelah gingivektomi keratinisasi akan berkurang, keratinisasi
permukaan mungkin tidak tampak hingga hari ke 28–42 setelah operasi. Repair
epithel selesai sekitar satu bulan, repair jaringan ikat selesai sekitar 7 minggu
setelah gingivektomi. Vasodilatasi dan vaskularisasi mulai berkurang setelah hari
keempat penyembuhan dan tampak hampir normal pada hari keenam belas.6
Enam minggu setelah gingivektomi, gingiva tampak sehat, berwarna merah muda
dan kenyal.
Gingivektomi dapat dilakukan dengan scalpel, elektrode, laser, maupun
kimia namun metode yang paling dianjurkan adalah operasi dengan scalpel
(Carranza, 2006).
Manson and Eley (1993) menyatakan bahwa indikasi gingivektomi adalah:
1. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap ada
walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat
berkali-kali, dan keadaan di mana prosedur gingivektomi akan menghasilkan
daerah perlekatan gingiva yang adekuat.
2. Adanya pembengkakan gingiva yang menetap di mana poket ‘sesungguhnya’
dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva yang cukup
besar. Bila jaringan gingiva merupakan jaringan fibrosa, gingivektomi
merupakan cara perawatan yang paling cocok dan dapat memberikan hasil
yang memuaskan.
3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang) di mana terdapat
daerah perlekatan gingiva yang cukup lebar.
4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.
5. Flap perikoronal.
Sedangkan kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk (2004) adalah:
1. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari
pertautan mukogingiva.
2. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosaa alveolar.
3. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan dibedah.
20
4. Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni.
5. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik.
6. Apabila gingiva cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia (sehingga jika
gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari mukosa alveolar).
Prinsip dan teknik gingivektomi yaitu setelah ditandai dengan poket
marker, jaringan gingiva kemundian dieksisi dengan sudut 45o kemudian gingiva
dibentuk sesuai kontur gingiva normal. Gingivektomi selalu diikuti dengan
gingivoplasti untuk mendapatkan kontur dan bentuk ketajaman tepi gingiva yang
normal baik anatomis maupun fisiologis (Suproyo, 2005).
Menurut Fedi, dkk (2004) teknik gingivektomi adalah:
1. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau infiltrasi.
Anestesi lokal
2. Mengukur kedalaman poket di daerah operasi menggunakan probe terkalibrasi.
Kedalaman ini ditandai dengan menusuk dinding luar jaringan gingiva dengan
poket marker untuk membuat titik-titik perdarahan. Apabila keseluruhan daerah
21
operasi telah diukur dan ditandai dengan lengkap, titik-titik perdarahan tersebut
akan membentuk ragangan (outline) insisi yang harus dilakukan.
menandai dasar poket dengan pocket marker
3. Membuat eksisi (insisi miring ke luar) awal sedikit lebih ke apikal dari titik-titik
tersebut dengan pisau bermata lebar seperti Kirkland No. 15/16. Insisi dibevel
pada sudut kurang lebih 45 derajat terhadap akar gigi dan berakhir pada ujung
atau lebih ke bawah dari ujung apikal perlekatan epitel. Apabila gingiva cukup
tebal, bevel sebaiknya diperpanjang untuk menghilangkan bahu atau plato.
Kadang-kadang, akses sangat terbatas atau sulit dicapai sehingga bevel yang
cukup tidak dapat dibuat pada insisi awal. Pada keadaan ini, bevel dapat
diperbaiki nantinya, menggunakan pisau bermata lebar untuk mengerok atau bur
intan kasar.
(a) Garis Insisi (b) Pisau Kirkland
4. Mengeksisi jaringan di daerah interproksimal menggunakan pisau bermata kecil
seperti pisau Orban No. 1/2 . Perhatikan bahwa sudut mata pisau tersebut kira-kira
sama dengan sudut mata pisau yang lebar ketika melakukan insisi awal.
22
Pisau Orban
5. Jaringan gingiva yang telah dieksisi dibuang.
(a) Pengambilan jaringan (b) Jaringan yang telah dieksisi
6. Membersihkan deposit yang menempel pada permukaan akar dengan skaling dan
root planing. Pada tahap ini, pembuangan dinding jaringan lunak poket
periodontal membuat permukaan akar lebih mudah dicapai dan memperluas
lapang pandang operator dibandingkan pada tahap-tahap lain. Pembersihan
permukaan akar pada tahap ini menentukan keberhasilan seluruh prosedur bedah.
Skaling dan root planing
7. Menyempurnakan kontur gingiva seperti yang diinginkan dengan bur intan atau
pisau bermata lebar untuk mengerok jaringan.
23
8. Merapikan sobekan jaringan dengan gunting atau nipper.
9. Membilas daerah bedah dengan air steril atau larutan saline steril untuk
membersihkan pertikel-partikel yang tersisa.
10. Menekan daerah luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan air steril atau
larutan saline steril selama 2-3 menit, untuk menghentikan perdarahan.
11. Memasang dresing periodontal, mula-mula yang berukuran kecil, bersudut di
daerah interproksimal, menggunakan instrumen plastik. Selanjutnya, pasang
gulungan-gulungan yang lebih panjang di bagian fasial, lingual, dan palatal serta
hubungkan dengan dresing yang telah terpasang di daerah interproksimal. Seluruh
daerah luka ditutup dengan dresing tanpa mengganggu oklusi atau daerah
perlekatan otot. Kesalahan yang sering terjadi adalah dressing yang dipasang
terlalu lebar sehingga terasa mengganggu.
Pemasangan periodontal dressing
12. Mengganti dresing dan membuang debris pada daerah luka setiap minggu sampai
jaringan sembuh sempurna dan dengan mudah dibersihkan oleh pasien. Epitel
akan menutupi luka dengan kecepatan 0,5 mm per hari setelah hilangnya aktivitas
mitosis awal dari epitel, 24 jam setelah operasi.
Penyembuhan luka
24
13. Setelah dressing terakhir dilepas, poles gigi dan instruksikan pasien untuk
melakukan pengendalian plak dengan baik.
Dressing dilepas dan gigi dipoles
Penampakan klinis gingiva pasca gingivektomi
3.3 Etiologi Periodontitis Kronis pada Skenario dan Pearawannya
Etiologi
Didalam Jurnal Status Periodontal dan Kehilangan Tulang Alveolar pada
Restorasi Proximal yang Overhang dijelaskan bahwa didapatkan nilai indeks plak
sedang-buruk, kedalaman poket > 3mm dan kehilangan tulang alveolar pada kasus
restorasi yang overhanging.
Adapun kemungkinan mekanisme terjadinya periodontitis kronis pada gigi
46 adalah :
Restorasi yang overhanging retensi plak produk merusak sulkuler
epitelium dan junctional epitelium (mikroulserasi) merusak jaringan ikat /
subepitel (bakteri dan produk) respon imun tubuh netrofil dan makrofag
aktifasikan limfosit dan limfokin selplasma (IgE), aktivasi osteoklas &
fibroblast sitotoksik.
25
Sel plasma (IgE) mennyebabkan pecahnya sel mas dan mengeluarkan
histamine, heparin dan enzim proteolitik sehingga menyebabkan vasodilatasi,
proliferasi, meningkatkan permeabilitas dan menyebabkan gingivitis /
periodontitis. Aktivasi osteoklas membentuk banyak osteoklas dapat
menyebabkan periodontitis. Fibroblas sitotoksik menyebabkan rusaknya jaringan
ikat pada gingiva, ligament dan sementum, membentuk poket periodontal.
Mikroorganisme dan produk masuk ke dalam sulkus gingiva dan
membentuk poket periodontal ( sulkus gingiva bertambah dalam).
Rencana perawatan pada gigi 46:
Terapi fase 1 :
- DHE
- Memperbaiki restorasi yang overhanging
- Scalling dan root planning
Reevaluasi
- Apabila setelah dilakukan terapi fase 1 namun tidak ditemui kondisi
jaringan yang mengalami perbaikan, maka dilanjutkan dengan terapi fase
2.
Terapi fase 2 :
- Kuretase
- Bone graft (tergantung dengan besar keparahan resorbsi tulang alveolar)
Kuretase tertutup terbagi menjadi 2 yaitu kuretase gingival dan kuretase
subgingival. Kuretase gingival adalah prosedur dimana dilakukan penyingkiran
jaringan lunak terinflamasi yang berada di lateral dinding poket. Sebaliknya
kuretase subgingival adalah prosedur yang dilakukan dari epitel penyatu, dimana
perlekatan jaringan ikat disingkirkan sampai ke tulang alveolar.
Daerah pengkuretan pada kuretase gingival (panah putih) dan kuretase
subgingival (panah hitam)
Prosedur kuretase mencakup penyingkiran jaringan granulasi yang
terinflamasi kronis yang berada pada dinding saku periodontal. Berbeda dengan
26
jaringan granulasi pada keadaan yang normal, jaringan granulasi pada dinding
jaringan ikat saku periodontal mengandung daerah-daerah yang terinflamasi
kronis, disamping adanya partikel-partikel kalkulus dan koloni-koloni bakteri.
Adanya koloni bakteri tersebut akan mempengaruhi gambaran patologis dari
jaringan dan menghambat penyembuhan. Jaringan granulasi yang terinflamasi
dilapisi oleh epitel, dan bagian epitel yang penetrasi sampai ke jaringan. Adanya
epitel tersebut akan menghambat perlekatan serat-serat gingiva dan ligamen
periodontal yang baru ke permukaan sementum pada daerah tersebut.
Kuretase sebenarnya dapat menyingkirkan sebagian atau keseluruhan
epitel yang mendindingi saku (epitel saku), perluasan epitel yang penetrasi ke
jaringan granulasi, dan epitel penyatu. Kegunaan kuretase masih diperlukan
terutama bila diharapkan terjadinya perlekatan baru pada saku infraboni. Namun
ada perbedaan pendapat dalam hal terjaminnya penyingkiran epitel dinding saku
dan epitel penyatu. Beberapa peneliti menemukan bahwa dengan penskeleran dan
penyerutan akar epitel dinding saku hanya terkoyak dan epitel dinding saku serta
epitel penyatu tidak tersingkirkan. Sekelompok peneliti lain menemukan
terjadinya penyingkiran epitel saku dan epitel penyatu, meskipun tidak tuntas.
Indikasi Kuretase
Kuretase dapat dilakukan sebagai bagian dari prosedur perlekatan baru
pada saku infraboni dengan kedalaman sedang yang berada pada sisi yang
aksesibel dimana bedah “tertutup” diperhitungkan lebih menguntungkan. Namun
demikian, hambatan teknis dan aksesibilitas yang inadekuat sering menyebabkan
tehnik ini dikontraindikasikan.
Kuretase dapat dilakukan sebagai perawatan nondefinitif (perawatan
alternatif) untuk meredakan inflamasi sebelum penyingkiran saku dengan tehnik
bedah lainnya, atau bagi pasien yang karena alasan medis, usia dan psikologis
tidak mungkin diindikasikan teknik bedah yang lebih radikal seperti bedah flep
misalnya. Namun harus diingat, bahwa pada pasien yang demikian, tujuan
penyingkiran saku adalah dikompromikan, dan prognosis menjadi kurang baik.
Indikasi yang demikian hanya berlaku apabila tehnik bedah yang sebenarnya
27
diindikasikan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Baik klinisi maupun pasien
harus memahami keterbatasan dari perawatan nondefinitif ini.
Kuretase sering juga dilakukan pada kunjungan berkala dalam rangka fase
pemeliharaan, sebagai metoda perawatan pemeliharaan pada daerah-daerah
dengan rekurensi/kambuhnya inflamasi dan pendalaman saku, terutama pada
daerah dimana telah dilakukan bedah saku.
Tahapan Prosedur Kuretase
Tahapan prosedur teknik kuretase adalah sebagai berikut:
1. Anestesi. Sebelum melakukan kuretase gingival atau kuretase subgingival,
daerah yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.
2. Penskeleran dan penyerutan akar. Permukaan akar gigi dievaluasi untuk
melihat hasil terapi fase I. Apabila masih ada partikel kalkulus yang tertinggal
atau sementum yang lunak, penskeleran dan penyerutan akar diulangi kembali.
3. Penyingkiran epitel saku. Alat kuret, misalnya kuret universal Columbia 4R –
4L, atau kuret Gracey no. 13 – 14 (untuk permukaan mesial) dan kuret Gracey
no. 11 – 12 (untuk permukaan distal) diselipkan ke dalam saku sampai
menyentuh epitel saku dengan sisi pemotong diarahkan ke dinding jaringan
lunak saku. Permukaan luar gingival ditekan dari arah luar dengan jari dari
tangan yang tidak memegang alat, lalu dengan sapuan ke arah luar dan koronal
epitel saku dikuret. Untuk penyingkiran secara tuntas semua epitel saku dan
jaringan granulasi perlu dilakukan beberapa kali sapuan.
4. Penyingkiran epitel penyatu. Penyingkiran epitel penyatu hanya dilakukan
pada kuretase subgingival. Kuret kemudian diselipkan lebih dalam sehingga
meliwati epitel penyatu sampai ke jaringan ikat yang berada antara dasar saku
dengan krista tulang alveolar. Dengan gerakan seperti menyekop ke arah
permukaan gigi jaringan ikat tersebut disingkirkan.
5. Pembersihan daerah kerja. Daerah kerja diirigasi dengan akuades (aquadest)
untuk menyingkirkan sisa-sisa debris.
6. Pengadaptasian. Dinding saku yang telah dikuret diadaptasikan ke permukaan
gigi dengan jalan menekannya dengan jari selama beberapa menit. Namun
28
apabila papila interdental sebelah oral dan papilla interdental sebelah
vestibular terpisah, untuk pengadaptasiannya dilakukan penjahitan.
7. Pemasangan pembalut periodontal. Pemasangan pembalut periodontal tidak
mutlak dilakukan, tergantung kebutuhan.
3.4 Perawatan Pendahuluan sebelum Perawatan Orthodonsi Cekat dan
Pemeliharaan selama Perawatan Orthodonsi Cekat
Perawatan sebelum perawatan ortodonsi :
1. Instruksi kebersihan rongga mulut
Kebersihan gigi dan mulut apabila dilakukan dengan benar dapat
mengurangi tingkat plak dan keradangan pada daerah gingiva.
Bagaimanapun juga pada pasien yang memiliki kedalaman poket (>5mm),
mengontrol keadaan plak dapat mengurangi infeksi pada subgingival dan
keradangan. Pasien harus mampu mempertahankan standar perawatan gigi
sehari-hari yang baik.
2. Instruksi diet
Makan makanan yang keras bisa membuat bracket terlepas dari
permukaan gigi. Hal tersebut dapat terjadi karena bracket, menerima daya
atau tekanan yang cukup kuat sehingga terlepas dari permukaan gigi.
Apabila ingin sekali makan-makanan tersebut, mohon agar dipotong-
potong dahulu menjadi bentuk yang kecil-kecil, dan agak lunak.
3. Perawatan pada gigi yang karies
4. Scaling dan Root Planing
Kombinasi antara scaling dan root planing dengan menjaga kesehatan gigi
dan mulut menunjukan dapat mengurangi keradangan pada subgingival
secara signifikan dan tingkat pertumbuhan periodontitis.
5. Evaluasi kembali
Dalam waktu empat minggu jaringan gingival di evaluasi untuk
menentukan kebersihan gigi dan mulut,respon jaringan lunak, dan
kedalaman poket. Dalam waktu empat minggu merupakan waktu yang
cukup tahap penyembuhan, menurunkan keradangan dan kedalaman poket
29
dan mendapatkan tingkat perlekatan. Pada kedalaman poket (>5mm) dapat
menghilangkan plak dan kalkulus walau tidak benar-benar sempurna, dan
dapat mengurangi kerusakan selanjutnya. Hasilnya, Instrumensasi pada
bedah periodontal dapat dilakukan untuk mengakses permukaan akar
menurunkan kedalaman poket juga harus diperhatikan untuk melanjutkan
perawatan.
Selama perawatan ortodonsi :
1. Pada saat perawatan ortodonsi akan dipasangkan, gigi harus dibersihkan
dan dipoles, aplikadi flour topikal dapat diaplikasikan. Pada beberapa
situasi, gigi-gigi posterior yang bebas karies dan baru bererupsi bisa diberi
sealent fisur sebelum aplikasi flour topikal.
2. Pada waktu pemasangan bracket, setelah bracket terpasang pada
permukaan gigi, bersihan / baung sisa kelebihan pasta yang digunakan
untuk merekat bracket. Hasil ini berguna untuk kebersihan gigi, dan
mencegah menumpuknya plak gigi pada permukaan gigi, serta mencegah
terjadinya karies gigi. Apabila pasta tersebut merekat pada permukaan gigi
serta dengan permukaan gingiva, maka kemungkinan akan mengiritasi
gingiva, dan selanjutnya akan terjadi gingivitis, bahkan timbul kalkulus.
3. Menyikat gigi paling sedikit 2 kali sehari, yaitu setelah makan pagi dan
malam sebelum tidur. Namun sebaiknya gigi disikat pula setelah makan
siang. Sebaiknya menyikat gigi di depan cermin, agar penderita melihat
apakah gigi telah benar-benar bersih dari plak maupun sisa makanan yang
telah terlepas dari permukaan gigi.
4. Menggunakan sikat gigi khusus untuk ortodonti, dan alat bantu tambahan
yakni sikat gigi kecil khusus untuk interdental. Hal ini digunakan untuk
membersihkan daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi biasa.
Disarankan pula untuk menyikat gigi di depan cermin agar semua
permukaan gigi bersih.
5. Kontrol teratur ke dokter gigi untuk aktivasi, yang berguna untuk
kemajuan perawatan ortodonti. Apabila gigi telah bergerak maka ada
30
batasnya, sehingga perlu diaktivasi lagi. Selain itu perlu pula dalam
pengontrolan terhadap plak gigi.
6. Menggunakan obat kumur bila perlu, misalnya ada ulkus pada mukosa
mulut, obat ini dapat dihentikan bila ulkus telah sembuh.
7. Selama perawatan dapat diberikan aplikasi flour topikal. Aplikasi topikal
flour dapat dilakukan dengan flour fosfat asidulat dengan F 0,6% setiap
kunjungan bulanan bisa menghambat perkembangan lesi deklasifikasi
pada pasien yang memakai pesawt ortodonsi cekat atau aplikasi F 1,2 %
segera setelah bonding.
8. Terapi tambahan pada Ortodonsi
Perawatan jaringan periodontal juga dibutuhkan dalam perawatan
ortodontik. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol penyakit yang masih
ada. Apabila tanpa melakukan bedah sudah cukup, terapi kedalaman poket
dapat ditunda sampai perawatan ortodontik selesai. Hal ini memiliki
manfaat yang baik pada perubahan tulang dimana terapi ortodontik dapat
dilakukan. Namun, kedalaman poket dan furkasi perlu diketahui pada
bedah agar alat instrumen akar dapat digunakan pada perawatan
ortodontik. Kegagalan dalam mengontrol penyakit periodontitis dapat
mengakibatkan eksaserbasi akut dan kehilagan tulang pada saat
pergerakan gigi. Selama kesehatan jaringan periodontal dijaga, dalam
diakukan perawatan.
3.5 Perawatan Pendahuluan sebelum Perawatan Restorasi
Sebelum dilakukan perawatan restorasi perlu dilakukan beberapa
perawatan pendahuluan diagnosa dari indikasi perawatan restorasi. Perawatan
yang dilakukan seperti memberikan medikasi pada keluhan yang diderita pasien
dan penanganan kasus segera seperti drainase pada fistula gigi gangren radiks.
Selain itu diperlukan perawatan jaringan periodontal guna mendukung
keberhasilan suatu perawatan restorasi. Perawatan yang dapat dilakukan meliputi
perawatan periodontal fase 1 (etiotropik) seperti kontrol plak, scalling dan root
planning.
31
Scalling adalah suatu proses dimana plak dan kalkulus dibuang dari
permukaan supragingiva dan subgingiva gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah
hands instruments scaler atau manual scalervdan ultrasonic scaler. Root planing
adalah proses dimana sisa kalkulus yang berada di sementum dikeluarkan dari
akar untuk menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras, dan bersih. Tujuan
utama dari scaling dan root planing untuk memulihkan kesehatan gusi secara
menyeluruh untuk menghapus elemen yang dapat menyebabkan inflamasi gusi
dari permukaan gigi.
Permukaan akar yang terkena plak dan kalkulus menimbulkan masalah
yang berbeda. Deposit kalkulus pada permukaan akar sering tertanam dalam
sementum irregular. Ketika dentin terkena , bakteri pada plak dapat menyerang
tubulus dentin. Oleh karena itu perawatan skeling saja tidak cukup sehingga root
planning dilakukan dimana bagian dari permukaan akar tersebut dibuang untuk
menghilangkan plak dan kalkulus yang menempel.
Selain perawatan fase 1 pada jaringan periodontal juga dapat dilakukan
perawatan fase 2 ( bedah periodontal) pada pasien yang berindikasi dan perawatan
yang akan dilakukan adalah perwatan restorasi. Perawatan pada fase 2 meliputi
kuretase maupun gingivektomi serta perawatan saluran akar pada kasus yang
diindikasikan perawatan tersebut.
Kuretase merupakan pengerokan dinding gingival pada poket periodontal
untuk memisahkan jaringan lunak yang sakit. Indikasi dari kuretase yaitu :
1. Pocket infraboni dengan kedalaman sedang yang berada pada sisi yang
aksesibel dimana bedah tertutup diperhitungkan lebih menguntungkan.
Namun demikian, hambatan teknis dan aksesibilitas yang inadekuat sering
menyebabkan teknik ini dikontraindikasikan
2. Perawatan nondefinitif (perawatan alternatif) untuk meredakan inflamasi
sebelum menyingkirkan pocket dengan teknik bedah lainnya, atau bagi
pasien yang karena alas an medis, usia dan psikologis tidak mungkin
diindikasikan teknik bedah yang lebih radikal seperti bedah flap misalnya.
Namun harus diingat, bahwa pada pasien yang demikian, tujuan
penyingkiran pocket adalah dikompromikan dan prognosis menjadi kurang
32
baik. Indikasi yang demikian hanya berlaku apabila teknik bedah yang
sebenarnya diindikasikan tidak memungkinkan untuk dilakukan. Baik
klinisi maupun pasien harus memahami keterbatasan dari perawatan
nondefinitif ini.
3. Rekurensi/kambuhnya inflamasi dan pendalaman pocket, terutama pada
daerah dimana telah dilakukan bedah pocket pada kunjungan berkala
sebagai fase pemeliharaan (Carranza, 1996).
4. Poket dangkal – sedang (3-5 mm).
Gingivektomi adalah eksisi gingival, dengan membuang dinding poket,
menyediakan lapang pandang dan akses untuk membersihkan kalkulus dan
kehalusan akar. Bertujuan untuk menghilangkan poket dan keradangan gingival
sehingga didapat gingival yang fisiologis, fungsional, dan estetik baik. Indikasi
dari gingivektomi sendiri meliputi:
1. Adanya poket supraboni denga kedalaman 4-5 mm, yang tetap ada
walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat
dan berkali-kali dan keadaan di mana prosedur gingivektomi akan
menghasilkan perlekatan gingival yang adekuat.
2. Adanya pembengkakan gingival yang menetap di mana poket
sesungguhnya dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingiva
yang cukup besar. Bila jaringan gingival merupakan jaringan fibrosa,
gingivektomi merupakan cara perawatan yang paling cocok dan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
3. Adanya kerusakan furkasi (tanpa desertai cacat tulang)di mana terdapat
daerah perlekatan gingival yang cukup lebar.
4. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak.
5. Flap perikoronal.
6. Eliminasi enlargement gingiva.
7. Eliminasi abses periodontal.
8. Interdental gingival creater.
33
9. Eliminasi suprabony poket dimana terdapat deposit pada akar gigi yang
sulit dijamgkau atau dibersihkan hanya dengan menggunakan alat scaler
(J.D. Manson, 1993).
10. Pada pasien dengan:
herediter gingivofibromatosis
abses gingiva
delayed passive eruption
Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan
mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran
akar, kemudian diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi
kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan
gigi selama mungkin di dalam rahang, sehingga fungsi dan bentuk lengkung gigi
tetap baik.
Perawatan saluran akar bermacam – macam jenisnya yaitu pulp capping,
pulpotomi, pulpektomi, dan endointrakanal. Pulp Capping didefinisikan sebagai
aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang
terbuka. Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian
diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan
atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpektomi adalah
pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan perawatan untuk
jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau
untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Endo intrakanal adalah
pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati seluruhnya. Endo intrakanal
merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang
bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas.
3.6 Fase Pemeliharaan
Dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit
periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini :
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
34
2. Reevaluasi kesehatan periodontal selama 6 bulan degan mencatat skor
plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.
3. Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembanan periodontal dan
tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.
4. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah terjadinya karies.
35
DAFTAR BACAAN
.
Fedi, P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta
Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Ed. 3. Jakarta : EGC.
Manson, J.D. dan Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta.
Newman, M.G., Takei, H.H., Carranza, F.A, 1996, Carranza’s Clinical Periodontology, 9th ed., Saunders Comp., Phildelphia.
Ruhadi, Iwan dan Izzatul Aini. Kekambuhan gingivitis hiperplasi setelah gingivektomi (Recurrent of hyperplastic gingivitis after gingivectomy). Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga dalam http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-3-02.pdf. 108-111. diakses pada 20 April 2013
Yohana, Winny. 2009. Pentingnya Kesehatan Mulut pada Pemakaian Alat Orthodontik Cekat. Bandung : Unpad.